buku panduan krismin 2015 (3)

112
ii TIM PENYUSUN C. Danisworo Suprapto Basuki Rahmad STAFF ASISTEN Radika Alfa Erlangga Dwi P Desi Lamdasari Andi Okky Rivandi Taufik Pahlevi Oktavian Bayu Sandy Afrilita Muhammad Husein Alvin Hidayat

Upload: fachrul-ekky

Post on 01-Feb-2016

113 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

ii

TIM PENYUSUN

C. Danisworo

Suprapto

Basuki Rahmad

STAFF ASISTEN

Radika Alfa

Erlangga Dwi P

Desi Lamdasari

Andi Okky

Rivandi Taufik

Pahlevi Oktavian

Bayu Sandy

Afrilita

Muhammad Husein

Alvin Hidayat

Page 2: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Perkembangan Ilmu Geologi dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat

pesat, Ilmu Mineralogi khususnya. Hampir setiap tahun telah ditemukan mineral – mineral

baru dan dikemukakan teori keilmuan mengenai Mineralogi. Penyusun telah melakukan

revisi pada buku panduan yang terdahulu, dengan tersusunnya Buku Panduan Praktikum

Kristalografi Mineralogi ini, diharapkan dapat menjadi petunjuk bagi praktikan sehingga

mempermudah dalam melaksanakan praktikum kristalografi mineralogi, khususnya

dilingkungan Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Dalam penyusunan buku panduan ini kami sangat menyadari masih banyak

kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan

saran yang membangun agar kedepannya kami dapat memperbaiki dan menyusun buku

panduan yang lebih baik di masa mendatang.

Besar harapan kami semoga buku panduan ini bermanfaat bagi praktisi maupun

akademisi di bidang Ilmu Geologi dan praktikan Praktikum Kristalografi Mineralogi.

Terimakasih

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Yogyakarta, 31 Agustus 2015

Penyusun

Page 3: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

iv

TATA TERTIB

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI MINERALOGI

1. Praktikan harus berpakaian rapi dan sopan selama praktikum berlangsung, tidak

diperbolehkan memakai sandal, sepatu sandal, kaos oblong dan celana sobek.

2. Praktikan yang terlambat 15 menit tidak diperkenankan mengikuti acara praktikum

pada hari tersebut dan dinyatakan INHAL.

3. Jika 15 menit asisten tidak hadir, praktikan dipersilahkan pulang dan berhak untuk

menentukan hari pengganti.

4. Praktikan wajib membawa alat-alat tulis, Buku panduan& modul praktikum milik

sendiri.

5. Praktikan dilarang meninggalkan ruangan tanpa seijin asisten selama praktikum

berlangsung.

6. Praktikan dilarang : Makan, minum, dan merokok selama praktikum berlangsung.

Membawa senjata tajam, senjata api, barang-barang yang dapat membahayakan

orang lain dan narkoba selama praktikum berlangsung. Mengikuti acara praktikum

dalam keadaan mabuk.

7. Setiap tugas & syarat masuk yang diberikan setiap minggunya WAJIB

dikumpulkan saat acara praktikum berlangsung .

8. Praktikan yang tidak membawa tugas mingguan & syarat masuk tidak

diperkenankan mengikuti acara praktikum.

9. Jika berhalangan masuk atau sakit wajib memberikan surat keterangan kepada

koor plugnya masing-masing dan mengumpulkan tugas mingguan pada pertemuan

berikutnya, bila tidak masuk tanpa adanya surat keterangan maka dinyatakan

INHAL.

10. Dilarang berpindah-pindah plug.

11. Praktikan dinyatakan GUGUR apabila 2 kali tidak hadir tanpa ada keterangan

apapun.

12. Setiap praktikan WAJIB menyelesaikan urusan administrasi Laboraturium paling

lambat 1 minggu setelah asistensi berlangsung atau nilai tidak akan dikeluarkan di

papan pengumuman/ mading lab.

13. Hal-hal yang belum tercantum diatas akan ditetapkan kemudian.

Page 4: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

TEAM PENYUSUN

KATA PENGANTAR

TATA TERTIB PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI MINERALOGI

BAB I. KRISTALOGRAFI

1. 1. DASAR TEORI ................................................................................................. 1

1. 2. DASAR PEMBAGIAN SISTEM KRISTALOGRAFI ..................................... 3

1. 3. SISTEM – SISTEM KRISTALOGRAFI .......................................................... 5

1. 3. 1. Sistem Reguler ............................................................................................ 5

1. 3. 2. Sistem Tetragonal........................................................................................ 7

1. 3. 3. Sistem Hexagonal........................................................................................ 8

1. 3. 4. Sistem Trigonal ......................................................................................... 10

1. 3. 5. Sistem Orthorombik .................................................................................. 11

1. 3. 6. Sistem Monoklin ....................................................................................... 12

1. 3. 7. Sistem Triklin ............................................................................................ 13

1. 4. SIMBOL KRISTALOGRAFI.......................................................................... 14

1. 4. 1. Parameter dan Parameter Rasio ................................................................ 14

1. 4. 2. Simbol Weiss dan Simbol Miller .............................................................. 14

1. 5. KELAS SIMETRI ............................................................................................ 15

1. 6. PENENTUAN KLAS SIMETRI ..................................................................... 17

1. 6. 1. Menurut Herman Mauguin ........................................................................ 17

1 .6. 2. Menurut Schoenflish ................................................................................. 21

1. 7. BENTUK – BENTUK KRISTAL ................................................................... 24

BAB II. MINERALOGI

2. 1. DEFINISI MINERAL ....................................................................................... 25

2. 2. CARA TERJADI DAN TERDAPATNYA MINERAL – MINERAL ............ 26

2. 3. TERDAPATNYA MINERAL .......................................................................... 31

2. 4. PENGERTIAN MINERAL URAT PRIMER DAN SEKUNDER .................. 33

2. 5. KEGUNAAN MINERAL ................................................................................. 34

Page 5: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

vi

2. 6. MINERAL PERMATA .................................................................................... 35

2. 7. CONTOH MINERAL PERMATA .................................................................. 35

2. 8. CONTOH MINERAL – MINERAL PERHIASAN ......................................... 37

2. 9. CONTOH MINERAL PENGHASIL LOGAM ATAU MINERAL BIJIH ...... 40

2. 10. MINERAL UNTUK INDUSTRI KIMIA ......................................................... 46

2. 11. PENDESKRIPSIAN MINERAL ...................................................................... 46

2. 12. GOLONGAN MINERAL ................................................................................. 63

BAB III. ROCK FORMING MINERAL

3. 1. DEFINISI ........................................................................................................... 68

3. 2. REAKSI BOWEN ............................................................................................. 69

3. 3. MINERAL – MINERAL PEMBENTUK BATUAN ........................................ 70

3. 4. PELAPUKAN BATUAN (WEATHERING ROCK) ........................................ 80

Page 6: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 1 

BAB I

KRISTALOGRAFI

1. 1. DASAR TEORI

Kristalografi adalah Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat

geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk

luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.

Sifat geometri,

Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal yang

menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah, serta bentuk bidang luar

yang membatasinya.

Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar,

Mempelajari kombinasi perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk

luar selain bentuk-bentuk dasar pada suatu bidang permukaan.

Struktur dalam,

Mempelajari tentang susunan dan jumlah sumbu-sumbu Kristal, juga

menghitung Parameter dan Parameter Rasio.

Sifat fisis kristal,

Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya

kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-

bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu Kristalin dan Non Kristalin.

Sumbu Kristalografi ialah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat

kristal. Kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan tebal atau

tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga digunakan

Proyeksi Orthogonal.

Page 7: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 2 

Kristal adalah suatu benda dengan bentuk yang polihedral (bidang

banyak), dibatasi oleh bidang yang rata, yang merupakan senyawa kimiawi,

terbentuk dari suatu zat cair atau gas yang memadat (John Wiley and Sons, 1999)

Kristal dapat diartikan pula sebagai bahan padat yang secara kimia

homogen dalam bentuk geometri tetap, sebagai gambaran dari susunan atom

yang teratur, dibatasi oleh bidang banyak (Polyhedron), jumlah dan kedudukan

dari bidang - bidang kristalnya tertentu dan teratur.

Sudut ( ∠ ) Kristalografi ialah sudut yang dibentuk oleh perpotongan

sumbu-sumbu Kristalografi pada titik potong (pusat kristal).

Gambar 1. 2. Sumbu Kristalografi

Keterangan sumbu dan sudut:

• Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas.

• Sumbu b : sumbu yang horisontal pada bidang kertas.

• Sumbu c : sumbu yang vertikal pada bidang kertas.

• ∠ α ialah sudut yang dibentuk antara Sb b dan Sb c.

• ∠ β ialah sudut yang dibentuk antara Sb a dan Sb c.

• ∠ γ ialah sudut yang dibentuk antara Sb a dan Sb b.

Page 8: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 3 

1. 2. DASAR PEMBAGIAN SISTEM KRISTALOGRAFI

Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, ini didasarkan kepada :

Jumlah sumbu Kristalografi

Perbandingan panjang sumbu-sumbu Kristalografi.

Letak atau posisi sumbu Kristalografi.

Nilai sumbu C atau sumbu vertikal.

J P L N

Page 9: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 4 

Gambar 1.2

Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu Kristalografi

(Hk0)

Page 10: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 5 

1. 3. SISTEM-SISTEM KRISTALOGRAFI

1. 3. 1. Sistem Reguler (Cubic = Isometric = Tesseral = Tessular)

Gambar 1. 3. Sistem Kristal Reguler

Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam nama kristal

Hexahedron. Dengan contoh mineral Galena (PbS), Emas (Au), Pyrite (FeS2)

dan Halite (NaCl).

Ketentuan: Sumbu : a = b = c Sudut : α = β = γ = 900 Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.

Cara Menggambar: ∠ a- / b+ = 300 a : b¯: c = 1 : 3 : 3

Page 11: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 6 

Gambar 1. 4. Sistem Kristal Reguler

Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam nama kristal

Pentagonal Dodecahedron. Contoh mineralnya adalah Magnetite (Fe3O4) dan

Intan (C).

Page 12: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 7 

1. 3. 2. Sistem Tetragonal (Quadratic)

Gambar 1. 5. Sistem Kristal Tetragonal

Gambar sistem kristal Tetragonal yang termasuk dalam nama nristal Tetragonal

Prisma Orde I dengan contoh mineral Chalcopyrite (CuFeS2) dan Cassiterite

(SnO2).

Ketentuan: Sumbu : a = b ≠ c Sudut : α = β = γ = 900

Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout

Cara menggambar: ∠ a + / b-- = 30o a : b : c = 1 : 3 : 6

Contoh mineral : Cassiterite (SnO2), Calcophyrite (CuFeS2)

30o

Page 13: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 8 

1.3.3 Sistem Hexagonal

Gambar 1. 6. Sistem Kristal Hexagonal

Gambar sistem kristal Hexagonal yang termasuk dalam nama kristal

Hexagonal Prisma dengan contoh mineral Quarzt (SiO2) dan Apatite

[Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]

Ketentuan: Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d Sumbu : a = b = d ≠ c Sudut : β1 = β2 = β3 = 900

Sudut : γ1 = γ2 = γ3 = 1200 Sb a, b, dan d terletak dalam bidang horisontal/lateral dan membentuk ∠ 600. Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a.

Cara menggambar: ∠ a+ / b¯ = 170 ∠ b+ / d¯ = 390 b : d : c : = 3 : 1 : 6 Contoh Mineral : Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]

Page 14: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 9 

Posisi dan satuan panjang Sumbu a dibuat dengan memperhatikan Sumbu b

dan Sumbu d berikut:

Orde I

Orde II

Orde III

Page 15: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 10 

1. 3. 4 Sistem Trigonal (Rhombohedral)

Gambar 1. 7. Sistem Kristal Trigonal

Gambar sistem kristal Trigonal prisma orde I yang termasuk dalam nama

kristal Hexagonal Prisma dengan contoh mineral Gypsum (CaSO4 2H2O).

Ketentuan Sumbu : a = b = d ≠ c Sudut : β1 = β2 = β3 = 900

Sudut : γ1 = γ2 = γ3 = 1200

Cara menggambar: Sama dengan sistem Hexagonal, perbedaannya hanya pada Sb c bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan pada Sistem Hexagonal.

Page 16: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 11 

1. 3. 5. Sistem Orthorombic (Rhombic = Prismatic = Trimetric)

Gambar 1. 8. Sistem Kristal Orthorombik

Gambar sistem kristal Orthorombik dengan nama Orthorombic Brachy Macro

Basal Pinacoid dengan contoh mineral Barite (BaSO4)

Ketentuan: Sumbu : a ≠ b ≠ c Sudut α = β = γ = 900

Sb c adalah sumbu terpanjang Sb a adalah sumbu terpendek Sb a disebut Sb Brachy Sb b disebut Sb Macro Sb c disebut Sb Basal

Cara menggambar: ∠ a- / b+ = 300 a : b : c = 1 : 4 : 6

Page 17: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 12 

1. 3. 6. Sistem Monoklin

(Oblique = Monosymetric = Clinorhombic = Hemiprismatik =

Monoclinohedral)

Gambar 1. 9. Sistem Kristal Monoklin

Gambar sistem kristal Monoklin dengan nama Monoklin Hemybipyramid

dengan contoh mineral Orthoclase (K Al Si3O8)

Ketentuan: Sumbu : a ≠ b ≠ c Sudut : α = γ = 900, β ≠ 900 Sb a disebut sumbu Clino Sb b disebut sumbu Ortho Sb c disebut sumbu Basal

Cara menggambar ∠ a- / b + = 450 a : b : c = 1 : 4 : 6 Sb c adalah sumbu terpanjang Sb a adalah sumbu terpendek

Page 18: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 13 

1. 3. 7. Sistem Triklin (Anorthic = Asymetric = Clinorhombohedral)

Gambar 1. 10. Sistem Kristal Triklin

Gambar sistem kristal Triklin dengan nama Triklin Hemybipyramid dengan

contoh mineral Kyanite (Al2OSiO4).

Ketentuan: Sumbu : a ≠ b ≠ c Sudut : α ≠ β ≠ γ ≠ 900 Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan membuat sudut miring tidak sama besar. Sb a disebut Sb Brachy Sb b disebut Sb Macro Sb c disebut Sb Basal

Cara menggambar: ∠ a+ / c¯ = 450 ∠ b- / c += 800 a : b : c = 1 : 4 : 6

Page 19: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 14 

1. 4. SIMBOL KRISTALOGRAFI

1. 4. 1. Parameter dan Parameter Rasio

1. 4. 2. Simbol Weiss dan Simbol Miller

Bagian yang terpotong

Simbol Weiss =

Satuan ukur

Simbol Weiss dipakai dalam penggambaran kristal ke bentuk proyeksi

orthogonal dan proyeksi stereografis

Satuan ukur

Simbol Miller =

Bagian yang terpotong

Simbol Miller dipakai sebagai simbol bidang dan simbol bentuk suatu

kristal.

Parameter bidang hkl: oh = 1 bagian ok = 3 bagian ol = 6 bagian

Parameter Rasio Bidang hkl oh : ok : ol = 1 : 3 : 6

Page 20: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 15 

1. 5. KLASSIMETRI

1. 5. 1. Pengelompokkan Klassimetri

Pengelompokan kelas simetri didasarkan pada unsur – unsur simetri. Unsur –

unsur simetri tersebut antara lain :

1. Sumbu Simetri

2. Bidang Simetri

3. Titik Simetri atau Pusat Simetri

1. 5. 1. 1. Sumbu Simetri

Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, dimana

apabila kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros

perputarannya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan

kenampakan-kenampakan yang sama seperti semula.

Ada 3 jenis Sumbu Simetri yaitu:

I. 1. Sumbu Simetri Gyre

a. Sumbu Simetri Gyre Polair

b. Sumbu Simetri Gyre Dipolair/ Bipolair

I. 2. Sumbu Cermin Putar = Gyroide

I. 3. Sumbu Inversi Putar

1. 5. 1. 2. Bidang Simetri

Bidang Simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan

membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian yang satu

merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain.

