bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/skripsi bab i.pdf1 bab i...

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja nantinya akan menginjak masa dewasa. Menurut bapak studi ilmiah, Hall ahli psikologi dan pendidikan (dalam Yusuf 2017) yang merupakan salah seorang “father of adolesence”. Ia meyakini melalui mekanisme evolusi, remaja dapat memperoleh sifat-sifat tertentu melalui pengalaman hidupnya yang kritis. Hall menyimpulkan bahwa remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 tahun yang penuh dengan topan dan tekanan. Topan dan tekanan adalah konsep Hall tentang remaja sebagai masa goncangan yang ditandai dengan konflik serta perubahan suasana hati. Menurut Hall (dalam Yusuf 2017) pikiran, perasaan dan tindakan remaja berubah-ubah antara kesombongan dan kerendahan hati, baik dari godaan, kebahagiaan serta kesedihan. Ada saat tertentu remaja mungkin bersifat sangat jahat, tetapi ada saat tertentu juga remaja tersebut bersikap sangat baik. Ataupun terdapat remaja yang ingin berada sendirian pada satu waktu tetapi beberapa waktu kemudian mencari teman untuk menemani kesendiriannya (Santrock, 2007). Hall berpendapat (dalam Yusuf 2017) bahwa remaja merupakan masa “strum and drang” yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi. Antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa. Selanjutnya, dia mengemukakan bahwa pengalaman sosial selama remaja dapat mengarahkannya 1

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dimana

seorang remaja nantinya akan menginjak masa dewasa.

Menurut bapak studi ilmiah, Hall ahli psikologi dan

pendidikan (dalam Yusuf 2017) yang merupakan salah

seorang “father of adolesence”. Ia meyakini melalui

mekanisme evolusi, remaja dapat memperoleh sifat-sifat

tertentu melalui pengalaman hidupnya yang kritis. Hall

menyimpulkan bahwa remaja adalah masa antara usia 12

sampai 23 tahun yang penuh dengan topan dan tekanan.

Topan dan tekanan adalah konsep Hall tentang remaja

sebagai masa goncangan yang ditandai dengan konflik

serta perubahan suasana hati.

Menurut Hall (dalam Yusuf 2017) pikiran, perasaan

dan tindakan remaja berubah-ubah antara kesombongan

dan kerendahan hati, baik dari godaan, kebahagiaan serta

kesedihan. Ada saat tertentu remaja mungkin bersifat

sangat jahat, tetapi ada saat tertentu juga remaja tersebut

bersikap sangat baik. Ataupun terdapat remaja yang ingin

berada sendirian pada satu waktu tetapi beberapa waktu

kemudian mencari teman untuk menemani kesendiriannya

(Santrock, 2007).

Hall berpendapat (dalam Yusuf 2017) bahwa remaja

merupakan masa “strum and drang” yaitu sebagai periode

yang berada dalam dua situasi. Antara kegoncangan,

penderitaan, asmara dan pemberontakan dengan otoritas

orang dewasa. Selanjutnya, dia mengemukakan bahwa

pengalaman sosial selama remaja dapat mengarahkannya

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

2

untuk menginternalisasi sifat-sifat yang diwariskan oleh

generasi sebelumnya.

Sedangkan menurut Konopka (dalam Yusuf 2017)

masa remaja meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun (b)

remaja madya: 15-18 tahun dan (c) remaja akhir: 19-22

tahun. Remaja merupakan masa dimana ia berada dalam

masa peralihan, dalam masa peralihan itulah remaja

sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan

yang serba sulit dan masa-masa membingungkan bagi

dirinya.

Pada pendekatan teori perkembangan, menjelaskan

bahwa intelegensi seseorang dipusatkan pada masalah

perkembangan intelegensi secara kualitatif dalam kaitannya

dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu.

Berbeda dengan pendekatan psikometris yang bersifat

kuantitatif, pendekatan teori perkembangan lebih bersifat

kualitatif.

Sebagai contoh, Piaget Ginsburg, Opper &

Hergenhahn (dalam Azwar 2017) mengawali konsepsi

mengenai test intelegensi dengan melihat pada respon-

respon yang salah dilakukan seseorang dalam tes

intelegensi. Tampak oleh Piaget bahwa terdapat pola

respon tertentu yang ada kaitannya dengan tingkatan usia

tententu pula. Studi selanjutnya meyakinkannya bahwa

memang terdapat perbedaan kualitatif dalam cara berfikir

seseorang pada masing-masing kelompok usia (Azwar,

2017).

