daftar isi - al-muashirah.comal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/06/pdf-jurnal-muashirah... ·...

94
Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, Juli 2014 (i) ISSN 1693-7562 Vol. 11, Nomor 2, Juli 2014 DAFTAR ISI Daftar Isi, i Intan Afriati : Syukur: Eksistensi dan TUjuan Pendidikan Akhlak Mennurut Al- Qur'an, 107 Muhammad Thaib Muhammad : Kisah Tenggelamnya Firaun di Laut Merah (Kajian Tafsir Al- Qur'an Surat Yunus ayat dalam al-Qur’an, 124 Suarni : Ilmu Tajwid Dalam Nagham Al-Qur’an, 131 Maizuddin M. Nur: Menyoal Hubungan Hadis Dengan Alquran: Upaya Ke Arah Restrukturisasi, 143 Miskahuddin : Menyoal Perumpamaan (Amtsal) Dalam Al-Qur’an, 155 Nuraini dan Zulihafnani:Studi Klarifikasi Hadis-Hadis Dalam Buku Suara Khatib Baiturrahman Edisi 7 Tahun 2011, 164 Misnawati : Pengumpulan Al-Qur`An, Suatu Keharusankah?, 183 Pedoman Penulisan, 199

Upload: nguyenhanh

Post on 17-Mar-2019

292 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Al-Mu‘ashirah Vol. 8, No. 2, Juli 2014 (i)

ISSN 1693-7562

Vol. 11, Nomor 2, Juli 2014

DAFTAR ISI

Daftar Isi, i

Intan Afriati : Syukur: Eksistensi dan TUjuan Pendidikan Akhlak Mennurut Al-Qur'an, 107

Muhammad Thaib Muhammad : Kisah Tenggelamnya Firaun di Laut Merah (Kajian Tafsir Al-Qur'an Surat Yunus ayat dalam al-Qur’an, 124

Suarni : Ilmu Tajwid Dalam Nagham Al-Qur’an, 131

Maizuddin M. Nur: Menyoal Hubungan Hadis Dengan Alquran: Upaya Ke ArahRestrukturisasi, 143

Miskahuddin : Menyoal Perumpamaan (Amtsal) Dalam Al-Qur’an, 155

Nuraini dan Zulihafnani:Studi Klarifikasi Hadis-Hadis Dalam Buku Suara KhatibBaiturrahman Edisi 7 Tahun 2011, 164

Misnawati : Pengumpulan Al-Qur`An, Suatu Keharusankah?, 183

Pedoman Penulisan, 199

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 107

SYUKUR: EKSISTENSI DAN TUJUANPENDIDIKAN AKHLAK MENURUT AL-QURAN

Intan AfriatiFakultas Tarbiyah dan Pendidikan UIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam Kota Banda AcehEmail: [email protected]

ABSTRACTAn interesting thing to note from the verses of the Koran are confronted withpenance, promise more explicitly and directly sourced from Him, but because ofunbelief signal just about punishment; it was not confirmed that it will surelycome to the ungrateful. Torture is meant, among others hunger, anxiety, and fear.God has made a parable (a) a country that dwelt secure, its provision coming to itin abundance from every side, but it disbelieved (are not grateful or not workingto expose) the bounties of Allah (latent). Therefore, God made them wear hungerand fear caused by the act (do) they always do.

ABSTRAKSuatu hal yang menarik untuk disimak dari ayat al-Qur'an adalah kesyukurandihadapkan dengan janji yang pasti lagi tegas dan bersumber dari-Nyalangsung, tetapi akibat kekufuran hanya isyarat tentang siksa; itu pun tidakditegaskan bahwa ia pasti akan menimpa yang tidak bersyukur. Siksadimaksud antara lain adalah rasa lapar, cemas, dan takut. Allah telah membuatsatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram,rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapipenduduknya kufur (tidak bersyukur atau tidak bekerja untuk menampakkan)nikmat-nikmat Allah (yang terpendam). Oleh karena itu, Allah swt. menjadikanmereka mengenakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh perbuatan(ulah) yang selalu mereka lakukan.

Kata Kunci: Syukur, al-Qur'an, Pendidikan

PENDAHULUANSyukur merupakan salah satu materi yang harus ada dalam pendidikan

akhlak. Allah swt. menciptakan manusia untuk bersyukur kepadaNya denganmemfungsikan segala karunia dan nikmat dari penciptaan manusia dengankehendak Allah swt. Syukur dalam perspektif al-Quran adalah ungkapan terimakasih atas nikmat-nikmat yang telah diberikan, dengan jalan menggunakannikmat-nikmat tersebut sebagai sarana beribadah kepada Allah swt. Manusiasering sekali lupa diri apabila sudah berada dalam puncak kesuksesan dalamhidupnya. Segala pemberian yang diberikan dari Allah swt. terlupakan yang padaakhirnya sifat egoisme itu timbul dalam dirinya, dalam aplikasi kehidupannyamenjadi pengaruh besar terhadap cara dari mensyukuri maupun mengkufurinikmat. Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah (1) Bagaimanakah eksistensi

Intan Afriati: Syukur : Eksistensi dan Tujuan Pendidikan Akhlak …108

syukur menurut al-Quran?; (2) Bagaimanakah cara bersyukur dalam perspektif al-Quran?; dan (3) Bagaimanakah hikmah syukur dan akibat kufur menurut al-Quran?. Ketiga rumusan masalah ini akan diuraikan sesuai dengan sub pokokpermasalahan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang konsepsyukur dalam perspektif al-Quran yang ditinjau dari kajian tafsir maudhu‘i.

PEMBAHASANKata kunci yang penulis gunakan dalam mencari ayat-ayat al-Quran

tentang syukur adalah ,شكر شكور dan semua bentuk perubahan kata dari kata

dasar .tersebutشكر

Eksistensi Syukur Menurut al-Quran

Syukur berasal dari bahasa Arab yaitu berasal dari kata شكرا يشكر شكر وشكورا وشكرا yang berarti menunjukkan kebajikan dan mengekspresikannya/

pujian karena adanya kebajikan yang diperoleh/berterima kasih.1 Kata syukurdalam al-Quran terdapat dalam beberapa bentuk kata, yaitu:

1. Kata syukur dalam bentuk kata kerja masa sekarang ( الفعل المضارع( seperti

kata تشكرون dan .أشكر Di antara kata syukur dalam al-Quran terdapat dalamSurat al-Baqarah ayat 52:

Artinya: "kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu

bersyukur."

Kita harus bersyukur atas segala pemberian Allah swt. termasuk ampunanyang Allah swt. berikan kepada kita. Kita juga harus bersyukur atas ilmu yangAllah swt. berikan kepada kita. Bersyukur atas segala nikmat dan karuniaNya.Allah swt. telah menciptakan pendengaran, penglihatan dan hati kepada kita agarkita bersyukur. Sebagaimana firman Allah swt. dalam al-Quran yang terdapatpada Surat an-Nahl ayat 78:

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidakmengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

_____________1 Ibnu Mandhur, Kamus Lisanul Arab, Daar Shaadir, Beirut, Cet. I, Juz 4, Hal.424.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 109

Ayat di atas memiliki munasabah dengan Surat al-Ahqaf ayat 15 sebagaiberikut:

Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada duaorang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, danmelahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampaimenyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telahdewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "YaTuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telahEngkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya akudapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikankepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya akutermasuk orang-orang yang berserah diri.”

Di antara wujud syukur yang dijelaskan oleh Rasulullah saw. terdapatdalam hadits berikut:2

د بن زیاد عن أبي ھریرة بیع بن مسلم عن محم حدثنا مسلم بن إبراھیم حدثنا الر

علیھ وسلم قال ال یشكر ا من ال یشكر الناسعن النبي صلى اArtinya: “...dari Abi Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda: Seseorang tidak

bersyukur kepada Allah jika dia tidak bersyukur kepada manusia.”

Hadits yang sama pengertian terdapat dalam sunan al-Tarmizi sebagai berikut:3

بیع بن مسلم حدثن بن المبارك حدثنا الر د أخبرنا عبد ا ا حدثنا أحمد بن محمد بن زیاد عن أبي ھریرة قال محم

علیھ وسلم من ال یشكر الناس ال یشكر ا صلى ا قال رسول اArtinya: “...dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seseorang yang

tidak berterima kasih kepada manusia berarti dia tidak bersyukurkepada Allah.”

Maksud kedua hadits di atas adalah Allah tidak menerima syukurhambaNya atas kebajikannya terhadap Allah jika dia tidak berterimakasih ataskebajikan orang lain kepadanya dan dia mengingkari kebajikan mereka.

_____________2 Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Maktabah Tijariyah Kubra, Mesir, 1980, Juz 12, Hal.

436.3 Al-Tirmizi, Sunan al-Tirmizi, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, t.t., Juz 7, Hal. 210.

Intan Afriati: Syukur : Eksistensi dan Tujuan Pendidikan Akhlak …110

2. Kata syukur dalam bentuk kata kerja masa lampau ( الفعل الماضي( seperti kata

شكرتم dalam Surat Annisa’ ayat 147:

Artinya: Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ?

dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha mengetahui.Ayat Al-Quran yang memperhadapkan kata syukur dengan kata kufur, antara laindalam Surat lbrahim ayat 7:

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Kusangat pedih.

3. Kata syukur dalam bentuk perintah ( األمرفعل ) seperti kata .اشكروا Di antaraperintah Allah swt. agar manusia bersyukur terdapat dalam Surat al-Baqarahayat 172:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik

yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jikabenar-benar kepada-Nya kamu menyembah.

4. Kata syukur dalam bentuk larangan Perintah untuk bersyukur dalam .(النھي)diikuti dengan larangan berbuat kufur (mengingkari nikmat Allah)sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 152 berikut ini:

Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu,

dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari(nikmat)-Ku.

5. Kata syukur dalam bentuk kata benda/ pelaku ( سم الفاعلا ). Walaupunmanfaat syukur tidak sedikit pun tertuju kepada Allah, namun karenakemurahan-Nya, Dia menyatakan diri-Nya sebagai Syakirun 'Alim, sebagai-mana terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 158:

Artinya: Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah.Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah,Maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 111

barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati,Maka Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi MahaMengetahui.

Ada beberapa riwayat tentang sebab turunnya ayat di atas. Dalam suaturiwayat dikemukakan bahwa ‘Urwah bertanya kepada ‘Aisyah “ Bagaimanapendapatmu tentang Firman Allah, Innash shafa wal marwah... (SesungguhnyaShafaa dan Marwah) hingga akhir ayat QS. Al-Baqarah: 158)? Menurutpendapatku, ayat ini menegaskan orang-orang yang tidak tawaf di kedua tempatitu tidak berdosa.” ‘Aisyah menjawab: “Sebenarnya takwilmu (interpretasimu) itu,hai anak saudariku, tidaklah benar. Akan tetapi ayat ini turun mengenai kaumAnsar. Mereka yang sebelum masuk Islam mengadakan upacara keagamaankepada Manat (tuhan mereka) yang jahat, menolak bertawaf antara Shafa danMarwah. Mereka bertanya kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, di zamanjahiliah kami keberatan untuk tawaf di Shafa dan Marwah”. Diriwayatkan olehasy-Syaikhan (a-Bukhari dan Muslim) dan lain-lain, dari ‘Urwah, yang bersumberdari ‘Aisyah.

Dalam riwayat lainnya dikemukakan bahwa ‘Aihim dan Sulaimanbertanya kepada Anas tentang Shafa dan Marwah. Anas berkata: ”Kamiberpendapat bahwa tawaf anatara Shafa dan Marwah adalah upacara di zamanjahiliyah, dan ketika Islam dating, kami tidak melakukannya lagi.” Maka turunlahayat tersebut di atas (Q.S. al-Baqarah: 158) yang mengaskan rukun sa’i dalamIslam. Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari “Ashimbin Sulaiman.

Dalam Riwayat lainnya dikemukakan, Ibnu Abbas menerangkan bahwasetan-setan di zaman jahiliah berkeliaran pada malam hari antara Shafa danMarwah, dan diantara kedua tempat itu terletak berhala-berhala mereka. KetikaIslam datang, berkatalah kaum muslimin kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah,kami tidak akan bertawaf antara Shafa dan Marwa, karena upacara itu biasa kamilakukan di zaman jahiliah.” Maka turunlah ayat tersebut di atas (Q.S. al-Baqarah:158). Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Abbas.4

Senada dengan ayat di atas, kata syukur juga dalam bentuk kata benda(isim) dalam Surat An-Nisa’ ayat 147:

Artinya: “Dan Allah swt. adalah Maha Mensyukuri lagi Maha mengetahui.”

Allah mensyukuri hamba-Nya maksudnya adalah Allah memberi pahalaterhadap amal-amal hamba-Nya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmat-Nya dan sebagainya. Allah swt. Maha Mensyukuri lagi Maha mengetahuimemiliki arti bahwa Allah swt. Maha Bersyukur lagi Maha Mengetahui.Maksudnya adalah Allah swt. akan menganugerahkan tambahan nikmat berlipatganda kepada makhluk yang bersyukur.

Kata syukur dalam bentuk terdapat dalam Surat Al-Isra' ayat 3:

Artinya: Anak cucu dari orang-orang yang kami bawa bersama-sama Nuh.

Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.

_____________4 K.H.Q. Shaleh dkk., Asbābun Nuzul, Diponegoro, Bandung, Cet. IX, 2007, hal. 44.

Intan Afriati: Syukur : Eksistensi dan Tujuan Pendidikan Akhlak …112

Surat al-Isra’ ayat 3 di atas menjelaskan bahwa Nabi Nuh a.s. merupakan hambaAllah swt. yang banyak bersyukur.Hal ini diperkuat oleh hadits Rasulullah saw.sebagai berikut:5

ثـ بن منري واتـفقا يف سياق احلديث إال حد بة وحممد بن عبد ا ما يزيد نا أبو بكر بن أيب شيـثـنا أبو حيان عن أيب ثـنا حممد بن بشر حد زرعة عن أحدمها من احلرف بـعد احلرف قاال حد

عليه وسلم يـوماأيب هريـرة قال صلى ا اذهبوا إىل نوح فـيأتون نوحا فـيـقولون ...أيت رسول ا عبدا شكورا )سلمرواه م(. نوح أنت أول الرسل إىل األرض ومساك ا

Artinya: “Dari Abu Bakri bin Abi Syaibah...dari Abi Hurairah berkata bahwa padasuatu hari Rasulullah saw. mendatanginya dan bersabda... pergilahkepada Nuh, maka mereka mendatangi Nuh dan mereka berkata wahaiNuh, kamu merupakan di antara Rasul-Rasul pertama di bumi ini danAllah swt. telah memberi nama kepada kamu hamba yang banyakbersyukur. (HR. Muslim).

Cara Bersyukur dalam Perspektif al-QuranAda tiga cara bersyukur, yaitu bersyukur dengan hati, lidah, dan

anggota tubuh lainnya. Berikut akan dirinci penjelasan tentang masing-masingcara tersebut:1. Syukur dengan Hati

Al-Quran berulang kali mengingatkan manusia agar selalu bersyukuratas nikmat Allah dan melarang manusia mengingkari nikmat-Nya. Mensyukurinikmat Allah dengan hati dengan cara meyakini bahwa segala nikmat berasal dariAllah swt.dan manusia dilarang mendustakannya. Nikmat Allah meliputi segalaisi langit dan bumi, oleh karena itu manusia tidak akan sanggup menghitungnya.Hal ini sudah dijelaskan dalam al-Quran pada Surat Ibrahim ayat 34:

Artinya: Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apayang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmatAllah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu,sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwanikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahanIlahi. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerahdengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnyanikmat tersebut. Syukur ini juga mengharuskan yang bersyukur menyadari betapabesar kemurahan, dan kasih sayang Ilahi sehingga terlontar dari lidahnya pujiankepada-Nya. Qarun yang mengingkari keberhasilannya atas bantuan Ilahi,dan menegaskan bahwa itu diperolehnya semata-mata karena kemampuan-

_____________5 Muslim ibn al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairī, al-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz 1,

Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, t.t., Hal. 448.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 113

nya, dinilai oleh al-Quran sebagai kafir atau tidak mensyukuri nikmat-Nya.Kisahnya terdapat dalam Surat al-Qashash (28) ayat 76-82 sebagaiberikut:

Artinya: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlakuaniaya terhadap mereka, dan kami telah menganugerahkan kepadanyaperbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul olehsejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkatakepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidakmenyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri" (ayat 76).“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakanbahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepadaorang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. SesungguhnyaAllah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (ayat 77).“Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmuyang ada padaku". dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allahsungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuatdaripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perluditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka

Intan Afriati: Syukur : Eksistensi dan Tujuan Pendidikan Akhlak …114

(ayat 78). “Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahan-nya. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia:"Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikankepada Qarun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai ke-beruntungan yang besar" (ayat 79). “Berkatalah orang-orang yang di-anugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allahadalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh,dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yangsabar"(ayat 80). “Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya kedalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yangmenolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya) (ayat 81). “Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata:"Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang diakehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allahtidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar dia telahmembenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)" (ayat 82).

Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa malapetaka pun,boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu, tetapi karenaterbayang olehnya bahwa yang dialaminya pasti lebih kecil dari kemungkinanlain yang dapat terjadi. Dari sini syukur diartikan oleh orang yang bersyukurdengan "untung" (merasa lega, karena yang dialami lebih ringan dari yangdapat terjadi). Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akantersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepada Allah. Sujudsyukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati, yang dilakukan saathati dan pikiran menyadari betapa besar nikmat yang dianugrahkan Allah.Bahkan sujud syukur dapat dilakukan saat melihat penderitaan orang laindengan membandingkan keadaannya dengan keadaan orang lain yangmengalami penderitaan.(Tentu saja sujud syukur tidak dilakukan di hadapan sipenderita itu).

Umat Islam harus meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Allah swt.dan tidak ada yang perlu diragukan. Firman Allah swt. dalam Surat An-Najm ayat55 sebagai berikut:

Artinya: Maka terhadap nikmat Tuhanmu yang manakah kamu ragu-ragu?

Kata mengandung arti: kamu ragukan atau kamu dustakan.6 Maksud

“kamu ragukan”, yakni kamu ingkar bahwa nikmat tersebut bukan dari Allah swt.Ayat di atas berulang kali diperingatkan kepada manusia agar bersyukur atasnikmat Allah dan agar manusia tidak mendustakannya.

_____________6 Al-Mahalli dan al-Suyuuthii, Tafsir Jalālayn, Juz 10,Daar al-Fikr, cet.II, t.tp., 1989, Hal.

337.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 115

Ayat di atas memiliki munasabah dengan surat Ar-Rahman ayat 13, 16,18, 21, 23, 25, 28,30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63,65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77 sebagai berikut:

Artinya: “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Surat Ar-Rahman tergolong ke dalam surat Makkiyyah (diturunkan diMakkah). Hal ini menunjukkan bahwa ayat di atas diturunkan untuk menguatkaniman manusia atas nikmat Allah swt, agar manusia selalu bersyukur atas nikmatAllah swt. dan tidak bersikap kufur atas nikmatNya.

2. Syukur dengan LidahSyukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat

adalah Allah sambil memuji-Nya. Menyebut nikmatAllah merupakan carabersyukur dengan lidah. Al-Quran mengajarkan agar pujian kepada Allahdisampaikan dengan redaksi "alhamdulillah." Firman Allah tentang alhamdulillahdi antaranya terdapat dalam Surat al-Fatihah Ayat 2:

Artinya: Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

bermakna segala puji. Memuji orang adalah karena perbuatannya yang

baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berarti:menyanjung-Nya karena perbuatannya yang baik. Kita menghadapkan segala pujibagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji. (tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang memiliki, mendidik danmemelihara. Lafal tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalauada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam):semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti:alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dansebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.

Kata "حمد" (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji,walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji maupun kepada yanglain. Kata "ال" pada " merupakan لالستغراق , yaknimengandung arti "keseluruhan." Sehingga kata " " yang ditujukankepada Allah swt. mengandung arti bahwa yang paling berhak menerimasegala pujian adalah Allah swt., bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuarakepada-Nya. Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah swt., maka ituberarti pada saat kita memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya,maka pujian tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah swt.,sebab kecantikan dan kebaikan itu bersumber dari Allah swt. Di sisi lain kalaupada 1ahirnya ada perbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin olehkacamata manusia dinilai "kurang baik", maka harus disadari bahwa penilaiantersebut adalah akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukurpenilaiannya. Dengan demikian pasti ada sesuatu yang luput dari jangkauan

Intan Afriati: Syukur : Eksistensi dan Tujuan Pendidikan Akhlak …116

pandangannya sehingga penilaiannya menjadi demikian. Dari uraian di atas,syukur dengan lidah adalah " " (segala puji bagi Allah swt).

Hakikat syukur adalah "menampakkan nikmat," dan hakikat kekufuranadalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti meng-gunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya,juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah. Adapun terhadapnikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebut. Hal ini ditegaskandalam Surat Adh-Dhuha ayat ll:

Artinya: Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu bicarakan.

Nabi Muhammad saw. bersabda:7

حدثنا منصور بن أبي مزاحم حدثن اح بن ملیح عن حدثنا عبد ا ا أبو وكیع الجرحمن عن الشعبي عن النعمان بن بشیر قال علیھ أبي عبد الر قال النبي صلى ا

لم یشكر الناس لم وسلم على المنبر من لم یشكر القلیل لم یشكر الكثیر ومن شكر وتركھا كفر والجماعة رحمة والفرقة عذاب التحدث بنعمة ا .یشكر ا

Arti Hadits: “Nabi saw. bersabda di atas mimbar: Siapa yang tidak bersyukur atas(nikmat) sedikit maka dia tidak bersyukur atas (nikmat) yangbanyak dan siapa yang tidak berterimakasih kepada manusia makadia tidak bersyukur kepada Allah. Menyebut nikmat Allahmerupakan bentuk syukur dan menyembunyikannya merupakankufur dan berjamaah merupakan rahmat dan bercerai beraimerupakan azab.”

Hadits di atas menjelaskan bahwa menyebut nikmat Allah merupakanbentuk syukur dan menyembunyikannya merupakan kufur.

3. Syukur dengan PerbuatanNabi Daud as. beserta putranya Nabi Sulaiman as. memperoleh aneka

nikmat yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluarga Allah swt. berpesandengan firmanNya dalam al-Quran dalam Surat Saba (34) ayat 13:

Artinya: “Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakiNya darigedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang(besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dansedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur.”

_____________7 Ibnu Hanbal , Musnad Ahmad ,Mu’asssah Qurthubah, Mesir,t.t., Juz 39, Hal.344.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 117

Yang dimaksud dengan (bekerja) adalah menggunakan nikmat yang

diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya. Iniberarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkantujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah swt. Ambillah sebagaicontoh lautan yang diciptakan oleh Allah swt. Ditemukan dalam Al-Quranpenjelasan tentang tujuan penciptaannya melalui firman-Nya dalam Surat An-Nahl ayat 14:

Artinya: Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamudapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamumengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamumelihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

Ayat di atas memiliki munasabah dengan Surat Fathir ayat 12:

.

Artinya: Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminumdan yang lain asin lagi pahit. dan dari masing-masing laut itu kamudapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkanperhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnyakamu Lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapatmencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.

Ayat-ayat di atas menjelaskan tujuan penciptaan laut, sehinggamensyukuri nikmat laut, menuntut dari yang bersyukur untuk mencari ikan-ikannya, mutiara dan perhiasan yang lain, serta menuntut pula untuk men-ciptakan kapal-kapal yang dapat mengarunginya, bahkan aneka pemanfaatanyang dicakup oleh kalimat "mencari karunia-Nya".

Wujud syukur dapat dikonkritkan lewat perbuatan dengan mem-perbanyak ibadah, sebagaimana hadits berikut ini:8

_____________8 Al-Bukhari, Muhammad ibn Isma’il Abu ‘Abdullah, Shahih Bukhari, Beirut, Dar Ibn

Katsir, 1987 M/1407 H,Juz 4, Hal. 292.

Intan Afriati: Syukur : Eksistensi dan Tujuan Pendidikan Akhlak …118

عنه يـقول عت المغرية رضي ا د قال مس ثـنا مسعر عن ز ثـنا أبو نـعيم قال حد إن حد عليه وسلم ليـقوم ليصلي حىت ترم قدماه أو ساقاه فـيـقال له فـيـق كان ول النيب صلى ا

)رواه البخارى(.أفال أكون عبدا شكوراArtinya: Sungguh Nabi saw. melakukan shalat sampai bengkak kakinya. Maka

dikatakan kepada Nabi saw. Beliau menjawab: bukankah akumerupakan hamba yang bersyukur. Dalam Kamus Lisanul Arab; kata

"شكور " artinya “orang yang banyak bersyukur.” Dalam hal ibadah,kata "شكور "diartikan dengan “orang yang bersungguh-sungguhdalam bersyukur kepada Tuhan dengan ketaatan dan perbuatannya.9

Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah saw. banyak melakukanibadah sebagai wujud syukur beliau kepada Allah swt.

Hikmah Bersyukur dan Akibat Kufur Menurut al-QuranAl-Quran menjelaskan hikmah bagi orang yang bersyukur dan akibat kufur

atas nikmat Allah terdapat dalam Surat Ibrahim [14] ayat 7:

. Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Kusangat pedih

Allah menjanjikan kepada orang yang bersyukur akan ditambah nikmatAllah kepadanya. Betapa banyak anugerah Allah kepada makhlukNya. Kalausetiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap hembusan angin yangbertiup di udara, setiap tetes hujan yang tercurah dari langit dipelihara dandimanfaatkan oleh manusia, maka Allah akan menambahkan nikmatNya kepadamereka.Di sisi lain, lanjutan ayat di atas menjelaskan bahwa "Kalau kamu kufur(tidak mensyukuri nikmat atau menutupinya tidak menampakkan nikmatnyayang masih terpendam di perut bumi, didasar laut atau di angkasa), makasesungguhnya siksa-Ku amat pedih."

Suatu hal yang menarik untuk disimak dari redaksi ayat ini adalahkesyukuran dihadapkan dengan janji yang pasti lagi tegas dan bersumberdari-Nya langsung, tetapi akibat kekufuran hanya isyarat tentang siksa; itu puntidak ditegaskan bahwa ia pasti akan menimpa yang tidak bersyukur. Siksadimaksud antara lain adalah rasa lapar, cemas, dan takut. Allah telah membuatsatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram,rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapipenduduknya kufur (tidak bersyukur atau tidak bekerja untuk menampakkan)nikmat-nikmat Allah (yang terpendam). Oleh karena itu, Allah swt. menjadikanmereka mengenakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh perbuatan(ulah) yang selalu mereka lakukan. Hal ini terdapat dalam firman Allah swt.dalam surat An-Nahl ayat 112:

_____________9 Ibnu Mandhur, Kamus Lisanul Arab..., Hal. 424.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 119

Artinya: “Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuahnegeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datangkepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nyamengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakankepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yangselalu mereka perbuat.”

Pengalaman pahit yang dilukiskan Allah diatas, telah terjadi terhadapsekian banyak masyarakat bangsa, antara lain, kaum Saba --satu suku bangsayang hidup di Yaman dan yang pernah dipimpin oleh seorang Ratu yang amatbijaksana, yaitu Ratu Balqis. Al-Quran menguraikannya dalam Surat Saba (34):15-19 sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat

kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelahkiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.(negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yangMaha Pengampun”(ayat 15). “Tetapi mereka berpaling, maka Kamidatangkan kepada mereka banjir yang besar dan kami ganti keduakebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yangberbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr” (ayat 16).“Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiranmereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu),melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir” (ayat 17).“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang kamilimpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dankami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan.berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang haridengan dengan aman” (ayat 18). “Maka mereka berkata: "Ya Tuhankami jauhkanlah jarak perjalanan kami", dan mereka menganiaya dirimereka sendiri; Maka kami jadikan mereka buah mulut dan kamihancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang

Intan Afriati: Syukur : Eksistensi dan Tujuan Pendidikan Akhlak …120

demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagisetiap orang yang sabar lagi bersyukur” (ayat 19).

Ayat-ayat di atas menguraikan kisah tentang satu masyarakat yangterjalin persatuan dan kesatuannya, melimpah ruah rezekinya dan subur tanahairnya. Negeri merekalah yang dilukiskan oleh Al-Quran dengan BaldatunThayyibatun wa Rabbun Ghafur. Mereka pulalah yang diperintah dalam ayat-ayat tersebut untuk bersyukur, tetapi mereka berpaling dan enggan sehinggaakhirnya mereka berserak-serakkan, tanahnya berubah menjadi gersang,komunikasi dan transportasi antar kota-kotanya yang tadinya lancar menjaditerputus, yang tinggal hanya kenangan.

Ayat-ayat di atas memiliki munasabah dengan Surat Az-Zumar ayat 7:

.

Artinya: “Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mudan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamubersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; danseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudiankepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apayang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui apayang tersimpan dalam (dada) mu.”

Setiap orang akan memperoleh akibat dari segala perbuatannya. Dalampembahasan ini, setiap orang yang bersyukur akan memperoleh ridha Allah swt.dan bagi yang kufur akan mendapat murka Allah swt.

Dari penjelasan di atas dapat disarikan ayat-ayat yang turun di Mekkahadalah sebagai berikut: Surat 1: Al-Fatihah, Surat 14: Ibrahim, Surat 16: an-Nahl,Surat 17: Al-Isra’, Surat 28: al-Qashas, Surat 34: as-Saba’, Surat 35: al-Fathir,Surat 39: az-Zumar, Surat 46: al-Ahqaf, Surat 53: an-Najm, Surat 55: Ar-Rahmandan Surat 93: ad-Dhuha. Surat-Surat tersebut dikenal dengan sebutan “SuratMakkiyyah” yaitu surat-surat yang diturunkan di Mekkah al-Mukarramah yangintinya berkenaan dengan keimanan kepada Allah swt. Jika dikaitkan antaratempat turun dengan kandungan surat/ayat maka dapat ditemukan benang merahdiantara keduanya. Kaitan antara syukur dengan Iman sangatlah erat, satu samalain tidak bisa dipisahkan. Syukur merupakan perwujudan dari keimanan kepadaAllah swt. Orang beriman tentu saja banyak bersyukur kepada Allah swt danorang bersyukur disebabkan oleh adanya iman dalam diri mereka. Jadi ayat-ayatsyukur ini merupakan penegasan terhadap pembuktian dari seseorang yangmemiliki iman dalam dirinya. Selanjutnya syukur juga terdapat dalam SuratMadaniyyah yaitu pada Surat 2: al-Baqarah dan Surat 4: an-Nisa’, yang intinyaseruan kepada bermuamalah dan jangan ingkar akan nikmat dan karunia Allahswt. Dalam Surat Madaniyyah ini juga menegaskan tentang kebesaran dankeluasan nikmat Allah swt.

KESIMPULANSyukur dalam perspektif al-Quran adalah ungkapan terima kasih atas

nikmat-nikmat yang telah diberikan, dengan jalan menggunakan nikmat-nikmat

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 121

tersebut sebagai sarana beribadah kepada Allah swt. Ada tiga cara bersyukur,yaitu bersyukur dengan hati, bersyukur dengan lidah dan bersyukur denganperbuatan. Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa manfaat syukur kembalikepada orang yang bersyukur, sedang Allah swt. sama sekali tidak memperolehbahkan tidak membutuhkan sedikit pun dari syukur makhluk-Nya. Kita wajibbersyukur kepada Allah swt. atas segala nikmat Allah swt. dan kita dilarang untukkufur atas nikmat-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Maktabah Tijariyah Kubra, Mesir, 1980, Juz 12.

Al-Bukhari, Muhammad ibn Isma’il Abu ‘Abdullah, Shahih Bukhari, Beirut, DarIbn Katsir, 1987 M/1407 H,Juz 4.

Al-Mahalli dan al-Suyuuthii, Tafsir Jalālayn, Juz 10, Dar al-Fikr, cet.II, t.tp.,1989.

Al-Tirmizi, Sunan al-Tirmizi, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, t.t., Juz 7.

Ibnu Hanbal, Musnad Ahmad, Mu’asssah Qurthubah, Mesir,t.t., Juz 39.

Ibnu Mandhur, Kamus Lisanul Arab, Dar Shadir, Beirut, Cet. I, Juz 4.

K.H.Q. Shaleh dkk., Asbābun Nuzul, Diponegoro, Bandung, Cet. IX, 2007.

Muslim ibn al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairī, al-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz1, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, t.t.

Muhammad Thaib Muhammad: Sejarah Tenggelam Fir'aun di Laut Merah…122

SEJARAH TENGGELAM FIR’AUN DI LAUT MERAH(Kajian Tafsir Al Qur’an Pada Surat Yunus Ayat 90-93)

Muhammad Thaib MuhammadFakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Ranry

Kopelma Darussalam Kota Banda AcehEmail: [email protected]

ABSTRACTPharaoh inform Allah through His revelation in the surah Yunus verse 90-93 realname is Walid ibn Mus'ab. He ruled Egypt in 1224-1214 BC. During the king hewas too proud, arrogant and cruel to the children of Israel. He killed every malebaby born of the children of Israel. Pharaoh also ungrateful to Allah and HisMessenger, Prophet Musa as a way to declare himself as the most high god to beworshiped by the people. Therefore Allah revealed torment, by drowning in theRed Sea and saved his body from damage as evidence of God's omnipotence andarrogance of the Pharaoh as Halal for men of understanding.

ABSTRAKFir’aun yang Allah Swt informasikan melalui wahyuNya dalam surat Yunus ayat90-93 nama aslinya adalah Walid ibnu Mush’ab. Dia berkuasa di Mesir padatahun 1224-1214 SM.Selama menjadi raja dia bersikap angkuh, sombong dankejam terhadap Bani Israil. Dia membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dariBani Israil. Fir’aun juga sangat ingkar kepada Allah Swt dan RasulNya NabiMusa a.s dengan cara mengaku dirinya sebagai tuhan yang maha tinggi harusdisembah oleh rakyatnya. Oleh karena itu Allah Swt menurunkan azab yangsangat pedih, yaitu dengan menenggelamkannya dalam Laut Merah danmenyelamatkan tubuhnya dari kerusakan sebagai bukti kemahakuasaan Allah Swtterhadap keangkuhan Fir’aun dan sebagai i’tibar bagi orang yang berakal.

Kata kunci: Sejarah – Fir’aun – Laut Merah

PENDAHULUANSejarah telah mencatat bahwa Fir’aun adalah seorang raja Mesir yang

sangat hebat pada masanya yang membuat Mesir menjadi sebuah kerajaan yangsangat jaya dan megah ketika itu.Dia telah mendirikan sebuah Piramida yangmenjulang tinggi di kota Cairo. Bangunan yang sangat megah ini sekarangmenjadi salah satu keajaiban dunia yang tetap dipelihara oleh pemerintah Mesir.Piramida menjadi ikon wisata Mesir yang dikunjungi oleh banyak witawan dunia.

Kehebatan dan kemegahan Fir’aun didukung oleh kekuatan militernyayang hebat, dimana dengan kekuatan tentaranya dia bertindak semana-menaterhadap rakyatnya, terutama sekali terhadap Bani Israil.Mereka di siksa dandianiaya dengan bermacam azab. Ketika kahin meramalkan ta’bir mimpinyabahwa akan lahir seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil yang nantinya akanmenggulingkan kekuasaannya. Setelah itu Fir’aun membunuh setiap bayi laki-lakiyang lahir dari Bani Israil dibunuhnya.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 123

Pada waktu Nabi Musa diperintahkan oleh Allah Swt untuk mendakwah-kan Fir’aun menyembah Tuhan yang Maha Esa,dia menolaknya.Kemudian AllahSwt menurunkan mu’jizat kepada nabi Musa a.s sebagai bukti kebenarandakwahnya.Salah satu mu’jizat nabi Musa adalah tongkatnya menjadi ular besaryang dapat menelan semua ular kecil yang disihirkan oleh tukang-tukang sihirFir’aun.

