bab ii landasan teorirepo.itera.ac.id/assets/file_upload/sb2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33...

36
33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering kita jumpai pada kawasan perkotaan yang padat penduduk, Louis Wirth (1938) dalam AlSayyad N (2003) menyebutkan bahwa ada suatu fenomena yang bernama urbanism yang telah menjadi cara sebuah kota bekerja. Mereka melihat bahwa apa yang terjadi pada salah satu hal yang terjadi dalam urbanism ini adalah proses bertahan hidup (survival mechanism) di kota yang dilakukan oleh para penghuninya. Meskipun konsep “informal” baru hadir dan didiskusikan pada tahun 1970-an (Roy, 2005), perilaku bertahan pada urbanism menandakan adanya sebuah proses dan reaksi yang dilakukan para penghuni kota terhadap ketidakmampuan sistem formal di kota dalam mewadahi kebutuhan seluruh penghuninya. Dengan kata lain, mereka melihat bahwa informality hadir sebagai salah satu bentuk proses bertahan hidup yang terjadi pada urbanism. Hernando de Soto juga mencoba melihat in-formalitas dari sudut pandang ekonomi. Dia menyebutkan bahwa sektor informal hadir sebagai respons spontan dan kreatif dari penghuni kota terhadap ketidakmampuan kota dalam memenuhi kebutuhan mereka (Soto, 1941). Kawasan informal tumbuh saat sektor formal tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan orang-orang di kawasan tersebut, keberagaman serta jumlah orang yang hadir di tempat-tempat tersebut memperlihatkan social equity yang disebutkan oleh Hamid Shirvani (1984) dalam Roy (2005) menyebutkan bahwa ternyata penduduk di permukiman “kumuh” (slum) di haravi juga memproduksi barang untuk pasar global. Kemungkinan untuk seseorang bekerja di sektor formal, namun tinggal di permukiman informal (begitu juga sebaliknya) juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara kehadiran dengan yang formal. Proses pengecualian yang dilakukan oleh pihak yang berwenang dan berdaulat terhadap suatu kegiatan yang seharusnya informal (penggunaan hukum warisan di Mesir) merupakan suatu contoh bahwa kegiatan informal sangat dekat kaitannya dengan kegiatan-kegiatan formal (Roy, 2005).

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

33

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya

Kawasan informal sering kita jumpai pada kawasan perkotaan yang padat

penduduk, Louis Wirth (1938) dalam AlSayyad N (2003) menyebutkan bahwa ada

suatu fenomena yang bernama urbanism yang telah menjadi cara sebuah kota

bekerja. Mereka melihat bahwa apa yang terjadi pada salah satu hal yang terjadi

dalam urbanism ini adalah proses bertahan hidup (survival mechanism) di kota yang

dilakukan oleh para penghuninya. Meskipun konsep “informal” baru hadir dan

didiskusikan pada tahun 1970-an (Roy, 2005), perilaku bertahan pada urbanism

menandakan adanya sebuah proses dan reaksi yang dilakukan para penghuni kota

terhadap ketidakmampuan sistem formal di kota dalam mewadahi kebutuhan

seluruh penghuninya. Dengan kata lain, mereka melihat bahwa informality hadir

sebagai salah satu bentuk proses bertahan hidup yang terjadi pada urbanism.

Hernando de Soto juga mencoba melihat in-formalitas dari sudut pandang ekonomi.

Dia menyebutkan bahwa sektor informal hadir sebagai respons spontan dan kreatif

dari penghuni kota terhadap ketidakmampuan kota dalam memenuhi kebutuhan

mereka (Soto, 1941).

Kawasan informal tumbuh saat sektor formal tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan orang-orang di kawasan tersebut, keberagaman serta jumlah

orang yang hadir di tempat-tempat tersebut memperlihatkan social equity yang

disebutkan oleh Hamid Shirvani (1984) dalam Roy (2005) menyebutkan bahwa

ternyata penduduk di permukiman “kumuh” (slum) di haravi juga memproduksi

barang untuk pasar global. Kemungkinan untuk seseorang bekerja di sektor formal,

namun tinggal di permukiman informal (begitu juga sebaliknya) juga menunjukkan

bahwa ada hubungan yang erat antara kehadiran dengan yang formal. Proses

pengecualian yang dilakukan oleh pihak yang berwenang dan berdaulat terhadap

suatu kegiatan yang seharusnya informal (penggunaan hukum warisan di Mesir)

merupakan suatu contoh bahwa kegiatan informal sangat dekat kaitannya dengan

kegiatan-kegiatan formal (Roy, 2005).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

34

Contoh-contoh tersebut juga menggambarkan bahwa sebenarnya informal

dan formal memiliki hubungan yang sangat erat bahkan ada yang menyebutkan

bahwa tidak terdapat batas yang jelas antara formal dan informal sehingga

diperlukan pula pemahaman yang lebih dari hanya sekedar mengetahui dan/atau

mengakui bahwa sektor informal telah menjadi suatu bagian yang tak dapat

terpisahkan dalam kehidupan berkota (Jones, 2008). Dengan melihat hal-hal

tersebut, in-formalitas sangat penting untuk diteliti mengenai modal ketahanan

yang ada pada kawasan informal dalam menghadapi dampak perubahan iklim untuk

bisa bertahan dan terus berkontribusi dalam perkembangan suatu kota.

Pada Global Report on Human Settlements yang berjudul The Challenge

of Slums (2003) memperkirakan setengah populasi dunia akan tinggal pada struktur

yang didirikan sendiri di luar perencanaan resmi dan kontrol negara dalam dua

puluh tahun ke depan (UN-Habitat, 2003). Pandangan bahwa in-formalitas sudah

menjadi mode baru dalam kegiatan berkota ini dapat menggantikan pandangan-

pandangan terhadap in-formalitas lainnya. Dari sudut pandang permukiman,

hubungan antara in-formalitas terhadap bentuk kampung kota dan penggusuran

yang dilakukan untuk mengatasinya dibahas oleh (Harjoko, 2004).

Berdasarkan mata pencahariannya kawasan informal yang didominasi

dengan sektor-sektor informal yang juga diterangkan oleh Keith Hart yang ditulis

dalam jurnal Informal income opportunities and Urban Employment in Ghana

(1973), ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh

penghasilan (Hart, 1973) yaitu:

1. Mata Pencaharian yang sah, terdiri atas:

a. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder yaitu seperti pertanian, perkebunan

yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain.

b. Usaha tersier dengan modal yang relatif besar yaitu seperti perumahan,

transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain.

c. Distribusi kecil-kecilan, yaitu seperti pedagang kaki lima, pedagang pasar,

pedagang kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain.

d. Transaksi pribadi yaitu seperti pinjam-meminjam, pengemis.

e. Jasa yang lain, seperti: pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur,

pembuang sampah, dan lain-lain.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

35

2. Mata pencaharian yang tidak sah, terdiri atas :

a. Jasa kegiatan dan perdagangan gelap yaitu pada umumnya terbagi atas

penadah barang-barang curian, perdagangan obat bius, penyelundupan,

pelacuran, dan lain-lain.

b. Transaksi yaitu seperti pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar

(perampokan bersenjata), pemalsuan uang, perjudian, dan lain-lain.

Dapat disimpulkan masyarakat memiliki mata pencaharian pada sektor

informal, merupakan mata pencaharian berada pada modal yang kecil, teknologi

sederhana, kegiatan usaha tidak terorganisasi, serta karyawan sedikit dan

merupakan kekerabatan atau anggota keluarga dari pengusaha.

Adapun ciri-ciri sektor informal menurut Urip Soewarno dan Hidayat

(1979) dalam Indrawan (2005) adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas pada sektor ini tidak terorganisir secara baik karena timbulnya

tidak melalui institusi yang ada pada perekonomian modern.

b. Karena kebijakan pemerintah tidak sampai pada sektor ini, maka sektor

informal tidak memiliki hubungan langsung dengan pemerintah.

c. Pada umumnya setiap unit usaha tidak memiliki izin usaha dari pemerintah.

d. Pola kegiatan tidak teratur dengan baik dalam arti tempat dan jam kerja.

e. Unit usaha pada sektor ini mudah untuk masuk dan keluar dari sektor ke

sektor lain. Karena modal dan peralatan serta perputaran usaha relatif kecil,

maka skala operasi unit usaha ini kecil pula.

f. Teknologi yang digunakan termasuk ke dalam teknologi yang sederhana.

g. Untuk mengelola usaha tidak diperlukan tingkat pendidikan tertentu, serta

keahliannya didapat dari sistem pendidikan non formal dan pengalaman.

h. Unit usaha ini termasuk ke dalam one man enter prise atau kalau memiliki

buruh, maka buruh berasal dari lingkungan keluarga atau disebut juga family

enterprise.

i. Sumber dana untuk modal tetap atau modal kerja kebanyakan berasal dari

tabungan sendiri dan dari sumber keuangan tidak resmi.

j. Hasil produksi dan jasa dari sektor ini terutama dikonsumsi oleh golongan

masyarakat miskin dan kadang-kadang oleh golongan menengah.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

36

Kajian tentang sektor informal tersebut, ditambahkan lagi oleh Hidayat

(1986) dalam Indrawan (2005) yang menyatakan bahwa dalam “Definisi dan

Evaluasi Sektor Informal”, sektor informal diartikan menjadi tiga hal :

a. Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah

seperti perlindungan, tarif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan,

pemberian kredit dengan bunga yang relatif rendah bimbingan teknis,

ketatalaksanaan, perlindungan dan perawatan tenaga kerja, penyediaan

teknologi maju asal impor dan hak paten.

b. Sektor yang mungkin mempergunakan bantuan ekonomi pemerintah

meskipun bantuan itu telah tersedia. Jadi kriteria accessability atau

penggunaan bantuan yang disediakan langsung telah dipakai sebagai ukuran

bukan telah tersedianya fasilitas.

c. Sektor yang telah menerima dan menggunakan bantuan atau fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah tetapi bantuan itu belum sanggup membuat unit

usaha tersebut mandiri.

2.2 Perubahan Iklim

Perubahan iklim akan berpengaruh terhadap berbagai hal karena

ketidaksesuaian yang terjadi akibat pergeseran anomali cuaca yang berubah

menyebabkan perlu adanya penyesuaian dan pencegahan dari berbagai dampak

yang akan ditimbulkannya. Perubahan iklim yang dimaksud adalah adanya

perubahan terhadap iklim baik secara langsung atau tidak langsung berkaitan

dengan kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan yang

merupakan tambahan atas perubahan iklim alami yang diamati selama periode

waktu yang sebanding berdasarkan definisi dari United Nations Framework

Convention on Climate Change/UNFCCC, (1922) dengan banyaknya bukti dari

pengamatan kenaikan temperatur udara dan laut, pencairan salju dan es di berbagai

tempat di dunia, dan naiknya permukaan laut global (Direktorat Jendral

Pengendalian Perubahan Iklim/Dirjen PPI, 2016). Kita mengetahui bahwa iklim

tengah berubah karena ilmuwan mengamati dan mengukur perubahan dalam pola

cuaca dan orang-orang di seluruh dunia merasakan perubahan ini dan tanda-tanda

Page 5: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

37

utama perubahan iklim global yang dalam buku Climate Change and The Role of

Forest (2010) dijabarkan sebagai berikut:

1. Meningkatnya suhu global pemanasan global, suhu global rata-rata telah

mengalami kenaikan secara tetap selama 100 tahun terakhir sekitar 0,74 derajat

Celsius (1,3 derajat Fahrenheit).