Hal tersebut berkaitan antara tingkatan usia dengan

respon-respon yang akan dilakukan seseorang, termasuk

pada usia remaja. Masa remaja biasanya sangat

membutuhkan pengertian dan bantuan orang yang dicintai

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

3

dan dekat dengannya terutama orang tua atau

keluarganya. Karena keluarga sangatlah berperan dalam

membentuk kualitas diri pada seorang remaja.

Adapun fungsi keluarga adalah memberikan

pengayoman sehingga menjamin rasa aman. Oleh karena

itu, dalam masa kritisnya remaja sangat membutuhkan

realisasi fungsi tersebut yaitu fungsi orang tua ataupun

keutuhan keluarga. Yang dimaksud dengan keutuhan

keluarga ialah bahwa di dalam keluarga itu adanya ayah

disamping adanya ibu dan anak-anaknya. Apabila tidak ada

ayahnya atau ibunya atau kedua-duanya, maka struktur

keluarga sudah tidak utuh lagi (Gerungan, 1988). Sebab,

dalam masa kritis biasanya seseorang kehilangan pegangan

yang memadai dan membutuhkan pedoman dalam

hidupnya. Masa kritis ini pun biasanya diwarnai oleh

konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah

tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sulit

dikerjakan. Sehingga remaja biasanya mengalami putus

asa dan lain sebagainya.

D.Stoddard (dalam Azwar 2017) menyebutkan

bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah

yang bercirikan (a) mengandung kesukaran (b) kompleks,

yaitu mengandung bermacam jenis tugas yang harus dapat

diatasi dengan baik dalam arti bahwa individu yang

intelegen mampu menyerap kemampuan baru dan

memadukannya dengan kemampuan yang sudah dimiliki

untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah (c)

abstrak, yaitu mengandung simbol-simbol yang

memerlukan analisis dan interpretasi (d) ekonomis, yaitu

dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental

yang efisien dari segi penggunaan waktu (e) diarahkan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

4

pada suatu arah atau terget yang jelas (f) mempunyai nilai

sosial yaitu cara dan hasil pemecahan masalah dapat

diterima oleh nilai dan norma sosial (g) berasal dari

sumbernya yaitu pola pikir yang membangkitkan kreativitas

untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Walters dan Gardner (dalam Azwar 2017)

mendefinisikan bahwa seseorang dikatakan memiliki tingkat

intelegensi yang baik apabila memiliki suatu kemampuan

atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang

memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk

sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.

Stenberg, Frensch & Flyn (dalam Azwar 2017)

mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk

berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari

pengalaman.

Maka dari itu remaja sangat memerlukan orang tua

ataupun keluarga saat berada pada masalah ataupun

dalam masa-masa sulitnya. Ki Hajar Dewantara sebagai

tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah

kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu

turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu

gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak

bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk

memuliakan masing-masing anggotanya (Boty, 2016).

Namun apa jadinya jikalau masa remaja yang

dimana remaja ini menginjak masa kritis malah tidak

mendapatkan peran dari orang tua ataupun keluarga ?

Yaitu karena kematian kedua orang tua, tidak hanya salah

satu namun benar-benar kehilangan kedua-duanya, hal

tersebutlah yang membuat remaja sangat kehilangan peran

kedua orang tua, pastinya sangat kehilangan arah untuk

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

5

bangkit dan melangkah kedepan, padahal masa remaja

adalah masa dimana remaja sangat membutuhkan orang

tua untuk mengayomi dirinya dalam melangkahkan

perjalanan kehidupan selanjutnya.

Orang tua merupakan orang yang paling dekat

dengan anak, kebahagiaan sebuah keluarga akan membuat

kedekatan yang terjalin antara anak dengan orang tua

terjalin harmonis. Kedekatan itu akan membuat anak

merasa aman dan nyaman. Ketika remaja dihadapkan pada

suatu peristiwa yang tidak diinginkan dalam hidupnya,

maka remaja tersebut pasti akan merasa berat

menerimanya. Seperti peristiwa kematian, yang dapat

memisahkan hubungan komunikasi antara anak dengan

orang tua. Peristiwa ini akan sulit untuk diterima oleh

siapapun karena tidak ada satu orang pun yang benar-

benar siap ketika harus kehilangan orang yang disayang

dan dicintainya.

