badan pengembangan bahasa dan perbukuan - si muncit dan sampul si... · 2021. 1. 28. · si muncit:...

66
SI MUNCIT CERITA DARI SUMATRA SELATAN Basuki Sarwoedi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Bacaan untuk Anak Setingkat SD Kelas 4, 5, dan 6

Upload: others

Post on 24-Jul-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

SI MUNCITCERITA DARI SUMATRA SELATAN

Basuki Sarwoedi

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Bacaan untuk AnakSetingkat SD Kelas 4, 5, dan 6

Page 2: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)
Page 3: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

SI MUNCIT

CERITA DARI SUMATRA SELATAN

Basuki Sarwoedi

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

MILIK NEGARA

TIDAK DIPERDAGANGKAN

Page 4: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

SI MUNCIT

Penulis : Basuki SarwoediPenyunting : Wenny OktaviaIlustrator : Noviyanti Wijaya dan Venny Kristel ChandraPenata Letak : Venny Kristel Chandra

Diterbitkan pada tahun 2017 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan BahasaJalan Daksinapati Barat IVRawamangunJakarta Timur

Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangIsi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.

PB398.209 598 1SARs

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Sarwoedi, BasukiSi Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.viii; 54 hlm.; 21 cm.

ISBN: 978-602-437-016-9

1. KESUSASTRAAN RAKYAT-SUMATRA2. CERITA RAKYAT-SUMATRA SELATAN

Page 5: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

iii

KATA PENGANTAR

Karya sastra tidak hanya rangkaian kata demi kata, tetapi berbicara tentang kehidupan, baik secara realitas ada maupun hanya dalam gagasan atau cita-cita manusia. Apabila berdasarkan realitas yang ada, biasanya karya sastra berisi pengalaman hidup, teladan, dan hikmah yang telah mendapatkan berbagai bumbu, ramuan, gaya, dan imajinasi. Sementara itu, apabila berdasarkan pada gagasan atau cita-cita hidup, biasanya karya sastra berisi ajaran moral, budi pekerti, nasihat, simbol-simbol filsafat (pandangan hidup), budaya, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Kehidupan itu sendiri keberadaannya sangat beragam, bervariasi, dan penuh berbagai persoalan serta konflik yang dihadapi oleh manusia. Keberagaman dalam kehidupan itu berimbas pula pada keberagaman dalam karya sastra karena isinya tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang beradab dan bermartabat. Karya sastra yang berbicara tentang kehidupan tersebut menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya dan seni imajinatif sebagai lahan budayanya. Atas dasar media bahasa dan seni imajinatif itu, sastra bersifat multidimensi dan multiinterpretasi. Dengan menggunakan media bahasa, seni imajinatif, dan matra budaya, sastra menyampaikan pesan untuk (dapat) ditinjau, ditelaah, dan dikaji ataupun dianalisis dari berbagai sudut pandang. Hasil pandangan itu sangat bergantung pada siapa yang meninjau, siapa yang menelaah, menganalisis, dan siapa yang mengkajinya dengan latar belakang sosial-budaya serta pengetahuan yang beraneka ragam. Adakala seorang penelaah sastra

Page 6: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

iv

berangkat dari sudut pandang metafora, mitos, simbol, kekuasaan, ideologi, ekonomi, politik, dan budaya, dapat dibantah penelaah lain dari sudut bunyi, referen, maupun ironi. Meskipun demikian, kata Heraclitus, “Betapa pun berlawanan mereka bekerja sama, dan dari arah yang berbeda, muncul harmoni paling indah”. Banyak pelajaran yang dapat kita peroleh dari membaca karya sastra, salah satunya membaca cerita rakyat yang disadur atau diolah kembali menjadi cerita anak. Hasil membaca karya sastra selalu menginspirasi dan memotivasi pembaca untuk berkreasi menemukan sesuatu yang baru. Membaca karya sastra dapat memicu imajinasi lebih lanjut, membuka pencerahan, dan menambah wawasan. Untuk itu, kepada pengolah kembali cerita ini kami ucapkan terima kasih. Kami juga menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Kepala Pusat Pembinaan, Kepala Bidang Pembelajaran, serta Kepala Subbidang Modul dan Bahan Ajar dan staf atas segala upaya dan kerja keras yang dilakukan sampai dengan terwujudnya buku ini. Semoga buku cerita ini tidak hanya bermanfaat sebagai bahan bacaan bagi siswa dan masyarakat untuk menumbuhkan budaya literasi melalui program Gerakan Literasi Nasional, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan pengayaan pengetahuan kita tentang kehidupan masa lalu yang dapat dimanfaatkan dalam menyikapi perkembangan kehidupan masa kini dan masa depan.

Jakarta, Juni 2016Salam kami,

Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum.

Page 7: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

v

SEKAPUR SIRIH

Puji syukur penulis curahkan kepada Allah Swt. yang telah menganugerahkan limpahan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini secara maksimal dan optimal. Selawat dan salam semoga senantiasa tersampaikan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah begitu banyak mengajarkan kebijakan dalam menyebarkan ilmunya kepada semua umatnya. Membaca cerita rakyat memberikan motivasi yang positif dalam memperdalam kecintaan terhadap suatu kajian bagian budaya, khususnya daerah Indonesia. Demikian halnya pada cerita di buku ini. Dengan membaca suatu bagian cerita rakyat, kita akan dapat lebih memahami makna-makna yang terkandung dari kisahnya tersebut. Makna-makna kisah begitu menarik untuk dibahas. Kisah yang menarik menjadikan kita semakin terdorong untuk mempelajarinya sehingga dapat menjadi bagian dari aktivitas, baik secara keseluruhan maupun secara individu sebagai anggota masyarakat. Cerita rakyat sangat perlu dilestarikan. Perkembangan teknologi dan globalisasi pada bahasa Indonesia dewasa ini tidak semuanya memiliki sifat positif, ada juga yang negatif khususnya bagi para remaja. Banyak generasi muda sekarang menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku atau tidak sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagian dari mereka mengutip dari ejaan bahasa asing ataupun mengubah bahasa Indonesia yang sudah baku tersebut. Perkembangan bahasa Indonesia yang menyimpang ini sering disebut sebagai bahasa gaul,

Page 8: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

vi

misalnya, cepetan (cepat), kemaren (kemarin), gue (saya), lu (kamu), entar (sebentar), dan bokap/nyokap (bapak/ibu). Selain itu, terkadang juga mencampur bahasa Indonesia dan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, sorry, saya tidak bisa hadir (sorry adalah kata asing yang sepadan dengan kata maaf yang penggunaannya dicampur dengan bahasa Indonesia). Padahal, jika dilihat dari struktur dan pembacaan, bahasa Indonesia sebagaimana tergambar dari diksi yang dipergunakan dalam cerita rakyat ini sebenarnya sangat sederhana. Artinya, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang tidak sulit untuk dipelajari. Jika ditinjau dari sejarah kebermunculan cerita rakyat ini, bahasa Indonesia yang awalnya diangkat dari bahasa Melayu Riau, menunjukkan bahwa bahasa ini sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, bahasa Indonesia juga tidak memiliki tingkatan sebagaimana beberapa bahasa lainnya, khususnya beberapa bahasa daerah di Indonesia. Maka dari itu, sebetulnya tidak ada alasan untuk tidak mendalami bahasa Indonesia. Dengan membaca kisah dalam cerita rakyat ini, diharapkan para pembaca khususnya anak-anak semakin mencintai bahasa Indonesia. Anak-anak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, diharapkan pula anak-anak akan memahami bahasa-bahasa yang santun sebagaimana yang tergambar dalam kisah pada cerita rakyat ini. Penulis telah mengusahakan penyelesaian buku ini dengan sepenuh hati dan pikiran sehingga setiap yang ditulis menjadi tanggung jawab penulis serta disadari bahwa di dalam penulisan ini dimungkinkan masih terdapat

Page 9: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

vii

kekurangan. Untuk itu, penulis dengan terbuka menerima kritikan yang membangun ataupun saran perbaikan. Penyelesaian buku ini tidak lepas dari adanya partisipasi berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan dukungan. Kiranya, penulisan cerita ini mudah-mudahan dapat memberikan sumbangsih pada pengembangan dalam pelestarian cerita rakyat, kecintaan terhadap bahasa, khususnya dalam bidang bahasa Indonesia. Akhirnya ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga Allah Swt. membalasnya dengan kebaikan yang tiada terhingga dan apa yang dilakukan menjadi amal saleh, amin.

