bab ii tinjauan pustaka bab ii.pdf · title: bab ii tinjauan pustaka author: windows user created...
TRANSCRIPT
Bab II Tinjauan Pustaka
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jalan Dan Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan
atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam
pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, pembinaan persatuan dan kesatuan
bangsa, serta dalam memajukan kesejahteraan umum. Jalan mempunyai peranan
penting terutama dalam mendukung ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik,
pertahanan dan keamanan serta dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran
rakyat. Selain itu, jalan juga berperan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa yang
juga merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan mengikat
seluruh wilayah Republik Indonesia (UU NO. 38, 2004).
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan, pembagian
kewenangan jalan dibagi menjadi beberapa bagian yakni :
1) Jalan Nasional, adalah jalan yang menghubungkan provinsi (antar provinsi) pada
suatu wilayah berada dibawah kewenangan Negara dalam hal ini kementerian
PU dimana kalo di daerah dipegang oleh Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
(SNVT)
2) Jalan Provinsi, jalan yang menghubungkan antar kabupaten/kota dalam sebuah
provinsi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-2
3) Jalan Kota, jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota.
4) Jalan Kabupaten, jalan yang menghubungkan antar kelurahan/desa
5) Jalan Desa, jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk
jalan kabupaten dan merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antarpermukiman di dalam desa.
Dalam mendefinisikan pengertian kecelakaan ini, acuan yang digunakan adalah
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 tahun 1993 yang menyatakan bahwa kecelakaan
lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan yang sedang bergerak dengan atau tanpa pemakai jalan
lain, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang jarang dan tidak tentu
kapan terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului oleh situasi dimana seorang
atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan mereka. Filosofi penelitian
kecelakaan menganggap kecelakaan sebagai suatu peristiwa yang acak, dari dua aspek
yaitu lokasi dan waktu (DLLAJ, 1997).
Kecelakaan bermotor seperti halnya seluruh kecelakaan lainnya, adalah kejadian
langsung tanpa diharapkandan umumnya ini terjadi dengan sangat cepat. Selain itu,
kecelakaan adalah puncak rangkaian kejadian yang naas. Apabila dengan berbagai cara
mata rantai kejadian ini dapat diputus, kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat
dicegah (Oglesby & Hicks, 1998).
Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang jarang, bersifat acak, melibatkan banyak faktor
(Multi faktor), didahului oleh situasi dimana satu orang atau lebih melakukan kesalahan
dalam mengatisipasi kondisi lingkungan (RSOPA, 1992).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-3
a) Kecelakaan lalu lintas sebagai suatu kejadian yang jarang
Didefinisikan bersifat jarang, karena pada prinsipnya kecelakaan relatif jarang
dengan pengertian kecil bila dibandingkan dengan jumlah pergerakan kendaraan
yang ada.
b) Kecelakaan lau lintas yang bersifat acak
Didefenisikan bersifat acak karena kejadian kecelakaan tersebut dapat terjadi kapan
dan dimana saja, tanpa memandang waktu dan tempat. Berdasarkan pengertian ini
ada dua hal yang berkaitan kejadian kecelakaan yaitu waktu dan lokasi kejadian
yang bersifat acak.
c) Kecelakaan lalu lintas yang bersifat multi faktor
Didefenisikan bersifat multi faktor, dengan pendekatan lain melibatkan banyak
faktor.
Kecelakaan adalah peristiwa yang terjadi pada suatu pergerakan lalu lintas akibat
adanya kesalahan pada sistem pembentuk lalu lintas, yaitu pengemudi (manusia),
kendaraan, jalan, dan lingkungan, pengertian kesalahan disini dapat dilihat sebagai
suatu kondisi yang tidak sesuai dengan standar atau perawatan yang berlaku maupun
kelalaian yang dibuat oleh manusia (Carter & Homburger , 2005).
Disamping beberapa pengertian kecelakaan diatas, terdapat pengertian lain tentang
kecelakaan antara lain: Kecelakaan lalu lintas merupakan peristiwa yang tidak
diharapkan yang melibatkan paling sedikit satu kendaraan bermotor pada satu ruas jalan
dan mengakibatkan kerugian material bahkan sampai menelan korban jiwa (Kadiyati
Wibowo, 2005).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-4
Dari definisi diatas dapat disimpulkan secara teknis kecelakaan lalu lintas didefinisikan
sebagai sutau kejadian yang disebabkan oleh banyak faktor yang tidak sengaja terjadi
(Random Multy Factor Event). Dalam pengertian secara sederhana, bahwa suatu
kecelakaan lalau lintas terjadi apabila semua faktor keadaan tersebut waktu dan lokasi
secara bersamaan pada satu titik waktu tertentu bertepatan terjadi yang mengakibatkan
korban maupun kerugaian harta benda. Hal ini berarti memang sulit meramalkan secara
pasti dimana dan kapan suatu kecelakaan akan terjadi.