Peristiwa kematian juga dapat mempengaruhi proses

perkembangan, hal ini dikarenakan kematian itu dapat

menimbulkan duka yang mendalam bagi remaja dan rasa

duka itu pun juga menimbulkan rasa penolakan, tidak

mampu menerima kenyataan, perasaan putus asa,

menangis, resah, marah, perasaan bersalah, merasa

kehilangan, perasaan rindu dan perasaan tidak rela.

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan rasa duka

yang dialami subjek yaitu hubungan individu dengan kedua

orang tua saat kedua orang tuanya masih ada, proses

kematian, latar belakang keluarga, peran kedua orang tua

sebelum meninggal dan dukungan sosial dari kedua orang

tua sebelumnya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

6

Peristiwa tersebut selain akan membuat seorang

remaja yang mengalaminya menjadi shock dan terpukul,

mereka akan benar-benar mengalami kehilangan seseorang

yang sangat berarti dalam kehidupannya. Saat mengalami

kehilangan orang-orang yang dicintai, maka setiap orang

akan memberikan reaksi terhadap kehilangan tersebut

dengan berbagai cara. Tidak ada keabadian di dunia bagi

makhluk hidup, khususnya manusia, semuanya bersifat

fana. Kehidupan itu sendiri berjalan ibarat roda besar yang

menggelinding setiap saat, ada kalanya berada diatas, ada

kala nya di bawah (Yap, 2017).

Remaja berduka dengan cara yang biasanya hampir

sama dengan orang dewasa. Namun kerena pada tingkat

pertumbuhan ini remaja sering merasakan emosi yang naik

turun, mereka bisa menderita depresi karenanya. Remaja

bisa merasakan dampak yang sangat besar akibat

kesedihan yang mereka rasakan setelah putus hubungan,

perpisahan dengan orang tua atau bahkan kematian

seseorang yang dekat dengan mereka.

Remaja yang kehilangan ibu, jauh lebih merusak

dari pada kehilangan ayah. Alasannya, bahwa pengasuh

anak dalam hal ini harus dialihkan kepada sanak saudara

atau pengasuh lainnya dan lain-lain. Cara mendidik pun

mungkin berbeda dari yang digunakan ibu, mereka jarang

memberikan anak perhatian dan kasih sayang yang

sebelumnya ia peroleh dari seorang ibu.

Ibu adalah sosok yang sangat berperan penting

dalam kehidupan, selalu memberikan support dan nasihat-

nasihatnya terutama bagi seorang anak perempuan, karena

akan adanya rasa kekhawatiran pada dirinya jika sudah

menikah nanti ia harus lebih mandiri lagi. Sedangkan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

7

dengan bertambahnya usia, kehilangan seorang ayah akan

lebih menyakitkan dari pada kehilangan seorang ibu,

terutama bagi anak laki-laki.

Bagi anak laki-laki kehilangan seorang ayah bukan

hanya kehilangan kepala keluarga melainkan juga

kehilangan seseorang yang memberikan perlindungan, rasa

aman serta kehilangan seseorang yang selama ini

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kematian salah

satu bahkan kedua orang tua pasti menyisakan luka yang

mendalam bagi remaja.

Apalagi ketika remaja harus kehilangan kedua-

duanya, yaitu sosok ibu dan ayah. Tak heran jika remaja

mengalami shock dan sangat terpukul. Krisis yang

ditimbulkan akibat kehilangan orang tua memiliki dampak

yang sangat serius pada tahap perkembangan remaja.

Masa remaja yang merupakan tonggak penting dalam

pembentukan identitas tentunya sangat membutuhkan

dukungan dari orang-orang yang dicintainya, dalam hal ini

adalah orang tua. Orang tua yang memberikan dan

menanamkan nilai-nilai dasar, menyediakan dan

memberikan kasih sayang, memberikan dukungan baik

berupa moril maupun materil, serta menjadi sosok yang

dapat dibanggakan bagi anaknya.

Kehilangan orang tua bagi kelompok usia remaja

merupakan salah satu contoh dari situasi yang sangat

buruk, sehingga dapat menimbulkan keputus-asaan dan

tampak tidak memiliki harapan hidup. Frankl mengatakan

bahwa kehidupan manusia dapat mengandung arti sampai

momen kehidupannya yang terakhir. Jika hidup benar-

benar memiliki makna, maka harus ada makna di dalam

penderitaan, karena penderitaan merupakan bagian tak

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

8

terpisahkan dari kehidupan manusia, meskipun penderitaan

itu merupakan nasib dan dalam bentuk kematian, tanpa

penderitaan dan kematian, hidup manusia tidak sempurna

(Frankl, 2017).

