bab i pendahuluan 1.1. latar belakangeprints.unisnu.ac.id/371/2/bab 1,ii, dan iii.pdfdan menyusun...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka Peningkatan Pembangunan secara nasional pemerintah
berusaha mengembangkan segala daya yang ada terutama meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) karena SDM merupakan titik tolak sarana
peningkatan pembangunan, tanpa ada pengelolaan SDM dengan baik dan
berkualitas maka tujuan yang akan diharapkan pada institusi yang ada tidak
akan terwujud. Di lain pihak, kepopuleran istilah dan pentingnya sumber
daya manusia dalam konteks akademi / penelitian mendapat porsi yang
tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan yang lain. Secara teoritis
bahwa pengadaan sumber daya manusia diperhitungkan secara terencana
sesuai dengan fungsi dan tujuannya, pegawai yang direkrut diharapkan
mempunyai motivasi serta inovasi kerja yang tinggi, sehingga dapat selalu
meningkatkan Kinerja pegawainya dan selanjutnya akan dapat mencapai
produktivitas yang diinginkan.
Program pengembangan sumber daya manusia memenuhi kebutuhan
organisasi bagi orang-orang bermotivasi baik dan efektif untuk mencapai
hasil-hasil yang ingin dicapai dalam waktu singkat, dan untuk menyiapkan
mereka menerima tantangan yang lebih besar di masa datang yang berasal
dari pembaharuan atau pertumbuhan. Mereka akan menyatukan program
manajemen karier yang seluruhnya terintegrasi dengan hasil kerja dan
1
1
2
program manajemen penghargaan. Hal ini akan memastikan bahwa
organisasi memiliki orang-orang yang diperlukannya untuk menyiapkan
sukses manajemen, masing-masing diberikan petunjuk dan bantuan yang
mereka perlukan untuk menyadari potensi mereka dan mengembangkan
kemampuan mereka, khususnya untuk mereka sendiri, pelatihan dan
Promosi jabatan diyakini dapat meningkatkan Kinerja pegawai agar
terwujudnya Kinerja pegawai yang lebih baik.
Pelatihan adalah dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan
berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu
yang relatif singkat atau lebih pendek dari pendidikan yang bersifat formal.
Pelatihan pegawai dalam organisasi/pemerintah sangat penting artinya
dalam rangka memajukan organisasi/pemerintah yang bersangkutan, lebih-
lebih apabila pengetahuan dan teknologi makin berkembang dengan pesat.
Pada dasarnya pendidikan dan latihan itu merupakan proses yang berlanjut
dan bukan proses sesaat saja munculnya kondisi-kondisi baru, sangat
mendorong pemimpin organisasi/pemerintah untuk terus memperhatikan
dan menyusun program-program latihan dan pendidikan yang kontinyu serta
semantap mungkin.
Pengertian Promosi jabatan adalah perpindahan dari suatu jabatan ke
jabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi,
yang biasanya disertai dengan peningkatan gaji atau upah lainnya walaupun
tidak selalu demikian. Suatu motivasi yang menonjol yang mendorong
3
seseorang untuk berpartisipasi aktif dalam suatu organisasi antara lain
adalah kesempatan untuk Kinerja pegawai.
Kiranya merupakan sifat dasar pada manusia pada umumnya untuk
menjadi lebih baik, lebih maju dari posisi yang dipunya saat ini. Karena
itulah mereka pada umumnya menginginkan Kinerja pegawai dalam
hidupnya. Kesempatan untuk maju itulah di dalam suatu organisasi sering
disebut sebagai Promosi jabatan (penarikan jabatan) suatu Promosi jabatan
berarti pula perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain yang
mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Hal ini berarti
bahwa kompensasi (penerimaan upah/gaji dan sebagainya) pada umumnya
lebih tinggi bila dibanding dengan jabatan lama. Kinerja pegawai Pegawai
sendiri selain dipengaruhi oleh motivasi kerja Pegawai itu sendiri, juga
dipengaruhi oleh lingkungan pemerintah. Motivasi manusia bekerja itu
sendiri salah satunya adalah karena kebutuhan akan Kinerja pegawai yaitu
suatu keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan tantangan untuk
kemajuan dan pertumbuhan dalam mengembangkan karir bagi setiap
pegawai.
Kinerja pegawai adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas, tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
Berdasarkan Peraturan Bupati Jepara Nomor 51 Tahun 2010 Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan dan kebijakasanaan daerah serta
4
membantu dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
pengembangan nilai-nilai kebangsaan hubungan antar lembaga dan
penangan konflik, maka setiap pegawai harus mempunyai SDM yang
bermutu sebagai badan birokrat yang transparan dan mumpuni dalam
mengemban tugas dan pekerjaanya.
Ukuran Kinerja pegawai penanganan konflik di Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik menurut bidang kesatuan bangsa dan penanganan
masalah aktual bahwa semakin kecil jumlah penanganan konflik yang
terjadi maka semakin baik, tapi kenyataanya yang ada di bidang kesatuan
bangsa dan penanganan masalah aktual selama 3 (tiga) tahun ini penanganan
konflik mengalami fluktuasi naik turun itu di buktikan dengan tabel di
bawah ini
TABEL 1.1.
JUMLAH DEMOSTRAN / PENANGANAN KONFLIK
Tahun 2010 – 2012
TAHUN Bidang Politik Ekonomi
Kasus
Pemogokan
Kerja
Jumlah
Demonstrasi/
Unjuk Rasa
2010 4 4 1 9
2011 6 3 1 10
2012 4 11 1 16
Sumber: Bakesbangpol Kab. Jepara Bidang Penanganan Masalah Aktual
Melihat dari tabel diatas maka Kinerja pegawai merupakan unsur yang
paling dominan menentukan berhasil tidaknya tujuan pemerintah dalam
penanganan konflik. Untuk itu sumber dayamanusia yang merupakan salah
satu sumber daya utama organisasi dituntut supaya memiliki kualitas dalam
bidang pengetahuan, keterampilan, kreatifitas, inovasi, serta kemampuan
5
agar dapat merespon lingkungan masyarakat yang terus berubah dengan
baik.
