buletin adzkar edisi 1

Upload: buletinadzkarpcinuyaman

Post on 07-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    1/24

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    2/24

    PELINDUNG :

    Rois Syuri'ah PCINU Yaman

    Nuril Izza Muzakky

    PENASEHAT :

    Rois Tanfidziyah PCINU Yaman

    Dzul Fahmi Kasto

    PENANGGUNGJAWAB

    Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) PCINU Yaman

    Muhammad Hifni Mubarak

    PIMPINAN REDAKSI :Ahmad Nizar Syamuel

    EDITOR :

    M. Rifqon Syauqi

    DESAIGN & LAY OUT :

    Abdul Rahman Malik

    PHOTOGRAFER

    M. Khoirul Jadid

    KONTRIBUTOR

    PCINU Yaman

    ALAMAT REDAKSI :

    Nawawy Al Bantany Room

    Sakan Dakhily Al Ahgaff, Tarim

    EMAIL REDAKSI :

    [email protected]

    Redaksi menerima tulisan berupa baik bersifat ilmiah

    ataupun sastra atau berupa iklan, kritik & saran

    yang akan dimuat diBuletin Adzkar

    Tim Redaksi Buletin Adzkar

    EKAPUR IRIH

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141

    Alhadulillah, Segala puji bagi Allah swt, Tuhan

    semeseta alam. Iringan shalawat serta salam senantiasa

    tercurah limpahkan ke haribaan Nabi Agung,

    Muhammad saw.

    enyambut pergelaran pesta rakyat di

    Mtahun 2014 ini, Buletin Adzkar

    PCINU Yaman sebagai "GerbangWacana & Kreatifitas Mahasiswa" memulai langkah

    baru untuk hadir dihadapan para pembaca budiman

    dalam rangka turut berkontribusi mewarnai belantika

    dunia tulis menulis dari kalangan Mahasiswa

    Indonesia di Yaman.

    Dengan mengemas berbagai polemik dan

    problematika seputar pencalonan pres iden dan

    wakilnya yang kini kian santer menjadi topik hangat

    dan ramai di kalangan warga negara Indonesia

    dimanapun berada, Buletin Adzkar pada edisi perdanaini mempresentasikan topik utama dan opini terkait

    upaya kedua kubu capres dan cawapres untuk

    mendapatkan perhatian lebih dan meraup suara

    terbanyak dari masyarakat. Upaya seperti ini ada yang

    tergolong positif dan ada juga yang tergolong negatif,

    dalam arti menjurus kearah 'kekirian' yang sering

    disebut sebagai Black Campaign. Dimana calon A

    berupaya menghalalkan segala cara untuk untuk

    mengalahkan calon B, begitu juga sebaliknya, baik

    dengan cara tersembunyi maupun terang-terangan.

    Karena itu, para penulis berusaha mengkritisi perihalpolitik Kampanye Hitam yang seharusnya dihindari

    demi kemajuan bangsa Indonesia kedepan.

    Salah satu upaya dalam kampanye hitam

    adalah Money Politic. Dikalangan masyarakat,

    mungkin pembagian uang itu tidak hanya sebatas

    pemberian secara cuma-cuma, akan tetapi lebih untuk

    sebuah ajakan memilih si calon merupakan hal yang

    lumrah dan biasa dilakukan oleh para caleg, cagub,

    bahkan capres dan cawapres sekalipun. Khalayak

    ramaipun mengerti dengan yang diistilahkan 'serangan

    fajar'. Nah, Permasalah ini akan dikupas tuntas dalam

    sajian Sudut Pandang. Apakah Money Politic seperti

    ini diperbolehkan menurut syari'at?

    Pada rubrik berikutnya, sahabat Adzkar bisa

    menikmati bacaan mengenai diskursus yang

    berkenaan Pro Syari'ah Ala Nadhliyyin. Dalam tulisan

    ini, Pembaca akan mendapatkan wacana akan

    urgennya sebuah penegakan syari'at Islam di nusantara

    yang berdasarkan asas perspektif ulama Nadhatul

    Ulama. Korelasinya dengan tema kampanye ialah

    supaya kita mengerti pentingnya ulama dibalikkepemimpinan seorang presiden.

    Buletin Adzkar juga menghadirkan seorang

    Tokoh NU yang pernah berkecimpung di dunia politik.

    Disamping posisinya sebagai Ulama, Beliau juga

    kerap dikenal sebagai politikus islami yang

    mengedepankan konsep politik NU. Kemudian, berita-

    berita seputar acara dan kegiatan Nahdliyyin Yaman

    dikemas dalam rubrik Warta NU. Dan terakhir, Buletin

    Adzkar juga memasukan goresan pena sastra yang

    tertuang dalam rubrik Ruang Sastra.

    Selamat Membaca

    Pimpinan Redaksi Buletin Adzkar

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    3/24

    Sekapur Sirih..............................1

    Stuktur Redaksi............................1

    Indeks...........................................2

    Topik Utama ................................3

    Diskursus.....................................5

    Opini............................................7

    Sudut Pandang.............................9

    Ulasan........................................11

    Tokoh NU...................................12

    Warta NU..............................14

    Ruang Sastra

    Cerpen ..................................17

    Puisi ......................................20

    Ruang Sastra

    Cerpen;Dongeng Kwek Kwek

    PuisiBukti Kecerdasan

    INDEKS

    Black Campaign

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2

    Topik Utama ====>Urgensitas Kampanye Negatif

    Hal. 3

    Pro Syariah ala Nahdliyin

    Diskursus ====> Hal. 5

    Black Campaign,Bibit dari dari Sebuah Rezim Yang Menggigit

    Opini ====> Hal. 7

    Money Politic

    Sudut Pandang ====> Hal. 9

    Hal. 17

    Kampanye Negatif mempunyai beberapa fungsi,

    diantaranya yang paling menonjol adalah fungsi control

    dan audit. Mengontrol dan meng-audit sebuah kebijakan-

    kebijakan strategis yang dikemukakan dalam visi-misi

    calon presiden.

    NU sebagai ormas islam tentu saja sepakat dengan

    penegakan syaria'ah , hanya saja metodenya yang berbedadengan ormas lain.

    Black campaign memang sebuah kendala besar dalam

    pelaksanaan pesta demokrasi, apalagi bila dilaksanakanmelalui jejaring social seperti Facebook, twitter, blog, atau

    yang lainnya.

    Sudah menjadi hal yang tidak asing lagi, menjelang

    waktu pemilu pengurus Parpol membagi-bagikan uang dan

    berbagai macam bentuk barang kepada masyarakat.14

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    4/24

    osok Jokowi yang merakyat, sebagai

    Sikon pertama yang dimunculkan di

    berbagai media masa. Obat rindu yang

    ditunggu-tunggu oleh rakyat kecil. Pemimpin secaralangsung sering 'blusukan' mendengarkan langsungaspirasi dari penderitaan kemiskinan yang banyakterjadi diberbagai pelosok negeri.

    Sedangkan Prabowo, dijadikan sebagai ikonkejujuran dan ketegasan. Sosok pemimpin yangrendah hati, tangguh, dan percaya diri di duniainternasional. Hal ini, dimunculkan oleh sebab

    beberapa pengalaman pahit di pimpin oleh presidenyang terkesan tidak agresif, dan lemot menanggapikebijakan-kebijakan internasional.

    Dua hal diatas merupakan permisalan dariKampanye positif, yang terkesan profokatif danmelebih-lebihkan. Bahkan, dekade terakhir,

    propaganda seperti ini hampir saja menjadikanseseorang layak seperti 'nabi'. Beberapa surat kabarmedia sosial membicarakan 60-70 kali kebaikan setiaphari. Blusukan sana-sini, nyebur got, nyapu, jalan

    bahkan hanya sekedar naik ojek. Kampanye initergolong mudah dan simple untuk menaikkanelektabilitas suara.

    Kalau kita lihat, kali ini memang merupakan

    pemilihan presiden paling 'menggilakan' dan istimewa.Selain terletak pada bulan ramadhan, calon yangdipilih hanya dua. Padahal, hasil rekapitulasi KomisiPemilihan Umum (KPU), terdapat empat partai besaryang mempunyai peluang maju, yaitu ; PartaiDemokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), PartaiGolongan Karya (Golkar), Partai Gerakan IndonesiaRaya (Gerindra) dan Partai Demokrat. Dan sisanyamerupakan partai kecil yang kemungkinan besar untukmembentuk koalisi baru. Tapi sayang, semua kandasmenjadi dua koalisi saja.

    Oleh sebab hanya dua calon presiden, banyakimbas perubahan kultur-sosial yang terjadi. Salahsatunya, adalah masalah perebutan masa/kampanye.Yang harusnya dijadikan sebagai adu kreatifitas

    progam dan kebijakan, berubah menjadi pertarungan

    'sara' dan keburukan. Kedua kubu saling serang, tanpaada pemain ketiga. Berbeda dengan kampanye 2004,dengan tiga koalisi besar. Lebih bisa dihindarkan dari

    anarkisme dan fanatisme masa, karna lebih bisaberimbang dalam pertukaran informasi.

    Isu yang seharusnya lebih bermain data, faktadan trackrecord kepemimpinan, dialihkan dengan isunegatife yang lebih menyerang kepada sosok personalsalah satu calon. Bahkan semakin marak opini

    profokatif dan tidak bisa dipertanggung jawabkan,tersebar dalam dunia maya, koran dan tabloid. Misal ;''Jokowi cukong Cina'' atau '' Prabowo pelanggarHAM''. Dengan argument-argumet yang terlalu

    persuasif dan mengada-ada.

