2011msa_bab ii tinjauan pustaka

Upload: ayhusweet90

Post on 19-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Pakan Ayam Broiler

    Ayam broiler merupakan salah satu jenis ternak sumber pangan bagi

    manusia yang banyak mengandung gizi. Budidaya ayam broiler agar dapat

    berlangsung cepat dan aman untuk konsumsi manusia, maka diperlukan pakan

    yang bermutu dengan formulasi pakan pada komposisi zat makanan yang

    seimbang sesuai kebutuhan gizi ternak. Pakan adalah campuran dari beberapa

    bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi,

    yang disusun secara khusus untuk dapat dipergunakan sebagai pakan sesuai

    dengan jenis ternaknya (Deptan 2007; Mulyantini 2010). Mutu pakan yang baik

    harus ada keseimbangan antara protein, energi, vitamin, mineral dan air.

    Kebutuhan pakan untuk ayam bergantung pada strain, umur, besar ayam,

    aktivitas, suhu lingkungan, kecepatan tumbuh, kesehatan dan imbangan zat pakan.

    Zat makanan untuk ternak umumnya terdiri dari 6 jenis, yaitu air, karbohidrat,

    protein, lemak, vitamin dan mineral. Untuk mengetahui berapa jumlah zat-zat gizi

    yang diperlukan oleh tubuh ternak serta bagaimana menyusun pakan, diperlukan

    pengetahuan mengenai mutu dan kuantitas zat-zat gizi. Untuk itu diperlukan

    pengujian terhadap kandungan air, mineral, protein kasar, lemak kasar, serat

    kasar, asam amino, vitamin dan energi termetabolis (Amrullah 2004; Wahju 1997;

    Mulyantini 2010).

    Menurut Wahju (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat-

    zat makanan dan yang sangat penting harus diperhatikan adalah hubungan-

    hubungan antara : (1) makanan dan genetik; (2) makanan dan penyakit, cekaman-

    cekaman lainnya; dan (3) hubungan-hubungan yang menyangkut fungsi-fungsi

    khusus seperti mempertahankan mutu daging.

    Beberapa perusahaan menggolongkan pakan ayam broiler dalam 3 fase

    yaitu pakan fase starter untuk ayam dari umur 1-18 hari, pakan grower 19-30 hari

    dan pakan finisher 31-42 hari (Mulyantini 2010). Menurut BSN (2006), jenis

    pakan ayam broiler dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

    1. Pakan ayam broiler starter, biasa disebut BR1 merupakan pakan berbentuk

    tepung, pelet atau crumble yang diberikan kepada ayam broiler (ayam

    pedaging) mulai umur satu hari (DOC) sampai umur 21 hari.

  • 6

    2. Pakan ayam broiler finisher, biasa disebut BR2 merupakan pakan berbentuk

    tepung, pelet atau crumble yang diberikan kepada ayam broiler (ayam

    pedaging) mulai umur 22 hari sampai panen.

    Tabel 1. Persyaratan mutu pakan ayam broiler starter dan finisher

    No. Jenis pengujian Kandungan nutrisi pakan (%)

    Ayam broiler Starter Ayam broiler Finisher

    1. Air Max 14 Max 14

    2. Abu Max 8 Max 8

    3. Protein Kasar Min 19 Min 18

    4. Lemak kasar Max 7,40 Max 8

    5. Serat Kasar Max 6 Max 6

    6. Kalsium 0,90 - 1,20 0,90 - 1,20

    7. Fosfor Total 0,60 - 1,00 0,60 - 1,00

    Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN) Tahun 2006

    Perbedaan ayam broiler starter dengan finisher terdapat pada kandungan

    nutrisinya (Tabel 1). Hal ini mengacu kepada tingkat imbangan energi metabolis

    dan protein yang berbeda untuk kedua masa atau umur ayam broiler.

    Formula pakan ayam broiler umumnya terdiri dari bahan pakan : jagung

    40-50%, bungkil kedelai 25-30%, dedak/pollar 3%, bungkil kelapa 10%, tepung

    ikan/tepung daging dan tulang 5 %, minyak kelapa 3 %, mineral

    (limestone/dicalsiumphosphat)+vitamin 1-1,5% (Amrullah 2004).

