bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/bab ii.pdf · anak...

18
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Definisi kecemasan Sigmund Freud (dalam Jess Feist dan Gregory J. Feist 2008) tentang kecemasan, Sigmund Freud berpendapat bahwa kecemasan adalah kondisi yang tidak menyenangkan, bersifat emosional dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat. 2.1.2 Jenis Kecemasan Menurut Freud (2002) membagi kecemasan menjadi 3 yaitu: a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or Objective Anxiety) yaitu suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap bahaya yang mengancam di dunia nyata. Kecemasan seperti ini misalnya ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatang buas. Kecemasan ini menuntun kita untuk berperilaku bagaimna amenghadapi bahaya. Tidak jarang ketakutan yang bersumber pada realitas ini menjadi ekstrem. Seseorang dapat menjadi sangat taku untuk keluar rumah karena takut terjadi kecelakaan pada dirinya atau takut menyalakan korek api karena takut terjadi kebakaran. b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety). Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada konflik antara pemuasan insting dan realitas. Pada masa kecil terkadang beberapa kali seorang anak mengalami hukuman dari orang tua akibat pemenuhan kebutuhan id yang implusif terutama sekali yang berhubungan dengan pemenuhan insting seksual atau agresif.

Upload: others

Post on 28-Nov-2019

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan

2.1.1 Definisi kecemasan

Sigmund Freud (dalam Jess Feist dan Gregory J. Feist 2008) tentang

kecemasan, Sigmund Freud berpendapat bahwa kecemasan adalah kondisi yang tidak

menyenangkan, bersifat emosional dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah

sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat.

2.1.2 Jenis Kecemasan

Menurut Freud (2002) membagi kecemasan menjadi 3 yaitu:

a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or Objective Anxiety) yaitu suatu kecemasan

yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap bahaya yang mengancam di dunia

nyata. Kecemasan seperti ini misalnya ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado,

gempa bumi, atau binatang buas. Kecemasan ini menuntun kita untuk berperilaku

bagaimna amenghadapi bahaya. Tidak jarang ketakutan yang bersumber pada realitas

ini menjadi ekstrem. Seseorang dapat menjadi sangat taku untuk keluar rumah karena

takut terjadi kecelakaan pada dirinya atau takut menyalakan korek api karena takut

terjadi kebakaran.

b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety). Kecemasan ini mempunyai dasar pada

masa kecil, pada konflik antara pemuasan insting dan realitas. Pada masa kecil

terkadang beberapa kali seorang anak mengalami hukuman dari orang tua akibat

pemenuhan kebutuhan id yang implusif terutama sekali yang berhubungan dengan

pemenuhan insting seksual atau agresif.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

11

c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety). Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik

antara id dan superego. Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu

sendiri. Ketika individu termotivasi termotivasi untuk mengekspresikan implus

insting yang berlawanan dengan nilai moral yang termasuk dalam superego individu

itu maka ia akan merasa malu dan bersalah. Freud mengatakan, superego dapat

memberikan balasan yang setimpal kerena pelanggaran terhadap aturan moral.

Apapun tipenya, kecemasan merupakan suatu tanda peringatan kepada individu. Hal

ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu

termotivasi untuk memuaskan. Tekanan ini harus dikurangi. Kecemasan memberikan

peringatan kepada individu bahwa ego sedang dalam ancaman dan karena itu apabila

tidak ada tindakan maka ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara

ego melindungi dan mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi

yang mengancam serta berusaha untuk membatasi kebutuhan implus yang

merupakan sumber bahaya. Individu juga dapat mengikuti kata hatinya atau jika tidak

ada teknik rasional yang bekerja, individu dapat memakai mekanisme pertahanan

(defence mechanism) yang nonrasional untuk mempertahankan ego.

2.1.3 Gejala Kecemasan

Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian

sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar -

benar ada. (Rochman, 2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan

antara lain menimbulkan rasa takut, suka marah, sering dalam keadaan exited (heboh)

yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi, diikuti

oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution (delusi yang

dikejar-kejar), sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

12

banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare dan muncul ketegangan

dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat

atau tekanan darah tinggi.

