naskah buku dermaga impian

145
Hudha Abdul Rohman, dkk. --Kisah-kisah Inspiratif Berjuang Mendapatkan Beasiswa Penuh 1 Kumpulan kisah-kisah yang inspiratif, motivatif dan mencerahkan. Lengkap dengan informasi dan panduan mendapatkan beasiswa Hudha Abdul Rohman. Devi Yuanita Sari. Adi Surya Oktavianto. Rohmatul Afrilia. Ana Puspaningtyas. Binti Rumiyati. Dewi Mutmainah. Wahyu Wisnu Wardana. Dwi Ernawati. Ely Syarifah. Fajar Afif Fudin. Yeny Mega Aprilita. Rangga Ardi Anggriawan. Indah Triana Febriani. Hawa Ratna Dewi. Nuruddin. Rangga Putra Pratama. Siti

Upload: nihayatul-munaa

Post on 02-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

novel

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah Buku Dermaga Impian

Hudha Abdul Rohman, dkk.

--Kisah-kisah Inspiratif Berjuang Mendapatkan Beasiswa Penuh

UCAPAN TERIMA KASIH…

1

Kumpulan kisah-kisah yang inspiratif, motivatif dan

mencerahkan. Lengkap dengan informasi dan panduan mendapatkan

beasiswa kuliah.

Hudha Abdul Rohman. Devi Yuanita Sari. Adi Surya Oktavianto. Rohmatul Afrilia.

Ana Puspaningtyas. Binti Rumiyati. Dewi Mutmainah. Wahyu Wisnu Wardana.

Dwi Ernawati. Ely Syarifah. Fajar Afif Fudin. Yeny Mega Aprilita. Rangga Ardi

Anggriawan. Indah Triana Febriani. Hawa Ratna Dewi. Nuruddin. Rangga Putra

Pratama. Siti Zulaikhah. Didik Setiawan. Dewi Rakhmawati. Candra Arga

Maulana. Yessy Yuliana Amalia

Page 2: Naskah Buku Dermaga Impian

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

banyak kenikmatan dan ruang kepada kami untuk meraih mimpi. Teriring pula ucapan shalawat

dan salam kepada Rasullullah Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman yang terang

benderang sekarang ini.

Kepada sosok kedua orang tua kami yang selalu meluangkan waktunya untuk mendoakan

kami untuk berhasil dalam menjalani hidup indah penuh warna ini, salam sayang dan rindu dari

kami. Untuk ruang terindah kami, Universitas Airlangga Surabaya, di mana kami mengejar dan

meraih mimpi. Juga kepada Prof. Fasich, Prof. Imam Mustofa, bapak Tatang, bapak Daris, Mas

Singgih, dan Mas Wahyu yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk singgah

menuntut ilmu di ranah Airlangga dan kepada bapak dan ibu hebat lainnya yang tidak dapat kami

sebutkan satu per satu. Juga kepada DIKTI yang memberikan hadiah terindah buat kami untuk

belajar mengabdi untuk negeri Indonesia. Terima kasih buat Bapak Muhammad Nuh, Menteri

Pendidikan Nasional, atas apresiasinya. Semoga anda mendapatkan balasan indah dari Allah

SWT.

Kepada teman-teman kami semua, keluarga besar Airlangga University Bidik Misi

Organization (AUBMO) jangan pernah berhenti untuk bermimpi dan berimajinasi, songsong

masa depan yang lebih baik dengan kemampuan diri kita, mari bahagiakan orang tua kita. Juga

kepada teman-teman hebat kami, penerima Beasiswa Bidik Misi di seluruh Indonesia, mari

torehkan prestasi tiada henti. Teruntuk guru-guru hebat kami, yang telah mengantarkan kami

untuk meraih kesuksesan dan keberhasilan hidup indah ini. Semoga kami berhasil. Dan kepada

saudara, sahabat, dan semua yang telah berdoa dan mendukung kami. Terima kasih selalu.

Akhirnya kepada penerbit……………..yang memberikan ruang untuk menerbitkan karya

kami, kami ucapkan banyak terima kasih. Semoga karya ini bisa memberikan manfaat, inspirasi,

dan memotivasi, baik bagi para penulis maupun pembacanya. Semoga menjadi sebuah goresan

pena yang bernilai pahala di mata Allah SWT kelak. Amien...

Surabaya, Oktober 2011

Hudha Abdul Rohman (Creator)

PERSEMBAHAN

2

Page 3: Naskah Buku Dermaga Impian

Mencipta CINTA untuk Bercerita

:

Saksikanlah

Di panggung bahagia ini

Merajut dan Merangkai

Ratusan, Ribuan dan Jutaan

MIMPI

Bertepuk tangan riuh

BERSYUKUR DALAM TANGIS BAHAGIA

Ketika

Masa depan cerah menjemput kita

Inilah persembahan

Dari penikmat mimpi-mimpi

Jalan penuh suka dan duka kami lalui

Salam takzim

Cinta dan Kasih Sayang

Kepada : Orang Tua kami…

Putra putri yang setia memohon doa

Yang tiada tara

KAMI HANYA INGIN:

Mereka tersenyum bangga saat kami berprestasi dan berhasil,

Serta membalas segala pengorbanannya selama ini…

DAFTAR ISI

Ucapan Terima Kasih

3

Page 4: Naskah Buku Dermaga Impian

Persembahan

Daftar Isi

Hudha Abdul Rohman

Ketika Man Jadda Wa Jadda Bercerita

Devi Yanita Sari

Kukalahkan Rasa Takut Itu

Adi Surya Oktavianto

Perjuanganku…

Rohmatul Afrilia

Allah Maha Tahu

Ana Puspaningtyas

Yakin Itu Perlu

Binti Rumiyati

Secuil Karunia dari KebesaranNya

Dewi Mutmainah

Mengarungi Samudera Kesuksesan

Wahyu Wisnu Wardana

Rajutan Mimpi yang Akhirnya Bersinar

Dwi Ernawati

Sekarang, Bukan Setahun yang Lalu

Ely Syarifah

Kegagalan Membawa Berkah

Fajar Afif Fudin

Masuk Unair Menang Doa

Yeny Mega Aprilita

Jalan Berliku Menuju Kesuksesan

4

Page 5: Naskah Buku Dermaga Impian

Rangga Ardi Anggriawan

Airlangga Airways

Indah Triana Febriani

Sebingkai Sinar Harapan

Hawa Ratna Dewi

Menitih Mimpi

Nuruddin

Hanya dengan Empat Puluh Ribu, Aku Bisa Masuk Unair

Rangga Putra Pratama

Optimis Berbuah Manis

Siti Zulaikhah

Kegagalan, Berujung pada Kesuksesan Luar Biasa

Didik Setiawan

Perjalananku Menuju Bangku Kuliah

Dewi Rakhmawati

Semangat Berjuang, Hingga Akhir Waktu

Candra Arga Maulana

Mengejar Beasiswa Bidik Misi

Yessy Yuliana Amalia

My Story to Get Bidik Misi

Informasi Beasiswa

Bersahabat dengan Penulis

KETIKA MAN JADDA WA JADDA BERCERITA…

Oleh : Hudha Abdul Rohman

5

Page 6: Naskah Buku Dermaga Impian

Bila pohon sangat kuat dengan tegaknya batang yang kokoh..

Bila bunga harum semerbak meniupkan segarnya aroma di pagi buta…

Bila mentari setia menaburkan sinar anugerah sepanjang masa…

Izinkanlah raga ini merangkai cita…

Berawal dari sebuah tekad untuk mewujudkan mimpi-mimpiku untuk bisa melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi begitu besar. Kadang aku berpikir apa aku bisa? Bisa kuliah

dengan beasiswa penuh? Apa aku bisa, anak seorang buruh dan penjual makanan keliling bisa

jadi sarjana? Aku yakin dengan kemampuanku, dan nyatanya aku BISA.

Seperti kebanyakan SMA, siswa yang duduk di bangku kelas XII harus kerja keras untuk

lulus Ujian Akhir Nasional (UAN) dengan nilai memuaskan dan bisa lolos seleksi tes di

perguruan tinggi favorit yang diimpikannya, begitu juga dengan aku yang bermimpi bisa kuliah

di PTN. Aku sadar betul, dengan kemampuan ekonomi orang tua yang bisa dibilang pas-pasan,

aku tetap yakin kalau aku bisa mewujudkan mimpi itu. Perjuangan dimulai dengan bimbingan

belajar yang sangat menguras tenaga dan pikiran, ditambah lagi beban yang waktu itu begitu

berat untuk LULUS UAN dengan hasil yang memuaskan, tentu hal itu tidak cukup. Awalnya

rasa tidak percaya diri ini kembali muncul, berusaha penuh untuk mencari informasi tentang

beasiswa kuliah non rupiah alias gratis, setidaknya ketika lulus SMA nanti, aku tidak lagi

membebani orang tua, karena bapak dan ibu pernah berkata, kalau beliau hanya sanggup

membiayai sekolahku hingga bangku SMA saja, bagiku itu wajar, mengingat masih ada tiga

adikku yang juga butuh banyak biaya untuk tetap bisa sekolah, aku tidak boleh egois.

Ditengah-tengah sibuknya bimbel dan review pelajaran dari kelas X, aku harus menyelam

sambil minum air, dengan segala harapan besar untuk kuliah, kembali melihat nilai-nilai raport

untuk mendaftar PMDK dan mengumpulkan kembali piagam dan sertifikat yang pernah aku

dapatkan waktu SMA, tentunya dengan kerja keras dan doa. Terlintas pertama kali ingin kuliah

di UI, mengingat dulu pernah berjuang di Olimpiade Ilmu Sosial (OIS) di kampus ibukota itu,

barang kali Sertifikat ku mampu menembus Beasiswa disana, namun harapan itu pupus, ketika

ijin kuliah di Jakarta dari bapak ibu tak bisa aku genggam. Berat, mungkin juga kecewa. Tidak

6

Page 7: Naskah Buku Dermaga Impian

berhenti pada sebuah rasa kecewa itu, berniat mencoba melihat informasi di UNS dengan teman-

teman yang juga berharap besar untuk kuliah di PTN satu-satunya di Kota Solo itu, begitu juga

denganku, ingin sekali. Setelah sibuk mengumpulkan syarat-syarat yang ribetnya minta ampun,

aku baru sadar ternyata nilai matematika aku bisa dibilang, rendah dan saya (kembali) harus rela

dan ikhlas mengubur dalam-dalam ikut seleksi PMDK UNS gara-gara nilai dan peringkatku

kurang. Tak berdaya…

Terlintas kembali rasa putus asa dan menyerah dalam pasrah, mungkin aku tidak bisa

kuliah. Tidak bisa! Ya, hanya lulus SMA saja rasanya sudah cukup. Berkat dorongan dan

motivasi salah satu teman, akhirnya aku kembali merangkai mimpi yang sempat putus itu, aku

akui, aku memang tidak konsisten dalam peringkat kelas, apalagi masuk 10 besar. Saya pernah

hengkang beberapa kali dari peringkat 10 besar itu, karena kelasku IPS unggulan, sehingga aku

harus sadar diri kalau nilai- nilai saya jauh dari yang aku harapkan karena persaingan di kelas

yang begitu ketat. Aku kembali mencari informasi dari internet, papan pengumuman dan

konsultasi di Bimbingan Konseling sekolah dan kembali berharap untuk membuahkan hasil yang

maksimal.

Atas dorongan dan motivasi yang kuat, aku kembali mendaftar dengan biaya formulir,

administrasi, akomodasi dan transportasi dengan biaya sendiri, biaya-biaya tersebut sudah aku

persiapkan sejak duduk di kelas X, mulai uang dari honor menulis, memberi les privat, dan

hadiah lomba. Aku pernah Juara 3 LKTI Se Jawa Tengah, pernah Juara 1 Lomba Menulis Esai

dan lomba lain. Sekali lagi, aku tidak ingin merepotkan orang tua. Ya, aku berjuang tes UM-

UGM dengan pilihan jurusan Ilmu Komunikasi, Sastra Indonesia dan Sosiologi. Harap-harap

cemas untuk menerima hasil pengumuman yang tentunya aku harus diterima. Untuk

mengantisipasi apabila UGM bukan rejeki saya, karena masih menunggu pengumuman. Aku

memberanikan diri lagi, untuk mendaftar di UNAIR dengan Beasiswa Bidik Misi dan mendaftar

di APN (Akademi Pelayaran Nasional).

Kedatangan kakak-kakak dari ITS dan UNAIR ke SMA ku disambut dengan sangat

antusias dan penuh harap untuk bisa mengikuti jejak langkah untuk bisa bergabung satu

almamater dengan mereka. Bagiku waktu itu, setelah slide power point pertama kali ditampilkan,

UNAIR TERLIHAT BEGITU MEGAH. Subhannallah…, dan ternyata di dalamnyapun semegah

gedungnya, fasilitas, prestasi dan tentunya beasiswanya yang aku rasa begitu luar biasa. Aku

7

Page 8: Naskah Buku Dermaga Impian

mendapatkan banyak informasi dari kedatangan kakak-kakak UNAIR tersebut terutama jalur

masuk PMDK nya. UNAIR memberikan kesempatan mengajukan berkas PMDK-PRESTASI

mulai dari pilihan peringkat, piagam penghargaan, siswa SBI dan ketua OSIS, siswa memilih

salah satu kemampuan dan bakat yang dimiliki saat di bangku SMA, akhirnya terjawab sudah,

peringkat dan raportku sebenarnya juga penting, akan tetapi piagamku lebih penting dari

raportku, karena aku memilih jalur PMDK-Prestasi dengan piagam dan sertifikat. UNAIR lah

yang membuka peluang, memberikan kesempatan siswa yang mempunyai prestasi non akademik

untuk kuliah, termasuk aku yang waktu itu berharap piagam Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah

Se Jawa Tengah itu mampu mewujudkan mimpi-mimpiku untuk kuliah di UNAIR sebelum

mengirimkan berkas dan mengisi jurusan yang dipilih, aku berkonsultasi dengan guru BK, Ibu

Sri Purwaningsih,S.H. yang dengan setianya selalu memberikan saran-saran dan nasehat untuk

keberhasilan siswanya di Perguruan Tinggi yang dipilih, juga guru pembimbing karya tulis, Ibu

Siti Hariyah,S.Pd. yang menyarankanku untuk memilih jurusan Ilmu Komunikasi dan Sastra

Indonesia di UNAIR, karena beliau tahu kalau bakat dan kemampuanku di bidang tulis menulis

maupun public speaking.

Alhamdulillah, aku dan kedua teman satu SMA, Iqbal Pradana dan Abdul Khamid lolos

seleksi administrative, sempat kecewa karena tidak lolos BMU, dan kami harus berangkat ke

Surabaya untuk mengikuti tes PMDK-Prestasi di UNAIR. Ya, dengan kereta api bisnis, yang

waktu itu aku pinjam uang Iqbal untuk membeli tiket kereta api, karena uangku tidak cukup,

kami bertiga meluncur ke Surabaya dengan pertolongan mas Ali, mahasiswa UNESA yang

sedang kuliah S2 di UGM, kami kenal beliau saat tes di UGM, kami mendapatkan akomodasi

dan transportasi bolak-balik ke UNAIR yang Alhamdulillah beliau tidak memungut biaya sama

sekali, syukur Alhamdulillah. Dan setelah tes maupun verifikasi usai, beliau mengajak kami

untuk pertama kalinya melihat dan melewati Jembatan Suramadu yang begitu megah dan

mewah, yang biasanya aku hanya bisa melihat di TV dan sekarang aku bisa melihat bahkan

melewatinya secara langsung, sungguh rasa haru bahagia itu tidak bisa diungkapkan. Sangat

Bahagia.

Dengan segala harapan dan keinginan besar untuk diterima di UNAIR dengan Beasiswa

Bidik Misi, agar orang tuaku tidak lagi khawatir dengan biaya kuliah lagi. Agar harapan dan

keinginan bapak dan ibu tercapai. Setelah mengubur dalam-dalam nama Hudha Abdul Rohman

8

Page 9: Naskah Buku Dermaga Impian

di UI maupun UNS, aku yakin pasti diterima. Setelah bimbingan belajar usai, aku bergegas turun

dari kelas, aku baru ingat, kalau hari ini adalah pengumuman PMDK-Prestasi UNAIR, dengan

bantuan salah satu teman untuk dipinjami laptopnya, aku tiba-tiba gemetar ketika mengambil

kartu tes PMDK-Prestasiku. Panas dingin menyergapku tiada henti, deg-degan ketika aku

memasukkan nomor tes ku waktu itu, dan KLIK..Ucapan selamat muncul di layar laptop. Ya,

aku Hudha Abdul Rohman DITERIMA di UNAIR, diterima di pilihan kedua, jurusan Sastra

Indonesia, ini adalah hadiah terindah dan keputusan dari Allah SWT. Aku berkali-kali mengucap

syukur Alhamdulillah dan sujud syukur, aku hampir menitikkan air mata, ya benar-benar tak

percaya. Aku BISA kuliah. Semua teman memberikan ucapan selamat kepadaku, karena diterima

PMDK-Prestasi UNAIR dengan Beasiswa Bidik Misi,

Ya…aku BISA kuliah dengan bebas biaya. Dan ternyata, aku adalah siswa yang pertama

kali mendapatkan kursi di Perguruan Tinggi Negeri di SMA ku. Kebahagiaan itu sedikit jeda,

ketika kedua temanku belum beruntung untuk lolos tes PMDK-Prestasi di UNAIR. Singkat

cerita, pengumuman UM-UGM pun tiba, aku memang tidak begitu khawatir lagi ketika aku tidak

diterima di Sastra Indonesia UGM, belum rejekiku. Namun aku kembali mengucap syukur

alhamdulilllah lagi, ketika kedua teman yang belum lolos tadi, Iqbal diterima di Fisika UGM dan

Abdul Khamid di Kedokteran Hewan UNAIR jalur SNMPTN. Allah memberikan jalan masing-

masing dengan penuh keindahan dan tidak disangka-sangka. Aku membuktikan, memang benar

bahwa nilai-nilai di raport dan peringkat sangat penting, akan tetapi kemampuan non akademis

pun dapat menolong aku untuk bisa kuliah dengan Beasiswa, berkat piagam dan sertifikat ku

kala itu.

Perjuangan di Kota Pahlawan dimulai, berangkat ke Surabaya sendiri, ditemani sepi.

Jarak yang menurutku begitu sangat jauh, dari Solo menuju Surabaya membuatku sempat

berpikir untuk mundur dan tidak melanjutkan mimpi itu. Perjalanan tujuh sampai delapan jam

membuatku lelah dan dihinggapi rasa cemas dan khawatir, entah kenapa. Belum lagi aku tidak

tahu harus tinggal dimana, berjuang dengan Didik (FEB) dan Dedik (FISIP) untuk mencari kos-

kosan saat bulan puasa yang semuanya aku tidak cocok. Belum lagi ketika aku bingung sendiri,

sampai-sampai bolak-balik di terminal Joyoboyo sampai empat kali, ketika aku harus muter-

muter terminal Purabaya karena bingung arah, juga ketika aku harus numpang tidur di asrama

mahasiswa ITS dengan kakak kelas SMA ku dulu, bingung mau tidur dimana dan ketika aku

9

Page 10: Naskah Buku Dermaga Impian

kesasar sampai Porong Sidoarjo karena mencari rumah Pakdhe, sungguh kenangan yang kata

temanku lucu, ndeso dan konyol. Berkat kerja keras dan sungguh-sungguh ditambah dengan

taburan doa, kini aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan. Kuliah gratis di Universitas

Airlangga Surabaya.

Aku bisa membuktikan kepada kedua orang tuaku, bahwa aku bisa belajar untuk sedikit

membanggakan mereka, walau perjuanganku memang masih begitu banyak. Berkat doa-doa dari

beliau, aku bisa meraih impianku. Juga belajar menjadi teladan untuk ketiga adikku. Sekali lagi,

ucapan terima kasih terus aku ucapkan kepada Allah SWT, Bapak dan Ibu tercinta, kakek-nenek

ku atas kesetiannya selama ini, Universitas Airlangga yang menjadi tempatku merangkai masa

depan, DIKTI yang telah memberiku kesempatan untuk kuliah, bapak-ibu guru SMA MTA Kota

Solo atas segala motivasi dan doanya dan juga kepada teman-teman Penerima Beasiswa Bidik

Misi UNAIR dan seluruh Indonesia, kita semua orang pilihan. Sedikit ini yang dapat aku

bagikan, semoga goresan pena ini dapat memotivasi dan menginspirasi setiap pembacanya.

Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses dan berhasil. Salam Prestasi..!!

Kota Pahlawan…

Awal bulan Oktober, 2011

KUKALAHKAN RASA TAKUT ITU

Oleh : Devi Yuanita Sari

10

Page 11: Naskah Buku Dermaga Impian

UAN sudah tinggal menghitung hari. Saat itu tiba pula waktunya untuk menentukan

perguruan tinggi dimana aku akan berkuliah nanti. Aku jadi lebih sering mengunjungi ruang BK

daripada biasanya, untuk mencari informasi. Sambil terus mempelajari brosur-brosur dari

berbagai perguruan tinggi, ingatanku akan percakapan dengan keluargaku pun membayang.

“Bapak khawatir tidak bisa membiayai kuliahmu, nak.” kata bapak pada di suatu hari. Aku

terdiam mendengarnya. “dek, kamu harus kuliah lho ya...harus! jangan seperti kakakmu ini yang

akhirnya cuma bekerja. Kamu harus lebih baik dari pada kakak.” Kakakku mengatakan itu di

hari berikutnya. Aku berkaca-kaca bila mengingat setiap kata-kata mereka. Aku juga ingat akan

cerita kakakku, bagaimana dia terus mengikuti try-out SNMPTN (saat itu SPMB) di berbagai

tampat, walaupun ia tahu biaya untuk berkuliah tak memungkinkan. Tapi dia tetap berusaha,

namun sayang Allah berkehendak lain. Dia belum bisa berkuliah saat itu.

Setelah beberapa lama mempertimbangkan, sampailah aku pada pilihan untuk

melanjutkan di UNAIR. Setibanya dari sekolah, aku pun menceritakan kepada bapak, ibu dan

kakakku. Mereka menyetujui setelah tahu berapa biaya PMDK-Prestasi. Walaupun bapak masih

tetap ragu apakah beliau bisa terus membiayaiku. PMDK-Prestasi ditambah lagi biaya hidup,

masih terasa begitu berat bagi beliau. Di sisi lain, beliau ingin juga menurutiku, tapi tidak tega

kepada kakakku yang tidak bisa kuliah waktu itu. “aku nggak apa-apa, pak,” selalu begitu yang

diucapkan kakakku untuk meyakinkan bapak. Sungguh sebenarnya aku sendiri ingin menangis

mendengarnya. Saat itu aku belum mengetahui perihal adanya Beasiswa Bidik Miisi. Jadi, aku

hanya memutuskan mengikuti PMDK-Prestasi. Alhamdulillah, aku lolos dan diterima.

Tinggallah aku menunggu kapan aku mulai masuk kuliah. Dengan sedikit rasa cemas apakah

biaya kuliah nanti bisa dipenuhi? Tapi aku berusaha meyakinkan diri. Allah Maha Kaya. Pasti

ada cara-Nya. Begitu pikirku. Yang terpikir saat itu adalah aku akan mencari beasiswa setelah

aku berkuliah nanti.

Allah mulai menunjukkan kuasa-Nya. Di suatu siang, telepon genggamku berbunyi. Ada

sebuah nomor baru. “Assalamu’alaikum,” kataku setelah kupencet tombol hijau di hp-ku.

“Waalaikumsalam, kami dari UNAIR akan menawarkan beasiswa untuk anda, disini kami

melihat data anda memenuhi syarat untuk mendapatkan beasiswa tersebut.” jawab suara di

seberang sana. “Tapi maaf, pak. Ini dengan pak siapa ya?” “saya pak Wahyu dari bagian

11

Page 12: Naskah Buku Dermaga Impian

kemahasiswaan.” “Lalu ini beasiswa apa pak ya?” tanyaku sekali lagi. “Ini Bidikmisi, karena

kuotanya masih ada, jadi anda saya tawari untuk ikut.” Saat itu aku masih belum bisa percaya,

begitu banyak pertanyaan yang menghampiri karena telepon itu begitu tiba-tiba. Belum lagi

penelepon itu berkata aku harus ke Surabaya besok, aku belum pernah ke Surabaya seorang diri.

Ada rasa takut menyergap membayangkan aku berangkat esok hari. Sendiri. Karena biasanya

aku bersama keluarga ke Surabaya, ketika mengunjungi saudara, atau ketika aku mengikuti tes

PMDK-Prestasi waktu itu, bapakku yang menemani.

Aku yang belum terlalu siap harus berangkat ke Surabaya untuk mengurus segala

keperluan beasiswa bidik misi, keesokan harinya. Kukumpulkan keberanian dengan berbekal

fotocopy rapor sesuai dengan yang diinstruksikan Pak Wahyu kemarin. Sesampainya di terminal,

aku di jemput kakak iparku lalu ia mengantarku ke rektorat. Di sana ternyata aku harus mengurus

surat-surat dari desa, membuat surat pernyataan dan rekomendasi dari sekolah. Hari itu pula mau

tidak mau aku kembali pulang ke rumahku di Trawas yang kiri-kira waktu tempuhnya 2-3jam.

Rasa lelah menghampiri, tapi aku meyakinkan diri untuk tetap bertahan.

Sesampainya di rumah bapak turut membantu. Mengantarku untuk mengurus surat-surat

di kantor kelurahan. Sungguh, ketika aku melihat perjuangan beliau, aku teringat akan segala

perjuangan beliau selama ini untuk keluarga kami. Di rumah, ibu tak henti-henti berdo’a dan

terus mendukungku. Aku sendiri lalu berangkat ke SMAku yang berjarak 12 km dari rumah

untuk meminta surat rekomendasi. Sayangnya kepala sekolahku yang saat itu sakit tidak ada di

tempat. Ada sedikit rasa kecewa. Aku pun pulang dan memutuskan datang hari berikutnya.

Alhamdulillah, beliau datang. Aku pun mengutarakan maksudku. Beliau mendukung dan

mendo’akanku agar aku lolos. Aku tersenyum bahagia saat itu, beliau memang sedikit banyak

mengenalku. Segala keperluan sudah selesai. Malam itu aku kembali disergap rasa takut untuk

berangkat lagi ke Surabaya. Seorang diri. Jujur aku menangis malam itu. Ibu datang

menenangkanku. “Sabar, nak. Ini baru awal. Kamu pasti akan terbiasa nanti.” Nyamaaan sekali

rasanya menengar kata-kata beliau yang duduk disampingku mengelusku, hangat.. Aaah...

menulis semua ini semakin membuatku rindu pada ibu.

Pagi-pagi aku berangkat. Kakak iparku kembali yang membantuku sesampainya di

Surabaya. Sesampainya di kampus C, ia menunggu di luar. Aku masuk ke ruang kemahasiswaan

untuk menyerahkan berkas-berkas yang telah kubawa. Setelah selesai kakak iparku mengantarku

12

Page 13: Naskah Buku Dermaga Impian

untuk melihat rumah kost tempatku nanti. Lalu kami pun mampir ke tempat kakakku bekerja di

daerah Medokan. Aku menginap semalam. Keesokan harinya aku pulang. Perasaan lega

menemaniku pulang hari itu.

“Bagaimana, nak? Lancar?” begitu tanya ibu sesampainya aku di rumah saat beliau

menemaniku beristirahat. “Alhamdulillah, bu. Lancar, tinggal menunggu hasilnya. Semoga lolos

ya, bu.” “Amin.” kata ibu mantap.

Hari-hari dimulainya perkuliahan semakin dekat. Aku sudah mulai menempati tempat

kostku. Saat itu di Kedung Tarukan Baru 3C. Aku menjalani PPKMB dari tingkat universitas,

fakultas hingga jurusan. Sambil terus berdo’a dan menunggu kabar mengenai pengumuman

bidikmisi. Karena lokasi kostku lumayan jauh, bulan Oktober 2010 aku memutuskan pindah ke

asrama Ekanita. Bulan itu perkuliahan dimulai. Di asrama ternyata banyak mahasiswa penerima

bidikmisi.

