bab ii sprinkler on going

Upload: deris-saputro

Post on 10-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SPPK

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi KebakaranKebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsur (bahan bakar, oksigen dan panas) yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan sampai kematian (Karla,2007; NFPA, 1986). Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda, bangunan fisik, deposit/asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain-lain) maupun kerugian non materi (rasa takut, shock, ketakutan, dan lain-lain) hingga kehilangan nyawa atau cacat tubuh yang ditimbulkan akibat kebakaran tersebut.Sifat kebakaran seperti dijelaskan dalam bahan training keselamatan kerja penanggulangan kebakaran (1987) adalah terjadi secara tidak diduga, tidak akan padam apabila tidak dipadamkan, dan kebakaran akan padam dengan sendirinya apabila konsentrasi keseimbangan hubungan 3 unsur dalam segitiga api tidak terpenuhi lagi.Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki. Boleh jadi api itu kecil, tapi apabila tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran. Hampir terbakarpun artinya adalah kebakaran.Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase tertentu seperti dilukiskan pada gambar :

Penjelasan :1. Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api/kebakaran, tetapi yang pasti ada sumber awal pencetusnya (source energy), yaitu adanya potensi energi yang tidak terkendali.2. Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat terbakar, maka akan terjadi penyalaan tahap awal (initiation) bermula dari sumber api/nyala yang relatif kecil.3. Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api akan berkembang lebih besar (growth) sehingga api akan menjalar bila ada media disekelilingnya.4. Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas ke semuaarah secara konduksi, konveksi, dan radiasi, hingga pada suatu saat kurang lebih 3 10 menit atau setelah temperatur mencapai 300C akan terjadi penyalaan api serentak yang disebut Flashover, yang biasanya ditandai pecahnya kaca.5. Setelah flashover, nyala api akan membara yang disebut periode kebakaran mantap (steady / full development fire). Temperatur pada saat kebakaran penuh (full fire) dapat mencapai 600 1000C. Bangunan dengan struktur konstruksi baja akan runtuh pada temperatur 700C. Bangunan dengan konstruksi beton bertulang setelah terbakar lebih dari 7 jam dianggap tidak layak lagi untuk digunakan.6. Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan berkurang/surut dan berangsur angsur akan padam, yang disebut periode surut (decay).

2.2 Teori Tentang Kebakaran / ApiTerdapat beberapa Teori yang berhubungan dengan kebakaran, baik bagaimana api / kebakaran dapat terbentuk beserta cara penanggulangannya. Beberapateori tersebut antara lain :2.2.1 Teori Segitiga Api ( Tri Angel of Fire ) dan cara pemadamannyaApi adalah suatu reaksi berantai yang berjalan sangat cepat, seimbang, dan kontinyu antara tiga bahan pembentuk api, yaitu Bahan Bakar, Energi Panas, dan Oksigen. Api dan tiga elemen pembentuknya itu sering digambarkan berupa Segitiga Api ( Fire Triangle ). Fire Triangle adalah suatu Segitiga Sama Sisi, di mana sisi-sisinya diberi nama masing-masing elemen pembentuk api : Bahan Bakar ( Fuel ), Energi Panas ( Heat ), dan Oksigen ( Oxygen ).

Gambar 2.2 Teori Segi Tiga Api ( Tri Angel of fire )

Reaksi antara ke tiga elemen tersebut hanya akan menghasilkan suatu nyala api apabila kadar elemen-elemennya seimbang. Bila salah satu elemen kadarnya berkurang, maka nyala api akan padam dengan sendirinya.

Sebagai contoh, ketika kita membuat api unggun, maka nyala api unggun akan makin membesar bila bahan bakar yang berupa kayu-kayu kering ditambah lebih banyak. Sebaliknya nyala api unggun akan mengecil bila bahan bakarnya kita kurangi. Dari contoh ini didapat satu cara pemadaman kebakaran, yaitu mengurangi, memisahkan, atau menyingkirkan bahan bakar yang menimbulkan api. Metoda pemadaman kebakaran dengan cara ini disebut Cara Penguraian.Api unggun yang kita buat juga dapat dipadamkan dengan cara menyiram air. Metoda pemadaman kebakaran dengan cara ini disebut Cara Pendinginan. Cara pendinginan pada dasarnya ialah mengurangi kadar panas pada nyala api, sehingga reaksi berantainya tidak seimbang dan lalu nyala api akan padam.Api unggun yang kita buat jika api unggun itu tidak terlalu besar dapat dipadamkan dengan cara menutupinya dengan karung bekas yang dibasahi. Akibat dari tertutup karung basah, maka nyala api terisolasi dengan udara luar, atau tidak bisa bereaksi dengan oksigen. Maka akibatnya keseimbangan reaksi berantainya akan terganggu, dan nyala api akan padam. Pemadaman nyala api dengan cara ini disebut metoda kebakaran dengan cara Isolasi.Tiga metoda pemadaman kebakaran yang dijelaskan di atas pada dasarnya merupakan prinsip dasar dari teori pemadaman kebakaran : yaitu Cara Penguraian, Cara Pendinginan, dan Cara Isolasi.

Cara Penguraian Metoda pemadaman kebakaran dengan cara penguraian dilakukan dengan cara memisahkan, menyingkirkan, atau menjauhkan bahan-bahan ataupun benda-benda yang mudah terbakar. Contohnya, misalnya terjadi kebakaran di gudang tekstil, maka agar kebakaran tidak meluas, tumpukan tekstil yang terdekat dengan arah menjalarnya api harus dibongkar dan disingkirkan / dijauhkan. Tindakan tersebut biasa dilakukan berbarengan dengan Cara Pendinginan, yaitu penyemprotan dengan air.

Cara penguraian ini biasa dilakukan dalam upaya pemadaman kebakaran di kota-kota, khususnya pemadaman kebakaran di pemukiman padat bangunan atau pemadaman kebakaran di pasar-pasar. Disamping melakukan pemadaman dengan pendinginan yaitu penyemprotan air, maka sebagian bangunan rumah atau kios terdekat dengan arah menjalarnya api, dirusak atau dirobohkan. Tujuannya agar api kebakaran tidak menjalar lebih jauh ke bangunan-bangunan lainnya di pemukiman yang padat itu.Cara penguraian juga biasa dilakukan untuk pemadaman kebakaran hutan. Dalam hal ini perlu diperhatikan arah angin, karena api kebakaran akan menjalar searah dengan arah angin. Tindakan yang dilakukan yaitu dengan cara merobohkan pohon-pohon, semak-semak atau alang-alang di area arah menjalarnya api. Dengan cara tersebut api kebakaran hutan dapat dikendalikan. Api akan padam atau berhenti menjalar karena tidak ada lagi bahan bakarnya.