    Lha, hal diataslah yang disebut dengankampanye hitam/black-campagn. Jelas ini merupakankecurangan dan sikap pecundang. Kalau ditanyamasalah justifikasi hukum dalam Islam, jelas ini masukdalam tuhmah (dakwaan), yang harus dibuktikankebenaranya. Kalau tidak bisa membuktikan, berartiitu sebuah kebohongan, bahkan pencemaran nama

    baik dan melukai hati orang lain, tentunya secara dlohirmuttafak alaih haram hukumnya. Berbeda lagi dengan kampanye negatif,

    banyak orang mempresepsikan sama antara kampanye

    negative dan black campagn. 'Negatif' mempunyaimakna lebih khusus, condong kepada perilaku kritisterhadap calon pemimpin. Sikap ini lebih bermainterhadap; mempertanyakan kelayakan dan kebijakan

    progam (seperti biaya pembelian pesawat tanpa awakdan biaya kartu pendidikan/sehat yang bakal menjadikebijakan sentral era Jokowi), mempersoalkan trackrecord calon yang dapat dibuktikan dengan

    pengalaman pribadi dan data (seperti halnya kasusLapindo). Seperti halnya dilansir dalam WikkipediaBahasa Indonesia, kampanye negative berarti : ajakan

    dengan menyerang lawan berdasarkan fakta dankebijakan-kebijakan yang akan dihasilkan. Namun perbedaan ini kenyataanya belumdiatur dalam undang-undang secara jelas. RUU pemiluataupun pilpres, masih secara umum memberikan

    TOPIK UTAMA

    Urgensitas Kampanye Negatif

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20143

    Oleh : Noor Salikin

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    5/24

    satu calon presiden. Walau kemungkinan besar sikapseperti ini pasti banyak dicerca masyarakat yangkurang setuju. Pengambilan sikap seperti ini, penulisrasa lebih mencerminkan sikap orang idealis. Toh,kalah menang bukan urusan kita. Yang terpenting,sudah ikhtiyar dan mengambil sikap yang jelas. Asal,tidak mengedepankan fanatisme dan menjanga prinsipmoderat. Kembali lagi pada pembahasan inti, penulis

    aturan yang sama. Pasal 103 ayat 2, setidaknya ada 4prinsip dalam kampanye: harus adil dan berimbang,faktual, tidak mengandung unsur sara dan tidak

    provokatif. Ya, prinsip provokatif-lah yang masihdiperbincangkan batasan-batasan implementasinya. Menanggapi hal ini, penulis rasa, semakinmaraknya kampanye negative sama halnya denganmenambahnya kesadaran masyarakat dengan urgensi

    politik. Tanda partisipasi masyarakat luas yang

    mempunyai harapan lebih untuk menjadikanpemerintahan kita lebih baik. Dan hal seperti ini, haruslebih kita budayakan. Islam juga sangat mendukunghal ini, buktinya ghibah orang fasik (yang sudah nyata

    fasik) boleh-boleh saja. Apalagi ini masalah yangsangat penting, yang menyangkut hajat-hidupkesejahteraan suatu negara. Ada satu bentuk kampanye lagi yang perlu kitaketahui, dengan menggunakan budaya (misal:i''Kampanye Kreatif''. Menggunakan perantara-

    perantara krea tif untuk menggugah part is ipas imasyarakat luas. Lebih energik, terkesan baru, danlebih funny.

    Kemudian, sikap seperti apakah yang haruskita lakukan sebagai bentuk partisapatif terhadap

    pemilu kali ini? Sebelumnya, perlu penulis inginungkapkan, bahwa banyak sekali kyai dan habaibsecara lantang berbondong-bondong mendukung salah

    TOPIK UTAMA

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 4

    rasa sangat pentinguntuk membudayakank a m p a n y enegative/kritis. Dalamdemokrasi, rakyat-lahy a n g m e m i l i k i

    'kekuasaan'. Namun,s a m p a i s e j a k e r ar e f o r m a s i s a m p a isekarang. Indonesiayang secara dejure

    be rasaskan republ ikdemokras i , namunmasih dikuasai olehsebagian orang saja.Bahkan bisa dikatakanOligarki (kekuasaan

    dipegang segelintirmanusia; orang pintar,kaya, dan sebagainya.)

    K a m p a n y eNegatif mempunyaib e b e r a p a f u n g s i ,d i a n t a r a n y a y a n g

    paling menonjol adalah fungsi control dan audit.Mengontrol dan meng-audit sebuah kebijakan-kebijakan strategis yang dikemukakan dalam visi-misicalon presiden. Memberikan kesempatan masyarakat

    biasa dalam berpar tisipasi mendiskusikan danmemberikan solusi problem-problem yang dirasakurang tersentuh.

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    6/24

    elakangan ini sedang berkembang

    Bopini penerapan syariah, entah anginapa yang mencuatkan pemikirantersebut, yang jelas, pokok dasar pemikiran ini

    mengembang dari konsep yang ada dalam islam dalam

    penerapan hukum syariah secara sempurna,

    berambisikan mengangkat keterbelakngan kaum

    muslimin di dunia, itulah teriakan yang dilayangkan,

    entah apakah ada maksud lain dibelakangnya, yangjelas proyek ini diusung dan menjaring di Negara-

    negara yang mempunyai nilai dasar islam, baik

    masyarkat, adat ataupun kebudayaannya, karena target

    dari golongan atau pengemban proyek ini adalah

    Negara, maka tidak jarang mereka mendirikan partai

    politik yang mengemban mereka sampai kejenjang

    Negara.

    Secara spesifikasi pemahaman tentang

    penerapan syari'ah menurut kaum muslimin adalah

    benar dan bisa dikatakAn wajib, kenapa?. Coba kita

    bawa dalam pemahaman makna islam sendiri yaitutunduk dan mengikuti semua yang ada dalam aturan

    islam yang dibawah oleh Rasulullah SAW, yang

    didalamnya termaktub hukum-hukum yang telah

    diatur oleh allah SWT untuk kemaslahatan umat

    manusia dari hukum ibadah sampai jinayah (tindak

    pidana). Jika seorang muslim menganggap bahwa

    syariah itu sendiri tidak cocok untuk diterapkan di era

    ini, dengan berbagai alasan tentunya, Ia seakan

    mencoba lempar batu sembunyi tangan, karena dia

    mengaku dan meyakini islam adalah agamanya, tapi

    tidak mengaplikasikan konsep yang ada didalamnya.

    Dalam komentarnya, DR. Bouthy meng-counter tipe

    orang seperti ini yang menganggap dirinya seperti

    tuhan yang berhak menyatakan bahwa hal ini cocok

    atau tidak untuk diterapakn dengan menutup mata

    bahwa titah ini turun dari sang pencipta.

    NU sebagai ormas islam tentu saja sepakat

    dengan penegakan syaria'ah , hanya saja metodenya

    yang berbeda dengan ormas lain, Karena bagi saya

    sangat mustahil jika ormas ulama ini anti syariah islam.

    Mungkin karena metodenya berbeda dengan konsep

    yang lainnya, sehingga ormas ini lebih dianggap anti

    syariah. Semisal penolakan Said Agil Siraj kemarin

    DISKURSUS

    ro Syariah Ala NahdliyinOl h : H.M. Aly Mahmudi Lc.

    yang menolak secara mentah tentang ajakan ormas

    yang getol dengan teriakan syariahnya.

    Sebatas pengetahuaan saya, proyeksi NU

    adalah islamisasi masyarakat terlebih dahulu. Ketika

    pemahaman islam sudah mengakar dan masyarkatsudah islami otomatis pula Negara ikut islam. Logis

    memang, dari dini Indonesia sudah dikenal sebagai

    Negara islam karena mayoritasnya, bukan penerapan

    hukumnya (yang banyak difahami dalam ranah

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20145

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    7/24

    sempitnya seperti hukum hudud). Startegi walisongo

    dengan taktik bottom up, cara ini evolutif dan mampu

    bertahan lama seperti yang kita rasakan sekarang ini

    sebagai warga Indones ia , berbeda dengan

    implementasi top-down yang revolutif dan banyakkonsekuensi logisnya.

    Realisasi taktik ini adalah penguasaan medan

    dengan pendirian pesantren bukan LSM, islam

    partikelir, atau ormas swasta atas nama islam. Dari

    sinilah dapat diraba bahwa ormas terbesar di Indonesia

    ini tidak menginginkan islam hizbyalias islam sebagai

    sebuah organ, entitas, kelompok ataupun golongan,

    melainkan islam hadhory(budaya) atau lebih

    mudahnya sebagai sebuah peradaban yang menjadi

    payung nusantara, menjadi motor penggerak,sekaligus sebagai pelopor. Cukuplah Islam hizbyyang

    telah mengalami kegagalan di Negara arab dalam

    dasawarsa ini, karena saling baku bunuh dan klaim

    kelompok, sehingga menjadikan ulama yang

    mempunyai misi politik mengeluarkan manuvernya

    dalam bentuk fatwa semisal jihad di negara muslim

    seperti akhir-akhir ini yang realita itu dapat kita

    saksikan, dan hasil dari itu semua bingkai kerusakan

    atas nama perbaikan revolusi, tanpa hasil penyelesaian

    yang nyata. Hal ini dapat kita rasakan dengan

    kemunduran dari nilai ekonomi yang terjadi di Yamanserta kondisi keamanan yang tidak pasti tempat kita

    tinggal sekarang ini, kini harapan ada pada islam

    hadhory yang tidak akan timbul kecuali dengan

    mengapresiasi heteroganitas, koeksistensi, dan

    multikulturalisme.

    Berdirinya NU -sesuai pengamatan- tidak lepas

    dari konsep hadhory.Saat khilafah ambruk, kemudian

    dinasti Ibnu Su'ud berkuasa yang paling kelimpungan

    justru ulama nusantara, mengapa? Karena khilafah

    sebagai sentral telah runtuh berganti dinasti Ibnu Su'ud

    di Hijaz yang hanya mengapresiasi homogenitas ala

    wahabi dan konstruk hegemoni-totaliter atas pluralitas

    madzhab islam. Yang menjadi agenda penting adalah

    tradisi-tradisi islam yang sudah mengurat nadi di

    masyarakat untuk dijaga. Local wisdom adalah istilah

    yang paling akrab untuk disebut.

