daftar isi

Upload: dl-vontee

Post on 29-Oct-2015

96 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

contoh

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

PAGE

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK GLIKOSIDA ANTRAKUINON DARI DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera .L) SEBAGAI LAXATIVE DENGAN METODE KEMPA LANGSUNG

DOSEN PENGAMPU

Wintari Taurina M.Sc, Apt

DI SUSUN OLEH

1. Gia Saputra

(I22111038)

2. Juliferd Gredi

(I22111025)

3. Oka Jaya Murdani(I22111014)

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Formulasi Tablet Kunyah Ekstrak Glikosida Antrakuinon dari Daun Lidah Buaya (Aloe vera .L) Sebagai Laxative Dengan Metode Kempa Langsung . Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya :

1. Kepada Kedua orang tua penulis dan keluarga penulis , atas doa dan dukungan baik moril maupun materil yang sangat besar artinya bagi perjalanan hidup penulis.

2. Wintari taurina M,Sc. Apt dan Liza Pratiwi M,Sc. Apt selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

3. Rekan-rekan satu angkatan BUMERANG PANDAWA dan Rekan-rekan satu tim AMFLAS.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.PONTIANAK, 1 Juli 2013

PenulisDAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR

iDAFTAR ISI

iiBAB I PENDAHULUAN

11.1. Latar Belakang

11.2. Rumusan Masalah

41.3. Tujuan Penelitian

41.4. Manfaat Penelitian........................................................................

5BAB II TINJAUAN PUSTAKA

62.1. Tumbuhan Lidah Buaya (Aloe Vera.L)

62.1.1. Klasifikasi............................................................................

62.1.2. Morfologi.............................................................................

62.1.3.Budi Daya Tanaman Lidah Buaya.....................................

82.1.4. Kandungan Kimia...............................................................

102.1.5. Khasiat................................................................................

112.2. Metode Ekstraksi

112.2.1. Maserasi................................................................................112.3. Pembuatan Simplisia......................................................................122.4. Uraian Tablet

13 2.4.1. Pengertian Tablet.................................................................

13 2.4.2. Keuntungan Dan Kerugian Sediaan Tablet

14 2.4.3. Tablet Kunyah

15 2.4.4. Komponen Tablet

15 2.4.5. Metode Pembuatan Tablet...................................................

17 2.4.5.1. Kempa Langsung

17 2.4.6. Evaluasi Serbuk

17 2.4.7. Evaluasi Sifat Fisik Tablet

192.5.Monografi Bahan

202.6.Pengemasan

24BAB III METODELOGI

273.1. Formulasi Tablet

273.2. Perhitungan Dosis

273.3. Alat Dan Bahan

283.3.1. Alat

283.3.2. Bahan

283.4. Cara Kerja

293.4.1. Pembuatan Serbuk Halus Daging Daun Lidah Buaya

293.4.2. Pembutan Ekstrak Etanol Daging Daun Lidah Buaya

293.4.3. Pembuatan Tablet Kunyah Cara Kempa Langsung

29BAB IV DAFTAR PUSTAKA

30BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimantan Barat sangat kaya akan hasil bumi khususnya tanaman obat yang jumlahnya sangat banyak. Hal ini yang mendasari dilakukannya penelitian-penelitian yang mengarah kepada tanaman obat yang dapat digunakan, yang dibuat dalam bentuk dan kemasan yang menarik. Obat tradisional sudah diupayakan untuk ditingkatkan kualitasnya baik dari segi proses pembuatannya maupun dari segi bentuk sediaannya. Dampak negatif penggunaan bahan sintesis menyebabkan kecenderungan masyarakat dewasa ini untuk kembali ke bahan alami. Kecenderungan ini meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan obat tradisional sebagai alternatif utama dalam pengobatan, pemeliharaan kesehatan, maupun kosmetik.

Pemanfaatan tumbuhan obat tersebut diperoleh berdasarkan penggalaman yang diturunkan nenek moyang. Pengobatan dari bahan asal tumbuhan disebut fitoterapi yang dalam penerapannya dikenal dengan Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka (Anonim, 2005). Daun lidah buaya (Aloe vera, L) merupakan salah satu tanaman obat tradisional khas Kalimantan Barat, yang secara empirik digunakan sebagai obat penyakit diabetes melitus (Wijayakusuma, 1994). Daun lidah buaya ini juga dapat digunakan untuk obat urus-urus, obat sakit perut, obat eksim, penyubur rambut, sakit kepala, kejang pada anak, batuk rejan, wasir dan peluruh haid. Bahkan telah dilakukan penelitian tentang studi efek glikosida antrakuinon yang terdapat pada daun lidah buaya berkhasiat pada bagian gastrointestinal sebagai laxative.Laksatif adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk membantu mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus. Dalam operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus sebelum operasi dilakukan. Laksatif merupakan obat bebas. obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi konstipasi atau sembelit.