Palembang, April 2016Basuki Sarwoedi

Page 10: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................iii

Sekapur Sirih .........................................................v

Daftar Isi ..............................................................viii

1. Masa Kecil Puyang Puru Parang .........................1

2. Peperangan Puyang Puru Parang ........................11

3. Puyang Puru Parang Mengembara ......................15

4. Balas Budi ........................................................29

Biodata Penulis ......................................................51

Biodata Penyunting ................................................53

Biodata Ilustrator..................................................54

Page 11: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

1

1. MASA KECIL PUYANG PURU PARANG

Pada zaman dahulu kala di sekitar hutan Ujan Mas, hiduplah satu keluarga yang memiliki tujuh orang anak. Dari ketujuh anak yang dimiliki keluarga itu, kelak semuanya akan menjadi orang yang hebat dan menjadi puyang masyarakat di wilayah Ujan Mas dan sekitarnya. Nama ketujuh anak dari keluarga sederhana dan sejahtera itu adalah Puyang Kumbang (si sulung), Puyang Ri Tabuan, Puyang Ri Nawang, Puyang Ri Tintin, Puyang Ri Bermi, Puyang Telaga Bulan, dan Puyang Ri Bujang atau Puyang Puru Parang. Anak yang paling bungsu disebut sang Puru Parang karena berpenyakit, yakni seluruh badannya penuh oleh panu dan kudis puru parang.

Si Puyang Puru Parang kecil tetaplah seperti anak- anak kecil pada umumnya. Dia senang bermain dengan teman sebayanya. Keadaan dirinya yang memiliki kelainan dalam hal kesehatan, yakni sekujur badannya yang berpenyakit kulit, kadang membuat dirinya merasa rendah diri. Akan tetapi, teman-temannya tidak merasakan hal yang menjijikkan dari temannya yang bernama Puru Parang itu. Mereka tetap asyik

Page 12: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

2

Page 13: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

3

bermain apa saja sampai kadang-kadang lupa waktu. Terkadang mereka bermain di tanah lapang desa itu. Mereka senang sekali main lari-larian ke sana kemari, main petak umpet, atau bermain yang lainnya.

Anak bungsu dari tujuh bersaudara itu, Puyang Ri Bujang (Puyang Puru Parang) merupakan puyang yang paling kecil bila dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Akan tetapi, bila dilihat dari ketangkasan dan kesaktiannya, Puru Parang merupakan puyang paling sakti bila dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Biarpun dia memiliki kesaktian yang sangat luar biasa dan boleh dikatakan kesaktiannya paling tinggi dan paling hebat dari keenam saudaranya tersebut, sikapnya biasa saja dan tetap santun. Hal ini terjadi karena Puyang Ri Bujang sejak kecil sudah giat berlatih ilmu kanuragan hingga dewasa tanpa kenal lelah sehingga wajarlah ilmu kesaktian yang dimilikinya sangat tinggi melebihi enam saudara lainnya. Meskipun dirinya memiliki kesaktian yang luar biasa, Puyang Puru Parang tidak menjadi tinggi hati dan bersikap sok jagoan. Justru, dengan ilmu yang dia miliki, dia semakin rendah hati. Justru, ilmu kesaktian yang dimilikinya

Page 14: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

4

digunakan untuk berbuat baik kepada sesama. Atas kerendahan hati dan kebaikannya, Puyang Ri Bujang sangat terkenal di sekitar daerah Ujan Mas.

“Tidak disangka, ya. Ri Bujang itu sakti sekali, tetapi dia tidak besar kepala dengan kesaktian yang dimilikinya, atau mungkin karena dia menderita sakit kadas, kudis, dan panu di sekujur tubuhnya, ia tetap rendah hati,” kata Dimung, tetangga Ri Bujang.

“Iya, ya. Biasanya orang yang memiliki ilmu tinggi bisa sombong, tetapi saudara kita ini tidak sombong. Aku rasa memang sudah perwatakan Puru Parang. Ia rendah hati bukan karena penyakitnya itu. Sepertinya begitu, Teman-Teman,” timpal Ade.

“Memang lain sekali watak saudara kita, si Ri Bujang itu. Kita berdoa saja kepada Tuhan agar saudara kita itu selamanya tetap seperti yang kita lihat sekarang,” kata Dimung.

“Amin …,” ujar teman-teman Ri Bujang menjawab secara serempak.

Beberapa waktu kemudian, daerah Ujan Mas tempat Ri Bujang tinggal dihebohkan dengan suatu kejadian aneh. Keanehan itu bermula dari munculnya makhluk ganas seperti kucing, tetapi besar. Harimau,

Page 15: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

5

binatang yang berjulukan si raja hutan, yang memiliki mata sangat menakutkan bila menatap, berbadan besar, berkuku tajam, dan berkulit loreng, serta suka mengaum, muncul secara tiba-tiba di kampung mereka.

Penduduk dibuat tidak tenang perasaannya. Penduduk selalu merasa was-was sejak kehadiran si raja hutan ke desa mereka itu. Mereka berpikir dan berpikir tentang cara agar kehidupan mereka itu normal kembali seperti semula tanpa dihinggapi perasaan was-was. Setelah lama berpikir, akhirnya mereka sepakat memecahkan persoalan itu bersama-sama dengan Puru Parang.

Mereka sepakat dan memercayakan pemecahan masalah itu kepada Puru Parang. Mereka berharap sekali agar kesaktian Puyang Ri Bujang (Puyang Puru Parang) bisa mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi.

Penduduk berdatangan ke rumah Puyang Puru Parang untuk meminta bantuan agar puyang itu bisa mengusir si raja rimba.

“Wahai Tuan Ri Bujang, kami warga desa ini sangat resah dengan kehadiran si raja hutan. Kami tidak bisa mengatasi permasalahan ini, wahai Saudaraku,” kata perwakilan warga kepada Puru Parang.

Page 16: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

6

“Ya, kami tidak ragu lagi dengan kesaktian yang Tuan miliki. Oleh karena itu, kami datang kemari untuk meminta bantuan Tuan Puru Parang,” kata penduduk beramai-ramai.

“Jangan begitu, wahai Saudaraku! Aku ini sama seperti kalian. Aku tidak memiliki apa-apa, Saudaraku. Berserah pada Allah dan berdoa untuk bisa menyelesaikan masalah,” kata Ri Bujang merendah.

“Tidak, Tuan. Tuan adalah orang sakti. Jadi, kami meminta bantuan dan pertolongan. Bukan kami tidak percaya Tuhan, melainkan kami harus ikhtiar, Saudaraku,” kata penduduk.

“Memangnya ada apa sehingga kalian minta tolong dan seperti ketakutan?” tanya Ri Bujang.

“Di desa kita sedang ada kehebohan dengan munculnya binatang si raja hutan. Kami sangat takut.Oleh karena itu, kami meminta bantuan.”

“Oh, begitu, baiklah. Nanti saya akan mencoba mengusir binatang itu,” kata Ri Bujang.

“Terima kasih, Tuanku Puru Parang,” teriak seluruh warga yang hadir di tempat itu.

Setelah mendengar kesanggupan Ri Bujang untuk membantu dan menolong mereka dari ancaman makhluk yang berjulukan si raja hutan, warga merasa gembira, tenang, dan bisa sedikit bernapas lega.

Page 17: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

7

Tidak lama setelah mendengar kesanggupan Puru Parang, mereka pun membubarkan diri untuk pulang ke rumah masing-masing.

Malam yang telah dijanjikan Puru Parang pun datang. Warga kembali datang ke kediaman Puru Parang. Di sana mereka bersembunyi menantikan kedatangan si raja hutan dengan perasaan yang penuh was-was.

Malam pun semakin larut. Akan tetapi, si raja hutan belum juga menampakkan batang hidungnya. Warga pun berpikir, mungkinkah raja hutan itu takut kepada Puru Parang? Dengan perasaan was-was, mereka pun sabar. Mereka ingin secara langsung melihat cara Ri Bujang menyingkirkan si raja rimba itu.

Benar saja! Yang mereka tunggu sekian lama akhirnya datang juga. Harimau sumatra yang gagah dan tinggi besar datang dengan tenangnya sambil menatap tajam ke arah Puru Parang. Demikian halnya Puru Parang pun dengan santai, tetapi berwibawa tidak kalah galaknya menatap si raja rimba. Setelah lama, terjadilah hal yang sangat menegangkan. Terjadilah dialog antara Puru Parang dan si raja rimba.