    Disinilah wujud keterlibatan NU dalam

    proyeksi islamisasi masyarakat dengan melalui

    kiprah pendirian pesantren di kantong kemaksiatan,

    apresiasi hasil ijtihad para ulama melalui proses bahsul

    masail dan penggunaan kurikulum berdasarkan turast(kitab), pemahaman jihad dalam fase tertentu sesuai

    konteks, dan mujahadah melalui majelis dzikir dan

    jamaah ahli thariqah, pelaksanaan tarbiyah melalui

    yasin-tahlil tiap malam jumat hingga islamisasi kaum

    DISKURSUS

    abangan.

    Hasilnya jika tahun 60-an hingga 70-an gelar

    haji hanya disandang oleh kalangan santri (dengan

    nama khas islam) semisal Haji Miftah, Haji Zainul,

    Haji Ghofur, Haji Bukhori dan sebagainya, maka padadasawarsa berikutnya mulai bermunculan para haji

    yang sebelumnya ditenggarai kaum abangan tulen,

    semisal Haji Wagiman, Haji Parno, Haji Karmin dan

    lannya. Realita ini sampel kecil yang ada di Jawa.

    Proses yang lainnya adalah terbukanya UU yang

    berkaitan dengan eksistensi dan kepentingan umat

    islam seperti UU perkawinan, warisan, zakat,

    perbankan islam dan sebagainya. Dalam hal budaya

    semisal istilah Halal Bi Halal yang dicetuskan oleh

    KH. Wahab Hasbullah ini pun mengindonesia dan takhayal istilah ini pun digunakan juga oleh non-muslim.

    Ini adalah sebuah proses, sebuah obyektifikasi

    dan internalisasi nilai-nilai islam yang berjalan secara

    alot, namun elegan. Hal ini lebih dikenal dalam istilah

    Gusdur dengan pribumisasi islam. Sebuah esensi

    penting yang telah menjadi tradisi dalam mewujudkan

    islam sebagai payung besar di nusantara, setiap muslim

    nusantara tanpa harus mencabut akar budayanya dan

    membebek polarisasi ala Timur Tengah. Di nusantara,

    ulama kita telah mencontohkan pola khas islamisasi

    tradisi sekaligus mentradisikan islam. Uslub sepertiinilah lebih selamat daripada misi politik yang

    terkadang hanya memanfaatkan warga muslim untuk

    bersuara mendukung dalam perolehan jabatan mereka.

    Berbeda dengan kaum Nahdhiyyin dengan cara lillahi

    ta'ala-nya dan terkadang malah harus mngorbankan

    kantong pribadi.

    Karena proyeksi sebagai payung besar inilah,

    Kiyai Akhmad Shiddiq memprakarsai trilogy

    ukhuwah: islamiayah, wathaniyah dan basyariyah.

    Dan hal inilah yang dapat menjawab keraguan pihak

    non-NU yang ragu terhadap perjuangan islam yang

    telah dilakoni oleh para ulama NU.

    Sekali lagi, kehati-hatian NU dalam proses

    penegakan syariat islam di tanah air dalam wujud dari

    adanya koeksistensi , tanpa hegemoni, dan

    menghindari tirani atas nama islam. Inilah ajaran jabat

    tangan persahabatankebersamaan, bukan kepalan

    tangan permusuhan.

    * Penulis adalah Mahasiswa Universitas Darul

    Ulum, Hudaidah, Yaman.

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 6

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    8/24

    Black Campaign,

    Bibit dari Sebuah Rezim Yang MenggigitOleh: Muhammad Hammam

    emilu, mereka menyebutnya sebagai

    Ppesta demokrasi, sebuah pesta yang

    menelan dana tidak se-milyar atau duamilyar, tapi bertriliun-triliun, bahkan pemerintah pusat

    melalui mentri keuangan Agus Martowardojo melansir

    anggaran sebesar 16 T, jumlah yang tidak sedikit

    dengan kondisi Negara yang masih muflis (bangkrut).

    Jumlah itu belum mencakup dana kampanye

    yang dikeluarkan setiap partai, tercatat PDI-P

    merupakan partai yang jorjoran dalam hal ini, partai

    yang berlambangkan moncong putih ini telah merogoh

    kocek sebesar 404 M, disusul partai yang berlambang

    pohon bering sebesar 402 M. Lagi-lagi dana kampanye

    ini hanya dalam pemilu legislatif, belum mencakupdana kampanye pilpres 9 Juli mendatang. Sebagian

    besar dana kampanye dihabiskan dalam bentuk baliho,

    iklan via media, baik cetak atau non cetak, dan bahkan

    pagelaran konser.

    Peraturan pelaksanaan kampanye termuat

    dalam UU Pemilu nomor 8 tahun 2012, dalam Pasal 86

    ayat 1 tentang larangan dalam kampanye pemilu.

    Disebutkan; pelaksana, peserta, dan petugas kampanye

    pemilu dilarang menghina seseorang, agama, suku,

    ras, golongan, calon, dan/atau peserta pemilu yanglain.

    Dan dengan dana kampanye yang berlimpah,

    sangat ironis bila ternyata sebagian dana itu digunakan

    dalam rangka Black Campaign (kampanye hitam).

    Black campaign memang sebuah kendala besar dalam

    pelaksanaan pesta demokras i , apalagi b i la

    dilaksanakan melalui jejaring sosial seperti; facebook,

    twitter, blog, atau yang lainnya.

    Kampanye di medsos memang tidak diatur

    karena itu kan gratis. Itu (kampanye) akan sulit

    mengontrolnya dengan menggunakan UU. Pemilu,"

    tutur Komisioner Bawaslu, Nelson Simanjuntak, di

    kantor Bawaslu.

    Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam

    (LPOI) K.H. Said Aqil Sirodj meminta pemerintah

    membersihkan pemilu 2014 dari kampanye hitam.Baik yang dilakukan lembaga swadaya masyarakat

    maupun perorangan. ''Pemerintah harus menindak

    tegas individu maupun LSM yang melakukan

    kampanye hitam untuk menggagalkan pemilu, ujar

    Kang Said di kantor LPOI. Bahkan, kampanye hitam

    yang dimaksud Kang Said lebih luas cakupannya dari

    apa yang tertera dalam undang-undang. Menurutnya,

    upaya pihak-pihak yang menyebarluaskan paham-

    paham bahwa pemilu itu haram, atau menyebut komisi

    DPR itu sebagai "thogut"juga termasuk black campaign

    yang harus ditanggulangi. ''Karena ada sebagianwarga negara Indonesia menganggap pemilu haram

    seperti makan babi. Lalu produk pemilu thogut. Ini

    harus ditindak jika ada pendapat seperti itu,

    sambung Kang Said.

    Lain halnya dengan kampanye hitam,

    kampanye negative, negative campaign justru legal,

    bahkan SBY sendiri memperbolehkan adanya negative

    campaign.

    Lalu apa bedanya antara black campaign dengan

    negative campaign?Menurut Agung, seorang pengamat politik dari

    Universitas Indonesia, kampanye negatif biasanya

    berisi pengungkapan fakta yang disampaikan secara

    jujur dan relevan menyangkut kekurangan suatu calon

    atau partai. Sedangkan kampanye hitam berisi tuduhan

    dan cenderung merusak demokrasi.

    Kampanye dalam Perspektif Islam

    ampanye adalah sebuah kegiatan yang

    Kdilakukan untuk mengenalkanseseorang atau sesuatu, dan tindakan

    semacam ini jelas mendapatkan stempel legitimasi jika

    dilakukan dengan suatu kewajaran, tanpa adanya

    kebohongan.

    OPINI

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20147

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    9/24

    Namun bagaimana dengan dua jenis kampanye di

    atas?

    Dalam menyikapi dua jenis kampanye di atas

    kampanye hitam dan kampanye negative, jelas

    merupakan jenis kampanye yang ilegal menurut sudut

    pandang Islam, sebab kampanye hitam yang berupa

    berita-berita bohong jelas merupakan sesuatu yang

    haram. Sementara kampanye negative, meskipun

    berupa sebuah fakta, tapi Islam juga mengajarkan

    umatnya untuk saling menutupi aib sesama muslim,

    dan saling menjaga kehormatan sesama. Setiap

    muslim atas muslim lainnya diharamkan darahnya,

    hartanya serta kehormatannya. (HR. Muslim)

    Lalu bagaimana kita menyikapi adanya kampanye

    hitam?

    Sebagai seorang muslim, kita harus waspada,

    dan pandai dalam menyaring setiap kabar berita, sebab

    bisa saja kita juga akan terjebak dalam memeriahkan

    kampanye hitam itu sendiri. Allah Swt. berfirman;

    Hai orang-orang yang beriman, jika datang

    kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka

    periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan

    suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

    keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas

    perbuatanmu itu. (Al-Hujurat : 06). Mungkin, ayatdiatas mampu mewakili sebuah sikap kita sebagai

    muslimin dalam menyikapi setiap desas-desus akan

    keburukan seseorang.

    Sebuah fakta menunjukkan bahwa kebanyakan

    pelaku kampanye hitam adalah pendukung partai atau

    calon, bukan peserta pemilu itu sendiri. Jika

    pendukungnya saja bebuat licik dan picik, bagaimanadengan yang didukung, yang kadang gila akan

    kekuasaan dan jabatan.

