bab i pendahuluan bolmut

26
Bab I Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemeritah Daerah, maka Pemerintah Daerah bertanggung jawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing, termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. Namun demikian, bagi daerah-daerah dengan wilayah pedesaan relatif luas, berpenduduk miskin relatif tinggi dan mempunyai kapasitas fiskal rendah, pada umumnya kemampuan mereka sangat terbatas, sehingga memerlukan dukungan finansial untuk membiayai investasi yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanannya kepada masyarakat, baik untuk investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non- fisik yang terdiri dari manajemen, teknis dan pengembangan sumber daya manusia. Isu Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia tertuang dalam target 10 dari Tujuan Pembangunan Millenium (Millennium Development Goals). Target ke-10 yang merupakan bagian dari Tujuan (goal) ke-7 MDG’s tersebut berbunyi Menurunkan Sebesar Separuh, Proporsi Penduduk Tanpa Akses Terhadap Sumber Air Minum Yang Aman dan Berkelanjutan Serta Fasilitas Sanitasi Dasar pada tahun 2015 ”. Seperti yang dicantumkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, meliputi jenis pelayanan berdasarkan indikator kinerja dan target tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Pelayanan yang mengacu pada SPM tersebut seperti :

Upload: dessyana-wulandari

Post on 09-Jul-2016

231 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

gggggg

TRANSCRIPT

Bab I

PendahuluanPendahuluan1.1 Latar Belakang

Berdasarkan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33/2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemeritah Daerah, maka Pemerintah

Daerah bertanggung jawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di

daerahnya masing-masing, termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. Namun demikian, bagi

daerah-daerah dengan wilayah pedesaan relatif luas, berpenduduk miskin relatif tinggi dan

mempunyai kapasitas fiskal rendah, pada umumnya kemampuan mereka sangat terbatas, sehingga

memerlukan dukungan finansial untuk membiayai investasi yang dibutuhkan dalam rangka

meningkatkan kemampuan pelayanannya kepada masyarakat, baik untuk investasi fisik dalam

bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non-fisik yang terdiri dari manajemen, teknis dan

pengembangan sumber daya manusia. Isu Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

di Indonesia tertuang dalam target 10 dari Tujuan Pembangunan Millenium (Millennium

Development Goals). Target ke-10 yang merupakan bagian dari Tujuan (goal) ke-7 MDG’s

tersebut berbunyi “Menurunkan Sebesar Separuh, Proporsi Penduduk Tanpa Akses Terhadap

Sumber Air Minum Yang Aman dan Berkelanjutan Serta Fasilitas Sanitasi Dasar pada tahun 2015

”. Seperti yang dicantumkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang, meliputi jenis pelayanan berdasarkan indikator kinerja dan target tahun 2010 sampai

dengan tahun 2014. Pelayanan yang mengacu pada SPM tersebut seperti : Sumber Daya Air, Air

Minum, Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan) dan

Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan.

Isu pembangunan air minum dan sanitasi turut disertakan mengikat fakta bahwa

penyediaan layanan sanitasi nasional yang layak sangat tergantung dengan ketersediaan air minum

yang layak pula, sementara penanganan sanitasi juga merupakan upaya untuk menjaga kualitas

sumber daya air minum. Selain itu, mengingat pencapaian MDG’s air minum kita 67,78 persen di

tahun 2015 sedangkan kondisi nasional saat ini adalah 54 persen, artinya masih ada gap sebesar 12

persen yang harus ditargetkan sampai dengan tahun 2015.

Pelaksanaan pembangunan sektor sanitasi dan air Minum di Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara selama ini sudah berjalan cukup baik, namun pelaksanaannya masih belum

terkoordinir dengan baik dan masih dilaksanakan oleh masing-masing Satuan Kerja yang

berhubungan dengan kegiatan ini, begitu juga peran serta dari masyarakat dirasakan masih kurang.

Rendahnya kepedulian masyarakat dan keterlibatan Pemerintah dalam menyingkapi

penyehatan lingkungan guna mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya

cakupan pelayanan penyehatan lingkungan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat

terhadap pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Keadaan ini tercermin dari perilaku

masyarakat yang hingga sekarang masih banyak yang menggunakan air untuk keperluan rumah

tangga tidak memenuhi syarat kesehatan, buang air besar di tepian pantai dan kebun. Apabila

keadaan ini tidak cepat diatasi akan berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat, seperti

meningkatnya kasus penyakit menular, diantaranya penyakit diare, typus, disentry dan penyakit

kulit serta penyakit lainnya yang berhubungan dengan rendahnya kualitas lingkungan hidup

manusia.