2.1.4 Penyebab Kecemasan

Rochman (2010) mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu

rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya,

cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang

berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani, kecemasan yang berupa penyakit dan

terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas

dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut

yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.

2.1.5 Karateristik Tingkat Kecemasan

Kecemasan Ringan berhubungan dengan ketegangan dala kehidupan sehari-

hari. Kewaspadaan akan meningkat. Persepsi terhadap lingkungan meningkat. Dapat

menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreativitas. Respon fisiologis

yang akan terjadi yaitu sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat

sedikit, muncul gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar.

Respon kognitif yang muncul yaitu mampu menerima rangsangan yang kompleks,

konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang

untuk melakukan tindakan. Respon perilaku dan emosi yaitu tidak dapat duduk

tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi. (Asmadi,

2008).

Kecemasan Sedang ditandai dengan gejala fisik seperti sering nafas pendek,

nadi ekstrasistol, tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

13

konstipasi, gelisah. Secara kognitif dilihat dari lapang persepsi meningkat, tidak

mampu menerima rangsangan lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

Dan perilaku dan emosi dengan gerakan tersentak-sentak, meremas tangan, bicara

lebih banyak dan cepat, susah tidur, perasaan tidak aman (Suliswati, 2014).

Kecemasan Berat dengan ciri – ciri fisik nafas pendek, nadi dan tekanan

darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur serta ketegangan.

Secara kognitif seperti lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan

masalah. Dan ditandai dengan prilaku dan emosi seperti perasaan ancaman

meningkat, verbalisasi cepat (Lutfa & Maliya, 2008).

Panik disertai dengan gejala fisik seperti nafas pendek, rasa tercekik, dan

paltipasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah. Gejala kognitif

seperti lapang persepsi sangat menyempit, tidak dapat berfikir logis. Dan gejala

perilaku dan emosi seperti agitasi, mengamuk, marah ketakutan, berteriak, blocking,

kehilangan control diri, persepsi datar (Iqbal, 2015).

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Iqbal, Lilis dan Joko (2015) tidak semua kecemasan dapat dikatakn

bersifat patologis ada juga kecemasan yang bersifat normal. Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu :

a. Faktor Internal

1. Usia. Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya

usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan,

reassurance, dan nasehat-nasehat. Mula – mula yang dicari adalah

keluarga dan teman – teman dan bila dibutuhkan lebih lanjut biasanya

individu akan berpaling kepada organisasi social (social

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

14

resource/network) dimana organisasi menduduki nomer satu dalam

urutan.

2. Pengalaman. Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman

menghadapi stress dan punya cara menghadapinya akan cenderung lebih

menganggap stress yang berapapun sebagai masalah yang bias

diselesaikan. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan

belajar dari pengalaman dapat meningkatkan keterampilan menghadapi

stress.

3. Aset Fisik. Orang dengan asset fisik yang besar, kuat dan garang akan

menggunakan aset ini untuk menghalau stres yang dating mengganggu.

b. Faktor Eksternal

1. Pengetahuan. Seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan

kemampuan intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa

percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti berbagai kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu tersebut.

2. Pendidikan. Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak

mampu untuk menghadapi stress. Semakin tinggi pendidikan seseorang

akan mudah dan semakin mampu menghadapi stress yang ada.

3. Finansial/Material. Aset berupa harta yang melimpah tidak akan

menyebabkan individu tersebut mengalami stress berupa kekacauan

finansial, bila hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset finansialnya

terbatas.

4. Keluarga. Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga peran

pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri dan

anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

15

dihadapi suami akan dapat memberikan bumper kepada kondisi stress

yang dialami.

5. Obat. Dalam bidang psikiatri dikenal obat-obatan yang tergolong dalam

kelompok antiansietas. Obat-obat ini mempunyai khasiat mengatasi

ansietas sehingga penderitanya cukup tenang.

