bab ii studi kepustakaan - institutional repository...

10
1 BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar tersusun dari dua suku kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Asnawi, 2011) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Menurut Sunartombs (2009), prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkret yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Belajar menurut Thobroni dan Mustofa (2011) adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Menurut Syah (2011) belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Prestasi belajar adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran tertentu yang telah ditetapkan pada tiap semester yang meliputi sikap penguasaan materi pelajaran (ranah kognitif) sebagai tolak ukur keberhasilan siswa di sekolah yang selanjutnya tertuang dalam rapor yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang berkisar antara 0 100 (Wibowo, 2006). Menurut Slameto (2004), prestasi belajar adalah performance dan kompetensinya dalam mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran dalam satu satuan waktu yang bisa berupa catur wulan, atau tahun pelajaran. Menurut Ghufron dan Risnawati (2012) prestasi belajar adalah hasil yang telah diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas belajarnya yang dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan. Prestasi belajar merupakan hasil ujian yang dilakukan melalui penilaian dengan jalan testing, mengerjakan tugas,

Upload: hoangtu

Post on 06-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II STUDI KEPUSTAKAAN - Institutional Repository ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2599/3/T1_202008096_BAB II.pdf · ... adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan

1

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar tersusun dari dua suku kata, yakni prestasi dan

belajar. Prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Asnawi, 2011)

didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Menurut Sunartombs

(2009), prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkret yang dapat

dicapai pada saat atau periode tertentu. Belajar menurut Thobroni dan

Mustofa (2011) adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan secara

terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup.

Menurut Syah (2011) belajar merupakan kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan

setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Prestasi belajar adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada

sejumlah mata pelajaran tertentu yang telah ditetapkan pada tiap

semester yang meliputi sikap penguasaan materi pelajaran (ranah

kognitif) sebagai tolak ukur keberhasilan siswa di sekolah yang

selanjutnya tertuang dalam rapor yang dinyatakan dalam bentuk nilai

yang berkisar antara 0 – 100 (Wibowo, 2006). Menurut Slameto (2004),

prestasi belajar adalah performance dan kompetensinya dalam mata

pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan

pengajaran dalam satu satuan waktu yang bisa berupa catur wulan, atau

tahun pelajaran.

Menurut Ghufron dan Risnawati (2012) prestasi belajar adalah hasil

yang telah diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas belajarnya yang

dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Ditambahkan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam

diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar

adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah

mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa

perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian

akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau

pernyataan. Prestasi belajar merupakan hasil ujian yang dilakukan

melalui penilaian dengan jalan testing, mengerjakan tugas,

Page 2: BAB II STUDI KEPUSTAKAAN - Institutional Repository ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2599/3/T1_202008096_BAB II.pdf · ... adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan

2

menyelesaikan berbagai hal, membuat karangan, menyuruh

memproduksi hal yang telah diterima sebagai pelajaran. Pemberian

ulangan dilakukan dengan tujuan mengetahui kemajuan siswa.

Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai

siswa sebagai tanda atau simbol keberhasilan dari usaha belajar (hasil

aktivitas belajar) yang menghasilkan perubahan, pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, nilai, dan dinyatakan dalam bentuk skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran

tertentu (Sari, 2005).

Berdasarkan paparan di atas penelitian ini mengacu pada teori

Ghufron dan Risnawati (2012) tentang prestasi belajar yang diukur

berdasarkan hasil belajar siswa setelah melakukan aktivitas belajar yang

dinyatakan dalam bentuk nilai atau huruf. Dalam penelitian ini prestasi

belajar matematika diukur dari hasil Tes Akhir Semester (TAS) II Tahun

Ajaran 2011/2012 yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Tercapainya prestasi belajar siswa sebagaimana diharapkan, sangat

perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Keberhasilan dalam pencapaian prestasi belajar dipengaruhi oleh

banyak faktor yang bersumber dari dalam maupun dari luar individu.

