bab ii tinjauan pustaka a. penerimaan diri 1. pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/bab...

45
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian Penerimaan Diri Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan orang lain ketika terlibat dalam proses sosialisasi dan interaksi sosial dalam rangka saling membantu untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Keberhasilan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dipengaruhi oleh cara individu tersebut menerima dirinya sendiri. Menurut Chaplin (2011), penerimaan diri adalah sikap positif termasuk penghargaan terhdap nilai-nilai individu dan mampu bersikap objektif tanpa menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya, tanpa keterikatan emosional yang terdapat di pihak yang bersangkutan. Sheerer (Paramita & Margaretha, 2013), menyatakan penerimaan diri adalah sikap untuk menilai diri dan keadaannya secara objektif, menerima segala yang ada pada dirinya termasuk kelebihan dan kelemahannya. Snyder & Lopez (2007) menjelaskan bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri, dan merasa positif terhadap masa lalunya. Senada juga dengan Johnson (Wrastari, 2003) yang mendefinisikan penerimaan diri sebagai bentuk sikap positif terhadap diri yang mampu mengarahkan pada kemampuan untuk mencintai dirinya sendiri, menerima dirinya sendiri sebagai manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Upload: doanxuyen

Post on 23-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penerimaan Diri

1. Pengertian Penerimaan Diri

Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan

orang lain ketika terlibat dalam proses sosialisasi dan interaksi sosial dalam

rangka saling membantu untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing.

Keberhasilan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dipengaruhi oleh

cara individu tersebut menerima dirinya sendiri.

Menurut Chaplin (2011), penerimaan diri adalah sikap positif termasuk

penghargaan terhdap nilai-nilai individu dan mampu bersikap objektif tanpa

menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya, tanpa keterikatan emosional

yang terdapat di pihak yang bersangkutan. Sheerer (Paramita & Margaretha,

2013), menyatakan penerimaan diri adalah sikap untuk menilai diri dan

keadaannya secara objektif, menerima segala yang ada pada dirinya termasuk

kelebihan dan kelemahannya.

Snyder & Lopez (2007) menjelaskan bahwa penerimaan diri merupakan

sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri,

dan merasa positif terhadap masa lalunya. Senada juga dengan Johnson (Wrastari,

2003) yang mendefinisikan penerimaan diri sebagai bentuk sikap positif terhadap

diri yang mampu mengarahkan pada kemampuan untuk mencintai dirinya sendiri,

menerima dirinya sendiri sebagai manusia dengan segala kelebihan dan

kekurangannya.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

21

Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

suatu tingkat kemampuan individu untuk hidup dengan segala kekhususan diri

yang di dapat melalui pengenalan diri secara utuh. Penerimaan diri didasarkan

pada kepuasan individu mengenai dirinya serta berfikir mengenai kebutuhannya

untuk memiliki mental yang sehat. Setiap orang diharapkan mampu menyadari

dan mampu menerima segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.

Hurlock (1980), menyebutkan bahwa penerimaan diri adalah suatu tingkat

kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik

dirinya. Penilaian individu pada dirinya merupakan hal yang terpenting dalam

perkembangan karena sebagai dasar pembentukan identitas.

Penerimaan diri berkaitan dengan kondisi sehat secara psikologis, yang

memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap siapa dan apa diri mereka.

Individu dengan penerimaan diri memiliki penilaian realistik terhadap sumber

daya yang dimilikinya, yang dikombinasikan dengan apresiasi atas dirinya secara

keseluruhan. Artinya, individu itu memiliki kepastian akan standar dan teguh pada

pendirian, serta mempunyai penilaian realistik terhadap keterbatasan tanpa

mencela diri. Sikap menerima dipengaruhi sikap menerima diri yang timbul dari

penyesuaian pribadi maupun penyesuaian sosial yang baik. Coleridge

(Satyaningtyas & Abdullah, 2010) menyatakan bahwa penerimaan diri bukanlah

sikap pasrah, tetapi menerima identitas diri secara positif, pandangan tentang diri

sendiri dan harga diri tidak menurun sama sekali, bahkan dapat meningkat.

Corsini (2002), mendefinisikan penerimaan diri sebagai pengenalan

terhadap kemampuan diri sendiri dan prestasi serta penerimaan terhadap

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

22

keterbatasan yang dimiliki. Individu yang memiliki penerimaan diri yang

cenderung rendah akan menimbulkan gangguan secara emosional.

Individu yang memiliki penerimaan diri adalah individu yang mampu

menyesuaikan kondisi emosional dengan realitas yang dihadapi, memiliki

keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki, memandang diri sebagai individu

yang berharga, bertanggung jawab, berpendirian, serta mampu menerima

kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki (Salwa dkk, 2010).

Menurut Helmi (Nurviana dkk, 2006), penerimaan diri adalah sejauhmana

seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan

menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya. Sikap penerimaan

diri ditunjukkan oleh pengakuan seseorang terhadap kelebihan-kelebihan

sekaligus menerima kelemahan-kelemahannya tanpa menyalahkan orang lain

dan keinginan terus-menerus untuk mengembangkan diri. Penerimaan diri yang

positif banyak dipengaruhi oleh rasa bangga terhadap kelebihan-kelebihan yang

dimiliki, sedangkan penerimaan diri negatif terjadi jika hanya memikirkan

kekurangan atau kelemahan di dalam dirinya tanpa memikirkan kelebihan yang

dimilikinya. Menurut Rakhmat (2001), penerimaan diri memegang peranan

penting dalam menemukan dan mengarahkan seluruh perilaku, maka sedapat

mungkin individu harus mempunyai penerimaan diri positif. Salah satu faktor

keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan ditentukan

oleh kesanggupan individu dalam menerima keadaan dirinya sendiri. Darajat

(2006), menyatakan bahwa penerimaan diri sebagai kesadaran untuk menerima

diri sendiri dengan apa adanya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

23

Hal tersebut didukung oleh pendapat Hjelle & Ziegler (Sari & Nuryoto,

2002) bahwa individu dengan penerimaan diri memiliki toleransi terhadap

kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menjadi sedih atau marah. Individu ini

dapat menerima dirinya sebagai seorang manusia yang memiliki kelebihan dan

kelemahan. Santrock (Ridha, 2012) menjelaskan, penerimaan diri merupakan

suatu kesadaran untuk menerima diri sendiri apa adanya. Penerimaan diri tidak

berarti menerima begitu saja kondisi dirinya tanpa berusaha mengembangkan diri

lebih lanjut, tetapi proses bagaimana seorang individu mendapat keseimbangan

diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penerimaan diri

lebih bersifat suatu proses dalam hidup sepanjang hayat manusia.

Menurut Jersild (Sari & Nuryoto, 2002), individu yang menerima dirinya

sendiri yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku

pada pendapat orang lain, dan memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya,

serta tidak melihat dirinya sendiri secara irasional. Individu dengan penerimaan

diri dapat menikmati segala hal dalam hidupnya. Untuk itu menerima diri sendiri

diperlukan kesadaran dan kemauan melihat fakta yang ada pada diri, baik fisik

maupun psikis, sekaligus kekurangan dan ketidaksempurnaan, tanpa ada

kekecewaan, dengan tujuan mengubah diri lebih baik. Atosokhi (Sari & Reza,

2013) mengemukakan bahwa untuk menerima diri sendiri diperlukan kesadaran

dan kemauan melihat fakta yang ada pada diri, baik fisik maupun psikis, sekaligus

kekurangan dan ketidaksempurnaan, tanpa ada kekecewaan, dengan tujuan

mengubah diri lebih baik.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

24

Menurut Supratiknya (Marni &Yuniawati, 2015), penerimaan diri adalah

memiliki penghargaan tinggi terhadap diri sendiri, atau tidak bersikap sinis

terhadap diri sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan kerelaan membuka diri

atau mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksi terhadap orang lain. Individu

yang mampu menerima dirinya adalah individu yang dapat menerima kekurangan

dirinya sebagaimana kemampuannya untuk menerima kelebihannya. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Kurniawan (Halida, 2007), dimana kemampuan

penerimaan diri yang dimiliki oleh seseorang berbeda-beda tingkatannya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa penerimaan diri adalah sikap untuk menilai diri dan keadaannya secara

objektif, individu mampu menerima segala yang ada pada dirinya termasuk

kelebihan dan kelemahannya.