    Sebuah 'pepeling'

    ungkin sebuah kekeliruan bila

    Mpemilu dianggap sebagai pestademokrasi. Menurut penulis, justrulebih tepat bila disebut sebagai pesta "ghibah"

    (umpatan), pesta "namimah("adu domba), pesta yang

    hanya dinikmati oleh mereka-mereka yang tidak

    memahami akan hakikat ukhuwah islamiyah.Betapa

    banyak "halaqah-halaqah"(perkumpulan) yang kadang

    tanpa kita sadari, kita telah menjadi pelaku kampanye

    hitam atau kampanye negative. Rasulullah Saw.

    bersabda; Barang siapa menutupi atas (aib) seorang

    muslim maka Allah akan menutupi (aib)nya di dunia

    dan akhirat (HR. Thirmidzi).

    Jika kita mengharap pemimpin yang baik,

    maka jadilah rakyat yang baik, waLlahul Hadi ilas

    shawab.

    * Penulis adalah mahasiswa tingkat empat di

    Al-Ahgaff University, Fak. Syare'a, Tareem,Hadhramaut.

    OPINI

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 8

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    10/24

    Oleh : Zadit Taqwa

    udah menjadi hal yang tidak asing

    Slagi, menjelang waktu pemilu,pengurus Parpol membagi-bagikanuang dan berbagai macam bentuk barang kepada

    masyarakat. Dan pemberian itu bertujuan agar

    calon pemimpin yang mereka usung bisa menang

    dalam pemilu. Namun, dalam konteks ini masih

    menyisakan problematika, apakah pemberian itu

    dilegalkan dalam syari'at ataupun tidak?Telah menjadi hal yang maklum, bahwa

    apapun bentuk "risywah"(sogokan) hukumnya

    adalah HARAM. Hal ini berdasrkan hadits Nabi

    Saw.;

    .

    Risywah adalah sebuah pemberian dengan

    imbalan, untuk mengambil keputusan hukum yang

    tidak sesuai kebenarannya atau menolak

    kebenaran. Dari pengertian tersebut, keharaman

    tersebut terjadi bila pemberian tersebut diberikan

    kepada orang-orang yang punya wilayah dalam

    menetapkan hukum. Oleh karena itu, konsep

    riswahtidak menggambarkan hukum secara jelas

    ketika dilakukan oleh calon-calon birokrat/pejabat kepada rakyat yang secara konstitusi

    mempunyai hak pilih (mirip dengan fungsi arbab

    al-wilayah). Hanya saja, dalam pembahasan

    berikutnya, syariat mengulas secara tuntas prinsip-

    prinsip hadiah li arbab al-wilayah (pemberian

    b a g i p en g u a s a ) y a n g s a n g a t m u n g k i n

    diaplikasikan dalam persoalan seperti diatas.Secara esensial, pemberian bagi arbab al-

    wilayah akan mengakibatkan hukum haram, baik

    dalam pemberian maupun penerimaan, ketika

    disinyalir mengandung unsur tuhmah (opini

    negatif). Meskipun, hal ini tidak mungkin lepas

    dari ghard (motif pemberian) dengan ditopang

    indikator-indikator lahiriyah (al-qarinah). Oleh

    karenanya, permasalah ini perlu ditinjau dari dua

    sisi, yang masing-masing memiliki konsensus

    hukum sendiri. Yakni, ditinjau dari sudut memberi

    dan menerima.K a l a u b e r b i c a r a s e b a t a s l e g a l i t a s

    memberikannya, memberikan atau melakukan

    money politik akan berdampak haram dan menjadi

    risywah apabila bertujuan mengusahakan

    keputusan ilegal (bathil) atau mengusahakan

    keputusan legal (haq) namun masih banyak cara

    lain yang bisa diusahakan. Dalam hal ini para

    calon yang bertujuan baik dan tidak. Namun,

    apabila sudah tidak ada cara lain, maka syariatmemaparkan kejelasan hukumnya lewat dua acuan

    pokok, standar kelayakan serta motif utama yang

    mendasari pemberian tersebut. Jikalau seorang

    Uang Pemberian Pemilu(Money Politic)

    SUDUT PANDANG

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20149

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    11/24

    calon memenuhi standar kelayakan, dalam arti

    termasuk ashlah (terbaik) atau mempunyai visi

    dan misi menegakkan amar ma'ruf nahi munkar

    (tawasul ila al-haq/ memperjuangkan kebenaran),maka tentunya ia diperbolehkan menempuh cara

    apapun termasuk dengan cara badl al-maal

    (money politic). Tinggal sekarang menengok

    realita jaman. Apakah caleg-caleg yang dipajang

    saat pemilu tepatkah jika dibawa dalam konteks

    persyaratan semacam ini.Termasuk hal paling pokok yang perlu

    diketahui adalah mengenai hukum menerima

    pemberian dengan model-model demikian. Secara

    umum, setiap pemberian, baik bertujuan bathil

    maupun bertujuan haq, semuanya haram untuk

    diterima oleh pihak pemilih. Namun, harus kita

    pahami kembali makna tuhmah (opini negatif)

    sebagai esensi permasalahan. Implementasimakna tuhmah dalam mayoritas kitab al-

    mu'tabarah sebenarnya dapat diamati melalui

    beberapa catatan yang tercantum dalam

    permasalahan hadiahli arbab al-wilayah.Pertama, disebutkan klasifikasi tentang

    pemberian dari mereka yang berada dalam daerah

    kekuasaan serta dari mereka yang berada di luar

    daerah. Dalam kasus ini adalah daerah pemilihan.

    Potensi terbentuknya opini negatif (tuhmah) atas

    pemberian dari mereka yang berada di luarjangkauan kekuasaan tentunya relatif lebih kecil

    daripada pemberian yang berasal dari warga di

    wilayahnya.Kedua, ada juga pemilahan mengenai

    pemberian dari mereka yang biasa atau lazim

    memberi dan yang tidak. Opini serta isu ditengahmasyarakat tentunya lebih santer ketika orang

    yang tidak biasa memberi, kemudian memberikan

    sesuatu apalagi dengan barang berharga, pastinya,

    ada udang dibalik rempeyek.Ketiga, dibedakan pula tentang pemberian dari

    mereka yang terlibat perseteruan dan dari mereka

    yang berstatus netral. Hal ini sangat rasional

    mengingat secara manusiawi ketika persaingan

    terjadi dalam merebut simpati, segala hal akan

    selalu dilakukan meskipun dengan menjualmukanya.

    Dengan ini telah diketahui bahwa melakukan

    money politic tidak mutlak harus dihindari, namun

    semuanya kembali pada masing-masing pihak dari

    pemberi dan menerima, serta melihat situasi yang

    sedang terjadi. Wollohu 'Alam.

    Referensi:- Al-'Aziz Syarh Al-Kabir, Juz: 2, Hal: 468-469- Ibn Hajar, Al-'Umal Wa Al-Hukam, Hal: 41 & 54-

    59- Asna Al-Matholib, juz: 4, Hal: 300-301- Ihya' Ulumudiin, Juz: 2, Hal: 152-153- Lubb Al-Usul, Hal: 102- Az-Zawajir, Hal: 316- Fatawa As-Subky, Juz: 1, Hal: 203-207

    SUDUT PANDANG

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 10

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    12/24

    Hukum Kampanye Hitam (Black Campaign).

    "Rumusan Bahtsul Masail PCINU Yaman"

    alam konteks hukum fikih, tidak

    Dditemukan padanan yang sesuai

    dengan arti kata 'kampanye.'

    Meski demikian, tidak lantas hukum fikih dengan

    latang menolak kegiatan kampanye ini. Alih-alih

    menolak, fikih klasik justru mengakomodirnya

    selama tidak berbenturan dengan maqosid syariah

    dan ajaran syariah Islam. Hal ini terbukti dengan

    bertebarannya praktik kampanye sejak zaman

    dahulu walaupun tidak diistilahkan secara khusus.

    Jadi, secara umum, Islam mengakui legalitaskampanye.Sedangkan kampanye yang ideal adalah

    kampanye yang dilakukan secara bijak, ikhlas dan

    tidak melanggar aturan agama dan undang-undang

    pemilu pasal 86 tentang larangan dalam

    kampanye.

    Soal kampanye hitam, yang berangkat dariterjemahan Bahasa Inggris black campaign, yang

    bermakna berkampanye secara buruk atau jahat.

    Buruk atau jahat dalam pengertian merugikan

    orang lain, atau lawan politik, atau partai politik

    (parpol) lain, sedangkan si empunya kampanye

    hitam itu berharap dirinya atau partainya

    mendapatkan keuntungan. Kampanye hitam ini

    bisa dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya

    dengan menyebarkan kejelekan atau keburukan

    tentang seorang politikus, menyebarkan ceritabohong, menghina yang menjurus pada suku,

    agama, ras, dan antar golongan (SARA), adu

    domba, hasut dan fitnah lainnya.Jika demikian, maka hukum dari

    ULASAN

    kampanye hitam adalah HARAM. Karena dalamkampanye hitam itu terdapat unsur-unsur yang

    dilarang oleh Islam, seperti mengadu domba

    (nammah), menggunjing (ghbah), berdusta(kidzib) , merendahkan orang (at-tahqr) ,membuka aib orang lain (kasyfu auratil muslimin)

    dan lain sebagainya.Namun yang perlu dicatat, bahwa ada

    beberapa hal yang dikecualikan; seperti, membuka

    aib calon yang dipandang akan merugikan umat

    Islam jika dia terpilih sebagai pemimpin. Hanya

    saja, amat penting untuk diingatkan bahwa,

    pengecualian ini tidak boleh dibajak untuk

    kepentingan pribadi para calon. Tindakan terakhir

    ini, tidak saja dinilai berdosa karena telah

    membuka aib orang lain, tapi juga karena telah

    menggunakan teks-teks agama sehingga tidaksesuai dengan maksud yang sebenarnya.Dari sudut pandang konstitusi pun,

    kampanye hitam melanggar Pasal 78 ayat 2 yang

    menyebutkan, bahwa dalam kampanye, dilarang

    menghina seseorang dengan suku, agama, ras, dan

    antar golongan (SARA). Pada pasal 78 ayat 3,

    kampanye melarang untuk menghasut atau

    mengadu domba partai politik, perseorangan

    dan/atau kelompok masyarakat. Sedangkan patuh

    pada aturan pemerintah yang tidak bertentangandengan syariat dan berdampak kemalahatan umum

    diwajibkan oleh syariat. Sehingga, kewajiban

    negara merupakan kewajiban syariat dan larangan

    negara merupakan larangan syariat. (LBM NU)

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 201411

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    13/24

    TOKOH NU

    Sosok nan tenang dan low profile ini tidak hanyadikenal sebagai agamawan, sepak terjangnya di

    kancah organisasi dan politik membuat keberadaannya

    disegani oleh banyak kalangan.