2.2 Karakteristik Kecelakaan
Kecelakaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor. Secara garis besar
kecelakaan diklasifikasikan berdasarkan lokasi kecelakaan, waktu terjadinya
kecelakaan, tingkat kecelakaan, kelas korban kecelakaan, cuaca saat kecelakaan terjadi,
tipe/jenis tabrakan, jenis kendaraan dan penyebab kecelakaan (Maya, 2009).
Dalam penentuan karakteristik kecelakaan pada penelitian ini diklasifikasikan
berdasarkan beberapa hal di bawah ini :
1. Berdasarkan Lokasi Kecelakaan :
a. Jalan lurus
i. 1 Lajur searah
ii. 2 Lajur searah
iii. 2 Lajur yang berlawanan arah
iv. 4 Lajur 2 arah
b. Tikungan jalan
c. Persimpangan jalan, pertigaan atau perempatan jalan
d. Tanjakan atau turunan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-5
e. Persimpangan jalan, pertigaan atau perempatan jalan
f. Tanjakan atau turunan
2. Berdasarkan Waktu Terjadinya Kecelakaan
a. Jenis hari
i. Hari kerja : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat
ii. Hari libur : Minggu dan hari – hari libur Nasional
iii. Akhir Minggu : Sabtu
b. Waktu
- Dini hari : jam 00.00 – jam 06.00
- Pagi hari : jam 06.00 – jam 12.00
- Siang hari : jam 12.00 – jam 18.00
- Malam hari : jam 18.00 – jam 24.00
Dari keempat pengelompokkan di atas bias dijadikan dua kelompok yaitu
kelompok terang (pagi dan siang hari) dan kelompok gelap (malam dan dini
hari).
3. Berdasarkan tingkat kecelakaan, Menurut PP No.43 tahun 1993, pasal 93 maka
kecelakaan dibagi dalam empat golongan yaitu :
a. Kecelakaan sangat ringan (damage only) : kecelakaan yang hanya
mengakibatkan kerusakan/korban benda saja.
b. Kecelakaan ringan : suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka – sangka
dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa pemakai jasa
lainnya mengakibatkan korban luka ringan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-6
c. Kecelakaan Berat : suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka – sangka dan
tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan
lainnya mengakibatkan korban luka berat.
d. Kecelakaan Fatal : suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka – sangka dan
tidak sengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya
mengakibatkan korban meninggal dunia.
4. Berdasarkan Kelas Korban Kecelakaan. Menurut PP No. 43 tahun 1993, korban
kecelakaan terdiri dari :
a. Korban mati adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan
lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah terjadi kecelakaan
tersebut.
b. Korban luka berat adalah korban kecelakaan harus dirawat inap di rumah
sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan atau
karena luka - luka yang terjadi korban tersebut mengalami cacat
tetap/permanen.
c. Korban luka ringan yaitu korban yang tidak termasuk ke dalam korban
matidan korban luka berat, artinya korban tersebut tidak perlu dirawat di
rumah sakit atau dirawat tidak lebih dari 30 hari
5. Berdasarkan cuaca, faktor ini membagi keadaan cuaca dalam kaitannya dengan
pencatatan kecelakaan sebagai berikut :
a. Cerah
b. Mendung
c. Gerimis
d. Hujan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-7
Dari pengelompokkan di atas, dapat dijadikan dua kelompok dalam pengaruhnya
terhadap permukaan jalan, yaitu kelompok kering (cerah dan mendung) dan
kelompok basah (hujan dan gerimis).
6. Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa tabrakan,
yaitu depan - depan, depan - belakang, tabrakan sudut, tabrakan sisi, lepas kontrol,
tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki, tabrak parkir, dan tabrakan tunggal.
Jenis tabrakan yang melatarbelakangi terjadinya kecelakaan lalu lintas menjadi :
a. Tabrakan depan – depan adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang
tengah melaju dimana keduanya saling beradu muka dari arah yang
berlawanan, yaitu bagian depan kendaraan yang satu dengan bagian depan
kendaraan lainnya.
b. Tabrakan depan – samping adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang
tengah melaju dimana bagian depan kendaran yang satu menabrak bagian
samping kendaraan lainnya.
c. Tabrakan depan – belakang adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang
tengah melaju dimana bagian depan kendaraan yang satu menabrak bagian
belakang kendaraan di depannya dan kendaraan tersebut berada pada arah
yang sama.
d. Tabrakan samping – samping adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan
yang tengah melaju dimana bagian samping kendaraan yang satu menabrak
bagian yang lain.
e. Menabrak penyeberang jalan adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang
tengah melaju dan pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan.
f. Tabrakan sendiri adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah
melaju mengalami kecelakaan sendiri atau tunggal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-8
g. Tabrakan beruntun adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah
melaju menabrak mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang melibatkan
lebih dari dua kendaraan secara beruntun.
h. Menabrak obyek tetap adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah
melaju menabrak obyek tetap dijalan.
