bab ii imma tinjauan pustaka
TRANSCRIPT
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
1/20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Kebisingan
Suara keras atau bising merupakan suatu Hazard kesehatan
yang lama-kelamaan dapat mengakibatkan kerusakan telinga secara
permanen. Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha
atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan
atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999).
Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi
kebisingan dianggap istimewa jika :
1) Penilaian pribadi dan subjektif sangat menentukan untuk mengenali
suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak
2) Kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan
pencemaran udara dan pencemaran air dan bising pesawat
merupakan pengecualian.
Dalam industri peningkatan mekanisme mengakibatkan
meningkatnya tingkat kebisingan. Pekerjaan-pekerjaan yang
menimbulkan bising dengan intensitas tinggi umumnya terdapat di
9
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
2/20
pabrik tekstil (weaving, spinning), pekerjaan pemotongan plat baja,
pembuatan terowongan (Sugeng Budiono). Sumber bising bermacam-
macam misalnya pesawat terbang, alat-alat rumah tangga yang
digunakan, suara kendaraan bermotor, suara radio dan televisi,
peralatan kontruksi dan industri-industri. Kebisingan yang berasal dari
berbagai peralatan memiliki tingkat kebisingan yang berbeda dari
suatu model ke model lain (Dwi P Sasongko, dkk). Dengan mengacu
pada pengertian dan melihat sumber yang diketahui, maka sebenarnya
sumber kebisingan berada dimana-mana.
Secara umum, tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh kebisingan
bagi pekerja dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti :
a. Intensitas dan frekuensi kebisingan
b. Jenis kebisingan (steadyatau non-steady noise)
c. Waktu kontak harian dan tahunan (exposure duration)
d. Umur pekerja
e. Penyakit-penyakit/ketidaksempurnaan system pendengar pada
pekerja (yang bukan disebabkan oleh kebisingan)
f. Kondisi lingkungan (kecepatan angin, suhu, kelembaban udara,
dan sebagainya) dimana bahaya kebisingan tersebut berada
g. Jarak antara pekerja dengan sumber kebisingan
h. Posisi telinga terhadap gelombang suara (kebisingan)
10
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
3/20
1. Tipe-tipe Kebisingan
Kategori kebisingan lingkungan dapat dilihat seperti dalam
tabel berikut :
Tabel 2.1 Tipe-tipe Kebisingan
Jumlah
kebisingan
Semua kebisingan di suatu tempat tertentu dan
suatu waktu tertentuKebisingan
spesifik
Kebisingan di antara jumlah kebisingan yang dapat
dengan jelas dibedakan untuk alasan-alasan
akustik. Seringkali sumber kebisingan dapat
diidentifikasikan
Kebisingan
residual
Kebisingan yang tertinggal sesudah penghapusan
seluruh kebisingan spesifik dari jumlah kebisingan
di suatu tempat tertentu dan suatu waktu tertentu
Kebisingan latar
belakang
Semua kebisingan lainnya ketika memusatkan
perhatian pada suatu kebisingan tertentu. Penting
untuk membedakan antara kebisingan residual
dengan kebisingan latar belakang
Menurut Sumamur (1996) jenis-jenis kebisingan yang sering
ditemukan adalah sebagai berikut :
a) Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekwensi yang luas
(steady state wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas
angin, dapur pijar.
11
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
4/20
b) Kebisingan kontinu dengan spektrum frekwensi sempit (steady
state norrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas.
c) Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu
lintas,suara kapal terbang di lapangan udara.
d) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), misal
tembakan bedil atau meriam, ledakan.
e) Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di
perusahaan.
2. Gangguan Akibat Kebisingan
Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah
kerusakan pada indera-indera pendengar yang menyebabkan ketulian
(Sumamur, 1996).
