buku deskripsi

Upload: irsanbahutala

Post on 14-Oct-2015

167 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BUKU PANDUAN GEOLOGI LAPANGAN

    Di Susun oleh :

    IRSAN BAHUTALA

    471410022

    PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

    JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

    UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

    2014/SELAMANYA

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

  • 6

  • 7

  • 8

    BATUAN BEKU

    1. TEKSTUR BATUAN BEKU

    1.1 Tekstur batuan beku berdasarkan derajat kristalisasinya:

    Holokristalin : terdiri dari kristal seluruhnya

    Hipokristalin : terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas

    Holohyalin : terdiri dari gelas seluruhnya

    1.2 Tekstur batuan beku berdasarkan granulitas/besar butirnya:

    Fanerik: kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasa. Khusus untuk batuan

    bertekstur fanerik, ukuran butirnya dapat ditentukan sebagai berikut:

    Halus : besar butir < 1 mm

    Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm

    Kasar : besar butir 5 mm - 3 cm

    Sangat kasar : besar butir > 3 cm

    Afanitik: kristal-kristalnya sangat halus atau amorf, hanya dapat dilihat dengan

    mikroskop.Jika batuan bertekstur porfiritik maka ukuran fenokris dan masa dasar

    dipisahkan.

    1.3 Tekstur batuan beku berdasarkan keseragaman butir/kristalnya:

    Equigranular: ukuran besar butir relatif sama

    Inequigranular: ukuran besar butir tidak sama

    Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi tekstur:

    Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang kecil dan

    dapat dikenali dengan mata telanjang

    Porfiroafinitik bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat dikenali

    dengan mata telanjang.

    Porfiritik: kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar

    (matriks) yang lebih halus.

    Vitrofirik: kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar

    (matriks) gelas/amorf.

  • 9

    1.4 Tekstur batuan beku berdasarkan bentuk geometri kristalnya:

    Tabular (plagioklas, k-felspar)

    Prismatik (piroksen, hornblenda)

    Berlembar (mika)

    Poligonal (k uarsa, olivin)

    1.5 Tekstur batuan beku berdasarkan kesempurnaan bentuk kristalnya/butirnya :

    Bentuk Butir Tekstur Keterangan

    Euhedral Panidiomorfik

    granular

    Sebagian kristal mempunyai batas sempurna

    (euhedral) dan berukuran butir sama

    Subhedral Hypidiomorfik

    Granular

    Batas kristal pe ralihan antara sempurna dan tidak

    beraturan (subhedral) dan berukuran butir sama

    Anhedral Allotrimorfik

    Granular

    Batas kristal tak beraturan (anhedral) dan

    berukuran butir sama

    1.6 Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya :

    a) Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal

    atau bentuk kristal euhedral (sempurna)

    b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan

    subhedral.

    c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang

    berbentuk anhedral.

    2. STRUKTUR BATUAN BEKU

    2.1 Struktur yang berhubungan dengan aliran magma:

    Schlieren: struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau

    memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.

    Segregasi: struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik) yang

    mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan induknya.

    Lava bantal (Pillow lava) : struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat

    interaksi dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana bagian atas

    cembung dan bagian bawah cekung.

  • 10

    2.2 Struktur yang berhubungan dengan pendinginan magma:

    Vesikuler: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava).

    Amigdaloidal: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah diisi

    oleh mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.

    Scorius: vesikuler yang penyebarannya merata.

    Kekar kolom (Columnar joint) : kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus

    arah aliran.

    Kekar berlembar (Sheeting joint) : kekar berbentuk lembaran, biasanya pada

    tepi/atap intrusi besar akibat hilangnya beban atau struktur batuan beku yang terlihat

    sebagai lapisan.

    Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.

    B. Klasifikasi umum berdasarkan pada urut-urutan kristalisasi mineral Seri Bowen

    (mineralogi) serta komposisi SiO2 batuan beku (Tabel 4 dan 5). Klasifikasi ini bukan

    klasifikasi resmi yang dibakukan, tetapi dibuat khusus digunakan dalam praktikum di

    Laboratorium Petrologi - Geologi ITB.

    Tabel 1. Pembagian batuan beku berdasarkan komposisi SiO2 dan mineralogi.

    Keterangan : x : selalu hadir;

    - : tidak hadir;

    x/- : biasanya hadir/kadangkala tidak hadir;

    -/x : biasanya tidak hadir/kadangkala hadir.

  • 11

    Catatan: untuk batuan yang mengandung mineral felspatoid (leusit, nefelin, dll.) dapat

    dipergunakan nama batuan misalnya: nephelinite, leucitite, phonolite, felspathoid syenite,

    leucite basalt, dll.

    Hal-hal utama yang perlu dicatat dalam deskripsi batuan beku :

    1. Warna, sebagai petunjuk awal untuk memperkirakan komposisi kimia dan mineral dari

    batuan.

    2. Tekstur, besar butir, prosentase kehadiran butir (Gambar 6), dan kemas, yang mana

    berhubungan dengan sejarah dan cara kejadian batuan, serta kecepatan dan urutan

    pertumbuhan kristal.

    3. Mineralogi, sebagai petunjuk untuk identifikasi batuan, biasanya di dalam batuan beku

    terdapat antara 2 dan 4 mineral utama.

    4. Inklusi material asing (sebagai tambahan dalam membantu indentifikasi batuan). Inklusi

    ini kadang ditemukan dalam batuan beku dan harus dideskripsikan terpisah, inklusi

    penting ketika kita ingin menilai cara kejadian dan asal tubuh batuan beku.

  • 12

  • 13

  • 14

  • 15

    Kelompok Mineral Kelompok Batuan Beku

    Olivin

    Piroksen

    Plagioklas

    Olivin, piroksen

    Ultramafik dan Ultramafitit

    Olivin, piroksen, plagioklas

    Olivin, plagioklas

    Piroksen, plagioklas

    Gabroid dan Basaltoid

    Piroksen, hornblenda, plagioklas

    Hornblenda, plagioklas

    Hornblenda, biotit, plagioklas,

  • 16

    BATUAN PIROKLASTIK

    Batuan piroklastik:

    Batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan gunung api

    Dicirikan oleh kehadiran material piroklas yang dominan (gelas, kristal, batuan

    vulkanik), butiran yang menyudut, porositas yang relatif tinggi.

    Batuan Epiklastik:

    Batuan hasil rombakan batuan vulkanik maupun batuan lainnya.

    Terdiri dari material hasil rombakan batuan vulkanik (kristal, fragmen batuan) dan

    material non vulkanik.

    Berdasarkan klasifikasi genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis endapan piroklastik

    yaitu:

    1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari letusan

    eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh kembali ke

    bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini umumnya menipis dan

    ukuran butir menghalus secara sistimatis menjauhi pusat erupsi, pemilahannya baik,

    menunjukan grading normal pumis dan fragmen litik, mungkin menunjukan

    stratifikasi internal dalam ukuran butir atau komposisi, komposisi pumis lebih besar

    daripada litik.

    2. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari pergerakan

    lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang tertransport dalam

    matrik fluida (gas atau cairan), material vulkanik ini tertransportasi jauh dari gunung

    api. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading

    normal fragmen litik, dan butiran litik yang padat semakin berkurang menjauhi pusat

    erupsi. Contoh: lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus antara aliran

    temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan oleh fase

    gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan air.

    3. Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), termasuk pergerakan lateral

    fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/gas konsentrasi rendah yang panas.

    Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi bersilang, struktur dunes,

    laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan sedikit menebal di

    bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi.

  • 17

    Tiga jenis fagmen yang ditemukan dalam endapan piroklastik:

    Fragmen dari lava baru atau disebut fragmen juvenil, berupa material padat tidak

    mempunyai vesikuler sampai fragmen lava yang banyak vesikulernya.

    Kristal individu, yang dihasilkan dari fenokris yang lepas dalam lava juvenil sebagai

    hasil fragmentasi.

    Fragmen litik, termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan piroklastik, tetapi

    sering terdiri dari lava yang lebih tua.

  • 18

    Tabel 3.5 Klasifikasi Batuan Gunungapi

  • 19

    Tabel 7. Penamaan untuk batuan campuran piroklastik-epiklastik (Schmid, 198

    Gambar 2. Penamaan tuf berdasarkan komposisi penyusun bahan piroklastiknya

  • 20

    Hal-hal yang perlu dideskripsi dalam deskripsi batuan piroklastik:

    1. Warna, deskripsikan warna batuan yang representatif.

    2. Besar butir, deskripsikan mengunakan besar butir/ukuran klast batuan piroklastik (Table

    6).