Bidang simetri dinotasikan dengan P (Plane) atau m (mirror).

Bidang simetri dikelompokan menjadi 2 :

1. 5. 1. 2. 1. Bidang Simetri Utama

Bidang Simetri Utama adalah bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu

simetri utama kristal dan membagi bagian yang sama besar.

Bidang simetri utama ini ada 2 yaitu:

Bidang simetri utama horisontal dinotasikan dengan h (Bidang ABCD)

Bidang simetri utama vertikal dinotasikan v (bidang KLMN dan OPQR).

Page 21: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 16 

Gambar 1. 11. Bidang Simetri Utama

1. 5. 1. 2. 2. Bidang Simetri Tambahan (Intermediet/Diagonal)

Bidang Simetri Diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat hanya

melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan

bidang diagonal saja dengan notasi (d).

Gambar disamping memperlihatkan kedudukan 2 buah bidang simetri

tambahan/diagonal pada bentuk kristal Hexahedron (kubus).

Catatan :

Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu bidang simetri utama,

baru dihitung bidang simetri tambahan.

Gambar 1. 12. Bidang Simetri Tambahan

1. 5. 1. 3. Titik Simetri atau Pusat Simetri (Centrum = C)

Pusat Simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat

garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain

dengan jarak yang sama, dijumpai kenampakan yang sama (rusuk, sudut, bidang).

Page 22: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 17 

Pusat Simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu

merupakan pusat simetri.

1. 6. PENENTUAN KLASSIMETRI

Penentuan Klassimetri berdasarkan pada kandungan unsur-unsur simetri yang

dimiliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan klas simetri

suatu bentuk kristal, diantaranya yang umum digunakan:

1. 6. 1. Menurut Herman Mauguin

SISTEM REGULER

Bagian I : Menerangkan nilai sumbu a (Sumbu a, b, c), mungkin bernilai 4

atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a

tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan : 2,2,4,4,4mm

Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf ‘m’ menunjukkan

adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.

Bagian II : Menerangkan nilai sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri

tersebut bernilai 3 saja, atau juga bernilai 6.

Maka bagian II selalu ditulis : 3 atau 3

Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal)

bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak

lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.

Bagian ini dinotasikan : mm

,2,2 atau tidak ada.

Contoh:

• Klas Hexoctahedral ................................. mm234

mm234

• Klas Pentagonal icositetrahedral ............ 4 3 2 4 3 2

• Klas Hextetrahedral ................................ m34 m34

• Klas Dyakisdodecahedral .......................32

m 32

m

• Klas Tetratohedris ................................... 2 3 2 3 -

Page 23: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 18 

SISTEM TETRAGONAL

Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai

dan ada tidaknya bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c.

Bagian ini dinotasikan : 4,4,4m

Bagian II : Menerangkan nilai sumbu lateral (sb. a dan sb. b) dan ada tidaknya

bidang simetri vertikal yang tegak lurus terhadap sumbu lateral

tersebut.

Bagian ini dinotasikan : mm

,2,2 atau tidak ada.

Bagian III : Menerangkan nilai sumbu simetri intermediet/diagonal dan ada

tidaknya bidang simetri intermediet/diagonal yang tegak lurus

terhadap sumbu tersebut.

Bagian ini dinotasikan : mm

,2,2 atau tidak ada.

Contoh :

• Klas Ditetragonal bipyramidal .................. mmm224

mmm224

• Klas Tetragonal trapezohedral .................. 4 2 2 4 2 2

• Klas Ditetragonal pyramidal ..................... mm4 mm4

• Klas Tetragonal scalenohedral .................. m24 m24

• Klas Tetragonal bipyramidal ..................... m4

−−

m4

• Klas Tetragonal pyramidal ........................ 4 −−4

• Klas Tetragonal Bisphenoidal ................... 4 −−4

Page 24: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 19 

SISTEM HEXAGONAL DAN TRIGONAL

Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c (mungkin 3,3,6,6,6 ) dan ada

tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c

tersebut. Bagian ini dinotasikan : mm3,3,6,6,6

Bagian II : Menerangkan nilai sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya

bidang simetri diagonal yang tegak lurus.

Bagian ini dinotasikan : mm

,2,2 atau tidak ada.

Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada

tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus terhadap sumbu

intermediet tersebut.

Bagian ini dinotasikan : mm

,2,2 atau tidak ada

Contoh :

• Klas Dihexagonal bipyramidal ................... mmm226

mmm226

• Klas Dihexagonal trapezohedral ................. 226 226

• Klas Dihexagonal pyramidal ....................... mm6 mm6

• Klas Hexagonal bipyramidal .......................m6 −−

m6

• Klas Hexagonal pyramidal .......................... 6 −−6

• Klas Ditrigonal bipyramidal ....................... 26 m 26 m atau

m26 m26

• Klas Trigonal bipyramida ........................... 6 −−6

• Klas Ditrigonal scalenohedral .....................m23 −

m23

• Klas trapezohedral ...................................... 23 −23

• Klas Ditrigonal pyramidal ........................... m3 −m3

atau

m3 m−3

Page 25: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 20 

• Klas Trigonal rhombohedral ....................... 3 −−3

• Klas trogonal pyramidal .............................. 3 −−3

SISTEM ORTHOROMBIC Bagian I : Menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang yang tegak lurus

terhadap sumbu a tersebut .

Dinotasikan : mm

,2,2

Bagian II : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.

Bagian ini dinotasikan : mm

,2,2

Bagian III : Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simteri yang

tegak lurus terhadap sumbu tersebut.

Dinotasikan : 2,2m

Contoh :

• Klas Orthorombic bipyramidal ..................... mmm222

mmm222

• Klas Ortorombic bisphenoidal ...................... 2 2 2 2 2 2

• Klas Orthorombic pyramidal ........................ m m 2 m m

SISTEM MONOKLIN

Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya

bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.

Contoh :

• Klas Prismatik ...............................................m2

• Klas Sphenoidal ............................................ 2

• Klas Domatik ................................................ m

Page 26: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 21 

SISTEM TRIKLIN

Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:

Mempunyai titik simetri .................................... Klas Pinacoidal 1

Tidak mempunyai unsur simetri ........................ Klas Assymetric 1

1. 6. 2. Menurut Schoenflish

SISTEM REGULER

Bagian I : Menerangkan nilai c. Ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c

bernilai 4 atau bernilai 2.

• Apabila sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O

(Octaeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk

sumbu c bernilai 4 adalah Octahedron.

• Apabila sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T

(Tetraeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk

sumbu c bernilai 2 adalah bentuk Tetrahedron.

Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut

mempunyai:

• Bidang simetri horisontal (h)

• Bidang simetri vertical (v)

• Bidang simetri diagonal (d)

Apabila mempunyai:

• Bidang simetri horisontal (h)

• Bidang simetri vertical (v)

Apabila mempunyai:

• Bidang simetri vertical (v)

• Bidang simetri diagonal (d)

Apabila mempunyai:

• Bidang simetri diagonal (d)

dinotasikan h

dinotasikan h

dinotasikan v

dinotasikan d

Page 27: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 22 

Contoh :

1. Klas Hexoctahedral ……………………………………..Oh

2. Klas Pentagonal icositetrahedral …………………….….O

3. Klas Hextetrahedral ……………………………………..Td

4. Klas Dykisdodecahedral…………………………………Th

5. Klas Tetrahedral pentagonal dodecahedral………………T

SISTEM TETRAGONAL, HEXAGONAL, TRIGONAL, ORTHOROMBIC,

MONOKLIN, dan TRIKLIN

Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu

lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan:

• Apabila sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari

kata Diedrish.

• Apabila sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C

dari kata Cyklich.

Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah

kanan agak bawah dari notasi D atau C.

Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

• Bidang simetri horisontal (h)

• Bidang simetri vertical (v)

• Bidang simetri diagonal (d)

Jika mempunyai:

• Bidang simetri horisontal (h)

• Bidang simetri vertical (v)

Jika mempunyai:

• Bidang simetri vertical (v)

• Bidang simetri diagonal (d)

Jika mempunyai:

• Bidang simetri diagonal (d)

dinotasikan h

dinotasikan h

dinotasikan v

dinotasikan d

Page 28: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 23 

Contoh :

1. Klas Ditetragonal pyramidal ............................................. C4v

2. Klas Ditetragonal bipyramidal ......................................... D4h

3. Klas Tetragonal scalenohedral ......................................... D2d

4. Klas Tetragonal trapezohedral .............................................D

5. Klas Tetragonal bipyramidal ............................................ C4h

6. Klas Tetragonal pyramidal ................................................. C4

7. Klas Tetragonal bispenoidal ......................................... S4/ C4

8. Klas Dihexagonal pyramidal ............................................ C6h

9. Klas Dihexagonal bipyramidal ........................................ D6h

10. Klas Hexagonal trapezohedral ........................................... D6

11. Klas Hexagonal bipyramidal ............................................ C6h

12. Klas Hexagonal pyramidal ................................................. C6

13. Klas Trigonal bipyramidal ............................................... C3h

14. Klas Trigonal trapezohedral ............................................... D3

15. Klas Trigonal rhombohedral ............................................. 3Ci

16. Klas Trigonal pyramidal .................................................... C3

17. Klas Ditrigonal scalenohedral .......................................... D3d

18. Klas Ditrigonal bipyramidal ............................................ D3h

19. Klas Ditrigonal pyramidal ................................................ C3v

20. Klas Orthorombic pyramidal ........................................... C2v

21. Klas Orthorombic bisphenoidal ......................................... D2

22. Klas Orthorombic bipyramidal ........................................ D2h

23. Klas Prismatik .................................................................. C2h

24. Klas Spenoidal ................................................................... C2

25. Klas Domatic ................................................................... C1h

26. Klas Pinacoidal ................................................................... Ci

27. Klas Asymetric ........................................................................

Keterangan : Untuk sistem Monoklin, sumbu b dianggap sebagai sumbu c.

Page 29: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 24 

1. 7. BENTUK-BENTUK KRISTAL

a. Bentuk Tunggal

Kristal yang dibatasi oleh bidang-bidang datar / bidang-bidang kristal dengan

bentuk dan ukuran yang sama. Sering disebut sebagai bentuk dasar.

Contoh :

- 4 bidang Kristal ......................................... Tetrahedron

- 6 bidang Kristal ......................................... Hexahedron

b. Bentuk Kombinasi

Merupakan bentuk-bentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau

lebih bentuk tunggal yang tidak sama.

Contoh :

- Kombinasi Hexahedron (100) + Octahedron (111).

c. Bentuk Pertumbuhan

Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau

kombinasi dari bentuk yang sama, sehingga akan didapatkan unsur-unsur

simetri persekutuan yang sama. Tetapi bila kumpulan dari bentuk-bentuk

tersebut tidak beraturan maka kumpulan bentuk kristal tersebut disebut

kelompok atau kumpulan kristal (Crystal Agregate).

Contoh :

- Tetrakisexahedron (210)

- Triakisoktahedron (211)

Page 30: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 25 

BAB II

MINERALOGI

2. 1. DEFINISI MINERAL

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari

mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,

antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik sifat-sifat kimia, cara

terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.

Definisi mineral menurut beberapa ahli:

1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959

“Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat dialam terbentuk

secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan

mempunyai atom-atom yang tersusun teratur”.

2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972

“Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen

mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang

anorganik”.

3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977

“Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi

kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu atau dalam batas-batas tertentu

dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu

kehidupan”.

Ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan suatu anomali atau

suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut sebagai mineral,

walaupun tidak termasuk didalam suatu definisi, namun dapat ditarik

kesimpulan bahwa mineral mempunyai sifat sebagai : bahan alam, mempunyai

sifat fisis dan kimia tetap, berupa unsur tunggal atau senyawa.

Page 31: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 26 

Batasan-batasan definisi mineral :

1. Suatu bahan alam

2. Susunan atom yang teratur

3. Komposisi kimia pada batas tertentu

4. Pada umumnya anorganik

5. Bahan padat homogen

Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian :

1. Mineralogi fisik

2. Mineralogi kimiawi

2. 2. CARA TERJADI DAN TERDAPATNYA MINERAL – MINERAL

Mineral mineral umumnya terbentuk mengikuti empat cara :

1. Larutan

2. Magma

3. Sublimasi

4. Metamorfisme

2. 2. 1 Pembentukan dari larutan larutan

Larutan larutan air yang terdapat dikulit bumi berasal dari salah satu dari dua

kemungkinan :

1. Air permukaan yang selama perjalanannya melalui batuan – batuan akan

melarutkan mineral – mineral yang mudah larut dan disebut air meteorik atau air

tanah. Larutan ini umumnya bersifat cair dan dingin. Mineral – mineralnya kelak

akan di endapkan didekat atau pada permukaan tanah.

2. Air yang terdapat dibagian lebih dalam disebut air magmatis, ialah sisa cairan

yang berasal dari intrusi – intrusi batuan yang besar. Pengendapan mineral dari

air magmatis ini cukup dalam letaknya.

Page 32: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 27 

Cara pembentukan mineral yang terpenting yang berasal dari larutan :

1. Penguapan Larutan

Anhidrit dan Halite umumnya berasal dari larutan larutan yang mengandung

kedua bahan tadi. Pengendapannya sering berupa lapisan lapisan yang tebal

Dipulau Jawa seperti di daerah Tegalombo (Kabupaten Pacitan), disekitar Cepu,

di sekitar kawasan Pegunungan Pamotan dll.

2. Pengeluaran gas yang berkerja sebagai pelarut :

Air yang mengandung banyak gas CO2, bila mengenai batuan – batuan kapur,

maka CaCO3 akan larut dalam bentuk Asam Bikarbonat CaH2 (Co3)2 yang

merupakan persenyawaan yang tidak solid karena pengaruh beberapa faktor

seperti suhu, udara dll, maka gas CO2 dalam larutan akan keluar yang

menyebabkan perubahan karbonat ke bentuk yang lebih sukar larut, karbonat

biasa mengikuti :

CaCo3 + H2O+CO2 CaH2 (CO3) 2

Di daerah kapur maka sering terjadi pelarutan CaCO3 yang banyak dan

selanjutnya diendapkan di gua – gua dalam bentuk stalakmit dan stalaktit. Bentuk

bentuk ini kita jumpai umpamanya di daerah Gua Tabuhan (Punung, Wonogiri),

Gua Cermin (Wonosari), daerah Nusa Kambangan dll. Sering pula terjadi

pengendapan didekat mata air atau tepi sungai yang disebut Tuff Kapur.

Travertin merupakan hasil pelarutan dari batugamping di permukaan.

3. Penurunan suhu dan tekanan

Larutan air magma terbentuk dalam keadaan dengan tekanan dan suhu yang

tinggi, sehingga banyak bahan yang terlarut didalamnya. Bila suhu dan tekanan

berkurang maka diendapkanlah mineral – mineral hidrotermal, sumber – sumber

air panas dan geyser terdapat pada daerah – daerah dimana terdapat intrusi –

intrusi magma yang mendekati permukaan bumi. Air tanah yang bergerak ini

akan mengalami kenaikan suhu dan tekanan sehingga akan lebih banyak bahan –

bahan mineral yang terlarut didalamnya daripada keadaan biasa. Maka didaerah

daerah ini akan banyak diendapkan Tuff Kapur dan Travertin, sinter silika.

Page 33: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 28 

4. Interaksi larutan – larutan

Larutan CaSO4 akan bertemu dengan BaCO3 yang mudah larut ini, dengan

langsung akan terbentuk BaSO4 (mineral Barit). Keadaan seperti diatas sering

terjadi dengan memberikan endapan – endapan mineral sebagai akibat

pencampuran air magmatis yang satu dengan yang lain, atau air magmatis dengan

air permukaan dll.