6. Dukungan Sosial Budaya. Dukungan social dan sumber-sumber

masyarakat serta lingkungan sekitar individu akan sangat membantu

seseorang dalam menghadapi stressor, pemecahan masalah bersama-sama

dan tukar pendapat dengan orang di sekitarnya akan membuat situasi

individu lebih siap menghadapi stress yang akan datang.

2.1.7 Neurofisiologi Kecemasan

Neurofisiologi kecemasan adalah sebagai berikut: respon sistem saraf

otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh

yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri. Secara fisiologis situasi cemas akan

mengaktifkan hipotalamus, yang selanjutnya akan mengaktifkan dua jalur utama

cemas, yaitu sitem endokrin (korteks adrenal) dan sistem saraf otonom (simpatis dan

parasimpatis). Mekanisme dari kecemasan ialah melalui jalur sistem saraf otonom.

Setelah stimulus diterima oleh hipotalamus, maka hipotalamus langsung

mengaktifkan sistem saraf simpatis dan parasimpatss (Guyton, 2006).

Aktivitas sistem saraf simpatis. Neuron simpatis dari ssp (sistem saraf pusat)

berinteraksi dengan neuron simpatis perifer melalui serangkaian badan sel-sel saraf

simpatis yang dikenal sebagai ganglia. Melalui sinapsis kimia dalam ganglia, neuron

simpatis bergabung dengan neuron simpatis perifer (istilah ‘presinaptik’ dan ‘postsinaptik’

masing-masing digunakan untuk merujuk pada kabel neuron simpatis tulang belakang

dan neuron simpatis perifer). Neuron simpatis presinaptik melepaskan asetilkolin pada sinapsis

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

16

dalam ganglia simpatis. Asetilkolin (Ach) adalah pembawa pesan kimia yang mengikat

reseptor nicotinik asetilkolin ke neuron postsinaptik. Neuron postsinaptik melepaskan

norepinefrin (Ne) dalam menanggapi stimulus ini (Guyton, 2006).

Aktivitas berkepanjangan respon stimulus ini dapat memicu pelepasan

adrenalin dari kelenjar adrenal (khususnya medulla adrenal). Sekali dirilis, mengikat

Ne dan adrenalin ke reseptor adrenergik pada berbagai jaringan, sehingga menghasilkan

efek karateristik “melawan atau lari”. Efek berikut dilihat sebagai hasil dari aktivitas

reseptor adrenergik : peningkatan keringat, peningkatan denyut jantung (peningkatan

kecepatan konduksi, penurunan periode refrakter), nafas pendek, sakit dada,

pelebaran pupil, peningkatan tekanan darah (peningkatan kontraktilitas),

meningkatnya ketegangan otot, menyempitnya lapang prsepsi, meningkatkan emosi,

mudah marah, ketakutan. Karna ketegangan otot yang ditimbulkan maka dilakukan

relaksasi otot progresif yang bertujuan untuk merileksasi otot tubuh yang akan

berdampak pada penurunan gejala cemas (Guyton, 2006).

Sistem saraf parasimpatis disebut sebagai sistem “beristirahat dan mencerna”.

Secara umum, sistem saraf parasimpatis bertindak dengan cara yang berlawanan

dengan sistem saraf simpatis, membalikkan efek dari respon darurat. Namun, mungkin

lebih tepat untuk mengatakan bahwa sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis

memiliki hubungan saling melengkapi, bukan salah seorang oposisi dari yang lain.