2. Aspek-aspek Penerimaan Diri

Penerimaan diri merupakan sikap untuk menilai diri dan keadaannya

secara objektif, menerima segala yang ada pada dirinya termasuk kelebihan dan

kelemahannya. Hal ini tidak berarti seseorang menerima begitu saja tentang

kondisi diri tanpa berusaha mengembangkan diri lebih lanjut. Orang yang

menerima diri berarti telah mengenali dimana dan bagaimana dirinya saat ini,

serta keinginan untuk mengembangkan diri lebih lanjut. Aspek penerimaan diri

oleh Sheere (Paramita & Margaretha, 2013) dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Aspek percaya kemampuan diri. Individu dengan kemampuan untuk

menghadapi kehidupan. Hal ini tampak dari sikap individu yang percaya

diri, lebih suka mengembangkan sikap baiknya dan mengeliminasi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

25

keburukannya dari pada ingin menjadi orang lain. Oleh karena itu, individu

puas menjadi diri sendiri.

b. Aspek perasaan sederajat. Individu merasa dirinya berharga sebagai

manusia yang sederajat dengan orang lain, sehingga individu tidak merasa

sebagai orang istimewa atau menyimpang dari orang lain. Individu merasa

dirinya mempunyai kelemahan dan kelebihan seperti halnya orang lain.

c. Aspek berpendirian. Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri

daripada bersikap conform terhadap tekanan sosial. Individu yang mampu

menerima diri, sikap dan percaya diri menurut pada tindakannya sendiri

daripada mengikuti konvensi dan standar orang lain serta ide aspirasi dan

pengharapan sendiri.

d. Aspek orientasi keluar. Individu mempunyai orientasi diri keluar lebih besar

daripada ke dalam, tidak malu, yang menyebabkan individu lebih suka dan

toleran terhadap orang lain, sehingga akan mendapatkan penerimaan sosial

dari lingkungannya.

e. Aspek bertanggung jawab. Individu berani memikul tanggung jawab atas

perilakunya. Sifat ini tampak dari perilaku individu yang mau menerima

kritik dan menjadikannya sebagai suatu masukan berharga untuk

mengembangkan diri.

f. Aspek menerima sifat kemanusiaan. Individu tidak menyangkal impuls dan

emosinya atau merasa bersalah karenanya. Individu mengenali perasaan

marah, takut dan cemas tanpa menganggapnya sebagai sesuatu yang harus

diingkari atau ditutupi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

26

g. Aspek menyadari keterbatasan. Individu tidak menyalahkan diri akan

keterbatasannya dan mengingkari kelebihannya. Individu cenderung

mempunyai penilaian yang realistik tentang kelebihan dan kekurangannya.

Orang yang sehat secara psikologis dan yang dapat digolongkan sebagai

orang yang menerima diri adalah orang yang selalu terbuka terhadap setiap

pengalaman serta mampu menerima setiap kritikan dan masukan dari orang lain.

Seperti yang dikemukakan Jourand (Hurlock, 1980), ada dua hal penting dalam

penerimaan diri seseorang, yaitu:

a. Individu senang menjalani perannya dengan baik dan mendapatkan

kepuasan dari perannya tersebut Ketidakpuasan individu terhadap dirinya

dan peran yang harus dijalaninya, secara lambat atau cepat akan kesehatan

mentalnya.

b. Individu berperan sesuai dengan tuntutan atau norma-norma yang ada. Agar

kedua hal tersebut dapat dilakukan, individu harus mampu menerima

dirinya. Dengan demikian, untuk mencapai kepribadian yang sehat secara

psikologis harus memiliki penerimaan diri atau self acceptance yang baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerimaan

diri dapat dibentuk melalui beberapa aspek antara lain percaya pada kemampuan

diri, memiliki perasaan sederajat, berpendirian, orientasi keluar, bertanggung

jawab, menerima sifat kemanusiaan, menyadari keterbatasan, senang menjalani

perannya, berperan sesuai tuntutan atau norma. Terhadap paparan aspek-aspek

penerimaan diri di atas, peneliti tertarik untuk memilih aspek-aspek yang

dikemukakan oleh Sheerer (Paramita & Margaretha, 2013), yaitu percaya pada

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

27

kemampuan diri, memiliki perasaan sederajat, berpendirian, orientasi keluar,

bertanggung jawab, menerima sifat kemanusiaan, menyadari keterbatasan.

Adapun alasan peneliti memilih aspek tersebut, karena penjelasannya lengkap

mudah dipahami oleh peneliti dan dapat digunakan untuk mengungkapkan

variabel penerimaan diri.

3. Upaya untuk meningkatkan Penerimaan Diri

Penerimaan diri disebabkan oleh banyak faktor, peristiwa dan keadaan,

baik yang berasal dari luar maupun dari dalam diri individu. Menurut Bernard

(Fitri, 2015), kemampuan individu dalam melakukan penerimaan diri dapat

ditingkatkan melalui proses terapi dan edukasi. Beberapa bentuk upaya untuk

meningkatkan penerimaan diri antara lain:

a. Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah salah satu bentuk tingkah laku yang

menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa

individu dihormati, dihargai, dicintai dan bahkan orang lain bersedia

memberikan perhatian dan keamanan. Dukungan sosial memiliki keterkaitan

dengan penerimaan diri, ketika individu mengalami penerimaan diri yang

cenderung rendah, maka dengan dukungan sosial, individu mendapatkan

kepercayaan dan kepedulian dari orang lain sehingga individu tersebut

memiliki rasa percaya, dihormati, dihargai, dicintai (Marni & Yuniawati,

2015).

b. Cognitive Behavioural Therapy (CBT)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

28

CBT merupakan gabungan beberapa teknik terapeutik yang tidak

hanya berfokus pada perilaku tetapi juga kesalahan berpikir dan kognisi.

Masalah penerimaan diri pada ODHA, yaitu terdapat skema kognitif yang

negatif ataupun munculnya distorsi kognitif dengan karakteristik berupa

perasaan dan pikiran bahwa mereka tidak, yakin mampu menjalani

kehidupan dan perasaan tidak berharga. Proses kognisi akan memengaruhi

seseorang dalam berperilaku. Proses kognisi ini akan menjadi faktor

penentu dan menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan

bertindak.

Dengan demikian, CBT dapat mengatasi kecenderungan yang dialami

ODHA yang kurang dalam penerimaan diri (Kusumawati, 2014).

c. Pelatihan Pengenalan diri

Pada saat individu menghadapi masalah dengan tingkat kesulitan yang

berbeda harus dihadapi sehingga membutuhkan ketrampilan pemecahan

masalah yang strategis, yang dilandasi oleh tujuan hidup individu tersebut.

Untuk mencapai tujuan hidup antara lain dengan dengan cara menegenal diri

sendiri lewat kekuatan dan kelemahan dirinya. Pengenalan diri merupakan

salah satu cara untuk membantu individu self-knowledge dan self-insight

yang sangat berguna bagi proses penerimaan diri dan penyesuaian diri yang

baik dan merupakan salah satu kriteria mental yang sehat.

Pelatihan pengenalan diri merupakan bentuk pelatihan yang disusun

untuk membantu individu dalam mengenali dirinya melalui pengungkapan

diri dan umpan balik. Dengan demikian pelatihan pengenalan diri efektif

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

29

untuk meningkatkan penerimaan diri (Handayani, Retnowati & Helmi,

1998).

d. Rational Emotive Behavior-Therapy

Rational Emotive Behavior-Therapy (REBT) merupakan salah satu

upaya yang dapat meningkatkan penerimaan diri. REBT merupakan suatu

proses terapi yang dapat memperbaiki dan mengubah persepsi, pikiran,

keyakinan serta pandangan seseorang yang irasional dan tidak logis menjadi

rasional dan logis. Dengan demikian, ketika individu dapat memperbaiki

dan mengubah persepsi dan pikiran, keyakinan serta pandangan yang

irasional menjadi rasional maka individu tersebut dapat menerima

keberadaan dirinya sepenuhnya. Rational Emotive Behavior-Therapy

(REBT) sangat efektif untuk meningkatkan penerimaan diri (Davies, 2006).

e. Pelatihan berpikir positif

Pelatihan ini merupakan salah satu pengembangan atas model kognitif

yang ditujukan untuk membantu individu mengenali pola pikirnya dan

memahaminya, mengubah pola pikir yang negatif menjadi pola pikir yang

positif melalui serangkaian pelatihan, dan menggunakan pola pikir positif

yang terbentuk itu dalam menghadapi masalah kehidupan yang akan datang.

Dengan demikian, ketika individu bisa mengenali pola pikir yang positif di

dalam dirinya akan memberikan dampak yang baik untuk kehidupan

selanjutnya. Pelatihan berpikir positif dianggap efektif dalam peningkatan

penerimaan diri (Halida, 2007; Sukimo, 2009).

f. Pelatihan NLP

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

30

NLP (Neuro Linguistic Programming) merupakan salah satu terapi

kognitif yang merupakan salah satu cara membuat seseorang dapat mampu

untuk memetakan semua proses yang terjadi di dalam otaknya (didasarkan

pada pengalaman-pengalamannya) adalah dengan memrogram fungsi neuro-

nya (otak) dengan menggunakan bahasa (linguis). Setelah kedua proses

terjadi, maka selanjutnya seseorang akan berusaha untuk belajar bereaksi

tertentu pada suatu situasi tertentu, dan membangun pola-pola otomatis atau

program-program, yang terjadi di sistem neurologi maupun sistem bahasa

kita atau yang disebut dengan istilah programming. Dengan demikian,

pelatihan NLP dapat meningkatkan penerimaan diri individu (Wrastari &

Handadari, 2003).

g. Terapi Pemaafan

Terapi pemaafan merupakan upaya seseorang untuk menanggalkan

kekeliruan masa lalu yang menyakitkan, tidak lagi mencari-cari nilai dalam

amarah dan kebencian dan menepis keinginan untuk menyakiti orang lain

atau diri sendiri. Terapi pemaafan akan efektif dalam meningkatkan

penerimaan diri. Dengan demikian, beban masalah terhadap kekeliruan

masa lampau yang menyakitkan akan hilang saat individu tersebut mau

memaafakan akan hala atau kejadian yang tidak menyenangkan tersebut

(Rahmandani, 2011; Praptomojati, 2016).

h. Terapi Spiritual

Terapi spiritual merupakan salah satu cara untuk mengatasi

permasalahan fisik dan psikis untuk penyakit berat seperti kanker dan AIDS.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

31

Dengan ketaatan pada agama dengan doa dapat memberikan dampak positif

bagi penderita untuk menerima keadaan yang sedang dialami, peningkatan

mutu hidup, mengurangi ketakutan menghadapi kematian sampai pada

peningkatan daya tahan hidup (Djauzi, 2016). Spiritualitas lebih diarahkan

pada usaha mencapai kedamaian pribadi melalui pemikiran-pemikiran dan

pemahaman pribadi yang bertujuan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.