5. Interaksi larutan dengan bahan padat

Larutan yang mengandung ZnSO4 bila melalui daerah kapur akan

menyebabkan terbentuknya ZnCO3 (mineral Smithsonit) dan CaSO4 (mineral

Anhidrit dan Gypsum). Umumnya suatu larutan melarutkan sesuatu mineral,

selanjutnya mengendapkan mineral lain ditempatnya. Maka mineral Galena

(PbS) dan sulfida lain diendapkan dari larutan dan sekaligus

menempati/mengganti batuan kapurnya dimana larutan saling berhubungan.

Tekstur atau struktur mineral yang terganggu, umumnya dipertahankan oleh

mineral yang menggantikannya. Contoh lain adalah pengisian bahan – bahan

silisium (silikasi) kayu – kayu, dimana larutan silisium mengganti bahan selulosa

dengan opal, tetapi dengan strukturnya seperti kayu. Keadaan ini umpamanya

kita jumpai di Kali Baksoka (Punung Wonogiri). Proses ini disebut metasomatis

dan penting sekali pada pembentukan mineral – mineral bijih.

6. Interaksi Gas gas dengan larutan larutan

Air yang mengandung H2S akan memberikan sulfide – sulfide bila

berhubungan dengan larutan sisa kegiatan tambang yang mengandung Zn, Cu, Fe

dll.

7. Pengaruh atau pekerjaan makhluk (biota) dalam larutan

Moluska, Crikoida dll akan menyerap CaCO3 dari air laut dan

mengeluarkannya lagi dalam bentuk bahan – bahan pelindungnya (cangkang),

dalam bentuk Aragonite atau Kalsit. Radiolaria dan bunga – bunga karang

(spons) mengeluarkan bahan silisium dan membentuk diatome. Diatome ini dapat

ditemukan di daerah Sangiran, Sragen. Limonit dan belerang dapat terjadi karena

pengaruh bakteri dalam air yang mengandung besi atau sulfat (di Gunung Ijen).

Page 34: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 29 

2. 2. 2 Magma

Banyak mineral mineral (bijih - bijih) yang penting seperti Magnetite,

Ilmenite, Chromit, Pyrrotit, Chalcopyrite dll berasal dari magma, ini disebut mineral

mineral primer. Banyak bahan – bahan yang mudah menguap terlarut dalam magma

seperti uap air, Chlor, Fluor, Sulfur, Borium, CO2 dll. Adanya bahan bahan ini akan

menurunkan suhu penghabluran dan menurunkan kekentalan atau viskositas magma

dan mereka ini dapat ikut menjadi persenyawaan – persenyawaan yang sedang

terbentuk karenanya, baik besar maupun susunan mineral. Gas – gas yang keluar

dapat memberikan mineral – mineral baru. Hasil dari penyelidikan – penyelidikan

mikroskop terhadap banyak batuan, ternyata bahwa sering menunjukan adanya

urutan – urutan tertentu dalam pembentukan mineral magmatis. Deretan yang

disederhanakan ini akan terdiri :

a. Bagian bagian tambahan/aksesoris

Apatit Ca5 (F,Cl,OH) (PO4)3 CaF2

Zirkon ZrSiO4

Magnetite Fe3O4

Hematit Fe2O3

Pyrite FeS2

b. Silikat – silikat dengan kadar Fe, Mg yang tinggi :

Piroksin, Amphibole, Olivine dan Biotite.

c. Silikat - silikat dengan kadar Ca yang tinggi :

Bagian Anortit dari deret Plagioklas

d. Silikat – silikat yang kaya akan alkali :

Orthoklas dan bagian Albite dari deret Plagioklas atau pengganti Feldspar seperti

Leucite dan Nephelin (Feldspatoid).

e. Kadang – kadang kuarsa apabila dalam magma masih cukup asam silikat :

Karenanya maka mineral mineral ubahan yang menghablur lebih dahulu ini akan

selalu mendapat kesempatan untuk mendapatkan bentuknya sendiri, mereka ini

berbentuk sempurna atau idiomorf.

Page 35: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 30 

2. 2. 3 Sublimasi

Mineral-mineral yang terbentuk dari proses penghablur dari uap atau gas,

tetapi juga sebagai hasil interaksi gas yang lain atau gas dengan batuan . Contoh yang

umum dari sublimasi ialah pembentukan salju, sebagai hasil penghabluran uap air,

yang langsung terjadi seperti Halite, Salmoniak (NH4Cl), Belerang, Asam Borat,

Ferri Klorida dll.

Didekat lubang kepundan sering kita jumpai Hematite dalam lubang – lubang

lahar sebagai hasil interaksi Ferri Klorida dan uap air menurut ;

2FeCl3 + 3H2O Fe2O3 + 6 HCl

yang lebih penting lagi ialah mineral mineral yang terbentuk sebagai hasil reaksi gas

gas (Cl ,B, S, H2O dll) dengan batuan yang berdekatan (intrusi – intrusi magma

granitik). Mineral yang terbentuk dengan jalan ini disebut sebagai hasil proses

Pneumatolistis. Sebagai contoh ialah pembentukan Cassiterite (SnO2) yang sering

bersama sama dengan Flourit CaF2, menurut reaksi :

SnF4 + 2H2O SnO2 + 4HF

4HF + 2CaCO3 2CaF2 + 2H2O + 2CO2

batu kapur fluorit

Uap air dan SnF4 yang mudah menguap itu mengadakan interaksi, maka

terbentuklah Cassiterite dan asam fluor dan asam ini yang merupakan bahan larutan

kimia, maka akan merubah sifat, struktur dan susunan mineral baru bila berhubungan

dengan bahan atau batuan lain. Mineral mineral lain yang terjadi sebagai hasil

pneumatolisis ialah Tourmalinee, Topaz, Apatite, Scapolite dan Phlogopit.

2. 2. 4 Metamorfisme

Metamorfisme terjadi akibat faktor – faktor tertentu seperti panas uap air,

tekanan dan pengaruh kimia larutan maka batuan beku maupun batuan endapan akan

mengalami perubahan tanpa adanya perubahan fase (padat ke padat). Perubahan yang

terjadi dibagian luar saja disebut metamorfisme lokal, thermal atau kontak. Tipe

metamorfisme ini jelas dekat dengan batholite, stock, tiang – tiang intrusi/dyke dll,

Page 36: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 31 

dan terjadi pada batuan – batuan yang tua, terutama yang tidak mudah terkena

pengaruh intrusi.

Perubahan ini dapat pula meliputi daerah yang luas yang umumnya karena

pengaruh pengaruh orogenetis atau pembentukan pegunungan pegunungan.

Perubahan perubahan ini sebagai akibat metamorfisme regional atau metamorfisme

dinamo.

2. 3. TERDAPATNYA MINERAL

Mineral tersebar diantara mineral/batuan yang lain atau terikat sebagai kristal

kristal atau kerak pada mineral atau batuan lain bila tersebar mereka ini memberikan

bentuk – bentuk kristalnya meskipun dalam bentuk butir – butir, misalnya mineral

Pyrite dalam urat Quartz. Pecahan – pecahan atau celah – celah yang terisi mineral

disebut urat atau vein dan Jika terikat macam – macam mineral yang diendapkan

secara berlapis disebut urat yang berlapis – lapis. Bangun serta sifat fisis yang umum

bagi urat – urat tergantung dari bentuk celah dimana mineral – mineral diendapkan.

Dalam batuan yang padat dan homogen seperti Granite, maka celah tadi

cukup teratur dan halus permukaannya. Bila batuan mudah pecah atau berbutir –

butir seperti pada Schist, maka kita dapatkan celah – celah saja, sedangkan pada

batuan – batuan yang mudah larut/lapuk seperti pada batuan Kapur, maka bentuk

celah tidak teratur lagi. Urat yang khas terdiri atas endapan – endapan mineral yang

mengisi celah – celah dengan batas – batasnya yang jelas (berlapis – lapis).

Kandungan mineral dalam urat – urat tergantung dari susunan kimiawi

larutan dimana mineral – mineral dihablurkan. Banyak sekali macam – macam urat

sehinga pengumpulan atau asosiasi mineral akan bermacam – macam juga. Tetapi

terdapat mineral – mineral tertentu dan pencampuran yang sering terdapat

didalamnya.

Sulfida – sulfida merupakan mineral yang umum dalam urat – urat. Mineral –

mineral urat yang umum ialah : Pyrite (FeS2), Chalcosite (CuFeS2), Galena (PbS),

Sphalerite (ZnS), Chalcosite (Cu2S), Bornite (Cu5FeS4), Marcasite (FeS2),

Arsenopyrite (FeAs2), Stibnite (Sb2S3), Tetrahydrite (Cu6Sb2S7) dll.

Selain itu terdapat juga mineral – mineral bukan logam yang kurang penting

dalam arti komersial yang disebut mineral – mineral tambahan, seperti Quartz (SiO2),

Page 37: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 32 

Calcite (CaCO2), Dolomite (CaMgCo2)2, Siderite (FeCO2), Barite (BaSO4), Fluorit

(CaF2), Rhodocrosite (Mn3) dll.

Lindgren 1928 menggolongkan mineral – mineral urat mengingat

derajat/urutan suhu dalam pembentukannya. Mengingat bahwa bertambah dalam

letak endapan bertambah tinggi suhunya maka endapan – endapan dapat digolongkan

menjadi :

Endapan Hypotermal, dimana terdapat suhu dan tekanan yang tinggi (3000 –

5000c), seperti pada pembentukan mineral mineral Emas (Au), Calsitetite

(FeSnO2), Wolframite ((Fe,Mn)WO4), Schelite (CaWO4), Magnetite (Fe3O4).

Endapan Mesotermal, dimana mendapat suhu dan tekanan yang sedang (2000 –

3000c), seperti pada pembentukan Galena (PbS), Sfalerite, Arsenopyerite,

Tetrahedrite, Enargite (Cu2As4) dll.

Endapan Epithermal, endapan dekat permukan bumi dengan suhu dan tekanan

yang rendah (500 – 1500c), seperti pembentukan Cinnabar (HgS), Stibnite

(Sb2S3), Pyrite (FeS2), Marcasite (FeS2) dll.

Sedangkan pengumpulan mineral mineral urat

Urat – urat Quartz yang mengandung emas ;

Au murni umumnya terdapat dalam urat Quartz, berupa butiran – butiran

kecil yang tersebar atau terakumulasi bersama dengan sulfida – sulfide tertentu

seperti Pyrite, Chalcopyrite, dan Arsenopyrite (seperti pada pertambangan di

Cikotok, Jawa Barat, dan Kulon Progo)

Urat tembaga yang mengandung Au dan Ag

Kandungan Au dan Ag dalam urat ini bersama – sama dengan macam –

macam sulfida Cu. Umumnya kadar kedua logam rendah. Mineral – mineral yang

utama ialah Chalcopyrite, Tetrahydrite, Bornite, Chalcosite, Pyrite dan macam –

macam mineral Ag yang lebih jarang terdapatnya.

Urat timah hitam yang mengandung Ag :

Mineral – mineral Pb dan Ag sering bersama sama pengumpulannya. Urat –

urat ini mengandung mineral – mineral seperti Galena, Argentite (Ag2S),

Tetrahedrite, Sfalerite, Pyrite, Calcite, Dolomite, Rhodochrosit dll

Page 38: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 33 

Urat Pb - Zn

Mineral mineral Pb dan Zn terendapkan secara bersamaan terutama pada

endapan – endapan yang terdapat dalam batuan kapur. Mineral – mineral utama

dari endapan ini ialah Galena, Sfaelerite, Marcasite, Chalchopyrite, Smithsonite

(ZnCO3), Calamin dll

Urat Cu - Fe

Sulfida – sulfide Cu dan Fe agak umum bersama – sama dan mineral –

mineral utama dalam urat – urat ini ialah Pyrite, Chalchopyrite, Chalcocite,

Bornite, Tetrahedrite, Enargite dll

2. 4. PENGERTIAN MINERAL URAT PRIMER DAN SEKUNDER

Mineral – mineral urat primer adalah mineral yang terbentuk pertama hasil

dari larutan magma yang membeku, sedangkan mineral sekunder berasal dari ubahan

mineral primer karena pengaruh dari larutan atau air yang mengandung O2. Mineral –

mineral primer yang penting ialah Pyrite, Chalchopyrite, Sfalerite dan Galena.

Pengaruh oksidasi tersebut menghasilkan senyawa – senyawa yang

mengalami oksidasi dan terjadi mineral – mineral baru karena kehilangan oksigen

dalam air dalam jarak yang pendek saja, maka mineral – mineral sekunder tadi hanya

terdapat di bagian teratas dari urat – urat saja. Bersama – sama dengan pembentukan

mineral mineral sekunder tadi, terdapat penghanyutan logam – logam yang penting

ke bawah ke dalam urat – urat tadi, ialah karena pelarutan/pelapukan dibagian atas

dan diendapkan dibagian yang lebih dalam, sehingga dapat terjadi perkayaan

sekunder.

Daerah akumulasi mineral sekunder ini merupakan daerah pengkayaan. Hal

ini penting karena pada kedalaman 30 – 100 m atau dari bagian atas urat tadi

merupakan bagian terkaya dari suatu endapan bijih.

Mineral mineral urat primer dengan mineral sekundernya yang penting ;

1. Mineral besi :

Umumnya Pyrite, kadang - kadang Marcasite yang teroksidasi oleh air

akan menghasilkan Limonite Fe4O3(OH)6. Endapan Limonite di dekat

permukaan umumnya disebut Gossan. Kerak yang berwarna kuning tadi

dapat dipakai sebagai petunjuk dalam kegiatan eksplorasi endapan bijih.

Page 39: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 34 

2. Mineral tembaga :

Mineral utamanya adalah Chalcopyrite. Mineral – mineral

sekundernya adalah Bornite dan Chalcosite. Chalcopyrite yang mengalami

pengaruh oksidasi akan menjadi Chalantite (CuSO4.5H2O), yang merupakan

larutan dan tertransportasi ke bawah. Chalchopyrite yang tidak mengalami

transportasi dan tidak berubah akan bereaksi dan memperkaya daerah tersebut

menjadi Bornite (Cu5FeS4). Selanjutnya lebih banyak Cu Sulfat bereaksi

dengan Bornite dan pengkayaan yang lebih tinggi menjadi Chalcosite (Cu2S).

Di tempat tersebut terjadi pergantian antara ion – ion logamnya, Fe dalam

sulfida larut dalam bentuk sulfat kemudian mengganti kedudukan Cu. Bila

endapan Cu ini terjadi di daerah kapur, umumnya didapatkan bermacam –

macam karbonat dari oksidasi Cu yang terbentuk dibagian atas endapan.

Mineral – mineral sekundernya ialah Chalcosite, Bornite, Cuprite (Cu2O),

Malachite (CuOH)2CO3, Azurite Cu(CuOH)(CO3)2, Chrysocolla

(CuSiO3)2H2O, Chalcantit dll.

3. Mineral timah hitam :

Mineral primernya adalah Galena. Mineral sekundernya merupakan

mineral yang terbentuk akibat proses oksidasi, seperti Cerrusite (PbCO3),

Anglecite (PbSO4), Pyromorfite (Pb4(Pb,Cl)(PO4)4), Wulfenite (PbMO4) dll.

4. Mineral seng (Zn) ;

Mineral – mineral primernya ialah Sfalerite. Mineral – mineral

sekundernya ialah Smithsonite, Calamine dll.

5. Mineral perak :

Mineral – mineral primernya sebagian besar berupa sulfida Ag.

Mineral sekundernya ialah Cerragyrite (AgCl), Embolite Ag(Cl.Br) dll.

2. 5. KEGUNAAN MINERAL

Kegunaan mineral apabila dilihat dari sudut ekonomis maka mineral –

mineral merupakan bahan yang sangat penting karena bahan yang sehari – hari yang

berupa bahan – bahan yang organik umumnya berupa mineral atau bahan yang

berasal dari mineral.