Untuk mencapai kualitas sumber daya manusia itu sendiri dibutuhkan
melalui pelatihan. Pelatihan akan memberikan kesempatan bagi pegawai
dalam mengembangkan kemampuan serta keahlian baru dalam bekerja agar
apa yang mereka pelajari dan kuasai melalui pelatihan dapat menunjang
kebutuhan pekerjaan mereka secara efektif dan mampu menjadi tolak ukur
dalam peningkatan Kinerja pegawai dimasa mendatang,
Perlu diperhatikan juga bahwa yang terpenting bagi pegawai adalah
merasa dihargai, mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari pemerintah.
Salah satu bentuk penghargaan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan
eksistensi dirinya melalui kesempatan memanfatkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan serta pengalaman dalam suatu bidang pekerjaan sehingga
menghasilkan Kinerja pegawai yang baik.
Atas dasar pertimbangan tersebut, pemerintah bisa memberikan balas
jasa berupa materi maupaun non materi salah satunya berupa Promosi
jabatan jabatan. Adanya Promosi jabatan jabatan dalam pemerintah pada
dasarnya bertujuan memotivasi pegawai agar meningkatkkan prestasi kerja.
Pegawai yang mendapat Promosi jabatan jabatan harus memenuhi kriteria-
kriteria yang telah di tentukan sehingga dapat mempermudah Promosi
jabatan pegawai tersebut. Tetapi dari pengamatan penelitian penulis di
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabuaten Jepara terdapat beberapa
kasus yang terkait dengan masalah promosi jabatan tersebut. Dalam
6
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, jabatan yang akan di
Promosikan kepada para pegawai ditentukan berdasarkan daftar urut
kepangkatan, namun kenyataannya jabatan pegawai di Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Kabupaten Jepara diabaikan. sehingga para pegawai
yang sudah bekerja selama 15 tahun belum menerima promosi jabatan di
banding pegawai yang baru bekerja selama 5 tahun sudah menerima
promosi jabatan.
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik telah telah memberikan pelatihan
dan Promosi jabatan kepada pegawaianya, namun sampai saat ini belum
diketahui seberapa jauh pelatihan dan Promosi jabatan tersebut
mempengaruhi kinerja pegawai. Permasalahan yang dapat diidentifikasi
adalah seberapa besar pengaruh pelatihan dan Promosi jabatan terhadap
Kinerja pegawai pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Jepara.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengambil judul penelitian: Pengaruh Pelatihan dan Promosi jabatan
Terhadap Kinerja pegawai (Pada Studi Kasus Badan Kesatuan Bangsa
Dan Politik Kabupaten Jepara).
1.2. Ruang Lingkup
Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan penelitian
diperlukan adanya batasan-batasan terhadap permasalahan yang diteliti. Hal
ini diperlukan dengan maksud agar penulis tidak kelebihan atau kekurangan
dalam mengumpulkan data, sehingga penulis hanya mengumpulkan data
7
yang diperlukan saja. Untuk itu dalam penelitian ini penulis membatasi
masalah sebagai berikut ini.
1.2.1. Penelitian ini dilakukan dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan
pelatihan, Promosi jabatan Pegawaidan Kinerja pegawai.
1.2.2. Obyek penelitian yang diambil adalah pada Pegawai dari Badan
Kesatuan Bangsa Dan Politik Kabupaten Jepara
1.3. Perumusan Masalah
Permasalahan yang ada di Bakesbangpol adalah masih tingginya
konflik yang terjadi, padahal upaya untuk meningkatkan Kinerja pegawai
sudah dilakukan baik melalui peningkatan pelatihan maupun kegiatan
Promosi jabatan. maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.3.1. Bagaimana Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja pegawai pada
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara ?
1.3.2. Bagaimana Pengaruh Promosi jabatan terhadap Kinerja pegawai
pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara ?
1.3.3. Bagaimana Pengaruh Pelatihan dan Promosi jabatan terhadap
Kinerja pegawai pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara ?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1. Menganalisis pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja pegawai pada
Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Jepara.
1.4.2. Menganalisis pengaruh Promosi jabatan terhadap Kinerja pegawai
pada Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Jepara.
8
1.4.3. Menganalisis pengaruh Pelatihan dan Promosi jabatan terhadap
Kinerja pegawai pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara.
1.5. Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:
1.5.1 Secara teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input dalam
pengembangan ilmu pengetahuan atau teoritis yang berhubungan
dengan manajemen sumber daya manusia yang berhubungan dengan
pelatihan dan Promosi jabatan.
1.5.2 Secara praktis
1.5.2.1. Bagi Pimpinan
Dengan mengetahui Kinerja pegawaiyang dipengaruhi
faktor – faktor tersebut, maka dapat menjadi pertimbangan
manajer dalam meningkatkan Kinerja pegawaipada Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara.
1.5.2.2. Bagi Akademis
Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan
pertimbangan apabila pihak lain mengadakan penelitian yang
ada hubungannya dengan judul diatas dan sebagai informasi
tambahan untuk penelitian.
1.6. Sitematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan memuat 5 bab yang masing – masing akan
diuraikan hal – hal sebagai berikut:
9
BAB I : Pendahuluan, merupakan pendahuluan yang mencakup : latar
belakang , perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan
penelitian.
