bab i pendahuluan 1.1. latar belakangeprints.umm.ac.id/59357/2/bab i.pdf · 2020. 2. 13. ·...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove jika ditinjau dari tata bahasa terdiri dari dua kata, yaitu “hutan” dan “mangrove”. Menurut Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang- Undang No. 19/2004 yang mengatur tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi oleh arus pasang surut air laut. Mangrove juga tumbuh pada pantai karang atau daratan terumbuh karang yang berpasir tipis atau pada pantai berlumpur. (Purnobasuki dalam K. Kordi, 2012). Hutan mangrove di Indonesia tersebar dibeberapa provinsi dan berbagai kepulauan. Luasan hutan mangrove di Indonesia kurang lebih 3,4 juta hektar yang merupakan hutan mangrove terluas yang ada di Asia dan bahkan di dunia (Kementerian Kehutanan, 2015). Menurut Cifor (2012), luas hutan mangrove di Indonesia telah mengalami penurunan 30-50% dalam setengah abad terakhir ini. karena pembangunan daerah pesisir, perluasan pembangunan tambak, abarasi air laut, dan penebangan yang berlebihan. Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka,karena luasnya hanya 2% di permukaan bumi. Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya yang sangat penting; misalnya menjaga stabilitas pantai dari abrasi, sumber ikan, udang dan keanekaragaman hayati lainnya, sumber kayu

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Hutan mangrove jika ditinjau dari tata bahasa terdiri dari dua kata, yaitu

    “hutan” dan “mangrove”. Menurut Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang-

    Undang No. 19/2004 yang mengatur tentang Kehutanan, hutan adalah suatu

    kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

    didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

    yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan mangrove adalah vegetasi hutan

    yang tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang

    dipengaruhi oleh arus pasang surut air laut. Mangrove juga tumbuh pada pantai

    karang atau daratan terumbuh karang yang berpasir tipis atau pada pantai

    berlumpur. (Purnobasuki dalam K. Kordi, 2012).

    Hutan mangrove di Indonesia tersebar dibeberapa provinsi dan berbagai

    kepulauan. Luasan hutan mangrove di Indonesia kurang lebih 3,4 juta hektar yang

    merupakan hutan mangrove terluas yang ada di Asia dan bahkan di dunia

    (Kementerian Kehutanan, 2015). Menurut Cifor (2012), luas hutan mangrove di

    Indonesia telah mengalami penurunan 30-50% dalam setengah abad terakhir ini.

    karena pembangunan daerah pesisir, perluasan pembangunan tambak, abarasi air

    laut, dan penebangan yang berlebihan.

    Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka,karena luasnya hanya

    2% di permukaan bumi. Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi,

    dan sosial-budaya yang sangat penting; misalnya menjaga stabilitas pantai dari

    abrasi, sumber ikan, udang dan keanekaragaman hayati lainnya, sumber kayu

  • 2

    bakar dan kayu bangunan, serta memiliki fungsi konservasi, pendidikan,

    ekoturisme dan identitas budaya (Setyawan, 2006).

    Manfaat dari ekosistem mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik

    adalah sebagai mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi

    daerah yang ada di belakangnya, pelindung pantai dari abrasi, gelombang air

    pasang (rob), tsunami, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut

    oleh aliran air permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapat menjadi

    penetralisir pencemaran perairan pada batas tertentu (Lasibani dan Eni, 2009).

    Manfaat lain dari ekosistem mangrove ini adalah sebagai obyek daya tarik wisata

    alam dan atraksi ekowisata (Sudiarta, 2006).

    Clungup Mangrove Conservation Tiga Warna adalah destinasi ekowisata baru

    dan tengah menjadi primadona di Kabupaten Malang (Mubariza, 2015; Hakim)

    Ekowisata ini dikelola oleh kelompok masyarakat bernama “Bhakti Alam Sendang

    Biru”, yang dikoordinasi oleh Bapak Saptoyo yang bertujuan untuk menyelamatkan

    ekosistem mangrove dan pantai/pesisir (termasuk terumbu karang), yang telah berdiri

    sejak tahun 2012. Area mangrove yang dikelola mencapai luas 71 hektar dan

    sempadan pantai seluas 117 hektar. CMC Tiga Warna mengelola 3 pantai utama,

    yaitu Pantai Clungup, Pantai Gatra, dan Pantai Tiga Warna (Anggawa, 2016).

    Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru secara konsisten melakukan kegiatan

    konservasi di kawasan mangrove pesisir pantai dan mengelola kawasan tersebut

    untuk tujuan wisata terbatas. Pengelolaan CMC Tiga Warna tetap

    mempertimbangkan prinsip ekologis wilayah atau dikenal dengan ecotourism

    (ekowisata). Pemanfaatan lahan konservasi ini didasarkan pada asas manfaat

    ekonomi dan pemberdayaan masyarakat lokal sekitar area konservasi.

  • 3

    Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

    Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya pasal 1 ayat 2 adalah pengelolaan sumber

    daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk

    menjamain kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan

    meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Kemudian dalam pasal 3

    dijelaskan bahwa konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan

    mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam serta keseimbangan

    ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan

    masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

    Seperti halnya upaya konservasi mangrove yang dilakukan oleh pihak

    Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru di Desa Tambakrejo, Kecamatan

    Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Bertujuan untuk melestarikan, dan

    menjaga lingkungan serta secara tidak langsung berperan dalam meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat sekitar melalui upaya Konservasi tersebut. Contohnya

    seperti pelatihan masyarakat sekitar sebagai tour guide, untuk memandu

    wisatawan yang bekunjung pada destinasi ekowisata tersebut, kemudian mulai

    bermunculan warung-warung khas destinasi wisata yang tentu saja dikelola oleh

    masyarakat sekitar, dan juga pengunjung tidak perlu khawatir untuk

    meninggalkan kendaraan, karena sudah ada jasa penitipan kendaraan atau biasa

    disebut tukang parkir yang juga dikelola oleh masyarakat sekitar. Kemudian hal

    itulah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan tema

    “Konservasi Mangrove Berkelanjutan Sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan

    Masyarakat Sekitar” di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan,

    Kabupaten Malang.

  • 4

    1.2. Rumusan Masalah

    Dari penjelasan latar belakang di atas peneliti mampu menentukan

    rumusan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana konservasi mangrove berkelanjutan yang dilakukan oleh Yayasan

    Bhakti Alam Sendang Biru?

    2. Bagaimana bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Dusun Tambakrejo

    setelah adanya konservasi?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarakan rumusan masalah di atas peneliti menentukan tujuan

    penelitian sebagai berikut:

    3. Mengetahui konservasi mangrove berkelanjutan sebagai upaya peningkatan

    kesejahteraan masyarakat sekitar

    1. Mengetahui bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar setelah

    adanya konservasi

    1.4. Manfaat Peneltian

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,

    khususnya dalam bidang ilmu sosiologi yang mengkaji tentang kesejahteraan

    masyarakat. Dan juga diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi

    pengembangan teori-teori sosiologi khususnya teori strukturasi yang membahas

    tentang keterikatan suatu “struktur” dan “agen”. Di mana didalam penelitian ini

  • 5

    yang dikatakan struktur adalah kegiatan konservasi dan agen adalah actor yang

    melakukan kegiatan tersebut yaitu masyarakat ataupun Yayasan.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    1). Bagi peneliti untuk menambah ilmu pengetahuan (science) terutama

    pengalaman dan juga melatih untuk berfikir kritis dalam menaggapi suatu

    permasalahan. Sebagai sarana untuk menetapkan ilmu yang telah diperoleh

    selama perkuliahan serta dalam menyikapi permasalahan dalam kehidupan

    bermasyarakat.

    2). Bagi program studi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang sebagai

    acuan akademik yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan

    masyarakat.

    3). Bagi masyarakat sekitar area konservasi mangrove Desa Tambakrejo

    Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang agar masyarakat lebih

    sadar akan betapa pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Dan juga ikut

    berperan dalam pelestarian lingkungan tersebut.

