bab ii kajian pustaka a. pengertian analisisrepository.um-palembang.ac.id/id/eprint/10887/2...nabi...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Analisis
Analisis ialah sebuah cara dalam membagi suatu subjek ke dalam komponen-
komponen, meliputi melepaskan, menanggalkan, menguraikan sesuatu yang terikat
padu. Analisis merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penelitian, sebab kegiatan
menguraikan ini, yaitu memisah-misahkan sesuatu menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil di dalam suatu entitas dengan cara mengindetifikasi, membanding-bandingkan,
menemukan hubungan berdasarkan parameter tertentu adalah suatu upaya menguji
atau membuktikan kebenaran (Siswantoro, 2016:10).
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan,
dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya sebab, musibah duduk
perkaranya, dan sebagainya (Ismaiyati, 2016:9).
Berdasarkan definisi dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis yaitu
kemampuan penyelidikan terhadap suatu peristiwa dan menguraikannya secara
terperinci ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih kecil
sehingga struktur-strukturnya dapat dipahami.
B. Pengertian Nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lubis, 2015:963) nilai adalah sifat-
sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Kemudian menurut
Syarbaini dan Fatkhuri (2016:37), Nilai (Value) mengacau pada pertimbangan
terhadap suatu tindakan, benda, cara untuk mengambil keputusan apakah sesuatu
6
yang bernilai itu benar (mempunyai nilai kebenaran), indah (nilai keindahan/estetik)
dan religius (nilai ketuhanan).
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu
konsep, pandangan yang menimbulkan tanggapan emosional pada seseorang ketika
menilai sesuatu.
C. Macam-macam Nilai
Macam-macam nilai menurut Kosasih (2014:3) antara lain sebagai berikut.
a. Nilai Budaya
Berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya cipta manusia.
b. Nilai Moral
Nilai moral yang berkaitan dengan tata laku hubungan antara semua manusia
atau masyarakat.
c. Nilai Sosial
Nilai sosial berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi dasar
kehidupan manusia dan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan dapat disimpulkan bahwa macam-macam nilai
berkaitan dengan pemikiran seseorang dan kebiasaan tata laku dengan perbuatan baik
buruk manusia.
D. Pengertian Dakwah
Dakwah merupakan misi penyebaran Islam sepanjang sejarah dan sepanjang
zaman (Abdullah, 2018:2). Kemudian menurut (Hamka dalam Saputra, 2012:2)
“Dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang pada
7
dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada aktivitas yang
memerintahkan amar ma’ruf nahi munkar”.
Menurut Aziz (2015:9) Dakwah adalah Risalah terakhir yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Wahyu dari Allah yang tidak ada kebatilan
di dalamnya, baik di depan ataupun di belakang, dengan kalam-Nya yang bernilai
mukjizat, dan yang ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan dari Nabi SAW,
dengan sanad yang mutawatir, yang membacanya bernilai ibadah. Dakwah ibarat
lentera kehidupan, yang memberi cahaya dan menerangi hidup manusia dari nestapa
kegelapan. Taatkala manusia dilanda kegeseran spritural, dengan rapuhnya akhlak
dan keimanan, kerusuhan, kecurangan dan tindakan tercela lainnya, disebabkan
terkikisnya nilai-nilai agama dalam diri manusia. Tidak berlebihan jika dakwah
merupakan bagian yang cukup penting bagi umat manusia.
Berdasarkan definisi diatas dakwah ialah seruan panggilan untuk menganut
suatu pendirian dan kegiatan yang bersifat menyeru, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai Wahyu dari Allah yang tidak ada kebatilan di dalamnya,
baik di depan ataupun di belakang, mengajak dan memanggil orang-orang untuk
beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syariah, dan akhlak.
E. Nilai-nilai Dakwah
Dakwah ibarat lentera kehidupan, yang memberi cahaya dan menerangi hidup
manusia dari netapa kegelapan. Saat manusia dilanda kegersangan spritual, dengan
rapuhnya akhlak dan keimanan, dakwah diharapkan mampu memberi cahaya terang.
Maraknya berbagai kerusuhan, kecurangan dan tindakan tercela lainnya, disebabkan
8
terkikisnya nilai-nilai Islam dalam diri manusia. Tidak berlebihan jika dakwah
merupakan bagian terpenting untuk umat saat ini.
Nilai dakwah yang bersumber Alquran dan Hadits pada intinya mengandung
tiga prinsip, yaitu akidah, syariah, dan akhlak (Ali, 2013:199--345).
1. Akidah
Dalam pengertian teknis akidah ialah iman atau keyakinan. Akidah Islam
(Aqidah Islamiyah), ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran
Islam (Ali, 2016:199).
Akidah, yang meliputi 1) Keyakinan kepada Allah, 2) Keyakinan kepada
Malaikat-malaikat-Nya, 3) Keyakinan kepada kitab-kitab suci, 4) Keyakinan kepada
Nabi dan Rasul Allah, 5) Keyakinan kepada hari akhir, 6) Keyakinan kepada qadha-
qadhar (Ali 2013:201).
Kutipan yang menggambarkan tentang nilai-nilai akidah pada novel Ketika
Cahaya Berpijar karya Arif Ys.
“Orang tua Harun pun harus pasrah dengan keterangan batasan pemberian dan
takdir Tuhan. Mereka relakan orang yang mereka cintai untuk menjalani tugas
mulia sebagai guru agama di sebuah desa namun jauh dari tempat tinggalnya
(Arif, 2014:27).
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa kita sebagai manusia harus sabar
dan menerima atas pemberian takdir Tuhan yang harus kita jalani.
Kutipan yang menggambarkan tentang nilai-nilai akidah pada novel Ketika
Cahaya Berpijar karya Arif Ys.
“Ia bangun, mengambil wudhu, kemudian shalat malam dan membaca
Alquran sampai mengantuk. Teori ini mujarab dan baru kali ini ia tahu
kenyataan dari ilmu yang sudah tahunan ia dapatkan. Sebenarnya membaca
9
Alquran sudah biasa ia lakukan setiap ba‟da Magrib dan kadang Subuh,
namun bukan ketika ia galau ( Arif, 2014:60).
Dari kutipan tersebut Harun membuktikan bahwa shalat malam dan membaca
Alquran dapat menghilangkan kegelisahan hati terasa tenang, begitulah keyakinan
akidah yang dipegang teguh Harun selama ini.
Kutipan yang menggambarkan tentang nilai-nilai akidah pada novel Ketika
Cahaya Berpijar karya Arif Ys.
“Sebagai guru agama yang bertugas untuk berdakwah dan mensyiarkan agama
Allah, Harun memiliki tugas besar menyadarkan jiwa-jiwa yang gersang.
Selain bertugas mengajar di sekolah, ia juga bertugas mendidik masyarakat
agar selalu berpegang teguh kepada ajaran agama” (Arif, 2014:37).
Dari kutipan dijelaskan Harun mempunyai keyakinannya sangat kuat bahwa
Harun mempunyai tanggung jawab yang besar. Dalam mensyiarkan agama Allah,
kepada masyarakat yang banyak belum paham ajaran agama Allah SWT.
2. Syariah
Syariah (Syariat) secara harfiah ialah jalan yang harus dilalui oleh setiap
muslim (Ali, 2013:235). Namun dilihat dari segi ilmu hukum, syariah adalah norma
hukum dasar yang diwahyukan Allah, yang wajib diikuti oleh orang Islam, baik
dalam berhubungan dengan Allah maupun berhubungan dengan sesama manusia dan
benda dalam masyarakat (Ali, 2013:236).
Syariat dapat dibagi ke dalam dua bidang: (1) Ibadah, (2) Muamalah (Ali,
2013:242). Menurut ajaran Islam, ibadah dibagi dua: (a) Ibadah mahdah, yaitu ibadah
yang ketentuan pelaksanaanya telah ditetapkan Allah dan dijelaskan Rasulnya, seperti
sholat, haji, puasa dan zakat, (b) Ibadah ‘ammah, yaitu segala perbuatan yang
10
mendatangkan kebaikan kepada diri sendiri dan orang lain, dan dilaksanakan dengan
hati yang ikhlas karena Allah, seperti belajar, mencari nafkah, dan menolong orang
yang susah (Ali, 2013:242). Muamalah adalah ketetapan Tuhan yang langsung
berhubungan dengan kehidupan sosial manusia terbatas pada yang pokok-pokok saja
(Ali, 2013:243).
Kutipan yang menggambarkan tentang nilai-nilai syariah pada novel Ketika
Cahaya Berpijar karya Arif Ys.
“Harun baru saja menunaikan shalat Subuh. Songok masih bertengger di
kepalanya yang berambut pendek, dipotong ala bintang Hollywood, James
Bond 007. Sarung kotak-kotak kecil hijau keunguan melilit menutupi bagian
bawah tubuhnya, dari pusar hingga atas mata kaki. Baju koko warna krem
yang leher dan lengannya berbordir benang cokelat tua melekat menutup
tubuh bagian atasnya (Arif, 2014:23).
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Harun mengerjakan shalat Subuh
yang mana kita sebagai Umat Muslim harus wajib beribadah seperti shalat yang telah
diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, ini termasuk syariah hubungan
dengan Allah SWT.
Kutipan yang menggambarkan tentang nilai-nilai syariah pada novel Ketika
Cahaya Berpijar karya Arif Ys.
“Pak RW, maaf. Harun lihat anak-anak tidak ada kegiatan kalau malam.
Bagaimana kalau mereka diajari mengaji? Saya nanti yang mengajar mereka.”
Harun menatap wajah Pak RW menyampaikan usulan. Ternyata Pak RW
menyambut baik rencana Harun yang mulia itu. Ia sangat mendukung agar
anak-anak bisa terbimbing dan terarah (Arif, 2014:65).
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Harun mintak izin kepada Pak RW
ingin mengajar anak-anak mengaji agar anak-anak terbimbing dan terarah.
11
Kutipan yang menggambarkan tentang nilai-nilai syariah pada novel Ketika
Cahaya Berpijar karya Arif Ys.
“Setelah itu Harun ke kamar mandi. Cuci muka dan kaki, kemudian berwudhu
untuk shalat Asha. Belum selesai ia cuci kaki, terdengar azan Ashar
dikumandangkan. Ia kembali ke kamar, menggelar sajadah dan shalat Ashar”
(Arif, 2014:144).
Dari kutipan menjelaskan Harun yang baru datang ke rumahnya langsung
disambut oleh Ibunya, Harun pun langsung ke kamar mandi untuk bersih-bersih
kemudian berwudhu dan melaksanakan shalat Ashar dan tak lama dari situ azan
berkumandang.
3. Akhlak
Akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan
perbuatan, mungkin baik mungkin buruk (Ali, 2013:345).
Kutipan yang menggambarkan tentang nilai-nilai akhlak pada novel Ketika
Cahaya Berpijar karya Arif Ys.
“Gerakan tangannya berhenti saat menemukan surat yang dicari, Al Mulk.
Surat yang sering ia baca sesudah shalat Subuh. Suaranya bagus. Gaya
membacanya enak didengar. Ia membaca dengan tartil dan sesuai tajwid,
karena orang tuanya selalu menyuruhnya mengaji setiap malam (Arif,
2014:24).