Tanpa spiritual, ibadah yang dilakukan hanya menjadi ritual semata

(Indriana, 2003).

Ada berbagai macam teknik spiritual salah satunya adalah Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT). Terapi SEFT menitikberatkan pada

proses pembebasan emosi-emosi negatif yang digabungkan dengan teknik

doa, ikhlas, pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Purwaningsih &

Rosa, 2016).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya untuk

meningkatkan penerimaan diri dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dukungan

sosial, CBT, pelatihan pengenalan diri, REBT, pelatihan berpikir positif, pelatihan

NLP, terapi pemaafan, dan terapi spiritual.

Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah untuk meningkatkan

penerimaan diri dengan menggunakan intervensi terapi spiritual. Alasan peneliti

mengambil penelitian dengan menggunakan terapi spiritual untuk meningkatkan

penerimaan diri pada ODHA lebih efektif dan diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh Jalaludin (2007) bahwa spiritual sebagai suatu multi dimensi yaitu

dimensi eksitensial dan dimensi agama. Dimensi eksitensial berfokus pada tujuan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

32

dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan

seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Salah satu terapi yang menggunakan teknik spiritual adalah Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT). Metode SEFT dapat membuat individu

bisa menerima permasalahan yang mengganggu stabilitas emosinya. Ketika

individu bisa berdamai dengan situasi yang mengganggu emosinya, maka

keluhan fisik ataupun psikis akan hilang dengan sendirinya (Zainuddin, 2010).

Terapi spiritual yang terdapat dalam SEFT dapat memberikan ketenangan,

mengurangi rasa takut, dan dapat mendekatkan diri kepada Tuhan dengan

keyakinan spiritual, penerimaan diri dan kepasrahan diri kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa (Zainuddin, 2010).

4. Dampak dari adanya penerimaan diri

Hurlock (2004) menjelaskan bahwa semakin baik seseorang dapat

menerima dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dan sosialnya.

Hurlock membagi dampak dari penerimaan diri dalam 2 kategori yaitu:

a. Dalam penyesuaian diri

Salah satu karakteristik dari individu yang memiliki penyesuaian diri

baik adalah lebih mengenal kelebihan dan kekurangannya, biasanya

memiliki keyakinan diri dan harga diri. Selain itu juga lebih dapat menerima

kritik, dibandingkan dengan individu yang kurang dapat menerima dirinya.

Dengan demikian individu yang memiliki penerimaan diri dapat

mengevaluasi dirinya secara realistik, sehingga dapat menggunakan semua

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

33

potensinya secara efektif. Hal tersebut dikarenakan memiliki anggapan yang

realistik terhadap dirinya maka akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura.

b. Dalam penyesuaian sosial

Individu yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk

memberikan perhatiannya pada yang lain, seperti menunjukkan rasa empati.

Dengan demikian, individu yang memiliki penerimaan diri dapat

mengadakan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan

individu yang merasa rendah diri atau merasa tidak adekuat sehingga

mereka itu cenderung untuk bersikap berorientasi pada dirinya sendiri.

Penerimaan diri sangat berhubungan erat dengan konsep diri, karena

penerimaan diri memiliki peranan yang penting dalam pembentukan konsep

diri dan kepribadian yang positif. Individu yang memiliki penerimaan diri

yang baik, maka dapat dikatakan memiliki konsep diri yang baik pula,

karena selalu mengacu pada gambaran diri ideal, sehingga bisa menerima

gambaran dirinya yang sesuai dengan realitas.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada dampak

dari penerimaan diri, yaitu dampak dalam penyesuaian diri dan sosial. Semakin

baik seseorang dapat menerima dirinya, maka akan semakin baik pula

penyesuaian diri dan sosialnya.

B. Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

1. Sejarah Singkat SEFT

SEFT merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan dari beberapa

metode terapi yang berdasarkan prinsip yang sama dengan akupunktur, akupresur,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

34

applied kinesiology, Tougtht Fields Therapy (TFT), dan Emotional Freedom

Technique. (Zainuddin, 2010).

Penemu EFT adalah Gary Craig seorang insinyur dari Stanford University

yang menyederhanakan Thought Field Therapy (TFT) menjadi teknik yang lebih

mudah dan efektif. Dari sinilah lahir istilah Emotional Freedom Technique (EFT).

Prosesnya dibuat universal agar bisa diterapkan untuk semua permasalahan

mental, emosional dan fisik. Jika pada TFT menggunakan urutan titik meridian

yang kompleks dan aplikasinya berbeda-beda sesuai dengan jenis penyakitnya,

maka pada EFT hanya mengetuk seluruh titik meridian untuk setiap masalah,

sehingga selalu dapat menggunakan titik yang tepat. Dengan demikian, EFT lebih

mudah untuk dipelajari, dapat digunakan untuk semua masalah. Bahkan oleh

Steve Wells, yang adalah seorang psikolog klinis dari Australia, EFT

dikembangkan lebih jauh lagi. Tidak hanya digunakan untuk penyembuhan, tetapi

diperluas kegunaannya untuk meningkatkan prestasi (peak performance)

(Iskandar, 2010).

Emotional Freedom Technique (EFT) adalah serangkaian metode yang

berorientasi pada sistem energi tubuh untuk melepaskan individu dari gangguan

emosional dan fisik. EFT bekerja berdasarkan prinsip “ The cause of all negative

emotions is disruption in the body’s energy system”. Terganggunya sistem energi

tubuh yang secara langsung menyebabkan gangguan emosi. Emosi negatif yang

dialami oleh individu diawali dengan representasi internal yang buruk. Kondisi ini

berlanjut oleh gangguan pada sistem energi tubuh (Iskandar, 2010).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

35

EFT merupakan teknik penyembuhan emosional yang juga dapat

menyembuhkan gejala-gejala penyakit fisik. Hal ini berdasar pada revolusi yang

berkembang dalam keyakinan psikologi konvensional. Hal ini menjelaskan bahwa

segala emosi negatif yang muncul dapat merusak energi sistem dalam tubuh. EFT

dilakukan dengan mengetuk dua ujung jari pada beberapa lokasi di tubuh.

Ketukan-ketukan tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan energi meridian

dalam tubuh ketika terjadi gejala-gejala kemunduran fisik dan emosional yang

mengganggu (Iskandar, 2010).

Menurut Tairas (2010), EFT dapat dikatakan versi psikologi dari terapi

akupresur. EFT tidak menggunakan jarum melainkan dengan menyelaraskan

sistem energi tubuh pada titik-titik meridian tubuh yaitu dengan cara mengetuk

(tapping) dengan ujung jari. Senada dengan itu, Rodrigues (2012), menjelaskan

bahwa titik-titik meridian tubuh akan merangsang tubuh untuk melepaskan

endoprhin dan manoamina, yaitu dua senyawa yang berfungsi untuk mengontrol

rasa sakit dan merangsang relaksasi. Ketukan (tapping) membantu mengirimkan

energi kinetetis kepada sistem energi dan membebaskan hambatan yang menutupi

aliran energi (Thahir dkk, 2014).

Di Indonesia, EFT dikembangkan oleh Ahmad Faiz Zainnudin menjadi

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Menurut Zainnudin (2010),

efektivitas SEFT dimungkinkan karena klien menghubungkan segala tindakannya

dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga kekuatannya terasa menjadi berlipat

ganda.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

36

SEFT merupakan suatu terapi psikologi yang pertama kali ditujukan untuk

melengkapi alat psikoterapi yang sudah ada. SEFT merupakan sebuah metode

yang menggunakan dasar sistem energi tubuh dalam menghilangkan masalah-

masalah fisik maupun emosi secara cepat, mulai dari phobia, cemas, PTSD, stress,

dan termasuk insomnia.

SEFT adalah suatu teknik terapi penggabungan antara spiritual power dan

energy pschology, yang terdiri dari dua versi, yaitu (1) versi lengakap; dan (2)

versi inti, yang memiliki tiga tahap dalam terapi, yaitu set up, tune in, dan

tapping. Ada empat domain SEFT yaitu, (1) SEFT for healing, (2) SEFT for

success, (3) SEFT for happiness, dan (4) SEFT for gratness. Dari semua memiliki

tahapan yang hampir serupa, yang berbeda adalah tahapan pembuatan kalimat set

up nya (Verasari, 2012).