Menurut Sadwika dalam Sulistyaningrum (2010) terdapat dua faktor

utama yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor intern dan

faktor ekstern.

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa, meliputi

faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik, individu dalam keadaan segar

dan sehat jasmaninya akan lain prestasinya dibandingkan dengan siswa

dalam kondisi lelah. Faktor psikis meliputi, kecerdasan, motivasi belajar,

disiplin, konsentrasi, dan gaya belajar.

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, meliputi

lingkungan sekolah, masyarakat dan lingkungan keluarga. Lingkungan

sekolah memperhitungkan sejauh mana sekolah dapat memenuhi

kebutuhan siswa dalam berprestasi di sekolah. Lingkungan masyarakat

sekitar memberikan banyak intelektual yang akan banyak mendorong

siswa berprestasi, dalam lingkungan keluarga , suasana harmonis dalam

keluarga dapat memberikan rasa aman bagi siswa, dan akan

menyebabkan siswa merasa bebas untuk mengeksplorasi dirinya secara

optimal.

Page 3: BAB II STUDI KEPUSTAKAAN - Institutional Repository ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2599/3/T1_202008096_BAB II.pdf · ... adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan

3

2. Prestasi Belajar Matematika

Menurut Sulistyaningrum (2010) prestasi belajar merupakan suatu

hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengalami suatu proses belajar

yang telah dievaluasi dalam jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi

tersebut berupa nilai yang nantinya dapat menentukan tinggi rendahnya

prestasi. Semakin tinggi nilai yang diperoleh, maka akan semakin tinggi

juga prestasi yang akan dicapai siswa. Dalam kaitannya dengan

matematika, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar

matematika adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah

mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu khususnya

dalam bidang matematika.

B. Gaya Belajar Model David Kolb

Model gaya belajar yang dikemukakan oleh Kolb, salah seorang ahli

pendidikan dari Amerika Serikat, yang mempopulerkan teori belajar

“Experiential Learning”. Gaya belajar Model David Kolb mengklasifikasikan

gaya belajar siswa ke dalam empat kecenderungan (kutub) utama yaitu

Concrete Experience (CE), Abstract Conceptualization (AC), Reflective

Observation (RO), dan Active Experimentation (AE), seperti terlihat pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kutub Tipe Gaya Belajar Model David Kolb

Concrete Experience (CE)

Feeling

Reflective Observation (RO)

watching

Abstract Conceptualization (AC)

Thinking

Active Experimentation (AE)

Doing

Accomodator (doing and feeling)

Diverger (feeling and watching)

Assimilator (watching and thinking)

Converger (thinking and doing)

Page 4: BAB II STUDI KEPUSTAKAAN - Institutional Repository ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2599/3/T1_202008096_BAB II.pdf · ... adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan

4

Pada gambar 2.1 di atas tampak bahwa model gaya belajar David Kolb

terdapat dua bagian kutub. Kutub pertama berposisis vertikal berupa

pengalaman konkret (belahan atas) dan konseptualisasi abstrak (belahan

bawah), yang berpotongan dengan kutub kedua yang berposisi horizontal

berupa pengamatan reflektif (belahan kanan), dan eksperimen aktif

(belahan kiri) sehingga kedua garis berpotongan lurus membentuk empat

kuadran. Kuadran tersebut terdiri dari diverger, assimilator, converger, dan

assimilator. Keempat kuadran tersebut tersusun dari kombinasi antara

Concrete Experience (CE), Reflective Observation (RO), Abstract

Conceptualization (AC), dan Active Experimentation (AE).