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa Harun orang yang rajin sudah
terbiasa dilatih orang tuanya bahwa selain mengerjakan shalat dia juga harus
membaca Alquran setelah shalat Subuh, keadaan ini sudah melekat pada akhlak jiwa
perbuatan baik Harun.
Kutipan yang menggambarkan tentang nilai-nilai akhlak pada novel Ketika
Cahaya Berpijar karya Arif Ys.
12
“Ia merasakan tetesan air motivasi dalam dirinya setelah lama kekeringan.
Tenaganya telah pulih setelah lama kelelahan. Keyakinan tumbuh kembali
setelah lama menghilang dalam kebimbingan. Keberanian bangkit setelah
terkubur dalam ketakutan. Ia bertekad bahwa cahaya Tuhan harus tetap
bersinar (Arif, 2014:64).
Dari kutipan tersebut menjelaskan Harun yang telah termotivasi dalam dirinya
berkat dalam keyakinan yang tumbuh keberanian tekad yang ada dalam dirinya
bahwa cahaya Tuhan harus tetap bersinar, yang harus dilakukan Harun untuk
merubah keburukan di masyarakat untuk menjadi lebih baik itulah akhlak baik yang
melekat pada diri Harun.
Kutipan yang menggambarkan tentang nilai-nilai akhlak pada novel Ketika
Cahaya Berpijar karya Arif Ys.
“Ah tidak, saya justru senang kok kalau Dik Harun tinggal di sini. Rumah
Bapak ada tiga kamar. Saya punya anak dua laki semua. Mereka nanti biar
tidur di kamar tengah dan nanti Dik Harun bisa tinggal di kamar yang paling
ujung, “kata Pak RW sambil menunjuk kamar yang disebut” (Arif, 2014:21).
Dari kutipan ini menjelaskan tentang kebaikan akhlak Pak RW yang
mengizinkan Harun tinggal dirumahnya merelakan anaknya untuk tidur bersama demi
memberikan satu kamar kosong untuk Harun.
F. Media Dakwah
Media dakwah adalah media yang merupakan hasil temuan dan ciptaan
manusia, seperti mesin cetak, radio, telepon, televisi, dan komputer (Abdullah,
2018:146).
13
G. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah dapat dipahami sebagai cara dalam menyampaikan
pesan dakwah, khususnya dakwah bil-lisan (Abdullah, 2018:133).
H. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah untuk membentangkan jalan Allah di atas bumi agar
dilalui umat manusia (Abdullah, 2018:164). Lebih lanjut, tujuan dakwah sama
dengan tujuan diturunkannya agama Islam itu sendiri, yaitu sebagai rahmat bagi
seluruh alam.
I. Kajian Teori
1. Pengertian Novel
Novel adalah suatu cerita prosa fiktif dalam panjang yang tertentu, yang
melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang dalam suatu alur
atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut (Tarigan, 2015:167). Novel adalah
karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang
atau beberapa orang tokoh (Kosasih, 2014:60).
Novel tidak sekedar merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan
untuk dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang
padu, unsur-unsur itu adalah fakta, tema, dan sarana sastra. Fakta adalah meliputi
alur, latar, tokoh, dan penokohan dalam sebuah cerita rekaan. Sedangkan tema adalah
ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi ciptaan karya
sastra. Yang dimaksud sarana sastra adalah teknik yang digunakan pengarang untuk
14
memilih dan menyusun detail-detail cerita menjadi pola yang bermakna, sekaligus
merupakan unsur terpenting, yaitu tokoh utama, konflik utama dan tema utama.
Berdasarkan pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa novel adalah
lebih pendek dari roman dan cerpen, di dalam novel menceritakan tokoh utama dan
tokoh figuran, sedangkan cerita novel itu sendiri menyajikan berdasarkan pada alur
pokok dan suatu rangkaian yang panjang berdasarkan cerita berpusat dalam
kehidupan sesaat dan melatar belakangi tempat tokoh-tokoh.
2. Jenis-jenis Novel
Pembagian novel menurut Lubis dalam Tarigan (2015:170), novel dapat
digolongkan menjadi lima macam, yaitu novel avontur, novel psikologis, novel
detektif, novel social dan politik, dan novel kolektif.
1) Novel Avontur
Novel yang dipusatkan pada lakon/pemeran utama. Pengalaman lakon mulai
pada titik A, dan melalui pengalaman-pengalaman yang lain (titik b,a,d, dan
seterusnya) hingga ke titik z, yang merupakan akhir cerita.
2) Novel Psikologis
Novel yang perhatian tidak ditunjukan pada avontur yang berturut-turut terjadi
(baik avontur lahir maupun rohani), tetapi lebih diutamakan pemeriksaan seluruhnya
dari semua pikiran-pikiran para pelaku dari A, B, C, D, E, dan seterusnya.
3) Novel Detektif
Novel detektif merupakan sebuah clue atau tanda bukti, baik dalam rupa
maupun tanda-tanda lain, dan menunjukkan jalan mencapai penyelesaian cerita.
15
Untuk membongkar rahasia kejahatan dalam novel detektif, tentu dibutuhkan bukti-
bukti agar dapat menangkap si pembunuh, dan sebagainya.
4) Novel Sosial dan Novel Politik
Dalam novel ini pelaku pria dan wanita tenggelam dalam masyarakat, kelas,
atau golongannya. Bentuk novel sosial yang paling sederhana, misalnya kelas kaum
buruh, kaum majikan, atau kapitalis.
5) Novel Kolektif
Novel kolektif inilah yang paling sulit, seperti juga dalam roman kolektif,
individu sebagai pelaku tidak dipentingkan, tetapi hal ini lebih tajam lagi dalam novel
kolektif.
Novel kolektif tidak selalu terutama membawa “cerita”, tetapi lebih
mengutamakan cerita masyarakat sebagai suatu totalitas, suatu keseluruhan. Novel
seperti ini mencampurkan pandangan-pandangan antropologis dan sosiologis dengan
cara mengarang novel atau roman.
Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa novel yang di analisis
tersebut adalah kebanyakan termasuk kedalam novel psikologis.
3. Ciri-ciri Novel
Menurut (Kosasih, 2014:60), ciri-ciri novel adalah sebagai berikut:
a. Alur lebih rumit dan lebih panjang. Ditandai oleh perubahan nasib pada diri tokoh.
b. Tokohnya lebih banyak dalam berbagai karakter.
c. Latar meliputi wilayah geografi yang luas dan dalam waktu yang lebih lama.
d. Tema lebih kompleks, ditandai oleh adanya tema-tema bawahan.
16
Ciri-ciri novel menurut (Tarigan, 2015:173) yaitu:
a. Jumlah katanya lebih dari 35.000 kata.
b. Jumlah waktu rata-rata yang dipergunakan untuk membaca novel yang paling
pendek diperlukan waktu mininal 2 jam atau 120 menit.
c. Jumlah halaman novel minimal 100 halaman.
d. Novel tergantung pada pelaku dan mungkin lebih dari satu pelaku.
e. Novel menyajikan lebih dari satu impersi, efek dan emosi.
f. Skala novel luas.
g. Seleksi pada novel lebih luas.
h. Kelajuan pada novel lebih cepat.
i. Unsur-unsur kepadatan dan intensitas dalam novel kurang diutamakan.
J. Novel sebagai Media Dakwah
Ditinjau dari sudut komunikasi teks-teks karya sastra, baik berupa puisi,
cerpen ataupun novel, merupakan suatu bentuk pesan komunikasi suatu sastra. Dalam
hal ini sastra yang berbentuk novel dapat digunakan sebagai media dakwah, karena
pesan-pesan keagamaanya yang dikemas dalam bentuk yang menarik dan menyentuh
akan membuat kesan mendalam dihati pembaca, dan tanpa terasa pembaca terobsesi
oleh ide-ide keagamaan pengarang. Sebab novel yang baik akan membekali pembaca
dengan suatu yang bermanfaat bagi kehidupan pembaca selanjutnya.
Karya sastra bukan bertugas mencatat kehidupan itu agar tetap berharga dan
lebih memanusiakan manusia (Nurgiyantoro, 2010:61). Menurut Endraswara,
Suwardi (2016:6) karya sastra merupakan ekspresi dan sangat berkaitan dengan
17
lingkungan, termasuk awan, yang kadang-kadang butuh paham. Kemudian menurut
(Faruk, 2015:77) karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta
kultural, sebab hasil ciptaan manusia.
Dari penjelaan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, karya sastra adalah
ekspresi yang diciptakan oleh manusiawi yang sangat berkaitan dengan lingkungan
namun bukan bertugas untuk lebih memanusiakan manusia.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode berarti cara yang dipergunakan seorang peneliti di dalam usaha
memecahkan masalah yang diteliti (Siswantoro, 2016:55).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek
penelitian (novel, drama, cerita pendek, dan puisi) pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (Siswantoro, 2016:56).
Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan
masalah dengan dukungan data sebagai landasan dalam mengambil kesimpulan
(Jabrohim, 2017:1).
Deskripsi adalah deskripsi merujuk kepada tindakan analisis interpretatif,
yaitu peneliti melakukan tafsir terhadap temuan data tadi dari sudut fungsi atau peran
kaitannya dengan unsur lain (Siswantoro, 2016:57).
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi. Menurut (Sugiyono, 2013:240) merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental seseorang.
19
Dalam analisis ini, meneliti nilai dakwah yang terdapat dalam novel Ketika
Cahaya Berpijar Karya Arif Ys.
C. Teknik Analisis Data
Menurut Siswantoro (2016:80), “Analisis data adalah setelah merampungkan
serangkaian kegiatan yang terkait dengan pengumpulan data, seperti reduksi data,
penarikan kesimpulan serta pengasahan data, kegiatan lain berikutnya adalah
analisis”. Analisis dilakukan dengan pemaparan dalam bentuk deskriptif terhadap
masing-masing data secara fungsional dan relasional.
Nilai-nilai dakwah dalam novel Ketika Cahaya Berpijar Karya Arif Ys.
Ketika Cahaya Berpijar dianalisis berdasarkan langkah-langkah berikut.
1. Membaca dan memahami isi novel
2. Membuat sinopsis novel
3. Menganalisis novel
4. Mengklasifikasikan nilai-nilai dakwah
5. Membuat Kesimpulan
D. Pendekatan
Pendekatan merupakan alat untuk menangkap realita atau fenomena sebelum
dilakukan kegiatan analisis atas sebuah karya (Siswantoro, 2016:47). Menurut Deddy
Mulyana dalam (Siswantoro, 2016:47) istilah lain yang identik dengan Pendekatan
adalah perspektif, kerangka konseptual, kerangka pemikiran, strategi intelektual,
paradigma, dan teknik interpretasi.
20
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan nilai
dakwah. Pesan dakwah ini menitik beratkan fungsi sastra sebagai alat perjuangan
dalam meningkatkkan budi pekerti manusia dan mutu kehidupan manusia sebagai
anggota masyarakat, karena ajaran moral merupakan ajaran yang bertalian dengan
perbuatan yang pada hakikatnya merupakan pencerminan akhlak dan budi pekerti.
Pendekatan yang digunakan untuk mengungkap nilai-nilai dakwah novel Ketika
Cahaya Berpijar Karya Arif Ys.