Page 18: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

8

Setelah terjadi dialog panjang, kedua makhluk beda dunia itu tidak menemui titik temu dan kesepakatan.Pertarungan di antara keduanya tidak terelakkan lagi. Pertempuran itu berlangsung cukup lama dalam suasana sangat menegangkan dan melelahkan karena keduanya mengeluarkan kesaktiannya masing-masing, Puru Parang dan si harimau.

Puyang Ri Bujang mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk mengatasi kehebatan si raja rimba. Setelah sekian lama mereka bertarung, akhirnya Ri Bujang sanggup menjinakkan harimau tersebut. Menurut kesaksian dan cerita banyak orang di sekitar tempat pertarungan itu, harimau tersebut bukanlah harimau biasa, melainkan harimau jadi-jadian atau harimau siluman.

Setelah Puru Parang berhasil memenangkan pertarungan itu, si harimau memberikan hormat kepadanya.

“Hamba mohon ampun, Tuan Puru Parang. Hamba mau bercerita. Hamba sedang mencari manusia hebat yang bisa menjadi pemimpin, yang bisa menjadi mitra kami dalam menjaga daerah Ujan Mas,” cerita harimau siluman kepada Puru Parang.

Page 19: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)
Page 20: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

10

“Oh, jadi itu masalahnya,” kata Puru Parang.“Hamba mohon maaf, Tuanku. Dengan cara seperti

itulah kami bisa mencari calon pimpinan di wilayah ini yang benar-benar mumpuni, berwibawa, dan tidak sombong,” cerita sang harimau siluman.

“Baiklah, kalau itu niatmu sebenarnya, wahai Saudaraku, saya bersedia menjadi mitra kerjamu,” kata Puru Parang kepada harimau siluman yang tidak punya nama itu.

Setelah pertarungan, terjadilah dialog antara keduanya. Si harimau jadi-jadian dijadikan teman oleh Ri Bujang dan diberi nama Muncit.

Melihat melihat hat tersebut masyarakat memuji Puyang Ri Bujang karena bersikap arif bijaksana menghadapi masalah, sekalipun itu dengan musuh.

Page 21: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

11

2. PEPERANGAN PUYANG PURU PARANG

Ujan Mas merupakan daerah yang terkenal sangat kondusif dalam segala hal. Keadaan Ujan Mas kondusif dan tenteram karena masyarakatnya terkenal santun, ramah, dan terbuka kepada siapa pun, serta memiliki sifat cinta damai. Sikap kepemimpinan kepala daerah sangat arif, bijaksana, dan adil sehingga tidak mengherankan bila masyarakatnya mencintai pemimpinnya. Apapun peraturan dan perbuatan pemimpinnya senantiasa didukung dan dicontoh oleh seluruh anggota masyarakat.

Pada suatu hari, berhembus berita tentang akan adanya perang di daerah itu. Berita ini membuat ketenangan dan ketenteraman daerah itu menjadi terusik. Akar dari permasalahan ini adalah Sultan Kesultanan Palembang ingin meluaskan pengaruh kekuasaannya sampai ke daerah Lagos. Sultan Palembang menganggap daerah Lagos merupakan daerah potensial yang harus mereka kuasai.

Mendengar laporan dari mata-mata di lapangan tentang ketidakmauan penduduk Lagos dan sekitarnya untuk mengakui kekuasaan Kesultanan

Page 22: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

12

Palembang Darusalam, bulatlah tekad Sultan Palembang untuk segera menyerang daerah itu.Setelah mempertimbangkan rencana penyerangan dengan matang dan merasa kehendaknya terhalangi oleh ketegasan penduduk Lagos dan Ujan Mas, disimpulkanlah bahwa peperangan besar tidak dapat terhindarkan lagi.

“Panglima, siapkan pasukan dalam jumlah besar untuk segera menggempur daerah yang membangkang itu!” perintah Sultan Palembang Darusalam.

“Siap, Paduka Kanjeng Sultan!” kata panglima perang Kesultanan Palembang Darusalam.

Dengan tidak membuang waktu lama, Kesultanan Palembang pun mengirimkan pasukannya dalam jumlah yang sangat besar untuk menyerang warga di daerah Lagos, Ujan Mas. Pengiriman pasukan Kesultanan Palembang dalam jumlah besar tersebut diketahui oleh Puyang Ri Bujang (Puyang Puru Parang). Bila dilihat dan dihitung dengan akal sehat, perbandingan jumlah pasukan Kesultanan Palembang dengan mereka sangatlah tidak seimbang.

Puyang Puru Parang mengatur siasat dan strategi perang dengan matang mengingat jumlah mereka jauh

Page 23: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

13

lebih sedikit. Berkat siasat Puyang Puru Parang dan si Muncit dalam memimpin pasukan dan mengatur strategi pertempuran, peperangan yang sebenarnya tidak seimbang antara Puyang Ri Bujang dan Kesultanan Palembang berhasil mereka menangkan. Dengan kemenangan pertempuran tersebut, masyarakat semakin bangga memiliki puyang seperti Ri Bujang.

“Wahai, Wargaku yang tercinta. Kita baru saja memenangkan peperangan yang cukup besar.Peperangan ini sebenarnya tidak seimbang dalam hal jumlah pasukan. Akan tetapi, berkat persatuan dan kesatuan, jumlah pasukan kita yang sedikit bisa

Page 24: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

14

mengalahkan pasukan penyerang yang jumlahnya jauh lebih besar. Ini semua juga tidak lepas dari pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa,” kata Puru Parang.

“Jaga terus persatuan dan kesatuan yang sudah mantap di wilayah kita ini, setuju?” tanya Puru Parang yang langsung dijawab dengan kata setuju oleh seluruh warga yang baru saja selesai berperang.

Setelah Puru Parang selesai berpidato, warga membubarkan diri untuk pulang ke rumah masing-masing. Di wajah mereka terlihat sekali raut kegembiraan meskipun sebenarnya mereka dalam keadaan capai. Pakaian mereka sangat lusuh dan kotor akibat peluh dan darah. Namun, hal tersebut tidak mereka hiraukan.

Page 25: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

15

3. PUYANG PURU PARANG MENGEMBARA

Perasaan bosan dan monoton dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, perlu keberanian dan kemauan untuk keluar dan cari pengalaman baru. Puyang Ri Bujang mengalami rasa itu. Perasaan itu diutarakan Puru Parang kepada orang tuanya dan juga kepada saudara-saudaranya.

“Ayahanda, apakah Ayahanda pernah merasakan bosan?” kata Ri Bujang dalam suatu kesempatan ketika dirinya sedang duduk-duduk bersama ayahandanya dan keenam saudaranya.

“Apa maksud pertanyaanmu, Anakku yang bungsu? Ayah kadang-kadang juga merasakan hal itu, Anakku, tetapi mengapa hal itu kautanyakan kepada Ayah secara tiba-tiba, ada apa?” tanya ayah Ri Bujang.

“Ayah, Ananda ingin sekali mencari pengalaman ke dunia luar. Apakah Ayahanda mengizinkan?” tanya Ri Bujang.

“Kalau memang itu kehendakmu yang tidak bisa ditahan, Ayah mengizinkan Ananda pergi merantau.”

Mendengar permintaannya diizinkan oleh ayahnya, hati Ri Bujang sangat senang dan berkali-kali mengucapkan terima kasih.

Page 26: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

16

Pada suatu ketika, pada hari yang direncanakan, sang Puyang Puru Parang pun turun gunung untuk merantau. Akan tetapi, sebelum pergi merantau, terlebih dahulu sang Puru Parang bersujud kepada kedua orang tuanya seraya memohon doa restu agar selama merantau ia mendapatkan kemudahan.

“Ayahanda, Bungsu pamit mengembara dahulu.Mohon doa restunya,” kata Puru Parang.

“Ayahanda selalu memberi restu, Anakku. Hati-hati di jalan,” kata ayah Puru Parang.

Setelah mendapat restu dari ayahandanya, Puyang Puru Parang pun berpamitan dengan ayahandanya dan pergi dengan perasaan gembira serta langkah yang semakin mantap.

Dalam pengembaraan, dia melewati hutan yang lebat dan menyeramkan, pegunungan dan bukit yang tinggi, lembah yang curam, hingga sungai yang dalam dan deras arusnya. Semua keadaan alam tersebut dilaluinya dengan perasaan gembira karena keinginannya mengenal dunia luar terpenuhi. Rasa takut yang biasanya dirasakan oleh orang yang belum biasa pergi mengembara tidaklah tampak pada raut wajahnya.