    Komposisi Nutrien Pakan

    Mutu pakan ayam broiler merupakan faktor yang sangat penting

    diperhatikan di dalam industri pakan ternak. Bila suatu pakan tidak memenuhi

    persyaratan mutu yang telah ditetapkan, maka pertumbuhan atau produksi ternak

    akan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kecuali air, yang hanya satu macam,

    kini tidak kurang 15-21 macam mineral, 2 asam lemak, 8-11 asam amino

    dianggap esensial bagi hidup ternak. Disamping itu masih terdapat lagi 13-15

    vitamin dan bermacam-macam zat makanan yang berupa karbohidrat dan bahan-

    bahan aktif yang belum banyak digali kegunaannya. Analisa pakan tersebut sangat

  • 7

    kompleks dan disederhanakan dengan mengelompokkan zat-zat makanan

    berdasarkan sifat fisik dan kimianya. Metode ini dikenal dengan Analisis

    Proksimat, yaitu metode terdekat dalam menggambarkan komposisi zat makanan

    suatu bahan makanan (Amrullah 2004; Tillman dkk. 1998). Pengujian kimia yang

    umum dilakukan pada pakan ayam broiler adalah air, abu, protein kasar, lemak

    kasar, serat kasar, kalsium dan fosfor. Pengujian kimia masih menjadi metode uji

    yang akurat untuk memberikan hasil uji suatu produk.

    Kadar Air

    Kadar air dalam pakan berhubungan erat dengan stabilitas pada saat

    penyimpanan. Jika pakan ayam broiler yang diproduksi pabrik pakan mengandung

    air yang tinggi, maka pabrik pakan akan mengalami kerugian akibat penyusutan.

    Kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan tumbuhnya bakteri dan jamur

    yang dapat menurunkan mutu pakan dan membahayakan ternak yang

    mengkonsumsinya. Hal tersebut berakibat menurunkan reputasi pabrik pakan

    ternak yang memproduksinya. Oleh karena itu, kadar air dalam pakan perlu

    dikontrol (Bates 1993; Tillman dkk. 1998; Amrullah 2004). Menurut BSN (2006),

    kandungan air pakan ayam broiler baik starter maupun finisher adalah maksimal

    14 %.

    Kadar Abu

    Kadar abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai nutrisi yang

    penting. Jumlah abu dalam makanan hanya penting untuk menentukan

    perhitungan BETN. Komponen unsur-unsur mineral dalam bahan makanan yang

    berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai

    sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi

    unsur-unsur yang penting. Pada bahan makanan yang berasal dari hewan, kadar

    abu berguna sebagai indeks untuk menaksir kadar kalsium dan fosfor. Apabila

    kadar abu pakan ayam broiler tinggi, maka nilai mineral terutama kalsium juga

    tinggi, begitu sebaliknya, namun agar lebih pasti dilakukan pengujian terhadap

    mineral (Tillman dkk. 1998). Menurut BSN (2006) kandungan abu pakan ayam

    broiler baik starter maupun finisher adalah maksimal 8 %.

  • 8

    Kadar Protein Kasar

    Protein merupakan nutrisi utama yang mengandung nitrogen dan

    merupakan unsur utama dari jaringan dan organ tubuh hewan dan juga senyawa

    nitrogen lainnya seperti asam nukleat, enzim, hormone, vitamin dan lain-lain.

    Protein dibutuhkan sebagai sumber energi utama karena protein ini terus menerus

    diperlukan dalam makanan untuk pertumbuhan, produksi ternak dan perbaikan

    jaringan yang rusak (Wahju 1998). Menurut BSN (2006), kandungan protein

    kasar pakan ayam broiler baik starter maupun finisher adalah berturut-turut

    minimal 19 % dan 18 %.

    Protein mengandung karbon sebanyak 5055 %, hidrogen 5-7 % dan

    oksigen 20-25 %, juga mengandung nitrogen rata-rata 16 %, sebagian lagi

    merupakan unsur sulfur dan sedikit mengandung fosfat dan besi (Perlak I.L.

    2009). Protein-protein tersebut dibentuk oleh berbagai kombinasi asam amino

    yang terdiri dari 25 atau lebih asam amino yang berikatan dengan ikatan peptida.

    Ikatan-ikatan peptida ini dengan berbagai jumlah asam amino menghasilkan

    formasi protein seperti pada Gambar 1 (Perry et al. 2003; Tillman dkk. 1998).