E. Sumber Data
Sumber data adalah subjek penelitian dari mana data diperoleh (Siswantoro,
2016:72). Sumber data penelitian ini adalah novel Ketika Cahaya Berpijar Karya Arif
Ys, terbit tahun 2014 yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama anggota
IKAPI Jakarta, dengan ketebalan 214 halaman.
21
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada Bab IV dipaparkan data dan temuan dalam novel Ketika Cahaya
Berpijar karya Arif Ys. Paparan data yang dikemukakan berupa sinopsis novel dan
temuan penelitian berupa nilai-nilai dakwah dalam novel Ketika Cahaya Berpijar
karya Arif Ys.
A. Paparan Data
Sinopsis Novel Ketika Cahaya Berpijar Karya Arif Ys.
Harun, seorang guru agama yang bertugas di daerah remang-remang,
mendakwahkan ajaran Allah Swt. Sebagai guru agama yang bertugas untuk
mendakwahkan dan mensyiarkan agama Allah, Harun memiliki tugas besar
menyadarkan jiwa-jiwa yang gersang. Selain bertugas mengajar disekolah, ia juga
bertugas mendidik masyarakat agar selalu berpegang teguh kepada ajaran agama.
Sungguh ini tantangan yang berat baginya. Pemandangan yang berlawanan dengan
ajaran agama kerap ia temui setiap hari di desa tertinggal ini. Banyak bapak-bapak
yang hidupnya luntang-lantung dengan menenteng kepis-alat untuk membawa ayam.
Melihat fenomena masyarakat di desa tersebut, Harun geleng kepala. Hati nuraninya
sebagai orang yang taat agama berontak. Dalam hati ia bertekad, ia harus berbuat
sesuatu untuk membina masyarakat desa. Harun menilai mereka tidak memedulikan
rumah tangganya. Anak dan istri sering tidak perhatikan. Mereka lebih mendahulukan
adu jago dari pada keluarga. Meskipun desa Kedung Kacip desa tertinggal, lokasinya
berada di pinggiran ibu kota kabupaten. Hampir setiap rumah memiliki warung yang
menjual berbagai merek minuman keras.
Sabtu sore, matahari mulai meredup pertanda hari sudah surup, serangga dan
binatang malam menyambut datangnya senja. Mereka menari elok berlenggak-
lenggok di angkasa yang tak jelas batasnya bagai peri dalam film animasi, Barbie.
Ribuan kelelawar penghuni TPK-Tempat pelangan Kayu-dekat kantor Polsek
Hargeulis, berbaris kegirangan, seperti bayi yang akan disusui ibunya. Mereka
terbang membentuk jalan bagaikan tol Sadang-Jakarta. Warung remang-remang di
sepanjang jalan desa mulai ramai pengunjung. Lelaki berbagai usia berdatangan
mengendarai motor beragam merek. Dandanan mereka pun variatif, ada yang necis
ada pula yang amburadul, berantakan tidak terurus. Ada yang masih celingak-
celinguk keheranan, ada juga yang sudah biasa tanpa beban. Kedatangan mereka
disambut oleh gadis-gadis remang berdandan menor gaya metropolitan. Bulu mata
letik ber-eye shadow, pipi sedikit merah, bedak dan lipstik tebal. Gaya rambut
22
berbagai model ala besutan tangan hairdresser terkemuka yang bisa menuruti selera
pelangan. Bola kebenaran harus bergulir, api kemaksiatan harus dipadamkan, dan
angin kemuliaan harus berembus. Tembok kedengkian, kejahatan, dan kebencian
yang menghadang harus ditembus. Secercah harapan muncul, karena anak-anak yang
masih belum tersentuh dosa masih bisa dibentuk. Jiwa mereka masih bisa diisi
dengan ajaran agama sejak dini. Tentunya berbagai kesulitan menerpa, bahkan juga
fitnah yang begitu keji.
Belajar dan belajar itulah yang dilakukan Harun. Ia selalu mengambil hikmah
dari setiap kejadian. Sepulang dari rumah orangtuanya, ia menndapat pelajaran yang
sangat berharga, khususnya bagaimana menghadapi tantangan dan rintangan. Rasa
putus asa Harun sirna, tertindih keinginann mulia mendakwahkan ajaran Tuhan Yang
Maha Kuasa. Ketakutannya tenggelam dalam air keberanian yang muncul dengan
penuh harapan dan tekad untuk menegakkan agama. Tak ada lagi kata menyerah
karena cercaan, teror dan sabotase dari orang-orang yang tak suka perbuatannya.
Hidup adalah penyelesaian masalah. Mampu menyelesaikan masalah berarti hidup.
Tak ada masalah yang tak ada solusinya. Ia mendapatkan banyak pengalaman yang
sangat berharga. Di antaranya bagaimana menghadapi masyarakat desa yang
kebanyakan berpendidikan rendah. Ia dapat memahami psikologi masyarakat. Ia bisa
mengalami bagaimana bergaul dengan masyarakat yang beragam karakternya.
Kedekatannya dengan warga membuat Harun semakin betah bertugas di desa tersebut
meskipun mulanya merasa canggung. Kini perasaan putus asa yang semula
menghinggapinya mulai terkubur dalam-dalam di tengah kesibukan mengaji bersama
anak-anak dan juga mengajar di sekolah.
Sejak kejadian sabotase listrik di rumah Pak RW, anak-anak takut kembali.
Namun tidak setakut ketika kejadian di pohon mangga yang menakut-nakuti mereka
dengan orang-orangan. Mereka masih mau mengaji asalkan diantar oleh orangtua
atau kakaknya. Menjelang kegiatan mengaji dimulai, tampak beberapa orangtua
menggandeng anaknya atau pun kakak yang mendampingi adiknya. Termasuk Narti
yang diantar kakak perempuannya, mathari, yang biasa dipanggil Rani.
Kegiatan agama di desa Kedung Kacip semakin marak. Tak hanya kegiatan
mengaji bagi anak-anak tetapi juga orang tua, serta pengajian tiap pekan. Hampir tiap
hari tidak sepi dari anak-anak dan remaja yang mengaji. Para orangtua semakin rajin
mendekatkan diri kepada illahi. Ia menegaskan bahwa kalau kita yakin kepada Allah,
Allah pasti akan menolong kita. Ia mengingatkan kepada peserta ngaji agar tidak
mudah menyerah dalam mencari ilmu yang halal. Apapun rintangan dan halangan
pasti bisa diselesaikan. Mampukah Harun memijarkan cahaya Ilahi sebagai penerang
kegelapan iman dan pereda kekalutan di tengah kemaksiatan yang menawarkan
kesemuan hidup dan mengiming-imingi kenikmatan duniawi?
23
B. Temuan Penelitian
Temuan penelitian yang dikemukakan berupa nilai-nilai dakwah dalam novel
Ketika Cahaya Berpijar Karya Arif Ys
a. Akidah
Akidah, yang meliputi: (1) Keyakinan kepada Allah, (2) Keyakinan kepada
Malaikat-malaikat-Nya, (3) Keyakinan kepada kitab-kitab suci, (4) Keyakinan kepada
Nabi dan Rasul Allah, (5) Keyakinan kepada hari akhir, (6) Keyakinan kepada qadha-
qadhar (Ali, 2013:201).
1) Keyakinan Kepada Allah SWT
Kutipan 1
“Orang tua Harun pun harus pasrah dengan keterbatasan pemberian dan takdir
Tuhan. Mereka relakan orang yang mereka cintai untuk menjalani tugas mulia
sebagai guru agama di sebuah desa namun jauh dari tempat tinggalnya” (Arif,
2014:27).
Dari kutipan 1 menjelaskan bahwa orangtua Harun percaya kepada Allah
SWT. Walaupun anaknya mengajar sangat jauh dari tempat tinggalnya tapi dia yakin
demi tugas yang mulia. Seperti yang dijelaskan dan orang-orang yang berjihad untuk
mencari keridhaan kami, bebenar-benar kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
kami. “Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”
(QS. Al Ankabut:69).
Kutipan 2
“Kokok ayam jago bersahut-sahutan sebagai musik perkusi memecah
keheningan, pertanda fajar telah tiba. Burung kutilang dan tekukur pun
mengepak-ngepakkan sayap setelah terjaga dan tidak lama kemudian
mendendangkan kicauan memesona. Irama serasi khas pedesaan sebagai
wujud syukur kepada Tuhan atas kenikmatan yang telah diberikan” (Arif,
2014:29).
24
Dari kutipan 2 menjelaskan bahwa segala sesuatu yang telah diciptakan Allah
Swt, harus di syukuri atas rahmat dan kenikmatan yang telah diberikan. “Dan ingatlah
juga takkala Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti kamu
akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengikari nikmat-Ku maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim:7).
Kutipan 3
“Sebagai guru agama yang bertugas untuk berdakwah dan mensyiarkan agama
Allah, Harun memiliki tugas besar menyadarkan jiwa-jiwa yang gersang.
Selain bertugas mengajar di sekolah, ia juga bertugas mendidik masyarakat
agar selalu berpegang teguh kepada ajaran agama” (Arif, 2014:37).
Dari kutipan 3 dijelaskan Harun mempunyai keyakinannya sangat kuat bahwa
Harun mempunyai tanggung jawab yang besar. Dalam mensyiarkan agama Allah,
kepada masyarakat yang banyak belum paham ajaran agama Allah SWT. “Dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan Umat yang menyeru kepada kewajiban
menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-
orang yang beruntung” (QS. Ali ‟Imron:104).
Kutipan 4
“Harun terus berpikir, menimbang-nimbang dampak yang ditimbulkan. Ia
kemudian teringat firman Allah yang menyebutkan “Janganlah kamu
mendekati zina”. Dekat saja tidak boleh apalagi melakukan zina. Sungguh
dilaknat Allah, pikirnya. Nggak... nggak, aku tak boleh menerima. Aku tak
boleh tergoda. Astaghfirullah, Harun menyebut dalam hati” (Arif, 2014:82).
Dari kutipan 4 menjelaskan bahwa Harun yang digoda dengan imbalan
seorang gadis, yang sangat cantik membuat dia bimbang. Tapi Harun yakin terhadap
Firman Allah “janganlah kamu mendekati zina dekat saja tidak boleh apalagi
melakukan zina sungguh dilaknat Allah. “Dan jangalah kamu mendekati zina
25
sungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al-
Isra:32).
Kutipan 5
“Minggu sore sekira jam 16:00, Harun pamit kepada kedua orang tuanya
untuk kembali ke Kedung Kacip. Di sepanjang perjalanan, ia terus terngiang-
ngiang nasihat ayahnya. Ia berpikir apa pun harus dilakukan demi berdakwah
menyebarkan ajaran Tuhan” (Arif, 2014:148).
Dari kutipan 5 dijelaskan bahwa keyakinan Harun bertambah kuat untuk
kembali ke Kedung Kacip atas nasehat Ayahnya bahwa Harun berkeyakinan apa pun
harus dilakukan demi berdakwah menyebarkan ajaran Allah SWT. Mereka itulah
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.
Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Alquran).”
Alquran itu tidak lain hanyalah peringatan utnuk seluruh ummat” (QS. Al-An‟am:90).
