bab i pendahuluan - idr.uin-antasari.ac.id v.pdfbab i pendahuluan a. latar belakang manusia adalah...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang berketergantungan dengan orang lain atau
sering disebut dengan makhluk sosial. Kita tidak dapat membayangkan,
bagaimana kehidupan manusia jika tidak berada dalam masyarakat (sosial) Seperti
firman Allah SWT di dalam Q.S. al-Maidah/5:2
يد العقاب وت عاونوا على الب والت قوى وال ت عاونوا على اإلث والعدوان وات قوا اللو إن اللو شد ....
Ayat ini menjelaskan bahwa betapa pentingnya sosial dalam kehidupan
seperti saling tolong-menolong sesama manusia dan juga tolong-menolong
sesama muslim dalam kehidupan dunia dan juga taqwa.
Demikian juga Rasulullah S.A.W, bersabda :
خلق كل إنسان من بن آدم على عن عائشة ان رسول اللو صلى اهلل عليو وسلم قال إنو د اهلل وىلل اهلل وسبح اهلل وست غفر اهلل وعز را عن ستني وثالث مائة مفصل فمن كب ر اهلل وح ل
س وأمر بعروف أون هى عن منكر عدد تلك الستني و طريق ا لناس أو شوكة أو عظما عن طريق النازح ن فسو عن النار قال أبو ت وبة ورب قال يسي االثالث مائة السالمى فإنو يشي ي ومئذ وقدز
}رواه م
Dalam Hadis ini dijelaskan bahwa salah satu nilai peduli dengan sosial
adalah sikap suka menolong dengan sesama seperti menyingkirkan batu dijalan
2
umum hal ini merupakan nilai sedekah antar umat baik umat muslim atau non
muslim. Hal ini juga menggambarkan arti sosial kepada kita selaku umat nya.
Kehidupan sosial sendiri jika kita cermati lebih mendalam tidak terlepas
dari apa yang yang dikatakan sebagai pendidikan, karena orang atau manusia yang
berpendidikan akan lebih mudah dalam menjalin hubungan sosial. Hal ini
disebabkan karena kebanyakan orang yang berpendidikan adalah orang-orang
yang mampu berkerjasama, hidup pada lingkungan yang kebanyakannya punya
sosial yang tinggi hingga dapat mempunyai Ilmu pengetahuan yang tinggi dari
lingkungan sekitar.
Pendidikan yang berhubungan sosial adalah pendidikan yang memerlukan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan dirinya dan juga masyarakat.
Pendidikan yang dimaksudkan adalah pendidikan karakter yaitu, penanaman nilai,
pengembangan budi pekerti, nilai agama, pembelajaran moral dan lain-lain.
Sebagaimana yang digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas) :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
Menurut Soekanto yang dikutip oleh Dadang Supardan, istilah sosial
disandarkan pada objek masyarakat atau orang lain maka sosial berarrti ideologi
yang berpokok pada prinsip kepemilikan umum atas orang-orang yang
3
disekitarnya, misalnya seorang yang ingin memberi hadiah pada teman, hasil dari
pemberian itu ialah kepemilikan umum yang bisa jadi setelah dia memberikan
kepada temannya, temannya tersebut memberikan lagi barang itu pada orang lain
begitu terus hingga akhirnya. Jadi, memberi termasuk pada hal-hal yang
berkaitan dengan kepemilikan umum.
Ilmu-ilmu atau pemahaman sosial tumbuh dikarenakan berjalannya waktu
juga sejarah, namun hal ini tidak banyak membantu dalam menguasakan
diterimanya konsep itu. Ilmu-ilmu sosial lebih berkembang atau tumbuh dari
filsafat moral, sebagaimana ilmu-ilmu alam tumbuh dari filsafat alam. Dikalangan
filsuf moral Skotlandia, kajian ekonomi politik selalu diikuti kajian isu-isu yang
lebih luas, meski tidak disebut ilmu sosial
Ilmu sosial sendiri tidak terlepas dari agama yang diikuti oleh individu di
karenakan, kehidupan sosial seseorang tergantung pada kondisi orang yang
bersosial atau yang menerapkan. Dalam ilmu sosial tidak hanya sekedar
menjelaskan kondisi faktual tanpa mengandung pengarahan mengenai sikap yang
sebaiknya, dan agama Islam bukan pula tuntutan-tuntutan yang tidak didasarkan
pada kondisi-kondisi objektif kehidupan manusia dan masyarakat. Maka dari itu
sangat perlulah bagi kita untuk dapat menerapkan sikap kepedulian sosial baik
untuk diri sendiri atau anak didik kita kedepannya, penerapan yang berfungsi
untuk kehidupan sosial sekitar kita.
Perubahan kondisi sosial sendiri tidak jauh dari kebudayaan. Maka dari itu
dengan kebudayaanlah nilai kepedulian sosial bisa ditanamkan kepada peserta
didik. Tranformasi atau perubahan sosial pada lazimnya terjadi karena adanya
4
perubahan-perubahan kondisi individual atau kelompok masyarakat, yang
meliputi berbagai unsur-unsur berikut: geografis, biologis, ekonomi, teknologi,
agama dan politik. Terjadinya penanaman sosial sebagai akibat terjadinya seperti
hukum kerja, nilai-nilai dan lain-lain
Proses terjadinya perubahan sosial secara khusus dan perubahan
kebudayaan secara lebih luas, pada umumnya melalui proses sebagai berikut:
Pertama: Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan, yang pada mulanya
gejala perubahan itu dianggap sebagai penyimpangan, kemudian terjadi proses ,
yang antara lain dengan melalui proses pelapukan norma-norma lama dan
pemudaran nilai-nilai tradisional, kemudian terjadi penyesuaian-penyesuaian
dengan ide-ide baru atau penemuan-penemuan baru.
Kedua: Peciptaan saluran-saluran perubahan sosial, yang pada umumnya
berupa lembaga-lembaga pemerintah, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan dan
keagamaa
Melihat berbagai masalah itu agama Islam pun punya berbagai peran untuk
menerangi umatnya dalam hal bersosial diantaranya adalah setiap manusia pasti
ada hubungan sesama seperti habbluminannas (hubungan sesama manusia) yang
lancar sesuai kaidah-kaidah ke Islaman atau yang sering kita sebut akhlakul
karimah kepada sesama contoh di antaranya adalah Amar Ma‟ruf Nahi Munkar
(Q.S. Ali Imran (3) : 104)
ك ىم و أولئ رف و ي ن هون عن المنكر ولتكن منكم أمة يدعون إل الي ويأمرون بالمع
{١۰٤المفلحون}
5
Maksud dari ayat ini adalah segala perkara yang diperintahkan Allah
kepada kita untuk mengerjakannya, sedang Dia ridha jika sekalian hamba-Nya
menunaikannya
Seperti suatu yang batil atau salah ialah segala perkara yang Allah
melarang kita untuk melakukannya, sedang Dia suka jika sekalian hamba-Nya
menjauhinya. Melakukan tugas ini yakni, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan
mencgah kepada yang munkar, merupkan suatu tugas yang wajib dan perintah
yang tidak boleh diabaikan sama sekali. Rasulullah bersabda yang artinya: “
Barangsiapa melihat kemunkaran di antara mu, maka hendaklah ia merubah
dengan tanganya. Jika tidak mampu, maka dengan lidahnya. Dan jika tidak
mampu pula maka dengan hatinya, dan demikian itu adalah selemah-lemahnya
iman”
Riwayat lain menyatakan, bahwa orang yang merubah atau mengingkari
dengan hati disifatkan sebagai orang yang tidak memiliki iman, meskipun seberat
dzarah (atom) Jika kita perhatikan makna, dari paparan tersebut maka dari itu
sangatlah perlu kita perhatikan seperti apa wujud kepedulian sosial yang di
gambarkan oleh Islam.
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan sebagaimana tersebut di
atas menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di zaman modern.
Kita mengetahui bahwa dewasa ini manusia menghadapi berbagai macam
persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan segera, serba cepat, instan
dan otomatis. Q.S. Ali Imran/2 : 110, menyatakan.
6
خرجت للناس تأمرون بالمعروف وت ن هون عن المنكر وت ؤمنون باللو ولو ءامن كنتم خي ر أمة أ
(111أىل الكتاب لكان خي را لم من هم المؤمنون وأكث رىم الفاسقون )ال عمران:
Dilihat dari makna ayat tersebut dan kalimat sebelumnya menjelaskan
bahwa.Dengan ilmu sosial, maka umat Islam akan dapat meluruskan gerak
langkah perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi saat ini dan juga dapat
meredam berbagai kerusuhan sosial dan tindakan kriminal lainnya yang saat ini
banyak mewarnai kehidupan
Fenomena kerusuhan, tindakan anargis, tindakan kekerasan, tindakan
kriminal, pemerkosaan, bencana alam dan kebakaran hutan, kecelakaan lalu lintas
yang menelan ribuan nyawa manusia, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang, penyimpangan sosial, tindakan nekat, perampasan hak-hak asasi
manusia dan masalah sosial lainnya yang terus berkembang. Secara sosiologis,
seluruh gejala dan peristiwa tersebut bukanlah masalah yang berdiri sendiri,
melainkan semua itu merupakan produk sistem dan pola pikir, pandangan yang
menyimpang dan sebagainya. Pemecahan terhadap masalah tersebut salah satu
alternatifnya adalah dengan memberikan nuansa keagamaan pada ilmu sosial
Penanaman nilai-nilai kepedulian sosial dapat kita ambil contoh dalam
kisah Khulafaurasyidin seperti, cara Abu Bakar menyelamatkan budak Bilal bin
Rabbah dapat kita ambil pelajaran yakni tolong-menolong. Dalam sifat atau
pribadi para khulafaurasyidin yang lain pun ada juga sifat kepedulian sosial
seperti Umar bin Khattab ketegasannya dalam melindungi umat melalui toleransi
keberagamaan, Usman bin Affan dengan kedermawanannya dia menolong umat
7
Islam mempertahankan perjuangannya sehingga berhasil bertahan dan Ali bin Abi
Thalib dengan ilmu-ilmu yang diperoleh dari Rasulullah ia menyumbangkan pola
pikirnya dalam hal kerjasama dalam baitul mal.
Dalam hubungan ini, misalnya kita dapat membaca hadis yang artinya
sebagai berikut.
ت د كم يب لن فسو } رواه البخار{عن أنس النب صلى اهلل عيو وسلم قال : ل ي ؤمن أ
Dilihat dari kutipan hadist ini menjelaskan tentang betapa pentingnya kita
berprilaku baik pada sesama muslim terutama dalam hal bermasyarakat yakni,
kita mesti santun, beradab, tolong menolong dan selalu berprasangka baik pada
sesama muslim agar terjalin kerukunan dalam berkeluarga, tetangga dan
bermasyarakt tentunya. Melalui pendekatan sosiologi agama akan dapat dipahami dengan mudah,
karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam al-Qur‟an
misalnya kita jumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia dengan
manusia lainnya. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu
bangsa dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesengsaraan. Semua itu
akan dapat dijelaskan secara datail apabila yang memahaminya mengetahui
sejarah sosial pada saat ajaran agama Islam itu diturunkan
Perlu ditegaskan, ternyata ada bagian dari Islam yang merupakan produk
sosial, misalnya andaikan khalifah Harun Al-Rasyid tidak meminta Imam Malik
menulis Al-Muwaththa‟, kitab hadis semacam itu mungkin tidak ada. Karena itu
, Al-Muwaththa‟sebagai kumpulan hadis juga merupakan produk sosial
8
Kepedulian sosial dapat guru-guru tanamkan adalah, melalui cinta, sebagai
sahabat anak, emosi (amarah), dan lain sebagainya. Penaman nilai-nilai sosial
dapat ditanamkan lebih kuat dan bisa melekat apabila penanaman dengan cara
kita atau guru sebagai sahabat anak, maksudnya adalah guru yang selalu dengan
sabar memberikan contoh kepedulian sosial dalam pembelajaran pada sebuah
pelajaran baik yang mudah dipahami atau yang sulit dipahami, tetap tersenyum
menghadapi hal ini dan bahagia walaupun lambat, guru mesti seharusnya lebih
memperhatikan apa yang dialami siswa
Guru yang baik adalah guru yang melandaskan interaksi dengan siswa di
atas nilai-nilai cinta, karena hanya hubungan cintalah yang akan melahirkan
keharmonisan. Sikap cinta, kasih dan sayang tercermin melalui kelembutan,
kesabaran, penerimaan, kedekatan, keakraban, dan sikap-sikap positif lainnya
makna yang dimaksud adalah dimana seorang guru akan dapat menanamkan sikap
kepedulian sosial pada siswa jika guru itu punya rasa cinta ,sabar, kasih, dan
sayang di dalam hatinya, dan melapangkan dada terhadap apa yang dilakukan si
siswa kepada guru selama hal itu tidak melanggar moral maka guru alangkah
baiknya jika mau bersabar dan menyayangi siswa setulus hatinya maka tujuan
penanaman nilai-nilai kepedulian sosial siswa kepada sesamanya akan tercapai
dengan baik.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam
mengenai sejauh mana sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjalankan
penanaman nilai-nilai kepedulian sosial di sekolah dalam kaitannya dengan nilai
toleransi dan peduli sosial siswa-siswanya. Adapun masalah yang akan dikaji
9
dalam penelitian ini difokuskan pada bagaimana proses penanaman nilai-nilai
kepedulian sosial melalui kisah kehidupan Khulafaurasyidin pada dalam
pembelajaran SKI pada siswa MTsN 3 Banjarmasin, maka dari itu peneliti
melakukan penelitian ini dikarenakan pada MTsN 3 Banjarmasin, masalah
kepedulian sosial ini banyak yang dipertanyakan karena oleh sebagian siswa ada
guru yang mencontoh atau memperlihatkan hal-hal yang tidak sesuai namun,
masih banyak siswa yang mengatakan bahwa kepedulian sosial yang diterapkan
atau ditanamkan pada siswa itu lebih dijunjung oleh guru-guru senior. Hal ini
karena di MTsN 3 Banjarmasin ini kebanyakannya adalah guru-guru senior yang
berkecimpung dalam sosial masyarakat. Hal ini lah yang mendorong OSIS serta
siswa-siswinya mau mencontoh aktivitas guru-gurunya di sekolah, terutama guru
mata pelajaran SKI dalam hal sosial.