Page 40: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 35 

Mengingat kegunaanya mineral mineral dapat digolongkan sebagai berikut:

mineral permata

mineral perhiasan

penggosok

campuran campuran dalam indusri

semen, kapur dll

bahan bahan tahan api

barang keramik, gelas atau email

pupuk

bahan bahan optic dan alat alat pengetahuan

zat warna/pigmen alam

sumber sumber unsure/bijih

industri kimia

2. 6. MINERAL PERMATA

Sifat fisis mineral yang berdasar atas warna, kilap dan kekerasannya adalah

penentu nilai mineral sebagai permata. Pada beberapa mineral permata penilaian kita

sebagai permata berdasarkan salah satu sifat fisis tadi misalnya pada Turquoise kita

nilai mengingat warnanya, tetapi pada mineral – mineral lain seperti Intan, Saphire,

Zamrud dll mempunyai campuran sifat – sifat fisis tadi sehingga penilaian kita

terhadapnya akan lebih tinggi. Harga yang mahal dijumpai pula apabila mineral yang

bersangkutan jarang atau sukar di dapatkannya, juga karena banyaknya permintaan.

2. 7. CONTOH MINERAL PERMATA

Intan

Intan yang umum dikenal ialah intan yang jernih atau tidak berwarna, sedang intan

yang berwarna merah, biru, hijau dan kuning merupakan jenis intan yang mahal.

Corundum

Ruby dan Sapphire merupakan varietas Corundum, Ruby berwarna merah dan yang

mahal berwarna merah tua agak ungu. Sapphire berwarna biru, tetapi pada umumnya

jenis yang tidak berwarna merah disebut Sapphire.

Page 41: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 36 

Beryl

Emerald merupakan salah satu varietas Beryl yang berwarna hijau. Aqua Marine

merupakan varietas Beryl yang berwarna biru atau hijau kebiruan. Morganite

berwarna merah muda, sedangkan Golden Beryl berwarna kuning.

Tourmaline

Jenis yang bernilai permata ialah yang berwarna dan jernih. Tourmaline sendiri

umumnya berwarna hijau, sedang yang merah atau merah muda kita kenal sebagai

Rubelitte, biru tua sebagai Indicolit, sedang yang hijau kita kenal sebagai Brazillian

Emerald.

Topaz

Topaz yang tidak berwarna atau bening, tidak begitu mahal, sedangkan Topaz yang

bernilai tinggi umumnya yang berwarna biru muda, coklat, kuning emas atau merah

muda.

Zircon

Zircon yang berwarna ialah yang termasuk mineral permata, varietas – varietas yang

merah, kuning dan coklat disebut Hyacinth, sedang selain warna tersebut disebut

Yargon.

Quartz

Banyak varietas Quartz yang termasuk mineral permata walaupun agak murah

harganya. Misalnya Amethys yang berwarna ungu, coklat tua atau hitam disebut

Smoky Quartz, Quartz yang terisi Rutile, Aventurine ialah Quartz yang terisi mineral

– mineral Hematite atau Mika. Varietas – varietas dengan kristal – kristal yang halus

kita kenal sebagai Carmelian ialah Calchedon Merah, Chrysopras ialah Calchedon

hijau, Heliotrop atau Bloodstone ialah Calchedon hijau dengan titik merah

didalamnya dll.

Page 42: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 37 

2. 8. CONTOH MINERAL - MINERAL PERHIASAN

Banyak mineral – mineral yang digunakan untuk perhiasan penggunaanya sering

setempat setempat atau lokal.

Mineral – mineral tersebut antara lain :

Calcite dalam bentuk Pualam atau Aventurine

Serpentine yang hijau atau hijau kekuningan banyak digunakan

Malachite

Azurite merupakan mineral utama dalam Lapis Lazuli, berwarna biru tua

Rhodonite banyak dipakai karena berwana merah muda.

Gypsum yang digunakan ialah varietas – varietas Alabaster.

Jade dapat berupa mineral Jadeit (sejenis Piroksin) atau Nepherite (salah satu

jenis Amphibole). Mengingat sifat – sifatnya yang keras dan warnanya

banyak digunakan sebagai barang – barang ukiran, keperluan sehari hari dll.

Di RRC banyak digunakan untuk barang barang ukiran atau batu giok

CONTOH CONTOH MINERAL UNTUK PENGGOSOK ;

Mengingat kekerasannya suatu mineral kita pakai sebagai penggosok seperti

Intan (kekerasan 10), Corundum (kekerasan 9), Quartz (kekerasan 7), Diatomite dll.

Contoh mineral untuk campuran atau flux :

Calcite dalam proses proses peleburan

Fluorite dalam industri baja

Quartz dalam peleburan tembaga

Contoh mineral untuk kapur semen dll :

Calcite dalam batuan kapur banyak digunakan dalam industri semen dan cat

dll

Gypsum banyak untuk bubuk gyps, digunakan dalam industri semen dll

Contoh mineral bahan tahan api :

Magnesite yang telah dipanasi dan mengandung kurang dari 1% CO2 banyak

digunakan untuk pembuatan “batu bata“ (sejenis batu merah) yang tahan api.

Dolomite seperti pada Magnesit tetapi lebih murah harganya

Page 43: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 38 

Kyanite, Andalusite, Dumortierite banyak digunakan untuk pembuatan

porseline yang tahan suhu yang tinggi, seperti untuk pembuatan busi, untuk

kepentingan laboratorium dll

Graphite yang dicampur bahan lempung yang tahan api banyak digunakan di

industri baja, dalam bentuk cetakan atau cawan – cawan. Bauxite yang di

campur bahan perekat lain, sesudah diberi bentuk tertentu banyak digunakan

dalam industri – industri berat, walaupun lebih mahal dari bahan bahan dari

lempung tetapi lebih tahan terhadap api dan gosokan.

Chromite sesudah diberi bentuk banyak dipakai dalam pembuatan tungku –

tungku peleburan. Asbes, Zircon, Talk, Mica maupun lempung banyak juga

digunakan untuk maksud seperti diatas.

Contoh mineral sebagai bahan baku pembuatan pot, gelas dan email :

Lempung, walaupun banyak macam lempung, tetapi dapat dipilih sesuai

dengan tujuan pemakaiannya. Lempung banyak digunakan dalam industri

karena dalam keadaan basah dapat diberikan sesuatu bentuk padanya secara

mudah dan sesudah dipanasi akan memberikan bahan – bahan yang kuat atau

tahan lama. Banyak digunakan dalam pembuatan batu merah, alat – alat

keperluan rumah tangga, alat alat listrik dll.

Quartz dalam bentuk pasir atau batuan pasir banyak digunakan dalam industri

gelas

Feldspar banyak digunakan dalam industri – industri gelas juga, khususnya

mengingat kandungan Al nya, kini banyak diganti oleh Nephelin.

Fluorite banyak digunakan dalam pembuatan gelas yang tidak tembus cahaya

atau yang kurang dapat ditembus cahaya, begitu juga untuk gelas gelas yang

berwarna.

Contoh mineral sebagai bahan pembuatan pupuk buatan :

Apatite dan Collophanit banyak dipertambangkan untuk pembuatan pupuk

yang mengandung Phosphor.

Sylvite untuk pembuatan pupuk yang mengandung Kalium.

Soda niter untuk pembuatan pupuk yang mengandung nitrogen.

Page 44: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 39 

Calcite yang berupa batuan kapur untuk menetralkan tanah tanah yang asam.

Gypsum digunakan sebagai bahan perekat untuk daerah – daerah yang kering.

Contoh mineral sebagai bahan alat optik dan ilmu pengetahuan;

Quartz

o Dalam bentuk komperator bagi perlengkapan mikroskop polarisasi.

o Untuk perlengkapan di radio mengingat sifat piezoelektrisitet-nya.

o Untuk pembuatan lampu.

Fluorite

o Untuk pembutan lensa – lensa guna menghindari adanya aberasi

Spheres dan aberasi Chromatis (spherical and chromatical

aberration).

o Untuk alat alat optic terutama untuk pembuatan prisma prisma bagi

spektograf karena memerlukan bahan yang dapat meneruskan sinar

ultraviolet dan infra merah.

Calcite

o Untuk pembuatan prisma nikole guna mendapatkan cahaya tertutup

lurus dalam mikroskop polarisasi.

Gypsum

o Untuk pembuatan komperator gypsum digunakan varietas Selenite.

Mica

o Untuk pembuatan komperator mica.

o Sebagai bahan pencampur lensa kacamata.

Tourmaline

o Untuk alat alat guna mendapat cahaya tertutup lurus karena

penyerapan selektif.

Contoh mineral sebagai bahan pewarna :

Limonit yang berwarna kuning atau coklat dan Hematite yang berwarna

merah, banyak digunakan untuk pemberian warna pada cat plester, karet dll.

Oker kuning ialah Limonite yang tercampur lempung dan bahan Quartz dan

warna oker akan lebih tua Jika kadar oksida besinya lebih tinggi. Mineral

Page 45: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 40 

yang digunakan ialah jenis jenis yang lunak, karena harus dihaluskan terlebih

dahulu sebelum digunakan.

2. 9. CONTOH MINERAL PENGHASIL LOGAM ATAU MINERAL BIJIH

Aluminium

Bauxite, (Al2O3.2H2O) Gibbsite, Al(OH) 3

Diaspore, (AlO(OH)) Boehmite, AlO(OH)

Liacit Al(OH) 3 Cryolite, Na3AlF6

Sampai sekarang yang banyak digunakan sebagai sumber Al ialah Bauxite.

Apabila murni mengandung 49% Al, berwarna abu – abu sampai kuning abu

– abu atau kadang – kadang coklat. Umumnya berupa tanah atau pisolitis,

kerasnya sampai 3; Bj + 2,5. sering tercampur Fe karena Fe dapat mengganti

Al sehingga ia akan berwarna kemerahan atau merah.

Cryolite juga digunakan sebagai sumber Al, juga sebagai flux dalam proses –

proses elektrolotis

Stibium atau Antimony

Stibnite, Sb2S3

Antimon, Sb

Mineral yang banyak digunakan sebagai sumber Sb ialah Stibnite walaupun

unsur Sb banyak kita jumpai pada mineral mineral terutama dari golongan

garam garam sulfo dimana mereka ini bercampur dengan unsure – unsure Cu,

Pb maupun Ag. Warna kelabu kebiru – biruan, keras 2 dan berat jenis sekitar

4,6. sering berhelai – helai, berkeping – keping, juga berupa kristal – kristal

rhombis yang memanjang, mudah dibedakan dari Galena karena belahannya.

Arsen

Arsenopyrite, FeAsS Arsen, As

Realgar, AsS Orpiment, As2S3

Arsenopyrite merupakan sumber utama As, sedang As yang lain merupakan

hasil samping pada peleburan bijih bijih As untuk mendapatkan unsur –

Page 46: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 41 

unsure Cu, Au, Pb dan Ag. Banyak juga didapatkan dari peleburan bijih bijih

Cu dari mineral Enargite (CuAsS4)

Arsenopyrite kerasnya 6, berat jenis sekitar 6, warna kelabu sampai

putih seperti perak, kilat logam, cerat hitam kelabu tua, bentuk kristalnya

yang khas berupa bijih dari sistem rhombis.

Bismuth

Bismuth, Bi

Bismuthinite, Bi2S3

Penghasil Bi yang utama adalah mineral Bismuth, tetapi mengingat

sedikitnya yang kita dapatkan di alam, maka Bi banyak berasal dari peleburan

untuk Au dan Ag.

Cadmium

Greenockite, CdS

Greenockite yang merupakan salah satu mineral Cd hnya sedikit kita jumpai

di alam. Logam Cd yang banyak kita gunakan berasal dari peleburan bijih

bijih Zn yang mengandung sedikit Cd.

Chromium

Chromite, FeCr2O4

Crocoite, PbCrO4

Chromit merupakan sumber Cr yang utama

Cobalt

Cobaltite, CoAsS Linneite, CO3S4

Smaltite, CoAs Erythrite, Co3As2O.8H2O

Cobalt merupakan unsur jarang, pada bijih – bijih atau mineral – mineral Ni

sering tercampur sediklit Co ini. Cobalt yang banyak kita gunakan umumnya

sebagai hasil samping bijih – bijih yang lain.

Page 47: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 42 

Tembaga

Tembaga, Cu Cuprite, Cu2O

Chalcocite, Cu2S Atacamite, Cu2Cl(OH) 3

Bornite, Cu5FeS4 Malachite, Cu2C3(OH) 2

Chalcopyrite, CuFeS2 Azurite, Cu3(CO3) 2(OH) 2

Cobelite, CuS Antlerite, Cu3SO4(OH) 4

Tetrahedrite, (Cu,Fe,Zn,Ag) 12Sb4S13

Chalcantite, CuSO4.5h2o

Enargite, Cu3AvsS4

Chrysocola, CuSiO3.2H2O

Chalcopyrite dan Bornite merupakan penghasil Cu yang utama sedang

Chalcocite yang merupakan hasil perkayaan sekunder dalam urat banyak pula

digunakan.

Emas

Emas, sering tercampur sedikit Ag

Calaverite, AuTe2 Krennerite, AuTe2

Petzite, (Ag,Au) 2Te Sylvanite, AuAgTe4

Sumber utama bagi emas terdapat pada mineral emas itu sendiri. Sering kita

jumpai juga pada mineral mineral telluride

Besi

Hematite, Fe2O3 Limonite FeO(OH).nH2O

Magnetite,. Fe3O4 Siderite, FeCO3

Goethite, FeO(OH)

Besi merupakan unsur kedua setelah Al yang banyak dijumpai di lithosfer.

Banyak kita dapatkan dalam bentuk oksida, sulfida dan silikat. Sedang bentuk

unsur jarang kita dapatkan.

Hematite, Magnetit, Geothite merupakan mineral – mineral yang biasa kita

gunakan sebagai penghasil Fe.

Page 48: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 43 

Timah hitam

Galena, PbS Vanadinite, Pb5Cl(VO4) 3

Cerrusite, PbCO3 Anglesite, PbSO3

Phosgenite, Pb2Cl2CO3 Crocoite, PbCrO4

Pyromorfite Pb5Cl(PO4) 3 Wulfenite, PbMoO4

Mimetite, PbCl(AsO4) 3

Sumber utama bagi Pb adalah Galena, sedang Cerrusite dan Anglesite dapat

juga kita pakai. Galena sering kita jumpai bersama – sama dengan bijih - bijih

Zn, Sfalerit dan juga bijih – bijih Ag.

Magnesium

Carnallite, KMgC13.6H2O

Mg kita jumpai juga dalam mineral - mineral Magnesite dan Dolomite dalam

jumlah yang cukup banyak, namun Mg yang kita pakai umumnya berasal dari

Elektrolisa MgCl2 dan Carnallite.

Mangan

Franklinite, (Fe,Zn,Mn,)(Fe,Mn) 2O4

Alabandite, MnS Psilomelane, H4R2Mn8O20

Pyrolusite, MnO2 Rhodonite, MnSiO3

Manganite, MnO(OH) Braunite, Mn(Mn,Si)O3

Rhodochrosite, MnCO3

Mn kita jumpai dimana mana dalam jumlah sedikit sedikit, yang banyak kita

jumpai dalam bentuk silikat, oksida dan karbonat karbonat. Bentuk oksida

yang terbanyak kita jumpai, dan dari oksida oksida inilah Mn dihasilkan.

Endapan Mn umumnya bersifat sekunder. Mn dari silikat silikat pembentuk

batuan karena pelapukan akan berubah menjadi oksida.

Bijih Mn yang dapat dipertimbangkan secara menguntungkan ialah yang

berkadar minimum 40% Mn dan kandungan P serta SiO2 harus rendah.

Page 49: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 44 

Air Raksa

Cinnabar, HgS

Hg tidak begitu banyak kita jumpai di alam. Sumber Hg yang utama adalah

Cinnabar.

Molybdenum

Molybdenite, MoS2 Wulfenite, PbMoO4

Molybdenite merupakan penghasil utama logam Mo, kadang kadang juga

digunakan Wulfenite.