Untuk dapat mengambil zat aktif glikosida antrakuinon yang berfungsi sebagai laxative tersebut dilakukan proses penyarian dengan maserasi sehingga didapatkan ekstrak. Namun ekstrak ini, pada umumnya sukar ditakar serta bahan aktif dan sediaan obatnya tidak stabil karena tingginya kadar air yang terdapat pada ekstrak tersebut. Sehingga diperlukan suatu sediaan yang lebih praktis untuk mengatasi kekurangan dari ekstrak tersebut. Pada penelitian ini, dipilih suatu sediaan padat yaitu tablet khususnya tablet kunyah.

Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk hancur perlahan lahan dalam mulut dengan kecepatan yang wajar dengan atau tanpa mengunyah dengan sesungguhnya. Karakteristik tablet kunyah, bila di kunyah akan hancur membentuk massa yang halus, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Pemilihan sediaan tablet kunyah di dasari dari rasa daun lidah buaya (Aloe vera, L) yang pahit dan memuakkan (memuntahkan) serta memiliki bau khas yang tidak enak sehingga apabila di buat dalam bentuk tablet kunyah dapat menutupi bau dan rasa yang tidak enak tersebut. Berdasarkan alasan tersebut pemilihan bentuk sediaan lain mungkin juga dapat di lakukan seperti bentuk sediaan kapsul, namun mengingat bahwa kegunaan obat yang akan di buat adalah obat laxative yaitu obat sembelit dimana pemakaiannya hanya jika di perlukan sehingga dalam penelitian ini bentuk sediaan tablet kunyah lebih di pilih. Tablet kunyah disebut juga tablet spesial karna hanya digigit hingga hancur dan ditelan. Sediaan nya memiliki rasa aromatik yang menyenangkan, tidak mengandung bahan penghancur dan lebih disukai oleh pasien yang mempunyai kesulitan dalam menelan tablet. Oleh karna itu untuk menelan tidak diperlukan lagi air minum, sehingga sediaan ini dinilai menguntungkan bagi pekerja wisatawan dan sebaginya.

Metode yang di gunakan dalam pembuatan sediaan tablet kunyah ini adalah metode kempa langsung, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa (Anonim, 1995). Penggunaan metode kempa langsung juga di dasari oleh sifat dari zat aktifnya yaitu glikosida antrakuinon yang mudah terhidrolisis sehingga apabila menggunakan metode granulasi akan sukar di lakukan dan juga mengingat metode kempa langsung merupakan metode yang paling sederhana dan merupakan metode yang paling sesuai untuk sediaan tablet kunyah.

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak buah lidah buaya (Aloe vera, L ) menjadi sediaan tablet kunyah yang baik dan akseptabel dengan bahan pemanis yang digunakan. Pemanis yang digunakan pada penelitian ini adalah Siklamat. Siklamat merupakan bahan pemanis buatan yang masih popular di Indonesia, sangat mudah larut dalam air dan etanol, serta berasa manis. Siklamat memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 30 kali tingkat kemanisan gula dengan tanpa nilai kalori. Dampak negatif siklamat adalah penyebab kanker kandung kemih, karena itu maka level yang aman untuk penggunaan pemanis buatan ini hanya 45% nilai ADI.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa kegunaan dan kandungan apa yang terdapat dalam lidah buaya?

b. Apa yang di maksud dengan Tablet kunyah?

c. Apa yang di maksud metode kempa langsung?

d. Apa yang di maksud dengan maserasi?

e. Bagaimana pembuatan ekstrak serbuk lidah buaya?

f. Bagaimana cara mengambil glikosida antrakuinon pada daun lidah buaya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh glikosida antrakuinon pada daun lidah buaya ( Aloe vera L. ) Pontianak sebagai laxative

2. Mengetahui formulasi sediaan tablet kunyah yang baik serta efisien dari daun lidah buaya ( Aloe vera L.) dengan menggunakan metode kempa langsung

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi institusi pendidikan kefarmasian

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang formulasi sediaan padat, menjadi bahan referensi bagi peneliti sejenis dimana yang akan dating terutama untuk penelitian dengan metode dan variable yang lebih kompleks,serta ikut berperan dalam peningkatan bidang penelitian tingkat fakultas, sebagai salah satu upaya menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

b. Bagi peneliti

Mengembangkan ilmu dan mengaplikasikan nya untuk memperoleh suatu pengobatan atau bentuk sediaan obat di masa depan, guna meningkatkan taraf hidup masyarakat terhadap masalahformulasi sediaan yang cocok

c. Bagi masyarakat

Memberikan informasi mengenai kegunaan dan khasiat daun lidah buaya ( Aloe vera L) Pontianak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera L)

