bab ii - tinjauan pustaka
DESCRIPTION
Tinjauan Pustaka SeparatorTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Proses
Tahap akhir dari proses pembuatan semen adalah penggilingan
akhir. Penggilingan akhir bertujuan untuk menghasilkan semen dengan
kriteria dan spesifikasi tertentu. Dalam proses ini, klinker digiling
dihaluskan bersama gypsum serta aditif material (trass dan limestone)
sampai dengan kriteria dan kualitas tertentu.
Karena klinker sebagai bahan yang digiling memiliki sifat fisik
berupa kekerasan yang lebih tinggi dari pada limestone (di raw mill), maka
pada proses penggilingan semen memakai banyak energi listrik (± 2700
kWh). Proses penggilingan semen sangat dipengaruhi oleh mutu semen
yang diinginkan, mutu klinker, temperatur klinker dan kekerasan klinker
(grindability).
Pada proses penggilingan klinker ini material dalam tube mill
digiling menggunakan steel ball. Penggilingan di dalam tube mill terdiri
dari 2 proses dan 2 kompartemen. Kompartemen pertama terjadi proses
penghancuran material (cataracting) dan pada kompartemen kedua terjadi
proses penghalusan material (cascading). Pada kompartemen pertama bola
bola baja akan mengalami gerakan cataracting, sehingga material yang
terangkat bersama bola bola akan mengalami tekanan dan tubrukan
sehingga terjadi pengecilan ukuran dimana hampir semua energi
terpusatkan pada jatuhnya bola bola baja. Kemudian material yang kecil
memasuki kompartemen 2 melalui slot diafragma yaitu sebuah ayakan dan
pemisah antara kompartemen 1&2. Sementara itu, pada ruang
penggilingan halus bola bola baja mengalami gerkan cascading yaitu
gerakan seperti mengalir dan bergulir sehingga energi akan terdistribusi
pada luas permukaan dan tidak terpusatkan. Sehingga gerakan cascading
merupakan gerakan yang cocok untuk penghalusan material.
116
Setelah proses fine grinding di kopartemen 2, material semen
keluar melalui outlet mill menuju air slide kemudian menuju elevator lalu
dimasukan kedalam separator. Di separator, hasil penggilingan
dipisahkan menjadi 2 material yaitu material halus dan material kasar.
Material halus (fine) merupakan product mill dan dialirkan menuju cement
silo, material kasar (coarse atau grit) akan menjadi tailing separator dan
masuk kembali ke dalam mill untuk digiling ulang. Lalu udara yang ditarik
fan separator dilewatkan dulu melalui bag filter karena debu yang ikut
melalui gas merupakan product mill yang sangat halus dan merupakan
semen. Gas yang sudah bersih lalu dibuang ke lingkungan melewati
chimney.
Arus material yang terjadi pada separator ditunjukkan oleh gambar
2.2.1 berikut.
Gambar 2.2.1. Flow Diagram Separator
Dalam kondisi steady state, berdassarkan flow diagram separator
di atas dapat disusun neraca massa pada persamaan (1) sebagai berikut:
(1)
Lalu dari neraca massa di persamaan (1) dapat disusun neraca
massa komponen pada persamaan (2) sebagai berikut.
117
(2)
dengan,
A = kecepatan arus inlet feed, ton/jam
F = kecepatan arus outlet product, ton/jam
R = kecepatan arus reject/tailing, ton/jam
Σf = fraksi massa kumulatif partikel i arus produk
Σr = fraksi massa kumulatif partikel i arus reject (tailing)
Σa = fraksi massa kumulatif partikel i inlet
B. Air Separator
Air Separator adalah suatu sistem pemisah yang menggunakan
media udara dalam proses pemisahannya. Material dipisahkan ke dalam
dua fasa, yakni material halus yang merupakan produk dan material kasar
yang merupakan reject/tailing.
Dalam industri semen, air separator merupakan alat utama yang
berfungsi memisahkan material hasil proses penggilingan bahan baku
(raw mill) dan penggilingan akhir (finish mill) yaitu memisahkan material
berdasarkan ukuran partikel dengan tujuan untuk memperoleh kehalusan
atau luas permukaan material yang diharapkan.
Material hasil proses penggilingan pada awalnya ditebarkan dalam
aliran udara, sehingga masing-masing partikel akan memperoleh gaya dari
udara yang disebut gaya angkat (Fu) dan menimbulkan percepatan yang
berbeda-beda untuk masing-masing partikel tergantung dari luas
penampang masing-masing partikel tersebut. Kemudian akibat perputaran
dari blade separator, partikel yang berukuran lebih besar akan
memperoleh gaya sentrifugal (Fc) yang lebih besar juga. Di samping itu,
seluruh partikel juga akan mendapatkan gaya berat (Fm) yang sebanding
dengan massa dari partikel tersebut. Dari gambar 2.2.2 dapat dilihat
resultan gaya yang terjadi pada material di dalam separator.
