-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan mangrove jika ditinjau dari tata bahasa terdiri dari dua kata, yaitu
“hutan” dan “mangrove”. Menurut Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang-
Undang No. 19/2004 yang mengatur tentang Kehutanan, hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan mangrove adalah vegetasi hutan
yang tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang
dipengaruhi oleh arus pasang surut air laut. Mangrove juga tumbuh pada pantai
karang atau daratan terumbuh karang yang berpasir tipis atau pada pantai
berlumpur. (Purnobasuki dalam K. Kordi, 2012).
Hutan mangrove di Indonesia tersebar dibeberapa provinsi dan berbagai
kepulauan. Luasan hutan mangrove di Indonesia kurang lebih 3,4 juta hektar yang
merupakan hutan mangrove terluas yang ada di Asia dan bahkan di dunia
(Kementerian Kehutanan, 2015). Menurut Cifor (2012), luas hutan mangrove di
Indonesia telah mengalami penurunan 30-50% dalam setengah abad terakhir ini.
karena pembangunan daerah pesisir, perluasan pembangunan tambak, abarasi air
laut, dan penebangan yang berlebihan.
Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka,karena luasnya hanya
2% di permukaan bumi. Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi,
dan sosial-budaya yang sangat penting; misalnya menjaga stabilitas pantai dari
abrasi, sumber ikan, udang dan keanekaragaman hayati lainnya, sumber kayu
-
2
bakar dan kayu bangunan, serta memiliki fungsi konservasi, pendidikan,
ekoturisme dan identitas budaya (Setyawan, 2006).
Manfaat dari ekosistem mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik
adalah sebagai mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi
daerah yang ada di belakangnya, pelindung pantai dari abrasi, gelombang air
pasang (rob), tsunami, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut
oleh aliran air permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapat menjadi
penetralisir pencemaran perairan pada batas tertentu (Lasibani dan Eni, 2009).
Manfaat lain dari ekosistem mangrove ini adalah sebagai obyek daya tarik wisata
alam dan atraksi ekowisata (Sudiarta, 2006).
Clungup Mangrove Conservation Tiga Warna adalah destinasi ekowisata baru
dan tengah menjadi primadona di Kabupaten Malang (Mubariza, 2015; Hakim)
Ekowisata ini dikelola oleh kelompok masyarakat bernama “Bhakti Alam Sendang
Biru”, yang dikoordinasi oleh Bapak Saptoyo yang bertujuan untuk menyelamatkan
ekosistem mangrove dan pantai/pesisir (termasuk terumbu karang), yang telah berdiri
sejak tahun 2012. Area mangrove yang dikelola mencapai luas 71 hektar dan
sempadan pantai seluas 117 hektar. CMC Tiga Warna mengelola 3 pantai utama,
yaitu Pantai Clungup, Pantai Gatra, dan Pantai Tiga Warna (Anggawa, 2016).
Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru secara konsisten melakukan kegiatan
konservasi di kawasan mangrove pesisir pantai dan mengelola kawasan tersebut
untuk tujuan wisata terbatas. Pengelolaan CMC Tiga Warna tetap
mempertimbangkan prinsip ekologis wilayah atau dikenal dengan ecotourism
(ekowisata). Pemanfaatan lahan konservasi ini didasarkan pada asas manfaat
ekonomi dan pemberdayaan masyarakat lokal sekitar area konservasi.
-
3
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya pasal 1 ayat 2 adalah pengelolaan sumber
daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk
menjamain kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Kemudian dalam pasal 3
dijelaskan bahwa konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan
mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Seperti halnya upaya konservasi mangrove yang dilakukan oleh pihak
Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru di Desa Tambakrejo, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Bertujuan untuk melestarikan, dan
menjaga lingkungan serta secara tidak langsung berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar melalui upaya Konservasi tersebut. Contohnya
seperti pelatihan masyarakat sekitar sebagai tour guide, untuk memandu
wisatawan yang bekunjung pada destinasi ekowisata tersebut, kemudian mulai
bermunculan warung-warung khas destinasi wisata yang tentu saja dikelola oleh
masyarakat sekitar, dan juga pengunjung tidak perlu khawatir untuk
meninggalkan kendaraan, karena sudah ada jasa penitipan kendaraan atau biasa
disebut tukang parkir yang juga dikelola oleh masyarakat sekitar. Kemudian hal
itulah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan tema
“Konservasi Mangrove Berkelanjutan Sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Sekitar” di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Kabupaten Malang.