Kutipan 6
“Rasa putus asa Harun sirna, tertindih keinginan mulia mendakwahkan ajaran
Tuhan Yang Maha Kuasa. Ketakutannya tenggelam dalam air keberanian
yang muncul dengan penuh harapan dan tekad untuk menegakkan agama. Tak
ada lagi kata menyerah karena cercaan, teror dan sabotase dari orang-orang
yang tak suka perbuatannya” (Arif, 2014:149).
Dari kutipan 6 menjelaskan bahwa keinginan mulia Harun dalam
mendakwahkan ajaran Tuhan Yang Maha Kuasa dengan tekad yang kuat muncul
dengan penuh harapan dia tidak lagi takut terhadap cercaan, teror dan sabotase.
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang menyerah diri?” (QS. Fussilat:33).
26
Kutipan 7
“Bapak-bapak warga Kedung Kacip yang saya hormati, alhamdulilah, kita
bersyukur kepada Allah Swt. Atas tolong dan karunia-Nya kita bisa
membangun mushala meskipun sangat sederhana. Ini wajib kita syukuri.
Bentuk syukur kita selain kita makan tumpeng nasi kuning, yang terpenting
adalah kita gunakan semaksimal-maksimalnya mushala kita ini” (Arif,
2014:159).
Dari kutipan 7 menjelaskan bahwa Harum sedang menginformasikan tentang
rasa terima kasih kepada bapak-bapak yang telah sama-sama menyumbang untuk
membangun mushola, atas keyakinan mereka percaya segala amal perbuatan pasti ada
balasan dari Allah SWT. Dan digunakan untuk semaksimal mungkin. “Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia
dihendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui” (QS. Al-
Baqarah:261).
Kutipan 8
“Selanjutnya marilah kita berdoa kepada Allah semoga mushala kita ini
bermanfaat kepada kita yang menggunakan maupun kepada masyarakat
Kedung Kacip dan sekitarnya baik manfaat langsung maupun tidak langsung.
„Allahumma shalli „ala Muhammad, wa „ala ali Muhammad wa sallim
waradhiyallahu‟an kulli shabati rasulillahi ajma‟in” (Arif, 2014: 160).
Dari kutipan 8 menjelaskan bahwa Harun mengajak seluruh yang hadir untuk
berdoa bersama-sama atas keyakinan kepada Allah SWT, agar bermanfaat. Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (QS. Al-Baqarah:152-
172).
27
Kutipan 9
“Mereka merasa mendapat pencerahan akan pentingnya mengingat Tuhan.
Mereka sadar makna iman dan kewajiban untuk beramal saleh. Mereka yang
sebelumnya gersang siraman keagamaan menjadi sejuk dan rindang kecintaan
kepada Tuhan” (Arif, 2014:163).
Dari kutipan 9 menjelaskan bahwa dengan diadakan pengajian rutin Harun
masyarakat merasa mendapat pencerahan dari sebelumnya yang mereka tidak tahu
tentang keagamaan yang sekarang masyarakat merasa menjadi sejuk dan rindang
terhadap mengingat kecintaan kepada Allah Swt. Sebagai nikmat dari kami.
Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Al-
Qamar:35).
Kutipan 10
“Benar itu nak? Kamu tidak melakukannya? Semoga Allah melindungimu.
Allah pasti akan memberi hambanya yang benar. Ya Allah selamatkan anak-
anakku dan bebaskan dari sebuah kefitnahan, “ujar Ibunya sambari terus
menangis” (Arif, 2014:172).
Dari kutipan 10 menjelaskan bahwa ibu Harun yang menyakinkan anaknya
kalau Harun benar tidak melakukannya. Dan ibunya mengajak Harun terus yakin
kepada Allah meminta kepada Allah untuk menyelamatkan dan dibebaskan dari
sebuah kefitnaan terhadap anaknya. “Ya Tuhan kami, jangalah Engkau jadikan kami
(sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-
Mumtahanah:5).
28
Kutipan 11
“Menjelang persidangan, Harun tidak bisa tidur semalaman. Is terus berdoa
dan berdoa. Tidak henti-hentinya ia membaca shalawat dan bertasbih.
Harapannya hanya kepada Allah. Tuduhan yang menimpa kepadanya sungguh
suatu cobaan yang berat” (Arif, 2014:180).
Dari kutipan 11 menjelaskan bahwa Harun yang terus berdoa semalam-
malaman tak henti-henti shalawat dan bertasbih bahwa Harun yakin kepada Allah
Swt, yang akan menolongnya terhadap cobaan yang berat kepada-Nya. “Dan
sungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah:155).
Kutipan 12
“Setelah berwudhu, Harun kembali ke ruang sel. Ia memilih tempat yang agak
lega. Kemudian ia berdiri menghadap kiblat dengan penuh konsetrasi. Is
shalat sunah tahajud dua rakaat dan shalat hajat kemudian ditutup dengan
witir tiga rakaat. Ia memohon kepada Allah agar dimudahkan segala urusan
dan terbebas dari tuduhan” (Arif, 2014:181).
Dari kutipan 12 menjelaskan bahwa Harun yang sedang shalat sunnah untuk
dimudahkan segala urusan agar dapat ketenangan dalam hatinya Harun yakin bahwa
Allah SWT, akan menolong orang yang dalam kesusahan. Ya Tuhanku, lapangkan
untukku dadaku. Dan mudahkanlah untuk urusan, dan lepaskan kekakuan dari
lidahku, agar mereka dapat dengan mudah mengerti perkataanku” (QS. Thaha:25-28).
Kutipan 13
“Dalam persidangan berikutnya, berdasarkan keterangan saksi dan pengakuan
Rani, Harun tidak terbukti melakukan pemerkosaan. Ia divonis bebas. Harun
dan keluarganya langsung sujud syukur, berhamdalah kepada Allah atas
pertolongannya” (Arif, 2014:194).
29
Dari kutipan 13 menjelaskan bahwa Harun dan keluarganya sedang sujud
syukur yakin terhadap pertolongan dari Allah SWT, yang menyatakan pengakuan
Rani, Harun tidak terbukti melakukan pemerkosaan dia diponis bebas. “Allah tidak
membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-
Baqarah:286).
Kutipan 14
“Rani menetaskan air mata haru mendengar berita dari sang pengacara. Ia
sangat berterima kasih dan bersyukur kepada Allah atas pertolongannya.
Sungguh ia tidak menyangka orang yang ia zalimi mau memanfaatkan dan
menolongnya” (Arif, 2014:197).
Dari kutipan 14 menjelaskan bahwa Rani yang sangat berterima kasih atas
kebaikan orang yang dizaliminya dan bersyukur kepada Allah atas pertolongannya.
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampuan lagi Maha Penyanyang” (QS. Az-
Zumar:53).
Kutipan 15
“Bukannya Harun takut untuk memidanakan mucikari tetapi ia lebih memilih
memanfaatkan. Ia tidak meja hijaukan orang-orang yang telah mencoreng
harga dirinya. Mereka ia maafkan dan diserahkan kepada Allah. Biarlah Allah
yang akan menghukumnya secara setimpal, karena Allah Maha Mengetahui”
(Arif, 2014:204).
Dari kutipan 15 menjelaskan bahwa Harun orang yang pemanfaat tidak mau
memindahkan mucikari walau orang telah mencoreng harga dirinya. Dia yakin dan
percaya biar Allah yang membalasnya karna Allah Maha Mengetahui. “Tidaklah
30
mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan
bahawanya Allah amat mengetahui segala yang gaib” (QS. At-Taubat:78).
Kutipan 16
“Ia menegaskan bahwa kalau kita yakin kepada Allah, Allah pasti akan
menolong kita. Ia mengingatkan kepada peserta latihan agar tidak mudah
menyerah dalam mencari rezeki yang halal. Apa pun rintangan dan halangan
pasti bisa diselesaikan” (Arif, 2014:211).
Dari kutipan 16 menjelaskan bahwa Harun yang menyakinkan peserta untuk
latihan agar tidak mudah menyerah dalam mencari rezeki, karena yakinlah Allah akan
menolong kita. “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal
kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal (kepada-
Nya)” (QS. Ali‟Imron:159).
2) Keyakinan Kepada Malaikat-malaikatnya
Kutipan 17
“Bicara baik-baik apaan. Sudah lewat. Sekarang ini, nih,” jawab sang preman
sambil menunjukkan kepalan tangan kepada Harun. “Kamu jangan sok suci
dan alim. Mau berhenti nggak kamu? Kalau tidak berhenti, saya tidak segan-
segan menghajar kamu!” Berhenti gimana, anak-anak sudah terlanjur senang.
Mereka yang tidak mau berhenti. Coba tanya mereka, mau berhenti, nggak?”
ujar Harun berdiplomasi. Harun yakin Malaikat selalu menjaganya dengan
ilmu bela dirinya” (Arif, 2014:92).
Kutipan 17 menjelaskan bahwa Harun di ancam oleh orang yang tidak
dikenalnya tiba-tiba menyerang untuk melarang niat baik Harun. Jelas Harun
menentang dia selalu yakin bahwa Allah Swt selalu menjaga umatnya melalui
Malaikatnya siang dan malam sili berganti. ”Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah” (QS. ar-Ra‟du:11).
31
3) Keyakinan Kepada Kitab-kitab Suci
Kutipan 18
“Gerakan tangannya berhenti saat menemukan surat yang dicari, Al Mulk.
Surat yang sering ia baca sesudah shalat Subuh. Suaranya bagus. Gaya
membacanya enak didengar. Ia membaca dengan tartil dan sesuai tajwid,
karena orang tuanya selalu menyuruhnya mengaji setiap malam” (Arif,
2014:24).
Dari kutipan 18 menjelaskan bahwa kebiasaan Harun setiap setelah shalat
Subuh membaca Alquran yang telah diajarkan orang tuanya, agar membuat hatinya
tenang. “Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta Kitab yang
Allah turunkan sebelumnya” (QS. An-Nisa:136).
Kutipan 19
“Saya juga pinginnya begitu. Tapi kata Pak RW, masyarakat sini tidak senang
kalau ada kegiatan keagamaan, seperti mengaji, terutama mucikari,” tambah
Harun menegaskan” (Arif, 2014:63).
Dari kutipan 19 menjelaskan bahwa Harun berencana ingin membuka
pengajian, tapi ada yang tidak sennang terhadap kegiatan keagamaan salah satunya
mucikari. “Dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Alquran)
itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-
Nya” (QS. Faathir:31).
Kutipan 20
“Pak RW, maaf. Harun lihat anak-anak tidak ada kegiatan kalau malam.
Bagaimana kalau mereka diajari mengaji? Saya nanti yang mengajar mereka.”
Harun menatap wajah Pak RW menyampaikan usulan. Ternyata Pak RW
menyambut baik rencana Harun yang mulia itu. Ia sangat mendukung agar
anak-anak bisa terbimbing dan terarah” (Arif, 2014:65).
32
Dari kutipan 20 yang menjelaskan bahwa saat perbincangan Harun dan Pak
RW yang memikirkan banyak anak-anak tidak ada yang belajar mengaji kalau
malam, tapi Harun dan Pak RW sangat setuju kalau diadakan kegiatan mengaji setiap
malam yang akan diajarkan oleh Harun. “Dan mereka yang beriman kepada Kitab
(Alquran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat” (QS. Al-
Baqarah:4).