Sistem saraf parasimpatis menggunakan ach sebagai neurosistem saraf otonommitter

utama. Jika dirangsang, saraf presinaptik melepaskan asetilkolin (Ach) pada ganglion

asetilkolin pada gilirannya bekerja pada reseptor nicotinik neuron postsynaptik (Videbeck,

2008).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

17

Saraf postsinaptik kemudian melepaskan asetilkolin untuk merangsang

reseptor muscarinik dari organ target. Efek berikut dilihat sebagai hasil dari aktivasi

sistem saraf parasimpatiss : penurunan keringat, denyut jantung menurun (penurunan

kecepatan konduksi, peningkatan periode refrakter), penurunan tekanan darah,

menurunnya ketegangan otot sehingga menurunnya emosi karna perasaan rileks,

lapang nafas, membesarnya lapang persepsi positif. Setelah terjadinya penurunan

gejala dari cemas kondisi psikis menjadi rileks dan tingkat kecemasan menurun

(Videbeck, 2008).

2.2 Ujian OSCE

2.2.1 Definisi Ujian OSCE

OSCE diperkenalkan oleh Harden pada tahun 1975 sebagai instrument

penilaian keterampilan klinik mahasiswa kedokteran kemudian diadaptasi untuk

diterapkan oleh disiplin ilmu kesehatan lainnya termasuk keperawatan pada tahun

2004 di Inggris. OSCE merupakan ujian dengan penilaian berdasarkan keterampilan

(performa) yang diobservasi saat melakukan berbagai ketrampilan klinik (McWilliam

dan Botwinski, 2009). Secara nasional, OSCE menjadi pelengkap dari uji pengetahuan

pada uji kompetensi dokter (Sailah, 2012).

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah pemeriksaan yang sering

digunakan dalam ilmu kesehatan untuk menguji kinerja keterampilan klinis dan

gambaran dari kompetensi rata-rata yang dimiliki tenaga kesehatan dalam

keterampilan seperti komunikasi, pemeriksaan klinis, prosedur medis, menulis resep,

teknik pemeriksaan, dan interpretasi hasil pemeriksaan (Brannick et al., 2011)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

18

2.2.2 Mekanisme Ujian OSCE

Dalam ujian skill OSCE di Universitas Muhamadiyah Malang terdapat 4-6

stase penilaian, pada setiap stase ini mahasiswa diharuskan untuk melakukan sejumlah

tindakan yakni berdasarkan situasi klinis dimana pasien simulasi digunakan. Para

peserta ujian dinilai berdasarkan stase yang sama secara individu dan bergantian,

jangka waktu berada didalam satu stase hanya 5-7 menit dan setiap stase dijaga dan

dinilai oleh dosen penguji.

Penguji menilai peserta ujian berdasarkan pengetahuan untuk praktik, seperti

anamnesis, pemeriksaan, komunikasi, keterampilan interpersonal fisik, dan kinerja

prosedur yang tepat (Brannick et al., 2011). OSCE menguji keterampilan mahasiswa

dan mahasiswi dalam menghadapi suatu kasus dengan seorang pasien. Soal OSCE

dirancang bertujuan untuk menilai kemampuan menafsirkan informasi dan berpikir

kritis pada peserta ujian. Pertanyaan pada soal ujian berhubungan dengan

pemeriksaan diagnostik, rencana diagnostik dan manajemen dalam pengobatan

pasien. Penilaian ujian OSCE ini berdasar checklist yang tersedia, checklist tersebut

berisi tentang prosedur tindakan medis dan non medis yang akan dilakukan oleh

mahasiswa dan mahasiswi kedokteran dalam menghadapi suatu kasus yang akan di

ujikan (Bartfay et al., 2004).

Menurut Sharma et al. (2013) membuktikan bahwa OSCE dapat memberikan

manfaat berupa perubahan perilaku dalam komunkasi, kemampuan untuk berempati

dan merefleksikan perasaan, serta keterampilan klinis dan intrapersonal.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

19

2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil dari Pelaksanaan OSCE

Street dan Hamilton (2010) dalam penelitiannya menjelaskan ada beberapa

faktor yang bisa membantu peserta OSCE agar mencapai kelulusan. Faktor-faktor

tersebut dapat dijabarkan menjadi 3 poin yaitu:

1) Persiapan dalam mempraktekkan keterampilan klinis

Pada dasarnya OSCE merupakan suatu ujian dari keterampilan klinis agar

semua mahasiswa memiliki keterampilan klinis sesuai standar yang ada. Kunci dasar

agar keterampilan klinis dapat disiapkan dengan baik dan benar adalah belajar dan

latihan berulang-ulang. Simulasi OSCE dengan sesama peserta juga sangat membantu

dalam meningkatkan keterampilan klinis karena akan banyak feedback atau masukan

yang bisa didapat dari proses saling mengamati.