Menurut Dwi P Sasongko, dkk (2000) pengaruh kebisingan
terhadap manusia tergantung pada karakteristik fisis, waktu
berlangsung,dan waktu kejadiannya. Pengaruh tersebut berbentuk
gangguan yang dapat menurunkan kesehatan, kenyamanan, dan rasa
aman manusia. Beberapa bentuk gangguan yang diakibatkan oleh
kebisingan adalah sebagai berikut :
a. Gangguan Pendengaran
Pendengaran manusia merupakan salah satu indera yang
berhubungan dengan komunikasi audio/suara. Alat pendengaran
yang berbebtuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang
12
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
5/20
mampu merespons suara pada kisaran antara 0 140 dB(A) tanpa
menimbulkan rasa sakit. Kerusakan pendengaran (dalam bentuk
ketulian) merupakan penurunan sensitivitas yang berlangsung
secara terus-menerus. Tindak pencegahan terhadap ketulian akibat
kebisingan memerlukan kriteria yang berhubungan dengan tingkat
kebisingan maksimum dan lamanya kebisingan yang diterima.
b. Gangguan Percakapan
Kebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga
mempengaruhi komunikasi yang berlangsung (tatap muka/via
telepon).
c. Gangguan Psikologis
Kebisingan bisa menimbulkan gangguan psikologis seperti
kejengkelan, kecemasan dan ketakutan. Gangguan psikologis
akibat kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, periode,
saat dan lama kejadian, kompleksitas spektrum/kegaduhan dan
ketidakteraturan kebisingan.
d. Gangguan Produktivitas kerja
Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap
pekerjaan yang sedang dilakukan seseorang memulai gangguan
psikologis dan gangguan kensentrasi sehingga menurunkan
produktivitas kerja.
13
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
6/20
e. Gangguan Kesehatan
Selain gangguan terhadap sistem pendengaran, kebisingan
juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional
serta meningkatkan frekuensi detak jantung dan meningkatkan
tekanan darah.
3. Efek Kebisingan Pada Daya kerja
Menurut Sumamur (1996: 65-67) Kebisingan mempunyai efek
merugikan kepada daya kerja. Pengaruh-pengaruh negatif demikian
adalah sebagai berikut :
a. Gangguan Kebisingan adalah suara-suara yang tidak
dikehendaki, maka dari itu kebisingan sering mengganggu. Pada
umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-
lebih yang terputus-putus atau yang datang secara tiba-tiba dan
tak terduga.
b. Komunikasi dengan pembicara
Sebagai pegangan resiko potensial kepada pendengaran
terjadi apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan
berteriak. Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya
pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan terutama pada
peristiwa penggunaan tenaga baru. Untuk mengetahui pengaruh
pada komunikasi dan pembicaraan dapat dilakukan dengan
mengukur rata-rata intensitas oktaf-oktaf di antara 600-1.250
14
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
7/20
Hz,1250 2400 Hz dan 2400 4800 Hz. Nilai ini disebut Tingkat
Gangguan Pembicaraan (Speech Interferrence Level).
c. Kriteria Kebisingan untuk kantor
Kebutuhan penbicaraan, baik langsung maupun lewat
telepon adalah sangat penting di kantor dan ruang sidang dan
dalam hal ini, telah ditemukan bahwa TGP (Tingkat Gangguan
Pembicaraan) saja tidak selalu memadai sebagai pedoman untuk
menentukan tepat tidaknya tingkat kegaduhan. Harus diperhatiakn
pula faktor tingkat kekerasan dari frekuensi-frekuensi yang kuat
untuk penentuan T.G.P.
d. Efek pada Pekerja
Kebisingan mengganggu perhatian yang perlu terus-
menerus dicurahkan. maka dari itu, tenaga kerja yang
melaksanakan pengamatan dan pengawasan terhadap satu
proses produksi/hasil dapat membuat kesalahan kesalahan akibat
terganggunya konsentrasi. Ada tenaga kerja yang sangat peka
terhadap kebisingan, terutama pada nada tinggi, salah satu
sebabnya mungkin reaksi psikologis. Kebisingan juga berakibat
meningkatnya kelelahan.
e. Reaksi Masyarakat
Pengaruhnya akan besar, apabila kebisingan akibat suatu
proses produksi demikian hebatnya, sehingga masyarakat sekitar
protes, agar kegiatan tersebut dihentikan.