2. Perubahan curah hujan, telah terjadi perubahan curah hujan di seluruh dunia

akibat perubahan suhu permukaan samudra dan area daratan.

3. Tutupan salju dan mencairnya lapisan es di kutub, area kutub bumi di bagian

paling selatan dan utara dunia, iklimnya sangat dingin terdapat es yang menutupi

permukaan bumi dan beberapa menutup laut seperti Gunung Kilimanjaro yaitu

gunung yang telah berusia 12 ribu tahun, namun menurut ilmuan es gletser

dipuncaknya akan hilang tahun 2020.

4. Kejadian cuaca tidak biasa atau cuaca ekstrem sering selama 50 tahun terakhir,

siang dan malam yang sangat panas berlangsung makin sering sedangkan siang

dan malam yang sangat dingin makin jarang terjadi.

5. Tinggi permukaan air laut dalam 100 tahun terakhir rata-rata naik 15 sentimeter

atau 6 (enam) inci. Kenaikan air laut mengancam masyarakat di daerah pantai

dan sebagian negara kepulauan yang menyebabkan banjir dan mengikis lahan

pantai dan mempengaruhi kualitas pasokan air.

Bahkan UNFCCC menyebutkan bahwa perubahan iklim akan berdampak

lebih besar saat temperatur global yang lebih panas telah menyebabkan perubahan

besar pada sistem alami bumi. Sekitar 20-30% spesies tumbuhan dan hewan

terancam punah jika peningkatan temperatur rata-rata global melebihi 1,5-2,5

derajat celsius. Peningkatan temperatur sebesar 3% akan menyebabkan dampak

negatif bagi keanekaragaman ekosistem yang berperan dalam kehidupan manusia.

Peningkatan runoff dan debit sungai yang bersumber dari gletser/salju,

bertambahnya kenaikan muka laut akibat perluasan lautan dan melelehnya gletser

pada akhir abad dan apabila pemanasan global rata-rata sebesar 1,9-4,6 derajat

celsius terus berlangsung selama 10 abad maka akan menyebabkan kenaikan muka

laut sebesar 7 (tujuh) meter (BAPPENAS, 2010).

Page 6: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

38

2.2.1 Perubahan Iklim di Indonesia

Perubahan iklim dapat dilihat dari perubahan pola cuaca normal di seluruh

dunia selama periode waktu yang panjang, berpuluh-puluh tahun atau jauh lebih

lama lagi dengan suhu rata-rata bumi secara perlahan mengalami peningkatan

selama 100 tahun terakhir. Dirjen PPI melihatnya dengan melakukan perbandingan

variasi suhu beberapa dekade untuk melihat mean dari perbandingan suhu tersebut.

Berikut contoh grafik yang dibuat oleh Dirjen PPI dengan perbandingan kurun

waktu 30 tahun yang biasa digunakan oleh pemerintahan di Indonesia dapat dilihat

pada Gambar 2.1.

Sumber : http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/perubahan-iklim

GAMBAR 2.1

GRAFIK DATA SUHU RATA-RATA TAHUNAN SELAMA 30 TAHUN

(PERIODE 1981-2010)

Gambar 2.1 di atas menjelaskan adanya anomali data suhu rata-rata

tahunan yaitu cuaca ekstrem tinggi dan ekstrem rendah. Indonesia sangat rentan

terhadap dampak perubahan iklim dan beberapa dampak paling signifikan

diperkirakan sebagai berikut : a. Kenaikan temperatur yang tidak terlalu tinggi,

Indonesia sempat memiliki kenaikan tertinggi pada tahun 1998 dibandingkan rata-

rata pada tahun 1961-1990; b. Curah hujan yang lebih tinggi, diperkirakan

Indonesia akan mengalami kenaikan curah hujan 2-3 persen per tahun, serta musim

hujan yang lebih pendek sehingga menyebabkan risiko banjir meningkat secara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

39

signifikan. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap keseimbangan air di lingkungan,

pembangkit listrik dan suplai air minum; c. Kenaikan permukaan air laut, daerah

berpopulasi pada akan sangat dipengaruhi oleh kenaikan permukaan laut. Sekitar

40 juta masyarakat Indonesia yang bermukim dalam jarak 10m dari permukaan air

laut rata-rata, yang artinya rentan terhadap perubahan permukaan air laut; d.

Ketahanan pangan, penurunan produktivitas pertanian seperti padi, kedelai dan

jagung yang bisa mencapai 50 persen akibat curah hujan yang tidak normal dan

produksi ikan dan udang karena kenaikan muka air laut di wilayah pesisir dapat

menggenangi tambak; e. Pengaruh pada keanekaragaman bahari, kenaikan suhu air

laut Indonesia 0,2-2,5oC menambah tekanan pada 50 ribu Km persegi terumbu

karang, yang sudah dalam keadaan darurat (World Bank, 2010).

Dalam Dokumen Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap/ICCSR

Bappenas (2009) bahwa peningkatan suhu udara permukaan dipandang sebagai isu

utama perubahan iklim yang disebabkan oleh peningkatan kandungan CO2 dan

emisi gas rumah kaca yang dipicu antropogenik yang berpotensi terjadinya bahaya

iklim berdampak pada sektor-sektor utama seperti air, kelautan dan perikanan,

kesehatan, pertanian, dan kehutanan. Melalui pengukuran dari jumlah stasiun yang

terbatas menunjukkan bahwa peningkatan suhu sekitar 0,5% telah terjadi selama

abad ke-20 yang juga selaras dengan tingginya rata-rata peningkatan temperatur

global sebagaimana diperkirakan di IPCC AR-4, sekitar 0,7 ° C ± 0.2 per abad

(BAPPENAS, 2010).

Berdasarkan analisis keluaran Global Climate Model (GMC), peningkatan

rata-rata suhu di Indonesia berkisar antara 0,8-1oC untuk periode 2020-2050,

dibandingkan dengan periode baseline tahun 1961-1990. Peningkatan suhu terjadi

di berbagai wilayah di Indonesia seperti Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan

Sumatera menurut hasil prediksi kenaikan suhu rata-rata 2-4oC dan pulau Sumatera

menjadi wilayah yang memiliki kemungkinan terjadi kenaikan suhu tertinggi yaitu

40C (BAPPENAS, 2010). Selanjutnya, tinggi muka air laut mengalami kenaikan

yang berisiko terhadap penurunan kualitas kehidupan di pesisir pantai. Kenaikan

rata-rata tinggi muka laut pada abad ke-20 tercatat sebesar 1,7 mm per tahun secara

global, namun kenaikan tersebut tidak terjadi secara seragam. Bagi Indonesia yang

diapit oleh Samudera Hindia dan Pasifik, kenaikan tinggi muka laut yang tidak

Page 8: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

40

seragam dapat berpengaruh pada pola arus laut. Selain perubahan terhadap pola

arus, kenaikan tinggi muka laut yang tidak seragam juga meningkatkan potensi

terjadinya erosi, perubahan garis pantai, mereduksi wetland (lahan basah) di

sepanjang pantai, dan meningkatkan laju intrusi air laut terhadap akuifer daerah

pantai.

Perubahan iklim juga mempengaruhi kenaikan intensitas kejadian El Nino

dan La Nina yang normalnya terjadi 5-7 tahun dengan adanya perubahan iklim

menjadi lebih sering 3-5 tahun (Dirjen PPI, 2016). Hal ini juga mempengaruhi

muka laut dalam jangka waktu yang pendek. Pada saat terjadi El Nino permukaan

air laut di perairan Indonesia mengalami penurunan sebaliknya pada saat La Nina

permukaan air laut mengalami kenaikan. Sedangkan banjir pada musim tertentu

dalam kurun waktu musiman yang mempengaruhi muka laut dalam jangka pendek,

di mana terjadi penambahan runoff dari sungai menuju ke laut dan menambah

ketinggian muka laut (BAPPENAS, 2010). Fenomena ini khususnya El Nino

memberikan dampak lanjutan berupa kejadian kebakaran lahan dan hutan yang

menjadi permasalahan di berbagai wilayah di Indonesia (Direktorat Jendral

Pengendalian Perubahan Iklim, 2017).

2.2.2 Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Wilayah Pesisir

Menurut Undang-undang Nomor 01 tahun 2014, wilayah pesisir adalah

daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan

di darat dan laut. Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke

arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam

air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan

perembesan air asin, sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut

yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti

sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia

di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Apabila ditinjau dari garis

pantai, maka wilayah pesisir mempunyai dua macam batas yaitu batas yang sejajar

garis pantai dan batas yang tegak lurus garis pantai. Untuk kepentingan

pengelolaan, batas ke arah darat suatu wilayah pesisir ditetapkan dalam dua macam,

yaitu wilayah perencanaan dan batas untuk wilayah pengaturan atau pengelolaan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

41

keseharian. Batas wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan

di mana terdapat kegiatan manusia yang dapat menimbulkan dampak secara nyata

terhadap lingkungan dan sumber daya di wilayah pesisir dan lautan, sehingga batas

wilayah perencanaan lebih luas dari wilayah pengaturan. Sehingga dalam suatu

wilayah pesisir terdapat satu atau lebih ekosistem dan sumber daya pesisir.

Ekosistem pesisir dapat bersifat alami ataupun buatan (man-made). Ekosistem

alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah terumbu karang (coral

reefs), hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir, formasi pes-caprea, formasi

baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain

berupa tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri,

kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman menurut Dahuri, Rais, Ginting dan

Sitepu (2001) dalam Hajrah (2016).

Pengaruh perubahan iklim di Indonesia sangat berpengaruh terhadap

masyarakat yang tinggal atau bermukim di wilayah pesisir yaitu sekitar 65 persen

penduduk Indonesia yaitu baik tinggal di kota pesisir yang padat penduduk maupun

masyarakat desa nelayan (World Bank, 2010). Dalam Dokumen Rencana Aksi

Nasional Adaptasi Dampak Perubahan Iklim/RAN-API (2014) bahwa curah hujan

yang berlebih dapat mengakibatkan kejadian banjir dan longsor, namun sebaliknya

curah hujan yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan kekeringan dan ketersediaan

air yang berkurang. Kejadian banjir akan merugikan wilayah pemukiman,

perkotaan dan pertanian, kejadian longsor akan merugikan kawasan pemukiman

yang terjal (BAPPENAS, 2014). Perubahan iklim global akan berpengaruh

terhadap kawasan urban di mana sebagian besar populasi dunia tinggal. Populasi

penduduk perkotaan terbesar kebanyakan terletak di daerah pantai, lereng, jurang,

permukiman sempadan sungai, dan daerah rawan risiko bencana lainnya. Lebih dari

90 persen kematian yang berhubungan dengan perubahan iklim terjadi pada tempat

sebagian besar orang miskin hidup dan bermukim. Mereka menempati permukiman

informal dengan kondisi rumah kurang baik, kekurangan air, buruknya drainase,

dan pelayanan publik lainnya. Jumlah masyarakat miskin ini setengah dari populasi

dunia, dengan kondisi tidak mampu beradaptasi pada perubahan iklim akibat

ketidakmampuan perekonomian untuk meminimalkan risiko, misalnya

Page 10: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

42

mengasuransikan diri terhadap risiko perubahan iklim atau membeli alat

mengondisikan udara (Wicaksono, A., Ariyanti, R. V., dan Eng, M, 2012).