Ketika tukang sihir Fir’aun dapat dikalahkan dengan mu’jizat nabi Musaa.s, kemarahan Fir’aun makin menjadi-jadi sehingga dia menampakkankeangkuhan dan kesombongannya terhadap Musa a.s dan Bani Israil. Dengankeangkuhan dan keingkarannya kepada Allah Yang Maha esa dan kerasulan Musaa.s Fir’aun mendawakan dirinya sebagai tuhan yang maha tinggi " وأنا ربكم األعلى "

Dengan kecongkakan Fir’aun terhadap Allah Swt, Musa as dan kaumnyaBani Israil maka Allah Swt memerintahkan Musa as bersama kaunya yangjumlahnya 600 ribu orang untuk mmeninggalkan Mesir diwaktu malam harimenuju Teluk Sues di ujung utara Laut Merah. Ketika informasi sampai kepadaFir’aun,maka dia dan tentaranya mengikuti mereka dari belakang. Ketika sampaidi tepi laut Merah dia melihat Musa dan rombonganya sudah mendekati pantai.Lalu dia bersama tentaranya ikut mengejar rombongan Musa a.s melalui laut yangsudah terbelah tersebut. Ketika berada ditengah laut Allah Swt menutup kembalilaut seperti sebelumnya, lalu tenggelamlah Fir’aun berama tentaranya.Kemudian Allah Swt berfirman: “ ر رھوا انھم جند مغرقونواترك البح “ . Berdasarkanuraian tadi maka dalam tulisan tafsir ayat 90-93 surat Yunus ini penulis akanmengkaji: Siapakah Fir’aun yang mengejar Musa dan Bani Israil?, Bagaimanaakhir kehidupan Fir’aun menurut al-Qur’an dan Pelajaran (I’tibar) apa saja yangdapat diambil dari sejarah tenggelamnya Fir’aun ?

BIOGRAFI FIR’AUNFir’aun adalah musuh Allah Swt yang sangat terkenal ke -thaghiahan –nya

dan dia mengaku dirinya sebagai Tuhan yang maha agung selain Allah Swt.Namaaslinya adalah Al-Walid ibnu Mush’ab yang digelar dengan Fir’aun. Fir’aunmerupakan gelar bagi setiap raja Mesir ketika itu.1 Gelar tersebut sama dengangelar “ kisra “ untuk setiap raja Persia dan “ kaisar “ untuk setiap raja Rumawikuno.

Fir’aun naik tahta setelah mangkat saudaranya (Qabus) yang pernah diajaknabi Yusuf a.s untuk beriman kepada Allah Swt. tetapi dia menolaknya dengansikapnya yang angkuh dan sombong. Kitika Fir’aun ini berkuasa dia melakukanpenekanan dan penindasan kepada Bani Israil dengan berbagai macam siksaansehingga mereka hampir punah di Mesir2. Dia bertindak seperti itu karenaterpengaruh dengan mimpinya dimana dia melihat dalam tidurnya akan lahir dariBani Israil sorang laki-laki yang akan menggulingkan kerajannya. Oleh karena itu,dia memerintahkan pembantunya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahirdari Bani Israil kecuali nabi Musa a.s, karena Fir’aun mengangkatnya sebagaianak angkat3.

_____________1 Muhammad Ali al-Shabuni, Al-Nubuwwah wa al-Ambiya’, (Damascus: Dar al Qalam,

1989), hal. 226-227.2 Ibid.3 Muhammad Ali al-Shabuni, Qabsun min Nur al Qur’an al Karim, (Damascus: Dar al

Qalam, 1988 ), hal 178.

Muhammad Thaib Muhammad: Sejarah Tenggelam Fir'aun di Laut Merah…124

Maspero seorang pakar sejarah Mesir kuno yang berasal dari Perancismengatakan bahwa Fir’aun yang tenggelam itu adalah Maneptah yang kemudianoleh sejarawan yang lain berpendapat bahwa dia memerintah antara 1224 SMhingga 1214 SM. Sedangkan Ibn Asyur mengatakan bahwa Fir’un itu berkuasasekitar 1491 SM.

TAFSIR AYAT 90-93 SURAT YUNUS TENTANG SEJARAHTENGGELAMNYA FIR’AUN

1. Allah Swt berfirman:

Artinya:Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti olehFir'aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka);hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percayabahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dansaya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". 91. Apakahsekarang (baru kamu percaya), Padahal Sesungguhnya kamu telah durhaka sejakdahulu, dan kamu Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. 92. Makapada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaranbagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan darimanusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami. Dan Sesungguhnya Kami telahmenempatkan Bani Israil di ternpat kediaman yang bagus dan Kami beri merekarezki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datangkepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhankamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang merekaperselisihkan itu.4

2.Tafsir.Dalam ayat 90 ini Allah Swt memberitahukan kepada orang yang beriman

bagaimana ketika Dia membelah laut Merah (teluk Suis) untuk dilalui Bani Israildan nabi Musa a.s. Kemudian Fir’aun dan tentaranya yang sangat dhalimmengejar Bani Israil dari belakang dengan tujuan ingin membinasakan mereka.Akan tetapi ketika mereka berada ditengah laut Allah Swt menutup kembali

_____________4 Alqur’an dan Terjemahannya, (Madinah: Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thibaat al

Mush-Haf Asy-Sharif, 1418 H)

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 125

kawah laut itu sehingga Fir’aun pun tenggelam dalam gelombang laut tersebut.Pada saat dia yakin betul bahwa dia akan mati, maka rasa takut dia berkata:

"بھ بنو إسـرائل أمنت أنھ الإلھ إال الذى آمنت" ( aku beriman dan pecaya bahwa tadak adaTuhan kecuali yang dipercayai Bani Israil ). Artinya tidak ada Tuhan yang harusdipeyai kecuali Tuhan seru sekalian alam yaitu tuhan yang disembah oleh baniIsrail. Demi untuk menguat pengakuannya itu Fir’aun berkata “

"من المسلمین وأنا " ( dan saya dari golongan kaum muslimin ). Pernyataan inisebagai bukti bahwa Fir’aun betul-betul menyerahkan diri sepenuhnya kepadaAllah Swt. dan menunjukkan keikhlasan atas keyakinannya tersebut.Dalam hal iniIbnu Abbas berkata:” ketika itu Jibril a.s memasukkan tanah kedalam mulutFir’aun karena dia takut diturunkan rahmat padanya.Adapun yang dimaksudkanrahmat disini menurut Ath-thabari adalah selamatnya Fir’aun dari tenggelamkedasar laut5.

Pengakuan Fir’aun yang sedang akan keluar nyawanya itu tidak adagunanya lagi, karena itu malaikat Jibril a.s atau malaikat maut atau entah siapa,bertanya kepadanya dalam nada kecaman dan ejekan “apakah engkau barusekarang percaya? padahal engkau telah berbuat durhaka sejak dahulu, yakni jauhsebelum ini, ketika nabi Musa a.s datang mengajakmu percaya kepada Allah Swttapi kamu enggan percaya, bahkan bukan sekedar enggan tetapi engkau termasukorang-orang pembuat kerusakan yang benar telah mencapai puncak dalamperusakan dirimu dan orang lain. Jika keimanan yang terlambat yang enkautampakkan itu bertujuan menyelamatkan dirimu dari ganasnya ombak dangelombang pada hari ini maka kami matikan jiwamu. Namun demikian, kamiselamatkan jasadmu setelah nyawamu kami cabut supaya engkau dengan badanyang selamat itu menjadi pelajaran bagi siapa yang datang sesudahmu, baik yanghidup pada masamu maupun generasi sesudahnya, bahwa betapapun kuat dankuasanya manusia itu tidak mampu menghadapi Allah Swt.

Selanjutnya Allah Swt memberitahukan bahwa kebanyakan manusia tidakmau memperhatikan tanda-tanda kekuasaanNya وإن كثیرا من الناس عن آیاتنا "لغفلون " ( dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia terhadap tanda-tanda

kekuasaan Kami yang demikian jelas- sangat lengah- sehingga tidakmemanfaatkannya untuk mengakui keesaan dan kekuasaan Kami, tidak juga untukmeraih kebahagiaan duniawi dan ukhrawi6

Kata ( ننجیك ) “kami selamatkan engkau” ada juga ulama yangmembacanya “Nunjika” ini terambil dari kata ( ”najwah“ (نجوة yaitu tempat yangtinggi. Sehingga dengan demikian potongan ayat ini mereka pahami dalam anrtikami menempatkan engkau setelah tenggelam di laut merah di tempat yang tinggisehingga engkau tidak terbawa arus dan dapat dilihat oleh banyak orang termasukmereka yang menggunakan kematianmu. Alasan penganut paham ini adalah kata“nunjika” atau” munjika” itu, yang mengandung makna keselamatan, dan itumenurut mereka mengandung konsekuensi pemahaman bahwa Fir’aun selamatdari kematian dan kehayatan di laut, pemahaman ini kata mereka dari jauh, jelasbertentangan dengan kenyataan kesepakatan para ulama.7 Nah jika demikian, kata_____________

5 Abi Su’ud Muhammad Al- ‘Ammadiy, Tafsir Abi Su’ud,jilid IV,( Cairo: Dar al-Mushhaf, t.t ), hal 173.

6 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,jilid 13,( Jakarta:Penerbit Lentara Hati,2002),hal.146-147.

7 Ibid

Muhammad Thaib Muhammad: Sejarah Tenggelam Fir'aun di Laut Merah…126

tersebut tidak dapat dipahami kecuali bahwa dia ditempatkan di suatu tempat yangtinggi sehingga badannya tidak terbawa arus dan gelombang.

Dalam ayat ini dapat dipahami, yang diselamatkan Allah pada Fir’aunadalah badannya, tetapi rohnya tidak akan selamat. Rohnya sejak kematian tinggalkini telah disiksa, dan pada hari kiamat nanti dia akan mendapat siksa lebih keraslagi. Sebagaimana Allah berfirman:

النار يعرضون عليها غدوا وعشيا ويوم تقوم الساعة أدخلوا آل فرعون أشـد العذاب

“kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang dan pada hariterjadinya kiamat. (dikatakan, kepada malaikat) “masukkanlah Fir’aun dankaumnya ke dalam sisksa yang sangat keras. (QS. Al-Mukmin 40: 46).

Rupanya setelah tenggelam di laut merah, Fir’aun terbawa arus ke pantai,dan di sana dia ditemukan dan dikenal oleh masyarakat sekitarnya. Dia kemudiandiawetkan sebagaimana kebiasaan bangsa mesir pada saat itu. Lalu ditempatkan ditempat tertentu. Allah SWT memelihara badannya melalui kekelibatan manusia.

Sayyid Quthub dalam tafsirnya “Fi dhilali al-Qur’an” menjelaskan bahwabegitulah nasib dan akibat terakhir bagi penentang dan pendusta Allah SWT danRasulnya dan juga Allah SWT menjaga dan melindungi Aulianya. Diamenurunkan azab dan kerusakan kepada musuh-musuhnya. Karena mereka lalaiterhadap tanda-tanda kiamat dan ayat-ayat diturunkan kepada para Rasulnya dansebagai “ وعیـــد ” atau ancaman kepada mereka. Allah berfirman:

لقسط وهم اليضلمون ويقولون مىت . ولكل أمة رســـول فإذا جاء رسـوهلم قضى بينهم هذا الوعد إن كنتم صادقني

Artinya:” dan bagi setiap umat ada seorang rasul,maka apabila rasul merakadating kepada mereka, dia akan menghakimi mereka secara adil, dan merekatidak didhalimi. Dan mereka berkata: kapan datang janji ini jika kamu dari pihakyang benar.

Jadi apa yang terjadi atas Fir’aun dan pengikutnya ketika Allahtenggelamkan mereka dalam laut Merah sebagai pembenarannya janji ancaman-nya kepada mereka yang angkuh dan sombong dan ingkar kepada Allah danRasulnya nabi Musa as.8

Abi Su’ud dalam tafsirnya ketika menjelaskan ayat 90 dan 91 dari suratYunus, bahwa Allah Swt menyelamatkan bani Israil dari kejam Fir’aun dantentaranya dengan cara Allah jadikan laut merah yang dilalui mereka jadi keringsehingga mereka sampai ke pantai dengan selamat. Sebelum bani Israil sampaikeseberang laut tersebut, Fir’aun dan tentaranya mengikuti mereka sampai ketengah laut maka terlihat di dalam laut itu dua kelompok yaitu kelompok Fir’aundan kelompok bani Israil. Setelah rombongan nabi Musa as (Bani Israil) sampaike pantai. Lalu air laut mencair kembali Fir’aun pun hampir tenggelam ketika itudia membuat pengakuan beriman dengan Tuhan bani Israil sekaligus menyatakandririnya dari kalangan muslimin. Akan tetapi Allah SWT, tidak mengabulkan

_____________8 Sayyid Quthub, Fi Dhilali al Qur’an jilid 3 (Bairut: dan al-Syuruqi 1982), hal. 1817-

1817.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 127

pernyataan Fir’aun itu. Akan tetapi Allah Swt berkata kepadanya: “sekarang kamuberiman? Ketika kamu telah putus asa dari kehidupan ini, dan kamu tahu sebentarlagi akan mati, kamu telah membuat maksiat sebelumnya dan engkau berbangadengan kesesatan dan sesat dari iman. Menurut Abu Saud9 kata-kata Allah Swt iniSeperti firmanNya dalam surat ai-Nahl ayat: 88

فوق العذاب مبا كانوا يفسدون هم عذا .الذين كفروا وصدوا عن سبيــل هللا زدArtinya:” orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah,Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan merekaselalu berbuat kerusakan”.(Al-Nahl: 88)

Kemudian Allah Swt berkata kepada Fir’aun” فلیوم ننجیك “ Maka pada hariini kami selamatkan tubuhmu dari kehilangan dan kehancuran sebagaimanatentara? Mu. Yaitu kami lemparkan tubuh ke pantai supaya bani Israil melihatnya"لتكون لمن خلفك آیة “untuk menjadi bukti kepada orang setelah kamu (Bani Irail).

Karena sebagian mereka tidak percaya kepada nabi Musa as, ketika dia beritaukankepada bani Israil tentang tenggelamnya Fir’aun, sehingga mereka menyaksikansendiri di pantai. Kemudian juga menjadi bukti kepada manusia setelah masa-masa selanjutnya.10

Selanjudnya Abi Saud menjelaskan tentang pernyataan Allah Swt padaakhir ayat 92 dari surat Yunus yaitu:

“ وإن كثیرا من الناس عن آیاتنا لغفلون “Menurutnya pada akhir ayat ini Allah Swt menginformasikan bahwa kebanyakanmanusia tidak memanfaatkan dan mengambil i’tibar ( pelajaran ) bahkan sebagianmereka berpaling dari sejarah tenggelamnya Fir’aun dan kaumnya.11

Dalam tafsir “ Al-Qur’an al-‘Adhim ” al-Imam al-Jalalain (JalaluddinMuhammad Ibnu Ahmad al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman Mahdan ibnuAbi Bakar al-Sayuthi) menjelaskan bahwa Allah mengeluarkan jasad Fir’aun darilaut merah dalam keadaan sudah mati untuk dijadikan bukti kepada orang-orangsetelah kamu sebagai i’tibar (pelajaran), sehingga mereka tau penyembahanmuyang sebenarnya, yaitu tidak ada perbandingannya sama sekali: diriwayatkan dariIbnu Abbas “sesungguhnya sebagian bani Israil ragu tentang kematian Fir’aun,maka Allah mengeluarkannya dari laut agar supaya mereka dapat melihatjasatnya, akan tetapi kebanyakan mereka tidak menjadikannya sebagai pelajaran.12

Dari paparan muffasir di atas dapat kita pahami dengan jelas bahwakehidupan Fir’aun selama memimpin tanah Mesir sangat mendeskriminasikanbani Israil, apalagi setelah dia percaya tentang penafsiran mimpinya bahwa akanlahir seorang pemimpin dari keturunan Bani Israil yang akan menggulingkankekuasaannya. Untuk menjaga jangan sampai mimpi benar-benar akan terjadi,maka mulai saat itu dia membunuh setiap bayi laki-laki yang dilahirkan BaniIsrail di Mesir. Dengan kekuasaannya membuat Fir’aun angkuh dan sombongsehingga dia mengingkari adanya Allah dan Rasulnya nabi Musa as bahkandengan keangkuhannya itu Fir’aun mengaku dirinya sebagai tuhan yaitu denganucapannya “ وانا ربكم األعلى ” ( dan saya adalah tuhan kamu yang maha tinggi ).

_____________9 Abi Saud, Tafsir Abi al-Su’ud, jilid 4, (Kairo: Dar al-Mushaf, t.t ), hal. 172-17410 Ibid.11 Ibid-, lihat Ali Syabuni, Qabsun min nur al-Qur’an al-Karim, jilid 4. (Damaskus: Dar

al-Qalam t.t), hal. 178-17912 Al-Imam al-Jalalain, Tafsir al-Quran al-‘Adhim (Bairut: Dar al-Fikri, 1987), hal. 179

Muhammad Thaib Muhammad: Sejarah Tenggelam Fir'aun di Laut Merah…128

Maka oleh karena itu sangat wajarlah dia dan tentaranya di tenggelamkan di lautMerah oleh sang khaliq bagi semua makhluknya, termasuk Fir’aun itu sendiri.Allah SWT menjadikan kejadian yang sangat dahsyat itu sebagai balasanNya bagiorang-orang yang durhaka dan ingkar pada kekuasan Allah SWT. KemudianAllah Swt jadikan azab tersebut sebagai sejarah dan situs arkiolgi yang tidakdapat dilupakan oleh setiap orang yang mempelari kandugna al-Qur’an danmelihat jasad Fir’aun dan menjadikannya sebagai i’tibar atau pelajaran.

URGENSI YANG DAPAT DI AMBIL DARI TENGGELAM FIR’AUNDALAM LAUT MERAH

Al-Quran, surat yunus ayat 90-92 telah menjelaskan dengan akurat tentangsejarah tengelam Fir’aun dalam laut merah atau teluk suris mesir. Jasad Fir’aunAllah SWT menjadikan sebagai bukti kejadian tersebut adapun pelajaran yangdapat di ambil dan catatan sejarah menurut al-Quran adalah sebagai berikut:

1. Dari Moris Bukay dalam bukunya “al-Quran dan ilmu model” meng-ungkapkan kesemain informasi al-Quran mengenai nasib Fir’aun setelah iatenggelam dari laut dan realita dimana itu tercermin masih ekstrimnyajasad Fir’aun tersebut sehingga saat ini. Dan ini merupakan pertandakekuasaan Allah SWT.

2. Moris Bukay juga menyebut bahwa sebuah penelitian ahli medis denganmengambil sampel organ tertentu dari jasad mumi Fir’aun pada tahun1975, ternyata sebagian organ tubuh itu masih terpelihara dengansempurna. Terpelihara secara sempurna tidak mungkin terjadi andaikatajasad tersebut sampai tinggal beberapa didalam air bahkan sekalipunberada lama di dalam air sebelum terjadi proses pengawetan pertama.

3. Bukay akhirnya mengungkapkan bahwa semua penelitian itu sesuaidengan historis dengan kitab suci yang menyiratkan Fir’aun tewas ketikadigulung gelombang.

4. Dengan hasil penelitian secara media akhirnya Moris Bukay masuk islam.Kemudian dia menyatakan: Di zaman dimana al-Quran sampai kepadamanusia melalui Muhammad saw jasad Fir’aun yang diragukan orangdijaman kontemporer ini apakah benar apa tidak ada kaitannya dengan saatkeduanya Musa, sudah lama terpendan diperkuburan raja -raja LembahThaba.

5. Tenggelamnya Fir’aun dalam laut merupakan balasan Allah terhadapmanusia yang paling angkuh dan sombong di dunia ini karena dia sudahmenamakan dirinya sebagai tuhan. Jadi balasan tuhan seperti ini akanditurunkan bagi siapa saja yang ingkar kepada Allah SWT.

6. Jasad Fir’aun yang Allah selamatkan sampai saat ini merupakan sebuahpelajaran bagi manusia yang memiliki matahati. Dan ini telah Allahbuktikan melalui masuk islam seorang peneliti yang namanya Moris

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 129

Bukay, dan peneliti-peneliti lain yang mau mengakui kebenaran al-Quranyang dating dari Allah SWT.13

KESIMPULANDari uraian dan penafsiran tentantang tenggelamnya Fir’aun diatas dapat

dipahami bahwa Fir’aun adalah gelar raja Mesir kuno, sama seperti gelar “ Kisra “kepada raja Persia dan gelar “ Kaisar” kepada raja Romawi.

Fir’aun berkuasa pada tahun 1224 – 1214 SM.Dalam perjalananpemerintahannya dia sangat kejam dan sombong,dengan ada rasa kasih sayang diamembunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari bani Israil, karena dia percayapada mimpinya bahwa kekuasaannya akan dulingkan oleh Bani Israil.

Fir’aun tidak percaya adanya Allah Swt dan utusanNya nabi Musa a.s.yang mendakwahnya untuk menyembah Allah Swt. Dengan sikapnya yangangkuh dan sombong dia mendustaiNya, bahkan mengaku dirinya sebagai tuhanyang harus disembah oleh rakyatnya.

Oleh karena keangkuhan dan kesombongan Fir’aun tersebut, maka AllahSwt menegelamkannya bersama tentaranya dalam laut Merah ketika mengejarnabi Musa a.s dan kaumnya Bani Israil.Dalam azab tersebut,Allah Swtmenyelamatkan tubunya sebagai bukti bahwa Dia maha kuasa atas makhlukNya,dan menjadi pelajaran( i’tibar ) bagi orang-orang yang berakal.

_____________13Moris Bukay, Al-quran Wa al-‘Ilm al-Mua’ashir (terj. Kedalam bahasa Arab oleh Dr.

Muhammad Bashal dan Dr. Muhammad al-Baqa’i.

Muhammad Thaib Muhammad: Sejarah Tenggelam Fir'aun di Laut Merah…130

DAFTAR PUSTAKA

Abi Su’ud Muhammad Al- ‘Ammadiy, Tafsir Abi Su’ud,jilid IV, Cairo: Dar al-Mushhaf, t.t.

Al-Imam al-Jalalain, Tafsir al-Quran al-‘Adhim, Bairut: Dar al-Fikri, 1987.

Alqur’an dan Terjemahannya, Madinah: Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thibaat alMush-Haf Asy-Sharif,1418 H.

M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, jilid 13, Jakarta: Penerbit Lentara Hati,2002.

Moris Bukay, Al-quran Wa al-‘Ilm al-Mua’ashir, terj. Dr. Muhammad Bashaldan Dr. Muhammad al-Baqa’i.

Muhammad Ali al-Shabuni, Al-Nubuwwah wa al-Ambiya’, Damascus: Dar alQalam, 1989.

Muhammad Ali al-Shabuni, Qabsun min Nur al Qur’an al Karim, Damascus: Daral Qalam,1988.

Sayyid Quthub, Fi Dhilali al Qur’an jilid 3, Bairut: Dar al-Syuruq, 1982.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 131

ILMU TAJWID DALAM NAGHAM AL-QUR’AN

SuarniFakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh

ABSTRACTThe Qur'an is a book that has a perfection that does not exist in the other books.Among them are having a very beautiful art in reading it. The beauty of course, isinseparable from the rules of reading, known as the science of Tajweed. Whenreading the rules of entry and fused with letters reading the Qur'an, with its ownbeauty in reciting verses of the Qur'an, the better. Because whether or not readingthe Qur'an is determined by the rules of reading. Because of this, the existence oftajwid in Nagham Qur'an really should not be abandoned. The art will be formedby the application of the rules of reading correctly. If the rules are not applied inpronouncing the letters of the Qur'an, then in addition to damaging the reading,also will damage the meaning of which is owned by the lafaz.

ABSTRAKAl-Qur’an merupakan sebuah kitab yang memiliki kesempurnaan yang tidak

pernah ada pada kitab-kitab yang lain. Diantaranya adalah memiliki seni yangsangat indah dalam membacanya. Keindahan tersebut tentunya tidak terlepas darikaidah-kaidah bacaan yang dikenal dengan ilmu Tajwid. Ketika kaidah-kaidahbacaan tersebut masuk dan menyatu dengan bacaan huruf Al-Qur’an, dengansendirinya keindahan dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an semakin bagus.Karena bagus tidaknya bacaan Al-Qur’an sangat ditentukan oleh kaidah-kaidahbacaan. Oleh karena demikian, keberadaan ilmu tajwid dalam Nagham Al-Qur’anbenar-benar tidak boleh ditinggalkan. Seni tersebut akan terbentuk denganpenerapan kaidah-kaidah bacaan dengan benar. Jika kaidah-kaidah tersebut tidakditerapkan dalam melafalkan huruf-huruf Al-Qur’an, maka selain merusakbacaan, juga akan merusak makna yang dimiliki oleh lafaz tersebut.

PENDAHULUANAl-Qur’an merupakan Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW, sebagai mukjizat abadi bagi umat Islam khususnya dan bagiseluruh umat pada umumnya. Al-Qur’an diturunkan berlafazkan bahasa arabtetapi berbeda dengan bahasa arab. Artinya bahasa arab Al-Qur’an bukan bahasaarab yang dimiliki oleh orang-orang arab. Bahasa arab Al-Qur’an memiliki gayabahasanya yang tinggi, yang tidak seorangpun dapat menandinginya. Akan tetapi,sesuai dengan maknanya yaitu bacaan,1 maka Al-Qur’an itu harus dibaca. Untukmembacakan Al-Qur’an tentunya memiliki kaidah-kaidah tertentu yang dikenaldengan nama ilmu tajwid. Membaca Al-Qur’an secara tajwid merupakan sebuah_____________

1 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hal1-2.

Suarni: Ilmu Tajwid dalam Nagham Al-Qur'an…132

tuntutan sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Muzammil ayat4 yaitu:

ورتل القرآن تـرتيال Artinya: Bacalah Al-Qur’an itu secara Tartil. Tartil dalam ayat tersebut

bermakna tajwid atau membaguskan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat-tempat berhentinya. Berdasarkan perintah dalam ayat tersebut, dapat dipahamibahwa Al-Qur’an itu harus dibaca dengan bertajwid dan termasuk didalamnyamembacakan dengan suara yang bagus dan bacaan yang indah.

Kitab Al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan kitab-kitab yang lain.Kitab Al-Qur’an memiliki kemukjizatan tersendiri, apabila dibaca selainmendapatkan pahala yang belipat ganda juga mendapatkan kedamaian dalam jiwa.Apalagi bila dibacakan dengan bacaan yang sempurna akan semakin indahbacaannya. Kemukjizatan Al-Qur’an tidak hanya dari segi lahiriyahnya saja yaitumemiliki susunan katanya yang indah, memiliki balaghah bahasanya yang tinggi,mendapatkan pahala bagi yang membacanya, dan lain sebagainya. Akan tetapibacaan Al-Qur’an akan membawa pengaruh yang sangat besar bila dilantunkandengan suara dan bacaannya yang sempurna. Melantunkan bacaan Al-Qur’anindah itu tidak dapat dilakukan, bila kaidah-kaidah bacaan (ilmu tajwid) tidakditerapkan dengan baik. Karena keindahan melantunkan suara dalam membacaAl-Qur’an sangat ditentukan oleh penerapan kaidah-kaidah bacaan tersebut.Kaidah-kaidah bacaan tersebut adalah mulai dari pengucapan huruf-huruf hijaiyahyang dikenal dengan Makharijul huruf, hukum Nun mati, Ahkamul Mad, dan lainsebagainya sampai ke cara pengaturan nafas. Dari penerapan kaidah-kaidahbacaan tersebut dan pengaturan nafas yang sempurna, akan terbentuk sebuah senidalam membaca Al-Qur’an yang dikenal Nagham Al-Qur’an.

Kaidah-kaidah bacaan (ilmu tajwid) memiliki peran yang sangat pentingdalam Nagham Al-Qur’an. Keindahan dalam mengucapkan huruf-huruf hijaiyahdan kesempurnaan dalam membacakan ayat-ayat Al-Qur’an telah diatur dalamilmu tajwid. Untuk memperindah mengucapkan huruf-huruf Hijaiyah misalnya,Makharijul huruf dan Shifatul huruf adalah sebagai rujukannya. Memanjangkanbacaan atau suara, berhenti atau memulainya bacaan juga telah ditentukan dalamilmu tajwid. Apabila penerapan kaidah-kaidah tersebut kurang sempurna dalammembacakan ayat-ayat Al-Qur’an, maka keindahan bacaannya juga akan kurangsempurna. Oleh karena demikian, terapkan dahulu ilmu tajwid kemudian barudilanjutkan dengan Nagham Al-Qur’an.

Keterkaitan antara ilmu tajwid dengan seni dalam membaca Al-Qur’ansangat erat sekali. Membaca Al-Qur’an secara berseni dan indah harus di ikutidengan bacaan bertajwid yang sempurna. Dengan bacaan bertajwid, secara taklangsung seni (keindahan) akan terbentuk dengan sendirinya. Oleh karenademikian, dalam membentuk seni (keindahan) dalam membaca Al-Qur’an harusdi landasi oleh tajwid yang sempurna.

PENGERTIAN ILMU TAJWID DAN NAGHAM AL-QUR’ANIlmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara dalam

membaca Al-Qur’an, sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan. Ilmu iniberguna untuk mengetahui bagaimana cara memenuhkan/memberikan hak hurufdan mustahaqnya. Baik yang berkaitan dengan sifat, mad dan sebagainya, seperti

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 133

tarqiq dan tafkhim dan lain sebagainya. Hak huruf maknanya sifat asli dari hurufsendiri seperti al-Hams, al-Jahr, al-Isti’ala, asy-Syiddah dan lain sebagainya.Sedangkan yang dimaksud dengan Mustahaq Huruf adalah sifat yang tampaksewaktu-waktu seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa dan lain sebagainya.2 SedangNagham Al-Qur’an adalah memperindah suara pada tilawatil Qur’an. IlmuNagham adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang cara/metode dalammenyenandungkan/ melagukan atau memperindah suara pada tilawatil Al-Qur’an.3

Merujuk pada definisi dari kedua ilmu tersebut, dapat dipahami bahwaantara ilmu tajwid dan Nagham Al-Qur’an benar-benar tidak dapat dipisahkan.Karena untuk membaca Al-Qur’an secara indah harus dilandasi dengan kaidah-kaidah bacaanya yang sempurna. Kaidah-kaidah bacaan tersebut terkumpul dalamilmu tajwid. Hal-hal yang harus dipelajari dalam ilmu Tajwid adalah:

a. Makharijul HurufMakharijul huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf. Makharijul huruf

ini terbagi kedalam 5 bahagian dan 17 tempat yaitu;4

1. Maudhiul Jauf (rongga mulut)5.2. Maudhiul Halqi,6 (kerongkongan) dalam kelompok Halqi ini ada tiga tempat

keluarnya huruf yaitu Aqshal halqiy, Wasthul halqiy, dan Adnal halqiy.3. Maudhiul Lisan,7 (huruf yang berhubungan dengan lidah) 1) Pangkal lidah dan

langit-langit mulut bagian belakang, 2) Pangkal lidah bagian tengah dan langit-_____________

2 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah AL-Qur’an dan ilmu tajwid, (Jakarta: PustakaAl-Kautsar, 2010), 17.

3 Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Qur’an, (Jakarta: PTRineka Cipta, 1994) hal 9.

4 Ismail Tekan, Tajwid Al-Qur’annul Karim pembahasan secara praktis, populer dansistematis, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004) (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004) hal21-22. Lihat. Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an ...... hal 45 .

5 Maudhiul Jauf (rongga mulut), huruf yang keluar dari rongga mulut ini berfungsisebagai tanda Mad. Alif ( ا ), wawu mati ( ) dan ya’ mati (و dengan penjelasan sebagai (ي berikut: 1. Alif dan sebelumnya ada huruf yang difathah Contoh : ماال غوى 2. Wawu mati dansebelumnya ada huruf yang didhommah Contoh :قولوا 3. Ya’ mati dan sebelumnya ada hurufyang dikasrah Contoh : حامدین Huruf-huruf tersebut juga keluar pada tempat yang lain sebagaitempat keluar huruf aslinya. Lihat. Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an ... hal 45.

6 Maudhiul Halqi (kerongkongan), Yaitu tempat keluar bunyi huruf hijaiyah yangterletak pada kerongkongan / tenggorokan. Berdasarkan perbedaan teknis pelafalannya, huruf-huruf halqiyah (huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan) dibagi menjadi tiga bagian yaitu ; 1)Aqshal halqiy (pangkal tenggorokan), yaitu huruf hamzah ( dan(ء ha’ ( ه ), 2) Wasthul halqiy(pertengahan tenggorokan), yaitu huruf ha’ ( dan (ح ’ain ( (3 ,(ع Adnal halqiy (ujungtenggorokan), yaitu huruf ghoin ( dan (غ kho’ ( ,Lihat. Ahmad Annuri .(خ Panduan TahsinTilawah Al-Qur’an ... hal 45.

7 Maudhiul Lisan, (huruf yang berhubungan dengan lidah), Bunyi huruf hijaiyah dengantempat keluarnya dari lidah ada 18 huruf, yaitu : Berdasarkan delapan belas huruf itu dapatdikelompokkan menjadi 10 makhraj, yaitu sebagai berikut : 1) Pangkal lidah dan langit-langitmulut bagian belakang, yaitu huruf Qof .(ق) Maksudnya bunyi huruf qof ini keluar dari pangkallidah dekat dengan kerongkongan yang dihimpitkan ke langit-langit mulut bagian belakang. 2)Pangkal lidah bagian tengah dan langit-langit mulut bagian tengah, yaitu huruf Kaf .(ك)Maksudnya bunyi huruf kaf ini keluar dari pangkal lidah di depan makhraj huruf qof, yangdihimpitkan ke langit-langit bagian mulut bagian tengah. “Dua huruf tersebut ( ق ) dan ( ك ),lazimnya disebut huruf LAHAWIYAH ( لھویة ), artinya huruf-huruf sebangsa anak mulut atausebangsa telak lidah.” 3) Tengah lidah bertemu dengan langit-langit, yaitu huruf Jim ( ,(ج Syin (dan (ش Ya’ ( .(ي Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari tengah-tengah lidah tepat,

serta menepati langit-langit mulut yang tepat di atasnya. “Tiga huruf ini lazimnya disebut huruf

Suarni: Ilmu Tajwid dalam Nagham Al-Qur'an…134

langit mulut bagian tengah. 3) Tengah lidah dengan langit-langit, 4) Tepi lidahdengan geraham kiri atau kanan, 5) Ujung tepi lidah, 6) Ujung lidah, 7) Ujunglidah tepat, 8). Ujung lidah dengan gigi seri atas, 9) Ujung lidah dengan ujunggigi bawah, 10) Ujung lidah dengan ujung gigi seri atas.

4. Maudhiul Syafatain,8 ( huruf yang keluar dari bibir). Dalam kelompokSyafatain ini ada dua tempat keluarnya huruf yaitu; perut bibir bawahdirapatkan dengan ujung gigi atas dan diantara dua bibir.

5. Maudhiul Al-Khaisyum,9 artinya pangkal hidung. Dalam kelompok ini bukanhuruf dan letak tempat keluarnya hururf sebagaimana yang dijelaskan diatas,tetapi dalam kelompok ini tempat keluarnya huruf hanya satu yaitu melaluirongga hidung. Disini yang keluar hanya bunyi guhnnahnya. Bunyi-bunyitersebut ada pada Idgham Bi Ghunnah, Iqlab, Ikhfa, Ikhfa Syafawi, Idghammimi, NUN dan MIM bertasydid dan lain sebagainya.