2) Persiapan pengetahuan dasar yang mendukung keterampilan klinis

Dasar teori merupakan kompetensi yang tidak bisa ditinggalkan dalam

mempelajari keterampilan klinis. Mencatat dan mengulan kembali review dapat

membantu dalam pemahaman suatu teori yang mendasari keterampilan klinis yang

akan diujikan. Diskusi kelompok juga dianjurkan karena dengan mendengarkan

pendapat orang lain dan saling bertanya antar anggota dapat miningkatkan

pemahaman teori tersebut.

3) Persiapan mental

Ketenangan dan kepercayaan diri sangat diperlukan dalam menjalani OSCE.

Tanpa kedua hal tersebut semua persiapan yang sudah disiapkan sebelumnya tidak

akan dapat berhasil secara maksimal.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

20

2.2.4 Kecemasan dan Ujian OSCE

Penelitian yang dilakukan oleh Furlong (2005) menyatakan bahwa 90%

mahasiswa merasa OSCE adalah peristiwa yang penuh tekanan (stressful), walaupun

mahasiswa sudah mempersiapkan dengan baik. Keadaan penuh tekanan dialami baik

itu oleh mahasiswa yang baru sekali menghadapi OSCE maupun yang sudah berkali-

kali menghadapi OSCE (Fidment, 2009), sehingga berdampak buruk pada performance

mahasiswa (Rushfort, 2007).

Situasi ujian yang memerlukan suatu keterampilan dengan penilaian standar

yang tinggi dan bersifat kompetisi akan meningkatkan kecemasan serta mengganggu

individu untuk fokus terhadap hal-hal yang perlu dilakukan ketika ujian (Zeidner &

Matthews, 2005 cit. Asghari, et.al, 2012). Kecemasan adalah suatu keadaan emosional

yang mempunyai ciri adanya respon fisiologis, perasaan tegang tidak menyenangkan

dan mengeluhkan sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, Rathus dan Greene, 2005).

Menururt Fidment (2012) yang menyatakan bahwa mahasiswa merasakan kecemasan

saat berlangsungnya OSCE sehingga kecemasan dapat berpengaruh pada performa

pelaksanaan dan kelulusan. Kecemasan ujian sering memunculkan respon multisistem

dalam menghadapi situasi yang mengancam maka hal ini berpengaruh pada tiga level

yaitu : fisik, emosional, dan kognisi. Respon tersebut saling berkaitan dengan sistem

simpatis dan parasimpatis yang berpengaruh pada perubahan denyut jantung.

Beberapa orang menunjukkan, saat denyut jantung meningkat kemudian

dipertahankan maka secara internal dari individu akan mengambarkan kegagalan dan

kecemasan dalam melaksanakan keterampilan (Prato, 2009).

Selain itu kondisi cemas mahasiswa dapat dipengaruhi oleh dosen penguji

OSCE yang tegas yang membuat mahasiswa semakin cemas yang akan berdampak

pada nilai yang dihasilkan tidak maksimal, selain itu mahasiswa selalu merasa takut

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

21

terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan saat OSCE yang juga berdampak pada

materi yang sudah dipelajari hilang dalam ingatan.

