bab ii tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/42582/3/bab ii.pdfdaun dari tanaman limonia acidissima ini...

24
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tanaman Limonia acidissima 2.1.1. Taksonomi Limonia acidissima Kingdom : Plantae Sub-kingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliospida Subkelas : Rosidae Ordo : Sapindales Keluarga : Rutaceae Genus : Limonia Spesies : Limonia acidissima L. (Vijayvargia & Rekha, 2014). Gambar 2.1. Buah kinca (a) dan bagian dalam buah kinca (b) (Thi Hong Tham & Nguyen, 2014) 2.1.2. Sinonim Limonia acidissima Nama lain dari Limonia acidissima L. adalah Feronia elephantum Correa, Feronia limonia (L.) Swingle, dan Schinus limonia L. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai wood apple, elephant apple, monkey fruit atau curd fruit (Khare, 2011). Sedangkan di Indonesia, penyebutan tanaman Limonia acidissima L. ini adalah kawista atau di Jawa dapat disebut dengan kinca (Tim Penyusun Kamus PS, 2013). a b

Upload: dinhdang

Post on 08-Jul-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tanaman Limonia acidissima

2.1.1. Taksonomi Limonia acidissima

Kingdom : Plantae

Sub-kingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliospida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Keluarga : Rutaceae

Genus : Limonia

Spesies : Limonia acidissima L. (Vijayvargia & Rekha, 2014).

Gambar 2.1. Buah kinca (a) dan bagian dalam buah kinca (b) (Thi Hong Tham &

Nguyen, 2014)

2.1.2. Sinonim Limonia acidissima

Nama lain dari Limonia acidissima L. adalah Feronia elephantum Correa,

Feronia limonia (L.) Swingle, dan Schinus limonia L. Dalam bahasa Inggris disebut

sebagai wood apple, elephant apple, monkey fruit atau curd fruit (Khare, 2011).

Sedangkan di Indonesia, penyebutan tanaman Limonia acidissima L. ini adalah

kawista atau di Jawa dapat disebut dengan kinca (Tim Penyusun Kamus PS, 2013).

a b

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

7

2.1.3. Distribusi dan Pengembangan Limonia acidissima

Tanaman kawista atau Limonia acidissima ini berasal dari India Selatan dan

tersebar di seluruh India, yang juga dibudidayakan di Bangladesh, Pakistan dan

Srilanka. Tanaman ini kemudian menyebar ke Asia Tenggara termasuk Jawa.

Kawista tumbuh baik di daerah pantai atau tanah berpasir. Kawista dapat tumbuh

baik di Sumba (Nusa Tenggara Barat) dan di Taman Nasional Purwodadi, Jawa

Timur (Absar, et al., 2010; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi

dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2010).

Limonia acidissima ini merupakan salah satu tanaman obat yang tumbuh di

seluruh wilayah tropis dan beriklim sedang. Buah ini dapat bertahan terhadap

tempat yang panas dan kering. Perkembangan tanaman ini dilakukan dengan

metode generatif yang menghasilkan biji dan vegetatif dengan tunas yang tumbuh

dari akar atau dengan okulasi (Absar, et al., 2010; Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2010; Naidu, et

al., 2014).

2.1.4. Morfologi Limonia acidissima

Limonia acidissima termasuk tanaman yang dapat tumbuh setinggi 9 m dan

tumbuh di seluruh India atau pada daerah kering dan hangat dengan ketinggian

mencapai 450 m. Tanaman ini memiliki kulit kasar dan berduri. Durinya terdapat

pada aksila ranting, berukuran pendek, lurus, dan panjangnya 2-5 cm (Longman,

1933; Vijayvargia & Rekha, 2014).

Daun dari tanaman Limonia acidissima berukuran sedang sampai cukup

besar, berwarna hijau gelap, kasar, panjangnya 3 sampai 5 inci, terdapat duri yang

berbentuk lurus pada aksila, ujung berlekuk, terdapat kelenjar minyak, dan sedikit

beraroma lemon saat dihancurkan (Longman, 1933; Vijayvargia & Rekha, 2014).

Bunga dari tanaman Limonia acidissima ini berkelompok, berukuran kecil,

berwarna merah kusam sampai merah kehijauan, berbau harum, dan terdapat organ

reproduksi jantan dan betina dalam satu bunga. Kemudian getah dari tanaman ini

dapat diperoleh dari batang dan ranting pohonnya, yang dikenal sebagai feronia

gum yang berwarna coklat kemerahan hingga warna kuning pucat dan transparan

(Longman, 1933; Vijayvargia & Rekha, 2014).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

8

Sedangkan buah dari tanaman Limonia acidissima ini berbentuk bulat

sampai lonjong, kasar, lebar buah 2 sampai 5 inci, termasuk dalam golongan buah

berry, berwarna abu-abu, kulit buah keras dan berkayu. Daging buahnya berwarna

kecoklatan, aromatik, memiliki getah, rasanya asam atau manis, dan biji putih

tersebar di dalamnya (Longman, 1933; Vijayvargia & Rekha, 2014).

2.1.5. Kandungan Senyawa Limonia acidissima

Menurut Naidu, et al., (2014), tanaman Limonia acidissima mengandung

flavanoid, glikosida, saponin, tanin, coumarins dan turunan tyramine. Juga adanya

alkaloid, steroid, glikosida, fenol, gum dan mucilage, minyak dan lemak tertentu,

resin dan tanin.

Menurut Amin, et al., (2017), kulit pohon tanaman ini mengandung kumarin,

alkaloid steroid dan triterpenoid, dan flavon. Pada daunnya mengandung alkaloid,

flavon, saponin, dan minyak esensial. Kemudian pada akarnya terdapat kumarin

dan alkaloid quinolone. Lalu pada bijinya mengandung minyak lemak, protein,

karbohidrat, dan asam amino. Pada bunganya mengandung asam lemak dan

karbohidrat.

Buah Limonia acidissima ini mengandung beberapa senyawa seperti

alkaloid, saponin, tanin, triterpenoid, dan flavonoid (Pandey, et al., 2014; Rini, et

al., 2017). Sedangkan menurut Amin, et al., (2017), daging buah dari Limonia

acidissima mengandung glikosida flavonoid dan berbagai macam minyak esensial

dengan jumlah yang cukup banyak.

