bab i pendahuluan

7
  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Malang merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota yang berpenduduk 820.243 (2010) ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Luas wilayah kota Malang adalah 252,10 km2. Malang merupakan kota terbesar kedua di J awa Timur setelah Surabaya, dan dikenal dengan julukan kota pelajar. Komposisi masyarakat kota Malang adalah etnis Jawa dan Madura sebagai etnis mayoritas dan sebagian kecil etnis Tionghoa dan Arab. Sebagian besar  penduduk kota Malang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang dan juga  pegawai baik di instansi negeri maupun perusahaan swasta. Kaum pendatang di dominasi oleh kaum pedagang yang berasal dari daerah sekitar kota Malang seperti Madura, Pasuruan dan juga Blitar. Sedangkam untuk kaum pelajar dan mahasiswa umumnya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, terutama Indonesia bagian timur. Kota Malang sejak zaman kolonial telah dihuni berbagai macam penduduk yang mendiami wilayah kota ini, mulai dari penduduk pribumi yaitu etnis Jawa, hingga pendatang seperti etnis Arab, Tionghoa dan Belanda. Pemerintah kolonial Belanda telah membagi daerah tempat tinggal untuk para etnis- etnis yang ada di Kota Malang, etnis Jawa selaku penduduk asli dan mayoritas pada masa kolonial. Belanda berada dalam strata terbawah ditempatkan di daerah pinggiran, etnis Tionghoa sebagai kaum pedagang ditempatkan di kawasan pecinan dekat dengan  pasar besar kota Malang, etnis Arab ditempatkan di wilayah kauman (sekarang embong arab). Dan kaum Belanda yang menguasai pemerintahan ditempatkan di wilayah eksklusif di Jalan Ijen Boulevard dengan berbagai fasilit as yang ada. Dengan adanya penunjang kehidupan etnis pendatang tersebut maka muncullah aglomerasi antar etnis yang ada di kota malang, Dari hal ini akan diadakannya penelitian tentang etnis/ suku madura dan etnis arab yang ada di kota malang dengan meneliti tentang pola persebaran serta interaksi antar etnis terhadap sosial-budaya yang ada di wilayah kota malang.

Upload: rizal-anggara

Post on 08-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

geografi budaya

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKota Malang merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota yang berpenduduk 820.243 (2010) ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Luas wilayah kota Malang adalah 252,10 km2. Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan dikenal dengan julukan kota pelajar.Komposisi masyarakat kota Malang adalah etnis Jawa dan Madura sebagai etnis mayoritas dan sebagian kecil etnis Tionghoa dan Arab. Sebagian besar penduduk kota Malang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang dan juga pegawai baik di instansi negeri maupun perusahaan swasta. Kaum pendatang di dominasi oleh kaum pedagang yang berasal dari daerah sekitar kota Malang seperti Madura, Pasuruan dan juga Blitar. Sedangkam untuk kaum pelajar dan mahasiswa umumnya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, terutama Indonesia bagian timur.Kota Malang sejak zaman kolonial telah dihuni berbagai macam penduduk yang mendiami wilayah kota ini, mulai dari penduduk pribumi yaitu etnis Jawa, hingga pendatang seperti etnis Arab, Tionghoa dan Belanda. Pemerintah kolonial Belanda telah membagi daerah tempat tinggal untuk para etnis- etnis yang ada di Kota Malang, etnis Jawa selaku penduduk asli dan mayoritas pada masa kolonial.Belanda berada dalam strata terbawah ditempatkan di daerah pinggiran, etnis Tionghoa sebagai kaum pedagang ditempatkan di kawasan pecinan dekat dengan pasar besar kota Malang, etnis Arab ditempatkan di wilayah kauman (sekarang embong arab). Dan kaum Belanda yang menguasai pemerintahan ditempatkan di wilayah eksklusif di Jalan Ijen Boulevard dengan berbagai fasilitas yang ada. Dengan adanya penunjang kehidupan etnis pendatang tersebut maka muncullah aglomerasi antar etnis yang ada di kota malang, Dari hal ini akan diadakannya penelitian tentang etnis/ suku madura dan etnis arab yang ada di kota malang dengan meneliti tentang pola persebaran serta interaksi antar etnis terhadap sosial-budaya yang ada di wilayah kota malang.B. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:1. Apa faktor aglomerasi suku/etnis madura dan etnis arab?2. Bagaimana perbedaan aglomerasi suku madura dan arab di Kota Malang?3. Bagaimana sosial budaya suku madura dengan arab terhadap lingkungan sekitar Kota Malang?C. Landasan Teoria. Masyarakat MultikulturalKota Malang merupaka kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Sebagaimana lazimnya kota besar, penduduk yang berada di Kota Malang sangat kompleks atau beragam. Sebagian besar penduduk yang tinggal di Kota Malang adalah etnis Jawa sebagai penduduk asli Kota Malang, sedangkan etnis lainnya yang berada di tinggal di Kota Malang adalah etnis Tiong Hwa, etnis Arab, etnis India, etnis Madura dan beberapa etnis lainnya. Hal ini menjadikan Kota Malang menjadi kota yang multikultural. Masyarakat multikultural adalah masyarakat pada suatu daerah atau lokasi geografis terbatas seperti kota, yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dalam kesederajatan (C.W. Watson, 1998). Sedangkan menurut J.S. Furnivall (1967) masyarakat multicultural merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara cultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Dengan demikian, berdasarkan konfigurasi (susuannnya dan komunitas etnisnya, masyarakat majemuk dibedakan menjadi empat kategori, yaitu: Masyarakat majemuk dengan komposisi seimbang Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan Masyarakat majemuk dengan fragmentasiAdapun ciri-ciri masyarakat multikultural sebagai berikut:1. Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki sub-kebudayaan yang satu sama lain berbeda.2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer.3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.4. Secara relatif, sering kali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dangan kelompok yang lainnya.5. Secara relatif, integritas sosial tumbuh di atas paksaan dan ketergantungan di dalam bidang ekonomi.6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lainnya. (Pierre L. Vanden Berghe).Selain itu pengelompokan etnis-etnis tersebut, dimulai pada zaman kolinial. Perbedaan berdasarkan ras tersebut juga diterapkan pada kawasan tempat tinggal, di mana masing-masing ras ditempatkan pada kawasan khusus. Hal terpenting yang dilakukan oleh pemerintah kolonial berkaitan dengan penataan kawasan pemukiman adalah pemisahan wilayah pemukiman berdasarkan ras atau etnis (Purnawan Basundoro 2009). Pada tahun 1854 diterbitkan peraturan Regering Regleement tentang pelapisan sosial, merupakan imbas dari hak-hak exhorbitante, yang membedakan kelompok masyarakat menjadi tiga kelas Eropa, Timur Asing dan Pribumi. kebijakan tersebut sebagai upaya memisahkan dan mengisolasi masing-masing etnis dan kelas yang ada dari arus integrasi dan interaksi dengan kelas-kelas lainnya.

