bab ii tinjauan pustaka bab ii.pdf · title: bab ii tinjauan pustaka author: windows user created...

28
Bab II Tinjauan Pustaka II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Dan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, serta dalam memajukan kesejahteraan umum. Jalan mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, pertahanan dan keamanan serta dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. Selain itu, jalan juga berperan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa yang juga merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia (UU NO. 38, 2004). Menurut Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan, pembagian kewenangan jalan dibagi menjadi beberapa bagian yakni : 1) Jalan Nasional, adalah jalan yang menghubungkan provinsi (antar provinsi) pada suatu wilayah berada dibawah kewenangan Negara dalam hal ini kementerian PU dimana kalo di daerah dipegang oleh Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) 2) Jalan Provinsi, jalan yang menghubungkan antar kabupaten/kota dalam sebuah provinsi http://digilib.mercubuana.ac.id/

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jalan Dan Kecelakaan Lalu Lintas

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan

atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam

pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, pembinaan persatuan dan kesatuan

bangsa, serta dalam memajukan kesejahteraan umum. Jalan mempunyai peranan

penting terutama dalam mendukung ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik,

pertahanan dan keamanan serta dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran

rakyat. Selain itu, jalan juga berperan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa yang

juga merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan mengikat

seluruh wilayah Republik Indonesia (UU NO. 38, 2004).

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan, pembagian

kewenangan jalan dibagi menjadi beberapa bagian yakni :

1) Jalan Nasional, adalah jalan yang menghubungkan provinsi (antar provinsi) pada

suatu wilayah berada dibawah kewenangan Negara dalam hal ini kementerian

PU dimana kalo di daerah dipegang oleh Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu

(SNVT)

2) Jalan Provinsi, jalan yang menghubungkan antar kabupaten/kota dalam sebuah

provinsi

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-2

3) Jalan Kota, jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota.

4) Jalan Kabupaten, jalan yang menghubungkan antar kelurahan/desa

5) Jalan Desa, jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk

jalan kabupaten dan merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan

dan/atau antarpermukiman di dalam desa.

Dalam mendefinisikan pengertian kecelakaan ini, acuan yang digunakan adalah

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 tahun 1993 yang menyatakan bahwa kecelakaan

lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak

disengaja melibatkan kendaraan yang sedang bergerak dengan atau tanpa pemakai jalan

lain, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang jarang dan tidak tentu

kapan terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului oleh situasi dimana seorang

atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan mereka. Filosofi penelitian

kecelakaan menganggap kecelakaan sebagai suatu peristiwa yang acak, dari dua aspek

yaitu lokasi dan waktu (DLLAJ, 1997).

Kecelakaan bermotor seperti halnya seluruh kecelakaan lainnya, adalah kejadian

langsung tanpa diharapkandan umumnya ini terjadi dengan sangat cepat. Selain itu,

kecelakaan adalah puncak rangkaian kejadian yang naas. Apabila dengan berbagai cara

mata rantai kejadian ini dapat diputus, kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat

dicegah (Oglesby & Hicks, 1998).

Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang jarang, bersifat acak, melibatkan banyak faktor

(Multi faktor), didahului oleh situasi dimana satu orang atau lebih melakukan kesalahan

dalam mengatisipasi kondisi lingkungan (RSOPA, 1992).

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-3

a) Kecelakaan lalu lintas sebagai suatu kejadian yang jarang

Didefinisikan bersifat jarang, karena pada prinsipnya kecelakaan relatif jarang

dengan pengertian kecil bila dibandingkan dengan jumlah pergerakan kendaraan

yang ada.

b) Kecelakaan lau lintas yang bersifat acak

Didefenisikan bersifat acak karena kejadian kecelakaan tersebut dapat terjadi kapan

dan dimana saja, tanpa memandang waktu dan tempat. Berdasarkan pengertian ini

ada dua hal yang berkaitan kejadian kecelakaan yaitu waktu dan lokasi kejadian

yang bersifat acak.

c) Kecelakaan lalu lintas yang bersifat multi faktor

Didefenisikan bersifat multi faktor, dengan pendekatan lain melibatkan banyak

faktor.

Kecelakaan adalah peristiwa yang terjadi pada suatu pergerakan lalu lintas akibat

adanya kesalahan pada sistem pembentuk lalu lintas, yaitu pengemudi (manusia),

kendaraan, jalan, dan lingkungan, pengertian kesalahan disini dapat dilihat sebagai

suatu kondisi yang tidak sesuai dengan standar atau perawatan yang berlaku maupun

kelalaian yang dibuat oleh manusia (Carter & Homburger , 2005).

Disamping beberapa pengertian kecelakaan diatas, terdapat pengertian lain tentang

kecelakaan antara lain: Kecelakaan lalu lintas merupakan peristiwa yang tidak

diharapkan yang melibatkan paling sedikit satu kendaraan bermotor pada satu ruas jalan

dan mengakibatkan kerugian material bahkan sampai menelan korban jiwa (Kadiyati

Wibowo, 2005).