Berdasarkan uraian diatas. peneliti tertarik meneliti lebih dalam apa saja yang
diterapkan guru SKI ini, dalam pembelajaran materi SKI, serta seperti apa cara
beliau menanamkan rasa atau nilai kepedulian sosial di MTsN 3 Banjarmasin
terlebih khusus pada guru SKI maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang
berjudul, “Penanaman Nilai-Nilai Kepedulian Sosial Melalui Kisah Kehidupan
Khulafaurasyidin Dalam Pembelajaran SKI Pada Siswa MTsN 3
Banjarmasin.”
B. Fokus Masalah
10
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil beberapa
fokus masalah sebagai berikut:
1. Apa saja nilai-nilai kepedulian sosial dalam kisah kehidupan
Khulafaurasyidin yang ditanamkan oleh guru SKI pada siswa MTsN 3
Banjarmasin ?
2. Bagaimana metode guru SKI di MTsN 3 Banjarmasin dalam menanamkan
nilai-nilai kepedulian sosial melalui kisah kehidupan Khulafaurasydin
pada siswa?
3. Apa Saja faktor-faktor yang memengaruhi guru SKI di MTsN 3
Banjarmasin mau menanamkan nilai-nilai kepedulian sosial melalui kisah
kehidupan Khulafaurasyidin pada siswa?
C. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui nilai-nilai kepedulian sosial dalam kisah kehidupan
Khulafaurasyidin yang ditanamkan guru SKI pada siswa MTsN 3
Banjarmasin.
2. Untuk mengetahui metode guru SKI di MTsN 3 Banjarmasin dalam
menanamkan nilai-nilai kepedulian sosial melalui kisah kehidupan
Khulafaurasyidin pada siswa.
11
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi guru SKI MTsN 3
Banjarmasin mau menanamkan nilai-nilai kepedulian sosial melalui kisah
kehidupan Khulafaurasyidin pada siswa.
D. Definisi Operasional
Berdasarkan judul penelitian ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan
agar pembaca tidak memiliki persepsi yang berbeda-beda, maka perlu dijelaskan
sebagai berikut:
1. Penanaman Nilai-Nilai
Penanaman secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sebuah kegiatan, atau proses, cara, perbuatan menanam, menanami, atau
menanamkan. Maksud dari penanaman yang ingin disampaikan peneliti adalah
kegiatan seorang guru terhadap pembelajaran SKI di MTsN 3 Banjarmasin pada
siswa agar siswa dapat hasil positif dari kegiatan tersebut.
Sedangkan nilai-nilai secara bahasa dapat didefinisikan adalah sifat-sifat
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan yang dimaksud disini adalah norma-
norma atau tatanan kehidupan kita selaku pendidik atau orang yang memberikan
tatanan, pada intinya nilai-nilai hampir sama dengan norma prilaku manusia yang
diperbuat secara teratur.
12
Nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap
memiliki nilai apabila secara instrinsik memiliki kemanfaatan. Karena nilai
memiliki arti harga, pesan, makna, semangat yang terkandung dalam fakta,
konsep, atau teori, maka pada dasarnya nilai tidak berdiri sendiri tetapi perlu
disandarkan kepada konsep tertentu, dalam hal ini adalah moral, sehingga menjadi
nilai moral
Dari uraian-uraian definisi nilai tersebut yang dimaksud nilai yang ingin
disampaikan peneliti adalah nilai atau sikap sosial siswa melalui pembelajaran
SKI oleh guru SKI di MTsN 3 Banjarmasin.
2. Definisi Kepedulian Sosial
Secara bahasa kepedulian berasal dari kata peduli yang artinya adalah
mengindahkan; memperhatikan; menghiraukanmaksudnya adalah prilaku yang
dimana adanya sikap memperhatikan atau memberikan perhatian pada setiap
orang yang ada disekitarnya.
Secara istilah kepedulian adalah suatu tindakan yang berhubungan
dengan kontak sosial yang berhubungan dengan orang lain dan diri individu ,
maksudnya adalah dimana ada seseorang atau individu melakukan tindakan atau
perbuatan baik yang berhubungan dengan diri orang lain disekitarnya secara
langsung dan berhadapan muka, seperti memberi, berjabatan minta maaf,
menolong, tegur sapa, dan seterusnya
Maksud dari kepedulian yang ingin diangkat oleh penulis disini adalah
dimana seorang guru memberikan contoh kepedulian sosial kepada siswa-
13
siswinya dalam proses pembelajaran, sehingga guru tersebut dapat menjadi
tauladan atau contoh yang baik bagi siswa-siswi atau murid-muridnya pada
umumnya.
Mengingat hal tersebut dapat kita lihat dalam hidup manusia yang dituntut
untuk menghayati dan mengembangkan nilai kepedulian atau moralitas kita yang
menjadi standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana kita
hidup dan bagaimana kita memperilakukan orang lain yang dikelompokkamenjadi
dua; nilai-nilai nurani (values of being) meliputi hal-hal individual seperti
kejujuran, keberanian, cinta damai, keyakinan diri, disiplin diri, kesucian hati.
Dan nilai-nilai memberi (values of giving) meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan individu dan orang lain, seperti, kepedulian, kesetiaan, penghormatan,
kasih sayang, tidak egois, ramah, dan bersikap adil.
Sedangkan sosial secara bahasa berasal dari bahasa inggris yaitu, social
yang bermakna, suatu hal yang berkenaan dengan prilaku interpersonal, atau yang
berkaitan dengan proses sosial, berhubungan dengan sekitar kita baik masyarakat,
keluarga, atau sekolah
Secara istilah sosial dimaknakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan
masyarakat sekitar baik itu di dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan luar
lainnya, menurut Departemen Sosial, sosial adalah kegiatan yang menunjkkan
suatu hal yang berhubungan dengan prilaku-prilaku individu di lingkungan sosial.
Artinya adalah kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan-
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan masyarakat
14
Maksud penulis tentang kepedulian sosial disini adalah suatu kegiatan
guru yang mencontohkan seperti apa sosial yang seharusnya dilakukan siswa pada
sesamanya di sekolah, pada guru, dan warga sekitar sekolah, misalnya seperti
menolong teman ketika mereka sedang kesulitan dalam belajar atau memahami
sebuah mata pelajaran contohnya SKI yang berhubungan dengan sejarah-sejarah
dan mengambil pelajaran dari beberapa sejarah yang disampaikan oleh guru SKI
tersebut. Selain hal-hal itu nilai sosial yang ingin diangkat oleh peneliti adalah
penanaman nilai-nilai kepedulian sosial dari guru SKI diantaranya seperti
menghormati orang lain, kedermawanan, toleransi, dan pemaaf, yang beliau
contohkan atau terangkan selama pembelajaran berlangsung.
3. Definisi Khulafarasyidin
Secara bahasa khulafaurasyidin adalah pengganti rasulullah dalam
memerintah Islam. Sedang kan secara istilah adalah pengganti rasul yang diangkat
setelah Nabi wafat untuk melanjutkan beliau dalam tugas-tugas sebagai pemimpin
agama dan pemerintah Islam dan mereka ada 4 yakni Abu bakar as-sidiq, Umar
bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
Jadi, Khulafaurasyidin yang dimaksud penulis adalah sifat sosial para
Khulafaurasyidin yang empat yang disampaikan oleh guru SKI di MTsN 3
Banjarmasin.
4. Definisi Siswa
Definisi siswa secara bahasa adalah murid (terutama pada tingkat sekolah
dasar dan menengah); pelajar Sardiman A.M., menyatakan bahwa siswa atau
15
anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral
dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, tidak tepat kalau dikatakan
bahwa siswa atau anak didik itu sebagai objek (objek dalam proses belajar
mengajar). Pada intinya siswa adalah manusia atau subjek belajar yang menerima
didikan dari pendidik atau guru
Maksud penulis yang dimaksud siswa dalam penelitian ini adalah siswa yang
melakukan pembelajaran atau yang menuntut ilmu dalam kelas agar dapat
pembelajaran yang baik sepanjang prosesnya berlasung dan siswa ini adalah
peserta didik yang menaati pendidik selaku orang yang memberikan ilmu. Lebih
tepatnya lagi adalah siswa yang baru beradaptasi dengan sekolah menengah
pertama.
Menurut definisi-definisi di atas maka yang dimaksud dengan judul
Penanaman Nilai-Nilai kepedulian sosial melalui kisah kehidupan
khulafaurasyidin dalam pembelajaran SKI pada siswa MTsN 3 Banjarmasin
dalam penelitian ini adalah metode guru mata pelajaran SKI untuk menanamkan
nilai-nilai kepedulian sosial melalui kisah kehidupan khulafaurasyidin, antara lain
(tolong menolong, toleransi, kedermawanan, dan empati) pada siswa MTsN 3
Banjarmasin.
E. Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapakan akan bermanfaat untuk:
16
1. Siswa, agar siswa bisa memahami seperti apa kegunaan kepedulian sosial
baik dalam kelas maupun di luar kelas.
2. Guru, agar guru dapat menerapkan dan memahami betul betapa
pentingnya nilai-nilai moral terutama nilai-nilai yang berhubungan sosial,
supaya guru tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai baik didepan siswa
maupun dibelakang siswa.
3. Sekolah, dengan penelitian ini peneliti berharap sekolahan dapat lebih
memperhatikan betapa pentingnya nilai-nilai kepedulian bagi warga
sekolah.
4. Peneliti, agar bisa lebih baik dalam memperhatikan prilaku-prilaku yang
berkaitan dengan moral terutama nilai-nilai moral yang berhubungan
dengan sosial.
F. Alasan Memilih Judul
Sesuai rumusan masalah yang peneliti kemukakan di atas maka alasan
yang mendorong penulis untuk meneliti masalah tersebut adalah:
1. Pentingnya penanaman nilai-nilai kepedulian sosial, kepada siswa yang
merupakan hal atau pembinanaan penting untuk membangun siswa
berkarakter dan bermoral nilai sosial.
17
2. Penanaman nilai-nilai kepedulian sosial kepada siswa agar guru dapat
mengetahui seperti apa siswa-siswinya di kelas atau di luar kelas.
3. Langkah-langkah guru SKI di MTsN 3 Banjarmasn menanamkan nilai-
nilai kepedulian sosial yang sesuai dengan contoh kepedulian sosial
melalui kisah kehidupan khulafaurasyidin dalam mata pembelajaran SKI.
4. Hasil dari penanaman nilai-nilai kepedulian sosial oleh guru SKI MTsN 3
Banjarmasin yang berpengaruh kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.
5. Berdasarkan pengamatan peneliti secara umum guru SKI MTsN 3
Banjarmasin telah berusaha untuk menanamkan nilai-nilai moral, nilai
kepedulian sosial, dan nilai-nilai karakter kepada para siswa.
G. Sistematika Laporan Penelitian
Untuk mempermudah memahami skripsi ini, maka dibuatlah sistematika
penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, fokus masalah, tujuan
penelitian, definisi operasional, signifikansi penulisan, alasan memilih judul, dan
sistematika laporan penelitian.
Bab II Landasan teori yang berisi tentang, pengertian penanaman nilai-
nilai kepedulian sosial, cara guru menanamakan nilai-nilai kepedulian sosial, dan
hasil dari penanaman nilai-nilai kepedulian sosial oleh guru pada siswa.
Bab III Metode penelitian yang memuat jenis dan pendekatan penelitian,
subjek dan objek penelitian, data dan sumber data serta teknik pengumpulan data,
pengolahan data dan analisis data dan prosedur penelitian.
18
Bab IV Laporan hasil penelitian meliputi gambaran umum lokasi
penelitian dan, penyajian dan analisis data.
Bab V Penutup yang berisi simpulan dan saran-saran.
19
20
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Penanaman Nilai-Nilai Kepedulian Sosial
1. Pengertian Penanaman Nilai-Nilai
Penanaman adalah perihal ( perbuatan, cara dan sebagainya). Sedangkan
yang dimaksud dengan nilai menurut kamus besar bahasa indonesia, nilai ialah
sifat-sifat ( hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
Menurut Abu Ahmadi dan Noor Salimi, yang dimaksud dengan nilai
adalah “ suatu perangkat keyakinan, atau perasaan yang diyakini sebagai suatu
identitas yang memberi corak yang khusus kepada pola pemikiran,perasaan
ketertarikan maupun perilaku.
Dan sebagaimana yang dikutip oleh H. M. Chabib Thoha, menyatakan
nilai adalah “ suatu tipe kepercayaan yang berbeda dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan dalam seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau
mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.
Melihat dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa
penanaman nilai-nilai adalah suatu cara atau perbuatan yang memiliki sifat yang
melekat pada seseorang dalam bentuk kepercayaan yang telah berhubungan
dengan suatu perilaku atau kebiasaan seseorang tersebut.
22
2. Pengertian Kepedulian Sosial
Kepedulian berasal dari kata peduli yang artinya, mengindahkan;
menghiraukan; memperhatikan, sedangkan kepedulian itu sendiri adalah sikap
mengindahkan atau memperhatikan sesuatu. B
Sedangkan Secara istilah kepedulian adalah suatu tindakan yang
berhubungan dengan kontak sosial yang berhubungan dengan orang lain dan diri
individu, maksudnya adalah dimana ada seseorang atau individu melakukan
tindakan atau perbuatan baik yang berhubungan dengan diri orang lain
disekitarnya secara langsung dan berhadapan muka, seperti memberi, berjabatan
minta maaf, menolong, tegur sapa, dan seterusnya.
Sosial secara bahasa artinya adalah suatu hal yang berkenaan dengan
masyarakat; sedangkan secara istilah sosial adalah suatu sikap menghormati dan
menghargai lawan jenis, baik di rumah, di sekolah, maupun masyarakat sekitar.
Nilai-Nilai Kepedulian Sosial
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan
melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasinal satuan
pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter
pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini di perkuat dengan 18
nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum.
Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter yang telah
terindefikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu: 1). Religius, 2). Jujur, 3). Toleransi, 4). Disiplin, 5).
23
Kerja keras, 6). Kreatif, 7). Mandiri, 8). Demokratis, 9). Rasa ingin tahu, 10).