Cara Pendinginan

Metoda pemadaman kebakaran dengan cara pendinginan dilakukan dengan penyemprotan air ke arah sumber api. Alat yang digunakan adalah pompa-pompa air, slang dan alat penyemprotnya atau nozzle. Alat penyemprot air bermacam-macam jenisnya, dan ada yang dilengkapi dengan alat pengaturan untuk menghasilkan pancaran air yang lurus atau pancaran air yang menyebar.Pancaran air yang lurus digunakan bila sumber api kebakaran terlihat dengan jelas, misalnya bagian rumah yang terbakar yang berupa kayu atau bahan lain. Sedangkan pancaran air yang menyebar digunakan bila sumber api kebakaran tidak diketahui dengan jelas karena tertutup asap tebal. Pancaran menyebar dimaksudkan untuk pendinginan atau untuk mengurangi kadar panas agar api tidak menjalar ( mengurung sumber api kebakaran ). Cara IsolasiMetoda pemadaman kebakaran dengan Cara Isolasi bertujuan untuk mengurangi kadar oksigen di lokasi sumber api, atau mencegah agar api tidak bereaksi dengan oksigen yang ada di udara bebas.

Contoh-contohnya antara lain menutup sumber api dengan karung atau handuk yang telah dibasahi air. Hal ini dilakukan misalnya untuk pemadaman kompor yang menyala tidak terkendali. Disamping itu bisa digunakan pasir atau tanah untuk menimbun benda yang terbakar.Metoda isolasi ini banyak diterapkan untuk menciptakan alat-alat pemadam kebakaran portable, misalnya pemadam api CO2, Busa, Bubuk Kimia Kering ( Dry Chemical Powder ).

2.2.2 Teori Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)

Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan ditemukannya unsur keempat untuk terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia. Konsep ini dikenal dengan teori tetrahedron of fire. Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian dan pengembangan bahan pemadam tepung kimia (dry chemical) dan halon (halogenated hydrocarbon). Ternyata jenis bahan pemadam ini mempunyai kemampuan memutus rantai reaksi kontinuitas proses api (materi kuliah behavior of fire).Teori tethtrahedron of fire ini didasarkan bahwa dalam panas pembakaran yang normal akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran seperti CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil lain dari reaksi ini adalah adanya radikal bebas dari atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH). Bila 2 (dua) gugus OH pecah menjadi H2O dan radikal bebas O. O radikal ini selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga disebut reaksipembakaran berantai. (Karla, 2007; Goetsch, 2005).Flammable Range adalah batas antara maksimum dan minimum konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara normal, yang dapat menyala/ meledak setiap saat bila diberi sumber panas. Di luar batas ini tidak akan terjadi kebakaran.

a) LEL / LFL (Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit) adalah batas minimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara yang akan menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu miskin kandungan uap bahan bakarnya (too lean).

b) UEL / UFL (Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit) adalah batas maksimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara, yang akan menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu kaya kandungan uap bahan bakarnya (too rich).

2.3 Instalasi SprinklerMerupakan sistem instalasi pemadam kebakaran yang dipasang tetap/permanen yang bekerja secara otomatis dengan memancarakan media pemadam bertekanan ke segala arah untuk memadamkan kebakaran atau setidak-tidaknya mencegah meluasnya kebakaran. Menurut SNI 03-3989-2000 instalasi springkler adalah suatu sistem instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara tetap/permanen di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air di tempat mula terjadi kebakaranSistem sprinkler dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi mengenai komponen sistem diantaranya :a. Branch (cabang) adalah pipa dimana sprinkler dipasang, baik secara langsung ataupun melalui riserb. Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik secara langsung maupun secara riserc. Feed main pipe (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa pembagi, baik secara langsung ataupun melalui riser G Gambar 2.4 Contoh sprinkler (Sumber : www.upi.edu)Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen (SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, 3rd Edition, 2002). Kebakaran di lantai akan membuat asap dan udara ruangan terikutkan mengapung ke atas yang dinamakan plume. Bila plume membentur langit-langit, maka terjadi aliran udara panas secara radial pada atau dekat dengan langit-langit. Aliran udara panas ini dinamakan ceiling jet dan terjadi pada ketebalan maksimum 30 cm dari langit-langit. Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi perpindahan kalor secara konvektif dari ceiling jet ke elemen sensor panas sprinkler (fusible link atau glass bulb) yang menyebabkan temperaturnya akan naik dari sebelumnya sama dengan temperatur ruangan. Elemen sensor panas ini mempunyai temperatur kerja nominal yang bermacam-macam dari 57C s/d 343C, dapat diplih tergantung dari rancangan bahaya kebakaran huniannya.Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah naik mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya digunakan temperatur nominal 57C atau 68C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis dengan prinsip operasi detektor panas lain seperti yang digunakan dalam sistem deteksi dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor asap. Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk 2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap di bawahnya relatif sama dengan temperatur ruangan.Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api) relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai. Hal ini dapat diprediksikan dengan program simulasi kebakaran di kompartemen (Program CFAST dan ASET). Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding keberhasilannya, sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama, kesalahan rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan hunian apartemen di atas dan paserba di podium, mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan demikian rancangan densitasnya pun berbeda. Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit dan rintangan (kolom dan balok struktur) tidak memenuhi persyaratan instalasi sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala yang sesuai standar (NFPA 25), mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat diperlukan bila terjadi kebakaran. Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai terbuka ke udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api (dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut mempengaruhi kinerja sistem sprinkler.Sistem sprinkler bekerja secara otomatis dengan memancarakan air bertekanan ke segala arah untuk memadamkan kebakaran atau setidak-tidaknya mencegah meluasnya kebakaran. Instalasi springkler inidipasang secara tetap/permanen di dalambangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air ditempat mula terjadi kebakaran.2.4 Komponen Utama Sprinkler PERSEDIAAN AIRSumber air untuk menyediakan pasokan air bagi kebutuhan sistem sprinkler dapat berasal dari PDAM, sumur dalam (artesis) atau kedua-duanya. Sedangkan untuk cara memasok air ke sistem sprinkler ada 4 cara, yaitu dapat berupa langsung dari jaringan air kota (Connection to Water Work Systam ), Pompa kebakaran (Fire Pump) dengan reservoir bawah tanah (Ground tank), Tangki bertekanan (Pressure tank) dan reservoir (gravity tank). Untuk jelasnya tentang persediaan air akan dibahas kemudian.