Namun penderitaan tersebut memiliki makna ganda,

yaitu membentuk karakter sekaligus membentuk kekuatan

atau ketahanan diri. Bagaimana individu harus menjaga

dirinya agar tidak menyerah ataupun berpangku tangan

pada orang lain. Kondisi individu yang terkadang mudah

menyerah dan terlalu dini untuk menerima suatu keadaan

buruk sebagai takdir, ini disebabkan oleh tidak jelasnya

makna hidup dan visi kehidupan individu yang

bersangkutan.

Proses perjalanan hidup tentu saja tidak luput dari

berbagai masalah, sejak kita lahir, seorang bayi pun sudah

dihadapkan pada masalah untuk menyesuaikan diri dengan

dunia di luar rahim ibundanya, menyesuaikan dengan rasa

dingin, rasa panas, lapar dan sebagainya. ketika beranjak

remaja, remaja menjadi masa untuk mempersiapkan diri

menjadi manusia dewasa.

Dalam prosesnya ada remaja yang sukses melalui

masalah-masalah namun adapula beberapa diantaranya

kesulitan dalam mentukan identitas dirinya. Masalah-

masalah yang dialami tentu saja tidak terhindarkan dan

perlu penerimaan yang besar ketika banyak hal tidak

tercapai sesuai dengan harapan (Pratiwi, 2017).

Cara untuk menghadapi hal tersebut adalah

perlunya visi yang baik tentang tujuan hidup, tujuan hidup

bisa dicapai apabila sejak dini individu menekankan pada

makna hidup yang baik. Makna hidup yang akan membuat

individu itu memiliki keinginan untuk menjadi orang yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

9

berguna bagi orang lain maupun diri sendiri. Makna hidup

yang akan membuat individu itu mampu bertahan dalam

penderitaan hidupnya. dengan adanya makna hidup,

individu diajak untuk terus berjuang dalam penderitaan

hidup.

Pada umumnya, individu-individu yang depresif-

histeris akan cenderung pada anomali atau kelainan

suasana hati yang depresif, orang-orang yang cenderung

menjadi depresif itu biasnya sangat bergantung pada kasih

sayang dan penghargaan orang lain. Sehingga apabila

mereka itu merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang

dicintai, maka munculah kemarahan-kemarahan primitif

yang hebat (Kartono, 1986).

Remaja biasanya bisa sampai menutup diri, tertekan

dan mudah marah dalam situasi-situasi yang seperti ini.

Mereka mungkin dahulunya lebih suka mendapatkan

dukungan dan menghabiskan waktu bersama teman-

teman, dari pada dengan keluarga. Namun setelah remaja

benar-benar merasakan kehilangan orang tua, remaja akan

merasakan perubahan yang sangat berbeda dan biasanya

akan menimbulkan dampak terhadap perkembangannya,

remaja yang mampu memahami kehilangan sebagai suatu

hal yang positif maka akan melaksanakan tugas

perkembangannya dengan baik, seperti mampu mencapai

perilaku sosial yang bertanggung jawab dan mencapai

kemandirian emosional.

Sebaliknya, remaja yang tidak mampu memahami

kehilangan sebagai suatu hal yang positif maka akan

mengalami masalah dalam perkembangannya. Adapun

masalah yang paling mendasar pada remaja yaitu

kurangnya kasih sayang yang seharusnya diperoleh remaja.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

10

Remaja yang tidak mendapatkan kasih sayang akan

berusaha mendapatkan apa yang seharusnya diperoleh.

Kasih sayang adalah hal mutlak yang harus diperoleh setiap

individu, khususnya remaja.

Karena masa remaja adalah masa yang rentan,

ketika remaja kehilangan figur yang seharusnya dapat

memberikan kasih sayang sebagaimana yang mereka

inginkan, maka mereka akan melampiaskannya misalnya

dengan menunjukkan kesedihan dengan bertingkah marah

untuk menutupi apa yang mereka rasakan di dasar hati

mereka, namun ada juga remaja yang pada akhirnnya

melakukan hal-hal berbahaya untuk melampiaskan

kesedihannya. Maka dari itu remaja memerlukan motivasi

utama guna meraih taraf kehidupan yang bermakna “the

meaning of life” (Bastaman, 2007).