Semangat kebangsaan, 11). Cinta tanah air, 12). Menghargai prestasi, 13).
Bersahabat, 14). Cinta damai, 15). Gemar membaca, 16). Peduli lingkungan, 17).
Peduli sosial, dan 18). Tanggung jawab.
Dapat kita lihat peduli sosial adalah salah satu bagian dari nilai-nilai
karakter. Menurut Thomas Lickona yang di kutip Miftahul Khair, salah satu nilai
karakter ialah nilai moral yang berhubungan dengan sosial seperti menghormati
kehidupan dan kemerdekaan, bertanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran,
keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri integritas, belas kasih,
kedermawanan dan keberanian adalah faktor penentu dalam bentuk pribadi yang
baik. Jika disatukan seluruh faktor ini akan menjadi warisan moral yang
diturunkan dari generasi-kegenerasi berikutnya.
Subur, menyatakan bahwa nilai-nilai kepedulian sosial juga diartikan
sebagai nilai moral yang dilakukan oleh individu tersebut kepada orang lain,
dalam hal ini beliau mengindikatorkan nilai moral ini sangat lah berhubungan
dengan hidup manusia yang dituntut untuk menghayati dan mengembangkan nilai
moral yang standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana
kita hidup dan bagaimana kita memperlakukan orang lain yang dikelompokkan
menjadi dua; nilai-nilai nurani yang meliputi, kejujuran, keberanian, cinta damai,
keyakinan diri, disiplin diri, kesucian hati, dan nilai-nilai memberi yang meliputi,
kesetiaan, penghormatan, kasih sayang, tidak egois, ramah, dan bersikap adil.
24
Adapun nilai-nilai kepedulian sosial yang ingin di teliti oleh peneliti
adalah nilai-nilai sosial atau kepedulian sosial yang ada pada materi
Khulafaurasyidin pada siswa MTsN 3 Banjarmasin, nilai-nilai tersebut adalah
nilai-nilai yang dicermin kan dari para Khalifah, yakni sebagai berikut :
1. Khalifah Pertama, Abu Bakar As-Siddiq R.A
Berikut nilai-nilai kepedulian sosial yang dicerminkan oleh Khalfah Abu Bakar
As-Siddiq R.A, dalam rinkasan materi Khulafaurasyidin sebagai berikut :
a. Kejujuran, hal ini dapat kita lihat dalam materi yang menyatakan bahwa
“apapun yang dikatakan nabi itu benar adanya, beliau juga bersikap jujur
pada saat menyampaikan argmen-argumen beliau jika itu memang berasal
dari Rasulullah”. Dalam Al-Qur‟an pun menyatakan betapa pentingnya
kejujuran ( Q.S Al-Maidah ayat 8)
ال ت عدلوا يا أي ها الذين آمنوا كونوا ق وامني للو شهداء بالقسط وال يرمنكم شنآن ق وم على أ
لو إن اللو خبي با ت عملون اعدلوا ىو أق رب للت قوى وات قوا ال
Dalam ayat ini di jelaskan bahwa, agar orang mukmin dalam melakukan
segala sesuatu itu dengan cermat,jujur dan Ikhlas kepada Allah Swt.
b. Rela Berkorban, hal ini dapat kita lihat dalam materi yang menyatakan “
beliau rela mengorban kan harta benda beliau demi menemani Rasulullah
ber hijrah ke Yasrib(Madinah)”. Dalam Al-Qur‟an pun menyatakan betapa
pentingnya rela berkorban ini untuk sesama (Q.S As-Shaffat ayat 100-113)
ليم ب ف (111)رب ىب ل من الصالني ف لما ب لغ معو السعي قال يا (111)شرناه بغالم
دن إن ب ن إن أرى ف المنام أن أذبك فانظر ماذا ت رى قال يا أبت اف عل ما ت ؤمر ست
بني ف لما أ (111)شاء اللو من الصابرين ونادي ناه أن يا (111)سلما وت لو لل
25
قت الرؤيا إنا كذلك نزي المحسنني (111)إب راىيم إن ىذا لو البالء (111)قد صد
سالم على (111)خرين وت ركنا عليو ف اآل (111)وفدي ناه بذبح عظيم (111)المبني
وبشرناه (111)إنو من عبادنا المؤمنني (111)كذلك نزي المحسنني (111)إب راىيم
مسن وظال وباركنا عليو وعلى إسحاق ومن ذريتهما (111)بإسحاق نبيا من الصالني
لن فسو مبني
Dalam ayat ini di jelas kan betapa penting nya ke rela bekorbanan seorang
anak kepada ayah nya yakni cerita Nabi Ibrahim A.S dan anaknya Nabi Ismail
A.S.
c. Bijaksana, sikap bijaksana di gambarkan oleh Khalifah Abu Bakar
R.A,yakni pada saat “ beliau memberantas kaum murtad setelah Nabi Saw
wafat”. Dalam Al-Qur‟an juga di nyatakan betapa pentingnya sikap
bijaksana dalam bersosial yakni dalam (Q.S Al-Baqarah ayat 269);
ذكر إال أولو الل مة ف قد أوت خي را كثيا وما ي ي ؤت الكمة من يشاء ومن ي ؤت الك Dalam ayat ini di jelaskan bahwa sebuah kebijaksanaan seseorang
mengambarkan betapa dia peduli dengan sosial nya, dan hal itu menggambarkan
ke wibawaan seseorang tersebuat apalagi jika ia ingin menjadi pemimpin.
d. Tolong Menolong
Sikap atau prilaku tolong menolong ini dapat kita lihat pada materi SKI,
”yakni cerita beliau yang menoong sahabat yang bernama Bilal bin Rabbah
R.A” Dalam Al-Qur‟an juga diterangkan betapa pentingnya sikap
tolongpada sesama, dapat kita lihat dala (Q.S Al-Maidah ayat 2)
26
وال القالئد وال هس الحسام وال الهد وال الش يي البيت الحسام يبتغىى يا أيها الريي آهىا ال تحلىا شعائس للا آه
وكن عي الوسجد الحسام أى فضال هي زبهن وزض ىاا وإذا حللتن فاصطادوا وال يجسهكن شآى قىم أى صد
إى الل تعتدوا وتعاوىا عل البس والتقىي وال تعاوىا عل اإلثن والعدواى واتقىا للا
Dalam ayat ini dijelaskan pada kita bahwa kita diantjurkan untuk saling
tolong menolong pada sesama dalam hal kebaikan dan taqwa kepada Allah
Swt.
2. Khalifah Kedua Umar bin Khattab R.A
Berikut nilai-nilai sosial yang ada dalam materi BAB Khulfaurasyidin
dalam ringkasan materi LKS siswa.
a. Pemberani, sikap pemberani adalah sikap seseorang yang pantang
mundur demi yang haq melawan yang bathil, salah satu contoh yang
dapat kita lihat pada kehidupan khalifah Umar bin Khattab R.A adalah
“ pada saat membela dan melindungi umat Islam yang berhijrah
menuju Yarib(Madinah) secara terang-teranganDalam Al-Qur‟an pun
menegaskan betapa pentingnya umat Islam menjadi seorang yang
pemberani yakni dapat kita liaht pada (Q.S Ali Imran ayat 139);
ن تم العلون إن كنتم مؤمنني وال تنوا وال تزنوا وأ Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kita selaku umat muslim sangat lah
dilarang untuk memiliki sikap lemah apa lagi untuk membela kerabat muslim nya
yang se iman.
b. Toleransi, sikap ini adalah sikap seseorang yang dengan senang hati
menerima keputusan orang lain dengan berpikir positif, salah satu
sikap toleransi yang di contohkan oleh khalifah Umar bin Khattab
adalah “ perluasan tanah salah satu masjid di Mesir yang pada saat itu
tanah nya berbenturan dengan tanah yahudi, dengan sikap toleransi
27
sosial beliau maka beliau lebih memiih untuk membatalkan perluasan
tanah tersebutDalam Al-Qur‟an juga ditekan kan betapa penting nya
sikap toleransi pada sesama (Q.S Al-Baqarah ayat 256)
ين قد ت ب ني الرشد من الغي فمن يكفر بالطاغوت وي ؤمن باللو ف قد استمسك ال إكراه ف الديع عليم بالعروة الوث قى ال انفصام لا واللو س
Dalam ayat ini di jelaskan bahwa kita selaku umat Islam dalam
bersosial apalagi hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan seperti
pembangunan masjid, musyawarah desa dan lain sebagai nya maka
dianjurkan dan malah semestinya untuk kita tidak memaksakan
kehendak kita apabila dalam ruangan itu ada umat agama lain, selama
pendapat nya dapat di benarkan maka mengapa tidak untuk mencoba
pendapatnya.
c. Tegas dan Arif, sikap tegas dalam kepemimpinan dan kearifan yakni
mengayumi warga nya, sikap ini di contohkan oleh khalifah Umar bin
Khattab R.A “ pada saat beliau memberikan sedekah pada fakir miskin
dan berjalan disekitar warganya dengan berpakaian sederhana”. Dalam
Al-Qur‟an pun di tegaskan betapa penting nya sikap tegas dan arif
dalam bersosial dapat kita lihat pada (Q.S Al- Fath ayat 29) :
اء عل دا ي بت غون فضال من ممد رسول اللو والذين معو أشد ن هم ت راىم ركعا س ى الكفار رحاء ب ي ود ذلك مث لهم ف الت وراة ومث لهم ف اإل نيل كزر اللو ورضوانا سيماىم ف وجوىهم من أثر الس
ب الزرا ليغيظ بم الكفار وعد اللو الذين أخرج شطأه فآزره فاست غلظ فاست وى على سوقو ي ع آمنوا وعملوا الصالات من هم مغفرة وأجرا عظيم
28
Dalam ayat ini di jelaskan bahwa pentingnya dala bersosial akan ketegasan
seorang pemimpin dalam menjaga yang haq dan melawan yang bathil dan
bersikap arif dalam mengayumi warga nya.
3. Khalifah ketiga Usman Bin Affan R.A
Adapun nilai-nilai kepedulian sosial yang dapat kita lihat dari kisah
kehidupan Usman bin Affan R.A yang ada dalam buku LKS siswa,
sebagai berikut :
a. Dermawan, adalah sikap atau nilai sosial yang berhubungan dengan
keringanan tangan seseorang dalam membagi hartanya kepada sesama
baik berupa uang, sikap dermawan ini dicontohkan oleh khalifah
Usman bin Affan R.A “contohnya, pada saat perang Badar, Usman
bin Affan menyediakan unta dan lain-lain nya dengan uang beliau
sendiri”. Dalam Al-Qur‟an pun dinyatakan bahwa betapa pentingnya
sikap atau nilai dermawan untuk sosial yang dalam (Q.S Al-Insan ayat
8-9) :
بو مسكينا ويتيما وأسيا ا نطعمكم لوجو اللو ال نريد منكم جزاء وال (1)ويطعمون الطعام على إن(1)شكورا
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa setiap rezki yang kita punya adalah
milik Yang Maha Pemberi Rezki, dan sudah seharusnya lah kita salain
memberi kepada sesama, terutama pada fakir miskin dan anak yatim
piatu di sekitar kita.
b. Pemalu, ini adalah sikap seseoran yang mempunyai tatanan hidup dan
sopan santun yang baik. Sikap pemalu ini adalah sikap orang yang
29
sopan pada sesama, sikap pemalu yang dicontohkan Usman bin Affan
R.A, dalam bersosial adalah, “ beliau akan merasa malu apabila
diperintah Rasulullah Saw, namun beliau tidak melaksanakan hal
tersebut, sehingga sikap ini menjadi teladan bagi para sahabat dan
tentara-tentara beliau pada saat beliau menjadi Khalifah ketiga”.
Dalam Al-Qur‟an pun dinyatakan bahwa betapa pentingnya bersikap
pemalu dalam sosial (Q.S Al-Ahzab ayat 53) :
ي ؤذن لكم إل طعام غي ر ناظرين إناه ولكن إذا يا أي ها الذين آمنوا ال تدخلوا ب يوت النب إال أن ف يستحيي دعيتم فادخلوا فإذا طعمتم فان تشروا وال مستأنسني لديث إن ذلكم كان ي ؤذي النب
اب ذلكم أطهر منكم واللو ال يستحيي من ال ق وإذا سألتموىن متاعا فاسألوىن من وراء أبدا إن ذلكم لقلوبكم وق لوبن وما كان لكم أن ت ؤذوا رسول اللو وال أن ت نكحوا أزواجو من ب عده
للو عظيم كان عند ا Dalam ini ditekan kan pada umat Islam pada khususnya semua manusia
pada umum nya agar apabila bertamu mesti melihat kondisi, tempat kita bertamu
tersebut apakah jam makan,istirahat atau kesibukan orang lain, maka dari itu jika
keperluan kita sudah selesai maka cepatlah menjauh dan bersikap malu lah pada
orang lain, karena itu lebih baik untuk tidak menjadi fitnah oleh orang yang kita
tamu atau kunjungi tersebut.
4. Khalifah keempat Ali bin Abi Thalib
Adapun nilai-nilai sosial yang ada dalam materi LKS siswa tentang kisah
kehidupan khalifah Ali bin Abi Thalib adalah sebagai berikut :
a. Berwawasan, adalah sikap atau nilai sosial yang berhubungan dengan
kecerdasan dan keilmuan seseorang, “ hal ini terbukti bahwa banyak
hadis-hadis beliau tentang ilmu, wawasan beliau sangat berguna untuk
para sahabat lainnya, baik sebelum menjadi khalifah maupun sesudah
menjadi khalifah umat IslamDalam Al-Qur‟an pun di tekankan bahwa
30
betapa pentingnya berwawasan atau berilmu dalam kehidupan sosial
seperti dalam (Q.S Az-Zumar ayat 9) :
لذين ي علمون أمن ىو قانت آناء الليل ساجدا وقائما يذر اآلخرة وي رجو رحة ربو قل ىل يستوي اا ي تذكر أولو اللباب والذين ال ي علمون إن
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa sangatlah berbeda antara orang yang
berilmu dengan yang tidak berilmu atau tidak mengetahui apapun,
dalam kondisi sosial pun ilmu sangat bergna apa lagi untuk
pembangunan daerah kita, maka dari itu beda dan sangatlah berbeda
antara hubungan sosial orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu atau berwawasan.
b. Empati, adalah sikap atau nilai sosial yang bersandarkan pada sikpa
kepedulian pada sesama secara batin, yang seakan-akan dia juga
merasakan hal itu terjadi pada dirinya, sikap Empati ini juga
dicontohkan oleh Ali bin Abi Thalib R.A, “ pada saat para Ahli Kitab
menghujah khalifah Umar bin Khattab R.A, mengenai Islma maka
beliau maju membantu Umar R.A untuk menjawab dan menyelesaikan
perkara mereka itu, selain itu juga sikap empati beliau beliau juga pada
saat beliau menjadi Khalifah beliau ikut memajukan ilmu bahasa dan
penyelesaian Al-Qur‟an yang pada akhirnya berguna untuk umat, dan
dapat dibaca karena sudah ada baris dan tanda bacanya(syakal).”