SYAJARIYAH ( شجریة ), artinya huruf-huruf sebangsa tengah lidah.” 4) Tepi lidah bertemu dengangeraham kiri atau kanan, yaitu huruf Dlod ( Maksudnya bunyi huruf .(ض Dlod ( keluar dari (ضtepi lidah (tepi lidah kanan atau kiri) hingga sambung dengan makhrojnya huruf lam, sertamenepati graham. “Huruf Dlod ( ض ) ini lazimnya disebut huruf JAMBIYAH (ҒNJƾҳ), artinya hurufsebangsa tepi lidah.” 5) Ujung tepi lidah, yaitu huruf Lam Maksudnya bunyi huruf .(ل) Lam (ل)keluar dari tepi lidah (sebelah kiri/kanan) hingga penghabisan ujung lidah, serta menepati denganlangit-langit mulut atas. 6) Ujung lidah, yaitu huruf Nun Maksudnya bunyi huruf .(ن) Nun (ن)keluar dari ujung lidah (setelah makhrojnya Lam lebih masuk sedikit ke dasar lidah dari pada ,(ل)Lam (serta menepati dengan langit-langit mulut atas. 7 ,((ل) Ujung lidah tepat, yaitu huruf Ro’ .(ر)Maksudnya bunyi huruf Ro’ keluar dari ujung lidah tepat (setelah makhrojnya (ر) Nun dan lebihmasuk ke dasar lidah dari pda Nun), serta menepati dengan langit-langit mulut atas. “Tiga huruftersebut di atas (Lam, Nun dan Ro’), lazimnya disebut huruf DZALQIYAH (ҒNJƬƵө), artinya huruf-huruf sebangsa ujung lidah.” 8) ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas, atauberhubungan dengan kulit gusi atas, yaitu Dal ,(د) Ta’ dan (ت) Tho’ -Maksudnya bunyi huruf .(ط)huruf tersebut keluar dari ujung lidah, serta menepat i dengan pangkal dua gigi seri yang atas.“Tiga huruf tersebut lazimnya disebut NATH’IYAH (ҒNJƤƖ ƽ), artinya huruf-huruf sebangsa kulit gusiatas.“ 9) Runcing lidah, yaitu huruf Shod ,(ص) Sin dan (س) Za’ Maksudnya bunyi huruf-huruf .(ز)tersebut keluar dari ujung lidah, serta menepati ujung dua gigi seri yang bawah. “Tiga huruftersebut lazimnya disebut huruf ASALIYAH (ҒNJƶƃǐ), artinya huruf-huruf sebangsa runcing lidah.”10) Gusi, yaitu huruf Dho’ ,(ظ) Tsa’ dan (ث) Dzal Maksudnya huruf-huruf tersebut keluar dari .(ذ)ujung lidah, serta menepati dengan ujung dua gigi seri yang atas. “Tiga huruf ini lazimnya disebuthuruf LITSAWIYAH (ҒljDŽҢƵ), artinyahuruf sebangsa gusi”. Lihat. Ahmad Annuri, Panduan TahsinTilawah Al-Qur’an ... hal 45.

8 Maudhiul Syafatain, ( huruf yang keluar dari bibir) Yaitu tempat keluarnya hurufhijaiyah yang terletak pada kedua bibir.Yang termasuk huruf-huruf syafatain ialah wawu ’fa ,(و),(ف) mim dan (م) ba’ (dengan perincian sebagai berikut : 1 (ب) Fa’ keluar dari dalamnya bibir (ف)yang bawah, serta menepati dengan ujung dua gigi seri yang atas. 2) Wawu, Ba, Mim ( م، ب ، و )keluar dari antara dua bibir (antara bibir atas dan bawah). Hanya saja untuk Wawu bibir membuka,sedangkan untuk Ba dan Mim bibir membungkam. “Empat huruf tersebut di atas lazimnya disebuthuruf SYAFAWIYAH, artinya huruf-huruf sebangsa bibir.” Lihat. Ahmad Annuri, PanduanTahsin Tilawah Al-Qur’an ... hal 45 .

9 Maudhiul Al-Khaisyum, artinya pangkal hidung. Yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyahyang terletak pada janur hidung. Dan jika kita menutup hidung ketika membunyikan huruftersebut, maka tidak dapat terdengar. Adapun huruf-hurufnya yaitu huruf-huruf ghunnah mim dannun dengan ketentuan sebagai berikut: Nun bertasydid ( ن), Mim bertasydid ( م), Nun sukun yangdibaca idghom bigunnah, iqlab dan ikhfa’ haqiqiy, Mim sukun yang bertemu dengan mim atau (م)ba ,Lihat. Ahmad Annuri . (ب) Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an ... hal 45

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 135

b. Shifatul HurufShifatul huruf adalah cara pengucapan terhadap huruf-huruf hijaiyah

secara benar dan sesuai. Shifatul huruf secara garis besar dibagi kepada dua yaitushifat lazimah dan shifat 'aridhah. Sifat-sifat huruf terbagi menjadi dua bagian10:1. Shifat Lazimah ,(الزمھ) Sifat Yang Memiliki Lawan

a. Segi nafas: Al Hams (الھمس ) x Al Jahr (الجھر )b. Segi suara: Asy Siddyah (الشدة ) x Ar Rakhwah (رخاوة ) = Tawassuthc. Segi pangkal lidah: Al Isti’la’ (استعالء ) x Al Istifal (استفال )d. Segi lidah dengan rongga mulut: Al Ithbaq (اطباق ) x Al Infitah (انفتاح )e. Segi mudah & tidaknya mengeluarkan huruf: Al Idzlaq ( (اذالق x Al

Ishmat (اصمات )2. Shifat 'Aridhah Sifat Yang Tidak Memiliki Lawan ,(عارضھ)

Sifat ‘Aridhah : Ciri yang berubah-ubah bagi suatu huruf, seperti tarqiq (tipis),tafkhim (tebal), ghunnah(dengung), idgham(meleburkan huruf), atauikhfa'(menyamarkan huruf)’, panjang atau pendek dan seumpamanya.Diantaranya:

a. Safir (صفر) - Suara dari hujung mulut seakan-akan bersimpulb. Qalqalah (قلقلھ) - memantulkanc. Lin (لین) - lembutd. Inhiraf (إنحراف) - miringe. Takrir تكریر) ) - berulangf. Tafasysyi تفشى) ) - menyebarg. Istitolah إستطالھ) ) - memanjangDalam membaca Al-Qur’an, Makharijul Huruf dan Shifatul Huruf

merupakan suatu hal yang tidak boleh ditinggalkan. Karena untuk memprolehbacaan yang sempurna, tentunya harus menerapkan cara pengucapan huruf-hurufhijaiyah sebagaimana aturan yang telah dijelaskan dalam Makharijul huruf danshifatul huruf. Apabila aturan-aturan tersebut tidak diterapkan, maka suatu bacaanakan sangat jauh dari kebenaran dan kefasihan. Sementara untuk memperolehbacaan indah dan berseni sangat ditentukan oleh kebenaran dan kefasihan dalammengucapkan huruf-huruf hijaiyah tersebut. Cara mendapatkan kefasihan yangsempurna telah diatur dalam Makharijul huruf dan shifatul huruf.

c. Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Hukum Mim matiHukum bacaan Nun Mati atau Tanwin ini terbagi kedalam beberapamacam yaitu;11

1. Idzhar HalqiIdzhar halqi yaitu apabila huruf nun mati/tanwin bertemu huruf halqi.

Huruf halqi adalah ھا،غ ، ع ، خ ، ح ، ا . Cara membacanya harus jelas, tidakboleh mendengung,Contoh: من علق عذاب عظیم ,ان ھو سلم ھي ان انتم درة خیرا

_____________10 Lihat. Ismail Tekan, Tajwid Al-Qur’annul Karim pembahasan secara praktis, populer

dan sistematis, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004) hal 42-6411 Ahmad Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap, (Jakarta: bintang Terang, tt)

hal 7-16. Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Studi Al-Qur’an Komprehensif membahas Al-Qur’ansecara lengkap dan mendalam, Terj. Tim Editor Indiva, (Solo: Indiva Pustaka, 2008) hal-381.

Suarni: Ilmu Tajwid dalam Nagham Al-Qur'an…136

2. Idhgham BighunnahIdhgham Bighunnah adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu dengan

salah satu dari empat huruf, yaitu و،م،ب، ي . Adapun cara membacanya suaranun mati/tanwin dimasukkan kedalam suara huruf tersebut dengan mendengung.Contoh : ماء مھین من یعمل ھدى وبشرى من نصرین

3. Idhgham BilaghunnahIdhgham Bilaghunnah adalah apabils ada nun mati/tanwin bertemu dengan

salah satu dari huruf dua, yaitu ل danر. Cara membacanya suara nun mati/tanwindimasukkan kedalam huruf tersebut tanpa mendengung. Contoh: خیر من لدنھلك

4. IqlabIqlab adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu dengan ba’ (ب). Cara

membacanya yaitu suara nun mati/tanwin diganti dengan suara mim mati ( (مdengan merapatkan bibir dan mendengung. Contoh : ضلال بعیدالینبذ ن

5. Ikhfa’Ikhfa’ adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu dengan salah satu dari

15 huruf, yaitu ك،ق ،ف ،ظ ،ط ،ض ،ص ،ش ،س ،ز ،ذ ،د ،ج ،ث ،ت . cara membacanyasuara nun mati/tanwin dibaca samar-samar dengan sengau dihidung.

Contoh : عندهشيء شھیدانارا تلظىمن قبلكفا نصب

Hukum Bacaan Mim SukunMim sukun apabila bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah akan

menciptakan beberapa hukum bacaan, yaitu; Ikhfa’ Syafawi, apabila ada mimsukun (mati) bertemu dengan huruf ba’ (ب ). Cara membacanya yaitu merapatkanbibir dan mendengung. Contah, اعتصم با

ام بھ Idzhar syafawi yaitu apabila ada mim sukun (mati) bertemu denganhuruf hijaiyah yang selain ب dan ,م yaitu : ، ض، ط، ظ، ع، غ، ف، ق، ك، ل، ن، و، ه، ي

ء، ث، ت، خ، ح، ج، د، ذ، ر، ز، س، ش، ص . Adapun cara membacanya yaitu harus jelas,tidak mendengung dan juga tidak samar-samar. Contoh : لھم ربھمانھم الى

علیھم والفیھا dan lain sebagainya. Idhghom mimi yaitu apabila ada mim matibertemu dengan huruf mim (م). Cara membacanya yaitu dengan cara merapatkanbibir dan mendengung. Contoh :كم من

Dalam memciptakan bacaan yang indah, hukum-hukum bacaan inimerupakan suatu hal yang sangat penting. Hukum-hukum bacaan tersebut, mulaidari Nun sukun/tanwin dan Mim sukun, akan dapat terbentuknya suara yang lebihindah yaitu dengan cara mendengungkan suara pada tempat yang harusberdengung, seperti pada tempat Idgham ma’a Ghunnah, Idham Mimi, Nun danMim bertasydid dan lain sebagainya. Pada Idgham ma’a Ghunnah misalnya,ketika Nun mati bertemu dengan Nun, Waw, Mim,dan juga ya. Dalam membacaseperti kalimat tersebut ada dua macam yang harus diperhatikan oleh pembaca Al-Qur’an (Qari) yaitu yang pertama harus memperhatikan hukum Idgham yaitumemasukkan bunyi huruf Nun yang pertama kedalam huruf yang selanjutnya.Kemudian guhnnah, yaitu mendengungkan bacaan ketika mengucapkan lafaz-lafaz tersebut. Melalui dengung-dengung itulah ketika mengucapkan lafaz-lafazAl-Qur’an, suara dapat dibentuk menjadi indah dan berseni.

Selain hukum-hukum yang berdengung, ada pula hukum yang tidak bolehberdengung seperti Idzhar hakiki, Idzhar Syafawi, dan juga pada lafaz-lafaz

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 137

pengucualian pada hukum Idgham ma’a ghunnah seperti; دنیا بنیا صنوان قنوانpada kata tersebut tidak dapat dibaca dengung, karena Nun mati pada katatersebut terdapat dalam satu suku kata. Oleh karena demikian cara membaca kata-kata tersebut sama dengan hukum Idzhar yaitu tidak boleh berdengung. Selainbeberapa hal yang telah dijelaskan diatas, Qolqolah12 merupakan Suatu hal yangsangat penting dan harus diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an secara indah.Karena Qolqolah sangat mempengaruhi kefasihan dalam mengucapkan lafaz-lafazAl-Qur’an. Kefasihan dalam mengucapkan lafaz-lafaz Al-Qur’an jugadipengaruhi oleh hukum bacaan Tafkhim dan Tarqiq13 yaitu huruf Ra, Lam, danNun serta Mim bertasydid.

d. Ahkamul MadKata mad berasal dari bahasa arab مدا–یمد –مد yang berarti

memanjangkan. Sedangkan menurut istilah, mad berarti memanjangkan bacaanhuruf hijaiyah sesuai dengan sifat dan syaratnya masing-masing. Ahkamul Madtersebut terbagi kedalam beberapa macam yaitu; Mad Ashli dan Mad Far’i. Madashli adalah Mad yang terlepas dari berbagai macam tambahan. Tanda dari Madashli tersebut adalah alif ( ا ), wawu mati ( ) dan ya’ mati (و Sedangkan Mad .(ي Far’i adalah Mad yang ada tambahan dengan huruf-huruf yang lain. Mad initerbagi kedalam beberapa jenis14 yaitu;

_____________12 Qalqalah secara bahasa berarti getaran suara. Adapun secara istilah qalqalah berarti

menyembunyikan huruf yang bertanda sukun (mati) dengan suara yang lebih ditekan lagi darimakhraj hurufnya. Jumlah huruf qalqalah ada 5, yaitu د , ج، ب ، ط ، ق yang bisa disingkatdengan قطب جد . Qolqolah terbagi kepada 2 macam yaitu Qalqalah Kubra berarti salah satu hurufqalqalah berharakat mati/sukun tidak asli yang disebabkan adanya waqaf. Cara membacanya haruslebih jelas dan memantul. Contoh : بالقسطالیھ مریب جملح اجابخلق جدیداب الحريعذ danQolqolah sughra berarti apabila salah satu huruf qalqalah berharakat sukun (mati) asli bukankarena waqaf. Cara membacanya juga harus jelas dan memantul. Contoh : من قبلتقربوال .Lihat. Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an ... hal 193.

13 Lihat. Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an ... hal 174.14 1. Mad Wajib Muttashil. Artinya bacaan mad thabi’i yang bertemu dengan huruf

hamzah dalam satu kata. Panjang bacaaanya yaitu 3 alif (6 harakat). Contoh : ، ، وجيء والسماء، حنفاء سوء . 2. Mad Jaiz Munfashil. Artinya bacaan mad thabi’i yang bertemu dengan huruf hamzahtetapi tidak dalam satu kata. Adapun panjang bacaanya yaitu 2½ alif (5 harakat). Contoh : یایھا انا اعطینا ك وما ادراك .Mad Layyin .3الذین Artinya apabila ada salah satu huruf hijaiyyah yangberharakat fathah sebelum wawu sukun atau ya’ sukun. Contoh : من خذف الریب 4. Mad‘Aridl Lis Sukun yaitu; jika ada bacaan mad thabi’i bertemu dengan huruf hijaiyah hidup yangdibaca mati/tanda waqaf. Panjang bacaanya yaitu : 1 alif (2 harakat) atau 2 alif (4 harakat) atau 3alif (6 harakat). Contoh : ینصرون نستعین 5. Mad ‘iwadl adalah apabila ada huruf hijaiyah yangberharakat fathah tanwin yang dibaca waqaf diakhir kalimat. Panjang bacaanya 1 alif (2 harakat).Contoh; غفورا رحیما 6. Mad badal adalah apabila ada 2 buah huruf hamzah dan huruf hamzahyang pertama berharakat sedangakan huruf hamzah yang ke-2 disukun (mati), maka hamzah yangke-2 diganti dengan; ا jika hamzah yang pertama berharakat fathah, و jika hamzah yang pertamaberharakat kasrah, ي jika hamzah yang pertama berharakat dlommah, Adapun panjang bacaanyayaitu 1 alif (2 harakat), Contoh : دمأأ menjadi دمأ ائمان menjadi ایمان 7. MadLazim Mutsaqqal Kilmi adalah apabila ada mad thabi’i bertemu dengan huruf hijaiyah yangbertasydid dalam satu kata. Panjang bacaanya yaitu 3 alif (6 harakat). Contoh: والالضالینالصاخھالطامة 8. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi adalah apabila ada mad

Suarni: Ilmu Tajwid dalam Nagham Al-Qur'an…138

1. Mad Wajib Muttashil.2. Mad Jaiz Munfashil.3. Mad Layyin.4. Mad ‘Aridl Lis Sukun5. Mad ‘iwadl6. Mad badal7. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi8. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi9. Mad Lazim Mutsaqqal Harfi10. Mad Lazim Mukhaffaf Harfi11. Mad shilah.12. Mad thamkin13. Mad farqi

Sesuai dengan makna dari Mad dan Ahkamul Mad yaitu memanjangkanbacaan pada lafaz-lafaz yang memiliki huruf Mad (Mad Asli) yaitu; maka ,ا و ي ahkamul Mad ini juga merupakan salah satu unsur atau poin yang sangat pentingdalam seni baca Al-Qur’an. Ahkamul Mad adalah memanjangkan suara ataubacaan, sementara seni bacaan Al-Qur’an adalah membaca Al-Qur’an secaraberseni, berirama dan indah. Keindahan dalam membaca Al-Qur’an sangattergantung pada seni dan iramanya. Seni dan irama sangat ditentukan pula olehpanjang pendeknya suara, sebagaimana yang telah diatur dalam Ahkamul Mad.

Apabila Ahkamul Mad ini tidak diterapkan dalam membaca Al-Qur’anatau pun dalam seni membaca Al-Qur’an, maka selain dapat merubah makna dariisi Al-Qur’an, merusak lafaz-lafaz ayat Al-Qur’an, bacaannyapun juga tidakindah. Karena alunan suara akan terbentuk sesuai dengan ketentuan panjangpendeknya suara. Seperti dalam membaca Mad Wajib, oleh pembaca Al-Qur’an(Qari) dapat memangjangkan suaranya sampai 6 harakat dan suaranya dapatdibentuk seindah mungkin. Demikian juga dengan Mad-mad yang lain memiliki

thabi’i bertemu dengan huruf hijaiyah yang bersukun. Panjang bacaanya yaitu 3 alif (6 harakat).Contoh :آالن 9. Mad Lazim Mutsaqqal Harfi adalah permulaan surat dalam Al-Qur’an yangterdapat salah satu/lebih dari huruf :

م، ك، ي، ل، ع، ص، ق، ن yang bisa disingkat dengan lafal .نقص علیكم Adapun panjangbacaanya yaitu 3 alif (6 harakat). Mad ini juga bisa disebut dengan )مد الزم حرفي مشبع ( .Contoh : المقنص 10. Mad Lazim Mukhaffaf Harfi adalah permulaan surat dalam Al-Qur’an yang terdapat satu/lebih dari huruf : حي طھر yaitu ر، ه ، ط ، ي ، ح . Adapun panjangbacaanya yaitu 1 alif (2 harakat). Contoh : الرحمیسطھ 11. Mad shilah. Mad ini terbagikepada 2 macam yaitu shilah Qashirah dan shilah thawilah. Mad Shilah Qashirah adalah apabilaada kata ganti (ha’ dlomir) yang didahului dengan huruf yang berharakat Adapun panjangbacaanya yaitu 1 alif (2 harakat). Contoh : لھ ما في السمواتانھ كان sedangkan Mad ShilahThawilah adalah apabila ada mad shilah qashirah yang bertemu dengan hamzah. Adapun panjangbacaanya yaitu 2½ alif (5 harakat). Contoh : لھ اال بماشاءمالھ أخلده 12. Mad thamkin adalahapabila ada huruf yang bertasydid dan berharakat kasrah bertemu dengan sukun. Panjang bacaanyayaitu 1 alif (2 harakat) dan penempatan bacaanya pada tasydid serta mad thabi’inya. Contoh: من النبیینعلیینحییتم 13. Mad farqi adalah bacaan panjang yang membedakan antarapertanyaan atau bukan. Contoh : الذكرین حرم ام االنثیینقل هللا اذن لكم Lihat. Ahmad Annuri,Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an ... hal 45. Ahmad Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis danlengkap, (Jakarta: Bintang terang, tt) hal 40-50. Lihat. Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Studi Al-Qur’an Komprehensif membahas Al-Qur’an secara lengkap dan mendalam, ... hal 385-390. Lihat.Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Qur’an, ... 48-58.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 139

ukuran pajangnya tersendiri. Oleh pembaca Al-Qur’an harus menerapkan dalambacaannya.

e. Ahkamul Waqaf wa Ibtida’Ahkamul Waqaf adalah menahan. Secara istilah waqaf berarti

memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu. Waqaf ini sangatberguna bagi pembaca Al-Qur’an (Qori). Diantaranya adalah sebagai pemanisbacaan, perhiasan Qori, atau sebagai cara penyampai yang tepat bagi pembaca Al-Qur’an.15 Waqaf ini ada beberapa macam yaitu16; Waqaf intizhari, yang berlakutatkala pembaca Al-Qur’an mengumpulkan atau membaca beberapa riwayat darisepuluh Qiraat yang mutawatir, dengan cara mewaqaf pada suatu kata tertentuuntuk selanjutnya kembali mengulangi macam-macam Qiraat pada ayat tersebut.Waqaf ikhtibari, waqaf ini berlaku tatkala seorang penguji mengajukanpertanyaan kepada peserta uji. Waqaf indhthirari, waqaf ini berlaku tatkalaterpaksa seperti tidak cukup nafas, atau ada gangguan seperti bersin atau yanglainnya, waqaf ini boleh pada kata manapun dengan syarat mengulang kembalipada kata sebelumnya. Waqaf ikhtiari, waqaf ini merupakan waqaf yang sengajadilakukan, bukan karena disebabkan oleh sesuatu sebab. Waqaf ini ada beberapajenis17 yaitu; waqaf Tamm, waqaf Kafi, waqaf hasan, dan waqaf Qabih.

Dalam seni baca Al-Qur’an, ahkamul waqaf merupakan unsur yang tidakboleh ditinggalkan. Indahnya sebuah bacaan juga sangat dipengaruhi oleh tempat-tempat waqaf. Jika ahkamul waqaf tidak diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an,maka selain dapat merusak makna isi yang terkandung dalam lafaz ayat, jugamembuat bacaan yang tidak indah dan sempurna. Karena dalam ahkamul waqaftelah dijelaskan tempat-tempat yang harus waqaf, baik untuk diwaqaf dan jugatempat-tempat yang dilarang untuk diwaqaf. Dengan menerapkan ahkamul waqaftersebut dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, maka orang-orang yangmendengar bacaan ayat-ayat tersebut akan dengan mudah dapat memahami maknayang terkandung dalam lantunan ayat tersebut dan keindahan bacaannyapun akanlebih sempurna.

PENTINGNYA ILMU TAJWID DALAM NAGHAM AL-QUR’ANIlmu tajwid merupakan suatu ilmu yang sangat penting diamalkan dalam

membaca Al-Qur’an. Sesuai dengan hukum mempelajarinya adalah sebagaifardhu kifayah bagi seluruh umat dan fardhu ain bagi setiap penbaca Al-Qur’an(Qari). Dengan demikian setiap kaum muslimin yang membaca Al-Qur’an wajibmempelajari ilmu tajwid. Sebagai kaidah-kaidah atau sebagai pedoman dalammembaca Al-Qur’an, ilmu tajwid memiliki fungsi yang sangat penting dalammemperindah bacaan Al-Qur’an. Jika pedoman tersebut tidak diamalkan dalammembaca Al-Qur’an, maka dalam membaca Al-Qur’an akan jauh dari kebenaran.Kesalahan dalam melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an, salah pula makna yangterkandung dalam bacaan tersebut. Artinya jika dalam mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an mulai dari pengucapan (makharijul huruf) hurufnya dan sampai ke hukum-

_____________15 Lihat. Muhammad Makki Nash, Nihayatu Al-Qaul Al-Mufid, (Mesir: tp, tt), 164.16 Lihat. Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an ... hal 166-175. Ahmad

Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan lengkap, ... 69.17 Lihat. Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an ... 166-170. Lihat. Ahmad

Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan lengkap, ... hal 69.

Suarni: Ilmu Tajwid dalam Nagham Al-Qur'an…140

hukum bacaannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, maka bacaantersebut akan melahirkan makna yang lain. Sebagai akibat dari kesalahanpengucapan huruf-huruf dalam melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an, maka bukan nilaiibadah yang didapatkan oleh pembaca Al-Qur’an tersebut, tetapi dosa.

Karena itu, kewajiban menerapkan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditinggalkan. Membaca Al-Qur’an dengan bertajwid, selain memproleh nilai ibadah disisi AllAh SWT jugaakan dapat memperindah bacaannya dengan sempurna. Keindahan dalammembaca Al-Qur’an bukan tergantung pada iramanya tetapi sangat ditentukanoleh ilmu tajwidnya. Karena seni itu muncul dalam bacaan jika penerapantajwidnya sudah sempurna.

Dalam ilmu tajwid itu semua kaidah bacaan telah ditentukan. Membacadengan bacaan berdengung, karena adanya hukum ghunnah seperti Idgham bighunnah, Idgham mimi, Nun atau Mim bertasydid. Memanjangkan bacaan padasuatu kalimat, karena terdapatnya tanda Mad seperti Mad Wajib atau Mad-madyang lain yang dapat memanjangkan suaranya. Di tempat-tempat berdengung danMad-mad tersebut suara dapat dibentuk dengan alunan-alunan yang indah,tentunya sesuai dengan ukuran panjangnya sendiri.

Demikian juga pada tempat-tempat yang tidak boleh dipanjangkan. Halitu akan merusak bacaannya, baik merusak makna, keindahan maupun susahdalam mengucapkannya. Seperti dalam membaca hukum Idgham (selain Idghammimi dan Idgham bi Ghunnah), ketika melafazkan ayat-ayat tersebut sangat susah.Dalam membaca Idgham Mutaqaribain misalnya, الم نخلقكم , dalam kalimattersebut terdapat huruf yang berdekatan tempat keluar hurufnya yaitu huruf Qafdan huruf Kaf. Maka ketika mengucapkan kalimat tersebut tidak dapat dibacasebagaimana tulisannya, tetapi harus dibaca dengan memasukkan bunyi huruf Qafkedalam huruf Kaf. Sehingga bunyi huruf tersebut seakan menjadi satu bunyi atauseakan memiliki tasydid. Demikian juga dalam membaca Izhar dan Idgham bilaGhunnah tidak boleh dipanjangkan.

Demikianlah indahnya lafaz-lafaz Al-Qur’an. Seni itu tidak bisa diaturoleh pembaca tetapi seni keindahan itu telah diatur sendiri dengan penerapankaidah-kaidah bacaannya. Sedangkan iramanya itu akan datang kemudian dengantetap berpedoman pada kaidah-kaidah bacaan (ilmu tajwid). Keterkaitan antarailmu Tajwid dengan Nagham Al-Qur’an benar-benar tidak dapat dipisahkan,antara kedua ilmu tersebut saling mendukung. Ketika ilmu tajwid diterapkandalam membaca Al-Qur’an, secara tidak langsung kefasihan dan alunan suaraakan terbentuk sendiri. Jika kafasihan dan alunan suara sudah terbentuk, makaseni atau irama dalam membaca Al-Qur’an juga akan mengikuti alunan suaratersebut.

Irama dalam seni membaca Al-Qur’an ada beberapa macam yaitu irama(lagu) pokok dan irama cabang dengan macam-macam fariasi. Menurut sebagianahli Qurra, irama pokok dalam seni membaca Al-Qur’an terbagi kedalam 8macam yaitu18; Lagu Baiyati, Lagu Shoba, Lagu Hijaz, lagu Nahawan, Lagu Sika,Lagu Rost, Lagu Jiharkah dan Lagu Banjaka. Akan tetapi di Indonesia umumnyayang berkembang 7 macam yaitu; Lagu Baiyati, Lagu Shoba, Lagu Hijazi, Lagu_____________

18 M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Qur’an dilengkapi dengan tajwiddan Qasidah, (Surabaya: Apollo, 1997) hal 26. Lihat. Mariya Ulfah, Bunga Rampai, (Jakarta:Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra Wal Huffazh, 2006) hal 35.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 141

Nahawan, Lagu Rast, Lagu Sika, dan Lagu Jiharkah. Sedangkan lagu-lagu cabangdalam seni baca Al-Qur’an adalah Syuri, Ajam, Mahur, Bastanjar, Kard, Kard-Kurd, Nakriz, kur, Nuqrosy, Murokhab, Misri, Turki, Roml, Uraq, Usy Syaq,Zanjiran, Syabir, alarros dan Kurdi.

Lagu-lagu cabang tersebut merupakan sebagai selingan untuk lagupokok. Lagu-lagu itu tidak harus dibawa semua dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Tetapi boleh dipilih sesuai dengan ayat yang dibaca. Dalamperkembangannya sekarang ini fariasi lagu-lagu tersebut sering digabung. Antaranada pertama dengan nada kedua atau nada kedua dengan nada selanjutnya.Sehingga dapat menciptakan sebuah fariasi yang lebih indah.

Lagu-lagu seni bacaan Al-Qur’an tersebut dapat juga diterapkan dalambacaan yang lain seperti Azan, berdo’a, atau syair-syair Qasidah. Khususnyauntuk Qosidah irama tersebut lebih bebas dilantunkan. Karena tidak terikatdengan kaidah-kaidah tajwid sebagaimana dalam membaca Al-Qur’an. Dalammembaca Al-Qur’an, fariasi irama tersebut harus mengikuti aturan tajwid, tidakboleh tajwid mengikuti lagu.

KESIMPULANIlmu tajwid merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang tata cara

mambaca Al-Qur’an dengan baik. Bagi pembaca Al-Qur’an, Ilmu tajwidmerupakan sebuah tuntutan untuk dipelajari. Ilmu tajwid sebagai alat atau berupacara untuk menciptakan keindahan dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an.Dengan ilmu tajwid dapat menciptakan irama dalam membaca Al-Qur’an. Iramatersebut melahirkan sebuah seni yang dikenal dengan seni bacaan Al-Qur’an.

Ilmu tajwid dengan seni baca Al-Qur’an memiliki kaitan yang sangaterat. Seni baca Al-Qur’an tidak bisa dijalan jika ilmu tajwid belum terapkan dalambacaan secara sempurna. Menerapkan ilmu tajwid dalam bacaan, akan membuatbacaan lebih indah dan sempurna. Keindahan dalam mengucapkan lafaz-lafaz Al-Qur’an akan melahirkan seni yang berbentuk irama. Dalam membaca Al-Qur’anberirama tersebut harus mengikuti aturan ilmu tajwid. Karena jika salah kaidahilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an, maka mengakibatkan kesalahan puladalam membaca Al-Qur’an. Oleh karena demikian, ilmu tajwid merupakan salahsatu ilmu yang sangat penting dipelajari dalam membaca Al-Qur’an. Terlebih lagidalam membaca Al-Qur’an secara berseni (Nagham).

Suarni: Ilmu Tajwid dalam Nagham Al-Qur'an…142

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah AL-Qur’an dan ilmu tajwid, Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2010

Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Qur’an, Jakarta: PTRineka Cipta, 1994

Ahmad Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap, Jakarta: bintang Terang,tt

Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Studi Al-Qur’an Komprehensif membahas Al-Qur’an secara lengkap dan mendalam, Terj. Tim Editor Indiva, Solo:Indiva Pustaka, 2008

Ismail Tekan, Tajwid Al-Qur’annul Karim pembahasan secara praktis, populerdan sistematis, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004

M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Qur’an dilengkapi dengantajwid dan Qasidah, Surabaya: Apollo, 1997

Mariya Ulfah, Bunga Rampai, Jakarta: Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra WalHuffazh, 2006

Muhammad Makki Nash, Nihayatu Al-Qaul Al-Mufid, Mesir: tp, tt.

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 143

MENYOAL HUBUNGAN HADIS DENGAN ALQURAN:UPAYA KE ARAH RESTRUKTURISASI

Maizuddin M. NurFakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Jl. LIngkar Kampus, Kopelma Darussalam Kota Banda AcehEmail: [email protected]

ABTRACTHadith ranks second as a source of law after the Koran. In addition, italso has its own function to the Qur'an, namely as explanatory passagesfrom the Koran. However, both of these sources has its own distinctcharacter. For the purposes of legal istimbath, parrots function hadithfurther elaborated into several theories mainly by priests schools. Anelaboration of this course is an absolute ijtihad is not true. Shafi is apriest theory in this case be big and strong currents. This theory has beenused as the basis to deliver some legal rulings. But, also seen emergingcritique of partial products of the law, both in terms of material law andthe law of the image itself. This shows that the theory of the relationshipwith the Qur'an Hadith partly still leaves irregularities. In addition, areview of the characteristics of tradition more clearly shown by scholars.On this basis, efforts towards restructuring the relationship with theQur'an Hadith gets a foothold to be developed.

ABSTRAKHadis menempati posisi kedua sebagai sumber hukum setelah

Alquran. Di samping itu, ia juga memiliki fungsi tersendiri terhadapAlquran, yakni sebagai penjelas ayat-ayat Alquran. Namun kedua sumberini memiliki karakter tersendiri yang berbeda. Untuk kepentinganistimbath hukum, fungsi bayan hadis dielaborasi lebih jauh ke dalambeberapa teori terutama oleh imam mazhab. Elaborasi ini tentu sajaadalah sebuah ijtihad yang tidak mutlak benar. Adalah teori imam Syafi’idalam hal ini menjadi arus besar dan kuat. Teori ini telah dijadikan dasaruntuk melahirkan beberapa hukum fiqh. Tetapi, juga terlihatbermunculan kritik terhadap sebagian produk-produk hukum, baik darisegi materi hukum maupun citra hukum itu sendiri. Hal ini menunjukkanbahwa teori hubungan hadis dengan Alquran sebagiannya masihmenyisakan kejanggalan. Di samping itu, kajian atas karakteristik hadissemakin jelas ditunjukkan oleh para sarjana. Atas dasar ini, upaya kearah restrukturisasi hubungan hadis dengan Alquran mendapat pijakanuntuk dikembangkan.

Kata Kunci: Hubungan, Alquran, hadis, restrukturisasi, subordinasi,mubayyin, nasakh

Maizuddin: Menyoal Hubungan Hadis dengan Al-Qur'an …144

PENDAHULUANAdalah sebuah konsensus umat Islam bahwa hadis dipandang sebagai

salah satu sumber (mashadir) hukum di samping Alquran.1 Ia diyakini sebagaisumber otoritatifhukum Islam bersama Alquran. Konsensus ini dibangunberdasarkan fakta bahwa Alquran, ketika berbicara otoritas,seperti dinyatakanRahman, sering mempersandingkan Nabi dengan Allah dan dalam sejumlah besarayat kaum beriman diperintahkan untuk taat kepada Allah dan utusannya.2

Sebagai dua sumber hukum, Alquran telah menyatakan hubungan keduasumber ini, yakni bahwa pada pokoknya hadis sebagai penjelas (mubayyin)petunjuk-petunjuk Alquran. Dengan bentuk hubungan ini, maka posisi hadissebagai sumber hukum adalah suborniasi terhadap Alquran. Tetapi untukkepentingan-kepentingan teknis hukum,posisi subordinasi ini diijtihadkan olehpara mujtahid,baik pada tingkat tokoh-tokoh sahabat maupun imam mazhab kedalam bentuk dan model yang beragam. Demikian pula fungsi mubayyin inidielaborasi lebih jauh ke dalam model-model juga yang beragam. Model-modeltersebut telah mendasari munculnya produk-produk hukum fiqh.

Tak terkecuali hukum-hukum kewarisan, sebagiannya juga dibangunberdasarkan model penerapan hubungan hadis dengan Alquran. Adalah modeltertentu hubungan hadis dengan Alquran telah menjadi arus besar dan melandasiproduk hukum kewarisan. Namun demikian, posisinya sebagai arus besar takmenutup kemungkinandilakukannya restrukturisasi hubungan hadis dengan hadisdengan Alquran. Rekonstruksi ini tentu saja akan berujung pada perubahan batangtubuh fiqh.

Artikel ini membahas bagaimana pemikiran hubungan hadis denganAlquran dan kemungkinan untuk restrukturisasi hubungan tersebut. Untukkepentingan itu, maka beberapa sudut pandang yang menjadi fokus artikel iniadalah dasar pemikiran hubungan hadis dengan Alquran, bagaimana polahubungan hadis dengan Alquran terutama dalam pandangan imam mazhab danbagaimana kemungkinan restrukturisasi hubungan hadis dengan Alquran.