Tabel 2.1. Klasifikasi Kecelakaan Berdasarkan Posisi Terjadinya
Sumber : Uri hermariza, 2008
Gambar / Lambang Klasifikasi Keterangan / kemungkinan
Tabrak depan - Terjadi pada lurus yang
berlawanan arah
- Terjadi pada satu ruas jalan searah
- Pengeraman mendadak
Tabrak Belakang - Jarak kendaraan yang tidak terkontrol
- Terjadi pada jalan lurus dan searah
- Pelaku menyiap kendaraan
- Terjadi pada jalan lurus lebih dari 1
lajur/line dan pada persimpangan
jalan
Tabrak Samping - Kendaraan yang mau menyiap
- Tidak tersedia pengaturan lampu lalu
lintas atau rambu – rambu pada
persimpangan jalan
Tabrak Sudut - Mengemudikan kendaraan dengan
kecepatan tinggi pada saat hujan
sehingga kemudi tidak dapat
dikendalikan
- Terjadi pada saat pengemudi
kehilangan konsentrasi
Kehilangan Kontrol - Kendaraan mengalami kehilangan
kendali
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-9
7. Berdasarkan jenis kendaraan, sesuai dengan penggolongan kendaraan yang
diterapkan oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan golongan IIb
dengan jenis - jenis kendaraan seperti : sedan, jeep, pick up, mini bus, bus sedang,
bus besar 2 as, bus besar > 3 as, truk kecil, truk besar 2 as, truk besar > 3 as, truk
trailer dan truk gandeng.
2.3 Faktor penyebab kecelakaan
2.3.1 Faktor manusia
Menurut MA Simamora (2011) bahwa penyebab kecelakaan lalu lintas yang terbesar
adalah faktor pengemudi. Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks sehingga
memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu. Dalam kondisi normal, setiap
pengemudi mempunya reaksi, konsentrasi, tingkat intelegensi dan karakter yang
berbeda – beda. Selama mengemudi, pengemudi langsung berinteraksi dengan
kendaraan dan kondisi di sekitarnya secara terus menerus. Faktor pengemudi dalam
mengemudikan kendaraan sangat berperan penting karena dapat mempercepat,
memperlambat, dan menghentikan kendaraan.
Berikut beberapa faktor manusia yang cenderung sebagai penyebab terjadinya
kecelakaan lalu lintas :
1. Pengemudi mabuk (drunk driver)
2. Pengemudi lelah
3. Pengemudi lengah
4. Pengemudi kurang terampil
5. Pengemudi tidak memiliki jarak pandang yang cukup
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-10
Faktor-faktor fisiologis dan psikologis tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2. Factor-faktor fisiologis dan psikologis
Faktor Fisiologis Faktor Psikologis
Sistim syaraf Motivasi
Penglihatan Intelegensia
Pendengaran Pelajaran / Pengalaman
Stabilitas Perasaan Emosi
Indera Lain (sentuh, bau) Kedewasaan
Modifikasi (lelah, obat) Kebiasaan Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Dept. Perhubungan
Kejadian kecelakaan lalu-lintas jalan juga dipengaruhi oleh faktor usia pengemudi.
Analisis data yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menunjukkan
bahwa usia 16-30 tahun adalah penyebab terbesar kecelakaan lalu-lintas jalan (55,99
%). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia tersebut sangat rawan akan kecelakaan lalu-
lintas. Kelompok usia 21-25 tahun adalah penyebab terbesar kecelakaan dibanding
dengan kelompok usia lainnya, sedangkan pada kelompok usia 26-30 tahun, sebagai
penyebab kecelakaan lalu-lintas, menurun cukup tajam. Kelompok usia di atas 40 tahun
menjadi penyebab kecelakaan yang relatif kecil seiring dengan kematangan dan tingkat
disiplin yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berusia muda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-11
Tabel 2.3. Persentase kematian menurut usia
KELOMPOK
USIA
%
16-20 tahun 19,41
21-25 tahun 21,98
26-30 tahun 14,60
31-35 tahun 09,25
36-40 tahun 07,65
41-75 tahun 18,91
Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Dept. Perhubungan
2.3.2 Faktor kendaraan
Kendaraan adalah alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor dan
kendaraan tidak bermotor. Menurut pasal 1 dari Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993
tentang Kendaraan dan Pengemudi, sebagai peraturan 15 pelaksana dari Undang-undang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan
oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. Kendaraan bermotor dapat
dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu : sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus,
mobil barang dan kendaraan khusus. Kendaraan adalah dasar sistem lalu lintas aman yang
memerlukan interaksi antara pengguna, kendaraan dan lingkungan jalan (European
Commission, Directorate-General Transport and Energy, 2009: 28).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi,
sebagai peraturan pelaksana dari Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, setiap
kendaraan bermotor harus dilengkapi dengan peralatan pengereman yang meliputi rem
utama dan rem parkir dan memiliki sistem roda yang meliputi roda-roda dan sumbu roda.
