bab ii tinjauan pustaka (1)

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 CPP- ACP (Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate) II.1.1 Pengertian CPP-ACP merupakan singkatan dari Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate atau yang lebih dikenal dengan kompleks fosfopeptida kasein dan kalsium fosfat amorf. Konsep dari CPP-ACP sebagai agen remineralisasi pertama kali diungkapkan pada tahun 1998. Beberapa studi telah membuktikan bahwa CPP-ACP merupakan suatu bahan yang dapat menghambat aktivitas kariogenik setelah dilakukan penelitian di laboratorium, pada hewan maupun manusia dalam percobaan secara in situ. Oleh karena itu CPP-ACP ini telah diperkenalkan sebagai salah satu bahan dalam bidang kedokteran gigi yang berasal dari produk derivat 7

Upload: niken-tri-hapsari

Post on 07-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fluor

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 CPP- ACP (Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate)

II.1.1 Pengertian

CPP-ACP merupakan singkatan dari Casein Phosphopeptide-Amorphous

Calcium Phosphate atau yang lebih dikenal dengan kompleks fosfopeptida kasein

dan kalsium fosfat amorf. Konsep dari CPP-ACP sebagai agen remineralisasi

pertama kali diungkapkan pada tahun 1998. Beberapa studi telah membuktikan

bahwa CPP-ACP merupakan suatu bahan yang dapat menghambat aktivitas

kariogenik setelah dilakukan penelitian di laboratorium, pada hewan maupun

manusia dalam percobaan secara in situ. Oleh karena itu CPP-ACP ini telah

diperkenalkan sebagai salah satu bahan dalam bidang kedokteran gigi yang

berasal dari produk derivat kasein dan juga merupakan alat baru untuk melawan

penyakit karies.7,9

Fosfopeptida kasein (CPP) adalah kelompok peptida yang berasal dari

kasein, bagian dari protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu adalah

makanan protein yang sangat baik dalam menyediakan asam amino esensial dan

nitrogen organik untuk manusia dan hewan dari segala usia. Susu juga

mengandung faktor yang memiliki sifat antikariogenik : kalsium, fosfat, kasein,

7

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

dan lipid. Produk susu mulai diakui di akhir 1950-an sebagai kelompok makanan

yang efektif dalam mencegah karies gigi.6,10

CCP dianggap memiliki bioavailabilitas kalsium yang tinggi dan memiliki

kemampuan dalam menstabilkan kalsium dan fosfat pada saliva serta mengikat

plak pada permukaan gigi. Hal ini dikarenakan ikatan CPP yang mampu menjaga

kalsium dan fosfat pada saliva tetap dalam keadaan amorf non-kristalin yang

artinya stabil, kemudian ion kalsium dan fosfat dapat dengan mudah beradhesi ke

enamel gigi sehingga terbukti mengurangi risiko demineralisasi enamel dan

membantu proses remineralisasi email gigi.7

II.1.2 Kandungan CPP-ACP

Fosfopeptida kasein (CCP) yang mengandung kelompok urutan Ser(p)-

Ser(p)-Ser(p)-Glu-Glu memiliki kemampuan signifikan untuk membuat stabilisasi

kalsium fosfat amorf (ACP) dalam larutan yang bersifat metastabil. Melalui

beberapa residu fosfoseril, CPP berikatan dengan bentuk kelompok ACP nano

yang mencegah perkembangan bakteri pada ukuran kritis yang dibutuhkan untuk

nukleasi dan fase transformasi. CPP dapat menstabilisasi kalsium fosfat lebih dari

100 kali dibandingkan yang dapat dilakukan secara normal dalam larutan cair.7

CPP yang merupakan derivat dari protein casein, dimana casein

memberikan beberapa manfaat lain seperti membantu respon imun, meningkatkan

resistensi terhadap patahogen, mengrurangi bakteri lain yang dapat merugikan

tubuh, menjaga keseimbangan mikroba di usus, meningkatkan kinerja system

pencernaan dan penyerapan makanan. Beberapa studi menunjukkan bahwa casein

8

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

juga memiliki pengaruh dalam ekologi rongga mulut. Asidogenik Lactobacillus

dan Bifidobacteria berkaitan erat dengan proses karies. Terdapat penelitian di

Finlandia yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kesehatan gigi dan

penurunan jumlah Streptococcus mutans pada anak-anak sekolah yang

mengkonsumsi produk olahan berupa casein. Bahkan beberapa memiliki efek

positif dalam mengurangi jumlah Streptococcus mutans di saliva rongga mulut

manusia. 8,9,25

II.1.3 Peranan CPP-ACP Pada Gigi

II.1.3.1 CPP-ACP membantu proses remineralisasi enamel gigi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kargul B. bertempat di

Universitas Marmara, Turkey dimana menguji efektisivitas dari pasta yang

mengadung bahan CPP-ACP dengan kadar 10% terhadap kekasaran permukaan

dari enamel secara in vitro. Dan hasil dari penilitian tersebut mengungkapkan

bahwa 10% CPP-ACP mempunyai efek positif terhadap remineralisasi email.