Concrete Experience (CE), siswa belajar melalui perasaan (feeling),

dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan

relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Siswa

melibatkan diri sepenuhnya melalui pengalaman baru, siswa cenderung

lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang

dihadapinya. Siswa dalam kecenderungan ini suka dengan hal-hal atau

pengalaman baru dan ingin segera mengalaminya, selain itu siswa dalam

kecenderungan ini juga tidak takut untuk mencoba sesuatu yang baru, suka

berkumpul dengan orang lain, bertukar pikiran, namun akan merasa bosan

ketika suatu permasalahan yang sedang dihadapinya membutuhkan waktu

lama dalam menyelesaikannya.

Reflective Observation (RO), siswa belajar melalui pengamatan

(watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu

perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal

yang diamati. Siswa akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk

membentuk opini. Siswa dalam kecenderungan ini melihat masalah dari

berbagai perspektif, mengumpulkan sebanyak-banyaknya data yang

berhubungan dengan permasalahan dari berbagai sumber, sehingga

terkadang terlihat suka menunda-nunda menyelesaikan masalah, namun

sebenarnya hati-hati sebelum membuat keputusan, suka melihat atau

mengamati perilaku orang lain.

Abstract Conceptualization (AC), siswa belajar melalui pemikiran

(thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan

sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang

dihadapi. Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan

observasinya menjadi teori yang sehat, dengan mengandalkan pada

perencanaan yang sistematis. Siswa dalam kecenderungan ini lebih

Page 5: BAB II STUDI KEPUSTAKAAN - Institutional Repository ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2599/3/T1_202008096_BAB II.pdf · ... adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan

5

mengadaptasi dan mengintegrasi dari hasil amatannya ke dalam sebuah

teori, dalam memecahkan sebuah masalah siswa dalam kecenderungan ini

lebih mengerjakannya secara vertikal, runtut sistemtis, dalam berpikir

cenderung objektif dengan pendekatan yang analitis, pendekatan masalah

dengan logika.

Active Experimentation (AE), siswa belajar melalui tindakan (doing),

cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani

mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Siswa

akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan,

pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan teori

untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan, selain itu siswa

juga lebih cenderung merespon sebuah tantangan sebagai sebuah

kesempatan, dalam menghafal ataupun menyelesaikan sesuatu

permasalahan siswa lebih menyukai dengan praktek langsung.

Keempat kutub gaya belajar yang diungkapkan oleh David Kolb dalam

Ghufron dan Risnawati (2012) akan membentuk empat kombinasi gaya

belajar yang dikenal dengan Gaya Belajar Model David Kolb, keempat gaya

belajar tersebut yaitu gaya belajar Diverger, Assimilator, Converger dan

Accomodator. Menurut Kolb dalam Susilo (2006), bahwa setiap individu

tidak didominasi oleh satu gaya belajar tertentu secara absolut, tetapi

cenderung membentuk kombinasi dan konfigurasi gaya belajar tertentu.

Keempat gaya belajar Model David Kolb tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Gaya Belajar Diverger

Gaya Belajar tipe diverger merupakan perpaduan antara Concrete

Experience (CE) dan Reflective Observation (RO) jika diformulakan

menjadi CE + RO, atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan

(feeling) dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe diverger

memiliki kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari banyak

sudut pandang yang berbeda, kemudian menghubungkannya menjadi

sesuatu yang bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah

“mengamati” dan bukan “bertindak”.

Siswa seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk

menghasilkan ide-ide dan gemar mengumpulkan berbagai informasi,

menyukai isu tentang kesusastraan, budaya, sejarah, dan ilmu-ilmu

sosial lainnya. Siswa tipe diverger ingin mengalami suatu pengalaman,

misalkan memecahkan suatu persoalan, dan tidak takut untuk mencoba,

namun cepat bosan jika persoalan membutuhkan waktu yang lama

Page 6: BAB II STUDI KEPUSTAKAAN - Institutional Repository ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2599/3/T1_202008096_BAB II.pdf · ... adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan

6

untuk dapat dipahami, dipecahkan, atau diselesaikan. Mereka biasanya

lebih banyak bertanya “why?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk

menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai motivator.