DASAR PEMIKIRAN HUBUNGAN HADIS DENGAN ALQURANSebagai salah satu sumber hukum di samping Alquran, hadis memiliki

karakteristik tersendiri yang berbeda dengan Alquran. Pertama, hadis merupakansabda Rasul, sedangkan Alquran adalah kalam Allah. Kedua, hadis padaumumnya bersifat zhani al-wurud (kemunculannya dari Nabi bersifat dugaankuat), sebab pada umumnya ia datang tidak dalam bentuk mutawatir.3 Sedangkan

_____________1Meskipun terdapat sebagian kecil umat Islam pada masa klasik dan kemudian juga

muncul di dunia Islam modern yang menyatakan hadis tidak menjadi penting dan perludiperhatikan dalam mengamalkan ajaran Islam. Mereka dikenal dengan ingkar sunnah. Namunpandangan ini tanpaknya tak diterima di kalangan umat Islam secara luas, sehingga pandangan initenggalam dalam arus sejarah. Dengan demikian, pandangan ini tentu dapat dikesampingkandalam melihat pandangan umat Islam terhadap hadis Nabi.

2Fazlur Rahman, Islam, terj. Ahsin Mohammad, judul asli: Islam, Pustaka, Bandung,1984, hal. 62

3Istilah mutawatir adalah istilah yang digunakan dalam ilmu hadis yang menunjukkanpada pada periwayatan yang dilakukan oleh orang banyak yang menurut adat kebiasaan mustahilmereka bersepakat untuk berdusta, di mana periwayatan oleh orang banyak tersebut terjadi padasetiap thabaqat (generasi).

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 145

Alquran bersifat qath’i al-wurud (pasti keberadaannya) karena ia datang dalambentuk mutawatir, Ketiga, Alquran merupakan ajaran pokok, sedangkan hadisberfungsi sebagai penjelas (mubayyin) ajaran-ajaran Alquran.4

Perbedaan karakter dua sumber hukum ini membawa konsekuensi logistersendiri berkenaan dengan hubungan di antara keduanya, baik dari sisi posisimaupun fungsinya. Dari sudut posisinya, kedudukan hadis merupakan subordinasiterhadap Alquran, yakni hadis sebagai sumber hukum kedua. Hadis Mu’adz ibnJabal yang mengisyaratkan kronologis penggunaan sumber hukum dalammemutuskan perkara sering dijadikan sebagai sandaran pemikiran ini. Sebagaisumber hukum kedua, maka penetapan hukum tidak didasarkan terlebih dahulupada hadis, tetapi pada Alquran. Selama kebutuhan penetapan hukum dapatdijawab oleh Alquran, maka tidak boleh mencari jawaban di luar Alquran,termasuk hadis. Di samping itu, sebagai sumber kedua, maka hadis harus sejalandengan ajaran Alquran, tidak boleh bertentangan dengan Alquran. Posisisubordinasi hadis terhadap Alquran dapat ditemukan dalam pemikiran ushul fiqhsemua mazhab—Sunni: Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali, Zahiri dan Syi’i: Ja’faridan Zaidi.

Dari segi fungsinya, hadis menjadi penjelas (mubayyin) ajaran-ajaranAlquran. Hal ini ditegaskan sendiri oleh Alquran berkenaan dengan tugas Nabimenjelaskan Alquran: Dan Kami turunkan kepadamu Alquran, agar kamumenerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dansupaya mereka memikirkan (QS. Al-Nahl: 44) Dalam kajian ushul fiqh,ditemukan bahwa funqsi penjelas ajaran Alquran itu dalam beberapa bentuk:Pertama, fungsi bayanta’kid. Dalam hal ini hadis berfungsi sebagai penegas apayang telah disebutkan Alquran. Kedua, fungsi (bayan tafsir). Dalam hal ini hadisberfungsi memberi penjelasan terhadap ayat-ayat Alquran, baik menjelskan artiyang samar, merinci ketentuan global, membatasi ketentuan yang umum maupunmemperluas maksud dari suatu ketentuan yang disebut Alquran, atau bahkanmenjelaskan nasakhnya suatu ayat Alquran. Ketiga, fungsi bayan itsbat/insya’.Dalam hal ini, hadis berfungsi menetapkan suatu hukum yang secara jelas tidakdisebutkan Alquran.5

Untuk kepentingan mempertahankan strukturnya sebagai sumber hukumdan menerapkanfungsinya terhadap Alquran, hubungan hadis dengan Alquranterlihat dalam beberapa teori yang berbeda. Perbedaan teori ini disebabkan sudutpandang yang berbeda, yakni mempertahankan struktur hadis sebagai sumberajaran kedua setelah Alquran atau menguatkan fungsi hadis sebagai penjelasAlquran meskipun dengan mengkaburkan struktur hadis sebagai sumber keduayang bersifat zhanni al-tsubut.

BEBERAPA TEORI HUBUNGAN HADIS DENGAN AL-QURANPada masa sahabat, disebabkan pengetahuan-pengetahuan keagamaan

mereka bersifat internalisasi dan praktis maka pandangan mereka tentanghubungan hadis dengan Alquran tidak tersistematisasi dengan baik. Pemikiran

_____________4Al-Hajawi, Said Muhammad ibn al-Hasan, al-Fikr al-Sami fi Tarikh al-Fiqh al-Islami,

Mathba’ah al-Nahdhah, Juz I, hal. 295Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, Dar al-Fikri, Al-Arabi, t.t, hal. 112; Wahbah

al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, Dar al-Fikri, Damsyiq, 1986, hal. 461-463; ‘Abd al-KarimZaidan, al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh, Muassasah Qurthubah, t.t., hal. 177

Maizuddin: Menyoal Hubungan Hadis dengan Al-Qur'an …146

mereka bersifat praktis dan tersebar dalam berbagai contoh-contoh praktis. Tetapikelahiran tokoh-tokoh imam mazhab telah memberikan gambaran yang sistematiskepada kita berkenaan dengan pandangan-pandangan mereka tentang hubunganhadis dan Alquran.

Dalam amatan penulis, pembicaraan ulama mazhab berkenaan denganhubungan hadis dengan Alquran, terpusat pada tiga sudut, yakni: Pertama,berkenaan posisi hadis terhadap Alquran sebagai dua sumber hukum. Fokuspembicaraan tentang hal ini adalah mana di antara kedua sumber ini yang lebihdiutamakan dan diperhatikan, dan mana pula di antara kedua sumber ini yangpaling menentukan.Kedua, persyaratan hadis sebagai bayan Alquran.Pembicaraan ini mengarah kepada apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhisebuah hadis agar dapat melakukan fungsinya sebagai bayan Alquran. Ketiga,persoalan kelayakan Alquran me-nasakh hadis dan hadis me-nasakh Alquran.Persoalan yang dibicarakan adalah sejauh mana Alquran dapat me-nasakh hadisdan demikian pula sejauh mana kemungkinan hadis dapat me-nasakh Alquran.

Subordinasi Hadis terhadap AlquranPosisi subordinasi hadis terhadap Alquran ditegaskan terutama oleh Rasul

sendiri. Hadis Mu’az ibn Jabal yang menyatakan urutan sumber hukummemutuskan perkara merupakan salah satu riwayat yang sering dikutip menjadiargumen subordinasi hadis terhadap Alquran. Begitu pula praktek para sahabatseperti surat Umar ibn Khaththab kepada Syuraih yang bertindak sebagai qadhi,yang mengingatkan agar memperhatikan kitabullah baru kemudian hadis, ataupernyataan Ibnu Mas’ud agar memperhatikan Alquran yang menunjukkankesadaran sahabat akan subordinasi hadis terhadap Alquran.6 Itu sebabnyamengapa posisi subordinasi diterima secara luas di kalangan Imam mazhab, tidakterdapat perbedaan pendapat.

Sebagai subordinasi terhadap Alquran, hadis tidak lebih didahulukan daripada Alquran. Hal ini, baik disebabkan karena hadis adalah sabda Rasul sebagaiutusan Tuhan, sementara Alquran merupakan kalam Tuhan yang mengutus Rasul,dan ibadah membacanya. Di sisi lain status hadis pada umumnya bersifat zhannial-tsubut dibanding Alquran yang seluruhnya qath’i al-tsubut, karenapenyampaiannya secara mutawatir.7Demikian pula bila dipandang dari sudutfungsinya sebagai bayan terhadap ayat-ayat Alquran. Sesuatu yang qath’ididahulukan dari pada sesuatu yang zhanni. Demikian pula sebagai bayan, hadismengikuti mubayyan (yang dijelaskan) dan karenanya mubayyan lebihdidahulukan.8 Itu sebabnya pemikiran ushul fiqh semua mazhab—Hanafi, Maliki,Syafi’i, Hanbali dan Syi’i—berkenaan dengan sumber dan dalil hukum, hadisditempatkan sebagai sumber atau dalil hukum kedua setelah Alquran.

Imam mazhab yang lebih awal seperti Abu Hanifah tampak lebih ketatmempertahankan subordinasi hadis terhadap Alquran. Baginya hadis yang datangdalam bentukkhabar ahadtidak digunakan sebagai takhsish keumumannya dan

_____________6Tentang surat Umar ibn Khathab dan pernyataan Ibn Mas’ud, lihat misalnya kutipan

Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, Dar al-Fikri, Damsyiq, 1986, hal. 461. Selanjutnyadisebut Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami.

7Al-Hajawi, Said Muhammad ibn al-Hasan, al-Fikr al-Sami fi Tarikh al-Fiqh al-Islami,Mathba’ah al-Nahdhah, Juz I, hal. 29

8Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, hal. 461

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 147

perinci ke-muthlaq-an al-Qur’an.9Imam Malik sedikit lebih longgar ketimbangImam Abu Hanifah menerapkan subordinasi hadis terhadap Alquran. ImamSyafi’i yang datang kemudian tampak menolak secara ketat subordinasi hadisterhadap Alquran yang berujung pada pengebawahan hadis dibawah prinsip-prinsip Alquran. Ia sedemikian gigih membela khabar wahid sehingga tidakboleh ditinggalkan karena bertolak bekalang dengan lahiriah Alquran. Baginyatidak ada hadis-hadis yang bertolak belakang, malah memperjelas arti Alquran.Karena itu, ia tidak menerima Alquran sebagai kriteria keotentikan sebuah hadisahad. Hadis ahad bila telah sahih mesti diamalkan.10 Untuk kepentingan ini,maka ia seringkali tanpak memalingkan makna lahir Alquran untuk menghindaripertentangannya dengan makna lahir hadis yang lebih ia pertahankan.

Oleh praktek pengikut-pengikutnya di kemudian hari subordinasi hadisterhadap Alquran semakin kabur. Pernyatan al-sunnah qadhiyatun ‘ala al-kitabmerupakan sebuah pernyataanyang dapat dipahami kuatnya posisi hadis terhadapAlquran. Pernyataan ini telah menjadikan pandangan sebagian orang padapengutamaan hadis dibanding Alquran. Tidak sampai di situ hadis juga dipandangdapat me-nasakh ayat-ayat Alquran, bahkan sebagian tidak membedakan hadismutawatir, masyhur, bahkan hadis ahad dapat me-nasakh Alquran.11

Paling tidak ada dua alasan menguatnya posisi hadis dalam produk-produkhukum, seperti yang diungkap Mustafa al-Sibai, yaitu: pertama, keumuman lafazmembutuhkan kejelasan sunnah, sehingga sunnah merupakan penentu. Kedua,terdapatnya ayat-ayat yang memiliki makna alternatif di mana sunnah menentukanalternatif-alternatif tersebut.12Kemunculan imam al-Syafi’i dan seiring denganmazhabnya yang diterima secara luas menjadikan pola hubungan hadis danAlquran dalam model ini telah menjadi arus besar yang menelorkan produk-produk hukum yang sangat banyak.

Persyaratan Berlakunya Fungsi Mubayyin HadisJelas sekali dan telah diterima oleh semua pihak bahwa hadis memiliki

fungsi sebagai bayan Alquran. Ini berarti bahwa hadis dapat merinci,mengkhususkan dan membatasi aturan-aturan Alquran. Tetapi, sebagai bayanAlquran, hadis mestilah memenuhi dua persyaratan utama. Pertama, dari segikebenaran materinya, bahwa hadistersebut bersumber dari Nabi. Kedua, dari segikekuatan penunjukkannya terhadap hukum, yaitu bahwa hadis tersebut secarapasti memberikan penjelasan terhadap hukum dalam Alquran.Sampai di sini paraimam mazhab tampaknya memiliki kesepakatan.

Tetapi, terdapat juga persyaratan lain yang ditegaskan secara berbeda olehimam-imam mazhab. Abu Hanifah menegaskan bahwa hadis yang digunakansebagai mubayyin Alquran haruslah hadis yang memiliki status keberadaanyayang kuat. Hal ini disebabkan keumuman lafazh Alquran yang mencakup seluruh

_____________9Rif’at Fauzi Abdul Muthalib, Taustiq al-Sunnah fi al-Qarni al-Tsani al-Hijriy: Asasuhu

wa Itijahatuhu, Maktabah al-Khanatiji, 1981, hal. 290. Selanjutnya disebut Rif’at Fauzi AbdulMuthalib, Taustiq al-Sunnah.

10Pendapatnya ini dapat dirujuk pada karyanya al-Risalah ketika membicarakan tentanghadis. Lihat al-Syafi’i, al-Risalah, hal.

11Musfir Azhmillah al-Damini, Maqayis Naqdi Mutun al-Sunnah, Riyadh, 1984, hal. 322-323. Selanjutnya disebut Musfir Azhmillah al-Damini, Maqayis Naqdi Mutun al-Sunnah.

12Musthafa al-Siba’i, al-Sunnah wa Makanatuha fi Tasyri’ al-Islami, Dar al-Waraq, 20٠٠,hal. 413

Maizuddin: Menyoal Hubungan Hadis dengan Al-Qur'an …148

afradnya bersifat qath’i al-dilalah. Demikian juga berlaku dalam halkemutlakannya. Atas dasar ini, maka hadis yang memiliki status di bawah hadismutawatir dan masyhur seperti hadis ahad13 tidak memenuhi persyaratan untukmenjadi mubayyin Alquran. Pertentangannya dengan Alquran harus dianggapsebagai sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Terlarang mendahulukan khabarwahidatas lahiriah Alquran. Karena hal itu berarti meninggalkan hukum yanglebih kuat dan mengamalkan yang lebih lemah.14

Imam Malik dalam contoh-contoh fiqhnya terkadang tidak menggunakankhabarwahid sebagai bayan Alquran dalam beberapa persoalan, tetapimenggunakannya sebagai bayan Alquran dalam kaitannya dengan persoalan lain.Imam Malik misalnya tidak menggunakan hadis larangan Nabi memakan burungyang memiliki cakar sebagai bayantakhsish surat al-An’am ayat 145 yangmembolehkan semua burung, termasuk yang memiliki cakar. Tetapi, iamenggunakan hadis yang menunjukkan keharaman mengumpulkan seorangperempuan bersama bibinya sebagai isteri sebagai bayantakhshish ayat Alquransurat al-Nisa’ ayat 24 yang membolehkannya secara umum.

Dari sini muncul analisis bahwa Imam Malik menerapkan fungsibayankhabar ahad bila didukung oleh amal ahli Madinah.15 Hal inidikarenakan Imam Malik berpendapat bahwa praktek penduduk Madinahdalam urusan agama berdasarkan periwayatan masyhur dan tersebar luas.Tetapi bila hadis tersebut bertolak bekalang dengan amal ahli Madinah, makahadis ahad dimaksud akan kehilangan fungsi bayan-nya terhadap Alquran.

Imam Syafi’i yang datang kemudian, mengkritik semua persyaratan yangdimajukan oleh imam mazhab sebelumnya, termasuk juga contoh-contoh yangdimajukan.Baginya bila hadis telah sahih, sekali pun ia dalam bentuk khabarahad,hadis tersebut dapat menjadi bayanAlquran. Tampaknya tidak ada persyaratanlain yang dimajukan oleh Imam Syafi’i selain persyaratan kebenaran materi hadissebagai berasal dari Rasulullah dari sudut ilmu hadis.16 Ia menolak sama sekalipersyaratan yang diajukan imam mazhab sebelumnya. Hal ini disebabkan al-Syafi’i mempersepsi keumuman dan kemutlakan pernyataan Alquran bersifatzhanni al-dilalah. Atas dasar ini, maka khabar wahid yang juga bersifat zhanni_____________

13Dari segi jumlahperawi, ulama membagi hadis menjadi tiga jenis, yaitu mutawatir,masyhur dan ahad. Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yangmenurut adat kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk berdusta, dari awal sanad sampai akhirsanad. Sedangkan hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak tetapi tidakmencampai jumlah mutawatir pada tingkat sahabat, meskipun mencapai jumlah mutawatir padarawi setelahnya. Atau sebagian juga memandang bahwa dimaksudkan dengan hadis masyhuradalah masyhur di kalangan tertentu. Dan untuk kepentingan istinbath hukum, sebagian orangmensyaratkan masuk dalam pengertian masyhurtersebut adalah masyhur di kalangan para sahabat.Sedangkan hadis ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi atau lebih tetapi tidakmencapai jumlah rawi pada masyhur dan mutawatir. Lihat Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushulal-Hadits, Ulumuhu wa Musthalahuhu, Dar al-Fikri, Beirut, 1989, hal. 301-302

14Musfir Azhmillah al-Damini, Maqayis Naqdi Mutun al-Sunnah, hal. 30815Rif’at Fauzi Abdul Muthalib, Taustiq al-Sunnah hal. 29816Imam Syafi’i menulis syarat keabsahan bagi khabar wahid sebagai berikut: 1) harus

terpercaya dalam agamanya, 2) dikenal senantiasa benar dalam penyampaian berita, 3) memahamimakna dari adanya perubahan lafaz, 4) meyampaikan hadis secara lafzi, bukan maknawi, 5)memiliki daya ingat yang tinggi ketika meriwayatkannya secara lisan, dan dapat menjagacatatannya bila meriwayatkan secara tertulis, 6) redaksinya sesuai dengan riwayat para dhabit, dan7) tidak menyatakan meriwayatkan hadis dari orang yang tidak dia dengar (tadlis). LihatMuhammad ibn Idris al-Syafi’i, al-Risalah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, hal. 370.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 149

bila sudah dapat dipastikan kebenaran materinya berasal dari Rasulullah dapatmenjadi bayan Alquran.

Dalam hal hadis tersebut menyalahi lahir Alquran, al-Syafi’i berusahamenggiring makna Alquran sedemikian rupa meskipun dengan mentakwilkannyasehingga hadis tersebut dapat berfungsi sebagai bayanAlquran. Dalam kasushadisriwayat Abu Hurairah menyatakan peradilan dapat diputuskan dengan satu saksidan sumpah.17 Imam al-Syafi’i menggiring makna lahiriah Alquran yangmenyatakan keharusan dua saksi:Dan persaksikanlah dengan dua orang saksidari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh)seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai ... (QS.Al-Baqarah: 282), dengan memahami bahwa dua orang saksi itu adalah untukkesempurnaan sebuah kesaksian, bukan sebagai keharusan tegaknya sebuahkesaksian.18

Melihat hubungan hadis dengan Alquran di mana teori Imam Syafi’imenjadi populer, maka dalam prakteknya terlihat hadis sebagai bayan Alqurantidak lagi harus memenuhi kriteria tertentu. Imam al-Syafi’i tampak mengabaikanteori kritik matan hadis yang sudah dibangun oleh imam mazhab sebelumnya.Satu-satunya kriteria yang tampak adalah bahwa hadis yang menjadi bayanAlquran haruslah dapat dipastikan kebenarannya materinya terutama darirangkaian sanad-nya.

Persoalan Nasakh Hadis dengan Alquran dan SebaliknyaPersoalan lain yang berkaitan dengan hubungan hadis dengan wahyu

adalah kemungkinan Alquran menasakh hadis dan sebaliknya hadis menasakhAlquran. Seperti pada dua poin sebelumnya, pembicaran tentang hal ini jugamemunculkan keragaman pendapat di antara imam dan tokoh mazhab. Ini berartibahwa peran ijtihad sangat kuat dalam persoalan ini.

Berkenaan dengan nasakh hadis dengan Alquran, mazhab Hanafimengadopsinya. Seperti yang telah dijelaskan bahwa hadis yang berfungsi sebagaibayan terhadap Alquran mestilah memiliki kekuatan status dan sebanding. Bilatidak sebanding, maka hadis tidak dapat menjadi bayan Alquran, bahkan dapatdipandang sebagai nasakh terhadap hadis ketika lahiriahnya bertentangan denganlahiriah Alquran.

Al-Syafi’i menyetujui kemungkinan nasakh hadis dengan Alquran. Tetapiia membuat persyaratan bahwa harus ada hadis lain yang menjelaskannasakhnya.19Dengan demikian, Alquran tidak dapat secara mandiri me-nasakhhadis. Bila persyaratan bahwa harus terdapat hadis lain yang memberipenjelasan, maka sesungguhnya dengan demikian, dapat dipahami bahwa hadislahsyarat ini adalah bahwa nasakh hadis bukan dengan Alquran, tetapi nasakh hadisdengan hadis lainnya. Dengan demikian, dapat saja disimpulkan bahwa padadasarnya Imam al-Syafi’i tidak membenar nasakh hadis dengan Alquran.

_____________17Kutipan terjemahan hadis sebagai berikut: (Hadis riwayat dari) Abu Hurairah bahwa

Nabi memutuskan (perkara) dengan sumpah dan satu orang saksi. HR. Abu Daud, Tirmidzi danAhmad. Lihat Abu Daud Sulaiman ibn al-‘Asy’ats al-Sijistani, Sunan Abi Daud, Dar al-Kitab al-‘Arabi, Beirut, t.t, Juz III, hal. 342

18Rif’at Fauzi Abdul Muthalib, Taustiq al-Sunnah hal. 308. Imam Abu Hanifah danpengikutnya mengikuti lahiriah Alquran, dan tidak menjadikan 292-294.

19Musfir Azhmillah al-Damini, Maqayis Naqdi Mutun al-Sunnah, hal 326

Maizuddin: Menyoal Hubungan Hadis dengan Al-Qur'an …150

Apa yang disyaratkan Syafi’i berkenaan dengan nasakh Alquran terhadaphadis tampak bahwa ia memberi penguatan yang luar biasa terhadap hadis; bahwanasakh hadis dengan Alquran pun harus memiliki penjelasan dari hadis. Sikap initentu sejalan dengan upaya al-Syafi’i dalam meneguhkan kedudukan hadis bilatelah sahih dan upaya preventif terhadap penolakan terhadap hadis berdasarkanayat-ayat Alquran yang bertentangan dengannya, Karena dalam pandanganmazhab awal, bahwa pertentangan sebagian hadis ahad dengan Alquranmerupakan petunjuk bahwa hadis itu telah dinasakh oleh ayat Alquran itu sendiri.

Berkenaan dengan nasakh Alquran dengan hadis, Al-Syafi’i menyatakanbahwa hadis tidaklah me-nasakh Alquran. Dalam hal ini tidak ada pembedaankategori hadis, baik hadis mutawatir maupun ahad, dipandang tidak dapat me-nasakh Alquran. Nasakh Alquran hanya dapat terjadi dengan yang semisalnya,yakni Alquran juga. Hal ini disebabkan karena ia merupakan kalam Tuhan yangtidak seorang pun dapat me-nasakh-nya. Tetapi, di sisi lain, ia juga menunjukkanbahwa hadis menjelaskan nasakh Alquran oleh Alquran sendiri.

Dalam konteks ini, pemikiran al-Syafi’i berkenaan dengan kemungkinannasakh Alquran dengan hadis, tidaklah menjadi arus besar. Tetapi yang menjadiarus besar adalah pemikiran bahwa Alquran boleh di-nasakh oleh hadismutawatirdan hadis masyhur.Pemikiran ini sepeti yang diungkap oleh Musfir Azmillah al-Damini, dianut oleh jumhur fuqaha, mutakallimin dari mazhab Asy’ari danMu’tazili dan juga sebagian mujtahid-mujtahid dari mazahab Syafi’i.20

Tetapi, terlihat juga dalam prakteknya terjadi perbedaan dalam kepastiannasakh-nya hukum-hukum yang telah ditetapkan Alquran dengan sebagian hadis.Berkenaan dengan ayat wasiat yang memerintahkan orang mukmin yang ditimpasakit berat agarberwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara makrufsebagai suatu kewajiban, jika ia meninggalkan harta yang banyak (Al-Baqarah:180), sebagian mereka yang membolehkan nasakh Alquran dengan hadismenyatakan ayat ini sudah dinasakh oleh hadis yang menyatakan tidak ada wasiatbagi ahli waris. Sedangkan sebagian lagi menyatakan bahwa ayat Alquran tersebuttidak di-nasakh oleh hadis, tetapi di-nasakh oleh ayat Alquran sendiri tentangmawaris. Kesimpulan ini mendapat penguatan dari riwayat Ibnu Abbas yangmenyatakan ketika membacakan ayat tersebut: Begitulah (aturan tentang wasiat)sehingga di-nasakh oleh ayat-ayat mawarits.21

Ibnu Hazmin dari mazhab zahiri bahkan memperluas nasakh Alquran olehhadis hingga khabarwahid sekalipun. Baginya hadis yang datang dalam bentukmutawatir atau khabar ahad sama saja, memiliki kekutan status yang sama, yaituqath’i al-tsubut. Karena itu, sebagiannya dapat me-nasakh yang lain, hadisdengan hadis, hadis dengan Alquran atau Alquran dengan hadis.

KE ARAH RESTRUKTURISASI HUBUNGAN HADIS DENGANALQURAN

Teori hubungan hadis dengan Alquran yang dimunculkan kemudian olehImam Syafi’i telah menjadi arus besar dan tampak sangat kuat. Dalam kaitan iniAl Yasa Abubakar menulis:

_____________20Musfir Azhmillah al-Damini, Maqayis Naqdi Mutun al-Sunnah, hal 322-32321Musfir Azhmillah al-Damini, Maqayis Naqdi Mutun al-Sunnah, hal 324

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 151

Dengan perjalanan waktu, pendapat Imam Syafi`i ini diterima secara luas,sehingga dapat dianggap telah menjadi paradigma umum yang terusdiikuti; menjadi yang paling berpengaruh, bahkan mungkin yang dianggappaling benar di kalangan umat Islam sampai sekarang. Sepanjang bacaanpenulis tidak ada ulama yang membantah tesis ini sampai dengan awalzaman modern. Baru di zaman modern muncul beberapa ulama yangberusaha meninjau ulang kebenaran tesis Imam Syafi`i ini, dan itupunboleh dikatakan baru terjadi pada tataran teoritis. Sedang pada tataranpraktis, perspektif bahkan paradigma yang berkembang dan diamalkanmasyarakat luas masih paradigma Imam Syafi`i, bahwa hadis tidak bolehdinasakh oleh Alquran, kesahihan hadis dinilai hanya berdasarkansanadnya (tidak ada kritik matan), dengan demikian hadis yang sahihsanad sudah boleh men-takhshish, mentakwil, menambah atau membuatketentuan baru yang tidak ada dalam Alquran.22

Teori Imam Syafi’i ini telah banyak dipergunakan dalam melahirkanproduk-produk fiqh. Tetapi, meskipun demikian, model hubungan hadis denganAlquran seperti yang telah digagas oleh para imam mazhab tersebut adalah sebuahijtihad, dan karena itu tentu saja tidak bersifat mutlak benar, baik dipahami dalampengertian keseluruahan maupun maupun bagian-bagiannya. Atas dasar ini, masihterbuka ruang restrukturisasi terhadap hubungan hadis dengan Alquran untukditawarkan.

Beberapa kritik terhadap hukum fiqh yang dibangun berdasarkanhubungan hadis dengan Alquran telah dimunculkan oleh para pengkaji hukumIslam. Amir Syarifuddin misalnya ketika mencermati pengertian walad yangsharih di dalam Alquran sebagai anak laki-laki dan perempuan,23 dibatasimaknanya oleh jumhur ulama kepada anak laki-laki saja berdasarkan indikasisebuah hadis,24 menulis sebagai berikut:

Seandainya jumhur ulama konsisten dengan arti walad sebagaimanaterdapat pada tempat lain yang semuanya berarti anak laki-laki danperempuan, tentunya walad di sini pun akan berarti demikian. ... Tetapiternyata mereka memahami walad di sini hanya dengan anak laki-laki.Artinya, juhmur ulama tidak konsisten dalam pendapatnya memahami katawalad itu.25

Apa yang dinyatakan Amir Syarifuddin di atas menunjukkan bahwapenggunaan model tertentu hubungan hadis dengan Alquran yang telahmelahirkan hukum fiqh dipandang masih menyisakan persoalan. Pertama,_____________

22Al Yasa Abubakar, Mencari Paradigma Fiqh Baru dalam Konteks Kekinian danKeindonesiaan: Belajar dari Pengalaman Aceh, www.alyasaabubakar.com, diakses tgl 15 Oktober2013

23Kata walad ditemukan dalam Alquran sebanyak 33 kali dan 23 kali dalam bentukjamak. Khusus dalam ayat-ayat warisan yang menyebut hak anak-anak terdapat 8 kali kata waladdan satu kata aulad. Keseluruhan kata ini berarti anak laki-laki dan perempuan. Jumhur ulama jugamemandang demikian, sebab dalam. Hal ini disebabkan kata walad secara bahasa sendiri berkaitanmaknanya dengan yang dilahirkan yakni anak laki-laki dan perempuan. Di samping itu, kata waladdalam salah satu ayat Alquran diikuti dengan kata min dzakarin aw untsa (berupa jenis laki-lakidan perempuan).

24Hadis yang digunakan oleh jumhur ini Huzail ibn Syurahbil yang menyatakan bahwaIbnu Mas’ud mengemukakan sebuah keputusan Rasulullah yang memberikan hak warisan kepadaanak perempuan, saudara perempuan dan cucu perempuan.

25Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hal. 161-162

Maizuddin: Menyoal Hubungan Hadis dengan Al-Qur'an …152

penggunaan hadis tersebut untuk membatasi makna kata walad memperlihatketidakkonsistentenan memahami kata walad. Kedua, dengan pembatasan maknakata tersebut maka kelihatan bahwa jumhur merendahkan posisi perempuan dimana ia dipandang tidak memiliki kekuatan menghjiab garis, sehingga saudaratetap mewarisi bersama-sama anak perempuan, berbeda dengan keberadaan anaklak-laki yang keberadaannya dapat menutup garis sisi.

Dalam kasus di atas, sebagian orang cenderung membandingkannyadengan pandangan kaum Syi’i yang terlihat konsisten dalam memahami katawalad sebagai anak laki-laki dan perempuan dalam seluruh ayat Alquran.Pemakanaan lurusini disebabkan mereka tidak menggunakan hadis ini, ketikaAlquran sendiri telah menunjukkan makna kata yang digunakannya secara sharih.Dengan demikian, terlihat bahwa pemahaman kata walad menjadi lurus dalamsemua ayat Alquran dan kedudukan perempuan dalam hukum warisan menjadikuat, sama kuatnya dengan anak laki-laki yang dapat menghijab garis sisi.

Di sisi lain, berkembangnya studi tentang karakteristik hadis telahmenujukkan dan menegaskan kembali beberapa identitas hadis. Di antara identitastersebut adalah bahwa sebagian hadis-hadis Nabi bersifat muaqqat (temporal),yakni petunjuk hadis dimaksudkan mengikat dalam situasi atau kondisi tertentu.Muhammad Abu Zahrah misalnya, ketika menganalisis hadis Nabi tentangmemelihara jengot, mengukuhkan pendapat yang menyatakan bahwa hadistersebut merupakan perintah yang dimaksudkan sebagai adat kaum Nabi, bukansebagai ketetapan syariat. Karena ‘illat perintah tersebut adalah untukmembedakan dengan kebiasaan Yahudi dan Majusi yang pada waktu itumencukur jenggot.26 Dengan pandangan ini, dapat dilihat bahwa hadis tersebutbersifat muaqqat. Yusufal-Qaradhawi ketika mencermati hadis-hadis perintahmelihat hilal untuk memastikan masuknya bulan Ramadhan menyatakan bahwaperintah tersebut sesuai dengan keadaan pada masa itu.27 Ini berarti bahwa hadistersebut tidak dimaksudkan untuk menetapkan garis hukum yang bersifat tetap(muabbad). M. Quraish Shihab, Muhammad Amin Suma, Syuhudi Ismail,Syamsul Anwar dan lain-lain juga menegaskan adanya sifat temporal (muaqqat)dan sifat juz’i sebuah hadis.28 Hadis-hadis yang bersifat muaqqat dan juz’i dapatmemunculkan persoalan tereduksinya sifat muabbad dan kulli ajaran Alquranketika ia digunakan sebagai bayan.

Berangkat dari kenyataan di atas, maka upaya restrukturisakusi hubunganhadis dengan Alquran menjadi sebuah peluang dimana tuntutan ke arah itu dapatdipandang mendesak. Teori-teori hubungan hadis yang dimunculkan oleh ImamSyafi’i belakangan yang telah menjadi arus besar masih menimbulkan beberapakejanggalan ketika digunakan untuk melahirkan produk-produk hukum fiqh, baikdari segi materi hukum itu sendiri maupun citra hukum itu sendiri. Restrukturisasiini tidaklah dalam pengertian menggantikan seluruh teori-teori yang telahdibangun oleh Imam al-Syafi’i, tetapi memperbaharui pada sudut-sudut tertentu

_____________26Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, Dar al-Fikri al-‘Arabi, t.t., hal. 11527Yusuf al-Qardhawi, Kajian Kritis Pemahaman Hadis, Antara Pemahaman Tekstual dan

Kontekstual, Terj. A. Najiyullah, Judul Asli: al-Madkhal li Dirasâh al-Sunnah al-Nabawiyah,(Jakarta: Islamuna Press, 1994), hal. 213. Komentar yang sama

28Yunahar Ilyas (ed), Pengembangan Pemikiran terhadap Hadis, Lembaga Pengkajiandan Pengembangan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 1996, hal.53-90

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 153

dalam tiga ranah seperti yang telah digambarkan di atas, yakni subordinasi hadisterhadap Alquran, persyaratan berlakunya fungsi mubayyin hadis dan menyangkutnasakh mansukh antara hadis dengan Alquran. Berkenaan dengan subordinasihadis terhadap Alquran, bagaimana posisi hadis sebagai sumber kedua setelahAlquran dapat diperjelas, mengingat bahwa Alquran adalah wahyu Tuhan, bersifatqath’i al-tsubut, dan bersifat unversal.

Berkenaan dengan persyaratan berlakungya fungsi hadis sebagai bayanAlquran, hendaknya dipertimbangkan kembali kritik matan, sifat temporal hadis,serta pengetahuan tentang waktu munculnya hadis sehingga hadis yang muncullebih awal tidak digunakan sebagai penjelas ayat yang muncul belakangan.Sementara berkenaan dengan nasakh hadis dengan Alquran perludipertimbangkan kembali keberlakuannya. Dapat saja misalnya ayat yang munculkemudian tidak dijelaskan oleh hadis yang muncul lebih awal, tetapi ayat tersebutmenaskh hadis yang muncul lebih awal. Demikian pula sebaliknya nasakhAlquran dengan hadis dipertimbangkan untuk tidak dapat diterapkan, karenabagaimana pun Alquran adalah wahyu Allah yang tidak setara dengan ucapanmanusia dan juga disebabkan Alquran seluruh ayatnya bersifat pastikeberadaannya sebagai wayhu Allah (qath’i al-tsubut) sementara hadis padaumumnya bersifat dugaan kuat keberadaannya dari Nabi (zhanni al-tsubut).

KESIMPULANDalam merumuskan produk-produk hukum fiqh, hubungan hadis dengan

Alquran telah mengambil peranan yang sangat luas. Ia telah mendasari banyakproduk-produk hukum. Ada beberapa teori yang muncul dalam kaitan hubunganhadis dengan Alquran. Tetapi, teori yang ditawarkan oleh Imam Syafi’ibelakangan dan telah menjadi arus besar mengalahkan teori-teori imam mazhabsebelumnya. Teori hubungan hadis dengan Alquran yang ditawarkan oleh Syafi’itampak memberikan penekanan yang sangat kuat atas fungsi hadis sehinggaterkadang kelihatan mengaburkan posisi dan kedudukan hadis sebagai sumberkedua setelah Alquran. Di sisi lain, ia tampak mengabaikan kritik matan sehinggapersyaratan satu-satunya beralakunya fungsi hadis adalah bahwa kebenaran materihadis tersebut dari sisi sandarannya (sanad) dapat dipertanggungjawabkan.

Restrukturisasi terhadap hubungan hadis dengan Alquran masih memilikiperluang yang terbuka. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa: pertama, modelhubungan hadis dengan Alquran yang diterapkan untuk melahirkan produk-produk hukum adalah hasil ijtihad, dan karena itu ia tidak bersifat mutlak benar.Kedua, bermunculannya kritik-kritik terhadap beberapa produk fiqh yangdibangun berdasarkan hubungan hadis dengan Alquran menunjukkan bahwa teorihubungan hadis dengan Alquran tersebut masih menyisakan persoalan.Ketiga,semakin intensnya kajian menengai karakteristik hadis akan menegaskan identitashadis yang berbeda dengan Alquran, seperti sifat muaqqat dan juz’i-nya. Hadis-hadis yang bersifat muaqqat dan juz’i dapat memunculkan persoalan tereduksinyasifat muabbad dan kulli ajaran Alquran ketika ia digunakan sebagai bayan.

Maizuddin: Menyoal Hubungan Hadis dengan Al-Qur'an …154

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Al Yasa, Rekonstruksi Fiqih Kewarisan, Reposisi Hak-HakPerempuan, LKAS, Banda Aceh, 2012

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Kencana, Jakarta, 2004

Anwar, Syamsul, Peradaban Tanpa Kalender Unifikatif: Inikah Pilihan Kita?

Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail Abu Abd Allah, Shahĩh al-Bukhâri, (Beirut:Dar ibn Katsir al-Yamamah, 1987), Juz IV, V dan VIMuslim ibn al-Hajjaj,Abu al-Husain , Shahĩh Muslim, (Beirut: Dar al-Jail, Beirut, t.t), Juz VI

Al-Damini, Musfir Azhmillah, Maqayis Naqdi Mutun al-Sunnah, Riyadh, 1984

Fauzi Abdul Muthalib, Rif’at, Taustiq al-Sunnah fi al-Qarni al-Tsani al-Hijriy:Asasuhu wa Itijahatuhu, Maktabah al-Khanatiji, 1981

Al-Hajawi, Said Muhammad ibn al-Hasan, al-Fikr al-Sami fi Tarikh al-Fiqh al-Islami, Mathba’ah al-Nahdhah, Juz I

Ilyas Yunahar (ed), Pengembangan Pemikiran terhadap Hadis, LembagaPengkajian dan Pengembangan Islam (LPPI) Universitas MuhammadiyahYogyakarta, Yogyakarta, 1996

Al-Khathib, Muhammad ‘Ajjaj, Ushul al-Hadits, Ulumuhu wa Musthalahuhu, Daral-Fikri, Beirut, 1989

Al-Nasa’i, Ahmad ibn Syuaib Abu Abd al-Rahman, Sunan al-Nasâ’i, (Halb:Maktabah al-Mathbu’at al-Islamiyah, 1986), Juz IV

Al-Qardhawi Yusuf, Kajian Kritis Pemahaman Hadis, Antara PemahamanTekstual dan Kontekstual, Terj. A. Najiyullah, Judul Asli: al-Madkhal liDirasâh al-Sunnah al-Nabawiyah, (Jakarta: Islamuna Press, 1994)

Al-Qazwini, Muhammad ibn Yazid Abu Abdullah, Sunan Ibn Mâjah, (Beirut: Daral-Fikr, t.t.), Juz II

Rahman, Fazlur, Islam, terj. Ahsin Mohammad, judul asli: Islam, Pustaka,Bandung, 1984

Al-Siba’i, Musthafa, al-Sunnah wa Makanatuha fi Tasyri’ al-Islami, Dar al-Waraq, 20٠٠

Al-Sijistani, Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats, Sunan Abĩ Dâud, (Beirut: Daral-Kutub al-‘Arabi, , t.t), Juz III

Al-Syafi’i, Muhammad ibn Idris, al-Risalah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, hal.370.

Al-Syaibani, Ahmad ibn Hanbal Abu Abd Allah, Musnad al-Imâm Ahmad ibnHanbal, (al-Qahirah: Muassasah Qurthubah, t.t), Juz III

Al-Tirmidzi, Muhammad ibn ‘Isa Abu ‘Isa, Sunan al-Tirmidzi, (Beirut: Dar al-Ihya al-Turats al-‘Arabi, t.t.), Juz IV

Al-Zuhaili, Wahbah, Ushul al-Fiqh al-Islami, Dar al-Fikri, Damsyiq, 1986.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 155

MENYOAL PERUMPAMAAN (AMTSAL) DALAM AL-QUR’AN

MISKAHUDDINFakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Jl. Lingkar Kampus Kopelma Darussalam Kota Banda AcehEmail: [email protected]

ABSTRACTProverbs Qur'an is one of the discussion in the 'Ulum al-Qur'an is no less

important to the discussion of the other. In this case the Qur'an is believed toaccommodate issues proverbs contained in the verses. Quite a lot of lessons andbenefits that can be gleaned from the discussion of proverbs Qur'an. However notall the lessons and the benefits can be felt by all humans. Perhaps the reviewerQur'an itself to find things that are different from each other depending on one'sown perspective.

ABSTRAKAmsal al-Qur’an merupakan salah satu pembahasan dalam ‘Ulum al-

Qur’an yang tidak kalah pentingnya dengan pembahasan yang lain. Dalam hal inial-Qur’an diyakini mengakomodir persoalan amsal yang terkandung dalam ayat-ayatnya. Cukup banyak pelajaran dan manfaat yang dapat dipetik daripembahasan mengenai amsal al-Qur’an. Meskipun demikian tidak semuapelajaran dan manfaat tersebut dapat dirasakan oleh seluruh manusia. Boleh jadipara pengkaji al-Qur’an sendiri menemukan hal-hal yang saling berbeda satusama lain tergantung pada perspektif yang dimiliki seseorang.

PENDAHULUANAmtsal al-Qur’an merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pembahasan ‘Ulum al-Qur’an. Aspek-aspek kajian amtsal al-Qur’an lebihditekankan pada sudut teks al-Qur’an sendiri, baik dari segi bentuk maupunmakna dan kandungannya. Al-Qur’an yang diyakini berasal dari Allah SWTmemang memiliki sejumlah kelebihan, khusunya dalam dua dimensi ini. Bahkania cenderung dianggap sebagai mukjizat oleh karena kelebihannya tersebut.

Apabila al-Qur’an ditelaah secara mendalam maka dimensi amtsal al-Qur’an pasti ditemukan di dalamnya. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqy dari Abu Hurairah, sebagaimana yang dikutip oleh al-Suyuthi, bahwa al-Qur’an diturunkan dalam lima bentuk: halal, haram, muhkam, mutasyabih, danamtsal. Selanjutnya diperintahkan agar yang halal dilaksanakan, yang haramditinggalkan, yang muhkam diikuti, yang mutasyabih dipercaya, dan mengambilamtsal (perumpamaan) sebagai i’tibar.1

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa tujuan utama dari amtsaladalah untuk dijadikan sebagai i’tibar. Sebagai i’tibar tentunya cukup banyak_____________

1Al-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz II (Cet. III; Mesir: Syirkah Maktabah WaMathba’ah al-Mustafil al-Nafi al-Halaby, tt), h. 131

Miskahuddin: Menyoal Perumpamaan (Amtsal) dalam Al-Qur'an …156

pelajaran yang dapat dipetik dari keberadaan amtsal dalam al-Qur’an. Meskipundemikian, boleh jadi para pengkaji al-Qur’an menemukan hal-hal yang salingberbeda satu sama lain terhadap rahasia yang dikandung amtsal al-Qur’an. Haltersebut disebabkan perbedaan perspektif mereka dalam mengkaji ayat-ayat yangmengandung amtsal.

Berangkat dari masalah di atas, tulisan ini mencoba membahas tentangwujud-wujud perumpamaan (amtsal) di dalam al-Qur’an. Pembahasan dilakukansecara deskrptif analisis dengan berpijak pada sumber-sumber relevan yangjumlahnya cukup terbatas. Tujuannya ialah untuk menganalisa lebih lanjut tentangrahasia dibalik adanya amtsal al-Qur’an.

PENGERTIAN AMSALSecara etimologi, lafaz amtsal (أمثال) merupakan bentuk jama’ yang

diambil dari akar kata matsala (مثل) yang terdiri dari tiga huruf ( م ث ل ) yangsecara bahasa mempunyai makna yang sama dengan syabaha (شبھ) yang diartikandengan perumpamaan atau bandingan.2

Kebanyakan ulama mengatakan bahwa مثل dan شبھ mempunyai pengertianyang sama, bahkan Ahmad Jamal al-‘Umry menegaskan bahwa kedua lafaztersebut sama, baik ditinjau dari segi lafaz maupun makna.3 Namun demikian, al-Jurjany sebagaimana yang dikutip Muhammad bakar Ismail, justrumembedakannya dengan mengatakan bahwa تشبیھ sifatnya lebih umum daripadaتمثیل .4

Al-Ragib al-Asfahani mengartikan bahwa amtsal adalah suatu ungkapanyang menggambarkan sesuatu yang lain yang mempenyuai persamaan.5 AhmadJamal al-‘Umry mengatakan bahwa amtsal adalah mengungkapkan makna dengangaya yang sangat indah sehingga mudah ditangkap dan diresapi dalam hati baiklangsung maupun tidak langsung. Tujuan dari adanya amtsal dalam al-Qur’anadalah untuk menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain menurut hukum.Untuk itu, amtsal pada hakekatnya adalah bertujuan membuat lafaz yang sulitdapahami menjadi mudah.6

Manna’ al-Qaththan mengatakan bahwa مثل dalam konteks sastra adalahsuatu ungkapan perkataan yang dihikayatkan dan sudah popular dengan maksudmenyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatuyang menyebabkan perkataan itu diucapkan. Misalnya ungkapan رب رمیة من غیر رام(Betapa banyak lemparan yang mengena tanpa sengaja). Selanjutnya dikatakanbahwa kata مثل digunakan untuk menggambarkan arti keadaan dan kisah yangmenakjubkan. Dengan pengertian inilah kata مثل ditafsirkan pada kebanyakanayat.7

_____________2Zakariya ibn Husain Ahmad ibn Faris, Maqayis al-Lugah, Juz V (Cet. II; Mesir: Mustafa

al-Bab al-Halaby, tt), h. 2963Ahmad Jamal al-‘Umry, Dirasat fi al-Qur’an wa al-Sunnah (Cet. I; Kairo: Dar al-

Ma’arif, 1982), h. 1114Muhammad Bakar Ismail, Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an (Cet. I; Beirut: Dar al-Fikr, tt), h.

3435Al-Ragib al-Asfahany, Mu’jam Mufradat Alfaz al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, tt), h.

481-4826 Ahmad Jamal al-‘Umry, Dirasat fi al-Qur’an wa al-Sunnah, h. 1127Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (t,tp: Mansyurat al-‘Ashr,tt), h. 282

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 157

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa amtsal al-Qur’anadalah ungkapan-ungkapan dengan gaya bahasa yang indah yang berbentukpersamaan yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an, baik yang persamaannyajelas maupun tidak, sehingga kita dapat lebih mudah diresapi dan dijadikansebagai pelajaran.

Demikian pentingnya pengetahuan tentang amsal ini, maka Imam al-Syafi’i sebagaimana yang dikutip oleh al-Suyuti dalam kitabnya al-Itqan fi ‘Ulumal-Qur’an berpendapat bahwa mengetahui amstal al-Qur’an adalah wajib bagiorang yang ingin menggeluti ilmu-ilmu al-Qur’an sebagaimana halnya dengan al-Mawardy mengatakan bahwa salah satu ilmu yang paling penting dari ilmu al-Qur’an adalah pengetahuan tentang amtsal al-Qur’an.8

MACAM-MACAM AMTSALMenurut al-Suyuthi, amstal terbagi atas dua macam yaitu: 1) Zahir

Musarrah bih dan 2) al-Kaminah.9 Sedangkan menurut Manna’ al-Qaththanamtsal terbagi atas tiga macam yaitu: 1) Amtsal Musarrahah; 2) Amtsal al-Kaminah; dan 3) Amtsal al-Mursalah.10 Sementara al-‘Umry juga membaginyakepada tiga: 1) Amtsal Musarrahah; 2) Amtsal al-Makmunah; dan 3) Amtsal al-Mursalah.11 Ketiga macam pembagian ini meskipun terdapat sedikit perbedaan,namun terdapat juga persamaan dari segi jumlah dan jenisnya.

1. Amtsal al-MusarrahahAmtsal al-Musarrahah adalah amtsal yang diperjelas di dalamnya dengan

kata مثل atau yang menunjukkan adanya تشبیھ . Ada beberapa ayat di dalam al-Qur’an yang memuat amtsal al-musarrahah, di antaranya pada Q.S. al-Baqarah(2):17-19.

بنورهم وتـركهم يف را فـلما أضاءت ما حوله ذهب ا مثـلهم كمثل الذي استـوقد أو كصيب من السماء ) ١٨(صم بكم عمي فـهم ال يـرجعون ) ١٧(ظلمات ال يـبصرون

حميط فيه ظلمات و م من الصواعق حذر الموت وا رعد وبـرق جيعلون أصابعهم يف آذالكافرين

Artinya: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Makasetelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yangmenyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidakdapat Melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akankembali (ke jalan yang benar), Atau seperti (orang-orang yang ditimpa)hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; merekamenyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara)petir,sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir”.

Dalam ayat-ayat di atas Allah menggambarkan orang-orang munafikdengan matsal yang berkenaan dengan api (نارا) yang mana di dalam api terdapatunsur cahaya. Persamaan api dengan wahyu yang turun dari langit adalah “api

_____________8 Al-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, h.1319Ibid., h. 13210 Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 28411 Ahmad Jamal al-‘Umry, Dirasat fi al-Qur’an wa al-Sunnah, h. 113

Miskahuddin: Menyoal Perumpamaan (Amtsal) dalam Al-Qur'an …158

memberikan cahaya dan menerangi mereka”, demikian pula dengan wahyu.Wahyu yang turun dari langit bermaksud untuk menerangi hati mereka. Di satusisi mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk penerangan dankemanfaatan dari segi materi sebab mereka masuk Islam, namun demikian cahayatersebut tidak berbekas (tidak memberi pengaruh) di hati mereka. Allahmenghilangkan cahaya yang menyinari dan yang tinggal adalah sifat membakardari api tersebut.12

Sedangkan matsal yang berkenaan dengan air (ماء) karena di dalam airjuga terdapat unsur kehidupan. Allah menyerupakan mereka dengan keadaanorang yang ditimpa hujan lebat dalam keadaan gelap gulita yang disertai guruhdan petir yang menyambar. Mereka meletakkan tangan mereka di telinga untukmenyumbatnya serta memejamkan mata karena takut petir menyambarnya.Keadaan ini tidaklah membuat mereka membuka mata terhadap peringatantersebut. Al-Qur’an yang mengandung peringatan, perintah dan larangan, namunmereka sama sekali tidak membuka mata dan pintu hati mereka untukmenerimanya dan mengikutinya.

Ayat-ayat lain yang di dalamnya terdapat amtsal al-Musarrahah diantaranya adalah sebagai berikut:

)١٧: الرعد(المتقونوعدالتيالجنةمثل-)٣٥:النور(مصباحفیھاكمشكاةنورهمثل-)٣٩:النور(بقیعةكسرابأعمالھمكفرواوالذین-)٤٠:النور(لجيبحرفيكظلمتأو-

2. Amtsal KaminahAmtsal Kaminah adalah amstal yang di dalamnya tidak disebutkan lafaz

tetapi menunjukkan makna-makna yang indah dan menarik dalam kepadatan ,تمثیلredaksinya serta mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yangserupa dengannya.13

Ayat-ayat yang termasuk dalam kelompok amsal model ini di antaranyaadalah:14

a. Ayat yang senada dengan perkataan: أوساطھااألمورخیر (sebaik-baikperbuatan adalah pertengahan)

Ayat yang mengandung makna senada dengan ungkapan “sebaik-baikperbuatan adalah pertengahan” di antaranya:

Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidakberlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengahantara yang demikian.

Ayat-ayat lain yang di dalamnya terdapat amsal model ini di antaranyaadalah sebagai berikut:

)٦٨: البقرة (انھا بقرة الفارد والبكر عوان بین ذالك-

_____________12 Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 28413Ibid.,14Ibid., Al-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, h.132-133

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 159

)١١٠: االسراء (وال تجھر بصالتك وال تخافت بھا وبتغ بین ذلك سبیال-)٢٩: االسراء (ال تبسطھا كل البسطوال بجعل یدك مغلولة علي عنقك و--

b. Ayat-ayat yang semakna dengan : لیس الخبر كا المعاینة (informasi/berita tidaksama dengan menyaksikan sendiri)

Ayat yang semakna dengan ungkapan “informasi/berita tidak sama denganmenyaksikan sendiri” dapat dijumpai pada dialog Allah dengan Nabi Ibrahimsebagai berikut:

Artinya: Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlahkepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman:"Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku Telah meyakinkannya, akantetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)

c. Ayat yang senada dengan : تدان كما تدین (kamu akan dibayar sebesar yangkamu pinjamkan)

Ayat yang mempunyai makna senada dengan ungkapan “kamu akandibayar sebesar yang kamu pinjamkan” dapat dijumpai pada ayat berikut:

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberipembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak(pula) penolong baginya selain dari Allah.

d. Ayat yang semakna dengan : ال یلدغ المؤمن من حجر مرتین (orang mukmintidak akan jatuh dilobang yang sama dua kali)

Ayat yang bermakna bahwa “ orang mukmin tidak akan jatuh dilobangyang sama dua kali” dapat ditemukan pada firman Allah:

Artinya: Berkata Ya'qub: "Bagaimana Aku akan mempercayakannya (Bunyamin)kepadamu, kecuali seperti Aku Telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepadakamu dahulu?". Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan dia adalah MahaPenyanyang diantara para penyanyang.

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang memuat amtsal al-kaminah yangdisebutkan oleh al-Suyuthi yang belum disebutkan dalam tulisan ini.15

_____________15Selengkapnya lihat dalam Al-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, h.133

Miskahuddin: Menyoal Perumpamaan (Amtsal) dalam Al-Qur'an …160

3. Amsal al-Mursalah

Amsal al-mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakanlafaz تشبیھ secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal.16 Adapunayat-ayat yang diitentifikasi memuat amsal jenis ini adalah:17

)٥١: یوسق (االن حصحص الحق-)٥٨: النجم (لیس لھا من دون هللا كاشفة-)٥٨: ھود (الیس الصبح بقریب-)٤١: یوسف (ي األمر الذي في ستفتیانقض-)٤٨: االسراء (قل كل یعمل علي شاكلتھ-

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang diidentifikasi memuat amsal al-mursalah yang tidak disebutkan.

FAEDAH AMSAL AL-QUR’ANFaedah dari amsal al-Qur’an dapat ditemukan di berbagai ayat al-Qur’an,

di antaranya adalah: Q.S. al-Hasyr (59):21 yang mengandung makna supayamanusia berfikir; Q.S. al-‘Ankabut (29):43 yang mengandung makna supayaorang-orang berilmu mau menganalisisnya; dan Q.S. al-Zumar: (39):27 supayamanusia mau mengambil pelajaran.

Manna’ al-Qaththan merinci lebih jelas lagi faedah amsal dalam al-Qur’ansebagai berikut:

1. Menonjolkan sesuatu yang ma’qul (abstrak) dalam bentuk yang kongkrityang dapat dirasakan indera manusia sehingga akal akan mudahmenerimanya. Misalnya firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah (2):264sebagai berikut:

Artinya: Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnyaada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah diabersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yangmereka usahakan

2. Menyingkap hakekat-hakekat dan menggunakan sesuatu yang tidakNampak seolah-olah sesuatu yang tampak. Misalnya Q.S. al-Baqarah(2):275 sebagai berikut:

_____________16 Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 28417Ibid., h. 286-287

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 161

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) ribatidak dapat berdirimelainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran(tekanan) penyakit gila.

3. Mengumpulkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yangpadat, seperti pada ayat-ayat yang termasuk dalam amsal al-kaminah danal-mursalah di atas.

4. Mendorong orang yang diberi masal untuk berbuat sesuai dengan isimasal. Misalnya Q.S. al-Baqarah (2):261 sebagai berikut:

Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yangmenafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benihyang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allahmelipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan AllahMaha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

5. Menghalangi orang untuk berbuat hal-hal yang dibenci. Misalnya Q.S. al-Hujarat (49):12 sebagai berikut:

Artinya: Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlahmenggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang sukamemakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamumerasa jijik kepadanya.

6. ntuk memuji orang yang diberi masal. Misalnya Q.S. al-Fath (48):29sebagai berikut:

Artinya: Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifatmereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnyaMaka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dantegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara merekaampunan dan pahala yang besar.

7. Untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandangburuk oleh orang banyak. Misalnya Q.S. al-A’raf (7):175-176 sebagaiberikut:

Miskahuddin: Menyoal Perumpamaan (Amtsal) dalam Al-Qur'an …162

Artinya: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kamiberikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab),Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti olehsyaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk orang-orang yangsesat. Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia danmenurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya sepertianjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamumembiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulahperumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. MakaCeritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

8. Amsal lebih berpengaruh di jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasehat,lebih kuat dalam meberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati.

KESIMPULANAl-Qur’an yang merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW

diturunkan Allah agar menjadi petunjuk bagi umat manusia. Sebagai petunjukmaka kandungan al-Qur’an perlu digali sehingga petunjuk yang ada di dalamnyadapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menggali kandungan al-Qur’an diperlukan seperangkat pengetahuan yang memadai. Pengetahuandimaksud mencakup dari segi bahasa (semantic) dengan segala perangkat danmetodologinya, kehalusan rasa (zauq) sastera, serta pengetahuan tentang kulturbudaya dan bahasa masyarakat Arab pada masa pewahyuan al-Qur’an.

Apabila ditelaah secaras mendalam maka akan didapati bahwa al-Qur’anmemiliki pelbagai macam keistimewaan. Keistimewaan tersebut antara lainterdapat pada susunan bahasanya yang unik mempesonakan, di mana pada saatyang sama mengandung makna-makna yang dapat dipahami oleh siapapun yangmemahami bahasanya meskipun tingkat pemahaman mereka akan berbeda-bedaakibat berbagai faktor.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 163

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Ahmad Jamal al-‘Umry, Dirasat fi al-Qur’an wa al-Sunnah (Cet. I; Kairo: Dar al-Ma’arif, 1982)

Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (t,tp: Mansyurat al-‘Ashr,tt),

Muhammad Bakar Ismail, Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an (Cet. I; Beirut: Dar al-Fikr,tt)

Al-Ragib al-Asfahany, Mu’jam Mufradat Alfaz al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, tt)

Al-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz II (Cet. III; Mesir: Syirkah MaktabahWa Mathba’ah al-Mustafil al-Nafi al-Halaby, tt)

Zakariya ibn Husain Ahmad ibn Faris, Maqayis al-Lugah, Juz V (Cet. II; Mesir:Mustafa al-Bab al-Halaby, tt)

Nuraini dan Zulihafnani: Studi Klarifikasi Hadis-Hadis …164

STUDI KLARIFIKASI HADIS-HADISDALAM BUKU SUARA KHATIB BAITURRAHMAN

EDISI 7 TAHUN 2011

Nuraini dan ZulihafnaniFakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Jl. Lingkar Kampus Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh

ABTRACTBook of Suara Khatib Baiturrahman to guide the people, for it should be

the data in this book can really be justified, especially verses of the Koran and thehadith of the Prophet. Especially with regard to the hadith of the Prophet shouldbe appointed traditions clearly maqbul or not. However, most of these traditionsthere is no source, and in some places it is not clear whether the hadith mentionedmarfu ', mauquf, and maqthu'. Research on quality hadith contained in the 7thedition of 2011, from 8 hadith sampled, it is known that 6 maqbul quality hadithhadith found on p.15, 138, 140, 209, 213 and 215. While the two traditions againthat the hal.142 and 192 contained in the hadith mauquf status.

ABSTRAKBuku Suara Khatib Baiturrahman dapat menjadi pedoman bagi umat,

untuk itu hendaknya data-data dalam buku ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan terutama ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Saw.Khusus mengenai hadisNabi Saw seharusnya diangkat hadis-hadis yang jelas kemaqbulannya. Akantetapi kebanyakan hadis-hadis tersebut tidak ada sumbernya dan dalam beberapatempat tidak jelas disebutkan apakah itu hadis marfu’, mauquf, maupun maqthu’.Penelitian terhadap kualitas hadis yang terdapat pada edisi 7 tahun 2011, dari 8hadis yang diambil sampelnya, maka diketahui 6 hadis berkualitas maqbul yaituhadis yang terdapat pada hal.15, 138, 140, 209, 213 dan 215. Sedangkan 2 hadislagi yaitu yang terdapat pada hal.142 dan 192 berstatus hadis mauquf.

Kata kunci: Hadis, Klarifikasi, kualitas

PENDAHULUANHadis merupakan kumpulan teks sunnah Rasulullah yang memberitakan

prinsip dan doktrin ajaran Islam. Meyakini hadis sebagai sumber ajaran Islam,mempengaruhi umat Islam untuk turut melestarikan dan menyelamatkan khazanahhadis. Pelestarian dan penyelamatan terhadap hadis telah dilakukan sejak masaRasulullah masih hidup sampai sekarang, hanya saja metode dan pendekatannyaberbeda sesuai dengan kondisi dan tujuan yang hendak dicapai.

Sempurnanya pengkodifikasian hadisbukan berarti terhentinya usahapelestarian dan penyelamatan hadis. Hal ini lebih disebabkan oleh faktorbanyaknya kajian hadis yang dilakukan oleh orang-orang dari berbagai disiplinilmu yang berbeda, juga pendekatan yang berbeda yang tidak hanya dilakukanoleh orang-orang yang bergelut dalam disiplin ilmu hadis, kondisi ini melahirkankarya-karya yang beragam dan mutu yang berbeda pula.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 165

Usaha pelestarian dan penyelamatan hadis dalam berbagai karya(buku/kitab) dalam ilmu hadis dikenal dengan Ilmu Tahqiq al-Hadis. Tahqiq al-Hadis merupakan salah satu usaha pelestarian dan penyelamatan khazanah hadisbaik dari aspek terjaminnya pengutipan hadis sesuai dengan kitab hadis maupundalam hal memberikan informasi tentang kualitas hadis tertentu. Dengandemikian, usaha tahqiq merupakan sebuah usaha yang pada dasarnya wajibdilakukan sebelum sebuah karya disebarkan kepada masyarakat umum agar data-data yang ada tidak salah apalagi jika karya tersebut merupakan pedoman ummatdalam beramal seperti buku Suara Khatib Baiturrahman.

Buku Suara Khatib Baiturrahman adalah buku kumpulan teks khutbahJum’at yang disampaikan oleh para khatib di mimbar Masjid RayaBaiturrahman.1Isi khutbah tersebut tidak hanya diketahui oleh masyarakat yangshalat Jum’at di Masjid Raya Baiturrahman, tetapi juga hampir seluruhmasyarakat Aceh.Hal ini karena buku Suara Khatib Baiturrahman pada setiapedisinya dicetak sebanyak 1000 examplar untuk disebarkan ke Kabupaten-kabupaten dan ke berbagai perpustakaan yang ada di Aceh. Bahkan buku tersebutjuga dihadiahkan sebagai cendramata bagi tamu resmi yang datang berkunjung keMasjid Raya Baiturrahman baik yang datang dari daerah, luar Aceh maupun tamudari luar negeri.2 Mengingat begitu pentingnya buku tersebut maka perludilakukan penelitian ulang terhadap hadis-hadis yang disebutkan, pada penelitianiniedisi yang diteliti adalah edisi 7 tahun 2011.

LATAR BELAKANG PENERBITAN BUKU SUARA KHATIBBAITURRAHMAN

Ada dua hal yang melatarbelakangi terpublikasinya naskah teks khutbahJum’at dalam bentuk buku. Pertama, dokumen khutbah lebih terjaga danterpelihara. Kedua, pesan-pesan yang disampaikan dapat disebarluaskan padaobjek yang lebih luas, tidak hanya untuk skala daerah dan nasional, tetapi jugadapat dibaca oleh para tamu yang datang dari luar negeri, khususnya dariMalaysia.Para tamu dari Malaysia termasuk yang paling sering berkunjung keMasjid Raya Baiturrahman. Sebelumnya, naskah teks khutbah Jum’at hanyadipublikasikan melalui Tabloid Gema Baiturrahman, biasanya tabloid tersebutsering tidak diarsipkan setelah dibaca oleh jamaah. Atas dasar pemikiran tersebut,maka direncanakan untuk dicetak naskah teks khutbah tersebut dalam bentukbuku.

Proposal penerbitan buku diajukan ke pemerintah daerah dan mendapatsambutan positif dari pemerintah, yaitu dengan diberikan alokasi dana setiaptahunnya. Cetakan perdana adalah pada tahun 2005 terhitung edisi pertama padamasa Abdullah Puteh menjabat sebagai gubernur Aceh. Hingga pada tahun 2012telah dicetak edisi 8. Setiap tahun dicetak berkisar 800 s/d 1500 eksemplar dandidistribusikan ke seluruh kabupaten kota yang ada di Aceh. Buku cetakan MasjidRaya Baiturrahman tidak diperjualbelikan karena tidak bersifat provit oriented.3

_____________1Pengurus Masjid Raya Baiturrahman, Suara Khatib Baiturrahman, edisi 7, (Banda Aceh:

Masjid Raya Baiturrahman, 2011), h. ix.2Hasil wawancara dengan Sekretaris Tim Editing buku Suara Khatib Baiturrahman,

tanggal 20 Maret 2012.3Hasil wawancara dengan M. Nur AR, Staf Sekretariat Masjid Raya Baiturrahman,

tanggal 17 Oktober 2012.

Nuraini dan Zulihafnani: Studi Klarifikasi Hadis-Hadis …166

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa materi yang terdapatdalam buku Suara Khatib Baiturrahman berawal dari teks khutbah Jum’at yangtelah disampaikan dimimbar Jum’at, sebelum naskah teks khutbah tersebutdicetak terlebih dahulu dipublikasikan dalam tabloid Gema Baiturrahman untukdibagikan kepada jama’ah Jum’at yang datang shalat Jum’at di Masjid RayaBaiturrahman.

Menurut sekretaris tim editing,4 setiap khatib diminta untuk menyerahkansoft copy kepada tim editing buku Suara Khatib Baiturrahman untuk disimpandan naskah tersebut akan diproses pada tahun selanjutnya. Misalnya naskahkhutbah Jum’at tahun 2010 akan diproses pada bulan Juni tahun 2011 dan targetselesai pada bulan November 2011. Sebelum naskah-naskah tersebut dicetakterlebih dahulu di lay out lalu diprint sementara untuk dinilai kembali oleh timediting. Khusus materi khutbah Jum’at tahun 2011 prosesnya lebih cepat sudahselesai cetak April 2012, menurut sekretaris tim editing hal ini karena fasilitasyang tersedia sudah sangat lengkap hanya saja program hadis yang belum ada.5

Dalam hal ini, tim editing tidak bertanggung jawab terhadap substansikhutbah, masalah substansi masih tanggung jawab penuh para khatib. Tim editinghanya menyempurnakan sebagian dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang belumlengkap atau yang belum jelas sumbernya, setelah terlebih dahulu meng-konfirmasikannya kepada para khatib. Jika tim editing kesulitan melacak hadisyang disebutkan, maka tim editing mengambil hadis lain yang senada atau yangberdekatan maknanya. Untuk sementara ini, tim editing memang sangat kesulitandalam melacak hadis-hadis yang disebutkan karena belum tersedianya programhadis6, menurut penulis hal inilah yang membuat hadis-hadis dalam buku SuaraKhatib Baiturrahman masih banyak yang belum tercantumkan sumber hadisnya.

Menurut sekretaris tim editing buku Suara Khatib Baiturrahman, padaawalnya hadis-hadis tersebut ada sanadnya akan tetapi untuk memudahkanpembaca maka sanad-sanad tersebut sengaja dipotong. Sedangkan menyangkutdengan ayat-ayat al-Qur’an yang terjemahnya tidak sesuai dengan lafadh yangdicantumkan, maka itu diakui sebagai kekeliruan tim editing. Menurut sekretarisediting seharusnya dicantumkan titik 3 kali sebagai tanda adanya kalimat yangtidak dicantumkan sebelum atau setelah kalimat tertentu.7

Pengurus Masjid Raya Baiturrahman untuk sementara ini belummenekankan kepada para khatib untuk memperhatikan kebenaran data-data yangakan disampaikan, hal ini terlihat dari surat undangan untuk menjadi khatibBaiturrahman. Dalam undangan tersebut hanya ditentukan tanggal, materikhutbah dan penekanan untuk tidak membahas masalah yang bernuansa politik.8

Menurut tim editing untuk sementara ini masih tahapan publikasi belummenyentuh sepenuhnya masalah kualitas isi baik dari aspek tekhnik dan substansi,untuk cetakan kedepan akan diperhatikan tanggung jawab akademik baik dalambentuk foot note, maupun kebenaran semua data yang ada dalam naskah tersebut.

Dengan demikian, kekeliruan yang terdapat dalam buku Suara KhatibBaiturrahman baik edisi 7 maupun 8, baik dari aspek tekhnik maupun substansi

_____________4Hasil wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 Oktober 2012.5Hasil wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 Oktober 2012.6Hasil wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 Oktober 2012.7Hasil wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 Oktober 2012.8Hasil wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 Oktober 2012.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 167

masih dapat difahami, karena materi-materi buku tersebut berasal dari naskah tekskhutbah Jum’at asli yang secara otomatis langsung dipergunakan untukditerbitkan dalam bentuk buku, tanpa ada perubahan atau perbaikan dari naskahyang disampaikan di mimbar. Karena itu, ketika sedang membaca buku SuaraKhatib Baiturrahman seakan-akan sedang mendengar langsung khutbah Jum’at,bila dilihat dari bentuk isi buku tersebut lebih tepat jika buku tersebut disebutsebagai kumpulan khutbah Jum’at.

Dengan demikian, sebaiknya ada timpentahqiq yang akan mentahqiqmateri khutbah tersebut sebelum dibukukan. Mengingat, para khatib berasal dariberbagai latar belakang ilmu dan profesi yang kemungkinan tidak cukup waktuuntuk menulis dengan seksama.Apalagi mengingat sebagian khatib tidak terbiasamenulis. Menurut Azman Ismail, ada sebagian dari para khatib tersebut tidakterbiasa menulis tetapi bisa langsung khutbah.9

Melihat dari eksistensi dan moment yang dipergunakan, sudah seharusnyabuku tersebut hadir dengan tampilan yang menarik dengan keunggulan kualitas isiyang baik.Mengingat buku tersebut tersebar tidak hanya di Indonesia tetapi jugaluar Indonesia, ketika ada tamu luar yang datang dan dihadiahkan sebagaicendramata berupa buku tersebut.

SISTEMATIKA BUKU SUARA KHATIB BAITURRAHMAN EDISI 7TAHUN 2011

Buku Suara Khatib Baiturrahman edisi 7 tahun 2011 merupakankumpulan teks naskah khutbah Jum’at yang disampaikan selama tahun 2010.Dalam daftar isi tertulis penomoran materi pembahasan sejumlah 39 materi,namun setelah penulis melihat dengan seksama buku tersebut ternyata berisi 38naskah tulisan.Ternyata ada lompatan nomor dari urutan nomor 19 ke urutannomor 21.Jika dibandingkan dengan jumlah hari Jum’at dalam satu tahunsebanyak 53 kali, maka jumlah materi dalam buku tersebut seharusnya jugasebanyak 53 buah materi.Dengan demikian, jumlah materi Jum’at tersebut masihkurang sebanyak 15 naskah.