Dalam Al-Qur‟an pun di jelaskan betapa pentingnya nilai empati
dalam bersosial yakni dalam ( Q.S An-Nisa ayat 8) :
ضر القسمة أولو القرب واليتامى والمساكني فارزقوىم منو وقولوا لم ق وال مع روفاوإذا
31
Dalam ayat tersebut dijelaskan betapa penting nilai empati dalam
sosial yakni, memberi sebagian harta atau benda lain pada orang lain
kurang mampu seperti anak yatim dan fakir miskin, dan yang seakan-
akan kita merasakan kesusahan yang mereka alami
B. Ringkasan Materi SKI Tentang Kepedulian Sosial Pada BAB
Khulafaurasyidin
1. Khalifah 1 (11-13 H/ 632-633 M), Abu Bakar As-Sidiq, salah satu
gambaran sosial beliau adalah memerangi golongan yang tidak mau
membayar zakat, hal ini terjadi karena mereka seperti Bani Gaffan yang
hanya patuh pada Nabi Muhammad S.A.W, dan setelah Nabi Wafat, maka
bagi mereka tak ada lagi bayar zakat.
Menghadapi hal tersebut, khalifah Abu Bakar As-Sidiq bersikap tegas
untuk menolong sesama muslim. Ketegasannya tersebut tersirat dalam satu
ucapannya, yaitu “ jika saja zakat itu seutas tali unta dan mereka tak mau
membayarnya, niscaya tetap aku perangi mereka,”. Di balik ketegasannya
Abu Bakar As-Sidiq tetap berpesan pada panglimanya untuk mengadakan
pendekatan secara damai.
Hal ini menggambarkan sikap beliau dalam menolong umat Islam agar
semua sama-sama membayar zakat walaupun Nabi Muhammad S.A.W
telah lama wafat.
2. Khalifah 2 (13-23 H/634-644 M),Umar bin Khattab, salah satu gambaran
sifat atau nilai kesosialan yang ada dalam diri khalifah Umar bin khattab
32
dalam menjalankan pemerintahannya beliau memerintah dengan adil. Ia
tidak membedakan antara yang tua dan muda, tuan dan budak, kaya dan
miskin, serta penguasa dan rakyat jelata. Umar bin Khattab juga sangat
takut mengambil harta kaum muslim tanpa alasan yang kuat. Ia berpakaian
sangat sederhana. Pakaian yang sangat tidak pantas bagi seorang pembesar
seperti dia. Prinsip itu juga diterapkan dalam kehidupan keluarganya. Istri
dan anak-anaknya di larang menerima pemberian dari dalam bentuk
apapun dari para pembesar maupun rakyatnya.
Dari hal ini dapat kita pahami nilai sosial dari khalifah Umar bin Khattab
adalah sikap adil beliau terhadap umat Islam.
3. Khalifah 3 (23-35 H/644-656 M), Usman bin Affan. Usman terkenal
sebagai seorang yang baik budi, penyantun,rendah hati, pemalu dan kasih
sayang pada sesama. Al-Mas‟udi berkata: Usman adalah seorang yang
paling dermawan, lapang dada, sangat senang berkorban kepada keluarga
yang dekat dan jauh. Sehingga prilakunya dijadikan pedoman oleh
generasi seangkatannya dan bagi bawahan-bawahannya sebagai teladan.
Dialah orang yang mempersiapkan tentara Islam saat kaum muslimin
dilanda paceklik, baik dengan harta, unta dan kuda. Dia juga membeli
Sumur Rumah milik Yahudi dan memperluas masjid Nabawi dengan harta
milik pribadi. Dari materi ini dapat kita kutip bahwa nilai sosial khalifah
Usman bin Affan adalah dermawannya beliau terhadap umat Islam.
4. Khalifah 4 (35-40 H/656-661 M) Ali bin Abi Thalib, di dalam buku
pelajaran siswa tidak terlalu nampak prilaku sosial yang dilakukan
33
Khalifah Ali bin Abi Thalib, namun hal ini tak mengartikan beliau tidak
punya sikap sosial, secara tersirat dapat kita lihat materi berikut.
Memajukan bidang ilmu bahasa. Salah satu jasa khalifah Ali bin Abi
Thalib adalah penyempurnaan penulisan Al-Qur‟an dengan memberi tanda
titik dan harakat (syakal/baris) oleh ahli tata bahasa yang bernama Aswad
Ad-Dualy yang ditugaskan oleh beliau. Selain itu beliau juga
pembangunan dalam bidang ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, dan ilmu
pengetahuan lainnya.
Hal ini menggambarkan bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib sangat
mempunyai rasa empati terhadap umat Islam terlebih khusus dalam bidang
keilmuan, maka dari itu beliau diberi gelar Babul „ilmi yang makna nya
adalah Pintu segala ilmu.
C. Metode Pembelajaran Guru SKI Dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Kepedulian Sosial Kepada Siswa.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas keberhasilan anak
bangsa dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik-buruknya
prilaku siswa merupakan hasil dari peran guru dalam melaksanakan proses
pendidikan yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah. siswa selalu
menilai prilaku guru maka guru harus dapat menjadi teladan.
Guru menjadi teladan bagi siswa, baik pada saat bertemu maupun tidak,
perilakunya senantiasa harus taat terhadap nilai-nilai moral. Dengan demikian,
guru senantiasa patut dicontoh dan sebaliknya menyadari bahwa prilakunya yang
34
tidak disadari untuk dicontohkan oleh siswa dapat dijadikan bahan imitasi dan
identifikasi. Artinya, siswa yang secara sadar menjadikan hal itu bahan imitasi
dan identifikasi perilaku guru. Misalnya guru yang haus ilmu pengetahuan akan
senantiasa membaca buku. Perilaku ini tidak disadari oleh guru dapat
meningkatkan minat belajar anak, tetapi oleh siswa hal itu dijadikan bahan imitasi
dan identifikasi diri sehingga rajin belajar. Dan guru SKI adalah guru yang
mengajarkan materi-materi Sejarah Kebudayaan Islam dan mendapat wewenang
dari sekolah untuk mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran SKI.
Terkait mengenai penanaman nilai-nilai kepedulian sosial yang dilakukan
guru SKI ini sama artinya dengan metode yang beliau lakukan selama di dalam
kelas agar nilai-nilai tersebut bisa tertanam dalam diri siswa yang diharapkan
secara perlahan-lahan nilai-nilai tersebut dapat tertanam dalam diri siswa atau
muridnya di dalam kelas. Dilihat dari pengertiannya metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Jadi, agar
tertanamkan nilai-nilai kepedulian sosial tersebut maka guru SKI sangat lah perlu
menggunkan metode-metode pembelajaran.
Berikut ini, adalah beberapa metode pembelajaran yang sering digunakan
oleh guru agama Islam pada umumnya dan SKI pada khususnya :
1. Metode Ceramah
Ceramah secara bahasa adalah penuturan atau penerangan secara
lisan oleh guru, sedangkan secara istilah menurut Armai Arif yang dikutip
35
oleh Syahraini Tambak, adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran
dengan cara penuturan lisan kepada peserta didik. Pengertian ini
mengarahkan bahwa metode ceramah ini menekankan pada sebuah
pemberian materi pembelajaran dengan cara penuturan.
Metode ini sering digunakan Rasulullah S.A.W, terutama pada saat
beliau sebelum melaksanakan khutbah sholat Jum‟at. Metode ini pernah
dilakukan oleh Rasulullah S.A.W, ketika turun wahyu yang
memerintahkan untuk berdakwah secara terang-terangan.
Ceramah sebagai suatu metode pembelajaran merupakan cara yang
digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui cara
penuturan. Metode ini bagus jika pengunanya betul-betul siap dengan
baik, didukung dengan alat dan media, serta memerhatikan batas-batas
kemungkinan penggunaannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode
ceramah adalah isi ceramah mudah diterima dan dipahami serta mampu
menstimulasi siswa untuk mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat
dalam isi ceramah.
Metode ceramah merupakan metode yang sering digunakan oleh
setiap guru. Hal ini selain disebabkan oleh pertimbangan tertentu, juga
adanya faktor kebiasaan baik dari guru maupaun siswa. Guru biasanya
belum merasa puas jika dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak
melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar
jika ada guru yang memberikan pembelajaran melalui ceramah, sehingga
36
ada yang berpersepsi bahwa jika ada guru yang ceramah berarti ada proses
pembelajaran.
2. Metode Kisah
Metode cerita secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu
qashash merupakan bentuk jamak dari qishash, masdar dari qassa,
yaqussu, artinya menceritakan dan menelusuri/ mengikuti jejak. Dalam Al-
Qur‟an lafaz qashash mempunyai makna yaitu kisah atau cerita. Qashash
artinya berita Al-Qur‟an tentang umat terdahulu.
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada siswa.
Dalam kegiatan pelaksanaannya metode cerita dilaksanakan dalam upaya
memperkenalkan, memberi keterangan, atau penjelasan tentang hal-hal
baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai potensi dasar.
Sedangkan dari segi istilah, bercerita adalah cara untuk
meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Bercerita dapat juga menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat. Seorang pendidik yang baik akan menjadikan cerita
sebagai suatu yang menarik dan hidup. Keterlibatan siswa terhadap kisah
yang diceritakan akan memberikan suasana yang segar, menarik, dan
menjadi pengalaman yang unik bagi siswa.
Al-Qur‟an pun banyak mengabadikan kisah-kisah penting dan
bermanfaat yang terjadi dalam sejarah dengan menghidupkan melalui
37
firman-Nya untuk memberanikan hati manusia dalam kehidupan
meningkatkan semangat perjuangan, motivasi belajar dan menumbhkan
sikpa optimistis. Metode bercerita ini tampaknya efektif dipergunkan
dalam pengajaran pendidikan agama Islam karena dapat merangsang
perasaan siswa dengan bercermin pada sejarah sehingga mereka dapat
memposisikan siapa dirinya dan apa yang telah diperbuat. Metode cerita
ini pun telah dicontohkan oleh Rasulullah S.A.W, sejak dahulu, beliau
sering bercerita tentang kisah-kisah kaum terdahulu kepada sahabat-
sahabatnya dengan tujuan dapat mengambil hikmah dan pelajaran.
Seorang guru yang ingin menerapkan metode cerita ini dituntut
untuk mengetahui sikap fantasi yang dimiliki siswa. Dan guru diharapkan
agar tidak menceritakan cerita-cerita yang sulit dimengerti akan tetapi
cerita yang mudah untuk mereka pahami.
3. Metode Diskusi
Diskusi dari pengertian secara bahsa adalah tukar pikiran antara 2
orang atau lebih untuk menyelesaikan suatu persoalan. Kata diskusi
berasal dari bahasa latin yaitu, discussus yang berarti memeriksa,
menyelidiki. Secara umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan 2
orang atau lebih individu yang berintegrasi secara verbaldan saling
berhadapan muka mengenai tujuan dan mempertahankan pendapat untuk
memecahkan satu masalah.
38
Sedangkan secara istilah diskusi adalah tukar menukar informasi,
pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud
untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti
tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan
bersama.
Dalam dunia pendidikan, metode diskusi ini mendapat perhatian
cukup besar karena denga diskusi merangsang siswa berfikir atau
mengeluarkan pendapat sendiri. Karena proses kehidupan manusia dalam
kehidupan sehari-hari khususnya dalam bidang pendidikan seringkali
dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang terkadang tidak bisa
dipecahkan oleh hanya satu jawaban atau satu cara saja, akan tetapi
memerlukan pengetahuan untuk kemudian disusun pemecahan yang
mengkin adalah satu jalan alternatif terbaik. Oleh karena itu peranan guru
dalam metode diskusi ini sangatlah penting dalam rangka menghidupkan
kegairahan pemikiran siswa dalam mengungkap sebuah persoalan-
persoalan pendidikan yang dihadapinya.
Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk
menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan
tersebut karena, 1). Diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi
karena interaksi antar siswa muncul secara spontan sehingga hasil dan arah
diskusi sulit di tentukan, dan 2). Membutuhkan waktu yang panjang
sedangkan waktu pembelajaran sangat terbatas. Sebenarnya hal tersebut
tidak perlu dirisaukan oleh guru karena dengan perencanaan dan persiapan
39
yang matang kejadian seperti itu dapat dihindari. Dengan adanya
perencanaan maka diskusi bisa berjalan dengan lancar dan berguna
membantu guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa.
4. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab secara bahasa berasal dari kata tanya yakni
pertanyaan atau soal mengenai sebuah permasalahan dan jawab adalah
sumber atau alur atau solosi buat sebuah masalah. Sedangkan secara istilah
artinya adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan
beberapa pertanyaan kepada siswa tentan bahan pelajaran yang telah
diajarkan atau bahan bacaan yang telah mereka baca sambil
memperhatikan proses berfikir diantara peserta didik.
Untuk mencapai keberhasilan penggunaan metode tanya jawab
dalam pembelajaran dapat diukur pada tercapainya penguasaan siswa
secara minimal berdasarkan kriteria ketuntasan minimal dalam indikator.
Hal ini menggambarkan bahwa penggunaan metode tanya jawab bukan lah
sekedar bertanya kepada siswa tentang satu hal saja dalam sebuah
indikator, akan tetapi mereka memahami dan menguasai materi
pembelajaran melalui tanya jawab tersebut.