Hari yang ditunggu tiba. Teman-teman mendapatkan pengumuman bahwa beasiswa telah

keluar. Tapi aku belum mengetahui apakah aku lolos atau tidak. Salah satu temanku yang sudah

melihat ke rektorat berkata bahwa aku mendapatkan beasiswa bidikmisi juga. Aku begitu senang

mendengarnya. Hari itu aku ke rektorat (mencoba) sendiri dengan menumpang bus FLASH. Aku

mencari namaku di dalam daftar mahasiswa penerima bidikmisi. Di bantu oleh petugas yang

mengurus bidikmisi. Setelah beberapa saat mencari, ternyata namaku ada. Setelah

menandatangani daftar tersebut, petugas tersebut menjelaskan seperti apa teknis penerimaannya.

Ternyata kita akan dibuatkan rekening baru di bank Mandiri dan beasiswa itu akan kami terima

tiap bulan untuk biaya hidup. Biaya semester juga akan dibayarkan secara langsung. Aku begitu

bersyukur. Alhamdulillah... berulang kali aku ucapkan. Aku segera memberi kabar pada kedua

orang tua. Mereka terdengar begitu bahagia dan bersyukur. Saat itu aku begitu terharu dan

menitikkan air mata.

Sungguh, aku sangat mensyukuri semua ini. Dengan beasiswa bidikmisi aku bisa belajar

di sini. Di Universitas Airlangga. Aku akan berusaha untuk belajar keras sebagai wujud rasa

syukur itu. Menulis semua ini membuat aku mengenang masa itu. Perjuangan, rasa kecewa dan

takut yang berakhir haru dan bahagia, semua itu telah membuahkan hasil. Tinggallah aku

sekarang harus berjuang untuk bisa menjadi orang yang berguna.

13

Page 14: Naskah Buku Dermaga Impian

Alhamdulillah Ya Allah, terima kasih bapak-ibu dan kakak-kakakku yang mendukungku.

Do’a mereka begitu berarti. Terima kasih kepala sekolah dan guru-guruku yang senantiasa

membantuku. Terima kasih pada pihak kemahasiswaan UNAIR yang menjadi jembatan bagiku

untuk mendapatkan beasiswa ini. Terima kasih. Hanya itu yang bisa aku sampaikan. Aku berdo’a

agar Allah membalas jasa-jasa mereka semua. Dan aku akan berusaha pula untuk membuat

mereka bangga dan bahagia. Khususnya keluargaku.

PERJUANGANKU…

Oleh : Adi Surya Oktavianto

14

Page 15: Naskah Buku Dermaga Impian

Assalamu’alaikum…

Pertama-tama saya mau mengucapkan terima kasih kepada teman-teman BEASISWA

bidik misi karena sudah mengadakan progam untuk curhatan anak bidik misi. Nama saya Adi

Surya Oktavianto, sekolah di SMAN 3 Surabaya. Waktu masih kelas XII SMA, saya sudah

mempunyai tekat dan impian untuk bisa kuliah di Universitas Airlangga dengan beasiswa.

Pada waktu akhir SMA kelas XII semester I, saya sudah mempersiapkan diri untuk belajar

dan berusaha mencari info agar bisa kuliah tanpa membebani orang tua saya. Pada

pendaftaran PMDK Prestasi, saya didaftarkan oleh SMAN 3 Surabaya untuk mengikuti tesnya

tersebut. Dan alhamdulilah waktu itu ada pendaftaran beasiswa BIDIK MISI dengan

persyaratan yang sangat banyak dan rumit. Tapi karena tekat saya sudah bulat untuk kuliah,

maka saya segera memproses persyaratan beasiswa BIDIK MISI itu dengan cepat.

Alhamdulilah juga selama di SMAN 3 Surabaya, saya bisa mendapatkan rangking 1 dari kelas

X sampai dengan kelas XII. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan meskipun itu hanya

kesuksesan yang sangat kecil. Kemudian persyaratan beasiswa BIDIK MISI itu saya kirimkan

secara kolektif ke PPMB UNAIR yang ada di Jalan Dharmawangsa. Dan pada

pengumumannya, saya sedikit kecewa karena saya tidak lolos seleksi administratif untuk bisa

mendapatkan BMU (Biaya Mengikuti Ujian).

Tapi saya tidak menyerah karena kalau seandainya tes PMDK Prestasi saya lolos, maka

secara otomatis saya bisa dapat BIDIK MISI. Akan tetapi, pada saat pengumuman, lagi-lagi

saya harus tertunduk lesu karena tidak diterima di Universitas Airlangga. Tapi Saya tidak

menyerah, karena saya yakin bahwa Allah punya rencana lain. Pada pendaftaran SNMPTN,

akhirnya saya bisa lolos seleksi administratif dan mendapatkan BMU (Biaya Mengikuti

Ujian). Pada tanggal 14 Juli 2010, saya berkumpul di gedung Kahuripan kampus C UNAIR

untuk berkumpul dengan teman-teman penerima BMU. Jumlahnya sekitar 500-an karena

sudah di seleksi. Pada hari itu juga saya di asramakan di asrama R.S Haji Surabaya. Saya 1

kamar dengan 12 orang teman baru saya. Seperti Iqbal (FPK 2010), Rangga (FST 2010),

Syaiful Yahya (FST 2010), Munir (FST 2010), Reza Hendra (FEB 2010). Sebuah keakraban

dan kebersamaan yang sangat luar biasa selama hidup saya. Karena dari teman-teman itulah

saya bisa berfikir bahwa dalam meraih masa depan benar-benar membutuhkan usaha yang

sangat kuat untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan.

15

Page 16: Naskah Buku Dermaga Impian

Pada tanggal 16 dan 17 Juli 2010, saatnya pertempuran dimulai. Kita semua (dari anak-

anak BMU) berangkat ke tempat ujian dengan naik Bus Flashnya UNAIR. Dan kebetulan

saya tes SNMPTN-nya di FISIP Kampus B Unair. Pada hari pertama, saya sangat bingung

bahkan hampir mau menangis karena di LJK saya kurang tanda tangan saya. Tapi saya tetap

otpimis saja. Setelah hari kedua tes SNMPTN, semua anak BMU dikumpulkan jadi satu untuk

acara penutupan yang dihadiri oleh Mas Arif Faturrachman selaku Presiden BEM UNAIR dan

Bapak Imam Mustofa selaku Direktur Kemahasiswaan. Sangat bangga dan senang sekali bisa

ketemu dengan beliau semua. Dan pada akhirnya, perpisahan telah terjadi. Sempat kami

semua berifkir, akankah kita bertemu di Universitas Airlangga, tapi nampaknya seluruh

teman-teman BMU benar-benar semangat dan yakin kalau bisa menuju dan kuliah gratis di

Universitas Airlangga.

Pada tanggal 17 Agustus 2010, pengumuman SNMPTN dimulai. Bisa dilihat di

warnet atau di koran. Tapi sekali lagi, saya tidak lolos SNMPTN. Hatiku benar-benar sakit

dan menangis. Dan aku juga sudah putus asa untuk kuliah karena faktor biaya yang saya

hadapi. Tapi saya tetap tegar dan mencoba berfikir “Mungkin Allah memberikan jalan lain

yang lebih baik dari ini”. Kemudian saya berusaha untuk melamar pekerjaan untuk

menghilangkan memori buruk di SNMPTN. Dan pada hari kamis, saya puasa sunnah tiba-tiba

ada telfon dari teman SMA saya dulu. Dia menawarkan untuk memberikan aku bukti

pembayaran bank untuk daftar PMDK Diploma. Dia sengaja memberikan itu ke aku karena

dia sudah diterima di PMDK UMUM 2 dan tidak mau serakah. Subhannallah... apa ini jalan

dari Allah untuk memberikankanku sebuah kesempatan untuk kuliah. Akhirnya dengan ijin

orang tua aku mengikuti tes PMDK Diploma yang sudah dikasih uang pendaftarannya sama

temanku SMA itu. Dan Alhamdulilah saya bisa diterima di Universits Airlangga. Kemudian

saya dengan tekat dan semangat pantang menyerah, saya ke Rektorat dan mencari yang

namanya Bapak Singgih untuk mengajukan beasiswa BIDIK MISI lagi. Dan alhamdulilah

saya bisa diterima untuk kuliah di Universitas Airlangga dengan Beasiswa BIDIK MISI.

Sekali lagi, Subhannallah...Ternyata sebuah masalah dan tantangan apabila kita mau berusaha,

berdo’a, dan berjuang dengan kesabaran dan pantang menyerah maka Allah akan memberikan

hasilnya sesuai dengan usaha kita. Mungkin itu, sekelumit cerita dari perjuangan saya untuk

bisa Kuliah di Universitas Airlangga dan bisa mendapatkan Beasiswa BIDIK MISI. Apabila

ada salah kata, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima Kasih.

16

Page 17: Naskah Buku Dermaga Impian

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

ALLAH MAHA TAHU…

Oleh : Rohmatul Afrilia

17

Page 18: Naskah Buku Dermaga Impian

Sekolahku bukanlah termasuk sekolah yang update mengenai beasiswa di kala itu. Bukan

hanya Beasiswa Bidik Misi, tetapi beasiswa pendidikan yang lainpun jarang ada penawaran.

Maklum, sekolahku tergolong SMA yang bisa dibilang elite, karena letaknya di pusat kota dan

juga termasuk SMA terfavorit se-kabupaten Gresik. Rata-rata mereka yang bisa sekolah disitu

adalah anak-anak dari orang berada. Biaya SPP di kala itu Rp 200.000 dan uang pembangunan

sebesar Rp 2.500.000 yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Mungkin hal tersebut

tergolong pantas, karena predikat yang disandang SMA-ku adalah SMA SBI yang juga menjadi

SMA terfavorit di Gresik. Namun bagi anak yang berasal dari desa sepertiku, biaya tersebut

tidaklah sedikit. Bahkan aku pernah tidak mampu membayar SPP-ku selama enam bulan

berturut-turut dan hampir tidak bisa mengikuti ujian. Uang pembangunanpun terpaksa harus aku

lunasi selama tiga tahun sehingga namaku kerap kali diabsen sebagai siswa yang uang

pembangunannya belum lunas.

Aku berasal dari Sidayu, desa asri yang damai di sebelah utara kota Gresik. Kalau dari

kota kurang lebih sekitar 45 menit perjalanan dengan mengendarai sepeda motor. Aku adalah

anak pertama dari tujuh bersaudara. Selisih antar saudaraku tiga tahunan, yang paling kecil baru

lahir februari kemarin. Ayahku bekerja sebagai PNS (nonguru) dan ibuku adalah seorang

wiraswasta, kami punya toko kecil-kecilan yang menjual kebutuhan sehari-hari. Meskipun

ayahku seorang pegawai negeri, namun dengan gaji yang beliau terima setiap bulan tidak akan

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sembilan orang di rumahku. Sehingga setiap pulang dari

kantornya di siang hari, ayah harus berangkat kerja lagi mencari tambahan pengahasilan dengan

cara membawa barang dagangan dari toko untuk dijajakan ke desa-desa dan kembali ke rumah

setelah maghrib. Begitu seterusnya untuk setiap hari. Beliau memang orang yang ulet dan tak

kenal lelah.

Menjelang akhir kelas tiga, saat pendaftaran PMDK seluruh universitas mulai dibuka,

aku hanya bisa duduk termenung melihat teman-temanku yang berbondong-bondong mendaftar

di universitas manapun yang mereka inginkan. Padahal untuk satu universitas, umumnya

dikenakan biaya pendaftran sebesar Rp 200.000-500.000. Dengan segala keterbatasanku, aku

hanya bisa mendaftar pada satu universitas yang menjadi prioritasku yaitu Universitas Airlangga.

Karena PMDK-Prestasi di UNAIR lah yang semua biayanya tetap murah dibanding universitas

lain. Dan pada saat itu, belum ada sama sekali pemberitahuan tentang Beasiswa Bidik Misi

18

Page 19: Naskah Buku Dermaga Impian

UNAIR. Dalam hati kecilku aku selalu berdoa semoga semuanya dapat menjadi berkah di masa

depan. Tiba saat pengumuman penerimaan PMDK-Prestasi UNAIR, aku kurang beruntung. Aku

tidak diterima di satu-satunya Universitas yang kujadikan pegangan sebelum aku benar-benar

lulus dari SMA. Sedangkan teman-teman dekatku rata-rata sudah punya pegangan semua.

Bahkan beberapa dari mereka ada yang diterima pada dua-tiga universitas sekaligus. Aku sedih,

aku kecewa, aku iri. Seakan dunia tak berpihak pada orang kecil sepertiku. Aku hanya bisa

menangis meratapi nasibku. Aku ingin sekolah ya allah, aku tak tega mengecewakan harapan

besar orang tuaku kepadaku sebagai anak pertamanya. Anak yang bisa mengaharumkan nama

orang tuanya, anak yang bisa membanggakan orang tuanya, dan anak yang bisa menjadi panutan

bagi adik-adiknya.

Tapi aku harus bangkit, aku tidak boleh terus jatuh pada keterpurukan. Sekarang satu-

satunya jalan yang bisa ku gapai dengan biaya murah hanyalah lewat jalur SNMPTN. Aku harus

benar-benar bertekat untuk itu. Orang tuaku sangat menginginkan aku menjadi seorang dokter,

yang harapannya bisa mengangkat nama keluarga. Akhirnya yang menjadi pilihan pertamaku

adalah FK dari salah satu universitas negeri di Malang, karena aku pikir tingkat persaingannya

masih dibawah FK UNAIR. Kemudian untuk pilihan kedua adalah FKM UNAIR. Aku berharap

untuk tidak mengecewakan orang tuaku lagi. Kerena pada saat itu, ibuku sedang sakit dan

dirawat di rumah sakit karena beliau punya kista di rahimnya yang harus segera dioperasi. Aku

berharap aku dapat membawa berita bahagia untuk beliau sehingga dapat sedikit membantu

untuk kesembuhannya.

Saat pengumuman SNMPTN pun tiba, aku lolos pilihan kedua. Ada rasa senang dihatiku,

namun ada juga rasa sedih yang mengganggu pikiranku. Aku sedih karena tidak bisa memenuhi

harapan orang tuaku kembali, aku takut untuk menceritakan hasil pengumuman ini kepada

mereka. Aku tak tega melihat mereka kecewa ‘lagi’. Tapi aku mencoba untuk menceritakan

semua. Ketika aku dan ayah menunggui ibu di rumah sakit, aku mulai membuka omongan

tentang hal itu. Awalnya aku takut, namun setelah semuanya ku ceritakan, ibu memasang

senyum yang lebar. Beliau berkata mungkin ini memang yang terbaik untukmu nak, Allah pasti

sudah mempersiapkan semuanya. Dan keesokan harinya, ibuku sudah boleh dibawa pulang dari

rumah sakit. Alhamdulillah, paling tidak berita tersebut dapat membantu beliau agar cepat

sembuh.

19

Page 20: Naskah Buku Dermaga Impian

Waktu untuk pendaftaran ulang dibuka, aku baru sadar bahwa uang daftar ulang untuk

diterima di FK dari salah satu universitas negeri di Malang tersebut adalah sebesar 30 juta

TUNAI. Ya Allah, jika aku memang benar bisa diterima disitu, mungkin aku akan sangat senang

dengan hasil pengumuman tersebut, tapi aku tidak akan sanggup untuk membayar semua

persyaratannya. Uang dari mana lagi sebanyak itu. Padahal ibuku juga butuh segera dioperasi.

Mungkin memang sudah jalanku dapat diterima di UNAIR, dengan biaya daftar ulang yang sama

untuk semua fakultas dan dengan biaya yang bisa dijangkau sangat meringankan beban orang

tuaku.

Sampai di loket E, petugasnya menanyaiku tentang kondisi ekonomi keluargaku. Rasanya

air mata ini ingin jatuh, tapi harus aku tahan. Akhirnya mereka menawariku Beasiswa Bidik Misi

yang bisa gratis biaya pendidikan, sekaligus dapat biaya hidup tiap bulannya. Seakan mimpi

yang indah, aku serasa kejatuhan durian runtuh. Ya Allah, ini memang benar-benar takdirMu,

engkau memang persiapkan semuanya untukku. Alhamdulillah ya Allah Engkau selalu ada di

saat aku membutuhkanMu. Engkau memang pilihkan yang terbaik untukku. Alhamdulillah. . .

YAKIN ITU PERLU

Oleh : Ana Puspaningtyas

Universitas Airlangga??? Ya......sebuah Universitas Negeri dan merupakan salah satu

Perguruan Tinggi favorit yang ada di Indonesia, siapa yang tak tahu itu??? Jujur saya belum

20

Page 21: Naskah Buku Dermaga Impian

pernah bermimpi kalau saya bisa menimba ilmu di Universitas ini. Apalagi saya bisa

mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Sebuah beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu dan

berprestasi di bidang akademik maupun non akademik. Alhamdulillah....saya bisa melanjutkan

kuliah di luar kota dan di PTN. Saya dulu pernah berpikir bahwa saya tak bisa kuliah di luar

kota, karena orang tua saya, terutama ibu tidak mengijinkan saya untuk kuliah di luar kota.

Tetapi, semua itu berubah 180 derajad. Lalu, bagaimana semua ini bisa terjadi? Semuanya

berawal dari rentetan cerita panjang dan akan menjadi secuil kisah dalam perjalanan hidupku.

Ingin tahu ceritanya lebih lanjut? Simak terus ya!

Keinginan untuk melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi adalah mimpiku sejak dulu.

Meskipun saya adalah anak desa tetapi keinginan untuk melakukan perubahan yang besar selalu

membayangi dalam setiap mimpiku. Tetapi, ketika duduk di bangku Madrasah Aliyah saya

belum tahu perguruan tinggi mana yang akan saya masuki. Kemudian saya meminjam buku

panduan SNMPTN milik teman saya yang ikut Bimbingan Belajar. Perlu dicatat! Tujuan saya

meminjam buku bukan berarti saya akan mengikuti ujian SNMPTN. Tetapi, saya hanya sekedar

iseng. Dari keisengan itulah saya menjadi tahu tentang perguruan tinggi negeri. Kemudian ada

sedikit gambaran untuk diri saya. Yaa.....”Saya ingin kuliah ke luar kota dan di

PTN!!!!”.Kemudian keinginan saya itu kuutarakan kepada orang tua saya. Tetapi, semuanya

tidak semudah yang saya harapkan. Ibu tidak setuju jika saya kuliah ke luar kota. Alasan yang

paling fundamental dan saya tak mungkin menentangnya adalah mengenai masalah biaya.

Maklum, untuk kuliah di luar kota itu memang banyak mengeluarkan biaya. Tetapi, saya tidak

putus semangat. Setiap hari, saya berusaha untuk membujuk ibu agar setuju dengan keinginanku.

Selain itu, tak lupa dalam tiap alunan doaku selalu kupanjatkan agar aku bisa kuliah di luar kota

dan di PTN.

Setetes embun di pagi hari itu masih ada, mungkin itulah kalimat yang pas untuk

menggambarkan suasana saat itu. Sebuah titik cerah itu datang ketika saya dipanggil oleh Bu

Wafi, guru BP di sekolah saya. Saya dan keempat teman saya dipanggil agar mempersiapkan

berkas-berkas untuk digunakan sebagai syarat pengajuan Beasiswa Bidik Misi. Untuk

mendapatkan beasiswa ini harus melewati banyak tahapan. Diantaranya adalah seleksi

administrasi, yaitu seleksi melalui berkas-berkas yang telah dikirimkan dan kemudian bagi yang

21

Page 22: Naskah Buku Dermaga Impian

lolos tes ini dapat mengikuti ujian tanpa harus mengeluarkan biaya. Waktu itu saya dan teman-

teman mengirimkan ke Universitas Airlangga.

Singkat cerita, setelah satu bulan dari pengiriman berkas keluarlah pengumuman.

Tepatnya pada Ujian Akhir Nasional, tetapi hasilnya sedikit mengecewakan. Dari kelima anak

yang mengirimkan berkas hanya satu yang berstatus BMU (Biaya Mengikuti Ujian). Sehingga

seperti dikomando, keempat anak yang lainnya termasuk saya langsung mundur dan tidak

meneruskan lagi. Sebenarnya secara administrasi kami berlima diterima tetapi yang dapat BMU

hanya satu anak. Kecewa? Pasti..,tetapi kekecewaan itu tak kubiarkan bersemayam lama dalam

kalbuku. Segera kutepis dan kukobarkan lagi semangatku bahwa “Aku harus kuliah di luar kota

dan pastinya di PTN”. Kemudian kuberanikan diri untuk mendaftar Beasiswa di UIN Maliki

Malang. Sama seperti yang di UNAIR, saya lolos seleksi administrasi dan saya mengikuti tes di

Malang bersama temanku, Eva namanya.

Dua minggu telah berlalu, hasil pengumuman itu saya tunggu tapi tak ada kabarnya.

Sebulan dari tanggal pengumuman tapi tak datang juga. Perasaan putus asa sempat singgah di

hati ini tatkala guru-guruku menanyakan tentang tes itu. Dalam keputusasaanku itu datanglah

sebuah surat panggilan dari Universitas Airlangga yang menyatakan bahwa kami disuruh untuk

mengikuti tes SNMPTN dan apabila lolos akan mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Atas saran

dari bapak/ibu guru, akhirnya saya mengikuti tes itu. Bersama dengan kedua teman saya, saya

akhirnya berangkat ke Surabaya. Sebelum berangkat ke Surabaya ada cerita lucu yang

menghiasinya. Guru-guru kami sempat bingung dengan apa kami pergi ke Surabaya. Saya masih

ingat ketika itu bapak ibu guru kami berada di depan kantor dan saling beradu argumen tentang

kepergian kami ke Surabaya. Ada yang mengusulkan untuk naik kereta, ada juga yang

mengusulkan untuk naik bus saja. Kami memang kagum pada guru-guru kami, coba Anda

pikirkan yang mau pergi ke Surabaya itu siapa dan yang repot siapa. Kami adalah anak desa

yang belum pernah ke Surabaya jadi kami merasa takut kalau pergi kesana sendirian eitsss

maksudnya kami bertiga, harap kamlum ya.

Hingga akhirnya tepat pada tanggal 12 Juni 2010 kami tiba di Surabaya. Kami menginap

di kosnya kakak kelas. Dan keesokkan harinya kami diantar ke UNAIR. Pagi itu tepatnya di

Ruang Kahuripan ada sekitar lima ratus anak yang datang dari berbagai daerah yang tujuannya

sama yaitu berjuang dan ingin mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Sempat minder juga, tapi tetap

22

Page 23: Naskah Buku Dermaga Impian

yakin bahwa saya pasti bisa. Kemudian sekitar lima ratus anak itu dibawa ke asrama Haji

Sukolilo untuk mendapatkan pembekalan sebelum tes SNMPTN. Disini saya mendapatkan

banyak kenalan dengan anak-anak dari luar daerah. Saat itu, saya satu kamar dengan delapan

anak. Selama empat hari bersama timbullah keakraban di antara kami. Selama kami di asrama

haji, saya mendapatkan pengarahan dari panitia BMU. Di situ kami mendapatkan motivasi dari

pak Imam, berbagi cerita dengan mas Arif, sampai diantarkan ke tempat tes.

Tes SNMPTN tinggal satu hari lagi. Tetapi, malam hari sebelum tes saya mendapatkan

kabar yang begitu mencengangkan. Saya tidak lolos tes yang di UIN Malang. Sempat nangis saat

itu, tetapi alhamdulillah saya punya teman-teman yang baik. Saya diberi motivasi, bahwa

mungkin itu belum rejekimu An, ucap Eva temanku yang diterima di UIN Malang. Saya sempat

gelisah, tapi inilah hidup. Apapun yang terjadi saya harus tetap menjalaninya. Malam itu saya

tidak bisa tidur. Tetapi, saya yakin bahwa disini saya harus bisa. Saya harus lolos tes SNMPTN.

Waktu itu saya tesnya di ITATS, yang jaraknya lumayan dekat dari asrama haji. Sehingga

teman-teman yang tes disana berjalan kaki ketika menuju ke sana. Hari tes pertama, saya agak

tidak percaya bahwa saya benar-benar mengikuti tes SNMPTN. Saya mikir ternyata ada

manfaatnya juga saya pinjam buku waktu itu. Pejuang-pejuang tangguh, ya kata itulah yang slalu

saya ingat ketika saya mereview perjuangan berjalan kaki menuju ITATS bersama seratus teman

lain. Kata-kata itu saya dapatkan dari mbak Fefty, ketua pelaksana BMU. Ikhtiar telah selesai,

kini tiba saatnya untuk berserah diri.

Satu bulan kemudian pengumuman itu keluar. Malam hari sebelum pengumuman, ada

temanku yang mengirimkan sms bahwa dia diterima. Aku merasa senang, dan aku yakin bahwa

aku juga akan diterima. Keesokkan harinya, temanku sms aku dan menanyakan nomor tesku.

Tapi tak kubalas, waktu itu pulsaku tengah habis. Tak lama kemudian, temanku itu menelepon

dan menanyakan nomor tesku. Kututup telpon itu, dan kutinggal sholat dhuha. Kemudian

berdering lagi. “Selamat an, kamu diterima di Jurusan Matematika,” suara Eva bagaikan air di

tengah padang pasir yang menyejukkan raga, maaf kata-katanya agak lebay, karena saya benar-

benar bahagia waktu itu). Itulah sedikit cerita dari saya, semoga bisa menginspirasi banyak

orang. Satu hal yang perlu dicatat dari cerita ini adalah bahwa keyakinan untuk mendapatkan

sesuatu itu perlu.

So, TETAP SEMANGAT yaaa!

23

Page 24: Naskah Buku Dermaga Impian

SECUIL KARUNIA DARI KEBESARAN-NYA

Oleh : Binti Rumiyati

24

Page 25: Naskah Buku Dermaga Impian

“Bin kamu di cari bu Nanik, disuruh ke ruang BK (bimbingan konseling),” teriak Ida

temenku dari luar kelas.

“Ya Da trims yaa,” jawabku padanya dengan sedikit berteriak.

“Yuhu..sama-sama,” meninggalkan depan kelas XII IPA 1.

Saat itu juga aku dan satu teman sekelasku (Kiki) bareng ke ruang BK memenuhi

panggilan bu Nanik. Di sana kami diberi tahu kalau ada beasiswa dari UNAIR yang membuat

semangatku ingin kuliah bangkit lagi. Di sana kami diberi tahu kalau ada Beasiswa BIDIK MISI

dengan pembayaran biaya kuliah free selama 4 tahun dan biaya masuknyapun tak memerlukan

biaya kalau bisa lolos BMU, kami bersepuluh dimintai kepastiannya hari itu juga.

“Mau nggak kalian ikut daftar di sini, kalau memang gak mau akan segera ibu carikan

penggantinya.” ucap bu Nanik dengan kewibawaannya.

Akhirnya kami ambil tawaran itu, meskipun sebenarnya saat itu aku belum dapat izin dari

keluargaku dan beberapa saudaraku, karena memang keadaan ekonomi yang tidak

memungkinkan. Saat itu yang sudah pasti mendukungku untuk kuliah hanyalah kakakku dan

saudara yang rumahnya dekat dengan rumah budheku yang kutumpangi selama aku SMA.

Setelah pulang sekolah aku langsung minta izin pulang ke rumah pada Budhe dan Pakdhe. Dari

izin mereka saat itu juga aku meluncur ke tanah kelahiranku (Gading) dan mengatakan kepada

keluargaku di sana kalau aku tetep akan melanjutkan kuliah karena ada beasiswa BIDIK MISI

ini, seperti sebelum-sebelumnya jawabannya tetep sama.

“Kamu mau pakai uang apa Bin buat kuliah, tidak mengerti keadaan orang tua mu ya?”

“Masalah itu tidakak usah dipikir mak, yang penting jenengan bolehkan aku kuliah atau

nggak sekarang? Kan sudah ada beasiswa BIDIK MISI dan BMU, nanti misalnya memang nanti

nggak lolos BMU ya nggak dilanjutin.”

Akhirnya dengan tekadku, orang tuaku memberikan izin juga meskipun agak terpaksa,

segala pesyaratan yang diminta segera aku kumpulkan. Keesokan harinya aku kembali ke

sekolah dan mengumpulkan berkas-berkas itu untuk segera dikirim ke UNAIR. Doaku tak

pernah putus sejak saat itu berharap Allah SWT mengabulkan doaku supaya bisa lolos BMU,

25

Page 26: Naskah Buku Dermaga Impian

karena itulah jalan satu-satunya untukku bisa melanjutkan kuliah. Beberapa minggu kemudian

pengumuman yang kami bersepuluh nantikan datang juga. Saat itu detak jantungku bergetar

sangat cepat menunggu hasilnya, berharap bisa lolos BIDIK MISI dan BMU.

