ceramah tarwih
TRANSCRIPT
-
8/15/2019 CERAMAH TARWIH
1/4
CERAMAH TARWIH
Ramdhan bulan perubahan bulan perjuangan
Jamaah sekalian, kita harus memahami, bahwa hidup kita ini, adalah hidup yang sebentar, dan
hidup kita ini didunia adalah iktila’ dari Allah, ujian dari Allah dan nanti akan di ketahui siapa yang
beruntung dan siapa yang celaka, dan itu di akhirat kelak, tempat ujianya di dunia ini, maka, dengan
demikian seorang muslim, bahkan setiap manusia harus sadar, bahwa memang di dunia ini bukan
tempatnya memuaskan hawa nafsunya, dan bukan tempatnya untuk bersenang senang, walaupun itu
realita yang banyak kita saksikan hari ini, namun pada hakikatnya hidup di dunia ini untuk berjuang
untuk bekerja dan untuk kita petik hasilnya kelak di hari kiamat, dan masing masing sesuai dengan apa
yang dia lakukan di dunia ini, apa yang kita tuai kelak diakhirat, sangat tergantung dengan apa kerja kita,
dan apa jalan kita di dunia ini, Allah SWT menyebutkan dalam banyak ayat-Nya, dan kami memilih
firman Allah SWT dalam surat al-balad ayat ke 4 Allah SWT mengatkan “laqade khalaqenal insana fi
kabade” sungguh-sungguh kata allah kami telah menciptakan manusia “fi kabadin” dalam kesusahan,
kita di ciptakan dalam kesusahan , kesusahan, sejak orang tua kita mau melahirkan kita , ibu kita, kata
Allah SWT, “hamalthu ummuhu wahnan ala wahnin” ibu kita telah memulai kesusahan tersebut
sebelum melahirkan kita , beliau telah mengandung kita padhal beliau adalah wanita lemah dan
bertambah kelemahanya ketika mengandung kita, dan setiap bulan bertambah kandunganya makin
berat, maka bertambah lagi kelemahanya dan itulah makna, “wahnan ala wahnin”, tapi itu adalah
ketentuan dari Allah, dan Allah tidak akan meyianyiakan kesusahan, yang dilakukan oleh hamba-Nya,
dalam melakukan ketaatan kepada-Nya, maka pahala ibu tidak mungkin bisa di dekati, apalagi di samai
oleh seorang bapak, walaupun bapak juga sangat besar jasanya untuk anak-anaknya, ketika kita
dilahirkan, kita lahir merasakan kesulitan, makanya kita semuanya menagis, dan kita semua tahu
bahwasanya kita akan menghadapi kesulitan-demi kesulitan, tangung jawab besar, amanah dari Allah,
yang hanya di bebankan kepada manusia dan jin, amanah yang telah di tawarkan sebelumnya, kepadagunung2, kepada langit2 dan kepada bumi, “faabayna anyahmilnaha waasyfaqna minnha” tapi ketiga
makhluk terbesar terebut, tidak mau menerimanya, karena khawatir tidak bisa memikul beban tersebut,
dan seandainya al-quran di turunkan kepada gunung, “laraaetahu khasyian mutossdi’an min
khasyatillah” akan hancur berantakan gunung tersebut, karena besarnya takutnya kepada allah
subhanahu wata’ala, tapi kadang, kita ummat manusia telah, menerima beban tersebut, namun kita
tidak memikulnya dengan sebenar2nya “khudil kitaba bi kuwah “ padahal Allah menyuruh kita,
mengambil amanah kitab ini dengan sekuat2nya.