POMPA KEBAKARAN Pompa-pompa yang terpasang pada sistem pemercik (sprinkler) merupakan perangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari bak penampungan (reservoir) ke ujung pengeluaran (kepala sprinkler). Pompa-pompa pada sistem sprinkler ini sekurang-kurangnya terdiri atas 1 unit pompa jockey, 1 unit pompa utama dengan sumber daya listrik dan generator serta 1 unit pompa cadangan dengan sumber daya motor diesel. PEMIPAANRangkaian jaringan pemipaan pada sistem sprinkler terdiri atas pipa isap, header, penyalur, tegak (riser), dan pipa cabang.Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas, berikut ini diuraikan masing-masing pipa tersebut.1) Pipa isap (suction):Pipa isap adalah pipa yang terentang dari Bak penampung (reservoir) sampai ke pompa. Pada ujung pipa isap dilengkapi dengan foot-valve yang berfungsi untuk menahan air didalam sepanjang pipa isap . Diameter pipa isap bervariasi antara 4 dan 6 inci.2) Pipa Header : Pipa header dapat dikatakan sebagai pipa antara yang ukuran diameternya biasanya lebih besar dari pipa lainya di dalam rangkaian sistem sprinkler. Pipa ini merupakan tempat bertemunya pipa pengeluaran (discharge) dari pompa jockey, pompa utama mauapun pompa cadangan, sebelum kemudian menerus ke pipa penyalur. Diameter pipa header ini bervariasi antara 6,8 dan 10 inci, tergantung dari besar kecilnya sistem hidran yang dipasang.Dari pipa header ini, selain ditarik hubungan ke pipa-pipa yang menuju ke tangki bertekanan (pressure tank), tangki pemancing(priming tank), sirkulasi bypas ke resevoir (safety valve), pressure switch dan ke manometer indikasi tekanan kerja pompa.3) Pipa Penyalur :Pipa penyalur ialah pipa yang terentang dari pipa header sampai ke pipa tegak atau hidran halaman. Diameter pipa ini bervariasi antara 4,6 dan 8 inci sesuai dengan besar kecilnya sistem sprinkler yang dipasang.4) Pipa Tgak (Riser)Pipa tegak yang terpasang vertikal dari lantai terbawah sampai dengan lantai teratas bangunan yang dihubungkan dari pipa penyalur, Diameter pipa ini bervariasi antara 3,4 dan 6 inci, tergantung dari besarkecilnya sistem sprinkler yang dipasang.5) Pipa Pembagi Pipa pembagi adalah pipa yang ditarik dari pipa tegak sampai ke pipa cabang.. Diameter pipa pembagi berkisar 3 dan 4 inci.6) Pipa Cabang Pipa cabang ialah pipa yang dihubungkan dari pipa pembagi sampai ke titiktitik pengeluaran (Kepala sprinkler) pada lantai-lantai bangunan. Diameter pipa ini bervariasi antara 2 , 2, 1 , dan 1 inci. VALVE, SWITCH DAN KOMPONEN KONTROL LAINYADalam sistem Sprinkler banyak terdapat valve & switch yang fungsinya untuk mengontrol operasi dari sistem, diantaranya adalah :- Katup-katup (valve), termasuk katup kendali (Control valve)- Saklar Tekanan (Pressure switch)- Saklar Aliran Air ( Flow swiitch)- Alarm Gong ( mekanik)- Tangki Bertekanan (Pressure tank)- Tangki Pemancing (Priming tank)- Manometer- Sambungan Dinas kebakaran ( Siamese Conection) KEPALA SPRINKLERKepala sprinkler adalah muara dari operasi sistem sprinkler, yaitu dari kepala sprinkler air akan keluar waktu kebakaran.- Jenis-jenis Kepala Sprinkler1. Springkler Standar menghadap keatas (Upright) dan menghadap kebawah (Pendant) Springkler standar menghadap keatas (upright) atau kebawah (Pendant) digunakan pada semua klasifikasi bahaya kebakaran dan konstruksi bangunan. 2. Springkler Dinding (Sidewall Sprinkler Head).Springkler dinding hanya dipasang untuk hunian dengan risiko bahaya ringan dengan langit-langit yang halus dan datar.3. Springkler Respon Cepat (Quick Response Sprinkler).Springkler Respon Cepat (Quick Response Sprinkler), dapat digunakan untuk hunian dengan risiko bahaya tinggi dengan menggunakan metoda rancangan luas densitas4. Springkler dengan Cakupan Diperluas (Extended Coverage Sprinkler).Springkler dengan cakupan diperluas terbatas untuk tipe konstruksi yang tidak terhalang, seperti pada langit-langit yang datar dan halus dengan kemiringan tidak melebihi 1 : 6 (untuk kenaikan 2 unit pada panjang 12 unit, atau kemiringan atap 16,7%).5. Springkler Terbuka.Springkler terbuka boleh digunakan untuk pada sistem banjir untuk memproteksi risiko bahaya kebakaran khusus atau yang terpapar (exposure), atau dalam lokasi khusus lain. Springkler terbuka dipasang sesuai seluruh persyaratan penggunaan dari standar untuk penyeimbang (counterpart) otomatis.6. Springkler Rumah Tinggal (Residential Sprinkler)a. Springkler rumah tinggal boleh digunakan unit deret unit rumah dan koridor bersebelahan yang tersedia dan dipasang memenuhi persyaratan yang berlaku.b. Springkler rumah tinggal digunakan hanya dalam sistem basah. Kecuali springkler rumah tinggal diijinkan untuk sistem kering atau sistem aksi awal jika secara spesifik teruji untuk pelayanan tersebut.c. Apabila springkler rumah tinggal didalam kompartemen, semua springkler di dalam kompartemen harus jenis respon cepat (fast response) yang memenuhi kriteria.d. Springkler rumah tinggal yang dipasang memenuhi standar ini harus tidak terhalang.7. Springkler respon cepat pemadaman awal (Early Suppression Fast Response - ESFR).a. Springkler ESFR digunakan hanya untuk sistem basah.Pengecualian : Springkler ESFR diijinkan untuk penggunaan sistem kering jika terjamin untuk pelayanan tersebut.b. Springkler ESFR dipasang hanya dipasang didalam bangunan dimana atap atau langit-langit kemiringannya diatas springkler tidak melebihi 1 : 6 (kenaikan 2 unit untuk panjang 12 unit, kemiringan atap 16,7%).c. Springkler ESFR diijinkan untuk digunakan hanya di dalam bangunan dengan jenis konstruksi sebagai berikut :1) Langit-langit halus, kaso terdiri dari bag ian tiang penunjang dari baja, atau bagian tiang penunjang dari kayu yang terdiri dari bagian atas atau bagian bawahnya dihubungkan tidak melebihi 100 mm kedalamannya dengan pipa baja atau batang jaringan. 2) Balok kayu 100 mm x 100 mm atau ukuran yang lebih besar, beton, atau balok baja dengan jarak 1 m sampai 2,3 m dari garis pusatnya dan keduanya ditumpu pada rangka ke balok penompang. 3) Konstruksi dengan panel langit-langit yang dibentuk oleh bagian yang mampu menjadi perangkap panas untuk membantu kerjanya springkler dengan jarak antar bagiannya lebih besar dari 2,3 m dan dibatasi untuk area maksimum 28 m2d. Apabila sistem springkler ESFR dipasang berdekatan dengan sistem springkler respon standar, perlu ada tirai dari konstruksi tahan api dan sekurang-kurangnya 0,6 m kedalamannya dibolehkan untuk memisahkan dua area.e. Laju temperatur springkler untuk springkler ESFR harus dari risiko bahaya kebakaran sedang

