bab ii imma tinjauan pustaka

Upload: ismail-andi-baso

Post on 07-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    1/20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Kebisingan

    Suara keras atau bising merupakan suatu Hazard kesehatan

    yang lama-kelamaan dapat mengakibatkan kerusakan telinga secara

    permanen. Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha

    atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat

    menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

    lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang

    tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan

    atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan

    pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999).

    Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi

    kebisingan dianggap istimewa jika :

    1) Penilaian pribadi dan subjektif sangat menentukan untuk mengenali

    suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak

    2) Kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan

    pencemaran udara dan pencemaran air dan bising pesawat

    merupakan pengecualian.

    Dalam industri peningkatan mekanisme mengakibatkan

    meningkatnya tingkat kebisingan. Pekerjaan-pekerjaan yang

    menimbulkan bising dengan intensitas tinggi umumnya terdapat di

    9

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    2/20

    pabrik tekstil (weaving, spinning), pekerjaan pemotongan plat baja,

    pembuatan terowongan (Sugeng Budiono). Sumber bising bermacam-

    macam misalnya pesawat terbang, alat-alat rumah tangga yang

    digunakan, suara kendaraan bermotor, suara radio dan televisi,

    peralatan kontruksi dan industri-industri. Kebisingan yang berasal dari

    berbagai peralatan memiliki tingkat kebisingan yang berbeda dari

    suatu model ke model lain (Dwi P Sasongko, dkk). Dengan mengacu

    pada pengertian dan melihat sumber yang diketahui, maka sebenarnya

    sumber kebisingan berada dimana-mana.

    Secara umum, tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh kebisingan

    bagi pekerja dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti :

    a. Intensitas dan frekuensi kebisingan

    b. Jenis kebisingan (steadyatau non-steady noise)

    c. Waktu kontak harian dan tahunan (exposure duration)

    d. Umur pekerja

    e. Penyakit-penyakit/ketidaksempurnaan system pendengar pada

    pekerja (yang bukan disebabkan oleh kebisingan)

    f. Kondisi lingkungan (kecepatan angin, suhu, kelembaban udara,

    dan sebagainya) dimana bahaya kebisingan tersebut berada

    g. Jarak antara pekerja dengan sumber kebisingan

    h. Posisi telinga terhadap gelombang suara (kebisingan)

    10

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    3/20

    1. Tipe-tipe Kebisingan

    Kategori kebisingan lingkungan dapat dilihat seperti dalam

    tabel berikut :

    Tabel 2.1 Tipe-tipe Kebisingan

    Jumlah

    kebisingan

    Semua kebisingan di suatu tempat tertentu dan

    suatu waktu tertentuKebisingan

    spesifik

    Kebisingan di antara jumlah kebisingan yang dapat

    dengan jelas dibedakan untuk alasan-alasan

    akustik. Seringkali sumber kebisingan dapat

    diidentifikasikan

    Kebisingan

    residual

    Kebisingan yang tertinggal sesudah penghapusan

    seluruh kebisingan spesifik dari jumlah kebisingan

    di suatu tempat tertentu dan suatu waktu tertentu

    Kebisingan latar

    belakang

    Semua kebisingan lainnya ketika memusatkan

    perhatian pada suatu kebisingan tertentu. Penting

    untuk membedakan antara kebisingan residual

    dengan kebisingan latar belakang

    Menurut Sumamur (1996) jenis-jenis kebisingan yang sering

    ditemukan adalah sebagai berikut :

    a) Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekwensi yang luas

    (steady state wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas

    angin, dapur pijar.

    11

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    4/20

    b) Kebisingan kontinu dengan spektrum frekwensi sempit (steady

    state norrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas.

    c) Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu

    lintas,suara kapal terbang di lapangan udara.

    d) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), misal

    tembakan bedil atau meriam, ledakan.

    e) Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di

    perusahaan.

    2. Gangguan Akibat Kebisingan

    Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah

    kerusakan pada indera-indera pendengar yang menyebabkan ketulian

    (Sumamur, 1996).