2.3 Relaksasi Otot Progresif

2.3.1 Definisi Teknik Relaksasi

Teknik relaksasi adalah menahan terbentuknya respons stress, terutama dalam

system saraf dan hormon. Pada akhirnya, teknik relaksasi dapat membantu mencegah

atau meminimalkan gejala fisik akibat stress ketika tubuh bekerja berlebihan dalam

menyelesaikan masalah sehari-hari. Teknik relaksasi adalah keterampilan, seperti halnya

mengetik pada keyboard atau memukul bola golf, dimana anda perlu

mempraktekannya secara teratur guna mendapatkan keseluruhan manfaatnya. (Jones

dan Bartlett, 2003)

2.3.2 Jenis-jenis Relaksasi

Relaksasi merupakan salah satu teknik di dalam terapi perilaku yang pertama kali

dikenalkan oleh Edmund Jacobson, seorang Psikolog dari Chicago yang

mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan dan kecemasan. Metode

relaksasi terdiri dari beberapa macam, diantaranya Miltenberger (2004)

mengemukakan ada lima macam relaksasi, yaitu: Relaksasi otot progresif (progressive

muscle relaxation) adalah memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan

mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan

melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Purwanto, 2013).

Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif, fisiologis, dan

stimulasi perilaku. Relaksasi dapat merangsang munculnya zat kimia yang mirip

dengan beta blocker di saraf tepi yang dapat menutup simpul-simpul saraf simpatis

yang berguna untuk mengurangi ketegangan dan menurunkan tekanan darah

(Hartono, 2007).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

22

Pernapasan diafragma adalah merupakan salah satu terapi relaksasi yang

mampu membuat tubuh menjadi lebih tenang dan harmonis, serta mampu

memberdayakan tubuhnya untuk mengatasi gangguan yang menyerangnya. Teknik

relaksasi nafas dalam merupakan suatu teknik untuk melakukan nafas dalam, nafas

lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas

secara perlahan. Teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru

dan meningkatkan oksigen darah (Suwardianto, 2011).

Imagery training merupakan suatu proses pendidikan jangka pendek yang

mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, guna membantu individu

untuk dapat mengelola kecemasan yang dialami sebelum melakukan sesuatu sehingga

dapat menampilkan performa yang maksimal (Ayuningtyas, Suci & Rin, 2015).

Biofeedback adalah suatu proses dimana individu belajar untuk memahami

serta memberi pengaruh respon fisiologis atas diri mereka terhadap nyeri (DeLaune

& Ladner, 2011). Biofeedback adalah penatalaksanaan yang memberikan informasi

tentang bagaimana proses fisiologis dalam tubuh dapat terpengaruh secara negatif

oleh rasa sakit kronis. Biofeedback kemudian membantu pasien dalam belajar

bagaimana meningkatkan kontrol atas proses ini dan memperkuat kemampuan

untuk mempertahankan control ketika terlibat dalam kegiatan sehari-hari. Ini hanya

satu alat untuk meningkatkan kontrol atas kehidupan dan nyeri (Mayo Clinic, 2006).

Hypnosis adalah menggunakan sugesti diri dan kesan tentang perasaan yang

rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan menggunakan bagian ide

pikiran dan kemudian kondisi-kondisi yang menghasilkan respon tertentu bagi

mereka (Edelman & Mandel, 2004). Hipnosis diri sama seperti dengan melamun.

Konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan dan stres karena individu

berkonsentrasi hanya pada satu pikiran.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

23

2.3.3 Relaksasi Otot Progresif (Progressive Muscular Relaxation[PMR])

Cara relaksasi dapat bersifat respiratoris yaitu dengan mengatur mekanisme

atau aktivitas pernafasan, atau bersifat muskularis/otot, dilakukan dengan tempo atau

irama dan intensitas yang lebih lambat dan alam. Keteraturan dalam bernafas,

khususnya dengan irama yang tepat, akan menyebabkan sikap mental dan badan

akan rileks. Pelatihan otot akan menyebabkan otot makin lentur dan menerima situasi

yang merangsang luapan emosi tanpa membuatnya kaku (Kunkun, 2004).

Relaksasi otot progresif adalah teknik untuk mengurangi kecemasan dengan

cara menegangkan dan merilekskan otot secara bergantian (Miltenberger, 2004).