2.1.6. Pemanfaatan Limonia acidissima

Semua bagian Limonia acidissima digunakan dalam sistem pengobatan

tradisional untuk pengobatan berbagai penyakit. Daun, kulit kayu dan buah Limonia

acidissima memiliki nilai obat dan digunakan sebagai obat tradisional selama

berabad-abad karena aktivitas antimikroba, astringent, dan anti-inflamasi. Di

negara-negara Asia selatan seperti Myanmar, Thailand dan lain-lain, kulit pohon

tanaman ini digunakan sebagai kosmetik (Shermin, et al., 2012).

Secara tradisional, buah Limonia acidissima digunakan untuk sakit perut,

diare, disentri, stimulan, diuretik, menyembuhkan batuk, asma, dan keputihan.

Sedangkan bijinya digunakan sebagai obat penyakit jantung. Selain itu, orang-

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

9

orang Hindu menganggap bahwa buah ini berguna dalam diare dan disentri.

(Buvanaratchagan & Dandhapani, 2016; Absar, et al., 2010).

Daun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai

pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika diberikan pada anak-anak.

Selain itu juga digunakan sebagai antiemetik, karminatif, kardiotonik, ekspektoran,

obat pencahar, batuk, dan diare. Sedangkan rebusan daun dari Limonia acidissima

ini digunakan dalam pengobatan sembelit, muntah, dan diuretik (Naidu, et al.,

2014; Absar, et al., 2010).

Menurut Jayashree dan Ramesh, (2014), ekstrak metanol daging buah Limonia

acidissima dengan metode ekstraksi soxhlet, menunjukkan aktivitas antimikroba

yang cukup tinggi dibandingkan dengan ekstrak kloroform dan aqua. Hal ini

menunjukkan bahwa, senyawa antimikroba yang signifikan bersifat polar yang

dibuktikan dengan tingginya tingkat aktivitas antibakteri ekstrak metanol daging

buah Limonia acidissima. Zona hambat dari ekstrak metanol menghasilkan rata-

rata zona hambat 15-21 mm dengan konsentrasi minimum sebesar 3,125-12,5

mg/mL. Mikroba yang diuji yaitu Salmonella typhimurium, Klebsiella pneumonia,

Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Aspergillus niger, dan Aspergillus

flavus.

Menurut Naidu, Sujatha, dan Chandra, (2014), fraksi methanol daun Limonia

acidissimamenunjukkan aktivitas antibakteri yang tinggi terhadap bakteri E. coli,

P. vulgaris dan S. pneumoniae. Hal ini ditunjukkan dengan zona hambat terhadap

masing-masing bakteri yaitu E. Coli sebesar 24±0.13 mm dengan konsentrasi

minimum sebesar 62,5 μg/mL, sedangkan pada P. vulgaris adalah 26±0.32 mm

dengan konsentrasi minimum <62,5 μg/mL, padaS. Pneumoniae yaitu 24±0.36 mm

dengan konsentrasi minimum <62,5 μg/mL.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Buvanaratchagan dan

Dandhapani, (2016), ekstrak daun Limonia acidissima dengan fraksi etanol

menunjukkan aktivitas antijamur terhadap ketiga fungi dermatofitik seperti

Trichophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Epidermophyton floccosum

yang memiliki pengaruh sebanding dengan kelompok kontrol yang menggunakan

ketokonazol. Zona hambat ekstrak daun Limonia acidissima dengan konsentrasi 10

µL (50 mg/mL) dalam menghambat Trichophyton mentagrophytes, Microsporum

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

10

canis dan Epidermophyton floccosum masing-masing adalah 32,42 ± 1,43 mm;

27,56 ± 0,95 mm; dan 28,62 ± 1,37 mm.

Pada penelitian yang dilakukan Anebaracy, et al., (2015), ekstrak akar

Limonia acidissima dengan pelarut etanol memiliki efek antimikroba yang

sebanding dengan kelompok kontrol yang menggunakan streptomisin. Mikroba

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Candida albicans. Sedangkan zona

hambat ekstrak akar Limonia acidissima dengan konsentrasi 50 µg adalah 5,37 ±

0,02 mm.

Kemudian menurut penelitian yang dilakukan Ilango dan Chitra, (2010),

ekstrak metanol daging buah Limonia acidissima pada dosis 200 dan 400 mg/kg

memberikan efek dalam peningkatan penyembuhan luka pada hewan uji (tikus) bila

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, pada penelitian ini diketahui

bahwa ekstrak metanol daging buah Limonia acidissima menunjukkan adanya

aktivitas antioksidan.

2.2. Tinjauan Jamur Candida albicans

Candida albicans merupakan mikroorganisme yang terdapat pada saluran

pencernaan, saluran reproduksi, rongga mulut, dan kulit manusia kebanyakan,

tetapi tidak memberikan gejala apapun. Pada individu dengan sistem kekebalan

tubuh yang sehat, Candida albicans seringkali tidak berbahaya. Namun, perubahan

pada mikrobiota inang, perubahan respons imun inang, atau akibat lingkungan

dapat memungkinkan jamur ini untuk tumbuh dan menyebabkan infeksi yang

bahkan dapat menyebabkan kematian (Nobile & Alexander, 2015).

Gambar 2.2. Jamur Candida albicans dengan pewarnaan menggunakan LPCB

pada perbesaran 400x (Wibawa, et al., 2015).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

11

2.2.1. Taksonomi Candida albicans

Taksonomi Candida albicans menurut C.P. Robin Berkhout, (1923), dalam

Komariah, (2012), adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Subphylum : Saccharomycotina

Class : Saccharomycetes

Ordo : Saccharomycetales

Family : Saccharomycetaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

2.2.2. Morfologi dan Sifat Candida albicans

Candida albicans atau yang dulu disebut dengan monilia merupakan sel

jamur yang terdiri dari sel-sel oval seperti ragi dan sel-sel oval yang memanjang

dan saling berikatan. Jamur ini merupakan bagian dari flora normal (komensal)

pada selaput lendir di saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan vagina (Tjay &

Kirana, 2002).