2.2.3 Ketahanan Terhadap Perubahan Iklim

Pada dasarnya ketahanan terhadap perubahan iklim dapat dilakukan

dengan cara mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim. Risiko iklim yang

dapat meningkatkan intensitas terjadinya bencana dampak perubahan iklim sendiri

seperti banjir, longsor, dan penyakit epidemi seperti DBD akibat suhu dan

lingkungan yang mendukung koloni nyamuk mudah untuk berkembang biak

(Mukhlis, Putri, dan Purnawaty, 2011). Adapun ketahanan menurut RAN-API

(2014) berupa perubahan yang besar dapat membuat suatu sistem tetap berjalan

tanpa mengubah kondisi sebelumnya baik sistem sosial maupun ekologi untuk

menyerap gangguan, sementara sistem tetap mempertahankan struktur dan

fungsinya. Ketahanan terhadap perubahan iklim terlebih pada kawasan informal

pesisir teluk perkotaan termasuk pada ketahanan wilayah khusus yang artinya

ketahanan merujuk pada kemampuan wilayah yang menghadapi ancaman

perubahan yang khusus untuk bertahan dan pulih pada saat terjadi gangguan dengan

karakteristik wilayah masing-masing.

Adaptasi, daya adaptasi terhadap perubahan iklim adalah kemampuan

suatu sistem untuk menyesuaikan diri dari perubahan iklim (termasuk di dalamnya

variabilitas iklim dan variabilitas ekstrem) dengan cara mengurangi kerusakan yang

ditimbulkan, mengambil manfaat atau mengatasi perubahan dengan segala

akibatnya. Sedangkan dampak perubahan iklim adalah akibat yang ditimbulkan dari

proses perubahan iklim terhadap alam dan manusia, seperti terjadinya banjir rob di

pesisir akibat kenaikan permukaan air laut. Dengan demikian adaptasi terhadap

perubahan iklim merupakan strategi yang diperlukan pada semua skala untuk

meringankan usaha mitigasi. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak strategi

adaptasi dapat memberikan manfaat baik dalam penyelesaian jangka pendek dan

maupun jangka panjang, namun masih ada keterbatasan dalam implementasi dan

keefektifannya. Hal ini disebabkan daya adaptasi yang berbeda-beda berdasarkan

daerah, negara, maupun kelompok sosial-ekonomi (BAPPENAS, 2014).

Page 11: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

43

Mitigasi perubahan iklim pada dasarnya adalah tindakan aktif untuk

mencegah atau memperlambat terjadinya perubahan iklim (Dirjen Pengendalian

Perubahan Iklim, 2017), dalam kata lainnya usaha menekan penyebab perubahan

iklim, seperti gas rumah kaca dan lainnya agar risiko terjadinya perubahan iklim

dapat dikurangi atau dicegah. Contoh upaya mitigasi dalam upaya mengurangi

dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air antara lain; Teknologi

Modifikasi Cuaca (TMC) dengan penaburan material semai (seeding agent) berupa

powder atau flare, usaha rehabilitasi waduk dan embung, alokasi air melalui operasi

waduk pola kering, pembangunan jaringan irigasi, penghijauan lahan kritis dan

sosialisasi gerakan hemat air, peningkatan keandalan sumber air baku, peningkatan

pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA), pengembangan teknologi

pengolahan air tepat guna, pembangunan dan rehabilitasi waduk dan embung serta

pembangunan jaringan irigasi.

2.3 Ketahanan Kota

Isitlah ketahanan ini muncul pada bidang ekologi tahun 1970-an, yang

didefinisikan untuk menggambarkan kapasitas suatu sistem untuk dipelihara atau

memulihkan fungsionalitas jika terjadi gangguan. Ketahanan (resilience)

merupakan suatu kondisi dari kemampuan suatu sistem dan bagian-bagian

komponen lainnya untuk mengantisipasi, menyerap, mengakomodasi, atau

memulihkan dari berbagai efek yang ditimbulkan atas kejadian yang tidak

diinginkan secara efektif dan efisien, termasuk upaya-upaya yang memastikan

adanya pelestarian, pemulihan, atau perbaikan struktur dan fungsi yang mendasar

menurut Laporan IPCC (2012) dalam Sekilas tentang Perubahan Iklim (2005).

2.3.1 Konsep Ketahanan Kota

Konsep ketahanan tersebut berlaku untuk kota, karena berdasarkan

dokumen City Resilience Framework (2014) ketahanan kota adalah suatu sistem

yang kompleks dan terus beradaptasi dengan perubahan keadaan fisik lingkungan

dan sosial kependudukannya. Gagasan ulet kota menjadi relevan secara konseptual

Page 12: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

44

ketika tekanan kronis atau guncangan tiba-tiba mengancam dengan gangguan yang

meluas atau keruntuhan sistem fisik atau sosial (Bhoite, et al., 2014).

Dalam konteks kota, ketahanan telah membantu untuk menjembatani

kesenjangan antara pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim. Hal

itu berseberangan dengan manajemen risiko bencana tradisional, yang didasarkan

pada penilaian risiko yang berkaitan dengan bahaya tertentu. Sebaliknya, kota

menerima kemungkinan bahwa berbagai macam peristiwa yang mengganggu baik

tekanan maupun guncangan yang mungkin terjadi dan tidak bisa selalu terprediksi.

Fokus ketahanan pada peningkatan kinerja suatu sistem dalam menghadapi

berbagai bahaya, bukan mencegah atau mengurangi hilangnya aset karena kejadian

tertentu. Berbagai kota di seluruh dunia sedang menghadapi berbagai jenis

tantangan yang terus bertambah dan berkembang di abad ke-21 ini. Mulai dari

dampak dari perubahan iklim (climate change), pertumbuhan jumlah pendatang,

infrastruktur yang kurang memadai, wabah penyakit, sampai dengan serangan

cyber (Bhoite, et al., 2014).

Dalam hal ini, konsep ketahanan akan membantu kota untuk beradaptasi,

berubah ke arah yang lebih baik, dan mempersiapkan diri dalam menghadapi segala

tantangan tersebut. 100 Resilient Cities (100RC) mendefinisikan ‘Ketahanan Kota’

sebagai “kapasitas individu, masyarakat, institusi, bisnis, dan sistem dari sebuah

kota untuk bisa bertahan, beradaptasi, dan tumbuh terhadap tekanan (stress) yang

terus menerus dan guncangan (shock) besar yang dihadapi” (ARUP, 2015). Konsep

ketahanan kota ini seiring berjalan dengan Undang-undang No.26 Tahun 2007

Tentang Penataan Ruang yang menjelaskan bahwa menyelenggarakan penataan

ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif

dan berkelanjutan, berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional yang

dengan terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif

terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang (Departemen Pekerjaan Umum,

2007).

Berdasarkan City Resilience Framework (2014) sebagai proses

membangun ketahanan kota, perlu untuk melihat, menelaah, dan mempelajari kota

secara menyeluruh (holistik) dengan cara memahami sistem yang bekerja dan

membentuk kota tersebut, hubungan keterkaitan yang dimiliki sistem tersebut, serta

Page 13: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

45

risiko yang mungkin dihadapinya. Dengan memperkuat sistem-sistem tersebut serta

memahami potensi tekanan (stress) dan guncangan (shock) yang akan dihadapi.

Adapun tekanan atau guncangan dalam konteks ketahanan kota adalah :

• Tekanan (Stresses): Fenomena yang terjadi terus-menerus (kronis) dan

melemahkan kemampuan penduduk kota dan/atau aset kota untuk berfungsi dan

menyediakan kebutuhan dasar. Seperti: Tingginya tingkat pengangguran,

tingginya pajak dan sistem transportasi publik yang tidak memadai, kekerasan

sosial, dan kurangnya suplai makanan dan air bersih.

• Guncangan (Shocks): Kejadian yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba dan

berpotensi untuk mengakibatkan korban jiwa dan/atau kerusakan besar pada aset

kota. Seperti: Gempa bumi, banjir bandang, penyebaran wabah penyakit, dan

serangan teroris.

Tantangan yang dihadapi oleh sebuah kota tentunya tidak hanya berupa

satu macam tekanan dan/atau guncangan saja. Banyak kota di dunia yang

menghadapi kombinasi dari tantangan-tantangan tersebut yang berakibat pada

melemahnya ketahanan kota. Pada akhirnya, tidak cukup jika hanya memahami

berbagai sistem yang bekerja di dalam kota. Untuk membangun ‘ketahanan kota’,

sistem-sistem tersebut harus dirancang agar berfungsi sedemikian rupa agar mampu

merespons dan beradaptasi dengan lebih baik terhadap segala tekanan dan

guncangan (ARUP, 2015).

2.3.2 Konsep Ketahanan Iklim Kota

Konsep ketahanan iklim kota pada urban climate resilience planning

framework/UCRPF yang merupakan salah satu bagian dari program ACCCRN

yang didukung oleh the rockefeller foundation. Fokus dari ketahanan iklim kota

terbagi menjadi 4 (empat) yaitu urban systems, urban agents, urban institutions,

dan exposure to climate change sehingga UCRPF ini membantu dalam menemukan

dan menypesifikkan siapa yang berperan dalam membangun ketahanan iklim kota.

Elemen kunci dalam membangun ketahanan iklim kota adalah dengan mengenali

sistem yang tidak stabil sehingga dapat meningkatkan kerentanan dari dampak

perubahan iklim, meningkatkan kapasitas agen sosial untuk mengakses sistem

perkotaan dan untuk membangun respons yang adaptif, serta mengembalikan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

46

fungsi dari institusi yang dapat menguatkan sistem perkotaan dan membangun

kapasitas agen (Moench, et al., 2011).

Karakteristik ketahanan pada sistem perkotaan yaitu, robust, redudancy,

learn, sedangkan urban agent responsif, resourceful and capacity to learn dan

intitusi right and enttilement, decision making, information, proses for learning and

change (Moench, et al., 2011). Berikut karakteristik ketahanan pada ketahanan

iklim kota yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Sumber: (Moench, et al., 2011)

GAMBAR 2.2

ELEMEN PADA KONSEP KETAHANAN IKLIM KOTA

System, sistem perkotaan menurut Little (2002) dalam MacClune dan

Stapleton (2012) meliputi infrastruktur dan ekosistem yang mendukung pekerjaan

dan kegiatan ekonomi pada area perkotaan di Indonesia, dan sangat penting untuk

menciptakan suasana yang produktif sebagai pusat penghidupan di perkotaan.

Khususnya, sistem inti atau "kritis" sangat penting untuk fungsi perkotaan.

Kegagalan mereka dapat dengan serius membahayakan kesejahteraan di seluruh

daerah yang terkena dampak, dan menghalangi aktivitas ekonomi tingkat tinggi

hingga fungsinya dipulihkan. Sistem ini termasuk pada persediaan air, persediaan

makanan dan ekosistem yang mendukung, serta energi, transportasi, tempat tinggal

dan komunikasi, dengan sistem yang elastis yaitu:

• Flexibility dan diversity : kemampuan untuk melakukan tugas-tugas penting di

bawah berbagai macam kondisi. Aset dan fungsi utama adalah didistribusikan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

47

secara fisik sehingga mereka tidak semua dipengaruhi oleh peristiwa tertentu

pada satu waktu (keragaman spasial) dan ada banyak cara untuk memenuhi

kebutuhan yang diberikan (keanekaragaman fungsional).