Hampir 90% SEFT adalah EFT, dalam hal ini yang dimaksud adalah titik-

titiknya. Perlu diketahui bahwa semua teknik energy psychology yang memakai

tapping, mulai dari TFT-nya Roger Callahan, EFT-nya Gari Craig, menggunakan

titik-titik tapping yang sama. Sejak 5000 tahun yang lalu titik-titik tersebut sudah

digunakan oleh akupunktur dan akupresur dan sebagainya.

Spiritual merupakan komponen yang membedakan antara SEFT dan EFT.

Penambahan unsur spiritual dalam SEFT berupa doa kepada Tuhan. Zainuddin

(2010) mengungkapkan penambahan unsur spiritual berupa doa menghasilkan

amplifiying effect atau efek pelipatgandaan pada EFT. Doa berdampak positif

terhadap kondisi psikologis.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

37

SEFT berpusat pada Tuhan sebagai sumber kesembuhan, individu bisa

pasrah, dan bersyukur dengan keadaan yang sedang dialaminya (Zainuddin,

2010). EFT memandang bahwa kesembuhan berpusat pada diri sendiri dan

diharapkan individu dapat menerima sepenuhnya apa yang sedang dialami.

Cannon (Mardihusono, 2012) menjelaskan bagaimana tubuh menjaga

kesehatan fisiknya. Kapasitas tubuh untuk menjaga keutuhan homeostasis

memerlukan terhubungnya seluruh proses umpan balik dalam tubuh, dan

lancarnya serta tepatnya informasi yang mengalir di sepanjang jaringan ekspres

umpan balik tersebut. Gary (Mardihusono, 2012) menjelaskan bahwa koneksi

umpan balik sangat fundamental, bukan hanya untuk kesehatan dan keutuhan

fisik, tetapi juga bagi kesehatan dan keutuhan segala tingkat. Koneksi umpan balik

sangat penting bagi keutuhan energi, fisik, emosi, mental, sosial, global bahkan

astrofisik. Menurut Mardihusono (2012), EFT sangat sederhana dan mudah

dipelajari. Tiga langkah menciptakan keajaiban dengan EFT, yaitu: (1) mengukur

intensitas emosi yang berhubungan dengan memori traumatis atau permasalahan

yang dialami; (2) memasangkan memori traumatis dengan pernyataan penerimaan

diri; dan (3) mengetuk ringan (tapping) dengan ujung jari pada serangkaian titik-

titik akupuntur di wajah dan tubuh. Berikut ini Tabel 2. perbedaan EFT dan SEFT.

Tabel 2. Perbedaan EFT dan SEFT (Sumber: Zainuddin, 2010)

EFT SEFT Self centered Asumsi kesembuhan berasal dari diri sendiri, begitu individu bisa menerima dirinya sendiri.

Basic Philosophy God centered Asumsi kesembuhan berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, begitu individu bisa ikhlas dan pasrah.

Walaupun saya sakit…saya terima diri saya

Ya Tuhan….walaupun saya sakit…saya ikhlas menerima sakit

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

38

sepenuhnya… saya ini, saya pasrahkan kesembuhannya padaMu.

EFT dilakukan dalam sikap suasana santai, karena fokusnya pada diri sendiri

Set-Up SEFT dilakukan dengan penuh keyakinan bahwa kesembuhan datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa, kekhusyukkan, keikhlasan, kepasrahan dan rasa syukur.

EFT dengan menyebut masalahnya. Sakit kepala ini, rasa pedih ini dan seterusnya

Tun-In SEFT tidak terlalu fokus pada detail masalahnya, cukup lakukan tiga hal bersamaan:

1. Rasa sakitnya 2. Fokuskan pikiran

ketempat sakit 3. Ikhlaskan dan pasrahkan

kesembuhan sakit itu kepada Tuhan Yang Maha Esa

EFT menggunakan 7 atau 14 titik

Tapping SEFT menambahkan titik-titiknya hingga 18 titik.

Tidak ada unsur spiritual Unsur Spiritualitas 90% penekanan pada unsur spiritualitas

2. Pengertian SEFT

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan

pengembangan dari Emotional Freedom Technique (EFT). EFT merupakan teknik

mengatasi emosi yang dilakukan dengan cara mengetuk ringan ujung jari dengan

menstimulasi titik-titik meridian tertentu pada tubuh individu sambil merasakan

masalah yang sedang dihadapi. EFT dikembangkan oleh Gary Craig dari

Callahan, yaitu Thought Field Therapy (TFT) yang dapat menetralisir energi

negatif yang ada dalam tubuh individu (Craig, 2003). Craig memodifikasi TFT

menjadi EFT karena EFT merupakan metode yang sangat aman dan sederhana

untuk dipelajari dapat dilakukan oleh individu, keluarga dan orang lain.

EFT kemudian dikembangkan oleh Zainuddin (2008) menjadi Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT) yaitu teknik penyembuhan yang

memadukan keampuhan energi psikologi dengan kekuatan do’a dan spiritualitas.

Energi psikologi adalah ilmu yang menerapkan berbagai prinsip dan teknik

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

39

berdasarkan konsep sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran,

emosi dan perilaku seseorang melalui tiga teknik sederhana yaitu set-up, tune-in,

dan tapping.

Menurut Zainuddin (2010), terapi SEFT merupakan terapi dengan

menggunakan gerakan sederhana yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan

permasalahan sakit fisik maupun psikis, meningkatkan kinerja dan prestasi,

meraih kedamaian dan kebahagiaan hidup. Rangkaian yang dilakukan adalah; the

set up (menetralisir energi negatif yang ada di tubuh), the tune-in (mengarahkan

pikiran pada tempat yang dirasakan), dan the tapping (mengetuk ringan dengan

dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh manusia).

Terapi SEFT menggabungkan antara sistem kerja energi psikologi dengan

kekuatan spiritual, sehingga menyebutnya dengan Ampliflying Effect (efek

pelipatgandaan). Pada tahap-tahap pelaksanaannya dibutuhkan tiga hal yang harus

dilakukan dengan serius, yaitu khusyu’, ikhlas, dan pasrah. Ketiga hal inilah yang

menjadi kunci kesuksesan pada pelaksanaan terapi SEFT (Zainuddin, 2010).

Anwar & Triana (2011) mengartikan SEFT sebagai sebuah teknik yang

antara spiritualitas melalui doa, keikhlasan, dan kepasrahan, dengan psikologi

energi. Adanya unsur spiritualitas adalah suatu hal yang membedakan teknik

SEFT dengan berbagai teknik terapi yang berbasis psikologi energi lainnya.

Aziz (Maryati dkk, 2013) mengatakan bahwa SEFT adalah metode yang

dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat spiritualitas dan bersatu dengan

kekuatan ilahi yang memungkinkan orang untuk menjadi lebih bahagia, lebih puas

dalam hidup, kepastian hidup sehingga tidak mudah mengalami stress.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

40

Menurut Hakam dkk (2009), Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT) merupakan teknik penggabungan dari terapi sistem energi tubuh dan

spiritualitas. Stimulasi titik energi tubuh dilakukan dengan menggunakan metode

tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh sambil berdoa yang disertai sikap

pasrah kepada Tuhan.

Pemahaman sistem energi tubuh menjadi dasar ilmu pengobatan timur

seperti akupunktur, akupresur, refleksiologi, dan sebagainya. Para ahli akupunktur

percaya bahwa gangguan pada sistem energi tubuh dapat menyebabkan penyakit

fisik seperti jantung, sakit kepala, sesak nafas dan sebagainya. Cara

penyembuhannya dengan merangsang titik-titik tertentu yang berhubungan

dengan sumber penyakit. Meski metode ini dibilang baru, namun bagi praktisi

SEFT, SEFT disebut metode yang paling efektif mengatasi berbagai masalah

kesehatan, karena SEFT merupakan gabungan antara 14 metode terapi. Di

antaranya hypnotherapy, akupresur, dan yang lain dipadu dengan do’a.

Efek do’a dan spiritualitas telah diteliti secara mendalam oleh Dossey,

yang hasilnya menunjukkan adanya bukti ilmiah bahwa do’a dan spiritualitas

berpengaruh positif terhadap kesehatan. Pada penyakit yang umum sekalipun,

kondisi pikiran, emosi, sikap kesadaran, dan do’a yang dipanjatkan sangat

berpengaruh bagi kesembuhan (Zainuddin, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terapi Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah sebuah teknik terapi yang berbasis

psikologi energi dimana penggunanya melakukan sebuah ketukan pada titik-titik

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

41

meridian tubuh sepanjang jalur meridian sambil melakukan doa terhadap sang

Pencipta.

3. Teknik yang Mendasari Terapi SEFT

Menurut Zainuddin (2010), terdapat tiga teknik utama yang mendasari

SEFT, yaitu:

a. Energy Therapy dan Akupunktur

Pada saat seseorang memiliki permasalahan karena ketidakteraturan

jalannya energi meridian maka permasalahan fisik maupun psikologis dapat

terjadi. Dengan merangsang beberapa titik akupunktur yang mewakili 12

jalur energi meridian, maka penyakit atau permasalahan tersebut dapat

diatasi karena kekacauan energi meridian disebabkan adanya

ketidakseimbangan energi atau “chi”dalam aliran meridian. SEFT

menggunakan terapi energi pada tahap tapping, dengan mengetuk-ngetuk

ke-18 titik yang mewakili jalannya energi meridian tersebut, sehingga

mengurangi atau menghilangkan permasalahan fisik maupun psikologis

yang ada (Zainuddin, 2010).

b. Powerfull prayer

Segala aktivitas terapinya dengan kekuatan doa. Berdasarkan beberapa

penelitian ilmiah dinyatakan bahwa kekuatan doa akan membantu klien

dalam menyelesaikan permasalahannya, baik fisik maupun psikologis.