Spesies Candida secara morfologi mempunyai beberapa bentuk elemen

jamur yaitu sel ragi (blastospora/yeast), hifa dan bentuk intermedia/pseudohifa

(Gambar 2.3). Sel-sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong dengan ukuran 2-5µ

x 3-6µ sampai 2-5,5µ x 5-28,5µ. Jamur ini berkembang biak dengan

memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, disebut blastospora

(Siregar, 2004; Komariah, 2012).

Pertumbuhan optimum Candida albicans terjadi pada pH antara 2,5 – 7,5

dengan temperatur 20°C – 38°C. Candida merupakan jamur yang dapat tumbuh

cukup cepat yaitu sekitar 48–72 jam. Candida albicans dapat tumbuh pada suhu

37°C dalam kondisi aerob dan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan

dengan pH normal atau alkali. Spesies jamur yang patogen dapat tumbuh dengan

mudah pada suhu 25°C– 37°C, sedangkan spesies jamur yang saprofit akan sulit

tumbuh pada temperatur yang semakin tinggi (Komariah, 2012).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

12

Gambar 2.3. Ilustrasi morfologi Candida (a) bentuk ragi, (b) bentuk pseudohifa,

dan (c) bentuk hifa (Komariah, 2012).

Dua tes morfologi sederhana membedakan Candida albicans dari spesies

Candida lainnya, yaitu setelah inkubasi dalam serum selama kurang lebih 90 menit

pada suhu 37°C, sel-sel ragi Candida albicans akan mulai membentuk hifa sejati

atau tabung benih. Dan pada media yang kekurangan nutrisi, Candida albicans

menghasilkan chlamydospora bulat dan besar (Brooks, et al., 2007).

Candida albicans tumbuh baik pada media padat, tetapi kecepatan

pertumbuhannya lebih tinggi pada media cair. Candida dapat mudah tumbuh di

dalam media sabouraud dextrose agar (SDA) dengan membentuk koloni ragi

dengan sifat-sifat khas, yakni: menonjol dari permukaan media, permukaan koloni

halus, licin, berwarna putih kekuning-kuningan, dan berbau ragi. Jamur Candida

dapat hidup didalam tubuh manusia, hidup sebagai parasit atau saprofit, yaitu di

dalam alat pencernaan, alat pernapasan, atau vagina pada individu yang sehat. Pada

keadaan tertentu, sifat Candida ini dapat berubah menjadi patogen dan dapat

menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis atau kandidosis (Siregar, 2004;

Komariah, 2012).

2.3. Tinjauan Kandidiasis

2.3.1. Pengertian Kandidiasis

Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,

seperti bakteri, virus, parasit atau jamur. Penyakit ini, dapat menyebar baik secara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

13

langsung maupun tidak langsung, dari satu orang ke orang lain (Anonim, 2017).

Salah satu infeksi akibat jamur yang umum terjadi adalah kandidiasis. Kandidiasis

adalah suatu infeksi akut atau subakut yang disebabkan oleh Candida albicans atau

terkadang oleh spesies Candida yang lain, yang dapat menyerang berbagai jaringan

tubuh. Namun penyebab utama dari penyakit ini ialah Candida albicans. Spesies

lain seperti Candida krusei, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida

pseudotropicalis, dan Candida parapsilosis, umumnya bersifat apatogen (Siregar,

2004).

2.3.2. Penyebab Kandidiasis

Beberapa faktor yang dapat mempermudah terjadinya kandidiasis

digolongkan dalam 2 kelompok yaitu faktor endogen dan eksogen.

Beberapa yang tergolong faktor endogen, yaitu:

1. Perubahan fisiologi tubuh, yang terjadi pada:

a. Kehamilan, terjadi perubahan pada vagina;

b. Obesitas, kegemukan menyebabkan banyak keringat, mudah terjadi

maserasi kulit, dan memudahkan infestasi Candida;

c. Endokrinopati, gangguan konsentrasi gula dalam darah, yang pada kulit

akan menyuburkan pertumbuhan Candida;

d. Penyakit menahun, seperti tuberkulosis, lupus eritematosus, karsinoma,

dan leukemia;

e. Pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotik, kortikosteroid, atau

sitostatik;

f. Pemakaian alat-alat dalam tubuh, seperti gigi palsu, infus, dan kateter.

2. Umur, orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status

imunologisnya tidak sempurna.

3. Gangguan imunologis, pada penyakit genetik seperti atopik dermatitis.

Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksogen, yaitu:

1. Iklim panas dan lembab menyebabkan banyak keringat terutama pada

lipatan kulit, menyebabkan kulit maserasi dan ini mempermudah invasi

Candida;

2. Kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air

mempermudah invasi Candida;

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

14

3. Kebersihan individu;

4. Terjadinya kontak dengan penderita kandidiasis (Siregar, 2004).

Infeksi Candida dapat berlangsung secara endogen dan eksogen atau kontak

langsung. Infeksi endogen lebih sering terjadi karena Candida bersifat saprofit

didalam saluran pencernaan. Bila ada faktor predisposisi, Candida dapat lebih

mudah berinvasi disekitar mukokutan, anus yang dapat menyebabkan perianal

kandidiasis, atau di sudut mulut yang menyebabkan perioral kandidiasis (Siregar,

2004).

Infeksi eksogen atau kontak langsung dapat terjadi bila sel-sel ragi menempel

pada kulit atau selaput lendir sehigga dapat menimbulkan kelainan-kelainan pada

kulit tersebut, misalnya vaginitis, balanitis, atau kandidiasis interdigitalis (Siregar,

2004).

2.3.3. Klasifikasi dan Gambaran Klinis Kandidiasis

Berbagai jenis Kandidiasis mempunyai gambaran klinis yang berbeda,

tergantung pada organ yang dikenainya.

1. Kandidiasis selaput lendir, yaitu:

a. Kandidiasis oral

Disebut juga oral trush, gambaran klinisnya berupa stomatitis akut.