    Menurut Dwi P Sasongko, dkk (2000) pengaruh kebisingan

    terhadap manusia tergantung pada karakteristik fisis, waktu

    berlangsung,dan waktu kejadiannya. Pengaruh tersebut berbentuk

    gangguan yang dapat menurunkan kesehatan, kenyamanan, dan rasa

    aman manusia. Beberapa bentuk gangguan yang diakibatkan oleh

    kebisingan adalah sebagai berikut :

    a. Gangguan Pendengaran

    Pendengaran manusia merupakan salah satu indera yang

    berhubungan dengan komunikasi audio/suara. Alat pendengaran

    yang berbebtuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang

    12

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    5/20

    mampu merespons suara pada kisaran antara 0 140 dB(A) tanpa

    menimbulkan rasa sakit. Kerusakan pendengaran (dalam bentuk

    ketulian) merupakan penurunan sensitivitas yang berlangsung

    secara terus-menerus. Tindak pencegahan terhadap ketulian akibat

    kebisingan memerlukan kriteria yang berhubungan dengan tingkat

    kebisingan maksimum dan lamanya kebisingan yang diterima.

    b. Gangguan Percakapan

    Kebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga

    mempengaruhi komunikasi yang berlangsung (tatap muka/via

    telepon).

    c. Gangguan Psikologis

    Kebisingan bisa menimbulkan gangguan psikologis seperti

    kejengkelan, kecemasan dan ketakutan. Gangguan psikologis

    akibat kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, periode,

    saat dan lama kejadian, kompleksitas spektrum/kegaduhan dan

    ketidakteraturan kebisingan.

    d. Gangguan Produktivitas kerja

    Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap

    pekerjaan yang sedang dilakukan seseorang memulai gangguan

    psikologis dan gangguan kensentrasi sehingga menurunkan

    produktivitas kerja.

    13

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    6/20

    e. Gangguan Kesehatan

    Selain gangguan terhadap sistem pendengaran, kebisingan

    juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional

    serta meningkatkan frekuensi detak jantung dan meningkatkan

    tekanan darah.

    3. Efek Kebisingan Pada Daya kerja

    Menurut Sumamur (1996: 65-67) Kebisingan mempunyai efek

    merugikan kepada daya kerja. Pengaruh-pengaruh negatif demikian

    adalah sebagai berikut :

    a. Gangguan Kebisingan adalah suara-suara yang tidak

    dikehendaki, maka dari itu kebisingan sering mengganggu. Pada

    umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-

    lebih yang terputus-putus atau yang datang secara tiba-tiba dan

    tak terduga.

    b. Komunikasi dengan pembicara

    Sebagai pegangan resiko potensial kepada pendengaran

    terjadi apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan

    berteriak. Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya

    pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan terutama pada

    peristiwa penggunaan tenaga baru. Untuk mengetahui pengaruh

    pada komunikasi dan pembicaraan dapat dilakukan dengan

    mengukur rata-rata intensitas oktaf-oktaf di antara 600-1.250

    14

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    7/20

    Hz,1250 2400 Hz dan 2400 4800 Hz. Nilai ini disebut Tingkat

    Gangguan Pembicaraan (Speech Interferrence Level).

    c. Kriteria Kebisingan untuk kantor

    Kebutuhan penbicaraan, baik langsung maupun lewat

    telepon adalah sangat penting di kantor dan ruang sidang dan

    dalam hal ini, telah ditemukan bahwa TGP (Tingkat Gangguan

    Pembicaraan) saja tidak selalu memadai sebagai pedoman untuk

    menentukan tepat tidaknya tingkat kegaduhan. Harus diperhatiakn

    pula faktor tingkat kekerasan dari frekuensi-frekuensi yang kuat

    untuk penentuan T.G.P.

    d. Efek pada Pekerja

    Kebisingan mengganggu perhatian yang perlu terus-

    menerus dicurahkan. maka dari itu, tenaga kerja yang

    melaksanakan pengamatan dan pengawasan terhadap satu

    proses produksi/hasil dapat membuat kesalahan kesalahan akibat

    terganggunya konsentrasi. Ada tenaga kerja yang sangat peka

    terhadap kebisingan, terutama pada nada tinggi, salah satu

    sebabnya mungkin reaksi psikologis. Kebisingan juga berakibat

    meningkatnya kelelahan.

    e. Reaksi Masyarakat

    Pengaruhnya akan besar, apabila kebisingan akibat suatu

    proses produksi demikian hebatnya, sehingga masyarakat sekitar

    protes, agar kegiatan tersebut dihentikan.