Nikel

Pyrhotite yang mengandung Ni Gersdorfite, NiAsS

Niccolite, NiAs Chloantite, NiAs2

Millerite, NiS

Garnierite, (Ni,Mg)SiO3.nH2O

Pentlandite, (Fe,Ni)S

Gentite, Ni2Mg2Si3O10.6H2O

Ni jarang kita dapatkan di alam. Sering terdapat bersama sama Co. mineral -

mineral Ni sering kita jumpai bersama dengan batuan Mg. Sumber – sumber

utama Ni adalah Garnierite dan Pyrotite yang mengandung Ni.

Platina

Platina, Pt

Sperrylite, PtAs2

Penghasil logam ini ialah mineral dalam bentuk unsur Platina. Kadang –

kadang juga Sperrylite.

Perak

Perak, Ag Stephanite, Ag5SbS4

Argentite, Ag2S Pyragirite, Ag3SbS3

Stromeyerite, (Ag,Cu) 2S Proestite, Ag3AsS3

Sylvanite, (Au,Ag)Te2 Cerargyrite, AgCl

Page 50: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 45 

Polybasite, Ag16Sb2S11 Embolite, Ag(Cl,Br)

Pada umumnya mineral Ag berupa garam - garam sulfo, tetapi penghasil

utama dari logam Ag hanyalah Perak dan Argentite saja. Selain mineral

mineral Ag diatas, maka Ag yang kita gunakan banyak juga dihasilkan

mineral mineral lain sebagai hasil sampingannya, contohnya dari mineral –

mineral Galena, Tetrahedrite, Chalcosite, Bornite dan Chalcopyrite yang

mengandung Ag. Oleh karena itu mineral – mineral inilah yang secara umum

digunakan sebagai bijih Ag.

Timah putih

Stannite, Cu2FeSnS4

Cassiterite, SnO2

Cassiterite merupakan penghasil Sn yang utama.

Titanium

Ilminite, FeTiO3 Brookite, TiO2

Rutile, TiO2 Sphene, CaTiSiO5

Ti merupakan unsur jarang tetapi kita dapatkan secara luas di alam. Penghasil

Ti ialah Rutil dan Ilminite.

Tungsten/Wolframium

Wolframite, (Fe,Mn)WO4 Huebnerite, MnWO4

Ferberite, FeWO4 Scheelite, CaWO4

Penghasil W adalah Wolframite dan Scheelite.

Zincum/Seng

Sphalerite, ZnS Smithsonite, ZnCO2

Zincite, ZnO Nemimorfite, Zn4Si2O7(OH) 2

Willemite, Zn2SiO4

Franklinite, (Fe,Zn,Mn)(Fe,Mn) 2O4

Sphalerite merupakan bijih Zn yang utama

Page 51: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 46 

2. 10. MINERAL UNTUK INDUSTRI KIMIA

Halite sebagai penghasil Na dan Cl. Juga untuk pembuatan macam macam

soda seperti bikarbonat,caustic soda dll

Belerang banyak di gunakan untuk pembuatan asam belerang, pupuk,

insektisida dll

Lithium dihasilkan dari mineral mineral Li seperti spodumen. Tryphilit,

Ambligonit, Lepidolit, banyak digunakan dikalangan farmasi seperti pada

pembuatan air lithium (lithis water). Tablet – tablet clorida dan flourida

digunakan sebagai flux, hidroksidanya untuk pabrik pabrik rayon, boratnya

untuk gigi palsu dll

Borax dan Asam Borat yang dihasilkan dari mineral mineral borax, kernit, dll

digunakan untuk pembuatan borax dan asam borat.

Strontium dihasilkan daristrontianit dan celestit, banyak digunakan di pabrik

pabrik gula biet, pabrik pabrik petasan (Sr-nitrat)dll.

2. 11. PENDISKRIPSIAN MINERAL

2. 11. 1. Sifat-sifat fisik yang Diselidiki

1. WARNA

Apabila suatu mineral dikenai cahaya, maka cahaya yang mengenai

permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian akan dipantulkan.

Warna penting untuk membedakan antara mineral akibat pengotoran dan warna asli

(tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut.

Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada

mineral disebut dengan nama Idiochromatic.

Misal : sulfur berwarna kuning dan magnetit berwarna hitam.

Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsure lain, sehingga

memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan

nama Allochromatic.

Missal :

Halite, warnanya dapat berubah menjadi :

• abu-abu

Page 52: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 47 

• biru bervariasi

• kuning

• coklat gelap

• merah muda

Quartz tak berwarna, tetapi karena ada pengotor, warna dapat berubah

menjadi :

• violet

• merah muda

• coklat hitam

kehadiran kelompok ion asing yang dapat yang dapat memberikan warna tertentu

pada mineral disebut denga nama Chromophores.

Misal : ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores dalam

mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.

Faktor yang dapat mempengaruhi warna :

• komposisi kimia

• struktur kristal dan ikatan atom

• pengotor dari mineral

2. PERAWAKAN KRISTAL

Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka

mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi bentuk ini jarang

didapatkan karena dialam gangguan-gangguan tersebut pasti ada. Mineral yang

dijumpai dialam sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya,

sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral dalam system kristalografi.

Sebagai gantinya dipakai istilah perawakan kristal, bentuk khas mineral

ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran

relative bidang-bidang tersebut. Kita perlu mengenal beberapa perawakan kristal

yang terdapat pada jenis mineral tertentu, sehingga perawakan kristal dapat

dipakai untuk penentuan jenis mineral, walaupun perawakan kristal bukan

merupakan ciri tetap mineral.

Page 53: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 48 

Perawakan kristal dibagi menjadi 3 golongan (Richard Pearl, 1975) yaitu :

A. Elongated habits (meniang atau berserabut)

B. Flattened habits (lembaran tipis)

C. Rounded habits (membutir)

A. Elongated habits

1. Meniang (columnar)

Bentuk kristal prismatik yang menyerupai betuk tiang

Contoh : Tourmalinee, Phyrolusit, Wollastonite

2. Menyerat (Fibrous)

Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil

Contoh : Asbestos, Gypsum, Tremolit, Silimanite

3. Menjarum (Acicular)

Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil

Contoh : Natrolite, Glaucophane

4. Menjaring (reticulate)

Bentuk kristal yang kecil panjang tersusun menyerupai jarring

Contoh : Rulite, Cerussite

5. Membenang (Filliform)

Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang

Contoh : Silver

6. Merambut (Capilery)

Bentuk kristal kecil-keil yang menyerupai rambut

Contoh : Cuprite, Bysolit

7. Mondok

Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan

sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lainnya.

Contoh : Zircon

8. Membintang (Stellated)

Bentuk kristal yang menyerupai bintang

Contoh : Pirofilite

Page 54: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 49 

9. Menjari (Radiated)

Bentuk kristal yang menyerupai bentuk jari

Contoh : Marcasite

B. Flattened habits

1. Membilah (bladed)

Bentuk kristal yang panjang, tipis menyerupai bilah kayu

Contoh : Kyanite, Kavalerit

2. Memapan (tabular)

Bentuk kristal yang menyerupai bentuk papan, dengan perbandingan

antara tebal dan lebar tidak terlalu jauh

Contoh : Barite

3. Membata (blocky)

Bentuk kristal yang menyerupai bentuk bata

Contoh : Microcline, Calsite

4. Mendaun (foliated)

Bentuk kristal pipih yang berlapis

Contoh : Mika, Chlorite

5. Memencar (divergent)

Bentuk kristal yang menyerupai kipas terbuka

Contoh : Aragonite

6. Membulu (plumose)

Bentuk kristal yang menyerupai tumbukan bulu

Contoh : Mika

C. Rounded habits

1. Mendada (mamillary)

Bentuk kristal yang menyerupai buah dada

Contoh : Malachite, Opal, Hemimorphite

2. Membulat (colloform)

Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat

Contoh : Glauconite, Bismuth, Smalite

Page 55: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 50 

3. Membulat jari (colloform radial)

Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar

menyerupai bentuk jari.

Contoh : Pyrolorhyte

4. Membutir (granular)

Bentuk kristal yang menyerupai butiran

Contoh : Olivine, Anhydrite, Chromite, Sodalite, Alunite

5. Memisolit (pisolitic)

Bentuk kristal yang lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah

Contoh : Pisolitic

6. Stalaktit

Bentuk kristal yang membulat dengan kristal kalsit

Contoh : Goethite

7. Mengginjal (reniform)

Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal

Contoh : Hematite

Page 56: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 51 

A. ELONGATED HABITS

1. Meniang ( Columnar )Contoh : - Tourmaline

4. Menyerat ( Fibrous ) Contoh : - Asbestos

. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .

7. Mondok ( Stout,Stubby, Equant )

Contoh : - Zircon

2. Menjarum ( Acicular)Contoh : - Natrolite

5. Menjaring( Reticulate )Contoh : - Rulite

8.Membintang(Stellated ) Contoh : - Pirofilit

3.Membenang(Filliform )Contoh : Silver

6. Merabut ( Capillery )Contoh : - Cuprite

9. Menjari ( Radiated ) : Contoh : - Markasit

Page 57: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 52 

B. FLATTENED HABITS

1. Membilah ( Bladed )Contoh : - Kyanite

- Kalaverit

2. Memapan ( Tabular )Contoh : - Barite

- Hypersthene

3. Membata ( Blocky )Contoh : - Microcline

- Calcite

4. Mendaun ( Foliated )Contoh : - Mika

- Chlorite

5. Memencar ( Divergen)Contoh : - Aragonite

6. Membulu ( Plumose ) : Contoh : - Mika

C. ROUNDED HABITS

1. Mendada ( Mamillary )Contoh : - Malachite

- Opal

2. Membulat ( Colloform ) Contoh : Glauconite

3. Membulat jari (Colloform radial) :

Contoh : - Pyrolorhyte

4. Membutir ( Granular ) Contoh : - Olivine

5. Memisolit ( Pisolitic )Contoh : - Gibbsite

- Pisolitic

6. Stalaktit ( Stalactic ) :Contoh : - Goethite

Page 58: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 53

7. Mengginjal ( Reniform) Contoh : - Hematite

3. KILAP

Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah

mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan

pembiasan. Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang

apabila dipantulkan. Nilai ekonomik mineral kadang-kadang ditentukan oleh

kilapnya.

Macam-macam kilap :

• Kilap logam

Mineral-mineral Opaq yang mempunyai indeks bias lebih dari 3

contoh : Galena, Native metal, Sulphide, Phyrite

• Kilap sub metallic

Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3

Contoh : Cuprite, Cinnabar, Hemmatite

• Kilap bukan logam

Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan,

dengan indeks bias kurang dari 2,5

Gores dari mineral-mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda.

Macam-macam kilap bukan logam :

• Kilap kaca (vitreous luster)

Kilap yang ditimbulkan dari permukaan kaca atau gelas.

Contoh : Quartz, Garnet, Carbonates, Silicates, Leucite, Sulphates, Fluorit,

Corondum.

Page 59: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 54

• Kilap intan (adamantine luster)

Sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.

Contoh : Diamond, Sulfur, Zircon, Rutile

• Kilap lemak (Greasy luster)

Contoh : Nefelin yang telah teralterasi, Halite yang sudah terkena udara

• Kilap lilin (waxy luster)

Merupakan kilap lilin yang khas.

Contoh : Serpentine

• Kilap sutera (silky luster)

Kilap seperti yang tedapat pada mineral-mineral yang parallel atau

berserabut.

Contoh : Asbestos, Serpentinite, Hematite

• Kilap mutiara (pearly luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran

dan menyerupai mutiara.

Contoh : Talc, Gypsum, Mika

• Kilap tanah (earthy luster)

Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk

tidak dipantulkan kembali.

Contoh : Kaolin, Chalk, Diatomae

Tidak sulit untuk membedakan antara kilap logam dengan bukan

logam, perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakan jenis-jenis kilap

bukan logam akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting

dalam diskripsi mineral, karena dapat untuk menentukan jenis suatu mineral

tertentu.

Page 60: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 55

4. KEKERASAN

Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral

terhadap goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan

menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari skala

Mohs yang sudah diketahui kekerasannya.

Skala kekerasan mutlak/absolut mineral dari Mohs :

1. Talc Mg3Si4O10(OH)2

2. Gypsum CaSO42H2O

3. Calcite CaCO3

4. Fluorite CaF2

5. Apatite Ca5(PO4)3F

6. Orthoclas K(Al2Si3O8)

7. Quartz SiO2

8. Topaz Al2SiO4(FOH)2

9. Corondum Al2O3

10. Diamond C

Misal suatu mineral digores dengan Kalsit (H = 3) ternyata mineral itu tidak

tergores, tetapi dapat tergores oleh Fluorite (H = 4), maka mineral tersebut

mempunyai kekerasan antara 3 dan 4.

Dapat pula penentuan kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan alat-

alat sederhana yang sering terdepat di sekitar kita.

Missal :

• Kuku jari manusia H = 2,5

• Kawat tembaga H = 3

• Pecahan kaca H = 5,5

• Pisau baja H = 5,5

• Kikir baja H = 6,5

• Lempeng baja H = 7

Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh

kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

Page 61: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 56

Page 62: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 57

TALC GYPSUM CALCITE FLOURITE APATITE

ORTHOCLASE QUARTZ TOPAZ CORUNDUM DIAMOND

5. GORES (STREAK)

Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral ditumbuk

sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggung jawabkan karena selalu

stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi

goresnya berbeda.

Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskannya pada keping porselin,

tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari

dengan cara menumbuk sampai halus menjadi tepung.

Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.

Contoh : Quartz = putih atau tidak berwarna

Gypsum = Putih atau tidak berwarna

Calcite = tak berwarna

Page 63: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 58

Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih

terang daipada warna mineralnya sendiri.

Contoh : Leucite = warna abu-abu/ gores putih

Dolomite = warna kuning/ gores putih

Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempnyai gores yang

lebih gelap daripada warna mineralnya sendiri.

Contoh : Pyrite = warna kuning/gores hitam

Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang

sama.

Contoh : Cinnabar = warna dan gores merah

Magnetite = warna dan gores hitam

6. BELAHAN

Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas

dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah, dengan bentuk

teratur mengikuti bidang belah.

Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang

rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal.

Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil,

yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata.

Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan

dapat dibagi menjadi :

1. Sempurna (perfect)

yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang

merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang

belahannya. (contoh : Calsit, Muscovite, Galena, Halit).

2. Baik (good)

yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang

merupakan bidang yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui

bidang belahannya.( ex : Feldspar, Diopsit, Augit, Rhodonit).

Page 64: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 59

3. Jelas (distnict)

yaitu apabila belahan mineral terlihat dengan jelas tetapi mineral tersebut

sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. (ex :

Staurolit, Scapolit, Hornblende, Feldspar)

4. Tidak jelas (indistinct)

yaitu apabila arah belahannya masih terlihat tetapi kemungkinan untuk

membentuk belahan dan pecahan sama besar. (ex : Corondum, Platina,

Gold, Magnetit).

5. Tidak sempurna (imperfect)

yaitu apabila mineral sudah tidak dapat terlihat lagi belahannya dan

mineral akan pecah dengan permukan yang tidak rata. ( ex : Apatit,

Native Sulphur)

7. PECAHAN (FRACTURE)

Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas

elastisitas dan plastisnya, maka mineral akan pecah membentuk retakan-

retakan yang tidak teratur.

1. Choncoidal : pecahan yang menyerupai pecahan botol dan kulit bawang.

(ex : Quartz, Obsidian, Ritile)

2. Hackly : pecahan yang runcing-runcing tajam, serta kasar tak beraturan

atau bergerigi. (ex : Copper, Platinum, Silver, Gold)

3. Even : pecahan dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan

ujung pecahan masih mendekati bidang datar. (ex : Muscovite, Talc,

Biotit, Mineral lempung)

4. Uneven : pecahan yang menunjukkan permukaan bidang pecahnya

kasar dan tidak teratur. Kebanyakan mineral mempunyai pecahan

uneven. (ex : Calsit, Orthoclas, Rutile)

5. Splintery : pecahan yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam

memyerupai benang atau berserabut. (ex : Fluorit, Anhydrit)

6. Earthy : pecahan mineral yang hancur seperti tanah. ( ex : Kaolin, Biotit,

Muscovit, Talc).