Kutipan 21
“Pada pertemuan pertama Harun, ada tujuh orang anak termasuk dua orang
anak Pak RW. Lama-kelamaan anak-anak yang ikut mengaji semakin
bertambah. Dalam lima minggu jumlah pesertanya mencapai 20-an, termasuk
bebrapa anak mucikari” (Arif, 2014 : 68).
Dari kutipan 21 menjelaskan bahwa berkat keyakinan Harun untuk
mengajarkan mengaji pada anak-anak di masyarakat lama-kelamaan, yang ikut
mengaji semakin bertambah jumlahnya. Dan membuat suasana menjadi ramai dan
penuh keceriaan. “Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya” (QS. An-Nisa:136).
Kutipan 22
“Anak-anak tampak bersemangat. Ini merupakan kegiatan baru bagi mereka.
Harun pun senang mengajar mereka. Perkembangan mereka pesat.
Kemampuan mereka meningkat. Mereka yang awalnya sama sekali tidak
mengenal huruf Alquran sekarang sudah lebih baik” (Arif, 2014:70).
Dari kutipan 22 menjelaskan bahwa Harun yang senang melihat anak-anak
bersemangat belajar Alquran dengan kemampuan yang pesat yang awalnya tidak
mengenal huruf, sekarang sudah lebih baik. “(Alquran) ini adalah penerangan bagi
33
seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (QS.
Ali‟Imron:138).
Kutipan 23
“Kegiatan mengaji terus berjalan. Harun dengan gigih dan sabr membina dan
membimbing anak-anak belajar membaca Alquran. Semakin hari semakin
lancar dan pesertanya terus bertambah” (Arif, 2014:100).
Dari kutipan 23 menjelaskan bahwa berkat gigihnya Harun dalam membina
dan membimbing anak-anak untuk membaca Alquran, peserta terus bertambah.
“Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang berkhianat” (QS.An-Nisa:105).
Kutipan 24
“Kegiatan mengaji kembali berjalan normal. Para murid Harun kembali aktif
mengaji tanpa harus diantar atau ditunggui oleh orangtua ataupun saudaranya.
Harun mengajari mereka secara bergantian dibantu anak Pak RW yang
sedikit-sedikit sudah bisa menguasai membaca huruf Alquran” (Arif,
2014:108).
Dari kutipan 24 menjelaskan tentang kegiatan mengaji yang normal kembali
anak-anak tidak takut lagi dan tak perlu diantar berkat keinginan ingin belajar
membaca Alquran. Akhirnya sedikit demi sedikit anak-anak sudah bisa menguasai
membaca huruf Alquran. “Dan kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan sebagai ujian terhadap Kitab-kitab yang lain itu” (QS.
Al-Maa-idah:48).
34
Kutipan 25
“Harun mengajak mereka memulai dengan membaca surat Al-Fatihah
bersama. “Mari anak-anak kita mulai dengan membaca Al-Fatihah bersama,
“instruksinya kepada murid-muridnya. Anak-anak pun serempak membaca
surat Al-Fatihah bersama Harun” (Arif, 2014 : 115).
Dari kutipan 25 yang menjelaskan tentang anak-anak yang kompak mengikuti
intruksi dari Harun, untuk membaca surat Al-Fatihah menyakini bahwa kegiatan
mengaji membaca surat-surat Alquran adalah pembelajaran yang baik. “Dan
sesungguhnya Alquran ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, ia dibawa
turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas”(QS.Asy-Syu‟araa:192-195).
Kutipan 26
“Selain itu Garun juga mengadakan pengajian jum‟at malam yang mengkaji
kitab Riyadlus Shalihin. Untuk mempermudah penyampaian dan pemahaman,
Harun menggunakan kitab terjemahan. Masyarakat menyembut baik
pengajian tersebut” (Arif, 2014:163).
Dari kutipan 26 menjelaskan selain malam lain Harun juga mengadakan
pengajian jum‟at malam mengkaji kitab-kitab untuk mempermudah penyampaian dan
pemahaman, masyarakat menyambut dengan baik pengajian tersebut. “Wahai Rasul,
sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabb-mu” (QS. Al-
Maa‟idah:67).
Kutipan 27
“Pak RW, dalam Alquran disebutkan bahwa Allah saja mau memanfaatkan
kesalahan kita, masa kita tidak mau memanfaatkan kesalahan saudara kita.”
Iya, ya....? “kata Pak RW sambil mengangguk-angguk sependapat dengan
Harun” (Arif, 2014:203).
35
Dari kutipan 27 menjelaskan tentang Harun yang menyakinkan Pak RW untuk
saling memanfaatkan kesalahan sesama saudara kita, menyakini Alquran sudah
menerangkan bahwa Allah Maha Pemaaf. “Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan
padanya:petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah:2).
4) Keyakinan kepada Nabi dan Rasul Allah
Kutipan 28
“Harun tetap duduk di motor sambil kaki kiri menapak di tanah. Tangan kiri
pemuda mabuk itu memegang stir sepeda motor Harun. Harun banyak
membaca shalawat dan berdoa kepada Allah dalam hati agar tidak terjadi apa-
apa. Ia yakin selagi ia benar, Allah pasti akan menolongnya” (Arif, 2014:35).
Dari kutipan 28 menjelaskan tentang Harun yang sedang dihadang dua
pemuda pemabuk untuk meminta uang, membuat suasana tegang sampai Harun
banyak membaca shalawat yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, untuk banyak
berdoa meminta pertolongan kepada Allah. “Dan Allah menentukan siapa yang
dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai
karunia yang besar” (QS. Al-Baqarah:105).
Kutipan 29
“Allah berkata, kita tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah.
Bukankah mengajar mengaji adalah sebagai langkah untuk menyiapkan
generasi yang berkualitas dan tidak lemah, khususnya tidak lemah di bidang
agama, dan lebih khusus lagi tidak lemah membaca Al-qur‟an” (Arif,
2014:140).
Dari kutipan 29 yang menjelaskan bahwa pesan Nabi Muhammad SAW, kita
tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah dengan mengajar mengaji
menyiapkan generasi berkualitas dalam bidang agama. “Allah memilih utusan-utusan
36
(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat” (QS. Al-Hajj:75 ).
Kutipan 30
“Run, dengarkan Ayah. Nabi Muhammad yang dihadang bertubi-tubi saja
tidak berhenti. Kamu baru diganggu oleh mucikari saja kok mau nyerah.
Jadikan itu sebuah tantangan dan jangan pernah menyerah. Itulah risiko dalam
berdakwah. Selagi kamu benar, Allah pasti akan menolongmu,” ujar ayahnya
menasihati” (Arif, 2014:146).
Dari kutipan 30 menjelaskan tentang Ayah Harun mengingatkan pesan Nabi
Muhammad SAW, bahwa jangan menyerah walaupun yang dihadang bertubi-tubi
karena yakinlah selagi kamu benar dalam berdakwah Allah pasti akan menolongmu.
“Sesungguhnya aku adalah seorang hamba Allah dan penutup para Nabi Adam masih
berwujud tanah” (HR. Bukhari, Ahmad dan Ibnu Hibban).
Kutipan 31
“Ingat pesan nabi : Man raa minkum munkaran fa yughayyirhu biyadihi fain
lastathi‟fa bilisaanihi wa inlastathi‟ fabi qalbihi fadzaalika adh‟aful iimaan.
Barang siapa dari kalian yang mengetahui/melihat suatu kemunkaran, maka
ubahlah dengan tangan. Apabila tidak mampu maka ubahlah dengan lisan dan
apabila tidak mampu maka dengan qalbu/hati dan itulah selemah-lemah iman”
(Arif, 2014:147).
Dari kutipan 31 menjelaskan tentang Ayah Harun mengingatkan pesan Nabi
bahwa kita harus mengubah apabila kita melihat suatu kemunkaran, dengan tangan
apabila tidak mampu dengan lisan ubahlah dengan qalbu, dan itulah selemah-lemah
iman. “Dan kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun tidak (pula)
seorang Nabi” (QS. Al-Hajj:52).
37
Kutipan 32
“Jika dibandingkan dengan apa yang dialami oleh para nabi, rasul, dan
pejuang terdahulu dalam memperjuangkan ajaran Ilahi, Harun belumlah
seberapa. Jangankan dibandingkan dengan nabi dan rasul, dengan Nelson
Mandela saja belum ada apa-apanya” (Arif, 2014:150).
Dari kutipan 32 menjelaskan tentang Harun belumlah seberapa dibandingkan
apa yang dialami oleh pejuang para Nabi dan Rasul, Harun menyakini bahwa
perjuangannya belum seberapa dibandingkan dengan Nabi dan Rasul. “Dia telah
mensyiarkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh
dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya” (QS. Asy-Syuuraa:13).
Kutipan 33
“Hidup di dunia hanyalah sementara. Janganlah kita sia-siakan begitu saja.
Gunakan untuk beramal mulia, baik kepada keluarga maupun kepada
tetangga. Kita ingat Nabi bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka
yang bermanfaat bagi sesama” (Arif, 2014:162).
Dari kutipan 33 menjelaskan tentang Harun sedang mengajak masyarakat
untuk beramal mulia, bahwa menyakinkan ajaran Nabi Muhammad SAW, itu benar
yang bersabda bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka bermanfaat bagi
sesama. “(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar tidak ada lagi alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu” (QS. An-Nisaa:165).
38
5) Keyakinan kepada Hari Akhir
Kutipan 34
“Mushala telah pun jadi. Anak-anak ramai mengaji. Bukanlah hanya
kehidupan dunia yang mereka cari, tetapi juga kehidupan ukhrawi. Orangtua
berbangga hati, melihat anak-anak mereka belajar kalam Ilahi sebagai bekal
kelak di akhirat nanti” (Arif, 2014:161).
Dari kutipan 34 menjelaskan tentang orangtua berbangga hati melihat anak-
anaknya ramai mengaji untuk belajar, kalam hilahi sebagai bekal kelak di akhirat
nanti, karena menyakini adanya hari akhir. “Alam kubur yaitu masa antara sesudah
meninggal-Nya seseorang sampai menunggu datangnya hari kiamat” (QS. Al-
Khafi:99).
6) Keyakinan kepada Qadha-Qadhar
Kutipan 35
“Kenapa sebanyak-banyaknya? Karena harta yang kita sedekahkan itulah
harta kita yang sebenarnya. Harta adalah milik Allah, mati tidak kita bawa.
Kalau Allah sebagai pemilik mengambilnya kita tidak bisa apa-apa. Selain
sumbangan dari Bapak-bapak, saya juga sudah mengajukan proposal bantuan
kepada Kementrian Agama, Yayasan Muslim Pancasila, dan kepada rekan
saya yang pengusaha. Insya Allah, kalau bantuan itu turun nanti bisa kita
mulai pembangunannya. Namun sebelum bantuan itu turun, sumbangan dari
Bapak-bapak itu bisa kita gunakan terlebih dulu untuk membuat fondasi
sebagai langkah awal ” (Arif, 2014:155).