Page 27: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

17

“Alangkah senangnya hatiku bisa pergi mengembara ke mana aku suka. Aku merasakan entengnya langkah kakiku ini,” Puyang Puru Parang berkata sendiri dalam hati.

Perjalanan yang telah ditempuh Puyang Puru Parang sebenarnya sudah sangat jauh, tetapi Puyang Puru Parang tidak merasakannya atau tidak menganggapnya sebagai beban. Saat ini perasaan yang ada dalam diri Puru Parang adalah gembira.

Hari telah berganti hari. Tanpa terasa sudah seminggu perjalanan yang ia tempuh, tetapi belum satu desa pun ia temukan.

Setelah sekian lama Puru Parang berada di hutan, sang Puru Parang tumbuh menjadi seorang yang cerdas, mandiri, dan dewasa. Memang sejak kecil ia sudah terbiasa berteman dengan binatang dan penghuni hutan sehingga berkelana dalam hutan sudah menjadi hal yang biasa baginya. Ia tidak merasa takut.

Hingga pada suatu hari, Puyang Puru Parang sampai di suatu desa yang kelihatannya sudah maju. Dengan penuh kekaguman dan rasa penasaran, Puru Parang mengamati keadaan sekelilingnya dengan saksama.

Page 28: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

18

Melihat keadaan desa tersebut sedemikan maju, sang Puyang Puru Parang sangat senang. Puru Parang berkata dalam hati, “Kalau desa ini sedemikian majunya, tertib, makmur, aman dan nyaman, kepala dusunnya pasti orang yang adil dan amanah.”

Agar pengembaraannya tidak diketahui banyak orang, diputuskanlah oleh Puyang Puru Parang untuk melakukan penyamaran. Dia menyamar menjadi seorang yang sangat miskin dan sedang dalam kelaparan.

Sang Puyang Puru Parang berpakaian compang-camping dan berdandan sangat kotor sehingga menimbulkan kesan sangat menjijikkan. Ditambah lagi, badannya penuh dengan penyakit panu, kadas, kudis, dan kurap.

Page 29: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

19

Di sebuah tempat, tidak jauh dari desa, tampak sebuah rumah yang bagus dan asri dengan halaman yang tertata dengan baik. Suasana sekeliling rumah itu sangat sejuk, nyaman, dan bersih.

Puru Parang memperhatikan dengan saksama orang yang ada di depan rumah. Setiap orang yang lewat di depannya terlihat selalu memberi sapaan dengan rasa penuh hormat kepada orang itu. Puru Parang bertanya dalam hati, “Siapakah gerangan orang itu?” Lama dia memperhatikan penghuni rumah itu. Akhirnya penghuni rumah pun masuk.

Sang Puyang Puru Parang melangkah menghampiri rumah orang yang ramah itu dan mengetuk pintu rumahnya. Penghuni rumah keluar membukakan pintu rumah.

Betapa terkejutnya penghuni rumah melihat orang yang datang dan mengetuk pintu rumahnya. Dengan saksama penghuni rumah itu memperhatikan keadaan tamunya. Dalam hatinya ia bergumam, “Alangkah kotor dan kumalnya badan orang ini, penuh luka penyakit kadas, kudis, dan panu sehingga ia sangat bau. Alangkah menyedihkan keadaan orang ini!”

Page 30: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

20

Lama tertegun melihat keadaan Puyang Puru Parang, penghuni rumah itu akhirnya dengan tenang dan sabar mempersilakan sang Puyang Puru Parang untuk masuk ke dalam rumah.

“Silakan masuk, Ki Sanak!” kata penghuni rumah.“Iya, Tuanku,” kata Puru Parang.Kemudian, seperti tanpa rasa canggung dan tanpa

ada rasa curiga, sang pemilik rumah mempersilakan Puyang Puru Parang untuk mandi dahulu agar badannya yang kotor menjadi bersih. Penghuni rumah dengan cepat mengambilkan peralatan mandi seperti handuk, sabun, dan pakaian, lalu memberikannya kepada tamunya tersebut.

Puyang Puru Parang masih dalam posisi terkagum-kagum mendapat sambutan dan pelayanan yang baik dari pemilik rumah. Dengan perasaan ragu dan malu-malu Puru Parang pun menerima semua pemberian pemilik rumah.

Selama di kamar mandi, Puru Parang memperhatikan sekelilingnya. Ia bergumam dalam hati, “Si pemilik rumah ini sepertinya orang yang pembersih. Lihat saja lantai, dinding, dan bak mandinya. Semuanya dalam keadaan

Page 31: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

21

bersih. Peralatan mandi ini juga masih baru. Baju yang diberikan kepadaku juga masih baru. Sebenarnya dia siapa, ya?” Puru Parang masih bergumam sendiri.

Semuanya tidak berlangsung lama. Mandi sudah dan berpakaian juga sudah. Kemudian, Puru Parang pun bergegas menuju ke ruang tamu untuk menemui pemilik rumah. Akan tetapi, betapa terkejutnya sang Puyang Puru Parang ketika ia hendak menuju ruang tamu. Ia melihat pemilik rumah sudah menunggunya di meja makan untuk makan bersama.

Pemilik rumah sepertinya biasa saja sikap dan tingkahnya, seakan ia tanpa canggung dan tidak merasa jijik. Dengan tenangnya ia menerima kehadiran Puru Parang yang dalam keadaan berpenyakitan tersebut. Pemilik rumah mempersilakan sang Puyang Puru Parang untuk duduk dan makan.

Sang Puyang Puru Parang membuka piring di atas meja makan dengan tenang dan sopan. Diambilnya nasi dengan hati-hati. Kemudian, nasi dan lauk-pauk sudah di piringnya. Sambil menikmati makanan yang dihidangkan, sang Puyang Puru Parang dalam hatinya masih bertanya-tanya. Sebenarnya siapakah orang

Page 32: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)
Page 33: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

23

yang telah menyambutnya dengan sangat baik dan sopan ini? Setelah selesai makan, pemilik rumah pun bertanya kepada sang Puyang Puru Parang.

“Oh ya, wahai Saudaraku. Siapakah gerangan engkau sebenarnya dan hendak bermaksud apa datang ke rumahku? Lalu, apa yang menimpamu sehingga dirimu seperti ini? Mengapa keadaanmu bisa seperti ini, Saudaraku?” tanya penghuni rumah kepada Puyang Puru Parang.

Mendengar pertanyaan seperti itu, sang Puyang Puru Parang pun terdiam dan berpikir sejenak. Tidak lama kemudian sang Puyang Puru Parang menceritakan dirinya kepada pemilik rumah.

“Wahai, Tuanku yang agung. Hamba ini adalah seorang pengembara dari daerah yang sangat jauh dari sini. Hamba berjalan ke sana ke mari tanpa tujuan. Hamba kehabisan uang dan bekal. Oleh karena itu, hamba menjadi seorang pengemis dan sekarang hamba sedang diserang penyakit yang bisa Tuanku lihat. Maksud kedatangan hamba kemari adalah untuk meminta sedikit uang atau bekal dan nasi untuk sekadar mengganjal perut yang sudah lama tidak terisi apa-apa, kecuali air sungai. Hamba sangat membutuhkan uang

Page 34: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

24

untuk mengatasi kesulitan. Hamba tidak memiliki uang guna mengobati penyakit hamba ini,” jawab sang Puru Parang dengan nada pelan dan wajah memelas.

“Oh, begitu. Wahai, Saudaraku, malang nian nasibmu! Perkenalkan, orang menyebut saya Kepala Dusun,” kata pemilik rumah memperkenalkan diri kepada Puru Parang.

“Iya, Pak. Jadi, Bapak ini kepala desa, ya? Begitulah, Pak. Tujuan saya mengembara adalah mencari orang yang bisa mengobati penyakit kulit saya ini,” cerita Puru Parang.

Mendengar cerita sang Puru Parang yang begitu menyedihkan, hati pemilik rumah tersentuh dan merasakan kesusahan yang sedang menimpa tamunya itu. Pemilik rumah yang tidak lain adalah kepala desa itu lalu pergi ke kamar menemui istrinya dan menyuruh istrinya ke belakang untuk menyiapkan sesuatu. Puru Parang memperhatikan segala tingkah laku kepala desa dan istrinya dari ruang tamu. Setelah semuanya selesai, si pemilik rumah kembali menemui si Puyang Puru Parang.

“Ini ada nasi dan lauk sebagai bekal kamu di perjalanan nanti, ya, dan ini ada sedikit uang untuk berobat.”