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-4

Dari definisi diatas dapat disimpulkan secara teknis kecelakaan lalu lintas didefinisikan

sebagai sutau kejadian yang disebabkan oleh banyak faktor yang tidak sengaja terjadi

(Random Multy Factor Event). Dalam pengertian secara sederhana, bahwa suatu

kecelakaan lalau lintas terjadi apabila semua faktor keadaan tersebut waktu dan lokasi

secara bersamaan pada satu titik waktu tertentu bertepatan terjadi yang mengakibatkan

korban maupun kerugaian harta benda. Hal ini berarti memang sulit meramalkan secara

pasti dimana dan kapan suatu kecelakaan akan terjadi.

2.2 Karakteristik Kecelakaan

Kecelakaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor. Secara garis besar

kecelakaan diklasifikasikan berdasarkan lokasi kecelakaan, waktu terjadinya

kecelakaan, tingkat kecelakaan, kelas korban kecelakaan, cuaca saat kecelakaan terjadi,

tipe/jenis tabrakan, jenis kendaraan dan penyebab kecelakaan (Maya, 2009).

Dalam penentuan karakteristik kecelakaan pada penelitian ini diklasifikasikan

berdasarkan beberapa hal di bawah ini :

1. Berdasarkan Lokasi Kecelakaan :

a. Jalan lurus

i. 1 Lajur searah

ii. 2 Lajur searah

iii. 2 Lajur yang berlawanan arah

iv. 4 Lajur 2 arah

b. Tikungan jalan

c. Persimpangan jalan, pertigaan atau perempatan jalan

d. Tanjakan atau turunan

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-5

e. Persimpangan jalan, pertigaan atau perempatan jalan

f. Tanjakan atau turunan

2. Berdasarkan Waktu Terjadinya Kecelakaan

a. Jenis hari

i. Hari kerja : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat

ii. Hari libur : Minggu dan hari – hari libur Nasional

iii. Akhir Minggu : Sabtu

b. Waktu

- Dini hari : jam 00.00 – jam 06.00

- Pagi hari : jam 06.00 – jam 12.00

- Siang hari : jam 12.00 – jam 18.00

- Malam hari : jam 18.00 – jam 24.00

Dari keempat pengelompokkan di atas bias dijadikan dua kelompok yaitu

kelompok terang (pagi dan siang hari) dan kelompok gelap (malam dan dini

hari).

3. Berdasarkan tingkat kecelakaan, Menurut PP No.43 tahun 1993, pasal 93 maka

kecelakaan dibagi dalam empat golongan yaitu :

a. Kecelakaan sangat ringan (damage only) : kecelakaan yang hanya

mengakibatkan kerusakan/korban benda saja.

b. Kecelakaan ringan : suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka – sangka

dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa pemakai jasa

lainnya mengakibatkan korban luka ringan.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-6

c. Kecelakaan Berat : suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka – sangka dan

tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan

lainnya mengakibatkan korban luka berat.

d. Kecelakaan Fatal : suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka – sangka dan

tidak sengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya

mengakibatkan korban meninggal dunia.

4. Berdasarkan Kelas Korban Kecelakaan. Menurut PP No. 43 tahun 1993, korban

kecelakaan terdiri dari :

a. Korban mati adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan

lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah terjadi kecelakaan

tersebut.

b. Korban luka berat adalah korban kecelakaan harus dirawat inap di rumah

sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan atau

karena luka - luka yang terjadi korban tersebut mengalami cacat

tetap/permanen.

c. Korban luka ringan yaitu korban yang tidak termasuk ke dalam korban

matidan korban luka berat, artinya korban tersebut tidak perlu dirawat di

rumah sakit atau dirawat tidak lebih dari 30 hari

5. Berdasarkan cuaca, faktor ini membagi keadaan cuaca dalam kaitannya dengan

pencatatan kecelakaan sebagai berikut :

a. Cerah

b. Mendung

c. Gerimis

d. Hujan

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-7

Dari pengelompokkan di atas, dapat dijadikan dua kelompok dalam pengaruhnya

terhadap permukaan jalan, yaitu kelompok kering (cerah dan mendung) dan

kelompok basah (hujan dan gerimis).

6. Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa tabrakan,

yaitu depan - depan, depan - belakang, tabrakan sudut, tabrakan sisi, lepas kontrol,

tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki, tabrak parkir, dan tabrakan tunggal.

Jenis tabrakan yang melatarbelakangi terjadinya kecelakaan lalu lintas menjadi :

a. Tabrakan depan – depan adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang

tengah melaju dimana keduanya saling beradu muka dari arah yang

berlawanan, yaitu bagian depan kendaraan yang satu dengan bagian depan

kendaraan lainnya.

b. Tabrakan depan – samping adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang

tengah melaju dimana bagian depan kendaran yang satu menabrak bagian

samping kendaraan lainnya.

c. Tabrakan depan – belakang adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang

tengah melaju dimana bagian depan kendaraan yang satu menabrak bagian

belakang kendaraan di depannya dan kendaraan tersebut berada pada arah

yang sama.

d. Tabrakan samping – samping adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan

yang tengah melaju dimana bagian samping kendaraan yang satu menabrak

bagian yang lain.

e. Menabrak penyeberang jalan adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang

tengah melaju dan pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan.

f. Tabrakan sendiri adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah

melaju mengalami kecelakaan sendiri atau tunggal.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-8

g. Tabrakan beruntun adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah

melaju menabrak mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang melibatkan

lebih dari dua kendaraan secara beruntun.

h. Menabrak obyek tetap adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah

melaju menabrak obyek tetap dijalan.