    3. Komponen, deskripsikan komponen batuan piroklastik:

    Kristal, fragmen kristal

    Fragmen litik: vulkanik atau non vulkanik, polimik atau monomik

    Pumice atau scoria

    Shards, lapili akresionari, vitriklas

    Semen: siliseous, karbonat atau zeolit

    4. Litofasies:

    Masif (tidak berlapis) atau berlapis

    Berlapis: Laminasi : < 1 cm

    Berlapis sangat tipis : 1-3 cm

    Berlapis tipis : 3-10 cm

    Berlapis sedang : 10-30 cm

    Berlapis tebal : 30-100 cm

    Berlapis sangat tebal : > 100 cm

    Masif (tidak bergradasi) atau bergradasi:

    normal ; reverse ; normal-reverse ; reverse-normal

    Kemas: clast-supported atau matrix-supported

    terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk

    Kekar: blocky, prismatik, columnar, platy

    Ketebalan seragam atau tidak seragam

    Ketebalan lateral rata atau tidak rata

    Secara lateral menerus atau tidak menerus

    Cross-bedded, cross-laminated

    5. Alterasi:

    Mineralogi: klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, felspar, hematit

    Distribusi: disseminated, nodular, spotted, pervasive, patchy.

  • 21

  • 22

  • 23

  • 24

  • 25

    BATUAN SEDIMEN

    1. Komposisi sedimen:

    Fragmen mineral/batuan hasil rombakan (terigen)

    Material hasil proses kimiawi (material autigenik): karbonat, fosfat, dll.

    Material allochem (rombakan hasil presipitasi terdahulu): fosil, material organik.

    2. Mineral-mineral dalam batuan sedimen:

    Mineral Autigenic:

    Terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung diendapkan

    Contoh: gipsum, kalsit, anhidrit, oksida besi, halit, glaukonit.

    Mineral Allogenic:

    Terbentuk di luar daerah sedimentasi

    Telah mengalami transportasi dan kemudian diendapkan di daerah sedimentasi

    Harus tahan pelapukan dan tahan terhadap pengikisan selama tranportasi sampai

    pengendapan.

    Tekstur dan mineralogi batuan sedimen dapat merefleksikan lingkungan pengendapan

    batuan sedimen.

    Hal-hal yang mempengaruhi pembentukan batuan sedimen:

    Litologi batuan (batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorfosa, batuan

    piroklastik).

    Stabilitas dari mineral-mineral yang ada

    Kecepatan erosi, banyaknya mineral sedimen yang dapat ditransport turut

    menentukan berapa banyak material yang dapat/akan diendapkan.

    Transportasi pada pembentukan batuan sedimen akan menghasilkan

    sorting/pemilahan dan roudness/kebundaran.

    Pembagian batuan sedimen berdasarkan tekstur:

    Batuan sedimen bertekstur klastik

    Batuan sedimen bertekstur non klastik (kristalin)

  • 26

    Batuan sedimen bertekstur non klastik (kristalin):

    Umumnya terdiri dari mineral autigenik

    Pada P dan T tertentu seringkali memperlihatkan gejala diagenesa, akibatnya

    porositas batuan menjadi sangat rendah atau hilang.

    Porositas primer rendah dan memperlihatkan tekstur mozaik (contoh: batugamping).

    Kadang-kadang terdapat butiran yang amorf (seperti kalsedon & opal) sebagai

    semen.

    Ukuran Besar Butir (mm) Nama Besar Butir

    1 2 Very coarsely crystalline

    0,5 1 Coarsely crystalline

    0,25 0,5 Medium crystalline

    0,125 0,25 Finely crystalline

    0,063 0,125 Very finely crystalline

    0,004 0,063 Microcrystalline

    < 0,004 Cryptocrystalline

    Tabel . Besar butiran batuan sedimen non klastik

    Batuan sedimen bertekstur klastik:

    Terdiri dari material detritus (hasil rombakan: pecahan), memperlihatkan tekstur

    klastik (butiran berukuran lempung sampai bongkah)

    Memperlihatkan berbagai struktur sedimen

    Proses : pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi

    Dapat dipelajari tentang sumber material (provenance), lingkungan

    pengendapan/fasies, diagenesa

    Besar butir (grain size): unsur utama dari tekstur klastik, yang berhubungan dengan tingkat

    energi pada saat transportasi dan pengendapan. Klasifikasi besar butir diterangkan sebagai

    berikut dengan menggunakan skala Wentworth (Tabel dan Gambar ).

    Uukuran Besar Butir (mm) Nama Besar Butir

    > 256 Boulder / bongkah

    64 256 Couble / berangkal

    4 64 Pebble / kerakal

  • 27

    2 4 Granule / kerikil

    1 2 Very coarse sand / pasir sangat kasar

    - 1 Coarse sand / pasir kasar

    1/4 1/2 Medium sand / pasir sedang

    1/8 1/4 Fine sand / pasir halus

    1/16 1/8 Very fine sand / pasir sangat halus

    1/256 1/16 Silt / lanau

    < 1/256 Clay / lempung

    Tabel . Klasifikasi besar butir menggunakan skala Wentworth

    Gambar Komparator besar butir

    Unsur-unsur tekstur batuan sedimen klastik:

    Butiran (grain): butiran klastik (yang tertransport) disebut sebagai fragmen.

    Masa dasar (matrix): lebih halus dari butiran/fragmen, diendapkan bersama-sama

    dengan fragmen.

    Semen (cement): berukuran halus, mengikat butiran/fragmen dan matrik, diendapkan

    setelah fragmen dan matrik .

    Pemilahan/sorting: derajat kesamaan atau keseragaman antar butir.

  • 28

    Kebundaran/roundness: menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut butiran, yang

    mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.

    Gambar 12. Derajat Kebundaran

    Kemas/fabric: merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir dan

    packing, secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi

    serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan. Kemas: - terbuka: kontak antar butiran

    tidak bersentuhan, - tertutup: kontak antar butiran bersentuhan.

    Struktur batuan Sediment:

    Perlapisan: - Lapisan: tebal > 1 cm

    - Laminasi: tebal < 1 cm

    Jenis perlapisan: Perlapisan sedimen

    Paralel lamination

    Cross lamination/cross beds

    Convolute lamination

    Gradded bedding

    Injection structures (sandstones dykes)

    Struktur di bidang perlapisan:

    Di bagian bawah : load cast, flute cast

    Di bagian atas : ripple marks, mud cracks, organic marks (tracks & trails, burrow)

    1. Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan (lithifikasi)

    Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan dapat terjadi di

    bagian atas lapisan, sebelum lapisan atau endapan yang lebih muda atau endapan baru

    di endapkan. Struktur sedimen ini merupakan hasil kikisan, 'scour marks', 'flutes', 'grooves',

    'tool marking' dan sebagainya. Struktur-struktur ini sangat penting untuk menentukan arah

    aliran atau arah sedimentasi.

  • 29

    2. Struktur yang terbentuk setelah proses pengendapan (Sekunder)

    Struktur ini terbentuk selepas sedimen terendap. Ini termasuklah struktur beban,

    'pseudonodules' dimana sebahagian lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur

    di bawahnya, laminasi konvolut (convolute lamination) dan sebagainya. Struktur nendatan,

    hasil dari pergerakan mendatar sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam

    struktur selepas endapan. Nendatan boleh berlaku di tebing sungai, delta dan juga laut dalan

    dan ianya sangat berguna untuk menentukan arah cerun kuno.

    Struktur sedimen sekunder (post-deposition structures), struktur sedimen yang

    terbentuk setelah proses litifikasi.

    Struktur sedimen sekunder meliputi:

    Struktur erosional, terbentuk karena erosi, contohnya: flute cast, groove cast, tool

    marks, scour marks, channel, dll.

    Struktur deformasi, terbentuk oleh adanya gaya, contohnya: slump, convolute, sand

    dyke, dish, load cast, nodule, dll.

    Struktur biogenik, terbentuk oleh adanya aktivitas makhluk hidup, contohnya:

    bioturbation, trace fossils, rootlet bed, dll

    3. Struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer)

    Struktur yang terbentuk semasa proses pengendapan, antara lain adalah perlapisan

    mendatar (flat bedding), perlapisan silang-siur (cross bedding), laminasi sejajar (paralel

    lamination), dan laminasi ripple mark.

    Struktur sedimen primer (depositional structures), struktur sedimen yang terbentuk

    bersamaan dengan terbentuknya suatu batuan, contohnya adalah: graded bedding, parallel

    lamination, ripple mark, dune and sand wave, cross stratification, shrinkage crack (mud

    crack), flacer, lenticular, dll.

  • 30

  • 31

  • 32

    Hal-hal lain yang juga perlu dideskripsi:

    Pencampuran batuan:

    - karbonatan : bila pencampurnya material karbonat

    - karbonan : bila pencampurnya karbon

    Fragmen pembentuk batuan: kuarsa, sediment (k-felspar dan plagioklas), fragmen

    batuan (batuan beku, batuan sediment, batuan metamorf, batuan piroklastik)

    Semen dan matrik:

    - semen karbonat, sedime, oksida besi, anhidrit, glaukonit

    - matrik pasir, lanau, lempung

  • 33

    Warna/kilap: deskripsikan warna batuan yang representative (misalnya : abu-abu dengan

    garis-garis hitam, abu-abu, hitam mengkilat, dll.)

    Mineral sedikit: glaukonit, pirit, hematit, piroksen, olivin, biotit, muskovit, karbon, dll.