Roda-roda tersebut berupa pelek-pelek dan ban-ban hidup serta sumbu atau gabungan
sumbu-sumbu roda yang dapat menjamin keselamatan. Di samping sistem roda kendaraan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-12
bermotor juga harus memiliki suspensi berupa penyangga yang mampu menahan beban,
getaran dan kejutan untuk menjamin keselamatan dan perlindungan terhadap penggunanya.
Lampu-lampu tambahan pada kendaraan bermotor bisa mengurangi resiko kecelakaan
(Pignataro, 1973).
Menurut Juhardi (2015), kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak
dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak
layak jalan atau penggunaanya tidak sesuai ketentuan. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan kecelakaan karena faktor kendaraan, antara lain :
1. Kondisi teknis yang tidak layak jalan, misalnya : rem blong, kerusakan mesin, ban
pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, as atau kopel lepas, lampu mati khususnya
pada malam hari, dan juga selip.
2. Sedangkan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan antara lain bila
kendaraan dimuatin secara berlebihan (overloaded).
3. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh penerangan kendaraan yaitu:
a. Syarat lampu penerangan tidak terpenuhi.
b. Menggunakan lampu yang menyilaukan.
c. Lampu tanda rem tidak bekerja.
4. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pengamanan kendaraan, misalnya:
Karoseri kendaraan yang tidak memenuhi syarat keamanan
5. Kecelakaan lalu lintas yang di sebabkan oleh mesin kendaraan, contohnya: Mesin tiba-
tiba mogok di jalan.
6. Karena hal-hal lain dari kendaraan, contohnya:
a. Muatan kendaraan terlalu berat untuk truk dan lain-lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-13
b. Perawatan kendaraan yang kurang baik (persneling blong, kemudi patah dan
lain- lain).
2.3.3 Faktor Kondisi Jalan dan Lingkungan
Disamping faktor manusi dan faktor kendaraan faktor kondisi jalan dan lingkungan juga
memiliki andil dalam menyebabkan kecelakaan. Kondisi jalan yang rusak juga dapat
memnyebabkan kecelakaan lalu lintas. Begitu juga tidak berfungsinya rambu, marka dan
sinyal lalu lintas dengan optimal juga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Homburger dalam Octo Army (2008) mengklasifikasikan factor lingkungan yang
mempengaruhi perilaku manusia yang berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan lalu lintas yaitu :
1. Cuaca, udara dan kemungkinan – kemungkinan kemampuan pandang misalnya pada
saat hujan mengakibatkan pandangan terbatas.
2. Fasilitas yang ada pada jaringan jalan, adanya rambu – rambu lalu lintas, marka
jalan atau petunjuk lainnya.
3. Arus dan sifat lalu lintas, jumlah macam, dan komposisi kendaraan akan sangat
mempengaruhi kecepatan perjalanan.
Karakteristik jalan raya berkaitan dengan kegiatan lalu lalang kendaraankarena ini memiliki
hubungan langsung dengan karakteristik dari pengemudi dan kendaraan (Mike Slinn et al,
2005: 144).
Sifat-sifat dan kondisi jalan sangat berpengaruh sebagai penyebab kecelakaan lalu lintas.
Perbaikan kondisi jalan mempengaruhi sifat-sifat kecelakaan. Ahli jalan raya dan ahli lalu
lintas merencanakan jalan dengan cara yang benar dan perawatan secukupnya dengan
harapan keselamatan akan didapat dengan cara demikian. Perencanaan tersebut berdasarkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-14
pada hasil analisa fungsi jalan, volume dan komposisi lalu lintas, kecepatan rencana,
topografi, faktor manusia, berat dan ukuran kendaraan, lingkungan sosial serta dana.
Penyimpangan dari standar perencanaan dan kriteria perencanaan jalan bagi suatu ruas jalan
hanya akan mengakibatkan turunnya nilai aman ruas jalan tersebut. Bila dalam pelaksanaan
terpaksa menyimpang dari ketentuan standar, maka informasi atas rawan kecelakaan harus
segera dipasang sebelum suatu jalan dibuka untuk umum.
2.4 Rambu lalu lintas
Menurut Peraturan Mentri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 13 Tahun 2014
Tentang Rambu Lalu lintas menyebutkan bahwa rambu lalu - lintas adalah bagian
perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang
berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan.
Rambu lalu lintas sesuai dengan fungsinya di kelompokan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Rambu Peringatan : Rambu peringatan adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan dan menginformasikan
tentang sifat bahaya, seperti : Peringatan adanya tikungan berbahaya, peringatan adanya
turunan atau tanjakan berbahaya, jalan licin, peringatan untuk berhati – hati, dan
sebagainya.
2. Rambu larangan : Rambu larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan
perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pengguna jalan. Adapun yang termasuk rambu
larangan adalah : Larangan berjalan terus, larangan masuk, larangan membunyikan
isyarat suara dan lain – lain
3. Rambu perintah : Rambu perintah adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan
perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan, seperti : Perintah arah yang
diwajibkan, mengikuti jalur yang di tunjuk, memakai jalur tertentu dan lain sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-15
4. Rambu petunjuk : Rambu petunjuk adalah rambu yang digunkan untuk memandu
pengguna jalan saat melakukan perjalanan atau memberikan informasi lain kepada
pengguna jalan, seperti : Petunjuk batas jalan tol, petunjuk jurusan, petunjuk batas
wilayah, dan lain sebagainya.