    4). Bagi Bhakti Alam Sendang Biru sebagai bahan acuan dalam kegiatan

    konservasi yang harus memperhatikan dampak dari kegiatan tersebut, baik

    dampak negatif ataupun dampak yang positif. Agar nantinya masyarakat

    sekitar dapat merasakan dampak dari kegiatan konservasi tersebut.

    5). Bagi Pemerintah Kabupaten Malang khusunya Dinas kelautan dan Perikanan

    dan juga PERHUTANI, dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan

    sebagai referensi dalam pembuatan kebijakan, khususnya dalam pelestarian

    lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam yang melibatkan masyararakat

  • 6

    sekitar sebagai pelaku utama. Bertujuan agar masayarakat lebih mandiri dan

    mampu memanfaatkan segala aspek yang ada di sekitar mereka.

    1.5. Definisi Konsep

    1.5.1. Konservasi

    Secara umum, konservasi mempunyai arti pelestarian yaitu melestarikan

    atau mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara

    seimbang (MIPL, 2010). Adapun tujuan dari konservasi adalah (1) mewujudkan

    kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga

    dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan

    manusia, (2) melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati

    dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang (Siregar, 2009).

    1.5.2. Hutan Mangrove

    Hutan mangrove sering kali disebut dengan hutan bakau. Akan tetapi

    sebenarnya istilah bakau hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan

    penyusun hutan mangrove, yaitu Rhizopora sp. Oleh karena itu, istilah hutan

    mangrove sudah ditetapkan sebagai nama baku untuk mangrove forest (Dahuri,

    1996).

    Mangrove merupakan pohon yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut

    (intertidal trees), ditemukan di sepanjang pantai tropis di seluruh dunia. Pohon

    mangrove memiliki adaptasi fisiologis secara khusus untuk menyesuaikan diri

    dengan garam yang ada di dalam jaringannya. Mangrove juga memiliki adaptasi

    melalui sistem perakaran untuk menyokong dirinya di sedimen lumpur yang halus

  • 7

    dan mentransportasikan oksigen dari atmosfer ke akar. Sebagian besar mangrove

    memiliki benih terapung yang diproduksi setiap tahun dalam jumlah besar dan

    terapung hingga berpindah ke tempat baru untuk berkelompok (Kusmana, 1997).

    1.5.3. Kesejahteraan

    Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang

    dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima. Namun demikian tingkatan

    dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena

    tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi

    pendapatan tersebut. Pendapat lain mengatakan bahwa kesejahteraan adalah suatu

    tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi

    rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan

    setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan

    jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta

    masyarakat (Sunarti 2012).

    Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha yang terorganisir dan

    memiliki tujuan utama meningkatkan taraf hidup masyrakat berdasarkan konteks

    sosialnya. Di dalamnya juga tercakup unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti

    luas yang terkait dalam berbagai kehidupan bermasyarakat seperti pendapatan,

    jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi budaya, dan lain

    sebagainya (sulistiati, 2004 dalam Huda 2009).

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009

    Tentang Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

    spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

    mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

  • 8

    1.5.4. Masyarakat

    Masyarakat adalah golongan masyarakat kecil terdiri dari beberapa

    manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan

    pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hasan Shadily 1984:47). Pengertian lain

    mengenai masyarakat adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas

    banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dalam tiap-tiap kelompok

    terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok. Sedangkan

    menurut Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan dari pada segala

    perkembangan dalam hidup bersama antar manusia dengan manusia (Abu Ahmadi

    2003:97). Pendapat lain mengenai masyarakat adalah suatu kelompok manusia

    yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-

    sama ditaati dalam lingkungannya.

    1.6. Metode Penelitian

    1.6.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

    deskriptif. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena

    penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Pada

    penelitian kualitatif peneliti dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang

    diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh sumber data. Bukan apa yang dipikirkan

    oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan,

    yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh sumber data. Dalam penelitian

    kualitatif, peneliti itu sendiri bertindak sebagai instrument penelitiannya. Sebagai

    instrumen penelitian, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas,

  • 9

    sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkonstruksi situasi

    sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna (Sugiono,2008).

    Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh disimpulkan dan diambil

    poin-poin yang penting sesuai dengan fokus penelitian, yaitu tentang bagaimana

    konservasi mangrove berkelanjutan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan

    masyarakat sekitar di Desa Tambakrejo. Serta bagaiamana bentuk peningkatan

    kesejahteraan masyarakat setelah adanya upaya konservasi tersebut.

    1.6.2. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru yang

    terletak di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten

    Malang. Desa Tambakrejo memiliki luas wilayah sebesar 2.700 ha dengan luas

    pemukiman 146 ha Peneliti melakukan penelitian di Desa Tambakrejo karena

    adanya area konservasi mangrove yaitu di pantai Clungup yang awal mulanya di

    gagas oleh masyarakat sekitar dan kemudian sekarang di jadikan sebagai destinasi

    ekowisata di Kabupaten Malang. Kegiatan penelitian ini juga akan dilakukan di

    pemukiman sekitar area konservasi yaitu Dusun Tambakrejo agar peneliti dapat

    mengetahui manfaat dari kegiatan konservasi tersebut bagi masyarakat sekitar.

    1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumplan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara

    agar mendapatkan data yang valid. antara lain sebagai berikut:

    1. Teknik Observasi

    Informasi yang diperoleh dari hasil observasi, adalah ruang (tempat),

    masyarakat, kegiatan, dan lainnya. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk

  • 10

    mengamati situasi dan kondisi di lapangan. selain itu, untuk memastikan tempat

    penelitian sesuai dengan fokus penelitian yang akan diteliti. Beberapa bentuk

    observasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipan,

    observasi tidak terstruktur dan observasi kelompok yang tidak berstruktur.

    Observasi partisipan (participant observation). Merupakan sebuah metode

    pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

    pengamatan, di mana peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian informan

    sebagai informasi. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan

    tanpa menggunakan panduan (guide) observasi. Pada observasi ini, peneliti harus

    mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.

    Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok

    terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus (Bungin 2003:115).

    Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi

    partisipan. Observasi partisipan mengharuskan peneliti melakukan pengamatan

    secara langsung dan juga ikut bergabung dalam setiap aktifitas informan, dalam

    hal ini peneliti diharuskan ikut dalam kegiatan Yayasan Bhakti Alam Sendang

    Biru dan juga Masyarakat sekitar area konservasi mangrove di Pantai Clungup,

    Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.

    2. Teknik Wawancara

    Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

    cara tanya jawab, dengan bertatap muka antara peneliti dengan informan. Sebelum

    melakukan wawancara peneliti dianjurkan untuk membuat pedoman wawancara.

  • 11

    Pedoman wawancara tersebut berfungsi untuk memfokuskan Tanya-Jawab

    peneliti dan informan agar tidak keluar dari konteks pembahasan penelitian.

    a). Wawancara Semi Terstruktur

    Wawancara semi terstruktur adalah sebuah proses wawancaa yang

    menggunakan pedoman namun susunannya di sesuaikan dengan kondisi di

    lapangan. Wawancara semi terstruktur digunakan dalam penelitian ini karena

    untuk mengantisipasi jika ada jawaban-jawaban dari informan yang tidak sesuai

    dengan fokus penelitian. Dengan menggunakan wawancara semi terstruktur ini,

    peneliti akan dengan mudah mengganti topik pertanyaan ketika menemui hal yang

    tidak sesuai di lapangan.

    3. Dokmentasi

    Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumentasi bisa

    berbentk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

    Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan

    (life stories), cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumentasi berbentuk

    gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumentasi

    merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

    penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012:240).

    Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan

    informasi yang berhubungan dengan data-data tentang berbagai hal yang

    berhubungan dengan fokus penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini

    dibedakan menjadi dua, yaitu dokumentasi yang diperoleh peneliti secara

    langsung di tempat penelitian (foto, audio, dan video) dan dokumentasi yang

    diperoleh dari pihak-pihak lain yang berkaitan dengan fokus peneltian.