• Redundancy dan/atau Modularity : kapasitas cadangan tersedia untuk situasi

darurat; ada beberapa jalur dan beragam opsi untuk pemberian layanan; dan/atau

berinteraksi komponen tersusun dari bagian yang serupa itu dapat saling

menggantikan jika satu, atau bahkan banyak, gagal. Redundansi juga didukung

oleh kehadiran stok buffer dalam sistem itu dapat mengompensasi jika aliran

terganggu (misalkan, pasokan air atau makanan lokal untuk menyangga impor).

• Safe Failure : kemampuan menyerap guncangan yang tiba-tiba (termasuk yang

melebihi desain ambang batas) atau efek kumulatif stres lambat dengan cara

yang menghindari kegagalan katastropik. Kerusakan yang aman juga mengacu

pada saling ketergantungan dari berbagai sistem itu saling mendukung;

kegagalan dalam satu struktur atau tautan tidak mungkin menghasilkan kaskade

dampak di seluruh sistem lain.

Agent adalah aktor di lingkungan perkotaan. Mereka termasuk individu

(misalnya, petani, konsumen); rumah tangga (sebagai unit untuk konsumsi, sosial

reproduksi, pendidikan, akumulasi modal); dan organisasi sektor swasta dan publik

(pemerintah departemen atau biro, perusahaan swasta, organisasi masyarakat).

Kapasitas kunci yang berkontribusi ketahanan agen termasuk (Gunderson dan

Holling, 2002; Diduck, 2010) dalam MacClune dan Stapleton (2012) sebagai

berikut:

• Responsiveness : kapasitas untuk mengatur dan mengatur ulang untuk

membangun fungsi, struktur dan ketertiban dasar secara tepat waktu dalam

menanggapi kejadian/pristiwa yang mengganggu atau kegagalan organisasi.

• Resourcefullness : kapasitas untuk mengidentifikasi dan mengantisipasi

masalah, menetapkan prioritas, dan memobilisasi sumber daya untuk bertindak.

Ini termasuk kapasitas untuk memvisualisasikan dan merencanakan, yang

mungkin membutuhkan kolaborasi, dan kemampuan untuk mengakses sumber

daya keuangan dan lainnya.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

48

• Capacity to Learn : kemampuan untuk mempelajari keterampilan baru,

menginternalisasi pengalaman masa lalu, menghindari pengulangan kegagalan

dan berinovasi untuk meningkatkan kinerja.

Institution adalah aturan atau konvensi itu membatasi perilaku manusia

dan pertukaran sosial dan transaksi ekonomi. Institusi mungkin formal atau

informal dan diciptakan untuk mengurangi ketidakpastian, untuk menjaga

kontinuitas sosial pola dan tatanan sosial, dan untuk menstabilkan bentuk interaksi

manusia dengan cara yang lebih mudah diprediksi. Kelembagaan karakteristik yang

mendukung ketahanan meliputi:

• Access : Hapus hak dan hak untuk digunakan sumber daya utama atau akses

sistem perkotaan.

• Decision making : Transparan, akuntabel dan pengambilan keputusan yang

responsif, khususnya dalam kaitannya dengan pembangunan perkotaan dan

sistem manajemen perkotaan.

• Information : Fasilitasi generasi, pertukaran dan penerapan pengetahuan baru.

Rumah tangga pribadi, bisnis dan lainnya agen pembuat keputusan harus

memiliki akses siap untuk akurat dan bermakna informasi untuk memungkinkan

penilaian tentang risiko dan kerentanan, untuk menilai pilihan adaptasi.

Exposure to climate change, Terminologi ketahanan, keterpaparan dan

kerentanan adalah banyak digunakan di beberapa bidang terkait, tetapi dengan

sedikit konsistensi atau konsensus tentang definisi menurut Berkes (2007);

Gallopin, (2006); dan Klein et al., (2003) dalam MacClune dan Stapleton (2012).

Sistem ketahanan rendah intrinsik rentan terhadap stres dan syok, jadi dalam hal ini

akal meningkatkan ketahanan mengurangi kerentanan menurut Folke (2006) dalam

MacClune dan Stapleton (2012). Namun, kedua konsep ini berbeda asal-usul dan

penelitian yang diterbitkan: ketahanan telah muncul dari perspektif ilmiah biofisik

positif, sementara kerentanan telah dijelaskan terutama dari seorang konstruktif

ilmu sosial dan kerangka kerja ekologi politik menurut Miller et al., (2010) dalam

MacClune dan Stapleton (2012).

Kerentanan dianggap memiliki makna hanya terkait dengan bahaya

tertentu menurut Klein et al. (2003) dalam Moench et al. (2011). Penduduk gunung

tidak rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Kerentanan untuk banjir

Page 17: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

49

melibatkan penilaian berbagai faktor dari yang dinilai rentan terhadap gempa. Oleh

perbandingan, ketahanan dipandang sebagai sesuatu yang intrinsik atau muncul

fitur sistem sosial-ekologis yang kompleks Folke (2006) dalam MacClune dan

Stapleton (2012). Ketahanan hanya terwujud melalui paparan stres atau guncangan,

dan dalam pemulihan atau reorganisasi selanjutnya periode, tetapi karakter latennya

ada dalam suatu sistem terlepas dari paparan itu.

Marginalisasi memaksakan kapasitas dan hambatan kelembagaan untuk

adaptasi, tetapi penting untuk mengenali itu tergantung pada lokal konteksnya,

kelompok sosial lain mungkin lebih rentan daripada orang miskin karena

keterpaparan mereka (contoh: perumahan pesisir, rumah gunung bisa terbakar) atau

karena rumah mereka ketergantungan yang lebih besar pada sistem kritis (contoh:

listrik untuk pompa lubang bor). Beberapa tekanan terbesar di perkotaan area dari

perubahan iklim cenderung tidak langsung, tambahan atau keduanya. Mereka akan

muncul sebagai akibat dari perubahan jauh yang diterjemahkan ke daerah perkotaan

melalui sistem yang saling terkait sebagai hasil dari pasar global, penawaran rantai

dan ketergantungan pada ekosistem terpencil atau lebih luas jaringan infrastruktur.

Ini menyarankan lagi sementara itu hubungan tidak langsung seperti itu mungkin

terlewatkan dalam kerentanan penilaian, mereka dapat dikelola melalui ketahanan

bangunan menurut Tompkins dan Adger, (2004) dan Walker et al. (2002) dalam

MacClune dan Stapleton (2012).

2.3.3 Dimensi/Elemen pada Ketahanan Kota

Berbagai kriteria di atas diturunkan menjadi beberapa dimensi atau elemen

yang dapat memudahkan dalam menerapkan konsep ketahanan kota yang dimaksud

oleh City Resilience Framework (2015) sebagai berikut:

• Health & Wellbeing, memenuhi kebutuhan dasar, baik kesehatan maupun

hal lainnya berupa kemudahan akses pelayanan dasar yang dibutuhkan

setiap masyarakat. Mendukung mata pencaharian dan pekerjaan berupa

pelatihan dan upaya yang dapat menjamin ketersediaan kebutuhan

masyarakat.

• Economy & Sociecty, mendorong terjadinya kohesif yaitu keterlibatan

komunitas, dengan jaringan sosial dan integrasi yang baik mendorong

Page 18: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

50

warga untuk bisa terlibat aktif dalam perencanaan dan pembuatan

keputusan. Mendapatkan jaminan hukum, preventif atas tindak kriminalitas,

dan tindakan diluar normatif hukum yang berlaku serta manajemen ekonomi

kota yang baik.

• Infrastructure & Environment, memperbaiki dan memberikan

perlindungan baik secara alami dan juga buatan oleh manusia melalui

infrastruktur, efektivitas perencanaan guna lahan dan regulasi. Konservasi

lingkungan menjaga ekosistem perkotaan yang masuk dalam manajemen

kota yang baik. Memiliki dan melakukan manajemen ekosistem dan

infrastruktur serta rencana kontijensi. Komunikasi dan mobilisasi yang

ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti menerapkan transportasi

publik.

• Leadership & Strategy, tata kelola pemerintahan yang baik, terjalinnya

pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha. Berbagai pemangku

kepentingan dapat merumuskan keputusan secara bersama. Pendidikan

untuk semua, akses terhadap informasi dan ilmu pengetahuan mudah

diakses oleh masyarakat maupun organisasi untuk mengambil keputusan.

Adapun konsep ketahanan yang dimaksud oleh Coastal Community

Resilience (2008) terbagi menjadi 8 (delapan) elemen ketahanan yaitu :

• Tata Kelola, tata kelola adalah proses pemangku kepentingan yaitu

lembaga, organisasi, komunitas, atau kelompok orang dan pemerintah

dengan sebuah mandat atau dengan tujuan yang sama membuat keputusan

yang mengarahkan upaya kolektif mereka. Tata kelola yang baik adalah

tentang mencapai hasil yang diinginkan dan mencapainya dengan cara yang

benar, dalam memenuhi hukum dan kebijakan dan dibentuk oleh norma dan

nilai budaya dari lembaga, organisasi, atau masyarakat.

• Sosial dan Ekonomi, Kekuatan ekonomi dan keragaman mata pencaharian

sangat mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri

dari bencana, mempercepat proses pemulihan, dan menyesuaikan diri

dengan perubahan yang membuat mereka tidak rentan dikemudian hari

meskipun adanya perubahan di ekologi pantai, kesehatan, hukum, kerangka

kerja tata pemerintahan, atau program tanggap bencana, perbaikan atau

Page 19: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

51

penurunan mata pencaharian seseorang yang secara langsung berdampak

pada ketahanan.

• Sumber Daya Pesisir, sumber daya pesisir menyediakan banyak layanan

berharga dan berkelanjutan bagi masyarakat. Hal ini mencakup antara lain,

sumber makanan yang dapat diandalkan, pembangunan ekonomi melalui

penggunaan sumber daya yang dapat diandalkan seperti bakau, transportasi,

perlindungan dari bahaya pantai seperti badai, banjir, tsunami, erosi, polusi,

DSB.), konservasi keanekaragaman hayati (faktor ketahanan ekologi dan

sumber manfaat dari pariwisata berbasis alam dan obat-obatan baru), dan

gaya hidup yang menyenangkan. Sumber daya pesisir melindungi sumber

dari "bahan bakar" bagi ketahanan masyarakat dalam hal makanan, sumber

ekonomi, kualitas lingkungan yang merupakan inti dari budaya dan gaya

hidup, dan perlindungan dari kekuatan alam.