Menurut Abdul Majid metode tanya jawab adalah metode
mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang
bersifat interaksi dua arah karena pada saat yang sama terjadi diaolog
antara guru kepada siswa, dan sebaliknya dari siswa kepada guru. Metode
40
tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang berpikir siswa dan
membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan. Dalam
komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung
antara guru dan siswa.
5. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan salah satu metode yang cukup efektif
karena membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan
metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan
kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau tiruan.
Menurut Saiful Sagala yang dikutip oleh Abdul Majid, metode
demonstrai adalah petunjuk tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau
benda sampai kepada penampilan tingkah laku yang dicontonhkan agar
dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata.
6. Metode Simulasi
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi
tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada
objek sebenarnya. Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya
berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar,
simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau
keterampilan tertentu. Gladi resik merupakan contoh simulasi, yakni
41
memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan
untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal diwaktunya nanti. Demikian
juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu
peristiwa, penggunaan simulas sangat bermanfaat.
Metode simulasi bertujuan untuk: 1). Melatih keterampilan tertentu
baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, 2).
Memperoleh suatu pemahaman suatu konsep atau prinsip, 3). Memberikan
motivasi belajar kepada siswa, 4). Meningkatkan keaktifan belajar, 5).
Melatih memecahkan masalah, 6). Melatih siswa untuk mengadakan kerja
sama dalam situasi kelompok, 7). Menumbuhkan daya kreatif siswa, dan
8). Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
7. Metode Karyawisata ( Pembelajaran Di Luar Kelas)
Karyawisata mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan
karyawisata dalam arti umum. Karyawisata disini artinya kunjungan ke
luar kelas dalam rangka belajar. Contohnya mengajak siswa kegedung
pengadilan untuk mengetahui sistem pengadilan selama satu jam
pelajaran. Jadi, karyawisata tersebut diharapkan tidak jauh dari lingkungan
sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawiasata yang
membutuhkan waktu yang lama dan tempat yang jauh itu disebut study
tour.
Dalam pelajaran SKI karyawisata ini dapat dilakukan di
perpustakaan setempat seperti menelaah buku-buku sejarah dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan pelajaran SKI, dan pelajaran SKI juga bisa
42
mengunakan study tour seperti ke museum, masjid-masjid bersejarah,
makam-makam ulama dan tempat-tempat bersejarah lainnya, yang
berhubungan dengan materi pembelajran.
D. Hasil Yang Diperoleh Siswa Dari Penanaman Nilai-Nilai Kepedulian
Sosial
Sebelum kita membahas hasil yang diperoleh siswa dari penanaman nilai-
nilai kepedulian sosial, dapat kita lihat pada pembahasan sebelum nya telah kita
ketahui bahwa peduli sosial termasuk dalam ranah atau ruang lingkup nilai-nilai
karakter.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, beroreintasi ilmu pengetahuan
dan teknologi, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, dan berkembang
dinamis yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan Pancasila.
Melihat tujuan tersebut maka kita dapat menyimpulkan hasil yang akan
diperoleh apabila seorang guru berhasil menanamkan nilai-nilai karakter tersebut
terutama nilai kepedulian sosial, berikut hasil dari penanaman nilai-nilai tersebut :
1. Siswa dapat mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikir
baik atau positif, dan berprilaku baik pada sesama.
2. Siswa dapat memperkuat dirinya dengan bertoleransi pada sesama.
3. Siswa dapat menjadi individu yang memiliki daya saing dalam
pergaulan dunia.
43
4. Siswa dapat meninggakat kan dirinya menjadi orang yang beriman dan
bertaqwa serta dapat menjadi seorang yang berjiwa pancasila
5. Siswa dapat menghargai kegiatan masyarakat seperti gotong royong dan
kegiatan lainnya, sehingga siswa menjadi warga masyarakat yang dihormati dan
dihargai.
6. Siswa mampu menjaga sikap patriotik nya sehingga mampu menjadi
warga negara yang baik, dan berwawasan tinggi mengenai kondisi negara, agar
suatu hari nanti siswa tersebut menjadi orang yang berguna baik di negara atau di
luar negaranya.
Menurut H. E. Mulyasa keberhasilan implementasi pendidikan karakter di
sekolah dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
menengah, dengan kriteria atau indikator-indikator sebagai berikut:
1. Kriteria Jangka Pendek.
a. Sekurang-kurangnya 85% isi dan prinsip pendidikan karakter dapat
dipahami, diterima, dan diterapkan oleh siswa dan guru.
b. Sekurang-kurangnya 85% siswa merasa mendapat kemudahan,
senang, dan memiliki kemauan dalam belajara yang tinggi.
c. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
d. Karakter yang ditanamkan sesuai dengan perkembangan siswa, dan
mereka memandang bahwa hal tersebut akan sangat berguna bagi
kehidupannya kelak.
e. Pendidikan karakter yang dikembangkan dapat menumbuhkan
minat belajar siswa untuk belajar lebih lanjut.
44
2. Kriteria Jangka Menengah
a. Adanya umpan balik terhadap guru tentang pendidikan karakter
yang diimplementasikan kepada siswa.
b. Siswa menjadi insan yang berkarakter, kreatif, dan mampu
menghadapi permasalahan yang dihadapinya.
c. Siswa tidak memberikan pengaruh negatif terhadap masyarakat
sekitarnya dengan cara apapun.
3. Kriteria Jangka Panjang
a. Adanya peningkatan mutu pendidikan yang dapat dicapai oleh
sekolah melalui kemandirian dan inisiatif kepala sekolah dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah.
b. Adanya peningkatan efesiensi dan efektivitas pengelolaan dan
pengunaan sumber-sumber belajar pendidikan karakter, melalui
pembagian tanggung jawab yang jelas, transparan, dan demokratis.
c. Adanya peningkatan perhatian serta partisifasi warga dan
masyarakat sekitar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
karakter yang dicapai melalui pengambilan keputusan bersama.
d. Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah kepada pemerintah,
orang tua siswa, dan masyarakat pada umumnya berkaitan dengan
mutu sekolah, terutama dalam pendidikan karakter.
e. Adanya kompetisi yang sehat antar sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan karakter melalui upaya-uaya inovatif dengan
45
dukungan orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah daerah
setempat.
f. Tumbuhnya karakter kemandirian dan berkurangnya
ketergantungan di kalangan warga sekolah, bersifat adaptif dan
proaktif, serta memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi( ulet,
inovatif, dan berani mengambil resiko).
g. Terwujudnya proses pembelajaran yang berkarakter yang efektif,
yang lebih menekankan pada belajar menjadi diri sendiri, dan
belajar hidup bersama secara harmonis.
h. Terciptanya iklim sekolah yang aman, nyaman dan tertib sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan
menyenangkan.
i. Adanya proses evaluasi dan perbaikian secara berlanjut. Evaluasi
secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui
pembentukan karakter siswa, tetapi juga untuk memanfaatkan hasil
evaluasi tersebut bagi perbaikan dan penyempurnaan pendidikan
karakter di sekolah.
Dengan tercapainya hal-hal atau kriteria-kriteria di atas maka secara
otomatis nilai-nilai kepedulian sosial juga bisa tertanamkan kepada siswa, yang
menjadi warga sekolah tersebut.
46
47
48
49
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan dengan menggunakan jenis penelitian
lapangan, sebagai bentuk penelitian yang mendalam tentang proses penanaman
nilai-nilai kepedulian sosial kepada siswa kelas VII (pembelajaran SKI) di MTsN
3 Banjarmasin.
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu mengumpulkan informasi dan
membuat deskripsi suatu fenomena, yaitu keadaan fenomena menurut apa adanya
pada saat penelitian yang dilakukan dilapangan. Sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah penelitian kualitatif ialah penelitian yang menghasilkan data
51
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati. Hasil penelitian yang akan dicapai nantinya tidak menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kualifikasi, maksudnya data
yang ditemukan berupa pernyataan bukan data statistik. Penelitian kualitatif,
setiap masalah yang dalam harus diteliti dengan berbekal teori fungsinya adalah
untuk memperjelas masalah.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah guru SKI sebanyak 2 orang yakni ibu
Siratun Mansurah, S.Pd.I dan bapak Munawir Ahkam, S.Pd.I serta siswa-siswi
yang mendapatkan materi Khulafaurasyidin di MTsN 3 Banjarmasin, kurang lebih
366 orang, yang terdiri dari 8 ruang kelas VII
2. Objek
Objek dalam penelitian ini adalah penanaman nilai-nilai kepedulian sosial
melalui kisah khulafaurasyidin pada siswa MTsN 3 Banjarmasin.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
a. Data Pokok
52
1). Data tentang nilai-nilai kepedulian sosial dalam kisah kehidupan
khulafaurasyidin yang ditanamkan oleh guru SKI pada siswa MTsN 3
Banjarmasin.
2). Data tentang metode pembelajaran yang digunakan guru SKI di
MTsN 3 Banjarmasin dalam menanamkan nilai-nilai kepedulian sosial
pada siswa-siswinya meliputi:
3). Data tentang faktor-faktor yang memengaruhi proses penanaman
nilai-nilai kepedulian sosial melaui kisah kehidupan khulafaurasyidin
dari guru SKI pada siswa dan siswi di MTsN 3 Banjarmasin. Sebagai
berikut:
a). Faktor penunjang
(1). Peserta didik atau siswa yang pernah mempelajari kisah
Khulafaurasyidin pada saat SD atau MI
(2). Faktor lingkungan sekolah yang hampir keseluruhan adalah umat
Islam.
(3). Pentingnya nilai-nilai kepedulian sosial dalam kehidupan sehari-
hari.
b). Faktor penghambat
(1). Peserta didik atau siswa yang belum terlalu memahami tentang
kisah kehidupan Khulafaurasyidin.
(2). Pengaruh dari luar sekolah, HP dan media-media sosial lain.
53
(3). Ketidak tersediannya Sarana prasarana atau media dan fasilitas
yang dapat digunakan untuk menerapkan penananman nilai-nilai
kepedulian sosial melalui kisah kehidupan khulafaurasyidin dalam
pembelajaran SKI pada siswa.
b. Data Penunjang
1). Sejarah berdirinya MTsN 3 Banjarmasin.
2). Informan yang merupakan Guru SKI yang menyampaikan materi
khulafaurasyidin pada siswa.
3). Dokumen-dokumen dari sekolah yang merupakan kegiatan sekolah,
kegiatan guru, dan kebijakan pihak sekolah tentang proses
pembelajaran di dalam kelas sebagai tanda bahwa dilakukannya
kepedulian sosial pada siswa.
2. Sumber Data
Sumber data yang membantu kelancaran penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Guru SKI
Guru SKI di MTsN 3 Banjarmasin kurang lebih ada 4 orang namun
yang di teliti oleh peneliti yang berkaitan dengan materi
Khulafaurasyidin jadi guru yang di wawancari oleh peneliti ada 2 orang
guru
1. Ibu Siratun Mansurah, S.Pd.I, beliau mengajar SKI materi
Khulfaurasyidin di kelas VII H (kelas jauh di Komp. Mahligai).
2. Bapak Munawir Ahkam, S.Pd. I, beliau mengajar SKI materi
Khulafaurasyidin di kelas VII A,B,C (di lokasi pusat Jln. Bhakti
54
Pemurus Dalam) dan kelas VII D,E,F,G (di kelas jauh di Komp.
Mahligai).
b. Siswa yang mendapat materi Khulafaurasyidin
Siswa yang diteliti oleh peneliti adalah siswa yang menerima materi
Khulafaurasyidin kurang lebih 366 orang, di bagi dalam 8 ruang kelas
VII dari A sampai H, sampel yang diambil oleh peneliti adalah 3 orang
per kelas, adapun nama-nama siswa selaku sumber data peneliti adalah
sebagai berikut :
(1). Perwakilan Kelas VII A di lokasi pusat Jln.Bhakti Pemurus Dalam (
Riska, Ana Mauliana Salsabila, dan Sifa Hairunnisa)
(2). Perwakilan Kelas VII B di lokasi pusat Jln.Bhakti Pemurus Dalam (
Mutiarana Qalbina,Nur Hidayah, dan Riska Lufhiana)
(3). Perwakilan Kelas VII C di lokasi pusat Jln.Bhakti Pemurus Dalam (
Salsabila, Rada, dan Nisa Nur Amelianti)
(4). Perwakilan Kelas VII D di kelas jauh Komp. Mahligai (Salma,
Rahmawati, dan Helena)
(5). Perwakilan Kelas VII E di kelas jauh Komp.Mahligai (Muhammad
Rizky Nur Rahim, Nazwa Laras Sari, dan Farra Nur Zahra)
(6). Perwakilan Kelas VII F di kelas jauh Komp. Mahligai (Nadia, Siti
Nur Zalifah, dan M.Sahrizal)
(7). Perwakilan Kelas VII G di kelas jauh Komp. Mahligai (Azkia, Shifa
Aulia Fitri dan Husna Azizah)
55
(8). Perwakilan Kelas VII H di kelas jauh Komp. Mahligai (Milawati,
Muhammad Irwansyah, Muhammad Amin
c. Pihak sekolah yang terdiri dari
(1). Kepala Sekolah : Dra. Naimah
(2). Tata Usaha : Hj. Fitriani, SE, Khairil Anwar,S.Ag, Siti Nor
Asiah, Berkatsiah, Hj. Halimatussa‟diah, dan Normawati.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini diperlukan beberapa teknik sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung. Teknik ini digunakan untuk
mencari data tentang penanaman nilai-nilai kepedulian sosial kepada siswa,
observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipatif yakni,
pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat
ikut sebagai peserta didik atau subjek dalam pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru pada proses pembelajaran berlangsung.
2. Wawancara, yaitu wawancara secara langsung dengan responden dan
informan. Teknik ini penulis gunakan untuk menggali data tentang
pelaksanaan penanaman nilai-nilai kepedulian sosial oleh guru yaitu, proses
pembelajaran dan pengalaman guru SKI dalam mengajar, minat belajar
56
siswa-siswi, fasilitas berupa buku pelajaran, pengelolaan waktu yang
tersedia, dan lingkungan yang mendukung.
3. Dokumen, yaitu teknik ini digunakan untuk menggali data-data melalui
dokumen sekolah dalam menunjang data-data yang ingin diketahui penulis.
