bab ii tinjauan pustaka a. epidemiologi penyakit...

25
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Epidemiologi Penyakit Malaria 1. Pengertian Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit ( protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles (Depkes RI, 2008a). Depkes RI (2009), malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria (Plasmodium) yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit malaria (Plasmodium) ditularkan melalui nyamuk malaria betina jenis Anopheles dari orang sakit kepada orang yang sehat. 2. Hubungan Host, Agent dan Environment Penyebaran peyakit malaria ditentukan oleh faktor Host, Agent dan Environment. Faktor tersebut saling mendukung dalam penyebaran penyakit malaria (Depkes RI, 2007). HOST AGENT ENVIRONMENT Bagan : 2.1 : Sumber Depkes RI, 2007.

Upload: buingoc

Post on 27-May-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi Penyakit Malaria

1. Pengertian

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa)

dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk

anopheles (Depkes RI, 2008a). Depkes RI (2009), malaria adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria (Plasmodium) yang hidup

dan berkembang biak dalam sel darah manusia.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit malaria

adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit malaria

(Plasmodium) ditularkan melalui nyamuk malaria betina jenis Anopheles

dari orang sakit kepada orang yang sehat.

2. Hubungan Host, Agent dan Environment

Penyebaran peyakit malaria ditentukan oleh faktor Host, Agent dan

Environment. Faktor tersebut saling mendukung dalam penyebaran

penyakit malaria (Depkes RI, 2007).

HOST

AGENT ENVIRONMENT

Bagan : 2.1 : Sumber Depkes RI, 2007.

8

a. Host (Penjamu)

1) Manusia (Host Intermediate)

Setiap manusia bisa terinfeksi penyakit malaria dan merupakan

tempat berkembang biaknya agent (parasit plasmodium).

Faktor manusia yang dapat mempengaruhi penyakit malaria :

a) Usia : Anak-anak lebih rentan terhadap penyakit malaria. Bayi

yang tinggal di daerah endemik malaria mendapat perlindungan

maternal yang diperoleh secara transplasenta.

b) Jenis Kelamin : Infeksi parasit plasmodium tidak membedakan

jenis kelamin, apabila ibu hamil terinfeksi malaria akan

menyebabkan anemia lebih berat.

c) Ras atau genetik : Beberapa genetik manusia dapat

mempengaruhi terjadinya malaria, dengan pencegahan

masuknya parasit ke dalam sel, mengubah respon immonologi

atau mengurangi keterpaparan terhadap vector, seperti

golongan darah Duffy negative, hemoglobin S dapat

menyebabkan sickle cell anemia, thalasemia (alfa dan beta),

hemoglobinopati (HbF dan HbE), Defisiensi glucose-6-

phosphate dehydrogenase, Ovalositosis ini biasa di daerah

Papua New Guinea dan mungkin juga di Irian Jaya (Harijanto,

2000).

d) Riwayat malaria sebelumnya : orang yang pernah terinfeksi

malaria biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih

tahan terhadap infeksi malaria.

e) Sosial ekonomi : Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang

bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubungannya

dengan infeksi malaria.

f) Cara hidup : Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan

malaria. Misalnya : tidur tidak mengunakan kelambu dan

senang berada diluar rumah pada malam hari.

9

g) Status gizi : Masyarakat yang gizinya buruk dan tinggal

didaerah endemis malaria akan lebih rentan terhadap infeksi

malaria.

h) Immunitas : Masyarakat yang tinggal di daerah endemis

malaria biasanya mempunyai immunitas alami sehingga

mempunyai pertahanan alami dari infeksi malaria.

2) Nyamuk Anopheles (host definitive)

a) Vektor malaria di Indonesia

Terdapat 3.000 spesies malaria di dunia yang sudah dikenal dan

450 spesies dintaranya hidup di Indonesia, sejak periode 1919

sampai 2009, dilaporkan terdapat 25 spesies ditemukan positif

membawa parasit malaria di Indonesia dengan penyebaran

daerah yang berbeda, dan hampir semua spesies bisa hidup di

tempat-tempat seperti pinggir laut, sepanjang pantai, sawah,

kali, sungai kebun, hutan, gunung, rawa (Depkes RI. 2011).

b) Perilaku nyamuk

Perilaku nyamuk umumnya berbeda-beda tergantung pada

spesiesnya, kebiasaan menghisap darah berbeda-beda ada

yang menghisap darah manusia di sebut antropofilik, ada yang

menghisap darah hewan disebut zoofilik dan juga ada yang

senang menghisap darah hewan dari pada darah manusia

disebut antropozoofilik (Safar, 2010).

