bab ii tinjauan pustaka 2.1. pengertian pasar pasar

48
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar merupakan tempat perjumpaan antara pembeli dan penjual, di mana barang/jasa atau produk dipertukarkan antara pembeli dan penjual. Ukuran kerelaan dalam pertukaran tersebut biasanya akan muncul suatu tingkat harga atas barang dan jasa yang dipertukarkan tersebut (Ehrenberg dan Smith, 2003). Sudut pandang normatif, jenis transaksi secara garis besar sebagai berikut: a. Transaksi sukarela (voluntarily) atau transaksi mutually advantages. Pihak-pihak yang melakukan transaksi saling mendapatkan keuntungan. b. Transaksi yang sepihak menguntungkan namun pihak lain tidak dirugikan. Suatu transaksi agar dapat terjadi dengan dukungan penuh, apabila kondisi di bawah ini terjadi antara lain (Ehrenberg dan Smith, 2003): a. Transaksi mutually advantages. b. Sepihak untung tetapi sepihak lainnya tidak rugi. c. Sepihak untung sepihak lainnya rugi tetapi pihak yang untung rela memberikan kompensasi kepada pihak yang dirugikan. Kegagalan pasar dapat terjadi disebabkan oleh (Ehrenberg dan Smith, 2003): a. Pelaku transaksi mengabaikan fakta yang ada dan melakukan transaksi tanpa keinginan mereka. b. Transaksi dibatasi oleh undang-undang (transaction barriers). Universitas Sumatera Utara

Upload: dinhlien

Post on 31-Dec-2016

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pasar

Pasar merupakan tempat perjumpaan antara pembeli dan penjual, di mana

barang/jasa atau produk dipertukarkan antara pembeli dan penjual. Ukuran kerelaan

dalam pertukaran tersebut biasanya akan muncul suatu tingkat harga atas barang dan

jasa yang dipertukarkan tersebut (Ehrenberg dan Smith, 2003).

Sudut pandang normatif, jenis transaksi secara garis besar sebagai berikut:

a. Transaksi sukarela (voluntarily) atau transaksi mutually advantages. Pihak-pihak

yang melakukan transaksi saling mendapatkan keuntungan.

b. Transaksi yang sepihak menguntungkan namun pihak lain tidak dirugikan.

Suatu transaksi agar dapat terjadi dengan dukungan penuh, apabila kondisi

di bawah ini terjadi antara lain (Ehrenberg dan Smith, 2003):

a. Transaksi mutually advantages.

b. Sepihak untung tetapi sepihak lainnya tidak rugi.

c. Sepihak untung sepihak lainnya rugi tetapi pihak yang untung rela memberikan

kompensasi kepada pihak yang dirugikan.

Kegagalan pasar dapat terjadi disebabkan oleh (Ehrenberg dan Smith, 2003):

a. Pelaku transaksi mengabaikan fakta yang ada dan melakukan transaksi tanpa

keinginan mereka.

b. Transaksi dibatasi oleh undang-undang (transaction barriers).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

c. Distorsi harga.

d. Nonexistence of market. Pembeli dan penjual tidak dapat memastikan sumber

daya atau produk yang akan ditransaksikan.

2.2. Keterkaitan Pasar Tenaga Kerja, Pasar Modal, dan Pasar Barang

Supplier of Capital

Perusahaan

Konsumen

Perkerja (Worker)

Product Market

Labor Market

Capital Market

Supplier of Capital

Perusahaan

Konsumen

Perkerja (Worker)

Product Market

Labor Market

Capital Market

Gambar 2.1 Keterkaitan Pasar Tenaga Kerja, Pasar Modal, dan Pasar Barang

Sumber: Ehrenberg dan Smith, 2003.

Pasar tenaga kerja sangat terkait erat dengan pasar barang dan pasar modal

(capital market) (Ehrenberg dan Smith, 2003).

Perubahan di pasar barang misalkan meningkatnya permintaan barang dan

jasa. Perusahaan akan meresponnya dengan meningkatkan produksi. Peningkatan

produksi tentu akan mempengaruhi permintaan faktor-faktor input. Perusahaan akan

memilih faktor produksi yang lebih menguntungkan dengan membandingkan biaya

modal dan biaya tenaga kerja yang terjadi di pasar modal dan pasar tenaga kerja

(Nicholson, 2003).

Sumber: Ehrenberg dan Smith, 2003

Gambar 2.1. Keterkaitan Pasar Tenaga Kerja, Pasar Modal dan Pasar Barang

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Pasar tenaga kerja dipengaruhi oleh permintaan tenaga kerja dan penawaran

tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan produksi barang dan jasa

yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga pemerintah. Perusahaan membutuhkan

faktor-faktor produksi dalam melakukan kegiatannya. Sedangkan, penawaran tenaga

kerja sumbernya adalah rumah tangga. Rumah tangga menyediakan tenaga kerja

dimana keahlian dan kemampuan mereka tersedia untuk digunakan perusahaan atau

lembaga pemerintah dalam proses produksi.

Lo

Uo

U2

L2L1

U1

upah

Jumlah pekerja

demand

supply

Lo

Uo

U2

L2L1

U1

upah

Jumlah pekerja

demand

supply

Gambar 2.2 Pasar Tenaga KerjaSumber: Ehrenberg dan Smith, 2003

Gambar 2.2 mendeskripsikan pasar tenaga kerja yang menghubungkan

penawaran dan permintaan tenaga kerja. Dititik equilibrium (Lo, Uo), jumlah tenaga

kerja yang ditawarkan ke pasar tepat sama dengan jumlah diminta pasar.

Ditingkat upah U2, jumlah tenaga kerja yang diminta sebesar L1 sedangkan

jumlah yang ditawatkan sebesar L2. Sehingga dalam kondisi ini terjadi excess supply

tenaga kerja, sebesar (L2-L1).

Sumber: Ehrenberg dan Smith, 2003

Gambar 2.2. Pasar Tenaga Kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Pada tingkat upah U1, jumlah tenaga kerja yang diminta sebesar L2 tetapi yang

tersedia atau ditawarkan hanya L1. Maka dalam kondisi tersebut terjadi overdemand

tenaga kerja.

Pasar tenaga kerja biasanya memberikan hasil (outcomes), seperti (Ehrenberg

dan Smith, 2003):

a. The terms of employment antara lain seperti gaji, kompensasi dan kondisi kerja.

b. The levels of employment berupa jabatan/kepercayaan, keahlian dan komposisi

demograpi tenaga kerja.

2.3. Teori Penawaran Tenaga Kerja

Ada dua kategori dalam masalah penawaran tenaga kerja, yaitu (Ehrenberg

dan Smith, 2003):

a. keputusan individual untuk membagi waktunya antara bekerja atau leisure. Ini

berkaitan dengan partisipasi individu dalam angkatan kerja. Bekerja part-time

atau full-time work, waktu di rumah dan bekerja untuk dibayar.

b. Keputusan untuk menerima suatu pekerjaan dan masalah bekerja di lain

geografi/wilayah.

2.3.1. Keputusan Bekerja-Bersenang-senang (Work- Leisure)

Bekerja (work) merupakan waktu yang digunakan untuk mendapatkan

penghasilan dari pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan, leisure merupakan waktu

yang digunakan tidak menghasilkan pembayaran dari pekerjaan yang dilakukan

tersebut. Untuk mendapatkan suatu informasi tentang optimal pembagian waktu

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

bekerja dan leisure, dapat dilihat pada indifference curve (preferensi individu untuk

bekerja) dan budget constrain (Borjas, 2005).

G

H

OT

Y

EX

U1

U0

U2

Hours of Leisure

Konsumsi

G

H

OT

Y

EX

U1

U0

U2

Hours of Leisure

Konsumsi

Gambar 2.3 Reservation WageSumber: Borjas, 2005

Gambar 2.3 memberikan ilustrasi tentang keputusan individual untuk bekerja.

Pada titik X individu memutuskan tidak akan bekerja. Karena pada titik X indifferent

curve-nya masih lebih rendah dari E. Atau sepanjang budget constraint G, indifferent

curve-nya akan selalu lebih rendah atau minimal sama dengan indifferent curve yang

terjadi pada titik E.

Titik E adalah titik terjadinya reservation wage atau merupakan titik gaji

terendah yang dapat diterima pekerja untuk bekerja. Titik E menjelaskan juga bahwa

seseorang masih dapat mengkonsumsi tanpa bekerja karena masih ada penghasilan

mereka dari nonlabor income.

Titik Y merupakan titik singgung budget constraint H dengan indifference

curve U2. Titik Y merupakan titik yang memberikan utility lebih tinggi dari titik E.

Sumber: Borjas, 2005

Gambar 2.3. Reservation Wage

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Karena tingkat utility di titik Y lebih tinggi dari titik E maka individu akan

memutuskan untuk bekerja. Atau dengan kata lain sepanjang budget constraint H

individu akan memutuskan untuk bekerja. Karena sepanjang garis tersebut utility

pekerja akan lebih tinggi dari pada titik E atau gaji yang diterima lebih tinggi dari

reservation wage (Borjas, 2005).