BAB II : Tinjuan pustaka, berisi landasan teori Pengertian dan tujuan
manfaat pelatihan dan Promosi jabatan yang mempengaruhi
Kinerja pegawai, Kerangka Pikir Teoritis, Hipotesis.
BAB III : Metode Penelitian, mendekripsikan bagaimana penelitian akan
dilaksanakan secara operasional, populasi dan sampel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan
data dan metode analisis data.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan mendekripsikan objek penelitian secara
umum, gambaran tentang responden dari pegawai Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara, analisis data dan
pembahasan.
BAB V : Kesimpulan dan saran, menerangkan kesimpulan secara singkat
apa yang di peroleh dari penelitian, kemudian diberi saran – saran
yang sekiranya berguna bagi pemerintah atau pihak terkait.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pelatihan
2.1.1. Pengertian Pelatihan
Pengertian pendidikan dan latihan adalah dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik
pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat (pendek)
(Susilo Martoyo, 2007:55).
Umumnya suatu latihan berupaya menyiapkan data Pegawai
untuk melakukan pekerjaan, pekerja yang pada saat itu dihadapi dalam
rangka proses latihan (maupun pendidikan untuk pengembangan lebih
lanjut), perlu dilaksanakan penilaian kebutuhan latihan tersebut,
tujuan ataupun sasaran progam, isi progam dan prinsip belajar (Wahyu
Sumidjo, 2005:23).
Sering terjadi bahwa strategi organisasi dapat menciptakan
kebutuhan akan latihan. Dapat juga diadakan suatu latihan sebagai
akibat adanya tingkat kecelakaan atau pemborosan yang cukup tinggi,
yang dapat menurunkan semangat kerja dan motivasi yang sangat
rendah serta atau masalah-masalah operasional lainnya.
Dari definisi di atas jelas bahwa pengembangan atau
pendidikan lebih bersifat fisolofis dan teoritis, dibandingkan dengan
kegiatan latihan (training), lagi pula pengembangan/ pendidikan lebih
10
11
diarahkan untuk golongan manager sedangkan progam latihan
ditujukan untuk golongan non manager untuk mengetahui lebih jelas
perbedaan trainning dan development tersebut Susilo Martoyo
(2007:55).
Gambar 2.1.
Langkah –langkah Persiapan Progam Pendidikan Dan Latihan
Sumber : Susilo Martoyo, 2007:55
Dengan pendidikan, latihan dan pengembangan tersebut seperti
yang terlihat pada gambar 2.1. mencerminkan perilaku dan kondisi
yang diinginkan dan berfungsi sebagai standar-standar dengan Kinerja
pegawai individu dan efektivitas progam dapat diukur. Sedangkan isi
progam dapat ditentukan oleh identifikasi kebutuhan dan sasaran
latihan. Apapun isinya progam hendaknya memenuhi kebutuhan
organisasi dan individual peserta, agar isi progam efektif prinsip-
prinsip belajar harus diperhatikan, prinsip-prinsip ini adalah bahwa
progam bersifat partisipatif, relevan, repetitif (pengulangan) dan
pemindahan, serta memberikan umpan balik mengenai kemajuan para
peserta latihan semakin terpenuhinya prinsip prinsip tersebut, semakin
efektif suatu latihan. Meskipun harus tetap kita waspadai adanya
Penilaian dan
Identifikasi
kebutuhan
Sasaran
pendidikan
dan pelatihan
Isi Program
Prinsip-
prinsip
belajar
12
perbedaan kemampuan individu peserta–peserta latihan tersebut.
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumber
daya manusia.
2.1.2. Tujuan Pelatihan
Pelatihan Pegawaibertujuan dan bermanfaat bagi pemerintah,
secara keseluruhan pengembangan melalui pelatihan memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Meningkatkan Kinerja pegawai / produktivitas
Melalui pelatihan, Kinerja pegawaiakan meningkat baik kulitas
maupun kuantitasnya menjadi semakin baik, karena technical
skill, human skill dan managerial skill Pegawaimenjadi semakin
baik.
b. Efisiensi
Pelatihan yang diberikan kepada setiap Pegawaibertujuan untuk
meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku dan
mengurangi kerusakan peralatan produksi. Pemborosan berkurang
dan biaya produksi relatif kecil sehingga daya saing pemerintah
semakin besar.
c. Menekan kerusakan
Pelatihan yang diberikan kepada Pegawaibertujuan untuk
mengurangi tingkat kerusakan barang dan hasil produksi karena
dengan adanya pelatihan, Pegawai menjadi semakin ahli dan
terampil dalam melaksanakan pekerjaannya.
13
d. Menekan Kecelakaan
Pelatihan yang diberikan kepada Pegawaibertujuan untuk
mengurangi tingkat kecelakaan kerja Pegawai, sehingga jumlah
pengobatan yang dikeluarkan pemerintah menjadi berkurang.
e. Meningkatkan Pelayanan
Pelatihan yang diberikan kepada Pegawaibertujuan untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari Pegawaikepada
pemberi kerja atau pada konsumen, karena pemberi pelayanan
yang baik merupakan daya tarik yang sangat baik bagi rekanan-
rekanan pemerintah yang bersangkutan.
f. Moral
Pelatihan yang diberikan kepada pegawai bertujuan untuk
memperbaiki moral Pegawai menjadi lebih baik, karena keahlian
dan keterampilan sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka
lebih antusias dalam menyelesaikan pekerjaan, apapun akan
ringan jika kerja itu dilandasi nilai-nilai ibadah.
g. Karier
Dengan pelatihan, kesempatan untuk meningkatkan karier
Pegawai menjadi semakin besar, karena pelatihan dan prestasi
kerjanya lebih baik, semakin banyak pegawai mengikuti pelatihan
maka akan menambah ilmu dan pengetahuan yang baru sehingga
SDM semakin unggul dan Kinerja pegawai semakin baik. Dengan
demikian pelayanan akan maksimal dan karir akan mengikuti.