Pada selaput lendir mulut tampak bercak-bercak putih kekuningan yang

timbul dari dasar selaput lendir yang merah yang dapat meluas sampai

menutupi lidah (Siregar, 2004).

b. Perlece

Keadaan dimana kedua sudut mulut berwarna merah, bibir pecah-

pecah, yang kemudian terjadi fisura pada kedua sudut mulut. (Siregar,

2004).

c. Kandidiasis vaginitis

Pada mukosa vagina terlihat ada bercak putih-kekuningan. Labia

minora dan mayora membengkak dengan ulkus-ulkus kecil berwarna

merah. Penderita akan merasa gatal, panas, dan sakit pada saat buang air

kecil (Siregar, 2004).

d. Kandidiasis balanitis

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

15

Pada balanitis tampak bercak-bercak pada glan penis. Kelainan ini

dapat meluas sampai skrotum, perineum, dan kulit di lipatan paha yang

disertai rasa gatal, sakit, dan panas (Siregar, 2004).

e. Kandidiasis mukokutan kronis

Biasanya banyak ditemukan pada anak-anak. Kelainan yang timbul

berupa bercak-bercak merah pada daerah-daerah mukokutan dan timbul

rasa panas dan gatal (Siregar, 2004).

2. Kandidiasis kutis

a. Lokalisata: intertriginosa dan perianal

Kandidiasis intertriginosa: lesi-lesi timbul pada tempat predileksi,

yaitu daerah-daerah lipatan kulit, seperti ketiak, bawah payudara, lipatan

paha, intergluteal, antara jari-jari tangan dan jari-jari kaki, dan lipatan

leher (Siregar, 2004).

Kandidiasis perianal: infeksi candida pada kulit sekitar anus, lipat

paha, kemaluan, perineum menjadi merah dan bersisik halus berwarna

putih. Infeksi kandidiasis ini banyak diderita oleh bayi yang dikenal

sebagai diaper rash (Siregar, 2004).

b. Generalisata

Lesi terdapat pada lipat payudara, intergluteal, umbilikus, ketiak,

lipat paha, sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Kelainan

dapat berupa eksematoid yang disertai vesikel-vesikel dan pustula-

pustula milier yang generalisata (Siregar, 2004).

c. Paronikia dan onikomikosis

Proses peradangan kronis pada lipatan kuku proksimal dan matriks

kuku. Kondisi ini menyebabkan kuku bengkak dan mengeluarkan nanah

seperti krim susu dari bawah lipatan kuku (Graham-Brown & Tony,

2005).

Onikomikosis adalah infeksi jamur pada kuku dan jaringan di

sekitarnya, yang ditandai oleh penebalan dan atau perubahan warna

kuku, serta pemisahan kuku dari bantalan kuku. Onikomikosis dapat

mengenai lempeng kuku, bantalan kuku, dan matriks kuku (Menaldi, et

al., 2016).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

16

d. Kandidiasis kutis granulomatosa

Lesi berupa papul merah yang ditutupi oleh krusta yang tebal

berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya,

membentuk granuloma menyerupai tanduk (Siregar, 2004).

3. Kandidiasis sistemik, bercirikan rasa lemah, letih, disertai perasaan

mengantuk, ingatan lemah, nyeri otot dan persendian. Pada kondisi ini,

Candida telah menembus mukosa usus dan menyebar ke semua organ

melalui pembuluh darah (Tjay & Kirana, 2002).

2.3.4. Terapi Kandidiasis

Pada umumnya, untuk melawan jamur Candida albicans, digunakan obat-

obat antijamur golongan imidazol seperti klotrimazol, dan mikonazol, flusitosin,

dan golongan polien seperti nistatin (Neal, 2006).

Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan lini

kedua. Pengobatan kandidiasis oral lini pertama, yaitu:

1. Nistatin

Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang

terdapat dalam bentuk topikal. Obat nistatin tersedia dalam inokulasi bentuk

krim dan suspensi oral. Nistatin dapat menghambat pertumbuhan jamur

dengan mengikat sterol pada membran sel jamur (Hakim & Ricky, 2015;

Badan Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995).

2. Ampoterisin B

Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi oral

100 mg/mL dimana diberikan tiga sampai empat kali dalam sehari.

Ampoterisin B bekerja dengan berikatan dengan sterol pada membran sel

jamur (Hakim & Ricky, 2015; Badan Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 1995).

3. Klotrimazol

Klotrimazol mempunyai efek antijamur dan antibakteri. Obat ini

dapat mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi ergosterol.

Klotrimazol dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini tersedia

dalam bentuk krim dan tablet 10 mg (Hakim & Ricky, 2015; Badan

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

17

Sedangkan untuk pengobatan kandidiasis lini kedua, yaitu:

1. Ketokonazol

Ketokonazol memiliki aktivitas antijamur baik sistemik maupun

nonsistemik. Ketokonazol memblok sintesis ergosterol pada membran sel

fungal. Dosis yang dianjurkan adalah 200-400 mg tablet yang diberikan

sakali atau dua kali dalam sehari selama dua minggu (Hakim & Ricky, 2015;

Badan Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995).

2. Flukonazol

Dalam tubuh, flukonazol dapat diserap sempurna melalui saluran

cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung. Obat

ini digunakan pada kandidiasis orofaringeal dengan dosis 50-100 mg kapsul

sekali dalam sehari dalam dua sampai tiga minggu. Sedangkan untuk

kandidiasis vaginal, diberikan dosis tunggal 150 mg (Hakim & Ricky, 2015;

Badan Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995).

3. Itrakonazol

Itrakonazol adalah salah satu antijamur spektrum luas yang

merupakan antijamur sistemik dan dikontraindikasikan pada kehamilan dan

penyakit hati. Dosis obat adalah 100 mg dalam bentuk kapsul sehari sekali

selama dua minggu. Efek samping utama adalah mual, neuropati dan alergi

(Hakim & Ricky, 2015; Badan Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 1995).

2.4. Tinjauan Nistatin

Pada umumnya, pengobatan untuk kandidiasis ini adalah nistatin. Nistatin

berasal dari bakteri Streptomyces noursei. Obat ini berupa bubuk warna kuning

kemerahan yang bersifat higroskopis, berbau khas, dan sukar larut dalam kloroform

dan eter. Larutannya dapat terurai dalam air atau plasma (Badan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995).