Berdasarkan kondisi tersebut maka pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

mempunyai kewajiban untuk mengambil suatu kebijakan yang lebih konkrit dengan memberikan

perhatian ekstra terhadap pembangunan sektor sanitasi dan air minum. Perhatian dan prioritas

terhadap sektor sanitasi dan air Minum ini bukanlah merupakan kebijakan yang berdiri sendiri,

karena kebijakan ini selaras dengan beberapa kebijakan serupa, baik ditingkat nasional maupun

internasional. Selaras dengan kebijakan internasional karena kebijakan prioritas terhadap sektor

Sanitasi dan Air Minum yang diambil Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sesuai

dengan ratifikasi Milenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada Johanesburg Summit

pada tahun 2002, dengan salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh penduduk yang

tidak mendapatkan akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar pada tahun 2015.

Selaras dengan kebijakan nasional, karena kebijakan prioritas terhadap sektor sanitasi dan air

minum yang diambil Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ini juga sesuai dengan

amanat pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

yang menyatakan bahwa sektor sanitasi dan air Minum merupakan salah satu urusan wajib daerah,

juga memiliki harmoni dengan RPJMN tahun 2010-2014, terutama pada Sub-Bidang Perumahan

dan Permukiman, yang secara eksplisit menyebutkan dengan jelas berbagai sasaran pembangunan

sektor sanitasi dan air Minum.

Suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan akan efektif dan

berkelanjutan bila berbasis pada masyarakat melalui pelibatan seluruh masyarakat dan dilakukan

melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive approach) .

Proyek yang tanggap terhadap kebutuhan berarti bahwa proyek menyediakan sarana dan kegiatan-

kegiatan yang masyarakat inginkan, bersedia untuk berkontribusi dan membiayai dan dapat

mengelola dan memelihara sehingga terbentuk rasa memiliki (sense of ownership) terhadap

kegiatan yang dilakukan dan mengelola secara sukarela. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha

pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan,

melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan

kegiatan peningkatan derajat kesehatan di masyarakat dan lingkungan sekolah.

Untuk saat ini Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara telah membentuk

Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) Surat Berdasarkan

Keputusan Bupati Bolaang Mongondow Utara Nomor : 61 tahun 2011 dan SK Sekretaris Daerah

selaku Ketua Kelompok Kerja tentang Pembentukan Tim Penyusun Buku Putih sanitasi dan

Strategi sanitasi Kota (SSK).

Pokja PPSP akan bekerja untuk menyusun Buku Putih Sanitasi dan pemukiman Kabupaten

Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi. Buku Putih

merupakan informasi awal yang diperlukan sebagai langkah menyusun Strategi Sanitasi dan

Pemukiman Kabupaten Jangka Menengah. Buku Putih Sanitasi dan Pemukiman Kabupaten

Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 ini merupakan Buku Putih Sanitasi dan pemukiman

pertama yang disusun berdasarkan data sekunder yang tersedia di masing-masing SKPD terkait

serta data primer dari hasil study yang dilakukan oleh Pokja PPSP. Untuk mendukung data

sekunder tersebut, juga dilakukan beberapa survey pendukung seperti : Environmental Health Risk

Assesment (EHRA). Buku Putih Sanitasi dan Pemukiman menjadi dasar yang kuat bagi

pembahasan mengenai tahap, kebutuhan dan prioritas peningkatan sanitasi di kabupaten Bolaang

Mongondow Utara.

Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target

dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang belum

mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar sebesar 50 % pada tahun 2015. Berdasarkan

laporan UNDP terbaru, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia berada di peringkat

ke-108 dari 177 negara. Kualitas pertumbuhan pembangunan suatu bangsa dapat diukur dengan

IPM, 3 indikator itu merupakan gabungan dari tiga variabel, yakni tingkat ekonomi, pendidikan,

dan kesehatan. Di sektor kesehatan, variabel yang digunakan dalam menghitung IPM adalah Umur

Harapan Hidup (UHH), pemerintah telah memberikan perhatian yang serius dan memadai dalam

upaya meningkatkan UHH itu. Hal itu jelas tercantum dalam Perpres No : 5 Tahun 2010 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dalam RPJMN tercantum pula

sasaran pembangunan kesehatan sampai tahun 2009 yaitu meningkatnya UHH dari 66,2 tahun

menjadi 70,6 tahun. Gambaran kondisi umum pembangunan sanitasi di Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara menyangkut pembangunan pembuangan limbah, pembuangan sampah dan

drainase dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah berikut ini :

Tabel 1.1

Target RPJMN 2014, Target RPJMD Provinsi Sulut,

Target RPJMD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kondisi Umum Sanitasi

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

RPJMN 2010 -

2014

Peraturan

Menteri PU No.

14 Tahun 2010

RPJMD

Provinsi Sulut

RPJMD

Kabupaten

Bolaang

Mongondow

Utara

Kondisi

sanitasi saat

ini di Kab.

Bolaang

Mongondow

Utara

Stop BABs pada

akhir tahun 2014,

perluasan

layanan air

limbah

meningkat dari

20 % di 16 kota

(5 diantaranya

system baru)

Tersedia-nya

akses terhadap

sitem

pengelolaan off

site bagi 10 %

total penduduk,

baik melalui

Tersedianya sistem

air Limbah

setempat yang

memadai 60% dari

seluruh luas Kota

sampai dengan

Tahun 2014

Seluruh sentra

ekonomi

memiliki

akses

transportasi

yang lancar,

listrik, air

bersih, irigasi

dan sanitasi

yang handal.

Seluruh

kawasan

pemukiman

memiliki

akses

Kondisi

umum

penanganan

limbah cair

rumah tangga

di Kabupaten

Bolaang

Mongondow

Utara

sebagian

sudah

menggunakan

sarana

pengolahan

limbah

(SPAL)

RPJMN 2010 -

2014

Peraturan

Menteri PU No.

14 Tahun 2010

RPJMD

Provinsi Sulut

RPJMD

Kabupaten

Bolaang

Mongondow

Utara

Kondisi

sanitasi saat

ini di Kab.

Bolaang

Mongondow

Utara

system sekala

kota 5 % dan

skala komunal 5

%, serta

penyediaan akses

dan peningkatan

kualitas ter-

hadap system air

limbah setempat

(on site) yang

layak bagi 90 %

total penduduk

transportasi

yang lancar,

listrik, air

bersih, fasum

dan sanitasi

yang handal.

- Persentase

rumah tidak

layak huni

yang

direhabilitas

- Persentase

kawasan

pemukiman

yang bebas

banjir

Pembenahan

infrastruktur

disebabkan

karena

infrastruktur

belum

tersedia atau

sudah

tersedia, tetapi

tidak

memadai

meliputi

prasarana

transportasi,

air bersih,

perkantoran,

sederhana

berupa saluran

limbah yang

disalurkan ke

got/saluran

air, dan

sebagian kecil

pengolahan

limbah

dialirkan ke

septic

tank/cubluk

khusus

Meningkatnya

sam-pah yang

terangkut hingga

80% rumah

tangga di daerah

perkotaan

Timbulan sampah

yang berkurang ke

TPA adalah 20 %

untuk 2014.

Pengangkutan

Sampah 70% untuk

2014

Percepatan

penanganan

kawasan

lingkungan

perumahan serta

penciptaan

lingkungan yang

sehat dan

produktif.

Penanganan

sampah di

Kabupaten

Bolaang

Mongondow

Utara

khususnya

untuk kota

boroko saat

ini berada di

bawah kendali

Pemerintah

Kabupaten

melalui Badan

Lingkungan

Hidup. Pola

pengelolaan

sampah yang

dilakukan

RPJMN 2010 -

2014

Peraturan

Menteri PU No.

14 Tahun 2010

RPJMD

Provinsi Sulut

RPJMD

Kabupaten

Bolaang

Mongondow

Utara

Kondisi

sanitasi saat

ini di Kab.

Bolaang

Mongondow

Utara

perumahan

penduduk

miskin, listrik,

telekomunikas

i,

kebersihan/pe

rsampahan,

irigasi dan

drainase,

prasarana

dibidang

perikanan,

pasar

tradisional,

dan lain-lain.