b. Etnis ArabMasuknya etnis Arab di Kota Malang bersamaan dengan masuknya agama Islam. Sebagian besar etnis Arab yang tinggal di kota Malang berprofesi sebagai pedagang. Tempat tinggal etnis Arab di Kota Malang terfokus pada daerah Kelurahan Kauman dan Kelurahan Sukoharjo, hal ini di sebabkan oleh pemusatan pemukiman bagi orang-orang Timur Asing oleh pemerintah kolonial sebagai tindak lanjut kebijakan penggolongan penduduk ini menyebabkan orang-orang keturunan Arab memiliki pemukiman yang mengelompok (Purnawan Basundoro 2009). Etnis Arab di Kota Malang dikenal oleh warga pribumi sebagai orang yang eksklusif. Hal ini memang benar, karena salah satunya bertujuan untuk mempertahankan kebudayaan mereka sendiri. Salah satu upaya yang dilakukan masyarakat Madura untuk mempererat dan melestarikan tali kekerabatan adalah menikahkan anaknya dengan anak kerabatnya. Bagi keluarga-keluarga kaya, pernikahan antar kerabat memiliki motif ekonomi. Artinya, untuk menjaga agar harta kekayaan yang dimiliki tidak jatuh pada orang lain. Hal tersebut juga sering kali terjadi pada keluarga-keluarga kaya. Bahkan, tradisi tersebut semakin mengeras di perkotaan, khususnya bagi kerabat yang sama-sama sebagai mitra bisnis ataupun seprofesi (Latief Wiyata, 2006).Selain itu adanya pandangan masyarakat bahwa etnis Arab dianggap sebagai orang yang paham dan menguasai tentang ilmu agama, khususnya agama Islam. Sehingga menjadikan etnis Arab yang ada di Kota Malang semakin eksklusif.Tradisi Arab mementingkan keramahtamahan terhadap tamu, kemurahan hati, keberanian, kehormatan, dan harga-diri. Nilai kehormatan orang Arab terutama melekat pada anggota keluarganya, khususnya wanita, yang tidak boleh diganggu orang luar. Rumah betul-betul menjadi bagian privacy yang tak semua orang bisa mengakses ke dalam dengan mudahnya, sebagaimana kebiasaan kita di Indonesia. Desain rumah yang umumnya `hanya` berbentuk segi empat bertingkat seolah-olah menggambarkan bangunan sebuah benteng yang sulit ditembus.