    Gus Shalah, begitu masyarakat akrab menyapa

    beliau, lahir pada Jum'at 11 September 1942 di

    Jombang, tepatnya di pesantren Tebuireng Jombang

    Jawa Timur. Dari Ibu Nyai Hj. Shalehah dan ayah

    KH.Wahid Hasyim. Lingkungan dan keluarga

    pesantren tentu mempengaruhi karakter dan kehidupan

    keagamaan Gus Shalah.

    Organisasi Nasional Dan Internasional

    Sarjana Arsitektur Institut Teknologi Bandung

    (ITB) dan penulis lepas di berbagai media ini sudah

    terlatih dalam keorganisasian. Tahun 1957-1961 sudah

    aktif di Kepanduan Ansor. Ketika bersekolah di SMAN

    1 Jakarta, beliau menjabat Wakil Ketua OSIS (1961-

    1962). Saat menjalai program strata 1 di ITB, aktif

    sebagai anggota Pengurus Senat Mahasiswa (1963-

    1964) dan Bendahara Dewan Mahasiswa ITB (1967).

    Juga Aktif di Komisariat PMII ITB (1964-1966),menjabat Wakil Ketua PMII Cabang Bandung (1964-

    1966), Dan Dewan Pengurus Pendaki Gunung

    Wanadri (1966-1967).

    Putra KH. Wahid Hasyim ini kemudian menjabat

    Wakil Ketua Komnas HAM (2002-2007), Anggota

    MPR (1998-1999). Dia pun pernah Aktif sebagai

    Assosiate Director perusahaan Konsultan Properti

    Internasional (1995-1996), Direktur Utama

    perusahaan Konsultan Teknik (1978-1997), Direktur

    Utama perusahaan Kontraktor (1969-1977), danberbagai org anisasi pendidikan nasional dan

    internasional lainnya.

    Berkiprah di Dunia Politik

    Kiprah beliau di dunia politik sebenarnya belum

    begitu lama. Hampir 30 tahun arsitek lulusan ITB ini

    lebih menggeluti dunia bisnis, menjadi direktur utama

    sebuah konsultan teknik dan pimpinan organisasi

    kearsitekan di Jakarta, sebelum terjun ke politik dan

    menjadi aktivis hak-hak asasi manusia di era reformasi

    akhir dekade 1990-an.Tetapi nama Ir. KH. Shalahuddin Wahid alias Gus

    Solah tentu bukan nama yang asing di telinga warga

    negeri ini. Sebagai tokoh NU sekaligus keturunan

    pendi r i NU KH. Hasyim Asy 'ar i , adik KH

    Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini pernah menjadi

    Wakil Ketua Komnas HAM, anggota MPR-RI, dan

    juga menjadi calon wapres mendampingi capresJenderal (Purn) Wiranto sebagai jago Partai Golkar

    dalam Pemilu Presiden 2004. Meskipun dalam pemilu

    tersebut pasangan itu terhenti pada babak pertama,

    karena menempati urutan ketiga, Gus Shalah tetaplah

    seorang tokoh yang dihormati masyarakat karena

    integritasnya.

    Kini Gus Solah memegang tampuk kepemimpinan

    Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, menggantikan

    pamannya KH. Yusuf Hasyim yang uzur (dan

    kemudian wafat pada 14 Januari 2007. Kegiatan beliausekarang lebih banyak di Tebuireng. Yaah, momong

    cucu sama ngopeni santri. Menikmati hidup-lah, kata

    Gus Solah. Tetapi bukan berarti Gus Solah sudah tidak

    bergiat di luar pondok. Ia masih diundang dalam

    berbagai acara termasuk memberikan ceramah-

    ceramah, dan juga menulis di media massa.

    Perhatian Gus Solah terhadap persoalan NU

    memang sangat besar, la selalu mengikuti secara

    seksama setiap perkembangan organisasi ini, termasuk

    ketika partai-partai politik melakukan pendekatan

    lebih intensif pada NU menjelang pemilu. la

    mengatakan tidak merasa heran massa NU selalu

    diperebutkan.

    Menurut Shalahuddin Wahid, rebutan massa NU

    adalah sebuah realitas yang tidak bisa dibantah.

    Masing-masing mengklaim didukung rakyat. Tetapi

    rakyat yang mana? Kan harus diuji, katanya.

    Komitmen Untuk NUKH. Shalahuddin Wahid adalah salah seorang tokoh

    NU yang telah lama dikenal sebagai sosok yang idealisdan memiliki komitmen tinggi untuk memajukan NU

    ke depan.Sebagai tokoh agama, beliau tidak terima dengan

    anggapan bahwa banyak ustadz yang mengajarkan

    KH. Shalahuddin Wahid

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 12

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    14/24

    TOKOH NU

    radikalisme, karena pasti ada ajaran kebaikan yang

    mereka ajarkan kepada pengikutnya. Namun dia

    mengakui , t idak mudah bagi ulama untuk

    menyadarkan anak-anak muda yang telah mendapat

    pemahaman salah tentang jihad.Selain itu dia memandang NU sebagai ajaran yang

    bisa bertahan dan compartible dengan perkembangan

    zaman. Ini berarti, sebagai ajaran, NU tidak ada yang

    salah. Ajaran bisa dikembangkan menjadi banyak hal

    seperti fikih, akidah, tasawuf. Dalam hal ini masing-

    masing aspek ajaran mengalami banyak tantangan.

    Beliau juga berpendapat bahwa sejak lama

    organisasi NU sudah memberikan sumbangsih yang

    sangat besar kepada bangsa Indonesia. Inilah fitrah

    organisasi NU. Namun organisasi NU saat ini sudah

    mulai melenceng dari jalur fitrahnya. Dan organisasi

    NU harus dikembalikan kepada fitrahnya untukmenghadapi tantangan-tantangan ke depan bangsa

    dan umat agar bisa memberikan sumbangsih besar

    seperti pada masa-masa sekian puluh tahun yang lalu.

    Berpikir Dan Berkarya untuk Bangsa

    Kebanggaan seseorang kepada Tanah air salah

    satunya dilihat dari karya dan baktinya, seperti Gus

    Shalah, orang-orang banyak melihat beliau dari

    sikapnya, lebih banyak dari perkataan dan

    retorikanya. Selalu bertanya, berpikir, berbuat sebaik

    mungkin dan untuk bangsa. Dikala banyak kalanganberamai-ramai memperbaiki citra, Gus Shalah adalah

    segelintir tokoh-tokoh yang tak terbawa arus politik

    pencitraan dan euforia pesta Demokrasi. Sikap dan

    kebijakannya dihormati, sepak terjangnya di kancah

    pendidikan nasional selalu disegani.

    Biodata KH. Shalahuddin Wahid (Gus Shalah)

    Nama Lengkap : Shalahuddin Wahid

    Panggilan: Gus Solah

    Agama : Islam

    Tempat Lahir : Jombang, Jawa TimurTanggal Lahir : Jumat, 11 September 1942

    Ayah : K.H. Wahid Hasjim

    Ibu : Hj. Sholehah

    PENDIDIKAN:

    * Institut Teknologi Bandung (ITB)

    PENGALAMAN PEKERJAAN:

    * Direktur utama perusahaan kontraktor (1969-

    1977)

    * Direktur utama perusahaan konsultan teknik

    (1978 1997)

    * Assosiate director perusahaan konsultan

    properti internasional (1995-1996)

    * Penulis lepas pada berbagai media (1998-

    sekarang)

    * Anggota MPR (1998-1999)

    * Wakil ketua Komnas HAM (2002-2007)

    PENGALAMAN ORGANISASI:

    * 1957-1961, Kepanduan Ansor

    * 1961-1962, Wakil Ketua OSIS SMAN 1 Jakarta

    * 1963-1964, Anggota Pengurus Senat Mahasiswa

    Arsitektur ITB

    * 1967, Bendahara Dewan Mahasiswa ITB

    * 1964-1966, Komisariat PMII ITB

    * 1964-1966, Wakil Ketua PMII Cabang Bandung

    * 1966-1967 Dewan penurus Pendaki Gunung

    Wanadri

    * 1973-Sekarang, Anggota Ikatan Arsitek Indonesia

    * 1982 Pendiri Yayasan Baitussalam

    * 1982-1991, Ketua Badan Pengurus Yayasan

    Baitussalam* 1985, 1999 Pendiri, Sekretaris Yayasan Wahid

    Hasyim

    * 1988-Sekarang, Anggota Persatuan Insinyur

    Indonesia.

    * 1989-1990, Ketua DPD DKI Indkindo (Ikatan

    Konsultan Indonesia)

    * 1991-1994, Anggota Badan Pengawas Yayasan

    Baitussalam

    * 1991-1994, Sekretaris Jenderal DPP Inkindo

    * 1993-1994, Pemred Majalah Konsultan

    * 1993-Sekarang, Anggota Pengurus IKPNI (IkatanKeluarga Pahlawan Nasional Indonesia)

    * 1994-1998, Ketua Departemen Konsultan

    Manajemen Kadin, Wakil dalam Pertemuan Konsultan

    Internasional

    * 1995, Mendirikan Ikatan Konsultan Manajemen

    Indonesia

    * 1995-2005, Anggota Dewan Penasehat ICMI

    * 1998-1999, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai

    Kebangkitan Umat

    * 1998-1999, Ketua Lajnah Pemenangan PemiluPKU

    * 1999-2004, Ketua PBNU

    * 2000-2005, Ketua MPP ICMI

    * 2000-Sekarang, Ketua Badan Pendiri Yayasan

    Forum Indonesia Satu.

    * 2002-2005, Anggota Dewan Pembina YLBHI

    (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

    * 2002-2005, Ketua Umum Badan Pengurus

    Yayasan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

    * 2006-Sekarang, Pengasuh Pondok Pesantren

    Tebuireng Jombang* 2009-Sekarang, Dewan pembinan Yayasan

    Hasyim Asy'ari .

    * Ketua PB Nahdlatul Utama

    * 2011-sekarang, Ketua Gerakan Integritas Nasional

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 201413

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    15/24

    Hudaidah Yaman NU Online

    PCINU Yaman terus bergeliat. Satu per satu

    program kerjanya mulai berjalan. Kamis (15/05),diskusi hangat menyoroti wacana perpolitikan di tanah

    air digelar di Ruang Paralel Universitas Darul 'Ulum,

    Hudaidah. Dihadiri sekitar 40 warga nahdiyyin,

    diskusi ini mengangkat tema Membincang Wacana

    Politik Islam di Indonesia. Diskusi ini juga digelar

    dalam rangka memeriahkan Harlah NU ke-91, yang

    lahir pada 16 Rajab 1344 H.

    Politik di tanah air saat ini sedang memanas,

    sehingga temanya pun cukup relevan, ujar Ahmad

    Najih, mahasiswa Fakul tas Dirosah Is lamiyah

    Universitas Darul Ulum, yang saat ini mengemban

    amanah sebagai Wakil Ketua I Tanfidziyah PCINU

    Yaman dalam kata sambutannya.

    Diskusi yang dimulai sejak pukul 21.00 KSA

    tersebut, menghadirkan dua pemakalah ; Ust. M. Ali

    Mahmudi, Lc dan Ust. Hasan Djunaidi, Lc. Keduanya

    merupakan alumnus Universitas Darul Ulum. Selain

    itu, beberapa delegasi perwakilan sejumlah ormas juga

    turut hadir, seperti FPI dan Muhammadiyah.

    Dalam makalahnya berjudul Syari'at Islam ala

    Nahdiyyin, Ali Mahmudi menuturkan bahwa secarateoritis, implementasi syariat islam bisa dibagi

    menjadi dua macam ; pertama adalah sistem topdown

    yaitu metode penerapan syariat islam yang dimulai

    dari tingkat atas ke bawah yang pelaksanaannya

    dimulai dari merubah sistem pemerintahan, dan yang

    kedua adalah sistem bottom upyaitu metode penerapan

    syariat Islam yang dimulai dari bawah ke atas yang

    pelaksanaannya dimulai dari masyarakat kelas bawah.

    Sistem yang kedua inilah yang dipilih para walisongo

    dan diteruskan oleh Ulama NU, dan ternyata berhasil

    dan bertahan sampai saat ini, tutur lajang asalSurabaya tersebut.

    Diskusi semakin 'panas' ketika pemakalah

    kedua, Hasan Junaidi, mempresentasikan makalahnya

    berjudul Sistem Khilafah Bagaikan Mimpi di Siang

    Bolong. Menurut mahasiswa asal Padang itu, sistem

    yang cocok untuk pemerintahan Indonesia adalalah

    sistem demokrasi, bukan sistem khalifah yang selama

    ini digembar-gemborkan sebagian kalangan.

    Menurutnya, kemajemukan yang dimiliki bangsa

    Indonesia sangat bisa bersinergi dengan corak sistem

    demokrasi yang juga sangat memungkinkan untuk

    memasukkan butir-butir syariat Islam dalam esensi

    penerapannya.

    Hasan juga menanggapi asumsi segelintir

    kelompok yang mengklaim bahwa Indonesia adalah

    negara thagut karena tidak menjadikan syariat Islam

    sebagai dasar hukum formal negara. Kendati tidak

    dijadikan hukum secara formal, syariat Islam sudah

    masuk ke sebagian hukum di Indonesia, tegasnya.Sebut saja, UU terkait pernikahan, ahli waris, waqaf,

    dan zakat. Bagi Hasan, tidak diterapkannya hukum jina'i

    (kriminal) di tanah air, tidak serta menjadikan Indonesia

    sebagai negara yang anti syariah apalagi sekuler.

    Diskusi yang dipimpin rekan M. Khoiruz Zadit

    Taqwa ini berlangsung hangat hingga pukul 00.00 KSA,

    kendati dilangsungkan di tengah suhu musim panas kota

    Hudaidah yang telah mencapai 41 derajat celcius.

    Apalagi di awal acara sempat diwarnai dengan insiden

    mati listrik.

    Dalam sambutannya sebagai Dewan SyuriahPCINU Yaman, Ust. Ahmad Hasin Ihsan berharap agar

    budaya diskusi ilmiah seperti ini bisa terus dilestarikan

    oleh warga nahdliyyin, khususnya yang saat ini sedang

    menempuh studinya di negeri Yaman. Ia juga

    mengingatkan terkait prinsip yang selama ini dipegang

    teguh oleh Nahdlatul Ulama' selama ini, yaitu al-

    Muhafadzoh 'ala al-Qadim as-Sholih wal-Akhdzu bil

    Jadid al-Ashlah.

    Yaitu melestarikan produk klasik yang masih

    relevan, serta bersikap adoptif dan inklusif terhadap

    nilai-nilai modernitas yang positif, ujar mahasiswa

    berkumis asal Madura tersebut.

    Rintis Diskusi Ilmiah Berbahasa Arab

    Selain diskusi-diskusi ilmiah reguler yang rutin

    berjalan, di periode ini PCINU Yaman juga akan

    merintis kajian ilmiah berbahasa Arab. Dalam hal ini,

    Lakpesdam PCINU Yaman akan bekerjasama dengan

    organisasi mahasiswa Yaman. Rabu 21 Mei 2014 M

    mendatang , Lakpesdam NU Yaman akan menggelar

    diskusi Usul Fiqh dengan tajuk Tajdidul Fiqh wa

    Dlawabhituhu (Pembaharuan Fikih dan Batasan-Batasannya). Diskusi perdana berbahasa Arab ini akan

    digelar di Sekretariat PCINU Yaman, di Kota Tarim,

    Propinsi Hadhramaut.

    Reporter : Syifauddin Azka & Dzul Fahmi

    Meriahkan Harlah NU, PCINU Yaman Diskusikan Politik Tanah Air

    WA TA NU

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 14

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    16/24

    Mengawali masa khidmah periode 2014 2015

    M, Lakpesdam NU Yaman membuat terobosan. Jikadiskusi-diskusi ilmiah sebelumnya menggunakan

    bahasa Indonesia, kali ini, lembaga yang dipimpin Nur

    Kholis Nafsah ini mencoba gebrakan baru, dengan

    menggelar diskusi berbahasa Arab. Tak disangka,

    diskusi yang dihelat pada Jumat (23/05) pukul 20.00

    KSA ini pun menyedot peserta yang tak sedikit. Sekitar

    35 mahasiswa memadati Musholla asrama Dakhili,

    Universitas Al-Ahgaff, Tarim, Hadhramaut. Mereka

    yang hadir bukan hanya mahasiswa Indonesia, namun

    juga mahasiswa Yaman, dan Somalia.

    Dipimpin oleh moderator Hanif Al-Attas,diskusi menghadirkan dua pembicara ; Murodh Aden

    (Mahasiswa asal Yaman), dan aktiviis kajian

    Lakpesdam asal Jember ; M. Khoirus Sholeh. Dalam

    diskusi yang mengangkat tema Tajdid fil Fiqh al-

    Islami wa Dhawabituhu tersebut, kedua pembicara

    tampak antusias menyampaikan wacana seputar

    pembaharuan dalam dunia fikih Islam.

    Beberapa konsep tajdid yang coba diusung

    sejumlah pemikir Islam kontemporer terus mengalirdari para diskusan. Sebut saja ; Dr. Jamal Athiyyah,

    Syaikh Abdullah bin Bayyah, Ramadhan al-Buthi,

    hingga Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki. Kendati

    terjadi silang pendapat yang cukup akut, para diskusan

    berspakat, bahwa fikih bukanlah monumen yang harus

    disakralkan, melainkan harus terus diperbaharui dan

    disesuaikan dengan nafas serta kebutuhan zaman.

    Reporter: Dzul Fahmi

    WA TA NU

    Tarim, 1150 km dari Ibu Kota Sana'a, adalah kota mungil yang

    sarat nilai religius. Ia menjadi kota kebudayaan terpenting di

    Hadhramaut, bahkan di negeri Yaman secara keseluruhan. Peran

    Tarim sebagai pusat penyebaran dakwah Islam telah dimulai sejak

    masa nubuwah, ketika Rasulullah mengutus sahabat Ziyad bin Labid

    al-Anshari sebagai gubernur di Hadhramaut.

    Di kota asal kakek moyang Wali Songo ini, terdapat makam

    para sufi dan ulama terkenal yang senantiasa diziarahi banyak orang

    dari seluruh dunia, termasuk para kiai dan santri Indonesia.

    Diantaranya Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad, pengarang RatibulHaddad yang buah karyanya cukup populer di kalangan pesantren

    tanah air.