Page 35: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

25

Mendengar pemilik rumah berkata dengan sangat sopan dan melihat ketulusannya dalam memberi nasi, lauk, dan uang, hati sang Puyang Puru Parang sangat terharu. Ia berkata dalam hati, “Alangkah baiknya hati dan perasaan orang ini, pantas saja desa ini maju dan makmur.”

Untuk mengobati rasa penasaran dan untuk meyakinkan hatinya akan status si pemilik rumah, sang Puru Parang memberanikan diri untuk bertanya kepada pemilik rumah itu untuk ke sekian kalinya.

Diamnya Puru Parang ternyata diperhatikan oleh kepala desa itu. Lalu, kepala desa itu malah balik bertanya kepada Puru Parang.

“Ada apa, wahai Puru Parang, Saudaraku, hingga dirimu terdiam saja dari tadi?” tanya kepala desa.

“Sebelumnya saya minta maaf atas kelancangan saya ini. Begini, Pak. Saya mau bertanya tentang sesuatu kepada Bapak. Apakah Bapak berkenan?” Puru Parang sepertinya ragu untuk mengajukan pertanyaan.

“Ada apa, wahai Saudaraku? Apa yang hendak kamu tanyakan kepadaku?”

“Sebenarnya Tuanku ini siapa dan mengapa orang-orang di sekitar tempat tinggal Tuanku begitu hormat kepada Tuanku?”

Page 36: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

26

“Oh, itu. Begini, wahai Saudaraku. Tadi ’kan saya sudah memperkenalkan diri, barangkali lupa ya? Memang orang-orang di sekitar tempat tinggalku ini hormat kepadaku karena aku di sini orang yang dituakan. Jadi, aku dijadikan kepala desa. Jadi begitu, Saudaraku.”

Puyang Puru Parang menjadi plong hatinya setelah mendengarkan penjelasan dari orang yang telah melayaninya dengan baik ini dan sekarang lebih plong lagi hatinya setelah mengetahui identitas orang tersebut. Puyang Puru Parang pun berkata dalam hatinya, “Jadi, orang yang selama ini bersamaku ini adalah seorang kepala desa. Pantas saja desa yang ia pimpin maju dan makmur karena ia seorang pemimpin yang adil dan bijaksana.”

Sebelum Puyang Puru Parang pergi meninggalkan rumah sang penguasa atau kepala desa, ia berpesan kepada kepala desa itu sebagai bentuk balas budi atas segala kebaikannya selama ini.

“Wahai Tuanku kepala desa, untuk membalas segala kemuliaan hati Tuanku, hamba akan memberikan sesuatu untuk Tuanku sebagai rasa terima kasih hamba. Jika kelak di kemudian hari Tuanku, anak cucu Tuanku, dan rakyat desa ini mengalami kesusahan atau ditimpa

Page 37: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

27

musibah maka tuanku tidak usah bingung. Tuanku cukup berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah Swt. dengan khusuk. Akan tetapi, setelah itu Tuanku jangan lupa panggil nama Si Muncit sebanyak tiga kali. Insyaallah pertolongan Allah akan datang melalui seekor harimau putih yang akan menyelesaikan masalah Tuanku. Itu pesan yang pertama, Tuanku. Selanjutnya, jika kelak desa ini kembali ditimpa musibah dengan adanya bercak-bercak merah seperti darah berwarna merah, Tuanku dan seluruh warga desa ini agar mempersiapkan diri untuk menghadapi musibah tersebut.”

“Oh, jadi begitu hadiahnya, wahai Saudaraku,” kata kepala desa.

Kemudian, pemilik rumah mengantarkan sang Puru Parang sampai di halaman rumahnya. Kepala desa merenung setelah mendengarkan pesan si Puyang Puru Parang dengan baik dan serius. Sampai-sampai setelah sang Puyang Puru Parang pergi, kepala desa itu masih termenung. Sadar-sadar hari sudah malam, keadaan sudah sepi, dan Puyang Puru Parang sudah tidak ada lagi di hadapannya. Sang kepala desa hanya bisa bersyukur dalam hati karena ia telah diberi kesempatan untuk beribadah dengan berbuat baik dan menolong sesama.

Page 38: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

28

Page 39: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

29

4. BALAS BUDI

Waktu terus berputar dan tidak pernah berhenti seiring dengan perjalanan kehidupan yang ada di muka bumi ini yang juga tiada pernah berhenti walau untuk sedetik saja. Demikian juga dengan perkembangan suasana, situasi, dan kondisi, tentulah mengalami suatu perubahan. Hal ini juga terjadi di sektor keamanan kampung tersebut.

Setelah beberapa tahun waktu berlalu, situasi keamanan dan ketenteraman warga desa yang dahulu pernah disinggahi oleh sang Puyang Puru Parang mulai terusik dan mengalami gangguan. Desa mereka kedatangan kelompok maling, perampok, dan begal yang dahulu ketika mendengar nama desa itu saja sudah menjadi sangat takut dan sedikit pun tidak berani menginjakkan kaki di desa itu. Akan tetapi, kini mereka sudah mulai berani memasuki desa tersebut karena mereka sudah memiliki kesaktian sehingga mereka berani bertindak kasar dan kejam. Di antara mereka ada yang mencuri dengan sembunyi-sembunyi, ada juga di antara mereka yang tidak segan-segan menjarah dan merampok serta membegal secara terang-terangan.

Page 40: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

30

Para perampok dan begal ternyata tidak segan-segan melukai anggota masyarakat yang mencoba menghalangi atau melawan mereka. Para perampok senang sekali mengganggu, bahkan menyakiti gadis-gadis desa. Gadis-gadis yang menjadi korban adalah yang orang tuanya tidak mau menyerahkan upeti kepada mereka.

Ulah para pencuri, begal, dan gerombolan perampok itu sangat meresahkan warga. Kekacauan telah terjadi di mana-mana. Masyarakat tidak lagi berani keluar malam. Kepala desa tidak lagi bisa berbuat banyak atau memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk melawan mereka semenjak anak yang paling besarnya tewas ketika melawan para perampok itu.

Di saat melihat keadaan desa yang mulai tidak tenteram dan menjurus pada keadaan darurat keamanan, sang kepala desa teringat sesuatu. Dulu ia pernah diberi pesan oleh sang Puru Parang agar tidak panik dan bingung. Puru Parang berpesan agar dirinya berdoa dengan khusuk dan memohon pertolongan Allah Swt.. Setelah itu ia diperintahkan memanggil nama Muncit sebanyak tiga kali. Insyaallah dengan cara itu masalah akan teratasi. Kepala desa pun menuruti

Page 41: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

31

pesan Puru parang. Ia kemudian berdoa dengan khusuk memohon pertolongan kepada Allah Swt. agar masalahnya bisa teratasi. Setelah selesai berdoa memohon pertolongan kepada Allah Swt., sang kepala desa tak lupa pula memanggil nama Muncit sebanyak tiga kali, sesuai dengan pesan sang Puru Parang

“Muncit … Muncit … Muncit …,” panggil kepala desa dengan suara yang keras dan terdengar sangat nyaring.

Tidak berapa lama setelah kepala desa memanggil nama Muncit sebanyak tiga kali, tiba-tiba suasana jadi bergemuruh seperti layaknya sebuah kereta raja lewat.

Page 42: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

32

Cahaya sangat terang menyilaukan mata dan kemudian muncullah asap putih tebal yang lama-kelamaan menipis. Samar-samar berdiri tegak di hadapan sang kepala desa seekor harimau putih bersih mengilap, besar, sebesar sapi dewasa. Sambil menundukkan kepala sebagai tanda hormat, sang harimau bernama Muncit itu mendekati kepala desa.

“Ada apa gerangan Tuanku memanggil hamba? Apa yang bisa hamba bantu, Tuanku yang budiman?” tanya si harimau putih.

Kepala desa itu menatap harimau putih itu, lalu menceritakan keadaan desa yang ia pimpin sedang mengalami gangguan.

“Begini, wahai Saudaraku. Desa yang aku pimpin ini saat ini sedang dilanda keresahan dan kekacauan akibat gerombolan maling, perampok, dan begal. Mereka ada yang mencuri dengan sembunyi-sembunyi, ada yang tidak segan-segan menjarah dan merampok serta membegal dengan terang-terangan. Para perampok dan begal tidak segan-segan melukai masyarakat yang mencoba menghalangi atau melawan mereka. Bila mereka dalam posisi terdesak, mereka tega

Page 43: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

33

menghilangkan nyawa korbannya. Sementara tidak sedikit gadis-gadis desa harus kehilangan mahkotanya,” cerita kepala desa pada si Muncit.