2.5 Jenis dan Macam Sistem SprinklerAda beberapa jenis dan macam dari sistem sprinkler yang umum ada, diantaranya yaitu :1. Sistem Basah (Wet Pipe System)Sistem springkler basah bekerja secara otomatis terhubung dengan sistem pipa yang berisi air.Peralatan yang digunakanpada sistem springkler jenis terdiri dari sumber air, bak penampungan, kepala springkler, tangki tekanan dan pipa airdimana dalam keadaan keadaan normal, seluruh jalur pipa penuh dengan air.Sistem ini paling terkenal dan paling sedikit menimbulkan masalah.2. Sistem Kering (Dry Pipe System)Sistem sprinkler kering merupakan suatu instalasi sistem springkler otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen bertekanan.Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkanapi bertekanan membuka dry pipe valve3. Sistem Curah (Deluge System)Sistem curah biasanya untuk proteksi kebakaran pada trafo-trafo pembangkit tenaga listrik atau gudang-gudang bahankimia tertentu.Sistem ini menyediakan air secara cepat untuk seluruh area dengan memakai kepala springklerterbuka yangdihubungkan ke supplai air melalui suatu valve.Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang dipasang diarea yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dariseluruh sprinkler yang ada.4. Sistem pra aksi (Preaction System)Komponen sistem pra aksi memiliki alat deteksi dan kutub kendali tertutup, instalasi perpipaan kosong berisi udara biasa(tidak bertekanan) dan seluruh kepala sprinkler tertutup.Valve untuk persediaan air dibuka oleh suatu sistem operasi detektorotomatis yang dengan segera mengalirkan air dalam pipa.Penggerak sistem deteksi membuka katup yang membuat airdapat mengalir ke sistem pipa sprinkler dan air akan dikeluarkan melalui beberapa sprinkler yang terbuka. Kepekaan alat deteksi pada sistem pra aksi ini diatur berbeda dan akan lebih peka,maka dari itu disebut sistem pra aksi karena ada aksi pendahuluan sebelum kepala sprinkler pecah.5. Sistem Kombinasi (Combined System)Sistem sprinkler kombinasi bekerja secara otomatis dan terhubung dengan sistem yang mengandung air di bawah tekanan yang dilengkapi dengan sistem deteksi yang terhubung pada satu area dengan sprinkler. Sistem operasi deteksi menemukan sesuatu yang janggal yang dapat membuka pipa kering secara simultan dan tanpa adanya kekurangan tekanan airdi dalam sistem tersebut.Menurut SNI 03-3989-2000, dikenal beberapa macam sistem springkler yaitu springkler berdasarkan arah pancaran dan berdasarkan kepekaan terhadap suhu serta susunan pipa cabangnya. Berikut klasifikasi springkler menurut SNI tersebut:1. Arah Pancarannyaa. Pancaran keatasb. Pancaran kebawahc. Pancaran kedinding

2. Tingkat Suhu Kepala Sprinklera. Tingkat suhu kepala springkler otomatis ditujukan dalam tabel dibawah ini :Tabel 2.1 Tingkat Suhu Untuk Jenis Sambungan Lebur (C)Tingkat Suhu Untuk Jenis Sambungan Lebur (C)Warna Tangkai

68/74Tanpa Warna

93/100Putih

141Biru

182Kuning

227Merah

Sumber : SNI 03-3989-2000

Tabel 2.2 Tingkat Suhu Untuk Jenis Glass Bulb (0C)Tingkat Suhu Untuk Jenis Glass Bulb (0C)Warna Cairan dalam Gelas

57Jingga

68Merah

79Kuning

93Hijau

141Biru

182Ungu

203/260Hitam

Sumber : SNI 03-3989-2000Catatan : Pemilihan tingkat suhu kepala springkler tidak boleh kurang dari 300C di atas suhu ruangan.

b. Kepala springkler dalam ruangan tersembunyi atau pada ruang peragaan tanpa dilengkapi ventilasi harus dari tingkat suhu antara 790C ~ 1000Cc. Kepala springkler yang digunakan untuk melindungi peralatan masak jenis komersial, tutup mesin pembuat kertas atau yang dipasang dalam dapur pengering harus dari tingkat suhu tinggi,Apabila ada langit-langit atau atap yang dipasang di atas oven, maka pada langit-langit atau atap tersebut sampai radius 3 m harus dipasang kepala springkler dengan tingkat suhu yang sama dengan 1410C3. Susunan pipa cabanga. Susunan Cabang Tunggalsusunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke satu sisi dari pipa pembagi.

Gambar 2.5 Susunan Cabang Tunggal(sumber: SNI 03-3989-2000)

b. Susunan Cabang GandaSambungan di mana pipa cabang disambungkan ke dua sisi pipa pembagi.

