bab ii pengenalan dan pengoperasian edit ok!

Upload: andra-andaru

Post on 06-Jan-2016

245 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

alat

TRANSCRIPT

BAB II

17

BAB IIPENDAHULUAN DAN TEORI DASAR

2.1 Tujuan Praktikuma. Untuk mengetahui secara rinci bagian-bagian kompas geologi, waterpas, teodolit, Total Station, Planimeter dan peralatan pendukung pada praktikum.b. Untuk mengetahui cara penggunaan kompas geologi, teodolit, Total Station, dan Planimeter.

2.2 Kompas Geologi2.2.1 Komponen Utama Kompas geologiKompas, klinometer (pengukur kecondongan), dan hand level (penentu posisi horizontal) merupakan alat-alat yang umum di pakai dalam berbagai kegiatan pemetaan/survei. Kompas geologi yang dimaksud merupakan gabungan dari ketiga fungsi alat tersebut, yaitu selain digunakan untuk menentukan arah, juga dipakai untuk mengukur besarnya sudut kemiringan dan menentukan posisi horizontal. Pada umumnya Kompas Geologi adalah sama, walaupun bentuknya berbeda-beda. Salah satu jenis kompas yang akan dibahas adalah tipe Bruton. Adapun bagian-bagian yang paling utama pada Kompas Geologi (gambar 2.1) ialah :

Gambar 2.1Kompas Tipe Bruton dan Komponen Utamanya

10a. Jarum magnetUjung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet bumi. Dalam hal ini arah utara sebenarnya (geografis) harus dikoreksi terhadap deklinasi yang harganya selalu berubah dan tergantung di daerah mana kompas tersebut digunakan.b. Lingkaran pembagaian derajat Dikenal 2 jenis pembagian skala kompas (gambar 2.2), yaitu kompas dengan pembagian derajat dimulai dari 00 pada arah utara (N) sampai 3600, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan kompas dengan pembagian derajat dimulai dari 00 pada arah utara (N) dan selatan (S), sampai 900 pada arah timur (E) dan barat (W).

Gambar 2.2Jenis Pembagian Derajat kuadran dan Azimuth 00 - 3600

c. KlinometerAlat untuk mengukur kecondongan atau kemiringan, yang dilengkapi dengan pengaturan horisontal (gambar 2.3)