“Alhamdulillah pengumuman dari UNAIR sudah keluar dan hasilnya sangat memuaskan,

sembilan dari kalian lolos BIDIK MISI, dan kamu yang belum lolos jangan berputus asa

ya.,mungkin ini belum rejekimu,” hibur bu Nanik ke Yuni yang belum bisa lolos BIDIK MISI

UNAIR.

“Tapi buat kalian yang sudah lolos ibu berharap kalian jangan berhenti sampai di sini

saja, karena dari kalian yang mendapatkan BMU hanya Kiki saja, jadi kalian yang belum lolos

BMU harus membayar registrasi sebesar Rp 300.000,00 untuk membeli formulir, tidak semua

orang bisa mendapatkan kesempatan ini.” tutur bu Nanik. Saat itu rasanya aku pengen nangis dan

menjerit sekeras-kerasnya karena bagiku keinginanku untuk kuliah saat ini sudah pupus. Di

tanah kelahiranku aku mencoba minta bantuan ke ortuku buat beli formulir. “Mak, nggak jadi

kuliah aku, aku nggak lolos BMU” dengan nada agak nangis dan marah aku ucapkan ke orang

tua dan saudaraku disitu.

Di Betet, rumah budheku, kepada budheku aku bilang kalau aku nggak jadi melanjutkan,

soalnya tidak ada biaya untuk membeli formulir. Budheku sebenarnya ada uang tapi cuma

seratus ribu, dan aku nggak enak kalau harus pinjam beliau, sudah terlalu banyak merepotkan

soalnya. Saudara sebelah rumah budheku memanggilku dan tanya bagaimana hasilnya.

“Kayaknya aku nggak jadi nglanjutkan mas, soalnya orang tuaku lagi nggak ada uang,”

jawabku dengan nada agak menangis.

Semalaman aku nggak bisa tidur memikirkan mau pinjam uang siapa ini? Padahal Senin

besok harus sudah beli formulirnya. Berbagai macam doa kupanjatkan pada-Nya dan tak lupa

pula sholat tahajud yang selama ini jarang sekali aku lakukan, berharap ada keajaiban atau

apalah yang bisa buat beli formulir.

Karena Allah memang Maha Agung, tepatnya minggu jam 15.00 aku di panggil sama

saudara sebelah rumah yang beliau saat itu mau kembali ke Surabaya. Disana sungguh tak

26

Page 27: Naskah Buku Dermaga Impian

kuduga. “Bin, kalau memang kamu sangat ingin kuliah, mbak ada uang sedikit ini, mungkin bisa

kamu pakai dulu. Nanti masalah mengembalikannya nanti saja, kalau kamu sudah ada uang,”

“Makasih mbak, makasih banget (dengan mata berkaca-kaca)” nggak ada kata-kata lain

yang bisa aku ucapakan, selain ucapan terimakasih,dan rasa syukurku kepada-Nya.

Hari senin kali ini terasa berbeda, tepat jam 15.00 aku sudah selesai melakukan registrasi

dan mengisi formulir bersama tujuh temanku lainnya. Sholat dzuhur hari itu penuh denga ucapan

rasa syukurku kepada-Nya. Dan bukan hanya itu, beberapa minggu setelah aku menginjakkan

kakiku untuk yang pertama kalinya di UNAIR untuk melakukan tes tulis, dengan hasil yang tak

kuduga, lewat ponsel mbakku (putri Budheku) aku dapat kabar kalau aku diterima di UNAIR

dengan NIM 141011009 di jurusan BUDIDAYA PERAIRAN. Banyak teman sekelasku yang

memberi ucapan selamat kepadaku dan tak terkecuali bapak ibu guru yang lumayan dekat

denganku memberiku ucapan selamat.

“Akhirnya Nduk terkabul juga doamu, jangan pernah sia-siakan kesempatan ini,semoga

ini langkah awal yang cerah untuk hidupmu,” ucap guruku sambil mengelus kepalaku, seperti

dengan anaknya sendiri. Di hari minggunya aku pulang ke Gading mengabari kedua orang tuaku

dan saudaraku dan beberapa saudara yang saat itu tidak ada di rumah, kalau aku sudah di akui

sebagai mahasiswa UNAIR. Meskipun respon beberapa dari mereka ada yang tidak

menyenangkan tak aku pedulikan, yang penting aku sudah diterima.

Terimakasih ya ALLAH atas segala karunia yang Engkau berikan kepada Hamba dan

teman-teman hamba.

MENGARUNGI SAMUDERA KESUKSESAN

Oleh : Dewi Mutmainah

27

Page 28: Naskah Buku Dermaga Impian

Sepahit empedu jika diterima dengan rasa kecewa, tapi serasa semanis madu jika diterima

dengan keikhlasan. Suatu usaha adalah tantangan bagi kita untuk berubah menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Seperti perjalanan mengarungi samudera pendidikan menuju perguruan tinggi yang

diharapkan. Di sini aku akan bercerita bagaimana perjalananku mengarungi samudera itu, hingga

sukses masuk UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Setiap siswa SMA yang kelas tiga pasti memikirkan nasibnya setelah menjalani UNAS,

entah akan kuliah atau bekerja. Tapi kalau perempuan kebanyakan ingin kuliah, seperti aku ini.

Walaupun kadang kendalanya dalam hal biaya. Untunglah aku mendapatkan Beasiswa BIDIK

MISI dalam hal ini. Setiap kesuksesan tidak luput dari pengorbanan, baik itu kecil maupun besar.

Tidak semua usaha semudah membalikkan telapak tangan, semuanya butuh kesabaran.

Sebenarnya dulu aku tidak ada niatan untuk kuliah di UNAIR, tapi nasib baikku mengatakan aku

harus masuk UNAIR. Karena waktu SMA aku hidup di kalangan pondok pesantren, jadi aku

tidak begitu tahu seluk-beluk universitas di luar sana, kalau tidak ada yang mengenalkan.

Untunglah guru-guru yang ada di sekolahku sangat memperhatikan kelanjutan pendidikan anak

didiknya, apalagi kepala sekolahnya bapak Abdullah Fakih yang sangat perhatian, seperti

memberikan latihan-latihan dan pretest.

Dulu di sekolahku, SMA AL-YASINI selain ikut program beasiswa BIDIK MISI, juga

ikut program beasiswa PBSB (penerimaan beasiswa santri berprestasi) dari Depag. Dan setelah

diseleksi, terpilihlah enam siswa kelas tiga dari semua jurusan lima perempuan dan satu laki-laki

termasuk salah satunya adalah aku untuk ikut tes beasiswa PBSB. Kami berenam bukan malah

bersenang-senang karena terpilih, tetapi kita sama-sama berjuang agar amanah yang kita emban

tidak sia-sia dan mengecewakan almamater kita. Setiap hari kita belajar bersama dari pagi

hingga sore, sampai-sampai kadang kita tidak ikut pelajaran di kelas. Tetapi kita juga tidak lupa

berdo’a dan meminta dukungan kepada orang terdekat kita, terutama pengasuh dan orang tua

yang melahirkan dan membesarkan kita. Hari demi hari kita lalui dengan lika-liku pengorbanan

hingga sampailah pada hari yang menegangkan yaitu, tes PBSB. Tempat tes yang kita datangi

adalah Asrama Haji Sukolilo, di sanalah kita berjuang berperang dengan dinginnya AC dan

panasnya soal yang diberikan. Berjam-jam kita lewati dengan berbagai macam soal yang tidak

aku ketahui itu mudah atau sulit, karena terlalu banyaknya soal.

28

Page 29: Naskah Buku Dermaga Impian

Perut mulai berdendang karena dia tahu bahwa soal sudah terselesaikan dan sebentar lagi

makan. Setelah keluar ruangan, seperti biasa layaknya seorang guru, kepala sekolah yang

mengantar kita tes menanyakan bagaimana mengerjakan soalnya lancar apa tidak? Aku hanya

bisa menjawab “wallohu a’lam” (hanya Alloh yang tahu) yang penting aku sudah berusaha

sebaik mungkin. Setelah makan kita sholat kemudian pulang dan tinggal menunggu

pengumuman. Satu bulan kemudian pengumuman pun datang dan yang diterima hanya dua

orang, yang satu di UGM dan yang satu di UIN SYAHID. Hati terasa tersayat karena aku tahu

aku tidak di terima di UGM, tetapi aku tidak mau larut dalam kesedihan karena aku tahu ada

hikmah di balik itu semua. Dari situ aku bangkit dan berusaha membangun semangatku kembali

untuk mencapai keinginanku kuliah dengan bebas biaya karena aku tahu orang tuaku tidak begitu

mampu untuk membiayai aku kuliah yang biayanya cukup mahal. Untunglah meskipun beasiswa

PBSB gagal, tetapi aku masih punya beasiswa BIDIK MISI yang aku andalkan menjadi senjata

terakhirku masuk universitas dengan tanpa biaya.

Ternyata persyaratan mengurusi berkas-berkas BIDIK MISI tidak semudah yang aku

bayangkan, dan karena aku ada di pondok pesantren, jadi mau tidak mau ayahku harus bolak-

balik dari rumah ke pondok yang menempuh waktu satu jam dengan naik motor untuk memenuhi

berkas persyaratan, belum lagi kalau berkasnya keliru. Sebenarnya kau tidak tega dan merasa

bersalah, tetapi untunglah orang tuaku sangat baik hati dan selalu mengerti aku. Sehingga

mereka terus mengayomimu sampai persyaratan itu lengkap.

Pertama aku bingung memilih universitas, karena di formulir disuruh memilih dua

universitas yang diminati. Waktu itu aku memilih UIN MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG dan UNEJ. Tetapi tidak bisa dipungkiri kesibukan sekolah membuat formulir

terlambat dikirim dan akhirnya banyak universitas yang pendaftarannya sudah ditutup, termasuk

salah satunya UIN MAULANA MALIK IBRAHIM yang membuatku harus mengubahnya dan

entah kenapa hatiku menunjuk ke UNAIR seperti ada yang menggerakkannya. Formulir pun

kemudian dikirimkan dan tinggal menunggu pengumuman. Hari demi hari telah aku lalui dan

tibalah di saat penerima beasiswa BIDIK MISI berangsur-angsur diumumkam dari berbagai

universitas, dan temanku ada yang diterima dan ada yang tidak. Jantung mulai berdetak kencang

ketika penerima beasiswa BIDIK MISI UNEJ diumumkan, dan kemudian terasa berhenti

berdetak ketika aku tahu namaku tidak ada di daftar yang dicantumkan di website.

29

Page 30: Naskah Buku Dermaga Impian

Kini hari-hariku berjalan dengan penuh pertanyaan “haruskah aku berhenti?” harapanku

tinggal satu yaitu dari UNAIR yang paling akhir sendiri pengumumannya. Aku tidak tahu kapan

akan diumumkan, hingga pada saat aku di asrama, tiba-tiba teman-temanku mengucapkan

selamat kepadaku, aku tidak mengerti apa maksudnya, katanya sih aku diterima di UNAIR.

Tetapi aku masih bingung sebelum aku lihat sendiri namaku yang tercantum. Ternyata

keyakinanku semakin tinggi karena tidak lama kemudian kepala sekolahku memanggilku dan

memberi tahukan bahwa aku lulus BMU (biaya masuk ujian). Memang universitas lain tidak

pakai tes untuk masuk beasiswa ini, kecuali UNAIR. Tetapi aku sangat senang dan bangga

karena ternyata aku masih diberi kesempatan untuk mendapatkan beasiswa.

Aku terus berusaha dan berdo’a agar BMU ini tidak sia-sia. Besoknya orang tuaku

dipanggil ke sekolah oleh kepala sekolahku untuk diberitahukan soal beasiswaku, dan alangkah

senangnya karena orang tuaku bangga kepadaku dan mendukung 100% untuk masuk UNAIR.

Dari sekolah kami yang lulus BMU ada enam anak yang tiga laki-laki dan yang tiga perempuan

termasuk di antaranya adalah aku. Selang beberapa hari kami kemudian kami diantar pihak

sekolah untuk brefing ke kampus C Mulyosari Surabaya dengan penuh pengorbanan tersesat,

mengingat kita semua tidak tahu persis tempatnya, tetapi akhirnya ditemukan meskipun

terlambat sampai tujuan. Setelah mengantar kita kemudian mereka pulang. Setelah brefing, kita

di kirim ke asrama haji untuk menginap karena mengingat waktu ujian SNMPTN yang tidak

hanya ditempuh dalam waktu satu hari. Di sana kita diayomi dengan baik sekali oleh para

panitia, termasuk di dalamnya ada tryout sekaligus pembahasannya agar kita tidak kaget dengan

soal yang akan dikerjakan besoknya. Di asrama haji kita tidak hanya belajar soal, tetapi kita juga

belajar berinteraksi dengan sesama penerima BMU agar bisa kenal satu sama lain dan syukurlah

pertemanan kita disana masih terjalin sampai sekarang.

Tidak terasa tiga hari telah berlalu dan tibalah saatnya kita pulang dan menunggu

pengumuman. Ketika pengumuman tiba, aku tidak berani untuk melihat di website karena aku

takut namaku tidak tercantum lagi dalam daftar. Kepala sekolahku kaget ketika tahu aku belum

melihat pengumuman dan kemudian menyuruhku melihat di koran. Karena daftar yang

dicantumkan adalah bersifat nasional, maka aku dengan dibantu oleh teman-temanku

menulusuru ribuan nama yang ada di koran. Alangkah bahagianya karena ternyata namaku

tercantum di situ dengan kode jurusan Sastra Indonesia, tetapi sayangnya kelima temanku tidak.

30

Page 31: Naskah Buku Dermaga Impian

Teman-temanku pun memberi selamat kepadaku termasuk guru-guru yang ada di sekolah.

Setelah aku berbagi kebahagiaan di sekolah, aku memberi kabar kepada orang tuaku bahwa aku

diterima di UNAIR dan mereka pun senang sekaligus bangga.

Setelah diterima aku harus memnuhi registrasi yang rumit walaupun aku tidak pakai

biaya, tetapi jalan urusannya penuh dengan pengorbanan. Karena terlalu rumitnya sampai-sampai

aku dan ayahku harus bolak-balik dari rumah di Pasuruan ke Surabaya, berangkat subuh pulang

sore dan kadang sampai malam yang menempuh kurang lebih tiga jam setengah kalau tidak

dilanda macet. Tetapi semua itu kita lalui dengan penuh keikhlasan, karena kita tahu ini adalah

karunia dari Tuhan. Setelah aku memenuhi registrasi, akhirnya aku resmi menjadi mahasiswa

UNAIR tahun 2010 dan kemudian aku pun menjalani ospek sebagaimana penerimaan

mahasiswaaa baru di universitas.

Itulah semua perjalanan indahku mengarungi samudera pendidikan untuk memasuki

universitas terbaik ketiga se-Indonesia setelah UI dan UGM. Penuh perjuangan namun dijalani

dengan penuh keikhlasan. Kegagalan bukan akhir dari suatu usaha, tetapi kegagalan adalah awal

dari kesuksesan. Jadi setiap kegagalan pasti ada kesuksesan dibaliknya.

RAJUTAN MIMPI YANG AKHIRNYA BERSINAR

Oleh : Wahyu Wisnu Wardana

31

Page 32: Naskah Buku Dermaga Impian

Aku tinggal di daerah yang terpencil jauh dari hingar bingar keramaian kota, di sebuah

desa kecil bernama Condro di bawah Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur. Sebagai anak

desa, aku terbilang beruntung jika dibandingkan teman-teman seusiaku lainnya karena aku masih

bisa menikmati pendidikan sekolah lanjutan. Ya, aku bersekolah di sebuah Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) di dekat tempat tinggalku. Sebenarnya, aku ingin sekali bersekolah di SMA

agar nanti lebih mudah untuk melanjutkan pendidikan di Universitas (berkuliah), namun orang

tuaku sudah mengatakan kalau mereka hanya bisa menyekolahkanku sampai tingkat SMA.

Situasi itulah yang akhirnya membuatku memilih SMK. Berada pada suatu hal yang tidak

terlahir dari pilihanku sendiri, tak lantas membuatku menjalani pilihan tersebut seenaknya.

Mimpiku tetap sama, ambisiku tetap terjaga bahwa suatu hari aku harus berkuliah dan menjadi

seorang sarjana kebanggaan orang tua.

Hari demi hari, aku menjalani masa sekolah di SMK dengan begitu menyenangkan dan

penuh ukiran prestasi. Saat aku duduk di kelas XII SMK, kebingungan mulai menghantuiku.

Akan kemanakah aku selepas ini? Bekerja atau berkuliah? Aku merasa mimpiku terlalu besar

untuk dibuang begitu saja. Kegundahanku benar-benar membuncah saat memikirkan hal itu,

antara sebuah pertanggungjawaban mimpi dan realitas hidup bahwa kondisiku saat ini tak

memungkinkan untuk berkuliah ditahun ini juga. Terbesit dalam otakku untuk bekerja terlebih

dahulu selama satu tahun baru melanjutkan pendidikan (berkuliah). Aku mencoba menerima hal

itu dan tetap menjaga semangat mewujudkannya.

Dan kali ini, Tuhan memiliki skenario tersendiri. Disaat kegundahan bercampur dengan

hasrat yang membara, tiba-tiba teman SMPku mengirim pesan (sms) yang berisi informasi

tentang adanya Beasiswa BIDIK MISI dari Dikti. Antara bahagia dan tidak percaya aku

membacanya. Seketika itu aku berkata, “Bismillah, Allah memberiku jalan mewujudkan

mimpiku lewat program ini”. Optimisme hadir dalam hatiku dan dengan rasa antusisme yang

menggebu, aku mengayuh pedal sepedaku menuju warnet yang tak jauh dari rumahku untuk

melihat kebenaran sms yang aku dapat dari temenku tersebut. Alangkah bahagianya diriku ketika

kulihat apa yang temanku katakan memang benar adanya, namun mayoritas pendaftaran di

universitas telah ditutup. Kebahagianku yang tadinya berbinar kini mulai sirna digantikan rasa

takut. Sebuah pertanyaan klasik dari rasa takut terngiang, Bagaimana ini Wahyu? Lama aku

pelototi layar komputer dan membuka Google, aku menemukan satu universitas yang masih

32

Page 33: Naskah Buku Dermaga Impian

belum menutup pendaftaran Bidik Misi yaitu Universitas Airlangga. Artikel yang aku baca,

UNAIR mengharuskan calon penerima beasiswa lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Sepulang dari warnet, bukan kelegaan yang aku dapat tapi dua pertanyaan

besar : UNAIR itu dimana dan bisakah aku lolos SNMPTN mengingat aku siswa SMK yang

tidak dipersiapkan untuk melanjutkan kuliah layaknya siswa SMA dan jujur saat itu adalah

pertama kalinya aku mendengar nama Universitas Airlangga. Maklum, anak SMK tak begitu

paham dan mengenal dengan yang namanya Universitas plus aku juga tinggal di desa yang jauh

dari hiruk pikuk kemeriahan “pendidikan”. Aku memulai mencari informasi tentang UNAIR

lewat teman-teman SMAku. Alangkah kagetnya diriku saat teman-temanku mengatakan kalau

UNAIR itu universitas favorit, berkelas dan tak semua anak pandai bisa masuk di sana. Nyaliku

sedikit menciut mendengar keterangan temanku tadi. Malah, ada temanku yang sempat

mengatakan, “Jangan mimpi untuk berkuliah di sana, apalagi mendapat beasiswa?!, kami yang

dari SMA saja belum tentu, apalagi kamu!” Responku saat itu hanya bisa mengelus dada

mendengar ceramah mereka. Tetapi aku tak punya pilihan lain, mencoba ikut program itu dan

belum tau hasilnya atau kalah sebelum perang (menjadi pecundang).

Aku mengawali perjuangan panjang ini dengan meminta izin kepada bapak dan ibu.

Setelah beliau memberi izin, dengan cepat aku melengkapi semua persyaratan administrasinya

(dan hari itu adalah hari terakhir pengumpulan berkas). Hari itu aku benar-benar konsentrasi

mencari berkas yang dibutuhkan sampai-sampai aku izin tidak masuk kelas(sekolah). Saat

berkasku telah selesai (terkumpul) dan siap dikirim, kantor pos di kecamatan telah tutup

mengingat waktu telah menunjukkan pukul 3 sore. Dengan dibarengi perasaan takut, aku

mencoba mengirim berkasku itu lewat kantor pos di kabupaten/kota. Alhamdullilah, kantor pos

itu masih memberi pelayanan jasa pengiriman (Padahal, kurang dari 10 menit lagi, kantor pos

itu juga akan tutup dan bisa dibayangkan jikalau aku terlambat datang ke kantor pos itu lebih dari

10 menit???)

Hari berganti minggu dan minggupun berganti bulan, pengumuman penerima beasiswa

mengikuti ujian (BMU) UNAIR tiba juga, dan namaku tercantum. Subhanallah...terima kasih ya

Allah. Mulai saat itu, aku memupuk keyakinan bahwa ini adalah sebuah hadiah yang spesial

untukku dan tak boleh disia-siakan. Hal pertama yang harus aku sadari adalah pesaingku saat

SNMPTN nanti adalah mayoritas anak SMA yang telah mempersiapkan tes ini jauh-jauh hari

33

Page 34: Naskah Buku Dermaga Impian

dengan usaha yang maksimal, oleh sebab itu aku menyiasati hal ini dengan strategi memilih

materi IPS (Sosial) yang relatif lebih mudah untuk dipelajari dalam waktu yang relatif singkat.

Waktu itu, hasrat kuliahku benar-benar membara hingga membuat selera makanku turun (karena

konsentrasi untuk belajar dan keinginan yang kuat). Hari-hari menjelang SNMPTN (H-7) aku

manfaatkan dengan belajar buku siswa SMA (yang aku dapat dari meminjam, tentunnya). Coba

bayangkan, posisiku saat itu yang harus belajar materi anak SMA mulai dari kelas X sampai

kelas XII dalam waktu kurang dari satu minggu? Mungkin ada pertanyaan yang mengganjal,

kenapa aku tidak belajar dari jauh-jauh hari setelah mengirim berkas? Ya, karena aku sendiri

ragu apakah berkas administrasiku bisa samapai ke UNAIR mengingat aku mengisikan alamat

tujuan berkas secara ngawur tanpa ada alamat secara detail.

Tekadku sudah terlanjur membaja, semuanya harus bisa. Dan masalahku tak hanya

sampai disitu saja, aku masih dipusingkan dengan uang pembelian formulir SNMPTN plus biaya

transportasi menuju Surabaya (meskipun nanti akan diganti). Kuberanikan diri untuk meminjam

uang kepada tetanggaku agar bisa menutupi biaya tadi, dan untungnya beliau meminjamkannya,

kalau meminta ke orang tua tak mungkin karena berkuliah adalah pilihanku sendiri (mencoba

untuk mandiri. Semangat yang menggebu dan usaha yang extraordinary membuat fisikku protes,

ya aku sakit. Beruntung, obat toko bisa mengobati sakitku itu. Teman-teman perlu tahu juga aku

mendaftar SNMPTN pada hari terakhir, dimana proses pendaftaran online sangat sulit, hingga

pukul 15.00 aku belum selesai melakukan registrasi online....aku pikir saat itu semuanya berakhir

alias sudah benar-benar ditutup,eh ternyata masih dibuka lagi (pendaftaran gelombang ke dua),

kalau rezeki memang tak akan kemana.

Dengan persiapan yang menurutku tak begitu matang (dari segi materi pelajaran), aku

beranikan diri berangkat ke Surabaya. Dalam perjalanan itu, hanya doa, doa dan doa lah yang

membuatku sedikit tenang. Awal kedatanganku di tanah Surabaya, aku merasa terperangah

dengan sambuatan gedung-gedung yang tinggi dan kebisingan di jalan-jalan utama yang sangat

jauh dari suasana di desaku (anak desa sampai di kota, jadi agak norak). Di tengah

keterasinganku di tanah Surabaya, hadir kakak-kakak BEM UA yang baik dan selalu membantu.

Singkat cerita nih, aku mengerjakan SNMPTN dengan modal nekat. Tak ada keyakinan sama

sekali kalau apa yang aku kerjakan saat SNMPTN tadi akan berbuah manis. Prinsipku saat

mengerjakan adalah apa yang pernah aku baca atau tahu, itulah yang aku kerjakan. Sambil

34

Page 35: Naskah Buku Dermaga Impian

menunggu hasil SNMPTN, aku masih terus berusaha secara ukhrowi yakni terus sholat malam.

Secara logika memang sangat kecil kemungkinannya, tapi hatiku memiliki keyakinan lain.....dan

karena pesimisnya aku dengan hasil SNMPTN, aku sempat mengirim email ke

KEMENDIKNAS yang menyuarakan bentuk protesku atas SNMPTN yang seperti tak berpihak

dengan kami, anak SMK.

Hari penting itupun tiba, pengumuman SNMPTN. Karena takutnya, aku tak berani

melihat hasil itu secara langsung. Aku berikan PIN untuk melihat hasil SNMPTN kepada

temanku, dan pukul 18.30, HPku berbunyi, ku baca sms itu..Alhamdulilah, Tuhan mengabulkan

apa yang aku impikan. Aku diterima di UNAIR. Lagi-lagi, logikaku tak bisa berjalan....ada

pertanyaan penting, benarkah ini?, mungkinkah aku lolos? Ataukah temanku hanya bercanda?

Ternyata memang benar, aku diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR.

Setelah aku diterima di UNAIRpun tak lantas semuanya bisa berjalan begitu mudah dan

mulus...ada lagi challanges lain seperti uang beasiswa yang turunnya lama banget....padahal

perkuliahan sudah dimulai. Aku bingung mencari tempat tinggal karena aku tak punya modal

sama sekali untuk bisa bertahan di tanah perantauan Surabaya. Saudarapun juga demikian, tak

ada. Untungnya (sekali lagi dapat untung), aku bertemu tangan-tangan Tuhan lewat mahasiswa

senior UNAIR yang rela dengan ketulusannya memberikan aku tumpangan tempat tidur di

sebuah rumah kontrakan bernama Ghuroba. Waktu PPKMB, ospek fakultas dan jurusan. Pada

kesempatan spesial ini aku ucapkan terima kasih kepada kakak-kakak ku tercinta, keluarga kedua

ku. Semoga Allah membalas kebaikan kakak.

Akhirnya, aku menyadari bahwa ini semua adalah awal dari loncatan kesuksesanku

berikutnya. Mimpi-mimpi besarku yang lainnya masih menunggu untuk aku segara realisasikan,

amin. Semoga, uang rakyat yang aku nikmati hari ini untuk menempuh pendidikan bisa aku

kembalikan dalam wujud pengabdian pada bangsa, Insya Allah.

SEKARANG, BUKAN SETAHUN YANG LALU…

Oleh : Dwi Ernawati

35

Page 36: Naskah Buku Dermaga Impian

Surabaya. Akan menjadi tempatku untuk empat tahun kedepan. Waktu yang akan cukup

lama mungkin. Berdiri dan akan berkarya di dalam kota yang ramai ini. Kota yang tak pernah

kumimpikan dulu. Ada banyak cerita sebelum aku mampu menginjakkan kaki di kota ini. Tapi,

yang paling penting adalah aku disini karena aku berjuang untuk satu masa depan. Dan Tuhan

memberiku jalan dengan adanya Beasiswa Bidik Misi. Yang membuatku kembali bermimpi

untuk bisa melanjutkan cita-citaku yang setinggi mungkin. Inilah aku yang sekarang. Aku tak

perlu duduk dan malu dengan cita-citaku yang tinggi. Ya, begitulah pandangan orang desa

tempat asalku. “Ora noleh githoke”. Yang maksudnya bercita-cita harus melihat latar belakang

ekonomi keluarga. Tapi tidak. Aku mampu membuktikan kepada mereka, bahwa tekad yang

keras dan luhur mampu membawa seseorang mengarungi dunia yang lebih luas daripada diam

saja. Meski terkadang, harus ada yang memilukan atau bahkan menyakitkan sebelum kita

mendapatakan sejengkal dari mimpi itu. Dan ternyata Tuhan memperlakukannya pula padaku.