• Struktur Desain dan Guna Lahan, dengan mengarahkan lahan tertentu

menjauh dari daerah yang rawan bencana dan mendorong pengembangan

mereka di lokasi yang kurang membahayakan, sebuah komunitas bisa

mengurangi risiko bagi individu dan mata pencaharian mereka. Akan tetapi,

jika jenis pengembangan tertentu terjadi di daerah yang rawan, desain

struktural dapat menjadi cara yang efektif untuk menyerap kejutan bahaya

pantai. Misalnya, dengan meninggikan bangunan di pesisir dan

menggunakan teknik pembangunan dan bahan bangunan yang tepat,

komunitas dapat sangat mengurangi dampak potensial tsunami dan

penyebab banjir di pesisir. Penggunaan lahan yang efektif oleh manajemen

dan struktur yang dirancang dengan baik juga memungkinkan masyarakat

pulih lebih cepat setelah peristiwa bencana. Selain itu, adanya rencana

penggunaan tanah dan kebijakan yang mengatasi berbagai kerentanan

penting yang diidentifikasi melalui pemeriksaan risiko dapat mempercepat

pemulihan. Misalnya, memiliki kebijakan untuk pembuangan sampah

sebelum bencana terjadi dapat turut mencegah dampak sekunder terhadap

sumber daya alam seperti lahan basah dan hutan bakau.

• Pengetahuan Risiko, pengetahuan terhadap risiko adalah landasan untuk

membangun sebuah komunitas tangguh. Komunitas tidak dapat memetakan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

52

jalannya menuju ketahanan jika tidak mengetahui terlebih dahulu apa yang

dipertaruhkan. Pengetahuan menyeluruh tentang risiko terhadap berbagai

bahaya yang dihadapi masyarakat memungkinkan penyesuaian untuk

menghilangkan atau mengurangi dampak dari bahaya. Hal ini juga

memungkinkan sebuah komunitas untuk lebih mudah meredam guncangan

yang berhubungan dengan bahaya-bahaya dan bangkit kembali lebih cepat

setelah peristiwa bahaya.

• Sistem Peringatan dan Evakuasi, sistem peringatan dan prosedur

evakuasi memberi masyarakat kesempatan untuk secara signifikan

mengurangi risiko dengan mengambil tindakan cepat untuk mengurangi

dampak dari peristiwa bahaya. Tanggapan yang efektif terhadap peristiwa

bahaya yang akan datang dan dapat mengurangi dampak bahaya dengan

menyingkirkan orang-orang dari tempat-tempat berbahaya.

• Tanggap Darurat, tanggap darurat yang efektif memungkinkan

masyarakat pesisir yang tangguh untuk meredam guncangan akibat

bencana. Rencana dan mekanisme tanggap darurat juga menjadi dasar bagi

masyarakat untuk cepat pulih dari dampak bencana. Pada saat terjadi

bencana, prosedur tanggap darurat yang efektif dapat mengurangi korban

jiwa dan turut mengurangi waktu dan investasi yang dibutuhkan masyarakat

untuk pulih.

• Pemulihan Bencana, pemulihan bencana merupakan unsur penting karena

memberikan jendela berharga bagi masyarakat untuk belajar dari

pengalaman bencana dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko.

Periode terjadinya bencana segera menyediakan banyak kesempatan untuk

menerapkan strategi guna mengurangi dampak bencana di masa depan,

khususnya ketika peran politik tetap kuat. Jika proses pemulihan bencana

berhasil dalam membangun ketahanan masyarakat, harus mengambil

pendekatan holistik dengan memasukkan praktik baik dari unsur-unsur

penting lainnya di Coastal Commuity Resilience dan mengintegrasikan

sepenuhnya berbagai bidang manajemen bencana, pengembangan

masyarakat, dan manajemen sumber daya pesisir. Jika proses ini hanya

terpusat dan kegiatan pemulihan tidak dikoordinasikan di tiga bidang ini,

Page 21: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

53

proses pemulihan bencana dapat mengakibatkan komunitas yang lebih

rentan dan kurang bertahan dari sebelumnya.

2.3.4 Pendekatan 7 (tujuh) Karakteristik Ketahanan Kota

Pendekatan yang dilakukan oleh ARUP yang didukung oleh The

Rockefeller Foundation telah menyusun kerangka ketahanan kota pada dokumen

City Resilience Framework (2015), berdasarkan hasil riset puluhan tahun tentang

sistem ketahanan (resilient systems) yang mengidentifikasi 7 (tujuh) karakteristik

yang harus ada pada suatu kota untuk membangun ketahanan, yaitu:

• Reflective kemampuan kota untuk belajar dan mengantisipasi tantangan dari

pengalaman yang telah dilalui sebelumnya sehingga mampu menghasilkan suatu

strategi ketahanan yang lebih komprehensif.

• Resourceful kemampuan kota untuk menghadapi tantangan dengan berbagai

sumber daya sehingga tidak hanya bertopang pada 1 (satu) sumber daya saja.

• Robust kemampuan kota untuk merencanakan strategi kota yang lebih

menyeluruh sehingga tantangan yang dihadapi oleh kota tidak akan

mempengaruhi kehidupan berkota.

• Redundant kemampuan kota untuk bangkit dari tantangan yang dihadapi karena

telah memiliki kapasitas cadangan dalam menyelesaikan akibat dari tantangan

tersebut.

• Flexible kemampuan kota untuk menghadapi tantangan dengan memiliki

strategi alternatif ketika dihadapkan dengan tantangan.

• Inclusive kemampuan kota untuk menghadapi tantangan karena berhasil

melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders).

• Integrated kemampuan kota untuk menghadapi tantangan karena semua sistem

kehidupan berkota telah mampu terintegrasi dengan baik sehingga tantangan

yang dihadapi tidak memberikan efek yang besar terhadap kehidupan berkota.

2.3.5 Indikator yang membentuk Ketahanan Kota

Ketahanan pada umumnya dilihat sebagai konsep yang lebih luas

dibandingkan kapasitas seperti kerentanan, ketahanan sangat kompleks dan

memiliki banyak sisi. Berbagai unsur atau lapisan ketahanan dibutuhkan untuk

Page 22: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

54

menghadapi berbagai jenis dan stres berat. Pada dasarnya ketahanan suatu kota

dapat berhasil apabila sistem suatu kota yang kompleks dapat beradaptasi dari

berbagai perubahan yang terjadi pada fisik lingkungan dan sosial kependudukannya

(Bhoite, et al., 2014). Menurut City Resilience Framework (2015) yang

mengindikasikan bahwa kota tersebut berketahanan apabila terpenuhinya indikator-

indikator ketahanan kota yang dapat dilihat pada Tabel II.1.

TABEL II.1

INDIKATOR YANG MEMBENTUK KETAHANAN KOTA MENURUT

CITY RESILIENCE FRAMEWORK

Indikator

No Kriteria Sub Kriteria Parameter

1 Kesehatan dan

Kesejahteraan

Pengurangan

Kerentanan

Manusia

• Kemampuan memiliki rumah yang aman

• Pemenuhan kebutuhan energi yang cukup

• Akses yang inklusif dalam memenuhi

kebutuhan air minum

• Sanitasi yang efektif

• Kemampuan penyediaan pangan yang baik

Beragam

Penghidupan

Dan Pekerjaan

• Kebijakan yang inklusif bagi buruh

• Kemampuan dan keahlian yang relevan

• Pembangunan bisnis dinamika lokal dan

inovasi

• Mekanisme pembiayaan yang mendukung

• Pekerjaan yang dapat beradaptasi

Perlindungan

Yang Efektif

Bagi

Kesehatan Dan

Kehidupan

Manusia

• Memiliki strategi yang baik dalam

merencanakan sistem kesehatan publik

• Akses kesehatan

• Kesiapan penanganan kesehatan darurat

• Pelayanan yang efektif pada keadaan darurat

2 Sosial dan Ekonomi

Identitas

Kolektif Dan

Dukungan

Masyarakat

• Dukungan masyarakat lokal

• Masyarakat yang kohesif

• Kota yang kental akan identitas dan budaya

• Keterlibatan aktif masyarakat

Pengamanan

Menyeluruh

Dan

Penegakan

Aturan Hukum

• Sistem yang efektif dalam menangani

masalah

• Proaktif terhadap tindak korupsi

• Kebijakan yang kompeten

• Penegakan hukum dan keadilan yang handal

Ekonomi

Berkelanjutan

• Manajemen pembiayaan publik yang baik

• Komprehensif perencanaan bisnis yang

berkelanjutan

• Basis ekonomi yang beraneka ragam

• Ekonomi bisnis yang berkelanjutan

• Integrasi yang kuat antara ekonomi regional

dan global

Page 23: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

55

Indikator

No Kriteria Sub Kriteria Parameter

3 Infrastruktur dan

Lingkungan

Pengurangan

Paparan dan

Kerapuhan

• Pemetaan keterpaparan pada bahaya secara

menyeluruh

• Kesesuaian kode, standar dan

penyelenggaraan

• Ekosistem terkelola dengan efektif

• Infrastruktur perlindungan yang kokoh

Efektivitas

Penyediaan

Pelayanan

Kritis

• Layanan infrastruktur yang efektif

• Mempertahankan kapasitas cadangan

• Mempertahankan kapasitas cadangan dan

kontinuitas

• Kelanjutan yang memadai untuk aset dan jasa

penting

Mobilitas

Yang Handal

dan

Komunikasi

• Jaringan transportasi yang beragam dan

terjangkau

• Operasi transportasi dan pemeliharaan yang

efektif

• Teknologi komunikasi yang andal

• Jaringan teknologi yang aman

4 Strategi dan

Kepemimpinan

Efektif

Kepemimpinan

dan

Manajemen

• Keputusan pemerintah yang sesuai

• Sistem koordinasi dengan pemerintah yang

efektif

• Proaktif berbagai pemangku kepentingan

yang berkolaborasi

• Pemantauan bahaya dan penilaian risiko yang

komprehensif

• Manajemen darurat oleh pemerintah yang

komprehensif

Pemberdayaan

Pemangku

Kepentingan

• Terpenuhinya pendidikan untuk semua

• Tersebar edukasi tentang kesiapsiagaan dan

kesadaran masyarakat

• Efektivitas mekanisme untuk masyarakat

dapat terlibat dengan pemerintah

Integrasi

Rencana

Pembangunan

• Monitoring dan manajemen kota yang

komprehensif

• Proses perencanaan yang konsultatif

• Kesesuaian zonasi dan guna lahan

• Kuatnya proses penetapan perencanaan Sumber: (The Rockefeller Foundation & ARUP, 2015)

Menurut Climate Disaster Resilience Index (2009) masyarakat yang

tinggal di pesisir kota jauh lebih rentan terhadap perubahan iklim terutama bagi

mereka yang tinggal di pemukiman informal. Ada 5 (lima) Indikator utama yang

membentuk konsep ketahanan (SHAW, 2009) yang dapat dilihat pada Tabel II.2.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

56

TABEL II.2

INDIKATOR YANG MEMBENTUK KETAHANAN KOTA MENURUT

CLIMATE DISASTER RESILIENCE INDEX

No Indikator

Kriteria Sub Kriteria

1 Fisik Listrik, penyediaan air, sanitasi, pembuangan limbah padat, jalan

penghubung internal, perumahan dan guna lahan

2 Sosial Modal masyarakat, sistem peringatan dan evakuasi

Keadaan kesehatan, pendidikan dan pengetahuan, modal sosial;

3 Ekonomi Pendapatan, pekerjaan, aset rumah tangga, akses pelayanan keuangan,

tabungan dan asuransi, anggaran dan subsidi

4 Institusi Institusi internal dan rencana pembangunan, efektifitas institusi internal,

institusi eksternal dan hubungan, koordinasi dan hubungan institusi

5 Alam Intensitas bahaya dan frekuensi bahaya

Sumber: (Razafindrabe, Parvin, Surjan, Takeuchi, dan Shaw, 2009)

Konsep ketahanan adalah inti dari pemahaman tentang kerentanan area

perkotaan. Kesanggupan masyarakat untuk beradaptasi sewaktu ada bahaya.