    COOH O H

    R C NH C R

    H NH2

    Gambar 1. Struktur umum protein

    Kadar Lemak Kasar

    Lemak dalam pakan ayam broiler digunakan untuk memenuhi kebutuhan

    energi pakan, mempertinggi palatabilitas, mencegah pemisahan bahan baku

    pakan, menaikkan penyerapan vitamin A dan karoten, mengangkut zat nutrisi non

    lemak tertentu, seperti vitamin A, D, E, dan K dan membantu penyerapan

    mineral-mineral tertentu, seperti kalsium. Keberadaan lemak juga dapat

    menyebabkan pakan menjadi cepat tengik, untuk itu perlu ditambahkan

    antioksidan ke dalam pakan ayam broiler (Tillman dkk. 19998).

  • 9

    Faktor kritis yang perlu diperhatikan mengenai lemak yang terkandung di

    dalam pakan adalah potensi terjadinya oksidasi selama penyimpanan. Hal ini

    disebabkan oleh rasio antara hidrogen dan oksigen pada lemak sangat besar,

    sehingga potensi terjadinya pengikatan oksigen menjadi besar. Pengikatan

    oksigen di titik dimana adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh

    menyebabkan terbentuknya aldehid dan keton. Aldehid dan keton ini

    menyebabkan bau tengik pada pakan (Perry et al. 2003). Menurut BSN (2006),

    kandungan lemak kasar pakan ayam broiler baik starter maupun finisher adalah

    berturut-turut minimal 7,4 % dan 8 %.

    Kadar Serat Kasar

    Karbohidrat bermacam-macam jenisnya dan berbeda-beda pula

    manfaatnya bagi tubuh. Karbohidrat menjadi dua komponen yaitu serat kasar

    yang sukar dicerna dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang bersifat mudah

    dicerna. Serat kasar adalah karbohidrat yang tidak larut setelah dimasak oleh asam

    dan basa. Serat kasar diduga kaya akan lignin dan selulosa sehingga sulit dicerna

    oleh monogastrik, sebaliknya BETN yang berisi zat-zat mono, di, tri, dan

    polisakaride terutama pati dan kesemuanya mudah larut dalam larutan asam dan

    basa mempunyai daya cerna yang tinggi. Serat kasar terdiri dari hemiselulosa,

    selulosa dan lignin. Ayam dapat menggunakan hemiselulosa sebagai sumber

    energi tapi dalam keadaan terbatas, karena ayam tidak mempunyai enzim selulose.

    Pakan yang mengandung serat yang tinggi akan menurunkan mutu nutrisi dan

    palatabilitas ternak. Pakan yang lebih tinggi kandungan serat kasarnya lebih amba

    dan umumnya lebih rendah nilai energinya. (Tillman dkk. 1998; Amrullah 2004).

    Menurut BSN (2006), kandungan serat kasar pakan ayam broiler baik starter

    maupun finisher adalah maksimal 6 %.

    Kalsium dan Fosfor

    Mineral dibutuhkan dalam jumlah kecil, tetapi peranannya mencakup

    seluruh fungsi pengelolaan, pertumbuhan dan produksi. Terdapat 16 mineral

    esensial yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu 7 macam mineral makro dan 9

    macam mineral mikro. Pembagian ini didasarkan kepada konsentrasi yang

    terdapat dalam tubuh ternak. Umumnya mineral yang digunakan dalam pakan

  • 10

    ayam broiler adalah kalsium dan fosfor total. Mineral ini berfungsi membantu

    pembentukan dan pemeliharaan struktur kerangka tubuh, sistem-sistem enzim,

    transpor energi, pembekuan darah, kontraksi otot dan saraf serta keseimbangan

    asam basa. Kelebihan kalsium akan mengganggu penggunaan magnesium,

    mangan dan seng serta menyebabkan terbentuknya Ca3(PO4)2 tak larut, yang akan

    menyebabkan defisiensi fosfor. Kekurangan Ca dan P akan mengalami gangguan

    pada tulang dan paruh, lunaknya tulang, lemahnya urat daging dan pertumbuhan

    terhambat (Tillman dkk. 1998; Amrullah 2004).

    Menurut Mulyantini (2010), kebutuhan mineral, khususnya Ca dan P

    sangat mungkin akan banyak direvisi apabila fitase, enzim pendagradasi kompleks

    mioinositol, dipertimbangkan perannya dalam pakan. Kalsium dan P merupakan

    mineral esensial yang saling berhubungan dalam proses biologis unggas. Oleh

    karena itu imbangan kedua mineral tersebut sangat penting. Level P dapat

    berpengaruh terhadap penyerapan Ca. Imbangan optimum Ca dan P tersedia

    dalam pakan unggas berkisar 1:1 sampai 2:1. Vitamin D dapat membantu

    penyerapan kalsium.