Waktu SMA dulu bisa kukatakan lebih susah daripada sekarang. Berlatar belakang dari

keluarga ekonomi rendah, aku mempertahankan sekolahku dengan berjualan hasil kebun, atau

menjadi tukang setrika pada tetanggaku. Terkadang, mengasuh anak tetanggaku, atau bahkan

bekerja memupukkan sawah milik orang. Semua demi mendapatkan satu lembar ijasah SMA

saja. Ya, meski berat tapi itu harus!. Ayahku yang saat itu hanya buruh tani, hasilnya hanya

cukup untuk makan sehari-hari. Sedangkan Ibuku, beliau sudah sakit semenjak aku lahir. Ingat

itu, aku terkadang iri pada anak lain yang sering bepergian bersama ibunya. Karena selama yang

kuingat, ibuku tak pernah keluar rumah karena sakitnya. Keseharian beliau hanya mengerjakan

pekerjaan rumah biasa. Jika lebih, penyakit kejang ibuku akan kambuh. Sisanya dari semua itu,

kutanggung. Membantu ayahku, kaki tangan ibuku serta untuk diriku sendiri. Demi lulus SMA

dan melanjutkan ke sebuah PT.

Waktu itu SMA ku tinggal beberapa bulan lagi. Dan saat itulah seharusnya aku

mengambil keputusan kemana aku akan melanjutkan. Namun sayang, saat itu biaya pendaftaran

masuk PTN cukup mahal. Aku bukan pungguk yang merindukan bulan. Yang ada didalam

pikiranku saat itu adalah bahwa, ketika aku harus melanjutkan ke PT, aku tak boleh lebih

menyusahkan orang tuaku. Ya, harus kupegang prinsip itu. Jika aku harus melanjutkan, maka

36

Page 37: Naskah Buku Dermaga Impian

sandungan utamaku adalah “uang”. Ya, itu kendala utama yang menghantuiku. Bahkan aku

sempat down, ketika kubaca bahwa biaya kuliah di PTN benar-benar tak main-main. Ketika ku

meminta pertimbangan orangtua, mereka mengiyakan jika aku akan kuliah, tapi hanya do’a saja

yang bisa mereka berikan padaku. Tak masalah.

Semangatku kembali membara sewaktu browsing di internet aku membaca tentang

Beasiswa Bidik Misi dan BMU. Kusampaikan pada orang tuaku, dan tentu saja mereka setuju.

Dengan segera kusiapkan berkas-berkas permohonan tersebut. Tak mau dibilang orang miskin

yang terlalu banyak berharap, hanya aku dan kedua orangtuaku saja yang tahu tentang

permohonan beasiswa ini. Maka, aku dan lima orang temanku yang berlatar belakang sama

denganku, dengan penuh harapan segera mengirimkan berkas itu ke UNAIR. Beberapa hari

kemudian, empat minggu sebelum UN, kira-kira setahun yang lalu. Waktu aku pulang sekolah,

rumahku kosong. Ternyata, ibuku opname dirumah sakit. Aku kaget juga sedih. Tentu saja

sebagai anak bungsu yang berada di rumah, aku bertanggung jawab penuh untuk hal ini. Siang

dan malam aku bergantian dengan ayahku menunggui ibuku di rumah sakit. Dengan satu

harapan, ibuku lekas sembuh dan aku segera masuk sekolah kembali, karena aku harus bolos

beberapa hari selama menunggui ibuku di rumah sakit. Setelah beberapa hari kemudian,setelah

kupikir kondisi ibuku sudah cukup membaik, meski belum bisa turun dari ranjang rumah sakit,

aku kembali masuk sekolah. Ayahku dan Budheku yang menunggui ibuku saat itu.

Seminggu tidak masuk sekolah disaat UN hanya tinggal dua minggu lagi. Hari itu

berbagai mata pelajaran yang tertinggal kukebut untuk kukuasai. Tapi sulit rasanya otak

menerima di sela aku yang terus kepikiran kepada kondisi ibuku. Hingga jam pelajaran usai,

kutinggalkan lagi les yang seharusnya kuikuti untuk persiapan UN. Aku segera mencari

angkutan untuk menengok ibuku di rumah sakit. Beruntung, seorang temanku mau

mengantarkanku. Aneh, perasaanku campur aduk.

Namun, ada kehendak lain dari Tuhan setiba aku di rumah sakit. Senja itu, 2 Maret 2010,

tepat selepas azdan ashar. Saat itulah kulihat ibuku untuk yang terakhir kalinya. Beliau

menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tentu semua ini sangat berat. Saat UN tinggal

selangkah lagi. Kacau semuanya waktu itu. UN rasanya hilang dari pikiranku. Rasa sedih itu

masih terus menyelimutiku. Saat orang yang menjadi supporter utama dalam hidupku harus

37

Page 38: Naskah Buku Dermaga Impian

berlalu meninggalkan dunia yang fana. Kadatangan sanak saudara serta teman-temanku tak bisa

menutup rasa pilu karena kehilangan itu. Saat itu rasanya seperti ditinggal ibuku hanya ke suatu

tempat saja, bukan untuk selamanya.

Satu minggu berlalu setelah kepergian ibuku, saat itu datang seorang sahabatku kerumah.

Dengan tenang dia menasehatiku, untuk segera meninggalkan kesedihanku saat itu. Dan memang

benar. Setelah aku semakin berfikir dan larut dalam kesedihan itu, maka perjuanganku akan tak

ada artinya. Dengan dukungan dari ayahku, saudara serta sahabatku yang setia, kubangun

kembali semangatku yang sempat hilang. Waktu yang hanya tinggal satu minggu sebelum UN

berlangsung, kugunakan untuk mengejar ketertinggalanku. Meski tak seberapa usahaku, tapi aku

berfikir itu bukanlah sebuah akhir. Justru dengan satu peristiwa itu, harusnya aku lebih tegar

untuk semua hal. Mungkin Tuhan memberiku takdir yang sedemikian karena Tuhan memang

sayang padaku. Mungkin aku harus menjadi lebih dewasa dengan jalanku sendiri. Dan bukankah

ibuku disana juga akan bangga jika aku menjadi sukses di kemudian hari??

UN kujalani dengan tenang, sisa kesedihan itu masih ada saat itu. Dengan sisa tenagaku

untuk mengingat materi yang telah kudapat, kujalani semua dengan ikhlas. Aku tak mau terpuruk

terus. Siang malam aku berdoa untuk ibuku dan kelulusan permohonan beasiswaku. Maka

bukankah itu akan membanggakan orang tuaku?? Maka aku bersyukur saat UN usai, kudapati

surat dari UNAIR, bahwa aku mendapatkan BMU. Senang rasanya. Mungkin ini adalah awal

jawaban Tuhan dari semua doaku. Maka kupersiapkan semuanya untuk ujian masuk PMDK

Prestasi Unair. Namun lagi-lagi, jadwal test itu bertepatan dengan peringatan empat puluh hari

kepergian ibuku. Terpaksa saat itu aku mendoakan ibuku dari Asrama Haji tempat anak BMU

menginap sebelum test berlangsung. Masih sedih rasanya sewaktu aku mengikuti test itu. Tapi

kucoba terus konsen pada semua soal.

Dua hari seusai test, aku sudah kembali ke Ponorogo. Masih ada ujian sekolah saat

itu.dan hari itu adalah pengumuman hasil testku di UNAIR. Dan Alhamdulillah, semua seperti

yang kuharapkan. Aku diterima di Fakultas Perikanan dan Kelautan. Saat hambanya bersedih,

ternyata Tuhan menjanjikan hal yang besar dibelakangnya.

Terima kasih Tuhan, ayah, ibu, doa kalian paling ampuh. Terimakasih untuk semua

guruku, yang membantuku untuk masuk ke UNAIR, teman-temanku di sekolah, teman-teman di

38

Page 39: Naskah Buku Dermaga Impian

DKR-KRR, kalian yang selalu mendorongku, memotivasiku. Terima kasih UNAIR, telah

memberi kesempatan padaku untuk mendulang ilmu disini. Dan ini bukanlah akhir dari

perjuanganku. Aku harus terus berjuang. Demi orangtuaku dan semua yang mengorbankan

segala hal untukku. Inilah awal dari semuanya, masih ada hari esok yang harus kulalui dengan

cita-cita indahku.

KEGAGALAN MEMBAWA BERKAHOleh : Ely Syarifah

39

Page 40: Naskah Buku Dermaga Impian

Kisahku dimulai pasca kegagalan ku di SNMPTN 2010. Aku tidak keterima di salah satu

jurusan yang aku pilih. Ketika itu aku berpikir bahwa mungkin ini memang pilihan terbaik buat

ku dan aku bisa mencobanya lagi tahun depan dalm SNMPTN 2011. Setelah itu, akupun tetap

menjalani aktivitas seperti sebelum-sebelumnya ketika menunggu pengumuman SNMPTN,

yakni menjadi seorang penjaga toko milik tetanggaku. Sampai akhirnya, tiba-tiba guru BK ku

telepon dan menanyakan kabarku. Beliau tiba-tiba menanyakan tentang kabar bahwa aku

keterima SNMPTN akan tetapi tidak aku ambil karena masalah biaya. Aku sempat shock setelah

tahu kabar itu. Akupun menjelaskan kepada beliau bahwa kabar itu salah, aku memang tidak

diterima dalam SNMPTN 2010. Aku juga menjelaskan bahwa sekarang aku sudah berprofesi

menjadi seorang penjaga toko. Setelah kami berbincang-bincang agak lama di telepon, guru BK

ku tersebut menginginkanku untuk datang ke sekolah karena ada hal lain yang ingin dibicarakan.

Sesuai dengan hari dan jam yang telah ditentukan, aku datang ke sekolah. Di sekolah,

tepatnya di ruang guru, guru BK ku mengatakan bahwa beliau sangat menyayangkan mengenai

keputusan ku yang akhirnya hanya menjadi seorang penjaga toko. Beliau tahu bahwa aku punya

kemampuan lebih dari seorang penjaga toko. Akhirnya, beliaupun menyarankan untuk masuk D3

di UNAIR. Mengenai biaya pendaftaran dan biaya daftar ulang jika nantinya aku masuk, Insya

Allah akan dibantu pihak sekolah dan teman-teman kelasku yang ternyata secara diam-diam

mengumpulkan dana untuk membantuku. Mungkin inilah jawaban atas doa-doaku selama ini.

Aku bisa kuliah dengan bantuan biaya dari pihak sekolah dan teman-teman kelasku. Thanks to

all of my teacher and my beloved friends”CESET” for help n support. Tanpa kalian semua,

sekarang tidak mungkin aku bisa menjadi salah satu mahasiswa dari Universitas Airlangga.

Setelah mendaftar PMDK Diploma, verifikasi data, dan sebagainya, akhirnya tibalah hari

dimana tes PMDK Diploma berlangsung. Berbekal pelajaran yang masih aku ingat dan do’a

restu orang tua, akupun melangkah mantap menghadapi tes tersebut. 2 hari setelah tes diadakan,

tibalah pengumuman bagi calon mahasiswa D3 yang diterima. Alhamdulillah, akhirnya aku

diterima dan menjadi mahasiswa D3 Analis Medis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Tak henti-hentinya syukur senantiasa aku panjatkan kepada-Mu Ya Rabb.

Keesokan harinya, aku dan ibuku berangkat ke Surabaya untuk melakukan daftar ulang.

Saat itu, ibuku membawa uang tunai sebesar Rp 6.000.000 dan aku membawa uang sekitar Rp

600.000. Padahal jika dihitung kami hanya perlu membawa uang Rp 5.400.000 untuk membayar

40

Page 41: Naskah Buku Dermaga Impian

SOP dan SP3. Kata ibuku dibuat jaga-jaga, jika nanti tiba-tiba biayanya membengkak. Ketika

sampai di Kampus B UNAIR, kami pun terheran-heran. Kenapa semua orang membawa

semacam kertas berwarna-warni yang telah dibendel? Dan dimanakah sebenarnya tempat daftar

ulangnya?. Akupun akhirnya bertanya ke seorang ibu yang juga mengantarkan anaknya.

Ternyata, tempat daftar ulangnya itu di Auditorium Kampus C UNAIR, bukan di Kampus B

UNAIR. Berbekal informasi dari ibu tadi, ternyata ketika daftar ulang juga harus menyerahkan

berkas-berkas seperti foto copy ijazah, foto copy akte kelahiran, foto 4x6 sebanyak 4 lembar

dengan background merah,dsb. Dan saat itu, naasnya aku tidak membawa foto copy akte

kelahiran dan tidak punya foto 4x6 sebanyak 4 lembar dengan background merah. Aku kasihan

melihat ibuku yang nampaknya sudah kelelahan akibat perjalanan dan ternyata salah tempat

daftar ulang juga. Daripada jauh-jauh ke Surabaya tapi sia-sia, akhirnya aku memberanikan diri

untuk tanya ke bagian informasi UNAIR. Kata bagian informasi, semua berkas termasuk foto

harus diserahkan saat proses daftar ulang kecuali foto copy akte kelahiran bisa diserahkan

keesokan harinya. Alhamdulillah. Segera setelah itu, aku dan ibuku mencari studio foto terdekat.

Ternyata di dekat situ, ada studio foto kecil yang juga hasilnya langsung jadi dan kualitas

fotonya pun lumayan bagus. Sekali lagi aku mendapat pertolongan dari-Mu Ya Rabb.

Segera kami menuju ke Kampus C UNAIR dengan naik angkot T2. Setelah sampai di

Auditorium, ternyata sudah banyak orang yang antri untuk daftar ulang. Berhubung saat itu hari

jum’at, petugas daftar ulang menunda daftar ulang dan akan menbukanya lagi setelah sholat

jum’at. Sambil menunggu selesai sholat jum’at, aku mengajak ibuku jalan-jalan ke FST. Kami

berdua sekalian sholat disitu. Setelah itu, kami berdua menuju ke Auditorium untuk

melaksanakan proses daftar ulang yang sempat tertunda tadi.

Ketika proses mengantri di loket A, tiba-tiba temanku sms. Dia memberi tahu bahwa di

dekat loket E yakni loket pengambilan buku, ada orang-orang BEM yang menawarkan beasiswa.

Setelah mengikuti semua proses hingga Loket F yakni loket pengambilan KTM. Dan ternyata

memang benar, disitu menawarkan Beasiswa Bidik Misi (BBM) untuk mahasiswa D3 yang

memang benar-benar memerlukan beasiswa tersebut. Akupun segera mendaftarkan diri menjadi

calon penerima BBM tersebut.

Keesokan harinya, yakni hari sabtu, aku segera mengurus semua berkas-berkas yang

harus aku serahkan untuk keperluan Bidik Misi, mulai dari foto copy raport, foto copy sertifikat

prestasi, foto copy rekening listrik, surat keterangan tidak mampu, dan masih banyak lagi. Dan

41

Page 42: Naskah Buku Dermaga Impian

pada hari itu juga, akupun harus kembali ke Surabaya untuk menyerahkan foto copy akte

kelahiran. Ketika hari senin, aku menyerahkan semua berkas-bekas ke Bagian Subdit

Kemahasiswaan di Gedung Rektorat. Bagian Kemahasiswaan mengatakan bahwa penerima

BBM akan diumumkan melalui website UNAIR.

Setelah itu, Kabar tentang BBM tidak pernah terdengar lagi. Hingga suatu ketika aku

mendapat kabar bahwa pengumuman penerima BBM sudah dapat dilihat di website. Setelah aku

lihat, ternyata namaku tidak termasuk dalam daftar itu. Aku agak kecewa melihat kenyataan itu.

Tapi aku tetap optimis bahwa mungkin lewat jalan lain Allah akan membantuku. Dan Allah pun

akhirnya menjawab do’aku. Beberapa hari setelah pengumuman itu, tiba-tiba aku dipanggil

pihak Sekretariat Jurusan. Ternyata ada undangan untukku dan kedua temanku, yakni Sella dan

Hawa, untuk melakukan tanda tangan SPJ Semester 1 sebagai penerima BBM di SC lama. Dan

itu berarti, aku tercatat sebagai penerima Beasiswa Bidik Misi Universitas Airlangga.

Alhamdulillah Ya Allah, mungkin ini semua memang jalan yang dari awal yang telah Engkau

takdirkan kepadaku. Mulai dari beberapa kegagalan yang aku alami hingga sekarang aku

menjadi mahasiswa UNAIR dan penerima BBM. Itu semua memang jalan terbaik-Mu untukku.

Mulai sekarang akan aku manfaatkan beasiswa ini sebaik-baiknya demi mengejar cita-cita dan

impianku. Semoga Engkau meridhoi jalanku ini Ya Rabb, amin.

MASUK UNAIR MENANG DOA

Oleh : Fajar Afif Fudin

42

Page 43: Naskah Buku Dermaga Impian

 

Sebenarnya, dari dulu aku tidak pernah ada rencana untuk kuliah, apalagi buat masuk

UNAIR. Hal itu dikarenakan orang tuaku tidak mampu membiayaiku untuk kuliah. Yang ada

dipikiranku dulu itu hanya ingin kerja kalau sudah lulus sekolah. Sejak naik kelas 3 SMA,

pandanganku mulai terbuka. Aku mulai memikirkan untuk menempuh pendidikan yang lebih

tinggi yaitu dengan cara kuliah. Soalnya yang ada dalam pikiranku waktu itu, aku ingin

mengangkat derajat keluarga, khususnya orang tua. Dengan berjalanya waktu aku mulai berpikir

perguruan tinggi mana yang ingin aku ambil. Karena masalah biaya, awalnya aku memilih

Universitas Trunojoyo (UNIJOYO) sebagai perguruan tinggi yang ingin aku ambil dan

mendaftar Beasiwa Bidik Misi disana. Aku juga sudah sempat mengumpulkan semua syarat

pendaftaran  untuk dikirim ke sana.

Orang tuaku setuju saja dimanapun perguruan tinggi yang aku pilih, termasuk di

UNIJOYO. Tapi, berbeda dengan orang tuaku, guruku malahan gak setuju jika aku masuk di 

sana. Guruku justru merekomendasikan aku untuk mendaftar di UNAIR.  Tapi awalmya aku

Tidak mau untuk masuk di UNAIR, soalnya dipikiranku UNAIR itu mahal. Guruku terus-

menerus memaksaku untuk mencoba mendaftar di UNAIR. Tapi aku menolak karena aku tidak

punya uang untuk mendaftar di UNAIR. Lagi-lagi guruku memaksa, sampai-sampai guruku mau

membayar uang pendaftaranku agar aku mau masuk UNAIR. Aku semakin tidak enak sama

guruku jika terus-terusan menolaknya. Akhirnya hatiku luluh juga, “ya sudah lah, apa salahnya

aku coba daftar di UNAIR”, begitu yang ada di pikiranku. Sejak itulah aku bulatkan tekad dan

memantapkan niat untuk daftar di sana. Aku langsung bilang ke orang tuaku kalau aku mau coba

daftar di UNAIR juga, dan orang tuaku setuju saja. Soalnya orang tuaku menyerahkan semua

keputusan kepadaku. Meskipun guruku mau membayar uang pendaftarannya, tapi aku dan orang

tuaku tidak mau, soalnya kami tidak mau merepotkan guruku. Jadi, orang tuaku mencari

pinjaman uang buat bayar biaya pendaftaran, karena pada waktu itu orang tuaku juga tidak punya

uang. Akhirnya aku mendaftar dan menyiapkan berkas-berkas pendaftarannya sekaligus berkas

Beasiswa Bidik Misi.

Waktu itu, aku langsung belajar dengan rajin, soalnya aku tidak mau mengecewakan

orang tua dan guruku. Satu hari sebelum tes aku dan teman-temanku yang juga mendaftar di

43

Page 44: Naskah Buku Dermaga Impian

UNAIR berangkat bareng secara kolektif untuk melakukan verifikasi dokumen. Sampailah pada

hari tes, aku merasa gugup mengikuti tes soalnya persiapanku masih terasa kurang. Saat tes Tes

Potrnsi Akedemik aku gak ada kesulitan meskipun beberapa soal masih belum sempat aku

kerjakan. Tapi saat tes prestasi akademik aku mulai kesulitan, soalnya sulit banget, belum lagi

waktu itu kondisiku kurang fit.

Keesokan harinya aku menunggu hasil pengumumnya. sekitar jam 4 sore temenku sms

dan menanyakan nomor pendaftaranku, katanya pengumumnya sudah keluar. Padahal setauku

pengumumnya masih keluar besoknya. Aku memberikan nomor pendaftaranku, tiba-tiba balasan

sms temanku, “Selamat Fajar Afif Fudin diterima di S1 Akuntansi dan diusulkan untuk

mendapatkan Beasiswa Bidik Misi”. Akupun kaget tidak percaya, soalnya menurutku

pengumumannya masih besok. Akupun kebingungan harus percaya atau tidak, untuk

membuktikannya aku  pergi ke rumah temanku yang punya modem internet. Setelah dicek

ternyata benar aku diterima di UNAIR.  Akupun langsung pulang dan memberitahu orang tuaku

dan guruku kalau aku diterima. Orang tuaku dan anggota keluarga yang lain sangat bahagia

mendengarnya. Setelah diterima muncul masalah baru, yaitu masalah biaya daftar ulangnya.

Soalnya waktu itu Bidik misinya belum ada pengumuman. Kami terus-menerus berdoa kepada

Allah SWT supaya aku diterima Bidik Misinya juga. Karena terlalu lama tidak ada kabar tentang

pengumuman aku mulai putus asa dan sempat berpikiran untuk tidak mengambil UNAIR kalau

Bidik Misinya tidak diterima.

Guruku pun terus menyemangatiku, sampai-sampai salah satu guruku mau membiayai

kuliahku jika bidikmisinya tidak diterima. Aku pun pasrah dengan semuanya, aku terus meminta

pada Allah supaya memberikan yang terbaik buat semuanya. Beberapa minggu tidak ada kabar,

guruku meneleponku untuk datang ke sekolah karena ada yang mau disampaikan katanya.

Keesokan harinya aku datang ke sekolah, lagi-lagi aku merasa terkejut saat guruku

menyampaikan selembar surat yang terlipat yang dikeluarkan dari dompetnya yang berisi bahwa

aku ditetapkan sebagai penerima Beasiswa Bidik Misi. Aku sangat senang membacanya hingga

mau nangis. Aku langsung pulang dan memberi tahu kepada orang tua dan keluarga. Mereka

sangat senang mendengarnya dan aku merasa bangga karena telah membahagiakan orang tua

meskipun hanya dengan cara kuliah gratis.

44

Page 45: Naskah Buku Dermaga Impian

Aku sungguh sangat beruntung karena bisa masuk ke Perguruan Tinggi favorit seperti

UNAIR. Ya meskipun awalnya aku tidak ada pandangan buat masuk UNAIR. Dan juga sangat

bersyukur kepada Allah karena bisa mendapatkan Beasiswa Bidik Misi sehingga bisa

meringankan orang tua. Terima kasih ya Allah atas karuniaMu. Terima kasih juga buat orang tua

dan guruku yang telah memberikan semangat dan doa yang tiada henti kepadaku. Sekali lagi

TERIMA KASIH.!!

JALAN BERLIKU MENUJU KESUKSESAN

Oleh : Yeny Mega Aprilita

45

Page 46: Naskah Buku Dermaga Impian

Bermula dari PMDK-Prestasi, sebelumnya aku setiap hari mondar-mandir ke warnet

untuk mencari informasi tentang tes-tes masuk PTN. Iseng-iseng aku buka websitenya UNAIR,

ITS, UNESA. Padahal aku awalnya tidak tahu mau daftar dimana. BINGUNG!! Setelah aku

buka websitenya UNAIR. Ternyata ada pengumuman tentang beasiswa-beasiswa. Sebenarnya

agak bingung, maksud dari pengumuman itu. Besoknya waktu di sekolah, aku cerita ke teman-

temanku. Terus teman-temanku mencoba lihat pengumuman itu. Setelah kita ngobrol bareng,

akhirnya kita bertujuh sepakat menemui guru BK untuk mendaftar. Setelah tahu persyaratan

Beasiswa Bidik Misi yang sangat banyak dan BMU (Beasiswa Mengikuti Ujian). Tapi untuk

kebaikanku, aku tetap semangat. Setelah berkasnya sudah lengkap, aku kirimkan ke UNAIR.

Beberapa hari kemudian,iseng2 aq liat di web nya UNAIR barangkali aja uda kluar hasil

seleksi nya. Ternyata firasatku benar, kalau hasil seleksi nya sudah keluar. Setelah melihat satu

per satu nama-namanya, ternyata tidak ada satupun dari kita yang lolos seleksi BMU itu, dengan

wajah kecewa. Besoknya aku cerita ke teman-teman, saking tidak percaya nya, akhirnya aku dan

teman-teman complain ke BK, barangkali berkasnya belum dikirimkan. Setelah mendengar

penjelasan dari BK, kita menerimanya.

Hari demi hari kita menunggu kabar itu, barangkali ada pengumuman susulan tentang

hasil seleksi itu. Banyak teman-temanku yang sudah diterima di jalur prestasi, wajahnya pada

bahagia. “Tidak usah sedih nak, tunggu saja mungkin ada info lebih lanjut dari pihak UNAIR,

dan coba tanya ke PPMB nya UNAIR” kata guru BK ku, itu yang membuat kami semangat

kembali, dan akhirnya aku dan teman-teman sepakat untuk mencoba tanya-tanya ke PPMB

UNAIR, engan tergopoh-gopoh aku dan teman-teman kesana, sesampai di sana, kami curahkan

uneg-uneg kami. Petugas-petugasnya melayani kami dengan ramah. Syukurlah...setelah dari

sana, kami dapat pencerahan juga, ternyata sudah terkumpul semua berkas-berkas kami dan itu

pun sudah lengkap, hanya saja belum waktunya di seleksi kembali.

Setelah kami dari sana, lega banget rasanya meskipun hanya segelintir omongan saja tapi

setidaknya sudah mendapat kepastian. Ternyata hasil seleksinya diundur sampai mendekati tes

SNMPTN. Beberapa hari kemudian, tibalah saat yang ditunggu-tunggu tiba. Tanggal 30 Mei

2010, malam hari ternyata pengumumannya sudah keluar. Alhamdulillah…kami bertujuh lolos

46

Page 47: Naskah Buku Dermaga Impian

semua. Meskipun aku terdaftar sebagai calon penerima Beasiswa Bidik Misi non BMU,

sedangkan teman-temanku sebagai calon penerima BMU.

Malam hari dapat sms, besoknya sudah terakhir batas pembayaran nya. Dari tanggal 31

Mei 2010, habis cap tiga jari di SMA, langsung cepat-cepat pulang ke rumah, aku mengajak

Ayah ke bank buat beli formulir. Setelah membayar, besoknya tanggal 2 Juni 2010, aku minta

tolong ke temanku untuk mendaftarkan SNMPTN online. Lemotnya minta ampun, karena

banyaknya yang mendaftar, sampai malam baru selesai semua daftar onlinenya. Malam-malam

aku belain naik becak sendirian, tidak ada yang jemput.

Satu minggu sebelum tes SNMPTN, aku dapat sms lagi dari kakak-kakak BEM UNAIR

yang isinya, tanggal 14-17 Juni 2010, diadakan pengasramaan calon mahasiswa baru di Asrama

haji Surabaya. Tanggal 14 Juni 2010 di Kampus C UNAIR sudah banyak yang datang, setelah

acara pertemuan itu, lalu kami menuju ke Asrama Haji oleh kakak-kakak BEM untuk acara

pengasramaan selama 4 hari, kemudian kami dibagi perkamar-kamar. Dari situlah,kami

mengenal banyak teman-teman baru. Tidak hanya itu saja, di asrama itu kita mendapat banyak

hal-hal baru, mulai dari pelatihan-pelatihan soal, pemberian motivasi, antar jemput waktu tes

SNMPTN, dan diganti biaya formulir. Seru.

Awal tes SNMPTN, aku benar-benar deg-degan, panik, tegang campur jadi satu, tapi aku

harus semangat, hari kedua tes SNMPTN, perasaan yang tadinya deg-degan, panik, tegang,

sudah tidak lagi, soalnya sudah tahu situasi dan kondisi waktu hari pertama. Dan setelah tes itu,

sore nya pulang ke rumah. Senang, sedih campur jadi satu. Senangnya bisa bertemu dengan

keluarga lagi, tapi sedihnya kita harus berpisah dengan teman-teman seperjuangan di asrama.