Zainuddin (2010) juga mengatakan bahwa dengan penyerahan segala

tindakan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka segala sesuatu usaha

tersebut akan memiliki energi dua kali lipat. Pada saat seseorang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

42

menyerahkan segalanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka energi

yang dihasilkan adalah energi positif dan mendapatkan kejernihan pikiran,

sehingga secara ilmiah individu tersebut mampu berpikir secara jernih dan

merasakan segala permasalahan yang dihadapinya mendapatkan solusi. Oleh

karena itu, SEFT menempatkan powerfull prayer ke dalam salah satu faktor

keberhasilan terapinya, dan hal ini sesuai dengan penelitian Dossey (1993)

tentang efek do’a terhadap penyembuhan pasiennya.

c. Eye Movement Desentisation Reprocecesing (EMDR)

Pada terapi SEFT, EMDR dilakukan pada tahap akhir, yakni setelah

tahap tapping, yakni pada titik gamut spot. Titik gamut spot ini terletak di

antara ruas tulang jari kelingking dan jari manis. Terdapat 9 langkah, yang

dalam terapi EMDR disebut The ninth gamut procedure. Ke-9 langkah

tersebut dilakukan dalam versi lengkap SEFT, tetapi dalam versi inti SEFT.

Keseluruhan terapi tersebut, merupakan terapi-terapi yang mendasari

SEFT. Dari terapi-terapi tersebut di atas, akhirnya dibentuk sebuah terapi

yang sifatnya sederhana sehingga mampu dipahami oleh orang-orang awam.

SEFT lebih ditekankan pada perkembangan teknik pada terapinya, bukan

pada teori yang mendukungnya, tetapi pada beberapa banyak orang bisa

merasakan manfaat dari SEFT, dan bagaimana efektivitas terapi itu di

lapangan.

Berdasarkan paparan yang diuraikan, maka disimpulkan bahwa teknik-

teknik yang mendasari SEFT, antara lain: energy therapy dan akupunktur,

powerfull prayer, dan eye movement desentisation reprocecesing (EMDR).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

43

4. Tahap-Tahap SEFT

Menurut Zainuddin (2010), SEFT dikembangkan menjadi 4 domain,

diantaranya: (1) SEFT for healing, yaitu meraih kesehatan dan kesembuhan baik

fisik maupun psikis secara maksimal; (2) SEFT for success, yaitu meraih apapun

yang individu secara pribadi inginkan; (3), SEFT for happiness, yaitu meraih

kebahagiaan; (4) SEFT for individual greatness, yakni bagaimana membentuk

pribadi yang baik dan benar dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan.

SEFT memiliki dua versi. Pertama adalah versi lengkap, dan yang kedua

versi ringkas. Keduanya terdiri dari tiga langkah sederhana, perbedaannya hanya

pada langkah yang ke tiga (the tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga

dilakukan hanya pada 9 titik, pada versi lengkap tapping dilakukan pada 18 titik.

Tahap-tahap tersebut diuraikan berikut ini:

a. The Set Up

The set up bertujuan untuk memastikan agar aliran energy psychology

terarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisasi

perlawanan psikologis, berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan

bawah sadar negatif.

Beberapa contoh perlawanan psikologis antara lain:

1) “Saya tidak bisa mencapai impian saya”

2) “Saya tidak dapat bicara di depan publik dengan percaya diri”

3) “Saya adalah korban pelecehan seksual yang malang”

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

44

4) “Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menerus

menghantui hidup saya”

5) “Saya marah dan kecewa kepada istri/suami saya karena dia tidak

seperti yang saya harapkan”

6) “Saya kesal dengan anak-anak, karena mereka susah diatur”

7) “Saya tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan merokok”

8) “Saya tidak termotivasi untuk belajar, saya pemalas”

9) “Saya tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan ini”

10) “Saya menyerah, saya tidak mampu melakukannya”

11) “Saya……saya…….saya….. dan lain sebagainya”.

Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi, maka

yang perlu dilakukan adalah The Set-Up Words, yaitu beberapa kata yang

perlu diucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir psychological

reversal (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam bahasa religius, the set-up

words adalah “doa kepasrahan” kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahwa

apapun masalah dan rasa sakit yang dialami saat ini, diikhlaskan

menerimanya, dan dipasrahkan kesembuhannya pada Tuhan Yang Maha

Kuasa.

The set-up terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah mengucapkan

kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah

sebanyak 3 kali. Yang kedua adalah sambil mengucapkan dengan penuh

perasaan, menekan dada, tepatnya di bagian “Sore Spot” (titik SEFT yang

terletak di dada bagian atas) atau mengetuk dengan dua ujung jari di bagian

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

45

“Karate Chop” yaitu disamping telapak tangan bagian yang digunakan

untuk mematahkan balok saat karate. Cara untuk dapat mengakses persoalan

yang dihadapi adalah dengan mengingat persoalan yang dihadapi oleh

pengguna SEFT. Adapun pola susunan doa dalam teknik SEFT adalah

sebagai berikut :

Ya Tuhan Yang Maha Kuasa…meskipun saya merasa -___________(disesuaikan dengan kondisi pengguna SEFT) karena ________ saya ikhlas menerima rasa ____________ ini, dan saya pasrahkan kepadaMu ketenangan hati dan pikiran saya. (dengan penuh rasa khusyu’ ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali).

b. The Tun In

Pada permasalahan fisik, dapat dilakukan tune-indengan cara

merasakan rasa sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa

sakit dan sambil terus melakukan 2 hal tersebut, hati dan mulut mengatakan

seperti:

“Ya Tuhan Yang Maha Kuasa saya ikhlas, saya pasrah,”atau “Ya Allah (Ya Tuhan YME) saya Ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan padaMu kesembuhan saya”.

Pada masalah emosi, dapat dilakukan tune-in dengan cara memikirkan

sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi

negatif yang ingin dihilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih,

takut, dan sebagainya) hati dan mulut mengatakan seperti:

“Ya Tuhan Yang Maha Kuasa..saya ikhlas..saya pasrah”.

c. The Tapping

Tahap ini adalah tahap yang dilakukan bersamaan dengan tahap tune-

in. Pada proses inilah (tune-in yang dibarengi tapping) menetralisasikan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

46

emosi negatif atau rasa sakit fisik. Tapping adalah mengetuk ringan dengan

dua ujung jari pada titik-titik tertentu pada tubuh sambil terus tune in. Titik-

titik ini adalah titik-titik kunci dari major energy meridians, yang jika

diketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisasinya gangguan

emosi atau rasa sakit yang dirasakan, karena aliran energy psychology

berjalan dengan normal dan seimbang kembali.

Tahap ini akan area prefrontal korteks di otak yang dapat merangsang

korpus amigdala. Rangsangan pada korpus amigdala akan reaksi emosi,

sehingga diharapkan sugesti yang diiringi dengan ketukan ringan (tapping)

dapat mengubah persepsi yang salah dan mengubahnya menjadi persepsi

yang benar mengenai penerimaan diri. Titik-titik tersebut adalah:

1) Cr (Crown), pada titik di bagian atas kepala.

2) EB (Eye Brown), pada titik permulaan alis mata.

3) SE (Side of the Eye), di atas tulang disamping mata.

4) UE (Under the Eye), 2 cm di bawah kelopak mata.

5) UN (Under the Nose), tepat di bawah hidung.

6) Ch (Chin), di antara dagu dan bagian bawah bibir.

7) CB (Collar Bone), diujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone,

dan tulang rusuk pertama.

8) UA (Under the Arm), di bawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria)

atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita).

9) BN (Bellow Nipple), 2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau di

perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

47

10) IH (Inside of Hand), di bagian luar tangan yang berbatasan dengan

telapak tangan.

11) OH (Outside of Hand), di bagian luar tangan yang berbatasan dengan

telapak tangan.

12) Th (Thumb), ibu jari disamping luar bagian bawah kuku.

13) IF (Index Finger), jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di

bagian yang menghadap ibu jari).

14) MF (Middle Finger), jari tengah samping luar bagian bagian bawah

kuku (di bagian yang menghadap ibu jari).

15) RF (Ring Finger), jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di

bagian yang menghadap ibu jari).

16) BF (Baby Finger), di jari kelingking di samping luar bagian bawah

kuku (dibagian bawah menghadap ibu jari).

17) KC (Karate Chop), disamping telapak tangan, bagian yang digunakan

untuk mematahkan balok saat karate.

18) GS (Gamut Spot), di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan

tulang jari kelingking.

Gambar 1 di bawah ini menunjukkan letak titik-titik kunci energi

meridian.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

48

1

Gambar 1. Titik-Titik Meridian Tubuh (Sumber: Zainuddin, 2010)

Khusus untuk titik terakhir, gamut point, sambil melakukan tapping

pada titik tersebut, maka dilakukanlah the ninth gamut procedure,

merupakan 9 gerakan untuk merangsang otak. Tiap gerakan (yang mungkin

kelihatan aneh) dimaksudkan untuk merangsang otak bagian tertentu.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

49

Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping pada salah satu titik energy

psychology yang dinamakan Gamut Spot. Titik gamut terletak di antara ruas

jari kelingking dan jari manis.