Nyamuk anopheles aktif menghisap darah hospes pada malam

hari, nyamuk Anopheles Sundaicus paling sering menggigit

pada jam 22.00-01.00 dini hari, Anopheles Maculatus mencari

darah antara jam 21.00 hingga 03.00, nyamuk Anopheles

Barbirostris sering mencari darah pada jam 23.00-05.00

(Hiswani, 2004). Nyamuk yang biasa menggigit jam 17.00 –

10

18.00 adalah Anopheles Tesselatus, sebelum jam 24 (20.00 –

23.00) adalah Anopheles Aconitus, Anopheles Annularis,

Anopheles, Anopheles Kochi, Anopheles Sinensis, Anopheles

Vagus, yang menggigit diatas jam 24.00 adalah Anopheles

Farauti, Anopheles Koliensis, Anopheles Leucosphyrosis dan

Anopheles Unctullatus (Depkes RI. 2011).

Jarak terbang nyamuk ini antara 0,5 – 3 km, ada nyamuk

masuk kedalam rumah hanya menggigit dan setelah itu

langsung keluar, ada juga sebelum dan sesudah menghisap

darah manusia akan hinggap pada dinding untuk beristirahat,

salah satu yang dapat membedakan dengan nyamuk lain,

nyamuk anopheles sewaktu istirahat menungging. Menurut

tempat untuk mencari darah ada nyamuk yang senang mencari

darah di luar rumah yang disebut eksofagik dan lebih senang

mencari darah di dalam rumah atau disebut endofagik (Depkes

RI, 2011).

Nyamuk anopheles betina mempunyai kemampuan memilih

tempat berkembang biak atau tempat perindukan, An.

Sundaicus, An. Mucalatus tempat perindukannya di muara

sungai, spesies ini tempat berkembang biaknya langsung kena

sinar matahari dan akan meningkat di musim kemarau, spesies

yang tempat berkembang biakannya di air payau An. Aconitus,

An, Subpictus dan An. Vagus, An. Aconitus, An. Barboritus, An.

Anullaris tempat perindukan pada air yang tenang dan sedikit

mengalir seperti di sawah-sawah akan meningkat di musim

hujan, ada spesies yang baik berkembang biak di tempat-

tempat teduh terlindung dari sinar matahari yaitu An. Umrosus,

An. Vagus (Safar, 2010).

11

c) Siklus hidup nyamuk anopheles

Siklus hidup nyamuk Anopheles termasuk dalam metamorfosa

sempurna, ada empat tahap dalam siklus hidup nyamuk yaitu

telur, larva, pupa (kepompong) dan nyamuk dewasa, waktu

yang diutuhkan dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa 2 – 5

minggu yang bervariasi tergantung kepada spesies, makanan

yang tersedia dan suhu tempat perindukannya (Safar, 2010).

(1) Telur :

Nyamuk betina dewasa dapat menghasilkan telur 50 sampai

200 butir, dan menetas dalam 2-3 hari, bahkan dalam

keadaan daerah beriklim dingin telur nyamuk bisa menetas

dalam 2-3 minggu. Saat bertelur, nyamuk meletakkannya

di tempat yang berair, tempat yang kering dapat merusak

telur dan bahkan sampai mati, kebiasaan nyamuk dalam

meletakkan telurnya di atas air berbeda-beda.

Nyamuk anopheles meletakkan telurnya satu persatu atau

bergerombol tapi saling lepas, nyamuk culex meletakkan

telurnya secara bergerombol membentuk rakit sehingga

mudah mengapung, nyamuk Aedes telur diletakkan pada

benda yang mengapung di atas air atu menenpel pada

permukan benda sedangkan nyamuk mansonia telurnya

diletakkan menempel secara bergerombol pada tumbuhan

air sehingga membentuk karangan bunga.

(2) Larva

Larva nyamuk atau dikenal dengan jentik dapat hidup

disembarang tempat bekas berisi air, bernafas melalui

saluran yang terdapat di ujung ekor, saat istirahat posisinya

sejajar dengan permukan perairan hal ini yang

membedakan larva nyamuk anopheles dengan larva

nyamuk lainnya, dikarenakan tidak mempunyai alat bantu

12

pernafasan, usia hidup larva lebih kurang 8–10 hari

tergantung suhu, keadaan makanan, untuk kelangsungan

hidup larva memakan bakteri, algae dan mikroorganisme

lainnya yang terdapat di permukan air.

(3) Kepompong/Pupa

Bentuk kepompong nyamuk anopheles seperti koma, pada

pase ini terjadi pembentukan sayap untuk terbang, stadium

kepompong terjadi kurang lebih 1-2 hari, dari kepompong

akan menjadi nyamuk dewasa.

(4) Nyamuk Dewasa

Usia hidup nyamuk jantan lebih pendek dari pada nyamuk

betina, nyamuk jantan bisa hidup selama 7 hari, sedangkan

nyamuk betina bisa hidup sampai satu bulan.

Penelitian dilakukan Mardiana (2009), di Sukabumi

perkiraan umur nyamuk anopheles aconitus tertinggi

mencapai 8,58 hari dan terendah 1,23 hari, nyamuk

anopheles barbirotris diperkirakan umurnya tertinggi rata-

rata 3,49 hari dan terendah 1,3 hari, nyamuk anopheles

maculates tertinggi 2,65 hari dan terendah 1,4 hari.

