bab ii tinjauan pustaka

Upload: lhitta-bieber-haslhitta

Post on 09-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tanaman genjer

TRANSCRIPT

  • 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Genjer (L. flava)

    Genjer (L. flava) merupakan tanaman yang hidup di rawa atau kolam

    berlumpur yang banyak airnya. Tanaman ini berasal dari Amerika, terutama

    bagian negara beriklim tropis. Selain daunnya, bunga genjer muda juga enak

    dijadikan masakan. Genjer cocok diolah menjadi tumisan, lalap, pecel, atau

    campuran gado-gado. Biasanya ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok

    (Bergh 1994).

    Morfologi tanaman genjer dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun klasifikasi

    tanaman genjer menurut Plantamor (2008) adalah :

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Superdivisi : Spermatophyta

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Liliopsida

    Subkelas : Alismatidae

    Ordo : Alismatales

    Famili : Limnocharitaceae

    Genus : Limnocharis

    Spesies : L. flava (L.) Buch

    Gambar 1 Tanaman genjer (L. flava)

    (Sumber: Plantmor 2008)

    Genjer dalam bahasa internasional dikenal sebagai limnocharis, sawah-

    flower rush, sawah-lettuce, velvetleaf, yellow bur-head, atau cebolla de chucho.

    Tumbuhan ini tumbuh di permukaan perairan dengan akar yang masuk ke dalam

    lumpur. Tinggi tanaman genjer dapat mencapai setengah meter, memiliki daun

  • 4

    tegak atau miring, tidak mengapung, batangnya panjang dan berlubang, dan

    bentuk helainya bervariasi. Genjer memiliki mahkota bunga berwarna kuning

    dengan diameter 1,5 cm dan kelopak bunga berwarna hijau (Steenis 2006).

    Tanaman genjer biasa hidup di air, sawah ataupun rawa-rawa. Tanaman ini

    mempunyai akar serabut. Akar lembaga dari tanaman ini dalam perkembangan

    selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih

    sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini bukan berasal

    dari calon akar yang asli yang dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut,

    dinamakan akar serabut (radix adventicia). Tanaman genjer merupakan tanaman

    yang mempunyai daun yang termasuk kategori daun lengkap, memiliki ujung

    daun meruncing dengan pangkal yang tumpul, tepi daun rata, panjang 5-50 cm,

    lebar 4-25 cm, pertulangan daun sejajar, dan berwarna hijau. Batang tanaman

    genjer memiliki panjang 5-75 cm, tebal, berbentuk segitiga dengan banyak ruang

    udara, terdapat pelapis pada bagian dasar. Berdasarkan pada letaknya, bunga pada

    tanaman genjer ini terdapat di ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaries),

    majemuk, berbentuk payung, terdiri dari 3-15 kuntum, kepala putik bulat, ujung

    melengkung ke arah dalam, dan berwarna kuning (Anonim 2009).

    Tanaman genjer dapat bereproduksi secara vegetatif dan dengan biji. Biji

    yang terkandung dalam kapsul matang atau folikel merupakan biji yang ringan.

    Kapsul yang menekuk ke arah air, menyediakan biji-biji untuk dilepas. Kapsul

    yang kosong dapat berkembang menjadi tanaman vegetatif yang membentuk

    tanaman inang atau mengapung untuk menetap di tempat lain. Tanaman ini selalu

    berbunga sepanjang tahun di wilayah dengan kelembaban yang cukup. Namun,

    tanaman ini dapat menjadi tanaman tahunan dimana kelembaban bersifat

    musiman (Department of Primary Industries and Fisheries 2007).

    2.2 Anatomi dan Jaringan pada Tumbuhan

    Secara umum, tubuh tumbuhan terdiri dari organ vegetatif dan merupakan

    organ pokok tubuh tumbuhan yaitu akar, batang, dan daun. Akar tumbuh ke dalam

    tanah sehingga memperkuat berdirinya tumbuhan. Akar juga berfungsi untuk

    mengambil air dan garam mineral dari dalam tanah. Seperti halnya beberapa

    organ lain pada tumbuhan, akar juga berfungsi untuk menyimpan makanan.

    Batang memiliki daun yang berfungsi menghasilkan makanan melalui fotosintesis

  • 5

    dan mengeluarkan air melalui proses respirasi. Selain itu, batang berperan untuk

    lewatnya hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tumbuhan (Mulyani 2006).