Jamaah sekalian, tidak ada seorang hidup di dunia ini, yang tidak pernah meraskan sakit, nadk
pernah merasakan kesusahan, ndak pernah di timpa musibah, semuanya pernah di timpa musibah, dan
ini diantara makna “laqade khalqenal insana fi kabade”, maka jika ini dalah sunnahtullah yang tidak
mungkin kita bisa elakkan, dalam bahasa syariatnya dia adalah “iradatullohi alqauniah” iyalah kehnedak
Allah yang pasti terjadinya hukum alam, yang tidak mungkin dielakkan oleh siapa saja, maka seorang
yang cerdas, dia akan menjadikan kehndak Allah yang pasti terjadinya hukum alam tesebut menjadi
kehendak Allah yang sifatnya “ass syar’iyah” yaitu dia berusaha melakukan apa yang diperintahkan
kepadnaya dari segala macam kesusahan ini, agar kesusahanya bukan kesusahan yang sia-sia, bukan
rasa cape, keletihan, lapar, haus, sakit dan seterusnya, yang kita rasakan di dunia lalu di akhirat, kita
-
8/15/2019 CERAMAH TARWIH
2/4
akan merasakan hal yang serupa juga, bahkan akan berlipat ganda kesusahan kita di akhirat, ketika kita
tidak menhadapinya di dunia dengan sebenar-benarnya , maka seorang hamba Allah yang benar, susah
di dunia, dia bisa merasakannya sebagai suatu keringanan, karena dia menghadapi dengan, menjalankan
syariat Allah, dan akan mendapatkan kesenangan abadi dan tidak ada sama sekali susahnya di akhirat
kelak.
Oleh karena itu, dia mesti berjuang, dan semua manusia bejuang di dunia ini, “kata nabi SAW, kullun
nasi yagdu,” semua manusia ini, pagi-pagi, keluar untuk berjuang, “fabaiun nafsa”, menjual dirinya, tapi
mereka 2 bagian, “famu’tikuha au mu bikuha”, ada yang membebaskan dirinya dari kebinasaan dunia
untuk mencapai kemenangan abadi di akhirat dan ada yang justru menjerumuskan dirinya kedalam
kebinasaan dunia dan akhirat, maka kita harus sadar bahwa, hidup menjadi seorang pejuang adalah
suatu pilihan hidup, suatu kewajiban yang tidak mungkin bisa kita elakkan, tinggal bagaiman kita
berjuang ikhlaskan niat kepada allah dan jalankan sesuai dengan model perjuangan yang telah di
contohkan oleh pejuang sejati nabi kita muhammad SAW,
kemudai jamaah sekalian , jika kita mau berjuang, ini menuntut perubahan , dan manusia memang mesti
berubah “latarkabunna tobaqon an tabaqe” kata allah SWT kalian akan melalui satu tobaqe ke tobaqe
berikutnya, satu tahapan ke tahapan berikutnya, kita harus melalui tahapan-tahapan dalam hidup ini,
dan kita akan berubah, tapi, perubahan ke arah mana?. Apakah perubahan ke arah sukses, kemenangan,
kebahagian, kejayaan, atau perubahan kepada suatu kebinasaan atau ke sengsaraan, kata Allah SWT
“liman sya’a mingkum anyataqoddam au yataakkhar” allah mengataka “liman sya’a mingkum” barang
siapa diantara kalian, allah berikan dua pilihan, hidup ini memang memilih, allah berkehendak segala
sesuatu, tapi di memberikan pilihan kepada kita, terserah pilih, samapai urusan iman dan kufur pun allah
memberikan pilihan kepada kita, “faman sya’a mingkum fal yu’min wa mansyaa mingkum fal yakfur”
siapa yang mau beriman silahkan, siapa yang mau kufur, silahkan, tapi masing masing ada
konsekuensinya, sebagaiman kita di dunia, siap yang mau berhasi silahkan dan siap yang mau gagal jugasilahakan, terserah, tapi masing-masing ada akibatnya, demikian juga bagi orang ynag menginginkan
kebahagiaan akhirat “liman sya’a mingkum anyataqoddam au yata’akkhar” ada du pilihan siapa
diantara kaliaan yang mau “anyyataqaddam, maju terus, au yataakhar, mundur kebelakang.” Tidak
mungkin ada orang yang berada di tengah-tengah, tidak ada orang yang hidupnya terus demikian, stabil,
konstan dan tidak pernah berubah, dia akan terus berubah entah kedepan atau mundur ke belakang.