Makna hidup (the meaning of life) merupakan

sesuatu hal yang sangat berharga, dianggap sangat

penting serta memberikan nilai khusus bagi seseorang,

kemudian layak dijadikan tujuan dalam hidup (the purpose

in life), (Bastaman 2007). Makna hidup menurut Frankl

adalah suatu usaha pemenuhan diri dan aktualisasi diri

dengan tidak berfokus pada diri melainkan dengan cara

mengkhayati kualitas dan tujuan hidup. Makna hidup

sangatlah khas dan unik bagi setiap individu, dapat

dikemukakan dalam semua situasi termasuk penderitaan

dan kematian. Meski tanpa adanya orang-orang tersayang

menemani langkah dalam perjalanan hidup, maka makna

hiduplah yang kemudian akan menjadi sesuatu yang khas

dan unik bagi setiap individu.

Makna hidup dan sumber makna hidup dapat

ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, khususnya pada

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

11

pekerjaan ataupun aktivitas yang dilakukan, dalam

keyakinan dan harapan serta iman pada diri. Bila hal

tersebut berhasil dipenuhi maka akan membuat seseorang

merasakan hidupnya berarti dan pada akhirnya akan

menimbulkan perasaan bahagia (happiness).

Kebahagiaan bukanlah suatu tujuan tetapi

kebahagiaan merupakan efek samping dari makna hidup

yang telah manusia raih. Kebahagiaan tidak dapat dikejar

dan ditangkap melainkan ia timbul secara spontan dari

pemenuhan arti pencapaian diluar diri. Makna hidup

mengandung sebuah pengertian yang menunjukkan

bahwa dalam makna hidup terkandung juga banyak tujuan

hidup yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi,

mengingat antara makna hidup dan tujuan hidup tak dapat

terpisahkan maka untuk keperluan praktis pengertian

“makna hidup” dan “tujuan hidup” itu disamakan. Hal yang

paling utama dalam hidup adalah bertanggung jawab untuk

menemukan jawaban-jawaban yang tepat dari semua

permasalahan hidup dan menyelesaikan tugas-tugas yang

terus menerus disodorkan oleh hidup kepada masing-

masing individu (Frankl, 2017).

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa

makna hidup adalah proses penemuan dan pencarian

makna pada diri dan merupakan alasan mendasar yang

datang dari dalam diri individu (intrinsik) untuk meraih

tujuan, melanjutkan kehidupan dan menjadi individu yang

lebih baik lagi agar kemudian merasakan hidup bermakna

dan berharga yang pada akhirnya akan menimbulkan

perasaan bahagia. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa

kehidupan terkadang baru memiliki makna yang nyata

setelah individu yang bersangkutan dihadapkan pada

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

12

situasi yang penuh penderitaan. Dalam keadaan yang

demikian, beberapa remaja yang tidak memiliki orang tua

hidup sebatangkara mengalami krisis, baik krisis

kepercayaan, krisis diri dan lain-lain.

Oleh karena itu remaja idealnya memerlukan

dukungan dan peran dari keluarga serta orang-orang

terdekat sebagai penyemangat dalam hidup, pemberi

dukungan ataupun teman yang bersedia mendengarkan

mereka, remaja yang tidak lagi memiliki orang tua,

keluarga ataupun saudara dan tidak mendapatkan lagi

perhatian serta kasih sayang dari keluarga maka akan sulit

untuk bertahan dan melanjutkan hidupnya. Tentu hal ini

bertentangan dengan fenomena yang ada dalam

masyarakat, biasanya menganggap mustahil bagi seorang

remaja apabila mampu bertahan tanpa kedua orangtua,

saudara ataupun keluarga.

Namun faktanya, terdapat beberapa remaja yang

hidup sebatangkara, orangtua telah meninggal dunia,

remaja merupakan anak tunggal, tidak memiliki saudara

ataupun keluarga, benar-benar menjalani hidup sendirian

tetapi masih mampu bertahan melanjutkan hidup dengan

penuh semangat tanpa terlihat beban dalam hidupnya. Hal

ini menyebabkan remaja berjuang sendirian dalam

mempertahankan hidup dan berusaha menemukan makna

dalam hidupnya.

Dari beberapa observasi yang dilakukan peneliti,

terdapat beberapa remaja yang hidup sebatangkara, tidak

memiliki kedua orangtua, remaja merupakan anak tunggal,

tidak memiliki saudara dan benar-benar menjalani hidup

sendirian. Hal ini menyebabkan remaja berjuang sendirian

dalam mempertahankan hidup. Selaras dengan hasil

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

13

wawancara awal pada subjek pertama berinisial BAA

(perempuan) usia 21 tahun bertempat tinggal di

maskarebet km 10 pada senin, 1 juni 2019 pukul 13.00

WIB. Subjek pertama menunjukkan tentang bagaimana

bertahan hidup dan mensyukuri hidup setelah ia ditinggal

kedua orang tua. Berikut petikan wawancara terhadap

subjek berinisial BAA :