Tabel 2.1. Klasifikasi Kecelakaan Berdasarkan Posisi Terjadinya

Sumber : Uri hermariza, 2008

Gambar / Lambang Klasifikasi Keterangan / kemungkinan

Tabrak depan - Terjadi pada lurus yang

berlawanan arah

- Terjadi pada satu ruas jalan searah

- Pengeraman mendadak

Tabrak Belakang - Jarak kendaraan yang tidak terkontrol

- Terjadi pada jalan lurus dan searah

- Pelaku menyiap kendaraan

- Terjadi pada jalan lurus lebih dari 1

lajur/line dan pada persimpangan

jalan

Tabrak Samping - Kendaraan yang mau menyiap

- Tidak tersedia pengaturan lampu lalu

lintas atau rambu – rambu pada

persimpangan jalan

Tabrak Sudut - Mengemudikan kendaraan dengan

kecepatan tinggi pada saat hujan

sehingga kemudi tidak dapat

dikendalikan

- Terjadi pada saat pengemudi

kehilangan konsentrasi

Kehilangan Kontrol - Kendaraan mengalami kehilangan

kendali

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-9

7. Berdasarkan jenis kendaraan, sesuai dengan penggolongan kendaraan yang

diterapkan oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan golongan IIb

dengan jenis - jenis kendaraan seperti : sedan, jeep, pick up, mini bus, bus sedang,

bus besar 2 as, bus besar > 3 as, truk kecil, truk besar 2 as, truk besar > 3 as, truk

trailer dan truk gandeng.

2.3 Faktor penyebab kecelakaan

2.3.1 Faktor manusia

Menurut MA Simamora (2011) bahwa penyebab kecelakaan lalu lintas yang terbesar

adalah faktor pengemudi. Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks sehingga

memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu. Dalam kondisi normal, setiap

pengemudi mempunya reaksi, konsentrasi, tingkat intelegensi dan karakter yang

berbeda – beda. Selama mengemudi, pengemudi langsung berinteraksi dengan

kendaraan dan kondisi di sekitarnya secara terus menerus. Faktor pengemudi dalam

mengemudikan kendaraan sangat berperan penting karena dapat mempercepat,

memperlambat, dan menghentikan kendaraan.

Berikut beberapa faktor manusia yang cenderung sebagai penyebab terjadinya

kecelakaan lalu lintas :

1. Pengemudi mabuk (drunk driver)

2. Pengemudi lelah

3. Pengemudi lengah

4. Pengemudi kurang terampil

5. Pengemudi tidak memiliki jarak pandang yang cukup

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-10

Faktor-faktor fisiologis dan psikologis tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.2. Factor-faktor fisiologis dan psikologis

Faktor Fisiologis Faktor Psikologis

Sistim syaraf Motivasi

Penglihatan Intelegensia

Pendengaran Pelajaran / Pengalaman

Stabilitas Perasaan Emosi

Indera Lain (sentuh, bau) Kedewasaan

Modifikasi (lelah, obat) Kebiasaan Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Dept. Perhubungan

Kejadian kecelakaan lalu-lintas jalan juga dipengaruhi oleh faktor usia pengemudi.

Analisis data yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menunjukkan

bahwa usia 16-30 tahun adalah penyebab terbesar kecelakaan lalu-lintas jalan (55,99

%). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia tersebut sangat rawan akan kecelakaan lalu-

lintas. Kelompok usia 21-25 tahun adalah penyebab terbesar kecelakaan dibanding

dengan kelompok usia lainnya, sedangkan pada kelompok usia 26-30 tahun, sebagai

penyebab kecelakaan lalu-lintas, menurun cukup tajam. Kelompok usia di atas 40 tahun

menjadi penyebab kecelakaan yang relatif kecil seiring dengan kematangan dan tingkat

disiplin yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berusia muda.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-11

Tabel 2.3. Persentase kematian menurut usia

KELOMPOK

USIA

%

16-20 tahun 19,41

21-25 tahun 21,98

26-30 tahun 14,60

31-35 tahun 09,25

36-40 tahun 07,65

41-75 tahun 18,91

Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Dept. Perhubungan

2.3.2 Faktor kendaraan

Kendaraan adalah alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor dan

kendaraan tidak bermotor. Menurut pasal 1 dari Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993

tentang Kendaraan dan Pengemudi, sebagai peraturan 15 pelaksana dari Undang-undang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan

oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. Kendaraan bermotor dapat

dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu : sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus,

mobil barang dan kendaraan khusus. Kendaraan adalah dasar sistem lalu lintas aman yang

memerlukan interaksi antara pengguna, kendaraan dan lingkungan jalan (European

Commission, Directorate-General Transport and Energy, 2009: 28).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi,

sebagai peraturan pelaksana dari Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, setiap

kendaraan bermotor harus dilengkapi dengan peralatan pengereman yang meliputi rem

utama dan rem parkir dan memiliki sistem roda yang meliputi roda-roda dan sumbu roda.