2. Gaya Belajar Assimilator

Gaya Belajar tipe assimilator adalah perpaduan antara Reflective

Observation (RO) dan Abstract Conceptualization (AC) jika

diformulakan menjadi RO + AC, atau dengan kata lain kombinasi dari

pengamatan (watching) dan pemikiran (thinking). Siswa dengan tipe

assimilator memiliki keunggulan dalam memahami dan merespon

berbagai sajian informasi serta mengorganisasikan, merangkumkannya

dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas.

Siswa tipe ini cenderung lebih teoritis, lebih menyukai bekerja

dengan ide serta konsep yang abstrak, daripada bekerja dengan orang,

selain itu siswa dengan tipe ini juga cenderung lebih teoritis,

mengasimilasikan fakta ke dalam teori, berpikir dengan objekjif, analitis,

runtut, sistematis, melakukan pendekatan masalah dengan logika,

berusaha benar-benar memahami suatu permasalahan terlebih dahulu

sebelum melakukan tindakan.

Mata pelajaran yang yang diminatinya adalah bidang sains dan

matematika. Siswa tipe assimilator kurang perhatian kepada orang lain

dan menginginkan apa yang akan dilakukan harus minimal sama atau

lebih baik dengan apa yang telah atau pernah dilakukan sebelumnya.

Mereka biasanya lebih banyak bertanya “what?”. Peran dan fungsi guru

yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang

expert.

3. Gaya Belajar Converger

Gaya Belajar tipe converger adalah perpaduan antara Abstract

Conceptualization (AC) dan Active Experimentation (AE) jika

diformulkan menjadi AC + AE, atau dengan kata lain kombinasi dari

berfikir (thinking) dan berbuat (doing). Siswa mampu merespon

terhadap berbagai peluang dan mampu bekerja secara aktif dalam

setiap tugas yang terdefinisikan secara baik. Siswa gemar belajar bila

menghadapi soal dengan jawaban yang pasti, dan segera berusaha

mencari jawaban yang tepat. Siswa mau belajar secara trial and error

hanya dalam lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari kegagalan.

Siswa dengan tipe converger unggul dalam menemukan fungsi praktis

dari berbagai ide dan teori. Biasanya siswa mempunyi kemampuan yang

Page 7: BAB II STUDI KEPUSTAKAAN - Institutional Repository ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2599/3/T1_202008096_BAB II.pdf · ... adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan

7

baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Siswa juga

cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif). Siswa

cenderung tidak emosional dan lebih menyukai bekerja yang

berhubungan dengan benda dari pada manusia, masalah sosial atau

hubungan antar pribadi.

Mata pelajaran yang yang diminati adalah bidang IPA dan Teknik.

Siswa biasanya lebih banyak bertanya “how?”. Peran dan fungsi guru

yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang

coach, yang dapat menyediakan praktik terbimbing dan dapat

memberikan umpan balik yang tepat.

4. Gaya Belajar Accomodator

Gaya Belajar tipe accomodator merupakan perpaduan antara Active

Experimentation (AE) dan Concrete Experience (CE) jika diformulakan

menjadi AE + CE, atau dengan kata lain kombinasi antara berbuat

(doing) dengan merasakan (feeling). Siswa tipe ini senang

mengaplikasikan materi pelajaran dalam berbagai situasi baru untuk

memecahkan berbagai masalah nyata yang dihadapinya.

Kelebihan siswa tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari

hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Siswa tipe ini lebih

suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai

pengalaman baru yang menantang, dalam usaha memecahkan masalah,

mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk

mendapatkan masukan/informasi) dibanding analisa teknis.

Siswa dalam tipe ini cenderung untuk bertindak berdasarkan

intuisi/dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis, sering

menggunakan trial and error dalam memecahkan masalah, kurang

sabar dan ingin segera bertindak. Bila ada teori yang tidak sesuai dengan

fakta cenderung untuk mengabaikannya.