    2.2.1 Daun

    Daun termasuk dalam organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya

    berbentuk pipih bilalateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama

    terjadinya fotosintesis (Sumardi et al. 2006). Fungsi utama daun adalah

    melakukan fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dengan memanfaatkan

    matahari. Fotosintesis terjadi di dalam organel sel khusus yang disebut kloroplas,

    yang di dalamnya terdapat pigmen klorofil. Struktur luar dan dalam daun

    berkaitan dengan perannya dalam proses fotosintesis dan transpirasi. Daun

    biasanya rata dan tipis sehingga memudahkan masuknya sinar matahari ke dalam

    sel. Luasnya permukaan daun juga memungkinkan terjadinya pertukaran gas

    (Mulyani 2006).

    Secara umum daun terdiri dari sistem jaringan dermal, yakni epidermis,

    jaringan pembuluh dan jaringan dasar yang disebut mesofil. Model penampang 3

    dimensi jaringan pada daun dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2 Model 3 dimensi jaringan pada daun

    (Kck dan Wolff 2009)

    1) Epidermis

    Epidermis daun dari tumbuhan yang berbeda beragam dalam hal jumlah

    lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, penampilan, dan susunan trikoma,

    kutikula Epidermis

    atas

    Epidermis

    bawah

    Bunga

    karang

    Palisade

    Xile

    m

    Floe

    m

    Pembuluh

    daun

    Celah utama

    Celah utama

    Ruang

    kosong sub

    stomata

    Sel penutup

  • 6

    serta adanya sel khusus. Struktur daun biasanya pipih. Jaringan epidermis atas

    berbeda dengan epidermis bawah. Permukaan atas daun disebut permukaan

    adaksial dan permukaan bawah disebut abaksial (Mulyani 2006). Sifat penting

    daun adalah susunan selnya yang kompak dan adanya kutikula dan stomata.

    Stomata bisa ditemukan di kedua sisi daun (daun amfistomatik), atau hanya pada

    satu sisi, yakni pada sebelah atas atau adaksial (daun epistomatik) atau hanya

    lebih sering di sebelah bawah atau sisi abaksial. Letak stomata tersebar pada daun

    yang lebar kelompok dikotil. Stomata sering tersusun dalam deretan memanjang

    yang sejajar dengan sumbu daun pada monokotil dan gymnospermae. Sel penutup

    pada stomata dapat berada di tempat yang sama tingginya, lebih tinggi, atau lebih

    rendah dari epidermis (Hidayat 1995).

    Epidermis tumbuhan air tidak berfungsi untuk perlindungan, tetapi untuk

    pengeluaran zat makanan, senyawa air, dan pertukaran gas. Kutikula dan dinding

    selnya sangat tipis. Sel epidermis berisi kloroplas. Daun yang mengapung

    mempunyai stomata hanya pada permukaan atas daun. Daun yang tenggelam

    biasanya tidak mempunyai stomata. Beberapa tumbuhan air yang tenggelam

    mempunyai sekelompok sel yang disebut hydropotes, yang berfungsi untuk

    memudahkan pengangkutan air dan garam ke luar dan ke dalam tumbuhan.

    Hidrofit yang tenggelam mempunyai sangat sedikit sklerenkim atau bahkan tidak

    mempunyai sklerenkim (Mulyani 2006).

    2) Jaringan Pembuluh

    Sistem jaringan pembuluh tersebar di seluruh helai daun dan menunjukkan

    adanya hubungan ruang yang erat dengan mesofil. Jaringan pembuluh membentuk

    sistem yang saling berkaitan, dan terletak dalam bidang median, sejajar dengan

    permukaan daun. Berkas pembuluh daun biasanya disebut tulang daun dan

    sistemnya adalah sistem tulang daun (Hidayat 1995). Jaringan pembuluh bersama

    jaringan non pembuluh disekelilingnya sering dinamakan tulang daun atau vena.

    Ada tumbuhan yang mempunyai tulang daun tunggal, misalnya pada coniferalas

    dan equisetum. Pteridophyta tingkat tinggi dan sebagian besar angiospermae

    mempunyai sejumlah tulang daun. Susunan tulang daun pada daun disebut

    pertulangan daun atau venation (Mulyani 2006).

  • 7

    Angiospermae memiliki empat tipe pertulangan daun, yaitu menyirip atau

    reticulate, sejajar atau pararel, menjari atau pelmatus, dan melengkung.