    Sebagai kota yang pernah dinobatkan ISISCO sebagai Ibu

    Kota Kebudayaan Islam tahun 2010, Tarim memang memiliki sejuta

    nilai sejarah. Mulai dari masjid-masjid tua, madrasah, zawiyah,

    perpustakaan manuskrip, para ulama sekaligus aktifitas ilmiyahnya,

    h i n g g a s i t u s - s i t u s p e r a d a b a n I s l a m .

    Nah, buku yang ditulis oleh kader muda yang tergabung dalam

    Lajnah Ta'lif wa Nasyr (LTN) Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul

    Ulama (PCINU) Yaman ini akan mengajak Anda melancong ke setiap

    sudut bersejarah kota ini. Ditulis dengan bahasa traveling note yangmudah dicerna, pembaca seakan dibawa menelusuri jengkal demi

    jengkal tanah negeri para wali yang penuh berkah ini.

    Untuk pemesanan, hubungi Sdr. Ade Nurul Badar. Phone &

    WharsApp: +967714552972

    IKLAN

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 201415

    Lakpesdam NU Yaman ; Rintis DiskusiBerbahasa Arab

    Buku Wisata Religi di Negeri Para Wali

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    17/24Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 16

    Mengucapkan:SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA

    RAMADHAN 1435 H.

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    18/24

    Dongeng Kwek Kwek

    "Kek, sebetulnya keadilan di negeri kita itu apa

    benar-benar ada?"

    Sang kakek memandang sayu bola mata cucu

    semata wayang. Matanya imut tanpa dibuat-buat.

    Wajahnya lugu tanpa setetes dosa. Rambutnya lembut

    meski jarang memakai sampo telur.

    "Sini," panggil sang kakek, "sambil rebahan,

    kakek akan bercerita tentang keadilan."Seketika, dengan segala kepolosannya, dia

    langsung melentang manja. Sang kakek pun tahu apa

    yang harus dilakukan. Segera dia membelai-belai

    rambut pirangnya. Sesekali dia juga mengecup kening

    mungilnya.

    Barangkali seperti kebiasaannya, kakek itu

    akan bercerita sambil mengunyah daun kunyit yang

    nampak menonjol di pipi kanannya, atau juga dengan

    mengisap gulungan tembakau yang dibubuhi cengkih

    kemudian dibungkus daun nipah, bisa pula kertas.

    Untuk semua itu, dia akan mulai merangkaikata kepada cucu tercintanya dengan judul sederhana:

    "Dongeng Kwek Kwek".

    Berikut awal mula kisahnya:

    "Andai Paman Gober hidup kembali," pikir

    Kwek setiap kali merenungi nasib. Semenjak Paman

    Gober dilengserkan dari jabatannya, Kwek terpaksa

    melata di pinggir jalanan, siang bersama gerobak berisi

    rongsokan, malam ditemani lolongan anjing

    gedongan.

    Dulu, ketika Paman Gober masih berkuasa, dia

    begitu mulia, duduk terhormat di kursi sepuhan emas

    bagaikan singgasana raja, sehingga membuat bebek-

    bebek lainnya cemburu. Yah, cukup iri dan kebakaran

    hati saja. Karena Paman Gober dan Kwek benar-benar

    menjelma selayaknya raja yang sulit tumbang.

    "Keadilan mana yang kucurangi?"

    Kalimat Paman Gober semacam itu selalu

    menjadi pembuka pidato berita petang.

    "Coba jika aku tidak membangun jembatan,

    gedung, jalan, air mancur dan lainnya, apa jadinya kota

    ini?"Tak berani memutus. Tak ada yang berani

    melawan. Tak ada yang berani menentang. Dan tak ada

    yang berani berbicara lantang.

    Hari silih berganti, tak terasa sudah tiga puluh

    dua tahun Paman Gober berkuasa, selama itu pula

    semua bebek menanti kabar kematian Paman Gober.

    Rasa bosan yang sejak dahulu terbungkam menjelma

    luapan api kemarahan. Paman Gober diseret dari

    singgasana, dikeluarkan dari istana dengan mata rabun

    dan bulu yang sudah rontok.

    Akhirnya kediktatoran Paman Gober tumbang.

    Dia gagal menjadi penguasa abadi. Meski sekarangPaman Gober sudah mati , namun ternyata

    kerakusannya mewaris turun temurun pada generasi

    selanjutnya.

    Terlepas dari itu, seluruh penghuni Kota Bebek

    berkonvoi ramai memadati jalanan seperti pulang dari

    medan perang dengan kemenangan besar. Mereka tak

    menyangka akan datang masalah lebih besar dari

    sekedar perebutan kekuasaan.

    ***

    Krisis moneter melontang-lantungkan seluruh

    nafas kehidupan Kota Bebek, biaya pengobatanmelecit sehingga seekor nenek bebek yang jatuh sakit

    dan mati terlindas ban truk, karena sudah tak kuat lagi

    berjalan, bangkainya terseret dengan darah anyir yang

    muncrat dari pecahan kepalanya.

    "Sudahlah, intinya jangan sampai pulang

    dengan tangan hampa! Jangan pula kau membuatku

    terpaksa menjual diriku di kolong jembatan, hanya

    supaya anak-anak kita tidak mengais sisa makanan di

    tong-tong sampah."

    Kegetiran karena istrinya melacur itulah yang

    membuat Kwek mau tidak mau harus mendorong

    gerobak mencari sampah rongsokan untuk disetorkan

    ke majikannya sebagai bahan pendaur ulangan pabrik

    kertasnya.

    Sudah enam tahun krisis moneter mengusik

    ketentraman, itu berarti juga bahwa sudah enam tahun

    Kwek berkeliling bersama gerobak beroda-duanya,

    memungut plastik yang menyumbat selokan,

    mengangkutnya, punggungnya terpanggang oleh

    panas terik matahari di siang hari.

    Itulah masa kelam bebek bernama Kwek,hingga dia pernah menjadi tukang angkut sampah.

    Berkat keuletan dan keluwesannya, dia mampu

    berkawan dengan siapa saja. Dari sanalah dia

    menjumpai pengusaha yang mengantarkannya menuju

    *)Oleh: Arul Chairullah

    CERPEN

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 201417

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    19/24

    jalan kesuksesan. Kini, dia sudah mandiri dengan

    pabrik terbesar di Kota Bebek. Kian hari, kekayaannya

    semakin bertambah. Saking kayanya, sampai dia tak

    bisa ingat lagi pabrik apa saja yang dimilikinya.Tuhan Maha Adil. Segala jerih payahnya

    terganjar oleh gelimang harta, pekerjaan istimewa, dan

    tentunya derajat yang bermartabat. Tapi apakah itu

    sebenarnya keadilan? Untuk sementara ini Kwek tak

    perlu membahasnya.

    Gerobak sampah itu menolong kehidupan

    Kwek. Istrinya tak pernah lagi pergi ke bawah

    jembatan, melainkan turut membungkusi sandal dan

    sepatu bermerk termahal di Kota Bebek. Dua anaknya

    yang ibarat kata bagai pinang dibelah dua itu menjadi

    gemuk dan segar, namun sebetulnya dari sinilah ceritabaru dimulai.

    *****

    Sepanjang jalan menuju podium, penghuni

    Kota Bebek berkerumun meneriakkan yel-yel.

    "Hidup Kwek! Hidup Kwek!"

    Dia perhatikan raut wajah mereka, sejuta

    pengharapan tergores dari setiap kedutan dahinya.

    Perasaan Kwek miris prihatin.

    "Wahai rakyat Kota Bebek," ucapnya di awal

    pidato, "sekian lama kita miskin penguasa yang adil,

    miskin ketentraman yang terusik krisis ekonomi,

    miskin keadilan yang terampas oleh serigala berbulu

    domba. Maka dengan ini, saya terpanggil untuk

    mengembalikan keadilan kepada penduduk Kota

    Bebek, karena keadilan adalah hak setiap bebek di kota

    ini."

    Bebek-bebek pendukungnya bergairah.

    Semangat mereka terbakar akibat pidato yang

    disampaikan oleh Kwek. Matanya menyala, tangannya

    mengepal, lalu dengan keras mereka berteriak kompak

    berulang-ulang."Hidup keadilan! Hidup Kwek! Hidup

    Keadilan! Hidup Kwek!"

    Pandangan mereka terus mengikuti Kwek

    sampai menghilang dari sudut tikungan jalan dengan

    mengendarai delman beroda dua yang ditarik dua

    kuda. Di belakang kerandanya tertempel lambang

    "Rumput dan Kapas" yang merupakan kebutuhan

    dasar seekor bebek, yakni pangan dan sandang sebagai

    syarat utama untuk mencapai kemakmuran.

    *****

    "Lalu, apa Kwek menang dalam pemilihan,Kek?"

    "Pasti. Itu harga mati. Tapi kemenangannya

    memunculkan rasa dengki dan benci!"

    Wahyu terperanjat kaget. Dia bangun daripangkuan sang kakek.

    "Dengki bagaimana, Kek?"

    "Setiap kenikmatan mesti terdapat hasutan.

    Tak semua orang menyukai kesuksesan kita, Nak! Itu

    sudah hukum alam. Tergantung seberapa bijakkah kita

    menyikapinya."

    "Bijak?! Seperti apa itu, Kek?"

    "Anggaplah mereka yang tak suka dengan kita,

    telah lama memperhatikan kita sedari tadi, sementara

    kita tak memperhatikannya sama sekali. Jadi,

    seharusnya kita yang berterima kasih, karena

    diperhatikan olehnya," ujar kakek tersenyum.

    "Terus, Kek. Apa yang terjadi dengan Kwek?"

    Tangan sang kakek menggapai kepala Wahyu,

    memeluknya erat, kemudian meletakkan kembali ke

    pangkuannya. Mencium halus kening cucu

    kesayangannya, sebelum akhirnya melanjutkan cerita.

    Sejatinya, Kwek adalah sosok penguasa yang

    dicintai hampir mayoritas penduduk Kota Bebek.