Nistatin ini terutama digunakan untuk infeksi Candida albicans pada kulit,

selaput lendir, dan saluran cerna. Nistatin digunakan secara topikal pada kulit atau

membran mukosa (mulut dan vagina) dalam bentuk krim, salep, supositoria,

suspensi atau bubuk untuk infeksi Candida lokal (Staf Pengajar Departemen

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

18

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008; Neal, 2006; Tjay &

Kirana, 2002).

Untuk penggunaan pada kulit, obat ini dapat berupa krim atau salep.

Sedangkan untuk penggunaan pada membran mukosa dapat berupa tablet hisap dan

pesarium vagina. Pemberian obat ini bisa pada bayi, anak kecil, atau pada orang-

orang dengan daya tahan yang rendah (diabetes melitus, leukemia, dan yang

mendapat steroid dosis tinggi) (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008; Neal, 2006).

Nistatin menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi, tetapi tidak aktif

terhadap bakteri, protozoa, dan virus. Sehingga nistatin tidak menimbulkan masalah

superinfeksi. Resistensi dari obat ini dapat timbul karena menurunnya jumlah sterol

pada membran sel jamur atau terjadi perubahan sifat struktur atau sifat ikatannya.

Tetapi pada Candida albicans hampir tidak memperlihatkan resistensi terhadap

nistatin (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya, 2008; Badan Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

1995).

Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan jalan berikatan dengan sterol

membran sel jamur, terutama ergosterol. Oleh karena itu, terjadi gangguan pada

permeabilitas membran sel jamur dan mekanisme transpornya. Akibatnya, sel

jamur kehilangan banyak kation dan makromolekul (Staf Pengajar Departemen

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008; Neal, 2006).

Onset dari nistatin yaitu 24-72 jam. Absorpsi apabila topikal hampir tidak ada

yang melalui selaput lendir atau kulit; dan apabila melalui rute oral nistatin kurang

dapat diserap tubuh. Kemudian ekskresi nistatin yaitu melalui feses sebagai obat

yang tidak berubah (American Pharmacist Association, 2009).

Untuk dosis dari nistatin terbagi menjadi dua, yaitu dosis untuk dewasa dan

untuk anak-anak. Dosis untuk dewasa:

- Kandidiasis oral: Suspensi (kocok dan telan): 400.000-600.000 unit 4

kali/hari

- Infeksi mukokutan: Topikal: Gunakan 2-3 kali/hari pada daerah yang sakit

- Infeksi usus: Tablet oral: 500.000-1.000.000 unit setiap 8 jam

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

19

- Infeksi vagina: Tablet vagina: Masukkan 1 tablet/hari pada waktu tidur

selama 2 minggu (American Pharmacist Association, 2009).

Sedangkan dosis pediatric (untuk anak-anak dan bayi), yaitu:

- Kandidiasis oral: Suspensi (kocok dan telan): Bayi prematur: 100.000 unit

4 kali/hari; Bayi: 200.000 unit 4 kali/hari atau 100.000 unit ke setiap sisi

mulut 4 kali/hari; Anak-anak: 400.000-600.000 unit 4 kali/hari (American

Pharmacist Association, 2009).

Jarang terjadi efek samping pada pemberian oral ataupun topikal pada obat ini.

Tetapi efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan nistatin, yang belum

teridentifikasi frekuensi kejadiannya yaitu: dermatitis, sindrom Stevens-Johnson;

kemudian pada frekuensi kejadian 1% sampai 10%: mual, muntah, diare, sakit

perut; sedangkan pada frekuensi kejadian <1% yaitu reaksi hipersensitivitas.

Pemberian dosis tinggi tidak akan menimbulkan superinfeksi karena obat ini tidak

mempengaruhi bakteri, protozoa, atau virus (American Pharmacist Association,

2009; Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya, 2008).

2.5. Kandungan Metabolit Sekunder dari Daging Buah Limonia acidissima

yang Dapat Dimanfaatkan Sebagai Agen Antijamur

Buah Limonia acidissima ini mengandung beberapa senyawa seperti

alkaloid, saponin (Pandey, et al., 2014), terpenoid (Rini, et al., 2017), dan

antrakuinon (Anand & Deborah, 2017). Senyawa-senyawa tersebut memiliki

aktivitas sebagai antijamur.

Dalam menghambat pertumbuhan jamur, terpenoid bekerja dengan

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan spora jamur, juga mengganggu

membran sitoplasma. Membran sel jamur terdiri dari lapisan ganda lipid dimana

terdapat transport enzim dan protein. Sehingga, menyebabkan terganggunya

transportasi ion dan juga menyebabkan kondisi osmotik yang tidak seimbang dalam

membran (Lutfiyanti, et al., 2012; Heejeong & Dong Gun, 2015).

Alkaloid yang didapat dari berbagai tanaman obat memiliki aktivitas sebagai

antijamur. Bahkan alkaloid dari beberapa tanaman juga digunakan sebagai obat

anti-infeksi. Mekanisme kerja alkaloid seperti berberin dan harmane dikaitkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

20

dengan kemampuan mereka untuk berikatan dengan DNA (Al-Bayati & Hasan,

2008).

Antrakuinon yang didapat dari tanaman obat juga memiliki aktivitas sebagai

antijamur. Antrakuinon bekerja dengan dengan beraksi melalui depolarisasi

membran potensial mitokondria dan penghambatan efflux pump (Wijayanti &

Endang, 2017).

Senyawa kimia saponin yang diisolasi dari tanaman obat digunakan sebagai

unsur antijamur. Saponin ini memiliki sifat sebagai surfaktan alami karena

mengandung komponen yang larut dalam air dan dapat larut dalam lemak. Saponin

dapat menyebabkan kerusakan membran dan kebocoran pada materi sel, yang

akhirnya menyebabkan kematian sel (Zhang, et al., 2005).

2.6. Tinjauan Tentang Ekstraksi

2.6.1. Tinjauan Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia

yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang

terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak

atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan

mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap

pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman (Depkes RI, 2000).

Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah diserap oleh pelarut,

karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Simplisia yang

keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar sulit diserap oleh pelarut, karena itu perlu

diserbuk sampai halus. Disamping memperhatikan sifat fisik dan senyawa aktif dari

simplisia harus juga diperhatikan senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam

simplisia seperti protein, karbohidrat, lemak dan gula, karena senyawa ini akan

mempengaruhi tingkat kejenuhan pelarut sehingga akan berpengaruh pula pada

proses pelarutan senyawa aktif (Depkes RI, 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

21

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara

perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan

pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas

(Depkes RI, 2014).

Sedangkan menurut BPOM RI, (2010), ekstrak adalah sediaan kering, kental

atau cair dibuat dengan penyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh

cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter, etanol, atau

campuran etanol dan air.

Menurut Depkes RI, (2000), terdapat berbagai metode dalam pembuatan

ekstrak (ekstraksi), yaitu sebagai berikut:

a. Cara dingin: maserasi dan perkolasi;

b. Cara panas: refluks, soxhlet, digesti, infus, dan dekok.

2.6.2. Tinjauan Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Depkes RI, 2000).

Kata maserasi berasal dari kata Latin maceratus, yang berarti melunak.

Sehubungan dengan tanaman obat, maserasi mengacu pada persiapan larutan

dengan merendam bahan tanaman didalam pelarut. Cara ini sangat sederhana, tetapi

membutuhkan waktu yang cukup lama. Dalam proses ini, seluruh bahan

dimasukkan ke dalam wadah dengan pelarut dan dibiarkan pada suhu kamar sampai

bahan terlarut larut. Periode maserasi 24 jam memungkinkan pelarut berdifusi

melalui obat, melarutkan unsur penyusun dan melepaskan bahan terlarut (Handa, et

al., 2008).

Salah satu metode maserasi yaitu maserasi kinetik. Penyarian dengan

maserasi kinetik diperlukan pengadukan yang berputar dan kontinu (terus

menerus). Hal ini untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia,

sehingga tetap terjaga derajat perbedaan konsentrasinya yang sekecil-kecilnya

antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Selanjutnya, hasil dari

penyarian didiamkan selama waktu tertentu untuk mengendapkan zat yang tidak

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

22

diperlukan yang ikut terlarut dalam cairan penyari (Depkes RI, 2000; Indrawati &

Razimin, 2013).

Metode lain dari maserasi yaitu maserasi ultrasonik. Prosedur ini melibatkan

penggunaan ultrasound dengan frekuensi berkisar antara 20 kHz sampai 2000 kHz,

hal ini untuk meningkatkan permeabilitas dinding sel dan menghasilkan kavitasi.

Aplikasi metode ini dalam skala besar terbatas karena biaya yang lebih tinggi. Salah

satu kelemahan dari prosedur ini adalah efek energi ultrasound yang lebih dari 20

kHz terhadap unsur penyusun tanaman obat yang aktif unsur aktif tanaman obat

melalui pembentukan radikal bebas akan mengakibatkan perubahan yang tidak

diinginkan pada molekul obat (Handa, et al., 2008).

2.7. Tinjauan Tentang Fraksinasi

Ekstrak awal merupakan campuran dari berbagai senyawa. Ekstrak awal sulit

dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal.

Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki

polaritas dan ukuran molekul yang sama. Fraksinasi dapat dilakukan dengan

metode ektraksi cair-cair atau dengan kromatografi cair vakum (KCV),

kromatografi kolom (KK), size-exclution chromatography (SEC), solid-phase

extraction (SPE), dan sebagainya (Sarker, et al., 2006).

Fraksinasi adalah teknik pemisahan dan pengelompokan kandungan kimia

ekstrak berdasarkan pada kepolarannya. Pada proses fraksinasi digunakan dua

pelarut atau lebih yang tidak tercampur dan memiliki tingkat kepolaran yang

berbeda. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam ekstrak akan terpisah menurut

kepolarannya (Hawkins & Rahn, 1997).

Pemisahan dengan metode ini didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi

yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan

berada diatas. Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti

eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut.

Fraksinasi bertingkat ini umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan

dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar (Nur & Hendra, 1989).

2.8. Tinjauan Tentang Pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik

(optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

23

demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa

kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa

kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih

yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung (Depkes RI,

2000).

Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah

sebagai berikut:

1. Selektivitas;

2. Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut;

3. Ekonomis;

4. Ramah lingkungan;

5. Keamanan (Depkes RI, 2000).

Pelarut yang digunakan untuk pembuatan fraksi pada penelitian ini, yaitu

etanol. Etanol dapat disebut sebagai etil alkohol, aetanolum, ethyl hydroxide, grain

alkohol, ataupun methyl carbinol. Etanol mengandung 92,3% b/b sampai 93,8%

b/b, dan 94,9% v/v sampai 96,0% v/v C2H5OH, pada suhu 15,56°. Bobot jenis dari

etanol ini yaitu antara 0,812 sampai 0,816. Titik didih dari etanol yaitu pada suhu

78,15°C (Depkes RI, 1995; Rowe, et al., 2009).

Etanol merupakan cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, berbau khas,

menyebabkan rasa terbakar pada lidah, dan mudah terbakar. Etanol dapat

bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik, seperti

kloroform, eter, dan gliserin. Pelarut ini harus tersimpan dalam wadah tertutup rapat

dan jauh dari api (Depkes RI, 1995; Rowe, et al., 2009).

Etanol dengan berbagai konsentrasi banyak digunakan dalam formulasi

sediaan farmasi dan kosmetik. Selain digunakan sebagai pelarut, etanol juga

digunakan sebagai desinfektan, dan dalam sebuah larutan digunakan sebagai

pengawet antimikroba. Untuk penggunaan topikal, etanol digunakan sebagai

peningkat penetrasi pada distribusi obat transdermal (Rowe, et al., 2009).

Etanol bersifat bakterisidal dalam campuran larutan pada konsentrasi antara

60% dan 95% v/v, dengan konsentrasi optimum 70% v/v. Aktivitas antimikroba

dari etanol meningkat dengan adanya garam edetic acid atau edetate. Etanol tidak

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

24

efektif melawan spora bakteri dan menjadi tidak aktif apabila terdapat surfaktan

nonionik (Rowe, et al., 2009).