Untuk lebih jelasnya mengenai data, sumber data dan teknik pengumpulan
data dapat dilihat pada matrik berikut:
TABEL I
MATRIK :
DATA, SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
NO DATA SUMBER DATA TEKNIK
PENGUMPULAN
DATA
1. Data Pokok
A. Data mengenai penanaman
nilai-nilai kepedulian
sosial dalam kisah
kehidupan
khulafaurasyidin yang
ditanamkan oleh guru SKI
pada siswa MTsN 3
Banjarmasin
B. Data tentang metode-
metode yang digunakan
oleh guru dalam
penanaman nilai-nilai
kepedulian sosial melalui
kisah kehidupan
khulafaurasyidin kepada
siswa MTsN 3
Banjarmasin.
Guru
Guru/Siswa
Observasi
Observasi/
Wawancara
57
C. Data tentang faktor-faktor
yang memengaruhi proses
penanaman nilai-nilai
kepedulian sosial melaui
kisah kehidupan
khulafaurasyidin dari guru
SKI pada siswa.
Guru/Siswa
Observasi
2 Data Penunjang
Gambaran umum objek
penelitian:
a. Sejarah berdirinya
MTsN 3 Banjarmasin.
b. Identitas Informan yang
merupakan Guru SKI
yang menyampaikan
materi khulafaurasyidin
pada siswa.
c. Dokumen-dokumen dari
sekolah yang merupakan
kegiatan sekolah, sebagai
tanda bahwa dilakukannya
kepedulian sosial pada
siswa.
Pihak Sekolah
Kepala Sekolah/
Tata Usaha/
Staf Tata Usaha
Observasi
Observasi/
dokumentasi
Data/dokumen
58
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh dan terkumpul, maka penulis mengolah data-data
tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing, yaitu teknik ini digunakan untuk meneliti kembali data yang
sudah terkumpul apakah sudah lengkap atau belum.
b. Klasifikasi, yaitu teknik ini dilakukan dengan cara mengelompokkan
masing-masing data sesuai dengan jenis permasalahannya.
2. Analisis Data
Setelah data diolah dan disajikan secara diskriptif berupa uraian-uraian
yang dapat memberikan gambaran secara jelas permasalahan yang diteliti.
Selanjutnya dilakukan analisis data secara diskriptif kualitatif dan kesimpulan
akhir diambil menggunakan metode induktif, yang menyimpulkan secara umum,
berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan.
F. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa tahap yang dilalui, yakni:
1. Tahap Pendahuluan
a. Penjajakan ke lokasi penelitian
b. Membuat desain proposal
c. Berkonsultasi dengan dosen penasihat akademik tentang desain
proposal yang telah dibuat untuk dikoreksi
59
d. Mengajukan proposal skripsi ke Biro Skripsi untuk mendapatkan
persetujuan judul.
2. Tahap Persiapan
a. Seminar proposal yang telah disetujui
b. Merevisi proposal dengan berpedoman kepada hasil seminar atas
petunjuk dosen pembimbing
c. Menyiapkan instrumen atau berpedoman pada observasi, angket,
wawancara dan dokumen
d. Memohon surat perintah riset kepada Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Antasari untuk melaksanakan penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Menghubungi responden dan informan, untuk menghimpun data yang
diperlukan berdasarkan teknik yang digunakan
b. Mengumpulkan data
c. Mengolah dan menganalisis data yang telah terkumpul.
4. Tahap Penyusunan
a. Menyusun hasil penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi
b. Konsultasi dengan Bapak pembimbing untuk merevisi naskah hasil
penelitian
c. Setelah disetujui oleh pembimbing kemudian diperbanyak dan siap
dibawa ke sidang Munaqasyah.
60
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
61
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya MTsN 3 Kota Banjarmasin
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa masyarakat Kalimantan Selatan
adalah masyarakat agamis dan memerlukan pendidikan agama dari generasi ke
generasi, yaitu anak dan keturunannya, karena pendidikan Islam adalah salah satu
wadah yang dipercayakan untuk mendidik anak-anaknya dalam bidang
pendidikan dan pengetahuan agama.
Oleh sebab itu pendiri MTsN 3 Kota Banjarmasin terpanggil untuk
mewujudkan suatu wadah pendidikan agama di tengah masyarakat Pemurus
Dalam yang mayoritas penduduknya adalah Buruh dan Tani yang pada waktu itu
belum ada lembaga pendidikan Agama Islam.
Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Kota Banjarmasin (berdasarkan) KMA RI
Nomor : 671 Tahun 2016 tentang perubahan nama Madrasah Aliyah Negeri,
Madrasah Tsanawitah Negeri dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri di provinsi
Kalimantan Selatan, sebelumnya bernama MTsN Banjar Selatan 1 Banjarmasin,
adalah salah satu lembaga pendidikan formal tingkat pertama yang berada di
bawah naungan Kementrian Agama RI, sejak dinegerikan pada tanggal 15
Nopember 1995 dengan nomor : 515 Tahun 1995.
Sejak tahun berdirinya yakni tahun 1995 sampai sekarang MTsN 3
Banjarmasin berlokasi di Jalan Bhakti Pemurus Dalam Kecamatan Banjarmasin
Selatan Kota Banjarmasin. Namun karena jumlah siswa yang dari tahun ketahun
bertambah akhirnya di putuskan untuk membuka lokasi kelas jauh di komplek
Mahligai.
62
Berikut data nama-nama yang pernah menjabat sebagai Kepala Madrasah
Tsanawiyah Negeri 3 Kota Banjarmasin semenjak didirikan sampai sekarang ini
yaitu:
1. Abd. Djawad Anshari, BA (01 November 1996 s.d 31 November
1997)
2. H. Noor Adjiddin, BA(22 Desember 1997 s.d 31 Juli 2004)
3. Hj. Djuriah, A.Md (01 Agustus 2004 s.d 28 Desember 2006)
4. Drs. H. Harmidin Noor (29 Desember 2006 s.d 31 Januari 2009)
5. Drs. Ahmad Baihaki (01 Februari 2009 s.d 31 Oktober 2011)
6. Dra. Halimatussa‟diyah, M.Pd (01 November 2011 s.d 30 November
2013)
7. Dra. Naimah (01 Desember 2013 s.d Sekarang..)
2. Identitas Madrasah
a. Nama Madrasah : MTsN 3 Kota Banjarmasin
b. Status Madrasah : Negeri
c. Alamat
Jalan : Bhakti Rt. 32 No. 04
Telepon : 0511-3264322
Kelurahan : Pemurus Dalam
Kecamatan : Banjarmasin Selatan
Kab / Kota : Banjarmasin ( 70248 )
Provinsi : Kalimantan Selatan
63
d. Nomor Statistik Madrasah : 121163710003
e. No. Pokok Sekolah Nasional : 30315477
f. NPWP : 79.113.791.2-731.000
g. Tahun berdiri : 15 November 1995
h. Lokasi : 1. Jalan Bhakti Pemurus Dalam
Banjarmasin
: 2. Jalan Mahligai Kertak Hanyar.
i. Status Kepemilikan Tanah : a. Staus Tanah : ( bersertifikat )
: b. Luas Tanah ; 6.350 m²
j. Luas Bangunan : 3.471 m²
TABEL II
Data Siswa dalam Empat Tahun
Tahun
Pelajaran
Jlh. Siswa Seluruhnya
Jlh. Siswa
Lk Pr Jlh
Jlh. Rombel
2014/
2015 359 494 853
24
2015/
2016 359 494 853
24
2016/
2017 328 499 827
25
2017/
2018 366 514 880
25
TABEL III
64
Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan
NO Ketenagaan Laki-laki Perempuan Jumlah
I Tenaga pendidik
1. Guru PNS
2. Guru Tetap Yayasan
3. Guru Honorer
4. Guru Tidak Tetap
6
-
3
5
31
-
1
7
37
-
4
12
II Tenaga Kependidikan
1. Pegawai TU PNS
2. Pegawai Honor TU
3. Pegawai
Honorer/PTT
1
-
7
5
-
3
6
-
10
Madrasah : MTsN 3 Kota Banjarmasin
Tahun Pelajaran : 2017/ 2018
Laporan Bulan Keadaan : Semester II
Guru/Pegawai : MTsN 3 Kota Banjarmasin
Bulan : Januari 2018
TABEL IV
Data Guru- Guru Di MTsN 3 Banjarmasin
NO NAMA/NIP JABATAN
1 Dra.Naimah/196804151994032004 KEPALA
2 Dra. Hj. Zuraida / 196702181988032002 GT
3 Dra. Noor Adeliani, M.Pd / 196707171994032001 GT
4 Dra.Hj. Murdiah / 195803261993032001 GT
5 Dra. Hj. Kaspiah / 196102231994022001 GT
6 Dra. Paujiannoor / 196605171992032001 GT
7 Dra.Sri Umiyati, M.Pd/ 197101051996032003 GT
8 Syafariana Kartika, S.Pd / 197104211997032003 GT
9 Sofa, S.Ag / 150281307 GT
10 Siratun Manshorah, S.Pd / 196103081986032003 GT
11 Normaliana, S.Ag / 197110101996032003 GT
12 Ma‟awiyah, S.Pd / 196106061995032003 GT
13 Dra.Rosmaliyana / 196210091993032001 GT
14 Budi Armiati, S.Pd / 196901251994032003 GT
65
15 Dra. Masni / 196305101995032001 GT
16 Yulia Khairiah, S.Pd / 197507062001122002 GT
17 Anna Isabella, S.Pd / 196602042000032001 GT
18 Dra. Hj. Noor Jannah / 196510221998032001 GT
19 Ngatiyem,S.Pd / 197609052002122004 GT
20 Titi Hartika Ademi, S.Pd / 196712281987032001 GT
21 Hj. Noor Hidayah, S.Pd / 150321230 GT
22 Hj. Fitriani, SE / 196801221989032001 TU
23 Sesy Dimwani, S.Pd / 197404242003122003 GT
24 Wahidah, S.Pd / 197508172005012009 GT
25 Fathul Hidayah, S.Pd/197706072005012009 GT
26 Tri Budiarti Suharti, S.Pd / 197812212005012007 GT
27 H. Zainal Arifin,S.Pd / 198012232005011005 GT
28 Khairil Anwar, S.Ag / 19700818181998021002 TU
29 Hj. Rabiatul Adawiyah, S.Ag / 197105072006042025 GT
30 Selvini Mariani, M.Pd/ 197701052005012003 GT
31 Rina Erlinawati, S.Pd / 197502222007102002 GT
32 Siti Nor Asiah / 196706231990022001 TU
33 Berkatsiah / 196505111990032002 TU
34 Jarkasi, S.Ag / 197205162007011030 GT
35 Hj. Halimatussa‟diah / 196505071988032002 TU
36 Sri Noor Bayah, S.Pd / 198001162009122002 GT
37 Sahriadi, M.Pd.I / 197806132007101002 GT
38 Agung Nogroho,S.Pd.1 / 198307272009011007 GT
39 Karmila Yanti,S.Pd / 197903152005012007 GT
40 Rofi Bushairi / 196910062007011029 GT
41 Normawati / 197705091998032001 TU
42 Ahmad Sofyan Tsauri,S.Pd.I / 198103312007101001 GT
43 Hj.Hertini S, SH GTT
44 Syafruddin,S.Ag GTT
45 Abu Hanifah,S.Ag GTT
46 Dwining Wahyuni,S.Pd GTT
47 H.Kaspul Sururi, Lc GTT
48 Siti Haryawati,M.Pd GTT
49 Andi Hidayat,S.Pd.I GTT
50 Saidi,S.Pd GTT
51 Munawir Ahkam,A.Md GTT
52 Raya Ridhati, S.Pd GTT
53 Dian Diah Desyanti,S.Pd GTT
54 Syarifah Alfisyah,M.Pd GTT
55 Noor Yanti,S.Pd GTT
56 Syarifah,S.Pd GTT
57 Desy Handayani,S.Pd GTT
58 Anggi Pradana Irfansyah, S.Pd GTT
66
59 Muhammad Arabi, S.Pd.I PTT
60 Hatiannor PTT
61 Deviana Triwahyu Winarya, S.Pd. PTT
62 Andry Arief Nur Setiawan PTT
63 Makhriati PTT
64 Hairullah PTT
65 A.Dailami PTT
66 Zainuddin PTT
67 H.Arpian PTT
68 Eko Triyono PTT
5. Visi Madrasah
Tercapainya Madrasah yang unggul dalam Ilmu dan Amal berdasarkan
Imtaq dan Iptek.
6. Misi Madrasah
a. Meningkatkan tertib administrasi;
b. Meningkatkan kualitas akademik;
c. Meningkatkan kualitas ibadah dan suasana madrasah yang religius;
d. Meningkatkan kualitas non akademik peserta didik;
e. Meningkatkan kerjasama orang tua dan masyarakat.
7. Tujuan Madrasah
a. Meningkatnya peran dan fungsi ketatausahaan, rumah tangga sekolah,
perpustakaan dan laboratorium;
b. Meningkatnya situasi pendidikan dan pengajaran;
67
c. Meniingkatnya iklim madrasah yang religius;
d. Meningkatnya potensi peserta didik berdasarkan bakat dan minat.1
B. Penyajian dan Analisa Data
Penyajian data yang berkenaan dengan proses penanaman nilai-nilai
kepedulian sosial melalui kisah kehidupan khulafaurasyidin pada siswa MTsN 3
Banjarmasin akan disajikan dalam uraian berdasarkan data-data yang digali dalam
penelitian ini baik melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi.
Berdasarkan urutan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
Kementrian Pendidikan Nasional mengatakan bahwa ada 18 komponen
nilai-nilai karekter yakni, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial dan tanggung jawab.2 Untuk mengetahui lebih dalam maka peneliti
melakukan tahapan-tahapan dalam menggali data berkenaan dengan nilai-nilai
karakter, terutama yang berhubungan dengan peduli sosial pada kisah kehidupan
khulafaurasyidin pada siswa MTsN 3 Banjarmasin.
1 Sumber : Khairil Anwar, S.Ag, ketua staf TU, tanggal 08 Februari 2018, pukul 10.30
wita.
2Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangaun Karakter Bangsa
Berpradaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012). h. 44
68
1. Nilai-Nilai Kepedulian Sosial Dalam Kisah Kehidupan
Khulafaurasyidin Yang Ditanamkan Oleh Guru SKI Pada Siswa
MTsN 3 Banjarmasin
Nilai- nilai yang ditanamkan oleh guru SKI pada Siswa MTsN 3
Banjarmasin melalui kisah kehidupan Khulafaurasyidin adalah nilai-nilai yang
menonjol dari setiap khalifah tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Nilai sosial dari kisah kehidupan khalifah Abu Bakar R.A yang
ditanamkan oleh guru SKI pada saat proses pembelajaran adalah, (1).
Kejujuran, yakni sebuah prilaku atau sikap seorang individu dalam
melakukan berbagai hal baik dari perkataan dan perbuatannya, sikap
jujur yang dicontohkan oleh Khalifah adalah jujur dalam beragama jika
beliau yakin dan percaya apa yang disampaikan oleh Rasul maka beliau
bela sekuat tenaga dengan argumen-argumen beliau sehingga Abu Bakar
R.A mendapat gelar As-Siddiq. “ biasa nya bapak M itu banyak
menceritakan tentang kejujuran khalifah Abu Bakar R.A., dalam
menjelaskan, dan bapak sering menekan kan pada kami jika dengan
sesama itu mesti jujur apa lagi dengan guru yang mendidik kita,”
seorang siswa waktu wawancara, 3(2). Rela berkorban, ialah sikap berani
membela atau menyanggah segala sesuatu walau nyawa taruhannya, hal
ini sempat dilakukan Abu Bakar R.A pada saat menemani Rasulullah
Saw berhijrah bersama di dalam gua Tsur. (3). Bijaksana adalah sikap
3 Hasil Wawancara Peneliti Dengan Perwakilan Siswa Kelas VII A Yang Bernama Sifa
Hairunnisa, Pada Tanggal 12 Februari 2018 Hari Senin Jam pelajaran Ke 3(08: 30 Wita)
69
seseorang yang bisa atau mampu membedakan yang benar pada
tempatnya, bijaksana dan adil adalah prilaku seorang pemimpin yang
ideal sehingga kebijaksanaan seseorang berarti juga hampir sama dengan
keadilannya.
Semakin bijak seseorang dalam perkara maka semakin adil ia dalam
memutuskan perkara tersebut. Kebijakan yang dicontohkan oleh
Khalifah Abu Bakar R.A adalah memberantas kaum murtad yang keluar
dari Islam setelah tahu bahwa Rasulullah Saw wafat. Dan (4). Tolong-
menolong adalah sikap yang berhubungan erat dengan sosial karena
sikap menolong ini adalah sikap yang perlu perhatian khusus oleh
individu dan orang lain secara langsung, artinya setiap kita melakukan
tolong menolong ini berarti yang di tolong maupun yang menolong
adalah sama-sama saling mengerti satu sama lain, seperti hal nya yang
dicontohkan Abu Bakar R.A yang mau menolong Bilal bin Rabbah R.A .
Selain hal-hal tersebut, salah satu gambaran sosial beliau selama jadi
khalifah adalah memerangi golongan yang tidak mau membayar zakat,
hal ini terjadi karena mereka seperti Bani Gaffan yang hanya patuh pada
Nabi Muhammad Saw, dan setelah Nabi Saw wafat, maka bagi mereka
tak ada lagi bayar zakat.
Menghadapi hal tersebut, khalifah Abu Bakar As-Sidiq bersikap tegas untuk
menolong sesama muslim. Ketegasannya tersebut tersirat dalam satu
ucapannya, yaitu “ jika saja zakat itu seutas tali unta dan mereka tak mau
membayarnya, niscaya tetap aku perangi mereka,”. Di balik ketegasannya Abu
70
Bakar As-Sidiq tetap berpesan pada panglimanya untuk mengadakan
pendekatan secara damai.
b. Nilai sosial yang ditanamkan oleh guru SKI yang menyampaikan materi
Khalifah Umar R.A adalah sebagai berikut : (1). Pemberani, adalah
sikap atau perilaku individu yang mempunyai tekad pantang mundur
dalam satu argumen yang benar, hal ini dibuktikan pada saat Umar R.A
membela Islam saat umat Islam melakukan hijrah ke Yastrib keberanian
beliau ini dapat membedakan yang haq dan bathil sehingga di beliau
diberi gelar Al-Faruq. (2). Toleransi adalah sikap seseorang yang mau
dengan senang hati menerima hal lain dan menetralisirnya menjadi hal
yang positif, sehingga sikap toleransi dapat terjalin dengan baik, sikap ini
dibuktikan beliau pada saat terjadi pertikaian antara Yahudi dan salah
satu sahabat mengenai perluasan tanah masjid dan gubuk si Yahudi,
karena sikap toleransi ini dengan adilnya beliau memutuskan agar
dibatalkannya perluasan tanah masjid tersebut. Dan (3). Tegas dan Arif,
maksudnya adalah sikap tegas ketika beliau memimpin Islam dan Arif
adalah mengayumi warga dengan baik, pernah dulu waktu ada keluarga
kecil yang kelaparan Khalifah berani turun sendiri membawa beras buat
keluarga tersebut, selain hal itu. Dalam menjalankan pemerintahannya
beliau memerintah dengan adil. Ia tidak membedakan antara yang tua dan
muda, tuan dan budak, kaya dan miskin, serta penguasa dan rakyat jelata.
Umar bin Khattab R.A juga sangat takut mengambil harta kaum muslim
tanpa alasan yang kuat. Ia berpakaian sangat sederhana. Pakaian yang
71
sangat tidak pantas bagi seorang pembesar seperti dia. Prinsip itu juga
diterapkan dalam kehidupan keluarganya. Istri dan anak-anaknya di
larang menerima pemberian dari dalam bentuk apapun dari para
pembesar maupun rakyatnya.
c. Nilai sosial dari kisah kehidupan Usman bin Affan R.A yang ditanamkan
dan ditekankan oleh guru SKI mereka adalah sebagai berikut : (1).
Dermawan, adalah prilaku yang yang berhubungan dengan harta atau
kepemilikan seseorang, sikap derwaman ini biasanya berhubungan
dengan uang atau sejenisnya, sikap dermawan ini dicontohkan oleh
Usman bin Affan R.A pada saat beliau membela Islam di waktu terjadi
perang Badar, Usman bin Affan R.A menyediakan unta dan lain-lainnya
dengan uang beliau sendiri, kedermawanan beliau juga berterus-terusan
sampai beliau jadi Khalifah ketiga beliau membiayai pembukuan Al-
Qur‟an dan pembangunan-pembangunan wilayah Islam saat itu. Dan (2)
Pemalu adalah sikap seseorang yang mempunyai tatanan hidup atau
sopan santun yang tertata atau baik. Sikap orang pemalu ini dia sangat
sopan kepada sesama, rasa malu Usman bin Affan R.A adalah pemalu
dalam Islam, beliau selalu malu jika tidak melaksanakan ibadah di saat
Rasulullah Saw memerintahkan hal tersebut.
Al-Mas‟udi R.A salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw berkata:
Usman R.A adalah seorang yang paling dermawan, lapang dada, sangat
senang berkorban kepada keluarga yang dekat dan jauh. Sehingga
prilakunya dijadikan pedoman oleh generasi seangkatannya dan bagi
72
bawahan-bawahannya sebagai teladan. Dialah orang yang
mempersiapkan tentara Islam saat kaum muslimin dilanda paceklik, baik
dengan harta, unta dan kuda. Dia juga membeli Sumur Rumah milik
Yahudi dan memperluas masjid Nabawi dengan harta milik pribadi.
d. Nilai sosial yang ditanamkan oleh guru SKI yang mengajarkan materi
Khulafaurasyidin, tepatnya kisah kehidupan Ali bin Abi Thalib R.A
adalah sebagai berikut: (1). Berwawasan maksudnya adalah seseorang
yang mempunyai ilmu atau pemahaman luas dalam bidang keilmuan, hal
ini terbukti banyak hadis dan kata-kata mutiara beliau yang berbunyi
tentang keilmuan. Dan (2). Empati adalah sikap atau perilaku seseorang
yang mempunyai kepedulian pada sesama secara batin, yang seakan-akan
dia juga mengalami hal tersebut, hal ini tercantum dalam kisah pada
waktu beliau membantu umat Islam menjawab pertanyaan Ahli Kitab
yang ingin menjatuhkan Khalifah Umar R.A pada saat itu mereka
menanyakan perihal apa itu Islam, maka dengan kecerdasan beliau,
beliau pun menjawabnya bahwa Islam adalah sebuah agama atau
kepercayaan yang diwahyukan oleh Allah Swt melalui Jibril A.S kepada
Nabi Muahammad Saw, yang akhirnya disampaikan kepada umat
manusia agar mereka tidak lalai dari Taqwa pada Allah Swt.4
Bersumberkan cerita-cerita ini guru SKI di MTsN 3 Banjarmasin
menanamkan sikap atau nilai empati pada siswa agar mereka bisa
berbagi atau tidak berdiam diri pada saat temannya dalam masalah,
4 Hasil observasi waktu pembelajaran SKI, materi Bab Khulafaurasyin, sumber: buku LKS siswa, Sahadi, Sejarah Kebudayaan Islam Pendekatan Sainstifik Kurikulum 2013 Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Semester Genap. (Sukoharjo: CV. Putra Kertonatan,2017).
73
seperti hal Khalifah Ali bin Abi Thalib R.A yang membantu umat Islam
yang di hujat atau berdebat dengan Ahli Kitab Yahudi.
Selain hal itu sifat Empati beliau adalah, Memajukan bidang ilmu bahasa.
Salah satu jasa khalifah Ali bin Abi Thalib R.A adalah penyempurnaan
penulisan Al-Qur‟an dengan memberi tanda titik dan harakat
(syakal/baris) oleh ahli tata bahasa yang bernama Aswad Ad-Dualy yang
ditugaskan oleh beliau. Selain itu beliau juga pembangunan dalam bidang
ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, dan ilmu pengetahuan lainnya.
Hal ini menggambarkan bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib R.A sangat
mempunyai rasa empati terhadap umat Islam terlebih khusus dalam
bidang keilmuan, maka dari itu beliau di beri gelar Babul „ilmi yang
makna nya adalah Pintu segala ilmu.5
Selain nilai-nilai tersebut yang di tanamkan oleh guru SKI adalah adab.
Adab adalah suatu prilaku seseorang yang mentaati dan menghormati peraturan
atau sikap sopan pada sesama. Nilai beradab yang penulis sampaikan disini adalah
adab yang dicontohkan oleh guru SKI melalui kisah-kisah para ulama dan juga
kisah kehidupan Khulafaurasyidin, agar siswa dan siswi mereka menjadi siswa
yang berkarakter dan beradab yang baik sesuai adab Islam pada umumnya baik di
sekolah maupun kehidupan sehari-hari mereka.6
5Hasil Observasi Peneliti Di Dalam Kelas, materi SKI dalam buku LKS kelas VII,
Semeseter genap bab Khulafaurasyidin. Yang disampaikan oleh bapak Munawir Ahkam S.Pd.I
6. Hasil Observasi Peneliti Di Dalam Kelas, materi SKI dalam buku LKS kelas VII,
Semeseter genap bab Khulafaurasyidin. Yang disampaikan oleh bapak Munawir Ahkam S.Pd.I
74
Dari proses penanaman tersebut diharapkan agar siswa MTsN 3
Banjarmasin dapat memahami dengan benar makna nilai kepedulian sosial yang
ada dalam kisah kehidupan Khulafaurasyidin, yang telah disampaikan oleh guru
di MTsN 3 Banjarmasin terlebih khusus guru SKI.
2. Metode Pembelajaran Guru SKI Di MTsN 3 Banjarmasin Dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Kepedulian Sosial Pada Siswa-Siswinya
Pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran sangat diperlukan oleh
para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat tergantung pada
tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Berbagai macam
metode pembelajaran dapat digunakan oleh guru mata pelajaran, salah satunya
adalah mata pelajaran SKI.
Metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru adalah cara atau
tehnik dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau indikator,
pelajaran yang berhasil adalah pelajaran yang di harap kan agar ilmu dari
pelajaran tersebut bisa tertanam dalam diri siswa-siswi yang diajarkan, terlebih
khusus tentang nilai-nilai kepedulian sosial.
Dari hasil observasi peneliti dapat disimpulkan bahwa, metode-metode
yang dilakukan oleh guru SKI yang mengajarkan materi kisah kehidupan
Khulafaurasyidin agar tertanamkan nilai-nilai kepedulian sosial pada siswa
MTsN 3 Banjarmasin adalah sebagai berikut :
75
a. Metode Ceramah.
Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan
melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Dalam
metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru
umumnya didominasi dengan cara ceramah. Melalui metode ceramah ini
guru menceritakan/menyampaikan kejadian-kejadian masa lampau dan
menjelaskan hikmah apa yang bisa diambil dari sejarah tersebut. Di MTsN
3 Banjarmasin metode ini di gunakan oleh guru-guru SKI setiap awal
proses pembelajaran. Metode ini pun termasuk metode yang efektif karena
metode ini materi dapat tersampaikan dengan apa adanya.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran
dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi
yang ada dalam pelajaran SKI. Metode Tanya Jawab akan menjadi efektif
bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki
nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi
pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan)
dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban),
serta disajikan dengan cara yang menarik.
Dari hasil wawancara dengan salah bapak M tentang masalah
penanaman nilai-nilai kepedulian dengan metode ini biasa beliau gunakan
dengan cara menanyai siswa-siswa beliau yakni tentang sikap atau nilai
76
sosial khalifah yang seperti apa yang mereka pahami,lalu siswa menjawab
misal nya jujur seperti hal nya khalifah Abu Bakar R.A, yang dengan
kejujuran beliau menghadapi kehidupan bersosial”7
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk
teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai
menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota
diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
“Penanaman nilai-nilai kepedulian sosial dengan menggunakan metode
pembelajaran ini, adalah dengan cara mendiskusikan prilaku sosial yang di
lakukan para Khulafaurasyidin, baik itu Abu Bakar R.A, Umar bin
Khattab R.A, Ustman bin Affan R.A, dan Ali bin Abi Thalib R.A. Salah
satu contoh nya adalah pada saat Ibu menyampaikan satu topik masalah
sosial, setelah itu ibu bikin siswa berkelompok untuk mendiskusikan nya
itu nilai sosial yang biasa di cerminkan oleh khalifah yang mana?, lalu
siswa berkelompok mencari nya di buku”8
“ Kalau Ibu biasa mengajar itu dengan Diskusi lalu kami bisa bekerja
sama, tolong menolong, kan sikap tolong menolong itu sering di lakukan
7
Hasil Wawancara dan Observasi Peneliti Terhadap Proses Pembelajaran Yang
Dilakukan Oleh Bapak Munawir Ahkam, S.Pd.I Selaku Guru SKI Yang Memberikan Materi
Khulafaurasyidin
8 Hasil Wawancara Peneliti Dengan Ibu Siratun Mansurah S.Pd.I Mengenai Metode
Pembelajaran Dan Cara Beliau Menanamkan Nilai-Nilai Sosial Sambil Mengajar.