Roda-roda tersebut berupa pelek-pelek dan ban-ban hidup serta sumbu atau gabungan

sumbu-sumbu roda yang dapat menjamin keselamatan. Di samping sistem roda kendaraan

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-12

bermotor juga harus memiliki suspensi berupa penyangga yang mampu menahan beban,

getaran dan kejutan untuk menjamin keselamatan dan perlindungan terhadap penggunanya.

Lampu-lampu tambahan pada kendaraan bermotor bisa mengurangi resiko kecelakaan

(Pignataro, 1973).

Menurut Juhardi (2015), kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak

dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak

layak jalan atau penggunaanya tidak sesuai ketentuan. Ada beberapa hal yang dapat

menyebabkan kecelakaan karena faktor kendaraan, antara lain :

1. Kondisi teknis yang tidak layak jalan, misalnya : rem blong, kerusakan mesin, ban

pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, as atau kopel lepas, lampu mati khususnya

pada malam hari, dan juga selip.

2. Sedangkan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan antara lain bila

kendaraan dimuatin secara berlebihan (overloaded).

3. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh penerangan kendaraan yaitu:

a. Syarat lampu penerangan tidak terpenuhi.

b. Menggunakan lampu yang menyilaukan.

c. Lampu tanda rem tidak bekerja.

4. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pengamanan kendaraan, misalnya:

Karoseri kendaraan yang tidak memenuhi syarat keamanan

5. Kecelakaan lalu lintas yang di sebabkan oleh mesin kendaraan, contohnya: Mesin tiba-

tiba mogok di jalan.

6. Karena hal-hal lain dari kendaraan, contohnya:

a. Muatan kendaraan terlalu berat untuk truk dan lain-lain.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-13

b. Perawatan kendaraan yang kurang baik (persneling blong, kemudi patah dan

lain- lain).

2.3.3 Faktor Kondisi Jalan dan Lingkungan

Disamping faktor manusi dan faktor kendaraan faktor kondisi jalan dan lingkungan juga

memiliki andil dalam menyebabkan kecelakaan. Kondisi jalan yang rusak juga dapat

memnyebabkan kecelakaan lalu lintas. Begitu juga tidak berfungsinya rambu, marka dan

sinyal lalu lintas dengan optimal juga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Homburger dalam Octo Army (2008) mengklasifikasikan factor lingkungan yang

mempengaruhi perilaku manusia yang berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya

kecelakaan lalu lintas yaitu :

1. Cuaca, udara dan kemungkinan – kemungkinan kemampuan pandang misalnya pada

saat hujan mengakibatkan pandangan terbatas.

2. Fasilitas yang ada pada jaringan jalan, adanya rambu – rambu lalu lintas, marka

jalan atau petunjuk lainnya.

3. Arus dan sifat lalu lintas, jumlah macam, dan komposisi kendaraan akan sangat

mempengaruhi kecepatan perjalanan.

Karakteristik jalan raya berkaitan dengan kegiatan lalu lalang kendaraankarena ini memiliki

hubungan langsung dengan karakteristik dari pengemudi dan kendaraan (Mike Slinn et al,

2005: 144).

Sifat-sifat dan kondisi jalan sangat berpengaruh sebagai penyebab kecelakaan lalu lintas.

Perbaikan kondisi jalan mempengaruhi sifat-sifat kecelakaan. Ahli jalan raya dan ahli lalu

lintas merencanakan jalan dengan cara yang benar dan perawatan secukupnya dengan

harapan keselamatan akan didapat dengan cara demikian. Perencanaan tersebut berdasarkan

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-14

pada hasil analisa fungsi jalan, volume dan komposisi lalu lintas, kecepatan rencana,

topografi, faktor manusia, berat dan ukuran kendaraan, lingkungan sosial serta dana.

Penyimpangan dari standar perencanaan dan kriteria perencanaan jalan bagi suatu ruas jalan

hanya akan mengakibatkan turunnya nilai aman ruas jalan tersebut. Bila dalam pelaksanaan

terpaksa menyimpang dari ketentuan standar, maka informasi atas rawan kecelakaan harus

segera dipasang sebelum suatu jalan dibuka untuk umum.

2.4 Rambu lalu lintas

Menurut Peraturan Mentri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 13 Tahun 2014

Tentang Rambu Lalu lintas menyebutkan bahwa rambu lalu - lintas adalah bagian

perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang

berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan.

Rambu lalu lintas sesuai dengan fungsinya di kelompokan menjadi empat jenis, yaitu :

1. Rambu Peringatan : Rambu peringatan adalah rambu yang digunakan untuk

menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan dan menginformasikan

tentang sifat bahaya, seperti : Peringatan adanya tikungan berbahaya, peringatan adanya

turunan atau tanjakan berbahaya, jalan licin, peringatan untuk berhati – hati, dan

sebagainya.