15
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
8/20
4. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau
40 jam seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51 Tahun
1999, KepMenKes No.1405 Tahun 2002). Pada lampiran 2
KepMenNaker No.51 Tahun 1999, NAB dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Waktu Pemajanan
per Hari
Intensitas Kebisingan dalam
Dba
8 Jam 854 Jam 882 Jam 911 Jam 94
30 Menit 9715 Menit 1007.5 Menit 1033.75 Menit 1061.88 Menit 1090.94 Menit 1120.94 Menit 112
28.12 Detik 11514.06 Detik 118
7.03 Detik 1213.52 Detik 1241.76 Detik 1270.88 Detik 1300.44 Detik 133
Lanjutan Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Waktu Pemajanan
per Hari
Intensitas Kebisingan dalam
Db(A)
0.22 Detik 1360.11 Detik 139
16
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
9/20
Tidak Boleh 140
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau
membahayakan perlu diambil tindakan seperti penggunaan
peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan,
pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit buatan
ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat
pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan
atau membahayakan.
5. Pengukuran Intensitas Kebisingan
Pengukuran kebisingan bertujuan untuk membandingkan hasil
pengukuran pada suatu saat dengan standard/NAB yang telah
ditetapkan. Disamping itu, pengukuran kebisingan bertujuan untuk
memperoleh data kebisingan di perusahaan/dimana saja, mengurangi
tingkat kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan
(Sumamur,1996).
Alat utama yang digunakan dalam pengukuran kebisingan
adalahSound Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan diantara 30
130 dBA dan dari frekwensi antara 20 20.000 Hz. Suatu sistem
kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri.
Sebagai kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan
suaranya diatur oleh amplifier. Pengukuran kebisingan impulsif
digunakan Impact Noiseanalyzer, bagi survei pendahuluan masalah
kebisingan kontinue, sekarang biasanya diukur intensitas menyeluruh
17
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
10/20
yang dinyatakan dengan dB(A), menggunakan jaringan A.
Kebanyakan alat-alat pengukur kebisingan hanya mengukur intensitas
pada suatu waktu dan suatu tempat dan tidak menunjukkan dosis
kumulatif kepada seorang tenaga kerja meliputi waktu-waktu kerjanya.
(Sumamur, 1996).
Gambar 2.1 Alat pengukur intensitas kebisingan (SLM)
B. Tinjauan Umum Lama Kerja
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 25 tahun
1997 tentang ketenagakerjaan lama waktu kerja adalah waktu untuk
melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan pada siang hari dan/atau
malam hari.
1. Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai pukul
18.00.
2. Malam hari adalah waktu antara pukul 18.00 sampai pukul
06.00.
3. Seminggu adalah waktu selama 7 hari.
18
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
11/20
Jumlah jam kerja pada satu minggu di Indonesia, pada
umumnya 40 jam. Ada organisasi-organisasi kerja yang membagi 40
jam kerja ke dalam enam hari kerja (setiap hari kerja bekerja selama 8
jam kerja). Meskipun tampaknya 40 jam per minggu diterima sebagai
standar jumlah jam kerja diseluruh dunia, tidak berarti bahwa jumlah
jam tersebut merupakan jumlah jam yang paling tepat. (Ashar Sunyoto
Munandar, 2004)
Dari 40 jam kerja per minggu ternyata bahwa secara actual
orang bekerja kurang dari 40 jam. Hasil-hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan antarjumlah jam kerja nominal
(sebagaimana ditetapkan oleh peraturan) dengan jumlah jam kerja
aktual (sebagaaimana dijalankan oleh tenaga kerja). Berikut ini
beberapa hasil penelitian yang dibahas oleh Schultz (1982). Suatu
kajian dari 5.000 lebih pekerja tata usaha dari sepuluh perusahaan
yang berbeda-beda menunjukkan bahwa dari 37,5 jam kerja per
minggu, tidak lebih dari 20 jam yang digunakan untukk benar-benar
bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hamper setengah dari
minggu kerja merupakan waktu yang hilang bagi perusahaan.