Gambar 2.3Bagan Klinometer dan Pembacaan Kemiringan, Derajat, serta Persen

2.2.2 Deklinasi dan InklinasiDeklinasi (magnetik) adalah besarnya perbedaan antara arah utara jarum kompas (utara magnetik) dan arah utara sebenarnya (utara geografi). Besarnya deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat lain dan selalu berubah secara teratur sepanjang waktu.Deklinasi di suatu wilayah umumnya ditunjukan pada peta topografi standar. Untuk menyesuaikan agar kompas yang akan dipakai menunjukan arah utara yang sebenarnya, lingkaran derajat pada kompas harus digeser dengan cara memutar adjusting screw yang terdapat pada sisi kompas sebesar deklinasi yang disebutkan.Inklinasi adalah kecondongan jarum kompas yang disebabkan oleh perbedaan letak geografi suatu daerah terhadap kutub bumi. Sudut kecondongan akan hampir 00 (horizontal) apabila kita berada di dekat/di sekitar katulistiwa dan semakin bertambah besar apabila mendekati kutub bumi. Dengan demikian, tiap tempat di atas bumi ini akan mempunyai sudut inklinasi yang berbeda-beda.Untuk mengatasi hal ini biasanya pembuat kompas sudah menyesuaikan kesetimbangan jarum kompas dengan beban yang dapat digeser sepanjang jarum kompas untuk mengimbangi pengaruh inklinasi.Sehubungan dengan ini, perlu diingat, sebelum kompas digunakan di lapangan. Hendaknya diperiksa dahulu apakah kompas tersebut telah disesuaikan dengan deklinasi dan inklinasi pada suatu daerah tempat kerja.2.2.3 Penentuan ArahPenentuan arah yang dimaksud disini adalah arah dari titik tempat pengamat berdiri, ke tempat yang dibidik atau yang dituju. Titik tersebut dapat berupa puncak bukit atau obyek geografi yang lain, atau rambu yang sengaja dipasang, misalnya untuk rencana lintasan. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut:1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang.2. Kompas dibuat horizontal (dengan bantuan bulls eye) dan dipertahankan demikian selama pengamatan.3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 1350 menghadap ke depan dan sighting arm (lengan penunjuk) dibuka horizontal dengan peep sight ditegakan.4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang dimaksud tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung pembidik dan garis tengah pada cermin. Untuk mempermudah prosedur ini, yang diputar tidak hanya tangan dengan kompas, akan tetapi seluruh badan.5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak. Hasil bacaan adalah arah yang dimaksud. Pada gambar 2.2 adalah azimuth = S 450E dan N 2200E.2.2.4 Pengukuran Kemiringan dan KetinggianUntuk mengukur besarnya sudut lereng dilakukan tahapan sebagai berikut :1. Tutup kompas dibuka 450, sighting arm dibuka dan ujungnya ditekuk 900.2. Kompas dipegang dengan posisi seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.4, skala klinometer harus di sebelah bawah.3. Melalui lubang peep sight dan sighting window dibidik titik yang dituju. Usahakan agar titik tersebut mempunyai tinggi yang sama dengan jarak antara mata pengamat dengan tanah tempat berdiri.4. Klinometer kemudian diatur dengan jalan memutar pengatur dibagian belakang kompas, sehingga gelembung udara dalam klinometer level berada di tengah.5. Baca skala yang ditunjukan klinometer seperti yang ditunjukan pada gambar 2.3. Satuan kemiringan dapat dinyatakan dalam derajat maupun persen.Apabila jarak antar tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui, misalnya dengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi antara kedua titik tersebut dapat dihitung.

Gambar 2.4Posisi Kompas pada Pembacaan Kemiringan

2.3 WaterpasWaterpas adalah alat ukur untuk menempatkan posisi titik-titik obyek dalam keadaan datar/horizontal. Dalam pengukuran bawah tanah biasanya digunakan untuk mengukur besar kemiringan pada lubang bukaan atau pada pengukuran stope (untuk pembahasan lebih mendalam ada pada Bab IV).

2.4 Teodolit2.4.1 Pengenalan TeodolitTeodolit T.0 adalah Teodolit-teodolit boussale yang dibuat oleh Wild. Pada alat tersebut terdapat jarum magnet yang terbuat dari pelat baja yang berbentuk empat persegi panjang dengan lebar 2 cm, melekat pada sisi pesawat. Dengan menjepit jarum tersebut pinggir sisi boussale sehingga tidak dapat bergerak dan alat dapat berfungsi sebagai teodolit.Alat ukur teodolit ini digunakan untuk menentukan titik-titik ketinggian yang akan menentukan letak garis kontur. Alat ukur ini sangat fleksibel dibandingkan dengan alat-alat ukur lain. Pada alat ukur ini keadaan morfologi daerah tidak terlalu menjadi kendala, disebabkan pada alat ini ada perhitungan beda tinggi dengan data yang diambil langsung pada saat pengukuran.