Titik singgung indifferent curve dengan budget line merupakan titik optimum

seseorang untuk bekerja, di mana perpaduan antara utility individu dan kendala yang

dihadapi (Borjas, 2005).

U = f (C, L)������������������������(1)

Di mana: C= konsumsi barang

L= leisure

Utility maksimum dapat tercapai bila ∆C∕∆L═ - MUL∕MUC, artinya konsumsi

dapat dipertukarkan dengan leisure. Untuk mengkonsumi barang tentunya individu

harus bekerja. Bekerja dan leisure dua hal yang dapat dipertukarkan dan sekaligus

memiliki trade-off antara keduanya (Borjas, 2005).

Sedangkan budget constraint dapat dirumuskan dengan (Borjas, 2005),

C = wh + V .�����������������������..(2)

Misalkan T = h + L, maka C = w(T-L) + V atau

C = (wT+V)-wL .���������������������..(3)

Di mana:

C= konsumsi barang

w = upah

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

T = total waktu

h = waktu untuk bekerja

V= nonlabor income

L = leisure

Dari persamaan (3) di atas, dapat ditarik kesimpulan tanpa bekerja pun

seseorang masih dapat mengkonsumsi barang. Penghasilan yang digunakan untuk

konsumsi berasal dari penghasilan yang dihasilkan tanpa bekerja atau pada titik

tersebut disebut endowment point.

Keputusan individu untuk menambah jam kerja dipengaruhi oleh perubahan

(Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

a. Income effect. Individu akan mengurangi jam kerjanya bila income meningkat

tetapi wage rate konstan.

b. Substitution effect mengindikasikan perubahan keinginan menambah jam kerja

karena perubahan wage rate tetapi income konstan.

c. Jika substitution effect lebih dominan dari income effect, keinginan individu

untuk bekerja menjali lebih lama, saat wage rate meningkat. Sebaliknya, jika

income effect lebih besar dari substitution effect, kenaikan wage rate akan

menyebabkan keinginan untuk bekerja semakin sedikit.

Wage elastisity of labor supply (Es) merupakan persentase perubahan dalam

kuantitas dari penawaran tenaga kerja dibagi dengan persentase perubahan dalam

wage rate. Bila elasitas (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

a. Es= 0, inelastis yang sempurna atau infinite (perfect elastic)

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

b. Es<1, relative inelastis

c. Es>1, relative elastis

-

L*

W*

Hours of Worker

Wage Rate

-

L*

W*

Hours of Worker

Wage Rate

Gambar 2.4 Backward Bending Labor Supply CurveSumber: Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999

Kenaikan tingkat upah tenaga kerja awalnya akan menambah keinginan waktu

bekerja individu. Namun kenaikan gaji akan mencapai titik optimal. Gaji naik di atas

titik optimal justru akan mengurangi keinginan individu untuk bekerja (income

effect). Ini dikenal dengan backward-bending labor supply curve (Mc Connell, Brue,

dan Macpherson, 1999).

2.3.2. Konsep Penawaran Tenaga Kerja

Konsep penawaran tenaga kerja (labor supply) memiliki beberapa dimensi

antara lain yaitu (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

a. Ukuran dan komposisi demografi populasi yang tergantung pada kelahiran,

kematian dan perpindahan penduduk (net immigration);

Sumber: Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999

Gambar 2.4. Backward Bending Labor Supply Curve

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

b. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate), merupakan

tingkat persentase working-age populasi dengan actual working atau seeking

work;

c. Jumlah jam kerja per minggu atau per tahun, dan

d. Kualitas angkatan kerja.

2.3.3. Partisipasi Angkatan Kerja

Tingkat partisipasi angkatan tenaga kerja (the labor force participation)

merupakan nilai perbandingan antara actual labor force dengan potensial labor force.

Actual labor force adalah angkatan kerja yang bekerja dan menganggur atau angkatan

kerja yang sedang mencari pekerjaan. Potential labor force atau tenaga kerja (man

power) adalah populasi dikurangi dengan jumlah anak-anak atau penduduk usia 15

tahun (SUDA BPS SUMUT, 2007) dan masyarakat yang dilembagakan (people who

are institutionalized).

Labor force participation rate (LFPR)= , atau

(LFPR)=

Bukti empiris di Amerika Serikat bahwa penurunan tingkat partisipasi

angkatan kerja, khususnya kaum pria, dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni (Mc

Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

a. kenaikan real wages dan earnings akan mengurangi jam kerjanya atau mereka

akan semakin kecil memasuki partisipasi angkatan kerja (income effect).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

b. adanya jaminan sosial dan pensiunan swasta (social security dan private

pension).

c. disability benefits, angkatan kerja yang memiliki keterbatasan atau menerima gaji

kecil akan menarik diri dari partisipasi kerja karena mereka umumnya mendapat

lebih banyak uang dari transfer/tunjangan pemerintah.

d. life cycle consideration, mempengaruhi orang dalam partisipasi angkatan kerja.

Orang yang telah berumur, kemampuan atau skill yang dimilikinya tidak sesuai

lagi dengan kebutuhan trend permintaan tenaga kerja akan mengurangi

partisipasi mereka di angkatan kerja (substitution effect).

Sementara itu kaum perempuan, penelitian di Amerika Serikat menemukan

bahwa partisipasi kerja kaum perempuan meningkat disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

a. Kenaikan wage rate dan earnings suami dan kaum perempuan. Kenaikan wage

rate dan earnings kaum perempuan lebih dominan substitution effect-nya

daripada income effect-nya;

b. Perubahan keinginan dan sikap (preferences dan attitude) termasuk dari

pengaruh gerakan femenisme;

c. Meningkatnya produktivitas kerja sektor rumah tangga karena semakin

bekembangnya teknologi peralatan rumah tangga. Waktu yang digunakan oleh

kaum wanita untuk mengurus keperluan keluarga semakin sedikit (production

and consumption household semakin kecil). Ini yang memacu mereka

mengalihkan waktu luang tesebut ke dunia kerja atau labor market.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

d. Penurunan tingkat kelahiran.

e. Meningkatnya angka perceraian.

f. Berkembangnya akses di dunia kerja bagi kaum perempuan di mana tingkat

diskriminasi semakin berkurang.

g. Usaha untuk memperbaiki atau mempertahankan standar hidup. Pertumbuhan

pendapatan kaum laki-laki (suami mereka) mengalami stagnan sehingga

mendorong wanita untuk bekerja guna mempertahankan standar hidup mereka.

Net effect dari semua tingkat partisipasi tergantung pada ukuran: added-work

effect dan discouraged-work worker effect. Added-work effect terkait dengan

kehilangan pekerjaan suatu seorang anggota keluarga akan ditutupi oleh anggota

keluarga yang lain untuk mencari pekerjaan yang baru. Tujuannya untuk menutupi

kehilangan penghasilan akibat dari berhentinya anggota lain tersebut dari dunia kerja.

Added-work effect menambah tingkat partisipasi kerja. Discouraged-work effect

berkaitan dengan masalah psikologis pekerja yang kehilangan keinginan untuk

bekerja kembali. Pekerja yang pernah diberhentikan karena resesi akan merasa

pesimis untuk mendapatkan pekerjaan kembali sesuai dengan keinginannya, minimal

seperti yang pernah mereka dapatkan sebelumnya. Discourafe-work effect sifatnya

mengurangi tingkat partisipasi angkatan kerja (Mc Connell, Brue, dan Macpherson,

1999).

Bukti empiris menyebutkan discourage-work effect lebih dominan dari pada

added-work effect. Tingkat partisipasi angkatan kerja berbanding terbalik dengan

tingkat pengangguran. Semakin besar tingkat pengangguran semakin kecil tingkat

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

partisipasi angkatan kerja. Kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk dengan

peningkatan pengangguran dan penurunan wage rate menyebabkan partisipasi

angkatan kerja menurun (discourage-work effect). Banyak usia muda yang

sebenarnya telah dapat memasuki dunia kerja enggan berpartisipasi. Mereka lebih

memilih untuk tetap di tempat sekolah/kuliah atau melanjutkan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999).

Beberapa survey yang dilakukan di Amerika Serikat setelah masa perang

Dunia II, menyimpulkan bahwa real wages cendrung naik tetapi jam kerja per

minggu relatif turun. Adapun hasil survey tersebut antara lain (Mc Connell, Brue, dan

Macpherson, 1999):

a. Undang-undang mewajibkan pemberi kerja untuk memberikan wage premium

kepada pekerja, atas kondisi tertentu yang dilakukan oleh pekerja atau dialami

pekerja,

b. Kenaikan atas pajak pendatapan (tax incomes),

c. Semakin tinggi tingkat rata-rata pendidikan para tenaga kerja yang memasuki

dunia kerja,

d. Pengaruh iklan (Brack dan Cowling) menyebabkan masyarakat lebih memilih

untuk melakukan konsumsi barang/jasa yang sifatnya time-intensive commodities

dari barang yang sifatnya goods-intensive commodities.

e. Owen, berpendapat masyarakat lebih memilih konsumsi dan pengaturan anggota

keluar (family sized) dan pasangan lebih lama dalam pendidikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Kualitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui investment in human capital.