“Dari kelas limo SD aku lah ditinggal ibuk aku pegi,

masok SMP bapak aku nikah lagi, banyak nian duka

yang sudah aku rasoi ini kareno harus nerimo

kehadiran sosok ibuk baru. Nah pas aku lah lolos

sekolah, awal masok kuliah nian di semester satu,

lah bapak aku pulok meninggal. Mano aku ni jugo

anak tunggal, katek saudara, ditambah lagi dak lamo

itu ibuk tiri aku melepaske tanggung jawab, dak nak

ngerawat aku lagi. Sudah, pasrah bae inilah takdir

aku yang harus ngejalanke edop dewekan

sebatangkara, tapi dak papo aku bakal buktike kalo

aku kuat jalanke edop mak ini, aku yaken edop aku

kedepannyo bakal lebih baek. Allah ngasih cobaan

mak ini kareno Allah tau kalo aku bakal sanggop

ngejalankenyo”

Berdasarkan petikan wawancara di atas, selaras

dengan salah satu aspek makna hidup, yaitu pemahaman

diri (self insight). Meningkatnya kesadaran atas buruknya

kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk

melakukan perubahan-perubahan ke arah kondisi yang

lebih baik. Individu memiliki kemampuan untuk mengambil

sikap yang tepat terhadap segala peristiwa, baik yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

14

bersikap tragis maupun yang sempurna. (Bastaman 2007).

Selanjutnya observasi dan wawancara yang dilakukan pada

subjek kedua berinisial IA (laki-laki) usia 17 tahun

bertempat tinggal di jalan Lantana IV kecamatan alang-

alang lebar. Pada senin, 1 juli 2019 pukul 15.00 WIB.

Berikut petikan wawancara dengan subjek berinisial IA :

“Awalnyo aku galak betanyo-tanyo ngapolah edop

aku cak ini, idak cak wong di luar sano punyo wong

tuo lengkap, punyo ayuk punyo kakak punyo adek

sedangke aku cuma dewekan, edop cak dak adil

bagi aku. Tapi aku jugo bepeker, kalo aku cak inilah,

galak ngeluh, pasti naseb aku dak bakal berubah,

itulah sekarang aku nak fokus bejuang ke gawean

aku yang sekarang, begawe nyari duet, ado

kesibukan jugo kan, kalu bae allah kagek pacak

ngangkat derajat aku”

Berdasarkan petikan wawancara di atas, selaras

dengan aspek makna hidup yakni pengubahan sikap

(changing attitude). Pengubahan sikap dari semula

bersikap negatif dan tidak tepat menjadi mampu bersikap

positif dan lebih tepat menghadapi masalah, kondisi hidup

dan musibah yang tak terelakkan. Karena seringkali bukan

peristiwa yang membuat individu merasa sedih dan terluka

namun karena sikap negatif menghadapi peristiwa tersebut

(Bastaman 2007). Selanjutnya observasi dan wawancara

yang dilakukan pada subjek kedua di akhir bulan juli pada

rabu, 31 juli 2019 pukul 15.30 WIB. Berikut petikan

wawancara dengan subjek berinisial IA :

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

15

“Mak inilah kenyataan edop yg harus ku jalanke,

edop masih panjang, aku sampai sekarang selalu

ingat pesan bapak dan mamak waktu aku maseh

kecik pas mereka beduo masih ado, nyuruh aku

supayo kagek pacak jadi wong sukses, itulah sampai

sekarang aku nak bejuang bener-bener, begawe

ngumpulke duet kareno pengen kuliah, supayo

kagek pacak wujudke pesan dari mamak dengan

bapak aku dulu, pacak jadi wong sukses. Walaupun

aku dak bakal pacak ketemu lagi dengan bak mak

lagi seidaknyo aku lah berusaha nak wujudke pesan

bak samo mamak ku dulu, walaupun dak mudah

bejuang dewekan”

Berdasarkan petikan wawancara di atas, selaras

dengan aspek makna hidup yakni keikatan diri dan

kegiatan terarah. Yaitu komitmen individu terhadap makna

hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan,

komitmen yang kuat akan membawa individu pada

pencapaian makna hidup yang lebih mendalam dan

kegiatan terarah merupakan upaya-upaya yang dilakukan

secara sengaja dan sadar berupa pengembangan potensi-

potensi maupun kegiatan positif lainnya haruslah terarah.