    Kandungan fosil (bila ada dan sebutkan jenisnya, misalnya foraminifera, dll.)

    Struktur sediment yang ada: perlapisan, graded bedding, laminasi sejajar, dll.

    Porositas: - baik : bila menyerap air

    - buruk : bila tidak menyerap air

    - sedang : diantara porositas baik dan buruk

    Kekompakan: mudah diremas, getas, kompak, lunak, padat, keras, dll. (deskripsikan

    kekompakan yang representative).

    Tabel 10. Sifat sifat Litologi

    Keterangan : x : sifat yang selalu dimiliki

    - : sifat yang tidak dimiliki

    x/- : sifat yang bisa dimiliki atau tidak dimiliki

    x* : yang dideskripsi adalah pembentuk batuan tersebut.

    Penggolongan Batuan Sedimen berdasarkan proses-proses pembentukan Koesoemadinata,

    1985):

    Sedimentasi mekanis: batulanau, batulempung, serpih, napal, batupasir, konglomerat,

    breksi, kalkarenit, batugamping klastik, batugamping bioklastik, batugamping oolit.

    Sedimentasi Organis: batubara, batugamping terumbu, batugamping bioklastik,

    radiolarit, diatome.

  • 34

    Sedimentasi Kimiawi: batugamping kristalin, dolomit, batugamping oolit, gips, anhidrit,

    batugaram, napal, flint, chert, fosforit.

    Penggolongan Batuan Sedimen Berdasarkan asal-usulnya

    Klastik

    Terigenous

    Endapan biokimia

    biogenik organic

    Pengendapan

    Kimia

    Volkaniklastik

    Batupasir,

    mudrock,

    konglomerat,

    breksi

    Batugamping, dolomit,

    rijang, fosfat, batubara

    Ironstones,

    evaporite

    Tufa, aglomerat

    Tabel. Penggolongan Batuan Sedimen Berdasarkan asal-usulnya

    Gambar. Golongan batuan sedimen utama serta proses-proses pembentukannya

    (Koesoemadinata,1985)

  • 35

    Tabel. Klasifikasi penamaan batuan sedimen

    Macam-macam batuan sedimen silisiklastik:

    Berbutir sedang-kasar: batupasir, konglomerat, breksi

    Berbutir halus: mudrock

    Kandungan fosil

    Yang dapat ditentukan di lapangan tentu saja fosil-fosil yang bersifat makro (besar).

    Dalam penentuannya, sebutkan minimal kelas atau filumnya, jika ia berongga atau bolong

    bolong maka itu adalah koral (filum coelenterata, artinya rongga), jika ia memiliki dua

    cangkang yang tidak sama besar (memiliki bagian ventral dan dorsal) maka itu adalah

    brachiophoda, jika ia memiliki dua cangkang yang sama besar, maka itu adalah moluska.

    Jika ia berbentuk menyerupai keong mas, maka itu adalah gastrophoda, dan jika ia berbentuk

    seperti bintang laut, maka itu adalah echinodermata, dll.

  • 36

    Grafik Log

    Metode standar yang digunakan untuk merekonstruksi dalam pengumpulan data

    lapangan pada batuan sedimen adalah dengan menggunakan grafik log. Grafik log

    memberikan kenampakan visual suatu singkapan (stasiun), dan merupakan cara yang mudah

    untuk membuat korelasi dan perbandingan antara suatu singkapan (stasiun) yang berbeda

    (pengulangan fasies, siklus sedimen, dll).

    1. BATUPASIR

    Klasifikasi Batupasir

    1. Batupasir Silisiklastik (butiran terigen)

    Batupasir Epiklastik: endapan yang berasal dari rombakan batuan terdahulu akibat

    pelapukan dan erosi, termasuk batuan volkanik dan non-volkanik

    Batupasir Volkaniklastik: terdiri dari material volkanik (hasil rombakan maupun

    yang tidak), termasuk endapan piroklastik dan endapan epiklastik.

  • 37

    2. Batupasir Non-Silisiklastik (butiran karbonat dan evaporit)

    Batupasir

    Tekstur: ukuran butiran (pasir 0.125 - 2.00 mm), bentuk butiran (menyudut,

    membundar, dll.), sorting, kemas butiran (mencakup orientasi, grain packing, grain

    contact, hubungan butiran dan matriks), textural maturity, porositas, permeabilitas,

    struktur sedimen.

    Textural maturity:

    - Texturally immature sediment: matriks dominan, sortasi buruk, butiran

    menyudut.

    - Texturally mature sediment: matriks sedikit, sortasi sedang-baik, butiran

    membundar tanggung-membundar.

    Komposisi: butiran (fragmen batuan/litik, kuarsa, felspar, dan mineral-mineral

    lainnya), matrik, dan semen.

    Klasifikasi batupasir

    Parameter:

    - butiran (stabil dan tak stabil) : kuarsa, felspar, fragmen litik

    - matriks lempung (hasil rombakan atau alterasi batuan)

    - kehadiran matriks lempung: arenit (matriks < 15%)

    - wacke (matriks > 15%)

    Pembagian secara umum (Gilbert, 1982), dan Folk, 1974): batupasir kuarsa, batupasir

    arkose, batupasir litik, batupasir greywacke.

    Batupasir kuarsa (Quartz Arenites): berasosiasi dengan sedimen eolian, beach,

    shelf (lingkungan kerak yang stabil), tingkat maturity : mature hingga supermature,

    interbedded dengan shallow marine limestones, umumnya struktur sedimennya lapisan

    bersilang, mineralogi kuarsa, rijang kuarsit lebih besar dari 90%, semen silika, karbonat,

    hematit.

    Batupasir arkose (Arkoses): butiran felspar prosentasenya tinggi, warnanya merah

    atau pink, lingkungan non marin sering fluviatil pada iklim semi-arid, tingkat maturity:

    immature atau submature, mineralogi: kuarsa fragmen

    litik 10-75% (rata-rata 20-40%), semen karbonat, silika felsfar, hematit, mineral sulfat (barit,

    pirit, mineral lempung).

  • 38

    Batupasir Litik (Litharenites): penamaan tergantung dari jenis fragmen batuan

    yang hadir, lingkungan deltaik atau fluviatil, mineralogi fragmen litik 10-80%, felsfar,

    kuarsa, semen karbonat, silika, mineral lempung, oksida besi, pirit, matrik lempung/klorit

    (kalau ada).

    Batupasir wacke (Greywackes): sebagian besar keras dan berwarna abu-abu gelap

    dengan matriks melimpah, felspar dan butiran litik umumnya hadir, diendapkan oleh arus

    turbidit pada cekungan air dalam, menunjukan struktur sedimen turbidit.

    Gambar 14. Klasifikasi batupasir (Gilbert, 1982)

  • 39

    Gambar 15. Klasifikasi batupasir (Folk, 1974).

    2. KONGLOMERAT DAN BREKSI

    Kenampakan yang penting untuk mendiskripsi batuan ini adalah jenis klastik yang hadir dan

    tekstur batuan tersebut. Berdasarkan asal-usul klastik penyusun konglomerat dan breksi:

    Klastik intraformasi, berasal dari dalam cekungan pengendapan, banyak fragmen

    mudrock atau batugamping mikritik yang dilepaskan oleh erosi atau pengawetan

    sepanjang garis pantai.

    Klastik ekstraformasi, berasal dari luar cekungan pengendapan dan lebih tua dari

    pada sedimen yang melingkupi cekungan tsb.

    Jenis konglomerat berdasarkan macam klastik:

    Konglomerat polimiktik: terdiri dari bermacam-macam jenis klastik yang berbeda.

    Konglomerat monomitik/oligomiktik: terdiri dari satu jenis klastik.

  • 40

    Konglomerat dan breksi terutama diendapkan pada lingkungan glasial, alivial fan dan

    braided stream. Konglomerat yang re-sedimen diendapkan dalam lingkungan deep water

    biasanya berasosiasi dengan turbidit.

    3. MUDROCK

    Mudrock adalah istilah umum untuk batuan sedimen yang disusun terutama oleh partikel

    berukuran lanau-lempung, mineral lain mungkin juga hadir. Mudrock diendapkan terutama

    dalam lingkungan river floodplain, lake, low energy shoreline, delta, outer marine shelf dan

    deep ocean basin.

    Gambar 16. Skema untuk mendeskripsi batuan berukuran pasir-lanau-lempung

  • 41

  • 42

  • 43

  • 44

    4. BATUAN KARBONAT (BATUGAMPING DAN DOLOMIT)

    4.1 Batuan karbonat

    semua batuan yang terdiri dari garam karbonat, dalam prakteknya terutama berupa

    batugamping dan dolomit.

  • 45

  • 46

    Komponen pembentuk batuan karbonat:

    1. Butiran karbonat (allochems):

    Butiran skeletal: fragmen bagian yang keras dari organisme yang kalkareous dan

    cangkang yang tidak pecah seperti moluska, echinoid, ostrakoda, dan foraminifera.

    Ooid: berbentuk speroidal, butiran berukuran pasir terdiri dari korteks (kulit luar)

    aragonit atau kalsit yang dibentuk oleh akresi kimia di sekitar inti partikel.