    15

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    8/20

    4. Nilai Ambang Batas Kebisingan

    Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa

    mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam

    pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau

    40 jam seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51 Tahun

    1999, KepMenKes No.1405 Tahun 2002). Pada lampiran 2

    KepMenNaker No.51 Tahun 1999, NAB dapat dilihat pada tabel

    dibawah ini :

    Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan

    Waktu Pemajanan

    per Hari

    Intensitas Kebisingan dalam

    Dba

    8 Jam 854 Jam 882 Jam 911 Jam 94

    30 Menit 9715 Menit 1007.5 Menit 1033.75 Menit 1061.88 Menit 1090.94 Menit 1120.94 Menit 112

    28.12 Detik 11514.06 Detik 118

    7.03 Detik 1213.52 Detik 1241.76 Detik 1270.88 Detik 1300.44 Detik 133

    Lanjutan Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan

    Waktu Pemajanan

    per Hari

    Intensitas Kebisingan dalam

    Db(A)

    0.22 Detik 1360.11 Detik 139

    16

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    9/20

    Tidak Boleh 140

    Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau

    membahayakan perlu diambil tindakan seperti penggunaan

    peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan,

    pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit buatan

    ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat

    pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan

    atau membahayakan.

    5. Pengukuran Intensitas Kebisingan

    Pengukuran kebisingan bertujuan untuk membandingkan hasil

    pengukuran pada suatu saat dengan standard/NAB yang telah

    ditetapkan. Disamping itu, pengukuran kebisingan bertujuan untuk

    memperoleh data kebisingan di perusahaan/dimana saja, mengurangi

    tingkat kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan

    (Sumamur,1996).

    Alat utama yang digunakan dalam pengukuran kebisingan

    adalahSound Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan diantara 30

    130 dBA dan dari frekwensi antara 20 20.000 Hz. Suatu sistem

    kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri.

    Sebagai kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan

    suaranya diatur oleh amplifier. Pengukuran kebisingan impulsif

    digunakan Impact Noiseanalyzer, bagi survei pendahuluan masalah

    kebisingan kontinue, sekarang biasanya diukur intensitas menyeluruh

    17

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    10/20

    yang dinyatakan dengan dB(A), menggunakan jaringan A.

    Kebanyakan alat-alat pengukur kebisingan hanya mengukur intensitas

    pada suatu waktu dan suatu tempat dan tidak menunjukkan dosis

    kumulatif kepada seorang tenaga kerja meliputi waktu-waktu kerjanya.

    (Sumamur, 1996).

    Gambar 2.1 Alat pengukur intensitas kebisingan (SLM)

    B. Tinjauan Umum Lama Kerja

    Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 25 tahun

    1997 tentang ketenagakerjaan lama waktu kerja adalah waktu untuk

    melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan pada siang hari dan/atau

    malam hari.

    1. Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai pukul

    18.00.

    2. Malam hari adalah waktu antara pukul 18.00 sampai pukul

    06.00.

    3. Seminggu adalah waktu selama 7 hari.

    18

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    11/20

    Jumlah jam kerja pada satu minggu di Indonesia, pada

    umumnya 40 jam. Ada organisasi-organisasi kerja yang membagi 40

    jam kerja ke dalam enam hari kerja (setiap hari kerja bekerja selama 8

    jam kerja). Meskipun tampaknya 40 jam per minggu diterima sebagai

    standar jumlah jam kerja diseluruh dunia, tidak berarti bahwa jumlah

    jam tersebut merupakan jumlah jam yang paling tepat. (Ashar Sunyoto

    Munandar, 2004)

    Dari 40 jam kerja per minggu ternyata bahwa secara actual

    orang bekerja kurang dari 40 jam. Hasil-hasil penelitian menunjukkan

    bahwa terdapat perbedaan antarjumlah jam kerja nominal

    (sebagaimana ditetapkan oleh peraturan) dengan jumlah jam kerja

    aktual (sebagaaimana dijalankan oleh tenaga kerja). Berikut ini

    beberapa hasil penelitian yang dibahas oleh Schultz (1982). Suatu

    kajian dari 5.000 lebih pekerja tata usaha dari sepuluh perusahaan

    yang berbeda-beda menunjukkan bahwa dari 37,5 jam kerja per

    minggu, tidak lebih dari 20 jam yang digunakan untukk benar-benar

    bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hamper setengah dari

    minggu kerja merupakan waktu yang hilang bagi perusahaan.