2. Rambu larangan : Rambu larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan

perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pengguna jalan. Adapun yang termasuk rambu

larangan adalah : Larangan berjalan terus, larangan masuk, larangan membunyikan

isyarat suara dan lain – lain

3. Rambu perintah : Rambu perintah adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan

perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan, seperti : Perintah arah yang

diwajibkan, mengikuti jalur yang di tunjuk, memakai jalur tertentu dan lain sebagainya.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-15

4. Rambu petunjuk : Rambu petunjuk adalah rambu yang digunkan untuk memandu

pengguna jalan saat melakukan perjalanan atau memberikan informasi lain kepada

pengguna jalan, seperti : Petunjuk batas jalan tol, petunjuk jurusan, petunjuk batas

wilayah, dan lain sebagainya.

Informasi yang ditampilkan pada rambu harus mencolok, mudah dibaca, terpahami,

terpercaya, konsisten dan benar. Persyaratan penempatan rambu lalu lintas menurut

Peraturan Mentri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 13 Tahun 2014 Tentang

Rambu Lalu lintas adalah sebagai berikut :

1. Jarak ke tepi perkerasan adalah 0,6 meter dari tepi panel ke tepi perkerasan

2. Untuk median, jarak ke tepi perkerasan adalah 0,3 meter dari tepi panel ke tepi kiri

dan kanan perkerasan.

3. Untuk rambu yang ditempatkan pada sisi jalan, jarak antar sisi rambu bagian

bawah sampai dengan jalur kendaraan minimal 1,75 meter dan maksimal 2,65

meter.

4. Untuk rambu yang ditempatkan diatas ruang manfaat jalan, ketinggian rambu

paling rendah adalah 5 meter diukur dari permukaan jalan tertinggi sampai

dengan tepi panel.

2.5 Identifikasi Lokasi Rawan Kecelakaan

Daerah rawan kecelakaan lalu lintas adalah daerah yang mempunyai jumlah kecelakaan lalu

lintas tinggi, resiko dan kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan (Warpani, 1999). Teknik

pemeringkatan lokasi kecelakaan dapat dilakukan dengan pendekatan tingkat kecelakaan

dan statistik kendali mutu (quality control statistic), atau pembobotan berdasarkan nilai

kecelakaan (Pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas, 2004).

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-16

Salah satu metode untuk identifikasi lokasi rawan kecelakaan, yaitu metode Angka

Ekivalen Kecelakaan (AEK). Perhitungan AEK terikat dengan tingkat fatalitas kecelakaan

dan jumlah kejadian kecelakaan.

AEK dihitung dengan menjumlahkan kejadian kecelakaan pada setiap kilometer panjang

jalan, kemudian dikalikan dengan bobot nilai sesuai dengan tingkat fatalitas.

Langkah-langkah pembobotan fatalitas kecelakaan :

1) Melakukan identifikasi lokasi kecelakaan dengan membedakan antara kejadian pada

ruas dan simpang.

2) Identifikasi dalam penelitian ini mengutamakan kecelakaan yang terjadi pada ruas

jalan. Oleh karena itu, lokasi kecelakaan adalah berdasarkan jumlah kecelakaan yang

terjadi pada ruas-ruas jalan.

3) Melakukan pembobotan nilai kecelakaan yang terjadi pada ruas jalan dengan

mempertimbangkan tingkat fatalitas. Nilai bobot standar yang digunakan dapat dilihat

pada Tabel 2.4 berikut :

Tabel 2.4 Tabel Nilai Pembobotan Standar

Tingkat Fatalitas Bobot

Meninggal Dunia (MD) 12 Luka Berat (LB) 3

Luka Ringan (LR) 3 Kendaraan yang Terlibat (K) 1

Sumber : Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Pd-T-09-2004-B)

4) Hasil pembobotan disusun dalam suatu peringkat. Hasil peringkat bobot yang paling

tinggi digunakan untuk menentukan prioritas penanganan lokasi rawan kecelakaan

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-17

Metode angka ekivalen kecelakaan merupakan pemeringkatan dengan pembobotan

tingkat kecelakaan yang mengacu pada biaya kecelakaan. Dimana lokasi rawan

kecelakaan ditentukan berdasarkan pembobotan terhadap korban akibat kecelakaan

tersebut. Dari pembobotan ini akan diperoleh daftar peringkat kecelakaan yang baru.

Metode ini dideterminasikan dengan rumus :

𝐴𝐸𝐾 = 12𝑀𝐷 + 3𝐿𝐵 + 3𝐿𝑅 + 1𝐾…………………………………………………………………………..(2.1)

dengan :

MD : meninggal dunia

LB : luka berat

LR : luka ringan

K : kecelakaan dengan kerugian materi

Penentuan lokasi rawan kecelakaan dilakukan berdasarkan angka tiap kilometer jalan

yang memiliki nilai bobot AEK melebihi batas tertentu. Nilai batas ini dihitung dengan

menggunakan metode Batas Kontrol Atas (Bolla.M.E, et.all, 2013).

Rumus Nilai Batas Kontrol Atas :

𝐵𝐾𝐴 = 𝐶 + 3√𝐶…………………………………………………………………..….(2.2)

Keterangan :

C = Rata-rata kecelakaan AEK

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-18

2.6 Situasi Kecelakaan dan Usulan Penanganan

Berdasarkan Pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan (Pd-T-09-2004-B),

kondisi kecelakaan dan usulan penanganan lokasi kecelakaan jalan secara umum dapat

dilihat pada table 2.5. merupakan usulan – usulan penanganan berdasarkan penyebab

kecelakaan yang diadop dari berbagai literature.