    Pellets: berbentuk speroidal atau elipsoid, berukuran pasir, terdiri dari mikrit, tidak

    punya struktur dalam.

    Litoklas: fragmen batuan karbonat

    - Intraklas: fragmen batuan karbonat yang terbentuk lebih awal (berasal dari

    cekungan yang sama)

    - Ekstraklas: fragmen batuan karbonat dari umur yang berbeda atau berasal dari

    cekungan yang berbeda

    2. Matrik lumpur karbonat (mikrit): agregat (kumpulan) kalsit mikrogranular.

    3. Semen spar: kalsit granular yang terekristalisasi dalam ruang kosong dalam endapan

    karbonat atau batugamping, terutama dalam ruang kosong antar butir dan dalam rongga fosil.

    Komposisi kimia/mineral:

    Aragonit CaCO3 (ortorombik): hasil presipitasi langsung dari air laut, bentuk serabut,

    tidak stabil

    Kalsit CaCO3 (heksagonal): mineral lebih stabil, berbentuk hablur yaang baik/spar, kalsit

    bila diberi alizarin red menjadi merah

    Dolomit CaMg(CO3)2: berbentuk belah ketupat, tidak bereaksi dengan alizarin red,

    kebanyak hasil dolomitisasi dari kalsit

    High Magnesium Calcite: larutan padat MgCO3 dalam kalsit

    Magnesit MgCO3: biasanya berasosiasi dengan evaporit

    Siderit FeCO3

    Tekstur batuan karbonat:

    1. Tekstur primer, menyangkut:

    Kerangka organik (organic framework texture)

    Klastik (clastic texture)

    Masa dasar (matrix texture)

  • 47

    2. Tekstur sekunder / Tekstur Diagenesa, menyangkut kehabluran / crystalinity yang

    diperlihatkan oleh:

    Semen yang mengisi rongga-rongga antar butir

    Rekristalisasi sebagian atau seluruh masa dasar maupun kerangka/butiran

    Klasifikasi Batuan Karbonat

    Klasifikasi Grabau

    berdasarkan ukuran butir: - kalsirudit (> 2mm)

    - kalkarenit (62 mm 2 mm)

    - kalsilutit (< 62 mm)

    Klasifikasi Folk (gb. 10)

    Berdasarkan komposisi: allochem, matiks, dan semen

    Bio (butiran skeletal), oo (ooid), pel (peloid), intra (intraklas)

    macam-macam : Biosparit (komponen bioklas, dominan kalsit spar); pelsparit, oosparit,

    intrasparit, biolithit (berasal dari terumbu)

    Klasifikasi Dunham

    Berdasarkan tekstur proporsi dari butiran vs matriks (Tabel 13)

    Mudstone: lumpur karbonat>>>butiran (mud supported), butiran < 10%

    Wackestone: lumpur karbonat>butiran (grain-mud supported), butiran> 10%

    Packestone: butiran>lumpur karbonat (mud-grain supported)

    Grainstone: butiran>>>lumpur karbonat (grain supported)

    Boundstone: terdiri dari kerangka

    Crystalline carbonate: terdiri dari kristal, tekstur pengendapan tidak diketahui

    Klasifikasi Embry & Klovan

    Berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau pecahan-pecahan

    kerangka (Tabel 15)

    Framestone: terdiri seluruhnya dari kerangka organik seperti koral, bryozoa, ganggang,

    matriks

  • 48

    Rudstone: hasil rombakan suatu terumbu dan terkumpul setempat atau ditransport oleh gaya

    berat, tanpa adanya lumpur gamping diantara fragmen-fragmennya

    Floatstone: terdiri dari potongan-potongan kerangka organik yang mengambang dalam

    lumpur gamping

    Porositas adalah perbandingan jumlah rongga terhadap volume total batuan (%)

    Macam-macam porositas berdasarkan waktu terbentuknya:

    Porositas Primer: terbentuk pada saat diendapkan-diagenesis awal, contoh

    interkristalin, intrakristalin, intergranular, intagranular

    Porositas Sekunder: terbentuk selama diagenesis lanjut mesogenesis-telogenesis,

    contoh porositas yang terbentuk akibat retakan/fracturing, pengkerutan/shrinkage,

    dan pelarutan (butiran, semen, matriks)

    Gambar. Choquete and Pray (1970) mengklasifikasikan porositas batuan karbonat

    berdasarkan tiga kelompok yaitu: tipe fabric selective, tipe not fabric selective dan tipe

    fabric selective or not

    Proses-proses diagenesa:

    sementasi, mikritisasi (oleh organik), disolusi, kompaksi, dolomitisasi, neomorfisme (adalah

    proses penggantian mineral yang sejenis (polimorf); biasanya lebih kasar)

    Mineralogi: aragonit, kalsit, dolomit (karbonat), lain-lain (kuarsa, felspar, mineral

    lempung, fosfat, oksida besi, sulfida, evaporit)

  • 49

    Tiga lingkungan diagenesis (utama):

    marine (dibawah lantai samudera/sea floor); shallow & deep water & zone intertidal -

    supratidal

    near-surface meteoric: terjadi setelah deposisi, atau pada kedaan uplifted setelah burial

    lingkungan burial: 10-ratusan meter: rekristalisasi, metamorfosis

    Sementasi

    isopachous , gravity (stalactitic) & meniscus, fibrous, syntaxial (semen spar kalsit

    melingkupi butiran, dan optis kontinu), equent spar drusty mosaic, poikilotopic (seperti

    syntaxial, tetapi tidak optis kontinu).

  • 50

  • 51

  • 52

  • 53

    BATUAN METAMORF

    Batuan metamorfosa: batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan (P),

    temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya

    perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat),

    dengan temperatur berkisar antara 200-8000C.

    Perubahan yang terjadi pada proses metamorfosa:

    Tekstur dan struktur, yang merefleksikan sejarah pembentukannya

    Asosiasi mineral

    Tipe-tipe metamorfosa:

    Metamorfosa termal/kontak: terjadi akibat perubahan (kenaikan) temperatur (T),

    biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas daerah kontak bisa beberapa

    meter sampai beberapa kilometer, tergantung dari komposisi batuan intrusi dan batuan

    yang diintrusi, dimensi dan kedalaman intrusi.

    Metamorfosa regional/dinamo termal: terjadi akibat perubahan (kenaikan) tekanan (P)

    dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di jalur orogen yang meliputi

    daerah yang luas, perubahan secara progresiv dari P & T rendah ke P & T tinggi.

    Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi: terjadi akibat sesar yang menyebabkan

    terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar (dangkal), milonit, filonit (lebih

    dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.

    Metamorfosa burial: terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di cekungan

    sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.

    Metamorfosa lantai samudera: terjadi akibat pembukaan lantai samudera (ocean floor

    spreading) di punggungan tengah samudera, tempat dimana lempeng (litosfer)

    terbentuk.

  • 54

    Derajat Metamorfosa:

    Gambar 19. Derajat metamorfosa

  • 55

    Struktur batuan metamorfosa:

    Struktur Foliasi (Schistosity): struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral pipih/

    mineral prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa

    kataklastik.

    Struktur Non Foliasi: struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang

    equidimensional, seringkali terjadi pada metamorfosa termal.

    Beberapa struktur yang bersifat foliasi:

    Slaty cleavage:

    struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu sabak/slate.

    mineral mika mulai hadir.

    Filitik:

    Rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage.

    Batuan lebih mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika).

    Mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral granular meskipun belum begitu

    jelas/belum sempurna

    Schistose:

    Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular.

    Mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus.

  • 56

    Sering disebut dengan close schistosity.

    Gneisose:

    Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular.

    Mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus.

    Sering disebut dengan open schistosity.

    Milonitik:

    Menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat.

    Filonitik:

    Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonitik butirannya halus)

    Sudah terjadi rekristalisasi

    Menunjukan kilap silky

    Beberapa struktur yang bersifat non foliasi:

    Granulose:

    Terdiri dari mineral granular.

    Hornfelsik:

    Identik dengan granoblastik namun mineral equidimensional, tidak terorientasi,

    khusus akibat metamorfosa termal.

    Tekstur batuan metamorfosa (tekstur kristaloblastik):

    Lepidoblastik: terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika

    (muskovit, biotit).

    Nematoblastik: terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas,

    k-felspar, piroksen.

    Granoblastik: terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan

    batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.

    Tekstur Homeoblastik: bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik

    saja.

    Tekstur Hetereoblastik: bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya lepidoblastik

    dan granoblastik.

  • 57

    Tekstur khas lainnya:

    Tekstur relic (sisa): tekstur sisa yang terbentuk sebelum metamorfosa (dapat

    menunjukan batuan asal sebelum mengalami proses metamorfosa). Penamaannya

    dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa),

    misalnya :

    - Tekstur blastoporfiritik (batuan asal bertekstur porfiritik)

    - Tekstur blastoofitik (batuan asal bertekstur ofitik)

    Tekstur kristaloblastik: setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.

    Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai untuk memberikan nama

    tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorfosis, misal tekstur

    porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik

    pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.

    Awalan meta untuk memberikan nama batuan metamorf bila masih dikenali sifat

    dari batuan asalnya, misalnya metasedimen, metaklastik, metagraywacke,

    metavolkanik, dsb.

  • 58

    Gambar . Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastik, B. Granoblastik (butir tak

    teratur), C. Schistose dengan porfiroblast, D. Schistose dengan granoblastik lentikuler, E.

    Filitik, F. Gneissose, G. Milonitik, H. Milonitik, I. Granoblastik dalam milonit.

    Gambar. Beberapa bentuk mineral karakteristik batuan metamorf

  • 59

    Bentuk Kristal Mineral

    Euhedral Staurolit, silimanit, kianit, rutil, klorit, ilmenit, turmalin, pirit, lawsonit

    Andalusit, garnet, sfen, epidot, zoisit, magnetit, spinel, ankerit, idokras

    Subhedral Mika & klorit (memipih), amfibol & piroksen (prismatik), wolastonit,

    dolomit & apatit

    Anhedral Kuarsa, felsfar, kalsit, aragonit, olivin, kordierit, scapolit, humites

    Tabel 14. Bentuk mineral karakteristik batuan metamorf

    Bentuk-bentuk individu kristal pada batuan metamorfosa:

    Idioblastik: mineralnya berbentuk euhedral

    Hypidioblastik: mineralnya berbentuk subhedral

    Xenoblastik/alotrioblastik: mineralnya berbentuk anhedral

    Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal:

    Batuan metamorf pelitik, berasal dari batuan lempungan (batulempung, serpih,

    batulumpur); komposisinya banyak mengandung Al2O3, K2O, dan SiO2; batuannya

    kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis, batusabak, dll.; mineralogi: muskovit,

    biotit, kianit, silimanit, kordierit, garnet, stauroeit; secara umum batuan pelitik akan

    berubah menjadi batuan metamorfosis dengan meningkatnya T, akan terbentuk berturut-

    turut : batusabakfilitsekisgenes.

    Batuan metamorf kuarsa-felspatik, berasal dari batupasir atau batuan beku felsik

    (misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO2 tinggi dan MgO serta FeO rendah,

    hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.

    Batuan metamorf karbonatan, berasal dari batuan yang berkomposisi CaCO3

    (batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila batuan asal

    (batugamping) mengandung MgO dan SiO2 diharapkan terbentuk mineral tremolit,

    diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan yang lain, bila batuan asal mengandung

    cukup Al2O3 diharapkan terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblende yang hampir

    mirip dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa.

    Batuan metamorf basa, berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%), batuan

    metamorfnya disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung MgO, FeO, CaO dan

    Al2O3 maka mineral metamorfosanya berupa klorit, aktinolit, epidot (fasies sekis hijau)

  • 60

    dan hornblende (fasies amfibolit), untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan

    ortopiroksen dan plagioklas.

    Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan hasil

    metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah metamorf yang

    mengandung glaukofan.

    Fasies Metamorf:

    Gambar 21. Fasies metamorf

    Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineraloginya:

    Tekstur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan batuan

    metamorf, secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan mencerminkan

    tekstur, misalnya melimpahnya mika akan memberikan tekstur sekistosa pada batuannya.

    Batusabak

    Mineral utama: seringkali masih berupa mineral lempung; mineral tambahan: muskovit,

    biotit, kordierit, andalusit.

    Warna: abu-abu gelap yang mengkilap.

    Struktur: foliasi (sekistose) mulai tampak namun belum jelas (slaty cleavage).

    Tekstur: lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa selang-seling mineral pipih dan

    mineral granular dengan butiran yang halus.

    Metamorfosa: regional.

  • 61

    Filit

    Mineral utam : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan: plagioklas, mineral bijih.

    Warna: terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada batu sabak.

    Struktur: foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu sabak (tekstur filitik).

    Tekstur: mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat perselingan

    antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai lebih kasar daripada batu sabak.

    Metamorfosa: kataklastik.

    Sekis

    Mineral utama: biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit), talk (sekis talk)

    dll.

    Warna: tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih, hitam,

    mengkilap.

    Struktur: foliasi (sekistose tertutup).

    Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih dan mineral

    granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar.

    Metamorfosa: regional.

    Geneis

    Mineral utama: k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa.

    Warna: sesuai dengan batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir arkose.

    Struktur: foliasi (sekistose terbuka/gneisose).

    Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.

    Metamorfosa: regional.

    Migmatit

    Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering memperlihatkan sifat

    yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara metasedimen dan batuan granitis,

    batuan yang demikian ini lazim disebut migmatit, material granitis diperkirakan berasal

    dari luar, hasil dari insitu partial melting atau dapat juga dari segregasi akibat proses

    metamorfosis.

    Struktur: foliasi (sekistose terbuka/gneisose).

    Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.

    Metamorfosa: regional, pada zona T tinggi, dan selalu dijumpai berasosiasi dengan

    batuan granit.

  • 62

    Milonit

    Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa kataklastik.

    Struktur dan tekstur: terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari batuan yang

    tidak hancur berbentuk mata, butiran umumnya halus.

    Tekstur: granoblastik, poikiloblastik, dengan tekstur mosaik.

    Metamorfosa: kataklastik.

    Filonit

    Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah terjadi

    rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit

    Matriks terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat

    halus), menunjukan kilap silky, butiran halus sekali.

    Metamorfosa: kataklastik.

    Kuarsit

    Mineral utama: kuarsa, mineral tambahan: muskovit, biotit, k-felsfar, mineral bijih.

    Warna: putih terang, warna lainnya tergantung warna mineral tambahannya.

    Struktur: masif, kadang-kadang berfoliasi.

    Tekstur: granoblastik tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal.

    Metamorfosa: regional dan termal

    Serpentinit

    Mineral utama: serpentin, mineral tambahan: mineral bijih, mineral sisa: olivin,

    piroksen.

    Warna: hijau terang hijau kekuningan

    Struktur: masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa dari peridotit.

    Tekstur: lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen (bastit).

    Metamorfosa: regional

    Amfibolit

    Mineral utama: amfibol, plagioklas, mineral tambahan: kuarsa, epidot, klorit, biotit,

    garnet, mineral bijih.

    Warna: hijau/hitam bintik-bintik putih atau kuning.

    Struktur: masif atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari metagabro atau meta

    lava basal.

  • 63

    Tekstur: idioblastik/nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik (plagio-klas),

    lepidoblastik (biotit), porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-kasar.

    Metamorfosa: regional

    Granulit

    Mineral utama: kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikit mika.

    Warna: bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya.

    Struktur: masif dengan besar butir bervariasi.

    Tekstur: granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa berbentuk pipih, berukuran

    sedang-kasar.

    Metamorfosa: regional

    Eklogit

    Batuan metamorf berkomposisi basik, mineral utama: ompasit (klinopiroksen), garnet,

    kuarsa.

    Warna: hijau-merah dengan bintik-bintik.

    Struktur: masif dengan besar butir bervariasi.

    Tekstur: granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran sedang-kasar.

    Metamorfosa: regional

    Marmer

    Mineral utama: kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada mineral

    bijih atau oksida besi.

    Warna: putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat dan merah.

    Struktur: masif dengan besar butir bervariasi.

    Tekstur: granoblastik dengan tekstur sacaroidal.

    Metamorfosa: kontak dan regional

    Hornfels

    Mineral utama: andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar.

    Warna: terang, merah, coklat, ungu dan hijau.

    Struktur: masif kadang-kadang dengan sisa foliasi.

    Tekstur: hornfelsik, granoblastik, poikiloblastik, kadang-kadang porfiro-blastik, dengan

    tekstur mosaik, butiran ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus.

    Metamorfosa: kontak.

  • 64

    Tabel 15. Tabel determinasi batuan metamorf

  • 65

    Diagram 3. Langkah kerja pendeskripsian batuan metamorf

    No. Batuan:

    BB-01/BB-02, dll.

    Warna:

    Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll (warna yang representatif)

    Struktur:

    Komposisi Mineral:

    Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)

    Nama Batuan:

    Hornfels/Sekis/Gneis/Marmer, dll.

    Struktur foliasi:

    Slaty cleavage/filitik/sekistose/gneisose

    Struktur non foliasi:

    Granulose/hornfelsik

    Tekstur:

    Homeoblastik:

    Lepidoblastik atau nematoblastik atau

    granoblastik atau granuloblastik

    Heteroblastik:

    Lepidoblastik dan atau nematoblastik dan atau

    granoblastik dan atau granuloblastik

  • 66

    GEOLOGI STRUKTUR

    A. Struktur Bidang

    Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang. Kedudukan awal

    struktur bidang (bidang perlapisan) pada umumnya membentuk kedudukan horizontal.