Gambar 2.5Teodolit T.0

Keterangan Gambar:1. Sekrup penyetel. 9. Teropong okuler.2. waterpas kontak. 10. Teropong diafragma.3. Sekrup pengencang. 11. Okuler pembaca nonius lingkaran tegak.4. Sekrup penggerak halus. 12. Okuler pembaca nonius lingkaran datar.5. Sekrup pengencang teropong. 13. Sekrup pengatur sinar6. Sekrup penyetel halus. 14. Kaca Penerang7. Sekrup penyetel lingkaran tengah. 15. Ronsel pengukur nonius pembacaan menit8. Waterpas tabung. 16. Magnit

2.4.2 Peletakan AlatPertama-tama yang dilakukan adalah menentukan posisi yang tepat untuk melakukan pengukuran, urutan pengaturan serta cara pemakaian alat :1. Pasanglah statif dengan dasar atas tetap di atas piket dan diatur sedatar mungkin 2. Keraskan sekrup-sekrup kaki pesawat3. Letakkan alat T.0 diatasnya lalu keraskan sekrup pengencang alat4. Tancapkan statip dalam-dalam pada tanah, sehingga tidak mudah bergerak5. Pasanglah unting-unting pada sekrup pengencang alat6. Bila ujung unting-unting belum tepat di atas paku, aturlah sampai unting-unting tepat di atas paku7. Gelembung nivo atur supaya berada di tengah-tengah 8. Setelah itu alat ukur T.0 siap untuk melakukan pengamatan/pengukuran9. Teropong diarahkan ke titik yang di bidik dengan terlebih dahulu sekrup-sekrup pengencang dibuka10. Benang diafragma diatur supaya benang yang dibidik tampak jelas begitu juga lensa untuk pembacaan sudut horizontal dan vertikal11. Setelah itu maka pengukuran dapat dimulai

2.4.3 PengukuranSetelah semua urutan pada sub bab 2.6.2 di atas dilaksanakan, baru pengukuran bisa dilakukan. Pertama-tama, tentukan letak rambu ukur pada tempat yang agak terbuka agar rambu tidak terhalang dengan sesuatu. Kemudian teropong menuju rambu ukur tadi, letakkan benang tengah tepat pada garis tengah rambu ukur.Sebelumnya, untuk pengukuran detail, tinggi alat yang digunakan harus terlebih dahulu diukur karena hal ini perlu untuk menentukan letak benang tengah berada pada ukuran berapa, sesuai dengan tinggi alat. Akan tetapi jika hanya untuk mengukur sudut horizontalnya saja tidak perlu diukur tinggi alat, tetapi letakkan garis tengah vertikal tepat di tengah-tengah rambu ukur.2.4.4 Pembacaan Sudut Horizontal/MendatarSetelah peneropongan dilakukan dan garis tengah berada tepat ditengah-tengah rambu ukur, maka langsung dikunci dengan pengunci sudut horizontal.Kemudian baca nonius horizontal dan nonius vertikalnya. Cara pembacaan sudut horizontal/mendatar adalah sebagai berikut ;1. Kunci magnet dibuka, dan biarkan piring skala/jarum-jarum yang berada pada nonius horizontal diam/tidak bergerak lagi2. Benang silang tegak bidikan di tengah-tengah rambu ukur dan kedudukan unting-unting harus tepat pada titik dimana yang biasanya ditandain dengan patok3. Setelah itu baca besarnya sudut horizontal, lanjutkan pengukuran berikutnya dengan cara yang sama. Harus diingat bahwa setiap perpindahan, titik magnet kompas harus selalu dibuka.Untuk pengukuran dengan cara poligon, baik itu poligon terbuka maupun poligon tertutup, setiap perpindahan titik pengamatan yang sebelumnya harus ditembak terlebih dahulu, hal ini dilakukan untuk mencek apakah selisih yang dihasilkan dengan sudut horizontal sebelumnya adalah 180 derajat. Jika lebih atau kurang, maka pengukuran yang dilakukan harus diulang, hal ini dilakukan karena jika dibiarkan akan menyebabkan koreksi yang sangat besar dan peta yang dihasilkan nanti tidak akurat.2.4.5 Pembacaan Sudut MiringAdapun cara pembacaan sudut miring dalam suatu pengukuran adalah sebagai berikut :1. Benang silang datar atau salib sumbu paskan / stel kedudukannya pada rambu ukur setinggi alat ukur slib sumbu ini harus betul-betul sejajar dengan garis yang berada pada rambu ukur.2. Setelah aturan yang pertama terpenuhi baru baca besarnya sudut miring pada lingkaran tegak.