2.1.1 Klasifikasi

Sinoninm : Aloe barbadensis Mill

Divisi

: Spermatophytra

Sub divisi : Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Bangsa : Liliaceae

Suku

: Liliaceae

Marga

: Aloe

Jenis

: Aloe vera L

2.1.2 Morfologia. Batang Tanaman Aloe Vera berbatang pendek. Batangnya tidak kelihatan karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Melalui batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya menjadikan anakan. Aloe Vera yang bertangkai panjang juga muncul dari batang melalui celah-celah atau ketiak daun. Batang Aloe Vera juga dapat disetek untuk perbanyakan tanaman. Peremajaan tanaman ini dilakukan dengan memangkas habis daun dan batangnya, kemudian dari sisa tunggul batang ini akan muncul tunas-tunas baru atau anakan.

b. Daun Daun tanaman Aloe Vera berbentuk pita dengan helaian yang memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifaat sukulen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku obat.

c. Tanaman lidah buaya tahan terhadap kekeringan karena di dalam daun banyak tersimpan cadangan air yang dapat dimanfaatkan pada waktu kekurangan air. Bentuk daunnya menyerupai pedang dengan ujung meruncing, permukaan daun dilapisi lilin, dengan duri lemas dipinggirnya. Panjang daun dapat mencapai 50 75 cm, dengan berat 0,5 kg 1 kg, daun melingkar rapat di sekeliling batang bersaf-saf.

d. Bunga Bunga Aloe Vera berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan, dan panjangnya bisa mencapai 1 meter. Bunga biasanya muncul bila ditanam di pegunungan.e. Akar: Akar tanaman Aloe Vera berupa akar serabut yang pendek dan berada di permukaan tanah. Panjang akar berkisar antara 50 100 cm. Untuk pertumbuhannya tanaman menghendaki tanah yang subur dan gembur di bagian atasnya.

2.1.3 Budidaya Tanaman Lidah buayaBudidaya Tanaman Lidah Buaya telah dilakukan semenjak beberapa tahun yang lalu di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memenuhi pasar ekspor terutama ke negara Jepang. Jepang adalah negara pengguna lidah buaya terbesar di dunia, kebutuhan akan lidah buaya segar mencapai 20 kontainer (300 ton/bulan). Kebutuhan ini dipasok oleh Brazil dan Thailand.Melihat kebutuhan pasar ekspor yang besar tersebut, maka budidaya lidah buaya merupakan usaha bisnis yang menggiurkan. Selain itu, Indonesia saat ini masih mengimpor hasil dari olahan lidah buaya seperti sabun, sampoe, powder dan olahan lainnya.

Budidaya lidah buaya tidaklah sesulit yang kita bayangkan, hal ini dikarenakan linkungan tumbuh dari tanaman lidah buaya sangat cocok untuk dikembangkan di daerah tropis seperti Indonesia. Ada tiga jenis tanaman lidah buaya yang memiliki nilai komersial yang tinggi: antara lain Aloe barbandensis dari Amerika, Aloe ferox dari Afrika dan Aloe sinensis dari Asia (Cina).

Aloe barbandensis adalah yang terbaik untuk dibudidayakan karena lebih tahan terhadap hama dan penyakit, ukurannya jauh lebih besar dibanding jenis lainnya

Diagram Alur Budidaya Tanaman Lidah Buaya

Cara Budidaya Tanaman Lidah BuayaSebelum melakukan budidaya tanaman lidah buaya dilakukan penyiapan lahan untuk budidaya. Lahan disiapkan dalam keadaan telah dibajak dan di gemburkan terlebih dahulu kemudian di buat saluran drinase dan bedengan. Bendengan dibuat dengan ukuran 1 x 2 meter dan tinggi 30-40 cm dan panjang di sesuaikan dengan kondisi lahan. Budidaya tanaman lidah buaya dimulai dengan melakukan pembibitan terlebih dahulu, pembibitan dilakukan cara vegetatif, bibit diambil dari tanaman induk berupa anakan dengan jalan dicongkel dan diusahakan agar akarnya tidak putus. Anakan yang telah di dapatkan ditanam dalam polibag. Lama pembibitan adalah 3-5 bulan.

Setelah masa pembibitan barulah bisa ditanam diareal pembudidayaan. Bibit tanaman lidah buaya ditanam dalam lubang dengan kedalaman kurang lebih 10 cm. Pada waktu penamanan diusahakan agar tanaman lidah buaya tidak berhimpitan dandaun tidak patah.

Pemeliharaan tanaman lidah buaya dilakukan dengan cara memasukan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 2-5 kg pada waktu 1-2 minggu sebelum ditanam. Kemudian setelah pasca tanam dapat diberikan pupuk Urea dan Furadan. Lidah buaya sudah dapat dipanen pada umur 12-8 bulan setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan setiap bulan.