Integritas melakukannya dengan melawan atau berubah agar dapat mencapai dan

mempertahankan tingkat fungsi dan struktur yang diterima. Kemampuan manusia

untuk mengantisipasi dan merencanakan masa depan lebih kuat dari pada

kemampuan untuk memulihkan diri. Manusia bergantung pada kemampuan untuk

bertahan hidup. Kota yang tangguh adalah kota yang sanggup mempertahankan

kelangsungan hidupnya melalui berbagai masalah dan peristiwa yang mengancam,

merusak, atau berupaya menghancurkannya (prasad, et al., 2009). Menurut Coastal

Community Resilience ketahanan masyarakat sebagai seberapa baik hal itu

dipersiapkan dan dapat menanggapi bencana alam (U.S. Indian Ocean Tsunami

Warning System Program, 2007). Indikator yang dapat membentuk ketahanan yang

dimaksud dapat dilihat pada Tabel II.3.

TABEL II.3

INDIKATOR YANG MEMBENTUK KETAHANAN KOTA MENURUT

COASTAL COMMUNITY RESILIENCE

No Indikator

Kriteria Sub Kriteria

1 Sosial dan

Ekonomi

Kebijakan dan rencana pembangunan membangun modal sosial dan

keterampilan untuk keragaman ekonomi dan kemandirian diri.

Perekonomian lokal dicirikan dengan penghidupan yang beragam dan

ramah lingkungan yang berkelanjutan.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

57

No Indikator

Kriteria Sub Kriteria

Jaringan sosial dan budaya mempromosikan komunitas yang mandiri dan

memiliki kemampuan untuk menyediakan dukungan bagi kawasan-

kawasan yang terkena bencana.

Sumber-sumber teknis dan keuangan tersedia untuk mempromosikan

perekonomian yang stabil dan kuat, mengurangi kerentanan terhadap

bahaya, dan bantuan dalam pemulihan bencana

2

Manajemen

Sumber daya

Pesisir

Kebijakan dan rencana diimplementasikan dan dimonitor untuk secara

efektif mengelola sumber daya alam pesisir.

Habitat pesisir yang sensitif, ekosistem, dan unsur-unsur alam dilindungi

dan dijaga untuk mengurangi risiko bahaya pesisir.

Masyarakat secara aktif terlibat dalam perencanaan dan menerapkan

kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir. Masyarakat dan pemerintah

setempat menghargai dan berinvestasi dalam pengelolaan dan konservasi

untuk mempertahankan sumber daya alam mereka.

3

Guna Lahan

dan Desain

Struktur

Peraturan dan standar penggunaan tanah yang menyertakan langkah-

langkah untuk mengurangi risiko dari bahaya dan melindungi habitat yang

sensitif ditetapkan, diawasi dan ditegakkan.

Infrastruktur kritis yang terletak di luar daerah berisiko tinggi dan

dibangun untuk mengatasi risiko dari bahaya prioritas. Para pengembang

dan masyarakat memasukkan pengurangan risiko ke dalam lokasi dan

desain bangunan.

Program pendidikan, program penyuluhan, dan pelatihan dibentuk untuk

meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan penggunaan tanah dan

standar pembangunan.

4 Pengetahuan

Risiko

Penilaian risiko bahaya pesisir diselesaikan pada skala yang sesuai dengan

masyarakat dan diperbarui secara rutin. Penilaian risiko pesisir bersifat

menyeluruh dan memasukkan risiko terhadap semua unsur ketahanan

(misalnya mata pencaharian, sumber daya pantai, penggunaan lahan, dan

sebagainya).

Masyarakat berpartisipasi dalam proses penilaian risiko.

Informasi dari penilaian risiko dapat diakses dan digunakan oleh

masyarakat dan pemerintah.

5 Peringatan

dan Evakuasi

Sistem peringatan masyarakat dan sistem evakuasi, kebijakan, rencana,

dan prosedur sedang dibuat dan mampu memperingatkan penduduk yang

rentan secara tepat pada waktunya.

Peringatan masyarakat dan infrastruktur evakuasi sudah di tempat dan

dipelihara.

Masyarakat siap menanggapi peringatan bahaya dengan tindakan yang

pantas.

Sumber teknis dan keuangan tersedia untuk mempertahankan dan

meningkatkan sistem peringatan dan evakuasi.

6 Tanggap

Darurat

Peran dan tanggung jawab yang telah ditentukan ditetapkan di tetapkan

untuk segera bertindak di semua tingkatan

Layanan darurat dan bantuan dasar tersedia.

Kegiatan persiapan (latihan dan simulasi) terus berlangsung untuk melatih

dan mendidik responden.

Organisasi dan sukarelawan ditetapkan dengan sumber teknis dan

keuangan untuk mendukung kegiatan tanggap darurat.

7 Pemulihan

Bencana

Rencana pemulihan bencana telah ditetapkan bahwa keprihatinan

ekonomi, lingkungan, dan sosial dari masyarakat.

Proses pemulihan bencana dimonitor, dievaluasi, dan diperbaiki pada

selang waktu tertentu.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

58

No Indikator

Kriteria Sub Kriteria

Mekanisme koordinasi di tingkat internasional, nasional, dan lokal sudah

ditetapkan untuk pemulihan bencana.

Sumber-sumber teknis dan keuangan tersedia untuk mendukung proses

pemulihan. Sumber: (U.S. IOTWS, 2007)

Ketahanan dapat didefinisikan sebagai fungsi yang menunjukkan

kemampuan untuk mempertahankan tingkat fungsionalitas atau kinerja yang

diberikan untuk sebuah bangunan, jembatan, jaringan garis kehidupan, atau

komunitas, selama periode yang didefinisikan sebagai waktu kontrol. Waktu

kontrol biasanya diputuskan dengan membangun para pemilik atau masyarakat,

misalnya, dan bertepatan dengan siklus hidup atau jangka hidup bangunan atau

sistem lainnya yang diharapkan. Ketahanan didefinisikan secara grafis sebagai

daerah yang diarsir normal di bawah fungsi suatu sistem (C.S. Renschler, et al.,

2010).

2.4 Sintesis Literatur

Sintesis literatur ini bertujuan untuk mengerucutkan kembali hasil dari

berbagai referensi dan sumber yang diambil oleh penulis yang akan digunakan

dalam penelitian yang dilakukan nanti sebagai teori pendukung dalam melakukan

pengambilan data interpretasi terhadap berbagai temuan di lapangan. Berikut

penjabaran literatur yang digunakan dalam bab hasil dan pembahasan yang dapat

dilihat pada Tabel II.4.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

59

TABEL II.4

TAHAP IDENTIFIKASI INDIKATOR KETAHANAN

Literatur Sumber Teori Variabel

Konsep

Ketahanan

City Resilience

Framework/ARUP

(2015)

Ketahanan kota adalah suatu sistem yang

kompleks dan terus beradaptasi dengan

perubahan keadaan fisik lingkungan dan

sosial kependudukannya. Gagasan ulet kota

menjadi relevan secara konseptual ketika

tekanan kronis atau guncangan tiba-tiba

mengancam gangguan yang meluas atau

keruntuhan sistem fisik atau sosial.

Pendekatan:

• Reflective

• Resourceful

• Robust

• Redundant

• Felxible

• Inclusive

• Intergrated

Variabel :

• Kesehatan dan

Kesejahteraan

• Sosial dan Ekonomi

• Infrastruktur dan

Lingkungan

• Strategi dan

Kepemimpinan

100 Resilient

Cities (2016)

Ketahanan Kota sebagai kapasitas individu,

masyarakat, institusi, bisnis, dan sistem

dari sebuah kota untuk bisa bertahan,

beradaptasi, dan tumbuh terhadap tekanan

(stress) yang terus menerus dan guncangan

(shock) besar yang dihadapi.

Climate Disaster

Resilience Index

(2009)

Ketahanan masyarakat adalah kesanggupan

masyarakat untuk beradaptasi sewaktu ada

bahaya yang tangguh dapat menahan

guncangan dan membangun kembali

dirinya. Manusia bergantung pada

kemampuan untuk bertahan hidup dan

sebagai masyarakat pesisir yang memiliki

kerentanan tertinggi dari dampak

perubahan iklim perlu memiliki ketahanan

yang baik.

Variabel:

• Fisik

• Sosial

• Ekonomi

• Institusi

• Alam

Coastal

Community

Resilience (2007)

Konsep Ketahanan pada sisi masyarakat

mendefinisikan ketahanan dari

mempertahankan kepentingan bisnis atau

mendukung populasi yang rentan untuk

melestarikan ciri khas sejarah dari bencana

dan juga ancaman.

Variabel :

• Tata Kelola

• Sosial dan Ekonomi

• Sumber Daya

Pesisir

• Struktur Desain dan

Guna Lahan

• Penilaian Bahaya

• Sistem Peringatan

dan Evakuasi

• Tanggap Darurat

• Pemulihan Bencana

RAN-API (2014)

Ketahanan berupa perubahan yang besar

dapat membuat suatu sistem tetap berjalan

tanpa mengubah kondisi sebelumnya baik

sistem sosial maupun ekologi untuk

menyerap gangguan, sementara sistem

tetap mempertahankan struktur dan

fungsinya. Ketahanan terhadap perubahan

iklim pada kawasan informal masuk ke

dalam ketahanan wilayah khusus.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

60

Literatur Sumber Teori Variabel

Intergovermental

Panel on Climate

Change/ IPCC

(2012)

Ketahanan (resilience) merupakan suatu

kondisi dari kemampuan suatu sistem dan

bagian-bagian komponen lainnya untuk

mengantisipasi, menyerap,

mengakomodasi, atau memulihkan dari

berbagai efek yang ditimbulkan atas

kejadian yang tidak diinginkan secara

efektif dan efisien, termasuk upaya-upaya

yang memastikan adanya pelestarian,

pemulihan, atau perbaikan struktur dan

fungsi yang mendasar.

Ketahanan

Iklim Kota

Urban Climate

Resilience

Framework/UCRF

(2011)

dari ketahanan iklim kota terbagi menjadi 4

(empat) yaitu urban systems, urban agents,

urban institutions, dan exposure to climate

change sehingga UCRPF ini membantu

dalam menemukan dan menspesifikan

siapa yang berperan dalam membangun

ketahanan iklim kota.

• System

• Agent

• Institution

• Exprosure climate

change and

Vulnerability

Perubahan

Iklim

United Nations

Framework

Covention on

Climate Change

(1922)

Perubahan iklim yang dimaksud adalah

adanya perubahan terhadap iklim baik

secara langsung atau tidak langsung

berkaitan dengan kegiatan manusia yang

mengubah komposisi atmosfer global dan

yang merupakan tambahan atas perubahan

iklim alami yang diamati selama periode

waktu yang sebanding.

• Peningkatan Suhu

Global

• Curah Hujan yang

Fluktuatif

• Mencari Es di

Kutub

• Kejadian Cuaca

Ekstrem Meningkat

• Kenaikan Muka Air

Laut

• 30 tahun biasa

dilakukan

Pemerintah

Indonesia untuk

membandingkan

suhu, curah hujan ,

dan angin dalam

melihat variasi atau

anomali

iklim/perubahan

iklim.