Gambar 2.6 Penunjukkan Garis Horizontal dan Vertikal

2.4.6 Permbacaan Rambu UkurDalam suatu pengukuran pembacaan rambu ukur adalah salah satu input pertama yang didapatkan, adapun cara-caranya sebagai berikut :1. Jarak optis didapat dengan cara (pembacaan benang atas-pembacaan benang bawah)2. Untuk menghindari kesalahan pembacaan, cek (pembacaan benang atas + pembacaan benang bawah) = 2 x tinggi benang tengah2.5 Total Station2.5.1 Langkah-Langkah Pengukuran Dengan Total Station Persiapan Pengukuran Pengecekan alat, mengenai nivo kotak, centring optis, alat ukur jarak, batere, disket PMCIA Pengecekan kelengkapan administrasi, peta kerja, surat-surat izin yang diperlukan, nama proyek, sistimatika penomoran titik, titik awal dan Azimuth awal, titik akhir dan Azimuth akhir Persiapan personil, akomodasi, dan transportasi Prosessing data dan pembuatan back up data Pembuatan laporan

2.5.2 Tampilan Keyboard

Gambar 2.7Tampilan Keyboard

2.5.3 Persiapan Operasi alat Ukur Total Station TC 1100a. Orientasi alat pada titik awal, sehingga siap dibaca artinya level sudah baik, posisi alat tepat di titik ukuran.b. Tekan alat ON maka akan keluar tampilanc. Check levelling dengan electronic bubbled. Tekan F3 (CONF) akan keluar tampilan :e. Untuk memasukkan batasan-batasan mengenai : Sistem koordinat Format rekaman koordinat Satuan jarak dan desimalnya Satuan sudut dan desimal detiknya Satuan suhu Satuan tekanan udara Penampilan koordinat (X = Easting ; Y = Northing) Sistem sudut horizontalf. Tekan aF, akan keluar tampilan :g. Untuk memasukkan batasan mengenai : Media untuk perekaman File pengukuran File data System sudut vertikalh. Tekan Extra untuk memformat disket PMCIA

2.5.4 Pelaksanaan Pengukuran Pada titik awal (titik 1)a. Corsor pada Orientationb. Tekan SETUP (F5)c. Keluar tampilan sebagai berikut :d. User Templ. : Polar + CartesianRec. Device. Dipilih : Memory CardMeas. File Dipilih : File GSI yang kosongData File dipilih : File GSI yang kosonge. Tekan STN untuk memasukkan data koordinat awal, dengan tampilan sebagai berikut :f. Arahkan teropong pada titik yang telah diketahui Azimuthnyag. Ubah Azimuth alat disesuaikan dengan Azimuth yang telah diketahui, dengan menggunakan tombol Hzh. Tekan Rec bila tak ada reflector pada target, tekan ALL bila target dipasang reflectori. Arahkan teropong pada titik yang akan diukur selanjutnyaj. Tekan MEAS akan tampak tampilan sebagai berikut :k. Dimasukkan no. titik yang dibidik, identifikasi titik, tinggi reflector, bila telah cocok dan jarak datar telah terukur maka tekan ALLl. Tekan OFF dan pindah ke titik selanjutnya Pada titik 2a. Orientasi pada titik 2 sehingga siap dibacab. Tekan ONc. Tekan SETUPKalau batasan yang tampil tetap maka tekan CONTd. Arahkan teropong ke titik 1 (awal)e. Tekan STN , import titik 1 hasil pengukuran langkah pertamaf. Ceck besaran sudut horizontal, bila tidak cocok sesuaikan dengan hasil pengukuran langkah awalg. Arahkan teropong ke titik selanjutnyah. Tekan MEASi. Masukkan identifikasi titik, tinggi reflectorj. Tekan DIST, bila jarak telah terukurk. Tekan ALLl. Tekan OFFm. Begitu juga untuk titik selanjutnyan. Setiap memasukkan data tekan tombol entero. Setiap malam selesai pengukuran data harus di down load untuk mengetahui kemajuan pekerjaan