Ke-9 gerakan tersebut, yakni: (1) menutup mata; (2) membuka mata;

(3) mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah; (4) mata digerakkan

dengan kuat ke kiri bawah; (5) memutar bola mata searah jarum jam; (6)

memutar bola mata berlawanan arah jarum jam; (7) bergumam dengan

berirama selama 2 detik; (8) menghitung 1-5; dan (9) bergumam lagi selama

2 detik. Langkah ini dianggap sebagai langkah yang seringkali mengundang

tawa, akan tetapi di dalam beberapa kasus yang tidak dituntaskan dengan

versi inti (versi ke-2), langkah ini terbukti efektif. Dalam teknik terapi

kontemporer, teknik ini disebut teknik Eye Movement Desensitization

Repatterning (EMDR). Setelah menyelesaikan 9 gamut procedure, langkah

terakhir adalah mengulangi lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17

(berakhir di karate chop), diakhiri dengan mengambil napas panjang dan

menghembuskannya, sambil mengucapkan rasa syukur terima kasih Tuhan.

Versi kedua terapi SEFT, disebut dengan versi inti, sedangkan versi

yang pertama disebut dengan versi lengkap. Versi inti adalah versi yang

paling sering digunakan, karena selain lebih singkat, versi ini terbukti cukup

efektif untuk beberapa kasus. Versi lengkap dilakukan hanya apabila versi

inti dianggap kurang tuntas dalam menyelesaikan permasalahan klien yang

sedang diterapi. Dalam versi inti, langkah pertama (the set up) dan langkah

kedua (the tun-in beserta kata pengingatnya atau do’a: “Saya ikhlas, saya

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

50

pasrah”) sama dengan versi pertama sedangkan langkah ketiga (the tapping)

hanya dilakukan sebagian, mulai dari titik pertama (the crown) hingga titik

ke-9 (below nipple), langsung diakhiri dengan menarik napas panjang dan

kemudian dihembuskan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa SEFT adalah

sebuah teknik penggabungan antara spiritual power dan energy psychology yang

terdiri dari dua versi, yaitu (1) versi lengkap, dan (2) versi inti, yang masing-

masing tiga tahapan dalam terapi SEFT yaitu: set up, tune in, dan tapping.

Penggunaan versi lengkap dan versi inti dapat diterapkan pada empat domain

SEFT, yaitu; (1) seft for healing; (2) seft for happiness; (3) seft for greatness dan

(4) seft for succes. Semakin kompleks permasalahan yang dialami maka versi

lengkap yang cenderung digunakan, dan jika permasalahannya ringan dapat

diatasi dengan menggunakan versi inti.

5. Faktor Keberhasilan SEFT

Menurut Zainuddin (Verasari, 2012), ada lima hal yang harus diperhatikan

agar SEFT berdampak efektif. Kelima hal ini harus dilakukan selama proses

terapi, mulai dari set up, tune-in, hingga tapping, yakni:

a) Yakin, dimana keyakinan di dalam diri klien bahwa emosi dan semua

penyakit yang dirasakannya dapat disembuhkan, menegaskan bahwa

kepercayaan dan keyakinan orang sakit untuk sembuh merupakan setengah

dari kesembuhan, bahkan juga lebih. Dengan keyakinan yang dimiliki oleh

seorang klin tentang kesembuhannya tersebut, secara tidak langsung akan

mngubah perspektif pemikirannya, misalnya banyak waktu yang digunakan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

51

untuk memikirkan penyakitnya, namun setelah adanya keyakinan untuk

sembuh, maka waktu yang biasanya digunakan untuk memikirkan penyakit,

maka keyakinan akan menumbuhkan rasa optimisme dan kepercayaan diri.

b) Khusyu’. Menurut Kahil (Verasari, 2012), selama melakukan terapi

khususnya pada saat tahap set up, klien diharuskan berkonsentrasi, atau

khusyu’ dengan memusatkan pikiran pada saat berdoa kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa. Setiap kali seseorang dalam kondisi khusyu’, getaran

gelombangnya yang dipancarkan otak menjadi semakin berkurang. Hal ini

mengistirahatkan otak dan membantunya untuk memperbaiki kerusakan

yang diakibatkan oleh penyakit atau dikarenakan gangguan jiwa. Oleh

karena itu, beberapa peneliti yakin bahwa emosi membuat otak lelah

sehingga dapat memperpendek umur seseorang. Dengan khusyu’, maka

akan mengaktifkan area sensitif otak dengan aktifitas positif dengan

menghapus akumulasi negatif dan kerusakan yang menimpa bagian-bagian

tersebut akibat berbagai peristiwa yang pernah dilaluinya. Secara psikologis

akan muncul perasaan tenang (rileks), pernapasan, dan denyut jantung yang

teratur, serta kestabilan emosi dan memunculkan kesabaran diri dalam diri

seseorang yang menjalaninya.

c) Ikhlas, artinya ridho atau menerima rasa sakit (baik fisik maupun emosi)

dengan sepenuh hati. Saat seseorang mampu merasakan ikhals, maka akan

terdapat ketenangan dalam hati dan kejernihan pikiran, karena tidak

timbulnya rasa tergesa-gesa, cemas akan situasi yang terjadi, sudah terjadi

atau belum terjadi, dan tidak mudah mengeluh. Hal ini akan menghasilkan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

52

pikiran positif, dan kemudian mampu memberikan kekuatan pada diri

sendiri dan kepercayan diri, karena mampu berpikir objektif terhadap setiap

permasalahan yang dihadapinya. Individu-individu yang ridho atau ikhlas

terhadap diri sendiri dan kondisi mereka akan lebih banyak mendapatkan

kesuksesan hidup (Verasari, 2012).

d) Pasrah, berbeda dengan ikhlas. Menurut Dwoskin (Verassari, 2012), pasrah

yaitu keyakinan disertai usaha secara optimal untuk mencari solusi.

Pengalaman mesrahkan diri menjadikan seseorang merasakan energi yang

bergerak dalam tubuhnya, dan perubahan-perubahan ini dapat menjadi lebih

nyata dengan berjalannya waktu. Adapun tambahan sensasi fisik, yaitu

ketika seseorang pasrah maka pikirannya akan menjadi semakin tenang dan

menyisakan pikiran yang lebih jernih. Ketika hal itu terjadi, seseorang akan

mulai merasakan lebih banyak solusi terhadap permasalahan yang sementara

dialaminya. Dengan berjalannya waktu, pengalaman pelepasan ini

menjadikan seseorang merasa bahagia secara positif.

e) Syukur. Emmons & McCullough (Verassari, 2012) menemukan bahwa

dengan berpikir untuk bersyukur seseorang akan memiliki emosi positif.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa SEFT akan

efektif jika prosesnya dilakukan dengan yakin, khusyu’, ikhlas, pasrah, dan

dengan rasa syukur. Pada akhirnya, hasil akhir yang paling menakjubkan dari

SEFT bukan hanya kesembuhan dan selesainya masalah yang dihadapi, tetapi

adalah tumbuhnya perasaan cinta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika hal itu

terjadi, maka apapun yang akan dihadapi dan dialami, baik sehat ataupun sakit,

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

53

kaya atau miskin, ada masalah ataupun tidak, dapat dihadapi dengan penuh

keikhlasan dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan senantiasa

berbuat sebaik mungkin dan bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan

Yang Maha Kuasa.

C. Terapi Spiritual Emotional Fredom Technique (SEFT) untuk meningkatan

Penerimaan Diri Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)

Kaplan (2010) menyatakan otak sering disebut sebagai organ pikiran

karena terhubung ke sistem kekebalan tubuh melalui serabut saraf yang

menjangkau ke semua organ dan sistem. Ketika manusia mengalami stress, sistem

saraf menjadi hiperaktif dan menimbulkan efek dari sistem kekabalan tubuh

secara berulang-ulang. Pengalaman stress dapat mengubah plastisitas pada sistem

saraf, terutama pada sistem limnik. Stres yang berkepanjangan akan merusak

plastisitas sinaptik pada hippocampus, mengganggu proses neurons pada

hippocampal, mempercepat kematian saraf, dan merusak neurogenesisi (Sapolsky,

2003). Ketika individu mampu menerima diri dan berpikir positif, maka dapat

meningkatkan perceived control dan mengurangi respon fisik tubuh bila stress,

menurunkan sistem kerja simpatetis dan kemudian mengaktifkan kerja saraf

parasimpatik seperti dengan menurunkan tekanan darah dan tekanan jantung yang

meningkat, serta memberikan emosi yang lebih positif (Gull & Rana, 2013).