Dari kutipan 35 menjelaskan bahwa Harun mengajak untuk menumbangkan
sebagian harta dengan seikhlasnya, karena segala sesuatu yang baik dan buruk sudah
diatur oleh Allah Swt. “Sampai waktu yang ditentukan, lalu kami tentukan
(bentuknya), maka kami-lah sebaik-baik yang menentukan” (QS. Al-Mursalaat:22-
23).
39
b. Syariah
Syariah dapat dibagi ke dalam dua bidang: (1) Ibadah, (2) Muamalah (Ali,
2013: 242). Menurut ajaran Islam, ibadah dibagi dua: (a) Ibadah mahdah, yaitu
ibadah yang ketentuan pelaksanaanya telah ditetapkan Allah dan dijelaskan Rasulnya,
seperti sholat, haji, puasa dan zakat, (b) Ibadah ‘ammah, yaitu segala perbuatan yang
mendatangkan kebaikan kepada diri sendiri dan orang lain, dan dilaksanakan dengan
hati yang ikhlas karena Allah, seperti belajar, mencari nafkah, dan menolong orang
yang susah (Ali, 2013:242). Muammalat adalah ketetapan Tuhan yang langsung
berhubungan dengan kehidupan sosial manusia terbatas pada yang pokok-pokok saja
(Ali, 2013:243).
1) Ibadah
a) Ibadah Mahdah
Ibadah mahdah, yaitu ibadah yang ketentuan pelaksanaanya telah ditetapkan
Allah dan dijelaskan Rasulnya, seperti sholat, haji, puasa dan zakat.
Kutipan 36
“Harun baru saja menunaikan shalat Subuh. Songkok masih bertengger di
kepalanya yang berambut pendek, dipotong ala bintang Hollyword, James
Bond 007. Sarung kotak-kotak kecik hijau keunguan melilit menutupi bagian
bawah tubuhnya, dari pusar hingga tas mata kaki” (Arif, 2014:23).
Dari kutipan 36 menjelaskan tentang Harun sedang menunaikan shalat Subuh
yang menutup aurat, berpenampilan yang keren. “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan ruku‟ilah beserta orang-orang yang ruku” (Qs. Al-Baqarah:43).
40
Kutipan 37
“Harun yang sibuk menyiapkan bekal untuk dibawa sebagai persiapan
keberangkatannya ke Kedung Kacip berhenti dan bergegas mengambil air
wudhu untuk melakukan shalat Ashar. Selesai shalat ia melanjutkan
membereskan dan merapikan pakaian dan barang lain yang belum masuk ke
dalam tas koper” (Arif, 2014:26).
Dari kutipan 37 yang menjelaskan walau didalam kesibukan Harun persiapan
keberangkatannya ke Kedung Kacip, Harun masih tetap menyempatkan untuk
melaksanakan ibadah shalat Ashar yang wajib dilakukan oleh setiap muslimin.
“Peliharalah semua shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk
Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu” (QS. Al-Baqarah:238).
Kutipan 38
“Ia bangun dan beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk
berwudhu, kemudian shalat shubuh. Ia tidak memedulikan apakah keluarga
Pak RW shalat atau tidak. Sesuai shalat Harun segera mandi mempersiapkan
keberangkatan ke tempat tugas hari pertamanya” (Arif, 2014:30).
Dari kutipan 38 menjelaskan bahwa Harun sedang bangun tidur langsung
berwudhu, kemudian shalat Subuh ia tidak memperdulikan apakah keluarga Pak RW
shalat apa tidak sesudah shalat Harun langsung mandi mempersiapkan tugas
keberangkatan hari pertamanya. “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir
sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh
itu disaksikan (oleh malaikat)” (QS. Al-Isra:78).
Kutipan 39
“Tak lama kemudian Harun keluar setelah shalat Maghrib. Ia bercelana hitam
dan berbaju motif kotak-kotak serta bersongkok. Malam itu Harun tampak
tampan dan berwibawa. Ia langsung bergabung dengan anak-anak yang sudah
duduk di tempat masing-masing menunggunya”(Arif, 2014:115).
41
Dari kutipan 39 menjelaskan tentang Harun yang sedang ditunggu oleh murid-
muridnya untuk mengajar mengaji, tapi Harun tetap melakukan shalat wajib Maghrib
terlebih dahulu dengan tampan dan berwibawa. “Wahai orang-orang yang beriman
Rukuklah, suhudlah, dan sembahlah Tuhanmu serta berbuatlah kebaikan agar kamu
beruntung” (QS. Al-Hajj:77).
Kutipan 40
“Sepulang mengajar Harun langsung bergegas shalat Zuhur, makan dan
mengemas satu sel pakaian serta beberapa barang yang akan dibawa ke dalam
tas ransel. Ia mengenakan celana katun warna cokelat tua dan kaos warna
krem dan untuk menjaga kehangatan dari deruan angin ia kenakan jaket kulit
hitam” (Arif, 2014:141).
Dari kutipan 40 menjelaskan tentang Harun dalam keadaan terburu-buru
masih bergegas shalat Zuhur, karena dalam keadaan apa pun shalat adalah suatu hal
ibadah yang wajib. “Sesungguhnya Aku ini Allah, tiada tuhan selain Aku. Maka
sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat-Ku” (QS. Thaha:14).
Kutipan 41
“Setelah itu Harun ke kamar mandi. Cuci muka dan kaki, kemudian berwudhu
untuk shalat Asha. Belum selesai ia cuci kaki, terdengar azan Ashar
dikumandangkan. Ia kembali ke kamar, menggelar sajadah dan shalat Ashar”
(Arif, 2014:144).
Dari kutipan 41 menjelaskan Harun yang baru datang ke rumahnya langsung
disambut oleh Ibunya, Harun pun langsung ke kamar mandi untuk bersih-bersih
kemudian berwudhu dan melaksanakan shalat Ashar dan tak lama dari situ azan
berkumandang. Dijelaskan bahwa kegiatan ibadah shalat adalah satu kewajiban yang
sudah diatur oleh Allah Swt. “Dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia mengerjakan
shalat” (QS. Al-A‟la:15).
42
Kutipan 42
“Bagus Dik. Kebetulan saya ada lahan kosong sekitar 50 bata, 700 m
pemberian orangtua di pinggir jalan. Lahan itu boleh digunakan untuk
membangun mushala, “kata Pak RW menawarkan. “Terus bagaimana
hitungannya, Pak? “ tanya Harun kepada Pak RW. “Ah...gak usah dihitung,
gunakan saja. Saya wakafkan. Supaya punya tabungan akhirat. Saya masih
ada kok lahan lain, “kata Pak RW mengikhlaskan. “ Betul Pak? “tanya Harun
setengah kaget. “Iya, “jawab Pak RW sambil mengangguk. “ Bagaimana
dengan Bu RW, setuju apa tidak? “tanya Harun khawatir. “Ah itu urusan saya.
Ini tanah pemberian orangtua saya, kok. Nanti saya bisa jelaskan, “tegas Pak
RW. “Boleh, pak. Jadi gak usah beli ya, Pak? “tanya Harun memastikan.
“Benar. “Pak RW menjawab singkat” (Arif, 2014:151).
Dari kutipan 42 menjelaskan bahwa percakapan Harun dan Pak RW
menceritakan rencana tentang pembangunan mushola Pak RW, yang ikhlas
mewakafkan tanahnya untuk hanya mendapatkan keridhoan yakin perbuatannya
adalah salah satu ibadah. “Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah (dijalan
Allah) sebagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang
kami keluarkan dari bumi untuk kamu” (QS. Al-Baqarah:267).
b) Ibadah Ammah
Ibadah ‘ammah, yaitu segala perbuatan yang mendatangkan kebaikan kepada
diri sendiri dan orang lain, dan dilaksanakan dengan hati yang ikhlas karena Allah,
seperti belajar, mencari nafkah, dan menolong orang yang susah (Ali, 2013:242).
Kutipan 43
“Pagi itu Harun tampak elegan dan smart, bagai seorang model yang sedang
berlenggak-lenggok di cat walk memperagakan karya designer kenamaan.
Perasaannya sedikit was-was, tidak tenang, karena ini adalah pengalaman
pertamanya bertugas sebagai guru agama. Kepercayaan dirinya sedikit
berkurang menghadapi lingkungan yang baru” (Arif, 2014:30).
Dari kutipan 43 menjelaskan walau penampilan Harun elegan dan smart tapi
Harun masih sedikit tidak tenang, karena pengalaman pertamanya sebagai guru
43
agama, tapi kegiatan mengajar adalah sebagian dari ibadah. “Sesungguhnya sebagian
di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui” (QS. Al-
Baqarah:146).
Kutipan 44
“Paham akan kondisi murid-muridnya, Harun mengajari mereka dengan
telaten dan tekun. Kurikulumnya tidak serumit kurikulum sekolah. Persiapan
administrasinya nyari tidak ada. Tidak ada program semester dan tidak ada
satuan pelajaran” (Arif, 2014:70).
Dari kutipan 44 yang menjelaskan tentang pengertian Harun terhadap murid-
muridnya untuk mengajari dengan telaten dan tekun, walaupun serumit kurikulum
sekolah, Harun tetap tekun untuk mengajari murid-muridnya. “Serulah manusia ke
jalan Rabbmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik” (QS. An-Nah:125).
Kutipan 45
“Usai membaca Al-Fatihah, Harun mengajari murid-muridnya membaca
dengan metode Iqra. Dengan telaten ia membimbing anak-anak satu per satu
sampai mereka benar-benar menguasai dan bisa membacanya” (Arif,
2014:115).
Dari kutipan 45 yang menjelaskan tentang telatenan Harun dalam
membimbing anak-anak untuk membaca metode Iqra sampai mereka benar-benar
menguasai dan bisa membacanya. “Dan jika berkat pengajaranmu Allah Swt,
memberi petunjuk kepada seseorang, maka bagimu itu lebih baik daripada dunia
beserta isinya” (Riwayat, Nabi Muhammad SAW kepada Mu‟adz bin Jabal R.A:69).
Kutipan 46
“Kebiasaan ini Harun lakukan untuk membiasakan budaya tertib dan
tanggung jawab kepada murid-muridnya. Murid yang tidak rapi pulangnya
paling belakang. Setelah semua murid di kelasnya keluar, barulah Harun
meninggalkan kelas” (Arif, 2014:128).
44
Dari kutipan 46 yang menjelaskan bahwa pengajaran untuk membiasakan
budaya tertib dan tanggung jawab kepada murid-muridnya. “Sungguh pendidikan
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl:125).
Kutipan 47
“Ia belajar mengaji, membaca, dan menulis huruf Alquran. Seminggu sekalia
ia mendapatkan materi khusus keagamaan. Didikan agamis yang diterapkan
oleh ayahnya sangat membekas dalam kepribadian Harun” (Arif, 2014:143).
Dari kutipan 47 yang menjelaskan tentang masa kecil Harun yang selalu
diajarkan untuk belajar materi khusus keagamaan yang diajarkan Ayahnya sangat
membekas menjadi dalam kepribadian Harun. “Allah mengangkat derajat orang-
orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu” (QS. Al-
Mujadalah:11).
Kutipan 48
“Anak-anak berubah drastis, tidak seperti delapan bulan sebelumnya. Mereka
yang biasanya sore hari hanya berlari dan bercanda berubah menjadi sibuk
mangaji, membaca Alquran. Orangtua mereka juga senang anaknya bisa
mengaji” (Arif, 2014:151).