2.1.4 Kanduangan KimiaDaun dan akar mengandung saponin dan flavonoid, disamping daunnya mengandung tanin dan polifenol. Lidah buaya mempunyai kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh dengan cukup lengkap, yaitu vitamin A, B1, B2, B3, C, E, choline, inositol dan asam folat. Kandungan mineralnya antara lain terdiri dari : kalsium (Ca), magnesium (Mg), potassium (K), sodium (Na), besi (Fe), zinc (Zn), dan kromium (Cr). Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, magnesium dan zinc. Daun lidah buaya segar mengandung enzim amilase, catalase, cellulase, carboxypeptidase, dan lain-lain. Lidah buaya juga mengandung sejumlah asam amino arginin, aspargin, asam aspartat, alanin, serin, valin, glutamat, treolin, glisin, lisin, prolin, hisudin, leusin, dan isoleusin (Anonim, 2002).2.1.5 KhasiatDaun sebagai obat urus-urus, obat sakit perut, obat eksim, dan penyubur rambut, sebagai pembentuk antioksidan alami yang berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung, dan berbagai penyakit degeneratif.Lidah buaya telah digunakan selama ribuan tahun untuk menyembuhkan berbagai kondisi, terutama luka bakar, luka, iritasi kulit, diabetes, herpes, dan sembelit (Odes and Madar, 1991).2.2 Metode Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995). Untuk memperoleh ekstrak dapat dilakukan dengan cara penyarian atau ekstraksi, berikut ini beberapa metode ekstraksi:

2.2.1 Maserasi

Istilah maserasi berasal dari bahasa latin macerace, yang artinya merendam. Merupakan proses yang paling tepat dimana obat yang halus memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan melunakkan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel, maka larutan yang pekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga akan terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).

Rendaman disimpan terlindung cahaya langsung dikocok kembali (Voigt, 1995). Setelah dimaserasi, rendaman diperas, dan sisanya juga diperas lagi. Hasil ekstraksi disimpan dalam kondisi dingin selama beberapa hari, lalu cairannya dituang, dan disaring (Voigt, 1995). Pada maserasi, pemekatan dilakukan dengan cara penguapan pada tekanan rendah dan suhu 50(C (Anonim, 1986).

2.3 Pembuatan SimplisiaSimplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral (Anonim, 1985).Pembuatan simplisia umumnya melalui tahap sebagai berikut :a. Pengumpulan bahan

Sumber simplisia tanaman obat dapat berupa tanaman liar atau tanaman budidiya.Tanaman liar umumnya kurang baik untuk dijadikan sumber simplisia dibandingkan dengan tanaman budidaya, karena simplisia yang dihasilkan mutunya tidak tetap. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia lainnya tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh (Anonim, 1985)

b. Sortasi basahSortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia seperti tanah, kerikil, rumput, batang, akar yang telah rusak, serta kotoran lainnya.

c. PencucianPencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah atau kotoran lainnya yang melekat pada simplisia. Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air dari mata air, air sumur, dan air PAM.

d. PerajanganBeberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bertujuan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakkan, dan penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki (Anonim, 1985).

2.4 Uraian Tablet

2.4.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa catak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengikat zat pengisi zat pengembang zat pelicin zat pembasah atau zat lain yang cocok.

2.4.2 Keuntungan dan Kerugian Sedian Tablet

Keuntungan sedian tablet meliputi:

a. Tablet merupakan bentuk sediaaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral.

b. Murah dan mudah dikemas

c. Ringan dan kompak

d. Mudah dikenali

e. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepaan khusus seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat.

f. Mempunyai sifat pencampuran kimia mekanik dan stabilitas mikrobilogi yang paling baik.

Kerugian tablet :

a. Beberapa obat tdak dapat dikempa menjadi padatan kompak.

b. Obat yang kelarutan rendah, dosis tinggi, absorbsi optimum tinggi melalui saluran cerna akan sukar atau tidak mungkin di formulasi dan di fabrikasi.

c. Pahit, bau yang sulit dihilangkan, peka terhadap oksigen dan kelembaban udara.

Tablet yang baik harus memilik sifat sifat sebagai berikut :

a. Tablet harus cukup kuat dan tahan terhadap penanganan selama proses fabrikasi.

b. Zat aktif yang terkandung didalam tablet harus memberikan efek terapi

c. Tablet harus memiliki keseragaman bobot

d. Tablet harus memiliki penampilan yang baik dan harus memiliki ciri ciri lain yang merupakan identitas produk.

2.4.3 Tablet kunyah

Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama mutivitamin, antasida, dan antibiotik. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa (Anonim, 1995).

Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk hancur perlahan lahan dalam mulut dengan kecepatan yang wajar dengan atau tanpa mengunyah dengan sesungguhnya. Karakteristik tablet kunyah, bila di kunyah akan hancur membentuk massa yang halus, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.