Otot-otot tubuh berespons terhadap munculnya persepsi ancaman dalam bentuk

ketegangan saraf, yang merupakan suatu keadaan kontraksi. Akibatnya, ketegangan

otot yang dianggap sebagai gejela stress yang paling umum. Walau tidak

menyebabkan seseorang sampai masuk ke rumah sakit seperti gangguan lain yang

berkaitan dengan stress, keseluruhan efeknya dapat menyebabkan kekakuan, nyeri

dan ketidaknyamanan.

Dalam kasus yang parah, hal ini dapat menyebabkan kejanggalan dan

kelaimam postur tubuh, salin kelabilan sendi. Seiring dengan rangsangan saraf yang

berulang, ketegangan otot dapat muncul dalam bentuk sakit kepala akibat tegang,

kaku leher, nyeri punggung bawah, kram perut, dan beberapa bentuk sindrom sendi

temporomandibular (temporomandibular joint syndrome, TMJ). Sering kali ketegangan

otot terjadi akibat pikiran kita saat tidak sadar yang dapat terbentuk ketika tidur. Para

pakar mengatakan bahwa kaku sendi, ataupun kerusakan jaringan ikat di daerah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

24

rahang, leher, bahu, dan punggung bawah dapat terjadi akibat ketegangan otot disaat

kita tidur. (Bartlett, 2004)

Dengan menyadari hal ini, kita dapat memahami dengan mudah mengapa

ketegangan otot dianggap sebagai gejala stress yang paling umum. PMR yang

diciptakan oleh Dr. Edmund Jacobson lima puluh tahun lalu di Amerika Serikat,

adalah salah satu teknik yang khusus didesain untuk membantu meredakan

ketegangan otot yang terjadi ketika sadar. PMR digunakan sebagai terapi untuk

membantu meredakan beberapa gejala yang berkaitan dengan stres, insomnia,

hipertensi, sakit kepala, nyeri punggung bawah, dan TMJ. Teknik ini, mungkin lebih

unggul dari teknik lain, memperhatikan pentingnya menahan respons stress dengan

mencoba meredakan ketegangan otot secara sadar ( Jones & Bartlett, 2004).

2.3.4 Indikasi relaksasi otot progresif

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari terapi relaksasi

otot progresif, yaitu: Klien yang mengalami insomnia, klien sering stress, klien yang

mengalami kecemasan, klien yang mengalami depresi.

2.3.5 Persiapan terapi relaksasi otot progresif

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik

ini yaitu:

Persiapan alat dan lingkungan : kursi serta lingkungan yang tenang dan sunyi.

Pahami tujuan, manfaat, prosedur. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring

dengan mata tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di

kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri. Lepaskan asesoris yang

digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang

atau hal lain sifatnya mengikat.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

25

2.3.6 Langkah-langkah melakukan relaksasi otot progresif

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) untuk melakukan teknik ini yaitu:

Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.

a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.

b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.

c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.

d) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.

Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.

a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga otot di

tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.

b) Jari-jari menghadap ke langit-langit.

Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian

atas pangkal lengan).

a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps akan

menjadi tegang.

Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh

kedua telinga.

b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di bahu

punggung atas, dan leher.

Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti dahi

dan mata).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

26

a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa

kulitnya keriput.

b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan

otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.

Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh

otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi

ketegangan di sekitar otot rahang.

Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut. Bibir

dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun

belakang.

a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher

bagian depan.

b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat

merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.

Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.

a) Gerakan membawa kepala ke muka.

b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher

bagian muka

Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung

a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.

b) Punggung dilengkungkan

c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/3/BAB II.pdf · anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang . 15 dihadapi suami

27

d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi

lurus.

Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.

b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada

sampai turun ke perut, kemudian dilepas.

c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi sekali lagi

sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.

Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut

a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.

b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.

c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.

Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan

betis).

a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.

b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke

otot betis.

c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.

d) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.