    Tumbuhan dikotil mempunyai pertulangan daun menyirip dengan tulang daun

    yang ukurannya berbeda, tergantung pada tingkat percabangannya. Tumbuhan

    monokotil mempunyai daun dan pertulangan sejajar. Ibu tulang daun terus melalui

    seluruh daun dan hampir sejajar dengan panjang daun. Tulang daun yang lain

    bergabung dengan ibu tulang daun pada bagian ujung dan pangkal daun.

    Pertulangan sejajar ini saling berhubungan dengan ikatan yang sangat tipis dan

    tersebar di seluruh helai daun (Mulyani 2006).

    Daun menunjukkan kolerasi penting antara sifat sistem pembuluh dan sifat

    struktural dan jaringan non pembuluh yang dapat mempengaruhi konduksi. Di

    antara jaringan non pembuluh, epidermis dan jaringan spons dapat dianggap

    teradaptasi lebih baik bagi konsumsi lateral di bandingkan dengan jaringan tiang

    yang hubungan selnya terjadi dalam arah abaksial dan adaksial. Sesuai dengan

    konsep tersebut, rasio jaringan tiang terhadap jaringan spons berkaitan erat

    dengan luas ruang antara tulang daun, makin besar rasio ini makin rapat tulang

    daunnya. Telah ada bukti bahwa perluasan seludung pembuluh yang bersifat

    parenkimatis mengkonduksi air ke arah epidermis ( Hidayat 1995).

    3) Mesofil

    Mesofil daun terletak di sebelah dalam epidermis dan tersusun dari

    jaringan parenkim. Bentuk sel parenkim antara lain polihedral, sel dengan lipatan

    atau tonjolan, bentuk bintang, ataupun memanjang. Bentuk dan susunannya itu

    menyebabkan parenkim memiliki ruang-ruang antar sel. Umumnya sel parenkim

    berdinding tipis tetapi ada juga yang berdinding tebal. Dinding tebal ini

    merupakan tempat terakumulasinya hemiselulosa sebagai cadangan makanan.

    Mesofil mengalami diferensiasi menjadi jaringan palisade dan bunga karang

    (Bold et al. 1980).

    Bagian utama helai daun adalah mesofil yang mengandung kloroplas dan

    ruang antar sel. Mesofil dapat bersifat homogen atau terbagi menjadi jaringan

    tiang (palisade) dan jaringan spons (bunga karang). Jaringan tiang lebih kompak

    daripada jaringan spons yang memiliki ruang antarsel yang luas. Jaringan tiang

    terdiri dari sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap permukaan helai

  • 8

    daun. Meskipun jaringan tiang tampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling

    terpisah sehingga udara dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi panjang.

    Kloroplas pada sitoplasma melekat di bagian tepi dinding sel itu. Hal tersebut

    mengakibatkan proses fotosintesis dapat berlangsung efisien (Hidayat 1995).

    Sel parenkim palisade memanjang dan pada penampang melintangnya

    tampak berbentuk batang yang tersusun dalam deretan. Sel palisade terdapat di

    bawah epidermis unilateral (selapis) atau multilateral (berlapis banyak) (Mulyani

    2006). Sel palisade tegak pada permukaan daun, rapat satu sama lain, dan banyak

    mengandung kloroplas, berfungsi untuk menangkap cahaya.

    Jaringan bunga karang terdiri dari sel-sel yang bentuknya bervariasi dari

    isodiametrik sampai tidak teratur dan terdapat ruang-ruang antar sel sehingga

    dapat menampung CO2 untuk fotosintesis (Sutrian 1992). Jaringan pengangkut

    daun terdapat pada tulang daun serta merupakan kelanjutan dari berkas pembuluh

    batang yang menuju tangkai daun. Tulang daun yang berukuran besar sering

    dikelilingi oleh jaringan parenkim tanpa kloroplas yang disebut seludang

    pembuluh (Sutrian 1992). Model tipe daun berdasarkan susunan jaringan

    palisadenya dapat dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 3 Tipe daun bifasial dan equifasial; A= tipe bifasial; B= tipe equifasial

    (Frohne 1985)

    2.2.2 Batang

    Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung

    sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan menjadi terminalnya.

    Batang tumbuhan memiliki bagian buku (node) dan ruas (internode). Batang

    berbentuk silindris atau yang lain, tetapi biasanya mempunyai penampang

    melintang yang bersimetri regular, pertumbuhannya fototropi atau heliotropi.