Informasi yang ditampilkan pada rambu harus mencolok, mudah dibaca, terpahami,
terpercaya, konsisten dan benar. Persyaratan penempatan rambu lalu lintas menurut
Peraturan Mentri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 13 Tahun 2014 Tentang
Rambu Lalu lintas adalah sebagai berikut :
1. Jarak ke tepi perkerasan adalah 0,6 meter dari tepi panel ke tepi perkerasan
2. Untuk median, jarak ke tepi perkerasan adalah 0,3 meter dari tepi panel ke tepi kiri
dan kanan perkerasan.
3. Untuk rambu yang ditempatkan pada sisi jalan, jarak antar sisi rambu bagian
bawah sampai dengan jalur kendaraan minimal 1,75 meter dan maksimal 2,65
meter.
4. Untuk rambu yang ditempatkan diatas ruang manfaat jalan, ketinggian rambu
paling rendah adalah 5 meter diukur dari permukaan jalan tertinggi sampai
dengan tepi panel.
2.5 Identifikasi Lokasi Rawan Kecelakaan
Daerah rawan kecelakaan lalu lintas adalah daerah yang mempunyai jumlah kecelakaan lalu
lintas tinggi, resiko dan kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan (Warpani, 1999). Teknik
pemeringkatan lokasi kecelakaan dapat dilakukan dengan pendekatan tingkat kecelakaan
dan statistik kendali mutu (quality control statistic), atau pembobotan berdasarkan nilai
kecelakaan (Pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas, 2004).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-16
Salah satu metode untuk identifikasi lokasi rawan kecelakaan, yaitu metode Angka
Ekivalen Kecelakaan (AEK). Perhitungan AEK terikat dengan tingkat fatalitas kecelakaan
dan jumlah kejadian kecelakaan.
AEK dihitung dengan menjumlahkan kejadian kecelakaan pada setiap kilometer panjang
jalan, kemudian dikalikan dengan bobot nilai sesuai dengan tingkat fatalitas.
Langkah-langkah pembobotan fatalitas kecelakaan :
1) Melakukan identifikasi lokasi kecelakaan dengan membedakan antara kejadian pada
ruas dan simpang.
2) Identifikasi dalam penelitian ini mengutamakan kecelakaan yang terjadi pada ruas
jalan. Oleh karena itu, lokasi kecelakaan adalah berdasarkan jumlah kecelakaan yang
terjadi pada ruas-ruas jalan.
3) Melakukan pembobotan nilai kecelakaan yang terjadi pada ruas jalan dengan
mempertimbangkan tingkat fatalitas. Nilai bobot standar yang digunakan dapat dilihat
pada Tabel 2.4 berikut :
Tabel 2.4 Tabel Nilai Pembobotan Standar
Tingkat Fatalitas Bobot
Meninggal Dunia (MD) 12 Luka Berat (LB) 3
Luka Ringan (LR) 3 Kendaraan yang Terlibat (K) 1
Sumber : Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Pd-T-09-2004-B)
4) Hasil pembobotan disusun dalam suatu peringkat. Hasil peringkat bobot yang paling
tinggi digunakan untuk menentukan prioritas penanganan lokasi rawan kecelakaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-17
Metode angka ekivalen kecelakaan merupakan pemeringkatan dengan pembobotan
tingkat kecelakaan yang mengacu pada biaya kecelakaan. Dimana lokasi rawan
kecelakaan ditentukan berdasarkan pembobotan terhadap korban akibat kecelakaan
tersebut. Dari pembobotan ini akan diperoleh daftar peringkat kecelakaan yang baru.
Metode ini dideterminasikan dengan rumus :
𝐴𝐸𝐾 = 12𝑀𝐷 + 3𝐿𝐵 + 3𝐿𝑅 + 1𝐾…………………………………………………………………………..(2.1)
dengan :
MD : meninggal dunia
LB : luka berat
LR : luka ringan
K : kecelakaan dengan kerugian materi
Penentuan lokasi rawan kecelakaan dilakukan berdasarkan angka tiap kilometer jalan
yang memiliki nilai bobot AEK melebihi batas tertentu. Nilai batas ini dihitung dengan
menggunakan metode Batas Kontrol Atas (Bolla.M.E, et.all, 2013).
Rumus Nilai Batas Kontrol Atas :
𝐵𝐾𝐴 = 𝐶 + 3√𝐶…………………………………………………………………..….(2.2)
Keterangan :
C = Rata-rata kecelakaan AEK
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-18
2.6 Situasi Kecelakaan dan Usulan Penanganan
Berdasarkan Pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan (Pd-T-09-2004-B),
kondisi kecelakaan dan usulan penanganan lokasi kecelakaan jalan secara umum dapat
dilihat pada table 2.5. merupakan usulan – usulan penanganan berdasarkan penyebab
kecelakaan yang diadop dari berbagai literature.