Dimana mekanisme antikariogenik yang dihasilan oleh CPP-ACP adalah

merupakan suatu proses terlokalisasinya ion kalsium dan fosfat pada permukaan

gigi, sehingga menjaga berlangsungnya proses buffer oleh saliva. Oleh karena itu

hal ini membantu untuk mempertahankan keadaan netral pada email gigi, yang

kemudian akan menurunkan proses demineralisasi, dan meningkatkan

remineralisasi.10,11

9

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

II.1.3.2 CPP-ACP membantu mereduksi aktivitas karies.

Selain meningkatkan kadar konsentrasi kalsium dan fosfor pada saliva

guna membantu proses remineralisasi. Pada tahun 1980an, Reynold menarik

perhatian dengan mengungkapkan fakta bahwa kalsium fosfat amorf kasein

fosfopeptida, yang merupakan salah satu produk dari kasein susu, mampu masuk

ke dalam permukaan email dan mempengaruhi proses karies. Sesuai dengan

gambar II.1 ketika CPP-ACP diaplikasikan pada permukaan gigi maka CPP-ACP

akan menghasilkan k-casien, b-casein serta ikatan nano-kompleks yang akan

bertindak sebagai barrier penghalang dalam mencegah perlekatan dari

Sterptococcus mutans.

Gambar II.1 CPP-ACP menghalangi perlekatan dari bakteri Streptococcus mutans.5 Sumber: Ingegerd, Johansson., Milk and dairy products: possible effect on dental health. Scand J Nutr.

2002; 46(3):120

10

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

Penelitian yang dilakukan pada hewan, dimana 0.5% mg/ml larutan dari

CPP-ACP nanokompleks diibaratkan setara dengan 500ppm larutan fluoride dapat

mereduksi aktivitas karies. Larutan CPP-ACP ini diaplikasikan 2 kali sehari pada

permukaan gigi tikus yang sebelumnnya sudah diinjeksikan bakteri Streptococcus

sobrinus, yang merupakan bakteri penyebab karies pada manusia. Secara

signifikan mampu mengurangi aktivitas karies dengan 0.1% mg/ml CPP-ACP

mereduksi sebesar 14% . Sedangkan pada kadar 1% mg/ml CPP-ACP mereduksi

sebesar 55% aktivitas karies.9

II.1.4 Kegunaan CPP-ACP

Selain pada kemampuan CPP-ACP dalam membantu proses remineralisasi

pada email gigi serta kemampuannya dalam mereduksi perlekatan bakteri, dalam

bidang kedokteran gigi CPP-ACP juga memiliki kegunaan lain, seperti: 9,12,25

a. CPP-ACP dalam bentuk sedian pasta dapat memperbaiki keseimbangan

mineral didalam lingkungan mulut.

b. Memberi perlindugan extra terhadap gigi.

c. Membantu menetralisir asam dari bakteri asidogenik dalam plak dan

sumber asam internal dan external lain.

d. Terdapat dalam kemasan berbagai rasa dan membuat permukaan gigi lebih

halus dan bersih.

e. Pasca perawatan bleaching (perawatan pemutihan gigi)

f. Pasca scalling (pembersihan karang gigi) baik secara elektrik maupun

secara manual

11

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

g. Untuk pasien abrasi (kerusakan pada bagian servikal gigi),

h. Xerostomia ( mulut kering)

i. Untuk pasien dengan kondisi hipersensitif dentin

j. Untuk pencegahan terhadap kerusakan gigi karena asam yang dihasilkan

bakteri.