    Epidermis bawah Epidermis bawah

    Bunga karang

    Palisade

    Palisade

    Epidermis

    atas

    Bunga karang

    Palisade

    Epidermis

    atas

    A B

  • 9

    Batang selalu mengalami pertumbuhan di ujung (pertumbuhan tidak terbatas),

    mengadakan percabangan dari pertumbuhan dan perkembangan kuncup samping

    (lateral), dan umumnya tidak berwarna hijau (Sumardi 2006). Penampang

    jaringan batang monokotil dan dikotil dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4 Penampang batang monokotil dan dikotil; A= monokotil; B= dikotil (Sumber:Sumardi 2006)

    Batang tanaman memiliki fungsi mendukung tajuk tumbuhan, termasuk

    daun, bunga, dan biji. Selain memperluas bidang fotosintesis melalui pola

    percabangannya, batang juga merupakan jalan pengangkutan air dan unsur hara

    dari dalam tanah ke daun. Kadang batang juga menjadi tempat penyimpanan zat

    makanan cadangan (Sumardi 2006). Perbedaan nyata antara penampang melintang

    batang dan penampang melintang akar hanyalah ukuran unsur-unsur

    pengangkutan dalam batang yang lebih besar dan lokasinya yang jauh dari pusat

    batang (Fisher dan Dunham 1992). Organ batang memiliki tiga bagian pokok

    yang berkembang dari jaringan protoderm, prokambium, dan meristem dasar,

    yaitu epidermis dan derivatnya, korteks, dan stele (Nugroho et al. 2006).

    a) Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel yang memiliki mulut daun

    (stomata) dan rambut daun (trikoma). Sel epidermis adalah sel hidup dan

    mampu bermitosis. Hal itu penting dalam upaya memperluas permukaan

    apabila terjadi tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Respon sel

    epidermis akibat tekanan itu adalah dengan melebar tangensial dan membelah

    antiklinal (Hidayat 1995).

    Empulur

    Serabut xilem Floem

    Xilem

    Epidermis

    Pembuluh

    angkut

    Kambium

    gabus

    Serabut

    floem Floem

    Kambium

    Xilem

    Empulur

    Korteks

    A B

  • 10

    b) Korteks adalah kawasan di antara epidermis dan sel silinder pembuluh paling

    luar. Korteks batang biasanya terdiri dari parenkim yang dapat berisi kloroplas.

    Di tepi luar sering terdapat kolenkim dan sklerenkim. Batas antara korteks

    dengan jaringan pembuluh sering tidak jelas karena tidak ada endodermis

    (Hidayat 1995). Beberapa tumbuhan memiliki parenkim korteks bagian tepi

    yang mengandung kloroplas sehingga dapat berfotosintesis, yang disebut

    klorenkim (Nugroho et al. 2006). Sel parenkim korteks juga dapat menyimpan

    granula dan kristal pati (Berg 2008).

    c) Stele merupakan daerah sebelah dalam dari endodermis yang terdiri atas

    perikamium, parenkim, dan berkas pengangkut (Nugroho et al. 2006). Terdapat

    dua tipe jaringan pembuluh, yaitu floem yang biasanya terletak di bagian luar

    dan xilem yang biasanya terletak di bagian dalam. Xilem berfungsi untuk

    mengangkut air dan mineral terlarut dari akar menuju batang, sedangkan floem

    berfungsi mengangkut karbohidrat terlarut (sukrosa) dari daun menuju batang

    (Berg 2008). Jenis-jenis pembuluh dapat digolongkan berdasarkan letak xylem

    dan floem (Hidayat 1995) yaitu :

    1. Ikatan pembuluh kolateral, floem bertempat di sebelah luar xilem.

    2. Ikatan pembuluh bikolateral, seperti kolateral namun terdapat floem di

    sebelah dalam xilem sehingga ada floem eksternal dan floem internal.

    3. Ikatan pembuluh konsentris amfikribal, floem mengelilingi xilem dan sering

    terdapat pada paku.

    4. Ikatan pembuluh konsentris amfivasal, xilem mengelilingi floem.

    5. Ikatan pembuluh radial, letak berkas xilem bergantian dan berdampingan

    dengan berkas floem.