Mendengar cerita dan penjelasan kepala desa itu, si Muncit pun paham dan cepat tanggap. Demi menenteramkan hati kepala desa yang sedang sedih dan resah itu, Muncit pun berkata kepada kepala desa, “Tidak usah resah, sedih, dan khawatir seperti itu, wahai Tuanku yang budiman!”

Saudaraku, besok pagi silakan engkau pergi ke ujung desa sebelah timur. Lihatlah keadaan di kampung sana! Engkau pasti akan terkejut melihat yang terjadi karena di sana engkau akan temukan perampok yang kejam itu sudah meninggal semua. Tidak ada satu pun perampok yang tersisa. Hanya saja, Tuanku, pesan hamba kepada Tuanku, tolong kebumikan mayat para perampok itu layaknya Tuanku mengebumikan orang lain yang sudah meninggal dunia. Jangan sia-siakan jasad mereka meskipun mereka sudah bertindak sangat kejam kepada rakyat Tuanku. Ingat, itu pesanku kepadamu!”

“Baiklah, Muncit. Pesanmu ini akan aku laksanakan bersama warga,” kata kepala desa.

Page 44: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

34

Setelah pembicaraan selesai, tiba-tiba si Muncit lenyap dari pandangan sang kepala desa. Suasana kembali sepi mencekam.

Dalam hati sang penguasa desa itu hanya bisa berkata, “Apa yang akan terjadi malam ini? Ini sungguh malam yang sangat mengerikan bagiku, seperti malam mau kiamat saja.”

Keesokan harinya kepala desa beserta seluruh anggota masyarakat pergi ke ujung kampung di sebelah timur untuk melihat kehebohan yang terjadi di sana. Warga menemukan mayat para perampok di ujung desa sebelah timur.

Sang kepala desa ingat pesan si Muncit dan kini ia kagum akan kebenaran cerita si Muncit. Dalam hati kepala desa berkata, “Ternyata benar yang sudah diceritakan si Muncit kepadaku. Seluruh perampok dan maling yang pernah menjarah harta benda warga masyarakat desaku sekarang sudah terbujur kaku.”

Kemudian kepala desa merasa sangat bersyukur kepada Allah Swt. karena lewat si Muncit musibah yang melanda desanya dapat berakhir. Kepala desa lalu menyuruh seluruh masyarakat desa menepati janjinya kepada si Muncit untuk mengebumikan seluruh jenazah perampok dan maling secara wajar.

Page 45: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

35

“Bapak-Bapak seluruh warga desa, ayo kita kuburkan mayat-mayat perampok ini secara wajar,” kata kepala desa.

“Baiklah, Tuanku yang budiman,” jawab warga kompak.

Tidak mau berlama-lama, warga desa segera menguburkan satu per satu mayat para perampok itu secara wajar. Mereka bekerja secara bergotong royong dan saling bahu-membahu. Akhirnya, seluruh mayat telah selesai dimakamkan.

Peristiwa itu menjadi buah bibir orang-orang desa.Mereka tidak tahu kejadian sebenarnya yang menimpa para perampok yang meresahkan seluruh warga itu.

Satu tahun lamanya waktu berlalu. Akan tetapi, masyarakat belum bisa melupakan peristiwa kekacauan yang diakibatkan oleh ulah para perampok dan maling di desa itu.

Kini desa itu dihebohkan dengan adanya bercak-bercak merah, yang ternyata bercak-bercak darah, persis di depan pintu rumah warga masyarakat. Kepala desa, sang penguasa desa itu, kembali teringat akan pesan sang Puru Parang bahwa akan ada tanda-tanda

Page 46: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

36

persis seperti yang sekarang ada di desa tersebut. Tanda bercak-bercak darah berarti akan datangnya musibah, yaitu penyakit yang sangat mematikan yang akan menimpa desanya.

Satu minggu setelah tanda bercak-bercak darah itu muncul, kekhawatiran kepala desa itu benar-benar terjadi. Desanya diserang wabah penyakit yang misterius dan sangat mematikan. Bahkan, kepala desa itu pun ikut terserang wabah penyakit itu. Semua tabib dan dukun yang minggu lalu dikerahkan untuk mengusir tanda-tanda merah itu kembali dipanggil untuk mengusir dan menyembuhkan penyakit.

“Wahai, para tabib dan para dukun yang saya cintai, hari ini saya kembali memanggilmu untuk membantu menyembuhkan warga dan diriku dari serangan wabah penyakit ini,” kata kepala desa.

“Baik, Tuanku yang budiman. Kami akan membantu warga dan Tuanku agar bisa sembuh dari penyakit yang sedang diderita. Kami akan berbuat semampu kami, Tuanku,” kata tabib dan dukun itu.

Para tabib, dukun, dan ustaz bahu-membahu membantu kepala desa dalam mengatasi masalah desa itu. Mereka mengerahkan segala kesaktian dan

Page 47: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

37

kemampuan yang mereka miliki. Siang dan malam mereka bekerja dengan sekuat tenaga, baik melalui obat-obatan, amalan-amalan, maupun mantra saktinya.Akan tetapi, para dukun, ustaz, dan tabib itu tidak mampu mengatasi masalah yang sedang melanda desa itu. Mereka pun melaporkan hasil kerja mereka kepada kepala desa.

“Ampun, Tuanku yang budiman. Hamba meminta maaf kepada Tuanku. Hamba, semua dukun dan tabib, sudah bekerja keras untuk mengusir penyakit dan menyembuhkan warga. Akan tetapi, kami semua tidak sanggup mengatasinya,” kata tabib desa.

“Oh begitu. Ya, sudah, tidak apa-apa, wahai para tabib dan dukun. Terima kasih atas bantuan kalian.Meskipun kalian belum berhasil, saya tetap berterima kasih atas jerih payah kalian,” kata kepala desa.

Para tabib dan dukun itu pun pergi dari rumah kepala desa dengan perasaan bersalah. Mereka merasa gagal menolong warga dan merasa tidak berguna. Sepeninggal para dukun dan tabib itu, tiba-tiba kepala desa kembali ingat akan pesan sang Puyang Puru Parang. Bila ada kesulitan atau musibah, disarankan agar memanjatkan

Page 48: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

38

nama Allah Swt. dan setelah itu memanggil si Muncit sebanyak tiga kali. Tanpa membuang-buang waktu, segera saja kepala desa itu kembali memanggil si Muncit.

“Muncit … Muncit … Muncit …,” panggil kepala desa dengan suara yang keras dan nyaring.

Tidak berapa lama setelah kepala desa memanggil nama Muncit sebanyak tiga kali, tiba-tiba suasana jadi bergemuruh seperti layaknya sebuah kereta raja lewat. Cahaya sangat terang menyilaukan mata dan kemudian muncullah asap putih tebal yang lama-kelamaan menipis. Samar-samar berdiri tegak di hadapan sang kepala desa seekor harimau putih bersih mengilap, besar, sebesar sapi dewasa. Sambil menundukkan kepala sebagai tanda hormat, sang harimau bernama Muncit itu mendekati kepala desa.

“Ada apa gerangan Tuanku memanggil hamba? Apa yang bisa hamba bantu, Tuanku yang budiman?” tanya si harimau putih.

Kepala desa itu menatap harimau putih yang tingginya sebesar sapi itu dan bercerita tentang kesengsaraan warga desanya akibat wabah penyakit yang sangat mematikan.

Page 49: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

39

“Aku ini mau minta petunjuk kepadamu, wahai Muncit, karena saya tidak bisa mengatasi permasalahan ini sendirian. Wahai, Saudaraku Muncit, bagaimana cara mengobati warga desa dari wabah penyakit yang sangat mematikan ini? Saya tidak tahu cara mengobati diriku sendiri dan warga desaku. Dukun dan tabib sudah berusaha, tetapi tidak ada yang berhasil,” kata kepala desa kepada si Muncit.

“Tuanku yang budiman, silakan Tuanku datang ke desa seberang. Di sana Tuanku akan menemukan tabib yang insyaallah akan dapat menyembuhkan wabah penyakit ini,” kata Muncit kepada kepala desa.

“Saudaraku Muncit, dengan keadaanku sakit seperti ini, aku tidak akan sanggup untuk sampai ke desa seberang. Bagaimana menurutmu, Muncit?” tanya kepala desa kepada Muncit.