2.4.4 Komponen Tablet

Bahan bahan tambahan pembuatan tablet dibagi atas :

1. Bahan pengisi atau diluent

Bahan pengisi digunakan untuk menambah besar tablet sehingga memungkinkan untuk dikempa atas dasar kelarutan nya dalam air.

2. Bahan pengikat (binders)

Bahan pengikat yaitu mempunyai sifat adesif, sehingga bisa dicampur dengan serbuk, dapat mengubah serbuk menjadi granul, selanjut nya jadi granul dikempa akan menjadi kompak.

3. Bahan pelicin (lubrikan)

Fungsi utama dari lubrikan adalah mereduksi gesekan yyang timbul antar muka dari tablet dan dinding die, selam kompresi dan ejeksi.

4. Bahan penghancur disentgrant

Fungsi bahan penghancur adalah memudahkan tablet hancur setelah pemberin obat sehingga dapat di absorbsi.

5. Glidant

Bahan yang ditambahakan untuk memperbaiki sifat alir granul, agar mudah mengalir kedalam ruang cetak dengan cara mengurangi daya gesekan antar partikel.6. Zat pewarna

Zat pewarna pada tablet diberikan dengan tujuan untuk menambah nilai keindahan pada tablet tersebut dan membedakan bahan satu dan yang lain selama proses produksi.

7. Zat perasa

Zat perasa biasanya ditambahkan untuk menutupi rasa pahit atau rasa yang kurang menyenagkan pada obat makanan dan minuman.2.4.5 Metode Pembuatan Tablet

Proses umum pembuatan tablet yang biasa dilakukan adalah metode kempa langsung, metode granulasi kering, dan metode granulasi basah. Metode granulasi basah merupakan metode paling luas digunakan dalam produksi tablet (Parrot, 1971).

2.4.5.1 Metode kempa langsung (direct compression)

Kempa langsung adalah pengempaan bahan obat atau campuran bahan obat dengan bahan tambahan berbentuk serbuk tanpa proses granulasi (Voight, 1984). Bahan tambahan yang biasa digunakan pada metode inii relatif lebih mahalkarena mempunyai spesifikasi khusus.

2.4.6 Evaluasi Serbuk

a. Pengukuran sifat alir campuran serbuk

Sifat alir diukur dengan secara tidak langsung yaitu dengan metode pengetapan.Campuran serbuk dimasukan kedalam gelas ukur sampai volume 100ml (V0), gelas ukur diletakan diatas motor pengetap. Alat dijalankan, dicatat volume perubahan setelah pengetapan (Vt) dengan t= 5,10,15,20,25,30.

T%= V1-V2 x 100%V1

b. Pengukuran densitas massa campuran serbuk

Kedalam gelas ukur 100ml diisikan campuran serbuk yang dievaluasi sampai mencapai 100ml tanpa dilakukan penghentakan. Setelah campuran serbuk yang ada dalam gelas ukur ditimbang bobot nya, kemudian densitas campuran serbuk dihitung menggunakan rumus

P= bobot gelas ukur+ serbuk)- bobot gelas ukur kosong

Volume gelas ukurc. Uji kompaktibilitas

Campuran serbuk formula dikempa menjadi tablet. Skala punch atas yang digunakan adalah 7 mm dan dan punch bawah 12 mm. Bahan dimasukan dalam ruang die pada mesin tablet single punch kemudian diratakan permukaan nya lalu di tablet. Kekerasan tablet yang menggambarkan kompaktibilitas bahan di uji dengan hardness tester.

In Proses Control :

1. Berat sampel

2. Pengadukan

3. Perendaman

4. Volume pelarut

5. Waktu perendaman

6. Konsentrasi pelarut

7. Suhu penguapan

8. Berat ekstrak yang didapatQuality Control :

1. Organoleptis

2. Uji Daya Lekat

3. Uji Daya Sebar

2.4.7 Evaluasi Sifat Fisik Tableta. Keseragaman bobot tablet

20 tablet ditimbang kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing masing bobotnya menyimpang dari bobot rata ratanya lebih besar dari 10%. Syarat tersebut untuk tablet yang mempunyai berat lebih dari 300mg (anonim, 1979).