    Korteks batang tumbuhan air dan jaringan dasar petiol dan mesofil, terdapat

    ruang skizogen antar sel tempat berlangsungnya pertukaran udara lakuna. Lakuna

    terjadi di tengah-tengah korteks batang. Korteks bagian luar terdiri atas parenkima

    dan kolenkima yang padat. Bagian dalam korteks yang mengelilingi silinder

    pembuluh juga terdiri atas kolenkima yang rapat. Lakuna dapat tersusun dalam

    satu lingkaran atau beberapa lingkaran maupun dalam suatu pola retikulasi.

    Lakuna dipisahkan sewaktu-waktu oleh lempengan atau diafragma, yang

    memperkuat organ-organ dan dapat juga meniadakan bahaya penyumbatan air

  • 11

    melalui luka. Ruang antar diafragma dipenuhi parenkima berbentuk bintang pada

    tumbuhan akuatik yang tidak tenggelam. (Fahn 1991).

    2.3 Kandungan Gizi Tanaman Genjer

    Tanaman genjer (L. flava) mengandung gizi yang cukup lengkap, dari

    protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Nilai masing-masing komponen

    gizi dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1 Kandungan gizi tanaman genjer (L. flava)

    Komposisi gizi Jumlah/100 g bahan (a)

    Jumlah (b)

    Energi 33 kkal 343,26 9,75 kJ/100 g

    Protein kasar 1,7 g 0,28 0,01 %

    Lemak kasar 0,2 g 1,22 0,01 %

    Karbohidrat 7,7 g 14,56 0,14 %

    Abu - 0,79 0,03 %

    Kalsium 62 mg 770,87 105,26 mg/100 g

    Fosfor 33 mg -

    Besi 2,1 mg -

    Potasium - 4202,5 292,37 mg/100g

    Tembaga - 8,31 1,83 mg/100 g

    Magnesium - 228,1 15,26 mg/100 g

    Zinc - 0,66 0,05 mg/100 g

    Natrium - 107,72 17,15 mg/100 g

    Vitamin A 3.800 mg -

    Vitamin B1 0,07 mg -

    Vitamin C 54 mg -

    Air 90 g 79,34 0,15 %

    Serat kasar - 3,81 0,04 %

    B.D.D 70 % - Sumber: (a) Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan (1992), diacu dalam Astawan dan Kasih (2008)

    (b) Bujang et al. (2009), jumlah dalam berat kering

    Daun dan bunga dari tanaman genjer (Limnocharis flava) berkhasiat

    sebagai penambah nafsu makan. Kandungan kimia dari daun dan bunga tanaman

    genjer diantaranya kardenolin, flavonoida dan polifenol. Pengolahan genjer

    sebagai penambah nafsu makan adalah dengan pengukusan genjer segar hingga

    setengah matang dan dikonsumsi sebagai lalapan (Anonim 2009).

    2.4 Pemeriksaan Histologi Tumbuhan

    Histologi merupakan ilmu yang mempelajari struktur internal dari

    tanaman. Histologi berhubungan dengan struktur sel dan jaringan. Tanaman

  • 12

    terdiri atas jaringan vegetatif dan jaringan reproduktif. Secara morfologi, jaringan

    merupakan kesatuan sejumlah sel, serupa dalam asal-usul dan fungsi utama,

    bersifat terus-menerus. Kajian objektif untuk mengidentifikasi histologi pada

    tanaman diukur dalam gambaran mikroskopis. Morfologi sel digambarkan dengan

    ukuran sel dan bentuk dan dengan ketebalan dinding sel (Guillemin et al. 2004).

    Metode utama dari pengkajian struktur tanaman adalah menggunakan

    peralatan penyayatan tipis untuk bahan tanaman dan maserasi dalam larutan yang

    membebaskan sel-sel dari sel lainnya. Metode umum untuk mempelajari jaringan

    diantaranya metode beku, metode seloidin, metode paraffin, metode penanaman

    rangkap. Metode paraffin banyak digunakan karena hampir semua macam

    jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metode ini. Kelebihan

    metode paraffin diantaranya irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan

    metode beku atau metode seloidin. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan

    dengan mudah bila menggunakan metode ini dan prosesnya jauh lebih cepat

    dibandingkan dengan metode seloidin (Suntoro 1983).