14
h. Konseptual
Dengan pelatihan yang diberikan kepada setiap Pegawai, manajer
atau pimpinan pemerintah akan semakin cakap dalam mengambil
keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human skill dan
managerial skill Pegawai menjadi semakin baik.
i. Kepemimpinan
Dengan pelatihan, kepemimpinan seorang manajer akan lebih
baik, human relation-nya lebih luwes, motivasinya lebih terarah
sehingga pembinaan kerja sama vertikal dan horisontal semakin
harmonis. ( Malayu S. P. Hasibuan, 2004:72).
2.1.3. Metode Pelatihan
Berbagai metode yang digunakan untuk memberikan pelatihan
pada Pegawai antara lain adalah sebagai berikut :
a. On The Job
Para peserta latihan langsung bekerja di tempat kerja untuk
belajar dan meniru suatu pekerjaan di bawah bimbingan seorang
pengawas. Metode latihan ini dibedakan menjadi 2 cara yaitu
sebagai berikut :
1) Cara informal, yaitu pelatih menyuruh peserta latihan untuk
memperhatikan orang lain yang sedang melakukan pekerjaan,
kemudian ia diperintahkan untuk mempraktekkannya.
2) Cara formal, yaitu pengawas menunjuk seorang Pegawai
senior untuk melakukan pekerjaan tersebut, selanjutnya para
15
peserta latihan melakukan pekerjaan sesuai dengan cara-cara
yang dilakukan Pegawai senior.
b. Vestibule
Vestibule adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas
atau bengkel atau ruangan tersendiri yang biasanya
diselenggarakan dalam suatu pemerintah industri untuk
memperkenalkan pekerjaan kepada Pegawaibaru dan melatih
mereka mengerjakan pekerjaan tersebut. Melalui percobaan
dibuat suatu duplikat dari bahan, alat-alat dan kondisi yang akan
mereka temui dalam situasi kerja yang sebenarnya.
c. Demontration and example
Demontration and example adalah metode latihan yang
dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-
cara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau
percobaan yang didemontrasikan.
d. Simulation
Simulation merupakan situasi atau kejadian yang
ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi
hanya merupakan tiruan saja. Simulasi merupakan suatu teknik
untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya
dari pekerjaan yang akan dijumpai, dengan simulasi peserta dapat
langsung praktek terhadap sesuatu sehingga mudah untuk
diaplikasikan dilapangan.
16
e. Apprenticeship
Apprenticeship adalah metode atau suatu cara yang dilakukan
untuk mengembangkan keahlian pertukangan sehingga para
Pegawaiyang bersangkutan dapat mempelajari segala sesuatu dari
pekerjaannya.
f. Classroom methode
Classroom methode adalah metode pelatihan yang dilakukan
dalam kelas yang meliputi lecture (pengajaran), conference
(rapat), proframmed instruction, metode studi kasus, role playing,
metode diskusi dan rapat. ( Malayu S. P. Hasibuan, 2004:77-78).
2.1.4. Indikator Penilaian Pelatihan
Berbagai faktor yang mempengaruhi dan menentukan dalam
pelatihan kerja yang ada dalam pemerintah yang diberikan pada pekerja
adalah sebagai berikut :
1. Materi program pelatihan ;
2. Perhatian pemerintah dalam memberikan pelatihan;
3. Dukungan pemerintah bagi pekerja mengikuti pelatihan di luar
4. Manfaat pelatihan dalam meningkatkan kemampuan pekerja.
2.2. Konsep Promosi Jabatan
Promosi jabatan memberikan peran penting bagi setiap Pegawai,
bahkan selalu dinantikan oleh para Pegawai. Adapun Promosi jabatan juga
adanya kepercayaan dan pengakuan mengenai kemampuan pegawai yang
bersangkutan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi.
17
Promosi jabatan adalah perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain
yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi, hal ini berarti
bahwa kompensasi (penerimaan upah/gaji dan sebagainya) menjadi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan jabatan lama. (M. Kadarisman, 2012:127).
Promosi jabatan akan selalu diikuti oleh tugas, tanggungjawab, dan
wewenang yang lebih tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya. Begitu
pula diikuti dengan peningkatan income serta fasilitas yang lainya. Dengan
Promosi jabatan berarti telah telah menunjukkan suatu bukti pengakuan atas
prestasi kerjanya.
Promosi jabatan bagi setiap pegawai yang berdasarkan asas keadilan
dan obyektivitas akan mendorong pegawai bekerja giat, bersemangat,
berdisiplin dan berKinerja pegawai yang semakin besar sehingga sasaran
pemerintah optimal dapat dicapai. Beberapa tujuan program Promosi
jabatan yaitu :
2.2.1. Untuk memberikan pengakuan, jabatan dan imbalan jasa.
2.2.2. Dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial
yang semakin tinggi dan penghasilan yang semakin besar.
2.2.3. Untuk mempertinggi semangat dan loyalitas kerja.
2.2.4. Untuk meningkatkan produktivitas kerja
2.2.5. Mengembangkan kreatifitas dan inovasi demi mencapai keuntungan
optimal pemerintah.