CV= SD x 100%

X

Ket :

CV : Koefisien variasi

SD : Standar deviasi

X : Bobot rata-rata tablet

b. Kekerasan tablet

Alat yang digunakan adalah Stokes Monsanto Hardness Taster. Sebuah tablet diletakan pada ujung alat dengan posisi vertikal, kemudian spiral pada bagian bawah skala pada alat diputar perlahan lahan sampai tablet pecah. Dibaca skala yang dicapai saat tablet tepat hancur.

c. Kontrol kerapuhan

Sejumlah 20 tablet dibebas debukan dengan aspirator. Timbang seksama dalam neraca analitik, kemudian masukan ke dalam friabilator.Pengujian dilakukan dengan kecepatan 25 rpm selama 4menit sebanyak 100 putaran. Keluarkan tablet dari alat, bebas debukan kembali kemudian ditimbang. Kerapuhan tablet dinyatakan dengan berat tablet sebelum pengujian dengan berat tablet sesudah pengujian dikali 100%

Kerapuhan (%)=M1-M2 x 100%

M1d. Uji tanggapan rasa

Uji tanggapan rasa dilakukan dengan teknik sampling acak populaso heterogen sejumlah 50 responden dengan cara sebagai berikut : responden ditemui dan diminta untuk memberikan tanggapan rasa tablet kuynyak ekstrak daging daun lidah buaya. Uji tanggapan rasa dikelompokan dua kategori yaitu enak dan tidak enak.

2.5 Monografi Bahan

a. Avicel PH 101

Avicel PH 101 berbentuk serbuk, memiliki sifat mengalir yang baik dan memiliki sifat pencetakan langsung yang bagus. Avicel PH 101 bersifar unik, karena pada saat menghasilkan kohesi gumpalan, zat ini jugabertindak sebagai penghancur. Avicel sering digunakan sebagai pengisi dengan kadar tinggi, karena itu sering dikombinasi dengan zat lain (Lachman, 1986).

Avicel PH 101 merupakan produk asli yang diperoleh dengan cara hidrolisa asam selulosa murni,kriberupa serbuk putih,tidak larut air,netral secara kimia,dan tidak relatif. Avicel PH 101 digunakan secara luas pada metode kempa langsung,dapat digunakan sebagai bahan penolong pada pembuatan tablet secara granulasi basah ( Sheth dkk,1980 ). Avicel PH 101 berfungsi sebagai bahan pengikat yang amat memuaskan dan dapat menghasilkan tablet tahan patah dan kikisan dalam proses tabletasi. Kemampuan mengembangnya menyebabkan waktu hancurnya singkat sehingga dapat berfungsi sebagai bahan penghancur.

Mikrokristal selulosa tidak terabsorbsi secara sistemik sehingga potensi secara sistemik sehingga potensi ketoksikannya kecil dan tidak mengiritasi sehingga aman digunakan untuk formula. Mikrokristal selulosa stabil meskipun higrokopis. Penyimpanannya dalam tempat dan wadah tertutup dan baik. Penggunaan Avicel PH 101 dalam sediaan farmasetik, utamanya sebagai pengisi dan pengikat pada formulasi tablet baik secara kempa langsung, granulasi basah, selain itu dapat digunakan sebagai bahan pelicin dan penghancur. Penggunaan Avicel PH 101 sebagai bahan penghancur dengan konsentrasi (5-15%), sebagai bahan pelicin dengan konsentrasi (5-20%) dan sebagai bahan pengisi dan pengikat dengan konsentrasi (20-90%) (Kibbe, 2000).b. Avicel 102

Avicel (selulosa mikrokristal) merupakan suatu zat tambahan yang dapat dicetak secara langsung yang tersedia dengan nama dagang Avicel, Filtrak, Hewetan, Pharmacel. Avicel diperoleh dari selulosa kayu melalui hidrolisis asam dan merupakan hasil pemurnian dan pemutihan produk dari lignin, hemiselulosa, dan bahan pengantar lainnya. Avicel Ph 102 merupakan salah satu bagian zat tambahan yang berbentuk granul.

Karena sifat-sifatnya yang baik, avicel banyak digunakan dalam pembuatan sediaan obat. Pada sediaan yang berbentuk tablet khususnya pada proses pencetakan, Avicel dapat menyebabkan tablet tahan patah, dan tahan kikisan. Dibandingkan dengan bahan pembantu lain Avicel dapat dikerjakan dengan tekanan pencetakan yang lemah, untuk bahan cair, setengah padat, dan higroskopis, digunakan sebagai bahan pengisi (bobot tuangnya yang relatif tinggi dapat mengurangi penyimpangan massa), daya bengkaknya yang tinggi menyebabkan waktu hancur tablet yang singkat. Daya alirnya kurang baik akibat adanya jembatan hidrogen, akan tetapi dapat di perbaiki dengan penambahan aerosil 0,5-1% (Voight,1984).c. Gula Siklamat

Siklamat adalah pemanis buatan yang masih populer di Indonesia. Pemanis buatan ini merupakan garam natrium dari asam siklamat. Bedanya dengan sakarin, siklamat menimbulkan rasa manis tanpa rasa ikutan ( tidak ada after taste-nya). Sifat siklamat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30 kali gula. Dalam perdagangan dikenal sebagai assugrin, sukaryl, dan sukrosa ( www.kompas.com 2007 ). Adapun rumus bangun dari siklamat adalah

Di masyarakat, pemanisan buatan di kenal dengan nama panggilan gula bit, biang gula, atau gula sodium ( Na.Sikalamat ). Siklamat pada manusia mempunyai nilai ADI maksimum 11mg/kg berat badan. Siklama sangat sesuai untuk produk buah-buahan sebab mampu mempertajam rasa. Oleh karena itu, keberadaan siklamat banyak di aplikasikan kedalam gelatin dan salad rendah kalori. Pada konsentrasi rendah dapat menutupi kegetiran dari bberapa buah-buahan ( www.cakrawala.com 2007).