Tabel 2.5 Usulan Perbaikan Dari Penyebab Kecelakaan

NO Penyebab Kecelakaan Usulan Perbaikan

1 Selip/Licin - Perbaikan tekstur permukaan jalan

- Delineasi yang lebih baik

2 Tabrakan

dengan/rintangan pinggir

jalan

- Pagar (guardrail)

- Pagar keselamatan (safety fences)

- Pos – pos prangible

3 Konflik pejalan kaki

/kendaraan

- Pemisahan pejalan kaki/kendaraan

- Fasilitas penyebrang untuk pejalan kaki

- Fasilitas perlindungan pejalan kaki

4 Kehilangan control - Marka jalan

- Delineasi

- Pengendalian kecepatan

- Pagar (guardrail)

5 Malam hari - Rambu – rambu yang memantulkan cahaya

- Delineasi

- Marka – marka jalan

- Penerangan jalan

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 19: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-19

NO Penyebab Kecelakaan Usulan Perbaikan

6 Jarak pandang buruk - Perbaikan alinyemen jalan

- Perbaikan garis pandang

7 Jarak pandang buruk pada

tikungan

- Perbaikan alinyemen jalan

- Perbaikan ruang bebas samping

- Perambunan

- Kanalisasi / marka jalan

8 Tingkah laku mengemudi

/ disiplin lajur buruk

- Marka jalan

- Median

- Penegakkan hokum

Sumber : Pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan (Pd-T-09-2004-B)

Berdasarakan Direktorat Lalu Lintas Polres mencanangkan Programnya dengan Kami

Peduli Kemanusiaan yang merupakan implementasi Polmas pada fungsi lalu lintas

yang dimplementasikan melalui 13 program.

1. Polisi Sahabat Anak (Polsana)

Polsana merupakan kegiatan penanaman tentang kesadaran dan tertib berlalu lintas

sejak usia dini. Yang juga untuk membangun image atau citra positif polisi terhadap

anak-anak. Penanaman disiplin lalu lintas terhadap anak-anak merupakan penyelamatan

anak bangsa. Polsana merupakan program jangka panjang, yang harus selalu

ditumbuhkembangkan dan dilakukan secara berkesinambungan. Kegiatan Polsana dapat

dilakukan melalui kunjungan maupun open house (anak –anak yang berkunjung ke

kantor polisi).

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 20: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-20

2. Patroli Keamanan Sekolah (PKS)

PKS merupakan wadah bagi siswa/siswi SMP maupun SMU untuk berlatih dan belajar

untuk mencari akar masalah sosial di lingkungan sekolah dan upaya-upaya

penanganananya. Dalam hal ini anak-anak juga diajarkan untuk peduli dan peka

terhadap masalah sosial dan berperan aktif mendukung kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Masalah sosial yang mungkin muncul di lingkungan sekolah antara lain :

masalah lalu lintas, perkelahian antar pelajar, narkotika dan obat-obatan terlarang, sex

bebas / pornografi dsb. Melalu kegiatan PKS ini diharapkan anakanak juga menjadi

mitra polisi untuk mencari akar masalah dan solusinya yang tepat.

3. Police Goes to Campus

Police goes to campus bukan sekedar sosialisasi tentang lalu lintas di lingkungan

kampus tetapi merupakan kegiatan dari kepolisian yang mengajak kalangan kampus

atau akademisi sebagai salah satu stake holder untuk ikut berperan serta dalam

menangani masalah lalu lintas. Dalam kegiatan ini tidak hanya sebatas kepada

mahasiswa tetapi juga para dosen. Kegiatan police goes to campus dapat dilakukan

melalui kunjungan, diskusi, seminar, debat publik, kampanya keselamatan lalu lintas

dan sebagainya.

4. Safety Riding

Safety riding merupakan kegiatan untuk keselamatan berkendara. Kegiatan ini

mencakup pada kegiatan pendidikan dan pelatihan ketrampilan mengemudi, kiat - kiat

aman berkendara. Ketrampilan dan keahlian berkendara yang dilatihkan dan

diselenggarakan oleh polisi yang bekerjasama dengan sektor bisnis, media, LSM. Yang

ditujukan baik dari tingkat pelajar, masyarakat umum, pengemudi angkutan umum atau

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 21: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-21

siapa saja yang peduli terhadap masalah keselamatan berkendara. Dan bertujuan

meningkatkan kemampuan serta kesadaran berlalu lintas serta untuk keselamatan.

Implementasi dari safety riding dapat melalui kegiatan : touring, pendidikan dan

pelatihan berkendara, sepeda motor lajur kiri dan menyalakan lampu siang hari dan

sebagainya.