Perkawinan terjadi setelah nyamuk menetas, biasanya 24-

28 jam setelah keluar dari kepompong, untuk membantu

pematangan telur, nyamuk menghisap darah dan telur

nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah

untuk berkembang. Nyamuk dewasa jantan maupun betina

makan cairan nektar bunga, buah-buahan dan keringat,

hanya nyamuk betina yang menghisap darah mangsanya

(Safar, 2010).

13

b. Agent (Parasit atau Plasmodium)

Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup

ataupun tidak hidup dimana dalam kehadirannya, bila seseorang selalu

kontak dengan agent akan menjadi stimulus untuk terjadinya suatu

proses penyakit (Depkes RI, 2007).

Spesies plasmodium yang dapat menyebabkan malaria ada empat yaitu

plasmodium vivax yang menyebabkan malaria vivax atau tertiana,

plasmodium malariae dapat menyebabkan malaria malariae atau

quartana, plasmodium ovale dapat menyebabkan malaria ovale dan

plasmodium falciparum dapat menyebabkan malaria falciparum atau

tropika. Di Indonesia plasmodium falciparum dan plasmodium vivax

banyak ditemukan, plasmodium falciparum merupakan jenis malaria

yang dapat mengancam jiwa, plasmodium vivax, plasmodium

malariae, dan plasmodium ovale kurang mengancam jiwa (Hiswani,

2004).

Penyakit malaria yang disebabkan oleh plasmodium merupakan genus

protozoa parasit yang mempunyai dua tempat dalam siklus hidupnya

yaitu vektor nyamuk dan inang adalah manusia.

1) Siklus pada manusia

Dibedakan menjadi dua fase

a) Fase hati

Bila nyamuk anpheles betina yang terinfeksi menggigit

manusia, maka farasit malaria akan ditularkan pada orang

tersebut, farasit mengikuti sirkulasi darah dan masuk kedalam

sel hati. Dalam waktu 7 – 21 hari parasit akan tumbuh dan

berkembang biak menjadi ribuan merazoit, sehingga memenuhi

sel hati, proses ini disebut intrahepatic schizogony atau

skizogoni eksoeritrosit. Lamanya fase ini setiap spesies

berbeda-beda, plasmodium fasciparum membutuhkan waktu

14

36-48 jam, plasmodium malariae memerlukan waktu 72 jam,

plasmodium vivax atau ovale memerlukan waktu 48 jam

Selanjutnya sel hati pecah dan parasit masuk ke aliran darah,

menginfeksi sel darah merah.

Pada infeksi plasmodium vivax dan plasmodium ovale,

sejumlah parasit tetap berada dalam hati dan tidak langsung

berkembang menjadi skizon tetapi ada yang bersipat dorman

yang disebut hipnozoit. Parasit yang dorman ini dapat tinggal

dalam sel hati selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun,

apabila imunitas tubuh rendah maka akan menjadi aktif

sehingga menimbulkan kekambuhan (Depkes RI, 2009).

b) Fase sel darah merah

Fase ini merupakan fase aseksual, pada saat merazoit dalam sel

hati pecah, maka akan membebaskan tropozoit yang

selanjutnya menginfeksi sel darah merah. Tropozoit akan terus

mengalami perkembangan menjadi skizon, skizon akan

berkembang menjadi merozoit dan pecah membebaskan

tropozoit.

Siklus ini akan berlanjut sampai 3 kali, kemudian sebagian

merozoit akan berkembang menjadi bentuk gametosit, dan bila

terhisap oleh nyamuk anopheles betina siap melakukan

perkembang biakan seksual didalam tubuh nyamuk (Depkes

RI, 2009).

2) Siklus pada nyamuk

Fase ini biasa disebut fase seksual, setelah nyamuk betina

menghisap darah yang mengandung gametosit, gamet jantan dan

gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot motil yang

15

dikenal sebagai ookinet di dalam perut tengah nyamuk, kemudian

menembus dinding tengah nyamuk dan tertanam pada membrane

perut luar. Ookinet pada membrane perut luar akan menjadi ookista

dan selanjutnya menjadi sporozoit, sporozoit ini bersifat infektif

dan siap ditularkan ke manusia apabila nyamuk ini menghisap

darah manusia kembali (Depkes RI, 2009).

Siklus ini akan terjadi terus menerus, dalam lingkungan terdapat

keseimbangan antara lingkungan, nyamuk malaria dan parasit

malaria, untuk penanggulangannya yaitu mengubah keseimbangan

dengan cara mematikan parasit dalam tubuh manusia dengan

meminum obat sesuai dosis dan memberantas nyamuk malaria

(Depkes RI, 2008a).

Lamanya pertumbuhan parasit setiap plasmodium dalam tubuh

nyamuk berbeda-beda, untuk plasmodium vivax mencapai 8-10

hari, plasmodium falsiparum mencapai 9-10 hari, plasmodium

malariae mencapai 14-6 hari (Ditjen P2M, 1999 dalam Mardiana,

2009).

