bab i pendahuluan

Download Bab i Pendahuluan

If you can't read please download the document

Upload: nurul-hamdan

Post on 27-Jan-2016

233 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

contoh cover

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia (primer) disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai kebutuhan dasar (basic human needs) karena merupakan unsur yang harus dipenuhi guna menjamin kelangsungan hidup manusia. Dimana kebutuhan dasar ini akan menentukan taraf kesejahteraan sekaligus kualitas hidup manusia itu sendiri karena itu suatu hunian pada hakekatnya dapat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan orang-orang yang tinggal didalamnya.

Seiring dengan perkembangannya kota-kota besar di Indonesia dalam usaha penyediaan hunian bagi warganya kerap dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan. Bertambahnya penduduk kota disebabkan karena kelahiran maupun urbanisasi yang tidak diimbangi dengan daya tampung kota. Sehingga menyebabkan ketidakteraturan pada tata ruang kota dan dapat menumbuhkan kawasan atau permukiman padat penduduk, kumuh dan cenderung liar. Keadaan seperti ini juga tengah dialami pada kota-kota besar seperti: Medan, Batam, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.

Kota Bandung sebagai Ibukota di Provinsi Jawa Barat memiliki luas 167,7 km dengan jumlah kependudukan yang cukup tinggi. Secara rinci, dalam buku informasi kependudukan Kota Bandung yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukam dapat diketahui dari tabel di bawah ini.

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2009-2013. No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

NO.

TAHUN

JUMLAH PENDUDUK

1.

2009

2.417.288

2.

2010

2.394.873

3.

2011

2.424.957

4.

2012

2.455.517

5.

2013

2.483.977

Sumber : http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/data-94-Kependudukan.html

Dari data diatas dapat diketahui bahwa terjadinya peningkatan jumlah penduduk Kota Bandung dari tahun ke tahunnya bila dibandingkan dengan luas wilayah kota bandung. Maka disimpulkan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan sebuah hunian atau rumah tinggal di Kota Bandung memiliki permasalahan dalam keterbatasan lahan, sehingga muncul suatu bentuk permukiman yang bentuknya vertikal (memanjang ke atas atau bertingkat) agar dapat dicapai pemanfaatan lahan yang efisien dan optimal. Konsep dan bentuk rumah vertikal ini dianggap solusi yang terbaik dalam mengatasi permasalahan mengenai permukiman kumuh dan padat penduduk di daerah perkotaan khususnya Kota Bandung.

Menurut Prof. Ir. Eko Budiharjo, M.Sc. di dalam bukunya Arsitektur dan Kota Indonesia menyatakan bahwa salah satu usaha peremajaan kota yang paling besar adalah dengan pembangunan rumah susun. Ide dasarnya adalah merubah kondisi permukiman kumuh kota padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban renewal.

Melihat dari kondisi perkembangan permukiman di Kota bandung sampai saat ini masih banyaknya warga atau masyarakat golongan menengah ke bawah yang masih belum memiliki suatu hunian yang layak huni keterbatasan penghasilan atau pendapatan yang mereka dapatkan menjadi salah satu faktor penghambat, sehingga banyak dari masyarakat bermukim di daerah kumuh dan di tanah yang merupakan illegal.

Oleh karena itu diperlukannya suatu perencanaan dan perancangan Rumah Susun Sederhana dengan penekanan desain yang mampu mengakomodasikan kebutuhan bagi penghuni akan hunian yang layak (bersih, sehat, dan sesuai standar permukiman yang ada), terjangkau, dan berkelanjutan. Salah satu penekanan desain arsitektur yang dapat diterapkan dalam hal tersebut adalah pendekatan desain Sustainable Design. Dimana dengan konsep penekanan desain ini bertujuan untuk memperoleh suatu citra hunian atau tempat tinggal dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup Masyarakat di perkotaan.

1.2. Tujuan dan Sasaran

1.2.1. Tujuan

Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk menggali dan merumuskan dasar dasar perenacanaan Rumah Tingga di Kota Bandung. dalam rangka peyediaan hunian yang layak bagi masyarakat serta mengatasi permasalahan pertumbuhan permukiman kumuh Kota yang disebabkan oleh pertumbuhan dan kepadatan penduduk Kota.

1.2.2. Sasaran

Sasaran dari pembahasan ini adalah menyusun dan merumuskan suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan (LP3A) Arsitektur Rumah Tinggal di Kota Bandung berdasarkan atas aspek-aspek panduan perancangan.

1.3. Manfaat

1.3.1. Manfaat Secara Subjektif

Untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Perancangan II Jurusan Arsitektur ST INTEN Tahun ajaran 2015 - 2016

1.3.2. Manfaat Secara Objektif

Memberikan suatu pengetahuan dan wawasan yang dapat digunakan sebagai langkah awal dalam mendesain sebuah rumah tinggal dalam mengatasi pemasalahan pertumbuhan permukiman kumuh penduduk pada kota.