Pendidikan yang terus-menerus, pelatihan dan pelatihan akan mampu menjaga tingkat

penyerapan tenaga kerja penuh (work force fully employed).

Tenaga kerja memasuki dunia kerja dengan tingkat kemampuan dan keahlian

yang berbeda. Begitu juga dengan tingkat pendidikan dan jam pelatihan yang mereka

ikuti. Tenaga kerja dengan tingkat kemampuan, pendidikan dan pelatihan yang lebih

tinggi atau lebih lama (schooling) akan menawarkan lebih besar produktivitas dari

tenaga kerja yang kurang terampil.

Prinsip investment in humal capital hampir sama dengan prinsip investasi

fisik. Pengeluaran untuk pendidikan dan pelatihan diharapkan mampu meningkatkan

pengetahuan dan keahlian pekerja sehingga penghasilan individu di masa yang akan

datang diharapkan menjadi lebih besar.

Model analisis yang sederhana, seseorang harus membandingkan cost dan

benefit. Biaya pendidikan dibedakan menjadi direct atau out-of pocket costs dan

indirect or opportunity cost. Direct cost di sini berkaitan dengan pengeluaran

langsung yang dilakukan selama dalam pendidikan, seperti biaya untuk pembelian

buku, uang kuliah dan lainnya. Sedangkan, indirect atau opportunity cost merupakan

penerimaan yang tidak dapat diterima karena memilih untuk memasuki dunia

pendidikan atau keluar dari angkatan kerja. Benefit dari investasi human capital

berupa peningkatan pendapatan (incremental earnings) selama memasuki kerja

di masa akan datang setelah selesai mengikuti pendidikan atau pelatihan. Keputusan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

investasi pada human capital dilakukan bila benefit lebih besar atau sama dengan cost

(Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999).

Pandangan umum tentang investasi pada human capital, antara lain (Mc

Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

a. Semakin lama jangka waktu aliran penerimaan setelah investasi (postinvestment

incremental earnings) semakin tinggi return yang didapat dan semakin positif

investasi pada human capital. Semakin dini usia memasuki sekolah secara

ekonomis semakin panjang jangka waktu penerimaan tambahan setelah investasi

dilakukan.

b. Semakin rendah biaya yang dikeluarkan untuk investasi human capital semakin

banyak orang akan melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan.

Disamping itu bila resesi terjadi, biaya akan semakin rendah karena opportunity

cost menjadi lebih rendah. Oleh sebab itu, banyak angkatan kerja memilih

memasuki dunia pendidikan atau mengikuti pelatihan.

c. Semakin besar selisih yang diterima atau return yang diperoleh angkatan kerja

yang terdidik atau tamatan perguruan tinggi dibandingkan dengan return yang

diterima angkatan kerja non-skilled, maka semakin tinggi keinginan masyarakat

untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Artinya investasi pada

human capital akan meningkat.

Sementara itu, keputusan investasi dapat juga dilihat dari sisi public atau

prespektif sosial. Ekonom memandang dari sisi prespektif sosial, keuntungan

investasi pada human capital antara lain (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

a. semakin banyak tenaga kerja terdidik akan semakin kecil tingkat pengangguran.

Tingkat pengangguran yang kecil akan mengurangi tingkat kriminilitas,

pengeluaran transfer atau biaya subsidi dan biaya perlindungan hukum.

b. meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang politik dan kualitas

keputusan-keputusan politik (kebijakan dan peraturan semakin baik). Proses

politik dapat lebih mudah, efisien dan efektif.

c. peningkatan kualitas antar generasi ke generasi berikutnya.

d. masyarakat yang berpendidikan menghasilkan lebih besar dan menyebarkan

keuntungan yang lebih besar kepada lingkungan mereka sendiri (society).

Hasil dari investasi pada human capital (rates of return) mengalami

penurunan saat investasi dilakukan secara terus-menerus yang telah mencapai tingkat

tertentu. Ada dua alasan terjadi penurunan tingkat pengembalian tersebut yakni (Mc

Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

a. investasi pada human capital tetap mengikuti kaidah diminishing returns (skala

pengembalian hasil yang semakin menurun). Kenaikan tambahan income

(incremental income) semakin menurun setiap tahun penambahan waktu

pendidikan, dan

b. peningkatan tingkat pendidikan diikuti penerimaan benefit semakin menurun

akibat dari kenaikan biaya yang turut mengurangi internal rate of return.

On the job training dapat dibedakan menjadi dua bagian penting, yaitu:

general training dan special training. Pembahasan on the job training diasumsikan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

pasar dalam keadaan persaingan sempurna dan perpindahan tenaga kerja dianggap

sempurna (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999).

General training tujuannya menciptakan keahlian atau pembentukan karakter

secara umum yang dapat digunakan oleh semua perusahaan dan industri. Keahlian

yang didapat tenaga kerja dari general training dapat dijual atau ditransfer ke pasar

atau ke perusahaan lain. Saat training sedang berlangsung, gaji yang diterima oleh

pekerja lebih rendah bila dibandingkan dengan yang diperoleh oleh tenaga kerja non

trampil. Namun setelah masa selesai training, gaji yang mereka peroleh lebih tinggi

dari yang diterima oleh pekerja yang tidak memperoleh training. Pekerja yang

memperoleh general training dapat menawarkan keahliannya ke perusahaan lain atau

menjual keahliannya ke pasar sehingga mereka akan mendapatkan penghasilan yang

lebih tinggi. Seandainya, pemberi kerja yang membayar biaya investasi training ini,

mereka kemungkinan akan kehilangan return bila pekerja meninggalkan perusahaan.

Untuk itu pekerja yang telah melakukan general training biasanya diberikan gaji

lebih tinggi bila dibandingkan dengan mereka terima sebelum mengikuti training.

Artinya daya tawar mereka untuk mendapatkan gaji/upah menjadi lebih kuat bila

dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak mengikuti general training tersebut.

General training, wage rate dibayarkan perusahaan sama dengan marginal revenue

product tenaga kerja.

Special training menciptakan keahlian atau kemampuan yang hanya dapat

dipergunakan oleh perusahaan tertentu saja. Biaya pelatihan khusus ini ditanggung

oleh perusahaan. Pemberi kerja selama masa periode pelatihan khusus ini menerima

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

marginal return product tenaga kerja lebih rendah dari pada wage rate yang mereka

tanggung. Setelah periode pelatihan khusus, pemberi kerja mendapatkan marginal

return product tenaga kerja jauh lebih besar dari wage rate yang mereka bayarkan.

Sedangkan, tenaga kerja menerima upah yang dengan upah sewaktu mereka belum

mengikuti training.

Bukti empiris penghasilan seseorang kadang lebih besar dari mereka yang

memiliki pendidikan yang lebih tinggi. Individu yang memiliki kelebihan secara

intelegensia, kedisiplinan dan motivasi, umumnya menerima penghasilan yang lebih

besar. Penambahan penghasilan mereka (incremental income) mereka kadang tidak

dapat ditelusuri langsung ke investasi human capital yang mereka lakukan. Tetapi

semata-mata hanya berdasarkan persoalan kemampuan individu itu sendiri (problem

ability). Penambahan penghasilan ini tidak ada kaitannya dengan lamanya mereka

menempuh pendidikan formal (schooling). Pendapat para ahli juga menyebutkan juga

bahwa peningkatan penambahan penghasilan (incremental income) tidak semata-mata

berdasarkan tingkat pendidikan formal. Kemampuan juga penting dalam hal ini (Mc

Connell, Brue, dan Macpherson, 1999).

Screening hypothesis melihat pendidikan merupakan faktor penting dalam

memperjakan seorang tenaga kerja, menempatkan pada posisi tertentu,

mempromosikan pekerja tersebut dan kedudukan lainnya yang diberikan pekerja.

Screening hypothesis menempatkan pekerja pada posisi strategis berdasarkan jenjang

pendidikan yang dimiliki pekerja tersebut. Semakin tinggi pendidikan pekerja

tersebut semakin strategis posisi pekerja tersebut, semakin mudah dia dipromosikan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

dan semakin besar penghasilan yang mereka terima. Produktivitas pekerja bukan

faktor utama dalam menentukan reward (imbalan) yang diterima oleh pekerja

tersebut. Pekerja yang lulus dari suatu universitas favorit akan diberikan penghasilan

yang lebih baik. Walaupun kadang-kadang memiliki produktivitas yang lebih rendah

dari lulusan perguruan tinggi yang biasa-biasa saja yang notabene kurang populer

di mata masyarakat. Screening hypothesis memandang tingkat pendidikan berbanding

lurus dengan produktivitas. Semakin tinggi tingkat pendidikan (schooling) dan

populer tempat pendidikan calon pekerja dianggap memiliki tingkat produktivitas

yang makin tinggi sehingga wajar bila diberikan reward yang lebih tinggi. Namun

data empiris menyebutkan tidak sepenuhnya benar pendapat tersebut. Hypothesis

tersebut masih memiliki distorsi dilevel practical. Tetapi bukti empiris juga

menyebutkan bahwa pada tahap awal pekerja memasuki dunia kerja (labor force)

akan diberikan penghasilan yang lebih untuk lulusan tingkat pendidikan yang lebih

tinggi. Seiring dengan berlalunya waktu produktivitas pekerja tersebut diharapkan

meningkat. Faktor pendidikan lanjutan yang sifatnya seperti pelatihan dan

pengalaman diharapkan meningkatkan produktivitas pekerja tersebut dan reward

yang akan mereka peroleh disesuaikan dengan tingkat produktivitas para pekerja

(enhanced earning) (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999).