Menurut sekretaris tim editing buku Suara Khatib Baiturrahman,ternyatahal ini disebabkan oleh adanya sebagian dari para khatib yang terdiri dari paratamu luar atau pejabat yang bersifat transidental sehingga tidak sempatmempersiapkan naskah teks khutbah jumat. Setiap khutbah Jum’at yang telahterencana, naskah teks khutbah tersebut dimuat dalam buku Suara KhatibBaiturrahman.Dengandemikian, jumlah materi buku Suara Khatib Baiturrahmantergantung pada naskah teks yang diterima oleh tim editing bukan disebabkan olehadanya seleksi naskah. Karena materi buku tersebut didasarkan pada teks khutbahJum’at, maka isinya sangat singkat dan dengan materi yang beragam pula.

Buku Suara khatib Baiturrahman mulai edisi 1 tahun 2005 sampai edisi 8tahun 2012 materi kajiannya terfokus pada kajian Islam, dengan kata lain yangdijadikan rujukan utama adalah berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis,bahkan secara kuantitas lebih banyak merujuk kepada ayat-ayat al-Qur’andibandingkan dengan hadis. Menurut penulis, ini lebih disebabkan olehpembahasannya yang relative sangat singkat dan fokus kajiannya adalah al-

_____________9Hasil diskusi pada seminar proposal penelitian di Lemlit pada tanggal 25 Juni 2012.

Nuraini dan Zulihafnani: Studi Klarifikasi Hadis-Hadis …168

Qur’an, hal ini dapat dilihat pada contoh pembahasan yang terdapat pada hal.1, 2,4, 6, dan lain-lain.

Buku Suara Khatib Baiturrahman edisi 7 tidak berdasarkan bab-bab akantetapi dikategorikan pada bidang-bidang tertentu yaitu mencakup bidang akidah,syari’ah/ibadah, akhlak dan mu’amalah/tarikh. Menurut Imam Besar Masjid RayaBaiturrahman10 materi-materi tersebut terdiri dari topik-topik yang menarikperhatian para jamaah. Dalam bidang akidah berisi materi tentang Sekilas tentangMukjizatul Qur’an, Memahami Ayat-ayat Allah di Alam Semesta, KarakteristikUmat Muhammad Saw, Kemajemukan dalam Islam, Mengikis Mitos Bulan Safar,Menentang Ajaran yang Menyalahi Aqidah Islam, Tauhid: Jalan MenujuKebahagiaan Ummat dan Allah Tempat Bergantung.

Bidang syariah/ibadah mencakup materi tentang Aktualisasi danImplementasi Syari’at Islam, Peluang dan Tantangan Syari’at Islam, Ciri Shalatyang Khusyu’, Puasa Membentuk Muslim yang Taqwa, Menerapkan Syari’atIslam dalam Kehidupan untuk Semua, Merajut Nilai-Nilai Ibadah dalamKehidupan, Menggapai haji yang Mabrur, Menanam Sifat Ikhlas padaMasyarakat Aceh, Mari Berwakaf, dan Memahami Ayat-ayat Hukum dalam al-Qur’an.

Bidang akhlak mencakup Bersyukur dan Beriman untuk MencapaiKebahagiaan, Ikhlas sebagai Modal Membangun Bangsa dan Negara,Bagaimana Cara Menanam Akhlakul Karimah dalam Masyarakat, MengatasiPenyelewengan dalam Masyarakat, Persatuan Umat Syarat bagi Kemajuan,Menjadi Muslim yang Menghargai Waktu, Kemandirian dalam Pandangan Islam,Membina Anak yang Shaleh, Misi Rasulullah Sawdan Mawas Diri terhadap Diridan Keluarga.

Bidang muamalah/tarikh mencakup materi tentangSikap Umat terhadapPerbedaan dalam Masyarakat, Peranan Ulama dalam Pembinaan Umat,Membangun Kehidupan Muslim yang Kuat dan Harmonis, Iman: Kerja Keras danKerja Cerdas (Prasyarat Keberhasilan Umat Islam, Mensyukuri NikmatKemerdekaan, Menciptakan Pemuda yang Berkualitas, Kekerasan dalam RumahTangga dalam Pandangan Islam, Menerapkan Syariat Islam dalam Kehidupan,Haji Memperkokoh Ketauhidan dan Refleksi Musibah.

KLARIFIKASI ISI BUKU SUARA KHATIB BAITURRAHMANEDISI 7TAHUN 2011

Klarifikasi merupakan sinonim dari kata penjernihan, penjelasan, danpengembalian kepada apa adanya.11 Klarifikasi yang dimaksudkan dalam sub babini adalah sebuah usaha untuk meneliti secara seksama semua hal yangberhubungan dengan kebenaran data-data yang terdapat dalam buku Suara KhatibBaiturrahman edisi 7 tahun 2011, untuk dikembalikan kepada data yangsebenarnya. Terutama menyangkut masalah kebenaran pengutipan dan terjemahayat-ayat al-Qur’an, pengutipan hadis baik matan maupun sumbernya sertaterjemah dan data lainnya, sedangkan masalah kualitas hadisakan dibahas padasub bab E,Kualitas Hadis dalam Buku Suara Khatib Baiturrahman.Dalam

_____________10Pengurus Masjid Raya Baiturrahman, Suara Khatib Baiturrahman, (Banda Aceh:

Pengurus Masjid Raya Baiturrahman, 2011), h. ix.11Hatim Fatanah, “Konsep Syubhat dalam Perspektif Hadis” Skripsi, (Banda Aceh:

Fakultas Ushuluddin, 2012), h. 23.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 169

pengklarifikasian data untuk setiap edisi bukudibagi ke dalam duakategori.Pertama; kekeliruan tekhnik.Kedua; kekeliruan substansi.

Kekeliruan tekhnikKekeliruan tekhnik yang penulis maksudkan di sini adalah kekeliruan

dalam sistem pengetikan. Kekeliruan-kekeliruan secara tekhnik ini seharusnyatidak boleh terjadi karena dapat membingungkan, mengaburkan bahkanmenghilangkan data sejarah.Konsisten dalam penulisan dianggap sangat pentingagar pembaca tidak salah dalam memahami maksud tulisan, apalagi jika karyatersebut dibaca oleh non muslim. Misalnya dalam penulisan Rasulullah denganNabi Muhammad dalam halaman yang sama tapi ditulis dengan kata yangberbeda. Satu sisi bisa dipahami bahwa yang dimaksud adalah orang sama, akantetapi bisa juga pembaca memahami dua orang yang berbeda mengingatRasulullah itu tidaklah satu orang. Ketidakkonsisten dalam penulisan terdapatjuga dalam penulisan al-Qur’an.Terkadang menggunakan kata Al-Qur’an, al-Qur’an dan Al-qur’an seperti yang terdapat di hal.1-3.

Demikian juga dengan penulisan nama surat dan ayat dalam isi tulisanterdapat 9 bentuk tulisan, seperti yang terdapat pada hal. 5, (Q, al-Maidah: 38),hal.5 al-Isra’ ayat, 44, hal.8 al-Rahman(37), hal. 79 (QS at-Thalaq ayat : 2), hal.80 (al-Anbiya: 107), hal. 81 surat al-Zariat, ayat ke 56, hal. 83 (lihat, QS. Al-Ankabut:45), hal. 86 (QS. Ali Imran 97), hal.125 Al Qalam ayat 4.

Penulisan nama surat dan ayat setelah teks terdapat 16 bentuk tulisan.Seperti yang terdapat pada hal. 4 (Q.S Luqman: 10), hal. 7 (Q.S. Al-Rum:41), hal.11, 14, (Al-Fath: 29), hal. 17, 18, (Q.S Al-Anbiya (21): 107), hal. 21, (QS Al-Alaq: 6-7), hal. 33 (Q.S. Al Baqarah ayat 255), hal.35 (QS.Al Anbiya ayat 30),hal.35 (QS : Al Anbiya 104), hal. 78 (QS Al A’raaf ayat 96), hal.125 Al Ahzabayat 21, hal.130 (Q.S. Ar-ra’du: 28), hal. 136 (Q.S Ash-Shaf:4), hal. 228 QS. Ash-Saffat: 102.

Ketidakkonsisten penulisan pada keterangan perawi hadis hanya terdapatpada 4 bentuk, seperti pada hal. 11, (H.R. Muslim); hal.25 (HR.Bukhari dari AbuHurairah), hal.62 (HR. Muslim), dan hal.232 (HR Muslim).Ketidakkonsistendalam buku ini juga terlihat pada sejumlah hadis yang dicantumkan, sebagianhadis disebutkan perawi yang meriwayatkan atau sumber hadist seperti padahal.11, dan sebagian hadis yang lain tidak disebutkan rujukannya, contohnyadapat dilihat pada hal. 142.

Di samping itu, terdapat juga kekeliruan dalam penulisan seperti kesalahanpenulisan nama orang dan tempat yang terdapat pada hal. 181, tertulis “SanukHukruyu”mungkin yang dimaksudkan adalah Snock Hurgronje, hal. 182 tertulis“sardina, asilla” mungkin yang dimaksudkan adalah Saidina Aisyah,hal. 183,tertulis “shaihk maghribi” mungkin yang dimaksudkan adalah syaikh, hal. 184,tertulis“semarang”, namun jika dilihat dari kalimat lebih tepat “sekarang”,kekeliruan tekhnik pengetikan ini masih terdapat pada beberapa halaman lainnya.

Selanjutnya terdapat ketidaksesuaian judul dalam daftar isi dengan judulyang dibahas, seperti pada hal.76, pada halaman ini disebutkan judul khutbahMenerapkan Syariat Islam dalam Kehidupan, sedangkan dalam daftar isiMenerapkan Syariat Islam dalam kehidupanuntuk Semua.Ketidaksesuaian judulatau tema dengan pembahasan, seperti yang terdapat pada hal. 31, judul tentang

Nuraini dan Zulihafnani: Studi Klarifikasi Hadis-Hadis …170

tauhid sebagai jalan menuju kebahagiaan umat, namun pembahasan lebih fokuspada kehancuran alam semesta dan peristiwa hari kiamat.

Kekeliruan SubstansiKekeliruan substansi yang dimaksudkan di sini adalah kekeliruan data,

baik ayat-ayat al-Qur’an, hadis maupun data lainnya.Kekeliruan ini dianggap fatalkarena bisa merusak otentisitas data baik ayat, hadis maupun datalainnya.Kekeliruan dalam penulisan nama surah dan penomoran ayat al-Qur’anterdapat pada hal. 8, tertulis al-Ma’arij (S), tidak jelas kode S yang dimaksud, darikata-kata yang tertulis sebelumnya dapat diketahui bahwa dalam kurung adalahnomor ayat, setelah ditelusuri pembahasan yang berhubungan dengan tematersebut terdapat pada ayat 8, jadi yang dimaksudkan adalah surah al-Ma’arij ayat8. Pada hal.19, ayat yang berhubungan dengan tema disebut terdapat dalam surahal-Hujarat ayat 40, namun yang dicantumkan adalah ayat 13, ayat inilah yangsesuai dengan tema yang dibicarakan.Di sini terjadi kesalahan dalampencantuman nomor ayat karena surah al-Hujarat hanya terdiri dari 18 ayatsaja.Pada hal. 99, terjadi kesalahan penulisan nama surah al-Qur’an, untuk surahal-Ma’arij tertulis al-Ma’arif dan pada hal. 105, surah al-Isra` tertulis Ai-Isra.

Pada edisi ini terdapat 131 ayat yang dicantumkan.Dari jumlah tersebut,terdapat satu ayat yang keliru terjemahnya, yaitu ayat yang terdapat pada hal.14surah al-Jum’ah ayat 9-10,terjemah yang tertulis“dan umat Muhammad Sawdiperintahkan untuk bergegas mengerjakannya disela-sela beribadah”.Sedangkanterjemah yang sesuai dengan teks yang dicantumkan adalah “Hai orang-orangberiman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamukepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baikbagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, makabertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allahbanyak-banyak supaya kamu beruntung.”Terjemah ayat yang tertulis padahalaman tersebut lebih tepatnya adalah kesimpulan ayat, bukan terjemahnya.

Di samping itu, terdapat 16 ayat al-Qur’an dicantumkan tidak lengkapterjemahnya, atau dengan kata lain, tidak sesuai terjemah dengan teks ayat al-Qur’an yang dicantumkan.Seperti yang terdapat pada hal.21, tertulis“Sesungguhnya manusia berlaku sewenang-wenang, bila ia merasa tidakbutuh”.Terjemah yang sesuai dengan teks yang dicantumkan adalah“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia berlaku sewenang-wenang (melampauibatas), karena dia melihat dirinya serba cukup.”

Hal.24, tertulis “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah duabelas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, makajanganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu”.Terjemahyang sesuai dengan teks yang dicantumkan adalah“Sesungguhnya bilanganbulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Diamenciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.Itulah (ketetapan)agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yangempat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapunmemerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 171

Hal.56, tertulis “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimudan keluargamu dari api neraka.Terjemah yang sesuai dengan teks yangdicantumkan adalah“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dankeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allahterhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apayang diperintahkan.”

Hal.73, tertulis “Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di mukabumi”.Terjemah yang sesuai dengan teks yang dicantumkan adalah“Ingatlahketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendakmenjadikan seorang khalifah di muka bumi" Mereka berkata: "Mengapa Engkauhendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakanpadanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih denganmemuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Allah berfirman: "Sesungguhnya Akumengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Hal.99, tertulis “Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (dijalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamumembelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah.Dan apa sajaharta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanyadengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.Terjemah yang sesuai dengan teks yang dicantumkan adalah “Bukanlahkewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yangmemberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa sajaharta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untukkamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karenamencari keridhaan Allah.Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan,niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidakakan dianiaya (dirugikan)”.

Hal.121, tertulis“Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan merekasemuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka”. Terjemahanyang sesuai dengan teks yang dicantumkan adalah “Iblis menjawab: “Demikekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka”.

Hal.133,tertulis “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allahkepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allahmempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orangyang bersaudara”. Terjemahan yang sesuai dengan teks yang dicantumkanadalah“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, danjanganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketikakamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukanhatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara;dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamumendapat petunjuk”.

Hal.138,tertulis“Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang adapada sisi mereka (masing-masing)”.Terjemah yang sesuai dengan teks yang

Nuraini dan Zulihafnani: Studi Klarifikasi Hadis-Hadis …172

dicantumkan adalah“ Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu)menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiapgolongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”.

Hal.148,tertulis“ Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Be-rangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingintinggal di tempatmu?”.Terjemah yang sesuai dengan teks yang dicantumkanadalah“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakankepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa beratdan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di duniasebagai ganti kehidupan di akhirat?Padahal kenikmatan hidup di dunia ini(dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit”.

Hal.151, tertulis “Orang-orang yang tidak memperoleh (untukdisedekahkan) selain sekedar kesanggupannya”. Terjemah yang sesuai denganteks yang dicantumkan adalah“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orangyang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan(mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selainsekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka.Allahakan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.”

Hal.154,tertulis“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isterikami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kamiimam bagi orang-orang yang bertakwa”.Terjemah yang sesuai dengan teksyang dicantumkan adalah“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami,anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagaipenyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yangbertakwa”

Hal.156, tertulis“Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atasseruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan”.Terjemahan yang sesuaidengan teks yang dicantumkan adalah“Katakanlah Aku tidak memintakepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalamkekeluargaan”.

Hal.168, tertulis “Sesungguhnya orang-orang beriman itu sesungguhnyabersaudara.Terjemah yang sesuai dengan teks yang dicantumkanadalah“Sesunguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,supaya kamu mendapat rahmat”.

Hal.172, tertulis “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepadaAllah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untukhari esok (akhirat)”. Terjemah yang sesuai dengan teks yang dicantumkanadalah“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklahsetiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yangkamu kerjakan”.

Hal.193, tertulis “Berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalanAllah dan sepenuh jiwa”. Terjemah yang sesuai dengan teks yangdicantumkan adalah “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringanmaupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yangdemikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 173

Hal.208, tertulis “maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamusenangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlakuadil, maka (kawinilah) seorang saja”.Terjemah yang sesuai dengan teks yangdicantumkan adalah “maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi:dua, tiga atau empat. Pada halaman ini, juga disebutkan terjemahnya, tapi tidakdicantumkan teks ayatnya.

Selanjutnyaterdapat ketidaksesuaian cantuman hadis dengan kalimat atauparagraf sebelumnya seperti yang terdapat pada hal.25, terjemah hadis kurangsesuai dengan teks hadis yang disebutkan sebelumnya yaitu laa ‘adwaa wa laathiyarata wa laa shafara wa laa haamata, karena teks hadis yang dicantumkanadalah:

١٢لم ال عدوى وال صفر وال ھامة قال النبي صلى هللا علیھ و س: عن أبي ھریرة رضي هللا عنھ قال

Sedangkan terjemah yang tertulis “tidak ada penyakit yang menular sendiri, tidakada undian nasib dengan menggunakan burung, tidak ada hantu-hantuan dantidak ada kesialan bulan Safar”. Padahal teks hadis tidak menyebutkan lafadhyang berhubungan dengan makna tersebut ( وال طیرة). Teks hadis yang sesuaidengan terjemah yang ditampilkan adalah

١٣ال عدوى وال طیرة وال صفر وال ھامة

Atau terjemahan yang sesuai dengan teks hadis yang ditampilkan adalah“Dari Abu Hurairah ra, Nabi Saw bersabda: tidak ada penyakit yang menularsendiri, tidak ada hantu-hantuan dan tidak ada kesialan bulan safar”.

Pada hal. 57, terdapat sebuah paragraf yang membahas tentang perintahRasul kepada setiap orangtua untuk memerintahkan anak shalat pada usia 7 tahundan menghukumnya pada usia 10 tahun, namun hadis yang dicantumkan untukme-nguatkan penjelasan tersebut kurang tepat. Hadisyang dicantumkan tertulis:

ملسو هيلع هللا ىلص خیركم خیركم ألھلھ وأنا خیركم ألھلى ١٤عن عائشة قالت قال رسول ا

Sedangkan hadis yang tepat untuk penjelasan tersebut adalah:بى بالصالة إذا بلغ سبع سنین وإذا بلغ عشر سنین ١٥فاضربوه علیھا قال النبى ملسو هيلع هللا ىلص مروا الص

Selanjutnya, terdapat kekeliruan terjemah hadis pada hal. 138, terjemahdari hadis yang dicantumkan lebih tepat disebut kesimpulan hadis. Terjemahanyang tertulis adalah “Janganlah kalian berselisih, karena umat sebelum kalian,mereka berselisih dan menjadi hancur”. Sedangkan teks hadis yangdicantumkan adalah:

١٦ا فیھ ھلك من كان قبلكم حین تنازعوا فى ھذا األمر عزمت علیكم أال تتنازعوإنما

Terjemahan yang sesuai dengan teks di atas adalah “Bahwasanya umatsebelum kalian binasa karena mereka berselisih dalam urusan ini (taqdir), akumenasehati kalian untuk tidak berselisih dalam urusan ini”.

_____________12Hadis yang sesuai dengan redaksi yang di atas terdapat dalam al-Bukhari, Shahih al-

Bukhari, kitab al-thib, bab la hamata, hadis nomor 5770, al-Bukhari meriwayatkan hadis ini 4 kalidengan redaksi sanad dan matan yang berbeda. Hadis ini juga diriwayatkan oleh imam hadis lain,seperti Muslim, Abu Daud, al-Turmudzi, dan Ibnu Majah.

13Terdapat dalam Shahih al-Bukhari, hadis nomor 5757.14Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, kitab al-nikah, hadis nomor 4177.15Abu Daud, Sunan Abi Daud, kitab al-shalah, bab mata yukmaru al-ghulam bi al-shalah,

hadis nomor 494.16al-Turmudzi, Sunan Turmudzi, kitab al-qadr, bab ma ja`a fi al-tasydidi fi al-khaudhi fi

al-qadri, hadis nomor 2280.

Nuraini dan Zulihafnani: Studi Klarifikasi Hadis-Hadis …174

Hadis yang terdapat dalam buku edisi 7 baik dengan mencantumkan teksArab, terjemah maupun latin semuanya berjumlah 62hadis. Dari 62 hadis terdapat32hadis yang tidak disebutkan perawi dan sumber kitabnya sedikitpun sepertiyang terdapat pada hal.15, 46, 65, 75, 83, 89 (pada halaman ini terdapat 4 buahhadis), 91, 92, 118, 123, 142, 144, 147 (pada halaman ini terdapat 2 buah hadis),151, 160, 170, 180, 185, 186, 192, 211 (pada halaman ini terdapat 3 buah hadis),212 (pada halaman ini terdapat 2 buah hadis), 219, 221, 222.

Setelah diteliti hadis yang terdapat pada hal. 15 diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Nasa’i, al-Turmuzi, Ahmad, al-Darimi, danMalik. Pada hal. 46 diriwayatkan oleh Abu Daud dan al-Nasa’I, pada hal. 65diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Nasa’i, al-Turmudzi, IbnuMajah, dan Ahmad. Hadis pada hal. 75 adalah perkataan sahabat Rasul Jabir binAbdullah, bukan sabda Rasul sebagaimana yang dicantumkan pada halamantersebut. Hadis ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi.

Hadis pada hal. 83 diriwayatkan oleh al-Tabrani, pada hal. 89 terdapat 4hadis, hadis pertama diriwayatkan oleh Abu Daud, al-Turmudzi, Ibnu Majah, danAhmad, hadis kedua diriwayatkan oleh Muslim dan al-Nasa’i, dan hadis ketigadiriwayatkan juga oleh Muslim dan al-Nasa’i, hadis keempat diriwayatkan olehal-Bukhari dan Muslim. Hadis pada hal. 91 diriwayatkan oleh al-Turmudzi, padahal. 92 diriwayatkan oleh al-Nasa’i dan Ahmad.

Hadis pada hal. 118 diriwayatkan oleh al-Bukhari, Abu Daud, al-Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan al-Darimi, pada hal. 123 diriwayatkan olehAhmad dan al-Hakim, pada hal. 142 adalah perkataan sahabat Rasul, Abdullah binAmr bin Ash, diriwayatkan oleh al-Harits dan al-Haitsami. Hadis pada hal. 144diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan Ibnu Hibban. Hadis pada hal. 147, terdapat 2hadis, hadis pertama diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad dan hadiskedua juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Hadis yang terdapat pada hal. 151 diriwayatkan oleh al-Daruquthni, padahal. 160 diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad, pada hal. 170 diriwayatkanoleh Muslim, Abu Daud, al-Nasa’i, dan Ahmad. Hadis yang terdapat pada hal.180 diriwayatkan oleh al-Bukhari, Abu Daud, al-Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad,al-Darimi. Pada hal. 185, tidak ditemukan hadis ini, namun imam Ahmad,mengatakan hadis ini dha’if, karena salah seorang rawi hadis dikenal pendusta.Demikian juga dengan al-Daruquthni dan al-Albani. Hadis pada hal. 186diriwayatkan oleh Abu Daud, al-Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad, al-Darimi.

Hadis pada hal. 192 adalah perkataan Ibnu Abbas. Pada hal. 211 terdiridari 3 hadis, hadis pertama diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad,hadis kedua diriwayatkan oleh al-Turmudzi dan Ibnu Majah, dan hadis ketigadiriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Hadis pada hal. 212 terdapat 2 hadis,yang keduanya diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Hadis pada hal. 219diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, al-Nasa’i, al-Turmudzi, dan Ibnu Majah,hadis pada hal. 221 diriwayatkan oleh al-Bukhari, pada hal. 222 diriwayatkan olehal-Bukhari dan Muslim.

Ada 30 hadis yang hanya disebutkan perawinya tetapi tidak disebutkansumber kitabnya seperti yang terdapat pada hal.11 (hadis senada juga terdapatpada hal. 62), 25, 38 (pada halaman ini terdapat 2 buah hadis),40, 42, 57, 72(hadis senada juga terdapat pada hal. 57, 157, 214), 78, 87, 92, 100, 101, 119, 120,136, 138, 140, 149, 165, 172, 182, 198, 209, 213, (terdapat 2 hadis), 215, 219,

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 175

220, 232.Sementara itu, pada hal.181 ada paragraf seperti arti hadis atau ayat al-Qur’an dengan kode rujukan (al-Shawie: III-456), tanpa penjelasan lebih lanjut.

Selanjutnyajuga kekeliruan pada penyebutan perawihadis dan sumberkitab hadis, seperti yang terdapat pada hal. 25, bahwa hadis yang ditampilkanpada pembahasan tersebut diriwayatkan oleh beberapa ulama hadis, seperti al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Turmudzi, al-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad binHanbal. Namun setelah ditelusuri kembali, imam Nasa’i tidak meriwayatkan hadistersebut.

Pada hal. 120, disebutkan bahwa hadis yang dicantumkan pada halamanini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Setelah ditelusuri kembali, al-Bukhari memang meriwayatkan hadis tersebut tetapi dengan sanad dan matanyang berbeda dengan redaksi yang dicantumkan. Hadis yang dicantumkan padahalaman ini adalah:

ان عن حدثنا قتیبة بن سعید عن مالك بن أنس فیما قرئ علیھ عن سمى مولى أبى بكر عن أب ى صالح السم ملسو هيلع هللا ىلص قال بینما رجل یمشى بطریق اشتد علیھ العطش فوجد أبى ھر بئرا فنزل فیھا فشرب ثم یرة أن رسول ا

جل لقد بلغ ھذا الكلب من العطش مثل الذى كان بلغ خرج فإذا كلب یلھث یأكل الثرى من العطش فقال الر لھ فغف . منى . ر لھ فنزل البئر فمأل خفھ ماء ثم أمسكھ بفیھ حتى رقى فسقى الكلب فشكر ا قالوا یا رسول ا

١٧.ذه البھائم ألجرا فقال فى كل كبد رطبة أجر وإن لنا فى ھ

Sementara hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari adalah:أن رسول هللا : دثنا عبد هللا بن یوسف أخبرنا مالك عن سمي عن أبي صالح عن أبي ھریرة رضي هللا عنھ ح

صلى هللا علیھ و سلم قال بینا رجل یمشي فاشتد علیھ العطش فنزل بئرا فشرب منھا ثم خرج فإذا ھو بكلب ثم أمسكھ بفیھ ثم رقي فسقى الكلب یلھث یأكل الثرى من العطش فقال لقد بلغ ھذا مثل الذي بلغ بي فمأل خفھ

١٨قالوا یا رسول هللا وإن لنا في البھائم أجرا ؟ قال في كل كبد رطبة أجر . فشكر هللا لھ فغفر لھ

Pada hal. 220, hadis ini disebutkan keterangannya bahwa diriwayatkanoleh al-Bukhari, namun setelah ditelusuri redaksi seperti yang dicantumkan dalampembahasan, hadis tersebut tidak diriwayatkan oleh al-Bukhari, demikian jugayang terdapat dalam kutub al-tis’ah19 tidak terdapat hadis dengan redaksi tersebut.Mayoritas redaksi hadis yang terdapat dalam kutub al-tis’ah adalah:

فلم یرفث ولم یفسق : عن أبي ھریرة رضي هللا عنھ قال سمعت النبي صلى هللا علیھ و سلم یقول من حج ٢٠رجع كیوم ولدتھ أمھ

Sedangkan teks hadis yang tercantum dalam buku adalah:)رواه البخارى(ومن حج ولم یرفث ولم یفسق خرج من ذنوبھ كیوم ولدتھ أمھ

Pada hal. 222, hadis ini tidak disebutkan perawi atau sumber rujukanhadis, setelah diteliti, hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, tetapidengan redaksi matan yang berbeda, dan tidak ditemukan sumber rujukan hadisseperti redaksi matanhadis yang tertera pada halaman ini. Hadisyang dicantumkandalam buku tersebut adalah:

قال رسول هللا صلى هللا علیھ و سلم إنما مثل المؤمنین في توادھم وتراحمھم : عن النعمان بن بشیر قال كالجسد إذا اشتكى منھ شیئا تداعى لھ سائر الجسد بالسھر والحمى

_____________17Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, kitab al-salam, bab fadhl saqi al-baha`im al-

muhtaramati wa ith’amiha, hadis nomor 5996.18Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, kitab al-masaqah, bab fadhl saqi al-ma`i, hadis nomor

2403, 2506, dan 5663. Al-Bukhari meriwayatkan 3 kali dengan redaksi sanad dan matan yangberbeda.

19Kutub al-tis’ah yang dimaksud adalah Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan AbiDaud, Sunan Turmudzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan al-Nasa’i, Muwaththa’ Imam Malik, MusnadAhmad, dan Sunan al-Darimi.

20Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, kitab al-hajj, bab fadhl al-hajj al-mabrur, hadis nomor1546.

Nuraini dan Zulihafnani: Studi Klarifikasi Hadis-Hadis …176

Sedangkan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim adalah:قال رسول هللا صلى هللا علیھ و سلم مثل المؤمنین في توادھم وتراحمھم : یر قال عن النعمان بن بش

٢١وتعاطفھم مثل الجسد إذا اشتكى منھ عضو تداعى لھ سائر الجسد بالسھر والحمى

Demikian beberapa kekeliruan yang terdapat pada buku Suara KhatibBaiturrahman edisi 7 tahun 2011, dan telah diklarifikasi baik dari sisi kekeliruantekhnik maupun kekeliruan substansi. Ada juga ayat dan hadis ditulis denganbahasa latin, dan ada yang disebutkan terjemah saja. Hal ini tidak jadi masalahsejauh ada pedoman transliterasinya, jika tidak maka akan terjadi kesalahan dalamlafadh-lafadh ayat-ayat al-Qur’an dan hadis. Namun, dalam penulisan buku initidak diterapkan pedoman transliterasinya.

KUALITAS HADIS DALAM BUKU SUARA KHATIB BAITURRAHMANEDISI 7 TAHUN 2011

Pada buku Suara Khatib Baiturrahman edisi ini, jumlah hadis yangmenjadi rujukan materi khutbah, yang dicantumkan matanhadis dengan teks Arabberjumlah 25 hadis. Sedangkan yang ditulis dengan latin hanya satu hadis saja,yaitu tentang akhlak, innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq. Hadis inisudah terhitung dalam hadis kategori yang ada disebutkansumbernya.Sementarahadis yang disebutkan terjemahnya saja berjumlah 37buahhadis sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Sebagian besar hadisyang ada teks Arabnya dalam edisi ini diriwayatkanoleh al-Bukhari dan Muslim, yaitu berjumlah 17 hadis. Sedangkan hadis yangdiriwayatkan oleh selain al-Bukhari dan Muslim berjumlah 8 hadis, dan hanyahadis-hadis ini yang akan diteliti. Dalam penelitian inihanya meneliti hadis-hadisyang dicantumkan teks Arabnya saja yang diriwayatkan oleh selain al-Bukhari al-Muslim,.Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, tidakakan diteliti lagi karena hadis-hadis tersebut sudah masyhur keshahihannya danterdapat dalam 2 kitab hadis shahih, yaitu Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.

Hadis-hadis yang akan diteliti pada edisi ini adalah hadis-hadis yangterdapat pada:1. Hal. 57, hadisyang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban.

عن الثوري عن ھشام بن عروة عن أبیھ عن حدثنا ھشام بن عبد الملك ویحیى بن عثمان قاال حدثنا دمحم بن یوسف ٢٢عائشة قالت قال رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص خیركم خیركم ألھلھ وأنا خیركم ألھلي وإذا مات صاحبكم فدعوه

“…Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga (istri)nya. Danaku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluarga (istri)ku.”.

Selain diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, hadis ini juga diriwayatkan olehashab al-sunan dan ulama hadis lainnya, seperti al-Turmudzi,23 Ibnu Majah,24 AbuYa’la,25al-Baihaqi26 dan al-Bazzar. Imam Suyuthi menjelaskan bahwa hadis inidiriwayatkan oleh imam al-Turmudzi sebagai hadishasan shahih gharib, danhadis ini juga telah dishahihkan oleh al-Albani.27

_____________21Muslim, Shahih Muslim, kitab al-birr al-shilah wa al-adab, bab tarahumi al-mukminina,

hadis nomor 6751. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, kitab al-adab, bab rahmati al-nas wa al-bahaim,hadis no. 6011.

22Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, kitab al-nikah, hadis nomor 4177.23Al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi, hadis nomor 3895.24Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, hadis nomor 2053.25Abu Ya’la, Musnad Abi Ya’la,hadis nomor 592426Al-Baihaqi, Syu’abu al-Iman, hadis nomor 8718.27Muh. Nashiruddin al-Albani, Silsilah al-Ahadis al-Shahihah, hadis nomor 285.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 177

1. 2. Hal. 138, hadisyang diriwayatkan oleh al-Turmudzi.ى عن ھشام بن حسان بن معاویة الجمحى البصرى حدثنا صالح المر د بن سیرین عن أبى حدثنا عبد ا عن محم

ونحن نتنازع فى القدر فغضب حتى احمر وجھھ حتى كأنما فقئ فى وجنتیھ - ملسو هيلع هللا ىلص- ھریرة قال خرج علینا رسول اان فقال أبھذا أمرتم أم بھذا أرسلت إلیكم إنما ھلك من كان قبلكم حین تنا م عوا فى ھذا األمر عزمت علیكم أال ز الر

٢٨تتنازعوا فیھ

“…Abu Hurairah berkata: Suatu hari Rasulullah mendatangi kami yang sedangberselisih dalam masalah takdir, lalu Rasulullah marah sampai mukanya merahseolah-olah dikeluarkan dari pipinya biji delima seraya bersabda: “Apakah yangseperti ini kalian diperintahkan, atau yang seperti ini aku diutus kepadakalian?Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian hancur ketika mereka berselisihdalam masalah ini (takdir).Aku tegaskan pada kalian untuk tidak berselisih dalammasalah takdir.”

Hadis ini hanya diriwayatkan oleh al-Turmudzi, dari penelusuran yangdilakukan tidak ada ulama lain yang meriwayatkan hadis ini, dan hadis ini telahdihasankan oleh al-Albani.3. Hal. 140, hadis yang diriwayatkan oleh al-Nasa’i.

ان ، أنبأ عبد هللا بن أبي ھند ، عن أبیھ ، عن أخبرني الحسن بن حلیم المروزي ، أنبأ أبو الموجھ ، أنبأ عبدشبابك قبل : اغتنم خمسا قبل خمس : قال رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص لرجل وھو یعظھ : ابن عباس ، رضي هللا عنھما قال

٢٩ھرمك، وصحتك قبل سقمك ، وغناءك قبل فقرك ، وفراغك قبل شغلك ، وحیاتك قبل موتك

“…Manfaatkan olehmu 5 perkara sebelum datangnya 5 perkara: masa mudamusebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamusebelum masa fakirmu, masa hidupmu sebelum masa matimu, masa senggangmusebelum masa sibukmu)”.

Selain al-Nasa’i, hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Hakim dengan redaksisanad dan matan yang berbeda. Menurut al-Hakim, sebagaimana disebutkandalam kitabnya, bahwa hadis ini shahih karena sesuai syarat al-Bukhari danMuslim, walaupun kedua imam tersebut tidak meriwayatkannya. Pendapat inijuga dibenarkan oleh al-Zahabi.

Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Turmudzi, al-Baihaqi, Ahmad, yangbersumber dari ‘Amr bin Maimun, hadis dengan sanad ini adalah dha’if, yaitumursal. Hanya saja dha’ifnya ringan karena sanadnya tidak bersambung.Sedangkan sanad yang dari Ibnu Abbas adalah shahih, sehingga hadisdha’if yangdiriwayatkan al-Turmudzi, al-Baihaqi dan Ahmad tersebut berubah kualitasnyamenjadi hadishasan.