2.5.5 Proses Data dan Pembuatan Back UpProssessig data ada dua cara tergantung daripada alat yang akan dipakai untuk down load-nya. Apabila digunakan computer PC yang tidak mempunyai socket untuk . PMCIA. Dengan alat ini harus disiapkan dahulu card reader yaitu ONMNI DRIVE langkah-langkahnya sebagai berikut : Instal program Omni pada PC Cek data pada PMCIA, tampilan data file GSI Buat sub direktori pada PC Copy data dari disk drive D ke C (di PC) sesuai sub direktori yang telah dibuat Buka program exel untuk edit data Buat back up datanya Apabila tersedia lap top yang mempunyai socket PMCIA maka langkah down loadnya sebagai berikut : Buat sub direktori untuk penempatan data misalnya :TOTAL Masukkan PMCIA pada socket Copikan pada hard disk Buka program exel untuk edit data Back up datanya

2.6 Planimeter2.6.1Jenis Planimeter 1. Planimeter ManualPlanimeter adalah istrumen pengukuran luas yang dilengkapi dengan ujung pelacak untuk mengukur luas suatu areal di peta.adapun caranya adalah dengan menelusuri garis batas areal tersebut dengan ujung pelacak instrumen. Pada instumen terdapat sebuah roda yang dapat berputar bersamaan dengan gerakan ujung pelacak. Dari jumlah putaran yang diperoleh dikalikan dengan konstanta tertentu, maka dengan mudah dapat di ketahui luas areal tersebut. Planimeter yang banyak digunakan ialah planimeter tipe kutub. Instumen tipe ini mempunyai ujung jarum tetap dan tangkai pelacak dilengkapi dengan ujung pelacak ke sebuah roda di ujung lainnya.

Gambar 2.8Planimeter Manual

Gerakannya dibaca pada suatu vernier. Harga planimeter ini relatif murah, dan ketelitiannya antara 5 sampai 10 mm2 .2. Digital Planimeter

Gambar 2.9Digital Planimeter

Sekarang dikembangkan planimeter digit (digital planimeter) salah satu diantaranya Planitron Type UP-502.Prosedur Penggunaan Planimeter1. Lembar gambar ditempatkan di atas meja horizontal dan semua lekukan-lekukan diratakan, skala tangkai pelacak dipasangkan pada skala graduasi yang sudah ditentukan sebelumnya.2. Ujung jarum ditempatkan sedemikian rupa sehingga memudahkan pergerakan ujung pelacak. Ujung pelacak ini digerakkan menelusuri batas gambar areal dengan memperhatikan gerakan roda dan susunan keseluruhan instrument.3. Catat pembacaan roda dengan ujung jarum titik permulaan gambar misalnya n = n1 dan pembacaan setelah kembali lagi ke titik permulaan tersebut dengan satu putaran misalnya = n2 , maka harga pembacaan roda n , dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :n = n2n1 (apabila ujung pelacak berputar searah jarum jam)n = n1n2 (apabila ujung pelacak berputar berlawanan arah jarum jam)4. Cek harga satuan harga pada cakra/disk, roda dan pada vernier secara umum harga pada cakra/disk untuk ribuan, roda ratusan, dan vernier untuk puluhan dan satuan.5. Apabila luas yang akan diukur itu besar dan tidak terjangkau dalam satu putaran ujung pelacak, maka gambar areal dibagi menjadi beberapa bagian diukur satu persatu dan akhirnya dijumlahkan.