-
4
1.2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas peneliti mampu menentukan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konservasi mangrove berkelanjutan yang dilakukan oleh Yayasan
Bhakti Alam Sendang Biru?
2. Bagaimana bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Dusun Tambakrejo
setelah adanya konservasi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarakan rumusan masalah di atas peneliti menentukan tujuan
penelitian sebagai berikut:
3. Mengetahui konservasi mangrove berkelanjutan sebagai upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar
1. Mengetahui bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar setelah
adanya konservasi
1.4. Manfaat Peneltian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang ilmu sosiologi yang mengkaji tentang kesejahteraan
masyarakat. Dan juga diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori-teori sosiologi khususnya teori strukturasi yang membahas
tentang keterikatan suatu “struktur” dan “agen”. Di mana didalam penelitian ini
-
5
yang dikatakan struktur adalah kegiatan konservasi dan agen adalah actor yang
melakukan kegiatan tersebut yaitu masyarakat ataupun Yayasan.
1.4.2. Manfaat Praktis
1). Bagi peneliti untuk menambah ilmu pengetahuan (science) terutama
pengalaman dan juga melatih untuk berfikir kritis dalam menaggapi suatu
permasalahan. Sebagai sarana untuk menetapkan ilmu yang telah diperoleh
selama perkuliahan serta dalam menyikapi permasalahan dalam kehidupan
bermasyarakat.
2). Bagi program studi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang sebagai
acuan akademik yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
3). Bagi masyarakat sekitar area konservasi mangrove Desa Tambakrejo
Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang agar masyarakat lebih
sadar akan betapa pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Dan juga ikut
berperan dalam pelestarian lingkungan tersebut.
4). Bagi Bhakti Alam Sendang Biru sebagai bahan acuan dalam kegiatan
konservasi yang harus memperhatikan dampak dari kegiatan tersebut, baik
dampak negatif ataupun dampak yang positif. Agar nantinya masyarakat
sekitar dapat merasakan dampak dari kegiatan konservasi tersebut.
5). Bagi Pemerintah Kabupaten Malang khusunya Dinas kelautan dan Perikanan
dan juga PERHUTANI, dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai referensi dalam pembuatan kebijakan, khususnya dalam pelestarian
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam yang melibatkan masyararakat
-
6
sekitar sebagai pelaku utama. Bertujuan agar masayarakat lebih mandiri dan
mampu memanfaatkan segala aspek yang ada di sekitar mereka.
1.5. Definisi Konsep
1.5.1. Konservasi
Secara umum, konservasi mempunyai arti pelestarian yaitu melestarikan
atau mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara
seimbang (MIPL, 2010). Adapun tujuan dari konservasi adalah (1) mewujudkan
kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga
dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan
manusia, (2) melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang (Siregar, 2009).
1.5.2. Hutan Mangrove
Hutan mangrove sering kali disebut dengan hutan bakau. Akan tetapi
sebenarnya istilah bakau hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan
penyusun hutan mangrove, yaitu Rhizopora sp. Oleh karena itu, istilah hutan
mangrove sudah ditetapkan sebagai nama baku untuk mangrove forest (Dahuri,
1996).
Mangrove merupakan pohon yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut
(intertidal trees), ditemukan di sepanjang pantai tropis di seluruh dunia. Pohon
mangrove memiliki adaptasi fisiologis secara khusus untuk menyesuaikan diri
dengan garam yang ada di dalam jaringannya. Mangrove juga memiliki adaptasi
melalui sistem perakaran untuk menyokong dirinya di sedimen lumpur yang halus
-
7
dan mentransportasikan oksigen dari atmosfer ke akar. Sebagian besar mangrove
memiliki benih terapung yang diproduksi setiap tahun dalam jumlah besar dan
terapung hingga berpindah ke tempat baru untuk berkelompok (Kusmana, 1997).
1.5.3. Kesejahteraan
Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang
dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima. Namun demikian tingkatan
dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena
tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi
pendapatan tersebut. Pendapat lain mengatakan bahwa kesejahteraan adalah suatu
tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi
rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan
setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan
jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta
masyarakat (Sunarti 2012).
Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha yang terorganisir dan
memiliki tujuan utama meningkatkan taraf hidup masyrakat berdasarkan konteks
sosialnya. Di dalamnya juga tercakup unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti
luas yang terkait dalam berbagai kehidupan bermasyarakat seperti pendapatan,
jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi budaya, dan lain
sebagainya (sulistiati, 2004 dalam Huda 2009).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009
Tentang Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
-
8
1.5.4. Masyarakat
Masyarakat adalah golongan masyarakat kecil terdiri dari beberapa
manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan
pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hasan Shadily 1984:47). Pengertian lain
mengenai masyarakat adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas
banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dalam tiap-tiap kelompok
terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok. Sedangkan
menurut Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan dari pada segala
perkembangan dalam hidup bersama antar manusia dengan manusia (Abu Ahmadi
2003:97). Pendapat lain mengenai masyarakat adalah suatu kelompok manusia
yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-
sama ditaati dalam lingkungannya.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Pada
penelitian kualitatif peneliti dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang
diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh sumber data. Bukan apa yang dipikirkan
oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan,
yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh sumber data. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti itu sendiri bertindak sebagai instrument penelitiannya. Sebagai
instrumen penelitian, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas,
-
9
sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkonstruksi situasi
sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna (Sugiono,2008).
Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh disimpulkan dan diambil
poin-poin yang penting sesuai dengan fokus penelitian, yaitu tentang bagaimana
konservasi mangrove berkelanjutan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat sekitar di Desa Tambakrejo. Serta bagaiamana bentuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat setelah adanya upaya konservasi tersebut.
1.6.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru yang
terletak di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten
Malang. Desa Tambakrejo memiliki luas wilayah sebesar 2.700 ha dengan luas
pemukiman 146 ha Peneliti melakukan penelitian di Desa Tambakrejo karena
adanya area konservasi mangrove yaitu di pantai Clungup yang awal mulanya di
gagas oleh masyarakat sekitar dan kemudian sekarang di jadikan sebagai destinasi
ekowisata di Kabupaten Malang. Kegiatan penelitian ini juga akan dilakukan di
pemukiman sekitar area konservasi yaitu Dusun Tambakrejo agar peneliti dapat
mengetahui manfaat dari kegiatan konservasi tersebut bagi masyarakat sekitar.
1.6.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumplan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara
agar mendapatkan data yang valid. antara lain sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Informasi yang diperoleh dari hasil observasi, adalah ruang (tempat),
masyarakat, kegiatan, dan lainnya. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk
-
10
mengamati situasi dan kondisi di lapangan. selain itu, untuk memastikan tempat
penelitian sesuai dengan fokus penelitian yang akan diteliti. Beberapa bentuk
observasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipan,
observasi tidak terstruktur dan observasi kelompok yang tidak berstruktur.
Observasi partisipan (participant observation). Merupakan sebuah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan, di mana peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian informan
sebagai informasi. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan
tanpa menggunakan panduan (guide) observasi. Pada observasi ini, peneliti harus
mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok
terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus (Bungin 2003:115).
Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi
partisipan. Observasi partisipan mengharuskan peneliti melakukan pengamatan
secara langsung dan juga ikut bergabung dalam setiap aktifitas informan, dalam
hal ini peneliti diharuskan ikut dalam kegiatan Yayasan Bhakti Alam Sendang
Biru dan juga Masyarakat sekitar area konservasi mangrove di Pantai Clungup,
Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab, dengan bertatap muka antara peneliti dengan informan. Sebelum
melakukan wawancara peneliti dianjurkan untuk membuat pedoman wawancara.
-
11
Pedoman wawancara tersebut berfungsi untuk memfokuskan Tanya-Jawab
peneliti dan informan agar tidak keluar dari konteks pembahasan penelitian.
a). Wawancara Semi Terstruktur
Wawancara semi terstruktur adalah sebuah proses wawancaa yang
menggunakan pedoman namun susunannya di sesuaikan dengan kondisi di
lapangan. Wawancara semi terstruktur digunakan dalam penelitian ini karena
untuk mengantisipasi jika ada jawaban-jawaban dari informan yang tidak sesuai
dengan fokus penelitian. Dengan menggunakan wawancara semi terstruktur ini,
peneliti akan dengan mudah mengganti topik pertanyaan ketika menemui hal yang
tidak sesuai di lapangan.
3. Dokmentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumentasi bisa
berbentk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan
(life stories), cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumentasi berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumentasi
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012:240).
Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
informasi yang berhubungan dengan data-data tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan fokus penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini
dibedakan menjadi dua, yaitu dokumentasi yang diperoleh peneliti secara
langsung di tempat penelitian (foto, audio, dan video) dan dokumentasi yang
diperoleh dari pihak-pihak lain yang berkaitan dengan fokus peneltian.
-
12
1.6.4. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling, dengan menggunakan teknik sampel purposive sampling
.purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel informan atau sumber
dengan pertimbangan tertentu, biasanya pertimbangan ini diambil dari sampel
yang paling mengetahui fokus penelitian atau sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti melakukan penelitian. Informan dalam purposive sampling
juga berperan membuka ataupun mengenalkan dengan informan-informan yang
lain sehingga tujuan penelitian tercapai (Sugiyono, 2011:218).
Pada penelitian ini, peneliti memilih ketua atau pendiri Yayasan Bhakti
Alam Sendang Biru, dan beberapa anggota dari lemabaga tersebut, serta
masyarakat Desa Tambakrejo yang ikut berperan dalam kegiatan konservasi
mangrove tersebut. Diharapakan dengan pengambilan informan tersebut, peneliti
mampu mendapatkan informasi sesuai dengan fokus penelitian yang diteliti.
1.6.5. Teknik Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan secara bersamaan, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses analisa yang meliputi identifikasi (menyeleksi
kelayakan data), klasifikasi (memilih dan mengelompokkan data), dan kodefikasi
-
13
(proses memberi identitas pada penelitian yang terpilih). Proses reduksi data
berlangsung secara terus menerus. Data yang diperoleh dari lapangan perlu untuk
dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitive
dengan cara mengandalkan kecerdasan dan wawasan yang luas. Dengan
berdiskusi dengan orang lain yang dipandang mampu menguasai fokus penelitian.
Sehingga dapat membantu untuk mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan
dan pengembangan Teori yang signifikan (Sugiyono, 2011:247-249).
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi kemudian melakukan penyajian data. Dalam
penelitian kualitatif penyajian data ini dapat berupa bentuk tabel, grafik, phie
card, pictogram, atau sejenisnya. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, dapat memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh untuk menganalisis dan
mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian-
penyajian data tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dari verifikasi dilakukan saat proses pengumpulan
dilakukan. Kesimpulan-kesimpulan yang di dapat, diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan
lapangan yang telah diperoleh sebelumnya. dan adanya peninjauan kembali untuk
mengembangkan kesepakatan intersubjektif. Singkatnya, makna-makna yang
muncul dari data harus di uji kebenarannya dan kecocokannya.
-
14
1.6.6. Metode Keabsahan Data
Metode keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan triangulasi, berikut penjelasannya.
1. Triangulasi Sumber Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar keperluan pengecekan atau sebagai
perbandingan terhadap data itu. Triangulasi sumber data digunakan dalam metode
keabsahan data karena untuk memastikan bahwa data yang didapatkan atau
dikumpulkan sudah memenuhi syarat-syarat sesuai fokus penelitian.
Triangulasi dengan sumber data berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh yang dapat dilakukan
dengan cara, antara lain: (1) membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat, (5)
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. (Moleong,
2010:330-331). Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data berupa
triangulasi sumber. Jadi peneliti menggunakan sumber lain di luar informan untuk
memeriksa keabsahan data yang diperoleh selama di lapangan.
-
15
2. Sumber Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari
lapangan. Data primer adalah data yang utama dalam penelitian. Data primer
didapatkan dari hasil wawancara dan obsevasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, antara
lain: buku, surat kabar, jurnal, laporan penelitian terdahulu, profil desa, dan
lainnya. Fungsi dari data sekunder adalah untuk melengkapi data primer. Peneliti
mencari data mengenai fokus penelitian dari berbagai sumber untuk
memaksimalkan penelitian yang akan dilakukan.