2.9. Tinjauan Metode Pengujian Antimikroba

Uji kepekaan antimikroba dilakukan dengan mengukur kemampuan zat

antimikroba untuk menghambat pertumbuhan mikroba secara in vitro. Hal ini dapat

diperkirakan melalui beberapa metode, sebagai berikut:

2.9.1. Metode Difusi Cakram

Metode ini dilakukan dengan menempatkan disk kertas yang telah diberi zat

penghambat pertumbuhan mikroba (biasanya agen antimikroba) pada mikroba yang

berada di permukaan media agar, diinkubasi semalam, dan diukur ada tidaknya

zona penghambatan di sekitar disk. Suatu gradien konsentrasi zat antimikroba yang

terbentuk (zona hambat) menunjukkan pertumbuhan organisme uji dihambat pada

suatu jarak dari cakram (Mayers, et al., 2017; Vandepitte, et al., 2010).

Metode modifikasi Kirby-Bauer merupakan metode difusi cakram, yang

mulai diperkenalkan pada tahun 1966, yang dapat digunakan dalam laboratorium

klinis. Hasil penelitian dilaporkan secara kualitatif dinyatakan sebagai rentan,

intermediate, atau resisten (Mayers, et al., 2017; Vandepitte, et al., 2010).

Menurut Vandepitte, et al., (2010), faktor-faktor teknis yang mempengaruhi

ukuran zona pada metode difusi-cakram adalah sebagai berikut:

- Kepekatan inokulum

Jika inokulum terlalu encer, zona hambat akan menjadi lebih lebar.

Sebaliknya, jika inokulum terlalu pekat, ukuran zona hambat akan

menyempit. Hasil optimal didapat dengan ukuran inokulum yang hampir

menyatu (konfluen).

- Waktu pemasangan cakram

Jika media dibiarkan pada suhu ruang lebih lama dari waktu yang

ditetapkan, perkembangan inokulum dapat terjadi sebelum cakram

dipasang. Ini menyebabkan zona diameter mengecil.

- Suhu inkubasi

Untuk uji sensitivitas antimikroba biasanya diinkubasi pada suhu

35°C untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal. Jika suhu diturunkan,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

25

waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan akan memanjang dan dihasilkan

zona yang lebih lebar.

- Waktu inkubasi;

- Ukuran lempeng, ketebalan media agar, dan pengaturan jarak cakram

antimikroba

Untuk uji sensitivitas antimikroba biasanya dilakukan dengan

menggunakan cawan petri ukuran 9-10 cm dan tidak lebih dari 6 atau 7

cakram antimikroba pada tiap lempeng agar. Jika jumlah antimikroba yang

harus diuji lebih banyak, biasanya menggunakan dua cawan petri atau satu

cawan petri berdiameter 14 cm. Zona hambatan yang sangat besar mungkin

terbentuk pada media yang sangat tipis; dan sebaliknya berlaku untuk media

yang tebal.

- Potensi cakram antimikroba

Diameter zona hambat berkaitan dengan jumlah obat dalam cakram.

Jika potensi obat berkurang akibat rusak selama penyimpanan, zona

hambatan akan menunjukkan pengurangan dari ukuran yang sesuai.

- Komposisi media

Media mempengaruhi ukuran zona melalui efeknya terhadap

kecepatan pertumbuhan organisme, kecepatan difusi obat antimikroba, dan

aktivitas obat. Penggunaan media harus sesuai dengan mikroba yang akan

diuji.

2.9.2. Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM)

Konsentrasi hambat minimal (KHM) atau minimal inhibitory concentration

(MIC) dari agen antimikroba adalah konsentrasi agen antimikroba paling rendah

yang menghambat isolat mikroba tertentu untuk menghasilkan pertumbuhan yang

terlihat pada sistem uji. Tes KHM dapat dilakukan dengan menggunakan media cair

atau agar, namun mikrodilusi dengan media cair adalah metode yang paling banyak

digunakan di laboratorium (Coyle, 2005).

Tujuan pengujian ini adalah untuk memberikan hasil kuantitatif (dalam

μg/mL) disertai interpretasi kategoris (rentan, sedang, atau tahan) yang dapat

menunjukkan terapi antimikroba lebih tepat, terutama untuk infeksi di tempat tubuh

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

26

dimana agen antimikroba mencapai konsentrasi rendah pada serum (misalnya

cairan serebrospinal dan tulang) (Mayers, et al., 2017).

a. Mikrodilusi dengan media cair

Metode dilusi tabung ini menggunakan tabung reaksi yang diisi media cair

dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Kemudian masing-masing tabung

diisi dengan obat atau senyawa yang diduga antimikroba yang telah diencerkan

pada masing-masing konsentrasi. Selanjutnya, seri tabung diinkubasikan pada

suhu 37oC selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung

(Dzen, et al, 2003).

b. Metode dilusi dengan media agar

Dalam metode ini, zat antimikroba dimasukkan ke media agar dengan

masing-masing mengandung konsentrasi yang berbeda, biasanya digunakan

dengan pengenceran dua kali (yaitu, 1, 2, 4, 8, 16, 32 μg/mL, dll). Inkubasi

dilakukan pada suhu 35°C selama 16-18 jam, sementara organisme seperti

Streptococcus pneumoniae, diinkubasi 24 jam, dan dalam atmosfer yang

diperkaya CO2 (Coyle, 2005; Mayers, et al., 2017).

Menurut Coyle, (2005), faktor-faktor teknis yang mempengaruhi ukuran

zona pada tes KHM, sebagai berikut:

- Konsentrasi inokulum

- Pengukuran titik akhir

- Suasana inkubasi

- Suhu inkubasi

- Waktu inkubasi

- Komposisi media

- pH media

2.9.3. Metode Bioautografi

Prosedur dalam metode bioautografi serupa dengan yang digunakan dalam

metode difusi agar. Perbedaannya adalah bahwa senyawa yang diuji menyebar ke

media agar diokulasi dari lapisan kromatografi, yang merupakan adsorben atau

kertas. Dalam bioautografi kontak, plat KLT atau kromatogram kertas ditempatkan

pada permukaan agar diinokulasi selama beberapa menit atau jam untuk

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

27

memungkinkan terjadinya difusi. Selanjutnya, lempeng dilepas dan lapisan agar

diinkubasi. Zona pertumbuhan penghambatan muncul di tempat dimana senyawa

antimikroba bersentuhan dengan lapisan agar. Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan metode ini yaitu, mikroorganisme yang diuji, komposisi medium, pH,

dan kelarutan sampel (Choma & Edyta, 2010).