Satu bulan kemudian, pengumuman SNMPTN itu keluar, ternyata namaku nggak ada dan

dinyatakan tidak lolos, begitu down aku saat itu, sampai dua malam aku tidak bisa tidur, bawaan

nya ingin menangis terus, menyesal tiada akhir, aku bersyukur banget punya keluarga yang

selalu mendukungku, sahabat-sahabatku yang pedli aku, banyak yang memotivasiku, sampai

akhirnya aku sadar dan bisa bangkit, semangat kembali. Aku terus berjuang dan berdoa supaya di

berikan jalan yang terbaik oleh Allah SWT.

47

Page 48: Naskah Buku Dermaga Impian

Syukurlah…aku masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bisa mengikuti tes lagi

meskipun melalui jenjang D3, dan itupun aku tanpa bayar serupiah pun, berkat ridho dari

ALLAH SWT bantuan dari UNAIR yang dulu pernah aku harapkan, tetapi pada akhirnya aku

tidak lolos tes SNMPTN, ternyata bisa di perpanjang dan di urus kembali waktu tes PMDK

Diploma ini, aku bersyukur. Setelah aku mengikuti tes PMDK Diploma, ALHAMDULILLAH,

akhirnya aku dinyatakan lolos dan diterima di program studi D3 Akuntansi UNAIR….

Kawan, inilah kisahku, meski banyak hambatan dan rintangan yang menghalangi kesuksesan

kita, kita harus mampu melewatinya.

KEEP GOING…

AIRLANGGA AIRWAYS…

Oleh : Rangga Ardi Anggriawan

48

Page 49: Naskah Buku Dermaga Impian

Jepang sebagai negara nomor satu dalam pengembangan otomotif dan teknologi di dunia

pada pada abad ini. Negara berjulukan Negeri Matahari Terbit atau Negeri Sakura ini memiliki

daya tarik tersendiri bagi sebagian besar masyarakat dunia untuk mendatanginya.

Aku adalah salah satu dari sekian banyak orang yang sangat menginginkan untuk dapat

pergi ke Negeri Sakura. Aku sangat tertarik dengan kebudayaan dan teknologi yang berkembang

pesat di sana. Ketertarikanku terhadap Negeri Sakura telah tertanam sejak kecil yang sudah

“mendarah daging” hingga dewasa kini. Segala macam yang berbau Jepang, seperti musik,

manga, film, dan makanan menjadi pilihan nomor satu untuk setiap pilihan. Sampai saat ini pun

aku sedang mencoba untuk menerapkan kebudayaan Jepang dalam kehidupan sehari-hari. Dan

aku pun ingin sekali menularkannya kepada orang-orang disekitarku.

Perkenalkan, namaku adalah Rangga Ardi Anggriawan yang dilahirkan di Jakarta pada

tanggal 20 Mei tahun 1992. Saat menulis kisah pengalamanku ini aku masih menjadi mahasiswa

Universitas Airlangga di Fakultas Sains dan Teknologi tepatnya program studi D3 Otomasi

Sistem Instrumentasi (OSI). Perjalananku menuju Universitas Airlangga semuanya berawal dari

keinginan untuk mengangkat kehidupan keluarga yang sedang dalam keterpurukan saat ini.

Selain itu cita-cita untuk dapat pergi ke Jepang tak akan pernah pudar dari benakku menjadi

motivasi tersendiri untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Dua belas tahun merasakan asam garam kehidupan dalam kesulitan di kota metropolitan

yang membuat diriku tegar manghadapi berbagai masalah. Masa kecil yang tidak bisa dibilang

bahagia. Terlibat dalam konflik keluarga yang tak pernah usai, terlebih dengan diriku yang telah

kehilangan sosok ayah yang bisa dijadikan panutan untuk seorang anak laki-lakinya. Ibu adalah

satu-satunya orang yang menjadi pelindung dan menjadi sosok yang luar biasa dalam

kehidupanku.

Selepas SMP kelas 1, kami meninggalkan gemerlapnya Kota Jakarta menuju tempat

tinggal kakekku di Desa Sugio Kabupaten Lamongan dengan tujuan akan mendapatkan

kehidupan yang lebih baik di sana.

Kali ini aku menjadi lebih sering bermain ke warnet untuk mencari berita seputar

beasiswa untuk kuliah di Perguruan Tinggi Negeri. Dapatlah sebuah Beasiswa yang bisa

membantuku untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri, beasiswa itu adalah

49

Page 50: Naskah Buku Dermaga Impian

Beasiswa Bidik Misi yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional RI. Perguruan

tinggi yang menjadi tujunku ialah Universitas Airlangga yang sudah tidak diragukan lagi

kualitasnya, selain itu menyediakan kuota 500 orang bagi penerima Beasiswa Bidik Misi tahun

2010. Dimulailah proses pencarian, pengumpulan, dan pengiriman berka-berkas persyaratan

Beasiswa Bidik Misi. Aku pun tak ingin sendirian, kucoba untuk mengajak seluruh teman-

temanku kelas XII baik IPA maupun IPS untuk ikut serta bersamaku mendaftar ke Perguruan

Tinggi Negeri. Sudah ku tawarkan berulang kali teman-teman kelas XII untuk bersamaku

berjuang untuk ke perguruan tinggi, tapi hanya ada satu orang saja yang berminat melanjutkan ke

perguruan tinggi negeri. Mereka memiliki berbagai alasan mengapa mereka menolak tawaran

dariku. Ada yang berencana langsung mencari pekerjaan, ada yang ingin membantu orang tua

mengurus sawah dan ternak, ada yang berencana ingin menikah, dan yang lebih miris lagi ada

yang tidak tahu akan kemana setelah lepas dari bangku SMA.

Akhirnya hanya aku dan satu orang temanku dari jurusan IPS yang berangkat dalam

persaingan ke perguruan tinggi. Tapi dia berasal dari keluarga yang berkecukupan, sehingga

hanya akulah satu-satunya siswa dari SMA MUHAMMADIYAH 10 SUGIO yang “nekat”

menerjang pintu perguruan tinggi negeri hanya dengan berbekal kemampuan dan prestasi yang

ku miliki.

Hari itu aku menerima surat panggilan dari Universitas Airlangga untuk melakukan

verifikasi dokumen setelah dinyatakan lolos tes administrasi PMDK-Prestasi UNAIR. Begitu

bahagianya aku setelah mendapat kabar gembira ini. Namun disinilah terjadi konflik batin dalam

diriku. Disatu sisi aku dituntut untuk segera membayar biaya formulir pendaftaran yang bagiku

jumlahnya tidaklah sedikit yaitu sebesar Rp 300.000 karena pada saat itu aku tidak mendapatkan

Biaya Mengikuti Ujian (BMU).

Akhirnya aku mencoba untuk konsultasi kepada salah seorang guru yang telah banyak

membantuku dalam persiapan dokumen, Pak Edo namanya. Ku ceritakan kepada beliau tentang

semua kendala yang sedang ku hadapi. Pada satu sisi, ini adalah kesempatan luar biasa yang

sangat disayangkan apabila dilewatkan. Akan tetapi pada sisi lain aku tak memiliki cukup uang

untuk membayar biaya pendaftaran Tes Tulis PMDK-Prestasi tersebut.

”Haruskah ku lepas kesempatan emas ini, Pak?” kataku dengan mata yang berkaca-kaca.

50

Page 51: Naskah Buku Dermaga Impian

Tidak tinggal diam, Pak Edo segera mengusahakan agar aku tetap dapat berangkat untuk

mengikuti Tes Tulis ke Surabaya. Beliau meyakinkan padaku bahwa aku pasti bisa mengikuti tes

tersebut sembari berpesan untuk tidak memikirkan masalah ini, dan yang harus aku lakukan

hanyalah belajar untuk persiapan Tes Tulis kelak. Alhamdulillah, beliau barhasil mendapat

dukungan dari dua orang guru yang baik hati. Pak Edo, Pak Sukhairi dan Bu Imroatul saling

menyumbangkan uangnya untuk biaya formulir Tes Tulis PMDK-Prestasi UNAIR dan ongkos

keberangkatanku ke Surabaya. Dengan restu dari ibu, orangtua asuh, tetangga, teman-teman,

bapak & ibu guru, aku siap berangkat ke Surabaya.

Berbekal pakaian dan buku pelajaran secukupnya, pada pukul 04.30 aku berangkat

dengan kereta komuter dari Stasiun Kereta Api Lamongan yang menempuh perjalanan sekitar 1

jam menuju Stasiun Kereta Api Pasar Turi Surabaya. Setelah bertanya kepada salah satu

penumpang kereta komuter yang turun di stasiun yang sama denganku, aku pun diberi petunjuk

kendaraan yang dapat mengantarkan aku menuju Kampus B Universitas Airlangga. Suasana

yang begitu menakjubkan, dipertemukan dengan ribuan calon mahasiswa Universitas Airlangga

di dalam Gedung Serba Guna yang sangat luas. Selesai melakukan proses verifikasi dokumen,

langsung menuju lokasi tes yang tertera di kartu peserta, Fakultas Psikologi.

Karena adzan untuk sholat Dzuhur telah berkumandang, masjid Nuruzaman Kampus B

menjadi tempat pertama untuk beribadah di Surabaya. Disinilah menjadi tempat bersejarah, atau

bisa disebut sebagai saksi bisu awal dari persahabatanku dengan dua orang sahabat yang

merantau dari tempat nan jauh di sana, MEDAN-Sumatera Utara.

Muhammad Iqbal dan Muhammad Rahmad Royan atau yang biasa ku panggil dengan

Iqbal dan Royan, itulah nama dari kedua sahabatku yang luar biasa. Setelah berkenalan dan

bercerita seputar diri kami masing-masing, ternyata kami sama-sama berasal dari latar belakang

keluarga yang sama. Sama-sama berasal dari keluarga yang kurang mampu dan bermodalkan

nekat untuk berangkat ke Surabaya dengan tujuan dan harapan yang sama, yaitu dapat

meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi negeri di Universitas Airlangga.

Keesokan harinya, tibalah saatnya kami untuk berperang dengan soal tes masing-masing.

Namun kami menjalani tes tulis di tempat yang berbeda, aku dan Royan tetap berlokasi di

Kampus B, sedangkan Iqbal di kampus A. Bismillahirrahmanirrahiim, kami pasti bisa..!!!

51

Page 52: Naskah Buku Dermaga Impian

Siang harinya setelah selesai tes, kami berpisah menuju kediaman masing-masing

sembari Royan menitipkan pesan padaku untuk mengabarkan hasil tes jika sudah keluar. Aku

kembali ke Lamongan dengan kereta api sedangkan mereka kembali ke Medan dengan kapal

laut. Dua minggu kemudian daftar nama yang lolos tes tulis diumumkan di website PPMB

UNAIR. Dengan perasaan yang campur aduk tentang hasil tes tulis kemarin, aku segera pergi ke

warnet untuk melihatnya. Tak lupa juga Iqbal dan Royan ku beri kabar bahwa hasil tes sudah

keluar. Saat sampai di sana, aku sangat shock melihat hasil yang ku dapat. Ternyata namaku

tidak tercantum di dalam daftar tersebut.

“Aku gagal….”

Dari kami bertiga, hanya Royan lah yang lolos tes tulis PMDK-Prestasi UNAIR. Ingin

rasanya air mata ini menetes, namun tak bisa. Bukan karena cengeng, tapi aku merasa malu,

sungguh rasa malu yang luar biasa. Semua orang sudah mengusahakan yang terbaik untukku,

tapi aku telah mengecewakan mereka semua. Hilang semua keceriaan diwajahku, yang ada

hanyalah seorang Rangga yang berjalan dengan kepala tertunduk lesu. Aku mengurung diri di

kamar, sungguh tak tega menyuruh lidah ini menjawab pertanyaan jika ada yang bertanya

tentang hasil ujian. Tak tahu lagi apa yang harus aku katakan kepada tiga orang guru yang telah

ikhlas memberiku uang dengan jumlah yang tidak sedikit dengan harapan aku bisa lolos tes tulis

dan dapat kuliah di UNAIR. Keesokan harinya kuceritakan tentang hasil tes kepada guruku di

sekolah. Untunglah beliau tidak marah kepadaku, melainkan memberikan motivasi dan nasehat

kepadaku bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Beliau juga berharap setelah ini

masih ada kesempatan untukku agar dapat kuliah di perguruan tinggi.

Selang beberapa minggu setelah pengumuman, Royan memberitahuku bahwa Iqbal

mendapatkan panggilan untuk mengikuti tes SNMPTN dengan mendapatkan program BMU dari

Universitas Airlangga. Dia juga menanyakan apakah aku mendapatkan surat yang sama seperti

Iqbal. Mendengar kabar baik itu, langsung ku coba menanyakan kepada Pak Edo selaku tata

usaha di SMA Muhammadiyah 10 Sugio. Rupanya beliau belum menerima surat apapun dari

Universitas Airlangga. Dua hari kemudian bapak Kepala Sekolah yang menelpon langsung ke

toko bangunan tempatku bekerja. Beliau mengabarkan bahwa surat yang ku tunggu-tunggu telah

sampai ke sekolah. Secepat mungkin aku pergi ke sekolah untuk mengambil surat itu. Da

52

Page 53: Naskah Buku Dermaga Impian

ternyata benar, aku diundang unduk mengikuti ujian SNMPTN dengan program BMU dari

Universitas Airlangga.

Lagi-lagi aku terkendala masalah dana. Kuceritakanlah kembali kepada Royan bahwa

aku menerima surat yang sama seperti Iqbal, tetapi aku tidak mempunyai uang yang cukup untuk

membayar biaya pendaftaran SNMPTN yang kala itu sebesar Rp 150.000. Untunglah saat itu

juga Royan sudah kembali ke Surabaya untuk melakukan proses daftar ulang bagi yang lolos

PMDK Prestasi UNAIR. Dia memberiku bantuan untuk menalangi biaya pendaftaran SNMPTN,

sehingga nanti jika uang BMU telah diberikan bisa langsung ku kembalikan kepadanya.

Kali ini benar-benar aku persiapkan bekal untuk “menembus” Universitas Airlangga.

Sesampainya di Surabaya aku bertemu kembali dengan Iqbal dan diasramakan 1 kamar bersama

dengan teman-teman yang lainnya oleh kakak-kakak BEM di Asrama Haji Sukolilo-Surabaya.

Disana aku bertemu dengan orang-orang hebat lainnya, dalam satu latar belakang yang sama dan

satu tujuan yang sama pula.

“Kami Datang, Berjuang, dan Siap Masuk UNAIR…!!!” begitu slogan kami BMU 2010.

Luar biasa fasilitas yang kudapatkan dari BMU UNAIR selama 2 hari di Asrama Haji.

Mulai dari pembinaan material dan spiritual, kondisi kamar yang nyaman, tak lupa juga

konsumsi plus vitamin. Semua itu diharapkan agar kami semua dapat lolos tes SNMPTN dan

pastinya mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Setelah tes selesai, aku kembali melakukan

aktivitasku seperti biasanya. Namun kali ini dengan harapan yang lebih dari sebelumya, namaku

tercantum di Koran sebagai salah satu calon mahasiswa Universitas Airlangga yang lolos melalui

jalur tes SNMPTN 2010.

Dengan perasaan H2C (harap-harap cemas. red) aku lihat Koran Jawa Pos yang datang

pagi itu ke toko. Teryata disitu tertera semua nama yang lolos seleksi SNMPTN 2010 dengan

tujuan PTN regional III/Jawa Timur. Aku bolak-balik Koran tersebut, ku rinci lagi dari atas

sampai bawah. Kenapa namaku tidak ada di sana?

Dengan perasaan yang tidak percaya, aku bergegas menuju warnet untuk mencari

langsung namaku di website SNMPTN 2010. Ternyata namaku tetap tidak ditemukan juga di

sana. Untuk kedua kalinya aku gagal tes ke PTN, pupus sudah harapanku untuk berkuliah.

53

Page 54: Naskah Buku Dermaga Impian

Hilang sudah semua harapan yang telah ku tanamkan, kemudian kupilihlah jalan untuk mencari

kerja. Setidaknya tahun depan aku akan mencobanya kembali. Berniat ikut tes PMDK UMUM

pun aku tidak mempunyai uang untuk membayar biaya pendaftaran. Sudah tidak ada lagi yang

mau membantuku. Mungkin ini sudah menjadi pilihan hidup yang diberikan oleh Sang Maha

Kuasa kepadaku.

Waktu demi waktu pun berlalu. Tiba-tiba Iqbal menelponku dan mengatakan bahwa

masih ada kesempatan untuk kuliah di UNAIR dan mendapatkan beasiswa Bidik Misi, tapi

dengan jalur PMDK DIPLOMA. Itu berarti aku akan menempuh pendidikan Diploma 3 (D3).

Tak apalah, yang penting aku bisa melanjutkan pendidikanku ke Perguruan Tinggi

Negeri. Toh, nantinya juga bisa “naik kelas” ke S1. Kali ini aku dibantu oleh Mas Syahrul,

mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR angkatan 2007 asal Lamongan yang ku

kenal saat aku menginap di kontrakan Mas Mahendra. Tak ada kata ampun lagi untukku, ini

adalah kesempatan terakhir yang ku dapatkan. Aku harus berusaha ekstra keras dari yang

sebelumya. Pengalaman tes menjadi senjata tersendiri saat menghadapi Tes PMDK DIPLOMA

Universitas Airlangga. Jurusan pertama yang ku pilih adalah D3 Otomasi Sistem Instrumentasi,

karena aku sangat tertarik dengan dunia robotika. Sedangkan pilihan yang kedua adalah D3

Hiperkes. Alhamdulillah..Puji Syukur atas karunia yang diberikan oleh ALLAH SWT kepadaku.

Akhirnya “Rangga Ardi Anggriawan” diterima di jurusan D3 Otomasi Sistem Instrumentasi

dengan nomor urut “777”.

Sungguh perjuangan yang tidak sedikit, butuh beberapa kali jatuh untuk dapat berdiri.

Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman sekalian agar tidak mudah menyerah

dalam menghadapi setiap masalah. Segala sesuatunya pasti ada jalan jika ada KEMAUAN di

dalam diri serta kutulusan DOA dari orang tua dan teman-teman semua.

Terimakasih aku ucapkan kepada ALLAH SWT, Ibuku tercinta, Bpk H. Subagio

sekeluarga, Bapak/Ibu Guru, teman-teman, dan tetangga atas segala do’a dan dukungan yang

telah kalian berikan. Aku yakin ini adalah awal dari perjalananku menuju Negeri Sakura. Aku

akan lebih keras untuk menggapainya. Allah SWT telah menuntunku menuju sana. Jalan hidupku

selalu berjalan kea rah timur, Jakarta-Lamongan-Surabaya. Dan Insya Allah selanjutnya menuju

Tokyo-Jepang. Airlangga akan menerbangkanku menuju Negeri Sakura, Airlangga Airways…

54

Page 55: Naskah Buku Dermaga Impian

Amien.

SEBINGKAI SINAR HARAPAN

Oleh : Indah Triana Febriani

Masa depan bagi sebagian orang sangat penting. Begitu juga buatku. Ingin sekali ku

gapai cita-cita ku sebagai seorang penulis. Bisa melanjutkan sekolah di perguruan tinggi negeri

bagiku itu sangat sulit. Aku hanya seoarang anak dari pasangan suami istri yang sederhana.

55

Page 56: Naskah Buku Dermaga Impian

Ayahku hanya seorang penjahit yang terkadang sepi akan jahitannya. Ibuku seorang Guru di

Sekolah Dasar. Kedua orang tuaku harus bekerja keras untuk biaya hidup dan biaya sekolah

Kakak dan adikku. Sempat ku putuskan untuk tak melanjutkan kuliah. Alasannya hanya satu,

darimanakah aku bisa membiayai kuliahku? Namun, orang tuaku tak pernah berhenti

mendukungku. Mereka terus memberiku dukungan bahwa aku bisa kuliah di Universitas Negeri..

Ku mantapkan niatku untuk mengejar cita-citaku. Aku tahu, tak ada yang tak mungkin

jika kita mau berusaha dan berdoa. Niat itu sudah ku tanamkan dalam diri ini. Semuanya aku

lakukan demi melihat orang tuaku tersenyum bahagia dan bangga melihatku mendapatkan gelar

sarjana. Segala upaya aku lakukan. Aku berusaha meningkatkan belajarku agar aku bisa lulus

UN dengan nilai bagus dan bisa di terima di perguruan tinggi negeri.

Tak hentinya aku mencari info beasiswa. Sampai pada akhirnya temanku membawa

kabar gembira untukku. Dia memberi tahuku tentang Beasiswa Bidik Misi. Aku tertarik untuk

mengikutinya. Keesokan harinya ku beritahukan tentang bidik misi ke Guru BK-ku. Namun, aku

terkejut karena guru BK ku tidak mengetahui apa Beasiswa Bidik Misi itu (maklumlah

sekolahku tidak pernah didatangi sosialisasi oleh Universitas Negeri). Aku mencoba untuk

menjelaskan secara detail apa Bidik Misi itu. Akhirnya guruku mengerti dan mengurus segala

berkas-berkas yang aku perlukan.

Ku sampaikan kabar baik ini pada orang tuaku. Mereka mendukung langkahku untuk

mengikuti pengajuan beasiswa itu. Kebetulan aku juga mendaftarkan lewat jalur PMDK-Prestasi

di UNAIR, coba-coba, siapa tahu memang rezekiku disitu.

Semua berkas sudah terkirim, aku berharap bisa lolos dan mendapatkan beasiswa itu.

Menjelang tes PMDK-Prestasi, aku berusaha untuk belajar dan berdoa. Tidak lupa meminta doa

restu dari ayah dan ibuku. Ketika hari itu tiba, aku harus berangkat pagi-pagi sekali dari rumah

karena jam tujuh pagi tes di mulai. Aku harus menyeberangi selat Madura agar sampai di

Surabaya. Tak hentinya aku mengucapkan terima kasih sama ibuku yang sudah setia

menemaniku pergi ke UNAIR. Di perjalanan aku gugup, takut, dan tidak yakin kalau aku bisa

lolos. Namun, ibuku selalu bilang harus yakin sama diri sendiri dan yakin sama Allah SWT.

“AKU HARUS BISA” kata-kata itu yang aku tanamkan dalam diriku.

56

Page 57: Naskah Buku Dermaga Impian

Tibalah pengumuman tes PMDK-Prestasi. Namun, tak kunjung muncul sepucuk surat

yang memberitahukan bahwa aku lolos tes dan mendapatkan beasiswa itu. Sempat ku menyerah

karena tiga hari pasca pengumuman tak ada surat yang datang. Kala itu aku berasa tak berguna,

merasa semua usahaku sia-sia. Seperti teriris pisau tajam dan ingin sekali mengulang waktu agar

ku bisa memperbaiki semuanya. Selang satu minggu pengumuman, guruku datang ke rumahku

dan membawa sepucuk surat panggilan yang memberitahukan bahwa aku lolos tes PMDK-

Prestasi dan mendapatkan Beasiswa Bidik Misi itu dan masuk di jurusan yang sedang aku geluti

saat ini “S1 Sastra Inggris”. Sujud syukur aku lakukan di depan pintu rumahku. Tak terasa aku

menangis sambil memeluk ibuku. Oh Tuhan betapa bahagianya aku saat itu, aku serasa terbang

dan mati rasa. Alhamdulillah usahaku selama ini tidak sia-sia. Semua doa yang aku panjatkan

bisa terkabul.

Saatnya aku melakukan daftar ulang yang di laksanakan di Auditorium Kampus C. saat

itu semua penerima Beasiswa Bidik Misi di suruh datang lebih awal, yaitu jam 8 pagi. Namun,

sesampainya di sana kami malah di suruh menunggu lama sekali. Tapi kesabaran itu yang

menguatkanku. Aku berusaha bertahan di tengah keramaian karena aku tahu, inilah jalan pertama

yang harus aku lalui demi menuju kesuksesanku.

Terima kasih aku ucapkan pada ALLAH SWT yang sudah mendengarkan seluruh doa-

doaku. Terima kasih juga pada DIKTI yang sudah memberikan Beasiswa Bidik Misi ini padaku

sehingga aku bisa melanjutkan kuliahku di Universitas yang aku inginkan. Terima kasih juga

pada Ibuku yang udah setia menemani aku dari mulai verifikasi data, tes tulis, daftar ulang, tes

kesehatan, dan tes Toefl. Terima kasih juga atas dukungan dan doa-doa ayah dan saudara-

saudaraku. Kini, aku harus bisa mewujudkan impianku. Jalan terang sudang ku dapatkan. Aku

harus membahagiakan ibu dan ayahku. Aku tidak mau mereka kecewa padaku. Aku tahu, restu

dari orang tua akan mempermudah segala urusanku.

57

Page 58: Naskah Buku Dermaga Impian

MENITIH MIMPI…

Oleh : Hawa Ratna Dewi

Sejak dahulu aku memiliki keinginan untuk melanjutkan studi di universitas ternama di

Jogjakarta. Namun, kedua orang tuaku kurang berkenan bila aku harus berada terlalu jauh dari

mereka dengan alasan Jogjakarta rawan bencana gempa dan aku kesal mendengarnya.

58

Page 59: Naskah Buku Dermaga Impian

Ketika temanku, Venti mengajakku untuk mendaftar BMU di UNAIR melalui PMDK-

Prestasi serta merta orang tuaku sangat mendukung karena memang kondisi perekonomian

keluargaku belum bangkit sejak krismon. Bapak segera membantuku melengkapi semua

persyaratan yang diminta UNAIR. Dataku dan Venti pun siap dalam sehari. Meski ada saja

kejadian menyebalkan. Secara beruntun empat orang temanku yang mendengar ada BMU juga

ingin mendaftar, kami pun bersabar data kami tertunda diterima UNAIR. Apalagi dataku dan

Venti sempat terselip sehingga kami berdua bolos seharian untuk mencarinya di meja Pak Djai,

guru BK. Alhamdulillah esok harinya Mbak Atik, karyawan ruang BK berhasil menemukannya

di tempat kami mencari-carinya kemarin.

Beberapa hari kemudian UNAIR mengumumkan penerima BMU. Perasaanku teramat

sedih. Aku dan Venti tidak mendapatkan BMU tetapi justru dua temanku yang beruntung.

Namun kami masih tetap mengikuti PMDK-Prestasi. Pertama kali aku melihat UNAIR adalah

saat verifikasi data PMDK-Prestasi. Aku sama sekali tidak tahu bahwa UNAIR memiliki kampus

A, B dan C. Dan pertama kali itu juga aku menuju kamus A yang aku pikir merupakan tempat

verifikasi, karena dari sudut manapun tidak ada ’keramaian’ lalu aku bertanya pada seseorang

yang menyuruhku dan bapak untuk naik angkot T2. Ternyata kami ditujukan di kampus C yang

ada ’keramaian’ tapi keramaian saat itu adalah pelantikan Rektor UNAIR. Meski lelah setelah

perjalanan Jember-Surabaya akhirnya kami lega telah sampai di tempat verifikasi yaitu kampus

B. Kesan pertama yang takkan ku lupa usai verifikasi adalah ketika esok harinya aku harus

kembali lagi ke kampus A karena tempat tesku bertempat di FKG. Usai tes pun aku sempat

kehilangan tutup orotanku di ruang tes dan tanpa sadar aku bertekad dalam hati untuk

mengambilnya suatu saat nanti. Dan aku sedih. Aku belum bisa mewujudkan keinginan Bapak

untuk bisa sholat lagi di Mushola FKUA.... Aku tidak lolos dengan pilihan FK dan FKM.

Aku berusaha kembali pada tekadku semula. SNMPTN, aku akan memilih kampus

impianku. Namun, kedua orang tuaku masih tetap pada pendiriannya. Dan atas saran Zahro,

teman sebangkuku, aku melaksanakan sholat istikharoh untuk memantapkan pilihan. Usai sholat

aku tertidur, ketika bangun, aku melihat gerbang di depan mataku bertuliskan Universitas

Airlangga. Saat itu aku hanya menganggapnya sebagai bunga tidur.

59

Page 60: Naskah Buku Dermaga Impian

Suatu sore, pihak UNAIR menelponku dan memberitahukan bahwa aku berhak mendapat

BMU asal mengikuti SNMPTN regio Surabaya. Kedua orang tuaku pun memintaku untuk

mengikutinya karena semua biaya UNAIR yang menanggung.

