bab ii tinjauan pustaka a. motivasi belajar 1....

13
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi Menurut Akbar dan Hawadi (2002), motivasi diartikan sebagai suatu disposisi untuk mencapai suatu tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai. Motivasi ini memberi arah dan tujuan pada kegiatan belajar serta mempertahankan perilaku berprestasi dan mendorong siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar (Baharudin dan Wahyuni, 2008). Menurut Slavin (1994, dalam Baharudin dan Wahyuni, 2008), motivasi adalah proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Uno, 2008). 2. Pengertian motivasi belajar Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Uno, 2008). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah : a. Faktor intrinsik 1) Faktor fisik

Upload: phamdung

Post on 05-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian motivasi

Menurut Akbar dan Hawadi (2002), motivasi diartikan sebagai suatu

disposisi untuk mencapai suatu tujuan yang dapat memberikan kepuasan

apabila berhasil dicapai. Motivasi ini memberi arah dan tujuan pada

kegiatan belajar serta mempertahankan perilaku berprestasi dan mendorong

siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar.

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan

belajar (Baharudin dan Wahyuni, 2008).

Menurut Slavin (1994, dalam Baharudin dan Wahyuni, 2008), motivasi

adalah proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan

arah, dan menjaga perilaku setiap saat.

Motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam

memenuhi kebutuhannya (Uno, 2008).

2. Pengertian motivasi belajar

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya

dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Uno, 2008).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2005), faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar adalah :

a. Faktor intrinsik

1) Faktor fisik

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

7

a) Kesehatan

Misalnya anak kurang sehat, kurang gizi, dengan sendirinya daya

tangkap dan kemampuan belajarnya akan kurang dibandingkan

dengan anak yang sehat.

b) Keadaan cacat

Menghambat perkembangan anak, sehingga anak menghadapi

kesulitan dengan sekelilingnya.

2) Faktor psikis

a) Intelegensi

Setiap orang mempunyai intelegensi yang berbeda-beda, ada yang

pandai dan ada juga yang bodoh, sehingga dalam menangkap

pelajaranpun tiap orang berbeda-beda, ada yang cepat dan ada yang

lambat.

b) Perhatian

Bagi seorang anak mempelajari sesuatu hal yang menarik perhatian

akan lebih mudah diterima daripada mempelajari hal yang tidak

menarik perhatian.

c) Bakat

Bakat setiap orang beda-beda, orang tua kadang-kadang tidak

memperhatikan faktor bakat. Sering anak diarahkan sesuai dengan

kemauan orang tuanya, akibatnya bagi anak sekolah dirasakan

sebagai suatu beban, tekanan, dan nilai-nilai yang didapat anak

buruk serta tidak ada kemauan lagi untuk belajar.

d) Minat

Minat dapat merupakan pendorong ke arah keberhasilan seseorang.

Seorang yang menaruh minat pada sesuatu bidang akan mudah

mempelajari bidang itu.

e) Emosi

Kematangan emosi berbeda-beda, ada yang labil dan ada pula yang

tidak. Anak yang tidak dapat mengekang emosinya akan

mengalami kesulitan dalam belajar.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

8

f) Kepribadian

Faktor kepribadian mempengaruhi keadaan anak, semakin

berkembang kepribadiannya semakin membantu dalam mengatasi

hambatan-hambatan yang dialaminya.

g) Perhatian

Ada anak yang perhatiannya sulit untuk dipusatkan pada suatu

persoalan. Anak itu mudah sekali beralih perhatiaanya, rangsangan

sedikit saja sudah dapat membuatnya beralih ke persoalan lain.

h) Gangguan kejiwaan atau ganguan kepribadian lainnya

Anak yang berangkat sekolah selalu mengeluh sakit perut, setelah

diperiksa dokter tidak menderita sakit. Kemudian diadakan

pemeriksaan lebih lanjut ternyata penyebab sakit perut bukan

karena sakit, tetapi karena takut menghadapi pelajaran di sekolah.