Di antara semua metode bioautografi, yang paling banyak digunakan adalah

bioautografi langsung. Prinsip dari metode ini yaitu plat KLT yang dikembangkan

dicelupkan ke dalam suspensi mikroorganisme yang tumbuh dalam media yang

tepat dan kemudian diinkubasi dalam atmosfir lembab. Permukaan silika dari pelat

KLT yang dilapisi media menjadi sumber nutrisi dan memungkinkan pertumbuhan

mikroorganisme secara langsung di atasnya. Namun, di tempat agen antimikroba

terlihat, zona penghambatan pertumbuhan mikroorganisme terbentuk. Visualisasi

zona ini biasanya dilakukan dengan aktivitas reagen dehidrogenase; yang paling

umum adalah garam tetrazolium. Akibatnya, bintik-bintik putih krem muncul di

atas latar belakang ungu di permukaan pelat KLT, menunjukkan adanya agen

antibakteri (Choma & Edyta, 2010).

2.10. Tinjauan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut dalam

sistem yang terdiri dari dua fase, yaitu fase gerak dan fase diam. Salah satunya,

bergerak secara berkesinambungan dengan arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu

menunjukkan perbedaan mobilitas yang disebabkan adanya perbedaan dalam

adsorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.

Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan

metode analitik (Depkes RI, 2008).

KLT (Kromatografi Lapis Tipis) umumnya lebih banyak digunakan untuk

tujuan identifikasi, karena mudah dan sederhana serta memberikan pilihan fase

diam yang lebih luas dan berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa secara

kuantitatif dari suatu campuran (Depkes RI, 2008).

Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap, yang dapat bertindak

melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak.

Pemilihan fase diam pada KLT didasarkan pada sifat fisika kimia komponen sampel

yang akan dipisahkan meliputi polaritas, kelarutan, berat molekul, bentuk dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

28

ukuran analit. Sorben fase diam pada KLT dapat berupa senyawa anorganik

maupun organik. Sorben anorganik misalnya alumunium oksida, silikon oksida,

magnesium karbonat, kalsium karbonat, dan lain-lain. Sedangkan sorben organik

misalnya pati dan selulosa (Wulandari, 2011; Depkes RI, 2008).

Fase gerak merupakan zat yang membawa zat terlarut melalui media, hingga

terpisah dari zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Fase

gerak terdiri dari pelarut tunggal ataupun campuran dua sampai empat pelarut

murni. Fase gerak dapat berupa cair atau gas (Wulandari, 2011; Depkes RI, 2008).

Menurut Depkes RI, (2008), tahapan dalam pengujian dengan metode

kromatografi lapis tipis adalah sebagai berikut:

- Penjenuhan bejana: Tempatkan kertas saring dalam bejana kromatografi.

Tinggi kertas saring 18 cm dan lebamya sarna dengan lebar bejana.

Masukkan sejumlah larutan pengembang ke dalam bejana kromatografi,

hingga tingginya 0,5 sampai 1 cm dari dasar bejana. Tutup dan biarkan

hingga kertas saring basah seluruhnya. Kertas saring harus selalu tercelup

ke dalam larutan pengembang pada dasar bejana.

- Larutan uji KLT: Timbang saksama lebih kurang I g serbuk simplisia,

rendam sambil dikocok di atas penangas air dengan 10 mL pelarut yang

sesuai selama 10 menit. Masukkan filtrat ke dalam labu tentukur 10 mL

tambahkan pelarut sampai tanda.

- Prosedur KLT

Totolkan larutan uji dan larutan pembanding, dengan jarak antara

1,5 sampai 2 cm dari tepi bawah lempeng, dan biarkan mengering. Gunakan

alat bantu penotolan untuk menentukan tempat penotolan dan jarak rambat,

beri tanda pada jarak rambat.

Tempatkan lempeng pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak

di sebelah bawah, dan masukkan rak ke dalam bejana kromatografi. Larutan

pengembang dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penyerap, totolan

jangan sampai terendam. Letakkan tutup bejana pada tempatnya dan biarkan sistem

hingga fase gerak merambat sampai batas jarak rambat. Keluarkan lempeng dan

keringkan di udara, dan amati bercak dengan sinar tampak, ultraviolet gelombang

pendek (254 nm) kemudian dengan ultraviolet gelombang panjang (365 nm). Ukur

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42582/3/BAB II.pdfDaun dari tanaman Limonia acidissima ini juga memiliki manfaat sebagai pengobatan masalah perut, muntah, dan disentri jika

29

dan catat jarak tiap bercak dari titik penotolan serta catat panjang gelombang untuk

tiap bercak yang diamati. Tentukan harga Rf. Jika diperlukan, semprot bercak

dengan pereaksi penampak bercak, amati dan bandingkan kromatogram bahan uji

dengan kromatogram pembanding (Depkes RI, 2008).

Dalam KLT (Kromatografi Lapis Tipis), perbandingan jarak rambat suatu

senyawa tertentu terhadap jarak rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan

sampai titik yang memberikan intensitas maksimum pada bercak, dinyatakan

sebagai harga Rf senyawa tersebut. Harga Rf berubah sesuai kondisi percobaan

karena itu identifikasi sebaiknya dilakukan menggunakan pembanding dan bahan

uji pada lempeng (Depkes RI, 2008).

Penentuan harga Rf analit, yaitu dengan membandingkan jarak migrasi noda

analit dengan jarak migrasi fase gerak/eluen (Gambar 2.4) yang dihitung dengan

rumus: Rf =Jarak migrasi analit

Jarak migrasi eluen=

Zs

Zf (Wulandari, 2011).

Gambar 2.4. Illustrasi migrasi analit dan eluen pada lempeng KLT (Wulandari,

2011).