2. 4. Hal. 142, hadis ini tidak disebutkan perawinya.حدثنا أبو عبد الرحمن المقرىء ثنا أبو عمروالصفار عن عبد هللا بن العیزار قال لقیت شیخا بالرمل من األعراب

أحدا من أصحاب رسول هللا صلى هللا علیھ و سلم قال نعم فقلت منفقال عبد هللا بن عمرو بن العاص كبیرا فقلتلھ لقیت٣٠احرز لدنیاك كأنك تعیش أبدا واعمل آلخرتك كأنك تموت غدا:فقلت لھ فما سمعتھ یقول قال سمعتھ یقول

“…Bekerjalah kamu untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidupselamanya, dan bekerjalah kamu untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamuakan mati besok.”_____________

28Al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi, kitab al-qadr, bab ma ja`a fi al-tasydidi fi al-khaudhifi al-qadri, hadis nomor 2280.

29Al-Hakim, al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain, kitab al-riqaq, bab ightanim khamsan qablakhamsin, hadis nomor 7957.

30Al-Harits, Musnad al-Harits, kitab al-zuhud, bab kaifa al-‘amal lial-dunya wa al-akhirah, hadis nomor 1093.

Nuraini dan Zulihafnani: Studi Klarifikasi Hadis-Hadis …178

Hadis ini sangat populer dikalangan masyarakat. Namun redaksinyasedikit berbeda dengan hadis di atas. Sebenarnya ini adalah perkataan Abdullahbin Amr bin Ash, bukan sabda Nabi, hanya saja redaksi dari sahabat tersebutadalah seperti pada hadis di atas atau diawali dengan (احرث), namun redaksi matanyang sering didengar adalah

اعمل لدنیاك كأنك تعیش أبدا واعمل آلخرتك كأنك تموت غداAl-Albani mengatakan bahwa yang terakhir ini tidak ada sumber yangmenjadikannya marfu’, walaupun populer di kalangan umat.31 Muhammad FuadSyakir dalam bukunya Laisa min Qaulin Nabi, mencantumkan hadis ini sebagaisalah satu perkataan dari sahabat, bukan sabda Nabi.32 Demikian juga Ali MustafaYa’qub dalam bukunya Hadis-hadis Bermasalah, mencantumkan hadis ini. Dalambeberapa sumber, sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya, ada beberapakitab misalnya Kitab Gharib aI-Hadis karya Ibnu Qutaibah, kitab ZawaidMusnadal-Harits karya al-Haitsami, kitab Tsiqat Atba' al-Tabi'in karya IbnuHibban, dan kitab al-Zuhd karya Ibnu al-Mubarak, hadis tersebut ditemukandengan sanadnya, hanya saja tidak bersumber dari Nabi Saw, melainkan dariseorang sahabat yang bernama Abdullah bin Amr bin al-Ash.33Mungkin hal inipula yang membuat penulis (khatib) tidak menyebutkan perawinya.Dalam bukutersebut penulis (khatib) menyebutkan sebuah hadis tidak jelas hadis yangdimaksud apakah marfu’ atau mauquf.

Hadis yang hanya bersumber dari sahabat Nabi disebut hadismauquf,bukan hadismarfu', dan nilainya juga tidak sama dengan hadis yang bersumberdari Nabi. Karenanya, secara umum ia tidak dapat disebut hadis, sebab secaraumum, yang disebut hadis adalah sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupaucapan, perbuatan, penetapan, maupun sifat-sifat beliau. Hadis tersebut adalahungkapan Abdullah bin Amr, hanyalah berkaitan dengan pemikiran beliau sendiritentang masalah keduniaan. Oleh karena itu, ia tidak dapat memperoleh statussebagai hadismarfu', dan pada gilirannya gugurlah sebagai hujjah (argumen).

3. 5. Hal. 192, hadis initidak disebutkan perawinya.، قال یأیھا الذین آمنوا لم تقولون ما ال " :، في قولھ ابن عباس ثنیمعاویة، عنعلي،عن : ثناأبو صالح، قال : حدثنیعلي

دلنا على : المؤمنین قبل أن یفرضالجھاد یقولون كان ناس من : ، قال ٢تفعلون سورة الصف آیة لوددنا أن ا نبیھأن أحب األعمال إلیھ ال شك فیھ ،وجھاد : أحباألعمال إلیھ فنعمل بھ ، فأخبر ا أھل معصیتھ الذین إیمان با

ا نزل الجھاد ، كره ذلك أناس منالمؤمنین ، وشق ع وا بھ ؛ فلم خالفوا اإلیمان ولمیقر یأیھا الذین :لیھم أمره ، فقال ا2.سورة الصف آیة .ون آمنوا لم تقولون ما ال تفعل

Penulis tidak mendapatkan hadis tersebut dalam beberapa kitab hadis.Namun, hasil analisa dari sanad hadis ini terlihat hadis ini mauquf, yakniperkataan seorang sahabat Nabi yaitu Ibnu Abbas. Dengan demikian, status hadisini sama dengan hadis yang terdapat pada halaman 142 di atas.

4. 6. Hal. 209, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud

_____________31Muh. Nashir al-Din al-Albani, al-Silsilah al-Ahadis al-Dhaifah wa al-Maudhu’ah, Jil.1,

(Riyadh: Maktabah al-Ma'rif, 1412 H/1992 M, 1/63), h. 20.32Muhammad Fuad Syakir,Laisa min Qaulin Nabi, terj. M. Zacky Mubarak, (Jakarta:

Pustaka Kautsar, 2006), h. 88.33Ali Mustafa Ya’qub, Hadis-hadis Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), h. 55-

56.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 179

یعنى - منصور ور بن زاذان عن حدثنا أحمد بن إبراھیم حدثنا یزید بن ھارون أخبرنا مستلم بن سعید ابن أخت منص ة عن معقل بن یسار قال جاء رجل إلى النبى - ابن زاذان فقال إنى أصبت امرأة ذات حسب - ملسو هيلع هللا ىلص- عن معاویة بن قر

جھا قال جوا الودود الولود فإنى مكاثر . ال وجمال وإنھا ال تلد أفأتزو بكم ثم أتاه الثانیة فنھاه ثم أتاه الثالثة فقال تزو٣٤األمم

“…Nikahilah perempuan yang dicintai dan banyak anak, karena aku banggadengan kamu pada hari kiamat”.

Selain diriwayatkan oleh Abu Daud, hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Nasa’i35 dan Ahmad,36 dengan redaksi sanad dan matanhadis yang berbeda.Al-Hakim yang juga meriwayatkan hadis ini menjelaskan bahwa hadis ini shahih,sesuai dengan persyaratan al-Bukhari dan Muslim, pendapat ini dikuatkan olehpenilaian al-Zahabi.

5.6. 7. Hal. 213, hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.

ملسو هيلع هللا ىلص حدثنا أحمد بن منیع حدثنا زید بن الحباب حدثنا على بن مسعدة عن قتادة عن أن كل بنى آدم : س قال قال رسول اابون ٣٧خطاء وخیر الخطائین التو

“…Setiap bani Adam pernah berbuat salah, sebaik-baik orang yang berbuat salahadalah orang yang bertaubat”.

Abu Daud dan al-Turmudzi juga meriwayatkan dengan redaksi hadis yangberbeda. Al-Hakim memberi penilaian pada hadis ini, ia berpendapat bahwa hadisini shahih. Pada hadis ini, al-Zahabi berpendapat bahwa salah seorang perawibernama Ali bin Mas’adah bersifat lunak salah satu sifat rawi yang ,(لین)menunjukkan kelemahannya, namun sifat ini masih dekat dengan sifat adil. Danperawi yang disifati dengan sifat ini masih bisa dipergunakan hadisnya sebagaii’tibar.

7.8. 8. Hal. 215, hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi

د بن الحارث الفقیھ أخبرنا على بن عمر الحافظ حدثنا یوسف بن یعقو: خبرنا أبو بكر أ ب بن إسحاق بن أحمد بن محم د بن حبیب الشیلمانى حدثنا عبد ا ار أبو حمزة عن عمرو بن شعیب عن أبیھ عن بھلول حدثنا محم بن بكر حدثنا سو

ملسو هيلع هللا ىلص ه قال قال رسول ا ق : جد وا بینھم فى مروا صبیانكم بالصالة فى سبع سنین ، واضربوھم علیھا فى عشر ، وفرتھ وركبتھ ، جل منكم عبده أو أجیره فال یرین ما بین سر ج الر تھ وركبتھ من المضاجع ، وإذا زو فإن ما بین سر

٣٨عورتھ

“…Perintahkanlah anak-anakmu mendirikan shalat, bila mereka telah berumurtujuh tahun, dan pukullah mereka kalau meninggalkan shalat apabila merekasudah berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka”.

Selain al-Baihaqi, hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud, al-Turmudzi, Ahmad bin Hanbal dan al-Darimi. Dari teks hadis secara lengkap diatas terdapat perbedaan teks hadis tapi memiliki makna yang sama sehingga tidakmempengaruhi kualitas matn hadis dari satu sisi, dan hadis ini shahih.

Dari 8 hadis yang diteliti di atas,ada 6 hadis yang dicantumkan perawinyaoleh penulis (khatib), ke 6 hadis ini setelah diteliti berstatus hadismaqbul yaituhadis yang terdapat pada hal.15, 138, 140, 209, 213, dan 215.Sedangkan 2 hadislagi yakni hadis yang terdapat pada hal.142 dan 192 penulis (khatib) tidakmencantumkan perawinya, setelah diteliti ternyata hadis ini tidak terdapat dalam

_____________34Abu Daud, Sunan Abi Daud, no. 2052.35Al-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i, hadis nomor 3227.36Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, hadis nomor 12948.37Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, no. 4392.38Baihaqi, Sunan al-Baihaqi, kitab al-shalah, bab aurah al-rajul, hadis nomor 3358.

Nuraini dan Zulihafnani: Studi Klarifikasi Hadis-Hadis …180

kitab hadis sebagai hadis yang marfu’, hadis ini merupakan hadismauquf karenamerupakan perkataan shahabat.

KESIMPULANHasil penelitian terhadap pengutipan ayat-ayat al-Qur’an, diketahui ada 4

kali penyebutan ayat al-Qur’an yang keliru dalam penulisan surah dan penomoranayat al-Qur’an, yaitu yang terdapat pada hal.8, 19, 99, dan 105.Ada 1 ayat yangkeliru diterjemahnya yaitu yang terdapat pada hal.14. Terdapat juga 16 kalipenyebutan ayat al-Qur’an yang tidak lengkap terjemahnya yaitu yang terdapatpada hal. 21, 24, 56, 73, 99, 121, 133, 138, 148, 151, 154, 156, 168, 172, 193, dan208.

Terdapat 62 hadisyang dicantumkan teks Arabnya maupun terjemahnyasaja.Dari 62hadis tersebut terdapat 32 hadis yang tidak disebutkan perawi dansumber kitabnya, yaitu hadis yang terdapat pada hal.15, 46, 65, 75, 83, 89 (padahalaman ini terdapat 4 buah hadis), 91, 92, 118, 123, 142, 144, 147 (padahalaman ini terdapat 2 buah hadis), 151, 160, 170, 180, 185, 186, 192, 211 (padahalaman ini terdapat 3 buah hadis), 212 (pada halaman ini terdapat 2 buah hadis),219, 221, 222. Setelah diteliti sumber kitab hadis tersebut dari 32hadis tersebutterdapat 1 hadis yang dinilai dhaif, yaitu hadis yang terdapat pada hal.185, dan 2hadis merupakan perkataan sahabat (mauquf).

Sedangkan 30 hadis lagi disebutkan perawinya akan tetapi tidakdisebutkan sumber kitabnya, yaitu terdapat pada hal. 11 (hadis senada jugaterdapat pada hal. 62), 25, 38 (pada halaman ini terdapat 2 buah hadis),40, 42, 57,72 (hadis senada juga terdapat pada hal. 57, 157, 214), 78, 87, 92, 100, 101, 119,120, 136, 138, 140, 149, 165, 172, 182, 198, 209, 213, (terdapat 2 hadis), 215,219, 220, 232. Sementara itu, pada hal. 181 ada paragraf seperti arti hadis atauayat al-Qur’an dengan kode rujukan (al-Shawie: III-456), tanpa penjelasan lebihlanjut. Ada 2 hadis yang tidak sesuai pencantumannya dengan kalimat atauparagraf sebelumnya, yaitu hadis yang terdapat pada hal.25 dan 57.Terdapat juga1 hadis terjemahnya yang keliru, yaitu yang terdapat pada hal.138. Dari 8 hadisyang diambil sampelnya, diketahui 6 hadis berkualitas maqbul yaitu hadis yangterdapat pada hal. 15, 138, 140, 209, 213 dan 215.Sedangkan 2 hadis lagi yaituyang terdapat pada hal.142 dan 192 berstatus hadismauquf.

Hasil wawancara mengenai usaha pengurus penerbitan buku Suara KhatibBaiturrahman tentangmenjaga kualitas isi buku, maka diketahui bahwa untuksementara belum sepenuhnya pada tahap menjaga kualitas, untuk kedepan telahdirencanakan dalam bentuk tanggung jawab akademik baik masalah foot notemaupun kebenaran semua data yang ada dalam buku tersebut. Dari pihakpengurus Masjid Raya Baiturrahman juga belum menegaskan kearah tersebut halini terlihat dari undangan yang disampaikan kepada para calon khatib yang hanyaditentukan tanggal, materi dan menekankan untuk tidak membahas masalah yangbernuansa politik.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 181

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mustafa Ya’qub, 2003, Hadis-hadis Bermasalah, Jakarta: Pustaka Firdaus.

Atar Semi, Kritik Sastra, Bandung: Angkasa, 1987.

Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, 2004. Metodologi Kritik Hadis, Jakarta; RajaGrafindo Persada.

Depdikbud, 1988. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Hans Wehr, 1970.A Dictionary of Modern Written Arabic, London: George Allen&Unwa Ltd.

Hasjim Abbas, 2004. Kritik Matan Hadis, Yogyakarta: Teras.

Ibnu Hajar al-Asqalani, 1348 H. Fath al-Bari bi Syarah Shahih al-Bukhari, Mesir:Maktabah al-Bahiyah.

, 1992. Tahzib al-Tahzib, Beirut: Dar al-Fikr.

, 1995. Taqrib al-Tahzib, Beirut: Dar al-Fikr Muktabah al-Tijariyah.

Ibnu Shalah, 1999. Muqaddimah fi Ulum al-Hadis, Beirut: Muassasah al-Kitab al-Tsaqafiyah.

Kamaruddin Amin, 2009. Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis,Jakarta: Hikmah.

Kanwil Kemenag, 2009.Masjid Bersejarah Di Nanggroe Aceh, jilid I, Aceh:Penamas.

Khatib Syarbaini, 2003. Muqni al-Muhtaj, Beirut: Dar al-Fikr.

Manna’ al Qattan, 2005. Pengantar Studi Ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka al Kautsar.

Moh. Anwar, 1981. Ilmu Musthalah Hadis, Surabaya: al Ikhlas.

Muhammad Fuad Syakir, 2006.Laisa min Qaulin Nabi, terj. M. Zacky Mubarak,Jakarta: Pustaka Kautsar.

Muhammad Mustafa al-A’zami, 1982. Manhaj al-Naqd ‘inda al-Muhadditstsin,Riyadh: Al-Munawiyah.

Muh. Nashir al-Din al-Albani, 1992. al-Silsilah al-Ahadis al-Dhaifah wa al-Maudhu’ah, Jilid 1, Riyadh: Maktabah al-Ma'rif.

, 2004. Silsilah al-Ahadis al-Shahihah, Riyadh: Maktabah al-Ma’arif.Muhammad Syuhudi Ismail, 1992. Metodologi Penelitian Hadis, Jakarta: Bulan

Bintang.

, 1995. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Jakarta: BulanBintang.

, 1999. Cara Praktis Mencari Hadis, Jakarta: Bulan Bintang.

Nuruddin Itr, 1979. Manhaj an-Naqd, Damaskus: Dar al-Fikr.

Pengurus Masjid Baiturrahman, Suara Khatib Baiturrahman, edisi 7, BandaAceh: Masjid Raya Baiturrahman, 2011.

Nuraini dan Zulihafnani: Studi Klarifikasi Hadis-Hadis …182

Salahuddin bin Ahmad al-Adlabi, 2004. Metodologi Kritik Matan Hadis, terj.H.M.Qodirun Nur, Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Kamus Besar BahasaIndonesia,edisi III, Jakarta: Balai Pustaka.

Widodo, dkk, Kamus llmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2002.

Zainuddin, t. th. Tarich Atjeh dan Nusantara, Medan: Pustaka IskandarMuda.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 183

PENGUMPULAN AL-QUR`AN, SUATU KEHARUSANKAH?

MisnawatiFakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-RaniryKopelma Darussalam Kota Banda Provinsi Aceh

ABSTRACTThis paper describes the collection of al-Qur'an at the time of the Prophet, AbuBakr al-Siddiq, and Uthman bin 'Affan, the difference accumulation al-Qur'an atthe time of Abu Bakr al-Siddiq and' Uthman bin 'Affan, and refinement Mushhafat the time after 'Uthman bin' Affan. God has guaranteed the authenticity andpurity of the Koran so that God may open the way toward this effort through thecompanions of the Prophet. Collecting al-Qur'an that occurred at the time of theProphet. form of memorization and writing in which every time al-Qur'an downimmediately ordered clerk Allah's revelation to write and direct his companionsalso memorized. Collecting al-Qur'an at the time of Abu Bakr a collection ofwritings scattered on the tools that are used to write to a Mushhaf. Collecting al-Qur'an at the time of 'Uthman bin' Affan be copied back al-Qur'an that haveaccumulated at the time of Abu Bakr al-Siddiq into some Mushhaf to be sent tovarious Islamic regions with uniform reading. After a period of 'Uthman bin'Affan al-Qur'an began to experience improvement, including the award of pointsand syakal, writing, and other matters related to the beauty of the Qur'an itself toal-Qur'an to be like now Here you are. Because the accumulation of al-Qur'an is amatter that must be done and it is important to remember that al-Qur'an remains away of life that Muslims and al-Qur'an preserved until doomsday.

ABSTRAKTulisan ini menjelaskan tentang pengumpulan al-Qur`an pada masa RasulullahSAW, Abu Bakar al-shiddiq, dan Utsman bin ‘Affan, perbedaan pengumpulan al-Qur`an pada masa Abu Bakar al-Shiddiq dan ‘Utsman bin ‘Affan, danpenyempurnaan mushhaf pada masa setelah ‘Utsman bin ‘Affan. Allah telahmenjamin keaslian dan kemurnian al-Qur`an sehingga Allah membuka jalanterhadap usaha ini melalui para sahabat Rasulullah Saw. Pengumpulan al-Qur`anyang terjadi pada masa Rasulullah Saw. berupa i penghafalan dan penulisan dimana setiap kali al-Qur`an turun Rasulullah langsung menyuruh juru tulis wahyuuntuk menulisnya dan para sahabat juga langsung menghafanya.. Pengumpulan al-Qur`an pada masa Abu Bakar berupa pengumpulan tulisan-tulisan yangberserakan di alat-alat yang dipakai untuk menulis menjadi satu mushhaf.Pengumpulan al-Qur`an pada masa ‘Utsman bin ‘Affan berupa menyalin kembalial-Qur`an yang telah terkumpul pada masa Abu Bakar al-Shiddiq ke dalambeberapa mushhaf untuk dikirimkan ke berbagai wilayah Islam denganmenyeragamkan bacaannya. Setelah masa ‘Utsman bin ‘Affan al-Qur`an mulaimengalami perbaikan termasuk dalam pemberian titik dan syakal, bentuk tulisan,dan hal-hal lain yang berkaitan dengan keindahan al-qur`an itu sendiri sehinggaal-Qur`an menjadi seperti sekarang ini. Karena itu pengumpulan al-Qur`anmerupakan suatu hal yang harus dan penting untuk dilakukan mengingat supaya

Misnawati: Pengumpulan al-Qur'an suatu Keharusan kah?184

al-Qur`an tetap menjadi pedoman hidup ummat Islam dan agar al-Qur`an tetapterjaga keasliaannya sampai hari kiamat.

Kata kunci: Pengumpulan al-Qur`an, Signifikansi

PendahuluanMushaf al-Qur`an yang ada di tangan kita sekarang ternyata telah

mengalami perjalanan yang panjang. Sebagai kitab suci ummat Islam dan sumberhukum Islam yang pertama, al-Qur`an telah dijamin penjagaannya oleh AllahSWT. Jaminan tentang keotentikan al-Qur`an Allah ungkapkan dalam surat al-Hijr: 9 yang berbunyi:

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar

memeliharanya.Kaum liberal tidak henti-hentinya berusaha untuk menghambat kaum

muslimin untuk menerapkan syari`at Islam. Salah satu caranya adalah denganmembuat kaum muslimin ragu-ragu akan keotentikan al-Qur`an sebagai wahyuAllah SWT. Jika kaum muslimin telah ragu terhadap orisinilitas al-Qur`an sebagaiwahyu Allah SWT, maka syari'at Islam semakin bisa dihambat penerapannya.Mereka memanfaatkan ketidaktahuan kaum muslimin tentang sejarahpengumpulan al- Qur`an.

Untuk itu pengumpulan al-Qur`an perlu dilakukan mengingat agar al-Qur`an terjaga keasliannya sepanjang masa seperti jaminan Allah SWT dalamsurat al- Hijr di atas. Karena itu makalah ini berusaha mengkaji pengertianpengumpulan al-Qur`an, pengumpulan al-Qur`an pada masa Rasulullah SAW,Abu Bakar dan 'Utsman, perbedaan pengumpulan al-Qur`an pada masa AbuBakar dan 'Utsman, dan penyempurnaan mushhaf pada masa setelah 'Utsman.Hal- hal inilah yang akan dikaji dalam makalah ini.

Pengertian Pengumpulan al-Qur`anUpaya pengumpulan al-Qur`an mempunyai tiga pengertian, yaitu:

1. Pengumpulan dalam arti menghafal al-Qur`an secara hati-hati;2. Pengumpulan dalam arti penulisan dan pembukuan seluruh isi al-Qur`an

baik huruf, kalimat, ayat, maupun suratnya;3. Pengumpulan dalam arti merekam suara bacaan al- Qur`an.1

1. Pengumpulan al-Qur`an dalam arti menghafal.Al-Qur`an diturunkan lewat metode pendengaran, karena itu al-Qur`an

banyak dihafal pada awal penyiaran Islam. Hal ini mempunyai dasar yang kuat,antara lain surat al- Qiyāmah: 16-19 yang berbunyi:

_____________1 Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur`an: Studi Kompleksitas al-Qur`an, terj.

Amirul Hasan dan Muhammad Halabi,( Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hal. 99.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 185

16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karenahendak cepat-cepat (menguasai)nya. 17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilahmengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.18.Apabila kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.19.Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.

Menurut Ibnu Abbas: Rasulullah SAW sangat ingin segera menguasai al-Qur`an yang diturunkan. Beliau menggerakkan lidah dan kedua bibirnya karenatakut apa yang turun itu akan terlewatkan dan ingin segera menghafalnya.Sehingga Allah menurunkan ayat tersebut. Maksud dari: Janganlah kamugerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat(menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.adalah,' Kami yangmengumpulkan di dadamu, kemudian Kami membacakannya; dan maksud dari,'Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu adalah,' dengarkandan perhatikan ia, dan maksud dari,' Kemudian, Sesungguhnya atas tanggunganKamilah penjelasannya, yaitu menjelaskannya dengan lidahmu. Maka setelah ayatini turun bila Jibril datang, Rasulullah diam mendengarkannya dan ketika Jibrilpergi barulah beliau membacakannya sama persis dengan yang dibaca Jibril.2

Sebagaimana kita ketahui bahwa Rasulullah hafal seluruh isi al-Qur`an,demikian juga para sahabatnya. Hafalan Rasulullah setiap tahun, tepatnya bulanRamadhan diuji oleh Jibril. Namun menjelang wafat, malaikat Jibril mengujinyadua kali. Hal ini sesuai dengan bunyi hadits:

ان جربيل : مسعنا رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يقول: "قالت عائشة و فاطمة رضي هللا عنهمارواه "وال أراه اال حضر أجلي، لعام مرتنيو انه عارضين ا، كان يعارضين القران يف كل سنة مرة

٣.البخاري

Rasulullah juga selalu beramal dengan al-Qur`an, yaitu selalu membaca-nya sehingga kedua kakinya lecet-lecet.

Pengumpulan al-qur`an dalam bentuk yang pertama ini telah berlangsungdengan sangat baik, mengingat orang Arab pada saat al-Qur`an diturunkan masihummi (tidak bisa membaca dan menulis). Mereka mengandalkan hafalan dalammengumpulkan informasi. Redaksi al-Qur`an yang sangat indah ditambahkecintaan sahabat terhadap ajaran Islam dan Nabi Muhammad SAW. dan adanyanash yang mendorong untuk menghafal al-Qur`an menyebabkan mereka berlombadalam menghafal al-Qur`an.

Kalangan Muhajirin yang hafal al-Qur`an seluruhnya diantaranya adalahAbu Bakar al-Shiddiq, 'Umar ibn Khatthab, 'Utsman ibn 'Affan, 'Ali ibn AbiThalib, Thalhah, Sa'ad, ibnu Mas'ud, Huzaifah, Salim pelayan Abu Huzaifah, AbuHurairah, 'Abdullah ibn ;Umar, Ibnu 'Abbas, Amr ibn 'Ash, Ibnu 'Abdullah,Muawiyah, 'Abdullah ibn Zubair, 'Abdullah ibn Ash-Saib, Aisyah, Hafsah, danUmmu Salamah.

Sedangkan dari kalangan Anshar diantaranya adalah Ubadah ibn al-Shamit, Ubay ibn Ka'ab, Mu'az ibn Jabal, Zaid ibn Tsabit, Fudhalah ibn Ubaid,_____________

2 Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur`ân,Cet. 3, (Al-Riyâdh:Maktabah Al-Ma’ârif li al-Nasyr wa al-Tauzî’, 2000), hal. 119.

3 Muhammad ‘Abd. Al-‘Adhîm al-Zarqâni, Manâhil al-‘Irfân fi ‘Ulûm Al-Qur`ân,jilid 1,( Beirut: Dâr al-Ihyâ` al-Turâts al-‘Arabiy, tt), hal. 218.

Misnawati: Pengumpulan al-Qur'an suatu Keharusan kah?186

Musalamah ibn Mukhallid, Abu Darda`, Anas ibn Malik, dan Abu Zaid ibn al-Sakan.4

Para sahabat menyebar ke seluruh wilayah Islam atau negeri-negeri yangditaklukkan. Mereka mengajari penduduk negeri tersebut berbagai kegiatanmelalui lembaga-lembaga pengajaran yang dikelola secara profesional sepertiMadrasah Ibnu Mas'ud di Kufah, Madrasah Ubay ibn Ka'ab di Madinah,Madrasah Ibn 'Abbas di Mekkah dan madrasah-madrasah milik para sahabatlainnya. Melalui madrasah-madrasah ini pula para sahabat mengajarkan al-Qur`andan menganjurkan untuk menghafalnya. Para tabi'in menyambut baik denganmenuntut ilmu di lembaga-lembaga tersebut sehingga banyak dari mereka yanghafal al-Qur`an. Mereka mempunyai peran tersendiri dalam hal pemeliharaan al-Qur`an dengan memberi baris pada bacaan al-Qur`an secara sempurna. Merekajuga membuat kaidah-kaidah dan dasar-dasar bacaan sehingga mereka menjadiimam bacaan al-Qur`an yang diikuti oleh ummat Islam sampai sekarang.

Upaya penghafalan al-Qur`an ini berlangsung terus menerus tanpa hentisampai sekarang ini. Ummat Islam yang menghafal al-Qur`an selalu banyakmeskipun mengalami tantangan hidup yang semakin kompleks. Upaya ummatIslam ini dalam hal menghafal al- Qur`an tidak pernah terjadi pada kitab-kitabsebelumnya.2. Pengumpulan dalam arti penulisan dan pembukuan.

Pengumpulan al-Qur`an dengan cara ini memiliki tiga tahap yaitupengumpulan pada masa Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Utsman ibn 'Affan.

Muncul pertanyaan, bagaimana mungkin satu kitab dikumpulkan dalamtenggang waktu tiga kepemimpinan? Jawabannya bahwa pengumpulan padamasa Rasulullah SAW adalah upaya penulisan dan pembukuan ( penyusunan suratdan ayat secara sistematis). Pengumpulan al-Qur`an pada masa Abu Bakar denganmengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur`an yang tersebar dan ditulis kembalimenjadi satu mushhaf. Sedangkan pengumpulan pada masa 'Utsman ibn "Affanadalah menulis beberapa mushhaf dan disebarkan kepada para sahabat yangmenjadi Gubernur di provinsi-provinsi tertentu, mushaf ini harus dijadikancontoh penulisan mushaf-mushaf berikutnya.

3. Pengumpulan dalam arti merekam suara bacaan al-Qur`an.Pengumpulan al-Qur`an lewat rekaman adalah pelestarian al-Qur`an

dengan cara merekam yang memperdengarkan al-Qur`an dengan peralatannyaberupa pita suara dan perangkat rekaman modern lainnya.

Para ulama menetapkan bahwa tidak sah berpegang kepada yang tertulissaja tetapi harus menerima dari seorang yang hafal al-Qur`an yang dipercaya.Bahkan ulama penghafal al-Qur`an mengistimewakan hafalan yang langsungyakni dari Ibnu Mas'ud yang berkata: Saya telah menghafalkan (al-Qur`an dariRasulullah SAW sebanyak 70 bagian. 5 Pengetahuan Ibnu Mas'ud terhadapkedudukan penerimaan al-Qur`an adalah secara lisan, bukan tertulis. Sehinggapernah ketika ditanya tentang surat yang belum beliau terima dari Rasulullah,Ibnu Mas'ud menunjukkan orang yang telah menerimanya dari Rasul. Apa yangdikatakan oleh Ibnu Mas'ud dan ulama-ulama yang lain tentang wajibnyamenerima al-Qur`an secara lisan, bukanlah dibuat-buat oleh pribadi mereka._____________

4 Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur`an…, hal.103-104.5 Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur`an…, hal.135.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 187

Justru hal tersebut mereka ambil dari Rasulullah saw. karena Rasulullahmempelajari al-Qur`an dari Jibril dan mengucapkannya secara lisan di hadapanJibril.

Tidak diragukan lagi bahwa hukum-hukum bacaan al-Qur`an tidak mungkinkuat kecuali lewat penerimaan lisan secara langsung. Sementara pada masasekarang media dan alat perekam suara telah ditemukan dengan berbagai modeldan bacaan bisa diulang kembali misalnya al-Qur`an digital dan model lainnya.Dalam rangka menyebarkan al-Qur`an dan mengembangkannya di dunia Islamterutama di negara-negara yang kekurangan pakar qira`at al-Qur`an terpercaya,alat tersebut dapat dipakai sebagai media terbaik untuk memelihara danmempelajari al-Qur`an.

Pengumpulan tersebut melahirkan Organisasi Pelestarian Al-Qur`an yangberdiri di Mesir pada tahun 1379 H atas prakarsa ketuanya Ustāz Labīb al-Sa'id.

Mereka sepakat untuk memberi nama produk mereka dengan nama املصحف املرتل atau 6.اجلميع الصويت

Rekaman tersebut menggunakan bacaan Syaikh Mahmud

Khalil al-Husheri, riwayat Hafash dari Imam 'Ashim. Kemudian pada tahun 1382H diiringi rekaman bacaan Abu 'Amir dengan riwayat al-Dauri.

Pemikiran-pemikiran yang mendasari pengumpulan al-Qur`an dalambentuk rekaman ini antara lain;

1. Tuntutan pelestarian al-Qur`an dengan cara-cara koreksi terhadappenerimaan al-Qur`an lewat lisan yang tidak terhitung oleh para pelajar al-Qur`an, sementara yang lainnya tidak aman dalam mushhaf, pelestarianterhadap bacaan-bacaan yang telah disepakati oleh kaum muslimin sertatuntutan periwayatannya yang kokoh, dan menghindari bacaan yang lemahyang berkiblat kepada salah seorang ahli qira`at saja.

2. Memudahkan memahami al-Qur`an serta menghafalnya terutama dinegara-negara yang kekurangan pakar qira`at al-Qur`an terpwercaya.

3. Pentingnya mempertahankan al-Qur`an dalam menghadapi para pencelaal-Qur`an serta dalam menghadapi setiap usaha untuk menyelewengkan al-Qur`an.

4. Menolong املصحف العثماين yang telah mempersatukan ummat Isla.

5. Menghindari berbagai penyimpangan terhadap al-Qur`an.6. Penyebaran bahasa al-Qur`an dan memperkokoh persatuan ummat Islam.

Pada masa sekarang rekaman al-Qur`an sudah berjalan begitu pesat. Telahmuncul berbagai model rekaman, apakah itu al-Qur`an digital ataukah model-model rekaman lainnya yang begitu canggih dan bisa dibawa kemana saja.

Pengumpulan al-Qur`an pada masa Rasulullah SAW.Pengumpulan al-Qur`an masa Rasulullah meliputi pengumpulan lewat

hafalan dan tulisan. Rasulullah tidak pernah lalai menganjurkan kepada parasahabatnya untuk selalu menghafal al-Qur`an. Rasulullah amat menyukai wahyudan senantiasa menunggu turunnya wahyu dengan rasa rindu, lalu menghafal danmemahaminya. Nabi Muhammad adalah hafidh al-Qur`an yang pertama dan

_____________6 Ibid., hal.137

Misnawati: Pengumpulan al-Qur'an suatu Keharusan kah?188

merupakan contoh yang paling baik bagi para sahabat dalam menghafalnya,sebagai realisasi kecintaan mereka kepada pokok agama dan sumber risalah.

Rasulullah SAW. tidak pernah lalai menganjurkan para sahabat untukselalu menghafal al-Qur`an, sehingga sikap beliau terhadap mereka adalah lebihmengutamakan yang paling hafal al-Qur`an. Apabila beliau mengutus suaturombongan ke suatu tempat, yang harus menjadi imam shalat adalah orang yangpaling banyak hafal al-Qur`an. Beliau juga mendahulukan orang yang banyakmembaca al-Qur`an untuk masuk ke liang lahad. Bahkan Beliau pernahmenikahkan seorang laki-laki dengan seorang perempuan dengan mas kawinberupa bacaan al-Qur`an.

Begitu besarnya perhatian Rasulullah terhadap usaha untuk menghafal al-Qur`an sehingga Beliau dalam menyampaikan al-Qur`an harus sama denganlafadh yang didengar (dari malaikat jibril),tidak boleh ada pengurangan danpenambahan. Hal inilah yang membuat hati Rasulullah dihantui perasaan khawatirdan sedih berlebihan, sehingga ketika turun al-Qur`an , beliau berusaha mengikutibacaan wahyu dan berusaha menghafalnya. Kejadian seperti ini berlangsungberkali-kali sehingga turun ayat 16-19 dari surat al-Qiyāmah. Setelah turun ayattersebut, apabila wahyu turun kepada Rasulullah SAW, Beliau diam dan hanyamenyimaknya. Setelah jibril pergi, Beliau merasakan bahwa al-Qur`an telahterkumpul di dalam dadanya, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah SWT.Pada masa Nabi Muhammad SAW. al-Qur`an sebenarnya telah ditulis, karenasetiap kali Nabi mendapatkan al-Qur`an dari Jibril, beliau menyuruh parasahabatnya untuk menuliskan wahyu tersebut di benda-benda yang dapat ditulis.

Para penulis wahyu.Setiap kali Nabi Muhammad SAW. menerima wahyu, beliau secara rutin

memanggil beberapa sahabat dan memerintahkan salah seorang dari mereka untukmenulis wahyu. Mereka itu disebut sebagai كتاب الوحي ( para penulis wahyu ),diantaranya adalah khalifah yang empat ( Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibnKhaththab, Utsman ibn 'Affan, dan 'Ali ibn Abi Thalib ), Zaid ibn Tsabit, Ubayibn Ka'ab, Mu'awiyah ibn Abi Sufyan, Yazid ibn Abi Sufyan, Khalid ibn Sa'id ibnal- 'Ash, Hanzhalah ibn al- Rabi', Zubair ibn al- Awwam, Mughirah ibn Syu'bah,'Abdullah ibn Rawahah, Khalid ibn al- Walid, Tsabit ibn Qais, dan lain-lain.7

Rasulullah SAW. memerintahkan mereka untuk menulisnya dan menunjukkanmereka tempat ayat tersebut dalam surat. Sehingga penulisan pada lembaran itumembantu penghafalan dalam hati. Di samping itu sebahagian sahabatpunmenuliskan al-Qur`an yang turun itu atas kemauan mereka sendiri, tanpadiperintah oleh Nabi.