Perusahaan hampir membayar dua kali lipat untuk pekerjaan yang
diterima. Jam-jam istirahat resmi diperpanjang sendiri oleh para
pekerjanya. Mereka juga mengambil istirahat sendiri yang tidak remi.
(Ashar Sunyoto Munandar, 2004). Waktu kerja terdiri antara lain
sebagai berikut ;
19
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
12/20
1. kerja paro-waktu tetap, beberapa dasawarsa yang lalu mulai
tampak adanya kecenderungan dari tenaga kerja, yang makin lama
makin meningkat, untuk bekerja sebagai pekerja paro-waktu tetap
(permanent part-time employees). Mereka biasanya bekerja selama
20 jam per minggu kerja. Kalau pada tahun 1963 10% dari
angkatan kerja di Amerika Serikat bekerja paro-waktu, maka pada
tahun 1980 persentase naik menjadi lebih dari 15% atau kira-kira
lebih dari satu juta tenaga kerja.
2. Empat hari waktu kerja, berapa jumlah hari kerja per minggu
yang paling baik, enam hari kerja atau lima hari ataukah empat hari
(seperti yang mulai diusulkan di beberapa perusahaan di Eropa dan
Amerika Serikat), masih belum juga diketahui. Kalau mula-mula
diterima enam hari kerja dan satu hari libur, maka sekarang ada
anggapan bahwa manusia meemrlukan waktu istirahat lebih dari
hanya satu hari saja. Pertengahan tahun 1970-an banyak pabrik,
kantor dan badan pemerintah di Amerika serikat mengubah jam
hari kerja perminggu menjadi hari kerja perminggu.
3. Jam kerja lentur, sejak 1960-an di Jerman Barat terjadi satu
perubahan radikal dalam penjadwalan kerja. Para tenaga kerja
dibiarkan menentukan sendiri pada jam berapa mereka ingin mulai
kerja dan pada jam berapa mereka ingin pulang, menghentikan
kerja. Sebelumnya sebagaimana juga berlaku di Negara-negara
lain termasuk Indonesia, para tenaga kerja mengikuti jadwal kerja
20
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
13/20
yang ditetapkan. Semua masuk dan pulang kerja pada jam yang
sama.
Tekanan melalui fisik (beban kerja) pada suatu waktu tertentu
mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga
berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya
disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban
kerja, namun juga oleh tekanantekanan yang terakumulasi setiap
harinya pada suatu masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang
berlarutlarut mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut
juga kelelahan klinis atau kronis. Perasaan lelah pada keadaan ini
kerap muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya
bekerja, misalnya berupa perasaan kebencian yang bersumber dari
perasaan emosi (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003). Gejala yang
sering timbul antara lain :
1. Meningkatnya ketidakstabilan jiwa
2. Depresi
3. Kelesuan umum seperti tidak bergairah keja
4. Meningkatnya sejumlah penyakit fisik
Pekerja yang dapat mengendalikan jam kerja mereka mungkin
lebih sehat, baik jiwa maupun raga, dibandingkan dengan mereka
yang menghadapi pekerjaan yang kurang luwes. Demikian diungkap
sebuah hasil satu studi di AS. Dengan menganalisis 10 studi yang
21
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
14/20
sudah diterbitkan dan melibatkan sebanyak 16.600 pekerja. Para
peneliti mendapati bahwa kondisi kerja tertentu yang memberi kendali
kepada pegawai, seperti jadwal kerja yang diatur sendiri dan pensiun
sebagian atau bertahap, berkaitan dengan manfaat kesehatan.