5. Kampanye Keselamatan Lalu Lintas

Kampanye keselamatan lalu lintas merupakan kegiatan bersama (kemitraan antara polisi

dengan stakeholder) sebagai bentuk kegiatan prefentif dan untuk

menumbuhkembangkan kedaraan berlalulintas.Yang implementasinya dapat melalui :

penerangan secara langsung, penyuluhan, pembuatan poster, leaflet, stiker, buku

petunjuk, komik, lomba-lomba maupun kesenian dan sebagainya.

6. Traffic Board

Traffic board merupakan wadah untuk mecari akar masalah dan menangani berbagai

masalah lalu lintas. Kegiatan tersebut antara lain dengan membentuk forum, dewan atau

asosiasi apa saja yang berkaitan dengan tugas sosial dalam rangka berperan aktif

sebagai wujud dari civil society (masyarakat madani). Implementasi tersebut antara lain

: DTK (Dewan Transportasi Kota), Supeltas, OMP (ojek mitra polisi).

7. TMC (Traffic Manajement Centre)

TMC (Traffic Manajement Centre) adalah pusat manajemen lalu lintas yang melakukan

kegiatan informasi, komunikasi, komado dan pengendalian, serta kontrol. TMC bekerja

sama dengan media, petugas-petugas lain, instansi terkait. Yang dilengkapi dengan

sistem teknologi komputerisasi, CCTV, GIS, GPS,SMS, jalur on line, Web site, dsb.

Dari TMC dapat dipantau dan diketahui situasi lalu lintas aktual dan informasi yang

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 22: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-22

akurat dari petugas di lapangan. Dan berbagai informasi lalu lintas baik infrastruktur,

transportasi umum, jalur alternatif, informasi tentang kendaraan bermotor dan

sebagainya.

8. KTL (Kawasan Tertib Lalu Lintas)

KTL (Kawasan Tertib Lalu Lintas) merupakan pilot proyek / proyek percontohan dari

daerah yang semrawut menjadi daerah yang tertib dan teratur.

9. Taman Lalu Lintas

Taman lalu Lintas merupakan wadah atau tempat bermain dan belajar berlalu lintas

baik untuk anak-anak maupun siapa saja yang peduli dan ingin mempelajari tentang lalu

lintas.

10. Sekolah Mengemudi

Sekolah Mengemudi adalah wadah bagi para calon pengemudi yang merupakan bagian

dari upaya untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan berlalu lintas. Karena

pengemudi mempunyai tanggung jawab keselamatan baik untuk dirinya sendiri maupun

pengguna jalan lainya. Dan juga peka dan peduli terhadap masalah – masalah lalu lintas.

Dalam hal ini Polisi lalu lintas bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan yang

berkaitan dengan sekolah mengemudi.

11. Saka Bhayangkara Lalu Lintas

Saka Bhayangkara Lalu lintas adalah wadah kegiatan antara polisi dengan Pramuka

yang berkaitan dengan kelalu lintasan, baik bidang operasional seperti penjagaan atau

pengaturan, kampanye keselamatan lalu lintas dan sebagainya.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 23: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-23

12. Operasi Khusus Kepolisian.

Operasi kusus kepolisian di bidang lalu lintas adalah kegiatan-kegiatan untuk

menangani berbagai masalah lalu lintas yang sifatnya kusus dan merupakan

peningkatan dari kegiatan operasi rutin. Operasi ini dilakukan baik mandiri kewilayahan

(Operasi Simpatik, Operasi Patuh, Operasi Zebra). Dan Operasi yang terpusat seperti

Operasi Ketupat dan Operasi Lilin dan sebagainya.

13. Penegakan Hukum

Penegakan Hukum merupakan tindakan kepolisian untuk edukasi, pencerahan,

perlindungan dan pengayoman terhadap pengguna jalan lainya yang terganggu

aktifitasnya atau produktifitasnya akibat dari pelanggaran hukum dan untuk

mewujudkan adanya kepastian hukum. Kegiatan-kegiatan tersebut di atas merupakan

proses dan merupakan bentuk akuntabilitas kepada publik sebagai upaya untuk

mengimplementasikan Polmas dalam fungsi lalu lintas. Dan kegiatan-kegiatan tersebut

haruslah ditumbuh kembangkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 24: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-24

2.7 Kerangka Pemikiran

Menurut Sugiyono (2014:93) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran

Mulai

Identifikasi Masalah

Rumusan Masalah

Tinjauan Pustaka

Data Primer

1. Kuesioner Responden

2. Kuesioner Pakar

Selesai

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

Tujuan Permasalahan

Pengumpulan Data

Data Sekunder

Jurnal, Buku, Penelitian

terdahulu

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 25: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-25

2.8 Penelitian Terdahulu

Agar penulisan Tugas Akhir ini terarah dan terfokus maka diperlukan beberapa

referensi dari penelitian terdahulu yang dianggap sejenis. Berikut adalah beberapa

penelitian sejenis terdahulu:

Tabel 2.6. Penelitian Sejenis Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Kesimpulan

1 Andi Darmawan, (Politeknik Negeri Jakarta), Tahun 2017

Analisa daerah rawan kecelakaan Tol Jagorawi

metode EAN dan AEK untuk menentukan daerah rawan kecelakaan

lokasi rawan kecelakaan dengan metode AEK pada jalur : km 08-09, dan km 22-43. Penanganan dengan melengkapi SPM bidang keselamatan untuk jalan tol