Gambar 2.1. Siklus hidup parasit malaria

Sumber : google.co.id

16

c. Lingkungan (Environment)

Lingkungan tempat tinggal nyamuk sangat menentukan untuk

berkembang biaknya nyamuk anopheles, biasanya nyamuk jenis ini

hidup di daerah iklim tropis, namun juga bisa hidup didaerah beriklim

sedang dan jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian mencapai

2.000 – 2.500 meter lebih (Depkes RI, 2008a).

Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi :

1) Lingkungan Fisik

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya

malaria di suatu daerah. Adanya danau air tawar, genangan air

hujan, pesawahan, pembukaan hutan, tambak ikan dan

pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinaan

timbulnya penyakit malaria, karena tempat-tempat tersebut

merupakan tempat perindukan nyamuk malaria, suhu dan curah

hujan juga berperan penting (Depkes RI, 2008a).

a) Suhu

Suhu udara sangat mempengaruhi siklus hidup nyamuk,

nyamuk merupakan binatang berdarah dingin dimana suhu

lingkungan dapat mempengaruhi proses metabolisme dan

siklus kehidupannya. Semakin tinggi suhu (sampai batas

tertentu) semakin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan

semakin rendah suhu masa inkubasi ekstrinsik semakin

panjang.

Suhu rata-rata optimum untuk pertumbuhan nyamuk 20o-30

oC,

tergantung pada species nyamuknya, spesies nyamuk tidak

tahan pada suhu 5o- 6

oC. Penelitian dilakukan di Barito

Kalimantan Tengah menyatakan bahwa suhu udara

berpengaruh secara bermakna derhadap kejadian malaria

(Friaraiyatini, 2006).

17

b) Kelembaban udara (relative humidity)

Kelembaban udara adalah jumlah uap air yang terdapat dalam

udara, pada daerah pantai kelembaban udara relatif tinggi,

dikarenakan penguapan air laut relatif besar.

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk,

batasan yang paling redah terhadap kelembaban udara untuk

memungkinkan hidupnya nyamuk yaitu 60%. Kelembaban

udara menjadi faktor yang mengatur cara hidup nyamuk, pada

kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih

sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria

(Depkes RI, 2007).

Sesuai dengan penelitian dilakukan Suwito, dkk., (2010), di

Lampung Selatan menyatakan bahwa kelembaban udara

mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepadatan

nyamuk anopheles. Harijanto (2000), suhu dan kelembaban

mempengaruhi perkembangbiakan parasit malaria.

c) Hujan

Curah hujan dapat mempengaruhi perkembangan larva nyamuk

menjadi nyamuk dewasa, hujan yang diselingi panas akan

memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk

Anopheles (Mendoza dan Olivera, 1996 dalam Suwito, 2010).

Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya

hujan, jumlah hari hujan, jenis vector dan jenis tempat

perindukan (Depkes RI, 2007).

Hasil penelitian Suwito, dkk., (2010) menyatakan kepadatan

nyamuk anopheles 56,9 persen disebabkan oleh curah hujan,

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara curah

hujan dengan kepadatan nyamuk per orang per malam.

18

d) Angin

Kecepatan angin mempengaruhi jarak terbang nyamuk, dan

dapat menentukan jumlah kontak nyamuk dengan manusia.

Kecepatan angin 11-14 m/det atau 25-31 mil per jam akan

menghambat penerbangan nyamuk.

e) Sinar Matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap perkembangbiakan larva

nyamuk berbeda-beda, anopheles sundaicus lebih menyukai

tempat yang teduh, anopheles hyrcanus lebih suka berkembang

biak ditempat yang terbuka, sedangkan anopheles barbirostris

dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun tempat yang

terang (Depkes RI, 2007).

f) Arus Air

Anopheles barbirotris menyukai tempat perindukan yang

airnya mengalir lambat, sedangkan anopheles minimus

menyukai aliran air yang deras dan anopheles letifer menyukai

air tergenang.

2) Lingkungan kimiawi

Kejadian malaria dipengaruhi lingkungan kimia yaitu pH dan

salinitas air, penelitian yang dilakukan oleh Friaraiyatini (2006)

hasil pengukuran pH air sawah, rawa, sungai dan parit di Kabupten

Barito Selatan, menunjukkan bahwa terdapat kisaran yang sempit

pada pH air antara 5,60-6,50.

Nyamuk anopheles letifer bisa hidup di tempat yang memiliki pH

yang rendah, nyamuk anopheles sundaicus tumbuh optimal pada

air payau yang kadar garamnya berkisar antara12-18 per seribu.

Nyamuk ini tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 40 per

seribu, beberapa tempat di Sumatra Utara anopheles sundaicus

ditemukan pada air tawar.

19

3) Lingkungan biologi

Tumbuh-tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan larva

diantaranya tumbuhan bakau, ganggang (enteromorpha sp,

chaetomorpha sp, dan cladophora sp), tumbuhan ini dapat

menghalangi sinar matahari masuk atau dapat melindungi larva

nyamuk dari serangan mahluk hidup yang lain.

Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala

timah, gambusia, nila, mujair dan lainnya akan mempengaruhi

populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya pemeliharaan

ternak seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan

nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut dikandang tidak

jauh dari rumah (Harijanto, 2000).

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Provinsi

Lampung, menyatakan pemeliharaan ternak yang berisiko adalah

ternak yang tidak mempunyai kandang atau kandangnya dekat

dengan rumah. Semakin dekat kandang ternak semakin berisiko

terjadinya malaria (Ernawati, dkk., 2010). Penelitian dilakukan

Darundiati (2005) di Kabupaten Purworejo, menyatakan responden

yang tidak memelihara ternak mamalia dan tidak memiliki tanaman

salak di sekitar rumah memiliki resiko untuk terjadinya malaria

lebih kecil dari pada responden yang memelihara ternak dan

memilki tanaman salak di sekitar rumahnya. Menjauhkan kandang

ternak dari tempat tinggal merupakan salah satu cara menghindari

atau mengurangi gigitan nyamuk malaria (Depkes RI, 2008b).

4) Lingkungan sosial budaya

Faktor sosial budaya juga berpengaruh terhadap kejadian malaria,

kebiasaan keluar rumah sampai larut malam, dimana vektornya

bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar terhadap kontak

20

dengan gigitan nyamuk. Penelitian dilakukan oleh Ningsi, dkk.,

(2006) menyataka 58,8% penderita malaria di daerah Donggala

adalah mereka yang melakukan aktifitas di luar rumah pada malam

hari.

Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan

mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria

seperti penyehatan lingkungan, penggunaan kelambu, pemasangan

kawat kasa pada jendela dan pentilasi rumah, dan menggunakan zat

penolak nyamuk (Depkes RI, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan di Lampung menyatakan bahwa

semakin rendah tingkat penggunaan repellent semakin besar risiko

untuk terinfeksi malaria, proporsi kejadian infeksi malaria yang

paling tinggi adalah pada kelompok responden yang tidak pernah

menggunakan kelambu (Ernawati, dkk., 2010). Hal ini senada

dengan penelitian yang dilakukan Husin (2007) mengenai analisis

faktor resiko kejadian malaria di Bengkulu menyatakan ventilasi

yang menggunakan kasa nyamuk, kebiasaan menggunakan

kelambu, kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur,

berpengaruh terhadap kejadian malaria.

B. Faktor resiko tertular penyakit malaria

Secara umum setiap orang dapat terinfeksi malaria, tetapi ada juga orang yang

memiliki kekebalan terhadap parasit malaria, baik yang berisifat bawaan

maupun didapat. Anak balita, ibu hamil serta penduduk non-imun yang

mengunjungi daerah endemis malaria, seperti para pengungsi, transmigran dan

wisatawan, merupakan orang yang paling berisiko terinfeksi malaria.

Sejak dahulu diketahui wabah penyakit ini sering terjadi di daerah-daerah

pemukiman baru seperti perkebunan dan transmigrasi, hal ini terjadi karena

21

pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga

rentan terinfeksi. Selain penularan secara alamiah (natural infection) melalui

gigitan nyamuk anopheles yang mengandung parasit malaria, penularan juga

bisa terjadi secara non alamiah dengan cara (Depkes RI, 2008a).

1. Malaria Bawaan (congenital)

Penularan pada bayi baru lahir dari ibu penderita malaria terjadi karena

adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga memungkinkan terjadinya

infeksi dari ibu kepada janinnya.

2. Penularan Mekanik (transfusion Malaria)

Penularan terjadi melalui transfuse darah dari donor yang terinfeksi

malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama, atau melalui

transplantasi organ. Parasit malaria dapat hidup selama tujuh hari dalam

darah donor, biasanya masa inkubasi transfusion malaria lebih singkat

dibandingkan infeksi malaria secara alamiah.

C. Manisfestasi Klinis

Seseorang akan merasakan timbul gejala di pengaruhi oleh dayatahan tubuh

menurun, jenis plasmodium serta jumlah farasit yang menginfeksinya. Periode

inkubasi yaitu masa waktu terjadinya infeksi pertama sampai timbulnya gejala

penyakit, sedangkan periode prapaten yaitu waktu antara terjadinya infeksi

sampai ditemukannya parasit malaria, setiap jenis plasmodium mempunyai

periode prapaten dan masa inkubasi yang berbeda-beda.

Tabel 2.1. Periode Prapaten dan Masa Inkubasi Plamodium (Depkes RI,

2008a).

Jenis Plasmodium Masa Inkubasi Periode Prapaten

1. P. Falciparum 9 – 14 hari 11 hari

2. P. Malariae 18 – 40 hari 32,7 hari

3. P. Vivax 12 – 17 hari 12,2 hari

4. P. Ovale 16 - 18 hari 12 hari

Pada banyak orang gejala infeksi malaria akan tampak seperti flu dengan

demam tinggi dan nyeri tubuh, ada juga yang mengeluh sakit kepala, mual,

22

menggigil, berkeringat dan kelemahan. Adapun gejala-gejala umum yang

tampak pada penderita infeksi malaria :

a. Demam

Gejala paling awal yang dirasakan penderita malaria adalah demam,

demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skhizon darah yang

mengeluarkan bermacam-macam antigen, serangan demam yang sering

dimulai pada siang hari, demam ini bersipat periodik dan berbeda

waktunya tergantung plasmodium penyebabnya.

Malaria tertiana disebabkan oleh Plamodium vivak demam timbul teratur

tiap tiga hari, malaria quartana disebabkan plasmodium malariae demam

timbul secara teratur tiap empat hari, dan malaria tropika disebabkan

plasmodium falciparum dengan demam timbul secara tidak teratur tiap 24-

48 jam. Ada tiga stadium khas serangan demam pada malaria :

1) Stadium Dingin (Menggigil)

Pada stadium ini penderita kedinginan sampai menggigil, denyut nadi

teraba cepat tetapi leman, jari-jari tangan dan bibir terlihat biru serta

kulit pucat, sering dijumpai kejang pada anak-anak. Pada Stadium ini

berlangsung selama 15 menit sampai satu jam.

2) Stadium Puncak Demam

Penderita merasakan panas sekali, suhu tubuh bisa mencapai 41oC,

dengan gejala wajah merah, kulit kering dan terasa panas seperti

terbakar, napas cepat, nadi berdenyut kuat, sakit kepala semakin kuat,

muntah-muntah, sampai timbul kejang pada anak-anak. Stadium ini

berlangsung selama 2 jam.

3) Stadium Berkeringat

Pada saat ini pendertia berkeringat banyak, stadium ini berlangsung 2-

4 jam. Suhu badan turun dengan cepat, penderita merasa kelelahan dan

sering tertidur, setelah bangun penderita merasa sehat dan dapat

beraktifitas seperti biasa, sebenarnya penyakit ini masih ada di dalam

tubuhnya.

23

b. Pembesaran Limpa (Splenomegali)

Pada penderita malaria yang lama dapat ditemukan pembesaran limpa ini

merupakan gejala khas malaria dan terasa nyeri, dikarenakan adanya

penyumbatan sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria,

dalam keadaan lama konsistensi limpa menjadi keras karena bertambahnya

jaringan ikat. Hal ini dapat kembali normal apabila mendapat pengobatan

dengan baik.

c. Anemia

Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang berlebihan,

plasmodium falciparum dapat menginfeksi semua sel darah merah

sehingga pada infeksi akut maupun kronis dapat menyebabkan anemia,

plasmodium vivax dan plasmodium ovale hanya menginfeksi sel darah

merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh sel darah merah yang

ada sedangkan plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua.

Anemia dapat timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah di

sumsum tulang. Gejala yang mungkin timbul badan lemas, pucat, pusing,

kurang nafsu makan, penglihatan kabur, jantung berdebar-debar.

D. Perilaku Kesehatan

1. Pengertian

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons (Skiner

dalam Notoatmodjo, 2007). Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan yaitu

suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan,

makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok

(Notoatmodjo, 2007).

24

a. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan

Perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk menjaga atau memelihara

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila mana

sakit. Perilaku ini terdiri dari 3 aspek :

1) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila

sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

penyakit. Beberapa perilaku pencegahan yang dapat dilakukan agar

terhindar dari penyakit malaria (Harijanto, 2000; Depkes RI, 2007;

Depkes RI, 2008b: Depkes RI. 2011)

a) Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk dengan cara

(1) Tidur menggunakan kelambu

(2) Malam hari berada di dalam rumah

(3) Megolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk

(4) Memakai obat anti nyamuk bakar atau elektrik

(5) Pasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi

(6) Menjauhkan kandang ternak dari tempat tinggal

(7) Menggunakan pakaian pelindung (tertutup) atau

menggunakan baju lengan panjang

b) Membersihkan tempat-tempat hinggap atau istirahat nyamuk

dan memberantas sarang nyamuk dengan cara

(1) Membersihkan rumput dan semak-semak di tepi saluran

dan sekitar rumah.

(2) Melipat kain-kain yang bergantung di dalam ruangan

(rumah).

(3) Mengusahakan keadaan didalam rumah tidak ada tempat-

tempat yang gelap dan lembab.

(4) Mengalirkan air yang menggenang.

(5) Menanam padi secara serempak.

(6) Menanam padi tidak terus-menerus tapi diselingi dengan

palawija.

25

(7) Merawat tambak-tambak ikan atau udang dan

membersihkan lumut yang ada di permukaan secara teratur.

(8) Menimbun dengan tanah atau pasir semua genangan di

sekitar rumah.

c) Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan racun

serangga seperti obat nyamuk bakar, semprot, elektrik dan

indoor residual sparying (IRS) serta fogging.

d) Membunuh jentik-jentik nyamuk dengan menyebarkan ikan

pemakan jentik.

e) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti

larva (jentik) pada genangan air.

f) Melestarikan hutan bakau di rawa-rawa sepanjang pantai.

g) Menyembuhkan orang yang sakit malaria, dengan tidak adanya

orang yang sakit malaria, maka tidak mungkin terjadi

penularan, walaupun terdapat nyamuk penular malaria.

h) Pemberian obat pencegahan pada ibu hamil.

i) Mencari pertologan kesehatan.

Selain melakukan pencegahan tertularnya penyakit malaria,

pengobatan merupakan faktor yang sangat penting dalam memutus

penularan penyakit malaria.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, perlu dijelaskan bahwa kesehatan

itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat perlu

diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoftimal

mungkin.

3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman

dapat memelihara serta meningkatan kesehatan seseorang, tetapi

sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab

menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatang

penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap

makanan dan minuman tersebut.

26

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut

tidak mempengaruhi kesehatannya. Perilaku kesehatan lingkungan

fisik diantaranya perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang

meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai dan sebagainya. Perilaku

sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor), dan

sebagainya.

2. Domain perilaku

Respon perilaku setiap orang tidak selalu sama, meskipun stimulus yang

diberikan sama. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap

stimulus dapat dibedakan menjadi dua.

a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang

bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional,

jenis kelamin dan sebagainya.

b. Faktor eksternal yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan sering

merupakan fakor yang dominan terhadap perilaku kesehatan.

Sebelum seseorang dapat menerima perilaku baru, ia harus tahu terlebih

dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau

keluarganya.

Perilaku manusia dapat dibagi menjadi 3 domain (Bloom dalam

Notoatmodjo, 2007).

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

27

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2007).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo 2007).

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu (Newcomb dalam Notoatmodjo, 2007).

c. Praktik atau tindakan

Suatu sikap tidak selalu dilakukan dengan suatu perbuatan, untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

3. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok

yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku (Green dalam

Notoatmodjo, 2007).

Perilaku terbentuk atau ditentukan dari 3 faktor :

a. Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pendidikan,

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan

sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidaknya sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-

obatan dan sebagainya.

28

c. Faktor-faktor pendorong, merupakan perwujudan dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain.

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau masyarakat yang

bersangkutan.

E. Perilaku yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria

Buruknya kebiasaan dan sikap masyarakat seperti perilaku masyarakat

merupakan faktor pendukung dalam penyebaran dan mempermudah

terjadinya penyakit malaria, seperti kebiasaan berada diluar rumah pada

malam hari, kebiasaan tidur tidak menggunakan kelambu dan kebiasaan tidak

menggunkan obat anti nyamuk sewaktu tidur (Taharudin, 2012).

1. Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari

Nyamuk anopheles golongan eksofili yaitu golongan nyamuk yang senang

tinggal diluar rumah dan golongan eksofagi yaitu golongan nyamuk yang

suka menggigit pada malam hari, nyamuk anopheles dalam mencari darah

terbagi berdasarkan spesiesnya, ada yang aktif mulai senja hari hingga

menjelang tengah malam ada juga yang menggigit mulai tengah malam

sampai pagi hari, namun nyamuk anopheles aktif menggigit berlangsung

sepanjang malam sejak matahari terbenam pukul 18.30 – 22.00.

Hasil survei menunjukkan bahwa nyamuk Anopheles sp. lebih suka

menggigit manusia di luar rumah dengan rerata kepadatan 4,10 nyamuk

per jam per orang, sedangkan di dalam rumah 1,72 nyamuk per jam per

orang (Friaraiyatini, 2006).

2. Pemakaian Kelambu

Tempat perindukan nyamuk yang tersebar luas, jumlah penderita sangat

banyak serta keterbatasan sumber daya manusia, maka usaha pencegahan

terhadap penularan parasit yang paling mungkin dilakukan yaitu

penggunaan kelambu. Faktor perilaku paling dominan yang kemungkinan

29

berperan terhadap terjadinya penularan malaria adalah penggunaan

kelambu sewaktu tidur (Husin, 2007).

3. Pemakaian Obat Anti Nyamuk

a. Obat Nyamuk Bakar (Fumigan)

Obat nyamuk yang paling banyak digunakan di masyarakat yaitu obat

nyamuk bakar, obat nyamuk ini terbuat dari bahan tumbuhan atau

bahan kimia sebagai bahan tunggal atau campuran. Bahan kimia

fumigan dari obat nyamuk bakar ini dapat bersifat membunuh nyamuk

yang sedang terbang atau hinggap di dinding dalam rumah atau

mengusirnya pergi untuk tidak mengigit (Sugeng 1997 dalam

Taharudin, 2012).

Dalam uji lapangan obat nyamuk bakar mengandung bahan aktif d-

allethrin dan d-translutrin dapat mengurangi gigitan nyamuk culek

quinquesciatus sebanyak 70% (Yap dalam Taharudin, 2012).

b. Obat nyamuk semprot

Obat nyamuk ini mempunyai kandungan bahan aktif pada umumnya

dari kelompok sintetik pyrethroid ( d-allethrin, prolethrin, d-fenotrin,

bioallethrin, esbiothrin dan transfluthrin). Tetapi ada juga yang

mengandung bahan aktif diklorvos dan dikklorovinyl dimethilfosfat

dari kelompok organofosfat. Analisa ini pernah dilaukan oleh Damar

T.B et al dalam Taharudin (2012), di laboratorium uji insektisida

rumah tangga, Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Salatiga, dimana

didapatkan bahwa rata-rata kematian nyamuk menggunakan Peet

Grady Amber ( ruangan yang terbuat dari kaca ukuran 180 x 180 x 180

cm yang disemprotkan dengan aerosol ) adalah 100%.

c. Zat penolak nyamuk (Repellant)

Pemakaian repellant bertujuan untuk menolak atau mencegah dari

gigitan nyamuk pada senja dan malam hari menjelang tidur dan dini

hari sebelum pajar. Bahan repellant ada yang berasal dari tumbuhan

seperti minyak sereh dan minyak kayu putih, namun daya tolaknya

tidak lama hanya 15 – 20 menit dan juga ada berasal dari bahan kimia

30

seperti dietiloluamid 15% dan dimetilftalat. Di pasaran sudah banyak

repellant yang beredar seperti autan berupa bentuk cair oles maupun

krim namun semua fungsinya sama sebagai zat penolak dari gigitan

nyamuk.

Berdasarkan analisa diketahui apabila responden tinggal di rumah yang tidak

terpasang kasa nyamuk pada ventilasinya, tidur tanpa menggunakan kelambu

dan tanpa menggunakan obat anti nyamuk memiliki kemungkinan terkena

resiko malaria 10 persen (Husin, 2007).

Pemberantasan malaria dapat dilakukan berbagai cara antara lain mengobati

penderita sampai sembuh sehingga tidak ada lagi sumber penularan,

mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara manusia dengan nyamuk

anopheles dengan cara memasang kawat kasa di bagian-bagian rumah yang

terbuka seperti jendela, pintu dan ventilasi, penggunaan kelambu, melindungi

dari gigitan nyamuk dengan repellent, selain itu memberikan penyuluhan

tentang kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan pemusnahan tempat

perindukan nyamuk (Safar, 2010).

31

F. Kerangka Teori

Bagan: 2.2. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi. Harijanto, (2000); Depkes RI, (2007); Depkes RI, (2008b);

Depkes RI, (2011).

Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria :

1. Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria :

a. Tidur menggunakan kelambu

b. Malam hari berada di dalam rumah

c. Megolesi badan dengan obat anti gigitn nyamuk

d. Memakai obat anti nyamuk bakar atau elektrik

e. Pasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi

f. Menjauhkan kandang ternak dari tempat tinggal

g. Menggunakan pakaian pelindung (tertutup) atau menggunakan baju lengan panjang

2. Membersihkan tempat-tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk

a. Membersihkan rumput dan semak-semak di tepi saluran dan sekitar rumah. b. Melipat kain-kain yang bergantung di dalam ruangan (rumah).

c. Mengusahakan keadaan didalam rumah tidak ada tempat-tempat yang gelap dan lembab.

d. Mengalirkan air yang menggenang.

e. Menanam padi secara serempak.

f. Menanam padi tidak terus-menerus tapi diselingi dengan palawija.

g. Merawat tambak-tambak ikan atau udang dan membersihkan lumut yang ada dipermukaan

secara teratur.

h. Menimbun dengan tanah atau pasir semua genangan air di sekitar rumah.

3. Membunuh nyamuk dewasa dengan cara menyemprot rumah-rumah dengan racun serangga.

4. Membunuh jentik nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik.

5. Membunuh jentik nyamuk dengan menaburkan obat anti larva (jentik) pada genangan air. 6. Melestarikan hutan bakau di rawa-rawa sepanjang pantai

7. Pemberian obat pencegahan pada ibu hamil

8. Mencari pertolongan kesehatan.

Lingkungan yang mempengaruhi

berkembang biaknya nyamuk :

a. Lingkungan Fisik.

b. Lingkungan Kimia

c. Lingkungan Biologi.

d. Lingkungan Sosial Budaya

Terbentuknya Perilaku :

a. Faktor predisposisi

1. Pendidikan

2. Pengetahuan

(Pengetahuan tentang penyakit malaria)

3. Sikap dll.

b. Faktor pendukung

c. Faktor pendorong Penyakit

malaria

Gigitan

nyamuk