1.4. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas meliputi penganalisaan yang berkaitan dengan bangunan rumah tinggal ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur, serta pembahasan diluar ilmu arsitektur yang menunjang permasalahan dibahas. secara garis besar dengan asumsi yang cukup rasional dan logis dengan menggunakan standart-standart perancangan yang dipilih untuk dijadikan landasan dan pedoman perancangan

1.5. Metode Pembahasan

Metode yang digunakan dalam penyusunan penulisan ini antara lain :

a. Metode Deskriptif, yaitu dengan melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data ditempuh dengan cara: studi pustaka/ studi literatur, data dari instansi terkait, wawancara dengan narasumber, observasi lapangan serta browsing internet.

b. Metode Dokumentatif, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung di lapangan serta pengambilan gambar-gambar untuk dijadikan pembanding.

c.Metode Analisis, yaitu menganalisis data-data yang dikumpulkan baik dari lokasi maupun dari literatur.

A. Pengertian Rumah

Secara umum, dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya ( Hujan, Matahari, dll ) Serta merupakan tempat beristirahat setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Namun, pengertian rumah juga dapat ditinjau lebih jauh secara fisik dan psikologis.

1. Secara Fisik

Dari segi fisik rumah berarti suatu bangunan tempat kembali dari berpergian, bekerja, tempat tidur dan beristirahat memulihkan kondisi fisik dan mental yang letih dari melaksanakan tugas sehari-hari.

2. Secara Psikologis

Ditinjau dari segi psikologis rumah berarti suatu tempat untuk tinggal dan untuk melakukan hal-hal tersebut di atas, yang tentram, damai, menyenangkan bagi penghuninya. rumah dalam pengertian psikologis ini lebih mengutamakan situasi dan suasana daripada kondisi dan keadaan fisik rumah itu sendiri.

B. Pengertian Rumah Tinggal Sederhana/ Tak Bertingkat

Rumah tinggal sederhana adalah tempat tinggal berlantai satu untuk berlindung dan bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya yang secara fisik tidak mengandung unsur-unsur kemewahan, namun tidak juga mengenyampingkan keindahan atau estetika.

C. Fungsi Rumah Tinggal

Untuk melindungi manusia dari pengaruh sekitar ( Alam )

Sebagai tempat beristirahat/ tidur setelah beraktifitas

Sebagai wadah untuk aktifitas-aktifitas harian manusia. seperti : mandi, makan, masak, dll.

D. Syarat Rumah Tinggal

Aksebilitas

Kebutuhan transportasi terpenuhi dengan mudah dan murah.

Jarak tempat ke fasilitas umum mudah dan cepat

Jalan menuju lokasi kualitasnya cukup baik, aman, dan nyaman hendaknya lancar.

2. Lingkungan

Kesehatan lingkungan terpenuhi. misalnya : Jauh dari polusi ( Pabrik maupun kendaraan umum )

Penataan lingkungan cukup asri dan alami

Cukup ruang terbuka. misalnya : taman atau komunitas

prasarana dan sarana memadai. misalnya : jalan lingkungan, tempat-tempat ibadah, olahraga, taman, sekolah dll.

3. Secara fisik rumah itu sendiri harus

Sesuai dengan organisasikeluarga

Sehat

Nyaman

Aman

Jenis Tipe Rumah Contohnya 21,36-45-54-70-80-100 :

Studi literature

Kriteria Tapak Beberapa kriteria tapak yang diperlukan dalam pembangunan Garuda Bandung Arena adalah :

1. Memiliki aksebilitas (pencapaian) yang sangat baik. Bisa dijangkau dari segala arah, mudah.

2. Memiliki lahan yang cukup luas, sehingga dapat menampung aktivitas didalamnya, diantaranya penyediaan lahan parkir yang memungkinkan penataan tapak, ruang luar, pedestrian, dan ruang terbuka dalam site.

3. Terletak pada kawasan yang dapat memenuhi ataupun yang dapat mendukung kegiatan olahraga dan komersil.

4. Memiliki keterkaitan fungsi dengan fungsi lainnya yang berada disekitar tapak ini.

Administratif Wilayah cikutra yang berada di kota Bandung dengan batasan :

1. Sebelah utara : Area pemukiman penduduk

2. Sebelah timur : Area perkantoran dan komersil

3. Sebelah barat : Area komersil dan pemukiman penduduk

4. Sebelah selatan : jln. Cikutra dan area perkantoran

Topografi

Bentuk topografi wilayah cikutra relatif datar,dengan hanya memiliki kemiringan sekitar 5%.