118
Gambar 2.2.2. Resultan Gaya Material Dalam Separator
Dalam hal ini untuk mengatur seberapa banyak material dengan
ukuran tertentu yang terbawa sebagai produk, diperlukan adanya
pengaturan jumlah udara yang masuk dan kecepatan putaran blade
separator yang tepat. Jika udara yang masuk diperbesar maka akan
semakin banyak material yang terbawa sebagai produk, sehingga
kemungkinan produk kasar pun akan terbawa serta. Jika kecepatan putaran
blade separator diperbesar maka akan semakin banyak material yang
terbawa sebagai reject/tailing termasuk material yang telah halus.
C. Cyclone Air Separator
Cyclone Air Separator merupakan jenis dynamic separator yang
dikembangkan oleh KHD Humbolg Wedag AG. Dengan menggunakan
separator jenis ini, dapat memungkinkan satu unit separator untuk
mendapatkan produk sebesar 500 ton/jam. Penampakan alat cyclone air
separator ini dapat dilihat di gambar 2.2.3 berikut.
119
Gambar 2.2.3. Cyclone Air Separator
Material yang akan dipisahkan dialirkan ke permukaan distribution
plate dari separator kemudian didispersikan ke dalam aliran udara dari air
circulating fan (ACF) sehingga material akan mendapat gaya gravitasi dan
gaya angkat.
Partikel yang mendapatkan gaya angkat lebih besar dari gaya
gravitasi akan bergerak ke atas searah dengan aliran udara dan melewati
separator blade yang berotasi sehingga partikel tersebut juga akan
mendapatkan gaya sentrifugal yang besarnya bergantung kepada massa
dari partikel tersebut.
Material halus yang mempunyai massa lebih kecil akan
mendapatkan gaya sentrifugal yag lebih kecil dari gaya angkat, maka gaya
dari material tersebut searah aliran udara. Aliran udara dan material
tersebut akan diteruskan cyclone yang berada di luar separator yang
berfungsi memisahkan material dengan udara. Kemudian material tersebut
dialirkan keluar sistem sebagai produk dan udara akan disirkulasi kembali
ke separator.
Material kasar yang mempunyai massa lebih besar akan
mendapatkan gaya sentrifugal lebih besar yang akan melemparkan
material tersebut ke casing separator dan jatuh ke bawah oleh gaya
gravitasi sebagai reject untuk digiling kembali.
120
D. Particle Size Distribution
Particle size distribution atau PSD merupakan analisis sampel
material dalam industri semen. Hasil analisis ini digunakan para process
engineer untuk mengintepretasi kondisi proses, serta menilai kinerja alat
yang digunakan. Terdapat lima metode yang biasa digunakan untuk
mengintepretasi hasil analisis ukuran partikel, yakni metode linear,
metode linear + x-log scale, metode log-normal, metode Gaudin-
Schuhmann, dan metode Rosin-Rammler Distributions (RRD).
1. Linear Distribution
Merupakan distribusi paling sederhana karena nilai x dan y
terhubung secara linear.
Gambar 2.2.4. Kurva Distribusi Linier
(http://www.thecementgrindingoffice.com/particlesizedistribution.html)
Walau begitu, distribusi linear ini jarang digunakan dalam
industri semen karena sulitnya menginterpretasi hasil dari kurva
yang semacam ini.
2. Linear Distribution with x-log Scale Axis
Merupakan metode distribusi yang paling sering dipakai
dengan sumbu x memiliki log scale dan sumbu y memiliki
linear scale.
121
Gambar 2.2.5. Kurva Distribusi Linier with x-log Scale Axis
(http://www.thecementgrindingoffice.com/particlesizedistribution.html)
Namun, sama seperti metode distribusi linear, cukup sulit
menginterpretasi data dari kurva yang semacam ini.
3. Log-Normal Distribution
Dalam metode ini, sumbu y merupakan persentase kumulatif
material yang terlewat dan sumbu x memiliki tren logaritmik.
Gambar 2.2.6. Kurva Distribusi Log-Normal
(http://www.thecementgrindingoffice.com/particlesizedistribution.html)
4. Gaudin-Schuhmann Distribution
Gaudin-Schuhmann biasa disebut sebagai power fit
distribution. Untuk menentukan distribusi ukuran dengan
menggunakan metode ini, diperlukan persamaan Gaudin-
Schuhmann sebagai berikut:
122
(3)
dengan,
P = mass passing, %
x = ukuran partikel, mikron
k = size modulus – size saat P = 100
m = distribution modulus
= slope of the log-log plot P vs x
Jika diberi log pada kedua ruas persamaan pada persamaan (3),
maka persamaan akan menjadi:
(4)
dengan,
C = intersep pada garis
E. Circulating Load
Circulating load menunjukkan rasio partikel pada separator feed
dan separator product. Nilai circulating load dapat dicari dengan
menggunakan persamaan (5) berikut.