Siklimat atau asam siklamat atau cyclohexysulfamic acid ( C6H13NO3S ) sebagai pemanis buatan digunakan dalam bentuk garam kalsium, kalium, natrium, dan natrium siklamat. Secara umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwana, serta mudah larut dalam air dan etanol, serta berasa manis. Siklamat memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 30 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori ( www.mediacare.com 2007 ).

d. Mg Stearat

Magnesium stearat merupakan senyawa yang tersusun dari magnesium dan asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak. Magnesium stearat dapat berupa serbuk halus, putih, bau lemak khas, mudah melekat dikulit, bebas dari butiran, tidak larut air, dalam etanol, dalam eter. Kegunaannya sebagai bahan pelicin (Anonim, 1979).

e. Talk

Talk merupakan magnesium silikat hidrat alam, terkadang dapat mengandung sedikit aluminium silikat. Pemeriannya berupa serbuk hablur sangat halus, terutama putih atau putih kelabu, berkilat, midah melekat pada kulit dan bebas butiran (Anonim, 1979).

Talk memiliki kelebihan yaitu bahan ini dapat berfungsi sebagai bahan pengatur aliran bahan, bahan pelicin, dan bahan pemisah hasil cetakan. Talk terdiri dari kristal berbentuk papan datar, yang sangat mudah meluncur pada saat terjadi lagi distribusi bentuk datar lainnya. Pada umumnya talk ditambahkan dengan konsentrasi 2% pada granulat siap pakai. Dianjurkan untuk mencampur talk dan Mg stearat dengan perbandingan 1 : 9 (meskipun talk memiliki sifat alir yang baik, namun secara fisiologis sifatnya tidak netral, sehingga dalam farmakope secara kuantitatif penggunaanya tidak boleh lebih dari 3%) (Voight, 1984).2.6 Pengemasan

Pengemasan (packaging) meliputi kegiatan promosi, perlindungan, dan penambahan nilai sebuah produk.Pengemasan dapat menjadi hal yang sangat penting, baik bagi penjual maupun konsumen.Pengemasan dapat menjadikan produk lebih nyaman untuk digunakan atau disimpan.Pengemasan dapat menghindari kebusukan atau kerusakan produk. Pengemasan yang baik akan menjadikan produk lebih mudah untuk diidentifikasikan serta memudahkan promosi merek pada titik pembelian dan bahkan ketika sedang digunakan.Pengemasan dapat meningkatkan nilai sebuah produk, dimana kemasan yang baru dapat membuat perbedaan penting dalam strategi pemasaran yang baru sampai dengan memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih baik. Terkadang, sebuah kemasan baru menjadikan produk lebih mudah dan aman untuk digunakan.Sebagai contoh, saat ini sebagian besar obat-obatan dan produk makanan disegel secara khusus guna mencegah terjadinya kerusakan produk.

Pengemas yang dipilih dalam formulasi ini adalah bentuk Strip packaging. Bentuk pengemas ini merupakan bentuk pengemas yang sangat efektif untuk sediaan tablet kunyah.

Keunggulan dari pengemas Strip packagingdiantaranya :

1. Praktis, yaitu mudah dalam penggunaannya, mudah dalam penyimpanan, mudah dibawa.

2. Mengurangi kontaminasi, dengan bentuk pengemas seperti ini diharapkan lebih efektif untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme dibandingkan bentuk pengemas yang lain.

3. Menghindari penguapan.Pengemasan dibidang farmasi

Strip packaging merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung lebih dari seperempat abad. Semua solid form dibidang farmasi termasuk pill, tablet, capsul, lozenges, dikemas dengan system ini. Tetapi yang paling umum menggunakan cara ini adalah tablet dan capsul. Metodenya adalah mengemas dengan dua lapisan atas/bawah, dan kemudian di seal dan di cut. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar. Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Size dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan.