2.3.4. Upah

Upah merupakan ukuran nilai kerelaan pasar tenaga kerja dalam melakukan

kegiatan jual-beli (dipengaruhi oleh kekuatan penawaran dan permintaan tenaga

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

kerja). Upah juga merupakan ukuran jasa, kemampuan atau keahlian yang telah

diberikan oleh pekerja dalam proses produksi.

Upah dari sudut pandang life cycle, antara lain memiliki karakteristik sebagai

berikut (Borjas, 2005):

a. Tingkat upah yang tinggi akan meningkatkan keinginan angkatan kerja untuk

memasuki pasar tenaga kerja, berlaku juga sebaliknya.

b. Pekerja muda biasanya mulai bekerja dengan gaji yang kecil awal kerjanya.

Dengan berlalunya waktu gaji akan meningkat sampai mencapai umur 50, lalu

menurun seiring dengan pertambahan usia.

c. Pria umumnya memiliki partisipasi kerja yang tinggi di usia muda dan berkurang

menjelang usia lanjut.

d. Sebaliknya pada wanita, pasa usia muda partisipasinya di pasar tenaga kerja

rendah. Namun meningkat seiring dengan berlalunya waktu. Partisipasi wanita

di pasar tenaga kerja berkaitan erat dengan kebutuhan keluarga terhadap mereka.

Maka kadang tenaga kerja wanita di pasar tidak menentu, tergantung pada pilihan

mereka pada rumah tangga.

Seseorang akan meninggalkan pasar kerja atau memasuki pensiun dipengaruhi

oleh (Borjas, 2005):

a. Tingkat upah. Pekerja yang memiliki penghasilan yang tinggi dakan memilih

cepat keluar dari pasar kerja saat upah naik, dimana income effect lebih dominan.

Mereka memilih lebih banyak leisure ketimbang bekerja. Saat bersamaan,

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

substitution effect terjadi sehingga harga pensiun menjadi lebih mahal. Kondisi ini

mendorong tenaga kerja untuk menunda pensiun mereka.

b. Pension benefits. Jika pension benefits meningkat maka pekerja akan lebih cepat

meninggalkan pasar kerja. Pekerja lebih cepat memasuki usia pensiun.

2.4. Teori Permintaan Tenaga Kerja (Demand for Labor)

Permintaan terhadap tenaga kerja atau faktor produksi lain yang digunakan

untuk memproduksi suatu barang/jasa ditentukan atau dikendalikan oleh permintaan

terhadap barang jadi/jasa tersebut (derived demand). Permintaan terhadap tenaga

kerja tergantung pada produktivitas tenaga kerja itu sendiri dan market value dari

produk yang dihasilkan (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999).

2.4.1. Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek

Analisis fungsi produksi mengasumsikan faktor produksi terdiri dari input

yakni tenaga kerja dan modal. Analisis jangka pendek mengasumsikan faktor modal

atau yang lain dianggap konstan, kecuali faktor tenaga kerja. Faktor produksi

perusahaan dapat dituliskan sebagai berikut (Mc Connell, Brue, dan Macpherson,

1999):

TPSR= (L, ),

Di mana: TPSR = total product jangka pendek

L = faktor produksi tenaga kerja (labor)

= faktor produksi barang modal (capital) diasumsikan konstan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Total produksi jangka pendek merupakan total output yang diproduksi dengan

setiap kombinasi faktor produksi tenaga kerja dengan modal konstan.

Perusahaan diasumsikan perfectly competitive, di mana perusahaan bersifat

price taker dan tidak dapat mempengaruhi harga sewa dan upah tenaga kerja.

Marginal product of labor (MP) didefinisikan perubahan total product

dikaitkan dengan penambahan satu faktor produksi tenaga kerja. Average product of

labor (AP) merupakan nilai total product yang dibagikan dengan jumlah unit tenaga

kerja yang digunakan.

Pemahaman total product, marginal product of labor dan average labor

penting dalam analisis tahapan-tahapan produksi. Tahap produksi menggunakan alat

analisis ketiga unsur tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut:

a. marginal product of labor (MPL) lebih besar dari average product (APL),

di mana MPL menuju tahap puncaknya, akan menaikan total product, rate MPL

masih terus mengalami kenaikan dan juga average product of labor (APL)

seiring dengan pertambahan tenaga kerja.

b. MPL sama dengan APL, posisi ini MPL mengalami tingkat penurunan yang terus

menurus dan APL mencapai puncaknya dan total product masih akan tetap

meningkat dengan pertambahan tenaga kerja.

c. MPL lebih kecil dari APL, posisi MPL terus-menerus menurun dan di bawah

APL. APL juga akan terus-menerus mengalami penurunan namun total produksi

masih tetap meningkat jika tenaga kerja tetap ditambah.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

d. MPL sama dengan nol dan lebih kecil dari APL, total product mencapai titik

maksimal dan APL mengalami trend penurunan. Tahapan ini telah mencapai

jumlah tenaga kerja yang digunakan mencapai tingkat maksimum. Artinya bila

jumlah tenaga kerja dipaksakan untuk tetap ditambah maka total produksi

mengalami trend penurunan terus-menerus.

Marginal product of labor (MPL) trend awalnya positif. Lalu mencapai

tingkat maksimum dan menuju ke arah penurunan. Ini dapat diartikan, pada awalnya

dengan asumsi tenaga kerja identik, penambahan tenaga kerja dengan modal yang

konstan akan meningkatkan produktivitas. Tetapi penambahan terus-menerus tenaga

kerja akan mencapai titik jenuh dan akhirnya menyebabkan produktivitas akan

menurun. The law of diminishing marginal returns berlaku dalam posisi ini.

Permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek oleh pemberi kerja didasarkan

kepada keuntungan yang diperoleh pemberi kerja akibat pertambahan tenaga kerja

tersebut dalam faktor produksi. Tenaga kerja akan terus ditambah selama profit yang

dihasilkan pemberi kerja masih positif dan tidak akan ditambah lagi jika kontribusi

per tenaga kerja telah sama dengan biaya yang ditimbulkannya. Ini sesuai dengan

tujuan utama pemberi kerja yaitu memaksimalkan profit (Mc Connell, Brue, dan

Macpherson, 1999).

Marginal revenue product of labor (tambahan/perubahan total penerimaan

yang diperoleh pemberi kerja akibat kenaikan satu unit faktor input tenaga) dan

marginal wage cost (pertambahan/perubahan total biaya akibat bertambahnya satu

unit faktor input tenaga kerja) merupakan alat ukur permintaan tenaga kerja ditingkat

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

perusahaan. Ada tiga kondisi terkait dengan hal tersebut yaitu (Mc Connell, Brue, dan

Macpherson: 1999):

a. Marginal revenue product of labor lebih besar dari marginal wage cost, berarti

pertambahan tenaga masih meningkatkan profit yang diterima oleh pemberi

kerja. Perusahaan akan terus berupaya menambah tenaga kerja karena masih ada

peluang untuk meningkatkan keuntungan.

b. Marginal revenue product of labor sama dengan marginal wage cost, berarti

jumlah tenaga kerja pada kondisi ini telah mencapai titik jenuh. Perusahaan tidak

akan menambah tenaga kerja karena hanya akan mengurangi keuntungan

mereka. Kondisi ini juga menyimpulkan bahwa kapasitas produksi di tingkat

perusahaan telah mencapai titik jenuh.

c. Marginal revenue product of labor lebih kecil dari marginal wage cost, berarti

terjadi kelebihan tenaga kerja pada proses produksi. Perusahaan mengalami

kerugian bila jumlah tenaga kerja tetap dipertahankan seperti ini. Dalam kondisi

seperti ini, perusahaan harus mengurangi jumlah tenaga kerjanya.

Pasar tenaga kerja dapat dipahami melalui pengasumsian kondisi pasar yang

dihadapi oleh perusahaan dalam menjual produknya, antara lain:

a. Pasar persaingan sempurna (competitive market)

Perusahaan dalam kondisi ini sifatnya wage taker, sehingga marginal wage cost

akan sama dengan wage rate, bila perusahaan ingin maksimalkan profitnya.