Page 65: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 60

8. DAYA TAHAN TERHADAP PUKULAN (TENACITY)

Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,

pembengkokkan, penghancuran dan pemotongan.

Macam-macam tenacity :

1. Brittle : apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus. (ex :

Calsit, Quartz, Hematit).

2. Sectile : apabila mineral mudah dipotong tipis dengan pisau. (ex :

Argentite).

3. Malleable : apabila mineral ditempa dengan palu akan memipih. (ex :

Gold, Copper).

4. Ductile : mampu ditarik atau diregangkan menjadi kawat tipis. (ex :

Silver, Copper, Olivine, Cerragyrite).

5. Flexible : apabila mineral dilengkungkan akan tetap melengkung setelah

dilepaskan. (ex : Talc, Gypsum, Mika).

6. Elastic : apabila mineral dilengkungkan akan kembali ke bentuk semula

setelah dilepaskan. (ex : Muscovit, Hematit)

9. BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)

Berat jenis adalah angka perbandingan antara suatu mineral di bandingkan

dengan berat air pada volume yang sama.

BJ =

Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat :

• Piknometer

• Timbangan analitik

• Gelas ukur

Cara 1 :

Dengan mempergunakan gelas ukur dan timbangan analitik. Mineral di

masukkan ke dalam gelas ukur yang telah diisi oleh air, dan jumlah air telah

diketahui dengan pasti.

Berat mineral

Volume mineral

Page 66: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 61

Besarnya air yang tumpah atau kenaikan air pada gelas ukur dapat dibaca.

Berat jenis dapat diukur dengan berat mineral yang telah ditimbang dibagi

dengan volume air yang tumpah.

Cara 2 :

Dengan menggunakan alat piknometer dan timbangan analitik. Jika mineral

dalam bentuk butiran atau fragmen kecil maka untuk menentukan berat jenis

dengan menggunakan piknometer. Botol diisi dengan air destilasi hingga

penuh, kemudian botol tersebut diisi mineral, volume air yang tumpah

merupakan volume mineral tersebut. Untuk menentukan massa mineral

dilakukan penimbangan. Densitas mineral tersebut didapatkan dari hasil bagi

antara massa mineral dengan volume mineral (volume air tumpah).

10. RASA DAN BAU (TASTE AND ODOUR)

Disamping dari sifat-sifat yang telah dibahas diatas, beberapa mineral

mempunyai rasa dan bau.

Rasa hanya di punyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair :

• Astringet : rasa yang umumnya dimiliki oleh sejenis logam

• Sweetist Astringet : rasa seperti pada tawas

• Alkaline : Rasa seperti pada soda

• Bitter : rasa seperti garam pahit

• Cooling : rasa seperti rasa sendawa

• Sour : rasa seperti asam belerang

Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatile

melalui pemanasan atau melalui pemenasan atau melalui penambahan suatu

asam, maka kadang-kadang bau akan menjadi cirri-ciri yang khas dari suatu

mineral.

1. Alliaceous : bau seperti bawang proses pereaksian dari arsenopirit akan

menimbulkan bau yang khas. Hal ini juga dimiliki oleh senywa-senyawa

arsenit karena proses pemanasan.

2. Horse Radish Odour : bau dari lobak kuda yang menjadi busuk

3. Sulphurous : bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian Pirit atau

pemanasan mineral yang mengandung unsur sulfide.

Page 67: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 62

4. Bitominous : bau seperti bau aspal

5. Fetid : bau yang ditimbulkan oleh asam sulfide atau bau seperti telur

busuk

6. Argiilaceous : bau seperti lempung basah, seperti Serpentin yang

mengalami pemanasan. Bau bila Pyragilite dipanasi.

Kadang-kadang raba (feel) merupakan karakter yang penting. Ada beberapa

macam raba, misalnya smooth (sepiolite), gressy (talc).

11. SIFAT KEMAGNETAN

Semua mineral mempunyai sifat magnetis, meskipun untuk menunjukkannya

dibutuhkan suatu alat khusus. Sebagian kecil dari mineral dalam keadaan asli

dapat ditarik oleh magnet baja yang kuat dengan mudah.

Mineral-mineral tersebut disebut magnetit (paramagnetit). Misalnya :

Magnetit, Pyrotit.

Dalam banyak hal, sifat magnetit mungkin berasal dari tenaga induksi bumi,

dimana induksi tersebut dari magnet yang sangat kuat.

Hal yang perlu dicatat pada praktikum mineral fisik ini adalah mineral yang

diselidiki apakah paramagnetit (magnetit) ataukah diamagnetit (non-magnetit).

• Paramagnetit (magnetit) : mineral tersebut memilki gaya tarik

terhadap magnet.

• Diamagnetit (non-magnetit) : mineral tersebut memiliki gaya tolak

terhadap magnet.

12. DERAJAT KETRANSPARAN

Sifat tranparan mineral tergantung dari kemampuan mineral tersebut men-

transmit sinar cahaya. Sesuai dengan itu variasi jenis mineral dapat dibedakan

menjadi :

• Opaque mineral : mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam

bentuk helaian yang sangat tipis. Mineral-mineral ini mempunyai

kilauan permukaan metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap

(logam-logam mulia, Belerang, Ferric oksida).

Page 68: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 63

• Transparent mineral : mineral yang tembus cahaya seperti kaca biasa

(batu-batu kristal dan Icelan Spar).

• Translucent mineral : mineral yang tembus cahaya tapi tidak tembus

pandang seperti kaca frosted (Calsedon, Gypsum, dan kadang-kadang

Opal)

• Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non-transparant) dalam

bentuk pecahan-pacahan (fragmen) tetapi tembus cahaya pada lapisan

yang tipis (Feldspar, karbonat-karbonat dan Silicon).

13. NAMA MINERAL DAN RUMUS KIMIA

Dalam menentukan nama mineral dan rumus kimia dilakukan setelah diskripsi

diatas selesai. Caranya dengan mencocokkan diskripsi diatas dengan table

determinan yang telah disediakan di laboratorium.

2. 12. GOLONGAN MINERAL

Secara umum mineral di bumi ini dibagi menjadi 8 gelongan mineral yang

didasarkan pada jumlah dan sebaran mineral tersebut di muka bumi ini.

Berikut adalah 8 golongan mineral tersebut :

1. Mineral Silika

Silika, juga disebut Silicon Dioxide, gabungan dari dua unsur yang

palingmelimpah, silikon kerak bumi dan oksigen, SiO2. Massa kerak

bumi adalah 59 persen silika, konstituen utama lebih dari 95 persen dari

batuan diketahui. Silika memiliki tiga varietas utama kristal: kuarsa

(sejauh ini paling banyak), tridimit,dan kristobalit.

• Amethyst (SiO2)

• Garnet (Ca, Fe, Mg, Mn) Al2(SiO4)3

• Quartz (SiO2)

• Opal kayu (SiO2.nH2O)

• Agate (SiO2)

• Chert/Rijang (SiO2)

• Opal mendada (SiO2.nH2O)

Page 69: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 64

2. Mineral Oksida

Terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan

unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral

oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.

Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam

oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium.

• Ilmenite (FeTiO3)

• Titanomagnetite (TiO2)

• Limonite (Fe2O2)

• Magnetite (Fe3O4)

• Manganite (MnO(OH))

• Hematite (Fe2O3)

• Oker merah (Fe2O3)

3. Mineral Sulfida

Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini

terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang).

Pada umumnya unsur utamanya adalah logam (metal).

Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar

wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses

mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur.

Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma,

kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan

mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur

sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan

sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).

• Chalcopyrite (CuFeS2)

• Pyrite (FeS2)

• Galena (PbS)

Page 70: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 65

4. Mineral Sulfat

Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi

logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya

terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya,

kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida

berinteraksi.

• Alabaster (CaSO4.nH2O)

• Gypsum (CaSO4.2H2O)

• Anhidrite (CaSO4)

5. Mineral Karbonat

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat,

umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat,

CaCO3 dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan

utama yang membentuk batuan sedimen.Carbonat terbentuk pada

lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk

pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua

(caves), stalaktit, dan stalagmite

• Dolomit (CaMg(CO3)2)

• Aragonite (CaCO3)

• Calcite (CaCO3)

• Siderite (FeCO3)

6. Mineral Klorida (Halida)

Halida adalah kelompok mineral yang memiliki anion dasar halogen.

Halogen adalah kelompok khusus dari unsur-unsur yang biasanya

memiliki muatan negatif ketika tergabung dalam satu ikatan kimia.

Halogen yang biasanya ditemukan di alam adalah Fluorine, Chlorine,

Iodine dan Bromine. Halida cenderung memiliki struktur yang rapi dan

simetri yang baik. Mineral halida memiliki ciri khas lembut, terkadang

transparan, umumnya tidak terlalu padat, memiliki belahan yang baik, dan

sering memiliki warna-warna cerah.

Page 71: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 66

• Fluorite (CaF2)

• Halit (NaCl)

7. Mineral Fosfat

a. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang

bersusunan nefelin, syenit dan takhit, mengandung mineral fosfat

apatit, terutama fluor apatit {Ca5 (PO4)3 F}dalam keadaan murni

mengandung 42 % P2 O5 dan 3,8 % F2.

b. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang

terendapkan di laut dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang.

c. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan

dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena

pengaruh air hujan dan air tanah.

• Phospate (FeMg)Al2(PO4)2(OH)2

8. Mineral Native Element

Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan

dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral

pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk

utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah

malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile

yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi

seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral native element ini terdiri

dari dua bagian umum.

Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak,

dan tembaga.

Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony,

bismuth, graphite dan sulfur.

Sistem kristal pada native element dapat dibagi menjadi tiga

berdasarkan sifat mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan

tembaga, maka sistem kristalnya adalah isometrik. Jika bersifat

Page 72: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 67

semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem kristalnya adalah

hexagonal. Apabila unsur mineral tersebut non-logam, sistem kristalnya

dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan

sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah

hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi,

kisarannya sekitar 6.

• Sulfur (S)

• Intan (C)

• Grafit (C)

Page 73: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 68

BAB III

ROCK FORMING MINERAL

(MINERAL PEMBENTUK BATUAN)

3. 1. DEFINISI

Batuan merupakan satuan pembentuk kulit Bumi atau Outer shell dari

bumi, sementara mineral merupakan satuan pembentuk batuan. Kemungkinan

99% dari kulit Bumi terdiri atas 20 mineral utama dari ribuan mineral yang ada di

Bumi. Keberadaan mineral Feldspar tidak hanya dominan dalam mineral Silikat,

tetapi juga dominan sebagai mineral-mineral pembentuk batuan. Walaupun ada

ratusan mineral tetapi hanya ada beberapa yang dijumpai mineral-mineral

pembentuk batuan yang sebagian besar adalah pembentuk batuan beku dan batuan

sedimen. Untuk batuan metamorf sendiri secara kimiawi sama dengan batuan

beku dan sedimen.

Unsur-unsur utama penyusun kerak Bumi

Berat No. Atom Volume

Oxygen 46,6 62,6 93,3

Silika 27,7 21,2 0,9

Alumunium 8,1 6,5 0,5

Besi 5 1,9 0,4

Kalsium 3,6 1,9 1

Sodium 2,8 2,6 1,3

Potasium 2,6 1,4 1,8

Magnesium 2,1 1,9 0,3

Elemen lain 1,5 - -

Page 74: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 69

Ca Rich

Na Rich

3. 2. REAKSI BOWEN

Mineral – mineral yang penting dalam pembentukan kulit bumi adalah pada

seri Reaksi Bowen :

BOWEN’S REACTION SERIES

GambarIV.2.

Page 75: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 70

Discontinue Series :

− Mineral yang terbentuk secara tidak terus – menerus. Pada suhu yang tinggi terbentuk

mineral Olivin. Kemudian suhu menurun terus - menerus hingga terbentuk mineral

Piroksin dimana mineral Olivine sudah tidak terbentuk lagi. Begitu seterusnya sampai

terbentuknya mineral Biotite.

- Didominasi oleh mineral – mineral Mafic (mineral Gelap).

Continue Series :

− Mineral terbentuk secara terus menerus. Pada suhu yang tinggi terbentuk mineral

Anorthit ( Plagioklas Ca ). Kemudian suhu menurun terus menerus hingga terbentuk

mineral Bitownit, tetapi mineral Anorthite masih terbentuk. Begitu seterusnya sampai

terbentuk Mineral Albite.

− Disebut Juga dengan Kelompok Plagioklas.

− Didominasi Oleh mineral Felsik ( Mineral terang ). Sampai pada suhu yang rendah ±

5700 Mineral Biotite dan Mineral albite saling bertemu dan terbentuklah mineral

K.Feldspar lalu Muskovit dan Quartz.

4. 3. MINERAL – MINERAL PEMBENTUK BATUAN

Mineral – mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas:

a. Felsic mineral. (Silika alkali alumina)

Ialah Mineral yang tersusun dari mineral - mineral yang berwarna terang dan cerah serta

mempunyai berat jenis yang kecil atau ringan.

Contoh Mineral Felsik :

A. Quartz = Kuarsa ( SiO2 )

Sistem : Hexagonal.

Beart Jenis ( SG ) : 2,65.

Kekerasan : 7.

Warna : Jernih atau keruh bial terdapat bersama Feldspar, sering terdapat

inklusi dari gas, cairan atau mineral lain didalamnya, yang

merupakan unsur pengotor dan sangat mempengaruhi warna

Page 76: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 71

pada Quartz, sehingga dari warna yang dirunjukkan dapat

memperkiarakan derajat kemurnian dari Quartz tersebut.

Belahan : Tidak mempunyai belahan.

Pecahan : Choncoidal atau kerang.

Penggunaan : Sebagai bahan baku utama atau pelengkap :

• Industri gelas.

• IndustriRefractory.

• Industri Pengecoran Logam.

• Industri glass – wool.

• Industri Ampelas.

• Industri Bangunan dan semen

Variasi :

- Kristal gunung Tidak berwarna / jernih.

- Amethis Violet / Ungu.

- Quartz Asap Hitam kabut / Coklat.

- Quartz Puan Hitam Kabut / Coklat.

- Micro Kristal ( kalsedon )

Agate Himta berburir – butir

Yaspis Coklat Hijau

Chert Coklat

- Opal (SiO2 n H2n )

Opal padi Hitam

Opal Kayu Berserat Coklat

Pasir Kwarsa

B. Feldspar

Dibagi dalam 2 golongan :

• Alkali Feldspar, terdiri dari :

Orthoclase.

Anorthoklase.

Sanidine.

Page 77: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 72

Mikroklin.

Adularia.

• Plagioclase , terdiri dari :

Albite 9 Sodic .

Oligoklas.

Andesine.

Labradorite.

Bytownite.

Anorthite ( Calcic ).

Praktikum Megaskopis hanya dapat membedakan Kalium Felspar (didominasi

Orthoklas dengan Plagioklas ).

• Orthoclase ( KalSi3O8 )

Merupakan Feldspar Sumber utama dari unsur K yang ada dalam tanah.

Berat Jenis : 2,6.

Kekerasan : 6.

Warna : Abu – abu kemerahan atau tak berwarna.

Sistem Kristal : Monoklin , Prismatik, memanjang atau sejajar atau

membutir dan massif.

Kilap : Vitrous Luster dengan kenampakan Transparan atau

Translucent

Penggunaan : Karena sifatnya yang tidak stabil ,jarang di jumpai

Orthoklas yang terkonsentarsi dalam keadaan segar,

tetapi di temukan dalam keadaan Alterasi menjadi Serisit

dan merupakan bahan dasar Industri Keramik

Orthoclase sebagian besar terdapat pada batuan beku asam.

• Plagioclase ( NaCa Al2 Si3 O8 ).