Selama empat hari di Surabaya, aku bersama teman-teman dari daerah lain diasramakan di

Asrama Haji Sukolilo. Di sana aku mendapatkan teman-teman baru, pengalaman serta motivasi

dari kakak-kakak mahasiswa UNAIR. Kenangan yang takkan terlupa saat itu adalah kepalaku

sering terantuk atap karena aku tidur di bagian atas ranjang susun. Teman-teman sekamarku

sering menceletuk, ”Haw, lama-lama otakmu jadi encer deh.. waktu ngerjain soal kamu pasti

bisa dan masuk UNAIR.” temanku yang lain pun mengamini. Namun, aku gagal lagi. Aku tidak

lolos lagi pada pilihan FK dan FKM. Sempat aku berpikir ini karena kesalahanku. Sebab lagi-

lagi tutup orotanku tertinggal saat usai tes.

Aku pikir kesempatanku untuk bersekolah di Jogjakarta ataupun Surabaya gagal total. Aku

pun memutuskan untuk bersekolah di Univesitas Jember (UNEJ). Aku mengikuti Ujian Masuk 2

UNEJ yang ternyata aku diterima di FKM UNEJ.

Beberapa hari sebelum daftar ulang, aku mendapat telepon lagi dari UNAIR. Aku masih

memiliki kesempatan mendapatkan Beasiswa Bidik Misi non BMU melalui jalur PMDK

Diploma. Orang tuaku menganjurkanku untuk mengikutinya. Lagi-lagi aku kukuh pada

pendirianku untuk memilih FK dan FKM. Alhamdulillah aku lolos pada jurusan Analis Medis di

FKUA. Satu hal yang aku ingat saat menggenggam sesuatu dalam genggamanku dan membuatku

tertawa geli. Ibu berucap, ”Tutup orotanmu kan nggak tertinggal lagi, Sayang... itu tandanya

kamu diterima di UNAIR.”

Kesabaranku diuji lagi. Setelah bertukar kabar dengan teman-teman di asrama dulu, aku

pun diberitahu bahwa Analis Medis tidak termasuk yang mendapat beasiswa Bidik Misi. Aku

shock. Aku telah melepas FKM UNEJ karena besok adalah hari daftar ulang terkahir dan harus

tersedia uang lebih dari sepuluh juta. Aku pun segera menghubungi kakak BEM yang pernah

kukenal saat di asrama. Dan aku memohon bantuannya. Lalu aku diminta untuk menghubungi

kakak yang lain. Saat itu aku sangat menggantungkan harapanku pada kakak-kakak BEM.

Alhamdulillah aku bisa mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Meski harus penuh lika-liku

60

Page 61: Naskah Buku Dermaga Impian

perjuangan. Terima kasih Allah SWT, terima kasih bapak dan ibu, terima kasih UNAIR, terima

kasih mbak Fefty, mbak Febrita, mas Sinyo dan kakak-kakak BEM yang lain, terima kasih juga

doa teman-teman sekamarku di asrama...

Meski kenginanku tak terwujud tapi ada hikmah yang bisa kuambil dari sepenggal kisahku

ini...Setidaknya aku bisa mewujudkan keinginan orang tuaku. Dan andai aku sekarang berada di

Jogjakarta mungkin aku hanya bisa memberi kecemasan di hati kedua orang tuaku. Di almamater

inilah aku akan menggantungkan mimpiku untuk menitih mimpi-mimpi yang lain.

HANYA DENGAN EMPAT PULUH RIBU, AKU BISA MASUK UNAIR..

Oleh : Nuruddin

61

Page 62: Naskah Buku Dermaga Impian

Senin, hari yang sangat menyedihkan dan melemahkan semangatku waktu itu. Saat apel

pagi, Pak Faqih (Kepala Sekolah SMA-ku) mengumumkan calon penerima Beasiswa BIDIK

MISI dari sekolahku (SMA Al-Yasini). Betapa sedih dan memalukannya ketika namaku tidak

ada dalam daftar penerima beasiswa tersebut. Pupus sudah harapanku untuk mengikuti jejak

teman-teman yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Dari kelasku, hanya 3 anak yang masuk

daftar calon penerima beasiswa tersebut. Aku memang bukanlah anak yang pandai di kelas, tapi

aku memiliki semangat untuk belajar ke perguruan tinggi.

Awalnya tak terlintas dalam bayanganku untuk melanjutkan kuliah. Akupun tak tahu

bagaimana dan seperti apa kuliah itu. Yang aku tahu hanya sekolah SMA. Aku hanyalah seorang

anak desa yang minim informasi, rumahku jauh dari kota, jalan masih bebatuan belum diaspal,

dan tidak ada satupun anak di desaku yang bisa melanjutkan kuliah karena masalah biaya.

Bagi kami, kuliah merupakan hal yang sangat mahal. Penghasilan kami sangat tergantung

dari hasil panen yang tidak menentu. Begitu juga dengan bapakku, kesehariannya hanyalah

bertani, bertani, dan bertani. Beliau menghidupi keluarga kami dari hasil jerih payah bertani.

Bapakku sangat tidak setuju jika aku kuliah, karena biaya kuliah yang sangat besar. Selain itu,

beliau kurang paham dengan dunia pendidikan. Maklum, karena bapakku tidak sempat

mengenyam bangku sekolah sampai tamat, hanya sampai kelas 2 sekolah dasar. Hal ini karena

faktor biaya yang membuat beliau berhenti sekolah. Begitu juga dengan ibuku, beliau hanya

sampai lulus SD dan tidak bisa melanjutkan lagi ke tingkat yang lebih tinggi.

Ketika aku meminta do’a restu kepada orang tua untuk kuliah, beliau menjawab “Wis nak

ojo macem-macem, bapak iki dak duwe duwi’ gawe bandani awakmu kuliah. Wis lereno ae,

nulungi bapak macul nang sawah! Tapi nek awakmu mekso yo wis, Emak isone cuman dungakno

tok.” Dari kata-kata orang tuaku itu, aku jadi kurang semangat dan pesimis untuk kuliah.

Beberapa hari kemudian, ketika aku dan teman-teman sedang mendengarkan pelajaran,

tiba-tiba Pak Faqih masuk ke kelas kami dan memberikan informasi kalau masih ada 2 kuota

yang masih tersisa untuk pendaftaran calon penerima beasiswa, “Ini buat umum, tanpa

terkecuali,” jelas Pak Faqih. Lalu beliau memberikan soal-soal untuk kami.

Setelah beliau koreksi, langsung pada hari itu juga diumumkan. Entah apa yang terjadi

pada saat itu. Dari sekian banyak peserta, Alhamdulillah aku peringkat ke-2 dari pre-tes yang di

62

Page 63: Naskah Buku Dermaga Impian

berikan pak Faqih itu. Mungkin inilah awal jalan yang diberikan Allah SWT kepada aku untuk

bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kemudian aku dipanggil kekantor dan disuruh

melengkapi persyaratan yang telah ditentukan.

Setelah begitu sulitnya melengkapi persyaratan, akhirnya sampai pada pemilihan

universitas dan jurusan. Waktu itu disuruh memilih 2 universitas dan 2 jurusan, lalu aku memilih

UNEJ dengan jurusan Teknologi Hasil Pertanian karena aku ingin meneruskan profesi orang

tuaku sebagai petani dan yang satunya aku memilih UNAIR dengan jurusan Matematika karena

UNAIR merupakan Universitas terbaik yang aku tahu dan Matematika adalah pelajaran yang

sangat aku sukai mulai dari sekolah dasar. Aku memilih ke-2 Universitas itu selain alasan yang

tadi pada saat itu semua universitas sudah tutup semua dan tinggal UNAIR dan UNEJ saja yang

masih buka. Kemudian berkas-berkas yang sudah aku lengkapi kemudian dikumpulkan dan

dikirimkan oleh sekolah bersamaan dengan berkas-berkas temen-teman yang lainnya.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya pengumuman pun keluar. Ada 6 anak yang

lolos seleksi administrasi di UNAIR dari sekolahku, dan Alhamdulillah salah satunya adalah aku.

Aku dan 5 teman yang lain yang lolos tes administrasi di UNAIR harus tes lagi, karena pada

waktu itu di UNAIR ada 2 tes, yang pertama tes administrasi dan yang kedua tes tulis yang mana

tes tulis ini diikutkan tes SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Dan

pada waktu itu juga ada pemberitahuan dari Bapak Faqih bahwa kami harus datang ke UNAIR

dua hari sebelum tes SNMPTN dilaksanakan karena mau di asramakan dan dibimbing disana.

Dua hari sebelum tes SNMPTN, kamipun berangkat. Kami berangkat jam 6 pagi karena

jam 10 kita harus sudah berada di UNAIR. Tetapi karena sopirnya baru pertama kali ke UNAIR,

beliau tidak tahu. Kamipun nyasar-nyasar sampai kami terlambat. Sesampai di UNAIR, kami

masih harus berkumpul bersama semua calon penerima Beasiswa Bidik Misi. Lucunya, pada

waktu kita masuk di ruang Kahuripan, hanya kami berlima yang memakai seragam SMA

sedangkan yang lainnya memakai baju bebas. Begitu malunya ketika semua mata tertuju pada

kami. Pada acara tersebut banyak permainan yang tujuannya, kita diajak untuk saling mengenal

satu sama lain, minimal sebelahnya.

Setelah acara selesai kami di antar ke asrama haji oleh kakak-kakak BEM Unair,

Kamipun berpencar. Sesampai di asrama haji aku langsung istirahat karena perjalanan yang

63

Page 64: Naskah Buku Dermaga Impian

begitu melelahkan. Ketika bangun, tiba-tiba banyak anak-anak dikamar dan semua pada

menertawakanku. Begitu malunya diriku ketika itu. aku tidak tahu ada acara apa, ternyata ada

acara perkenalan kami semua yang ada didalam kamar dan kakak pembimbing kami. Akupun

langsung bergabung dengan mereka.

Selama empat hari berada di asrama haji, Alhamdulillah kami mendapatkan fasilitas dan

pelayanan yang istimewa. Mulai dari makan setiap hari, pemberian vitamin, cek list kesehatan

setiap hari, diantarkan melihat tempat tes, ketika tes diantar dan dijemput setiap hari, dan masih

banyak yang lainnya yang tidak mungkin untuk disebutkan satu persatu, bahkan pulangpun kami

masih diantar dan diberi uang saku. Kami sangat berterima kasih kepada kakak-kakak BEM dan

UNAIR yang sudah memfasilitasi kami. semoga Allah swt membalas semua kebaikannya.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya pengumumanpun keluar. Pada hari itu, aku

sangat bingung sekali. Entah apa yang terjadi. Ketika aku masukkan nomor pendaftaranku,

tertuliskan “ANDA TIDAK DITERIMA”, Aku sungguh sangat bingung sekali ketika itu. aku

tidak bisa menerima keputusan itu, lalu aku membeli Koran karena dikoran juga ada

pengumuman tes SNMPTN. Begitu lemasnya diriku ketika namaku tidak tercantum disitu. Aku

sudah putus asa dan pulang dengan tertunduk lesu. Orang tuakupun ikut sedih ketika melihatku

gagal ketika itu.

Hari demi hari aku lewati. Akupun berusaha melupakan kejadian itu dengan setiap hari

membantu bapak disawah. Dengan pasrah aku jalani hidup ini. Entah mungkin itu teguran dari

Allah SWT, karena memang niatan awalku ikut tes ini hanyalah untuk ajang coba-coba. Aku

tidak serius mengkutinya. Ketika aku dan bapak sedang istirahat sepulang dari sawah, tiba-tiba

handphone bapak berbunyi, bapakpun dengan segera mengangkatnya. Mungkin inilah jalan yang

sebenarnya buatku, penelpon itu ternyata seorang perempuan dari BEM UNAIR. Dia

menyarankanku untuk mengikuti tes Diploma, akupun mencobanya.

Setelah begitu ribet dan susahnya daftar, akhirnya telah sampai pada pemilihan jurusan.

Waktu itu aku tidak tahu sama sekali mengenai jurusan ini. Aku memilih Teknik Kesehatan Gigi,

karena pada waktu itu aku tidak bisa tidur selama dua hari karena sakit gigi sehingga aku tidak

tahan untuk menahan rasa sakitnya akhirnya ku cabutkan di puskesmas. Dengan dasar dan latar

belakang tersebut akhirnya aku memilih jurusan ini dan aku ingin belajar di bidang ini, padahal

64

Page 65: Naskah Buku Dermaga Impian

aku tidak tahu sama sekali mengenai jurusan ini. Dan yang satunya aku memilih jurusan Teknik

Informasi karena aku tidak bisa komputer. Setelah aku mengikuti tes dan lain sebagainya,

akhirnya pengumumanpun keluar. Pada waktu itu aku pesimis dan tidak melihat hasil

pengumuman. Tetapi pada waktu sore bapak ditelepon lagi oleh BEM UNAIR, katanya aku

diterima dan aku harus segera ke Surabaya untuk daftar ulang. Selain itu aku juga harus

membayar uang pendaftaran dengan uangku terlebih dahulu sekitar tujuh jutaan. Akupun bilang

kalau orang tuaku tidak punya uang. Akhirnya diberi waktu 3 hari untuk mencari pinjaman.

Ketika sudah 3 hari bapak hanya mendapatkan pinjaman sekitar 2 juta, akupun bilang dan

menelepon kembali kepada kakak BEM UNAIR yang menelepon bapak kemarin. Beliau bilang

kalau aku disuruh berangkat saja karena mau dipinjami oleh UNAIR.

Setelah itu aku izin ke orang tua untuk berangkat. Emakpun mengizinkanku, tetapi lain

halnya dengan bapak. Beliau tidak mengizinkanku karena beliau sedang sakit parah dan

memintaku untuk selalu disamping beliau. Ketika itu tepat pada bulan puasa, tepatnya hari Jumat

tanggal 2 Ramadhan aku ke berangkat ke UNAIR untuk daftar ulang. Dengan hanya diberi uang

Rp 40.000,- buat ongkos dan dengan keadaan cemas meninggalkan bapak di rumah yang sedang

sakit parah, akhirnya aku berangkat.

Waktu itu aku baru pertama kali pergi ke Surabaya sendirian naik kendaraan umum. Aku

kesasar dan pada akhirnya Alhamdulillah aku sampai juga. Sesampai di UNAIR aku langsung

disuruh ke Rektorat di ruang kemahasiswaan untuk mengambil uang. Sesampai disana aku

ditanyai oleh bapak yang ada disitu ”kamu bawa uang berapa???” lalu aku menjawab dengan

pelan dan lemas “ empat puluh ribu”. Lalu semua orang yang ada disitu menertawakanku. Waktu

itu aku daftar ulang di bantu oleh Mas Sinyo dari BEM UNAIR. Mas sinyo pergi ke bank untuk

membayarkan uang pendaftaranku, sementara aku disuruh menunggu.

Sebelum mas Sinyo berangkat, aku ditanyai tentang berkas-berkas yang harus diberikan,

salah satunya adalah foto dan akte kelahiran. Aku sama sekali tidak membawanya, yang aku

bawa hanyalah ijazah dan SKHU. Aku langsung berlari mencari studio foto. Dan akhirnya baru

menemukan studi foto di pasar Mulyosari. Sampai sore mas Sinyo belum datang karena di bank

Mandiri masih penuh. Ketika mas Sinyo datang, akupun langsung masuk ke tempat pengisian

65

Page 66: Naskah Buku Dermaga Impian

data. Ketika mengisi data masih belum selesai, waktu pendaftaran sudah habis. Ruanganpun

ditutup. Aku harus kembali daftar ulang keesokan harinya.

Ketika itu uangku sudah nipis dan aku bingung mau tinggal dimana aku ini? Orang tuaku

sangat kebingungan ketika itu, beliau meneleponku berkali-kali. Beliau khawatir karena aku kala

itu hanya diberi uang Rp 40.000,- hanya untuk ongkos saja, tetapi aku harus menginap. Setelah

beberapa lama aku kebingungan untuk mencari tempat penginapan, akhirnya Alhamdulillah aku

diajak ke ruang kemahasiswaan oleh kakak-kakak BEM dan di ajak untuk bantu-bantu disitu

sampai malam. Kemudian saya diajak mas Mahendra untuk menginap dikontrakannya. Keesokan

harinya, aku langsung daftar lagi dan Alhamdulillah selesai juga.

Ketika itu aku langsung pulang dan sesampai dirumah orang tuaku merangkulku sambil

menangis tersedu-sedu sebari berkata “semoga engkau tetap semangat untuk mencapi cita-

citamu, anakku”. Dari perkataan beliau itu, aku menjadi termotivasi untuk semangat belajar dan

berjuang untuk membalas semua jasa-jasa orang yang sudah membantuku. Alhamdulillah sampai

sekarang aku bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan Semoga aku bisa mengemban

amanah ini dengan baik dan kelak bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Amiin

Amiin Yaa Robbal Aalamiin.

OPTIMIS BERBUAH MANIS

Oleh : Rangga Putra Pratama

66

Page 67: Naskah Buku Dermaga Impian

Perkenalkan nama saya Rangga Putra Pratama. Teman-teman banyak yang memanggil

Rangga. Disini saya akan membagi cerita, bagaimana saya bisa berkuliah di UNAIR. Padahal

aku berasal dari keluarga tidak mampu. Pertama kali akan aku sampaikan terima kasih kepada

temanku yang memberi informasi tentang Beasiswa Bidik Misi ini.

Ayahku bekerja sebagai pedagang asongan jam tangan, sedangkan ibuku hanyalah

bekerja sebagai pembantu serabutan. Keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan membuatku tak

mempunyai niat untuk hijrah ke luar kota demi melanjutkan pendidikan. Banyak pihak yang

menyayangkan hal ini, dari kalangan guru, sahabatku, dan tetanggaku. Hal ini karena aku dikenal

sebagai siswa yang berprestasi di sekolah, sejak SD sampai SMA. Ketika aku menceritakan

keinginanku untuk bekerja setelah lulus dihadapan teman-temanku, mereka seperti tidak percaya.

Begitu juga ketika bercerita di depan guruku, guruku seperti tidak menyetujuinya. Aku hanya

bisa tersenyum berat.

Keesokan harinya datang kabar dari temanku Mikke, dia memberitahuku bahwa ada

sebuah beasiswa yang mungkin akan berguna bagiku. “Rangga, ini lho ada Beasiswa Bidik

Misi”, ujar Mikke. Aku sedikit tidak memperhatikan, soalnya aku pikir itu cuma sekedar wacana.

Segepok kertas informasi itu di lempar ke mukaku. Ketika kubaca, tiba tiba entah darimana

seperti ada angin panas yang membuat semangat kuliahku muncul. Lalu aku minta izin buat

mengcopy buku panduan itu. Sesampainya di rumah hal ini langsung ku ceritakan kepada kedua

orang tuaku. Aku mencoba meyakinkan orang tuaku bahwa Beasiswa ini nyata. Aku minta

persetujuan mereka, ya paling tidak hanya untuk mencoba. Setelah orang tuaku yakin, semua

berkas kami kumpulkan. Sedangkan deadline yang di berikan sekolah untuk pengiriman tinggal

3 hari.

Pihak sekolah tidak mengerti tentang Beasiswa Bidik Misi, sehingga ketika aku minta

tolong untuk mengurus surat-surat pengantar dari sekolah mereka menolak membantu,. Ini

merupakan tantangan pertama, aku harus membuat sendiri. Setelah semua selesai, segera

kukumpulkan berkas itu. Usaha sudah selesai, kini tinggal berdoa. Aku ayah dan ibuku selalu

sholat malam sampai pengumuman. Akhirnya pengumuman lolos verifikasi berkas datang. Aku

lolos dan di calonkan sebagai penerima Bidik Misi. Doa dan dzikir selalu kami lakukan. Ketika

tiba waktu tes PMDK-Prestasi aku yakin, optimis jika aku lolos. Dan ketika hari pengumuman

tiba aku pergi ke warnet untuk melihat apakah namaku tercantum lolos, dan ternyata aku lolos.

67

Page 68: Naskah Buku Dermaga Impian

Aku pulang ke warung tanteku dengan keadaan tangis bahagia, disitu ada ibu, tante dan

pamanku. Mereka bertanya, “Kenapa mas?”. Kemudian aku jawab,”Aku jadi berangkat ke

Surabaya, aku masuk UNAIR dan dapat Beasiswa”. Sontak semua menangis bahagia. Dan aku

pulang kerumah, aku memberi tahu tetanggaku dan semua juga ikut senang, bahkan ada yang

menangis.

Perjuanganku selanjutnya adalah mengatasi omongan tidak enak dari tetangga yang

tidak senang dengan informasi yang membahagiakan ini. Banyak hujatan datang dari tetangga

yang tidak senang jika melihat ada orang yang senang. Setelah aku belajar dari buku SMA-ku

ternyata aku sadar, bahwa hal seperti itu wajar terjadi di sebuah wilayah yang dimana tingkat

pendidikannya rendah. Dan cara untuk membungkam mereka adalah membuktikan bahwa semua

yang kita informasikan itu benar adanya. Ini bukan mengajari untuk bersombong.

Jadi, untuk teman-teman yang mendapatkan Beasiswa Bidik Misi di UNAIR bersiaplah

dengan semua kemungkinan yang ada. Ujian berat bukan hanya datang ketika menghadapi soal,

tetapi juga datang dari sekeliling kalian sebelum maupun setelah status mahasiswa UNAIR

melekat di dada. Ingat, optimis akan selalu membawa hasil. Jangan lupa berdoa terus ya…

KEGAGALAN, BERUJUNG PADA KESUKSESAN LUAR BIASA

Oleh : Siti Zulaikhah

68

Page 69: Naskah Buku Dermaga Impian

Lulus SMA merupakan hal yang dinanti-nantikan oleh teman-temanku, dan kebanyakan

anak lainnya termasuk aku. Hampir semua anak pastinya sudah merancang masa depan mereka.

Ada yang mau langsung bekerja dan tak jarang pula yang ingin melanjutkan kuliah. Pada saat-

saat itulah aku bingung aku harus memilih jalan yang mana? Dengan tekad yang bulat akhirnya

aku memutuskan untuk kuliah, aku ingin menata kehidupanku dan keluargaku menjadi lebih

baik, mengingat generasi di keluargaku tidak ada yang melanjutkan pendidikan hingga ke

perguruan tinggi. Aku tahu bahwa biaya kuliah tidak semurah yang dibayangkan, apalagi dengan

gaji bapakku yang pas-pasan untuk membiayai kehidupan kami, namun tekadku sangatlah kuat,

aku tidak mau terhenti sampai disini saja. Aku harus bisa menjadi orang yang pintar,

berpendidikan, dan tidak direndahkan oleh orang lain. Aku merayu kedua orang tuaku untuk

mengijinkanku mengenyam bangku kuliah, dengan melalui perdebatan yang panjang dan diskusi

panas, akhirnya orang tuaku mengijinkan aku kuliah. Dan aku yakin bahwa Allah akan

membantu umatnya yang selalu berusaha keras dan memiliki keinginan untuk merubah nasibnya.

Aku ingin menjadi orang yang sukses dan kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.

Hal itulah yang mendorong aku untuk melanjutkan pendidikanku. Waktu itu aku senang sekali

ada informasi dari internet bahwa ada Beasiswa Bidik Misi yang dapat membantu meringankan

dari biaya kuliah hingga biaya hidup. Saat itu aku sangat bercita-cita menjadi seorang guru,

akhirnya aku memutuskan untuk ikut program Bidik Misi di UNESA siapa tahu lolos. Namun

sayangnya aku gagal untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Perjuanganku tidak terhenti sampai

disitu saja, aku tetap mencoba ikut USM-STAN dan SNMPTN. Lagi-lagi aku gagal. Aku sempat

jatuh saat itu dan sangat shock sekali hingga satu malam aku menangisi kegagalanku kalau aku

mendapatkan berita bahwa aku tidak lolos SNMPTN, sampai-sampai aku mendapatkan

kemarahan dari orang tuaku hingga aku tak kuasa lagi rasanya menanggung kegagalan lagi.

Untungnya aku berpikir kritis bahwa aku harus melanjutkan hidupku, aku harus maju, aku harus

bisa meraih masa depan cemerlangku. Dorongan dalam diri dan support dari teman-temanku

membuat aku bangkit dari keterpurukan ini. Setelah mencari informasi dari internet bahwa

dibuka pendaftaran untuk Program Diploma 3 Universitas Airlangga, akhirnya aku ikuti saja

walaupun aku tahu biaya kuliahnya sangat mahal dan pada waktu itu orang tuaku tidak memiliki

uang sebanyak itu. Untuk mengikuti tes D3 UNAIR tersebut dibutuhkan uang pendaftaran senilai

Rp 300.000,-. Aku meminjam uang kepada ibuku, dan saat itu aku mencari tambahan uang

dengan bekerja dengan cara memberikan les tambahan anak tetangga-tetanggaku sehingga aku

69

Page 70: Naskah Buku Dermaga Impian

bisa mengembalikan uang ibuku tadi. Aku tidak mau merepotkan kedua orang tuaku terus-

terusan.

Dengan nekat, Alhamdulillah alhasil usahaku tidak sia-sia. Allah mendengar doaku. Aku

lolos D3 Akuntansi (SMA aku dulu dari IPA, setelah gagal SNMPTN, selama satu bulan aku

belajar IPS dari buku yang dipinjami oleh temanku yang sudah diterima di S1 Akuntansi UNAIR

dan S1 Akuntansi UNESA). Aku sangat senang dan bersyukur sekali. Namun ada satu hal yang

mengganjal, yaitu bagaimana aku harus membayar uang SP3, SOP, dan uang daftar ulang yang

nilainya hampir Rp 8.000.000,00. Saat daftar ulang adalah tanggal 12-14 Agustus 2010. Aku

datang ke auditorium bersama bapakku untuk bertanya tentang adanya beasiswa di UNAIR.

Alhamdulillah kami diantarkan kepada Pak Tatang dan beliau menawari Beasiswa Bidik Misi,

kebetulan saat itu masih ada quota untuk mahasiswa baru program studi diploma tiga. Beliau

menjelaskan bahwa aku harus membayar biaya daftar ulang secara mandiri dahulu. Jika aku

berhasil mendapatkan beasiswa itu uang daftar ulang itu akan dikembalikan.

Akhirnya ibuku meminjam uang tetanggaku untuk membayar biaya pendaftaran,

sehingga pada tanggal 13 Agustus 2010 aku bisa melakukan daftar ulang. Bapakku langsung

mengurus surat RT/RW dan kelurahan, sedangkan aku ke SMAN 16 Surabaya untuk mengurus

surat rekomendasi pengajuan beasiswa. Saat itu adalah bulan suci ramadhan, dan kami diuji

dengan beberapa hal, yaitu Pak Lurah yang sulit ditemui, surat pengantar dari UNAIR tidak ada

sehingga kelurahan tidak bersedia membuatkan surat keterangan untuk pengajuan beasiswa

(untungnya dengan cepat dibuatkan surat pengantar ke kelurahan oleh Pak Singgih) dan sekolah

tidak mau membuatkan surat rekomendasi yang dicontohkan dalam form bidikmisi (hanya surat

keterangan peringkat saja dan rekomendasi buatan sekolah sendirilah yang aku lampirkan beserta

legalisir raport dan sertifikat lomba). Panas dan haus tak mematahkan semangatku dan bapakku

untuk memenuhi semua syarat yang terdapat dalam form Beasiswa Bidik Misi. Dan

alhamdulillah puasa kami tidak batal walaupun terik matahari menyengat di tubuh.

Setelah semua berkas lengkap aku mengirimkannya ke kemahasiswaan kampus C untuk

diproses. Dengan doa dan usaha yang tiada henti-hentinya, akhirnya selang beberapa bulan aku

mendapat kabar baik dari UNAIR bahwa aku lolos Beasiswa Bidik Misi. Alhamdulillah,

mungkin Allah ingin menunjukkan bahwa kegagalanku sebelumnya yang aku perbaiki dengan

usaha keras, niat yang baik, dan doa yang ikhlas bisa mengantarkanku pada kesuksesan yang luar

70

Page 71: Naskah Buku Dermaga Impian

biasa ini. Selang 3 bulan, uang daftar ulang yang hampir mencapai Rp 8.000.000,- dikembalikan,

sehingga bisa dipakai untuk membayar hutang kepada tetanggaku. Aku sangat senang sekali dan

bersyukur karena aku bisa kuliah di kampus yang dibangga-banggakan oleh semua orang yaitu

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA yang selama ini jauh dari pilihanku dan

bayanganku. Ya, mungkin inilah rejekiku (bisa dibilang inilah jalannya) kalau aku bisa kuliah di

UNAIR. Aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan

emas ini, karena untuk bisa kuliah di UNAIR dan mendapatkan Beasiswa Bidik Misi sangatlah

membutuhkan perjuangan yang keras serta usaha dan doa yang tiada henti-hentinya. Allahumma

amien.