    Perusahaan hampir membayar dua kali lipat untuk pekerjaan yang

    diterima. Jam-jam istirahat resmi diperpanjang sendiri oleh para

    pekerjanya. Mereka juga mengambil istirahat sendiri yang tidak remi.

    (Ashar Sunyoto Munandar, 2004). Waktu kerja terdiri antara lain

    sebagai berikut ;

    19

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    12/20

    1. kerja paro-waktu tetap, beberapa dasawarsa yang lalu mulai

    tampak adanya kecenderungan dari tenaga kerja, yang makin lama

    makin meningkat, untuk bekerja sebagai pekerja paro-waktu tetap

    (permanent part-time employees). Mereka biasanya bekerja selama

    20 jam per minggu kerja. Kalau pada tahun 1963 10% dari

    angkatan kerja di Amerika Serikat bekerja paro-waktu, maka pada

    tahun 1980 persentase naik menjadi lebih dari 15% atau kira-kira

    lebih dari satu juta tenaga kerja.

    2. Empat hari waktu kerja, berapa jumlah hari kerja per minggu

    yang paling baik, enam hari kerja atau lima hari ataukah empat hari

    (seperti yang mulai diusulkan di beberapa perusahaan di Eropa dan

    Amerika Serikat), masih belum juga diketahui. Kalau mula-mula

    diterima enam hari kerja dan satu hari libur, maka sekarang ada

    anggapan bahwa manusia meemrlukan waktu istirahat lebih dari

    hanya satu hari saja. Pertengahan tahun 1970-an banyak pabrik,

    kantor dan badan pemerintah di Amerika serikat mengubah jam

    hari kerja perminggu menjadi hari kerja perminggu.

    3. Jam kerja lentur, sejak 1960-an di Jerman Barat terjadi satu

    perubahan radikal dalam penjadwalan kerja. Para tenaga kerja

    dibiarkan menentukan sendiri pada jam berapa mereka ingin mulai

    kerja dan pada jam berapa mereka ingin pulang, menghentikan

    kerja. Sebelumnya sebagaimana juga berlaku di Negara-negara

    lain termasuk Indonesia, para tenaga kerja mengikuti jadwal kerja

    20

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    13/20

    yang ditetapkan. Semua masuk dan pulang kerja pada jam yang

    sama.

    Tekanan melalui fisik (beban kerja) pada suatu waktu tertentu

    mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga

    berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya

    disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban

    kerja, namun juga oleh tekanantekanan yang terakumulasi setiap

    harinya pada suatu masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang

    berlarutlarut mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut

    juga kelelahan klinis atau kronis. Perasaan lelah pada keadaan ini

    kerap muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya

    bekerja, misalnya berupa perasaan kebencian yang bersumber dari

    perasaan emosi (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003). Gejala yang

    sering timbul antara lain :

    1. Meningkatnya ketidakstabilan jiwa

    2. Depresi

    3. Kelesuan umum seperti tidak bergairah keja

    4. Meningkatnya sejumlah penyakit fisik

    Pekerja yang dapat mengendalikan jam kerja mereka mungkin

    lebih sehat, baik jiwa maupun raga, dibandingkan dengan mereka

    yang menghadapi pekerjaan yang kurang luwes. Demikian diungkap

    sebuah hasil satu studi di AS. Dengan menganalisis 10 studi yang

    21

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    14/20

    sudah diterbitkan dan melibatkan sebanyak 16.600 pekerja. Para

    peneliti mendapati bahwa kondisi kerja tertentu yang memberi kendali

    kepada pegawai, seperti jadwal kerja yang diatur sendiri dan pensiun

    sebagian atau bertahap, berkaitan dengan manfaat kesehatan.