Gambar 2.6 Susunan Cabang Ganda(sumber: SNI 03-3989-2000)2.6 Klasifikasi Bahaya HunianKlasifikasi bahaya hunian ialah pengelompakan menurut jumlah bahan-bahan dan kemudahan terbakarnya sehingga kecepatan melepaskan panas yang mempengaruhi kecepatan rambat dari api. Tujuan dari adanya klasifikasi bahaya hunian adalah untuk dpat disesuaikan dengan sarana dan prasarana emergency dan evakuasi di tempat kerja atau hunian.Klasifikasi tersebut menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No : KEP. 186/MEN/1999, terdiri dari :1. Bahaya kebakaran ringanJenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga manjalarnya api lambat. Contoh : perpustakaan, museum, perkantoran, perumahan, rumah makan.2. Bahaya kebakaran sedanga. Bahaya kebakaran sedang kelompok IJenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalar api sedang.Yang termasuk bahaya kebakaran sedang kelompok 1 adalah hunian Parkir mobil, Pabrik miunuman, Pabrik roti, Pabrik susu, Pabrik elektronik, Pabrik permata.b. Bahaya kebakaran sedang kelompok IIJenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebah dari 4 m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang. Yang termasuk hunian ini adalah: Penggilingan padi, Pabrik kimia, Perdagangan ,Gudang perdagangan, Gudang perpustakaan, Pabrik tembakau, Bengkel mesin, Pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang.c. Bahaya kebakaran sedang kelompok IIIJenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. Yang termasuk hunian adalah: Pameran, Pabrik makanan, Pabrik ban, Bengkel mobil, Studio dan pemancar, Pergudangan, Pabrik makanan kering dari bahan tepung, Pabrik pakaian, Pabrik sikat, Pabrik karung3. Bahaya kebakaran BeratJenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, penyimpanan cairan yang mudah terbakar, serat atau bahan lain yang apabila terbakar apinya akan cepat menjadi besar dengan melepaskan panas tinggi sehingga menjalanya api cepat. Yang termasuk hunian ini adalah: Pabrik kembang api, Pabrik kembang api, Studio film dan TV, Pabrik karet buatan, Pabrik cat, Pemintalan benang atau kain, Penyulingan minyak bumi.Klasifikasi BangunanTabel 2.3 Klasifikasi BangunanKlasifikasi BangunanTinggi jumlah lantaiPenggunaan Sprinkler

Tidak bertingkatKetinggian sampai dengan 8 meter atau satu lantaiTidak Diharuskan

Tidak bertingkatKetinggian sampai dengan 8 meter atau dua lantaiTidak Diharuskan

Bertingkat rendahKetinggian sampai dengan 14 meter atau empat lantaiTidak Diharuskan

Bertingkat tinggiKetinggian sampai dengan 40 meter atau 8 lantaiDiharuskan mulai dari lantai satu

Bertingkat tinggiKetinggian lebih dari 40 meter atau diatas 8 lantaiDiharuskan mulai dari lantai satu

Sumber : Depnaker, 2012

2.7 Dasar Perancangan Sprinkler2.7.1Klasifikasi Sistem.Sistem springkler terdiri dari 3 klasifikasi sesuai dengan klasifikasi Hunian Bahaya kebakaran, yaitu :1. sistem bahaya kebakaran ringan,2. sistem bahaya kebakaran sedang,3. sistem bahaya kebakaran berat.Jaringan pipa untuk dua sistem bahaya kebakaran atau lebih yang berbeda boleh dihubungkan pada satu katup kendali dengan ketentuan jumlah kepala springkler yang dilayani tidak melampaui jumlah maksimum. Untuk merencanakan instalasi sistem pencegahan kebakaran harus diperhatikan faktor yang menentukan antara lain :2.7.2 Klasifikasi gedung menurut tinggi dan jumlah lantai. Di dalam perencanaan konsep instalasi sprinkler, klasifikasi gedung menurut tinggi dan jumlah lantai yaitu :Tabel 2.4 Klasifikasi gedung menurut tinggi dan jumlah lantaiKlasifikasi BangunanKetinggian dan Jumlah Lantai

A. Tidak Bertingkat

B. Tidak Bertingkat

C. Bertingkat Rendah

D. Bertingkat Tinggi

E. Bertingkat TinggiKetinggian sampai dengan 8 meter atau (satu) lantai (lapis)Ketinggian lebih dari 8 meter atau 2 (dua) lantai (lapis)Ketinggian sampai dengan 14 meter atau 4 (empat) lantai (lapis)Ketinggian sampai dengan 40 meter atau 8 (delapan) lantai (lapis) Ketinggian lebih dari 40 meter atau diats 8 (delapan) lantai (lapis)

Sumber: Permenaker No. PER.04/MEN/19802.7.3Perhitungan Hidrolik.Perhitungan hidrolik tiap sistem harus direncanakan berdasarkan kepadatan pancaran pada daerah kerja maksimum yang diperkirakan (banyaknya kepala springkler yang dianggap bekerja) dibagian hidrolik tertinggi dan terjauh dari gedung yang dilindungi.2.5.4Kepadatan PancaranKepadatan pancaran yang direncanakaan dan daerah kerja maksimum yang diperkirakan untuk ketiga klasifikasi tersebut diatas tercantum dibawah ini :a) Sistem Bahaya Kebakaran RinganKepadatan pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan : 84 m2.Catatan :Tambahan kepadatan sebesar 5 mm/men diberikan untuk daerah tertentu pada hunian bahaya kebakaran ringan, seperti : ruang atap, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, ruang penyimpanan, ruang kerja bengkel dan lain-lain dengan penentuan jarak kepala springkler yang lebih dekat.b) Sistem Bahaya Kebakaran SedangKepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit.Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 72 ~ 360 m2.Catatan :Sistem bahaya kebakaran sedang terdiri dari 3 (tiga) kelompok berdasarkan daerah kerja maksimum yang diperkirakan, yaitu : kelompok I (bahaya kebakaran sedang ringan) 72 m2, kelompok II (bahaya kebakaran sedang-sedang) 144 m2, kelompok III (bahaya kebakaran sedang berat) 216 m2.Apabila kemungkinan terjadi penyalaan serentak, misalnya yang mungkin terjadi pada proses persiapan di pabrik tekstil, maka luas maksimumnya 360 m2.c) Sistem Bahaya Kebakaran BeratKepadatan pancaran yang direncanakan 7,5 ~ 12,5 mm/men. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 260 m2.Catatan :Diperlukan perlengkapan perlindungan dengan pancaran berkecepatan tinggi atau sedang dalam daerah bahaya ini dimana larutan atau cairan lain yang mudah terbakar disimpan atau diolah.