Sebaliknya, ketika individu tidak mampu menerima diri sehingga diliputi oleh

perasaan sedih, marah, kecewa, dan tertekan, maka hal tersebut akan berpengaruh

terhadap kondisi fisik seperti menurunkan imunitas tubuh (Nevid, Rathus, &

Greene, 2005), merusak plastisitas sinaptik pada hippocamps (Sapolsky, 2003),

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

54

berpotensi memicu kondisi atherosclerosis ataupun coronary heart disease

(CHD) (Staicu & Cutov, 2010), serta meningkatnya tekanan darah dan tekanan

jantung. Studi Worthington (Praptomojati, 2016) menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan area dalam otak yang terekam pada individu yang bisa menerima

dirinya dengan individu yang tidak bisa menerima diri. Dominasi perasaan marah,

benci, tertekan, dan ketidakmampuan diri menerima akan berhubungan dengan

menurunnya fungsi kekebalan tubuh, menstimulasi aktivasi sistem saraf

simpatetik, meningkatnya hormon adrenalin dan dopamine, serta merusak

plastisitas sinaptik pada hippocampus (Sapolsky, 2003). Sebaliknya proses

menerima keadaan diri berkaitan dengan aktivasi dalam jaringan otak, empati, dan

regulasi perasaan melalui kognisi. Melalui sikap tersebut, maka akan

mengarahkan pada terbentuknya penerimaan diri tanpa syarat sehingga akan

didominasi oleh perasaan positif dan berharga tanpa syarat (Bernard, 2013).

Penerimaan diri memegang peranan penting dalam menemukan dan

mengarahkan seluruh perilaku. Sedapat mungkin individu mempunyai penerimaan

diri yang positif. Seperti diungkapkan oleh Rakhmat (2001), seorang individu

dengan penerimaan diri yang baik akan menangkal emosi negatif yang muncul

karena dapat menerima diri apa adanya. Senada dengan itu Darajat (2006)

menyatakan bahwa penerimaan diri sebagai kesadaran untuk menerima diri

sendiri apa adanya. Hal ini dibenarkan pula oleh Jersild (Sari & Nuryoto, 2002),

bahwa individu yang menerima dirinya sendiri yakin akan standar-standar dan

pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain, dan memiliki

perhitungan akan keterbatasan dirinya, serta tidak melihat dirinya sendiri secara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

55

irasional. Santrock (Ridha, 2012) menjelaskan penerimaan diri merupakan suatu

kesadaran untuk menerima diri sendiri apa adanya. Penerimaan diri tidak berarti

menerima begitu saja kondisi dirinya tanpa berusaha mengembangkan diri lebih

lanjut. Hal itu menunjukkan pada proses bagaimana seorang individu mendapat

keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya.

Penerimaan diri lebih bersifat suatu proses dalam hidup sepanjang hayat manusia.

Menurut Supratiknya (Marni & Yusniawati, 2015), individu yang mampu

menerima dirinya adalah individu yang dapat menerima kekurangan dirinya

sebagaimana kemampuannya untuk menerima kelebihannya. Jika penerimaan diri

positif maka individu tersebut mampu menyesuaikan diri secara pribadi dan

sosial. Sebaliknya apabila penerimaan diri negatif, maka penyesuaian diri pribadi

dan sosial sulit untuk dilakakukannya. Orang yang sehat secara psikologis dan

dapat digolongkan sebagai orang yang menerima diri adalah orang yang terbuka

terhadap setiap pengalaman serta mampu enerima setiap kritikan dan masukan

dari orang lain.

Jourand (Hurlock, 1980) memaparkan ada dua hal penting dalam

penerimaan diri seseorang, yaitu: (1) individu harus senang menjalani perannya

dengan baik dan mendapatkan kepuasan dari perannya tersebut. Ketidakpuasan

individu terhadap dirinya dan peran yang harus dijalaninya secara lambat atau

cepat akan memengaruhi kesehatan mentalnya; (2) individu harus berperan

dengan tuntutan atau norma-norma yang ada. Dengan demikian, untuk mencapai

kepribadian yang sehat secara psikologis harus memiliki penerimaan diri yang

baik.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

56

Orang dengan HIV/AIDS yang memiliki penerimaan diri rendah merasa

tidak puas dengan diri sendiri, yang disebabkan oleh munculnya pikiran-pikiran

negatif terhadap kondisi yang mereka miliki, kemudian akan memunculkan

perasaan kurang percaya diri, tidak berharga, muncul perasaan takut dalam

menerima keadaannya. Hal ini di dukung dalam penelitian yang dilakukan oleh

Kusumawati (2014), bahwa orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menunjukkan

adanya perasaan dan pikiran bahwa mereka tidak yakin menjalani kehidupan,

perasaan tidak berharga, ada perasaan bersalah, tidak percaya pada kondisi dan

memiliki pikiran untuk ditolak oleh lingkungan sekitar dan upaya membatasi

bahkan menarik diri dari lingkungan. Kondisi ODHA dengan pikiran dan perasaan

tersebut menggambarkan bahwa mereka memiliki pandangan negatif dan rendah

tentang dirinya. Dimana perasaan bahkan pikiran negatif akan muncul, karena

selain dampak secara fisik pada umumnya ODHA merasakan lebih berat secara

psikologis.

Pikiran negatif yang muncul dapat merugikan dan mengganggu individu

dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Melakukan pencegahan merupakan hal

yang utama yang harus dilakukan individu. Salah satu cara untuk mereduksi hal-

hal yang negatif yaitu melakukan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT).

Pemanfaatan terapi SEFT untuk meningkatkan penerimaan diri ODHA ini

didasari asumsi bahwa kesembuhan fisik dan psikis berasal dari Tuhan, begitu

individu ikhlas dan pasrah. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

menekankan pada keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, secara tepat dan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

57

sederhana memperbaiki The Major Energy Meridians untuk menetralisir

permasalahan fisik dan emosi sebagai penyebab kurangnya penerimaan diri

(Zainuddin, 2010).

SEFT merupakan teknik penyembuhan yang memadukan keampuhan

energi psikologi dengan kekuatan do’a dan spiritualitas. Energi psikologi adalah

ilmu yang menerapkan berbagai prinsip dan teknik berdasarkan konsep sistem

energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku yang

dilakukan dengan tiga teknik sederhana, yaitu set-up, tune-in, dan tapping.

Teknik set-up dilakukan dengan dua cara. Pertama, menekan titik nyeri

(score spot) yang terletak di dada sebelah kiri. Secara fisiologis, set-up dilakukan

dengan cara menekan titik nyeri yang terletak di jantung, yang merupakan pusat

dari aliran darah dalam tubuh. Tujuan menekan titik ini adalah untuk

menstimulasi pusat aliran darah agar otot yang tadinya menegang saat

berlangsung masalah dapat mulai mengendur, denyut jantung yang berdetak

dengan cepat dapat menjadi lambat sehingga aliran darah dapat berjalan dengan

lancar dan seimbang ke seluruh tubuh (Ulfah, 2013).

Teknik set-up kedua, mengucapkan kalimat set-up (do’a) secara berulang-

ulang sebanyak tiga kali dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan kepada Tuhan

Yang Maha Kuasa. Senada dengan itu, Cornah (2006) menjelaskan bahwa salah

satu cara spiritual yang telah terbukti dapat mengatasi masalah psikis adalah

dengan meditasi pada sebuah kata atau frasa dengan makna spiritual. Secara

fisiologis, dijelaskan oleh Cornah (2006) bahwa meditasi dan berdo’a dalam diam

dapat menurunkan tingkat norepinefrin dan kortisol, dapat mengurangi perasaan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

58

negatif dan kesehatan mental lainnya. Penurunan tingkat norepinefrin dan kortisol

didukung oleh penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas

yoga dan perbaikan pada masalah psikis.

Spiritualitas dapat memengaruhi berbagai mekanisme fisiologis yang

terlibat dalam kesehatan. Ada banyak emosi yang didorong dalam spiritualitas,

yaitu mencakup harapan, kepuasan, cinta dan memberi maaf, dapat melayani

individu dengan mempengaruhi aliran saraf yang terhubung ke endokrin serta

hormon kortisol. Emosi-emosi negatif yang secara aktif mengganggu, seperti

marah atau takut, dapat memicu pelepasan neurotrasnmitter norepinefrin dan

endokrin serta hormon kortisol. Pelepasan neurotransmitter menyebabkan

terjadinya hambatan dalam sistem imun tubuh (Comah, 2006).

Orang dengan HIV/AIDS akan mengalami penerimaan diri yang

cenderung rendah. Ronaldson & Kauman (Nursalam, 2007) mengungkapkan

bahwa do’a akan secara langsung memberi respon spiritual yang meliputi harapan

yang realistis, tabah, dan sabar serta pandai mengambil hikmah. Melalui sistem

limbik dan korteks diharapkan ODHA akan mempunyai respon positif yaitu

penerimaan diri. Dari penerimaan diri akan mendapatkan koping positif sehingga

ODHA dalam menjalani hidup menjadi positif.

Teknik kedua dalam terapi SEFT adalah tune-in. Tune-in, yaitu merasakan

sakit yang dialami akibat kurangnya penerimaan diri dengan tujuan untuk

menyadari emosi negatif yang dialami subjek dan mau menerima rasa sakit secara

fisik atau emosi negatif dengan ikhlas dan pasrah. Selain itu, tune-in juga

dilakukan dengan memikirkan dan membangkitkan emosi negatif yang ingin

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

59

dihilangkan. Teknik tune-in juga dilakukan dengan memfokuskan pikiran pada

rasa sakit dengan tujuan untuk memusatkan pikiran subjek terkait rasa sakit yang

dialami.