MRP=MWC=w. Marginal revenue product atau kurva permintaan tenaga kerja

sama dengan kurva value of marginal product. The value of marginal product

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

atau penerimaan tambahan sama nilainya dengan MRP. VMP= MR X MP atau P

X MP.

b. Pasar persaingan tidak sempurna (imperfectly competitive)

Kondisi pasar yang persaingan tidak sempurna, perusahaan dapat mengendalikan

harga, maka marginal revenue product lebih rendah dari value of marginal

product. (MR X MP) lebih kecil dari (P X MP). Kurva permintaan tenaga kerja

dalam pasar persaingan tidak sempurna sifatnya lebih curam atau lebih menurun

ke kiri bila dibandingkan dengan kurva permintaan tenaga kerja persaingan

sempurna. Sedangkan perusahaan monopolistik dapat memilih harga kuantitas

yang mereka tawarkan untuk memaksimalkan keuntungannya.

Sama seperti di atas, Branson (2001) juga berpendapat dengan

mengasumsikan fungsi produksi jangka pendek, produksi real hanya dipengaruhi

oleh faktor input tenaga kerja, ditulis dengan fungsi sebagai berikut:

Di mana:

y = output real

MPL = marginal product of labor

APL = produktivitas rata-rata tenaga kerja

N = jumlah tenaga kerja

y= y(N; ); MPL = äy / äN APL = y / N

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

= modal dalam keadaan konstan

∆ R = p*(äy / äN) * ∆N, di mana p * (äy / äN) adalah marginal value product

of labor. Seandainya ∆ R merupakan perubahan biaya, maka permintaan tenaga kerja

akan terus dilakukan oleh pemberi kerja sampai ∆ C = ∆ R dan W= p*(äy / äN) atau

W/p = (äy / äN). W= p*(äy / äN) merupakan persamaan permintaan tenaga kerja

dalam jangka pendek (Branson, 2001). p adalah tingkat harga produk dan w=W/p

merupakan upah riel.

2.4.2. Permintaan Tenaga Kerja Jangka Panjang

Permintaan tenaga kerja jangka panjang mengasumsikan jumlah tenaga kerja

dan modal bervariasi. Dalam analisis ini capital tidak dianggap konstan. Tetapi

bervariasi sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk tujuan produksi.

Perubahan fungsi permintaan tenaga kerja jangka panjang dapat dipengaruhi oleh

perubahan pada wage rate, yang dirinci dengan pengaruh output effect dan

substitution effect (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999).

Diandaikan fungsi produksi: Q = f (L, K, Teknologi, Input lainnya)

Di mana:

L= labor atau tenaga kerja

K= capital atau modal

Misalkan untuk memproduksi barang dan jasa, perusahaan hanya

membutuhkan tenaga kerja (L) dan modal (K). Maka fungsi produksi menjadi

(Nicholson, 2003): Q = f (L, K)

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Tenaga Kerja

Modal

K2

K1

L2 L1 L3 L4

A

B

C

D

q1 q2

IC1IC2

Tenaga Kerja

Modal

K2

K1

L2 L1 L3 L4

A

B

C

D

q1 q2

IC1IC2

Gambar 2.5 Kurva IsoquantSumber: Borjas, 2005.

Kurva isoquant mengilustrasikan kombinasi faktor-faktor produksi antara

tenaga kerja dan modal dalam menghasilkan tingkat output yang sama. Titik A

menggambarkan penggunaan modal K2 dan tenaga kerja L2 untuk memproduksi

barang sejumlah q1. Titik B menggambarkan penggunaan modal K1 dan tenaga kerja

L1 juga digunakan untuk memproduksi sejumlah barang q1. perubahan produksi titik

A ke titik B, merubah komposisi faktor input (K2, L2) menjadi (K1, L1), di mana K2>

K1 dan L1>L2. Ada sejumlah tenaga kerja yang didistribusikan untuk mengganti

barang modal.

Marginal rate of technical substitutions (MRST) tenaga kerja terhadap modal,

dapat dihitung sebagai berikut (Nicholson, 2003):

RTS labor to capital = perubahan input modal/perubahan input tenaga kerja

Garis IC1 dan IC2 merupakan garis isocost, di mana garis kombinasi biaya

yang dikeluarkan untuk biaya modal dan tenaga kerja.

Sumber: Borjas, 2005

Gambar 2.1. Kurva Isoquant

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Fungsi biaya (Nicholson, 2003) adalah C = wL + vK

Di mana:

L= jumlah tenaga kerja atau modal jam tenaga kerja

w= tingkat upah per jam

K= jumlah modal

v= sewa modal per jam

minimumkan C = wL + vK

dengan kekangan: Q= f(L,K)

Fungsi Lagrange: ₤ = wL + vK + ë{ Q- f(L, K) }

Syarat perlu untuk optimasi, turunan pertama fungsi Lagrange sama dengan nol

(Hartono, 2004).

ä₤ / äL = w- ë ä f(L, K)/ äL = 0 �����...�������������(4)

ä₤ / äK = v- ë ä f(L, K)/ äK = 0 ������...������������(5)

ä₤ / ä ë = Q- f(L, K) = 0 ����...�����������������(6)

Persamaan (4) dibagi dengan persamaan (5), maka akan didapat persamaan

berikut: w/v = (äf(L, K)/ äL) / (ä f(L, K)/ äK)�������������..(7)

Persamaan (7) merupakan titik persinggungan kurva isocost C1 dengan isoquant q1,

merupakan perpaduan titik optimum. Pada titik tersebut kemiringan garis C1 sama

dengan kemiringan garis q1. Slope garis C1 adalah w/v. Sedangkan slope isoquant q1

adalah (äf(L, K)/ äL) / (ä f(L, K)/ äK). Slope ini merupakan marginal rate of

technical substitutions. (äf(L, K)/ äL) adalah perubahan output terhadap perubahan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

input tenaga kerja atau marginal product of labor, MPL. Sedangkan, (ä f(L, K)/ äK)

adalah perubahan output terhadap modal atau marginal product of capital, MPK.

MPL/ MPK = w/v= MRTS labor to capital = ∆K/∆L ���������(8)

Artinya untuk meminimalkan biaya perusahaan dapat mensubstitusikan tenaga

kerja terhadap modal tergantung pada harga masing-masing input tersebut.

Penggantian barang modal ke tenaga kerja atau sebaliknya dapat diilustrasikan

sebagai berikut (Nicholson, 2003):

a. jika w > v, untuk memproduksi sejumlah barang q perusahaan lebih untung bila

menggunakan lebih banyak barang modal dari pada tenaga kerja. Karena biaya

modal (v) lebih murah dari biaya tenaga kerja (w), sehingga keuntungan lebih

besar. Akibatnya permintaan modal dalam jangka waktu tertentu akan

meningkat di pasar modal, sebaliknya di pasar tenaga kerja permintaan tenaga

kerja akan menurun.

b. jka w = v, untuk memproduksi barang q perusahaan sama saja bila

menggunakan lebih banyak modal atau lebih sedikit. Karena biaya modal (v)

sama saja dengan biaya tenaga kerja (w). Permintaan modal dalam jangka waktu

tertentu akan tetap sama seperti pasar modal sebelumnya, begitu juga dengan

permintaan tenaga kerja dalam pasar tenaga kerja.

c. jika w < v, untuk memproduksi sejumlah barang q perusahaan lebih untung bila

menggunakan lebih banyak tenaga kerja barang dari pada modal. Karena biaya

modal (v) lebih mahal dari biaya tenaga kerja (w), sehingga keuntungan lebih

besar. Akibatnya permintaan modal dalam jangka pendek akan menurun di pasar

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

modal, sebaliknya di pasar tenaga kerja permintaan tenaga kerja akan

meningkat.

Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan fungsi permintaan tenaga kerja

jangka panjang lebih elastis dari permintaan tenaga kerja jangka pendek (Mc Connell,

Brue, dan Macpherson, 1999):

a. Product demand (permintaan produk). Permintaan dan perubahan harga produk

dalam jangka panjang lebih elastis dari pada jangka pendek.

b. Labor-capital interaction. Substitusi effect dalam jangka pendek tidak terjadi.

Modal dan tenaga kerja tidak dapat dipertukarkan karena dalam jangka pendek

modal konstan. Dalam jangka panjang tenaga kerja dapat dipertukarkan dengan

modal sehingga dalam jangka panjang lebih elastis daripada jangka pendek.

c. Teknologi. Perubahan teknologi dapat meningkatkan produktivitas. Dalam

jangka panjang perubahan teknologi lebih elastis dari permintaan tenaga kerja

bila dibandingkan oleh permintaan tenaga kerja jangka pendek. Pemberi kerja

akan menilai keuntungannya sebelum melakukan investasi teknologi baru. Saat

semua tenaga kerja tidak dapat lagi ditingkatkan karena telah mencapai titik

jenuh dalam menggunakan modal yang tersedia. Dalam kondisi ini, pertambahan

atau perubahan modal perlu dilakukan oleh pemberi kerja guna memaksimalkan

keuntungannya. Peran teknologi baru sangat penting untuk meningkatkan

produktivitas perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

2.4.3. Pasar Permintaan Tenaga Kerja

Pasar permintaan tenaga kerja merupakan gabungan permintaan pasar

individual tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja tergantung pada elastisitas

permintaan jumlah tenaga kerja. Sensitivitas jumlah permintaan tenaga kerja dihitung

dengan cara berikut (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

Ed=

Ed=

Penentu deteminan elastisitas pasar permintaan tenaga kerja secara umum

ditentukan oleh (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

a. Elasitas permintaan produk. Semakin elastis permintaan terhadap produk suatu

perusahaan maka perusahaan tersebut juga semakin elastis melakukan

permintaan terhadap tenaga kerja.

b. Perbandingan antara biaya tenaga kerja terhadap total biaya. Semakin besar

komposisi biaya tenaga kerja dalam total biaya maka perubahan wage rate

semakin elastis terhadap permintaan tenaga kerja. Sebaliknya, jika komposisi

tenaga kerja sangat kecil pada total biaya maka perubahan wage rate kurang

elastis.

c. Semakin mudah disubstitusikan tenaga kerja ke faktor input yang lain, maka

permintaan tenaga kerja semakin elastis terhadap perubahan wage rate.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Elastisitas penawaran faktor produksi yang lain. Jika permintaan faktor produksi yang

lain semakin elastis maka permintaan tenaga kerja juga semakin elastis.