    Menurut BSN (2006), kandungan kalsium dan fosfor total pakan ayam

    broiler baik starter maupun finisher adalah berturut-turut 0,9-1,2 % dan 0,6-1 %.

    Near Infrared (NIR) untuk Analisa Pakan Ternak

    Metode NIR dapat diterapkan dalam pengujian, apabila telah dilakukan

    validasi metode yaitu membandingkannya dengan metode kimia. Untuk itu perlu

    dilakukan suatu pengkajian agar metode NIR ini valid dan dapat digunakan dalam

    pengawasan mutu pakan di daerah.

    Prinsip kerja NIR adalah bila suatu radiasi berinteraksi dengan sampel, ia

    akan diabsorpsi, diteruskan atau dipantulkan. Hukum konservasi energi

    memungkinkan kejadian tersebut dapat diperhitungkan. Total energi radiasi pada

    sampel sama dengan jumlah energi yang diabsorbsi, diteruskan dan dipantulkan.

    Dengan demikian bila energi yang dipantulkan dapat diukur dan energi yang

    diteruskan diatur supaya mempunyai nilai nol maka energi yang diabsorbsi dapat

    dihitung (Williams & Norris 1990; Osborne et al. 1993).

  • 11

    Suatu molekul mempunyai energi dalam berbagai bentuk misalnya energi

    vibrasi yang disebabkan perubahan periodik pada atomnya dari posisi

    kesetimbangannya. Di samping itu molekul juga mempunyai energi rotasi

    berdasarkan atas perputaran terhadap pusat gravitasinya. Besarnya perbedaan

    energi vibrasi dan rotasi pada molekul yang diradiasi akan mempengaruhi

    absorbsi near infrared (Adrizal 2007)

    Data absorbsi near infrared sangat potensial digunakan untuk analisis

    mutu pakan ternak. Keuntungan penggunaan near infrared adalah cepat, murah,

    persiapan sampel sederhana, tanpa menggunakan bahan kimia (Leeson &

    Summers 1997, 2001; Fontaine et al. 2001; Farrel 1999; Wrigley 1999). Prediksi

    dengan metode ini hanya membutuhkan beberapa gram sampel dalam bentuk

    tepung dengan ketebalan sampel pada cawan petri minimal 1 mm sampai dengan

    7 mm, kemudian disinari menggunakan near infrared. Data reflektan dari

    penyinaran tersebut dikonversi menjadi nilai absorbsi, kemudian digunakan untuk

    memprediksi komposisi kandungan pakan. Kalibrasi hubungan antara data

    absorbsi near infrared dengan masing-masing kandungan gizi pakan adalah

    sangat penting. Proses kalibrasi membutuhkan sampel yang banyak dan algoritma

    yang sesuai, tetapi bila proses kalibrasi telah selesai maka proses analisis untuk

    setiap sampel membutuhkan waktu beberapa menit saja sekitar 10 menit

    (Williams & Norris 1990; Osborne et al. 1993).

    Basis near infrared spectroscopy adalah chemometric yang

    mengaplikasikan matematika ke analisis kimia. Teknik ini merupakan integrasi

    spectroscopy, statistik dan ilmu komputer. Model matematika dibangun atas dasar

    hubungan antara komposisi kimia dengan absorbansi radiasi sinar near infrared

    pada panjang gelombang antara 4000 10.000 cm-1 . Pada spektrum tersebut kita

    mengukur terutama vibrasi hidrogen pada ikatan kimia dimana hidrogen terikat

    dengan atom lain seperti nitrogen, oksigen dan karbon. Pada umumnya pakan

    ternak tidak tembus cahaya, oleh sebab itu analisis near infrared cenderung

    menggunakan reflektan daripada transmitan. Cahaya yang dipantulkan oleh

    sampel digunakan secara tidak langsung untuk mengukur jumlah energi yang

    diabsorbsi oleh sampel. Analisis near infrared mengukur absorbs radiasi oleh

    komponen-komponen didalam sampel misalnya, ikatan peptida pada panjang

  • 12

    gelombang tertentu. Komponen lain juga mengabsorbsi energi, namun bersifat

    mengganggu. Untuk mengurangi efek tersebut dilakukan perlakuan matematik

    dan regresi linear atau prosedur statistik lainnya pada data tersebut (Williams &

    Norris 1990; Osborne et al. 1993).