Zaid bin Tsabit seringkali dipanggil oleh Rasulullah dan diberi tugaspenulisan saat wahyu turun. Sewaktu ayat al-Jihad turun, Nabi Muhammadmemanggil Zaid bin Tsabit membawa tinta dan alat tulis dan kemudianmendiktekannya. Tampaknya tak ada bukti pengecekan ulang setelah men-diktekan. Saat tugas penulisan selesai, Zaid membaca ulang di depan NabiMuhammad agar yakin tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.

Praktik yang biasa berlaku di kalangan para sahabat tentang penulisan al-Quran, menyebabkan Nabi Muhammad melarang orang-orang menulis sesuatu

_____________7 Ibid., hal. 110.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 189

darinya kecuali al-Quran: “Dan siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain al-Quran, maka ia harus menghapusnya.” Beliau ingin agar al-Quran dan haditstidak ditulis pada halaman kertas yang sama agar tidak terjadi campur aduk sertakekeliruan. Sebenarnya bagi mereka yang tak dapat menulis selalu hadir juga dimasjid memegang kertas kulit dan minta orang lain secara suka rela mau menulis-kan ayat al-Quran.

Berdasarkan kebiasaan Nabi Muhammad memanggil juru tulis ayat-ayatyang baru turun, kita dapat menarik anggapan bahwa pada masa kehidupan beliauseluruh al-Quran sudah tersedia dalam bentuk tulisan.

1. Alat tulisAlat tulis yang dipergunakan para sahabat pada masa Rasulullah

bermacam-macam, di antaranya: الرقاع ( potongan dari kulit kayu atau dedaunan),

اللخاف ( batu-batu yang tipis), العسب ( pelepah kurma), األكتاف ( tulang kambing

atau tulang unta yang lebar), األقتاب ( kayu yang diletakkan di punggung unta

sebagai alas untuk ditunggangi), dan قطع األدمي ( kulit).8 Para penulis wahyu di atas

menulis wahyu di alat-alat yang telah disebutkan di atas dan meletakkan hasiltulisannya di rumah Rasulullah Saw., dan masing-masing dari mereka menyimpansatu naskah.

2. Keistimewaa pengumpulan pada masa RasulullahPengumpulan al-Qur`an pada masa Rasulullah mempunyai beberapa

keistimewaan, di antaranya:a. Dalam hadits Nabi ditetapkan bahwa al-Qur`an diturunkan atas tujuh

dialek. Hadits yang menjelaskan hal tersebut di antaranya diriwayatkanoleh 'Umar ibn Khaththab.

b. Para ulama sepakat bahwa pengumpulan al-Qur`an pada masaRasulullah berdasarkan ayat-ayat, sedangkan susunan suratnya terdapatperbedaan pendapat di kalangan ulama.

c. Al-Qur`an pada masa Rasulullah Saw. belum terkumpul menjadi satumushhaf. Alasannya karena:a) Allah selalu menjaga Nabi dari sifat lupa.b) Masih menunggu datangnya ayat yang me-nasikh sebahagian

hukum yang terdapat di dalamnya atau yang me-nasikh bacaannya.c) Al-Qur`an tidak diturunkan sekaligus tetapi diturunkan secara

berangsur-angsur selama tenggang waktu 23 tahun.d) Urutan ayat dan surat dalam al-Qur`an tidak menurut urutan

turunnya. Seandainya al-Qur`an dikumpulkan dalam satu mushhafpada saat itu, tentu saja akan terjadi masalah bila perlu adanyaperubahan urutan yang berhubungan dengan turunnya ayat-ayatlain.

d. Sebahagian yang ditulis pada masa Rasulullah Saw. di-mansukhbacaannya, tetapi masih tertulis sampai Rasulullah wafat.

_____________8 Shubhi al- Shâlih, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur`ân,Cet. 26, (Libanon: Dâr al-Ilm li al-

Malâyîn, 2005), hal. 69-70.

Misnawati: Pengumpulan al-Qur'an suatu Keharusan kah?190

Jika terjadi perbedaan pendapat tentang bacaan al-Qur`an, para sahabat tidakmerujuk kepada apa yang ditulis. Mereka bertanya langsung kepada Rasulullahsaw. dan menunjukkan bacaan yang mereka perselisihkan. Namun setelahRasulullah Saw. wafat dan para sahabat ahli baca al-Qur`an banyah yang syahid,maka muncul pemikiran bahwa al-Qur`an harus dikumpulkan dalam satumushhaf. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Abu Bakar al-Shiddiq.

Pengumpulan al-Qur`an pada masa Abu Bakar Al-ShiddiqSetelah Rasulullah wafat, sebahagian bangsa Arab ada yang murtad.

Melihat situasi semacam ini, Abu Bakar-sebagai khalifah pertama-segeramenyiapkan pasukan dan mengirimkannya untuk memerangi orang-orang yangmurtad itu. Para sahabat yang bergabung dalam pasukan ini, sebahagian besarhafal al-Qur`an. Peperangan yamamah terhadap kaum murtad ini banyakmemakan korban di antaranya 70 ahli baca dan hafal al-Qur`an. Kejadian inimembuat sahabat khususnya Umar Ibn Khaththab merasa khawatir akanhilangnya sesuatu dari al-qur`an bersamaan dengan meninggalnya para huffadz.Beliau menghadap Abu Bakar dan mengusulkan agar mengumpulkan danmembukukan al-Qur`an karena dikhawatirkan akan musnah.

Selain itu Umar juga merasa khawatir jikalau peperangan di tempat lainakan membunuh banyak qari` pula sehingga al-Qur`an akan hilang dan musnah.Pada awalnya Abu Bakar merasa keberatan dengan usulan tersebut karenaRasulullah tidak pernah melakukan hal tersebut, namun setelah berdiskusi panjangakhirnya Allah Swt, membukakan hati Abu Bakar dan menerima usulan tersebut.9

Kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk melakukan pekerjaantersebut. Abu Bakar menceritakan kepadanya kekhawatiran dan usulan Umar.Pada awalnya Zaid menolak seperti halnya Abu Bakar sebelum itu. Keduanya lalubertukar pendapat sampai akhirnya Zaid dapat menerima dengan lapang dadaperintah penulisan al-Qur`an ini.

Sebab-sebab dipilihnya Zaid kembali dalam tugas pengumpulan al-Qur`ankarena:

1. Zaid termasuk penghafal al-Qur`an;2. Zaid menyaksikan pertemuan terakhir terhadap al-Qur`an, Zaid bin

Tsabit membaca al-Qur`an dua kali di hadapan Rasulullah Saw. Padatahun wafatnya Rasul;

3. Zaid termasuk penulis wahyu untuk Rasulullah;4. Zaid adalah seorang yang cerdas, wara’, berakhlaq mulia, teguh pada

agama, menjunjung tinggi amanah.10

Lalu Zaidpun mulai mengerjakan tugas tersebut dengan sangat hati-hati danteliti.

a. Metode yang Zaid gunakan dalam pengumpulan al-Qur`anSebagaimana kita ketahui Zaid adalah seorang yang hafal al-Qur`an

seluruhnya, serta seorang penulis wahyu. Zaid mulai mengumpulkan al-Qur`andari benda-benda yang pernah dipakai untuk menulis wahyu dan dari hafalan parasahabat serta tulisan yang ada pada mereka. Zaid tidak hanya bergantung padahafalan maupun tulisannya, karena kerja beliau bukan sekedar mengumpulkan,_____________

9 Mûsâ Syâhain Lâhain, Al Âli’u Al Hisân fî `Ulûm Al-Qur’ân,Cet.I,(Al Qâhirah: Dâr Al-Syurûq,2002), hal.51-52.

10 Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur`an…, hal. 115.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 191

namun juga melalui tausiq (penguatan),dan tatsabbut (pengokohan), pada apayang ditulis. Zaid tidak akan menuliskan kecuali hal tersebut betul-betul ayat al-Qur`an yang dahulu pernah diajarkan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya.

Bahkan Abu Bakar membentuk metode pengumpulan untuk Umar dan Zaiddengan mengatakan agar keduanya duduk di pintu masjid, lalu siapa yang datangkepada keduanya dengan membawa saksi terhadp sesuatu dari al-Qur`an makakeduanya menulisnya.Kehati-hatian dan ketelitian Zaid dalam mengumpulkan al-Qur`an membuahkan hasil hingga beliau mendapatkan akhir surat al-Taubahberada pada Khuzaimah al-Anshari, yang tidak beliau dapatkan pada sahabatlainnya.11Lembaran-lembaran tersebut kemudian disimpan di tangan Abu Bakarhingga wafatnya. Sesudah itu berpindah ke tangan Umar sewaktu masih hidup,dan selanjutnya berada di tangan Hafsah binti Umar.

Dengan demikian, Metode Zaid dalam pengumpulan al-Qur`an pada masaAbu Bakar, terdiri empat prinsip:

Pertama,apa yang ditulis dihadapan Rasulullah;Kedua,apa yang dihafal oleh para sahabat;Ketiga,tidak menerima sesuatu dari yang ditulis sebelum disaksikan oleh dua

orang saksi, bahwa ia pernah ditulis dihadapan Rasul.Keempat,hendaknya tidak menerima dari hafalan para sahabat kecuali apa

yang telah mereka terima dari Rasuluyllah Saw.12

b. Keistimewaan pengumpulan al-Qur`an pada masa Abu BakarKeistimewaan pengumpulan al-Qur`an pada priode Abu Bakar antara lain:a). Pengumpulan al-Qur`an pada masa ini dilakukan atas cara-carapembahasan dan penelitian yang mendalam dan kokoh;b). Nasikh(penghapusan) terhadap bacaan ayat-ayat tertentu dihilangkan;c). Dialek Arab yang dipakai dalam pengumpulan ini berjumlah7 dialek;d). Urutan ayat-ayat al-Qur`an dalam pengumpulan ini telah disepakati,sementara mengenai surat-suratnya terdapat perbedaan di kalangan ulama;e). Al-Qur`an ditulis satu naskah dalam pengumpulan ini dan disimpanoleh Abu Bakar, karena kedudukannya sebagai pemimpin kaum muslimin;f). Suksesnya pengumpulan pada masa ini berkat adanya kesepakatan umatdan kemutawatirannya.Pengumpulan al-Qur`an pada masa khalifah Abu Bakar berhasil dengan

kesepakatan para sahabat terhadap keshahihan dan penelitiannya, serta merekasepakat atas tidak adanya tambahan dan pengurangan. Mereka menerimanyasecara dengan sungguh-sungguh dan berperan aktif terhadap apa yang merekabutuhkan.

c. Pemberian nama mushhafSebelum pengumpulan pada masa Abu Bakar, kata al-Mushaf tidak

identik dengan al-Qur`an. Penyebutan itu didefinisikan setelah Zaidmenyelesaikan pengumpulan al-Qur`an. Kemudian Abu Bakar menerima danmenyimpannya hingga wafat. Mushhaf ini kemudian berpindah ke tangan Umar.Setelah Umar wafat mushhaf tersebut beralih ke tangan Hafsah. Sehinggamushhaf tersebut tetap ada pada Hafsah sampai diminta ‘Utsman untuk disalindan dikembalikan lagi. Ketika Hafsah wafat, ‘Utsman mengutus Marwan bin al-_____________

11 Shubhi al- Shâlih, Mabâhits…,hal. 76.12 Mûsâ Syâhain Lâhain, Al Âli’u Al Hisân…,hal.53.

Misnawati: Pengumpulan al-Qur'an suatu Keharusan kah?192

Hakam untuk menemani ‘Abdullah bin Umar sepulang dari mengantarjenazahnya. Hal itu dimaksudkan agar mushhaf diserahkan. Lalu ‘Abdullahmenyerahkannya kepada Marwan, kemudian disobek, karena khawatir ada yangberbeda dengan apa yang telah dikoreksi ‘Utsman.

Pengumplan al-Qur`an pada masa ‘Utsman bin ‘AffanKetika wilayah Islam mulai tersebar luas dan para qaripun sudah banyak di

berbagai wilayah Islam, mereka mengajarkan al-Qur`an kepada para penduduk disamping ilmu agama lainnya. Mereka mengajarkan al-Qur`an dengan tujuh dialekyang diterima dari Rasul. Penduduk Syam membaca dengan bacaan Ubay binKa’ab, Penduduk Kufah memperoleh bacaan mereka dari Ibnu Mas’ud. Sementarapenduduk Syiria memperoleh bacaannya dari Abu Darda`. Penduduk Basrah dariAbu Musa al- Asy’ari. Penduduk lainnya dari sahabat yang lain.

Pada saat pasukan muslim mulai mengarahkan konsentrasi kepadapenaklukan Armenia dan Azarbaijan, di mana pasukan ini terdiri dari pendudukSyam dan Irak, terjadilah perselisihan antara keduanya dalam hal bacaan al-qur`ansebagaimana yang terjadi pada masa Nabi Saw. Perselisihan ini kian meruncingsehingga Huzaifah al-Yaman melihat bahwa sebab terjadinya perselisihan inikarena adanya perbedaan bacaan/dialek disertai keyakinan dan kebiasaan bahwamasing-masing mereka merasa benar sedangkan yang lainnya dianggap salah dantersesat, sampai-sampai saling mengkafirkan satu sama lain. Hal ini membuatnyamerasa khawatir dan segera melaporkan keadaan tersebut kepada ‘Utsman bin‘Affan. Sementara itu di Madinah, ‘Utsmanpun mengalami hal yang sama. Disana para guru al-Qur`an mengajarkan dengan bacaan masing-masing, sehinggamereka bertengkar dan mengingkari bacaan yang lain. Inilah yang menyebabkan‘Utsman mempunyai prakarsa untuk menulis kembali naskah al-Qur`an dengantujuan untuk membuat mushhaf induk. Tujuannya adalah untuk mempersatukanmushhaf ( توحید المصاحف ). Setelah ‘Utsman mendengar informasi dari Huzaifahtentang apa yang dia lihat, lalu ‘Utsman meminta pertimbangan para sahabattentang hal yang harus dikerjakan. Kemudian ‘Utsman mengirim utusan kepadaHafsah ( untuk meminjamkan mushhaf Abu Bakar yang ada padanya) danHafsahpun mengirimkan lembaran-lembaran itu kepadanya. Lalu ‘Utsmanmembentuk lajnah atau tim penulis mushhaf sekitar akhir tahun 24 H – 25 H. Timtersebut berjumlah empat orang. Tiga di antaranya dari kalangan Muhajirin, yaituAbdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam.Sedangkan satu orang lagi dari kalangan Anshar yaitu Zaid bin Tsabit.13

‘Utsman menanyakan kepada para sahabat: “ siapakah yang paling pantasmenulis?” Mereka menjawab: Penulis Rasul adalah Zaid bin Tsabit.” ‘Utsmanbertanya lagi: “ Siapakah yang paling Arab( paling fasih)?” Mereka menjawab:Sa’id bin ‘Ash. ‘Utsman berkata: Hendaklah Sa’id mendiktekan dan Zaid yangmenulis.”14 ‘Utsman juga memberikan pengarahan kepada tim penulis mushhafkhususnya dari kalangan Muhajirin dengan berkata: “ Jika kamu berbeda dalammenulis sesuatu ayat al-Qur`an dengan Zaid bin Tsabit, Maka tulislah dengan

_____________13 Muhammad ‘Abd. Al-‘Adhîm al-Zarqâni, Manâhil al-‘Irfân fi ‘Ulûm Al-Qur`ân,jilid

1, ( Beirut: Dâr al-Ihyâ` al-Turâts al-‘Arabiy, tt), hal.231.14 Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur`an…, hal.121-122.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 193

bacaan yang sesuai dengan bacaan kaum Quraisy, karena al-Qur`an pertama sekaliturun dalam bahasa Arab Quraisy.”15

Merekapun melaksanakan perintah tersebut. Mereka membuat beberapaketentuan di antaranya:

1. Jika dalam satu ayat berturut-turut mengandung lebih dari satu bacaan,maka ayat tersebut ditulis bersih dari tanda-tanda apapun yangmemotong(memendekkan) ucapan atas satu bacaan, lalu ditulis dengansatu bentuk yang mengandung dua bacaan atau beberapa bacaanseluruhnya. Seperti: وا ب ف (al-Hujarāt ayat: 6) dibaca juga dengan

bacaan وا ث ف , ini adalah qira`at Hamzah dan al- Kisai.

ها ن (Al- Baqarah ayat: 259) merupakan qira`at ibn ‘Amir, ‘Ashim, Hamzah, danal-Kisai dibaca juga dengan رشها ن .2. Jika rasamnya tidak mungkin diakomodasikan ke dalam beberapa bacaan didalam al-Qur`an maka pada sebagian mushhaf ditulis dengan rasam yangmenunjukkan bacaan tertentu dan pada mushhaf yang lain dengan bentuk bacaan

:tertentu juga sepertiا ابراهيمseperti itu ditulis pada (al-Baqarah ayat 132)ووصى

sebagian mushhaf, pada sebagian yang lain ditulis واوصى yakni qira`at Nafi' dan

Ibnu 'Amir. وسارعوا اىل مغفرة من ربكم ( `Ali 'Imran ayat 133) dengan huruf وsebelum huruf س pada sebagian mushhaf, dan pada sebagian mushhaf yang lain

tidak pakai و ( menurut qira`at Nafi' dan Ibnu 'Amir.16

Zaid berkata: Ketika kami menyalin mushhaf saya teringat akan satu ayatdari surat al-Ahzāb yaitu ayat 23 yang pernah aku dengar dibacakan olehRasulullah Saw. maka kami mencarinya dan kami dapatkan pada Khuzaimah binTsabit al- Anshari, lalu kami tempatkan ayat tersebut dalam mushhaf.17 Denganselesainya al-Quran ditulis kembali, kaum muslimin mempunyai mushhaf induk(master) atau yang disebut Mushhhaf al- Imām. Mushhaf yang telah ditulisdisebarkan ke beberapa negeri, beserta seorang pendamping mushhaf, yaitu orangyang bacaannya valid. Utsman meminta Zaid untuk membaca di Madinah,‘Abdullah bin Sa’id di Mekkah, Mughirah bin Syihab di Syam, AbuAbdirrahmanal- Sulami di Kufah, Amr bin ‘Abd. Al- Qais di Basrah.18’Utsmanjuga mempunyai mushhaf sendiri, sehingga jumlah mushhaf yang ditulis padamasa itu sebanyak 6 buah. Tentang jumlah mushhaf yang dikirim ‘Utsman keberbagai wilayah terjadi perbedaan pendapat ulama. Ibnu Abu Daud mengatakanbahwa jumlahnya 7 buah yang dikirimkan ke Makkah, Syam, Basrah, Kufah,Yaman, Bahrain dan Madinah. Abu ‘Amir al-Dani dalam al-Muqni mengatakanbahwa ada 4 mushhaf, masing-masing dikirim Irak, Syam, Mesir dan Mushhaf

_____________15 Departemen Agama RI, Mukaddimah al-qur`andan Tafsirnya, ( Jakarta: Departemen

Agama RI, 2009), hal. 1316 Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur`an…, hal.123. Lihat juga Muhammad

‘Abd. Al-‘Adhîm al-Zarqâni, Manâhil.., hal. 232-233.17 Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits..,hal.130.18 Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur`an…, hal.127.

Misnawati: Pengumpulan al-Qur'an suatu Keharusan kah?194

Imam. Ada juga yang mengatakan jumlahnya ada 5 buah.19 Setelah mereka selesaimenyalinnya menjadi beberapa mushhaf, ‘Utsman mengembalikan lembaran-lembaran asli itu kepada Hafsah. Selanjutnya mengirimkan setiap wilayahmushhaf baru tersebut dan memerintahkan agar mushhaf lainnya dibakar.Mushhaf yang ditulis oleh ‘Utsman itu sekarang hampir tidak ditemukan lagi.Ibnu Katsir mengatakan bahwa ia menemukan satu buah di antaranya di masjidDamsyik di Syam. Mushhaf itu ditulis pada lembaran yang- menurutnya- terbuatdari kulit unta. Lalu mushhaf tersebut dibawa ke Inggris setelah beberapa lamaberada di tangan kaisar Rusia di perpustakaan Leningrad. Juga dikatakan bahwamushhaf tersebut terbakar dalam masjid Damsyik pada tahun 1310 H.20

Keistimewaan pengumpulan al-Qur`an pada masa 'Utsman.Ada beberapa keistimewaan pengumpulan al-Qur`an pada masa 'Utsman

Ibn Affan antara lain:a. Adanya penyederhanaan dialek menjadi satu dialek.b. Mengembalikan bacaan yang telah dihapus.c. Peringkasan terhadap apa yang ditetapkan pada "pemeriksaan terakhir" danmembuang selain hal tersebut.d. Peringkasan terhadap bacaan-bacaan yang telah kuat dan dikenal dariRasulullah Saw. dan pembatalan hal-hal yang belum kuat.e. Susunan ayat dan surat sama seperti yang dikenal saat ini.

Perbedaan Pengumpulan al-Qur`an pada masa Abu Bakar dan 'UtsmanPengumpulan al-Qur`an pada masa Abu Bakar berbeda dengan

pengumpulan al-Qur`an yang dilakukan 'Utsman dalam motif dan caranya.Pengumpulan al-Qur`an pada masa Abu Bakar disebabkan oleh kekhawatiranakan hilangnya sebagian al-Qur`an karena meninggalnya para penghafalnya,sebab ketika itu al-Qur`an belum terkumpul di satu tempat. Lalu dikumpulkandalam mushhaf dengan menertibkan ayat-ayat dan suratnya, sesuai denganpetunjuk Rasulullah kepada mereka. Sedangkan pengumpulan pada masa 'Utsmanlebih karena banyaknya perbedaan cara membaca al-Qur`an, sehingga merekamembacanya menurut dialek mereka masing-masing dengan bebas dan inimenimbulkan sikap saling menyalahkan. Karena khawatir akan timbul bencanamaka 'Utsman segera memerintahkan menyalin lembaran-lembaran itu ke dalamsatu mushhaf dengan menertibkan surat-suratnya dan membatasinya hanya padabahasa Quraisy saja dengan alasan al-Qur`an diturunkan dalam bahasa ArabQuraisy.

Bila dilihat dari caranya, maka pengumpulan al-Qur`an pada masa AbuBakar dengan memindahkan semua tulisan atau catatan al-Qur`an yang semulabertebaran di alat-alat yang dipakai untuk menulis kemudian dikumpulkan dalamsatu mushhaf. Ayat-ayat dan surat-suratnya tersusun serta terbatas pada bacaanyang tidak dimansukh dan mencakup ketujuh huruf sebagaimana ketika al-Qur`anditurunkan. Sedangkan pengumpulan pada masa 'Utsman menyalinnya dalam satuhuruf di antara ke tujuh huruf itu, untuk mempersatukan kaum muslimin dalamsatu mushhaf . Sehingga pengumpulan al-Qur`an pada masa Abu Bakar memilikikeberagaman bacaan sedangkan pada masa 'Utsman memiliki keseragamanbacaan._____________

19 Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits..,hal.134-135.20 Ibid., hal.135.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 195

Penyempurnaan Mushhaf setelah masa 'UtsmanMushhaf yang ditulis pada masa 'Utsman tidak bertitik dan tidak ada tanda

baca. Hal ini semata-mata didasarkan pada watak pembawaan orang-orang Arabyang masih murni sehingga mereka tidak memerlukan syakal dengan harakat danpemberian titik. Ketika bahasa Arab mengalami kerusakan karena banyak nyapercampuran dengan bahasa non Arab, maka para penguasa merasa penting adaperbaikan penulisan mushhaf dengan syakal, titik dan lainnya yang dapatmembantu bacaan yang benar. Para ulama berbeda pendapat tentang usahapertama yang dicurahkan untuk hal itu. Umumnya ulama berpendapat bahwaorang pertama yang melakukan hal ini adalah Abū al-Aswad al-Dualī, peletakpertama dasar-dasar kaidah bahasa Arab, atas permintaan Ali bin Abi Thalib.21

Abū al-Aswad al-Dualī pernah mendengar seorang qari membaca firmanAllah dalam surat al-Taubah ayat 3: ريء من املرشكني ورسو ن هللا . Kesalahan qari itu

pada pembacaan kasrah “lam”dalam kata Hal .رسو ini membuat terkejut Abū al-Aswad al-Dualī lalu ia menghadap Gubernur Basrah, Ziyad untuk memenuhipermintaannya dahulu untuk membuat tanda-tanda baca supaya orang dapatmemahami al-Qur`an dengan mudah. Ia segera memenuhi permintaannyaterdahulu karena dikejutkan dengan peristiwa tersebut. Dia mulai bekerja kerasdan hasilnya sampai pada tanda fathah berupa satu titik di atas huruf, tanda kasrahberupa satu titik di bawah huruf, tanda dhammah berupa satu titik di antara hurufdan tanda sukun berupa dua titik.22 Tinta yang digunakan untuk member titikberbeda dengan warna untuk menulis mushhaf. Dalam hal ini Abū al-Aswad al-Dualī belum memberikan syakal untuk semua huruf, Beliau hanya memberisyakal pada huruf akhirnya saja dari setiap kata. Karena itu kesalahan yang samadalam membaca al-Qur`an terjadi lagi. Keadaan ini mendorong Hujjaj memilihNashr bin ‘Ashīm al- Laisi sekitar tahun 80 H untuk menyempurnakan syakalyang sudah pernah dibuat oleh Abū al-Aswad al-Dualī untuk semua huruf dalamkata baik di awal, tengah, maupun akhir, namun masih tetap dalam bentuk titik.

Namun al-Suyuthi mengatakan bahwa Abū al-Aswad al-Dualī adalahorang yang pertama melakukan usaha itu atas perintah Abdul Malik bin Marwan,bukan atas perintah Ziyad. Dalam beberapa riwayat yang lain menisbahkanpekerjaan ini kepada orang lain, di antaranya kepada Hasan al-Basri, Yahya binYa’mar, dan Nashr bin ‘Ashīm al- Laisi. Tetapi Abū al-Aswad al-Dualīlah yangterkenal dalam hal ini.23

Pada priode selanjutnya Imam khalil bin Ahmad al-Farahidi(w.177 H)guru imam Sibawaihi( ahli Nahwu), menyempurnakan titik yang pernah ditulisAbū al-Aswad al-Dualī menjadi harakat yang ada sekarang ini, yaitu harakatfathah dengan alif miring, dhammah dengan waw kecil, kasrah dengan yā` kecilyang dipangkas kepalanya, tasydīd dengan kepala huruf sīn, sukūn dengan kepalahuruf khā` kecil, dan seterusnya. 24

Selanjutnya mushhaf terus mengalami perubahan seperti penomoran ayat,pemberian nama surat, jumlah ayat pada satu surat dan urutan turunnya, tanda

_____________21 Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits..,hal.150.22 Muhammad ‘Abd. Al-‘Adhîm al-Zarqâni, Manâhil.., hal.151. Lihat juga Mûsâ Syâhain

Lâhain, Al Âli’u Al Hisân...,hal.67.23 Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits.., hal.151.24 Departemen Agama RI, Mukaddimah…, hal. 14-15

Misnawati: Pengumpulan al-Qur'an suatu Keharusan kah?196

waqaf, tanda ayat sajadah, pembagian al-Qur`an menjadi 30 juz, dan setiap juzdibagi menjadi dua bagian yang sebahagian dinamakan dengan hizb. Setiap hizbmenjadi 4 bagian lagi, sehingga setiap juz terdapat 8 bagian. Dengan begitu al-Qur`an mempunyai 60 hizb dan 240 rub' yaitu 30 juz dikalikan 8. Pembagiansemacam ini untuk memudahkan bagi pembaca atau penghafal al-Qur`an. Carapenulisan al-Qur`an juga mengalami perbaikan seperti al-Qur`an ayat pojok ataudisebut juga dengan al-Qur`an untuk para penghafal al-Qur`an. Mushhaf ini untuksetiap sudutnya berupa akhir ayat. Mushhaf dengan model ini mempunyai 300lembar dan 600 halaman. Setiap halaman terdiri dari 15 baris. Bentuk khath jugamengalami perkembangan. Pada mulanya memakai khath kūfī yang kelihatankaku. Lalu muncul khath tsulutsī dan naskhī. Dengan khath naskhī inilah akhirnyahampr seluruh mushhaf yang ada sekarang ini ditulis.

KESIMPULANDari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa:

1. Pengumpulan al-Qur`an adalah usaha penghimpunan dan pemeliharaan al-Qur`an melalui penghafalan dan penulisan ayat-ayat dan surat-surat al-qur`an.

2. Pengumpulan al-Qur`an dilakukan dalam beberapa periode yaitu:a. Periode Rasulullah Saw., pengumpulan melalui hafalan dan tulisan

dimana penulisan al-Qur`an pada masa Nabi Muhammad denganmencatat semua wahyu yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahunyang diturunkan secara berangsur-angsur. Penulisan ini dilakukanuntuk memperkuat hafalan para sahabat terhadap al-qur`an tersebut.

b. Periode Abu Bakar al-Shiddiq, pengumpulan al-Qur`an ini terjadikarena banyaknya para penghafal al-Qur`an yang wafat pada perangYamamah yang dikhawatirkan akan hilangnya al-Qur`an. Pe-ngumpulan ini dilakukan oleh Zaid bin Tsabit atas inisiatif dari Umarbin Khaththab dengan cara mengumpulkan semua tulisan-tulisan yangtersebar di berbagai alat tulis yang dipakai pada masa Nabi untukmenjadi satu mushhaf dengan beraneka ragam bacaan.

c. Periode ‘Utsman bin Affan, pengumpulan al-qur`an dilakukan karenaterjadinya perbedaan bacaan al-Qur`an di berbagai wilayah yangdikhawatirkan terjadinya pertumpahan darah. Pengumpulan al-Qur`anpada masa ini juga dipercayakan kepada Zaid bin Tsabit dengandibantu oleh 3 orang anggota lainnya yaitu ‘Abdullah bin Zubair, Sa’idbin ‘Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam. Mereka me-nyalinnya ke dalam beberapa mushhaf dengan menyeragamkanbacaannya dengan menggunakan bahasa Arab Quraisy untuk dikirimke beberapa wilayah Islam. Sedangkan yang tinggal pada ‘Utsmansendiri disebut dengan mushhaf al-Imam yang lebih dikenal denganmushhaf ‘Utsmani. Pengumpulan al-Qur`an pada periode ini diurutberdasarkan tertib ayat dan surat seperti sekarang ini.

d. Periode sesudah ‘Utsman bin Affan lebih focus kepada perbaikanuntuk mempermudah dalam membaca al-Qur`an. Abū al-Aswad al-Dualī adalah orang yang pertama meletakkan dasar kaidah-kaidahbahasa Arab termasuk pemberian titik dan syakal dengan warna tintayang berbeda dengan tulisan mushhaf.

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 197

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Mukaddimah al-Qur`an dan Tafsirnya, Jakarta:Departemen Agama RI, 2009.

Fahd bin Abdurrahman al-Rûmi, Ulumul Qur`an: Studi Komplesitasal-Qur`an, terj. Amirul Hasan dan Muhammad Halabi, Yogyakarta: TitianIlahi,1996.

Mannâ’ al Qaththân, Mabâhits fi ‘Ulûm al-Qur`ân, Riyâdh: Maktabah al-Ma’ârif li al-Nasyr wa al-Tauzî’, 2000.

Muhammad Abd. al-‘Adhîm al-Zarqâniy, Manâhil al-‘Irfân fi ‘Ulûm al-Qur`ân,jilid I, Beirut: Dâr Ihyâ` al-Turâts al-‘Arabiy, t.t.

Muhammad ‘Ali al-Shâbûniy, al-Tibyãn fi ‘Ulûm al-Qur`ân, Mesir: Dâr al-Shâbûniy: 1999.

Mûsâ Syâhain Lâhain, Al Âli’u Al Hisân fî `Ulûm Al-Qur’ân,Cet.I, Al Qâhirah:Dâr Al- Syurûq,2002.

Shubhi al- Shâlih, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur`ân,Cet. 26, Libanon: Dâr al-Ilm li

al-Malâyîn, 2005.

Petunjuk Penulisan198

PEDOMAN PENULISAN

1. Artikel dapat ditulis dalam bahasa Indonesia, Arab atau Inggeris, denganmengikuti kaidah kebahasaan yang baku dan berlaku dalam dunia ilmiah.

2. Artikel diketik 1,5 spasi pada kertas ukuran A4 dan dikirim dalam bentuk cetak(print out) sebanyak 1 eksemplar beserta CD, atau dikirim melalui email kealamat: [email protected] atau [email protected]. Panjang tulisan12-20 halaman. Tulisan diserahkan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum jurnalditerbitkan setiap edisinya.

3. Artikel konsepsional meliputi judul, nama penulis, Abstrak yang berkisar 100 –150 kata, kata kunci, pendahuluan, isi atau pembahasan, penutup, catatan kakidan daftar rujukan.

4. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris, kecuali untuk tulisan yang berbahasaInggris dan Arab, abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia.

5. Artikel merupakan tulisan konsepsional atau hasil penelitian berkaitan dengan al-Qur’an atau hadits dalam berbagai perspektif.

6. Nama penulis artikel (tanpa gelar akademik, jabatan atau kepangkatan)dicantumkan disertai alamat korespondensi, alamat e-mail, dan/atau nomortelepon kantor, rumah atau telepon seluler.

7. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama dan indentitas peneliti, abstrak (100-150 kata), kata kunci, pendahuluan (masalah, tujuan dan manfaat penelitian),metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan saran, catatanakhir, dan daftar rujukan.

8. Kutipan ayat al-Qur'an harus menuliskan ayat dan terjemahnya sertamencantumkan nama surat dan nomor ayat.

9. Kutipan Hadits ditulis secara lengkap teks dan terjemahnya serta sumbernya.

10. Artikel yang memenuhi syarat diseleksi dan diedit penyunting untukpenyeragaman format dan gaya penulisan tanpa mengubah isinya.

11. Penulisan catatan kaki/footnote dan daftar rujukan berbeda. Perbedaannya dapatdiketahui pada contoh berikut:

a. Catatan kaki/footnote

1 Philip K. Hitti, History of The Arabs (London: the Macmillan Press Ltd,1970), 87

2 Mohammad Arkoun, Islam al-Akhlaq wa al-Siyasiyah (Beirut: Markaz al-Inna al- Qawmi, 1990), 172-173

3 Crane Brinton, “Eglightement”, dalam Encyclopedia of Philosopy, vol. 2(New York: Macmillan and the Free Press, 1967), 521

4 M. Syamsul Huda, “Rasionalisme Telaah Pemikiran Imre Lakatos”, dalamwww. Geocities. Com/HotSprings/6774/j-40

Al-Mu‘ashirah Vol. 11, No. 2, Juli 2014 199

5 M. Amin Abdullah, “Dialektika Agama antara Profanitas dan Sakralitas”,dalam Moh. Shofan, Jalan Ketiga Pemikiran Islam Mencari SolusiPerdebatan Tradisionalisme dan Liberalisme (Yogyakarta: IRCiSoD,2006)

b. Daftar Pustaka

Abdullah, M.Amin, “Dialektika Agama antara Profanitas dan Sakralitas”,dalam Moh.Shofan, Jalan Ketiga Pemikiran Islam Mencari SolusiPerdebatan Tradisionalisme dan Liberalisme. Yogyakarta: IRCiSoD,2006

Arkoun, Mohammad. Islam al-Akhlaq wa Siyasah. Beirut: Markaz al-Inma’al-Qawmi, Macmillan and the Free Press, 1967.

Hitti, Philip K. History of the Arabs. London: the Macmillan Press Ltd., 1970

Huda, M.Syamsul. “Rasionalisme Telaah Pemikiran Imre Lakatos”, dalamwww.geocities.com/6774/j-40.