II.1.5 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan CPP-ACP

Indikasi penggunaan CPP-ACP ini, meliputi:6,12,25

a. Memperbaiki keseimbangan mineral pada pasien-pasien yang mengalami

defisiensi saliva seperti xerostomia  atau ketika tindakan membersihkan

gigi sulit dilakukan.

b. Memperbaiki keseimbangan setelah tindakan perawatan seperti scalling,

root planing dan kuretase, juga mengurangi akibat apapun dari

hipersensitif dentin.

c. Riset membuktikan Recaldent (CPP - ACP) juga dapat mengubah warna

gigi karena white-spot ke arah gigi yang terlihat translusens alamiah.

d. Dapat digunakan untuk gigi permanen, aman untuk diaplikasikan pada

bayi terutama anak-anak di bawah usia dua tahun dengan lesi karies awal.

e. Digunakan untuk pasien dengan kebutuhan khusus seperti yang dengan

gangguan intelektual, gangguan perkembangan dan fisik,serebral palsi,

Down sindrom dan pasien dengan masalah medis seperti terapi radiasi

12

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

Kontra indikasi penggunaan CPP-ACP,yaitu :

Pada anak atau pasien yang terdapat riwayat alergi pada jenis makanan

yang mengandung susu.

II.2 FLUOR (F)

Fluor adalah mineral alamiah yang terdapat di semua sumber air

termasuk laut. Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Ia

bergabung dengan unsur lain membentuk senyawa fluoride. Fluor (F) merupakan

salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Unsur ini ditemukan dalam

bentuk ion Fluoride (F). Fluor yang berikatan dengan kation monovalen, misalnya

NaF, AgF, dan KF bersifat mudah larut, sedangkan fluor yang berikatan dengan

kation divalen, misalnya CaF2 dan PbF2,bersifat tidak larut dalam air.13,14

Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan

fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur

mengandung fluor, pemberian tablet fluor, topikal varnis. Tujuan penggunaan

fluor dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk melindungi gigi dari karies.

Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat

memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksi apatit pada enamel

menjadi fluor apatit. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6.(OH)2 + F → Ca10(PO4)6.(OHF)

menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat

menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang

merangsang perbaikan dan penghentian lesi karies.1

13

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

II.2.1 Sifat Fluor

Senyawa yang banyak mendapat perhatian antara lain Neutral Sodium

Fluoride (NaF), Acidulated Sodium Fluoride Phosphate, Stannous Fluoride

(SnF2). Acidulated Sodium Fluoride Phosphate dan SnF secara konsisten

memberikan daya perlindungan lebih besar terhadap karies dibandingkan Neutral

Sodium Fluoride. Acidulated solution dari NaF dan SnF2 lebih efektif daripada

larutan netralnya. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya reduksi karies

sebesar 70% (untuh OH baik) dan reduksi karies sebesar 36% (untuk OH jelek)

pad apemberian 1,23% NaF dan 0,1 M Asam Fosfat dengan 1x pemberian /

tahun. Rata – rata terjadi 30-45% reduksi karies sekunder setelah perawatan

topikal aplikasi fluor. 15

II.2.2 Peranan Fluor Pada Gigi

Tubuh kita sangat membutuhkan senyawa gula untuk menjaga stamina

dan energi didalam tubuh. Mayoritas individu jika ingin menjaga stamina tubuh

akan mengkonsumsi susu serta berbagai jenis minuman berkarbonasi dan

makanan yang mengadung karbohidrat manis yang identik dengan kariogenik.

Dimana jenis minuman atau makanan seperti ini akan mempengaruhi pH pada

mulut dalam suasana asam . Fluor berperan dalam pembentukan email gigi dan

membuat struktur gigi lebih kuat sehingga gigi lebih tahan terhadap pengikisan

oleh asam. Asam dibentuk ketika bakteri di dalam plak memecah gula dan

karbohidrat yang berasal dari makanan. Serangan asam yang berulang akan

merusak gigi sehingga menyebabkan terjadinya karies. Di sini fluor berperan

14

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

mengurangi kemampuan bakteri untuk membentuk asam. Fluor juga berfungsi

merangsang pembentukkan mineral kembali yang akan menghentikan proses

terjadinya karies.14,16

Gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin merupakan lapisan bawah email,

sehingga struktur email sangat menentukan terhadap proses terjadinya karies.

Struktur email gigi terdiri dari susunan kimia kompleks dengan gugus kristal

penting yaitu hidroksi apatit, dengan rumus kimia Ca10(PO4)6.(OH)2. Permukaan

email ini lebih banyak mengandung mineral dan bahan-bahan organik dengan air

yang relatif lebih sedikit. Mineralisasi email tidak hanya melalui pulpa dan dentin

saja, tetapi ion-ion dari saliva secara tetap melalui penyerapan mineral langsung

ke permukaan gigi. Ion kimia penting yang diharapkan banyak diikat oleh

hidroksi apatit pada email gigi adalah ion fluor, dengan adanya penambahan fluor,

hidroksi apatit akan berubah menjadi fluoroapatit. Fluoroapatit ini lebih tahan

terhadap asam sehingga gigi akan lebih tahan terhadap proses demineralisasi.13

II.2.3 Manfaat Fluor

Penggunaan fluor mempunyai beberapa manfaat, yaitu:14,15

a. Praerupsi

1) Selama pembentukan gigi, fluoride melindungi enamel dari pengurangan

sejumlah matriks yang dibentuk.

2) Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal apatit yang lebih

resisten terhadap asam

15

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

3) Pemberian yang optimal, kristal apatit lebih tahan terhadap kelarutan yang

disebabkan oleh asam.

b. Pascaerupsi

1) Fluoroapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam.

2) Fluoroapatit lebih padat sehingga gigi lebih tahan oleh proses

demineralisasi

3) Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit.

4) Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga

merangsang perbaikan atau penghentian lesi karies awal.

5) Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap enzim

yang terlibat dalam pembentukan asam serta pengangkutan dan

penyimpanan glukosa dalam streptococcus oral dan juga membatasi

penyediaan bahan cadangan untuk pembuatan asam dalam sintesa

polisakarida.

6) Mencegah demineralisasi

Gigi yang diberi fluor memiliki penurunan daya larut enamel dalam asam

rongga mulut. Dengan cara mengurangi permeabilitas enamel maka

mineral yang terkandung dalam gigi tidak cepat terlarut dalam saliva,

melainkan digantikan oleh ion-ion Fluor pada permukaan enamel.

7) Memiliki sifat antibakteri

Pada keadaan ph rendah, fluoride akan berdifusi ke dalam Hydrofluoric

Acid. Hal ini menyebabkan fluoride menghambat metabolisme karbohidrat

oleh bakteri kariogenik sehingga menghalangi pembentukan asam.

16

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

8) Mempercepat remineralisasi

Dengan cara mengubah lingkungan permukaan dari enamel, sehingga

transfer ion antara saliva dan enamel dapat berlangsung efektif. Keadaan

ini mengakibatkan proses ionisasi pada permukaan yang

terdemineralisasi menjadi lebih cepat.

II.2.4 Penggunaan Fluor Dalam Kedokteran Gigi

Cara penggunaan fluor dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara sistemik dan

topical.

II.2.4.1 Pemberian fluor secara sistemik.

Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan

dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan

topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi gigi. Fluoride

sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian makanan tambahan

fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli

sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor yang kemudian dibedakan

menjadi metode perorangan dan kolektif.

Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu :

1. Fluoridasi air minum

Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu

daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk tersebut akan

terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi

antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat mencegah karies, fluor juga

mempunyai efek samping yang negatif yaitu dengan adanya apa yang disebut

17

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

‘mottled enamel’. Pada mottled enamel, permukaan gigi nampak kelihatan berbintik-

bintik kecoklatan dan bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak, dapat

menyebabkan keracunan. Menurut penelitian Murray and Rugg-guncit konsentrasi

optimum fluoride yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7–1,2 ppm.1, 13, 25

2. Pemberian fluor melalui makanan

Terkadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang

cukup tinggi, hingga dengan makanan tersebut kebutuhan akan kadar fluor untuk

tubuh sudah terpenuhi. Makanan tambahan fluoride hanya dianjurkan untuk

mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah yang sumber airnya rendah

fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi secara

berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka

tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya

adalah fluorosis. 13,16

3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan

Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan

dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor

disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak

mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan

fluor sebesar 1 mg per hari).Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu

hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu sampai 2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25

mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg.16,17

18

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

II.2.4.1 Pemberian fluor secara topikal.13,23

Penggunaan fluor secara topikal adalah mengaplikasikan fluor langsung pada

gigi, ditujukan untuk gigi yang sudah erupsi. Menurut Angela, tujuan penggunaan

fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat

metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan

hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan

terhadap pelarutan asam. Reaksi Ca10(PO4)6(OH)2+F → Ca10(PO4)6(OHF)

menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses

demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.1,13

Dimana remineralisasi merupakan proses perbaikan kristal hidroksiapatit

dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah

kehilangan mineral tersebut. Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal

hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu

kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh

bakteri yang menghasilkan asam.13,14,15

Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama

dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme

sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan

permukaan gigi dari proses karies.

Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan

dengan beberapa cara: 15

1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor

Merupakan fluoride yang diaplikasikan langsung ke gigi, misalnya pasta gigi dan

aplikasi topikal. Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan

19

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan

mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam

mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Yang dimaksud dengan

topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada enamel. Setelah gigi

dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, atau selama 1 jam

2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor

Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20-50%.

Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi. Berkumur

dengan bahan fluor diindikasikan untuk anak yang berumur diatas enam tahun karena

telah mampu berkumur dengan baik serta orang dewasa yang rentan terhadap karies,

serta bagi pasien-pasien yang memakai alat orthodontik.14,15

3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor

Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluor terbukti dapat menurunkan karies. Akan tetapi pemakaiannya pada anak pra

sekolah harus diawasi karena pada umunya mereka masih belum mampu berkumur

dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi

yang kini terdapat di pasaran mengandung sekitar 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12

mm pasta gigi pada sikat gigi)1

20

Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

2.2.5 Indikasi Dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor

Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor

Menurut Donley 13,14 meliputi :

A. Indikasi

1. pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi.

2. gigi dengan permukaan akar yang terbuka.

3. gigi yang sensitif.

4.anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi

(contoh: Down syndrome)

5. pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik.

B. Kontraindikasi

1. pasien anak dengan resiko karies rendah

II.3 STREPTOCOCCUS MUTANS

Di dalam rongga mulut manusia terdapat berbagai macam jenis bakteri yang

dapat menyebabkan terjadinya karies atau disebut bakteri kariogenik. Organisme

yang paling kariogenik adalah adherent streptococci yaitu Streptococcus mutans.

Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat fakultatif anaerob, dan

paling sering ditemukan pada individu yang memiliki karies. Organisme ini tidak

hanya acidogenic (memproduksi asam organik dari karbohidrat) tetapi juga aciduric

(mampu bertahan dalam lingkungan yang sangat asam) serta menghasilkan suatu

polisakarida yang lengket. 14

Gambar II.2 Streptococcus mutan.

21

Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

Sumber : http://en.academic.ru/dic.nsf/enwiki/924230

Streptococcos mutans merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan pada

lesi karies gigi dan berperan penting dalam proses awal terjadinya gigi berlubang

karena kemampuannya yang cepat dalam memfermentasi karbohidrat dan umumnya

ditemukan dalam plak gigi. Mekanisme perlekatan Streptococcos mutans pada

permukaan gigi merupakan potensial target yang penting untuk intervensi

antikariogenik. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18-40 C, pada pH

5,2-7 sesuai pH plak. Clarke memberinya nama Streptococcus karena morfologinya

yang sangat bervariasi. Nama “mutans” itu sendiri adalah hasil dari transisi yang

sering terjadi dari bentuk kokus ke bentuk kokobasil, sehingga Streptococcus mutans

merupakan kumpulan dari sel-sel berbentuk oval atau bulat yang tersusun seperti

rantai.14,18,19

Secara umum, Streptococcus mutans dikenal karena kemampuannya untuk

mensistensa polisakarida ekstraseluler dari sukrosa, mengalami agregasi sel ke sel

ketika bercampur dengan sukrosa atau dekstran dan dapat berkembang dalam

lingkungan yang mengandung asam. Dan secara khusus, Streptococcus mutans

mempunyai sifat dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang bersifat asam dan

dapat menghasilkan asam. Melalui pelikel ini bakteri Streptococcus mutans akan

membuat kolonisasi di permukaan gigi serta membentuk lapisan dasar untuk formasi

kompleks biofilm, yang dikenal sebagai plak gigi.14,21

22

Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

Gambar II. 3 The pathogenesis of streptococcal infections. Sumber : Timothy J. MitchellNature Reviews Microbiology 1, 219-230 (December 2003). Available form : http://www.nature.com/nrmicro/journal/v1/n3/fig_tab/nrmicro771_F1.html

Setelah mengkonsumsi sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah

sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan, glikoprotein

( kombinasi molekul protein dan karbohidrat) yang lengket bertahan pada gigi untuk

mulai pembentukan plak. Pada waktu yang bersamaan berjuta-juta bakteri yang

dikenal sebagai Streptococcus mutans juga bertahan pada glikoprotein itu.

Walaupun, banyak bakteri lain yang juga melekat, tetapi Streptococcus mutans yang

paling berpotensial menyebabkan karies.18,20

Proses selanjutnya, yaitu bakteri Streptococcus mutans menggunakan fruktosa

dalam suatu metabolisme glikolosis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari

glikolisis di bawah kondisi-kondisi anaerob adalah asam. Asam ini menciptakan

kadar keasaman yang ekstra untuk menurunkan pH yang sejumlah tertentu

menghancurkan zat kapur fosfat di dalam email gigi sehingga mendorong ke arah

pembentukan suatu rongga atau lubang yang dikenal dengan karies.14,20,21

23

Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka (1)

24