    Menurut Buchi (2006), metode kalibrasi yang banyak digunakan adalah

    Multiple Linear Regression (MLR), Principal Component Regression (PCR), dan

    Partial Least Squares Regression (PLS). MLR adalah metode penetapan

    kuantitatif yang klasik, dimana sudah banyak yang tidak menggunakan lagi.

    Metode ini adalah kalibrasi multivariat, dimana tujuannya adalah untuk

    memprediksi konsentrasi konstituen berdasarkan pada spektrumnya untuk

    mendapatkan persamaan regresi dari semua dimensi secara sederhana. Panjang

    gelombang yang digunakan adalah 4000 10.000 cm-1.

    Menurut Harjono (2008), Principal components analysis (PCA) secara

    umum dikenal sebagai teknik interprestasi multivariat, dimana the loading

    dipilih untuk menjelaskan secara maksimal keragaman di dalam variabel. Akan

    tetapi, kita akan mempertimbangkan disini sebagai alat statistik melalui

    penggunaan komponen-komponen yang diturunkan adalam sebuah model regresi

    untuk memprediksi variabel respon yang tidak teramati menggunakan komponen

    utama. Komponen utama bertujuan untuk menjelaskan sebanyak mungkin

    keragaman data dengan kombinasi linier yang ditemukan yang saling bebas satu

    sama lain dan didalam arah keragaman paling besar. Tiap-tiap komponen utama

    merupakan kombinasi linier dari semua variabel. Komponen utama pertama

    menjelaskan variasi terbesar dari data diikuti dengan komponen utama kedua dan

    seterusnya. Terdapat komponen utama yang jumlahnya sama dengan jumlah

    variabel yang ada, tetapi biasanya hanya memilih sedikit komponen utama

    pertama untuk analisis regresi.

    Partial least squares (PLS) adalah sebuah metode reduksi dimensi data,

    sejenis dengan PCA, untuk mencari faktor-faktor yang paling relevan dalam

    memprediksi dan menginterprestasi data. Regresi PLS meningkatkan

    kemampuannya model dari PCA dengan menggunakan variabel respon secara

    aktif dalam dekomposisi bilinier prediktor. PCA terfokus pada keragaman di

    dalam prediktor, sedangkan PLS fokus pada kovarians diantara respon dan

  • 13

    prediktor-prediktor. Dengan jalan menyeimbangkan informasi antara prediktor

    dan respon, PLS mereduksi dampak dari banyaknya prediktor yang tidak relevan

    dengan keragaman data. Estimasi kesalahan prediktor ditingkatkan dengan cara

    validasi silang. PCA yang dilanjutkan dengan pemodelan regresi dan PLS-R

    dapat diterapkan untuk kalibrasi yang melibatkan dimensi prediktor relatif besar

    dengan respon yang relatif sedikit.

    Principal Component Regression (PCR) merupakan teknik analisis

    multivariat yang dilakukan dengan terlebih dahulu mereduksi komponen dengan

    teknik Principal omponent Analysis (PCA) dilanjutkan dengan teknik analisis

    regresi antara komponen utama yang baru terhadap respon. PCA telah mulai

    dilakukan oleh Pearson (1901) dan kemudian dikembangkan oleh Hotelling

    (1933). Aplikasi dari PCA didiskusikan oleh Rao (1964), Cooley dan Lohnes

    (1971), dan Gnanadesikan (1977). Perlakuan statistik yang menakjubkan dengan

    PCA ditemukan oleh Kshirsagar (1972), Morrison (1976), dan Mardia, Kent, dan

    Bibby (1979).

    PCR secara khas digunakan untuk model-model regresi linier, dimana

    jumlah variabel bebas (prediktor) p adalah sangat banyak, atau dimana antar

    prediktor berkorelasi tinggi (multikolinieritas). Salah satu aplikasi PCR yang

    cukup penting adalah kalibrasi multivariat, dimana tujuannya adalah untuk

    memprediksi konsentrasi konstituen berdasarkan pada spektrumnya. Spektrum

    secara khas terdiri dari nilai-nilai yang menjangkau panjang gelombang dengan

    kisaran yang luas, sehingga terdiri dari ratusan komponen yang harus dianalisis,

    sedangkan faktor konsentrasi umumnya terbatas.