Climate Change

and The Role of

Forest (2010)

Perubahan pola cuaca normal di seluruh

dunia selama periode waktu yang panjang,

berpuluh-puluh tahun atau jauh lebih lama

lagi dengan suhu rata-rata bumi secara

perlahan mengalami peningkatan selama

100 tahun terakhir

Indonesia Climate

Sectoral

Roadmap/ICCSR

(2010)

Perubahan iklim adalah suatu fenomena

yang dapat mempengaruhi kehidupan kita

mulai dari persediaan air, persediaan

makanan, kesehatan, pekerjaan dan

pembangunan, serta hutan dan

keanekaragaman hayati. Pola hujan dan

cuaca panas dan dingin terus berubah akan

berdampak serius bagi kehidupan manusia.

Adaptasi

dan

Mitigasi

Perubahan

Iklim

Ditjen PPI (2016)

Adaptasi, daya adaptasi terhadap perubahan

iklim adalah kemampuan suatu sistem

untuk menyesuaikan diri dari perubahan

iklim (termasuk di dalamnya variabilitas

iklim dan variabilitas ekstrem) dengan cara

mengurangi kerusakan yang ditimbulkan,

mengambil manfaat atau mengatasi

perubahan dengan segala akibatnya dan

Mitigasi perubahan iklim pada dasarnya

adalah tindakan aktif untuk mencegah atau

memperlambat terjadinya perubahan iklim.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

61

Literatur Sumber Teori Variabel

Dampak

Perubahan

Iklim

World Bank

(2010)

Dampak perubahan iklim dapat

mengakibatkan kenaikan temperatur yang

terlalu tinggi, curah hujan tinggi, kenaikan

permukaan air laut, penurunan ketahanan

pangan, keanekaragaman bahari berkurang.

• Banjir

• Longsor

• Erosi

• Abrasi

• Kekeringan

• Longsor

• Kekurangan Air

Bersih

• Ketersediaan

Pangan Berkurang

baik hasil Laut

Maupun Darat

Ditjen PPI (2016)

Dampak perubahan iklim mempengaruhi

kenaikan intensitas El Nino dan La Nina

sehingga permukaan air laut Indonesia

mengalami kenaikan dan penurunan,

dampak lain bisa terjadi kebakaran hutan,

erosi, abrasi yang dapat mengubah garis

pantai secara signifikan.

RAN-API (2014)

Dampak perubahan iklim dapat

mengakibatkan meningkatnya kejadian

banjir, longsor, kekeringan dan

ketersediaan air yang kurang. Akan

berdampak langsung maupun tidak

langsung.

Kawasan

Informal

Louis Wirth

(1938) dalam

Alsyayyd dan Roy

(2004)

Kawasan informal sering kita jumpai pada

kawasan perkotaan yang padat penduduk,

Louis Wirth (1938) dalam AlSayyad dan

Roy (2004) menyebutkan bahwa ada suatu

fenomena yang bernama urbanism yang

telah menjadi cara sebuah kota bekerja.

Mereka melihat bahwa apa yang terjadi

pada salah satu hal yang terjadi dalam

urbanism ini adalah proses bertahan hidup

(survival mechanism) di kota yang

dilakukan oleh para penghuninya.

• Kepadatan

Penduduk Tinggi

• Tempat Tinggal

Informal

• Mata Pencaharian

Informal

• Pemukiman Kumuh

dan Liar

Roy (2005) dan

Hamid Shirvani

(1984)

Kawasan informal tumbuh saat sektor

formal tidak mampu untuk memenuhi

kebutuhan orang-orang di kawasan

tersebut, keberagaman serta jumlah orang

yang hadir di tempat-tempat tersebut

memperlihatkan social equity yang

disebutkan oleh Hamid Shirvani (1984) dan

Roy (2005) menyebutkan bahwa ternyata

penduduk di permukiman “kumuh” (slum)

di Haravi juga memproduksi barang untuk

pasar global.

Hart (1973)

Pada sektor informal dijelaskan bahwa

terdapat dua macam sektor informal dalam

memperoleh penghasilan yaitu pencaharian

sah dan tidak sah.

Primer dan

Sekunder:

• Pertanian dan

Perkebunan yang

Berorientasi Pasar

• Kontraktor

Bangunan

• Usaha Tersier

dengan Modal

Relatif Besar

Seperti Perumahan,

Transportasi,

Usaha-usaha untuk

kepentingan umum

lain

Page 30: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

62

Literatur Sumber Teori Variabel

• Distribusi kecil-

kecilan seperti

Perdagangan Pasar,

Pedagang

Kelontongan,

Pedagang Asongan,

Transaksi Pribadi

Seperti Peminjam

dan Pengemis

• Jasa lainnya seperti

Pengamen,

Penyemir Sepatu,

Tukang Cukur, dan

Pembuang Sampah.

• Mata Pencaharian

yang tidak sah

seperti pencuri,

perampok,

pemalsuan, pejudi,

dan pasar gelap.

Kawasan

Pesisir

UU No 01 tahun

2014

Wilayah pesisir adalah daerah peralihan

antara ekosistem darat dan laut yang

dipengaruhi oleh perubahan di darat dan

laut.

2.5 Sintesis Variabel

Indikator-indikator yang berkaitan dengan ketahanan banyak

dikemukakan oleh para ahli, para peneliti dan organisasi sebelumnya yang sudah

dijelaskan di atas dan dapat berbeda pandangan karena memiliki sudut pandangnya

sendiri-sendiri yang mungkin menyesuaikan studi kasus dalam penyusunan konsep

ketahanan tersebut melihat ciri atau karakteristik suatu wilayah ataupun kota

berbeda-beda di dunia. Indikator-indikator tersebut memiliki kesamaan tujuan yaitu

mewujudkan suatu ketahanan terhadap sesuatu yang mengancam baik tegangan

maupun guncangan yang terjadi. Indikator-indikator tersebut yang nantinya akan

dilakukan sintesis penelitian dan dijadikan indikator dalam penelitian ini khususnya

untuk menyasar sasaran ketiga. Indikator-indikator tersebut tidak semua dipilih

harus sesuai dengan kondisi masyarakat dan lingkungan yang relevan di wilayah

penelitian. Indikator yang terpilih harus mempresentasikan lingkup yang akan

dinilai. Hasil sintesis berupa faktor yang mempengaruhi ketahanan yang dipilih

sesuai dengan keadaan masyarakat. Dalam penentuan indikator dilakukan dalam

tiga tahapan yaitu identifikasi, verifikasi, dan penetapan indikator.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

63

2.5.1 Identifikasi Indikator Ketahanan

Mengidentifikasi indikator ketahanan iklim kota berdasarkan referensi

yang digunakan sebagai acuan dalam memperoleh data dan analisis pada bab hasil

dan pembahasan berdasarkan hasil identifikasi indikator yang dapat dilihat pada

Tabel II.5.

TABEL II.5

TAHAP IDENTIFIKASI INDIKATOR KETAHANAN

No Indikator Sumber

A B D

1 Tata Kelola √

2 Kesehatan dan Kesejahteraan √

3 Sosial dan Ekonomi √ √

4 Infrastruktur dan Lingkungan √

5 Strategi dan Kepemimpinan √

6 Fisik √

7 Sosial √

8 Ekonomi √

9 Institusi √

10 Alam √

11 Manajemen Sumber daya pesisir √

12 Guna Lahan dan Desain Struktur √

13 Pengetahuan Risiko √

14 Peringatan dan Evakuasi √

15 Tanggap darurat √

16 Pemulihan Bencana √ Sumber : A. City Resilience Framework (2015) B. Climate Disaster Resilience Index (2009) C.

Coastal Community Resilience (2007).

Tabel II.5 di atas merupakan tabel yang memuat indikator yang dapat

membentuk suatu ketahanan dari tiga sumber yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada beberapa indikator yang memiliki

kesamaan dari beberapa sumber sehingga diperlukan tahap verifikasi untuk

menentukan faktor yang akan digunakan dalam penelitian.

2.5.2 Verifikasi Indikator Ketahanan

Berdasarkan indikator ketahanan teridentifikasi di atas tidak seluruhnya

sesuai dengan penelitian ini dan terdapat indikator yang memiliki kesamaan. Maka

dari itu tidak semua indikator digunakan pada penelitian ini. Indikator yang telah

terkumpul diverifikasi dan justifikasi berdasarkan alasan mengenai pemilihan

Page 32: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

64

indikator yang sesuai. Berikut penjabaran mengenai pemilihan indikator ketahanan

yang akan digunakan dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada Tabel II.6.

TABEL II.6

VERIFIKASI INDIKATOR JUSTIFIKASI

No. Kriteria Verifikasi Justifikasi

1 Tata Kelola Diambil

Tata kelola menjadi aspek penting yang ada

dalam mengurusi penyediaan , pelayanan,

koordinasi dan urusan keorganisasian dalam

membentuk sistem ketahanan yang ideal

2 Kesehatan Dan

Kesejahteraan

Dilebur ke dalam

Sosial dan

Ekonomi

Kesehatan dan kesejahteraan termasuk tujuan

yang ada di aspek sosial dan ekonomi

3 Sosial Dan

Ekonomi Diambil

Sosial dan ekonomi menjadi kriteria yang

penting yang harus dikaji dalam membangun

ketahanan

4 Infrastruktur

Dan Lingkungan

Dilebur ke dalam

Fisik Dan

Lingkungan

Infrastruktur dan lingkungan masuk ke dalam

fisik dan lingkungan

5 Strategi Dan

Kepemimpinan

Dilebur ke dalam

Tata Kelola

Strategi dan kepemimpinan dapat dilakukan ke

dalam fungsi tata kelola

6 Fisik

Digabung dengan

Fisik dan

Lingkungan

Fisik masuk ke dalam kriteria fisik dan

lingkungan yang lebih kompleks

7 Sosial Diambil dan lebur

bersama Ekonomi

Sosial menjadi aspek penting yang ada dalam

mengurusi penyediaan, pelayanan, koordinasi

dan urusan keorganisasian dalam membentuk

sistem ketahanan yang ideal

8 Ekonomi Diambil dan lebur

bersama Sosial

Ekonomi menjadi aspek yang bisa menaungi

urusan perekonomian dan pendapatan

masyarakat ketahanan finansial

9 Institusi

Dilebur ke dalam

Strategi dan

Kepemimpinan

pada Tata Kelola

Institusi dapat dilakukan ke dalam fungsi tata

kelola sebagai integrasi institusi yang berperan

dalam meningkatkan ketahanan

10 Alam

Dilebur ke dalam

Lingkungan pada

Fisik Dan

Lingkungan

Alam masuk ke dalam fisik dan lingkungan

yang jauh lebih kompleks.