2 Deasy Anngraini dan Rika Syviana, (Universitas Islam 45 Bekasi), Tahun 2013

Identifikasi daerah rawan kecelakaan lalu lintas (Black Spot area berbasis Sistem Informasi Geografis)

Metode AEK berbasis Geographic Information System (GIS), untuk menentukan daerah rawan kecelakaan

Lokasi kecelakaan yang memiliki bobot paling besar adalah pada jalan Siliwangi, dengan 61 kecelakaan dan bobot 426. Sedangkan severity index (indeks tingkat keparahan) terjadi pada jalan Perjuangan sebesar 0,409. Kendaraan yang mengalami kecelakaan adalah sepeda motor sebesar 60,223%. Pada identifikasi daerah yang rawan kecelakaan terdapat 9 jalan rawan dan 4 jalan tidak rawan

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 26: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-26

No. Peneliti Judul Variabel Kesimpulan

3 Margareth Evelyn Bolla, Yunita A. Messah dan Michal M Bunga Koreh, (Universitas Nusa Cendana Nusa Tenggara Timur), Tahun 2015

Anaisis daerah rawan kecelakaan lalu lintas (Studi Kasus ruas jalan Timor Raya Kota Kupang)

metode EAN (Equivalent Accident Number) metode BKA (Batas Kontrol Atas) dan UCL (Upper Control Limit).

Hasil analisis menunjukkan bahwa KM 07 (EAN = 288) dan KM 08 (EAN = 249) teridentifikasi black site karena memiliki angka kecelakaaan EAN melebihi dari batas kontrol BKA dan UCL, dimana pada KM 07, BKA = 142, UCL = 141 dan pada KM 08, BKA = 142, UCL = 139

4 Gito Sugiyanto dan Ari Fadli (Universitas Jenderal Soedirman), Tahun 2017

Identifikasi Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas (Black Spot) di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

metode Metode AEK dan BKA menentukan daerah rawan kecelakaan

Jalan Raya turut Desa Bojongsari,

Kecamatan Bojongsari, dengan jumlah

nilai AEK=57, lebih tinggi dibandingkan

dengan nilai UCL=35,284 dan nilai

BKA=35,328.

5 Perdana Putra Dewata, (Universitas Mercubuana) , Tahun 2018

Analisis Daerah Rawan Kecelakaan dan Penanganan di Ruas Jalan Kota Depok

metode AEK untuk menentukan daerah rawan kecelakaan

angka kecelakaan lalu lintas di Kota Depok Pada tahun 2017 telah terjadi 253 kasus kecelakaan, dengan korban meninggal mencapai 10 orang, 150 luka berat, 125 luka ringan, dengan kerugian materi mencapai Rp. 347 juta

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 27: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-27

No. Peneliti Judul Variabel Kesimpulan

6 Priyo Dwiyogo dan Radityo Heru Prabowo (Universitas Negeri Semarang), Tahun 2015

Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya di Kota Semarang Menggunakan Metode K-Means Clustering

metode variable dalam data kecelakaan untuk memetakan penyebab kecelakaan dengan metode Kmean Clustering modifikasi inisialisasi metode Analogy Based Estimation.

hasil analisis pemetaan penyebab kecelakaan diperoleh umur pelaku dalam kategori berbahaya, yaitu rentang umur 18-24 tahun. Faktor pengemudi dengan persentase rata-rata 96,57% dan terjadi pada hari kerja dengan persentase rata-rata 67,33% pada semua cluster. Dari data tersebut disusun dalam database berbasis Sistem Informasi Analisis Data Kecelakaan yang menggunakan perangkat lunak berbasis web untuk pembentukan kmeans clustering, pemetaan data, editing variabel dan melakukan fungsi analisis kmean clustering

7 Olutayo V.A (Joseph Ayo Babalola University, Ikeji-Arakeji, Nigeria) Tahun 2014

Traffic Accident Analysis Using Decision Trees and Neural Networks

Artificial Neural

Networks and Decision Trees data analysis techniques

Experimental results reveal that, between the machines learning paradigms considered, Decision Tree approach outperformed the Artificial Neural Network with a lower error rate and higher accuracy rate. Our research analysis also shows that, the three most important causes of accident are Tyre burst, loss of control and over speeding

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Page 28: Bab II Tinjauan Pustaka BAB II.pdf · Title: Bab II Tinjauan Pustaka Author: Windows User Created Date: 8/26/2019 2:14:11 PM

Bab II Tinjauan Pustaka

II-28

No. Peneliti Judul Variabel Kesimpulan

8 Huayun Chen (Zhuji Institute of Surveying and Mapping, Zhuji, China) Tahun 2012

Black Spot Determination of Traffic Accident Locations and Its Spatial Association Characteristic Analysis Based on GIS

how to utilize the geocoding technology and VRS-GPS positioning technology to record thetraffic accidents with Geo-spatial information.

the method which takes the potential of reducing accidents as an index to extract the black spots. Finally, in the discussion, the association relationship between black spots and traffic attributes is used to analyze the factors that resulting in traffic accidents.

http://digilib.mercubuana.ac.id/