2.5. Produktivitas Tenaga Kerja

Untuk keperluan analisis permintaan tenaga kerja salah satu alat ukurnya

adalah produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja dapat dibedakan menjadi

produktivitas rata-rata tenaga kerja dan marginal produktivitas tenaga kerja

(Nicholson, 2003).

Produktivitas rata-rata tenaga kerja dapat ditentukan dengan membagi jumlah

total produksi dengan total input tenaga kerja. Sedangkan, marginal produktivitas

tenaga kerja dihitung dengan membandingkan perubahan total output terhadap

pertambahan satu unit faktor input tenaga kerja.

Ukuran total produksi di dalam suatu wilayah atau propinsi dalam kurun

waktu tertentu biasanya disebut dengan produk domestik bruto regional (PDRB).

Menurut Frank dan Bernanke (2007), pendekatan pengukuran gross domestic product

(GDP) dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: pendekatan produksi (menggunakan

market value atau value added), pendekatan pengeluaran (total dari konsumsi rumah

tangga, investasi yang dilakukan oleh perusahaan, belanja pemerintah dikurangi

transfer payment dan net export) dan pendekatan income (income labor berupa upah,

gaji, dan penghasilan dari usaha sendiri dan capital income yang diterima oleh

pemilik modal seperti profit, sewa, bunga dan royalti).

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Ukuran gross domestic product (GDP) menurut Frank dan Bernanke (2007)

dibedakan menjadi GDP nominal dan GDP riel. GDP nominal dihitung dengan

mengalikan total produk tahun berjalan terhadap current price�s. Sedangkan GDP

real dihitung dengan mengalikan total produk tahun berjalan terhadap base year

price�s. GDP riel adalah GDP nominal dibagi deflator GDP lalu dikalikan 100.

Inflasi merupakan kenaikan harga-harga secara umum. Ukuran inflasi yang

sering digunakan adalah indeks harga konsumen (consumer price index). Di samping

itu juga sering menggunakan deflator GDP (Samuelson dan Nodhaus, 2001).

Indeks harga konsumen dihitung berdasarkan pembobotan yang dilakukan

terhadap harga-harga konsumsi suatu barang yang dilakukan oleh konsumen pada

periode tertentu. Lalu dipilih tahun dasar sebagai tahun dasar perhitungan

pembanding. Indeks harga konsumen tujuannya untuk mengukur daya beli konsumen

dari tahun ke tahun. Dari perhitungan indeks harga konsumen nantinya tingkat inflasi

dapat dihitung (Mankiw, 2003).

Deflator GDP mencerminkan tingkat harga saat ini relatif dengan tahun dasar.

Perbedaan deflator GDP dengan indeks harga konsumen adalah sebagai berikut

(Mankiw, 2003):

a. deflator GDP mencerminkan harga semua barang dan jasa yang diproduksi

dalam negeri, sedangkan indeks harga konsumen merupakan harga berbagai

barang dan jasa yang dibeli konsumen;

b. perbedaan dalam pembobotan. IHK membandingkan sekelompok harga barang

dari tahun sekarang dengan tahun dasar di mana kelompok barang tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

biasanya relatif tetap. Sementara itu deflator GDP membandingkan harga

barang dan jasa yang diproduksi saat ini dengan harga barang dan jasa yang

sama ditahun dasar. Jenis barang dalam penentuan deflator GDP relatif lebih

dinamis.

Perbedaan deflator GDP dengan indeks harga konsumen tidak terlalu penting,

seandainya semua harga berubah secara proporsional. Tingkat inflasi dengan

menggunakan indeks harga konsumen maupun deflator GDP cenderung sama dari

tahun ke tahun. Tetapi tetap saja memiliki perbedaan (Mankiw, 2003).

2.6. Ekspektasi Penawaran Agregat

Fungsi ekspektasi, Pe= p(P); 0 . Di mana, Pe ekspektasi harga

tergantung kepada harga aktual P. p� merupakan slope dari fungsi p yang besarnya

lebih besar dan sama dengan nol dan lebih kecil dari dan sama dengan satu. Dari

besaran p� dan fungsi p dapat dikemukan yang berkaitan dengan fungsi penawaran

tenaga kerja aggregate sebagai berikut (Branson, 2001):

1. Kondisi ekstrem Keynesian

Kondisi ekstrem Keynesian p�=0, artinya Pe=P, ekspektasi harga tidak

terpengaruh pada perubahan harga aktual. Dalam kondisi ini kurva penawaran

aggregat berbentuk horizontal. Kurva penawaran aggregate tidak dipengaruhi

oleh perubahan harga namun hanya terpengaruh oleh pergeseran kurva

permintaan dalam pasar barang dan jasa. Sedangkan pada pasar tenaga kerja,

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

pada kondisi ekuilibrium kurva permintaan tenaga kerja tergantung pada

perubahan harga. Namun perubahan tersebut tidak mempengaruhi kurva

penawaran tenaga kerja.

2. Kondisi ekstrem Classical

Dalam kondisi ini p�=1, ekspektasi harga Pe sama dengan harga aktual P atau

perubahan pada aktual P akan proporsional dengan perubahan ekspektasi harga

Pe. Perubahan pada harga aktual akan meningkatkan permintaan agregat pada

pasar barang dan jasa. Peningkatan permintaan aggregate akan mempengaruhi

permintaan pada pasar tenaga kerja. Seharusnya permintaan tenaga kerja juga

akan meningkat dalam mendukung produksi barang dan jasa. Namun hal ini

tidak terjadi pada kondisi case classical karena permintaan dan pernawaran

tenaga kerja tidak dipengaruhi oleh harga. Harga dalam kondisi ini bersifat

eksogenous. Perubahan harga tersebut tidak meningkatkan jumlah tenaga kerja

yang bekerja tetapi hanya terpengaruh pada perubahan upah nominal ataupun

upah rill. Dalam kondisi ini, kurva penawaran aggregate berbentuk horizontal.

3. Kondisi Imperfect Foresight

Kondisi imperfect foresight atau general Keynesian model, 0 , ekspektasi

harga Pe akan mempengaruhi harga aktual P. Perubahan harga tersebut tidak

terjadi secara sempurna. Perubahan harga P, akan menurunkan rasio Pe /P

sehingga menurunkan upah rill w. Penurunan upah rill ini akan meningkatkan

permintaan tenaga kerja sehingga menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

arah atas kanan. Begitu juga halnya di sisi kurva penawaran tenaga kerja,

perubahan harga ini akan meningkatkan penawaran tenaga kerja. Kurva

penawaran tenaga kerja akan bergeser ke kanan.

2.7. Hubungan Penawaran Aggregat dengan Permintaan Tenaga Kerja

Penawaran aggregate dalam jangka pendek lebih mendekati pada kondisi

general Keynesian�s model. Begitu juga halnya dengan kondisi penawaran dan

permintaan tenaga kerja. Sedangkan dalam kondisi jangka panjang, penawaran

aggregate cenderung pada mengikuti asumsi klasik. Di mana kurva penawaran

aggregate cenderung pada kondisi vertikal, di mana output y konstan. Begitu juga

halnya dengan permintaan tenaga kerja.

2.8. Pengangguran (Unemployment)

Pengangguran (unemployment) adalah, Frank dan Bernanke (2007), seseorang

yang tidak mendapatkan pekerjaan dalam waktu tertentu tetapi tetap berusaha

mendapatkan pekerjaan tersebut.

Tingkat pengangguran (the unemployment rate), Frank dan Bernanke (2007),

adalah tingkat pengangguran yang dihitung dengan membagi jumlah pengangguran

terhadap labor force.

