[buku cerita] [mahabrata] pandawa samar
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 [Buku Cerita] [Mahabrata] Pandawa Samar
1/4
Maaf ini bahasa obrolan warung kopi, bukan bahasa Indonesia baku. Mohon tidak
dicontoh :)
[Mahabharata] PANDAWA SAMAR (1)
Sudah akhir tahun ke dua belas Pandawa di pengasingan, luntang-lantung di rimba
Kamiyaka. Sekarang saatnya tahun yang paling berat, tahun ketiga belas (gak ada
hubungannya dengan celaka tiga belas), mereka harus menyamar dan kalau ketahuan
oleh Kurawa mereka harus dibuang lagi selama dua belas tahun lagi. Tobaaat
tega nian Kurawa.
Maka mereka pun berunding di dalam gua di tengah rimba (persis gua Jepang di
Hutan Dago). Mereka kebingungan musti nyamar jadi apa. "Ah susah-susah, kita
minta tolong Kanda Kresna saja yuk." kata Yudhistira. Segera ia kirim sms keKresna. "Kanda, mampir dong sini. Udah kangen ngobrol dan ngupi-ngupi sama
Kanda". Maka tak lama Kresna pun datang, "assalamu `alaikum" kata Kresna.
"wa'alaikum salam.." jawab semua Pandawa.
Setelah dituturkan masalahnya oleh Yudhistira, Kresna bilang, `Gini ide kanda.
Adik-adik berkunjung ke kerajaan Wirata, menyamar. Yudhistira jadi Kanka ahli
sejarah, Bhima jadi Bhalawa tukang masak dan potong daging. Harjuna jadi
Wrehanala jadi wadam pelatih tari. Nakula jadi pelatih kuda bernama Grantika.
Sadhewa jadi pemelihara sapi bernama Tantripala. Dan Drupadi jadi Sarindri ahli
rias." "Wah not a bad idea" seru Pandawa.
Maka mulailah mereka bersiap-siap. Kanka datang ke Wirata pertama. Nyampe
gerbang udah ada tulisan, "Tidak ada lowongan pekerjaan" (ya ampun, ternyata
pengumuman kayak gini udah ada sejak jaman dulu ya)
Kanka gak peduli, langsung dia menghadap Prabu Matsyapati.
"Prabu yang baek dan ganteng, bolehkah saya melamar pekerjaan di istana ini
sebagai ahli sejarah?"
"Oya, kamu ahli sejarah? Udah uji kompetensi belum?" tanya Prabu.
Wah apa lagi nih uji kompetensi, perasaan dulu di Indraprasta gue gak bikin
uji-ujian macam gini buat para guru, fikir Yudhistira dalam hati. Tapi dia gak
berani lah membuka rahasia bahwa dia dulunya raja Indraprasta.
Setelah Prabu menguji ini itu nyatalah bahwa Kanka memang pandai dalam bidang
sejarah. Dia diangkat oleh raja sebagai pengajar sejarah untuk anak-anak
-
7/25/2019 [Buku Cerita] [Mahabrata] Pandawa Samar
2/4
istana.
Tak lama berselang datang seseorang bertubuh besar. Dia mengaku bernama Bhalawa
pandai masak. Prabu tanya, "Kamu belajar memasak di mana?" "O saya dulu belajar
memasak di Perancis, guru saya seorang chef perempuan asal Bordeaux." jawab
Bhalawa. Prabu senang karena dia ingin coba masakan Perancis. Bhalawa pun
diterima sebagai tukang masak dan tukang potong daging.
Seorang laki-laki yang gemulai datang beberapa hari kemudian, namanya Wrehanala.
Dia melamar pekerjaan sebagai guru menari. Berbagai tarian dia kuasai, mulai
dari jaipongan sampai breakdance. Raja yang baik ini pun menerimanya sebagai
guru tari di istana.
Selanjutnya datang seorang pelatih kuda bernama Grantika. Paduka tanya, "Kamu
biasanya pegang kuda putih atau kuda hitam?" "Ya ampun Prabu, emangya main
catur" kata Grantika sambil tertawa.
Sadewa kemudian datang sebagai pemelihara sapi bernama Tantripala. Dan terakhir
Drupadi sebagai Sarindri, ahli rias. (no comment, udah habis bodorannya).
--
PANDAWA SAMAR (2)
Prabu Matsyapati punya tiga putra bernama Utara, Wratsangka dan Seta, serta seorang putri bungsu
yang (lagi-lagi) cantik, bernama Utari. Tentang asal muasal nama Utara dan Utari ini, dulu waktu lahirwajah kakaknya menghadap ke utara sehingga dinamai 'Utara', sedang adiknya waktu lahir menghadap
ke selatan, tapi berhubung kurang pas perempuan diberi nama `Selatan', maka jadilah namanya `Utari'.
Maka Pandawa samaran pun bekerja di istana Wirata. Kanka mulai mengajar tentang pendidikan sejarah
perjuangan bangsa (disingkat PSPB). Bhima mulai masak `haute cuisine' yaitu masakan klasik Perancis
yang elegan, ramai, mewah, dengan menggunakan krim yang banyak, sayurannya dipotong-potong
dengan ukuran yang tepat dan seragam. (nah itu barusan copy paste dari Wikipedia, silakan bagi yang
berminat tanya gurunya Bhalawa). Wrenahala mulai mengajar tarian `ketuk tilu' buat putra-putri istana.
Grantika mulai melatih kuda belajar melompati pagar orang, buat persiapan balapan kuda. Sedang
Tantripala sudah bisa memproduksi susu dari sapi yang dia pelihara dengan merk "Tancow" (singkatanTantripala-Cow). Sarindri bertugas merias kamar permaisuri.
Patih Wirata yang bernama Kichaka yang sangat sakti tertarik sama Sarindri yang cantik dan langsung
jatuh cintrong.
"Sarindri, mau gak nikah sama aku. Kamu minta apapun tak kasih, minta emas segunung aku kasih. Aku
-
7/25/2019 [Buku Cerita] [Mahabrata] Pandawa Samar
3/4
orang paling sakti dan paling kaya di Wirata, Prabu pun gak berani sama aku." (nah kalau ini jelas
gombal, gunungan nasi tumpeng maksudnya mungkin..).
Sarindri bingung. Ia tahu Kicaka istrinya sudah selusin. Tapi kalau ditolak bisa ngamuk patih yang
sombong ini. Sedang kalau berterus terang tentang jati dirinya nanti ketahuan penyamaran mereka. Dia
pun cari akal dan menjawab,
"Maaf Tuan, saya sudah bersuami, suami saya seorang raksasa yang sakti." kata Sarindri.
"Hei, orang secantik kamu masa bersuamikan raksasa? Emangnya beauty and the beast?" (walau
seorang patih sakti Kichaka salah satu hobinya nonton film kartun, malu-maluin).
"Ya begitulah Tuan. Tapi kalau Tuan berhasil membunuh dia baiklah saya bersedia jadi istri Tuan."
"Hah.. jangankan seorang, sepuluh raksasa pun aku tak takut. Bilang sama suamimu nanti malam
kutunggu di hutan tepi sungai Cikapundung."
Mendengar rayuan Kichaka Sarindri minta waktu untuk berfikir. "Baiklah
kuberi waktu sehari untuk memutuskan ya. Pilihan jawabannya `iya' atau
`setuju', oke." Kata Kichaka (itu sih maksa judulnya..).
Maka Sarindri pun diam-diam menemui Kanka (alias Yudhistira suaminya), "Mas, tuh
si Khicaka ingin menikahi saya. Kalau saya tolak bisa ngamuk dia. Tapi kalau
saya berterus terang tentang jati diri saya bisa terbuka penyamaran kita nanti."
Kanka walau orang penyabar panas juga istrinya mo direbut orang. Lagian
perasaan dia agak lebih cakepan-lah dari Khicaka. Maka ia temui Wrenahala alias
Harjuna, minta saran solusi. Wrenahala bilang biarlah dia dan Bhalawa yang
merundingkan masalah ini. Maka Wrenahala dan Bhalawa pun berunding, akhirnya
mereka sepakati bahwa Khicaka terpaksa harus dilenyapkan agar penyamaran mereka
tidak terbuka. (nah versi ini agak mending ya, gak akan diprotes ibu-ibu, walau
tetap aja gak fair masa orang jatuh cinta harus dilenyapkan ) Disepakati bahwa
Bhalawa yang akan menghadapi Khicaka, berhubung Harjuna panah-panahnya
digadaikan di Balai Pegadaian karena ia butuh uang untuk beli pakaian tari.
--
PANDAWA SAMAR (3)
Esok harinya Sarindri pun menemui Khicaka, dan bilang bahwa dia punya suami
raksasa. Kalau Kichaka berhasil mengalahkannya bolehlah Kichaka mengambilnya
sebagai istrinya. Sarindri bilang suaminya menantang Kichaka di tepi sungai
dekat istana.
-
7/25/2019 [Buku Cerita] [Mahabrata] Pandawa Samar
4/4
Singkat cerita Khicaka pun berhadapan dengan Bhalawa, mereka berkelahi dengan seru
dan akhirnya Khicaka tewas di tangan Bhalawa dan dibuang ke sungai.
Demikianlah penyamaran Pandawa harus mengambil korban seorang patih yang sakti,yaitu Kichaka, karena kalau tidak penyamaran mereka bisa terbuka dan akhirnya
kabar ini akan sampai pada pihak Hastina, dan mereka akan terpaksa menjalani
lagi dua belas tahun hukuman pengasingan. Ah nahas benar nasibmu Kichaka.
Kembali ke . istana Wirata.
Penemuan mayat Kichaka di sungai bikin gempar istana. Maklum dia patih yang
sangat sakti andalan Wirata, tanpa dia Wirata bisa dibilang tak ada apa-apanya.
Kira-kira Messi buat Argentina lah (ah kayak ngerti bola aja nih..)
Kabar kematian Patih Kichaka pun sampai kemana-mana, maklum seleb. Apalagi keHastina yang tetanggaan dengan Wirata. Perlu diketahui Wirata dan Hastina ini
sudah lama perang dingin karena masalah perbatasan. Kabar ini membuat gembira
pihak Hastina khususnya Duryudana, jelas saat ini Wirata dalam keadaan lemah
karena kehilangan patih saktinya. Selama ini Hastina tak berani menyerang
Wirata karena adanya Kichaka yang tersohor kesaktiannya kemana-mana. Diam-diam
Duryudana memanggil Patih Sangkuni, merencanakan sebuah agresi militer pada
Wirata.
(Bersambung ke: Serangan Hastina ke Wirata)
Salam penggemar wayang,
Teddy T.
(Sumber: Mahabharata- R.A. Kosasih)