PERJALANANKU MENUJU BANGKU KULIAH

Oleh : Didik Setiawan

71

Page 72: Naskah Buku Dermaga Impian

Ceritaku berawal sewaktu aku menjelang lulusan SMP. Waktu itu ujian nasional baru saja

selesai, teman-temanku sudah mulai berdiskusi mau melanjutkan sekolah kemana. Tapi aku

sendiri masih belum ada pandangan sekolah mana yang akan aku tuju, karena pada waktu itu aku

tidak diijinkan untuk melanjutkan sekolah oleh orang tuaku. Keinginanku sebetulnya ingin

masuk SMA negeri di kota, karena di kecamatan tempat tinggalku tidak ada SMA negeri, yang

ada hanya SMK negeri dan SMA swasta.

Beberapa minggu kemudian hasil ujian nasional diumumkan, Alhamdulillah nilaiku

masih mendapat rata-rata delapan, aku pun langsung memberitahukan hal ini ke orangtuaku,

sekaligus aku merayu orang tuaku untuk menyekolahkan aku lagi. Tapi jawaban orang tuaku

tetap saja tidak akan menyekolahkanku. Aku waktu itu sampai ngambek gara-gara hal ini. Alasan

orang tuaku tidak mengijinkan aku sekolah adalah sekolah yang aku inginkan jauh dari rumah,

dan itu memakan biaya mahal baik dari segi biaya pendidikan maupun biaya transportasi menuju

sekolah pilihanku, karena kondisi keluargaku tergolong kurang mampu dan waktu itu adikku

juga masih kelas satu SMP.

Sampai akhirnya pendaftaran di sekolah negeri ditutup, aku sangat kecewa karena tidak

dapat sekolah di SMA negeri. Aku pun pasrah, tetapi aku masih memiliki kesempatan untuk

daftar ke SMA swasta di kecamatan. Aku mencoba merayu orangtuaku lagi, sebetulnya

orangtuaku mengijinkan aku sekolah di SMK negeri di kecamatan tapi aku tidak mau karena aku

mempunyai impian ingin melanjutkan kuliah nantinya, dan orangtuaku akhirnya mengijinkan

aku sekolah di SMA swasta karena jaraknya lebih dekat dengan rumah dan biayanya juga tidak

terlalu tinggi. Akupun mulai menjadi siswa SMA, di sini aku mulai mendapatkan teman baru.

Tapi perlu diketahui, SMA aku ini hanya memiliki satu jurusan yakni IPS. Padahal aku ingin

sekali masuk IPA karena cita-citaku ingin menjadi dokter. Tapi ya sudahlah, aku tetap bersyukur

bisa melanjutkan ke SMA.

Di SMA prestasiku cukup bagus. Semester pertama alhamdulillah aku mendapat

peringkat pertama. Aku sangat bangga waktu itu. Keberhasilan ini bisa membuatku lebih

semangat lagi dalam belajar untuk mempertahankan prestasiku. Namun pada waktu semester

kedua aku kecewa karena peringkatku turun menjadi peringkat kedua. Tapi aku tetap semangat

untuk mengejar kembali menjadi peringkat pertama. Dan aku pun naik ke kelas dua jurusan IPS.

72

Page 73: Naskah Buku Dermaga Impian

Di kelas dua aku lebih giat belajar lagi untuk bisa memperbaiki prestasiku. Dan akhirnya

kerja kerasku di kelas dua ini tidak sia-sia, alhamdulillah semester satu dan semester dua

mendapat peringkat pertama. Aku jadi lebih percaya diri untuk bisa mendapatkan beasiswa

kuliah, karena peringkat di kelas merupakan salah satu dari syarat untuk mendapatkan beasiswa

kuliah.

Setelah naik kelas tiga aku langsung bergerak cepat untuk mencari info-info tentang

beasiswa kuliah. Aku mencari-cari lewat internet, dan ternyata ada beasiswa yang diadakan ITB.

Aku pun tertarik ingin masuk di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB karena aku dari jurusan

IPS, aku langsung melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mendapatkan beasiswa

tersebut. Teman aku waktu itu juga ada yang ikut. Setelah beberapa hari berkas aku kirim ke

ITB, ada pengumuman melalui emailku tentang aku berhak untuk mengikuti tes masuk ITB di

Surabaya. Tapi di sini aku kecewa, karena sudah ada persiapan tapi tiba-tiba ibuku tidak

mengijinkan aku untuk mengikuti tes ITB karena kuliahnya jauh, yakni di Bandung. Dengan

berat hati aku harus menurut dengan keputusan ibuku.

Gagal untuk mendapatkan beasiswa di ITB, aku tidak menyerah begitu saja. Aku mencari

info beasiswa lagi, dan alhamdulillah ada beasiswa BIDIK MISI dari Kementerian Pendidikan

Nasional pada waktu itu. Aku langsung bertindak cepat untuk memenuhi semua berkas-berkas.

Waktu itu itu aku mendaftar di Universitas Airlangga. Selang beberapa minggu ada

pengumuman kalau aku lolos menjadi calon penerima beasiswa BIDIK MISI di Universitas

Airlangga, kemudian aku mengikuti tes PMDK Prestasi di Universitas Airlangga di Surabaya.

Sebelum berangkat aku minta doa restu kepada ayah dan ibu aku supaya diberi kelancaran dalam

mengerjakan soal-soal tes dan diterima di Universitas Airlangga.

Selang beberapa hari setelah tes hasil pun diumumkan, alhamdulillah aku diterima di

Universitas Airlangga dan berhak menerima Beasiswa BIDIK MISI. Perasaan aku waktu itu

campur aduk, antara senang, haru, bangga dan lain-lain. Terlebih perasaan orangtuaku, mereka

sangat senang sekali dan tersenyum bangga. Baru kali ini aku bisa membuat mereka tersenyum

bangga atas keberhasilanku.

73

Page 74: Naskah Buku Dermaga Impian

Dari keberhasilan inilah aku kembali teringat ketika mau masuk SMA, ketika itu begitu

susahnya aku mendapatkan ijin dari kedua orangtua aku untuk melanjutkan ke SMA hanya

karena faktor biaya, yang akhirnya membuatku sekolah di SMA swasta. Tapi inilah jalan hidup

aku, dari sekolah swasta tapi aku bisa diterima menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi

terkemuka di Indonesia. Aku juga bisa membuat orangtua aku tersenyum bangga atas

keberhasilanku ini.

Terima kasih Ayah, terima kasih Ibu. Aku cinta kalian.

SEMANGAT BERJUANG, HINGGA AKHIR WAKTU

Oleh : Dewi Rakhmawati

74

Page 75: Naskah Buku Dermaga Impian

“Hidup dalam keterbatasan financial terkadang sulit bisa untuk tercapainya keinginan, kadang

kala hinaan,cacian, cemoohan yang didapat. Hanya karena tidak terpenuhinya kebutuhan

layaknya orang yang mampu.”

Begitu juga dengan akses pendidikan yang di dapat. Itulah menjadi sedikit gambaran tentang

keterbatasan financial yang di alami keluarga saya.

Nama saya Dewi Rakhmawati terlahir pada tanggal 23 Desember 1992, merupakan anak

ke 2 dari 3 bersaudara yang terdiri dari kakak laki-laki yang bernama M. Ali Imron dan adik laki-

laki yang bernama Moh Ali Fauzi. Ayah bernama Sucipto dan Ibu Siti aminah. Ketika kecil

keinginan untuk bisa sekolah hingga setinggi mungkin sudah terbayang dalam cita-cita saya

ketika berumur 3 tahun. Untuk menjadi orang yang berilmu, itulah yang menjadi keinginan

orang tua saya, keinginan yang sangat cerdas yang harus saya mulai mewujudkan pada saat itu.

Begitu teringat mengharukan, pada saat saya berusia 3 tahun itulah awal saya bersekolah Taman

Kanak-Kanak. Perjuangan ibu saya untu bisa memasukkan sekolah TK dengan berkorban

menjual sepeda ontel satu-satunya milik ayah untuk bekerja, demi biaya masuk yang harus

terbayar.

Keluarga saya memang sangat sederhana, Ayah yang dulu bekerja sebagai penjual Tempe

keliling hanya berpenghasilan < Rp 20.000/ hari, beliau adalah sosok seorang yang sangat

menginginkan anak-anaknya untuk bisa mendapatkan kelayakan pendidikan hingga bisa

menempuh pendidikan tinggi. Sedangkan Ibu hanyalah kuli pembungkus kerupuk yang upahnya

tak lebih dari Rp 5000/hari, beliau adalah sosok pejuang keluarga yang penuh inspiratif, rela

berkorban demi anak-anaknya. Hidup yang saya alami memang tidaklah sebahagia dan senikmat

teman-teman dapatkan. Diwaktu saya kecil, ayah selalu sakit-sakitan dan sering keluar masuk

rumah sakit setiap tahunnya, sehingga anak-anaknya terlantar dirumah. Layaknya orang dewasa

yang selalu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, merawat adik yang masih sangatlah kecil,

membantu kakak dan ibu demi biaya kehidupan dan dana rumah sakit. Pada awal masuk sekolah

dasar tepatnya di SDN Jambangan, awal semangat yang harus mulai saya tanam, semangat untuk

ingin selalu sekolah telah terbukti dengan prestasi demi prestasi bisa teraih mulai di kelas dan

mengikuti berbagai lomba, serta sering mendapatkan beasiswa penuh selama di sekolah dasar.

Kedua orang tua sangatlah bangga dengan semangat yang termiliki dalam diri.

75

Page 76: Naskah Buku Dermaga Impian

Pada tahun ke-4 di sekolah dasar ini awal hal yang menyedihkan dan benar-benar

perjuangan yang harus terlewati. Betapa tidak sedih, dari sekian tahun lamanya ayah sakit inilah

terakhirnya ayah dirawat di rumah sakit selama satu bulan penuh dan tak kunjung sembuh juga.

Satu bulan terlalui hingga Lebaran aku dan saudaraku tak di temani kedua orang tua serta hidup

selalu yang berpindah-pindah, dari rumah budhe ke budhe yang lain. Dari sekian lama, akhirnya

ibu pulang dengan membawah berita yang sangat menyedihkan, ternyata ayah sudah

meninggalkan kita semua untuk hidup tenang didalam alam akhir. Begitu sangatlah histeris yang

ku rasakan, ayah yang selalu ku sayang ku harapkan akan kesembuhannya demi masa depanku

kelak. Ternyata begitu cepat untuk pergi.

Semenjak kepergian Ayah selamanya, mulai saat itulah kehidupan benar-bemar

mengalami perjuangan yang berat. Kakak mulai putus sekolah sejak berada pada tahun ke-1 di

SMP demi membantu kebutuhan keluarga dan sekolahku dan adik, ia bekerja sebagai penjual

koran untuk turut membantu perekonomian keluarga. Sejak saat itu ibu mulai berjualan kerupuk

keliling dan saya turut membantu dalam keseharian yang beliau lakukan, mulai belanja kerupuk,

goreng, pembungkusan, hingga berjualan. Semua itu berlanjut hingga SMA. Ketika hendak

masuk SMA, nyatanya berbarengan sama adik yang juga hendak masuk SMP. Mulai saat itu ibu

kebingungan dengan banyak biaya yang harus di keluarkan untuk biaya sekolah anak-anaknya,

kakak juga tidak lagi bisa membantu. Semenjak mulai masuk SMA saya memulai kegiatan sehari

hari dengan membantu orang tua bekerja sebagai pembantu rumah tangga, kuli bangunan di pagi

hari, ngajar les di malam hari, juga jadi sales beberapa produk, hingga masuk dalam yayasan

yang kerja keras tahan banting dengan gaji yang tidak sesuai. Saya juga pernah mengalami hal

yang menakutkan, ketika pulang ngajar les hingga pulang lebih dari jam 11 malam dengan

mengendarai sepeda, tiba-tiba dari arah 100 m belakang saya ternyata ada yang mengikuti gerak-

gerik saya. Dalam keadaan malam gulita dan jalanan yang penuh sawah saya mencoba

mengendarai sepeda dengan sekencang mungkin, untuk menghindar dari musibah yang akan

saya alami. Ternyata setelah saya melalui persawahan, akhirnya bisa menemukan perkampungan

untuk bisa bersembunyi dan minta tolong. Syukur alhamdulillah akhirnya bisa selamat dari

kejaran preman, itu kejadian ketika duduk di kelas XI. Semuanya terjalani demi semangat dan

cita-cita yang harus terwujud tanpa mengabaikan kewajiban sekolah saya. Penghasilan memang

tidak bisa menutupi semua biaya sekolah. Begitu juga sang ibu,keseharian yang dilalui dengan

merelakan untuk menjadi pembantu rumah tangga dari jam 08.00-13.00 siang dengan upah

76

Page 77: Naskah Buku Dermaga Impian

200ribu perbulan. Setelah pulang sebagai PRT, ibu juga sbg kuli pembungkus kerupuk hingga

larut malam perhari penghasilannya tak lebih dari 10ribu. Itu juga belum bisa menutupi segala

kebutuhan.

Ikut tergabung dalam kegiatan intelekual remaja, turut memupuk semangat yang ada

dalam diri. Berjuang bersama para teman yang senasib dan seperjuangan. Dukungan dari ibulah

yang menentukan nasib saya. Ketika menginjak awal kelas XII, saya selalu meminta dan

menangis kepada sang ibu untuk bisa masuk di perguruan tinggi. Sang ibu hanya bisa terdiam

dan ikut menangis mendengarkan permintaanku yang harus dipenuhinya seorang diri. Tidaklah

bantuan yang beliau dapatkan, malah cacian, hinaan, cemoohan. Kata-kata beginilah yang sering

ibu rasakan:” Ngapain sekolah tinggi-tinggi hingga perguruan tinggi sekolah SMA saja sudah

untung-untungan, mending kerja cari uang yang banyak untuk bisa bantu ibumu. Gak usah

kuliah tooh juga sama saja dengan orang yang tidak kuliah”. Kata-kata seperti itulah yang

menjadi cambuk semangat sang ibu, untuk tetap membiayai anaknya sendiri tanpa bantuan orang

lain. Ibu selalu berpinsip, orang yang tidak kuliah saja bisa sukses, bagaimana anak saya jika

kuliah pasti dia akan jauh lebih sukses bila di bandingkan oleh orang yang tidak sekolah. Begitu

juga prinsip saya, saya tidak akan mau bekerja dengan menggunakan otot lebih baik bekerja

menggunakan akal, artinya saya sama sekali tidak ingin bekerja sebagai buruh yang dilakukan

ibu saya. Saya harus bisa meningkatkan kualitas kelayakan yang ada dalam keluarga,

mengangkat kesejahteraan keluarga.

Tiba saatnya mendekati waktu pendaftaran PMDK-Prestasi yang akan di selenggarakan

oleh beberapa PTN, hanya berbekal doa dan semangat yang di dapat dari ibu. Saya mulai

mencari-cari info persyaratan untuk mengikuti seleksi. Selama berhari-hari saya mendapatkan

info adanya BMU (Biaya Mengikuti Ujian) melalui jalur Prestasi yang di selenggarakan oleh

Universitas Airlangga, yang di peruntukkan bagi calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu.

Dengan fasilitas antara lain Gratis biaya formulir PMDK-Prestasi, asrama pembekalan selama 3

hari oleh kakak-kakak BEM, konsumsi dan vitamin, akomodasi biaya Pulang-Pergi peserta, dan

Gratis biaya kuliah selama masa studi melalui program BIDIK MISI. Begitu sangat bangga dan

senang saya dan ibu, inilah awal dari keajaiban doa yang selalu dipanjatkan ibu disetiap tahajjud

yang dilakukan. Tak akan menyia-nyiakan program ini, dengan hari-hari yang penuh dengan

semangat saya lalui, tak menghiraukan omongan orang bilang apa tentangku yang jelek.

77

Page 78: Naskah Buku Dermaga Impian

Omongan yang baik akan selalu menjadi doa, omongan yang buruk akan menjadi cobaan yang

harus diterpa. Berkas demi berkas mulai terkumpul, saatnya semua persyaratan harus

dikumpulkan di PPMB-UNAIR. Dengan uang seadanya dan doa ibu semoga semua lancar sesuai

harapan, saya berangkat ke Surabaya dengan mengendarai kereta komuter untuk bisa

mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Setelah sampai di Surabaya, melihat begitu

megahnya bangunan Universitas Airlangga sangat membuat terharu dan meneteskan air mata.

Dalam hati dan pikiran, ada perkataan yang membuat kobaran semangat saya terus

menyala,”Saya harus bisa, saya memang bisa dan saya layak menjadi salah satu daftar deretan

mahasiswa di universitas ini”. Sesampainya di PPMB-UNAIR, akhirnya berkas diterima oleh

staf yang sangat ramah melayani.

Selama sebulan menunggu penantian pengumuman lolos BMU, setiap hari merasakan

hati ini deg-degan dengan hasil yang didapat. Begitu dinyatakan saya LOLOS status BMU.

Begitu senangnya orang yang berada di sekeliling saya yang selalu mendukung saya, ini sebagai

awal gerbang untuk bisa mewujudkan harapan di masa depan. Tanpa disadari saya mendapat

panggilan melalui telepon, dari kakak BEM. Memberitahukan bahwa saya lolos BMU dan

berhak mengikuti karantina di asrama haji sukolilo selama 3 hari untuk persiapan tes tulis

PMDK-Prestasi. Tiba saatnya untuk berangkat kumpul di kampus c, hari yang berbahagia dalam

sejarah hidup bisa menapakkan kaki di dalam Universitas Airlangga. Kampus harapan Ayah dan

Ibu. Tak lupa doa dari ibu dan saudara terpanjatkan untuk aku seorang. Sangat siap untuk

mengawali perjalanan dari Sidoarjo hingga kampus C ditempuh dengan kereta dan turun di

Stasiun Gubeng, lalu naek angkot T2. Sebelumnya saya sudah janjian dengan sahabat saya yang

juga sama-sama lolos BMU.

Sesampai kumpul di gedung kahuripan lantai 3, ternyata mendapat sambutan dari kakak-

kakak BEM yang sangat ramah dan begitu telaten untuk menjawab pentanyaan dari adik-adik

peserta. Begitu setelah prosesi pembukaan dilakukan hingga penutupan, akhirnya para peserta

semua dibawa kepenginapan asrama, untuk melalui proses karantina. Waaahhh, begitu sangat

menyenangkan sekali. Saya bisa mendapatkan teman dari berbagai kota dan kabupaten begitu

sangat unik dan asyik. Hari ke-2 berada di asrama ternyata ada agenda bagi peserta untuk

melakukan verifikasi dokumen bagi peserta PMDK-Prestasi, ternyata banyak kendala yang

dilalui. Dari mulai namaku belum terdaftar di resi pembayaran, sampai belum log in data peserta.

78

Page 79: Naskah Buku Dermaga Impian

Hingga aku merasa, inikah bagian perjuangan untuk dapat kuliah gratis tidak mendapatkan

pelayanan yang maksimal. Hari-hari yang dinanti pun tiba, saatnya persiapan untuk mengikuti

tes. Tes sudah terlalui, dengan sukses. 3 hari berlalu akhirnya pengumuman sudah bisa diakses,

dan ternyata hasil yang di dapat sangatlah tidak diharapkan saya dinyatakan TIDAK LOLOS

PMDK-Prestasi. Harapan dan semangat saya sangat jatuh, tidak bisa dibayangkan saya

mengalami depresi. Bingung, Pusing, menangis itulah hari-hari yang dilalui, hingga mata merah

dan membengkak karena linangan air mata yang terus berjatuhan. Tetapi masih banyak orang

juga yang tetap memberi semangat tak henti-henti untuk saya bisa survive, terutama sang bunda.

Begitu mengagetkan dapat berita dari kakak BEM, kalau peserta yang belum lolos jalur

prestasi bisa mengikuti kembali seleksi PTN melalui jalur SNMPTN, dengan biaya subsidi

formulir 50%. SNMPTN selama 2 hari berjalan sukses meskipun rasa gugup, mules, pusing

menjelang tes selalu terbayang bayang. Sambil menunggu hasil pengumuman SNMPTN, saya

bekerja dengan ngajar les adik-adik. Tiba saatnya melihat pengumuman SNMPTN, sudah terasa

hati berdetak. Akhirnya berkat rahmat Allah dan semua yang mendoakanku aku bisa lolos masuk

SNMPTN, masuk menjadi deretan daftar mahasiswa Airlangga. Rasa haru selalu mengembang

dalam setiap senyuman indahku dan orang sekelilingku, doa yang selalu terpanjat dalam sujud

malam telah di dengar oleh-Nya. Keluargaku begitu bangga, karena selama ini orang di kampung

saya huni, belum ada yang bisa kuliah di Universitas Airlangga. Dan sayalah satu-satunya orang

desa yang bisa kuliah di perguruan tinggi tersebut. Begitu juga rasa bangga dalam diri dan tak

henti-henti selalu mengucap syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih kepada hamba-

hambanya atas rahmat yang di berikan sehingga bisa menjalankan amanah Ayah dan Bunda.

Saya masuk Universitas Airlangga melalui program Beasiswa Bidik Misi sebagai jawaban atas

doa yang di dengar oleh Allah. Inilah perjuangan selama belasan tahun ku lalui bersama

keluarga, hanya pahit yang terasa tapi sangatlah manis buah tersa saat ini dengan berbagai ujian

cobaan.

Bidik Misi adalah program dari pemerintah untuk siswa SMA yang berkemauan untuk

melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi dengan prestasi yang diraih selama SMA. Sangat

susah memang mencari siswa berprestasi, tidak mampu ekonomi, tetapi sangat bersemangat

untuk kuliah. Dan kriteria tersebut ada dalam diri saya. Saya sangat berbangga bisa mendapatkan

Bidik Misi, bisa bersyukur ketika orang lain tidak bisa menikmati indahnya mencari ilmu.

79

Page 80: Naskah Buku Dermaga Impian

Mewujudkan cita-cita yang ayah inginkan, semoga ayah di surga bisa melihat apa yang ku

lakukan sekarang dengan perjuangan dan doa Ayah. Mengangkat kehidupan yang layak di masa

datang. Yang paling bisa membuat bangga, meskipun sering mendapat cacian, hinaan, hujatan,

saya adalah satu-satunya orang pertama yang bisa kuliah dari keluarga ayah dan ibu, walau tak

pernah ada bantuan dari mereka tapi saya bisa mendapatkan Bidik Misi. Buah perjuangan

bertahun-tahun.

Nikmat itu tak datang dalam sekejap, nikmat itu butuh waktu dan perjuangan untuk bisa

menjadikan kita SUKSES. Seandainya Ayah tahu dengan keadaanku saat ini pasti Ayah merasa

sangat bahagia, inilah aku saat ini yang masih bisa memenuhi sedikit dari permintaan ayah dan

Ibu. Aku masih punya banyak mimpi yang harus terwujudkan untuk ibu seorang, inilah satu

mimpi yang bisa tewujud saat ini. Hidup Cuma sekali, aku pingin memberikan yang terbaik

untuk semua orang dan menularkan semangat untuk tetap bersemangat dengan apapun yang

terjadi. Rindu akan sang Ayah yang meninggalkanku lebih dari 10 tahun, semoga Ayah bisa

merasakan bahagia. Dan ibu tetap memberikan warna yang sangat indah dalam kehidupanku,

tanpa beliaulah saya tidak mempunyai spirit sekuatnya. Beliau bisa membiayai anak-anaknya

meskipun harus melakukan pekerjaan apapun pekerjaan yang halal, tanpa ada sedikit malu yang

di rasa. Masih banyak yang menyayangiku.

MENGEJAR BEASISWA BIDIK MISI

Oleh : Candra Arga Maulana

80

Page 81: Naskah Buku Dermaga Impian

Awalnya, tidak terbesit dalam pikiran saya untuk melanjutkan kuliah. Apalagi biaya

bulanan SMA saya dulu ditanggung oleh orang lain. Wali murid tersebut adalah Ustadz saya

disaat SD dulu. Sekolah yang sebenarnya kewajiban dan adalah hal yang menyenangkan,

berubah menjadi suatu beban, meskipun kadang saya anggap sebagai tempat hiburan. Saya

merasa memiliki tanggung jawab untuk menjadi yang paling baik di SMA saat itu, mengingat

ada teman SMP saya yang dulu tidak lulus UN, padahal biaya sekolah dia dulu ditanggung oleh

orang lain.

Rasanya seperti terkekang, karena saya harus tinggal di pondok Ustadz saya, jauh dari

orang tua, dan jelasnya “DILARANG BERPACARAN”. Saya tinggal di pondok bersama

seorang Ustadz muda yang banyak sekali memotivasi saya. Saya belajar dengan giat, dan

hasilnya juga baik. Dua semester di kelas X, saya lalui dengan peringkat 1, sehingga saya bisa

masuk XI IPA 1. Panjang cerita, disaat kelas XII SMA, nilai saya cenderung menurun. Saya

banyak melanggar perintah, mulai dari sering main Game PS2, sampai coba-coba untuk

berpacaran. Hasilnya pun buruk, saya dinilai sombong oleh teman-teman karena tidak menjawab

pertanyaan mereka (padahal saya tidak tahu pelajaran saat itu), saya dikhianati oleh dua siswi

SMA tersebut yang pernah saya cintai, nilai-nilai saya menurun, para guru pun sentimen

terhadap saya. Hancur rasanya perasaan saya saat itu. Tetapi saya segera berbenah, saya

tinggalkan perasaan saya meskipun sakit, saya kembali belajar dengan giat, saya sangat malu

ketika ditanya Ustadz saya tentang menurunnya nilai saya, saya pun ingin marah kepada diri

sendiri, mengapa saya terlena kepada kehidupan dunia dan wanita. Sejak saat itu, saya kembali

niat rajin belajar. Hasilnya pun maksimal, meskipun saya tidak mengikuti les tambahan, tetapi

justru nilai Try Out saya lebih besar daripada mayoritas siswa siswi lain yang mengikuti les.

Apalagi saat itu, siswa siswi lain yang mengikuti Les, banyak yang tidak lulus, karena nilai

Matematika mereka dibawah 5. Mulailah saat itu para guru membahas tentang dunia perkuliahan

dan beberapa beasiswa. Saya sedikit tertarik hingga akhirnya saya minta tolong pada orang tua

saya untuk mengurus surat-surat yang menjadi syarat pengurusan Beasiswa bidik misi. Meskipun

sebelumnya saya sempat bertengkar masalah perkuliahan karena orang tua saya tidak sanggup

membiayai, tetapi setelah itu orang tua saya mau membantu. Mayoritas teman-teman saat itu

mencoba untuk ke UNAIR, UNESA, atau IAIN Sunan Ampel Surabaya.

81

Page 82: Naskah Buku Dermaga Impian

Ini yang dinamakan pengkhianatan besar. Orang yang dahulu sangat saya bantu dalam

belajar dan sangat saya cintai, ternyata begitu sadis sikap terakhirnya kepada saya. Katakanlah

namanya Ina, Kakak Ina ternyata kuliah di salah satu PTN, orang tua nya pun telah

berpengalaman mengurus hal hal yang berhubungan dengan pendaftaran Mahasiswa Baru.

Tetapi Ina sama sekali tidak memberikan info yang benar tentang Beasiswa Bidik Misi dan

UNAIR. Saya dan orang tua saya berusaha keras untuk mendapatkan informasi tentang Bidik

Misi dan UNAIR. Hingga Akhirnya diumumkan siapa saja yang dapat mengikuti PMDK-

Prestasi di UNAIR. Ina termasuk salah satu siswi yang berhasil. Justru nama saya dan Salahudin

(Ketua kelas XII IPA 1 yang mengurusi berkas-berkas Bidik Misi secara kolektif) malah tidak

ada dalam daftar pengumuman tersebut. Salahudin mencoba mendaftar di IAIN dan beberapa

Universitas lain, teman-teman yang lain pun demikian. Sedangkan saya hanya bisa merenung,

mengapa saya tidak berhasil, bagaimana saya bisa kuliah dengan uang, sedangkan saya tidak

punya cukup uang. Saya lebih sering melamun daripada menjawab pertanyaan, hingga akhirnya

wali kelas saya mengetahui, dan menyuruh saya untuk tabah. Saya lebih banyak menyendiri,

karena saya sendiri memang tidak punya banyak teman saat itu. Saya bukanlah orang yang kaya,

sehingga teman-teman yang suka memilih teman, mengklasifikasikan teman berdasarkan

kemampuan dirinya, teman-teman tersebut tidak akan berteman dekat dengan saya. Hanya Ina

yang saat itu dekat sekali dengan saya. Mungkin saya terlalu idealis hingga teman-teman banyak

yang membenci saya.