Philip�s curve yang ditemukan oleh A.W Philips dapat menjelaskan hubungan

antara tingkat upah dengan tingkat pengangguran (Branson, 2003). Andaikan:

w= �(Nd-Ns); ��>0

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Ls= Pe *g(N)

Ld= Pe *f(N)

Ns Nd

w

Jumlah Tenaga Kerja

upah riel

Gambar 2.6 Upah riel dan Pasar Tenaga Kerja

Sumber: Branson, 2003

excess supply= (Ns-Nd)=- (Nd-Ns)

w= -�(Nd-Ns); ��>0

u= U/L merupakan excess supply, w= g(u); g�<0

Dari persaman di atas dan Gambar 2.6 Branson (2003) menurunkan kurva

Philips.

w

U= tingkat pengangguran

upah riel

Gambar 2.7 Kurva Philips

Sumber: Branson, 2003

Sumber: Branson, 2003

Gambar 2.6. Upah Riel dan Pasar Tenaga Kerja

Sumber: Branson, 2003

Gambar 2.7. Kurva Philips

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Guncangan dalam pasar tenaga kerja dapat terjadi karena adanya guncangan

pada permintaan aggregate dan penawaran aggregate. Guncangan ini dapat

menyebabkan gangguan pada keseimbangan pasar tenaga kerja. Menurut Frank dan

Bernanke (2007), ada tiga guncangan dalam pasar tenaga kerja, yakni:

1. Pengangguran friksional (frictional unemployment). Pengangguran ini

disebabkan oleh tenggang waktu yang dibutuhkan para pekerja untuk mencari

pekerjaan yang sesuai dan cocok untuk mereka. Dan sifatnya umumnya

sementara.

2. Pengangguran struktural (structural unemployment). Pengangguran struktural

biasanya terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama. Ini bisa terjadi karena

para pekerja kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja baru,

sedangkan lingkungan kerja lama mereka telah tutup atau tidak beroperasi

lagi. Misalnya pekerja di pabrik baja yang tidak beroperasi lagi harus pindah

ke perusahaan komputerais, tentu mengalami hambatan yang serius dalam

mencari pekerjaan baru. Ini biasanya terjadi pada pekerja un-skilled.

Pengangguran ini sangat besar biaya sosialnya bila tidak langsung ditangani.

3. Cyclical unemployment. Pengangguran cyclical terjadi karena penurunan atau

perlambatan pertumbuhan ekonomi (perekonomian dalam keadaan resesi).

Para pekerja banyak dirumahkan karena core bisnis yang mereka jalani

sedang mengalami perlambatan pertumbuhan permintaan di pasar. Sehingga

mau tidak mau, pengusaha biasanya untuk menghemat biaya mereka harus

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

memberhentikan sementara sebagian pekerja mereka. Ini akan membawa

biaya sosial yang tinggi bila berlangsung cukup lama.

2.9. Determinan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Determinan permintaan tenaga kerja dapat diringkas sebagai berikut (Mc

Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

a. Permintaan produk suatu barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja

itu sendiri. Jika permintaan produk tinggi maka permintaan tenaga kerja juga

yang memproduksi produk tersebut akan tinggi. Menurut Frank dan Bernanke

(2007), kenaikan harga produk tertentu yang diproduksi oleh pekerja akan

menggeser kurva permintaan ke kanan (permintaan tenaga kerja semakin besar

untuk semua tingkat upah nominal maupan upah riel). Begitu juga sebaliknya.

b. Produktivitas tenaga kerja. Semakin tinggi produktivias tenaga kerja semakin

tinggi permintaan terhadap tenaga kerja tersebut. Kenaikan produktivitas tenaga

kerja akan menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke arah kanan. Namun

seandainya produktivitas tenaga kerja menurun maka kurva permintaan tenaga

kerja akan bergeser ke kiri. Frank dan Bernanke (2007) menyatakan bahwa

kenaikan produktivitas tenaga kerja akan menggeser kurva permintaan tenaga

kerja ke kanan, di mana permintaan terhadap tenaga kerja meningkat untuk

semua tingkat upah nominal dan upah riel.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

c. Jumlah pemberi kerja (employers). Semakin banyak jumlah pemberi kerja maka

semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan atau permintaan tenaga

kerja akan meningkat.

d. Harga barang/faktor produksi yang lain. Perubahan faktor-faktor produksi yang

lain seperti modal, bahan baku, tanah dapat mengubah permintaan tenaga kerja.

Namun perubahan faktor produksi yang lain harus dipilah-pilah dulu. Harus

dibedakan apakah faktor produksi yang lain termasuk dalam kategori sebagai

berikut:

1. Gross substitutes. Jika harga faktor produksi yang lain berubah maka

permintaan tenaga kerja juga akan berubah ke arah yang sama.

2. Gross complements. Harga faktor-faktor produksi yang lain berubah maka

permintaan tenaga kerja juga akan berubah dengan arah yang berlawanan.

Sedangkan determinan penawaran tenaga kerja dapat diringkas sebagai

berikut (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

a. Wage rates yang lain.

b. Nonwage rate income.

c. Preferensi (trade off) untuk bekerja atau leisure.

d. Nonwage aspects of the job.

e. Number of qualified suppliers.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

2.10. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang akan dilakukan diambil

dari berbagai sumber.

Situmorang (2007), melakukan penelitian tentang keterkaitan peningkatan

pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia sebagai variabel dependen dan variabel

independen adalah akumulasi modal fisik tetap, investasi pemerintah

di bidang human capital, jumlah tenaga kerja produktif yang berpendidikan

menengah dan jumlah tenaga kerja yang berpendidikan tinggi. Investasi human

capital yang dilakukan oleh pemerintah meliputi pengeluaran dalam bidang

pendidikan dan kesehatan. Akumulasi modal fisik atau tetap merupakan besarnya

akumulasi modal yang digunakan seluruh sektor untuk memproduksi barang (output)

secara agregat. Akumulasi modal fisik ini dihitung dengan nilai konstan. Jumlah

tenaga kerja berpendidikan tinggi adalah jumlah tenaga kerja produktif yang

berpendidikan akademis mulai dari lulusan D1 ke atas. Sedangkan jumlah tenaga

kerja berpendidikan menengah adalah jumlah tenaga kerja produktif yang

berpendidikan Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) atau sederajat sampai dengan

lulusan Sekolah Lanjutan Menengah Tingkat Atas (SMA) atau sederajat.

Hasil penelitian Situmorang (2007) tersebut, variabel-variabel independen

berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap peningkatan PDB Indonesia. Hasil

estimasi menyebutkan variabel-variabel independen mampu menjelaskan peningkatan

PDB Indonesia sebesar 99,3% dan sisanya faktor lain yang tidak diteliti sebesar 0,7%.

Akumulasi modal fisik tetap, investasi pemerintah di bidang human capital, jumlah

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

tenaga kerja produktif yang berpendidikan tinggi berpengaruh positif dan sangat

signifikan. sedangkan jumlah tenaga kerja yang berpendidikan menengah

berpengaruh positif namun nilainya relatif kecil.

Sitorus (2007) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi kesempatan kerja dan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian

ke sektor non-pertanian dengan variabel indenpenden upah (hipotesisnya berpengaruh

negatif), pendapatan domestik regional bruto (PDRB berpengaruh positif),

kesempatan kerja (jumlah tenaga kerja yang terserap), dan kelompok ekonomi (sektor

pertanian, jasa dan perdagangan) atau transformasi tenaga kerja (hipotesisnya telah

terjadi) di Propinsi Sumatera Utara.

Hasil penelitian Sitorus (2007), semua variabel bebas memberikan pengaruh

yang signifikan pada á=5% sesuai dengan hipotesis masing-masing variabel bebas.

Upah dan PDRB dalam usaha sektor pertanian menjelaskan kesempatan kerja 77,7%

dan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Upah dan PDRB dalam

usaha sektor industri menejaskan kesempatan kerja mencapai 85,2% dan sisanya

14,8% dijelaskan oleh faktor lain yang diteliti. Sedangkan dalam sektor jasa, upah

dan PDRB menjelaskan kesempatan kerja sebesar 78,6% dan sisanya 21,4%

dijelaskan faktor lain yang tidak diteliti. Hasil analisis proportional share

menunjukkan positif, pertumbuhan kesempatan kerja sektor industri dan jasa

di tingkat Propinsi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat nasional

pada sektor yang sama. Terakhir hasil differential shift negative yang

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

menggambarkan pergeseran struktur tenaga (transformasi) di Propinsi Sumatera

Utara masih berjalan lamban mulai dari kurun waktu 1985 sampai dengan 2005.

Silaen (2007) mengalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

tenaga kerja di Propinsi Sumatera Utara dengan variabel-variabel bebas yaitu: tingkat

upah riel (hipotesisnya berpengaruh negatif, ceteris paribus), produktivitas tenaga

kerja (berpengaruh positif) dan investasi (berpengaruh positif).

Hasil penelitian Silaen (2007) menyebutkan, variabel-variabel bebas mampu

menjelaskan permintaan tenaga kerja sebesar 68,30% dan sisanya faktor-faktor lain

yang tidak diteliti sebesar 31,7%. Secara individu, upah berpengaruh negatif terhadap

permintaan tenaga kerja namun tidak signifikan. Produktivitas berpengaruh positif

terhadap permintaan tenaga kerja, dan, mendorong pertumbuhan ekonomi Propinsi

Sumatera Utara. Variabel bebas investasi berpengaruh positif terhadap permintaan

tenaga kerja di Propinsi Sumatera Utara tetapi pengaruhnya kecil.