  • 12

    1.6.4. Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non

    probability sampling, dengan menggunakan teknik sampel purposive sampling

    .purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel informan atau sumber

    dengan pertimbangan tertentu, biasanya pertimbangan ini diambil dari sampel

    yang paling mengetahui fokus penelitian atau sebagai penguasa sehingga akan

    memudahkan peneliti melakukan penelitian. Informan dalam purposive sampling

    juga berperan membuka ataupun mengenalkan dengan informan-informan yang

    lain sehingga tujuan penelitian tercapai (Sugiyono, 2011:218).

    Pada penelitian ini, peneliti memilih ketua atau pendiri Yayasan Bhakti

    Alam Sendang Biru, dan beberapa anggota dari lemabaga tersebut, serta

    masyarakat Desa Tambakrejo yang ikut berperan dalam kegiatan konservasi

    mangrove tersebut. Diharapakan dengan pengambilan informan tersebut, peneliti

    mampu mendapatkan informasi sesuai dengan fokus penelitian yang diteliti.

    1.6.5. Teknik Analisa Data

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

    metode analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan secara bersamaan, yaitu:

    1. Reduksi Data

    Reduksi data adalah proses analisa yang meliputi identifikasi (menyeleksi

    kelayakan data), klasifikasi (memilih dan mengelompokkan data), dan kodefikasi

  • 13

    (proses memberi identitas pada penelitian yang terpilih). Proses reduksi data

    berlangsung secara terus menerus. Data yang diperoleh dari lapangan perlu untuk

    dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitive

    dengan cara mengandalkan kecerdasan dan wawasan yang luas. Dengan

    berdiskusi dengan orang lain yang dipandang mampu menguasai fokus penelitian.

    Sehingga dapat membantu untuk mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan

    dan pengembangan Teori yang signifikan (Sugiyono, 2011:247-249).

    2. Penyajian Data

    Setelah data direduksi kemudian melakukan penyajian data. Dalam

    penelitian kualitatif penyajian data ini dapat berupa bentuk tabel, grafik, phie

    card, pictogram, atau sejenisnya. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi

    tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

    pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, dapat memahami apa yang

    sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh untuk menganalisis dan

    mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian-

    penyajian data tersebut.

    3. Penarikan Kesimpulan

    Penarikan kesimpulan dari verifikasi dilakukan saat proses pengumpulan

    dilakukan. Kesimpulan-kesimpulan yang di dapat, diverifikasi selama penelitian

    berlangsung. Verifikasi merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan

    lapangan yang telah diperoleh sebelumnya. dan adanya peninjauan kembali untuk

    mengembangkan kesepakatan intersubjektif. Singkatnya, makna-makna yang

    muncul dari data harus di uji kebenarannya dan kecocokannya.

  • 14

    1.6.6. Metode Keabsahan Data

    Metode keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    menggunakan triangulasi, berikut penjelasannya.

    1. Triangulasi Sumber Data

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain di luar keperluan pengecekan atau sebagai

    perbandingan terhadap data itu. Triangulasi sumber data digunakan dalam metode

    keabsahan data karena untuk memastikan bahwa data yang didapatkan atau

    dikumpulkan sudah memenuhi syarat-syarat sesuai fokus penelitian.

    Triangulasi dengan sumber data berarti membandingkan dan mengecek

    balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh yang dapat dilakukan

    dengan cara, antara lain: (1) membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil

    wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

    dengan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

    tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)

    membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat, (5)

    membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. (Moleong,

    2010:330-331). Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data berupa

    triangulasi sumber. Jadi peneliti menggunakan sumber lain di luar informan untuk

    memeriksa keabsahan data yang diperoleh selama di lapangan.

  • 15

    2. Sumber Data

    a. Data primer

    Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari

    lapangan. Data primer adalah data yang utama dalam penelitian. Data primer

    didapatkan dari hasil wawancara dan obsevasi.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, antara

    lain: buku, surat kabar, jurnal, laporan penelitian terdahulu, profil desa, dan

    lainnya. Fungsi dari data sekunder adalah untuk melengkapi data primer. Peneliti

    mencari data mengenai fokus penelitian dari berbagai sumber untuk

    memaksimalkan penelitian yang akan dilakukan.