b. Faktor ekstrinsik

1) keluarga

a) Pola asuh orang tua

Setiap keluarga mempunyai spesifikasi dalam mendidik, ada

keluarga cara mendidik anak secara diktator militer, ada

demokratik, ada yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap

keluarga. Jadi, tiap anggota keluarga berjalan sendiri. Dari ketiga

cara mendidik ini timbul pula bermacam-macam kepribadian dari

anak tersebut.

b) Hubungan orang tua dengan anak remaja

Dari hubungan orang tua dan anak yang bermacam-macam ini

timbulah cara pengontrolan orang tua terhadap anak juga

bermacam-macam. Ada keluarga yang ketat pengontrolannya

terhadap anaknya, ada juga yang masa bodoh.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

9

c) Sikap orang tua

Hal ini tidak dapat kita hindari, karena secara tidak langsung anak

adalah gambaran dari orang tuanya, jadi sikap orang tua juga

menjadi contoh bagi si anak.

d) Ekonomi keluarga

Keharmonisan hubungan orang tua dan anak kadang-kadang tidak

dapat terlepas dari faktor ekonomi, begitu pula faktor keberhasilan

seseorang.

e) Suasana dalam keluarga

Situasi rumah yang harmonis dan nyaman membuat anak betah

tinggal dan belajar dirumah, sehingga dengan suasana rumah yang

nyaman anak bisa konsentrasi dalam belajarnya.

f) Dorongan orang tua

Menurut Wlodkowski dan Jaynes (1990, dalam Akbar & Hawadi,

2002), berdasarkan penelitian dan pengalaman klinis, orang tua

merupakan faktor utama dalam belajar anak. Penelitin yang

dilakukan oleh Bloom terhadap sejumlah profesional muda (usia 28

tahun sampai 35 tahun) yang berhasil dalam kariernya dalam

berbagai lapangan seperti pakar matematika, neurolog, pianis

maupun olahragawan, menunjukkan ciri-ciri yang sama, yaitu

adanya keterlibatan orang tua mereka. Mereka menunjukkan

adanya keterlibatan langsung orang tua dalam belajar anak. Mereka

melihat dorongan orang tua merupakan hal yang utama di dalam

mengarahkan tujuan mereka.

2) Sekolah

a) Cara penyajian pelajaran

Setiap orang punya kekhususan sendiri dalam menyajikan

pelajaran. Ada guru yang bisa menerangkan dengan jelas tetapi ada

guru yang walaupun pandai ia kurang bisa menyajikan materi itu

dengan baik, agar mudah ditangkap oleh murid.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

10

b) Hubungan antara guru dan murid

Seorang anak yang dekat dan mengagumi guru akan lebih mudah

mendengarkan dan menangkap pelajaran.

c) Kemampuan sendiri dari anak tersebut

Diutamakan taraf intelegensinya, apakah normal di atas normal

atau di bawah rata-rata.

d) Asal sekolah

Misalnya tingkatan atau mutu pelajaran, kurikulum, dan pembagian

jam pelajaran.

e) Peran guru

Akbar dan Hawadi (2002), peran guru dalam memotivasi anak juga

tidak diragukan. Kualitas guru yang efektif sebagai manajer,

mengharapkan siswanya untuk sukses, memberikan bahan

pelajaran yang sesuai dengan kapasitas muridnya, memberikan

umpan balik bagi muridnya, memberikan tes yang adil,

menjelaskan kriteria penilaiannya, membantu anak menyadari

pertumbuhan kompetensi, bersikap empati. Bila kualitas tersebut

dipenuhi, maka dapat memotivasi belajar anak.

3) Kultur

Menurut Akbar dan Hawadi (2002), setiap kelompok etnik

mempunyai nilai-nilai tersendiri tentang belajar. Ibu-ibu

berkebangsaan Jepang lebih menekankan usaha daripada kemampuan,

dibandingkan ibu-ibu bangsa Amerika yang mengutamakan

penampilan sekolah yang baik. Sistem nilai yang dianut orang tua

akan mempengaruhi keterlibatan orang tua secara mendalam dalam

upaya-upaya untuk menanamkan energi pada anak.

4. Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi belajar tinggi

Menurut Suryabrata (2004, dalam Najah, 2007), menyatakan bahwa

anak yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat diketahui melalui

aktivitas-aktivitas selama proses belajar, antara lain:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

11

a. Menyiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran;

b. Mencatat mata pelajaran;

c. Mengendapkan hasil pelajaran;

d. Mengerjakan tugas rumah dengan baik;

e. Menepati jadwal waktu belajar yang dibuat.

5. Teori- teori motivasi

Menurut Robbins (2001, dalam Ardana, 2009), membagi teori motivasi

menjadi dua bagian:

a. Teori-teori dini atau awal tentang motivasi

1) Teori hirarki kebutuhan dari Maslow. Maslow menghipotesakan

bahwa pada diri manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu

kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,

kebutuhan penghargaan, kebutuhan aktualisasi diri.

2) Teori X dan teori Y

Mc. Gregor mengemukakan dua pandangan yang berbeda tentang

manusia, yang satu pada dasarnya negatif (teori X), sementara yang

lain adalah positif (teori Y).

3) Teori dua faktor

Herzberg mengembangkan suatu teori yang disebut teori dua faktor,

yang terdiri dari faktor higiene dan faktor motivator.

b. Teori kontemporer tentang motivasi

1) Teori ERG oleh Aldefer

Teori ini merupakan modifikasi dan pengurangan dari lima jenjang

kebutuhannya Maslow menjadi tiga kelompok kebutuhan inti yaitu

eksistensi, hubungan, dan pertumbuhan.

2) Teori kebutuhan Mc Clallend

Menurut Mc Clallend bahwa manusa itu mempunyai tiga kebutuhan

yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan

akan afiliasi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

12

3) Teori penetapan tujuan.

Teori ini menguraikan hubungan antara tujuan dengan prestasi kerja.

4) Teori penguatan.

Bahwa perilaku adalah fungsi dari konsekuensi yang mengarah

kepada konsekuensi yang positif dan menghindari konsekuensi yang

tidak menyenangkan.

5) Teori keadilan atau kesetaraan.

Bahwa setiap individu menurut teori ini akan membandingkan

masukan dan keluaran pekerjaan mereka dengan masukan atau

keluaran orang lain, dan ia akan berespon untuk menghilangkan setiap

ketidakadilan yang dirasakan.

6) Teori harapan

Teori ini melandaskan diri pada suatu logika bahwa orang akan

melakukan apa yang mampu dilakukan apabila ia mau untuk

melakukan.

B. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian

Pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua yang menyangkut

bagaimana kasih sayang, sentuhan, kelekatan emosi orang tua terutama ibu,

serta penanaman nilai–nilai dapat mempengaruhi kepribadian anak

(Depkominfo RI, 2005).

2. Tipe pola asuh orang tua

a. Otoriter

Menurut Tan dan Chan (2004), gaya pengasuhan anak seperti ini

sangatlah ketat karena banyak peraturan di dalamnya. Anak-anak dididik

dengan menggunakan penghargaan dan hukuman.

Otoriter adalah tipe pola asuh orang tua yang sangat

mempertahankan kendali kekuasaan. Orang tua tipe otoriter ketika

berbicara kepada anaknya akan membuang segala yang tidak perlu atau

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

13

tidak dikehendaki, menginterupsi dan mengesampingkan pendapat

anaknya (Steede, 2008).

Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan otoriter pada anak

remaja mereka memutuskan segala sesutau yang berkenaan dengan

remaja tanpa memperdulikan pendapat dari remaja. Mereka menerapkan

gaya hukuman kepada setiap tindakan anak yang tidak sesuai dengan

keinginan orang tua. Remaja diajarkan mengikuti tuntutan orang tua dan

keputusan orang tua tanpa bertanya. Mereka tidak diperbolehkan

mengambil keputusan sendiri (Gunarsa, 2009).

b. Permisif

Menurut Tan dan Chan (2004), gaya pengasuhan anak seperti ini

tidak menetapkan batasan dan anak-anak tumbuh tanpa mendapatkan

bimbingan dari orang tua. Anak-anak yang tumbuh dalam gaya

pengasuhan seperti ini seringkali disebut sebagai anak manja.