Dalam penentuan Albite sampai Anorthite, Volume Prosentase 100% dari An +

Ab . Jadi antara Albite sampai anorthite merupakan Anggota Isomorphorus series.

Sistem Kristal : Triklin.

Berat Jenis : Albite = 2,26, Anorthite = 2,276.

Kekerasan : 6.

Page 78: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 73

Warna : kekuning – kuningan , putih dan merah.

Belahan : Lembaran

Calsbed Twining

Albite Twining

Plysintetic Twining

Baveno Twining

Secara umum Plagioklas dapat dikelompokkan menjadi :

Albite ( NaAl2Si3O8 ) Alkali Plagioklas.

Oligoklas

Andesin

Labradorite

Bitwonite

Anorthite ( CaAlSi3O8 ) Caslcic Plagioclase Ca Basa

C. Feldspatoid (Foid)

Mineral ini sebagai pengganti Feldspar. Feldspatoid akan terbentuk dalam suatu

batuan apabila dalam batuan tersebut tidak cukup terdapat SiO2 bebas. Feldspar dan

Feldspatoid tidak akan ditemukan dan terbentuk secara bersamaan dalam satu tubuh

batuan yang sama.

Mineral Yang termasuk, dalam Feldspatoid adalah :

Nefeline (KNaAl2Si2O4)

Leucite (KaAlSi2O6)

Sodalite (Na4Al3Si3O12)

Scapolite (Ca4(Al2Si2O8)3(CO3))

Cancrinite (Na3Ca(Al3Si3O12)CO3(OH2 ))

Analcite Na ( AlSi2O6 ) H2O )

Hubungan antara Feldspar dan Feldspatoid :

• Silika + Nefeline Albite

SiO2 + NaAlSiO4 NaAlSi3O8

• Silika + Leucite Orthoclase

SiO2 + KAlSi2O6 KAlSi3O8

Page 79: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 74

Tetapi dari keenam jenis mineral ini hanya 2 yang umum dan sering di jumpai yaitu

Nefeline dan Leucite.

• Nefeline ( KNaAl2Si2O4 )

Warna : Putih kuning ,tetapi yang massif warnanya bervariasi, abu– abu

merah

Sistem Kristal : Hexagonal.

Berat Jenis : 2,255 – 2,66.

Kekerasan : 5,5, - 6,0

Kilap :Grrassy Luster.

Nefeline berupa Rock Forming Mineral yang sering dijumpai pada batuan beku

dalam bentuk dike.

• Leucite ( KalSi2O6 )

Warna : Putih abu – abu.

Sistem Kristal : Pseudo Isometric dalam bentuk Pezehedron.

Berat Jenis : 2,45 – 2,50.

Kekerasan : 5,50 – 6,00.

Leucite mempunyai bentuk halus dan kecil terkenal dengan nama Fine Grain

Matrix.

b. Mafic Mineral (Ferromagnesian)

Ialah mineral yang tersusun dari mineral – mineral yang berwarna gelap dan mempunyai

berat jenis yang besar atau berat.

Contoh :

A. Olivine ( MgFe )2SiO4

Merupakan Kristal campuran antara MgSiO4 dengan FeSiO4, dalam hal ini Mg

selalu lebih banyak dari pada Fe. Olivin kadang – kadang disebut dengan Chrysolite,

adalah suatu betuk mineral yang merupakan mineral pembentukan batuan terutama

batuan beku berwarna gelap.

Berat jenis : 3,27 – 4,27.

Kekerasan : 5,50 – 7,00.

Kilap :Vitrous Luster.

Page 80: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 75

Umumnya terdapat dalam batuan beku basa. Contoh : Gabro, Basalt, Peridotite,

Dunite).

Fosterite Fayalite

Mg2SiO4 Fe2Si4O4

B. Kelompok Piroksin

Merupakan kelompok mineral silikat komplek dan mempunyai hubungan erat

dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka

mengkristal dalam dua sistem yang berbeda yaitu Orthorombic dan Monoklin.

Secara struktur piroksen terdiri atas mata rantai yang tidak ada habisnya dan

tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg dan

Ca yang berikatan dengan oksigen, tetapi secara tidak langsung dengan silikon.

Sejak setiap ion silicon berikatan dengan ion oksigen dan setiap oksigen dengan

silicon lainya atau ion logam menghasilkan ratio Si:O = 1 : 3 dan memberikan rumus

kimia Piroksen MgSiO3 atau CaMg(SiO3)2. Bentuk kristal Piroksen adalah prismatic

sedang belahan spesifik. Komposisi kimia piroksen secara umum adalah

W1p(W1Y)1+pZ2O6 dimana symbol W, X, Y, Z menunjukan unsur yang mempunyai

jari-jari ion yang sama dan dapat me-replace yang satu terhadap yang lainya dalam

struktur.

W = Na,Ca X = Mg,Fe,Li,Mn

Y =Al,Fe,Ti Z = Sid dan Al dalam jumlah yang kecil

Ukuran atom dari W ke Z berkurang. Karena subtitusi atom maka rumus kimia

Piroksen bervariasi.Dari rumu diatas p adalah 0 atau mendekati 0 untuk Diopside

Hedenbergite dan Gegirite Vodeite Series.

• P = 1 atau hampir untuk Piroksen Orthorombik

• P = variasi untuk Piroksen monoklin dan Pigeonite

OLIVINE

Page 81: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 76

Unsur-unsur yang lebih lengkap dari piroksen mungkin sebagai contoh adalah:

o Orthopiroksen Mg Fe+2Fe+3Al(SiAlO3)2

o Diopside Hedenbregite CaMgFe(SiO3)2

o Aufite (CaMgFe+2)(MgFe+2AlFe+3)(SiAlO3)2

Unsur-unsur yang digaris bawahi adalah unsur yang penting. Dalam tubuh

batuan vulkanik piroksen adalah augite calcic rendah atau pigionite.Sedang dalam

batuan plutonik piroksen adalah augit atau piroksen orthorhombic, kalsium hampir

bebas.

Dalam petrologi biasanya secara megakopis disebut saja piroksen dengan ciri

warna hijau sampai hijau kehitaman mempunyai belahan dengan sudut lebih kurang

900.

C. Kelompok Amphibole

Amphibole mungkin dapat dibagi menjadi lima seri yaitu: Antophylite,

Cumingtonite-Qrunerite, Tremolite-Actionolite, Alluminian Amphibole –Sodic

Amphibole. Mereka ada hubunganya dalam sifat-sifat Kristalografi, sifat kimia dan

fisik.

Struktur amphibole adalah type Tetrahedral SiO4 dalam struktur rantai ganda, berupa

dua mata rantai tunggal dengan disela-sela Tetragonal dihubungkan oleh bagian dari

Oksigen,memberi ratio Si : O = 4 : 11 pengganti 1 : 3 dalam mata rantai tunggal.

Dalam struktur mata rantai ganda menempati sejajar sumbu C dan diikat bersa secara

lateral oleh ion logam. Kekuatan ikatan antara rantai-rantai tidak akan sekuat ikatan

Si-O,direfleksikan dalam serat yang berkembang baik atau keadaan prismatic dari

Amphibole dan dalam belahan prismatic.

Umumnya Amphibole membentuk seri isomorf dan replacement yang intensif dari

satu ion oleh ion-ion lainya mempunyai ukuran yang sama sehingga sangat komplek

variasi komposisi kimianya.

Secara megaskopis untuk Amphibole disebut juga Hornblende dengan warna variasi

hitam, coklat, hijau dan mempunyai belahan membentuk sudut 540 dan 1260.

Page 82: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 77

Amphibole dan Piroksen mempunyai persamaan dalam batuan beku yang bersifat

basa,dengan perbedaan adalah:

Amphibole : - Komposisi kimianya mengandung OH

- Kristalnya panjang/prismatic

- Belahanya membentuk sudut 1240

Piroksen : - Komposisi kimianya tidak mengandung OH

- Kristalnya lebih pendek

- Belahan berdiri saling tegak lurus

D. Kelompok Mika

Struktur mika adalah type Tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4

mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen bebas, sehingga komposisi dan valensinya

diwakili oleh (Si4O10)4-

Jumlah oksigen dalam mika ,dua diantaranya membentuk berupa kelompok hidroksil.

F adalah unsure minor yang konstan dalam Mika, ia mengganti OH dan mungkin

sebesar 6% dari Mika-mika Lithia.

Kelompok hidroksil diikat oleh Al, Mg, atau Fe sendirian. Struktur ini membutuhkan

lembar – lembar ganda dengan K ion terletak diantaranya. Struktur direfleksikan oleh

belahan bawah pada semua mika adalah elastic dan bias dibedakan Chlorite yang

brittle.

Rumus Umum Mika dapat ditulis :

W(XY)2-3Z4O10(OHF)2

Dimana : W = K(Na) dalam Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).

X&Y = Al, Li, Mg, Fe

Z = Si, Al

Page 83: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 78

Analisis kimia batuan telah membuktikan bahwa hanya beberapa unsur saja yang

bertanggung jawab membentuk kerak bumi. Empat orang ahli mengadakan analisa

kimia sebanyak 5159 analisa batuan yaitu oleh : Washington, Nigli, Clarke, Daly

dengan unsur – unsur yang ada dalam kerak bumi :

O = 24% Fe = 5 % K = 2.5%

Si = 27% Ca = 3.5% Mg = 2.5 %

Al = 8% Na = 2.3%

Ternyata jumlahnya baru 98% sedangkan yang 2% lainya terdiri dari unsur -unsur

yang jarang tersebut. Sehingga berdasarkan jumlah terdapatnya dalam batuan,mineral

dapat dibedakan :

• Mineral Utama : Yaitu mineral yang mendominir dalam suatu komposisi batuan

dan jumlahnya lebih dari 10% dimana mineral ini

mempengaruhi penamaan dalam batuan.

Contoh : Kwarsa, Orthoclase, Plagioklas, Foid, Feldspar, Biotit (mika),

Hornblende, Piroksen, Olivine, Kalsit, Grafit.

• Mineral Tambahan : Mineral yang punya prosentasenya sedikit dalam batuan

tetapi selalu dijumpai. Mineral ini jumlahnya kurang dari

seluruh komposisi batuan.

Contoh : Rutil, Zircon, Turmalin.

• Mineral Sekunder : Mineral yang dibentuk dari mineral utama yang

disebabkan oleh proses.

Page 84: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 79

Tabel 1.1 Pengenalan Mineral dan Sifatnya

Nama Mineral Warna Bentuk dan Perawakan Kristal Belahan Keterangan

Olivin Hijau Tidak teratur, membutir dan massif

Tidak sempurna Kilap kaca

Piroksen Hijau tua - Hitam Prismatik pendek, massif, membutir

2 arah saling tegak lurus

Kilap kaca dan permukaannya halus

Amfibol Hitam - coklat Prismatik panjang,

menyerat dan membutir

2 arah membentuk sudut lancip

Kilap arang

Biotit Hitam - coklat Tabular, berlembar (memika) 2 arah Kilap kaca

Feldspar Alkali Merah jambu/putih/hijau

Prismatik, tabular panjang, massif,

membutir 2 arah Kilap kaca/lemak

Plagioklas Putih susu, abu-abu

Prismatik/tabular panjang. Massif,

membutir 3 arah Kilap kaca/lemak

Muskovit Putih transparan Tabular, berlembar (memika) 1 arah Kilap kaca/mutiara

Kuarsa Tidak berwarna Tidak teratur, membutir dan massif 3 arah Kilap kaca/lemak

Kalsit Tidak berwarna, putih

Rombohedral, massif, membutir Sempurna Kilap kaca, berbuih

dengan HCl

Klorit Hijau Berlembar, memika Sempurna Umumnya pada batuan

metamorfik dan lapukan batuan beku basa

Serisit Tidak berwarna, putih Tabular, berlembar Sempurna Kilap kaca berukuran

halus

Asbes Putih, abu-abu kehijauan

Menyerat, masa fiber asbestos Kilap lemak

Garnet Coklat merah-hitam Poligonal, membutir Tidak ada Kilap kaca/mutiara

Halit Tidak berwarna,

putih kekuningan, merah

Kubus, masif, membutir Sempurna Sebagai garam evaporite

Gypsum Tidak berwarna, putih

Memapan, membutir, menyerat Sempurna Lembar-lembar tipis

terjadi karena evaporasi

Anhidrit Putih, abu-abu, biru pucat Massif, membutir Sempurna Karena evaporasi

Page 85: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 80

3. 4. PELAPUKAN BATUAN (ROCK WEATHERING)

Pelapukan terjadi pada batuan yang tersingkap di permukaan bumi. Adanya

pelapukan dapat disebabkan karena proses kimiawi, fisik dari organic dimana dari

ketiganya sering disebut pelapukan kimiawi dan mekanik yang pada umumnya kedua

peristiwa berjalan bersama-sama.

Tiga faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan yaitu:

1. Sifat mineral/batu itu sendiri tahan terhadap pelapukan atau tidak.

2. Macamnya proses yang berlangsung apakah mekanik atau kimiawi.

3. Kondisi mineral yang menyusun batuan dimana batuan tersebut berada ada

hubunganya dengan iklim/cuaca yaitu pada daerah tropika, subtropika, kutub atau

gurun.

Proses Mekanik : - Pembekuan dan pencairan

i. Insolasi

ii. Organisme

iii. Rains Drop

iv. Spheroidal Weathering

Proses kimiawi adalah proses pelapukan yang menyook yang terdapat di iklim tropis

seperti halnya Indonesia.

Terdiri atas dua proses: - Larutan

- Aktivitas organisme

Larutan yang menyolok di Indonesia pada Batu gamping dan Feldspar.

Larutan Batu Gamping :

Prosesnya dipengaruhi larutan yang mengandung H2O + CO2 yang bila hujan akan

membentuk Asam Karbonat (H2CO3) yaitu larutan yang mudah terpisah jadi ion-ion H+

dan HCO3-.

Jika kedua ion itu mengenai batu gamping(CaCo3) akan menjadi:

H++HCO3-+CaCO3 H2O+CO2+HCO3+CaO

Dalam batu gamping akan terjadi topografi karst.

Page 86: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Buku Panduan Praktikum 2015

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 81

Larutan Feldspar

Yaitu mineral yang penting di dalam batuan beku

Contoh:

KalSi3O8 + H2CO3 + H2O Al2Si2O5 + K2CO3 + Si2

Page 87: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

DAFTAR PUSTAKA

Berry L.G and Mason B., 1989, Mineralogy, Freeman W. and Co San Francisco Dana ES., 1960, A Textbook of Mineralogy, John Willey and Sons Inc. New York Danisworo C. Ir., 1980, Mineralogi (Buku Petunjuk Praktikum), Fakultas Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta. Denned Williams H., 1960, Principle of Mineralogy, The Ronald Press Company, New York. Escher BG., 1949, Algemene Mineralogie en Krystallografie, Oogsqust. Flint. V.L., Essentials Of Crystalography, Peace Publisher Moscow. James Dwight Dana., 1887, Mineralogy and Petrography, John Willey and Sons Inc. New York Kraus E., Hunt WF. and Ramsdell LS., 1959, Mineralogy, Mc Graw Hill Book Company Inc. New York.

Page 88: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

LAMPIRAN

Gambar Contoh-Contoh Mineral

1. Sistem Kristal Reguler

Halit Galena Pyrit

2. Sistem Kristal Tetragonal

Zirkon Chalcopyrit Rutile

3. Sistem Kristal Trigonal dan Hexagonal                        

Calcite Kuarsa Dolomit

4. Sistem Kristal Orthorombic

     Barite Topaz Anhidrit

Page 89: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

5. Sistem Kristal Monoklin

                      Gypsum Alabaster Manganite  

6. Sistem Kristal Triklin

Kaolin Kyanit Albite

Page 90: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

LAMPIRAN

Cara Gambar Kristal

CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL REGULER

1. Hexahedron

Langkah 1

Langkah 2

Buatlah sumbu kristalografi sesuai

dengan ukuran perbandingan yaitu

1:3:3 dan besar sudut yaitu 30o

Beri tanda/titik pada ukuran

perbandingan 1:3:3 pada sumbu

kristalografi.