77
oleh para Khulafaurasyidin terutama nya khalifah Abu Bakar R.A, dengan
mencontoh beliau lah kami, ingin selalu menolong sesama”9
d. Metode kisah
Metode kisah adalah suatu cara penyampaian guru dalam pembelajaran
melalui kisah-kisah yang pada akhirnya dijadikan Ibrah atau pelajaran
kepada siswa di dalam kelas yang diajarkan.
Dengan metode ini guru SKI dapat membuat dan memberi siswa
informasi serta pengetahuan baru mengenai kisah-kisah yang belum mereka
ketahui ada pun untuk guru SKI di MTsN 3 Banjarmasin, beliau terbiasa
bercerita mengenai kisah ulama-ulama Banjar yang mempunyai sifat seperti
yang dicontohkan oleh para Khulafaurasyidin contohnya seperti guru
Sakumpul yang mempunyai sifat empati terhadap masyarakat Banjar
terutama mengenai bidang ke ilmuan, beliau memberikan ceramah dan
selalu bersikap sopan pada guru-guru beliau selama hidup.10
Selama melakukan observasi lapangan metode-metode di ataslah yang
sering digunakan oleh guru-guru SKI yang mengajarakan materi kisah
kehidupan Khulafaurasyidin pada siswa MTsN 3 Banjarmasin. Adapaun guru
yang mengajarkan materi ini ada 2 orang guru.
9 Hasil Wanwacara Peneliti Dengan Perwakilan Kelas VII H Yang Bernama Milawati
Pada Tanggal 20 Februari 2018 Jam Pelajaran Ke 6 (11:20 Wita), Wawancara Tentang Bagaimana
Guru Anda Mengajar.
10 Data Diperoleh Pada Saat Observasi Langsung Dalam Kelas, Waktu Pembelajaran SKI
Berlangsung
78
Pertama Ibu S beliau lebih menggunakan metode diskusi dan ceramah di
dalam kelas yakni kelas VII H di kelas jauh di komplek Mahligai11
.
Kedua, bapak M, beliau lebih menggunakan metode ceramah, tanya
jawab, dan kisah, pada saat mengajar di kelas, beliau mengajar di kelas A,B,C
(di jalan Bhakti Pemurus Dalam) dan kelas D,E,F, dan G (di kelas jauh komplek
Mahligai)12
, pada intinya kedua-dua nya sama-sama melakukan penanaman
nilaia-nilai sosial pada siswa nya, terlebih khusus tentang tolong menolong
sesama, toleransi, kedermawanan dan empati, dan juga yang sering diulang-
ulang dalam penyampaian adalah masalah adab baik pada sesama murid, pada
guru, dan orang lain.
3. Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Guru SKI Di MTsN 3
Banjarmasin Dalam Proses Penanaman Nilai-Nilai Kepedulian Sosial
Pada Siswa-Siswinya.
a. Faktor pendukung
Diantara faktor-faktor pendukung tersebut adalah : (1) Siswa dan
siswi yang pernah memperlajari kisah Khulafaurasyidin sewaktu
mereka SD atau MI, disana mereka sudah mendalami dan hanya
tingal menambah dan mengulang-ulang materi itu saja, sehingga
mereka dapat memahami dan meneladani atau mengambil Ibrah dari
11
Data diperoleh waktu wawancara dengan ibu Siratun Mansurah, S.Pd.I setelah beliau
mengajar hari selasa.
12 Data diperoleh waktu wawancara dengan bapak Munawir Ahkam, S.Pd.I setelah beliau mengajar di kelas VII C selasa.
79
penyampaian kisah kehidupan Khulafaurasyidin oleh guru mereka.13
(2) Faktor lingkungan sekolah yang hampir keseluruhan adalah umat
Islam, sehingga siswa tidak terlalu sulit dalam hal penanaman nilai-
nilai Islam pada jiwa mereka.14
Dan (3). Pentingnya nilai-nilai
kepedulian sosial dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dilakukan agar
siswa paham akan kehidupan sosial yang mereka jalani dalam
kehidupa sehari –hari mereka.15
b. Faktor penghambat
Adapun faktor-faktor penghambat diantaranya sebagai berikut :
(1).Peserta didik atau siswa yang belum terlalu memahami tentang
kisah kehidupan Khulafaurasyidin. (2). Pengaruh dari luar sekolah, HP
dan media-media sosial lain yang bisa mempengaruhi prilaku siswa,
sehingga tidak dapat menyimak pelajaran dengan sekasama, siswa
yang cenderung lebih menyukai keterampilan dari pada pelajaran kelas
yang monoton dan juga siswa yang suka bermain atau hiburan. Hal-hal
tersebut membuat guru SKI, berupaya mengatasi hal itu dengan cara
memberikan Ibrah atau cerita alim ulama yang mempunyai sifat yang
dapat diteladani siswa dan sesuai dengan pelajaran mereka, dan
diselingi canda tawa agar siswa tidak terlalu tegang dalam proses
13
Data Diperoleh Dari Wawancara Peneliti Dengan Ibu Siratun Mansurah, S.Pd.I
14 Data Diperoleh Dari Wanwancara Peneliti Dengan Bapak Munawir Ahkam, S.Pd.I
15 Data Diperoleh Dari Wawancara Peneliti Dengan Siswa yang bernama Salsabila MTsN
3 Banjarmasin Kelas VII C di Jalan Bhakti Pemurus Dalam.
80
pembelajaran. Dan (3). Ketidak tersediannya sarana prasarana atau
media dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menerapkan
penanaman nilai-nilai kepedulian sosial melalui kisah kehidupan
Khulafaurasyidin dalam pembelajaran SKI pada siswa, salah satu
media atau bahan ajar yang paling penting adalah buku.16
Keterlambatan buku pelajaran SKI, ini juga merupakan hal yang
menghambat kelancaran proses pembelajaran didalam kelas hal ini di
sampaikan oleh salah satu guru yang mengajarkan materi
Khulafaurasyidin pada penulis.17
Untuk mengatasi faktor penghambat dan meningkatkan efek dari faktor
pendukung pihak sekolah mengadakan berbagai kegiatan seperti mengadakan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut : (1) . Jum‟at amal yang dilaksanakan setiap
hari Jum‟at para siswa mengumpulkan sedekah atau infaq yang nantinya di
sedekahkan kepada yang membutuhkan. (2). Kerja bhakti atau gotong royong
yang dilakukan untuk meningkatkan sikap tolong menolong antar siswa MTsN 3
Banjarmasin. (3). Jum‟at taqwa yang diadakan setiap 2 minggu sekali setiap hari
Jum‟at. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan keilmuan siswa karena
pada saat kegiatan dimulai ada beberapa kegiatan tausiyah menambah wawasan
keagamaan siswa. Dan (4). Jum‟at sehat yang dilakukan berselingan dengan
Jum‟at taqwa yakni 2 minggu sekali. Hal ini dilakukan fungsi menanamakan
16
Data Diperoleh Dari Hasil Wawancara Peneliti Dengan Bapak Munawir Ahkam,
S.Pd.I
17 Data Diperoleh Melalui Hasil Obeservsi pada saat proses pembelajaran SKI di semua
kelas VII
81
dalam raga yang sehat terdapat jiwa yang sehat pada siswa dan siswi MTsN 3
Banjarmasin.18
Di luar kegiatan-kegiatan tersebut ada berbagai hal-hal yang dilakukan
oleh guru SKI yang mengajarkan materi kisah kehidupan Khulafaurasyidin pada
khusus nya dan warga MTsN 3 Banjarmasin pada umumnya untuk menanamkan
nilai-nilai karakter atau nilai-nilai kepedulian sosial ini, agar suatu hari nanti
siswa-siswi mereka bisa jadi siswa dan siswi yang berkarakter baik untuk
madrasah, lingkungan sekitar, orang tua, agama, bangsa maupun negara.
18
Data Diperoleh Melalui Hasil Observasi Peneliti Terhadap Kegiatan-Kegiatan Yang
Dilakukan MTsN 3 Banjarmasin.
82
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari paparan yang ada pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai kepedulian sosial yang ditanamkan oleh guru SKI yang
mengajarkan materi kisah kehidupan Khulafaurasyidin pada siswa MTsN
3 Banjarmasin diantaranya sebagai berikut : (a). Kejujuran, Rela
Berkorban, Bijaksana, dan Tolong Menolong yang dicontohkan oleh Abu
Bakar As-Sidiq R.A, (b). Pemberani, Toleransi, Tegas dan Arif yang
dicontohkan oleh Umar bin Khattab R.A, (c). Dermawan dan Pemalu
yang dicontohkan oleh Usman bin Affan R.A, dan (d). Berwawasan dan
Empati yang dicontohkan oleh Ali bin Abi Thalib R.A, nilai-nilai
tersebut adalah nilai-nilai sosial yang mencerminkan masing-masing
khalifah tersebut. Namun pada dasarnya semua khalifah itu mempunyai
tabiat yang sama yakni mempunyai sikap atau adab yang baik pada
sesama terutama kepada Rasulullah Muhammad Saw. Melihat nilai-nilai
tersebut sangatlah penting buat siswa maka guru SKI di MTsN 3
Banjarmasin melakukan penanaman nilai-nilai tersebut dalam proses
pembelajaran SKI pada BAB Khulafaurasyidin tersebut pada siswa-siswi
beliau pada umumnya terlebih khusus siswa – siswi kelas VII.
83
2. Metode pembelajaran guru SKI di MTsN 3 Banjarmasin dalam
menanamkan nilai-nilai kepedulian melalui kisah kehidupan
Khulafaurasyidin ada berbagai macam, diantaranya yang paling sering
digunakan adalah metode ceramah, diskusi,tanya jawab dan kisah serta
diselingai dengan penguatan adab melalui cerita dari ulama-ulama yang
di sangkutkan kepada khalifah-khalifah tersebut.
3. Faktor pendukung dan faktor penghambat guru SKI di MTsN 3
Banjarmasin dalam proses penanaman nilai-nilai kepedulian sosial pada
siswa-siswinya.
a. Faktor pendukung: (1) Siswa dan siswi yang pernah memperlajari
kisah Khulafaurasyidin sewaktu mereka SD atau MI. (2) Faktor
lingkungan sekolah. Dan (3). Pentingnya nilai-nilai kepedulian sosial
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Faktor penghambat: (1).Peserta didik atau siswa yang belum terlalu
memahami tentang kisah kehidupan Khulafaurasyidin. (2). Pengaruh
dari luar sekolah diantaranya seperti, HP dan media-media sosial lain
yang bisa mempengaruhi prilaku siswa, sehingga tidak dapat
menyimak pelajaran dengan sekasama di dalam kelas. Dan (3).
Ketidak tersediannya sarana prasarana atau media dan fasilitas yang
dapat digunakan untuk menerapkan penanaman nilai-nilai kepedulian
84
sosial melalui kisah kehidupan Khulafaurasyidin dalam pembelajaran
SKI.
Jadi, untuk mengatasi hal tersebut guru-guru SKI bersangkutan
menyampaikan pengetahuan melalui buku terdahulu serta dari
sumber-sumber yang beliau ketahui agar siswa-siswi mereka tidak
ketinggalan dalam hal materi pembelajaran, selain itu beliau juga
meminta untuk siswa menyimak dengan seksama proses
pembelajaran yang kemudian di tanya, hal ini di lakukan agar siswa
dapat memperhatikan proses pembelajaran dan mereka dapat
menjawab pertanyaan dan mengambil ibrah dari pelajaran yang
disampaikan.
B. Saran - Saran
Ada beberapa saran yang ingin peneliti berikan berdasarkan hasil dari
penelitian yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai kepedulian sosial melalui
kisah kehidupan Khulafaurasyidin pada siswa MTsN 3 Banjarmasin. Beberapa
saran yang dimaksud peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Guru dapat meyakinkan lagi betapa pentingnya nilai-nilai atau ibrah dari
kisah kehidupan Khulafaurasyidin tersebut, terutama nilai-nilai
kepedulian sosial mereka, agar bisa di teladani oleh siswa dan dikerjakan
atau dipraktekkan oleh mereka di kehidupan sehari-hari mereka.
85
2. Bagi Siswa
Hendaknya bisa terus senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kepedulian
sosial atau adab kepada sesama mereka terutama pada guru.
3. Bagi Kepala Sekolah
Hendaknya kegiatan sosial dapat dilaksanakan lebih baik dan kalau
perlu diadakan kegiatan seperti kerja bakti atau kegiatan sosial lainnya.
Salah satu nya kegiatan seperti bersih-bersih moshula atau tempat-tempat
Ibadah lainnya.
4. Bagi Peneliti
Hendaknya peneliti selanjutnya agar bisa lebih serius dalam
melaksanakan penelitian, menghargai keputusan sekolah yakni tidak
melanggar tata tertib sekolah selama melakukan penelitian di linkungan
sekolah seperti, menjaga kebersihan sekolah, tidak terlambat jika ada
janji dengan pihak sekolah dan ikut berpartisifasi jika ada kegiatan
sekolah yang sekiranya membutuhkan bantuan.
Peneliti sangat berharap kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti
nilai-nilai karakter lain yang ada dalam rumusan pendidikan karakter di
sekolah. Agar penelitian ini menjadi berguna baik bagi peneliti sendiri,
maupun bagi sekolah sebagai tolak ukur pembinaan karakter pendidikan
di sekolah, dan berguna untuk agama, bangsa dan negara kita.