Pengasuhan yang permisif dapat dibedakan menjadi pengasuhan

yang mengabaikan dan pengasuhan yang memanjakan. Pada pengasuhan

yang mengabaikan, orang tua dengan tidak memperdulikan anak mereka,

memberikan izin bagi anak remaja mereka untuk bertindak semau

mereka. Pada pengasuhan yang memanjakan, orang tua sangat

menunjukkan dukungan emosional kepada anak mereka tetapi kurang

menerapkan kontrol pada anak mereka (Gunarsa, 2009).

c. Otoritatif

Menurut Tan dan Chan (2004), gaya pengasuhan ini diterapkan

berdasarkan pada pemahaman dan rasa hormat pada anak-anak. Orang

tua yang fleksibel dan otoritatif adalah mereka yang selalu berdiskusi

untuk menyelesaikan masalah, lebih mengutamakan rasio dan

memberikan penjelasan yang masuk akal mengenai peraturan-peraturan

yang mereka tetapkan di rumah dan menghormati partisipasi anak remaja

dalam mengambil keputusan meskipun sebenarnya tanggung jawab anak-

anak itu masih belum besar. Orang tua yang seperti itu juga menilai pola

perilaku yang disiplin.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

14

Orang tua dengan pola pengasuhan otoritatif selalu melibatkan anak

remaja mereka dalam segala hal yang berkenaan dengan remaja itu

sendiri dan dengan keluarga. Mereka mempercayai pertimbangan dan

penilaian dari remaja serta mau berdiskusi dalam mengambil segala

keputusan yang berkaitan dengan anak remaja mereka (Gunarsa, 2009).

3. Dampak pola asuh orang tua

a. Otoriter

Masalah yang kerap muncul dalam gaya pengasuhan ini adalah anak-

anak akan belajar mengharapkan imbalan atas perilaku mereka yang

baik, sedangkan hukuman yang terlalu keras diberikan akan menciptakan

rasa takut yang berlebihan dan dendam. Tetapi, gaya pengasuhan seperti

ini masih efektif diterapkan pada anak-anak kecil karena pemahaman

mereka masih sangat sederhana dan literal (Tan dan Chan, 2004).

Menurut Alatas (2004), gaya pengasuhan otoriter dari sifat keras

orang tua dapat mematikan kreatifitas anak. Anak menjadi serba tidak

berani dalam menghadapi tantangan karena takut melakukan kesalahan

dan takut dimarahi orang tua.

b. Permisif

Jika orang tua menggunakan gaya pengasuhan seperti ini akan

membuat anak-anak tidak peka terhadap tanggung jawab sosial mereka

dan akan mengalami kesulitan untuk mempelajari adat istiadat sosial

(Tan dan Chan, 2004).

Menurut Alatas (2004), dampak dari pola asuh permisif adalah anak

cenderung manja & kurang ajar karena segala keinginannya selalu

dituruti orang .

c. Otoritatif

Orang tua yang menerapkan cara ini akan memberi bimbingan yang

sesuai dengan usia dan perkembangan anak-anak (Tan dan Chan, 2004).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

15

C. Remaja

1. Pengertian

Menurut Santrock (1998, dalam Gunarsa, 2009), remaja adalah mereka

yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa, yaitu antara usia 12-13 tahun hingga usia 20-an. Perubahan

yang terjadi yang terjadi termasuk drastis pada hampir semua aspek

perkembangannya, yaitu meliputi perkembangan fisik, kognitif,

kepribadian, dan sosial.

Remaja berasal dari kata adolescene yang berarti to growth (tumbuh)

menjadi dewasa dan to growth to maturity dari prenatal sampai tua

(Zulfikar, 2010).

2. Tahap pertumbuhan dan perkembangan remaja

a. Tahap pertumbuhan

1) Pertumbuhan fisik remaja

Pada anak perempuan : pertumbuhan tulang, tulang badan

menjadi tinggi, anggota badan juga menjadi panjang, pertumbuhan

payudara, tumbuh bulu-bulu halus dan berwarna gelap di kemaluan,

mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maximal pada setiap

tahunnya, haid (Lina, 2010).