Tarik garis sejajar pada 2 titik di

sumbu b dan sumbu c dengan

ukuran yang sama dengan sumbu a

yang telah diberi tanda.

Buat garis sejajar dengan panjang

sumbu b pada 2 tanda/titik pada sumbu

a dan di sumbu c

Buat/tarik garis sejajar terhadap

dengan panjang sumbu c pada 2

titik pada sumbu b dan sumbu a

Page 91: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Langkah 3

Langkah 4

Keterangan :

- Bidang yang terlihat dari depan maka garis dibuat tegas sedangkan bidang yang tidak tampak dari

pandangan depan maka garis dibuat putus-putus. ( Berlaku untuk semua penggambaran sistem

kristal )

Pada setiap garis sejajar yang

berpotongan (Contohnya pada garis

sejajar b dengan garis sejajar a) di

tarik garis yang sejajar pula dengan

garis c (Lihat kotak kecil).

Pada setiap perpotongan garis yang

telah anda buat silahkan anda

hubungkan (Lihat kotak kecil).

Page 92: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

2. Pentagonal Dodecahedron

Langkah 1

Langkah 2

Untuk langkah awal buatlah sumbu

kristalogafi sistem regular dengan

posisi/sudut antar sumbu a+ dengan b

-

adalah 30o.

Beri tanda/titik pada ketiga sumbu

dengan perbandingan ukuran 1:3:3

dan beri juga titik pada kelipatan

perbandingan tersebut 2:6:6.

Tarik garis dari titik a yang beukuran

1 (ukuran pada sumbu ini 1) dengan

titik pada sumbu b yang berukuran

dengan 6 (ukuran ini adalah kelipatan

dari 3 yang merupakan ukuran yang

sebenarnya)

Tarik garis dari sumbu a pada titik

yang berukuran 2 (ukuran sebenarnya

adalah 1) dengan titik pada sumbu b

yang berukuran 3 (ini adalah ukuran

yang sebenarnya)

Page 93: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Langkah 3

Langkah 4

Buat garis pada sumbu c pada titik

yang berukuran 3 sejajar dengan

sumbu b (ukurannya adalah 6)

Buatlah garis sejajar dengan sumbu a

(ukuran 1) pada titik yang berukuran

3 pada sumbu b, dan buat juga pada

sumbu c pada titik yang berukuran 6.

Buat garis sejajar dengan sumbu c

yang berukuran 6 pada sumbu a

Buat garis yang sejajar dengan sumbu c

berukuran 6 terhadap sumbu a pada

titik yang berukuran 2

Page 94: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Langkah 5

Langkah 6

Tarik garis dari garis sejajar terhadap

sumbu b di sumbu c ke titik

perpotongan antara garis sejajar sumbu

c di sumbu a dengan garis miring yang

menghubungkan sumbu a dan sumbu c

(lihat pola yang ada pada kotak kecil)

Lalu tarik garis dari garis yang sejajar

sumbu a di sumbu c dengan garis yang

sejajar a di sumbu b.

Lalu hubungkan perpotongan yang

dibuat oleh garis itu (pada kotak jajaran

genjang).

Page 95: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TETRAGONAL

1. Tetragonal Prisma Orde I

Langkah 1

Langkah 2

- Membuat perbandingan panjang sumbu

a:b:c = 1:3:6

- Membuat garis a- /b

+ =30

0

- Memberi keterangan pada garis–garisnya

seperti tanda a+, a

-,b

+,b

-

- Memperhatikan gambar disebelah

- Membuat proyeksi garis yang merupakan

pencerminan 1 bagian a+,a

-

- Menuju bagian ketiga dari sumbu b+

- Menuju bagian ketiga dari sumbu b-

- Memperhatikan gambar di sebelah

- Membuat proyeksi bidang dari horizontal

seperti langkah kedua tadi

- Memproyeksikan bidang menuju bagian

ketiga dari sumbu c+

- Memproyeksikan bidang menuju bagian

ketiga dari sumbu c-

- Melengkapi garis seperti gambar disebelah.

Page 96: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

2.Tetragonal Bipyramid Orde I

Langkah 1

Langkah 2

- Membuat perbandingan panjang sumbu

a:b:c = 1:3:6

- Membuat garis a- /b

+ =30

0

- Memberi keterangan pada garis –

n garisnya seperti tanda a+,a

-

,b+,b

-

- Perhatikan gambar disebelah

- Membuat garis dengan menghubungkan

3 bagian dari b+ dengan 1 bagian a

-

lanjutkan dengan 3 bagian b-

lalu ke 1

bagian a +

- Perhatikan gambar disebelah

- Membuat proyeksi bidang dari horizontal

seperti langkah kedua tadi

- Memproyeksikan bidang menuju bagian

ketiga dari sumbu c+

- Memproyeksikan bidang menuju bagian

ketiga dari sumbu c-

- Melengkapi garis seperti gambar

disebelah.

Page 97: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL HEXAGONAL

A. Hexagonal Prisma Orde I dan Hexagonal Bipyramid Orde I

Langkah 1

Langkah 2

- Buat sumbu a, b, c dan d dengan

ketentuan :

< a+ / b- = 17°

< b + / d- = 39°

b : d : c = 3 : 1 : 6

- Dimana 1 satuan berukuran 1 cm

- Buat garis sejajar dengan sumbu b

melalui titik berukuran 1 pada sumbu

d hingga memotong sumbu a

Buat garis yg sejajar dengan sumbu a

yang melalui sumbu b pada ukuran 3

dan sumbu d yang berukuran 1

Page 98: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Langkah 3

Langkah 4

Tarik garis sejajar dengan sumbu c

pada setiap titik-titik sudut dari

bidang segi enam

Hubungkan setiap titik-titik pada

garis tersebut sehingga membentuk

bidang alas dan atap berbentuk segi

enam pada bangun tersebut.

Page 99: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Langkah 5:

Untuk membuat kristal hexagonal

bipyramid orde I kita dapat memodifikasi

dari gambar hexagonal prisma orde I

yaitu dengan menghubungkan titik-titik

sudut dari bidang segi enam pada bagian

tengah kristal ke titik pusat bidang alas

dan atap.

Beri warna setiap bidang simetri,

gunakan komposisi warna yang

proporsi dan cocok.

Beri simbol pada setiap bidang

simetri.

Page 100: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

B. Hexagonal Prisma Orde II dan Hexagonal Bipyramid Orde II

Langkah 1

langkah 2

- Buat sumbu a, b, c dan d dengan

ketentuan :

< a+ / b- = 17°

< b + / d- = 39°

b : d : c = 3 : 1 : 6

- Dimana 1 satuan berukuran 1 cm

- Buat garis yg saling

menghubungkan antara titik pada

sumbu b dan d seperti pada gambar

disamping

Dari hasil penghubungan

titik-titik tersebut didapat

bidang berbentuk segienam

Tarik garis sejajar dengan

sumbu c pada setiap titik-titik

sudut dari bidang segi enam

Page 101: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Langkah 3

Langkah 4

Hubungkan setiap titik-titik pada garis

tersebut sehingga membentuk bidang

alas dan atap berbentuk segi enam pada

bangun tersebut

Beri warna setiap bidang

simetri, gunakan komposisi

warna yang proporsi dan cocok.

Beri simbol pada setiap bidang

simetri, dengan ketentuan:

= jika bernilai 6

= jika bernilai 2

Untuk membuat kristal hexagonal

bipyramid orde II kita dapat

memodifikasi dari gambar

hexagonal prisma orde II yaitu

dengan menghubungkan titik-titik

sudut dari bidang segi enam pada

bagian tengah kristal ke titik

pusat bidang alas dan atap.

Beri warna setiap bidang simetri,

gunakan komposisi warna yang

proporsi dan cocok.

Beri simbol pada setiap bidang

simetri, dengan ketentuan

= jika bernilai 6

= jika bernilai 2

Page 102: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TRIGONAL

1. Trigonal Bipyramid Orde I

Langkah 1

Langkah 2

- Membuat perbandingan panjang

sumbu b:d:c = 3:1:6

- Membuat garis a- /b

+=17

0

- Membuat garis b+/d

- =39

0

- Memberi keterangan pada

garis – garisnya seperti tanda

a+,a

-,b

+,b

-,c

+,c

-,d

+ dan d

-

- Memperhatikan gambar disebelah

- Membuat garis sejajar dengan

sumbu a pada 3 bagian sumbu b-.

- Membuat garis sejajar dengan

sumbu b pada 1 bagian sumbu d-.

- Lihat gambar disamping.

- Membuat garis sejajar

dengan sumbu d pada 3

bagian sumbu b+ sehingga

menampakan bentuk bidang

segitiga.

- Menarik garis lurus yang

sejajar dengan sumbu c di

setiap titik-titik perpotongan

sepanjang 6 bagian.

- Lihat gambar disamping.

Page 103: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Langkah 3

Langkah 4

- Tarik garis pada setiap

ujung-ujung garis pada

pengerjaan langkah

sebelumnya.

- Lihat gambar disamping.

- Untuk membuat kristal trigonal

bipyramid orde I kita dapat

memodifikasi dari gambar trigonal

prisma orde I. Tarik garis pada

setiap sudut dari bidang segitiga di

bagian tengah dengan 6 bagian dari

sumbu c+ dan c

-.

- Lihat gambar disamping

Page 104: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

2. Trigonal Prisma Orde II dan Trigonal Bypiramid Orde II

Langkah 1

Langkah 2

- Membuat perbandingan panjang sumbu

b:d:c = 3:1:6

- Membuat garis a- /b

+=17

0

- Membuat garis b+/d

- =39

0

- Memberi keterangan pada garis

– garisnya seperti tanda a+,a

-,b

+,b

-,c

+,c

-

,d+ dan d

-

- Memperhatikan gambar disebelah

- Membuat garis memotong pada 1

bagian sumbu d-

dan 2 bagian sumbu

b+.

- Lihat gambar di samping

- Membuat garis memotong pada 1

bagian sumbu b- dan 3 bagian

sumbu d+

kemudian potongkan

dengan garis sebelumnya.

- Hubungkan kedua garis tersebut

sehingga terbentuk segitiga

- Lihat gambar di samping.

Page 105: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Langkah 4

Langkah 5

- Menarik garis lurus yang sejajar

dengan sumbu c di setiap titik-titik

perpotongan sepanjang 6 bagian.

- Lihat gambar disamping.

- Tarik garis pada setiap ujung-ujung

garis pada pengerjaan langkah

sebelumnya.

- Lihat gambar disamping.

Page 106: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

Langkah 6

- Untuk membuat kristal hexagonal

bipyramid orde II kita dapat

memodifikasi dari gambar Tarik

garis pada setiap sudut dari bidang

segitiga di bagian tengah dengan 6

bagian dari sumbu c+ dan c

-.

- Lihat gambar disamping.

Page 107: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIC

1. Kombinasi Orthorombic Brachy, Makro, Basalt Pinacoid

Langkah 1

Langkah 2

- Membuat perbandingan panjang sumbu

a:b:c = 1:4:6

- Membuat garis a- /b

+ =30

0

- Memberi keterangan pada garis –

garisnya seperti tanda a+,a

-,b

+,b

-,c

+,c

-

- Memperhatikan gambar disebelah

- Membuat proyeksi garis yang merupakan

pencerminan 1 bagian a+,a

-

- Menuju bagian keempat dari sumbu b+

dan b-

- Menuju bagian keenam dari sumbu c+

- Menuju bagian keenam dari sumbu c-

- Tarik garis sejajar dengan sumbu b+ dan

b- pada pencerminan 1 bagian a

+ dan a

-.

- Memperhatikan gambar disebelah

- Hubungkan ujung-ujung pada garis

yang memotong sumbu a+,a

-,b

+,b

-

,c+dan c

-.

- Lihat gambar disamping

Page 108: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

2. Orthorombic Brachy Dome, Makro, Basalt Pinacoid

Langkah 1

Langkah 2

- Membuat perbandingan panjang sumbu

a:b:c = 1:4:6

- Membuat garis a- /b

+ =30

0

- Memberi keterangan pada garis

– garisnya seperti tanda a+,a

-,b

+,b

-,c

+,c

-

- Memperhatikan gambar disebelah.

- Membuat proyeksi garis yang

merupakan pencerminan 1 bagian a+,a

-

- Menuju bagian keempat dari sumbu b+

dan b-

- Menuju bagian keenam dari sumbu c+

- Menuju bagian keenam dari sumbu c-

- Tarik garis sejajar dengan sumbu b+

dan b- pada pencerminan 1 bagian a

+

dan a-.

- Memperhatikan gambar disebelah

- Hubungkan ujung-ujung

pada garis yang memotong

sumbu a+,a

-,b

+,b

-,c

+danc

-.

- Lihat gambar disamping.

Page 109: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL MONOKLIN

1. Kombinasi Monoklin Clino, Ortho, Basal Pinacoid

Langkah 1

Langkah 2

- Membuat perbandingan panjang

sumbu a:b:c = 1:4:6

- Membuat garis a- /b

+ =45

0

- Memberi keterangan pada

garis – garisnya seperti tanda a+,a

-

,b+,b

-

- Memperhatikan gambar disebelah

- Membuat proyeksi garis yang

merupakan pencerminan 1 bagian

a+,a

-

- Menuju bagian keenam dari sumbu c+

- Menuju bagian keenam dari sumbu c-

- Memperhatikan gambar disebelah

- Membuat garis memotong sumbu

b+ sejajar sumbu c sepanjang 6

bagian

- Membuat garis memotong sumbu

b- sejajar sumbu c sepanjang 6

bagian

- Kemudian hubungkan garis garis

tersebut menjadi sebuah bentuk

kristal

- Perhatiakan gambar di samping

Page 110: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

2. Monoklin Hemibipyramid

Langkah 1

Langkah 2

- Membuat perbandingan panjang

sumbu a:b:c = 1:4:6

- Membuat garis a- /b

+ =45

0

- Memberi keterangan pada

garis – garisnya seperti tanda a+,a

-

,b+,b

-

- Memperhatikan gambar disebelah

-

- Hubungkan titik-titik pada bagian a-

,b-,a

+,dan b

+ menjadi sebuah bidang.

- Lihat gambar disamping

- Tarik garis dari pojok bidang

tersebut menuju titik pada 6

bagian c+ dan c

-.

- Lihat gambar disamping.

Page 111: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TRIKLIN

1. Triklin Hemibipyramid

Langkah 1

Langkah 2

- Membuat perbandingan panjang

sumbu a:b:c = 1:4:6

- Membuat garis a+

/c-=45

0

- Membuat garis b+/c

-=80

0

- Memberi keterangan pada

garis – garisnya seperti tanda a+,a

-

,b+,b

-

- Memperhatikan gambar disebelah

- Hubungkan titik-titik pada bagian a-

,b-,a

+,dan b

+ menjadi sebuah bidang.

- Lihat gambar disamping

- Tarik garis dari pojok bidang

tersebut menuju titik pada 6

bagian c+ dan c

-.

- Lihat gambar disamping.

Page 112: Buku Panduan Krismin 2015 (3)

2. Kombinasi Triklin Brachy, Makro, Basalt Pinacoid

Langkah 1

Langkah 2

- Membuat perbandingan panjang sumbu

a:b:c = 1:4:6

- Membuat garis a+

/c-=45

0

- Membuat garis b+/c

-=80

0

- Memberi keterangan pada garis –

garisnya seperti tanda a+,a

-,b

+,b

-

- Memperhatikan gambar disebelah

- Membuat proyeksi garis yang merupakan

pencerminan 1 bagian a+,a

-

- Menuju bagian keempat dari sumbu b+

- Menujui bagian keempat dari sumbu b-

- Menuju bagian keenam dari sumbu c+

- Menuju bagian keenam dari sumbu c-

- Memperhatikan gambar disebelah,

Hubungkan garis-tersebut hingga

menampakan bentuk kristal.

- Lihat gambar disamping