    Kedudukan ini dapat berubah menjadi miring jika mengalami deformasi atau pada kondisi

    tertentu, misalnya pada tepi cekungan atau pada lereng gunung api, kedudukan miringnya

    disebut initial dip. Di samping struktur perlapisan, struktur geologi lainnya yang membentuk

    struktur bidang adalah: bidang kekar, bidang sesar, bidang belahan, bidang foliasi dll.

    Istilah-istilah struktur bidang :

    Jurus (strike) : arah garis horisontal yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang

    yang bersangkutan dengan bidang bantu horisontal, dimana besarnya jurus / strike

    diukur dari arah utara.

    Kemiringan (dip) : besarnya sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang

    miring yang bersangkutan dengan bidang horisontal dan diukur tegak lurus

    terhadap jurus / strike.

    Kemiringan semu : sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan (apparent dip)

    dengan bidang horisontal dan pengukuran dengan arah tidak tegak lurus jurus.

    Arah kemiringan : arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah (dip direction)

    miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.

    Notasi penulisan :

    Sistem Azimuth:

    N X E / Y

    dimana :

    X : jurus / strike, besarnya 0 - 360

    Y : kemiringan / dip, besarnya 0- 90

    Contoh : N 042 E / 78 (notasi ini menunjukkan struktur bidang yang diukur

    miring ke arah tenggara)

    Sistem Kuadran :

    ( N / S) A ( E / W) / BC

    dimana :

    A : strike, besarnya 0 - 360

  • 67

    B : dip, besarnya 0 - 90

    C : dip direction, menunjukkan arah kemiringan (dip)

    Contoh: N 35 W / 30 SW atau S 35 E / 30 SW. (dalam sistem Azimuth:

    N 145 E / 30)

    Besar Kemiringan (dip), Arah Kemiringan (dip direction)

    Misalnya dalam sistem Azimuth ditulis dengan notasi N 145 E / 30, maka penulisan

    berdasarkan sistem "dip, dip direction" dapat ditulis dengan notasi 30, N 2350E.

    Petunjuk praktis : Arah kemiringan / dip direction =jurus + 90

  • 68

    B. Struktur garis

    Struktur garis adalah struktur batuan yang membentuk geometri garis, antara lain gores

    garis, sumbu lipatan, dan perpotongan dua bidang. Berdasarkan saat pembentukannya,

    struktur garis dapat dibedakan menjadi struktur garis primer yang meliputi: liniasi atau

    penjajaran mineral-mineral pada batuan beku tertentu, dan arah liniasi struktur sediment.

    Struktur garis sekunder yang meliputi: gores garis, liniasi memanjang fragmen breksi sesar,

    garis poros lipatan dan kelurusankelurusan dari topografi, sungai dan sebagainya.

    Kedudukan struktur garis dinyatakan dengan istilah-istilah : arah penunjaman (trend),

    penunjaman (plunge, baca : planj), arah kelurusan (bearing, baca : biring) dan rake

    atau pitch.

    Definisi Istilah - istilah dalam Struktur Garis :

    Arah penunjaman (trend) : Azimuth yang menunjukkan arah penunjaman garis

    tersebut, dan hanya menunjukkan satu arah tertentu.

    Arah kelurusan (bearing) : Azimuth yang menunjukkan arah kelurusan garis

    tersebut.Kelurusan ini memiliki dua pembacaan dimana salah satu arahnya

    merupakan sudut pelurusnya.

    Plunge : Dip penunjaman.

    Rake/pitch : Besar sudut antara struktur garis dengan garis horisontal yang diukur

    pada bidang dimana garis tersebut terdapat dan membentuk sudut terkecil (sudut

    lancip)

    Penulisan struktur garis dengan cara ini dapat dilakukan berdasarkan sistem azimuth

    dan sistem kuadran, yaitu:

    A. Sistem Azimuth: Y, N XE

    dimana :

    Y = penunjaman / plunge, besarnya,0 - 90

    X = arah bearing, besarnya 0 -360

    contoh : 78, N 042 E

    B.Sistem Kuadran : tergantung pada posisi kuadran

    Contoh : 45 SE, S 065 E (atau dalam sistem azimuth sama dengan 45, N 115 E)

    45 NW, S 065 E (atau dalam sistem azimuth sama dengan 45, N 295 E).

  • 69

    Cara Pengukuran Struktur Garis Dengan Kompas Geologi :

    a. Cara pengukuran struktur garis yang mempunyai arah penunjaman (trend)

    b. Cara pengukuran struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend)

    a. Cara pengukuran struktur garis yang mempunyai arah penunjaman (trend)

    Cara pengukuran arah penunjaman (trend ) :

    1. Menempelkan alat bantu (buku lapangan atau clipboard) pada posisi tegak dan sejajar

    dengan arah yakni struktur garis yang diukur.

    2. Menempelkan sisi W atau E kompas pada posisi kanan atau kiri alat bantu

    3. dengan visir kompas (sigthing arm) mengarah pada penunjaman struktur garis

    tersebut.

    4. Menghorizontalkan kompas (nivo mata sapi dalam keadaan horizontal/gelembung

    berada di tengah nivo), maka harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah

    harga arah penunjamannya (trend).

    Cara pengukuran sudut penunjaman (plunge) :

    1. Menempelkan sisi W kompas pada sisi atas alat bantu yang masih dalam keaadan

    vertikal.

    2. Memutar klinometer hingga gelembung pada nivo tabung berada di tengah nivo dan

    besar sudut penunjaman (plunge) merupakan besaran sudut vertikal yang

    ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer.

    Cara pengukuran Rake/Pitch :

    1. Membuat garis horizontal pada bidang dimana struktur garis tesebut terdapat (garis

    horizontal sama dengan jurus dari bidang tersebut) yang memotong struktur garis.

    2. Mengukur besar dari sudut lancip yang dibentuk oleh garis horizontal (dengan

    menggunakan busur derajat).

    Cara pengukuran arah kelurusan (bearing) :

    1. Arah visir kompas sejajar dengan unsur-unsur kelurusan struktur garis yang

    akan diukur, misalnya sumbu terpanjang pada fragmen breksi sesar.

    2. Menghorizontalkan kompas (gelembung nivo mata sapi berada di tengah nivo),

    dengan catatan, posisi kompas masih seperti no.1 tersebut di atas, maka harga yang

    ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga arah bearing-nya.

  • 70

    b. Cara pengukuran struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend ) /

    horizontal (pengukuran kelurusan/ linement)

    Adapun yang termasuk struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend)

    umumnya berupa arah-arah kelurusan, misalnya : arah liniasi fragmen breksi sesar, arah

    kelurusan sungai, dan arah kelurusan gawir sesar. Jadi yang perlu diukur hanya arah

    kelurusan (bearing) saja.

    Istilah-istilah dalam struktur lipatan :

    1. Anticline (antiforms), merupakan unsur struktur lipatan, dengan bentuk yang konvex ke

    atas, sedangkan syncline (sinforms) adalah lipatan yang konkav ke atas.

    2. Limb (sayap), adalah bagian dari lipatan yang terletak downdip, dimulai dari lengkungan

    maksimum suatu anticline atau updip bila dari lengkung sayap yang curam pada bentuk

    lipatan yang tidak simetri. Back Limb adalah sayap lipatan yang landai, Fore Limb adalah

    sayap lipatan yang curam

    3. Axial Line (garis poros), merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari

    lengkungan maksimum pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lipatan.

    Kedudukan dari pada axial line dinyatakan dengan cara menyebutkan arahnya, atau

    bearing dan besarnya plunge.

    4. Axial Surface, permukaan khayal dimana terdapat semua axial line dari suatu lipatan.

    Pada beberapa lipatan, permukaan ini dapat merupakan suatu bidang planar, dan

    dinamakan axial plane.

    5. Crestal Line (garis puncak), suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi

    pada setiap permukaan lapisan dari suatu antiklin.

    6. Hinge adalah pelengkungan maksimum dari lipatan

    7. Crest adalah puncak tertinggi dari lipatan

    8. Trough adalah titik dasar terendah dari lipatan

    9. Trough line adalah garis khayal yang menghubungkan titik terendah pada suatu sinklin.

    10. Plunge adalah sudut penunjaman dari axial line terhadap bidang horisontal dan diukur

    pada bidang vertikal.

    11. Rake adalah sudut antara axial line/hinge dengan bidang/garis horizontal yang diukur

    pada axial plane/surface

    12. Bearing adalah sudut horizontal dihitung terhadap arah tertentu dan merupakan arah

    penunjaman axial line

  • 71

    Beberapa unsur geometri sesar yang perlu diketahui, antara lain :

    Fault surface (Bidang Sesar) adalah bidang pecah pada batuan yang disertai oleh

    adanya pergeseran

    Fault line (Garis Sesar) adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar

    dengan permukaan bumi.

    Fault trace adalah jejak sesar

    Fault outcrop adalah singkapan sesar

    Fault scarp adalah gawir sesar

    Fault zone adalah zona sesar

    Fault wall adalah dinding sesar

    Hanging Wall adalah blok yang berada di atas bidang sesar

    Foot Wall adalah blok yang berada di bawah bidang sesar

    Hade adalah sudut lancip antara bidang sesar dengan bidang vertikal

    Slip adalah pergeseran relatif antara dua titik yang sebelumnya saling berimpit.