Maka kita perlu berubah, dan Allah SWt akan merubah diri2 kita, sesuai dengan bagaiman keinginan kita
untuk berubah, makanya dalam surat ar-raad Allah mengatakan “innallaha la yugayru ma biqaumin
hatta yugayru ma bi mafusihim” sesunggunhya Allah tidak akan merubah suatu kaum sampai kaum itu
sendiri yang merubah dirinya, kita mengatakan mau berubah tapi tidak mau berjuang tidak akan
mungkin kita bisa berubah maju kedepan, dan Allah akan menyesuakianya, kita berusaha berjuang, dan
taufik Allah yang akan menunggu kita, perubahan ini kadang dari suatu yang buruk, dari keterpurukan
kepada kemajuan dan juga kadang seseorang yang sudah maju kedepan, namun ketika dia tidak
menjaga nikamat allah, maka ia akan mundur teratur ke belakang,
Maka seorang mukmin, di tuntut untuk berubah, perubahan kepada arah yang lebih baik kedepan, dan
untuk itu dia harus berjuang,.
-
8/15/2019 CERAMAH TARWIH
3/4
jamaah sekalian, dari mana kita berjuang?. Jawabanya, ramadhan adalah salah satu titik tolak
perjauangan, ramadahan adalah salah satu titik toalak perjuangan dan salah satu titik tolak perubahan,
untuk perubahan kita dan untuk kemajuan kita,.
mana bukti bahwa ramadhan adalah titik tolak perubahan?. Jamaah sekalian, allah telah
membuktikan, bahwa, ramadhan titik tolak perubahan, semua kita tahu, al-qur’an diturunkan pertamakali di bulan suci ramadhan, “syahru ramadhan unzila fihi l-qur’an”, jamaah sekalain al-qura’an pertama
kali di turnkan di bulan ramadhan dan al-qur ’an datang, langsung merubah keadaan ummat jahiliah
waktu itu, merubah dari yang gelap menjadi terang, makanya allah mengatakan “yukhrijuhum
minadzulumati ila nnur” Allah mengeluarakan mereka dari kegelapan kepada cahaya yang terang
benderang, al-quran juga datang menjadikan orang-orang jahiliah menjadi orang-orang yang berilmu,
dan yang di maksudkan kejahiliyaan, kejahiliaan yang tidak mengenal Allah SWT, karena siapakah yang
lebih jahil dari orang yang membuat berhala, dari tanganya sendiri, lalu hasil ciptaanya itu dia sembah
sendiri, siapa yang lebih jahil dari orang yang seperti itu, makanya, seorang yang cerdas adalah, seorang
yang tau kepada siapa di beribadah, seorang yang tau kepada siapa dia berharap, dan seorang yang tau
kepada siapa dia mendekatkan diri kepada Allah, meminta segala hajat dan kebutuhanya itulah hakikatkecerdasan dalam bahasa syariat kita, dan itu, yang diajarkan kepada ummat waktu itu,.
Kemudian, bulan ramdhan adalah bulan perubahan, karena allah SWT merubah tatanan kehidupan ini di
bulan suci ramadhan, ramadhan merubah model kehidupan manusia di bulan suci ramadhan, langit dan
bumi jamaah sekalian, itu berubah di bulan ramadhan, dalam hadis-hadis yang sangat banyak, di
riwayatkan bahwa diantara perubahan yang terjadi dengan datangnya bulan suci ramadahan begitu
datangnya awal bulan ramadhan sampai akhir ramadhan, diantara perubahan yang di sebutkan, “futihat
abewabu ssama’” dibuka pintu-pintu langit, dalam riwayat lain, dibuka pintu-pintu surga, “wa gulliqot
abewabu anniron” dan ditutup pintu-pintu neraka, perubahan di langit yaitu surga dan neraka berubah,
dan kata nabi SAW “watugollu alasyaiton” dan setan-setan di belenggu, Perubahan, maka seharusnyaini semuanya menuntut kita untuk berubah, dan begitu banyak lagi perubahan yang terjadi di bulan suci
ramadhan,
Maka sungguh sangat mengherankan, orang2 yang telah Allah membantu dia dengan unsur-unsur
perubah yang ada di bulan suci ramadhan, lalu keadaanya tetap saja demikian, atau bahakan lebih
mundur,waliydzubillah. Maka tidak di maafkan seseorang yang begitu. Kata rasulullah “celaka memang
orang itu, orang yang sudah datang ramadhan dengan segala macam kemuliaan dan fasilitas yang allah
berikan kepadanya, namun akhirnya ramdhan pergi, lalu dia belum di ampunkan olleh allah SWT”. Maka
perubahan tidak akan terjadi tanpa adanya perjuangan, maka perubahan tidak mungkin kita capai
kecuali dengan kesungguhan,.