    Manfaat itu meliputi tekanan darah rendah dan denyut jantung yang

    teratur, kualitas tidur yang lebih baik dan tak terlalu kelelahan selama

    siang hari. (www.republika.co.id)

    Penelitian yang dilakukan oleh ahli jantung Meyer Friedman

    dan Ray Rosenman pada tahun 1974 menunjukan bahwa desakan

    waktu kronis tampaknya memberikan pengaruh tidak baik pada sistem

    cardiovascular. Hasilnya secara khusus adalah serangan jantung

    premature dan/tekanan darah tinggi. (Ashar Sunyoto Munandar, 2004)

    C. Tinjauan Umum Umur

    Umur merupakan lamanya rentang waktu harapan hidup

    seseorang/masa seseorang untuk hidup. (Kamus Besar Bahasa

    Indonesia, 1999). Umur/usia adalah salah satu satuan waktu yang

    mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk baik yang

    hidup maupun yang mati, misalnya umur manusia dikatakan lima belas

    tahun diukur sejak ia lahir hingga waktu umur itu dihitung. (Anonim,

    2008).

    Pengertian umur menurut Lily Wibisono (2000) yaitu usia

    kronologis dan usia biologis. Usia kronis adalah usia menurut kalender,

    22

    http://www.republika.co.id/http://www.republika.co.id/
  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    15/20

    dalam pengertian ini ada kelompok usia tua muda yaitu 60 75 Tahun,

    usia tua 76 80 Tahun, dan sangat tua 81 keatas. Sedangkan usia

    biologis ditentukan oleh kondisi otak. Struktur umur penduduk dapat

    dapat dilihat dalam umur satu tahun atau yaag disebut umur tunggal

    (single age) dan yang dikelompokan dalam 5 tahun.

    Hampir setipa orang mengalami kenaikan tekanan darah ketika

    usiannyasemakin bertambah. Jadi semakin tua usianya, kemungkinan

    seseorang menderita hipertensi/hipotensi juga semakin besar.

    Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan

    diastolik terus naik sampai usia 55-60 tahun, kemudian secara

    perlahan bahkan drastis menurun. (Myra Puspitorini, 2008)

    Usia dan kegiatannya sehari-hari pekerja mempengaruhi

    tekanan darah normal pada masing-masing individu. Tekanan darah

    cenderung tinggi bersama dengan peningkatan umur. Keadaan pikiran

    juga berpengaaruh terhadap pembacaan tekanan darah sewaktu

    mengalami pengukuran. Stress, perasaan takut atau cemas cenderung

    membuata tekanan darah meningkat.

    D. Tinjauan Umum Tekanan Darah

    23

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    16/20

    Tekanan Darah adalah kekuatan mengalir di dinding pembuluh

    darah yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan yang kembali ke

    jantung (pembuluh balik).

    Systole adalah saat jantung memompakan darah dari ventrikel

    sinistra melalui Aorta keseluruh tubuh, atau pada saat terjadinya

    kontaksi atrium dan ventrikel (ventriculus systole). Sedangkan

    Dyastole adalah saat darah kembali dari seluruh tubuh ke jantung

    melalui pembuluh vena kava superior dan inferior, atau pada saat

    terjadinya relaksasi atrium dan ventrikel.

    Dalam pemeriksaan tekanan darah terdiri dari dua bacaan yaitu

    bacaan pertama berupa angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik

    merupakan tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut memompa

    untuk mendorong melalui pembuluh darah. Sedangkan bacaan yang

    kedua berupa angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolic,

    merupakan tekanan saat otot jantung beristirahat membiarkan darah

    kembali masuk ke jantung. Angka itu menunjukan berapa besar

    hambatan dari pembuluh darah terhadap aliran darah balik ke jantung.

    Tekanan darah diukur dengan menggunakan manometer air

    raksa yang biasa disebut sebagai tensimeter. Ukuran dalam mmHg

    (mili meter air raksa).

    Tekanan darah dianggap normal bila terbaca sekitar 120 mmHg

    sistolik, dan 80 mmHg diastolik yang berlaku untuk orang dewasa

    24

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    17/20

    sehat berusia sekitar 18 tahun keatas. Di kenal dengan angka 120/80

    (sistolik/diastolik).

    Para ahli memberikan klasifikasi tekanan darah yang berbeda-

    beda, namun pada dasarnya, seseorang dikatakan tekanan darah

    tinggi jika tensinya diatas 140/90 mmHg. Menurut WHO, tekanan

    darah dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan

    hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut

    digolongkan normal tinggi.