Dari kutipan 48 menjelaskan tentang perubahan drastis delapan bulan
sebelumnya anak-anak menjadi sibuk mengaji, membaca Alquran, membuat orangtua
mereka senang terhadap kegiatan belajar mengaji tersebut. “Aku berkata. Demikian
itu karena ilmu adalah asasnya ibadah-ibadah dan sumber beberapa kebaikan,
sebagaimana kebodohan adalah pangkal setiap keburukan dan sumber seluruh
musibah” (al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, al-Manhaj al-Sawi:77).
45
Kutipan 49
“Warga yang hadir umumnya, bapak-bapak yang belum rajin menjalankan
shalat. Bahkan nyaris tidak pernah. Namun mereka mau diajak membangun
mushala. Kedatangan Harun di desa Kedung Kacip bagaikan cahaya Ilahi
penerang kebenaran” (Arif, 2014:156).
Dari kutipan 49 menjelaskan tentang kesadaran bapak-bapak di masyarakat
untuk membangun mushola bahwasanya mushola sangatlah penting untuk kegiatan
ibadah shalat, terutama mengaji bagi anak-anak mereka sangat penting untuk masa
depan anak-anaknya. “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat” (QS. Luqman:4).
Kutipan 50
“Harun semakin sibuk, tidak hanya mengajar mengaji tetapi juga
membimbing orang tua yang sadar untuk mengerjakan shalat. Karena itu
Harun harus bisa mangatur waktu dengan baik. Ia bagi waktunya, untuk anak-
anak mengaji ba’da Maghrib dan bimbingan shalat untuk orang tua ba’da
shalat Isya” (Arif, 2014:163).
Dari kutipan 50 menjelaskan tentang kesibukan Harun semakin bertambah
untuk mengajar mengaji, karena sebagian orangtua yang sadar untuk belajar
mengerjakan shalat, maka itu Harun membagi waktu anak-anak dan orangtua. “Demi
Allah, jika Allah memberi petunjuk kepada satu orang berkat ajakanmu maka itu jauh
lebih baik (bagimu) daripada kekayaan paling berharga” (H.R. al-Bukhari dan
Muslim).
Kutipan 51
“Baik Pak, kalau begitu. Saya ada teman seorang dokter, insya Allah ia bisa
membantu pengoperasian ayah Rani,” kata pengacara. Ia coba menghubungi
temannya seorang dokter yang bekerja RSU Ali Sadikin Bandung. Hasil
pembicaraan, temannya bersedia membantu operasi. Ia menyarankan melalui
program Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Jika operasi besar
hanya bayar separuh” (Arif, 2014:196).
46
Dari kutipan 51 menjelaskan tentang pengacara yang baik ingin menolong
Ayah Rani yang sedang ingin operasi membantu melalui temanya seorang dokter
menggunakan Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), sehingga hanya
membayar separuh. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-
Maidah:5-2).
2) Muamalah
Muamalah adalah ketetapan Tuhan yang langsung berhubungan dengan
kehidupan sosial manusia terbatas pada yang pokok-pokok saja (Ali, 2013:243).
Kutipan 52
“Saya sudah berbincang dengan Pak RW dan alhamdulilah beliau menyetujui.
Bahkan untuk mendukung rencana ini beliau mewakafkan lahan seluas 50
bata.” (Arif, 2014:154).
Dari kutipan 52 menjelaskan tentang Pak RW yang ikhlas menyumbangkan
tanahnya untuk membangun mushalah, yang mana ini sudah ditetapkan Allah Swt
termasuk dalam salah satu muamalah madaniyah yaitu tentang berhubungan dengan
aspek kebendaan yang disumbangkan seperti halal, haram, syubhat, kemudharatan,
dan lainnya. "Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah
bangunkan dia istana surga” (H.R Bukhori no. 450 dan Muslim no. 553).
Kutipan 53
“Warung remang-remang di sepanjang jalan desa mulai ramai pengunjung.
Lelaki berbagai usia berdatangan mengendarai motor beragam merek.
Dandanan mereka pun variatif, ada yang necis ada pula yang amburadul,
berantakan tidak terurus. Ada yang masih celingak-celinguk keheranan, ada
juga yang sudah biasa tanpa beban” (Arif, 2014:48).
47
Dari kutipan 53 yang menjelaskan tentang keadaan desa Kedung Kacip saat
malam mulai ramai diwarung remang-remang, berbagai macam pengunjung
berdatangan untuk memilih dan memesan wanita yang diinginkan yang diperjual
belikan oleh salah satu mucikari. “Rasulullah shallallahu‟alaihi wa sallam melarang
hasil penjualan anjing, penghasilan pelacur dan upah perdukunan” (HR.
Bukhari:2237 dan Muslim:1567).
Kutipan 54
“Sang gadis mengambil botol pesanan sang pelangan. Ia berjalan semlohe.
Pinggulnya bergoyang seirama dengan derap langkah kaki kiri dan kanan
bagai penyanyi dangdut yang sedang melakukan pertunjukan, bagai model
yang sedang berjalan di catwalk “ (Arif, 2014:50).
Dari kutipan 54 yang menjelaskan tentang penjualan khamer yang dipesan
oleh pelanggan terhadap gadis yang seksi bagai model yang siap menemani sepanjang
malam. “Setiap hal yang memabukkan itu khamer, dan setiap yang memabukkan itu
haram” (H.R. Muslim).
Kutipan 55
“Selain stok gadis cantik yang menawan bagi mereka yang mencari
kenikmatan terlarang, sarana pendukung berupan minuman memabukan juga
menjadi pesona. Karenanya para mucikari memiliki kiat tersendiri untuk
menyediakannya tanpa harus kena razia polisi yang setiap saat mengadakan
penelitian. Inilah nilai tampahnya” (Arif, 2014:51).
Dari kutipan 55 menjelaskan tentang keahlian mucikari dalam berbisnis
pelacuran, minuman keras, sehingga tidak terjaring razia polisi, bahwa sang mucikari
mempunyai nilai tambahan dalam berbisnis haram. “Setiap jasad yang tumbuh dari
harta haram, maka nerakalah yang lebih tepat menjadi tempatnya” (HR. al-Hakim dan
al-Baihaqi).
48
Kutipan 56
“Mereka terbuai oleh kenikmatan sesaat penghapus nilai kemanusiaan dan
keadaban. Norma tak lagi diindahkan. Agama tak lagi dipedulikan. Hukum
tak lagi diperhatikan. Semuanya terhapus oleh godaan kepuasaan ilegal yang
telah mendominasi jiawa yang paling dalam” (Arif, 2014:52).
Dari kutipan 56 menjelaskan tentang orang-orang yang pejual belian barang-
barang haram demi kenikmatan sesaat tanpa disadiri mereka dalam kesesatan.”Akan
datang kepada manusia suatu masa, dimana orang tidak lagi memedulikan dari mana
ia mendapatkan harta, apakah dari hasil yang halal ataukah dari hasil yang haram”
(HR. An-Nasai).
c) Akhlak
Akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan
perbuatan, mungkin baik mungkin buruk (Ali, 2013:345).
Kutipan 57
“Ah tidak, saya justru senang kok kalau Dik Harun tinggal di sini. Rumah
Bapak ada tiga kamar. Saya punya anak dua laki semua. Mereka nanti biar
tidur di kamar tengah dan nanti Dik Harun bisa tinggal di kamar yang paling
ujung, “kata Pak RW sambil menunjuk kamar yang disebut” (Arif, 2014:21).
Dari kutipan 57 yang menjelaskan tentang kebaikan akhlak Pak RW yang
mengizinkan Harun tinggal dirumahnya merelakan anaknya untuk tidur bersama demi
memberikan satu kamar kosong untuk Harun. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah:2).
49
Kutipan 58
“Namun, ia bertahan. Ia redam emosi dan bersabar. Bukan ia takut kepada
pemuda itu, tetapi ia menjaga dan menghidari perkelahian. Apa jadinya jika ia
yang profesinya sebagai guru agama berkelahi, buntutnya akan menjadi
panjang. Kecuali, jika terpaksa atau sebagai pembelaan diri itu masalah lain”
(Arif, 2014:36).
Dari kutipan 58 menjelaskan tentang kesabaran pribadi akhlak baik Harun
yang menghindari pelarian menyadari, bahwa dia adalah seorang guru agama bukan
berarti dia takut pemuda itu kecuali jika terpaksa. “Sesungguhnya di antara orang-
orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat
denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi).
Kutipan 59
“Iya Dik, saya dukung. Dik Harun nggak usah takut. Nanti saya bantu kalau
ada apa-apa. Enak saja, penguasa bukan yang punya lahan juga bukan, kok
berani-beraninya melarang. Teruskan saja, Dik, “timpal Pak RW
menyemangati” (Arif, 2014:88).
Dari kutipan 59 yang menjelaskan tentang Harun yang khawatir dengan
kekejian seorang mucikari, tapi Pak RW yang terus mendukung kegiatan baik Harun
walaupun nantinya ada apa-apa. “Bantulah saudaramu, baik dalam keadaan sedang
berbuat zhalim atau sedang teranianya. Anas berkata: Wahai Rasulullah, kami akan
menolong orang yang teraniaya. Bagaimana menolong orang yang sedang berbuat
zhalim?” Beliau menjawab: ”Dengan menghalanginya melakukan kezhaliman. Itulah
bentuk bantuanmu kepadanya” (Mu‟tamar dari Anas).
Kutipan 60
“Kalau gitu kita laporkan saja ke Polsek, Dik Harun,” Pak RW mengusulkan,
“Nggak usahlah Pak. Toh tidak ada yang luka yang berarti. Nanti malah
panjang urusannya. Yang penting saya anak-anak selamat dan bisa
50
melanjutkan kegiatan mengaji,” kata Harun mencegah Pak RW” (Arif,
2014:97).
Dari kutipan 60 menjelaskan tentang pembicaraan Pak RW dengan Harun
bahwa Harun baru saja dikeroyok oleh dua preman Pak RW menghasilkan untuk
melaporkan kepada polisi, tapi Harun dengan kebaikannya ikhlas untuk membiarkan
apa yang sudah dialaminya. “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,
karena itu damaikanlah antara saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu mendapat rahmat” (QS. Al-Hujurat:10).
Kutipan 61
“Harun merasa seyang kepada mereka. Ia tidak tega kalau kegiatan mengaji
dihentikan. Ia bertekad akan terus memperjuangkan kegiatan mengaji ini
walau badai menghantam secara berantai, rintangan datang menghadang, dan
horor datang meneror” (Arif, 2014:121).
Dari kutipan 61 yang menjelaskan tentang Harun yang merasa sayang kepada
anak-anak pengajiannya untuk dihentikan, maka dari itu akhlak baik Harun ia
bertekad akan terus memperjuangkan kegiatan mengaji walau banyak rintangan yang
meneror. “Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong agama Allah, niscaya
Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian. Adapun orang-orang
kafir, maka kecelakaan bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Yang
demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan
Allah (Alquran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka” (QS.
Muhammad:7-9).