(5)
dengan,
u = circulating load
Σf = fraksi massa kumulatif partikel i arus produk
Σr = fraksi massa kumulatif partikel i arus reject (tailing)
Σa = fraksi massa kumulatif partikel i inlet
123
F. Separator Efficiency
Separator Efficiency adalah suatu nilai yang menunjang kinerja
dari separator dan ditunjukkan dalam satuan persen (%) dimana semakin
tinggi nilai separator efficiency maka semakin baik kinerja dari separator
tersebut.
Untuk menentukan efisiensi dari separator, maka dilakukan stream
analysis dari separator dengan cara menentukan distribusi partikel dari
separator feed, separator reject, dan separator product. Untuk suatu
ukuran partikel tertentu, efisiensi separator nya ditentukan dengan
persamaan (6) berikut:
(6)
dengan,
η = efisiensi separator, %
Σf = fraksi massa kumulatif partikel i product
Σa = fraksi massa kumulatif partikel i feed
u = circulating load
G. Tromp Curve
Tromp Curve adalah suatu kurva yang merepresentasikan
kemungkinan suatu partikel dalam proses pemisahan di separator. Kurva
tersebut menggambarkan kemungkinan suatu partikel dari separator feed
menjadi reject. Kemungkinan ini biasa disebut sebagai derajat selektivitas.
Nilai tromp dihitung dengan persamaan (7) sebagai berikut:
(7)
dengan,
TR = nilai tromp partikel i
Δr = fraksi massa partikel i reject
Δa = fraksi massa partikel i product
u = circulating load
124
Setelah didapat nilai tromp dari masing-masing ukuran partikel,
kurva dapat dibuat dengan menempatkan masing-masing partikel dan nilai
tromp-nya pada kurva.
Gambar 2.2.7. Tromp Curve
(http://www.thecementgrindingoffice.com/explaintromptheory.html#)
Beberapa parameter penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi
sebuah tromp curve adalah:
1. Sharpness Separation
Separator yang baik performanya dapat memisahkan material
dengan optimal dimana partikel diatas cut size harus dihilangkan.
Kandungan partikel kasar dalam fraksi halus harus seminimal
mungkin untuk bisa mendapatkan homogenitas produk yang baik.
Sharpness separation (k) dapat dihitung dengan persamaan (8)
berikut.
(8)
125
Nilai k yang mendekati 1 bagus untuk membentuk sharp
separation, dimana nilai yang ideal adalah 1.
2. Imperfection
Imperfection memberikan informasi bagaimana kinerja suatu
separator. Dengan menghubungkan tiga buah titik, maka akan
diketahui bagaimana kinerja separator tersebut. Semakin kecil nilai
imperfection, maka kinerja separator akan semakin baik. Nilai
imperfection dapat dihitung menggunakan persamaan (9) berikut.
(9)
Standar acuan dalam menilai imperfection ini adalah sebagai
berikut.
- Excellent Separator < 0,2
- Good Separator 0,2 – 0,3
- Medium Separator 0,3 – 0,4
- Poor Separator 0,4 – 0,6
- Bad Separator 0,6 – 0,7
- Excecrable Separator > 0,7
3. Cut Size (D50)
Dapat diartikan sebagai pembatas ukuran partikel material dimana
kemungkinan untuk masuk pada fraksi halus dan kasar adalah
sama. Material yang mempunyai ukuran lebih besar dari diameter
batas (D50) akan kembali ke dalam mill sebagai reject material dan
yang lebih kecil akan menjadi separator product. Semakin kecil
nilai cut size, maka akan semakin halus separator product yang
dihasilkan.
4. Apparent Bypass
126
Pada proses separasi, partikel yang masuk separator memiliki
fraksi fraksi. Dari seluruh material yang masuk ke dalam separator,
ada sejumlah material yang tidak mengalami proses pemisahan,
melainkan langsung ter-bypass mengikuti aliran tailing. Nilai
persentase (%) feed yang mengalami bypass ini dapat dilihat pada
tromp curve. Dengan kata lain apparent bypass menunjukkan
persentase minimum material dengan dimensi tertentu (biasanya
sebesar acuity limit) yang masuk aliran tailing.
5. Acuity Limit
Adalah nilai absis dari bypass atau batas dimana pemisahan tidak
dapat melihat perbedaan antara ukuran partikel. Proses seleksi
pemisahan material dimulai pada titik ini.
Standar Acuity Limit untuk pemisahan separator yang baik sebagai
beikut:
1st Generation >20 µm
2nd Generation 15 - 20 µm
3rd Generation < 15 µm
127