    Metode pembuatan preparat terlebih dahulu dilakukan sebelum

    mempelajari histologi tanaman. Metode pembuatan preparat dapat dibagi menjadi

    tiga macam, yaitu preparat segar, preparat utuh (whole mount), dan preparat yang

    dilakukan proses penanaman (embedding). Pembuatan preparat segar dilakukan

    dengan sayatan tipis melintang dan diletakkan pada gelas objek kemudian

    diwarnai. Pembuatan preparat utuh merupakan metode pembuatan preparat

    sampel secara utuh biasanya untuk tanaman dengan ukuran kecil. Tahapan untuk

    preparat ini terdiri atas fiksasi bertahap, penggunaan xilol berseri, pewarnaan,

    inkubasi, dehidrasi, dan perekatan ke gelas preparat, dan dilakukan penutupan.

    Proses pembuatan preparat embedding terdiri atas gelatin embedding, paraffin

    embedding, nitrocellulose embedding, double embedding, dan embedding pada

    plastik (Kiernan 1990, diacu dalam Kristiono 2009).

    2.5 Mineral dan Fungsinya

    Terdapat sekitar 19 mineral dalam tubuh. Dari jumlah tersebut hanya

    sekitar 13 yang esensial untuk kehidupan dan kesehatan. Jumlah mineral tersebut

    dapat berubah sesuai hasil penemuan baru (Syafiq 2007). Mineral esensial

    merupakan merupakan mineral yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan,

  • 13

    reproduksi dan kesehatan sepanjang siklus hidup (Odell dan Sunde 1997).

    Mineral tidak seperti asam amino atau vitamin, yaitu tidak dapat hancur akibat

    terpapar panas, agen pengoksidasi, pH yang ekstrim, dan faktor-faktor lain yang

    dapat mempengaruhi nutrisi organik. Mineral bersifat indestructible (Fennema

    1996). Mineral di dalam tubuh secara umum memiliki fungsi sebagai berikut

    (Syafiq 2007) :

    1) Sebagai bahan pembentuk bermacam-macam jaringan tubuh, seperti tulang dan

    gigi (Ca danP), rambut, kuku, dan kulit (S) serta sel darah merah (Fe); kalsium

    dan phospor merupakan mineral yang terbanyak terdapat dalam tubuh.

    2) Memelihara keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh melalui penggunaan

    Cl, P, S sebagai pembentukan asam dan Ca, Fe, Mg, K, seta Na sebagai

    pembentuk basa.

    3) Mengkatalisis reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak,

    protein maupun mengkatalisis pembentukan lemak dan protein tubuh.

    4) Merupakan komponen hormon dan enzim, misalnya mineral Fe merupakan

    komponen cytochrom oksidase dan cu merupakan komponen enzim tyrosinase

    maupun pembentukan antibodi.

    5) Membantu dalam pengiriman isyarat syaraf ke seluruh tubuh dan mengatur

    kepekaan saraf serta kontraksi otot (Ca, K, dan Na).

    Beberapa unsur mineral yang dibutuhkan tubuh diantaranya adalah sebagai

    berikut :

    2.5.1 Kalsium (Ca)

    Kalsium penting untuk tanaman dan tanah. Kalsium merupakan bagian

    dari semua sel tanaman. Di dalam tanaman, kalsium bersifat immobial dan tidak

    bergerak dari daun-daun muda, sehingga menyediakan kalsium yang

    berkesinambungan selama siklus hidup tanaman yang bersangkutan. Bagi tanah

    kalsium yang seimbang jumlahnya dapat memperbaiki struktur tanah. Kalsium

    memiliki peran penting pada tumbuhan sebagai pengikat molekul-molekul

    fosfolipida atau antara fosfolipida dengan protein penyusun membran, hal ini

    menyebabkan membran dapat berfungsi secara normal pada semua sel. Kalsium

    juga dapat memacu aktivitas enzim, sekaligus dapat menghambat aktivitas

    beberapa enzim lainnya (Lakitan 2007).

  • 14

    Dalam tubuh dewasa terdapat sekitar 1.200 gr kalsium, yang hampir

    semuanya terdapat di dalam tulang. Tulang ini terdiri dari dua bentuk, yaitu

    trabecural dan cortical. Proses puncak pembentukan masa tulang terjadi hingga

    usia 35- 40 tahun (Syafiq 2007). Kalsium mempunyai fungsi di dalam tubuh

    sebagi pembentukan tulang dan gigi (Almatsier 2003). Kekurangan kalsium dalam

    waktu lama dapat meningkatkan resiko osteoporosis (Syafiq 2007).