Tabel 2.5 Usulan Perbaikan Dari Penyebab Kecelakaan
NO Penyebab Kecelakaan Usulan Perbaikan
1 Selip/Licin - Perbaikan tekstur permukaan jalan
- Delineasi yang lebih baik
2 Tabrakan
dengan/rintangan pinggir
jalan
- Pagar (guardrail)
- Pagar keselamatan (safety fences)
- Pos – pos prangible
3 Konflik pejalan kaki
/kendaraan
- Pemisahan pejalan kaki/kendaraan
- Fasilitas penyebrang untuk pejalan kaki
- Fasilitas perlindungan pejalan kaki
4 Kehilangan control - Marka jalan
- Delineasi
- Pengendalian kecepatan
- Pagar (guardrail)
5 Malam hari - Rambu – rambu yang memantulkan cahaya
- Delineasi
- Marka – marka jalan
- Penerangan jalan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-19
NO Penyebab Kecelakaan Usulan Perbaikan
6 Jarak pandang buruk - Perbaikan alinyemen jalan
- Perbaikan garis pandang
7 Jarak pandang buruk pada
tikungan
- Perbaikan alinyemen jalan
- Perbaikan ruang bebas samping
- Perambunan
- Kanalisasi / marka jalan
8 Tingkah laku mengemudi
/ disiplin lajur buruk
- Marka jalan
- Median
- Penegakkan hokum
Sumber : Pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan (Pd-T-09-2004-B)
Berdasarakan Direktorat Lalu Lintas Polres mencanangkan Programnya dengan Kami
Peduli Kemanusiaan yang merupakan implementasi Polmas pada fungsi lalu lintas
yang dimplementasikan melalui 13 program.
1. Polisi Sahabat Anak (Polsana)
Polsana merupakan kegiatan penanaman tentang kesadaran dan tertib berlalu lintas
sejak usia dini. Yang juga untuk membangun image atau citra positif polisi terhadap
anak-anak. Penanaman disiplin lalu lintas terhadap anak-anak merupakan penyelamatan
anak bangsa. Polsana merupakan program jangka panjang, yang harus selalu
ditumbuhkembangkan dan dilakukan secara berkesinambungan. Kegiatan Polsana dapat
dilakukan melalui kunjungan maupun open house (anak –anak yang berkunjung ke
kantor polisi).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-20
2. Patroli Keamanan Sekolah (PKS)
PKS merupakan wadah bagi siswa/siswi SMP maupun SMU untuk berlatih dan belajar
untuk mencari akar masalah sosial di lingkungan sekolah dan upaya-upaya
penanganananya. Dalam hal ini anak-anak juga diajarkan untuk peduli dan peka
terhadap masalah sosial dan berperan aktif mendukung kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Masalah sosial yang mungkin muncul di lingkungan sekolah antara lain :
masalah lalu lintas, perkelahian antar pelajar, narkotika dan obat-obatan terlarang, sex
bebas / pornografi dsb. Melalu kegiatan PKS ini diharapkan anakanak juga menjadi
mitra polisi untuk mencari akar masalah dan solusinya yang tepat.
3. Police Goes to Campus
Police goes to campus bukan sekedar sosialisasi tentang lalu lintas di lingkungan
kampus tetapi merupakan kegiatan dari kepolisian yang mengajak kalangan kampus
atau akademisi sebagai salah satu stake holder untuk ikut berperan serta dalam
menangani masalah lalu lintas. Dalam kegiatan ini tidak hanya sebatas kepada
mahasiswa tetapi juga para dosen. Kegiatan police goes to campus dapat dilakukan
melalui kunjungan, diskusi, seminar, debat publik, kampanya keselamatan lalu lintas
dan sebagainya.
4. Safety Riding
Safety riding merupakan kegiatan untuk keselamatan berkendara. Kegiatan ini
mencakup pada kegiatan pendidikan dan pelatihan ketrampilan mengemudi, kiat - kiat
aman berkendara. Ketrampilan dan keahlian berkendara yang dilatihkan dan
diselenggarakan oleh polisi yang bekerjasama dengan sektor bisnis, media, LSM. Yang
ditujukan baik dari tingkat pelajar, masyarakat umum, pengemudi angkutan umum atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-21
siapa saja yang peduli terhadap masalah keselamatan berkendara. Dan bertujuan
meningkatkan kemampuan serta kesadaran berlalu lintas serta untuk keselamatan.
Implementasi dari safety riding dapat melalui kegiatan : touring, pendidikan dan
pelatihan berkendara, sepeda motor lajur kiri dan menyalakan lampu siang hari dan
sebagainya.