    Tabel 2.3 Ketentuan dan klasifikasi tingkat tekanan darah

    menurut WHO

    KategoriTekanan Sistolik

    (Hg)Tekanan diastolic

    (Hg)

    Tensi Optimal < 120 < 80

    Tensi Normal < 130 < 85

    Tensi normal Tinggi 130 139 85 89

    Tingkat 1, Hipertenssi Ringan 140 159 90 99

    Subgroup : Perbatasan 140 149 90 94

    Tingkat 2, Hipertenssi Sedang 160 179 100 109

    Tingkat 3, Hipertenssi Berat 180 110

    Hipertensi Sistolik Isolasi 140 < 90

    Subgroup : Perbatasan 140 149 < 90

    Seventh Report of the Joint National Comitte VII (JNC VII) on

    Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

    25

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    18/20

    Presure memberikan klasifikasi tekanan darah bagi dewasa usia 18

    tahun keatas yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah

    tinggi dan tidak menderita penyakit serius dalam jangka waktu tertentu.

    Tabel 2.4 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

    KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK

    Normal 90

    Stadium1 140-159 90 -99

    Stadium 2 160 - >180 100 - >110

    Tekanan darah diukur dengan meletakkan manset (yang

    terhubung dengan Manometer air raksa) pada lengan atas dan lengan

    denga menggunakan stetoskop untuk mendengarkan arteri berakhial

    yang terletak pada sebelah dalam siku pada lengan atas. Manset akan

    dipompa penuh sampai aliran darah berhenti sebentar. Kemudian

    manset akan dikempiskan perlahan sehingga aliran darah kembali

    seperti semula. Pada saat udara dalam manset dikeluarkan, pemeriksa

    akan mengamati ketinggian air raksa yang turun pelahan pada

    manometer air raksa dan menunggu sampai terdengar bunyi denyut

    jantung. Angka yang ditunjukan pada saat denyutan pertama adalah

    tekanan sistolik.

    26

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    19/20

    Ketika manset makin mengempis, ketinggian air raksa akan

    makin menurun dan saatbunyi denyut jantung terdengar terakhir kali,

    angka pada manometer air raksa tersebut adalah tekanan diastolik.

    Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila berdiri

    dalam jangka waktu yang lama dan tidak banyak bergerak maka

    tekanan darahnya akan turun (Phoon, 1988). Hal ini disebut dengan

    postural hypotension, yang paling umum adalah tekanan yang lebih

    rendah dari tekanan normal ini lebih sering terjadi pada wanita

    dewasa. Wanita dewasa lebih sering kelihatan pucat ketika berdiri

    walaupun jumlah darah dan penyusunnya adalah normal. Rasa pening

    bisa timbul tetapi lebih sering apabila ia berdiri (Knight, 1972). Menurut

    Evelyn C. Pearce (1979) bahwa pada wanita tekanan darah lebih

    rendah dari pria sebesar 5 dampai mmHg. Penurunan tekanan darah

    selama bekerja menimbulkan efek yang negatif terhadap kesehatan

    pekerja serta akan menimbulkan efek yang negatif terhadap kinerja

    serta hasil kerja yang dicapai. Dampak negatif kinerja pekerja dapat

    dilihat dari menurunnya stamina, kecepatan kerja, dan kesigapan

    pekerja. Hal inilah yang kemudian dapat merugikan perusahaan

    karena produktivitas pekerja menurun.

    27

  • 8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka

    20/20

    E. Kerangka Teori

    Gambar 2.2. Kerangka Teori Oleh Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo

    (2007)

    Keterangan :

    1. Genetik

    Faktor keturunan yang mempengaruhi tekanan darah seperti

    riwayat keluarga umur dalam jenis kelamin.

    2. Perilaku

    Faktor yang berhubungan dengan kebiasaan hidup seseorang

    yang biasa memicu timbulnya penyakit yang berhubungan dengan

    tekanan darah.

    3. Lingkungan

    Lingkungan dimana seseorang tinggal dan bisa

    mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan.

    4. Pelayanan

    Yakni pelayanan yang diberikan untuk penanganan masalah

    kesehatan.

    28

    Genetik

    Prilaku

    Lingkungan

    Yankes

    Status Kesehatan

    Masyarakat

    (Tekanan Darah)

    Perilaku Pelayanan

    Kesehatan