Mata pelajaran yang disukainya yaitu berkaitan dengan lapangan

usaha (bisnis) dan teknik. Peran dan fungsi guru dalam berhadapan

dengan siswa tipe ini adalah berusaha menghadapkan siswa pada

“open-ended questions”, memaksimalkan kesempatan siswa untuk

mempelajari dan menggali sesuatu sesuai pilihannya.

C. Kajian yang Relevan

Suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti persoalan yang sama

tidak selalu menghasilkan kesimpulan yang sama pula, bahkan tidak jarang

Page 8: BAB II STUDI KEPUSTAKAAN - Institutional Repository ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2599/3/T1_202008096_BAB II.pdf · ... adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan

8

ada yang bertentangan. Penelitian yang mengkaji tentang hubungan antara

gaya belajar dengan prestasi belajar sebelumnya telah dilakukan oleh

beberapa peneliti. Hasil dari penelitian mereka tidak selalu sama, ada

bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian yang menjadikan sebuah

pertentangan dalam hl hasil pembahasan.

Penelitian Sulistyaningrum (2010) dalam penelitiannya yang berjudul

“Hubungan Antara Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika

Diantara Siswa XI IPA Dan IPS SMA Negeri 1 Salatiga Tahun Ajaran

2009/2010”, yang dilakukan pada 176 siswa kelas XI IPA dan IPS di SMA

Negeri 1 Salatiga dengan menggunakan instrumen KLSI untuk gaya belajar

dan nilai Matematika untuk prestasi belajar, dengan menggunakan korelasi

Pearson Product Moment, diperoleh hasil analisis data yang menunjukkan

adanya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar diverger,

assimilator, converger, dan accomodator dengan prestasi belajar

matematika pada kelas XI IPA serta terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara gaya belajar accomodator dengan prestasi belajar

matematika pada kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Salatiga.

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Sadwika (2005) yang

berjudul “Hubungan Antara Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar Bidang

Kogniif Pada Siswa SMA Kristen Satya Wacana” yang memperoleh hasil

bahwa semua gaya belajar berhubungan positif dengan prestasi belajar

bidang kognitif pada 127 siswa kelas X di SMA Kisten Satya Wacana

Salatigadan juga hasil dari penelitiaan yang dilakukan oleh Missa (2005)

yang menemukan hasil bahwa ada hubungan yang positif antara gaya

belajar assimilator dengan prestasi belajar siswa pada 68 siswa kelas 1 di

SMKN 2 Soe.

Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh

Natalia (2011) tentang “Hubungan Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar

Siswa Kelas IV Di Sekolah Dasar Gugus Diponegoro Pada Tahun Ajaran

2010/2011” yang menunjukkan hasil bahwa, gaya belajar diverger tidak

berkorelasi positif signifikan dengan prestasi belajar siswa, yang dilhat pada

koefisien korelasi (r) adalah -0,027 dengan signifikansi dua sisi adalah 0,911

> 0,05. Hasil berikutnya adalah gaya belajar assimilator tidak berkorelasi

posiif signifikan dengan prestasi belajar siswa, yang dilihat pada nilai

koefisien korelasi (r) adalah -0,052 dengan signifikansi dua sisi adalah 0,813

> 0,05. Hasil yang ketiga juga menunjukkan bahwa gaya belajar converger

tidak berkorelasi signifikan dengan prestasi belajar siswa, yang ditunjukkan

Page 9: BAB II STUDI KEPUSTAKAAN - Institutional Repository ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2599/3/T1_202008096_BAB II.pdf · ... adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan

9

dengan koefisien korelasi (r) adalah -0,683 dengan signifikasi dua sisi adalah

0,091 > 0,05. Hasil korelasi yang terakhir adalah gaya belajar accomodator

berkorelasi positif namun tidak signifikan dengan prestasi belajar siswa.

Korelasi tersebut dilihat pada nilai koefisien korelasi (r) adalah 0,300 dengan

signifikansi dua sisi adalah 0,226>0,05.