“Tuanku yang mulia, Tuanku tidak perlu datang langsung ke desa itu. Tuanku yang mulia tinggal memerintahkan anak Tuanku yang paling bungsu. Anak itu memiliki kemuliaan dan kesabaran yang tinggi. Dengan modal itu, insyaallah ia akan berhasil sampai ke tempat tabib seberang,” saran Muncit kepada kepala desa.

Page 50: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

40

Setelah mendapat petunjuk dari Muncit, sedikit legalah perasaan kepala desa itu untuk menentukan langkah berikutnya.

Keesokan harinya, pesan petunjuk dari Muncit pun dilaksanakan kepala desa. Kepala desa memanggil anak bungsu mereka. Kepala desa menerangkan maksud pemanggilan anak bungsunya. Anak Bungsu kepala desa mendengarkan dengan saksama penjelasan Ayahandanya. Setelah lama dan panjang lebar menjelaskan maksud dan tujuannya memanggil anaknya, kepala desa pun bertanya kepada anaknya.

“Apakah Ananda sudah paham, dan siap melaksanakan tugas ini?”

“Saya paham Ayahanda. Demi bakti Ananda kepada Ayahanda dan warga desa, apapun yang akan Ayahanda minta, Ananda akan siap laksanakan,” kata ananda kepala desa.

“Terima kasih, Ananda. Percayalah ini tugas mulia menolong Ayahanda dan warga desa. Percayalah pada keagungan Allah Swt., bahwa semua ini sudah atas kehendak-Nya. Jadi, laksanakan tugas ini dengan niat yang tulus dan ikhlas semoga segalanya menjadi lancar dan berpahala di hadapan Allah Swt.. Jika Ananda

Page 51: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

41

mengalami kesulitan yang luar biasa dan Ananda sudah tidak sanggup lagi untuk keluar dari kesulitan itu, jangan lupa mintalah pertolongan kepada Allah Swt. supaya dimudahkan dalam segala urusan. Kemudian, jangan lupa ikhtiar dengan memanggill nama si Muncit sebanyak tiga kali. Insyaallah pertolongan dari Allah akan datang kepadamu, Ananda,” kata kepala desa kepada si Bungsu.

“Kalau Ananda sudah memanggilnya, apa yang akan terjadi Ayahanda?” tanya si Bungsu kepada ayahandanya.

“Nanti Ananda akan tahu sendiri. Ingat, apa pun yang akan engkau temui setelah menyebut nama itu, engkau jangan takut karena melalui dialah Allah Swt. menolongmu untuk keluar dari kesulitan yang sedang engkau hadapi,” kata ayahanda kepada anaknya.

“Baiklah, Ayahanda. Besok pagi-pagi sekali Ananda akan berangkat. Ananda mohon doa restu Ayahanda.Semoga bisa lancar dalam menjalankan tugas yang Ayahanda berikan kepadaku,” kata si Bungsu.

Di dalam kamar, si Bungsu tidak bisa tidur. Ia membayangkan hal yang akan menimpa dirinya. Tugas ini ia lakukan karena rasa sayang dan bakti kepada

Page 52: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

42

orang tua dan masyarakat desa. Ia membulatkan tekad untuk menghadapi semua risiko yang akan dihadapinya dalam perjalanannya nanti.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali si Bungsu, anak kepala desa, berangkat menuju desa seberang tanpa ditemani oleh siapa pun. Bukit ia lalui, sungai ia seberangi, dan hutan demi hutan ia lalui. Perjalanan ini sebenarnya sangat berat untuk anak seumuran si Bungsu. Akan tetapi, karena rasa cinta dan sayangnya kepada ayahandanya dan juga rasa baktinya kepada masyarakat, pekerjaan yang berat ini tidak ia rasakan. Semua kesulitan berhasil ia lalui dan hadapi.

Hingga pada suatu hari, sampailah ia di hutan yang sangat lebat. Karena begitu lebatnya daun-daun dari pepohonan raksasa, sedikit sekali sinar matahari yang berhasil menembus hutan itu.

Dengan rasa ragu-ragu dan takut yang luar biasa, si Bungsu mulai memasuki hutan itu. Di tengah hutan ia mulai tersesat. Ia sudah tidak tahu jalan yang harus ia lalui untuk menuju dan sampai di desa seberang. Sudah hampir satu minggu ia berputar-putar di tempat itu. Bekal sudah mulai menipis, tenaga sudah mulai kritis dan hampir habis. Keputusasaan sudah mulai menggelayuti

Page 53: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

43

perasaannya. Ketakutan mulai membayangi dirinya. Dalam keadaan yang tidak berdaya itu, si Bungsu teringat pesan ayahandanya. Awalnya Bungsu sedikit ragu, akan tetapi keraguan ia hilangkan dari pikirannya. Bungsu pun mulai berdoa dengan khusuk memohon pertolongan kepada Allah Swt. agar dirinya bisa keluar dari masalah yang sedang ia hadapi. Selesai berdoa, bungsu berikhtiar dengan memanggil nama si Muncit sesuai pesan ayahnya.

“Muncit … Muncit … Muncit,” panggil si Bungsu dengan rasa was-was dan hati berdebar-debar menunggu yang akan terjadi di hadapannya nanti. Setelah beberapa saat lamanya menunggu, tidak terjadi apa-apa.

“Mengapa tidak terjadi apa-apa? Mengapa yang diceritakan ayahanda tidak terjadi atau karena aku kurang yakin? Demi ayahanda dan demi masyarakat desa, aku harus mencobanya lagi,” kata anak kepala desa.

Dengan penuh keyakinan dan diiringi doa kepada Allah Swt., si Bungsu anak kepala desa itu kembali memanggil si Muncit sebanyak tiga kali untuk yang kedua kalinya.

Page 54: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

44

“Muncit … Muncit … Muncit.”Tidak berapa lama, tiba-tiba suasana sekitar jadi

terang-benderang. Angin berhembus sangat kencang.Kemudian, muncul asap putih tebal yang lama-kelamaan menipis. Samar-samar berdiri tegak di hadapan si Bungsu seekor harimau putih bersih mengilat sebesar sapi dewasa.

Si bungsu sangat ketakutan. Tiba-tiba, ia ingat pesan ayahandanya sehingga rasa takut itu lama-kelamaan sirna.

“Ada apa kiranya Tuanku memanggil hamba. Apa yang bisa hamba bantu, Tuanku yang budiman?”

“Be … be … begini, wahai Harimau! Aku tersesat dan tidak tahu arah yang harus dituju untuk bisa sampai di desa seberang guna menjemput tabib yang konon, kata ayahandaku, bisa menyembuhkan wabah penyakit yang sedang menyerang desaku. Sudah satu minggu aku tersesat di hutan ini, sedangkan ayah dan saudara-saudaraku sangat berharap aku dapat membawa tabib itu ke desaku. Bisakah engkau menunjukkan kepadaku jalan ke desa seberang agar aku bisa meminta tolong kepada tabib tersebut?”

Page 55: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

45

“Baiklah, Tuanku, Anak Muda yang budiman.Hamba akan menolong Tuanku yang budiman menyelesaikan tugas yang mulia ini.”

“Lalu, bagaimana caranya?” tanya si Bungsu.“Tuanku cukup mengikuti ranting-ranting yang

hamba patahkan untuk petunjuk. Insyaallah, Tuanku yang budiman akan sampai ke tujuan,” kata si Muncit.

“Terima kasih, Muncit!”Dengan tidak membuang waktu si Bungsu menuruti

petunjuk si Muncit tadi. Anak kepala desa itu berjalan mengikuti tanda ranting yang telah dipatahkan oleh Muncit.

Dengan perasaan capai dan lelah, sampai juga anak kepala desa itu di desa seberang, tempat tabib yang disebutkan ayahandanya. Si Bungsu mencari tabib itu dan bertemulah ia dengan tabib yang dimaksud. Anak kepala desa itu mengutarakan tujuan kedatangannya kepada sang tabib.

“Maaf sebelumnya, Tuan Tabib. Kedatangan saya ke tempat Tabib mengganggu dan merepotkan Tuan Tabib. Saya datang ke mari karena diperintahkan oleh ayahanda saya. Ada hal yang sangat penting dan sangat mendesak yang perlu Tuan Tabib ketahui,” kata si Bungsu.

Page 56: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

46

“Maaf sebelumnya, Anak Muda yang budiman.

Anak ini siapa, dari mana asalnya, dan ada kepentingan

apa kiranya sehingga bersusah payah menemui saya?”

tanya tabib sakti itu.