    Strike slip fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang sejajar dengan jurus

    bidang sesarnya.

    Dip slip fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang tegak lurus terhadap jurus

    bidang sesarnya atau sejajar dengan arah kemiringan bidang sesarnya.

    Heave adalah jarak pergeseran pada bidang horisontal

    Throw adalah jarak pergeseran pada bidang vertikal

    True displacement adalah arah dan besarnya jarak pergeseran blok yang sebenarnya

    Dip of fault adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar dengan bidang horisontal

    Strike of fault adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar dengan bidang

    horisontal.

    Sense of displacement adalah gerak relatif suatu blok terhadap blok yang berada

    dihadapannya ( Untuk strike slip adalah sinistral atau dekstral, sedangkan untuk dip slip

    adalah normal atau naik).

    Separation atau pergeseran semu adalah jarak tegak lurus antara dua blok yang bergeser

    dan diukur pada bidang sesar.

    Strike separation adalah komponen separation yang diukur sejajar terhadap jurus

    bidang sesar.

  • 72

    Dip separation adalah komponen separation yang diukur sejajar dengan kemiringan

    bidang (dip) sesar.

    Slicken side atau cermin sesar adalah bidang sesar yang permukaannya licin.

    Slicken line atau gores garis adalah jejak pergeseran berupa garis-garis lurus (kadang

    melengkung) yang disebabkan oleh gerusan antar blok yang saling bergesekan.

    Pitch adalah sudut lancip yang dibentuk antara gores garis dengan jurus bidang sesar.

  • 73

  • 74

  • 75

  • 76

  • 77

  • 78

  • 79

    PEMETAAN GEOLOGI

    Metode yang digunakan untuk menentukan sebaran batuan berdasarkan singkapan

    batuan yang diketahui jurus dan kemiringan lapisan batuannya. Untuk menentukan

    sebarannya dilakukan langkah langkah sebagai berikut:

    1. Membuat garis kontur struktur melalui titik P (batas kontak batuan pada ketinggian 900

    meter). Kontur struktur 900 dibuat melalui titik P yang merupakan kelanjutan dari jurus

    perlapisan batuan. Batas sebaran kontak batuan adalah perpotongan antara garis kontur

    struktur dengan kontur topografi pada ketinggian yang sama, yaitu pada kontur 900 meter.

    (gambar a).

    2. Garis kontur struktur 880, 860, 840 dibuatdengan cara menarik garis yang sejajar dengan

    garis struktur 900. Posisi garis kontur struktur 880, 860, 840 akan berada dibagian selatan

    dari garis kontur struktur 900 karena arah kemiringan lapisan ke arah selatan (gambar b).

    3. Penyebaran kontak batuan ditentukan berdasarkan perpotongan antara kontur struktur

    dengan kontur topografi (kontur struktur900 dengan kontur topografi 900, kontur

  • 80

    struktur 880 dengan kontur topografi 880, kontur struktur 860 dengan kontur topografi

    860, dan kontur struktur 840 dengan kontur topografi 840.

    4. Perpotongan kontur struktur dan kontur topografi 900 berpotongan di 2 titik, kontur 880

    berpotongan di 2 titik, kontur 860 juga 2 titik, demikian juga perpotongan kontur 840

    juga ada 2 titik. Penyebaran kontak batuan dibuat dengan cara menghubungkan titik-titik

    perpotongan tersebut seperti diperlihatkan pada gambar c dengan garis putus putus.

    Penyebaran singkapan batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu urutan

    perlapisan batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat sebagai lapisan

    lapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, batasbatas lapisan akan

    mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan terhadap peta topografi. Aturan yang

    dipakai adalah, bahwa suatu batuan akan tersingkap sebagai titik, dimana titik tersebut

    merupakan perpotongan antara ketinggian (dalam hal ini dapat dipakai kerangka garis

    kontur) dengan lapisan batuan (dalam hal ini dipakai kerangka garis jurus) pada ketinggian

    yang sama ( Gambar 7.5).

  • 81

  • 82

    Gambar 7.6 : Pola singkapan menurut hukum V : a. Lapisan horizonta b. Lapisan dengan

    kemiringan berlawanan dengan arah aliran c. Lapisan vertikal d. Lapisan dengan

    kemiringan searah dan lebih besar dengan arah aliran e. Lapisan dengan kemiringan searah

    dan sama besar dengan arah aliran f. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih kecil

    dengan arah aliran.

    Untuk menggambarkan kedudukan lapisan pada penampang, dapat dilakukan

    penggambaran dengan bantuan garis jurus (Gambar 7.10), yaitu dengan memproyeksikan

    titik perpotongan antara garis penampang dengan jurus lapisan pada ketinggian sebenarnya.

    Apabila penampang yang dibuat tegak lurus pada jurus lapisan, maka kemiringan lapisan

    yang nampak pada penampang merupakan kemiringan lapisan sebenarnya, sehingga

    kemiringan lapisan dapat langsung diukur pada penampang, akan tetapi bila tidak tegak

    lurus jurus, kemiringan lapisan yang tampak merupakan kemiringan semu, sehingg harus

    dikoreksi terlebih dahulu dengan menggunakan tabel koreksi atau secara grafis.

  • 83

  • 84

  • 85

    GEOMORFOLOGI

    Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) =

    bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu. Jadi, Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari

    tentang bentuk permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung terhadap permukaan

    bumi sejak bumi terbentuk sampai sekarang.

  • 86

  • 87

  • 88

    Gambar 1. Pola aliran dendritic

    Gambar 5. Pola aliran Annular

  • 89

  • 90

  • 91

  • 92

  • 93

  • 94

  • 95

    STRATIGRAFI

    1. Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan

    (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.

    2. Sandi Stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi ataupun

    tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun pengertian nama-

    nama tersebut.

    3. Satuan Litostratigrafi adalah menggolongkan batuan di bumi secara bersistem menjadi

    satuan-satuan bernama yang bersendi pada ciri-ciri litologi.

    Satuan litostratigrafi yang paling mendasar antara lain :

    Formasi, merupakan satuan stratigrafi yang secara litologi dapat dibedakan

    dengan jelas dan dengan skala yang cukup luas cakupannya untuk dipetakan di

    permukaan atau ditelusuri dibawah permukaan. Formasi dapat terdiri dari satu

    litologi atau beberapa litologi yang berbeda.

    Anggota, merupakan bagian dari formasi (formasi dapat terbagi menjadi beberapa

    satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut anggota).

    Perlapisan, merupakan bagian dari anggota (anggota dapat terbagi menjadi

    beberapa satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut perlapisan).

    Kelompok/Grup, kombinasi dari beberapa formasi.

    Supergrup, kombinasi dari beberapa kelompok.

    4. Satuan Litodemik adalah menggolongkan batuan beku, metamorf dan batuan lain yang

    terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi kepada ciri-ciri litologinya.

    5. Satuan Biostratigrafi adalah menggolongkan lapisan-lapisan batuan di bumi secara

    bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasar kandungan dan penyebaran fosil

    6. Satuan Sikuenstratigrafi adalah penggolongan lapisan batuan batuan di bumi secara

    bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasarkan gerak relatif muka laut.

    7. Satuan Kronostratigrafi adalah penggolongan lapisan-lapisan secara bersistem menjadi

    satuan bernama berdasarkan interval waktu geologi.

    8. Satuan Tektonostratigrafi adalah menggolongkan suatu kawasan di bumi, yang tergolong

    pinggiran lempeng aktif, baik yang menumpu (plate convergence) ataupun memberai

    (plate divergence) menjadi mintakat-mintakat (terrances).

    9. Kolom stratigrafi adalah kolom yang menggambarkan susunan dari batuan yang

    memperlihatkan hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua

  • 96

    hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa

    pembentukan batuannya.

    10. Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik kesamaan

    waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan

    kesamaan waktu.

    KORELASI STRATIGRAFI

    Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik kesamaan waktu atau

    penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu.

    Berikut ini adalah beberapa contoh korelasi stratigrafi yang umum dilakukan antara lain:

    1. Korelasi Lithostratigrafi

    Korelasi litostratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan lapisan lapisan

    batuan yang mengacu pada kesamaan jenis litologinya. Catatan: Satu lapis batuan adalah

    satu satuan waktu pengendapan.

    Prosedur dan penjelasan:

    Korelasi dimulai dari bawah dengan melihat litologi yang sama.

    Korelasikan/hubungkan titik-titik lapisan batuan yang memiliki jenis litologi

    yang sama (Pada gambar diwakili oleh garis warna biru).

    Breksi pada Sumur-1 dikorelasikan dengan breksi pada Sumur-2, demikian juga

    antara batugamping dan lempung di Sumur-1 dengan batugamping dan lempung

    di Sumur-2.

  • 97

    Sebaran batupasir di Sumur-1 ke arah Sumur-2 menunjukkan adanya pembajian,

    demikian napal di Sumur-2 memperlihatkan pembajian ke arah Sumur-1.