Persentase

usaha yang

menerapkan

manajemen

IPAL

(Instalasi

Pengolahan

Air Limbah)

secara benar.

Pengembanga

n Kinerja

Pengelolaan

Air Minum

dan Air

Limbah.

Presentase

penurunan

sudah

menganut

paradigma

“kumpul-

angkut-

buang”.

Tempat

pembuangan

akhir sampah

(TPA) berada

di desa

Komus

berjarak 7 km

dari pusat

kota Boroko.

Luas areal

yang

disiapkan

untuk TPA ini

seluas 8

hektar dan

telah

dimanfaatkan

seluas 4 ha.

Pengelolaan

TPA

menggunakan

sistem

controllandfill

dan

pengomposan

dengan

RPJMN 2010 -

2014

Peraturan

Menteri PU No.

14 Tahun 2010

RPJMD

Provinsi Sulut

RPJMD

Kabupaten

Bolaang

Mongondow

Utara

Kondisi

sanitasi saat

ini di Kab.

Bolaang

Mongondow

Utara

Limbah

Industri.

Timbunan

sampah yang

ada di TPA

Komus pada

tahun 2010

sebanyak 9

m3/hari

Berkurangnya

wilayah

genangan

permanen dan

temporer hingga

22.500 Ha di 100

kawasan strategis

perkotaan

SPM tingkat

pelayanan adalah

60% pada tahun

2014

SPM Ketersediaan

sistem jaringan dan

pengolahan air

limbah adalah 5%

pada tahun 2014

Pembangunan

infrastruktur

pendukung

seperti jalan dan

jembatan yang

menghubungkan

antar kabupaten,

telekomunikasi

dan informasi,

dermaga,

bandara, air

bersih (PDAM),

energi listrik

(PLN) dan pasar.

Secara umum

kondisi

drainase di

Kabupaten

Bolaang

Mongondow

Utara cukup

baik, terlebih

saat ini Dinas

Pekerjaan

Umum Kab.

Bolmut terus

membangun

saluran

drainase baik

untuk jalan

maupun untuk

pemukiman.

Sumber : RPJMN 2010-2014, RPJMD Provinsi Sulut 2007-2011 dan RPJMD Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara 2008-2013

Disamping itu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di

Bidang Sanitasi telah menetapkan 3 (tiga) target, sebagaimana tercantum dalam tabel 1.1

yang sekaligus menggambarkan kondisi umum sanitasi Kabupaten Bolaang Mongondow

Utara yang masih cukup jauh dari target RPJMN Bidang Sanitasi tersebut.

Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman juga

diharapkan dapat memberikan pengaruh dalam hal meningkatkan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) terutama meningkatkan IPM kesehatan di Kabupaten Bolaang Mongondow

Utara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perbandingan IPM Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara dan IPM Nasional pada tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2.

Perbandingan IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulut dan IPM

Nasional

I P M

KABUPATEN

BOLAANG

MONGONDOW

UTARA

PROVINSI

SULAWESI

UTARA

NASIONAL

I P M 72.63 76.09 72,27

Sumber : RPJMN 2010-2014, BPS Bolaang Mongondow Utara dan BPS Provinsi Sulut

1.2 Pengertian Dasar Sanitasi

Pegertian sanitasi dari beberapa sumber adalah sebagai berikut :

Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap semua faktor lingkungan fisik manusia

yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi sehingga merugikan pertumbuhan

fisik, kesehatan dan kelangsungn hidupnya (WHO).

Sedangkan pengertian sanitasi menurut panduan TTPS Sanitasi juga diartikan sebagai

usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah, dan sampah

secara higienis yang akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidup yang

sehat baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya.

Ruang lingkup penanganan Sanitasi dalam program PPSP adalah sebagai berikut:

1. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.

2. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari

kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.

Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga

(domestik) dengan sistem :

1. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam

penanganan limbah rumah tangga.

2. Pengelolaan Of Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara

terpusat.

3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan

oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain

sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan

Akhir (TPA).

4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor

air kota dan memutuskan air permukaan.

5. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk menyediakan air bersih bagi

masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air

permukaan maupun air tanah.

1.3 Maksud dan Tujuan

Buku Putih Sanitasi dan pemukiman ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi pemukiman

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi

(sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang

penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting).

Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang

tersedia, hasil studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk

Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten

Bolaang Mongondow Utara yang menangani secara langsung pembangunan dan

pengelolaan sektor sanitasi di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

Tujuan dari penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi dan pemikiman ini adalah :

1. Melakukan analisis dari kondisi dan potensi yang ada di Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara serta melakukan identifikasi strategi dan langkah pelaksanaan

kebijakan dalam sektor sanitasi dan air minum.

2. Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan

kemampuan Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan seluruh lintas pelaku

(stakeholder) sektor sanitasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

3. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengorganisasian pelaksanaan

pembangunan sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan berkelanjutan.

1.4 Pendekatan dan Metodologi

Penyusunan buku putih sanitasi dan pemukiman ini dilaksanakan secara

partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan, transaparan dan akuntabel.

Pendekatan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi dan pemukiman adalah sebagai

berikut :

a. Fasilitasi, bukan menggantikan. Tugas POKJA untuk menyusun buku putih dan SSK

dan MPS didampingi oleh dua orang tenaga fasilitator dalam bidang social budaya

dan tehnik. Dengan demikian kesenjangan pengalaman dan keahlian dari POKJA

untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya menyusun Buku putih dapat

dijembatani.

b. Pemberdayaan POKJA melalui pertemuan untuk saling menukar pengalaman dan

memperoleh solusi terhadap kendala yang dialami dari setiap POKJA, maupun

pertemuan tematik tertentu.

c. Pelatihan dan atau pembekalan dalam berbagai bentuk sesuai dengan peluang yang

diciptakan agar proses berlatih diri – melatih dapat tercapai tanpa mengganggu

kegiatan tugas pekerjaan POKJA atau CF.

Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara bertumpu pada:

- Pendekatan partisipatif (participatory approach) dengan melibatkan semua pemangku

kepentingan di kabupaten

- Pendekatan berbasis kebutuhan (demand responsive approach)

- pendekatan berbasis fakta (evidence based approach)

Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi dan

pemukiman secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan

aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Sumber Data

a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/

badan/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa

data statistik, Tabulasi, Sapatial, proposal, laporan, dan foto.

b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas

dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan

tokoh masyarakat.

Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survei terkait

dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA),

survei peran media dalam perencanaan sanitasi, survei kelembagaan, survei

keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survei keuangan, survey priority

setting area beresiko serta survei peran serta masyarakat.

Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/

badan/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa

data statistik, proposal, laporan, foto dan peta, narasumber, yang terdiri dari beragam

posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/ badan/ kantor terkait untuk klarifikasi data-

data, pihak swasta, masyarakat sipil dan tokoh masyarakat.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik antara lain :

Desk Study (kajian Literature, data sekunder)

Field Research (Observasi, wawancara responden, wawancara semi struktural)

FGD dan in-depth interview

Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian

dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program

yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang

erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini.

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara Deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

a. Data yang dibutuhkan antara lain :

Data sanitasi Kabupaten (baik fisik maupun non fisik), data tersebut diambil

dari beberapa SKPD yang terkait langsung dengan sanitasi.

Data demografi yang diambil dari SKPD Bappeda dan Dinas Pertambangan

Energi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

Data sosial ekonomi yang diambil dari data PDRB Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara.

Data institusi/kelembagaan yang diambil dari beberapa SKPD yang

berkaitan dengan sanitasi.

Data RTRW dan RPJMD bersumber dari Bappeda Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara.

Data RPIJMD bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara.

b. Teknik pengumpulan data :

Desk study (kajian literature, data sekunder, browsing, internet, dll).

Field Research (Observasi, wawancara responden, wawancara semi

struktural).

FGD dan indepth interview.

c. Teknik analisis : Deskriptif kualitatif dan kuantitatif .

d. Tatap muka antara POKJA , PF dan CF melalui pertemuan terpusat, regional atau

kunjungan.

e. Pembelajaran jarak jauh menggunakan jaringan komunikasi yang dimungkinkan:

telepon dan e-mail. Penyajian modul, hand out dan atau sheet, bahan template dan

suplemen.

1.5 Posisi Buku Putih

Buku Putih Sanitasi dan pemukiman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun

2012 ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis bagi penyusunan strategi sanitasi

(SSK) dan tingkat Kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi Kabupaten dikembangkan

atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi dan pemukiman.