    2.5.2 Fosfor (F)

    Fosfor dalam tanaman penting di dalam pertumbuhan jaringan dan

    produksi tanaman. Fosfor yang sudah tidak terpakai keluar dari metabolisme dan

    disimpan sebagai asam fitat dimana diperlukan dalam masa dormansi pada biji

    dan umbi-umbian. Dedaunan tidak mengandung fosfor sebagai asam fitat, karena

    fosfor dalam daun selalu dalam bentuk aktif. (Johnson and Uriu 1990).

    Kekurangan fosfor pada tanaman dapat menyebabkan tajuk daun berwarna hijau

    gelap, sering membentuk warna merah atau ungu, tepi daun bercabang, pada

    batang terdapat warna merah ungu lambat laun menjadi kuning (Lakitan 2007),

    Fosfor merupakan unsur mineral dengan lambang P dan memiliki nomor

    atom 15 dengan berat atom 30,974. Fosfor merupakan unsur esensial dalam diet.

    Unsur ini merupakan komponen utama dalam fase mineral tulang dan terdapat

    secara berlimpah dalam semua jaringan (Harjono et al. 1996). Dalam tubuh,

    fosfor adalah salah satu mineral terbanyak jumlahnya setelah kalsium. Jumlah

    fosfor rata-rata dalam tubuh pria dewasa kurang lebih 700 g, sedangkan kalsium

    1200 g. Kira-kira 85% fosfor terdapat dalam tulang sebagai mineral tulang,

    kalsium fosfat [Ca3(PO4)2] dan hidroksiapit [Ca10(PO4)6 (OH)2] (Olson et al

    1988).

    2.5.3 Kalium (K)

    Kalium tidak disintesis menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga

    unsur ini tetap sebagai ion di dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator

    dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi,

    serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kekurangan

    kalium dapat menyebabkan daun mengalami klorosis, terdapat bercak pada

    jaringan mati, bercak berukuran kecil, biasanya pada bagian ujung, tepi, dan

  • 15

    jaringan antara tulang dan daun (Lakitan 2007). Batangnya lemah dan pendek-

    pendek, sehingga tanaman tampak kerdil, Buah tumbuh tidak sempurna, kecil,

    mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan (Anonim 2009).

    Kalium dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengatur kandungan

    cairan sel, yaitu bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan

    osmotik dan keseimbangan asam basa. Kalium membantu dalam mengaktivasi

    reaksi enzim, misal piruvat kinase yang menghasilkan asam piruvat dalam proses

    metabolisme karbohidrat (Winarno 2008). Kalium yang dikonsumsi dalam jumlah

    besar mampu menurunkan tekanan darah, hal ini dapat mencegah penyakit

    tekanan darah tinggi (Okuzumi dan Fujii 2000). Kekurangan kalium

    menyebabkan lemah, lesu, kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, mengigau, dan

    konstipasi serta jantung akan berdebar detaknya dan menurunkan kemampuannya

    dalam memompa darah (Almatsier 2003).

    2.5.4 Natrium (Na)

    Peranan natrium di dalam tanaman telah menjadi perdebatan selama

    bertahun-tahun. Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik ketika tidak tersedianya

    natrium. Ketersediaan natrium yang berlebih akan menghambat penyerapan

    kalium yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Namun penelitian beberapa ahli

    menyebutkan bahwa natrium yang dicampurkan ke dalam pupuk dapat

    meningkatkan vigor, ketahanan terhadap penyakit, rasa, warna dan penampakan,

    serta menjaga kualitas dari hasil panen (Gilbert 1957 ; Chapin 2008).

    Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler. 35% sampai 45%

    natrium ada di dalam kerangka tubuh. Sebagai kation utama dalam cairan

    ekstraselular, natrium menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut.

    Natriumlah yang sebagian besar mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan

    tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel-sel (Almatsier 2003).

    Sumber natrium adalah garam dapur, mono sodium glutamate (MSG),

    kecap dan makanan yang diawetkan dengan garam dapur. Diantara makanan yang

    belum diolah, sayuran dan buah juga mengandung sedikit natrium. Taksiran

    kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 500 mg.

    Kebutuhan natrium didasarkan pada kebutuhan untuk pertumbuhan, kehilangan

    natrium melalui keringat atau sekresi lain (Almatsier 2003).