Makanya bulan ramadhan memang sebebnarya tidak identik dengan bulan pengagguran, bulan
bermalas-malasan, bulat tidur-tiduran, dan semacamnya. Sebenarnya ramadhan jauh dari sifat-sifat
seperti itu, ramadhan datang untuk kita mulai perubahan, agar meraih kesuksesan nantinya,.
apa perubahan yang di ajarkan bulan ramadhan?, bulan ramdhan mengajarkan kepada kita untuk
merubah jadwal makan dan minum kita, tidur kita juga di ajar untuk berubah, dan diantara perubahan
-
8/15/2019 CERAMAH TARWIH
4/4
dalam persoalan ibadahpun di tuntut untuk berubah, bahakan orang yang selama ini sudah rajin
beribadah, tidak ada alasan baginya untuk tidak berubah di bulan ramadhan, karena ramadhan
menuntut kita untuk berubah, yang mundur kepada yang maju, yang hina kepada yang mulia, yang
malas menjadi rajin dan yang rajin menjadi lebih rajin lagi,.
dan diantara pelajaran madrasah yang diajarkan, dan kaitanya dengan perjuangan adalah ramadhanmengajarkan kepada kita untuk merasakan apa yang di rasakan saudara-saudara kita, sudah berapa
banyak kenikmatan yang telah kita rasakan yang tidak kita sadari, kesehatan kita, kemakmuran kita,
ketersediaan segala yang kita inginkan, ini dalah nikmat, yang kadang kita tidak rasakan, sekarang saja,
nikamat adanya lampu, menggunakan mic, adalah nikmat, tapi kadang kita rasakan biasa, nanti ketika
mati lampu, baru kita tersadar ternyata kita tadi mendapatkan nikmat yang begitu besar di sisi Allah
SWT,
Jamaah sekalian terkahir, bahwa ramadhan bukan sekedar untuk kita tidak makan dan tidak minum,
bukan sekedar untuk kita rajin tadarrusan, bukan sekedar kita merasakan nikmatnya taraweh, bukan
cuman sekedar berinfak untuk memberikan buka puasa dan yang lainya, tapi ramdahan sekali lagi
ramadhan adalah bulan perjuangan, bulan perubahan.
Maka dengan ini semuanya, mengharuskan kita, untuk menjadikan bulan ramadhan, sebagai bulan
perubahan, bulan perjuangan, maka tiada kamus malas-malasan, dan tada kamus untuk berleha-leha di
dalam bulan ramdahan, maka kita jadikan momentum ramadhan tahun ini untuk kita jadikan titik tolak
perubahan dan perjuangan kita,
Bagian paling terakhir jamaah sekalian, pertanyaan.! Jika bulan ramadhan adalah bulan perubahan,
bulan perjuangan, kapan kita memulai perubahan dan perjuangan tersebut?. Kita semua menyaksikan
fenomena yang berulang tiap tahunya adalah, masjid yang 29 sya ’ban 30 sya’ban masih kosong, 1
ramadhan sudah pada penuh, 29 sya’ban atau 30 sy’ban qur’an2 yang belum di sentuh, 1 ramadhanorang pada menyentuh dan mebacanya, dan setersny, dan ini bukti bahwasanya ramadhan memang
bisa merubah, bisa mengubah diri2 kita dan kaum muslimin, maka marilah kita jadikan bulan ramadhan
ini, menjadi titik tolak perubahan bagi diri2 kita, untuk meraih predikat taqkwa, karena taqwa adalah
syarat mutlak untuk masuk surga, yang merupakan cita-cita kita yang tertinggi, surga kata Allah SWT
“u’iddats lil muttaqin” surga di peruntukkan bagi orang2 yang bertakwa, karenayalah, kita berpuasa
“yaayyuhaladzina amanu qutibaalaikumussiam kama kutiba ‘alalladzina ming qabelikum laallaku
tattakun”, semoga allah meberikan taufik kepada kita semua,.