Manfaat itu meliputi tekanan darah rendah dan denyut jantung yang
teratur, kualitas tidur yang lebih baik dan tak terlalu kelelahan selama
siang hari. (www.republika.co.id)
Penelitian yang dilakukan oleh ahli jantung Meyer Friedman
dan Ray Rosenman pada tahun 1974 menunjukan bahwa desakan
waktu kronis tampaknya memberikan pengaruh tidak baik pada sistem
cardiovascular. Hasilnya secara khusus adalah serangan jantung
premature dan/tekanan darah tinggi. (Ashar Sunyoto Munandar, 2004)
C. Tinjauan Umum Umur
Umur merupakan lamanya rentang waktu harapan hidup
seseorang/masa seseorang untuk hidup. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1999). Umur/usia adalah salah satu satuan waktu yang
mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk baik yang
hidup maupun yang mati, misalnya umur manusia dikatakan lima belas
tahun diukur sejak ia lahir hingga waktu umur itu dihitung. (Anonim,
2008).
Pengertian umur menurut Lily Wibisono (2000) yaitu usia
kronologis dan usia biologis. Usia kronis adalah usia menurut kalender,
22
http://www.republika.co.id/http://www.republika.co.id/ -
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
15/20
dalam pengertian ini ada kelompok usia tua muda yaitu 60 75 Tahun,
usia tua 76 80 Tahun, dan sangat tua 81 keatas. Sedangkan usia
biologis ditentukan oleh kondisi otak. Struktur umur penduduk dapat
dapat dilihat dalam umur satu tahun atau yaag disebut umur tunggal
(single age) dan yang dikelompokan dalam 5 tahun.
Hampir setipa orang mengalami kenaikan tekanan darah ketika
usiannyasemakin bertambah. Jadi semakin tua usianya, kemungkinan
seseorang menderita hipertensi/hipotensi juga semakin besar.
Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus naik sampai usia 55-60 tahun, kemudian secara
perlahan bahkan drastis menurun. (Myra Puspitorini, 2008)
Usia dan kegiatannya sehari-hari pekerja mempengaruhi
tekanan darah normal pada masing-masing individu. Tekanan darah
cenderung tinggi bersama dengan peningkatan umur. Keadaan pikiran
juga berpengaaruh terhadap pembacaan tekanan darah sewaktu
mengalami pengukuran. Stress, perasaan takut atau cemas cenderung
membuata tekanan darah meningkat.
D. Tinjauan Umum Tekanan Darah
23
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
16/20
Tekanan Darah adalah kekuatan mengalir di dinding pembuluh
darah yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan yang kembali ke
jantung (pembuluh balik).
Systole adalah saat jantung memompakan darah dari ventrikel
sinistra melalui Aorta keseluruh tubuh, atau pada saat terjadinya
kontaksi atrium dan ventrikel (ventriculus systole). Sedangkan
Dyastole adalah saat darah kembali dari seluruh tubuh ke jantung
melalui pembuluh vena kava superior dan inferior, atau pada saat
terjadinya relaksasi atrium dan ventrikel.
Dalam pemeriksaan tekanan darah terdiri dari dua bacaan yaitu
bacaan pertama berupa angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik
merupakan tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut memompa
untuk mendorong melalui pembuluh darah. Sedangkan bacaan yang
kedua berupa angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolic,
merupakan tekanan saat otot jantung beristirahat membiarkan darah
kembali masuk ke jantung. Angka itu menunjukan berapa besar
hambatan dari pembuluh darah terhadap aliran darah balik ke jantung.
Tekanan darah diukur dengan menggunakan manometer air
raksa yang biasa disebut sebagai tensimeter. Ukuran dalam mmHg
(mili meter air raksa).
Tekanan darah dianggap normal bila terbaca sekitar 120 mmHg
sistolik, dan 80 mmHg diastolik yang berlaku untuk orang dewasa
24
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
17/20
sehat berusia sekitar 18 tahun keatas. Di kenal dengan angka 120/80
(sistolik/diastolik).
Para ahli memberikan klasifikasi tekanan darah yang berbeda-
beda, namun pada dasarnya, seseorang dikatakan tekanan darah
tinggi jika tensinya diatas 140/90 mmHg. Menurut WHO, tekanan
darah dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan
hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut
digolongkan normal tinggi.