Dapat disimpulkan bahwa fenomena yang terjadi di

masyarakat bertolak belakang dengan fakta di lapangan.

Fenomena yang biasanya terjadi bahwa remaja yang tidak

lagi memiliki orang tua, keluarga ataupun saudara dan

tidak mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari

keluarga maka akan sulit untuk bertahan dan melanjutkan

hidupnya. Namun, dari fakta yang ditemukan bahwa ada

remaja yang sampai saat ini pun ia menjalani hari-hari nya

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

16

hanya seorang diri, tanpa saudara, tanpa ibu dan ayah,

namun masih bisa melanjutkan kuliah, tetap berjuang dan

bertahan melanjutkan hidup, walau hidup sebatangkara

dan penuh penderitaan dalam hidupnya namun ia tetap

terlihat bahagia, berusaha untuk selalu tersenyum melewati

hari-hari yang sepi tanpa kedua orang tua, saudara

ataupun keluarga, berusaha tegar, tidak mengeluh dengan

keadaan dan terus melanjutkan hidup dengan harapan

bahwa tujuan hidupnya harus tercapai.

Fokus penelitian ini yaitu mengenai gambaran

makna hidup pada remaja sebatangkara, menjalani

kehidupan sehari-harinya tanpa kedua orang tua, saudara

ataupun keluarga, benar-benar menjalani hidup hanya

seorang diri. Dari fakta yang sangat jarang ditemukan

tersebut maka penelitian ini layak untuk diteliti sehingga

harus dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Makna

Hidup Pada Remaja Sebatangkara Di Kota Palembang”.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan pada penelitian ini adalah bagaimana

gambaran makna hidup pada remaja sebatangkara

di kota Palembang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana gambaran makna hidup pada remaja

sebatangkara di kota Palembang

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

17

Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan

tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi

umum, psikologi perkembangan, psikologi

kepribadian, psikologi intelegensi, psikologi sosial

dan ilmu lainnya. Terutama memberikan

pengetahuan mengenai bagaimana gambaran

makna hidup pada remaja sebatangkara.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat

memberikan pemikiran, acuan ataupun pemahaman

mengenai bagaimana menemukan makna hidup

agar tercapai tujuan hidup kepada :

a. Remaja

Memberikan pemahaman kepada remaja untuk

dapat terus menjalani kehidupan serta berusaha

menemukan makna dalam hidupnya. Walaupun

sedang dalam situasi dan kondisi yang sangat sulit,

tetaplah hadapi dan jalani, karena setiap manusia

pasti mengalami tekanan dan masalah hidupnya

masing-masing, yang membedakan hanyalah cara

bagaimana seseorang tersebut mampu bertahan dan

bangkit disituasi serta kondisi apapun itu, maka

dengan adanya pengetahuan tersebut seorang

remaja punya cara untuk bangkit lalu menemukan

jalan keluar dari suatu keterpurukan yang dialami.

b. Orang Tua

Memberikan bekal ilmu kepada orang tua agar dapat

mengajak anak-anak nya untuk tetap menjalani

kehidupan dengan sebaik-baiknya, apapun situasi

dan kondisi yang dihadapi, tetaplah jalani untuk

benar-benar menemukan makna hidup yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

18

sebenarnya. Karena sang anak tidak akan selamanya

selalu bersama orang tua, dengan adanya

pengetahuan tersebut, orang tua dapat memberikan

bekal kepada anak, jikalau nanti datang pada masa

dimana orang tua dan anak tak dibersamakan lagi.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

makna hidup pada remaja sebatangkara, yakni remaja

tidak memiliki kedua orang tua lagi. Penelitian sudah

pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian

tersebut antara lain : Makna Kematian Orang tua Bagi

Remaja (studi fenomenologi pada remaja pasca kematian

orang tua) yang dilakukan oleh Nurhidayati, Lisya Chairani

(2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna

kematian orang tua bagi remaja. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan kualitatif. Adapun

pendekatan kualitatif digunakan untuk mengeksplorasi dan

memahami proses atau kejadian suatu fenomena maupun

konsep yang terlalu kompleks untuk diuraikan variabel-

variabel yang menyertainya.

Responden atau subjek pada penelitian ini

berjumlah sepuluh orang dengan karakteristik sebagai

berikut : (1) Remaja laki-laki dan perempuan yang

meninggal salah satu dari orang tuanya (2) Berusia antara

14-20 tahun, karena sudah mampu mendeskripsikan

tentang kematian (3) Remaja yang sudah meninggal salah

satu maupun kedua orang tua nya. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan metode wawancara

bersifat retrospektif mengingat peristiwa yang dialami

responden adalah peristiwa yang telah lama terjadi.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

19

Wawancara dilakukan beberapa kali bersama responden

dan informan tambahan yaitu pengasuh atau saudara

responden.