  • 16

    2.5.5 Besi (Fe)

    Besi bergabung dengan protein menjadi bagian penting dari enzim

    tanaman. Sebagian besar besi bergabung dengan kloroplas, sebagai tempat

    pembuatan klorofil yang bertempat pada daun (Bourne 1985). Gejala defisiensi

    yang tampak adalah pada daun muda, mula-mula secara bertempat-tempat daun

    berwarna hijau pucat dan hijau kekuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna

    hijau serta jaringannya tidak mati. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis

    yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi warna kuning dan ada pula yang

    menjadi warna putih (Sutedjo dan Kartasapoetra 2008).

    Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri

    (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam

    dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit

    (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit

    (FeTiO3). Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau

    sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daun dianggap lebih cepat dibandingkan dengan

    penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe.

    Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan

    efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan

    berperanan dalam perkembangan kloroplas (Ginta 2005).

    Besi mempunyai fungsi membawa oksigen dan karbon dioksida. Besi

    bertanggung jawab terhadap kemampuan hemoglobin dan myoglobin dalam

    membawa oksigen yang dibutuhkan respirasi seluler. Besi membantu formasi

    darah melalui pembentukan hemoglobin yang merupakan komponen yang penting

    dalam sel darah merah atau eritrosit (Guthrie 1975). Defisiensi besi dapat

    menyebabkan anemia yang berpengaruh luas terhadap kualitas sumberdaya

    manusia, yaitu kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier 2003).

    2.5.6 Tembaga (Cu)

    Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh

    plastosianin. Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-

    masing molekul mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pada

    klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin (Ginta 2005). Tembaga

    terdapat pada berbagai enzim atau protein yang terlibat dalam reaksi oksidasi dan

  • 17

    reduksi. contohnya adalah dalam enzim sithokrom oksidase (enzim respirasi pada

    mitokondria) dan platosianin (protein pada kloroplas) (Lakitan 2007).

    Fungsi dan peranan Cu antara lain mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase,

    askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan lactase, dan berperan dalam

    metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman

    generatif, serta berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan

    lignin. Gejala defisiensi Cu antara lain pembungaan dan pembuahan terganggu,

    warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mengering

    serta batang dan tangkai daun lemah (Ginta 2005).

    Tembaga memegang peranan dalam mencegah anemia dengan cara

    membantu absorbsi besi, merangsang sintesis hemoglobin, melepas simpanan besi

    dari feritin dalam hati. Kekurangan tembaga pernah dilihat pada anak-anak yang

    kekurangan protein dan menderita anemia kurang besi serta pada anak-anak yang

    mengalami diare, selain itu kekurangan tembaga bisa terjadi pada pada seseorang

    yang kekurangan nutrisi parental, bayi lahir prematur, dan bayi yang mendapat

    susu sapi dengan komposisi gizi yang tidak disesuaikan. Kekurangan tembaga

    dapat mengganggu pertumbuhan, metabolisme dan demineralisasi tulang

    (Almatsier 2003).

    2.5.7 Seng (Zn)

    Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++

    . Zn dapat diserap lewat

    daun. Kadr Zn dalam tanah adalah 16- 300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam

    tanaman 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS),

    spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan

    ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain pengaktif enzim anolase, aldolase, asam oksalat

    dekarboksilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside

    demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Zn

    juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang

    (Ginta 2005). Selain itu, seng juga dibutuhkan untuk pembentukan triptopan

    sebagai prekusor IAA, metabolism triptamin. Terutama sebagai kofaktor enzim

    dehidrogenase, alcohol, glukosa-6-P dan trease. Merangsang sintesa sitokinin C

    (Agustina 1990).

  • 18

    Seng terkandung di dalam setiap jaringan tanaman dengan tingkat yang

    berbeda-beda (bourne 1985). Seng berpartisipasi dalam pembentukan klorofil dan

    mencegah kerusakan klorofil. Beberapa enzim juga hanya dapat berfungsi jika

    terdapat unsur seng yang terikat kuat pada molekul enzim tersebut (Lakitan 2007).

    Adapun gejala defisiensi Zn antara lain tanaman kerdil, ruas-ruas batang

    memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-

    daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis. Ketersediaan Zn menurun

    dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan

    ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering

    menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terutama pada tanah berkapur

    (Ginta 2005).

    Seng terdapat dalam semua jaringan tubuh manusia yakni hati, otot dan

    tulang. Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian-bagian mata,

    kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut dan kuku. Di tubuh seng terutama

    merupakan ion intraseluler. Seng di dalam plasma hanya 0,1% dari seluruh seng

    di dalam tubuh dengan masa pergantian yang cepat (Almatsier 2003).