Perlu dicek bahwa heat seal cukup efektif. Blister pack : dalam proses ini lembar plastik yang tebal dilewatkan pada rol yang telah dipanaskan, hingga akan terbentu ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas kemudian dilepas melalui happer, kemudian lembar foil yang sudah dicoat dengan laquer dipakai untuk menutup lembar plastik yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu di cut. Strip dibentuk dalam tray, dicut sesuai mold dan dimasukkan dalam karton box.BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Formulasi Tablet

R/ ekstrak kering daging daun lidah buaya50mgx 100 tablet = 5000mg = 5gAvicel PH 102

117,5x 100 tablet = 11750mg = 11,75g

Avicel PH 101

117,5x 100 tablet = 11750mg = 11,75g

Mg stearat

1mgx 100 tablet = 100 mg = 0,1g

Talk

9mgx 100 tablet = 900mg = 0,9 g

Gula Siklamat

5mgx 100 tablet = 500mg = 0,5g

Bobot pertablet

300mgx 100 tablet = 30000mg = 30g

Untuk pembuatan 100 tablet

3.2 Perhitungan DosisDosis laksatif 1 x pakai = 100-200 mg serbuk simplisia (bisset, 2001)

Berat serbuk simplisia= 496 gram

Berat ekstrak kental= 97,62 gram

Berat ekstrak kering= 117,96 gram

(Dengan perbandingan ekstrak kental dan aerosil = 97,62 gram+20,34 gram) (4,8:1)

Perhitungan dosisDosis laxative 1x pakai

= (200mg/49600mg)x97,62 gram

=0,04 gramDosis laxative ekstrak kering= 0,04 gram + (1/4,8x 0,04) gram

=0,05gram

=50 mg

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Neraca analitik, evaporator, neraca digital, mortir, stemper, Monsanto Hardness Taster, aspirator, friabilator, mesin tablet single punch, gelas ukur 100ml, kertas perkamen, wadah.

3.3.2 Bahan

Ekstrak kering daging daun lidah buaya, Avicel PH 102, Avicel PH 101, Mg stearat, talk, gula Siklamat.3.4 Cara kerja

3.4.1 Pembuatan Serbuk Halus Daging Daun Lidah Buaya

Bagian yang digunakan untuk pembuatan serbuk adalah daging daun lidah buaya meliputi kulit, daging serta lendir yang menempel pada kulit. Kulit beserta daging dan lendir lidah buaya terlebih dahulu dipisahkan dengan cara dikupas. Kemudian kulit berikut sisa daging dan lendir yang menempel dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kering lalu diserbuk.

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daging Daun Lidah Buaya

Sebanyak 500 gram serbuk disari dengan 4,5 liter etanol 96% menggunakan metode maserasi dan diaduk selama 3 jam, diamkan 24jam kemudian dsaring, dan ampas direndam lagi dengan etanol 96% lalu hasil maserat dikumpulkan.3.4.3 Pembuatan Tablet Kunyah Secara Kempa Langsung

Ditimbang masing zat aktif dan bahan tambahan yang di gunakan. Setelah itu di campurkan ekstrak etanol daging lidah buaya dengan Avicel PH 102 dan Avicel PH 101,setelah itu di gerus hingga homogen. Kemudian dicampurkan gula Siklamat, dan di gerus kembali hingga homogen. Terakhir di campurkan talk dan Mg.Stearat dengan perbandingan 9:1, digerus hingga homogen. Setelah itu bahan yang telah di campurkan di masukan ke dalam hopper, kemudian dilakukan pengukuran kekerasan dan bobotnya, jika bobot dan kekerasan telah terpenuhi, jalankan mesin sehingga serbuk habis semua menjadi tablet.DAFTAR PUSTAKAAnonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi 3, hal 6-8, 48, 353, 510, 591, 762,Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi 4, hal 4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta .

Anonim, 2005, 1001 Tentang Diabetes , hal5 , Penerbit Nexx Media, Bandung.

Bisset, N., G and Philioson, J. D., 2001, Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals, Medphram Press, London.Http://www.cakrawala.com/seputar pemanis buatan/2007. di akses tanggal 28 juni 2013

Http://www.kompas.com/beda siklamat dan sakarin/2005. di akses tanggal 28 juni 2013

Http://www.mediacare.com/kkajian keamanan bahan pemanis buatan//2007. di akses tanggal 28 juni 2013

Kibbe, Arthur, 1999, Handbook of Pharmaceutical Excipient. 3nd edition, hal 317-319, American Pharmaceutical Association, Washington.

Lachman, L., Lieberman,. H. A., and Kaning J.L., 1986, Teori dan PraktekFarmasi Industri II, diterjemahkan oleh Siti Suyatni, Edisi III, 644-646,655-656, 968, 712, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Sheth, B. B., Bandelin, F. J.,and Shangraw, R.F., 1980, Compressed Tablets, inLieberman, H. A., Lachman, L., (Eds)., Pharmaceutical Dosage From :Tablets, Volume 1, 113-122, 141-145, 180-184, Marcel Dekker Inc,New York.

Voigt, R, 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan olaehNoerono, S 5th

, hal 204-208, 562-564, 568-570. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.

Wijayakusuma, H; 1992;Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia Jilid 3, Hal 12-15,Pustaka Kartini, Jakarta.

PAGE ii