2.8 Penempatan dan Letak Kepala Springkler2.8.1Penempatan Kepala SpringklerPenempatan kepala springkler didasarkan luas lingkup maksimum tiap kepala springkler di dalam satu deret dan jarak maksimum deretan yang berdekatan.2.8.2Bahaya Kebakaran Ringana. Luas lingkup maksimum tiap kepala springkler :1. Springkler dinding 17 m22. Springkler lain 20 m2

Gambar 2.7 Penempatan dan Letak Kepala Sprinkler(Sumber : SNI 03-3989- 2000)

Gambar 2.8 Penempatan Dan Letak Kepala Sprinkler Selang-seling(Sumber : SNI 03-3989- 2000)b. Jarak maksimum antara kepala springkler dalam satu deretan dan jarak maksimum antara deretan yang berdekatan :1. Springkler dinding 2. Springkler lain 4,6 mDi bagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan seperti :ruang langit-langit, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, gudang, ruang kerja bengkel dan sebagainya, luas maksimum dibatasi menjadi sebesar 9 m2 tiap kepala springkler dan jarak maksimum antara kepala springkler 3,7 m.2.8.3 Bahaya Kebakaran Sedanga. Luas lingkup maksimum tiap kepala springkler :1. Springkler dinding 9 m22. Springkler lain 12 m2b. Jarak maksimum kepala springkler dalam satu deretan dan jarak maksimum deretan yang berdekatan :1. Springkler dinding 2. Springkler lain :a) Jika penempatan standar 4 m b) Jika kepala springkler dipasang selang seling : jarak maksimum antara kepala springkler 4,6 m Jarak maksimum pipa cabang 4,0 mUntuk gudang pendingin yang memakai metode pendingin dengan sirkulasi udara, penggilingan padi, studio film, panggung pada gedung pertunjukan, luas lingkup maksimum tiap kepala springkler 9 m2 dan jarak maksimum antara kepala springkler 3 m.Pengaturan penempatan kepala springkler selang-seling pada sistem bahaya kebakaran sedang (butir 6.1.2) dimaksudkan untuk menempatkan kepala springkler terpisah sejauh lebih dari 4 meter pada pipa cabang.S = Perencanaan penempatan kepala springkler pada pipa cabang maksimum 1,6 mmD = Jarak antara kepala springkler maksimum 4,0 m2.8.4 Bahaya Kebakaran Berata. Luas lingkup maksimum tiap kepala springkler :1. Umum : 9 m22. Dalam rak penyimpanan : dengan satu jajar springkler 10 m2 dengan dua jajar springkler 7,5 m2 Jarak maksimum antara kepala springkler dalam satu deretan dan jarak maksimum deretan yang berdekatan :a) umum 3,7 m2b) dalam rak penyimpanan 2,5 m2Catatan : Jika dipasang lebih dari satu lapisan springkler dalam rak penyimpanan, penempatan kepala springkler dilapis berikutnya harus diselang-seling.

2.9 Jarak Maksimum Untuk Penempatan Kepala Springkler Dinding Samping2.9.1 Sepanjang Dindinga) Sistem bahaya kebakaran ringan 4,6 m.b) Sistem bahaya kebakaran sedang :1) 3,4 m (langit-langit tidak tahan api)2) 3,7 m (langit-langit tahan api)2.9.2 Dari Ujung Dindinga) Sistem bahaya kebakaran ringan 2,3 m.b) Sistem bahaya kebakaran sedang 1,8 m.2.9.3 Jumlah Deretan Kepala Springklera) Untuk ruangan yang lebarnya lebih kecil atau sama dengan 3,7 m, cukup dilengkapi dengan sederet springkler sepanjang ruangan. Untuk ruangan yang lebarnya antara 3,7 m sampai 7,4 m harus dilengkapi dengan deretan springkler sepanjang ruangan pada tiap sisinya.b) Untuk ruangan yang panjangnya lebih dari 9,2 m (bahaya kebakaran ringan) atau lebih dari 7,4 m (bahaya kebakaran sedang) deretan springkler harus dipasang selang-seling, sehingga setiap kepala springkler terletak pada garis tengah antara dua kepala springkler yang berhadapan.c) Untuk ruangan yang lebarnya lebih dari 7,4 m deretan kepala springkler jenis konvensional (dipasang pada langit-langit) harus dipasang pada langit-langit di tengah-tengah antara dua deret kepala springkler sebagai tambahan.2.10 Syarat dan Ketentuan Perencanaan1. Jarak antar sprinklera) Kebakaran ringan: 4,6 mb) Kebakaran sedang I: 4 mc) Kebakaran sedang II: 3,5 md) Kebakaan sedang III: 3 me) Kebakaran berat: 3 m2. Daerah kerja maksimuma) Kebakaran ringan: 84 m2b) Kebakaran sedang I: 72 m2c) Kebakaran sedang II: 144 m2d) Kebakaran sedang III: 216 m2e) Kebakaran berat: 260 m23. Kepadatan pancarana) Kebakaran ringan: 2,5 m/detikb) Kebakaran sedang I: 5 m/detikc) Kebakaran sedang II: 5 m/detikd) Kebakaran sedang III: 5 m/detike) Kebakaran berat: 7,5-12,5 m/detik4. Jumlah sprinkler maksimum per katup kendalia) Kebakaran ringan: 500 buahb) Kebakaran sedang I: 1000 buahc) Kebakaran sedang II: 1000 buahd) Kebakaran sedang III: 1000 buahe) Kebakaran berat: Sesuai perhitungan hidrostatik5. Cadangan sprinklera) Kebakaran ringan: 6 buahb) Kebakaran sedang I: 24 buahc) Kebakaran sedang II: 24 buahd) Kebakaran sedang III: 24 buahe) Kebakaran berat: 36 buah6. Ukuran nominal nozela) Kebakaran ringan: 10 mmb) Kebakaran sedang I: 15 mmc) Kebakaran sedang II: 15 mmd) Kebakaran sedang III: 15 mme) Kebakaran berat: 20 mm2.11 Perhitungan Jumlah SpringklerDalam melakukan perhitungan jumlah sprinkler, maka perlu mencari jarak antar sprinkler dan jarak kepala sprinkler ke dinding.1. Jarak antar sprinklerxxRR