    Selain ringan tangan, dia tak berat muka, turun

    blusukan membangun jembatan, kerja baktimenyisihkan sampah dan ganggang yang menyumbat

    selokan.

    Demikianlah diceritakan betapa melekatnya

    seekor bebek Kwek di hati para bebek, sehingga apa

    yang diperintahkan oleh Kwek, seakan sabda utusan

    Tuhan yang harus terpenuhi. Bukan karena

    keterpaksaan ataupun ketakutan seperti di saat Paman

    Gober berkuasa. Namun, lebih karena rakyat sudah

    terlanjur jatuh hati kepada Kwek.

    Kota Bebek begitu damai sentosa. Perampok

    berhenti dari pekerjaan gelapnya, karena sebagian darimereka sudah jutawan.

    "Buat apa merampok jika kita sudah kaya,"

    kata bebek berkaca mata hitam.

    CERPEN

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 18

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    20/24

    bahwa sebenarnya mudah menaklukkan penduduk

    Kota Bebek yang berjumlah 500 ekor, tapi yang lebih

    penting adalah bagaimana kamu meyakinkan 5 ekor

    yang punya Kota Bebek. Maka, jadilah orang mandiri

    dengan harta yang melimpah ruah, sekira jika nantikamu berkuasa, maka kamu benar-benar menjadi sang

    penguasa, bukannya seperti kambing congek.

    Diperintah kemana saja mau, walau memperjual-

    belikan hak dan keadilan rakyat.

    "Apakah Kwek lengser dari tahta kekuasaan,

    Kek?" desak Wahyu yang sudah tidak sabar.

    "Entahlah, tapi sampai sekarang kakek masih

    menjumpai serombongan bebek meracau di pinggir

    peradaban yang serba linglung dan kacau."

    "Meracau, Kek?"

    "Yah. Mereka terus saja memanggil-manggilnama Kwek."

    kwekwekwek

    Ke barat: kwekwekwek

    Ke utara: kwekwekwek

    Ke timur: kwekwekwek

    K e s e l a t a n :

    kwekwekwek

    Entah sampai kapan itu rombongan bebek

    Terus berkwekwekwek

    Kwekwek**)

    Kwek

    Sejak itu, hari-hari pun berlalu tanpa ada lagi

    penggantian pemimpin, ucap sang kakek melemah

    saat mengakhiri dongengnya. Sedangkan Wahyu

    menatap wajah kusut kakeknya yang telah dimakan

    usia.

    O, negeriku, selalu saja kau buat keadilanku

    menangis, tutup kakek menunduk.

    Pesantren Hadhramaut, Jum'at Legi 26 Juli

    2013.*)Alumnus Univ. Al Ahgaff, Yaman. Juara I Bilik

    Sastra Award 2013 - Radio Republik Indonesia.* * )

    Cuplikan Puisi Gus Mus yang berjudul

    Wekwekwek.

    Bekerja sama dengan:

    "Bagiku merampok itu hobi, jadi meskipun

    sekarang kaya, aku bisa saja merampok. Cuma aku

    berhenti melakukannya karena itu dosa saja," balas

    bebek lainnya bertopi biru.

    Bebek mengerti dosa?! Yah, inilah keunikan

    Kota Bebek. Mereka tak berani bermain-main dengan

    kutukan dosa, karena mereka tahu bahwa kenikmatan

    yang sementara dari dosa tak sebanding dengan

    siksaan yang ditanggung akibatnya. Ngeri!

    Ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan

    Kota Bebek akan berlangsung lebih lama, andai sajaDonald, konglomerat nomer wahid di Kota Bebek tak

    mendatangi Kwek dan mengancamnya keji.

    "Kamu sudah banyak melanggar perintahku!

    Kamu bebek tak tahu diuntung, sudah dibantu, masih

    berani melawan."

    "Kenapa?! Apa salah melawanmu? Itu hak

    penduduk Kota Bebek memperoleh keadilan!"

    " H e h , i n g a t ! A k u l a h o r a n g b e r j a s a

    menempatkanmu di kursi penguasa Kota Bebek ini.

    Taati perintahku. Kalau tidak..."

    "Kalau tidak kenapa? Apa kau pikir aku takut?Jangan harap!"

    "Bebek tolol! Awas, nanti kusembelih lehermu,

    kucincang tubuhmu dengan parang yang berlumuran

    darahmu sendiri."

    Tak dapat dipungkiri, Donald sangatlah berjasa

    besar, terutama ketika tuntutan modal produksi pabrik,

    pendanaan kampanye se lama masa pemilihan,

    ditambah istrinya yang terinfeksi racun berbahaya,

    mau tidak mau sebagian perusahaannya gulung tikar.

    Kalau saja tidak karena Donald, Kwek akan kembali

    terperosot ke lobang kelam.

    Kwek langsung teringat nasehat Nenek Bebek,

    sesepuh Kota Bebek yang mengasingkan diri jauh ke

    sebuah lereng gunung di ujung kota, adalah kenyataan

    CERPEN

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 201419

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    21/24

    Oleh: Fadhil Karoya

    Dimana-mana hanya keegoisan

    Unjuk kehebatan tuk menjadi terdepan

    Dimana-mana hanya angkuh

    Rela berpeluh asal semua direngkuh

    Dimana-mana hanya gengsi

    Berani mati supaya mahal harga diri

    Dimana-mana hanya dengki

    Benci berbagi

    Seperti kericuhan para qobilah di depan

    Ka'bah

    Yang hanya disebabkan satu bongkah

    Hajar Aswad yang mulia

    Namun seoarang Bani Hasyim layaknya

    seorang hakim

    Mampu meredakan gengsi

    Mampu menghampuskan dengki

    Coba bayangkan!

    Dengan satu sorban saja mereka bisa

    tenang

    Dengan satu perintah saja mereka bisa

    berlapang

    Dan bagaimana bisa seorang yang buta

    aksara

    Mampu menggemparkan dunia?

    Bahkan masih dielu-elukan

    Setelah empat belas abad silam

    PUISI

    Masa kampanye pemilu telah tiba

    Foto-foto caleg menghiasi jalan raya

    Bendera partai berkibar dimana-mana

    Orasi para caleg memenuhi masmedia

    Saatnya rakyat menentukan pilihan hati

    Janganlah memilih karena ada intimidasi

    Janganlah memilih karena caleg berbagi

    Jangan memilih karena caleg penyanyi

    Masa depan bangsa ada di tangan kita

    Jangan asal memilih yang pandai bicara

    Pilihlah caleg yang telah ada bukti nyata

    Agar bangsa kita akan jaya dimata dunia

    BUKTI KECERDASAN

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 2Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 2014 20

    PUISI

    Kampanye Pemilu

    * Puisi Refleksi Pemimpin Seperti Rasulullah SAW.

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    22/24

    STRUKTUR KEPENGURUSANPCINU YAMAN

    Masa Khidmat 2014-2015

    Mustasyar:1. DR. Muhammad Abdul Qodir Al-Idrus

    2. Ust. Abdurrahman As-Seggaf

    3. Hb. Zaid Bin Abdurrahman Bin Yahya

    4. Ust. Faiz Nur Kholish Lc.

    5. Hb. Muhsin Al-Idrus

    6. Hb. Ja'far As-Segaff

    Syuriyah:Rois : Nuril 'Izza Muzakki

    Wk. Rois : Maimun Abdul Ghofur

    M. Hasin Ihsan

    Kab : Muhammad Hammam

    Wk. Kab : Hasan Bashri

    Tanfidziyah:Ketua : Dzul Fahmi

    Wk. Ketua : Iqbal Nidak

    Ahmad Najih

    Sekertaris : Ade Nurul Badar

    Wk. Sekertaris : Fahmi Hilmy

    Bendahara : Ali Burhan

    Wk. Bendahara : Abdullah Mahfudz

    A`wan:1. Muhammad Fashihin Mu'min

    2. Zainal Abidin Zubair

    LAKPESDAM (Lajnah Kajian & PengembanganSumber Daya Manusia):Koordinator : Nur Kholis

    Anggota : 1. Luthfi Ahsanuddin

    2. Khoirussoleh

    3. Imam Rahmatullah

    4. Muhammad Gufron

    5. M. Rifqi Ridlo

    6. Mu'ammar Hafidz

    7. Ah. Mubarak Aas

    8. M. Kholil Muqorrobin

    LTNNU (Lajnah Talif wa Nasyr NU):Koordinator : Hifni Mubarak

    Anggota :1. Ahmad Kholilurrahman

    2. Muhammad Luthfillah

    3. Abdurrahman Malik

    4. M. Khoirul Jadid

    5. Ahmad Nizar

    6. Rifqon Syauqi

    7. Muhammad Wildan

    8. Ali Zabidi Ahmad

    9. Fathurrahman Ghazali

    LMINU (Lajnah Media & Informasi NU):Koordinator : Ridwan AgusawanAnggota : 1. Muhammad Nurul Hadi

    2. Rindi Supiadi

    3. Afif Abdul Halim

    4. Luthfi Rahman

    LDNU (Lajnah Dakwah NU):Koordinator : Muhammad Qohiri

    Anggota : 1. Rijal Ramadhan

    2. Abdurrahman An-Niri 3. Ahmad Mahalli

    4. Salim

    5. Ahmadi Mar'ie

    6. Ahmad Baihaqi

    LBMNU (Lajnah Bahtsul Masail NU):Koordinator : Muhammad Thohir

    Anggota : 1. Abdur Rahim

    2. Muwaffa

    3. M. Zadit Taqwa 4. Thohirin Shodiq

    5. Ulin Nuha

    6. Yahya Al-Khuraidi

    Lajnah PCINU Yaman

    Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 20141 Buletin Adzkar PCINU Yaman- Edisi 1 / Juni 201421

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    23/24

  • 7/21/2019 Buletin Adzkar Edisi 1

    24/24