Analisis data dilakukan dengan koding terbuka pada

hasil verbatim yang diperoleh. Selanjutnya hasil koding

dikelompokkan sesuai dengan tema yang dimunculkan dari

verbatim. Keabsahan data pada penelitian ini dilakukan

dengan member checking (melakukan pengecekan hasil

verbatim kepada responden terkait kesesuaian data dengan

apa yang telah disampaikan kepada peneliti).

Suzanna (2018) dengan judul : Makna Kehilangan

Orang Tua Bagi Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja

Indralaya Sumatera Selata Studi Fenomenologi. Penellitian

ini bertujuan untuk mengetahui makna kehilangan orang

tua bagi remaja di Indralaya Sumatera Selatan. Penelitian

ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan

pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan

pengertian atau pemahaman tentang fenomena mengenai

apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu

latar yang berkonteks khusus dan alamiah. Adapun jumlah

infofman yang telah mengalami saturasi data sebanyak 6

informan. Penelitian ini dilakukan pada 10-28 april 2017 di

Panti Sosial Bina Remaja Sumatera Selatan Indralaya km

33 Ogan Ilir. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth

interview) dan catatan lapangan (field notes).

Teknik wawancara mendalam digunakan untuk

mengeksplorasi makna kehilangan dengan 10 pertanyaan

sebagai panduan wawancara yang berdasarkan pada fase

kehilangan menurut Kubler Rose. Setelah di dapatkan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

20

jawaban dari informan dalam bentuk pertanyaan lagi

dilanjutkan dengan analisa kualitatif. Dengan tahapan

analisa data kualitatif sebagai berikut: Memberi gambaran

pengalaman personal terhadap fenomena yang diteliti,

peneliti mulai dengan mendengarkan deskripsi verbal

partisipan, membaca dan membaca ulang deskriptif

tersebut. Membuat daftar pertanyaan yang signifikan.

Peneliti menemukan pertanyaan-pertanyaan tentang

bagaimana para partisipasinya mengalami berbagai

pengalaman mereka yang dibuat dalam suatu daftar

pertanyaan-pertanyaan yang signifikan. Mengelompokkan

pertanyaan yang signifikan tersebut dikumpul dalam suatu

unit data atau informasi yang lebih besar, yang disebut

“unit meaning” atau tema-tema. Menuliskan deskriptif atau

interpretasi apa yang dialami para partisipan terkait

fenomena yang diteliti. Yang disebut suatu deskriptif

terstruktural tentang suatu pengalaman, apa yang dialami

dan dilengkapi contoh-contoh verbatim para partisipan.

Menuliskan bagaimana pengalaman yang dialami

partisipan. Ini disebut dengan deskriptif struktural dan

peneliti merefleksikan pada setting atau fenomena yang

diteliti dialami oleh partisipan. Menuliskan deskripsi

gabungan (interpretasi data) yaitu dengan menggabungkan

deskripsi tekstural dan struktural. Ini yang disebut intisari

(essence) dari pengalaman para partisipan dan

mempresentasikan aspek inti dari studi fenomenologi yang

dituliskan peneliti melalui data. Pengambilan data ini

menghasilkan beberapa tema yaitu : (1) Kesedihan yang

mendalam dalam rentang berbeda (2) Hilangnya figur

orang tua (3) Kasih sayang yang berkurang (4) Tiada lagi

tempat berbagi (5) Kondisi keluarga yang tidak lagi utuh.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/6950/1/Skripsi BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja

21

Dari beberapa penelitian di atas, ada yang memiliki

persamaan judul maupun pembahasan yang dibahas dalam

skripsi peneliti. Namun persamaan itu hanya terdapat pada

variabel makna hidup pada remaja. Dan remaja yang tidak

memiliki salah satu orang tua saja, berbeda dengan

penelitian yang dilakukan peneliti, penelitian ini

memfokuskan pada remaja yang benar-benar tidak

memiliki kedua orang tua dan benar-benar hidup

sebatangkara.

Dalam beberapa penelitian tersebut tidak ada yang

membahas mengenai makna hidup pada remaja

sebatangkara di kota Palembang. Dari sini dapat

disimpulkan bahwa belum ada penelitian yang membahas

kajian yang akan diteliti oleh peneliti.