Penelitian dengan hasil yang mendukung dari penelitian Natalia adalah

penelitian dari Sari (2005) memperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan antara prestasi belajar siswa berdasarkan gaya belajar siswa

kelas II SMA Negeri 1 Suruh, hal ini terbukti dari hasil analisis bahwa

sebanyak 37 % siswa bergaya belajar assimilator, 33% siswa bergaya belajar

diverger, 20,8% siswa bergaya belajar accomodator, dan 8,5% siswa bergaya

belajar Converger, tetapi hasil analisis menunjukkan bahwa siswa memiliki

prestasi belajar baik yakni 85% dan sebagian kecil siswa memiliki prestasi

belajar sangat baik yakni 14,7%. Wibowo (2006) juga melakukan penelitian

yang mendapatkan hasil tidak adanya hubungan yang positif dan signifikan

antara gaya belajar diverger, assimilator, converger dan accomodator

dengan prestasi belajar siswa, yang ditunjukkan pada hasil analisis yang

menggunakan teknik korelasi Kendall’s Tau_tub memperoleh hasil koefisien

korelasi r = -0,069 dengan nilai p = 0,424>0,05.

D. Kerangka Berpikir

Penggunaan gaya belajar (X) siswa yang tepat akan meningkatkan hasil

belajar siswa, artinya prestasi belajar matematika (Y) siswa pun akan

meningkat. Dugaannya adalah jika gaya belajar tepat maka gaya belajar itu

akan mendukung dirinya untuk mencapai prestasi yang optimal. Siswa yang

belajar dengan gaya belajar tepat maka akan mencapai hasil optimal, yaitu

prestasi belajar tinggi. Sebaliknya, jika kegiatan belajar siswa dilakukan

dengan gaya belajar tidak tepat maka hasil yang dicapainya pun tidak akan

optimal, sehingga hal ini akan berdampak pada pencapaian prestasi belajar

juga tidak akan optimal.

Pada mata pelajaran matematika, siswa dengan menggunakan gaya

belajar yang tepat pada materi saat itu, maka siswa tersebut dapat diduga

akan mampu mencapai prestasi belajar optimal sesuai dengan materi yang

diajarkan. Gaya belajar yang dipakai dalam penelitian ini adalah gaya belajar

dalam perspektif David Kolb yang meliputi gaya belajar diverger, assimilator,

converger, dan accomodator. Keempat gaya belajar tersebut diduga

berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar matematika siswa,

Page 10: BAB II STUDI KEPUSTAKAAN - Institutional Repository ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2599/3/T1_202008096_BAB II.pdf · ... adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan

10

dengan begitu untuk mengukur gaya belajar siswa, akan dilihat berdasarkan

gaya belajar model David Kolb. Adapun keterhubungan antara gaya belajar

model David Kolb dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA 1

Bae Kudus akan digambarkan seperti pada gambar 2.2.

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Empirik

Hipotesis empirik dalam penelitian ini adalah “ada hubungan

yang positif signifikan antara gaya belajar Model David Kolb

dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA 1 Bae Kudus

pada semester II tahun ajaran 2011/2012”.

2. Hipotesis Statistik

Hipotesis empirik di atas secara statistik dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Tidak ada hubungan yang positif signifikan antara

gaya belajar Model David Kolb dengan prestasi

belajar matematika siswa kelas X SMA 1 Bae Kudus

pada semester II tahun ajaran 2011/2012.

Ada hubungan yang positif signifikan antara gaya

belajar Model David Kolb dengan prestasi belajar

matematika siswa kelas X SMA 1 Bae Kudus pada

semester II tahun ajaran 2011/2012.

Gaya Belajar (X)

Diverger

Prestasi Belajar

(Y)

Assimilator

Converger

Accomodator

𝐻0: 𝑟𝑥𝑦 = 0

𝐻1: 𝑟𝑥𝑦 ≠ 0