Tabel 2.3 Ketentuan dan klasifikasi tingkat tekanan darah
menurut WHO
KategoriTekanan Sistolik
(Hg)Tekanan diastolic
(Hg)
Tensi Optimal < 120 < 80
Tensi Normal < 130 < 85
Tensi normal Tinggi 130 139 85 89
Tingkat 1, Hipertenssi Ringan 140 159 90 99
Subgroup : Perbatasan 140 149 90 94
Tingkat 2, Hipertenssi Sedang 160 179 100 109
Tingkat 3, Hipertenssi Berat 180 110
Hipertensi Sistolik Isolasi 140 < 90
Subgroup : Perbatasan 140 149 < 90
Seventh Report of the Joint National Comitte VII (JNC VII) on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
25
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
18/20
Presure memberikan klasifikasi tekanan darah bagi dewasa usia 18
tahun keatas yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah
tinggi dan tidak menderita penyakit serius dalam jangka waktu tertentu.
Tabel 2.4 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK
Normal 90
Stadium1 140-159 90 -99
Stadium 2 160 - >180 100 - >110
Tekanan darah diukur dengan meletakkan manset (yang
terhubung dengan Manometer air raksa) pada lengan atas dan lengan
denga menggunakan stetoskop untuk mendengarkan arteri berakhial
yang terletak pada sebelah dalam siku pada lengan atas. Manset akan
dipompa penuh sampai aliran darah berhenti sebentar. Kemudian
manset akan dikempiskan perlahan sehingga aliran darah kembali
seperti semula. Pada saat udara dalam manset dikeluarkan, pemeriksa
akan mengamati ketinggian air raksa yang turun pelahan pada
manometer air raksa dan menunggu sampai terdengar bunyi denyut
jantung. Angka yang ditunjukan pada saat denyutan pertama adalah
tekanan sistolik.
26
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
19/20
Ketika manset makin mengempis, ketinggian air raksa akan
makin menurun dan saatbunyi denyut jantung terdengar terakhir kali,
angka pada manometer air raksa tersebut adalah tekanan diastolik.
Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila berdiri
dalam jangka waktu yang lama dan tidak banyak bergerak maka
tekanan darahnya akan turun (Phoon, 1988). Hal ini disebut dengan
postural hypotension, yang paling umum adalah tekanan yang lebih
rendah dari tekanan normal ini lebih sering terjadi pada wanita
dewasa. Wanita dewasa lebih sering kelihatan pucat ketika berdiri
walaupun jumlah darah dan penyusunnya adalah normal. Rasa pening
bisa timbul tetapi lebih sering apabila ia berdiri (Knight, 1972). Menurut
Evelyn C. Pearce (1979) bahwa pada wanita tekanan darah lebih
rendah dari pria sebesar 5 dampai mmHg. Penurunan tekanan darah
selama bekerja menimbulkan efek yang negatif terhadap kesehatan
pekerja serta akan menimbulkan efek yang negatif terhadap kinerja
serta hasil kerja yang dicapai. Dampak negatif kinerja pekerja dapat
dilihat dari menurunnya stamina, kecepatan kerja, dan kesigapan
pekerja. Hal inilah yang kemudian dapat merugikan perusahaan
karena produktivitas pekerja menurun.
27
-
8/6/2019 Bab II Imma Tinjauan Pustaka
20/20
E. Kerangka Teori
Gambar 2.2. Kerangka Teori Oleh Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo
(2007)
Keterangan :
1. Genetik
Faktor keturunan yang mempengaruhi tekanan darah seperti
riwayat keluarga umur dalam jenis kelamin.
2. Perilaku
Faktor yang berhubungan dengan kebiasaan hidup seseorang
yang biasa memicu timbulnya penyakit yang berhubungan dengan
tekanan darah.
3. Lingkungan
Lingkungan dimana seseorang tinggal dan bisa
mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan.
4. Pelayanan
Yakni pelayanan yang diberikan untuk penanganan masalah
kesehatan.
28
Genetik
Prilaku
Lingkungan
Yankes
Status Kesehatan
Masyarakat
(Tekanan Darah)
Perilaku Pelayanan
Kesehatan