x = jarak antar kepala sprinkler overlapR = jari-jari pancaran sprinkler

2. Jarak kepala sprinkler ke dindingx = jarak kepala sprinkler ke dindingRxx

R = jari-jari pancaran sprinkler

Jarak kepala sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1,7 m. Kemudian dilakukan penghitungan jarak kepala sprinkler ke dinding untuk perbandingan.2.11 Sistem Persediaan Air1. Persyaratan UmumSetiap sistem springkler otomatis harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup, serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan pemilik gedung. Apabila pemilik tidak dapat mengendalikannya harus ditunjuk badan lain yang diberikan kuasa penuh untuk maksud tersebut. Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya springkler. Pemakaian air asin tidak diijinkan, kecuali bila tidak ada penyediaan air lain pada waktu terjadinya kebakaran dengan syarat harus segera dibilas dengan air bersih.2. Syarat PenyambunganPipa penyalur untuk sistem springkler tidak boleh dihubungkan pada sistem lain kecuali seperti yang diatur dalam bagian ini.a. Jaringan KotaSambungan pada sistem jaringan kota dapat diterima apabila kapasitas dan tekanannya mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem jaringan kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan distribusi di tempat penyambungan yang direncanakan atas ijin Perusahaan Daerah Air Minum. Meter air tidak dianjurkan untuk dipasang pada sambungan sistem springkler. Apabila ditentukan lain harus digunakan meter air khusus. Ukuran pipa sekurang-kurangnya harus sama dengan pipa tegak yang disambungkan, dengan ukuran minimum 100 mm.

Gambar 2.9 Jaringan Kota(sumber : SNI 03-3989-2000)

b. Tangki GravitasiTangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Kapasitas dan letak ketinggian tangki harus memberikan aliran dan tekanan yang cukup.

Gambar 2.10 Tangki Gravitasi(sumber : SNI 03-3989-2000)

Tangki gravitasi yang melayani keperluan rumah tangga, kran kebakaran dan sistem springkler otomatis harus :i. direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem tersebut. ii. mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk pemadam kebakaran dapat dipertahankan. iii. mempunyai lubang aliran keluar untuk kran kebakaran pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk sistem springkler otomatis dapat dipertahankan

Gambar 2.11 Sambungan pipa yang melayani keperluan rumah tangga, kran kebakaran, springkler otomatis pada tangki gravitasi.(sumber : SNI 03-3989-2000)

c. Tangki Bertekanan1. Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. 2. Tangki bertekanan harus dilengkapi dengan suatu cara yang dibenarkan agar tekanan udara dapat diatur secara otomatis. 3. Apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya sistem penyediaan air, sistem tersebut harus juga dilengkapi dengan alat tanda bahaya yang memberikan peringatan apabila tekanan dan atau tinggi muka air dalam tangki turun melampaui batas yang ditentukan.4. Tanda bahaya harus dihubungkan dengan jaringan listrik yang terpisah dengan jaringan listrik yang melayani kompresor udara. 5. Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani sistem springkler dan sistem slang kebakaran yang dihubungkan pada pemipaan springkler. 6. Tangki bertekanan harus selalu terisi air 3/2 penuh, dan diberi tekanan udara ditambah dengan 3X tekanan yang disebabkan oleh berat air pada perpipaan sistem springkler di atas tangki kecuali ditetapkan lain oleh pejabat yang berwenang.

Gambar 2.12 Tangki Bertekanan(sumber : SNI 03-3989-2000)

d. Sambungan Pemadam KebakaranTangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Apabila disyaratkan harus disediakan sebuah sambungan yang memungkinkan petugas pemadam kebakaran memompakan air kedalam sistem springkler, ukuran pipa minimum adalah 100 m. Pipa berukuran 80 mm dapat digunakan, apabila dihubungkan dengan pipa tegak berukuran 80 mm juga. Sambungan pemadam kebakaran harus ditempatkan pada bagian sistem springkler di dekat katup balik.

3. Persyaratan Kapasitas aliran dan Tekanan1. Bahaya Kebakaran RinganPenyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 225 liter/menit dan bertekanan 2,2 kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan springkler tertinggi. Tekanan diukur pada katup kendali.2. Bahaya Kebakaran Sedanga. Bahaya kebakaran sedang kelompok IPenyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 375 liter/menit dan bertekanan 1,0 kg/cm2 atau kapasitas 540 liter/menit dan bertekanan 0,7 kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan springkler tertinggi.b. Bahaya kebakaran sedang kelompok IIPenyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 725 liter/menit dan bertekanan 1,4 kg/cm2 atau kapasitas 1000 liter/menit dan bertekanan 1,0 kg/cm2 ditambah tekanan yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan springkler tertinggi.c. Bahaya kebakaran sedang kelompok IIIPenyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 1100 liter/menit dan bertekanan 1,7 kg/cm2 atau kapasitas 1350 liter/menit dan bertekanan 1,4 kg/cm2 ditambah tekanan yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan springkler tertinggi.d. Bahaya kebakaran sedang kelompok IVPenyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 1100 liter/menit dan bertekanan 1,7 kg/cm2 atau kapasitas 1350 liter/menit dan bertekanan 1,4 kg/cm2 ditambah tekanan yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan springkler tertinggi.

3. Bahaya Kebakaran BeratKapasitas aliran air harus dihitung secara cermat, dengan memperkiraluas daerah yang terbakar, berupa sprinkler yang pecah. Dalam hal ini juga harus dipertimbangkan bahwa semprotan air yang banyak dapat menambah beban lantai, sehingga dapat meruntuhkan bangunan.kapasitas aliran air diperkirakan berkisar antara 2300 liter/menit.

4. Persyaratan Kapasitas Minimum Penampung Penyediaan AirKapasitas penampung mencakup semua penampung air untuk springkler, termasuk slang kebakaran berukuran 20 mm atau 25 mm. Waktu pengisian dalam tabel dibawah ini berlaku untuk kapasitas pompa yang sama dengan kapasitas pompa tekan untuk springkler.

Tabel 2.5 Kapasitas Minimum Penampung Penyediaan Air sistem bahaya kebakaran ringanTinggi maksimum springkler tertinggi diatas springkler terendah (m)Kapasitas minimum (m3)Waktu pengisian maksimum untuk tangki hidup (menit)

15930

301030

451130

Sumber : SNI 03-3989-2000

Tabel 2.6 Kapasitas Minimum Penampung Penyediaan Air sistem bahaya kebakaran sedangKelompokTinggi maksimum springkler tertinggi diatas springkler terendah (m)Kapasitas minimum (m3)Waktu pengisian maksimum untuk tangki hisap (menit)

I155560

307060

458060

II1510560

3912560

4514060

III1513560

3016060

4518560

Sumber : SNI 03-3989-2000

Tabel 2.7 Kapasitas Minimum Penampung Penyediaan Air sistem bahaya kebakaran beratKepadatan yang direncanakan (mm/men)Kapasitas Minimum (m3)Waktu pengisian maksimum untuk tangki hisap (menit)