Entah mengapa, waktu berjalan begitu cepat. Hasil Pengumuman menunjukkan bahwa

Ina dan teman saya Maulana diterima di Unair. Rasanya sangat sulit mengucap Alhamdulillah

ketika melihat teman berbahagia di saat saya “sakit”. Apalagi teman-teman banyak yang

mengejek saya. Sang Master Maestro yang dulunya sering peringkat 1 sekarang malah kalah

dengan Ina. Lebih sakit lagi, ketika Ina justru lebih dekat dengan teman teman perempuannya

yang dulu sering menyakitinya dan cenderung mengucilkan saya. Tambah sakit lagi ketika saya

datang ke rumah Maulana dan dia menceritakan semuanya. Ina sebenarnya mengetahui informasi

yang benar dari orang tua dan kakaknya, sementara informasi yang diberikan wali kelas saya

kepada saya adalah informasi yang kurang. Maulana sendiri kaget ketika tahu bahwa Ina tidak

menceritakan sesuatu itu kepada saya, suatu informasi yang sangat berharga yang dapat

membuat masa depan saya cerah. Karena tidak ada satu pun dari keluarga saya yang kuliah,

82

Page 83: Naskah Buku Dermaga Impian

sehingga saya tidak tahu hal-hal tentang perkuliahan. Maulana sendiri dengan teman temannya

yang memiliki motor, langsung mengecek kejelasannya ke UNAIR. Saya sendiri tidak memiliki

banyak teman, saya tidak pernah berpikiran untuk mengecek kejelasan ke UNAIR, apalagi

mengajak teman untuk ke UNAIR. Jalan menuju UNAIR saja saya lupa, padahal Olimpiade

Matematika tahun 2010 saya ikuti di Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR.

Lega rasanya ketika diumumkan bahwa nama saya terdaftar dalam nama siswa yang

dapat mengikuti SNMPTN Beaiswa Bidik Misi UNAIR. Saya diantarkan bapak dengan sepeda

pancal sampai ke UNAIR Kampus C. Kemudian diasramakan disana. Cobaan mendatang, buku

Contoh Soal dan Pembahasan SPMB yang saya pelajari sampai ketiduran di rumah ternyata

tertinggal di rumah dan tidak saya bawa ke asrama haji. Akhirnya saya meminjam buku teman

untuk belajar. Teman-teman dari daerah pun baik-baik, tidak seperti teman di Surabaya waktu

itu. Rasanya cepat sekali perjuangan di sana, hingga akhirnya berangkatlah saya ke ITATS

dengan berjalan kaki. Kami sesama peserta SNMPTN di ITATS, dijuluki Pejuang ITATS,

karena di saat yang lain berangkat dengan Bus, sementara kami jalan kaki. Pulang dari asrama

haji dengan naik bemo, saya pun diantarkan oleh Ratna, teman perempuan saya di IPA 1, saya

orang Surabaya, tetapi tidak tahu Surabaya. Pulang dari sana, saya mendapat kabar dari teman

kalau saya Tidak diterima di Pendidikan Matematika IAIN, tetapi diterima di Bahasa dan Sastra

Arab Fakultas Adab IAIN. Saya lepas BSA karena biaya yang tidak ada. Tibalah tanggal 17,

saya bangun pagi dan langsung ke warnet dan tidak sengaja bertemu dengan teman saya.

“Bismillah dulu” kata teman saya. Saya ketik nomor pendaftaran SNMPTN dan kemudian,

”Yes,Yeah” ungkap kegembiraan saya. “Alhamdulillah gitu lho” sahut teman saya lagi di

Warnet. Tetapi saya tidak percaya. Saya ingin mengecek di UNAIR, sesampainya di UNAIR,

saya lupa memakai sepatu. Saya beli koran Jawa Pos pengumuman SNMPTN, dan di sana ada

nama saya. Saya pun tetap tidak percaya. Sampai berita ini beredar di keluarga saya, keluarga,

bapak ibu saya merasa bahagia, tertawa, sedangkan saya biasa biasa saja, Karena saya masih

tidak percaya. Hingga saya sampai di semester 3 Matematika UNAIR ini pun, saya masih tidak

percaya kalau saya adalah Mahasiswa UNAIR.

MY STORY TO GET BIDIK MISI

Oleh : Yessy Yuliana Amalia

83

Page 84: Naskah Buku Dermaga Impian

Universitas Airlangga...Satu nama kebesaran yang selalu aku ingat. Gedung yang besar,

lahan luas dengan kumpulan berbagai fakultas, mahasiswa , mobil serta kendaraan bermotor

yang lalu lalang merupakan sedikit gambaran kehidupan di kampus yang sekarang menjadi

bagian dari hidupku.

Aku tidak pernah berpikir maupun bermimpi untuk bisa menjadi bagian dari mahasiswa

UNAIR karena menurutku itu sesuatu yang sulit untuk diwujudkan. Namun dengan semangat

dari ibu dan ayahku serta orang-orang yang selalu ada di sampingku, duduk di salah satu bangku

di gedung ini bukanlah suatu hal yang mustahil. Mendapatkan gelar mahasiswa Universitas

Airlangga bukannya tanpa penuh perjuangan. Mungkin aku akan menceritakan sedikit kisah

duka maupun suka perjuanganku mendapatkan Beasiswa Bidik Misi di Universitas Airlangga.

Aku hanyalah seorang gadis anak dari keluarga sederhana. Ibuku seorang pedagang

sayur, sedangkan ayahku dulu hanyalah seorang sopir bemo (angkot) namun sekarang berubah

menjadi seorang pedagang kopi seduh. Aku memiliki dua orang adik, laki-laki dan perempuan.

Dengan kehidupan sederhana itu, kedua orang tuaku tak henti-hentinya banting tulang agar

semua anaknya bisa sekolah. Ibuku memilki keinginan agar semua anaknya berpendidikan tinggi

tidak seperti ibuku yang hanya lulusan SMA dan ayahku yang hanya sampai kelas 2 SD.

Keterbatasan pendidikan itu di karenakan tidak adanya biaya. Flashback di masa lalu mendorong

kedua orang tuaku untuk tidak menyerah, memperjuangkan pendidikan anak-anaknya agar kelak

kita (anak-anaknya) tidak sengsara seperti yang mereka alami.

Awalnya aku tidak pernah berpikir untuk melanjutkan kuliah, sempat memang terpikir

tapi itu hanya bisa dibilang khayalan saja. Karena itu setelah lulus SMP aku masuk SMK, agar

kalau sudah lulus bisa langsung kerja atau kalau ada biaya bisa melanjutkan kuliah. Aku masuk

di SMK jurusan akuntansi, sejak awal aku memang berniat untuk mengikuti kompetisi-kompetisi

akuntansi. Aku belajar dan terus belajar, tidak segan untuk konsultasi dengan guru-guru di sana.

Beberapa lomba akuntansi pun aku ikuti dan alhamdulillah beberapa kali aku juga menang.

Prestasi di kelas juga cukup membanggakan, tidak pernah keluar dari peringkat 3 besar kelas.

Ketika akhir masa kelas tiga, pikiran mulai terpecah. Ada yang rasa bingung yang mulai

menyergapku, kerja atau kuliah. Awalnya aku tidak tahu kalau ada program dari Dikti tentang

84

Page 85: Naskah Buku Dermaga Impian

beasiswa ini, mungkin karena aku juga jarang update informasi alias terlalu cupu, aku tahu

tentang program ini dari salah satu temanku yang sudah mendaftar ke BK (bimbingan

konseling) di sekolah. Hanya ada 3 orang saja yang mendaftar Beasiswa Bidik Misi di UNAIR,

mungkin karena programnya baru dan kurang sosialisasi di sekolah sehingga hanya sedikit orang

yang tahu. Saat aku mengutarakan keinginanku ikut mendaftar Beasiswa Bidik Misi di UNAIR,

guru BK ku malah menolak, beliau beralasan kalau pendaftaran di sekolah sudah di tutup dan

siswa yang lain sudah mengumpulkan berkas lengkap sedangkan aku baru mulai mengurus

semuanya. Aku tidak putus asa, aku mencoba menjelaskan apa saja prestasiku, gimana keadaan

keluargaku, dan berjanji untuk mengurus semua berkas yang dibutuhkan secepatnya.

Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meyakinkan guruku ini. Akhirnya hati guruku

luluh juga, aku diberi kesempatan dua hari untuk mengurus.

Hari itu juga langsung aku telepon ayahku untuk segera meminta surat keterangan dari

RT, ayahku sempat tidak mau karena aku memberitahunya mendadak soalnya aparat desa di

kampungku sulit ditemui namun akhirnya ayahku mengiyakan. Secepatnya langsung aku

mengurus surat-surat internal dari sekolah. Keesokan harinya semua surat sudah siap, langsung

aku setorkan ke BK. Setelah menunggu beberapa hari semua sudah siap tinggal menyetorkan ke

PPMB UNAIR. Kita antar sendiri semua berkas itu bersama-sama tanpa dampingan seorang

guru. Penyerahannya sungguh mepet dengan hari penutupan pendaftaran, yakni H-1.

Verifikasi datapun dalam proses, hasil verifikasi ditempelkan di mading sekolah.

Alhamdulillah kami berempat lolos. Untuk bisa mendapatkan beasiswa itu harus melalui tes

PMDK-Prestasi terlebih dahulu. Aku sempat bimbang dan ingin mundur karena tes yang

diujikan semua adalah pelajaran SMA padahal kita yang dari SMK sama sekali tidak

mendapatkan materi itu. Aku takut setelah aku membayar dan ikut tes tidak lolos. Namun ibuku

menguatkan dan terus memberi dorongan untuk ikut tes. Ibuku percaya aku pasti lolos, doa ibu

memang yang paling mujarab. Akhirnya aku lolos tes juga. Alhamdulillah.

Lucunya pada saat tes, aku mendapatkan tempat duduk paling depan. Pas aku lihat

lembar soal, aku sudah bingung duluan. Ini soal apa??? Itu yang terlintas dipikiranku. Semua

soal dari buku soal-soal PMDK yang aku beli tidak ada soal yang sama. Untung aku dulu hobi

mengerjakan soal-soal psikotes, jadi untuk soal-soal semacam psikotes lancar. Setiap kolom

jawaban yang aku isi, ucapan bismillah selalu aku ucapkan dalam hati. Aku lihat suasana kelas,

85

Page 86: Naskah Buku Dermaga Impian

kanan kiriku semua sepertinya lancar mengerjakan dalam pikiranku hanya aku yang nggak bisa.

Akhirnya waktu mengerjakan selesai, pada saat akan keluar ruangan semua pengawas aku jabat

tangannya kira-kira ada 6 pengawas. Dalam pikiranku, kalau aku tidak lolos tes setidaknya aku

pernah berjabatan dengan pengawas dari UNAIR.

Dua hari kemudian, tiba-tiba aku sudah mendapat ucapan selamat dari beberapa teman.

Pertamanya aku bingung, eh...ternyata aku lolos tes dan berhasil mendapatkan Beasiswa Bidik

Misi. Aku jadi sadar bahwa anak SMK juga bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Sekarang Fakultas Ekonomi dan Bisnis menjadi rumah keduaku.

Dari apa yang terjadi sebelum aku mendapatkan beasiswa ini aku bisa menyimpulkan

hikmah apa saja yang aku dapat :

1. Mengerjakan sesuatu harus dengan ridho orang tua terutama ibu

2. Perjuangan dan doa tidak akan berakhir sia-sia

3. Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan

4. Dalam mengerjakan sesuatu jangan sampai terlambat dan mendadak

5. Hasil yang kita petik berawal dari apa yang kita tanam, ketika kita

menanam benih aktivitas yang baik sejak dini, Insya Allah akan mendapatkan yang

terbaik.

6. Janganlah sampai lupa bersyukur, karena apa yang kita dapatkan tidak

pernah lepas dari pemberian yang kuasa. Yang tidak mungkin pun akan menjadi suatu

yang mungkin.

Semoga kisah sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi motivator tersendiri,

sekarang dan sampai nanti.

INFORMASI BEASISWA

86

Page 87: Naskah Buku Dermaga Impian

Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Hak setiap warga Negara

tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan

pasal tersebut, maka pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan

kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga

Negara tanpa diskriminasi dan masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya

dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu

diperlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu bagi setiap peserta didik pada setiap satuan

pendidikan berhak mendapatkan bantuan biaya pendididikan bagi mereka yang memiliki potensi

akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi serta berhak mendapatkan beasiswa bagi

mereka yang berprestasi. (http://dikti.kemdiknas.go.id).

Informasi beasiswa di Perguruan Tinggi negeri maupun swasta sangatlah banyak, baik

dari instansi pemerintah maupun instansi swasta. Beasiswa dari pemberian secara beberapa

semester atau juga ada beasiswa penuh. Beasiswa diperuntukkan bagi mahasiswa yang

berprestasi dan kurang mampu.

Beasiswa tersebut antara lain :

1. Beasiswa Bidik Misi Dikti

Beasiswa ini diberikan oleh pemerintah melalui direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

(Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional, diperuntukkan bagi mahasiswa tidak mampu

dan berprestasi, beasiswa ini berupa biaya kuliah gratis dan mendapatkan bantuan biaya hidup.

Info :

http://dikti.kemdiknas.go.id

http://bidikmisi.dikti.go.id

http://facebook.com/bidikmisi

2. Beasiswa Departemen Agama (Depag)

87

Page 88: Naskah Buku Dermaga Impian

Beasiswa ini diberikan oleh Departemen Agama kepada mahasiswa lulusan SMA

sederajat di Perguruan Tinggi yang ditunjuk oleh Depag, beasiswa ini berupa biaya kuliah

gratis dan mendapat bantuan biaya hidup.

3. Beasiswa PPA dan BBM

Beasiswa ini dapat diperolah melalui informasi Perguruan Tinggi terkait. Beasiswa ini

berupa biaya kuliah (tidak penuh).

Beberapa beasiswa dari instansi swasta antara lain :

1. Beasiswa Beswan Djarum

2. Beasiswa Supersemar

3. Beasiswa Bank Indonesia

4. Beasiswa PT. Sun Life Financial

5. Beasiswa Bank Mayapada

6. Beasiswa PT. Pertamina

7. Beasiswa YKPP

8. Beasiswa BCA Finance

9. Beasiswa Sumitomo

10. Beasiswa instansi swasta lainnya.

Juga banyak beasiswa pertukaran mahasiswa ke luar negeri yang jumlahnya sangat banyak

dan tersebar di beberapa Negara yang terjalin kerja samanya dengan Perguruan Tinggi terkait.

Kesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan yang lebih tinggi terbuka lebar dan

banyak sekali beasiswa yang dapat kita pilih, jadi tidak menutup kemungkinan semua warga

Negara Indonesia dapat memperoleh pendidikan yang bermutu melalui beasiswa-beasiswa ini.

BERSAHABAT DENGAN PENULIS……

88

Page 89: Naskah Buku Dermaga Impian

Hudha Abdul Rohman. Sebelumnya pernah bersekolah di SDN Mojo 3 Surakarta berlanjut ke

SMP Negeri 11 Kota Surakarta dan menjadi alumni SMA MTA Kota Surakarta. Kelahiran

Sukoharjo, 27 Oktober 1991. Penulis adalah Penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga Surabaya. Pernah

bergabung menjadi Wartawan Siswa di SOLOPOS. Pernah menjadi Juara 1 Lomba Menulis Esai

tingkat SMA di UNS Se-Kota Surakarta, karya tulis ilmiahnya yang berjudul “Paper Club”

berhasil menyabet Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Se-Jawa Tengah, juga artikel nya “Gema

Baca Kampung” menjadi Juara Harapan 2 tingkat SMA Se-Kota Surakarta. Penulis juga pernah

menjadi Best 30 Finalist School dalam Olimpiade Ilmu Sosial (OIS) di UI tahun 2009. Juara 3

Lomba Jambore Santri Se-Solo Raya, pernah mengikuti Olimpiade Geografi tingkat Jawa

Tengah (UNS) dan Nasional (UGM), Juara Harapan 2 Lomba Presenter Bahasa Jawa Alfabank

Se-Surakarta. Menulis, membaca, dan meneliti adalah hobinya yang paling seru. Prestasi di

bangku kuliahnya adalah menjadi Juara 3 Lomba Debat Bahasa Indonesia PIM UNAIR 2010,

Juara 1 Lomba Menulis Naskah Lakon Airlangga Art Festival 2011 dan menjadi Finalis 10 besar

Duta Bahasa Jatim 2011. Juara 1 Lomba Debat Bahasa Indonesia tingkat FIB 2011. Penulis telah

menerbitkan buku antologi kumpulan Cerpen Malam Tangisan Hujan (LeutikaPrio:2011). Aktif

di Komunitas KETIK. Salam Prestasi…

****

Devi Yuanita Sari. Alumni SMAN 1 Pandaan. Kelahiran Mojokerto, 1 Januari 1992. Penulis

adalah Penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Airlangga Surabaya. Penulis mempunyai hobi

membaca dan menulis. Sering berprestasi di bidang akademis di SMAN 1 Pandaan.

****

Adi Surya Oktavianto. Alumni SMAN 3 Surabaya. Kelahiran Surabaya, 28 Oktober 1991.

Penulis adalah Penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Hiperkes Universitas

89

Page 90: Naskah Buku Dermaga Impian

Airlangga Surabaya. Penghobi Futsall, ndengerin musik, membaca cerpen, bersepeda dan

guyonan sama temen-temen. Beberapa kali menjuarai berbagai lomba futsall, diantaranya pernah

Juara 1 Lomba Futsal SMA Giki 2 Cup Surabaya, Juara 2 Lomba Futsall Universitas Hang Tuah

Surabaya Cup Se-Jatim, Juara 2 Lomba Futsall Universitas Muhammadiyah Surabaya, Juara 2

Lomba Futsall SMAN 3 Surabaya dan Juara 3 Lomba Futsall Student Week UNAIR Surabaya.

****

Rohmatul Afrilia. Alumni SMAN 1 Gresik. Kelahiran Gresik, 28 April 1992. Penulis adalah

penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan

Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga Surabaya. Jalan-jalan adalah salah satu hobinya.

****

Ana Puspaningtyas. Alumni MAN Kembangsawit Madiun. Kelahiran Madiun, 15 November

1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Matematika, Fakultas

Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya. Menulis Cerpen adalah hobi yang

sangat seru baginya. Pernah Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Milad MAN Kembangsawit,

pernah menjabat sebagai Ketua Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) dan Ketua Jurnalistik di MAN

Kembangsawit.

****

Binti Rumiyati. Alumni SMAN 1 Kasiman. Kelahiran Bojonegoro, 13 Oktober 1992. Penulis

adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Budidaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga Surabaya. Penghobi mendengarkan musik

ini merasa berkat beasiswa Bidik Misi, Binti lebih bisa mengeluarkan apa-apa yang selama ini

diimpikannya.

****

Dewi Mutmainah. Alumni SMA AL YASINI Kraton. Kelahiran Pasuruan, 30 April 1991.

Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Sastra Indonesia, Fakultas

Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya. Nonton TV dan membaca adalah hobinya.

90

Page 91: Naskah Buku Dermaga Impian

Pernah Juara 3 Lomba Cerdas Cermat Bahasa Jepang SMA, Juara Umum di Madrasah Diniyah

Al Hasanuddin.

****

Wahyu Wisnu Wardana. Alumni SMKN Pasirian Teknik Informatika. Kelahiran Lumajang, 24

Januari 1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Pernah

Juara 2 Lomba Debat Pelajar tingkat Kabupaten, Juara 3 Siswa Berprestasi SMA Se-Kabupaten

Lumajang, peraih Pramuka Garuda tingkat Penegak dan pernah menjabat menjadi Wakil Ketua

OSIS. Hobi berenang, membaca dan bernyanyi.

****

Dwi Ernawati. Alumni SMAN 1 Pulung. Kelahiran Ponorogo, 27 Mei 1992. Penulis adalah

penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan

Kelautan (FPK) Universitas Airlangga Surabaya. Sering masuk 5 besar selama SMA. Hobi

membaca.

****

Ely Syarifah. Alumni SMAN 1 Gresik. Kelahiran Gresik, 29 April 1992. Penulis adalah

penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Analis Medis, Fakultas Kedokteran (FK)

Universitas Airlangga Surabaya. Hobi membaca novel.

****

Fajar Afif Fudin. Alumi SMAN 2 Pamekasan. Kelahiran Pamekasan, 2 Desember 1991. Penulis

adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Prestasi yang pernah diraihnya antara lain pernah

Juara 2 Olimpiade Akuntansi Se-Madura 2009, Juara 1 OSN Ekonomi tingkat Kabupaten 2009.

Hobi futsal, mendengarkan musik, memasak dan baca buku.

****

91

Page 92: Naskah Buku Dermaga Impian

Yeny Mega Aprilita. Alumni SMAN 4 Surabaya. Kelahiran Surabaya, 24 April 1992. Penulis

adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Prestasi yang pernah diraihnya adalah prestasi

akademik di SMA nya. Mendengarkan musik adalah hobinya.

****

Rangga Ardi Anggriawan. Alumni SMA Muhammadiyah 10 Sugio. Kelahiran Jakarta, 20 Mei

1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Otomasi Sistem

Intrumentasi (OSI), Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya.

Hobinya adalah Listening Asian Hitz, mempelajari bahasa dan kebudayaan Jepang dan olahraga.

Pernah menjadi Ketua OSIS SMA Muhammadiyah 10 Sugio, menjadi peserta Kejuaraan

Taekwondo Junior-Senior Piala Walikota Surabaya kelas Under 54 senior putra.

****

Indah Triana Febriani. Alumni SMAN 3 Bangkalan. Kelahiran Bangkalan, 28 Februari 1992.

Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Sastra Inggris, Fakultas Ilmu

Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya. Sering masuk peringkat 3 besar semester 1

sampai 6 di kelasnya, pernah menjadi Finalis Olimpiade Biologi tingkat Kabupaten. Hobi

menulis.

****

Hawa Ratna Dewi. Alumni SMAN 1 Jember. Kelahiran Semarang, 13 Januari 1992. Penulis

adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Analis Medis, Fakultas Kedokteran

(FK) Universitas Airlangga Surabaya. Hobi yang digelutinya adalah menulis. Beberapa kali

menang dalam kompetisi antara lain pernah Juara 2 Festival Band PKB Se-Jember 2001, Finalis

Band @ RM Lestari 2002, Juara Harapan 1 OSN Kimia tingkat SMA 2008, Juara Harapan 1

OSN Kimia tingkat SMA 2009, Juara 1 Lomba Menulis Cerpen Festival Muslimah UKMKI

UNAIR 2011. Juga pernah menjabat sebagai Ketua Divisi Artistik BIAS (Bursa Image Arek

Smasa) 2009.

****

92

Page 93: Naskah Buku Dermaga Impian

Nuruddin. Alumni SMA AL YASINI Kraton. Kelahiran Pasuruan, 10 November 1991. Penulis

adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Teknik Kesehatan Gigi, Fakultas

Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga Surabaya. Hobi sepak bola dan Membaca Al

Quran. Pernah Juara 3 Lomba Tartil MTQ UNAIR 2010.

****

Rangga Putra Pratama. Alumni SMAN 1 Bojonegoro. Kelahiran Bojonegoro, 7 Mei 1992.

Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu

Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya. Penghobi memancing, mendengarkan musik dan

main game. Pernah masuk 6 besar Olimpiade Ekonomi tingkat Kabupaten Bojonegoro, Peserta

Olimpiade Astronomi tingkat Kabupaten.

****

Siti Zulaikhah. Alumni SMAN 16 Surabaya. Kelahiran Surabaya, 1 Mei 1991. Penulis adalah

penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di D3 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

(FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Pernah menjadi Juara 2 Lomba Traveling PMR beregu 2

orang SMANDELA tingkat Provinsi 2009, Semifinalis Olimpiade Kimia UNAIR 2009,

Participant Of Australian Chemistry Quiz. Hobi mendengarkan musik, memasak, mengarang

dan membaca.

****

Didik Setiawan. Alumni SMA A. Wahid Hasyim 4 Gudo. Kelahiran Jombang, 2 April 1991.

Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ekonomi Pembangunan,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Baginya, menerima

Beasiswa Bidik Misi adalah sebuah prestasi terbesar. Hobi browsing.

****

Dewi Rakhmawati. Alumni SMA PGRI 1 Sidoarjo. Kelahiran Sidoarjo, 23 Desember 1992.

Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu

Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya. Berprestasi di jurusan IPA waktu SMA. Hobinya

adalah bersepeda dan wisata ilmu.

93

Page 94: Naskah Buku Dermaga Impian

****

Candra Arga Maulana. Alumni SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya. Kelahiran Surabaya, 17 Mei

1992. Penulis adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Matematika, Fakultas

Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya. Pernah Juara 1 Seleksi Olimpiade

Matematika. Hobi bersepeda.

****

Yessy Yuliana Amalia. Alumni SMKN 1 Surabaya. Kelahiran Surabaya, 4 Juni 1992. Penulis

adalah penerima Beasiswa BIDIK MISI DIKTI 2010 di S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya. Prestasi yang pernah diraihnya

antara lain Juara 3 Lomba Pembuatan Aplikasi Akuntansi Stikom, Juara Harapan 2 LKS SMK

Se-Jatim, Peserta Tukar Budaya Jepang-Indonesia di SJS Indonesia, Peserta OSTN SMK 2009,

Perwakilan dalam Diklat Kompetensi Akuntansi Se-Jatim (PPLK UNESA), juga menjadi

Lulusan terbaik Jurusan Akuntansi SMKN 1 Surabaya 2010. Hobi mewarna, berimajinasi,

nonton film dan mencoba hal-hal baru.

****

94

Page 95: Naskah Buku Dermaga Impian

COVER BELAKANG

Mendapatkan beasiswa penuh alias kuliah bebas biaya adalah impian banyak orang, khususnya

pelajar SMA atau sederajat yang ingin meringankan beban orang tua. Biaya di bangku perguruan tinggi

memang bisa dikatakan mahal, apalagi untuk keluarga yang tidak mampu secara finansial. Banyak sekali

beasiswa yang ditawarkan oleh perguruan tinggi, baik dari instansi pemerintah maupun swasta yang

jumlahnya cukup besar.

Berjuang mendapatkan beasiswa tentunya membutuhkan perjuangan dan kerja keras untuk

meraihnya. Lewat 22 kisah yang disajikan, buku ini memberikan motivasi dan inspirasi kepada pembaca

melalui kisah-kisah nyata dari para penulis buku ini. Kisah-kisah yang diceritakan banyak tema dan

mengandung banyak hikmah untuk diresapi. Pembaca dapat menerapkan cara-cara atau hal-hal yang

dikisahkan penulis untuk mendapatkan beasiswa penuh. Melalui true story dalam buku ini, tampak jelas

dan nyata antara penulis dapat berdialog dengan pembacanya lewat tulisan dalam buku ini. Sehingga

diharapkan pembaca benar-benar mengetahui, bahwa kuliah gratis itu memang benar adanya di setiap

Universitas.

Buku ini menjamin para pembaca menjadi lebih percaya diri, bahwa tidak hanya kemampuan

akademis saja yang penting, akan tetapi kemampuan non akademis juga diperhitungkan. Sebuah buku

yang berisi 22 kisah perjuangan sederhana yang sangat menginspirasi. Bahkan untuk lebih memastikan

pembaca termotivasi dan mendapatkan informasi lengkap sepenuhnya manfaat buku ini, kami telah

sertakan panduan mendapatkan beasiswa BIDIK MISI lengkap yang merupakan informasi penting dari

buku ini. Jika anda ingin memperoleh inspirasi dan motivasi untuk terus berjuang mendapatkan beasiswa,

buku ringan ini dapat memberikan gambaran, bagaimana perjuangan dan kerja keras untuk bisa kuliah

gratis serta dapat memberikan hikmah kisah heroik kepada pembaca. Salam Prestasi!!!

Universitas Airlangga

Surabaya

95

Page 96: Naskah Buku Dermaga Impian

96

Page 97: Naskah Buku Dermaga Impian

97