“Oh, ya, Ki Tabib. Saya minta maaf karena sejak

tadi belum memperkenalkan diri. Saya ini adalah si

Bungsu, anak kepala desa seberang desa ini. Adapun

maksud kedatangan saya ke sini, ke kediaman Tuan

Tabib, adalah atas perintah ayahanda saya. Beliau

memerintahkan saya untuk meminta tolong kepada

Tuan Tabib agar Tuan sudi datang ke desa kami untuk

mengobati ayahanda, saudara-saudara saya, dan

masyarakat desa saya. Itulah maksud kedatangan saya,

Tuan,” cerita si Bungsu kepada tabib sakti itu.

“Oh, begitu. Berarti di desa Anak Muda saat

ini masyarakatnya sedang dilanda musibah? Kalau

begitu saya tidak boleh terlalu lama di sini. Kita harus

segera ke desamu, Anak Muda. Mereka semua harus

segera ditolong. Kalau begitu, mari, Anak Muda, kita

jangan berlama-lama. Bila terlambat sedikit saja bisa

berbahaya,” kata tabib.

Page 57: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

47

Setelah mendengarkan penjelasan si Bungsu,

tabib itu sangat terenyuh hatinya dan terharu dengan

keberanian si Bungsu. Dengan tidak membuang waktu

terlalu lama, tabib sakti itu dan si Bungsu berangkat ke

tempat ayahanda si Bungsu.

Dalam perjalanan pulang kembali ke desa, si

Bungsu merasakan bahwa perjalanannya sangat

berbeda dengan ketika dirinya datang ke desa tabib

sakti itu. Saat dirinya datang ke desa tabib sakti itu, ia

merasakan tempatnya begitu jauh dan sulit dijangkau.

Jalan berliku-liku melalui hutan yang sangat lebat

mengakibatkan dirinya tersesat dan memakan waktu

yang lama. Akan tetapi, saat pulang keadaannya sangat

berbeda. Jarak terasa begitu pendek dan waktu tempuh

sangat cepat dan mereka tidak tersesat. Si Bungsu pun

berpikir dan berkata dalam hati.

“Apakah karena kebodohanku atau karena kesaktian

tabib ini sehingga perjalanan pulang ke desa lebih

cepat? Ah, terserah sajalah. Yang penting, kewajiban

untuk menemui tabib ini sudah aku jalankan.”

Page 58: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

48

Setelah perjalanan yang tidak begitu lama, kedua orang itu, Tabib sakti dan si Bungsu, sampailah di desa yang warganya sedang dilanda musibah. Kepala desa menyambut kedatangan mereka dengan senang.

“Assalamualaikum …,” kata tabib memberi salam kepada kepala desa.

“Wa alaikum salam …,” balas kepala desa itu kepada tabib sakti. Kepala desa mempersilakan tabib sakti itu masuk dan mempersilakannya duduk.

Tidak lama menunggu, kepala desa itu pun menceritakan ihwal dirinya menyuruh si Bungsu, anaknya, untuk menemui tabib sakti itu. Tabib itu pun mendengarkan dengan saksama.

“Tuan Tabib, maksud saya menyuruh anak saya yang bungsu untuk menemui Tuan Tabib adalah untuk meminta tolong kepada Tuan Tabib. Sudilah kiranya Tuan menolong saya, saudara-saudara saya, dan seluruh warga agar selamat dari wabah penyakit yang sedang melanda desa kami,” kepala desa menjelaskan kepada tabib.

“Iya, Tuanku. Saya sudah mendengar cerita itu dari si Bungsu, anak Tuanku,” kata tabib sakti itu.

Page 59: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

49

“Kalau begitu, mari segera kita laksanakan pengobatannya, Tuan Tabib!” kata kepala desa.

“Iya, Tuanku,” kata tabib itu.Tabib sakti segera mempersiapkan segala keperluan

untuk pengobatan penyakit kepala desa dan saudara-saudaranya. Tabib sakti itu duduk bersila sembari berdoa memohon pertolongan kepada Allah Swt.. Setelah selesai berdoa, Tabib segera meramu berbagai macam jenis ramuan obat. Setelah selesai diramu, obat tersebut diberikan kepada kepala desa untuk dibagikan kepada seluruh warga desa itu.

Page 60: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

50

Alhamdulillah atas izin dan kuasa Allah, melalui pertolongan tangan dan keahlian tabib itu wabah penyakit di desa itu dapat disingkirkan.

Warga desa yang telah terbebas dari wabah penyakit bergembira dan bersyukur atas pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa melalui tabib desa seberang yang mengusir wabah penyakit dari desa mereka. Warga desa merayakannya dengan syukuran atau selamatan yang diiringi dengan zikir dan pembacaan doa kepada Allah Swt..

Belajar dari pengalaman peristiwa itu, rakyat desa lebih tekun beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt., Tuhan pencipta alam.

Kehidupan warga di daerah Ujan Mas yang beberapa waktu lalu sempat terganggu keamanannya, sempat terganggu dengan musibah wabah penyakit, kini kembali normal seperti biasa. Rakyat yang biasa bekerja di ladang kembali ke ladang. Mereka yang di sawah kembali ke sawah dan mereka yang berdagang kembali berdagang. Kehidupan mereka kembali seperti biasa, seperti ketika mereka belum terkena musibah.

Page 61: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

51

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Basuki Sarwo Edi, S.Pd.Telepon Kantor/Ponsel : (0711) 7539500/081368368556Pos-el : [email protected] Facebook : Bagus ArhastaAlamat kantor : Jalan Seniman Amri Yahya Kompleks Taman Budaya Sriwijaya, Jakabaring, Seberang Ulu 1 Palembang, Sumatra Selatan.Bidang Keahlian : Sastra

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir): 1. 2003--2016: Peneliti Sastra Balai Bahasa Provinsi Sumatra Selatan2. 2013--2016: Satuan Pengawas Internal3. 2001--2016: Staf Pengajar SMK Negeri 4 Palembang

Page 62: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

52

Riwayat Pendidikan Tinggi: S-1 IKIP Muhammadiyah Purworejo Jawa Tengah

Informasi Lain:Lahir di Kebumen, 29 April 1969. Menikah dan dikaruniai satu anak. Saat ini menetap di Palembang. Aktif di organisasi dan berprofesi guru. Beberapa kali menjadi narasumber di berbagai seminar, baik pada tingkat regional maupun nasional.

Page 63: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

53

BIODATA PENYUNTING

Nama : Wenny OktaviaPos-el : [email protected] Keahlian : Penyuntingan

Riwayat Pekerjaan: Tenaga fungsional umum Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2001—sekarang)

Riwayat Pendidikan:1. S-1 Sarjana sastra dari Universitas Negeri Jember

(1993—2001)2. S-2 TESOL and FLT dari University of Canberra

(2008—2009)

Informasi Lain: Lahir di Padang pada tanggal 7 Oktober 1974. Aktif dalam berbagai kegiatan dan aktivitas kebahasaan, di antaranya, penyuntingan bahasa, penyuluhan bahasa, dan pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Ia telah menyunting naskah dinas di beberapa instansi, seperti Mahkamah Konstitusi dan Kementerian Luar Negeri.

Page 64: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

54

BIODATA ILUSTRATOR INama : Noviyanti WijayaPos-el : [email protected] Keahlian : Ilustrator

Riwayat Pendidikan:Universitas Bina Nusantara Jurusan Desain Komunikasi Visual

Judul Buku dan Tahun Terbitan1. Ondel-Ondel dalam buku Aku Cinta Budaya Indonesia,

2015, BIP gramedia2. Big Bible, Little Me, 2015, icharacter3. God Talks With Me About Comforts, 2014, icharacter4. Proverbs for Kids, 2014, icharacter

BIODATA ILUSTRATOR IINama : Venny Kristel ChandraPos-el : [email protected] Keahlian : Ilustrator

Riwayat Pendidikan:Universitas Bina Nusantara Jurusan Desain Komunikasi Visual

Judul Buku dan Tahun Terbitan:1. 3 Little Dragon, 20142. Learning Old English, 20143. How to Learn Potty Training, 20154. Sofie and Bicycle, 2015

Page 65: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

55

Page 66: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan - SI MUNCIT dan Sampul Si... · 2021. 1. 28. · Si Muncit: Cerita Rakyat dari Sumatra Selatan/Basuki Sarwoedi. Wenny Oktavia (Penyunting)

Badan Pengembangan dan Pembinaan BahasaKementerian Pendidikan dan Kebudayaan