c. Etnis MaduraEtnis Madura merupakan salah satu etnis yang berapa di Jawa Timur dan berasal dari pulau di sebelah timur Kota Surabaya, yaitu pulau Madura. Pulau Madura merupakan pulau kars yang tandus. Kondisi fisik lingkungan seperti ini yang mendorong etnis Madura untuk merantau ke daerah lain, guna mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya karena kesulitan dalam mengolah lahan di pulau Madura. Salah tujuan etnis Madura adalah Kota Malang. Di Kota Malang etnis Madura terkonsentrasi di Kelurahan Jodipan dan Kelurahan Kotalama. Sebagian besar etnis Madura di Kota Malang berprofesi sebagi pedagan dan pekerja kasar. kedatangan masyarakat Madura ke sana adalah dengan mengikuti jejak kerabatnya yang telah sampai disana terdahulu. Biasanya mereka tinggal tak jauh dari rumah kerabatnya. Terkadang berkumpul dalam satu rumah. Jika kerabatnya mengontrak, maka mereka mengontrak di tempat yang sama ataupun yang berdekatan. Lambat laun, pola pemukiman mereka tak jauh berbeda dari substansi taneyan lanjeng. Akibatnya, terbentuklah segregasi etnis Madura dari proses infiltrasi, invasi, dan suksesi secara wajar dan alamiah. Dampak dari segregasi tersebut menurut Hadi Susanto berimbas pada masyarakat Madura sendiri maupun pada masyarakat non-Madura. Dampak sosial bagi komunitas internal Madura adalah menguatnya identitas keetnisan, menguatnya solidaritas in group, dan terbentuknya jaringan sosial ekonomi. Sedangkan dampak bagi komunitas eksternal adalah munculnya stereotype, citra negatif pemukiman Madura, disfungsi sistem sosial, dan terjalinnya solidaritas keberagamaan yang harmonis. Akan tetapi Segregasi etnislah yang membuat tradisi-tradisi, kebiasaan, dan pemahaman kultural tetap telestarikan.Kuatnya sistem kekerabatan komunitas Madura tidak hanya tercermin dalam pola pemukiman, tetapi juga pada perekonomian. Gudang-gudang barang bekas yang menjadi ciri khas penghasilan utama orang kaya Madura juga berfungsi sebagai pengikat kekerabatan. Salah satu upaya yang dilakukan masyarakat Madura untuk mempererat dan melestarikan tali kekerabatan yang disebut dengan mapolong tolang adalah menikahkan anaknya dengan anak kerabatnya. Bagi keluarga-keluarga kaya, pernikahan antar kerabat memiliki motif ekonomi. Artinya, untuk menjaga agar harta kekayaan yang dimiliki tidak jatuh pada orang lain (oreng lowar). Hal tersebut juga sering kali terjadi pada keluarga-keluarga kaya Madura urban. Bahkan, tradisi tersebut semakin mengeras di perkotaan, khususnya bagi kerabat yang sama-sama sebagai mitra bisnis ataupun seprofesi (Latief Wiyata, 2006).d. AglomerasiAglomerasi adalah gabungan, kumpulan dua atau lebih pesat kegiatan, tempat pengelompokan berbagai macam kegiatan dalam satu lokasi atau kawasan tertentu.Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri. Misalnya bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan, pajak yang relatif murah, dan penanggulangan limbah merupakan pendukung aglomerasi industri. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain:1.terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu lokasi;2.kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi tertentu;3.adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata ruang dan fungsi wilayah;4.adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan industri lainnya yang lengkap;5.adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu produk.Tujuan dibentuknya suatu kawasan industri (aglomerasi yang disengaja), antara lain untuk mempercepat pertumbuhan industri, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut, dan menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan. Misalnya: beberapa kawasan industri di Indonesia, antara lain Medan, Cilegon (Banten), Pulogadung (Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilacap (Jateng), Rungkut (Surabaya), dan Makassar. Selain kawasan industri, dikenal juga istilah kawasan berikat (Bonded zone). Kawasan berikat (Bonded zone) merupakan suatu kawasan dengan batas tertentu di dalam wilayah pabean yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean. Ketentuan tersebut antara lain mengatur lalu lintas pabean dari luar daerah atau dari dalam pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara lainnya, sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor atau ekspor. Kawasan berikat berfungsi sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, dan pengolahan barang yang berasal dari dalam atau luar negeri. Contoh kawasan berikat, yaitu PT Kawasan Berikat Indonesia meliputi Tanjung Priok, Cakung, dan Batam.D. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak, antara lain sebagai berikut:Manfaat Teoritis1. Memotivasi serta memberi pemahaman mengenai pentingnya untuk melakukan penelitian mengenai permasalahan tersebut lebih lanjut.2. Menambah perbendaharaan ilmu terkait dengan masalah pentingnya menjaga lingkungan hidup.3. Dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan dalam penelitian yang sejenis.Manfaat Praktis1. Memberikan tambahan informasi kepada pemerintah tentang perbedaan sistem aglomerasi suku madura dan suku arab di kota Malang2. Memberikan informasi maupun gambaran bagi pembaca tentang pengaruh perbedaan sistem aglomerasi suku madura dan suku arab di kota Malang

7