Teknik ketiga dalam terapi SEFT adalah tapping. Tapping dilakukan

dalam beberapa proses, antara lain mengetuk ringan titik-titik tertentu dalam

tubuh dengan tujuan untuk menstimulasi aliran darah dalam tubuh agar berjalan

dengan lancar dan seimbang. Feinstein (2008) mengungkapkan bahwa ketukan

ringan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan psikologis dapat memberikan

efek biokimia berupa teridentifikasinya neurotransmitter, endoprin, dan zat kimia

lain dalam otak. Titik-titik meridian dalam tubuh merupakan kunci dari “The

Major Energy Meridians” , yang jika diketuk beberapa kali akan berdampak

ternetralisirnya ganguan emosi atau rasa sakit yang dirasakan, karena aliran energi

tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Sebagaimana penelitian

EFT yang dilakukan oleh Chusch, Yount, dan Brools (Feinstein, 2012)

menunjukkan bahwa tapping tidak hanya efektif menurunkan distres diri, akan

tetapi tapping secara signifikan dapat menurunkan tingkat kortisol dalam tubuh,

sehingga mengakibatkan kondisi individu lebih rileks, santai, dan tenang serta

dapat melancarkan dan menselaraskan aliran darah dalam tubuh.

Nitz (Hidayati, 2009), mengungkapkan bahwa individu yang mengalami

penerimaan diri yang rendah proses tapping lebih spesifik pada Thumb (Th) atau

bagian ibu jari. Titik ini adalah titik penerimaan diri yang didalamnya terdapat

ketidaktoleran terhadap diri, arogansi, dan kesedihan. Individu dengan penerimaan

diri rendah sangat beresiko terhadap perasaan sedih yang mendalam, tidak

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

60

berdaya, tidak berharga, tidak percaya diri, dan pesimis terhadap masa depan.

Dengan mengetuk titik tersebut diharapkan perasaan-perasaan negatif yang

muncul dapat berkurang bahkan hilang sehingga diharapkan dengn berkurang atau

hilangnya perasaan negatif tersebut, penerimaan diri dapat meningkat.

Selanjutnya dalam proses tapping, dilakukan juga beberapa gerakan yang

disebut dengan the nine gamut procedur yaitu sembilan gerakan untuk

merangsang otak yang dilakukan bersamaan dengan mengetuk ringan pada titik

gamut spot. Dalam psikologi kontemporer, gerakan ini dikenal juga dengan istilah

Eye Movement Desensitisation and Resprocessing (EMDR). Setelah itu menarik

dan mengeluarkan nafas sebanyak tiga kali dengan tujuan untuk menarik

pengalaman atau emosi negatif yang dialami dan mengumpulkannya kemudian

mengeluarkan semua emosi negatif yang pernah dirasakan sehingga menjadi

tenang, rileks, dan nyaman. Kemudian sebelum terapi SEFT diakhiri, subjek

mengucap syukur (terima kasih Tuhan) dengan tujuan untuk mensyukuri setiap

kejadian yang terjadi dalam kehidupan, baik suka, duka maupun senang, dan

bahagia. Kecenderungan penerimaan diri yang rendah pada orang dengan

HIV/AIDS merupakan masalah yang harus segera diatasi agar tidak menjadi

permasalahan fisik maupun psikologis. Salah satu alternatif penanganan

psikologis yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah fisik dan emosi pada

ODHA adalah dengan melakukan terapi SEFT. Secara psikofisiologis, terapi

SEFT dapat menurunkan hormon kortisol, epinefrin, dan norepinefrin dalam

tubuh dan meningkatkan rasa tenang, rileks, dan nyaman pada subjek serta dapat

melancarkan dan menselaraskan aliran darah dalam tubuh (Feinstein, 2012).

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

61

Terapi SEFT diasumsikan dapat meningkatkan penerimaan diri orang

dengan HIV/AIDS (ODHA). Dengan pemberian terapi SEFT, maka ODHA akan

memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk mereduksi atau meredakan

ketegangan baik ketegangan fisik maupun psikis sehingga akan menghasilkan

respon SEFT yang menjadikan sistem energi tubuh menjadi selaras dan seimbang.

Dengan adanya keselarasan dan keseimbangan sistem energi tubuh memberikan

dampak positif untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat lebih percaya pada

kemampuan dirinya, memiliki perasaan sederajat, berpendirian, berorientasi

keluar, bertanggung jawab, menerima sifat kemanusiaan serta menyadari

keterbatasannya.

D. Landasan Teori

Penerimaan diri merupakan sifat positif termasuk penghargaan terhadap

nilai-nilai individu mampu bersikap objektif tanpa menyertakan pengakuan

terhadap tingkah lakunya, tanpa keterikatan emosional yang terdapat dalam

dirinya. Menurut Sheerer (Paramita & Margaretha, 2013), penerimaan diri adalah

sikap untuk menilai diri dan keadaannya secara objektif, menerima segala yang

ada pada dirinya termasuk kelebihan, dan kelemahannya.

Sebagaimana aspek-aspek dari penerimaan diri yang dikemukakan oleh

Sheerer (Paramita & Margaretha, 2013), bahwa penerimaan diri mencakup aspek-

aspek perasaan sederajat, percaya kemampuan diri, bertanggung jawab, orientasi

keluar (tidak malu), berpendirian, menyadari keterbatasan, dan menerima sifat

kemanusiaan.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

62

Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) diharapkan memiliki penerimaan diri

yang tinggi. Dengan penerimaan diri yang tinggi ODHA memiliki motivasi untuk

menjalani kehidupan dengan segala konsekuensi yang akan diterimanya. Mereka

dapat menerima dirinya dengan keberadaan status HIV yang dialaminya bahkan

dapat mengembangkan sifat positif terhadap diri.

Dalam penelitian ini, terapi dilakukan untuk menangani orang dengan

HIV/AIDS (ODHA) agar dapat meningkatkan penerimaan diri. Hal ini dilakukan

karena menurut sepengetahuan peneliti terapi SEFT belum pernah digunakan

untuk mengurangi keluhan atau dampak fisik dan psikologis pada orang dengan

HIV/AIDS (ODHA). Menurut Freinsten (Verasari, 2012), terapi SEFT merupakan

sebuah terapi penggabungan antara spiritual power dan energy psychology.

Energy psychology merupakan seperangkat prinsip dan terapi yang memanfaatkan

sistem energi tubuh untuk kondisi pikiran, emosi dan perilaku. SEFT adalah

sebuah metode terapi yang bertujuan menghilangkan atau membuang energi

negatif dalam tubuh, sehingga seseorang akan menjadi sehat fisik dan psikis.

Feinstein & Gallo (Zainudin, 2010), mamberikan penjelasan bahwa

“ketidakseimbangan kimia” dalam tubuh berperan dalam menimbulkan berbagai

gangguan emosi.

Berdasarkan uraian di atas, maka di dalam penelitian ini, ODHA yang

mengalami penerimaan diri yang rendah dilihat dari aspek-aspek penerimaan diri

menurut Sheerer (Paramita & Margaretha, 2013), yaitu merasa tidak sederajat,

tidak percaya kemampuan diri, tidak bertanggung jawab, tidak orientasi keluar

(tidak malu), tidak memiliki pendirian, tidak menyadari keterbatasan, dan tidak

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

63

menerima sifat kemanusiaan. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang mengalami

penerimaan diri yang rendah tersebut akan diberikan terapi SEFT melalui 3

langkah, yaitu, set up, tune in, dan tapping. Keseluruhan tahapan dalam SEFT

tidak terlepas dari aspek-aspek psikoreligiusitas, karena pada dasarnya manusia

ada di alam ini karena kehendak dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dan segala

sesuatu yang terjadi pada diri manusia juga tidak akan lepas dari campur tangan

Tuhan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijelaskan melalui Gambar 2. Pada

gambar ini akan diuraikan tentang terapi SEFT untuk peningkatan penerimaan diri

orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Peningkatan penerimaan diri pada ODHA

(aspek-aspek) 1. Memiliki perasaan sederajat 2. Memiliki kepercayaan pada

kemampuan diri. 3. Memiliki tanggung jawab 4. Memiliki orientasi keluar 5. Memiliki pendirian 6. Menyadari keterbatasan 7. Menerima sifat kemanusiaan

Terapi SEFT 1. Set up 2. Tune in 3. Tapping

ODHA dengan penerimaan diri rendah

Penghayatan perasaan penerimaan diri rendah pada ODHA

(aspek-aspek) 1. Tidak memiliki perasaan

sederajat. 2. Tidak percaya pada kemampuan

diri. 3. Tidak Bertanggung jawab. 4. Tidak memiliki orientasi keluar 5. Tidak berpendirian 6. Tidak menyadari keterbatasan 7. Tidak menerima sifat

kemanusiaan

Keterangan: : Menyebabkan : Intervensi

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/685/2/Bab II.pdf · 21 Maslow (Sunardi, 2004), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan

64

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian teori, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah: Ada perbedaan tingkat penerimaan diri pada orang dengan HIV/AIDS

(ODHA) sebelum dan setelah diberi terapi Spiritual Emotional Freedom

Technique (SEFT).

Gambar 2. Kerangka Teori