2.2.6. Memperluas pengetahuan dan pengalaman kerja Pegawai.
2.2.7. Mengisi kekosongan jabatan (M. Kadarisman, 2012:130).
18
2.3. Konsep Kinerja Pegawai
2.3.1. Pengertian Kinerja Pegawai
Kinerja pegawai atau performance yang berarti hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun
etika (Alek S. Nitisemito, 2005:89). Sedangkan Kinerja pegawai
menurut Mangkunegara (2000) Kinerja pegawai adalah hasil kerja
yang secara kualitas dan kuantitas dicapai oleh seorang Pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan padanya.
Kinerja pegawai adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang di
dasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
Kinerja pegawai adalah gabungan dari tiga faktor penting yaitu
berupa kemampuan dan minat bekerja, kemampuan dan penerimaan
atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi seorang
Pegawai (Wursanto, 2005:65).
Kinerja pegawai dapat ditunjukkan dari beberapa unsur yaitu;
(1) kesetiaan pegawai kepada pekerjaannya dan organisasi; (2) hasil
kerja pegawai baik secara kualitas maupun kuantitasnya dari uraiaan
pekerjaan; (3) kedisiplinan dalam mematuhi peraturan – peraturan
19
yang ada dan mengerjakan tugasnya sesuai dengan instruksi yang
diberikan; (4) tanggung jawab pegawai terhadap kebijaksanaan,
pekerjaan dan hasil kerjanya, saran dan prasaran yang dipergunakan,
perilaku serta hasil kerja dari bawahannya (Hasibuan, 2004:35).
Dalam bentuk usaha kecil dengan personalia sedikit, tidak sukar
untuk menetapkan siapa yang harus menilai. Pimpinan organisasi atau
organisasi itu sendiri biasanya bertindak sebagai penilai.
2.3.2. Penilaian Kinerja pegawai
Penilaian Kinerja pegawai adalah suatu proses dalam suatu
organisasi dalam menilai atau melakukan evaluasi Kinerja pegawai
dan hasil kerja dari pegawai atau pekerja (Susilo Martoyo, 2007:84).
Apabila penilaian terhadap Kinerja pegawai tersebut dilakukan
dengan baik, tertib dan benar, maka akan dapat membantu
meningkatkan motivasi dan sekaligus meningkatkan loyalitas
organisasional dari para pegawai. Hal itu tentunya akan
menguntungkan organisasi yang bersangkutan dalam hal ini adalah
organisasi atau instansi dimana orang – orang tersebut bekerja.
Penilaian Kinerja pegawai dilakukan untuk mengetahui
seberapa produktif seorang pegawai dan apakah ia dapat bekerja sama
atau lebih efektif pada masa yang akan datang, sehingga pegawai,
organisasi dan masyarakat semuanya memperoleh manfaat (Randall
S. Schuler, 2005:23). Beberapa indikator – indikator dalam penilaian
Kinerja pegawai;
20
2.3.2.1. Semangat kerja
Untuk menilai semangat kerja pegawai atau pegawai dapat
dilihatat dari kedisiplinan, tanggung jawab, kerjasama
loyalitas pegawai atau pegawai dalam melaksanakan tugas
pekerjaan
2.3.2.2. Cara Kerja
Cara kerja pegawai atau pegawai dalam melaksanakan
tugasnya dapat dilihat melalui kesediaan para pegawai
untuk berkerja secara efektif dan efisien.
2.3.2.3. Hasil Kerja
Hasil kerja ini bisa dilihat dari jumlah frekuensi diatas
standar yang ditetapkan.
2.3.3. Manfaat Penilaian Kinerja pegawai
Penilaian Kinerja pegawai (performance appraisal) pada
dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu
organisasi secara efektif dan efisien, penilaian Kinerja pegawai
individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi
secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui
kondisi sebenarnya tentang bagaimana Kinerja pegawai. Penilaian
Kinerja pegawai akan memberikan manfaat bagi organisasi antara lain
sebagai berikut;
21
2.3.3.1. Perbaikan Kinerja pegawai
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan
Pegawai, manajer dan departemen personalia dapat
memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka demi perbaikan
Kinerja pegawai.
2.3.3.2. Penyesuaian kompensasi
Evaluasi Kinerja pegawai membantu para pengambil
keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian
bonus dan bentuk kompensasi.
2.3.3.3. Keputusan-keputusan penempatan
Promosi jabatan, transfer dan demosi (penurunan
jabatan) biasanya didasarkan pada Kinerja pegawai dari
seorang pekerja pada masa lalu.
2.3.3.4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan
Kinerja pegawai kerja yang jelek mungkin
menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga dengan
Kinerja pegawai yang baik akan mencerminkan potensi yang
harus dikembangkan.
2.3.3.5. Perencanaan dan pengembangan karier
Umpan balik Kinerja pegawai seorang pegawai dapat
mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu tentang jalur
karier tertentu yang harus dititi.
22
2.3.3.6. Menunjukkan adanya penyimpangan - penyimpangan
dalam proses staffing
Kinerja pegawai yang baik atau jelek mencerminkan
kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen
personalia, kalau pegawai yang baik akan menjadi sebuah
kekuatan pada organisasi.
2.3.3.7. Memperlihatkan ketidak akuratan informasional
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan
kesalahan-kesalahan dalam informasi analisa jabatan,
rencana-rencana sumber daya manusia atau komponen-
komponen sistem informasi manajemen personalia lainnya.
Menguntungkan diri pada informasi yang tidak akurat (teliti)
dapat mengakibatkan keputusan-keputusan personalia yang
diambil menjadi tidak tepat.
2.3.3.8. Menunjukkan adanya kesalahan-kesalahan desain
pekerjaan
Kinerja pegawai yang jelek mungkin merupakan
suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Peniliaian
Kinerja pegawai membantu diagnose kesalahan-kesalahan
tersebut, sehingga dengan mengetahui kesalahan-kesalahan
maka akan memperbaiki Kinerja pegawai dari pada para
pegawai.