7,522590

10,027590

12,535090

15,042590

17,545090

20,057590

22,565090

25,072590

27,580090

30,087590

Sumber : SNI 03-3989-2000

5. Sistem PompaSistem pompa untuk instalasi sprinkler harus memenuhi beberapa kriteria menurut (Depnaker,2011), yaitu :1. Pompa kebakaran harus dapat mengalirkan air secara otomatis ke sprinkler-sprinkler, dan tekanan minimum untuk sprinkler yang terjauh dan tertinggi adalah 1 kg/cm3.2. Pompa-pompa kebakaran harus letaknya terpisah dari pompa-pompa dan mudah dicapai untuk perbaikan-perbaikan dan pemeriksaan.3. Pompa-pompa sprinkler tidak boleh dipergunakan juga untuk keperluan lain seperti hydrant dan lain-lain.4. Pompa-pompa kebakaran dengan motor listrik atau dengan tenaga sendiri seperti diesel atau motor lain sehingga pompa-pompa dapat bekrja secara otomatis.5. Pipa-pipa penyedot untuk masing-masing pompa harus berdiri sendiri atau dipisahkan, dan besarnya pipa penyedot harus sedemikian rupa, sehingga kecepatan aliran dalam pipa penyedot tidak melebihi 1 meter/detik.6. Penyediaan pompa-pompa harus sedemikian rupa, sehingga bila listrik padam, pompa bensin atau diesel dapat bekerja dengan kapasitas yang sama. 6. Pemeriksaan Sprinkler dan Pipa DistribusiDalam memeriksa sistem sprinkler dan pipa distribusinya harus diperhatikan beberapa syarat teknik yaitu syarat tekanan air, syarat-syarat debit air, syarat daerah cakupan, syarat kehilangan tekanan, syarat jarak sprinkler, syarat kepadatan pancaran, syarat ukuran nominal lubang kepala sprinkler, daerah kerja maksimum, syarat memenuhi jumlah sprinkler. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam di pemeriksaan sprinkler dan pipa distribusi adalah pemeriksaan terhadap stop valve dan main stop valve. Yang semuanya harus dalam keadaan terbuka dan sebaiknya semua stop valve dikunci/digembok pada keterbukaan. Selama pemeriksaan harus kita periksa jarak antara gantungan, dimana jarak antara gantungan tidak boleh lebih dari 3,5 m untuk pipa dengan diameter 25 mm dan 3 m untuk diameter 32 mm dan jarak maksimum antara gantungan boleh lebih besar dari 4,5 m untuk pipa dengan diameter 40 mm atau yang lebih besar. Periksa jarak antara gantungan dan kepala sprinkler, antara lain jarak antara gantungan dan poros kepala sprinkler tidak boleh kurang dari 80 mm untuk pipa berukuran 25 mm panjang pipa antara kepala sprinkler ujung sampai ke gantungan terakhir tidak boleh melebihi 90 cm.

7. Pengujuan Sistem Instalasi SprinklerPengujian instalasi sprinkler ada dua tahapan yaitu uji comissioning dan uji coba unjuk kerja sistem :

1. Pengujian ComisioningSetelah instalasi sprinkler selesai dipasang harus dilakukan uji hydrant dengan tekanan tidak kurang dari 15 bar atau 1,5 kali tekanan kerja dari sistem (pilih yang besar) selama satu jam. Kerusakan-kerusakan yang terjadi sampai perubahan pemusnahan, bocor, pecah harus diperbaiki kembali dan diuji ulang.

2. Pengujian dalam Pemeliharaan a. Setelah pemeriksaan sistem sprinkler otomatis telah selasai dilakukan, maka pada tahap akhir kita lakukan pengujian terhadap unjuk kerja sistem sprinkler otomatis. b. Sebelum melakukan pengujian harus dicek kembali :i. Setting pressure switch untuk tiap pompaii. Wiring diagram dari panel sprinkler, apakah benar pompa sprinkler hanya mati secara manual dan start bisa otomatis dan manual.c. Pengujian sistem sprinkler dilakukan secara bertahapi. Uji simulasi dengan membuka bypass valve dan menguji sistem dengan membuka drain alarm check valve. Pengujian ini berhasil ketika duah buah alaram berbunyi yaitu alarm motor gong dan alarm bell dari sistem fire alarm.ii. Uji Operasional dengan membakar langsung sprinkler di daerah tertentu sebanyak 2 atau lebih sprinkler.

8. Pemeliharaan Instalasi Sistem SprinklerDasar-dasar pemeliharaan alam instalasi sistem sprinkler adalah sebagai berikut :1. Pemeriksaan sistem panel dan cara kerja otomatis dari pompa.2. Pemeriksaan Pompaa. Kapasitas pompa diukur dengan flowmeter.b. Kecepatan putaran pompa, diukur dengan rpm meterc. Tekanan pompa, waktu mengalir diukur dengan pitot meter.3. Keadaan sumber air, dan kapasitas bak air.4. Alarm check valve atau deluge valve Periksa terhadap kebocoran. Periksa peralatan test dan aksesoris. Test cara kerjanya.5. Pemipaana. Periksa kekuatan pipa terhadap tekanan test.b. Periksa kekuatan kotoran-kotoran dan endapan-endapan.c. Periksa kebocoran dengan water leak detektor.6. Bersihkan dan periksa sprinkler-sprinkler.7. Periksa stock sprinkler cadangan.8. Pembersihan pipaHal ini dilakukan untuk membuang kotoran-kotoran yang mengendap didalam pipa, maka pemasangan sistem sprinkler harus sedemikian rupa sehingga air bersih dapat dialirkan keseluruh jaringan pemipaan.a. Pipa utamaPipa ini harus dibersihkan dengan aliran air 3700 liter/menit untuk pipa diameter 8 dan 1800 liter/menit untuk pipa diameter 6.b. Pipa cabang utamaPembersihan ini dimulai dari lantai paling bawah, tiap pipa cabang utama harus dihubungkan dengan flushing melalui slang 2,5 yang dihubungkan kepada kran pembuang. Aliran air yang digunakan untuk pembersihan pada pipa cabang utama ini adalah 1400 liter/menit untuk pipa 5, 900 liter/menit untuk pipa 4, 480 liter/menit untuk pipa 3, 300 liter/menit untuk pipa 2,5. c. Pipa cabangPembersihan ini dilakukan setelah pipa cabang utama dan dimualai dari pipa cabang yang paling dekat dengan pipa cabang utama.