5. Kampanye Keselamatan Lalu Lintas
Kampanye keselamatan lalu lintas merupakan kegiatan bersama (kemitraan antara polisi
dengan stakeholder) sebagai bentuk kegiatan prefentif dan untuk
menumbuhkembangkan kedaraan berlalulintas.Yang implementasinya dapat melalui :
penerangan secara langsung, penyuluhan, pembuatan poster, leaflet, stiker, buku
petunjuk, komik, lomba-lomba maupun kesenian dan sebagainya.
6. Traffic Board
Traffic board merupakan wadah untuk mecari akar masalah dan menangani berbagai
masalah lalu lintas. Kegiatan tersebut antara lain dengan membentuk forum, dewan atau
asosiasi apa saja yang berkaitan dengan tugas sosial dalam rangka berperan aktif
sebagai wujud dari civil society (masyarakat madani). Implementasi tersebut antara lain
: DTK (Dewan Transportasi Kota), Supeltas, OMP (ojek mitra polisi).
7. TMC (Traffic Manajement Centre)
TMC (Traffic Manajement Centre) adalah pusat manajemen lalu lintas yang melakukan
kegiatan informasi, komunikasi, komado dan pengendalian, serta kontrol. TMC bekerja
sama dengan media, petugas-petugas lain, instansi terkait. Yang dilengkapi dengan
sistem teknologi komputerisasi, CCTV, GIS, GPS,SMS, jalur on line, Web site, dsb.
Dari TMC dapat dipantau dan diketahui situasi lalu lintas aktual dan informasi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-22
akurat dari petugas di lapangan. Dan berbagai informasi lalu lintas baik infrastruktur,
transportasi umum, jalur alternatif, informasi tentang kendaraan bermotor dan
sebagainya.
8. KTL (Kawasan Tertib Lalu Lintas)
KTL (Kawasan Tertib Lalu Lintas) merupakan pilot proyek / proyek percontohan dari
daerah yang semrawut menjadi daerah yang tertib dan teratur.
9. Taman Lalu Lintas
Taman lalu Lintas merupakan wadah atau tempat bermain dan belajar berlalu lintas
baik untuk anak-anak maupun siapa saja yang peduli dan ingin mempelajari tentang lalu
lintas.
10. Sekolah Mengemudi
Sekolah Mengemudi adalah wadah bagi para calon pengemudi yang merupakan bagian
dari upaya untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan berlalu lintas. Karena
pengemudi mempunyai tanggung jawab keselamatan baik untuk dirinya sendiri maupun
pengguna jalan lainya. Dan juga peka dan peduli terhadap masalah – masalah lalu lintas.
Dalam hal ini Polisi lalu lintas bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan yang
berkaitan dengan sekolah mengemudi.
11. Saka Bhayangkara Lalu Lintas
Saka Bhayangkara Lalu lintas adalah wadah kegiatan antara polisi dengan Pramuka
yang berkaitan dengan kelalu lintasan, baik bidang operasional seperti penjagaan atau
pengaturan, kampanye keselamatan lalu lintas dan sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-23
12. Operasi Khusus Kepolisian.
Operasi kusus kepolisian di bidang lalu lintas adalah kegiatan-kegiatan untuk
menangani berbagai masalah lalu lintas yang sifatnya kusus dan merupakan
peningkatan dari kegiatan operasi rutin. Operasi ini dilakukan baik mandiri kewilayahan
(Operasi Simpatik, Operasi Patuh, Operasi Zebra). Dan Operasi yang terpusat seperti
Operasi Ketupat dan Operasi Lilin dan sebagainya.
13. Penegakan Hukum
Penegakan Hukum merupakan tindakan kepolisian untuk edukasi, pencerahan,
perlindungan dan pengayoman terhadap pengguna jalan lainya yang terganggu
aktifitasnya atau produktifitasnya akibat dari pelanggaran hukum dan untuk
mewujudkan adanya kepastian hukum. Kegiatan-kegiatan tersebut di atas merupakan
proses dan merupakan bentuk akuntabilitas kepada publik sebagai upaya untuk
mengimplementasikan Polmas dalam fungsi lalu lintas. Dan kegiatan-kegiatan tersebut
haruslah ditumbuh kembangkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-24
2.7 Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono (2014:93) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran
Mulai
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Tinjauan Pustaka
Data Primer
1. Kuesioner Responden
2. Kuesioner Pakar
Selesai
Analisis Data
Kesimpulan dan Saran
Tujuan Permasalahan
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Jurnal, Buku, Penelitian
terdahulu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-25
2.8 Penelitian Terdahulu
Agar penulisan Tugas Akhir ini terarah dan terfokus maka diperlukan beberapa
referensi dari penelitian terdahulu yang dianggap sejenis. Berikut adalah beberapa
penelitian sejenis terdahulu:
Tabel 2.6. Penelitian Sejenis Terdahulu
No. Peneliti Judul Variabel Kesimpulan
1 Andi Darmawan, (Politeknik Negeri Jakarta), Tahun 2017
Analisa daerah rawan kecelakaan Tol Jagorawi
metode EAN dan AEK untuk menentukan daerah rawan kecelakaan