11

Manajemen

Sumber Daya

Pesisir

Dilebur ke dalam

Tata Kelola

Manajemen sumber daya pesisir dapat

dilakukan ke dalam fungsi tata kelola

12

Guna Lahan

Dan Desain

Struktur

Dilebur ke dalam

Fisik Dan

Lingkungan

Guna lahan dan desain struktur masuk dalam

bagian fisik dan lingkungan

13 Pengetahuan

Risiko

Dilebur ke dalam

Sosial dan

Ekonomi

Pengetahuan risiko menjadi salah satu muatan

yang harus dimiliki masyarakat sehingga masuk

ke dalam aspek sosial

Page 33: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

65

No. Kriteria Verifikasi Justifikasi

14 Peringatan Dan

Evakuasi

Dilebur ke dalam

Tata Kelola

Peringatan dan evakuasi dapat dilakukan ke

dalam fungsi tata kelola yang berkaitan

langsung dengan manajemen bencana

15 Tanggap

Darurat

Dilebur ke dalam

Tata Kelola

Tanggap darurat kesiapan dari seluruh elemen

dalam manajemen bencana

16 Pemulihan

Bencana

Dilebur ke dalam

Tata Kelola

Pemulihan bencana dapat dilakukan ke dalam

fungsi tata kelola kesiapan stakeholders dalam

menangani persoalan paska bencana

2.5.3 Penetapan Indikator Ketahanan Kota

Berdasarkan tahapan penetapan verifikasi indikator di atas maka tahap

selanjutnya adalah tahap penetapan indikator. Dari tabel verifikasi di atas maka

terbentuklah 4 (empat) kriteria dan 25 sub kriteria yang menjadi indikator dalam

pembentuk ketahanan dan solusi yang sesuai dengan lokasi penelitian. Berikut

penjabaran dari penetapan indikator ketahanan kota yang telah ditetapkan dapat

dilihat pada Tabel II.7.

TABEL II.7

PENETAPAN INDIKATOR KETAHANAN KOTA

No Kriteria Sub Kriteria Justifikasi

1

Sosial

dan

Ekonomi

Kesehatan dan

Kesejahteraan

Memenuhi kebutuhan dasar, baik kesehatan maupun hal

lainnya untuk mendapatkan kemudahan akses pelayanan

dasar yang dibutuhkan setiap masyarakat dalam

pemenuhan kebutuhannya. Mendukung mata pencaharian

dan pekerjaan berupa pelatihan dan upaya yang dapat

menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat.

Memastikan pelayanan kesehatan dan fasilitas pendukung

untuk kepentingan umum dan masyarakat.

Pengetahuan

Risiko

Pengetahuan terhadap risiko adalah landasan untuk

membangun sebuah komunitas tangguh. Komunitas tidak

dapat memetakan jalannya menuju ketahanan jika tidak

mengetahui terlebih dahulu apa yang dipertaruhkan.

Pengetahuan menyeluruh tentang risiko terhadap berbagai

bahaya yang dihadapi masyarakat memungkinkan

penyesuaian untuk menghilangkan atau mengurangi

dampak dari bahaya. Hal ini juga memungkinkan sebuah

komunitas untuk lebih mudah meredam guncangan yang

berhubungan dengan bahaya-bahaya dan bangkit kembali

lebih cepat setelah peristiwa bahaya.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

66

No Kriteria Sub Kriteria Justifikasi

2

Fisik dan

Lingkung

an

Infrastruktur

dan

Lingkungan/Ala

m

Memperbaiki dan memberikan perlindungan baik secara

alami dan juga buatan manusia melalui infrastruktur,

efektivitas dari perencanaan guna lahan dan regulasi.

Konservasi lingkungan menjaga ekosistem perkotaan yang

masuk ke dalam manajemen kota yang baik. Memiliki dan

melakukan manajemen ekosistem dan infrastruktur serta

rencana kontijensi. Komunikasi dan mobilisasi yang ramah

lingkungan dan berkelanjutan seperti menerapkan

transportasi publik.

Guna Lahan dan

Desain Struktur

Baik penerapan manajemen lahan dan desain struktural

adalah elemen penting coastal commuity resilience karena

ketika diterapkan secara efektif, hal itu memungkinkan

masyarakat untuk menyerap guncangan tsunami dan

bahaya pantai lainnya. Dengan mengarahkan lahan tertentu

menjauh dari daerah yang rawan bencana dan mendorong

pengembangan mereka di lokasi yang kurang

membahayakan, sebuah komunitas bisa mengurangi risiko

bagi individu dan mata pencaharian mereka.

3 Tata

Kelola

Strategi dan

Kepemimpinan

Tata kelola pemerintahan yang baik, terjalinnya

pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha. Berbagai

pemangku kepentingan dapat merumuskan keputusan

secara bersama. Pendidikan untuk semua, akses terhadap

informasi dan ilmu pengetahuan mudah diakses oleh

masyarakat maupun organisasi untuk mengambil

keputusan. Tujuan yang mencakup keseluruhan

berdasarkan data sehingga strategi atau rencana seharusnya

bisa terintegrasi lintas sektor sehingga guna lahan bisa

mengakomodasi berbagai kepentingan dan menyelesaikan

permasalahan serta dapat mengurangi bahkan

menghapuskan berbagai dampak yang muncul dari

pembangunan tersebut.

Manajemen

Sumber daya

pesisir

Sumber daya pesisir menyediakan banyak layanan

berharga dan berkelanjutan bagi masyarakat. Hal ini

mencakup, antara lain, sumber makanan yang dapat

diandalkan, pembangunan ekonomi melalui penggunaan

sumber daya yang dapat diandalkan seperti bakau,

transportasi, perlindungan dari bahaya pantai seperti badai,

banjir, tsunami, erosi, polusi, dsb.).

Peringatan dan

Evakuasi

Sistem peringatan dan prosedur evakuasi memberi

masyarakat kesempatan untuk secara signifikan

mengurangi risiko dengan mengambil tindakan cepat

untuk mengurangi dampak dari peristiwa bahaya.

Tanggapan yang efektif terhadap peristiwa bahaya yang

akan datang dan dapat mengurangi dampak bahaya dengan

menyingkirkan orang-orang dari tempat-tempat berbahaya.

Tanggap darurat

Tanggap darurat yang efektif memungkinkan masyarakat

pesisir yang tangguh untuk meredam guncangan akibat

bencana. Rencana dan mekanisme tanggap darurat juga

menjadi dasar bagi masyarakat untuk cepat pulih dari

dampak bencana. Pada saat terjadi bencana, prosedur

tanggap darurat yang efektif dapat mengurangi korban

jiwa dan turut mengurangi waktu dan investasi yang

dibutuhkan masyarakat untuk pulih

Pemulihan

Bencana

Pemulihan bencana merupakan unsur penting dari coastal

commuity resilience karena memberikan jendela berharga

bagi masyarakat untuk belajar dari pengalaman bencana

Page 35: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

67

No Kriteria Sub Kriteria Justifikasi

dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko. Periode

terjadinya bencana segera menyediakan banyak

kesempatan untuk menerapkan strategi guna mengurangi

dampak bencana di masa depan, khususnya ketika peran

politik tetap kuat. Jika proses pemulihan bencana berhasil

dalam membangun ketahanan masyarakat.

2.6 Metode Analisis Faktor

Analisis Faktor adalah salah satu teknik analisis statistik multivariat yang

berupaya untuk menghilangkan keragaman variabel yang direduksi dan

dikelompokkan ke dalam bentukan kelompok variabel baru yang saling berkorelasi

dan lebih ringkas/sedikit (disebut Faktor) tanpa kehilangan informasi yang berarti.

Selain sebagai hasil akhir, analisis ini sebagai langkah awal untuk analisis statistika

yang bersifat lebih besar atau lebih kompleks (Sawitri dan Maryati, 2014). Analisis

Faktor dapat dipandang sebagai perluasan analisis komponen utama yang pada

dasarnya bertujuan untuk mendapatkan sejumlah kecil faktor yang memiliki sifat :

1. Mampu menerangkan semaksimal mungkin keragaman data,

2. Faktor-faktor tersebut saling bebas, dan

3. Tiap-tiap faktor dapat diinterpretasikan.

Data yang digunakan interval atau ratio, dengan jumlah sampel besar yaitu

50-100 sampel. Input data yang digunakan ada dua jenis, yaitu :

1. Kovarian adalah data yang ada memiliki ukuran atau skala yang sama

2. Korelasi adalah data yang ada memiliki ukuran atau skala yang tidak sama.

Berdasarkan standar deviasi korelasi dilihat dari nilai diagonalnya yaitu satu,

sedangkan eigenvalue > 1 agar bisa digunakan untuk analisis. Penyusunan

matrix colleration dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Korelasi Matriks

Tingginya korelasi antar variabel mengindikasikan bahwa variabel dapat

dikelompokkan ke dalam sebuah variabel yang bersifat homogeny, nilai

determinannya yang mendekati nol.

b. Korelasi Parsial

Metode kedua adalah memeriksa korelasi parsial yaitu mencari korelasi

satu indikator dengan indikator lain dengan mengontrol indikator lain. Sign kurang

Page 36: BAB II LANDASAN TEORIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/... · 2020. 11. 4. · 33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Informal dan Karakteristiknya Kawasan informal sering

68

dari 0,05 (jika sign > 0,05 maka data tidak valid dan tidak dapat dilanjutkan untuk

melakukan analisis lebih lanjut).

3. Kaiser-Meyer Olkin (KMO) MSA

Metode KMO ini mengukur kecukupan sampling secara menyeluruh dan

mengukur kecukupan sampling untuk setiap indikator. Nilai Kiser Meyer Olkin

measure of sampling adequency (KMO) > 0,5 maka layak untuk dilakukan analisis

lebih lanjut dan datanya valid. Tetapi , apabila KMO < 0,5 maka data tidak valid

(Sawitri dan Maryati, 2014).

Analisis faktor pada dasarnya dapat dibedakan secara nyata menjadi dua

macam yaitu: 1. Analisis Komponen Utama atau Principal Component Analysis

(PCA) dan Analisis Faktor Konfirmatori atau Common Factor Analysis (CFA).

Pada penelitian ini menggunakan analisis kuadran utama yaitu suatu teknik

analisis faktor di mana beberapa faktor yang akan terbentuk berupa variabel laten

yang belum dapat ditentukan sebelum analisis dilakukan. Analisis kuadran utama

merupakan metode yang paling sederhana di dalam melakukan ekstraksi faktor.

Metode ini membentuk kombinasi linear dari indikator yang diobservasi. Analisis

ini bertujuan mentransformasi variabel lama menjadi variabel baru dengan konsep

yang digunakan adalah jarak Euclidian. Semisal variabel X1 , X2, .... XP (Variabel

Ketahanan). Berdasarkan variabel ini kombinasi linier baru atau faktor score yang

terbentuk adalah :

Z1 : a11X1 + a12X2 + .... a1pXp

Z2 : a21X1 + a22X2 + .... a2pXp

Zp : ap1X1 + ap2X2 + .... appXpp

Bobot dari (a) atau eigenvalue dipilih untuk memaksimalkan variansi rasio

Z1 terhadap total variansi. Tujuan dari analisis kuadran ini untuk menjelaskan

sebanyak mungkin total variansi dengan sedikit faktor (jumlah komponen utama <

dari pada jumlah variabel). Z diekstraksi sedemikian rupa sehingga komponen

utama pertama (Z1) menghitung jumlah variansi data terbesar yaitu sama dengan 1

(satu). Secara matematis dinotasikan sebagai var(Z1) ≥ var(Z2) ≥... ≥ var(Zp),

dimana var(Zi) adalah varians dari Zi dalam kumpulan data yang dipelajari. Nilai

dari Z tersebut merupakan titik koordinat ordinasi untuk diplot dalam sumbu

komponen utama yang diinginkan (Sawitri dan Maryati, 2014).