Kutipan 62
“Mereka sedang menenggak minuman keras di siang bolong. Dua orang dari
mereka mulai mabuk. Kepalanya serasa berputar, badannya melayang, dan
tanaganya hilang. Mereka tidak lagi bisa mengontrol diri. Emosi tinggi,
51
mudah diprovokasi, dan nekat berbuat tidak terpuji. Harun menyapa mereka
dengan santun. Ia sadar bahwa ia adalah orang baru di desa tersebut. Seorang
dari mereka berdiri dan memanggilnya. Merasa dipanggil ia pun
menghentikan laju motor yang berjalan pelan-pelan. Pemuda itu
menghampirinya dan meminta uang untuk membeli rokok kepadanya” (Arif,
2014:35).
Dari kutipan 62 menjelaskan tentang akhlak buruk seorang dua pemuda yang
lagi mabuk di siang bolong membuat Harun kaget dan ragu, karena mereka meminta
uang untuk membeli rokok dengan keadaan mabuk mereka memaksa Harun untuk
memberinya uang. “Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan
mereka terombang-ambing dalam kesesataan mereka” (QS. Al-Baqarah:15).
Kutipan 63
“Hari minggu adalah hari pesta sabung ayam. Sekira jam sembilan pagi para
pecandu kebiasaan Cindelaras ini datang dari berbagai tempat. Mereka
berkumpul di lahan kosong yang luas sehingga leluasa berpesta dosa” (Arif,
2014:38).
Dari kutipan 63 yang menjelaskan tentang penyakit masyarakat di desa
Kedung Kacip yaitu satu kebiasaan yang menjadi candi menganggap suatu pesta
sabung ayam, selain perbuatan tercela dan dosa tapi mereka anggap sudah suatu hal
yang biasa. “Dari sahabat Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah SAW melarang (kita)
mengadu binatang” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Kutipan 64
“Untuk apa kamu ikut ngaji segala? Gak pening! Yng penting itu penampilan
dan cari uang. Kamu pinter ngaji kalau gak punya uang juga gak bisa makan,”
ujar Ibu Adi meluapkan kemarahannya” (Arif, 2014:71).
Dari kutipan 64 yang menjelaskan bahwa Ibu dari seorang anak yang
berakhlak buruk tidak tahu ajaran agama yang hanya tahu tentang mencari uang dari
cara yang haram, sehingga belajar agama baginya suatu kerugian. “Kemudian, akibat
52
orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah yang lebih buruk, karena mereka
mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya” (QS. Ar-
Ruum:10).
Kutipan 65
“Ia berusaha memprovokasi rekan-rekan mucikari lainnya. Untuk mencari
dukungan. Di hadapan mereka, ia menjelek-jelekan Harun. Ia bilang kepada
rekannya bahwa kegiatan mengaji yang dilakukan Harun bisa merusak bisnis
haram mereka” (Arif, 2014:74).
Dari kutipan 65 menjelaskan tentang provokasi mucikari terhadap rekan-
rekannya agar dapat menghentikan kegiatan mengaji yang dilakukan oleh Harun yang
akan merusak bisnis haramnya. “Barang siapa yang mengerjakan dosa, maka
sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nisa:111).
Kutipan 66
“Pendapat mereka yang hadir di sana variatif. Masing-masing mempunyai
pandangan yang berbeda. Ada yang berpendapat Harun di bunuh saja. Yang
lain berpendapat dihajar saja. Ada juga yang berpendapat diracun saja agar
tidak ketahuan” (Arif, 2014:76).
Dari kutipan 66 menjelaskan tentang rencana jahat orang-orang yang
membenci Harun tidak suka dengan kegiatan mengaji Harun. “Barang siapa yang
mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia
tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah” (QS.
An-Nisaa:123).
Kutipan 67
“Yah sudah kalau nggak mau. Awas nanti!” kata mucikari mengancam seraya
mengajak anak buahnya ngacir dengan kesal. “ Ayo, kita pulang! Percuma
kita bicara baik-baik toh hasilnya mengjengkelkan” (Arif, 2014:85).
53
Dari kutipan 67 yang menjelaskan tentang negosiasi rencana jahat seorang
mucikari dan anak buahnya yang akhirnya ditolak Harun membuat seorang mucikari
menjadi kesal, tetap berencana menghentikan pengajian menggunakan cara lain.
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik” (HR. Ahmad,
Timidzi, Ibnu Majah)
Kutipan 68
“Dua preman pengacau suruhan mucikari kembali barulah. Mereka tak mau
tinggal diam. Cara apa pun harus mereka lakukan demi tercapainya tujuan
yang mereka inginkan, yaitu berhentinya kegiatan mengaji. Kita tidak boleh
menyerah. Pokoknya kita akan beri pelajara terus guru semprul itu sampai ia
berhenti melakukan kegiatan mengaji,” kata mucikari kepada preman
suruhannya.” Tak ada kata menyerah, tak ada kata berhenti” (Arif, 2014:109).
Dari kutipan 68 menjelaskan tentang percakapan seorang mucikari dengan
dua premannya yang berakhlak buruk dan berencana jahat tidak mau menyerah terus
memberi pelajaran kepada Harun sebagai guru mengaji. “Rencana yang jahat tidak
akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri” (QS. Fathir:43).
54
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian terhadap novel Ketika
Cahaya Berpijar Karya Arif Ys, tentang nilai dakwah yaitu: (1) akidah (a) keyakinan
kepada Allah, (b) keyakinan kepada malaikat-malaikatnya, (c) keyakinan kepada
kitab-kitab suci, (d) keyakinan kepada nabi dan rasul, (e) keyakinan kepada hari
akhir, (f) keyakinan kepada qadha dan qadhar, (2) syariah (a) ibadah, (1) ibadah
mahda, (2) ibadah ammah, (b) muamalah, (3) akhlak.
Akidah merupakan pesan dakwah yang paling hakiki bagi setiap manusia.
Akidah wajib dibenarkan dalam hati dan jiwa menjadi tenteram sehingga menjadi
suatu keyakinan yang tangguh dan kokoh. Tidak dicampuri oleh keraguan dan
kebimbangan. Keyakinan kepada Allah, yaitu membenarkan dengan hati bahwa Allah
ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaannya. Diakui dengan lisan dan
dibuktikan dengan amal perbuatan di dunia nyata. Keyakinan kepada Malaikat-
malaikatnya, yaitu seseorang yang mana dalam kehidupan sehari-hari harus tahu
bahwa ada dua malaikat yang selalu ada disampingnya malaikat Raqib bertugas
mencatat amal baik, malaikat Atid bertugas mencatat amal buruk dalam setiap
perbuatannya, dan juga manusia harus percaya bahwa malaikat Nakir akan
menanyakan dan menyiksa manusia didalam kubur, itu memang benar adanya atas
pertanggung jawabkan setiap perbuatan manusia di dunia. Keyakinan kepada Kitab-
kitab Allah, yaitu seorang harus percaya dalam kitab-kitab seperti, kitab Zabur
diturunkan kepada Nabi Daud, kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, kitab
55
Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa, dan Alquran merupakan pelengkap dan
penyempurna ajaran-ajaran kitab sebelumnya yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Keyakinan kepada Nabi dan Rasul, yaitu ada 25 Nabi yang wajib
harus di yakini seperti, Nabi Daud yang diturunkan kitab Zabur dengan mukjizat
memiliki suara yang sangat merdu, Nabi Musa yang diturunkan kitab Taurat yang
dianugerahi mukjizat kenabian yang berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular
besar, kemudian tongkatnya bisa membelah laut merah, Nabi Isa yang diturunkan
kitab Injil dengan kelebihan mukjizat bisa berbicara saat masih bayi, menghidupkan
orang mati, Nabi Muhammad yang diturunkan kitab Alquran sebagai penyempurna
ajaran kitab-kitab sebelumnya dan seorang Nabi dan Rasul terakhir bagi umat
muslim. Keyakinan kepada hari Akhir, yaitu setiap manusia menerima kebenaran
yang sesungguhnya dan bertanggung jawab kelak di akhirat, atas segala perbuatan
baik akan dibalas dengan surga, perbuatan yang buruk akan dibalas dengan neraka
sewaktu di dunia. Keyakinan kepada qadha dan qadhar, yaitu takdir yang tidak bisa
diubah seperti kematian, bencana alam, kiamat. Takdir yang bisa diubah seperti
kepandaian, kekayaan, kesehatan. Dan semua itu tidak bisa tertukar.
Syariah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah) ibadah
terbagi menjadi dua yaitu, ibadah mahda ibadah yang ketentuannya pelaksanaanya
telah ditetapkan Allah dan dijelaskan Rasulnya, seperti ibadah salat, haji, puasa, dan
zakat. Ibadah Ammah, ibadah yang segala perbuatan mendatangkan kebaikan kepada
diri sendiri dan orang lain. Dilaksanakan dengan hati yang ikhlas karena Allah,
seperti belajar, mencari nafkah, dan menolong orang yang lagi susah. Manusia
sebagai ciptaan Allah harus menjalankan perintah yang sudah ditetapkan menjauhi
56
larangan-larangannya. Muamallah yaitu seseorang menjunjung silahturahim dan tidak
membeda-bedakan antarsatu dengan yang lainnya. Seseorang harus peduli dan dapat
merasakan kesedihan dan penderitaan yang di alami saudaranya.
Akhlak baik mengajarkan suatu pengajaran tentang nilai keagamaan, sosial,
kebenaran, keindahan, dan moral, disamping itu juga mengajarkan kesabaran dalam
berbuat kebaikan. Akhlak baik merupakan sifat manusia yang terdidik. Seseorang
yang berbuat baik kepada Allah dan kepada sesama manusia, Allah maha pengampun
lagi maha penyayang. Akhlak buruk melakukan perkumpulan tempat-tempat haram,
menyebarkan fitnah, dan kebencian. Seseorang juga tidak baik untuk berbuat buruk
kepada Allah dan sesama manusia. Semua perbuatan di dunia akan ada balasannya di
akhirat kelak, surga maupun neraka.
57
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, nilai akidah merupakan pesan dakwah yang wajib dibenarkan dalam
hati dan jiwa. Hati menjadi tenteram sehingga menguatkan keyakinan yang tangguh
dan kokoh. Tidak dicampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Diakui dengan lisan
dan dibuktikan dengan amal perbuatan di dunia nyata. Kedua, nilai syariah hubungan
manusia dengan Tuhan dengan ketentuan pelaksanaan yang telah ditetapkan Allah.
Dilaksanakan dengan hati yang ikhlas karena Allah SWT. Disamping itu,
menyangkutkan hukum islam dalam kehidupan sehari-hari misalnya, halal, sunnah,
mubah, makruh, haram, shohih (sah), mabtu (batal). Ketiga, nilai akhlak merupakan
perbuatan, baik atau buruknya. Akhlak baik, seperti jujur, sopan, santun, tawakal, dan
adil. Akhlak buruk, seperti berkata kasar, tidak sopan, berprasangka buruk, mudah
putus asa, sombong, mencuri.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut.
1. Novel ini dapat memperluas wawasan bagi siswa dan guru.
2. Novel ini dapat digunakan sebagai pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia.
3. Analisis tersebut sangat membantu proses belajar mengajar dalam kurikulum.
Yang membantu dalam RPP (rencana pelaksaan pembelajaran).