Pada anak laki-laki : pertumbuhan tulang-tulang, testis membesar

tumbuh bulu kemaluan yang halus dan berwarna gelap, suara

berubah jadi berat, keluar air mani atau ejakulasi , pertumbuhan

ketinggian badan yang maximal pada setiap tahunnya, di wajah

tumbuh bulu-bulu halus menjadi kumis dan jenggot, tumbuh bulu

ketiak.

2) Tanda sexual sekunder

Dapat dibedakan antara pria dan wanita.

Pada remaja pria dari kumis, suara berat, jakun, otot-otot yang kuat.

Pada wanita dari pinggul yang besar, payudaranya, suara yang

lembut.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

16

b. Tahap perkembangan

Menurut Desmita (2010), terdapat empat dasar pembagian fase-fase

perkembangan yang dikemukakan beberapa ahli, yaitu:

1) Berdasarkan ciri-ciri biologis

Menurut Aristoteles fase remaja (pubertas) atau masa peralihan dari

anak menjadi dewasa (14-21) tahun, yang dimulai dari mulai

bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin sampai akan memasuki masa

dewasa.

Menurut Sigmund Freud fase pubertas 12-18 tahun. Fase ini

dorongan-dorongan mulai muncul kembali, dan apabila dorongan ini

dapat ditransfer dengan baik, anak akan sampai pada masa

kematangan akhir, yaitu fase genital.

Menurut Maria Montessori fase perkembangan remaja pada periode

ketiga umur 12-18 tahun, yaitu periode penemuan diri dan kepekaan

sosial.

Menurut Elizabeth B. Hurlock fase perkembangan remaja

(adolescence) usia 11dan 13 tahun sampai usia 21 tahun.

2) Berdasarkan konsep didaktif

Pada usia 12-18 tahun merupakan masa mengembangkan daya

pikirannya dibawah pendidikan sekolah menengah (gymasium). Pada

masa ini mulai diajarkan bahasa latin sebagai bahasa asing.

3) Berdasarkan ciri-ciri psikologis

Menurut Oswald Kroch termasuk dalam fase kematangan umur 13-21

tahun, yaitu anak mulai menyadari kekurangan dan kelebihannya,

yang dihadapi dengan sikap sewajarnya.

4) Berdasarkan konsep tugas perkembangan

Menurut Robert J. Havighurst termasuk dalam masa remaja

(adolescence)yaitu umur 12-18 tahun.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

17

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1

Modifikasi teori menurut Gunarsa dan Gunarsa (2005), Akbar dan Hawadi (2002).

Faktor Intrinsik

1. Faktor fisik

a. Kesehatan

b. Keadaan cacat

2. Faktor psikis

a. Intelegensi

b. Perhatian

c. Bakat

d. Minat

e. Emosi

f. Kepribadian

g. Perhatian

h. Gangguan

kejiwaan

Faktor Ekstrinsik

1. Keluarga

a. Pola asuh orang tua

1) Otoriter

2) Permisif

3) Otoritatif

b. Hubungan orang tua dengan

anak remaja

c. Sikap orang tua

d. Ekonomi keluarga

e. Suasana dalam keluarga

2. Sekolah

a. Cara penyajian pelajaran

b. Hubungan antara guru dan

murid

c. Kemampuan sendiri dari anak

tersebut

d. Asal sekolah

3. Kultur

Motivasi Belajar Hasil Belajar

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-umunaliahn... · siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar. ... menjadi

18

E. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal

khusus (Notoatmodjo, 2002).

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2002).

Gambar 2.2

Kerangka Konsep penelitian

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain

(Notoatmodjo, 2002).

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pola asuh orang tua, sedangkan

variabel terikatnya adalah motivasi belajar.

G. Hipotesis

Menurut Notoatmodjo (2002), hipotesis adalah suatu jawaban atas

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian.

Berdasar uraian diatas maka pada penelitian ini mengajukan hipotesis

sebagai berikut : Ada perbedaan antara motivasi belajar siswa ditinjau dari pola

asuh orang tua di SMA 10 November Semarang.

Variabel Bebas

Pola Asuh Orang tua

Variabel Terikat

Motivasi Belajar