Gambar 1.1

Posisi Buku Putih dalam Tahapan PPSP

1.6 Sumber Data

Data Primer dalam buku putih sanitasi dan pemukiman Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara menyajikan data-data yang diperoleh secara langsung dari SKPD terkait

dan survey study EHRA yang telah dilaksanakan oleh Pokja AMPL Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara. Data primer dilengkapi dengan kuosioner pada survey study EHRA

yang menjadi dasar untuk menggali data.

Substansi Data sekuder dalam buku putih sanitasi dan pemukiman Kabupaten

Bolaang Mongondow Utara adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti

dokumen-dokumen Kabupaten Bolaang Mongondow Utara antara lain Kepadatan

penduduk, Penduduk Miskin, Cakupan Air Minum MDG’s, Cakupan Cubluk, Cakupan

Tangki Septik, Cakupan saluran terbuka/got dan Timbulan Sampah yang dibakar.

1.7 Peraturan Perundangan

Dalam penentuan kebijakan daerah pembangunan sektor sanitasi dan pemukiman

di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dilakukan rencana operasionalisasi kebijakan

Sektor Sanitasi. Target yang akan dicapai Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki

lingkungan tempat tinggal yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan. Untuk

mencapai sasaran ini telah direncanakan: (i) alokasi anggaran pembangunan

Sanitasi/AMPL dalam APBD akan terus meningkat; (ii) pembangunan Sanitasi/AMPL

secara terintegrasi; (iii) adanya desa percontohan di masing-masing Kecamatan; (iv)

kemitraan dengan pihak ketiga dan pihak swasta lainnya; (v) diseminasi Renstra secara

rutin berkala; dan (vi) advokasi Sanitasi/AMPL melalui media cetak dan elektronik

Penyusunan Program Strategi Pembangunan Sanitasi dan pemukiman di

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum

yang meliputi :

PENYUSUNAN BPS + SSK

A. Undang-undang:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

5. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bolang

Mongondow Utara di Provinsi Sulawesi Utara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang.

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan

dan Kawasan Permukiman.

B. Peraturan Pemerintah :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang

Sungai.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 Tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah.

6. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimum.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota.

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-

2014.

D. Peraturan Menteri Republik Indonesia :

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/1992 tentang

Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air.

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 294/PRT/M/2005 tentang Badan

Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis

Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum.

4. Permen PU No14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang

E. Keputusan Menteri :

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum.

3. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata

Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum.

4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan UKL –UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan.

6. Kepmen Kimpraswil 534/2000 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Permukiman.

7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001

tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL.

8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003

tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004

tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman

Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi

Kecil.

11. Kepmen PU Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengelolaan persampahan.

12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008

tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

F. Peraturan Daerah Kabupaten Bolang Mongondow Utara

1. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang APBD Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara Tahun Anggaran 2012.

1.8. SISTEMATKA PEMBAHASAN LAPORAN

Sistematika penulisan Buku Putih Sanitasi dan pemukiman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

ini terdiri dari 6 bab yang meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, pengertian dasar sanitasi, maksud dan tujuan metode yang

digunakan dalam penyusunan, kedudukan buku putih, peraturan perundangan yang

dipakai, dan sistematika penulisan yang digunakan.

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

Berisikan Geografis, Topografis dan Geohidrologi, Administratif, Kependudukan,

Pendidikan, Kesehatan, Sosial Masyarakat, Perekonomian, Visi dan Misi Kota, Institusi

dan Organisasi Pemda, serta Tata Ruang Wilayah.

BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

Berisikan Kondisi Umum Sanitasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Pengelolaan

Limbah Cair, Pengelolaan Persampahan, Pengelolaan Drainase, Penyediaan Air Minum,

Komponen Sanitasi Lainnya, dan Pembiayaan Sanitasi kabupaten/Kota.

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI BERJALAN

Berisikan Visi Misi Sanitasi Kota, Strategi Penanganan Sanitasi Kabupaten, Rencana

Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair, Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah,

Rencana peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan, Rencana

Pembangunan Penyediaan Air Minum, Rencana Peningkatan Kampane PHBS.

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

Berisikan Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya, Kajian dan Opsi

Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas, Komunikasi untuk Peningkatan

keperdulian Sanitasi, Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi.

BAB VI PENUTUP

Memuat harapan dan langkah langkah tindak lanjut (opsi pengembangan yang dapat

dipertimbangkan dalam penyusunan SSK.