23
2.3.3.9. Kesempatan kerja yang adil
Penilaian Kinerja pegawai secara akurat akan
menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil
tanpa diskriminasi.
2.3.3.10. Tantangan-tantangan eksternal
Kadang-kadang Kinerja pegawai dipengaruhi oleh
faktor-faktor di luar lingkungan kerja, seperti keluarga,
kesehatan, kondisi finansiil atau masalah-masalah pribadi
lainnya. (Susilo Martoyo, 2007:86-87).
2.4. Pengaruh Pelatihan dan Promosi jabatan terhadap Kinerja Pegawai
Dilihat dari tujuan penilaian Kinerja pegawai yaitu menurut Susilo
Martoyo (2007:65) antara lain untuk: 1) mengidentifikasi para pegawai
mana yang membutuhkan pendidikan dan latihan; 2) menetapkan
kemungkinan pemindahan pegawai ke penugasan baru; dan 3)
mengidentifikasi para pegawai yang akan di Promosi jabatankan ke jabatan
yang lebih tinggi dan sebagainya.
Pelatihan yang diberikan pemerintah pada Pegawainya adalah
dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan
teknik pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat atau lebih
pendek dari pendidikan yang bersifat formal (Susilo Martoyo, 2007:55).
Program pelatihan yang diberikan pada pegawai dalam pemerintah sangat
penting artinya dalam rangka memajukan pemerintah yang bersangkutan,
24
lebih-lebih apabila pengetahuan dan teknologi makin berkembang dengan
pesat.
Pemberian kenaikan pangkat atau jabatan bagi pegawainya yang
berkinerja pegawai. Hal ini bertujuan untuk memberikan dorongan dan
semangat bagi pegawai agar semakin giat dan berkompetisi menciptakan
suatu kinerja pegawai yang baik.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian- penelitian terdahulu yang dijadikan acuan meneliti tentang
pengaruh pelatihan dan Promosi jabatan terhadap Kinerja pegawai bisa
dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
N
O
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitiaan Alat Analisis Hasil Penelitian
1.
2.
Pengaruh
faktor – faktor
kepuasan
komunaki
terhadap
Kinerja
pegawai
Kantor Pajak
Pratama
Jepara
(Arifin,2005)
Pengaruh
Pelatihan dan
Komunikasi
terhadap
Kinerja
pegawai
(Septiyana
nilam Prajanti
2012)
Komunikasi
Promosi
jabatan
Pelatihan
Komunikasi
Alat analisis yang
digunakan adalah
uji
validitas,reabilitas
regresi bergandan,
uji hipotesisi, uji t
dan F
Alat analisis yang
digunakan adalah
uji validitas,
reabilitas regresi
bergandan, uji
hipotesisi, uji t
dan F
Faktor–faktor
kepuasan komunikasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap Kinerja
pegawai
Pelatihan
berpengaruh positif
terhadap Kinerja
pegawai.
Komunikasi
berpengaruh positif
terhadap Kinerja
pegawai.
Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, dapat diketahui
perbedaan dan kesamaan dari penelitian sekarang. Perbedaan penelitian yang
25
Sumber : Sugiyono hal 10, 2007 (Kerangka untuk peneliti )
dilakukan oleh Arifin yaitu penelitian dengan judul Pengaruh faktor– faktor
kepuasan komunikasi terhadap Kinerja pegawai pada kantor pajak Pratama
Jepara, sedangkan peneliti meneliti tentang pengaruh pelatihan dan Promosi
jabatan terhadap Kinerja pegawai pada badan kesatuan bangsa dan politik
Kabupaten Jepara, Kesamaanya terdapat variabel Promosi jabatan pada
penelitian tersebut.
Dan yang dilakukan oleh Septiyana nilam Prajanti dengan judul
Pengaruh Pelatihan dan Komunikasi terhadap Kinerja pegawai sedangkan
peneliti meneliti tentang pengaruh pelatihan dan Promosi jabatan terhadap
Kinerja pegawai pada badan kesatuan bangsa dan politik Kabupaten Jepara,
persamaanya terdapat variabel pelatihan.
2.6. Kerangka Pikir Teoritis
Dari uraian di atas dan berdasarkan pada latar belakang masalah, dalam
penelitian ini untuk mempermudah dalam melakukan pembahasan, penulis
akan menggambarkan kerangka teoritis sebagai berikut ini.
Gambar 2.2.
Hubungan Pelatihan dan Promosi jabatan Dengan Kinerja pegawai
H1
H2
2.7. Hipotesis
Promosi Jabatan (X2)
Pelatihan (X1)
Kinerja Pegawai (Y)
26
Setiap melakukan penelitian, perumusan suatu hipotesis sangat penting.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang dikemukakan dalam perumusan masalah (Marzuki, 2005:56). Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
H1 : Diduga Pelatihan berpengaruh Positif terhadap Kinerja pegawai
Pegawai pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara.
H2 : Diduga Promosi jabatan berpengaruh Positif terhadap Kinerja
pegawai Pegawai pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.1.1. Jenis Variabel dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data yang di peroleh,
penulis menggunakan rencana analisis data dengan cara menentukan
adanya dua variabel.
3.1.1.1. Independen Variabel (Variabel Bebas)
Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan
adalah sebagai berikut ini.
a. Pelatihan ( X1 ).
b. Promosi jabatan ( X2 ).
3.1.1.2. Dependen variabel (Variabel Terikat )
Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan
adalah Kinerja pegawai ( Y ).
3.1.2. Definisi Operasional Variabel
3.1.2.1. Variabel Pelatihan (X1)
Latihan dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan
kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat. Umumnya
suatu latihan berupaya menyiapkan data Pegawai untuk
melakukan pekerjaan.
27
28
Untuk mengukur pelatihan yang diberikan pada
Pegawai digunakan indikator sebagai berikut :
a. Materi program pelatihan
b. Perhatian pemerintah dalam memberikan pelatihan
c. Dukungan pemerintah bagi pekerja mengikuti pelatihan
di luar
d. Manfaat pelatihan dalam meningkatkan kemampuan
pekerja.
3.1.2.2. Promosi Jabatan (X2)
Perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang
mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi,
yang biasanya disertai dengan peningkatan gaji atau upah
lainnya walaupun tidak selalu demikian, yang dinyatakan
dalam satuan skor.
Untuk mengukur Promosi jabatan digunakan
indicator;
a. Kenaikan jabatan
b. Kenaikan gaji.
c. Kenaikan tunjangan.
d. Penambahan tugas dan wewenang.
29
3.1.2.3. Kinerja Pegawai (Y)
Merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
yang di dasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan serta waktu, yang dinyatakan dalam satuan
skor.
Untuk mengukur Kinerja pegawai pegawai digunakan
indikator sebagai berikut:
a. Kecakapan dalam menyelesaikan pekerjaan
b. Peningkatan kualitas hasil kerja
c. Prakasa dalam menyelesaikan pekerjaan
d. Senang atau tabah dalam menerima pekerjaan
e. Jujur dalam melaksanakan pekerjaan
f. Tingkat Kehadiran.
g. Kerjasama.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan dan diperlukan adalah
sebagai berikut ini.
3.2.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya (tidak melalui perantara), diamati dicatat dan
dikumpulkan untuk pertama kalinya (Marzuki, 2005:55). Dalam
30
penelitian ini data primer yang dibutuhkan adalah jawaban atas
kuesioner yang diajukan kepada responden.
3.2.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh penulis, misalkan dari biro statistik, majalah,
keterangan – keterangan dan publikasi lainnya (Marzuki, 2005:55).
Dalam penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan adalah
gambaran umum pemerintah, sumber daya manusia dan struktur
organisasi.
3.3. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/
subyek yang mempunyai kualitas dan karak teristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono,2007:61).
Berdasarkan penelitian tersebut dapat dijelaskan populasi
merupakan keseluruhan obyek/subyek yang diteliti. Dapat berupa
manusia,gejala – gejala atau peristiwa – peristiwa yang mempunyai
karakteristik tertentu serta merupakan sumber data dan menentukan
keberhasilan penelitian. Dalam penelitian ini adalah seluruh
Pegawai pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara sebanyak
20 Pegawai.
31
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin dipelajari mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
(Sugiyono, 2007:62 ) karena populasi kurang dari 100 maka
populasi di jadikan sempel sebanyak 20 Pegawai pada Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara kecuali peneliti yang tidak
termasuk dalam sampel ini.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode sampling jenuh yaitu
tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah
lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel. ( Sugiyono, 2007:68 )
Jadi tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel
adalah dengan tehnik sampel jenuh yaitu seluruh Pegawai pada
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jepara sebanyak 20 Pegawai.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut;
32
3.4.1. Kuesioner
Adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal – hal yang diketahuinya. (Arikunto:151).
3.4.2. Metode Wawancara
Adalah metode pengumpulan data dilakukan dengan tanya
jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan
pada tujuan penelitian. (Hadi, 2000 : 193).
3.5. Metode Pengolahan Data
Metode Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
langkah-langkah sebagai berikut ini.
3.5.1. Coding
yaitu proses pemberian kode tertentu terhadap aneka ragam
jawaban dari kueisioner untuk di kelompokkan dalam kategoro
yang sama.
3.5.2. Editing
Yaitu mengoreksi terhadap kemungkinan terjadinya
kesalahan-kesalahan terhadap data yang telah diperoleh
berdasarkan hasil penelitian.
3.5.3. Tabulating
Yaitu memasukkan data yang telah diklasifikasikan dalam
tabel yang telah disediakan.
33
3.5.4. Scoring
Yaitu mengolah data yang ada dengan cara memberi
penilaian data yang telah masuk serta memberi skor pada tiap-tiap
jawaban yang diperoleh dari setiap responden. Adapun skornya
adalah sebagai berikut :
a. Jawaban SS, (Sangat Setuju) bobotnya 5.
b. Jawaban S, (Setuju) bobotnya 4.
c. Jawaban N, (Netral) bobotnya 3.
d. Jawaban TS, (Tidak Setuju) bobotnya 2.
e. Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) bobotnya 1.
(Sugiyono 2001:88).
3.6. Metode Analisis Data
3.6.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui tingkat kevalitan dari
instrumen (kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data.
Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item
yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu
mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti.
Uji validitas ini diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap
skor indikator dengan total skor indikator variabel, kemudian
hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf
siginifikan 0,05. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan tinggi rendahnya validitas
34
instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Menurut (Sugiyono, 2007:138) “Cara yang digunakan
adalah dengan analisa Item, dimana setiap nilai yang ada pada
setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan total nilai seluruh
butir pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan
rumus korelasi “product moment”. Syarat minimum untuk
dianggap valid adalah nilai r hitung > dari nilai r tabel.
Adapun perhitungan korelasi product moment, dengan
rumus seperti yang dikemukakan oleh (Arikunto, 1998 : 220) :
2222 Y)(YnX)(Xn
Y)X)((XYnr
Dimana:
r = Koefisien korelasi variabel bebas dan variabel terikat
n = Banyaknya sampel
X= Skor tiap item
Y= Skor total variabel
Selanjutnya adalah membandingkan antara r hitung dan r
tabel yaitu bila r hitung lebih besar dari r tabel berarti data yang
diuji tersebut valid. Sebaliknya bila r hitung lebih kecil dari nilai r
tabel maka data yang diuji tersebut tidak valid.
35
3.6.2. Uji Reliabilitas
Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui
adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan
kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten
apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.
Menurut (Arikunto, 1998 : 145) “Untuk uji reliabilitas
digunakan Teknik Alpha Cronbach, dimana suatu instrumen
dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien
keandalan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih.
Pada penelitian ini perhitungan reliabilitas menggunakan
rumus alpha (Arikunto, 1998 : 138) sebagai berikut :
2
2
11
στ
σb1
1k
kr
Dimana:
N
N
xx
2
2
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyan
2b = jumlah varians butir
2t = jumlah varians total
Untuk mengetahui apakah data yang diuji reliabel atau tidak
dilakukan dengan membandingkan nilai reliabilitas yang
36
ditunjukkan oleh nilai alpha dengan nilai r tabel. Bila nilai alpha
lebih besar dari r tabel berarti data yang diuji tersebut reliabel.
Sebaliknya bila nilai alpha lebih kecil dari r tabel maka data yang
diuji tersebut tidak reliabel.
3.6.3. Analisis Regresi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui atau meramalkan
besarnya pengaruh Pelatihan (x1) dengan Kinerja pegawai (y),
pengaruh Promosi jabatan (x2) dengan Kinerja pegawai (y),
dengan asumsi variabel bebas yang lain dianggap tetap.
Rumusnya adalah (Sugiyono,2007 : 275):
y = a + b1x1 + b2x2
Keterangan :
y : Kinerja Pegawai
x1 : Pelatihan
x2 : Promosi jabatan
a : Nilai y kalau x1 = x2 = b1, b2, : Koefisien Regresi
3.6.4. Uji Asumsi Klasik
Analisis regresi yang digunakan untuk menguji pengaruh
Pelatihan dan Promosi jabatan terhadap Kinerja pegawai pada
Bakesbangpol Jepara yaitu dengan menggunakan analisis
regresi berganda. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam
analisis ini adalah;
37
1. Asumsi Normalitas
Pengujian asumsi ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel
independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal
atau mendekati normal. Suatu data dikatakan mengikuti
distribusi normal dilihat dari penyebaran data pada sumbu
diagonal dari grafik.
Dasar pengambilan keputusan (Singgih Santoso,
2000) adalah:
a. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi normalitas.
b. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi normalitas.
2. Multikolinearitas
Uji asumsi ini bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable
independen. Jika ada korelasi, maka dinamakan multiko.
Untuk mendeteksi terdapat tidaknya multiko didasarkan pada
nilai VIF (variance inflation factor) dan Tolerance. Dengan
kriteria pengambilan keputusan yaitu :
38
a. Mempunyai nilai VIF di bawah angka 10.
b. Mempunyai angka Tolerance di atas 0,1.
3. Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk
mendeteksi heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik
scatter plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED)
dan dengan residualnya (SRESID).
Jika ada titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur
seperti bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka
telah terjadi heterokedastisitas. Jika titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y tanpa membentuk
pola tertentu maka tidak terjadi heterokedastisitas.
3.6.5. Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah Pelatihan dan
Promosi jabatan secara simultan berpengaruh signifikan ataukah
tidak terhadap Kinerja pegawai.
Pengujian dilakukan dengan hipotesis:
Ho : X1 = X2 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara bersama – sama
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Ho : X1 > X2 = 0, artinya ada pengaruh secara bersama – sama antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
39
Alternatif lain untuk mengetahui pengaruh secara simultan adalah
dengan melihat nilai signifikansinya. Apabila nilai signifikansinya
yang terbentuk dibawah 5% maka dapat disimpulkan secara simultan
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan
variabel terikat, sebaliknya bila signifikansi terbentuk di atas 5%
maka secara simultan tidak terdapat pengaruh signifikan.
Kriteria pengujian:
Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti
variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
Apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha diterima, berarti
variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho 0 F Tabel F Hitung
Gambar 2.3.
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)
3.6.6. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah secara
parsial Pelatihan dan Promosi jabatan berpengaruh secara signifikan
terhadap Kinerja pegawai.
Pengujian dilakukan dengan hipotesa:
Ho : Xi = 0, menggambarkan tidak ada pengaruh positif antara
variable bebas terhadap variable terikat.
40
Ha : Xi > 0, menggambarkan ada pengaruf positif antara variabel
bebas dengan variable terikat.
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel, artinya secara
parsial variabel bebas tidak berpengaruh positif terhadap
variabel terikat.
2. Ho ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel, artinya secara
parsial variabel bebas berpengaruh positif terhadap variabel
terikat.
Alternatif lain untuk melihat pengaruh secara parsial adalah dengan
melihat nilai signifikansinya. Apabila nilai signifikansi yang
terbentuk di bawah 5% maka dapat disimpulkan secara parsial
terdapat pengaruh positif variabel bebas terhadap variabel terikat,
sebaliknya bila signifikansi yang terbentuk di atas 5% maka tidak
terdapat pengaruh positif.
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho Ho
0 ttabel thitung
Gambar 2.4.
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t)
3.6.7. Koefisien Determinasi R Square
Koefisien determinasi (R) digunakan untuk mengukur
presentase pengaruh variable-variabel bebas (pelatihan dan Promosi
41
jabatan) terhadap perubahan variabel tidak bebas (Kinerja pegawai),
yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut;
R = r2 x 100 %
Dimana :
R = Koefisien determinasi
r2 = Kuadrat koefisien korelasi