    Keuntungan utama dari kalibrasi PCR adalah sebagai berikut:

    a. Dekomposisi dari matrik absorbansi menjadi matrik ortogonal yang lebih kecil

    memungkinkan terjadinya pengurangan permasalahan dimensional dalam

    kasus sistem yang dikondisikan buruk. Jadi, jika terdapat spektrum dengan

    korelasi yang tinggi, kita akan selalu memperoleh solusi yang terbaik dalam

    hal matrik yang mendekati tunggal.

    b. Komponen tambahan yang tidak diketahui atau komponen background dapat

    secara otomatis dimodelkan sebagai komponen utama jika konsentrasi dari

    komponen tersebut bervariasi terhadap sampel kalibrasi yang berbeda.

  • 14

    Partial Least-squared regression (PLS-R) pertama kali dikembangkan

    oleh Herman Wold, yang tertarik pada aplikasi untuk ilmu sosial khususnya

    bidang ekonomi. Namun demikian, PLS-R pertama kali dipopulerkan oleh ahli

    kimia dan telah digunakan untuk mengatasi permasalahan kalibrasi dengan

    dimensi yang besar, sebagai contoh penggunaan jumlah pengukuran reflektan

    yang banyak untuk mengestimasi konsentrasi suatu larutan. PLS juga telah

    digunakan oleh Davies dalam kalibrasi multivariat pada angka oktan

    menggunakan 226 panjang gelombang NIR.

    PLS-R adalah sama dengan PCR yang bertujuan untuk mengestimasi

    koefisien regresi dalam model regresi linier dimana terdapat jumlah variabel x

    dengan multikolinieritas yang tinggi. Dalam tahap pertama PCR, skor diperoleh

    dengan mengekstraksi informasi yang ada didalam variabel x dengan menerapkan

    analisis komponen utama (PCA) tanpa menggunakan informasi apapun mengenai

    variabel y. Sebaliknya, skor dalam PLS-R dihitung dengan memaksimalkan

    kriteria kovarian antara variabel x dan y sehingga dalam teknik ini respon telah

    dilibatkan dalam analisis sejak awal. PLS dapat menangani multikolinieritas,

    jumlah prediktor yang banyak, dan akibat fokus prediksi, bukan penjelasan, tidak

    adanya pemahaman yang baik mengenai hubungan respon terhadap prediktor

    tidak menjadi suatu masalah.

    Keunggulan utama dari metode PLS-R didasarkan pada proses

    dekomposisi matrik konsentrasi C dan matrik absorbansi A yang saling

    berhubungan, sehingga dengan algoritma ini dapat diperoleh model kalibrasi yang

    sempurna.

    Fontaine et al. (2001), telah menggunakan NIR untuk memprediksi

    kandungan asam amino esensial beberapa bahan pakan yaitu kedelai, rapeseed

    meal, tepung biji bunga matahari, kacang polong, tepung ikan, tepung daging dan

    tepung produk samping pemotongan ayam (poultry meal). Kalibrasi dilakukan

    dengan Modified Partial Least Squares Regression (MPLS). Hasil terbaik dari

    kalibrasi dan validasi untuk tepung ikan menunjukkan koefisien korelasi (r)

    berkisar antara 0,92 0,96. Hasil validasi menunjukkan koefisien determinasi

    (R2) sebesar 0,89 0,93. SEC berkisar 0,026 % - 1.545 % untuk koefisien

    korelasi, sedangkan SECV berkisar 0,034 % - 1.989 %.

  • 15

    Valdes dan Leesons (1992), telah menggunakan NIR dengan metode

    MPLS untuk memprediksi kandungan energi metabolis pada pakan unggas dan

    menunjukkan nilai SEP yaitu 58 kkal/kg pakan dari rata-rata 2996 kkal/kg dan

    standar deviasi (SD) sebesar 211 kkal/kg. Cozzolino dan Moron (2004), telah

    menggunakan NIR dengan metode MPLS untuk memprediksi kandungan trace

    mineral dari bahan pakan leguminosa di Uruguay. Hasil yang diperoleh adalah

    akurasi yang masih rendah dimana rasio SD/SEP berkisar antara 1.61 sampai

    3.70. Prediksi komposisi nutrien pakan kelinci telah dilakukan oleh Xiccato et al.

    (1999) dengan mendapatkan nilai SEC dan SEP protein sebesar 0.75 % dan

    0.77 %.