    2. Korelasi Biostratigrafi

    Korelasi biostratigrafi adalah menghubungkan lapisan-lapisan batuan di dasarkan

    atas kesamaan kandungan dan penyebaran fosil yang terdapat di dalam batuan. Dalam

    korelasi biostratigrafi dapat terjadi batuan yang berbeda memiliki kandungan dan

    penyebaran fosil yang sama.

    Prosedur dan penjelasan:

    Korelasikan/hubungkan lapisan lapisan batuan yang mengandung kesamaan dan

    persebaran fosil yang sama (Pada gambar diatas diwakili oleh garis warna biru).

    Kandungan dan sebaran fosil pada batugamping di Sumur-1 sama dengan kandungan

    dan sebaran fosil pada serpih di Sumur-2, sehingga batugamping yang ada di

    Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan serpih yang terdapat di Sumur-2.

    Batugamping pada Sumur-1 mengandung kumpulan fosil Y sedangkan pada Sumur-

    2, serpih juga mengandung kumpulan dan sebaran fosil Y. Dengan demikian lapisan

    batugamping pada Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan serpih pada Sumur 2.

    Kandungan dan sebaran fosil pada napal di Sumur-1 sama dengan kandungan

    dan sebaran fosil pada napal di Sumur-2, sehingga napal yang ada di Sumur-1 dapat

    dikorelasikan dengan napal yang terdapat di Sumur-2.

  • 98

    Kandungan dan sebaran fosil pada batupasir di Sumur-1 sama dengan kandungan

    dan sebaran fosil pada batulempung di Sumur-2, sehingga batupasir yang ada

    di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan batulempung yang ada di Sumur-2.

    Kandungan dan sebaran fosil pada napal di Sumur-1 sama dengan kandungan dan

    sebaran fosil pada napal di Sumur-2, sehingga napal yang ada di Sumur-1 dapat

    dikorelasikan dengan napal yang terdapat di Sumur-2.

    3. Korelasi Kronostratigrafi

    Korelasi kronostratigrafi adalah menghubungkan lapisan lapisan batuan yang

    mengacu pada kesamaan umur geologinya.

    Prosedur dan penjelasan:

    Korelasikan/hubungkan titik titik kesamaan waktu dari setiap kolom yang ada

    (Pada gambar diwakili oleh garis merah, dan garis ini dikenal sebagai garis

    kesamaan umur geologi)

    Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litologinya sama dan berada diantara

    garis umur yang sama. Pada gambar diatas ditunjukkan oleh batupasir pada Sumur-

    1 dengan batupasir pada Sumur-2, serpih pada Sumur-1 dan serpih pada Sumur-

    2 (Diwakili oleh garis putus-putus warna biru).

  • 99

    Konglomerate pada Sumur-1 tidak boleh dikorelasikan dengan Konglomerat pada

    Sumur-2, dikarenakan umur geologinya berbeda.

    Korelasi lapisan lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur (Pada gambar

    diwakili oleh garis warna merah).

  • 100

    Kontak Selaras

    Kontak antara lapisan yang selaras dapat berupa :

    a) Kontak Tegas, merupakan hasil dari perubahan yang jelas dan tiba-tiba dari litologi yang

    berbeda.

    b) Kontak Gradasional, disebut kontak gradasional jika perubahan dari satu litologi ke yang

    lain memiliki tanda yang kurang jelas dibanding kontak tegas.

    Kontak Tidak Selaras

    a) Angular Unconformity

    Merupakan suatu tipe ketidakselarasan dimana sedimen yang lebih muda

    terendapkan diatas permukaan erosi dari batuan yang lebih tua dimana sebelumnya batuan

    tersebut mengalami pengangkatan atau perlipatan, maka, batuan yang lebih tua tersebut

    memiliki dip yang berbeda, umumnya lebih curam, membentuk sudut dengan batuan yang

    lebih muda.

    b) Disconformity

    Kenampakannya berupa suatu permukaan ketidakselarasan atas dan bawah dari

    bidang perlapisan yang secara umum pararel dan kontak antara lapisan yang lebih tua dan

    mudanya ditandai oleh permukaan erosional yang jelas, ireguler, atau tidak lazim.

  • 101

    c) Nonconformity

    Nonconformity terbentuk antara batuan sedimen dan batuan beku yang berumur

    lebih tua atau batuan metamorf yang masif, yang telah terekspos, tererosi, sampai akhirnya

    tertimbun oleh sedimen.

  • 102

    PENAFSIRAN PETA TOPOGRAFI

    Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu diamati

    adalah pola kontur dan aliran sungai.

    a. Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang menunjukan batuan

    lunak atau lepas.

    b. Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya, menunjukan lebih

    keras dari batuan sekitarnya.

    c. Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya batuan keras atau

    zona patahan.

    d. Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu berada pada batuan

    yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan sungai adalah perbandingan antara total

    panjang sungai-sungai yang berada pada cekungan pengaliran terhadap luas cekungan

    pengaliran sungai-sungai itu sendiri), sedangkan kerapatan sungai yang kecil menunjukan

    batuan yang resisten terhadap erosi.

    Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah

    pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau pembelokan

    secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi

    yang khas, serta pola aliran sungai. Berikut ini adalah penafsiran struktur perlapisan, struktur

    lipatan dan struktur sesar berdasarkan pola kontur, pola aliran sungai dan lineament

    (kelurusan) topografi.

    1. Jurus dan kemiringan lapisan berdasarkan pola kontur

    Jurus perlapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan arah kecenderungan dari garis

    konturnya.

    Kemiringan lapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan spasi konturnya. Arah

    kemiringan umumnya mengarah ke arah spasi kontur yang renggang.

  • 103

    2. Resistensi batuan berdasarkan pola kerapatan kontur

    Spasi garis kontur rapat mengindikasikan batuan yang resisten

    Spasi garis kontur renggang mengindikasikan batuan yang nonresisten.

    3. Resistensi batuan berdasarkan kerapatan sungai (drainage density)

    Nilai kerapatan sungai (drainage density) yang besar mengindikasikan batuannya

    lunak, seperti batulempung, napal, atau lanau.

    Nilai kerapatan sungai (drainage density) yang kecil mengindikasikan batuannya

    resisten, seperti: batuan beku, breksi, konglomerat, batupasir.

  • 104

    4. Struktur lipatan berdasarkan pola kontur perbukitan paralel

    Pola kontur perbukitan yang sejajar / paralel.

    Pola aliran sungai trellis yang mewakili daerah yang dikontrol oleh struktur

    perlipatan.

    5. Struktur lipatan berdasarkan pola kontur perbukitan berupa shoe shape

    Pola kontur perbukitan yang berbentuk sepatu (shoe shape) mengindikasikan struktur

    lipatan (sinklin atau antiklin) yang menunjam kebawah atau terbuka keatas.

  • 105

    6. Struktur patahan berdasarkan pola kontur perbukitan yang bergeser

    Pola kontur perbukitan yang bergeser (offset).

    Pola kontur yang mengikuti bidang sesar / patahan.

    7. Struktur patahan berdasarkan pola aliran sungai yang berbelok tiba-tiba (offset)

    Pola aliran sungai yang membelok secara tiba tiba (offset)

    Arah aliran sungai yang mengalir disepanjang bidang patahan.

  • 106

    PERHITUNGAN

    A. MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG (KL)

    Rumus : Tg = ( n-1 ) x IK / Dh x SP

    Di mana :

    IK = Interval Kontur

    n = Jumlah Kontur

    Dh = Panjang garis

    SP = Skala Peta

    % KL = / 45 x 100%

    IK = 1 x SP / 2000

    B. MENGHITUNG KETINGGIAN LERENG

    Rumus : A / B = Tg

    A = Tg 45 x B

    B = Jarak

    C. MENGHITUNG KETEBALAN LAPISAN

    Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas / botom dan bidang atap /

    top.

    Rumus : D = dt x cos (Betta), dimana

    = Sudut antara arah kemiringan dengan arah pengukuran (azimuth)

    1. Pengukuran Pada daerah datar ( lereng 0)

    Rumus : T = dt x sin A

    dt = jarak terukur dilapangan

    A = sudut kemiringan lapisan

    2. Kemiringan lapisan searah dengan lereng

    Jika kemiringan jelas (A) lebih besar dari pada sudut lereng (S) dan arah lintasan

    tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah :

    Rumus : T = d sin ( A- S)

    Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada lereng, maka perhitungan ketebalan

    lapisan : T = d sin ( S A).

    3. Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan kemiringan lereng

  • 107

    Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 90 ( lereng

    berpotongan tegak lurus dengan lapisan ) maka : T = d

    Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng maka :

    T = d sin (A + S)

    Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng maka :

    T = d sin (180 - A S)

    Dalam kondisi tertentu kadang sayatan pada peta tidak tegak lurus dengan jurus

    lapisan batuan, maka dapat dikoreksi :

    Tg = tg x Sin

    = arctg (tg x sin )

    dimana : : Dip di penampang

    : Dip dipeta

    : Sudut yang dibentuk oleh sayatan dengan jurus

  • 108