lokasi rawan kecelakaan dengan metode AEK pada jalur : km 08-09, dan km 22-43. Penanganan dengan melengkapi SPM bidang keselamatan untuk jalan tol
2 Deasy Anngraini dan Rika Syviana, (Universitas Islam 45 Bekasi), Tahun 2013
Identifikasi daerah rawan kecelakaan lalu lintas (Black Spot area berbasis Sistem Informasi Geografis)
Metode AEK berbasis Geographic Information System (GIS), untuk menentukan daerah rawan kecelakaan
Lokasi kecelakaan yang memiliki bobot paling besar adalah pada jalan Siliwangi, dengan 61 kecelakaan dan bobot 426. Sedangkan severity index (indeks tingkat keparahan) terjadi pada jalan Perjuangan sebesar 0,409. Kendaraan yang mengalami kecelakaan adalah sepeda motor sebesar 60,223%. Pada identifikasi daerah yang rawan kecelakaan terdapat 9 jalan rawan dan 4 jalan tidak rawan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-26
No. Peneliti Judul Variabel Kesimpulan
3 Margareth Evelyn Bolla, Yunita A. Messah dan Michal M Bunga Koreh, (Universitas Nusa Cendana Nusa Tenggara Timur), Tahun 2015
Anaisis daerah rawan kecelakaan lalu lintas (Studi Kasus ruas jalan Timor Raya Kota Kupang)
metode EAN (Equivalent Accident Number) metode BKA (Batas Kontrol Atas) dan UCL (Upper Control Limit).
Hasil analisis menunjukkan bahwa KM 07 (EAN = 288) dan KM 08 (EAN = 249) teridentifikasi black site karena memiliki angka kecelakaaan EAN melebihi dari batas kontrol BKA dan UCL, dimana pada KM 07, BKA = 142, UCL = 141 dan pada KM 08, BKA = 142, UCL = 139
4 Gito Sugiyanto dan Ari Fadli (Universitas Jenderal Soedirman), Tahun 2017
Identifikasi Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas (Black Spot) di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
metode Metode AEK dan BKA menentukan daerah rawan kecelakaan
Jalan Raya turut Desa Bojongsari,
Kecamatan Bojongsari, dengan jumlah
nilai AEK=57, lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai UCL=35,284 dan nilai
BKA=35,328.
5 Perdana Putra Dewata, (Universitas Mercubuana) , Tahun 2018
Analisis Daerah Rawan Kecelakaan dan Penanganan di Ruas Jalan Kota Depok
metode AEK untuk menentukan daerah rawan kecelakaan
angka kecelakaan lalu lintas di Kota Depok Pada tahun 2017 telah terjadi 253 kasus kecelakaan, dengan korban meninggal mencapai 10 orang, 150 luka berat, 125 luka ringan, dengan kerugian materi mencapai Rp. 347 juta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-27
No. Peneliti Judul Variabel Kesimpulan
6 Priyo Dwiyogo dan Radityo Heru Prabowo (Universitas Negeri Semarang), Tahun 2015
Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya di Kota Semarang Menggunakan Metode K-Means Clustering
metode variable dalam data kecelakaan untuk memetakan penyebab kecelakaan dengan metode Kmean Clustering modifikasi inisialisasi metode Analogy Based Estimation.
hasil analisis pemetaan penyebab kecelakaan diperoleh umur pelaku dalam kategori berbahaya, yaitu rentang umur 18-24 tahun. Faktor pengemudi dengan persentase rata-rata 96,57% dan terjadi pada hari kerja dengan persentase rata-rata 67,33% pada semua cluster. Dari data tersebut disusun dalam database berbasis Sistem Informasi Analisis Data Kecelakaan yang menggunakan perangkat lunak berbasis web untuk pembentukan kmeans clustering, pemetaan data, editing variabel dan melakukan fungsi analisis kmean clustering
7 Olutayo V.A (Joseph Ayo Babalola University, Ikeji-Arakeji, Nigeria) Tahun 2014
Traffic Accident Analysis Using Decision Trees and Neural Networks
Artificial Neural
Networks and Decision Trees data analysis techniques
Experimental results reveal that, between the machines learning paradigms considered, Decision Tree approach outperformed the Artificial Neural Network with a lower error rate and higher accuracy rate. Our research analysis also shows that, the three most important causes of accident are Tyre burst, loss of control and over speeding
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-28
No. Peneliti Judul Variabel Kesimpulan
8 Huayun Chen (Zhuji Institute of Surveying and Mapping, Zhuji, China) Tahun 2012
Black Spot Determination of Traffic Accident Locations and Its Spatial Association Characteristic Analysis Based on GIS
how to utilize the geocoding technology and VRS-GPS positioning technology to record thetraffic accidents with Geo-spatial information.
the method which takes the potential of reducing accidents as an index to extract the black spots. Finally, in the discussion, the association relationship between black spots and traffic attributes is used to analyze the factors that resulting in traffic accidents.
http://digilib.mercubuana.ac.id/