Adriani (2003), untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

pasar tenaga kerja dan migrasi di Indonesia. Variabel-variabel bebas yang digunakan

yaitu: angkatan kerja, kesempatan kerja, upah sektoral riel, produktivitas pekerja,

migrasi desa-kota, added-worker, discourage worker, pendapatan nasional, dan

pengangguran.

Hasil penelitian Adriani (2003), hasil pendugaan model melalui metode two

Stage Least Squere (2SLS) cukup representative. Nilai koefisien determinasi (R2)

berkisar antara 0.7661 hingga 0.9998. Peubah-peubah penjelas pada masing-masing

persamaan secara bersama-sama cukup nyata menjelaskan keragaman peubah

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

endogen dengan nilai statistik F berkisar antara 28.819 hingga 40612.672. Selain itu

sebagian besar peubah penjelas di dalam persamaan berpengaruh nyata terhadap

peubah endogen pada taraf nyata (á) 0.05, 0.10, 0.15, 0.20 dan 0.25. Semua tanda

parameter dugaan dalam model sesuai dengan harapan berdasarkan teori maupun

logika ekonomi.

Adapun penjelasan hasil estimasi masing-masing variabel-variabel bebas

adalah sebagai berikut (Adriani, 2003):

a. angkatan kerja,

Peningkatan angkatan kerja di Indonesia dipengaruhi oleh pertambahan

penduduk usia produktif dan jumlah angkatan kerja tahun sebelumnya. Upah

sektoral riel bukan merupakan faktor utama yang mendorong penduduk untuk

masuk ke pasar kerja. Perilaku mungkin akibat besarnya jumlah angkatan kerja

di kedua wilayah (kota dan pedesaan) yang tidak didukung dengan kesempatan

kerja yang memadai. Hasil dugaan menunjukkan bahwa migrasi desa-kota

merupakan peubah yang berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah angkatan

kerja pedesaan. Peningkatan migrasi desa-kota secara besar-besaran akan

mengarah pada terjadinya kelangkaan angkatan kerja di wilayah pedesaan dan

limpahan angkatan kerja di perkotaan.

b. kesempatan kerja,

Pendapatan nasional sektoral, Program Padat Karya di perkotaan dan

Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal di pedesaan berpengaruh nyata

terhadap peningkatan kesempatan kerja sektoral. Program Padat Karya dan

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal lebih berpengaruh terhadap penciptaan

kesempatan kerja daripada pendapatan nasional sektoral. Ada indikasi

pendapatan nasional sektoral, walaupun berpengaruh positif, lebih banyak

digunakan untuk kegiatan penciptaan barang kapital daripada untuk penciptaan

kesempatan kerja. Sedangkan Program Padat Karya dan Pembangunan Prasarana

Desa Tertinggal benar-benar ditujukan pada penciptaan kesempatan kerja.

Penggunaan mesin industri dan traktor berperan sebagai faktor produksi

substitusi bagi faktor produksi tenaga kerja.

c. upah sektoral riel,

Peubah penjelas yang berpengaruh terhadap perubahan upah sektoral riel adalah

kebijakan Upah Minimum Regional Sektoral. Nilai elastisitas peubah penjelas

tersebut paling responsif diantara peubah-peubah lainnya. Peubah lain yang juga

mempengaruhi upah sektoral riel adalah inflasi. Inflasi terus meningkat maka

upah riel akan menurun. Bila dihubungkan upah sektoral riel tersebut dengan

daya beli pekerja, maka penurunan upah tersebut akan mengarah pada turunnya

daya beli masyarakat. Peubah Dummy wilayah menunjukkan hasil di luar

perkiraan. Hasil dugaan terlihat bahwa upah riel lebih tinggi di luar Jawa

daripada di Jawa. Jika upah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi

seseorang bermigrasi, maka perbedaan upah tersebut akan mendorong arus

perpindahan penduduk dari Jawa ke luar Jawa.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

d. produktivitas pekerja,

Produktivitas pekerja terutama dipengaruhi oleh upah sektoral riel, konsumsi

kalori, dummy program Jaring Pengaman Sosial bidang Kesehatan, dan peubah

lag endogennya. Secara sektoral, hasil dugaan menunjukkan bahwa upah riel

sektor industri memberikan pengaruh terbesar bagi peningkatan produktivitas

pekerja sektor tersebut dibandingkan dengan sektor lainnya. Penerapan Program

Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan menunjukkan hasil yang positif bagi

peningkatan produktivitas pekerja di ketiga sektor.

e. migrasi desa-kota,

Hasil estimasi menunjukkan migrasi desa-kota dipengaruhi secara nyata oleh

upah riel relatif sektor industri, jumlah penduduk desa usia produktif, dummy

wilayah dan peubah lag endogennya. Upah riel relatif sektor industri lebih

mempengaruhi proses migrasi desa-kota daripada upah riel sektor pertanian.

Faktor usia juga merupakan faktor penting yang mendorong seseorang untuk

bermigrasi. Hasil estima menunjukkan migrasi desa kota akan meningkat jika

penduduk desa usia produktif naik. Ditinjau dari nilai elastisitasnya maka migrasi

desa-kota lebih responsif terhadap perubahan tingkat pengangguran di perkotaan

daripada di pedesaan. Misalkan, faktor upah riel relatif sektor industri dan tingkat

pengangguran di perkotaan sebagai faktor penarik (pull-factor) untuk bermigrasi

dan faktor upah riel sektor pertanian serta tingkat pengangguran di pedesaan

sebagai faktor pendorong (pushfactor), maka hasil penemuan ini menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

bahwa migrasi desa-kota lebih disebabkan oleh adanya faktor penarik daripada

faktor pendorong.

f. added-worker,

Peubah upah sektoral riel bukan merupakan faktor dominan seseorang untuk

masuk ke pasar kerja. Hasil estimasi menunjukkan added worker dipengaruhi

secara nyata oleh peubah jumlah penduduk yang masuk ke pasar kerja dengan

alasan membantu ekonomi keluarga, menambah penghasilan dan putus/tamat

sekolah. Hasil estimasi ini menunjukkan periode krisis ekonomi, upah bukan

merupakan hal penting yang mendorong seseorang untuk masuk ke pasar kerja.

Situasi ekonomi yang sulit yang mendorong individu memasuki pasar kerja.

g. discourage worker,

Discourage worker upah sektoral riel bukan faktor penentu seseorang untuk

keluar dari pasar kerja. Jumlah pengangguran yang tinggi di kedua daerah (desa-

kota) merupakan faktor dominan bagi seseorang untuk keluar dari pasar kerja.

Di perkotaan, investasi sektor industri juga berpengaruh nyata terhadap

discourage worker namun tidak untuk pedesaan.

h. pendapatan nasional,

Pendapatan nasional secara sektoral dipengaruhi secara nyata baik oleh

produktivitas pekerja sektoral maupun kesempatan kerja sektoral. Pendapatan

nasional sektoral cenderung lebih responsif terhadap perubahan kesempatan kerja

sektoral daripada produktivitas pekerja (estimasi elastisitas), dan

Universitas Sumatera Utara

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

i. pengangguran

Jumlah pengangguran perkotaan dipengaruhi secara nyata hanya oleh jumlah

added worker perkotaan. Sedangkan jumlah pengangguran pedesaan dipengaruhi

oleh added worker, angkatan kerja dan kesempatan kerja pertanian di pedesaan.

Jumlah pengangguran di perkotaan dari sudut pandang kesempatan kerja lebih

disebabkan karena penurunan kesempatan kerja sektor industri perkotaan.

Sebaliknya jumlah pengangguran di pedesaan lebih dipengaruhi oleh penurunan

jumlah kesempatan kerja sektor pertanian di pedesaan.

2.11. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran

penelitian digambarkan oleh bagan berikut:

Gambar 2.8. Kerangka Pikir Pasar Tenaga Kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar

2.12. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan

di atas maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. Penawaran Tenaga Kerja dengan variabel-variabel sebagai berikut:

1. Upah berpengaruh positif terhadap penawaran tenaga kerja di Propinsi

Sumatera Utara.

2. TPAKP (tingkat partisipasi angkatan kerja pria) berpengaruh positif

terhadap penawaran tenaga kerja di Propinsi Sumatera Utara.

3. TPAKW (tingkat partisipasi angkatan kerja wanita) berpengaruh positif

terhadap penawaran tenaga kerja di Propinsi Sumatera Utara.

4. Konsumsi Propinsi Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap

penawaran tenaga kerja di Propisi Sumatera Utara.

5. Tabungan penduduk Propinsi Sumatera Utara berpengaruh negatif terhadap

penawaran tenaga kerja di Propinsi Sumatera Utara.

b. Permintaan Tenaga Kerja memiliki variabel-variabel sebagai berikut:

1. Upah berpengaruh negatif terhadap permintaan tenaga kerja di Propinsi

Sumatera Utara.

2. Produktivitas rata-rata tenaga kerja berpengaruh positif terhadap

permintaan tenaga kerja di Propinsi Sumatera Utara.

3. Jumlah industri besar dan sedang berpengaruh positif terhadap permintaan

tenaga kerja di Propinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara