bab ii tinjauan pustaka a. definisi...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan
sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk
sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan
deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid,
dan dalam glikoprotein dan proteoglikan ( Murray R. K. et al., 2003).
B. Pemeriksaan Laboratorium
Ada beberapa jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap glukosa darah
antara lain yaitu pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ( GDP ), glukosa darah
sewaktu ( GDS ) dan glukosa 2 jam setelah makan. ( Darwis, et al., 2005 ).
Nilai rujukan :
GDS :
1) Darah vena : <110 mg/dl
2) Serum atau plasma : < 140 mg/dl
GDP :
1) Darah vena : 60-110 mg/dl
2) Serum atau plasma : 70-110 mg/dl
G2JPP :
1) Darah vena : 120 mg/dl
Serum atau plasma : < 140 mg/dlPersiapan pasien pada pemeriksaan Glukosa Darah Puasa yaitu
pasien dipuasakan 8-12 jam sebelum tes, semua obat dihentikan dulu, bila ada
obat yang harus diberikan ditulis pada formulir permintaan tes. Pada pemeriksaan
glukosa 2 jam setelah makan, tes tes dilakukan 2 jam setelah tes GDP, pasien
dianjurkan makan makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat sebelum tes
dilakukan. Pemeriksaan glukosa darah tanpa persiapan bertujuan untuk melihat
kadar gula darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah makan.
Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan plasma vena atau
serum dan darah kapiler ( Hardjoeno, et al., 2003 ).
Sampel serum didapatkan apabila sejumlah volume darah
dimasukkan dalam sebuah tabung dan dibiarkan membeku lalu dicentrifugasi
dengan kecepatan dan dalam waktu tertentu maka akan dihasilkan suatu cairan
pada lapisan atas berwarna kuning muda yang disebut serum. Jika dengan
penambahan antikoagulan dalam jumlah tertentu ke dalam sejumlah volume darah
kemudian dicentrifugasi dengan kecepatan dan dalam waktu tertentu, maka akan
didapatkan cairan pada lapisan atas berwarna kuning dan disebut plasma
(Santosa,1989 ).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium, diantaranya
yaitu; obat kortison dan tiazid dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah,
trauma dan stres dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Penundaan
pemeriksaan serum dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah, Merokok
dapat meningkatkan kadar gula darah serum, Aktifitas yang berat sebelum uji
laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula darah (Lemon, P, & Burke,
K., 2002).
Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah yaitu
Glukometer yang umumnya sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi
dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang
dianjurkan. Secara berkala, hasil pemantauan dengan alat Glukometer perlu
dibandingkan dengan cara konvensional ( Perkeni, 2006 ).
Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl )
Bukan DM
Belum pasti DM DM
Plasma vena < 100 100 - 199 > 200Kadar glukosa darah sewaktu(mg/dl)
Darah Kapiler < 90 90 - 199 > 200
Kadar glukosa darah puasa Plasmavena < 100 100 - 125 > 126(mg/dl) Darah Kapiler < 90 90 - 199 > 100
*metode enzimatik ( Perkeni, 2006 )
C. Alat Otomatik Analiser Kimia Klinik
Sekarang, pengukuran glukosa menggunakan metode enzimatik yang lebih
spesifik untuk glukosa. Metode ini umumnya menggunakan enzim glukosa
oksidase atau heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada gula
lain dan bahan pereduksi lain. Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk
dihitung berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir
dari serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen pada suatu
elektroda pendeteksi oksigen. Alat otomatik analiser kimia klinik modern dapat
menghitung konsentrasi glukosa hanya dalam beberapa menit.
Pemeriksaan Glukosa darah di Laboratorium RS PKU Muhammadiyah
Gombong yang utama menggunakan alat Otomatik Analiser Kimia Klinik yang
bermerk Biosystem A15. Prinsip kerja alat ini adalah pemipetan serum dan reagen
dikerjakan secara otomatis dan reaksinya berlangsung dalam Rotor, kemudian
diinkubasi dalam rotor tersebut dengan suhu 37 °C, waktu inkubasi tergantung
masing-masng pemeriksaan. Setelah itu alat secara otomatis membaca absorban
dari larutan menggunakan lampu halogen sebagai sumber cahaya dan dan dibaca
oleh Photo diode. Nilai absorban tersebut dikonversikan menggunakan rumus
yang sudah ditentukan untuk setiap parameternya dengan menggunakan Factor.
Hasil akan ditampilkan pada layar monitor (Manual Book Biosystem A15, 2007
).
Gambar 1. Alat Otomatik Analiser Kimia Klinik
Alat otomatik analiser kimia klinik metode pemeriksaan kadar glukosa
dilakukan secara kuantitatif dengan metode GOD-PAP. Glukosa ditentukan
setelah oksidasi enzimatis dengan adanya glucose oxidase. Hidrogen peroksida
yang terbentuk bereaksi dengan adanya peroksidase dengan phenol serta 4-
aminophenazone menjadi zat warna quinoneimine berwarna merah violet.
Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan spektrofotometri ( Manual Glukosa
Biosystem A15 ).
Reaksi :
Glukosa + ½ O2 + H2O glucose oksidase Gluconate + H2O2
2H2O2 + 4 – Aminoantypirine + Phenol peroxidase Quinoneimine + 4
H2O
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan Glukosa dengan alat otomatik
analiser kimia klinik bisa dapat serum atau plasma. Serum atau plasma dipisahkan
dari sel-sel darah merah untuk mencegah hemolisis ( Hardjoeno, 2003 ).
D. Glukometer
Glucometer adalah alat untuk melakukan pengukuran kadar glukosa darah
kapiler. Alat ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980 di Amerika Utara,
dimana saat itu ada 2 jenis glukometer ( Bayer ) dan Accu-check meter ( Roche ).
Alat ini menggunakan prinsip kerja ultrasound, menggunakan kapasitas panas dan
menghantar panas sebagai sensor pengukur gula. Hasil pengukuran cukup cepat
dalam hitungan detik. Kemudian seiring perkembangan teknologi, ditemukan
berbagai alat yang semakin kecil, pembacaan nilai kadar glukosa secara digital
dan harga yang semakin murah untuk strip yang digunakan
(http://ww.en.wikipedia.org./wiki/Glucose,meter ).
Beberapa penelitian menilai keakuratan pemeriksaan kadar glukosa darah
dengan glucometer. Pemeriksaan ini ternyata cukup baik dengan sensitivitas 70 %
dan spesivitas 90%. Weitsgsser dkk ( 2007 ), mendapatkan bahwa glucometer
memiliki keakuratan yang cukup baik
1. Glukometer I ( Accu-Check )
Di Laboratorium RS PKU Muhammadiyah Gombong terdapat dua macam
merk glukometer, Glukometer I bermerk Accu-Check dan Glukometer II bermerk
On Call.
Alat Glukometer I ( Accu-Check ) dirancang untuk mengukur secara
kuantitatif kadar glukosa darah, bisa dipakai secara mandiri oleh Pasien di rumah
maupun di fasilitas kesehatan. Glukometer I terdiri dari Meter, Code Chip dan
Strip. Untuk memastikan akurasi kerja alat Meter Glukosa Darah, maka setiap kali
menggunakan strip test dari tabung kemasan yang baru Code Chip harus diganti.
Karena setiap kemasan Code Chip bisa berbeda nomor serinya. Prinsip pengujian
Glukometer I adalah Amperometri yaitu Enzim glukosa dehidrogenase dalam
koenzim pada strip uji mengkonversi glukosa didalam sampel darah ke lakton
glukono. Reaksi ini menciptakan arus listrik yang tidak berbahaya untuk Glukosa
yang diperiksa ( Manual Accu-Check, 2007 ).
Alat Glukometer I mempunyai kelebihan yaitu dapat dipakai secara
mandiri oleh Pasien di rumah sehingga kadar glukosa darah bisa dipantau dengan
cepat, hal ini dapat mencegah atau memperlambat meningkatnya komplikasi
diabetes. Volume darah yang dibutuhkan relative sedikit yaitu + 0,3 – 10 µl,
sampel yang digunakan dapat berupa darah kapiler, vena, arteri dan neonatus
darah serta waktu yang diperlukan juga relative singkat yaitu sekitar 30 detik
( Manual Accu-Check, 2007 ).
Sistem ( Strip Uji ) dikalibrasi dengan cara metode heksokinase dan
dibandingkan dengan alat analiser. Keakuratan alat Glukometer I dengan metode
perbandingan hasilnya adalah sebagai berikut; dalam studi eksternal berkisar
antara 0,96 dan 1,03. Ketidak akuratan < 4% dalam serangkaian tes, diperoleh
variasi koefisien 3,4% ( Manual Accu-Check, 2007 ).
Alat Glukometer I menunjukkan hasil glukosa darah antara 10 – 600
mg/dl. Pada Pasien yang menderita dialysis peritoneal yang menggunakan terapi
yang mengandung Icodextrin ( misal Extranal ) disarankan tidak menggunakan
strip uji Glukometer I ( Manual Accu-Check, 2007 )
Dalam situasi penurunan aliran darah perifer misalnya pada dehidrasi berat,
hipotensi, shock, dekompensasi gagal jantung atau penyakit oklusi arteri perifer
maka pemakaian Glukometer I tidak mencerminkan keadaan fisiologis yang benar
( Manual Accu-Check, 2007).
Gambar 02. Glukometer I dikutip dari Manual Kit Accu Check
2. Glukometer II ( On Call )
Glukometer II bermerk On Call, terdiri dari Meter, Code Chip dan Strip.
Setiap strip uji berisi bahan bahan kimia glukosa oksidase dan mediator. Untuk
memastikan akurasi kerja alat Meter Glukosa Darah, maka setiap kali
menggunakan strip test dari tabung kemasan yang baru Code Chip harus diganti.
Karena setiap kemasan Code Chip bisa berbeda nomor serinya. Pada
pengujian dengan Glukometer II, diaplikasikan pada ujung akhir strip uji secara
otomatis darah diserap kedalam sel reaksi yang ada pada strip uji. Sebuah arus
listrik transien terbentuk selama reaksi dan konsentrasi glukosa darah dihitung
berbasis di arus listrik yang terdeteksi oleh meter, hasil terlihat pada layar meter
( Manual On Call, 2006 ).
Alat Glukometer II mempunyai kelebihan yaitu dapat dipakai secara
mandiri oleh Pasien di rumah sehingga kadar glukosa darah bisa dipantau dengan
cepat, hal ini dapat mencegah atau memperlambat meningkatnya komplikasi
diabetes. Volume darah yang dibutuhkan relative sedikit yaitu + 0,3 – 10 µl, waktu
yang diperlukan sekitar 15 detik sampel yang digunakan dapat berupa darah
kapiler, vena, arteri. Tidak boleh digunakan untuk sampel yang serum, plasma
dan pada bayi yang baru lahir. Hematokrit yang sangat tinggi ( diatas 55%) dan
sangat rendah ( dibawah 30 % ) dapat menyebabkan hasil yang tidak akurat.
Abnormal vitamin C tinggi dan kekurangan zat lain akan menghasilkan
pengukuran glukosa darah pada tingkat kesalahan yang tinggi ( Manual On Call,
2006 ).
Sistem ini diuji secara akurat dalam membaca glukosa dalam kisaran 20 –
600 mg/dl, zat lemak ( Trigliserida sampai 3.000 mg/dl atau Cholesterol sampai
500 mgdl ) tidak berpengaruh besar terhadap hasil uji glukosa, system monitoring
glukosa dengan Glukometer II telah teruji dan terbukti dengan baik sampai pada
ketinggian 10.000 kaki ( Manual On Call, 2006 ).
Sepuluh replikasi tes ditarik dari 3 lot strip dan dijalankan pada 10
Glukometer II setiap hari untuk total 10 hari. Larutan kontrol dalam 3 konsentrasi
digunakan dalam pengujian ini. Hasil menunjukkan estimasi presisi menengah
sebagai berikut.
Tabel 1. Presisi Menengah
Strip Uji Mean Standar Deviasi atau Coefisien Variasi47 mg/dl 6,5 mg/dl
Strip 1 125 mg/dl 5,1% ( CV )
353 mg/dl 2,9 % ( CV )52 mg/dl 6,8 mg/dl
Strip 2 144 mg/dl 6,0 % ( CV )385 mg/dl 3,8 % ( CV )57 mg/dl 6,3 mg/dl
Strip 3 156 mg/dl 5,9 % ( CV )387 mg/dl 2,9 % ( CV )
Sebuah studi konsumen telah dilakukan dengan menggunakan 3 Lot strip
uji. Peserta dan Teknisi terlatih menggunakan sistem monitoring glukosa dengan
Glukometer II. Studi ini menunjukkan bahwa Peserta dapat melakukan pengujian
sama baik dengan Teknisi terlatih ( Manual On Call, 2006 ).
Gambar 03. Glukometer II dikutip dari Manual Kit On Call
A. Ketelitian
Yaitu keterdekatan hasil pemeriksaan diantara replikat-replikat yang
berasal dari satu sampel. Ketelitian terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak
yang tidak dapat dihindari. Penyimpangan dari hasil pemeriksaan terhadap nilai
rata-rata dinyatakan dengan SD ( Standar Deviasi ) dan CV ( Coefisien Variasi ).
Semakin kecil penyimpangan tersebut berarti semakin dekat hasil pemeriksaan
satu sama lain dari satu seri pemeriksaan ulang ( Gunawan Yamin, et al. 1997 ).
Standar Deviasi : SD = √ ∑ ( X1- X )² n – 1X1 = nilai individu X1……..XnX = nilai rata-rata dari nilai individu∑ = JumlahN = jumlah analisaCV = SD.100 dinyatakan dalam % ( persen ).
XG. Ketepatan
Kemampuan mengukur dengan tepat sesuai dengan nilai benar ( true
value ) disebut dengan akurasi ( ketepatan ). Secara kuatitatif, akurasi
diekspresikan dalam ukuran inakurasi. Inakurasi alat dapat diukur dengan
melakukan pengukuran terhadap bahan control yang telah diketahui kadarnya.
Perbedaan antara hasil pengukuran yang dilakukan dengan nilai target bahan
control merupakan indicator inakurasi pemeriksaan yang dilakukan.
H. Pemantapan Ketelitian
Pemantapan akurasi dilakukan untuk mengenali kemungkinan adanya
penyimpangan akibat kesalahan sistematik dalam proses analisa sampel. Bahan
kontrol yang digunakan disebut bahan kontrol akurasi dimana kadar setiap
komponennya diketahui atau dinyatakan sebagai nilai rujukan. Apabila nilai hasil
analisa bahan control yang diperiksa terletak didalam daerah kontrol tertentu,
maka dapat dianggap bahwa hasil analisa sampel pasien cukup tepat dan
terandalkan ( Erwin, et al. 1995 ).
I. Kerangka Teori
J. Kerangka konsep