bab i konsepsi belajar dan pembelajaran

30
[email protected] BAB I KONSEPSI BELAJAR dan PEMBELAJARAN 1. Makna Belajar dan Pembelajaran Pembelajaran dilakukan senantiasa berasosiasi dengan asumsi-asumsi tentang belajar. Menurut Gagne (1975), belajar merupakan aktivitas mental-intelektual yang bersifat internal. Aktivitas belajar aktualisasinya adalah proses beroperasinya mental-intelektual anak. Indikator proses mental-intelektual dapat di lacak dari hasil operasi-operasi mental-intelektual tersebut. Hasil-hasil operasi mental-intelektual aktualisasinya berbentuk perubahan perilaku si belajar, berupa dimilikinya kemampuan kognitif baru seperti memperoleh informasi baru, fakta- fakta baru yang tidak dimiliki sebelumnya, memahami dan dapat menjelaskan konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan menilai. Selain itu, perubahan perilaku itu, juga diwujudkan anak berupa kemampuan-kemampuan afektif seperti penghayatan sikap, motivasi, kesediaan anak, penghargaan terhadap sesuatu dan sejenisnya. Di samping juga , perubahan perilaku anak tersebut 11

Upload: hafit-arifiandi

Post on 31-Jul-2015

90 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

[email protected]

BAB I

KONSEPSI

BELAJAR dan PEMBELAJARAN

1. Makna Belajar dan Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan senantiasa berasosiasi dengan asumsi-asumsi tentang

belajar. Menurut Gagne (1975), belajar merupakan aktivitas mental-intelektual yang

bersifat internal. Aktivitas belajar aktualisasinya adalah proses beroperasinya mental-

intelektual anak. Indikator proses mental-intelektual dapat di lacak dari hasil operasi-

operasi mental-intelektual tersebut. Hasil-hasil operasi mental-intelektual aktualisasinya

berbentuk perubahan perilaku si belajar, berupa dimilikinya kemampuan kognitif baru

seperti memperoleh informasi baru, fakta-fakta baru yang tidak dimiliki sebelumnya,

memahami dan dapat menjelaskan konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan

menilai. Selain itu, perubahan perilaku itu, juga diwujudkan anak berupa kemampuan-

kemampuan afektif seperti penghayatan sikap, motivasi, kesediaan anak, penghargaan

terhadap sesuatu dan sejenisnya. Di samping juga , perubahan perilaku anak tersebut

termanifestasikan dalam wujud perubahan keterampilan fisik anak yang berupa

kemampuan mengkordinasikan sistem otot-ototnya untuk melakukan gerakan-gerakan

keterampilan tertentu.

Beroperasinya mental-intelektual anak tersebut di atas, dapat terjadi manakala

ada obyek eksternal di lingkungan sekitar yang menstimulasinya. Obyek eksternal

yang dimaksud dapat berwujud data, fakta, peristiwa, problema, perintah, tugas,

penjelasan, dan sejenisnya. Ini berarti reaksi mental-intelektual tersebut tidak dapat

terjadi tanpa obyek eksternal yang merangsangnya. Jikalau reaksi mental-intelektual itu

tidak terjadi, maka gilirannya belajar itupun tidak terjadi.

11

Page 2: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

Terjadinya belajar (reaksi mental-intelektual) pada diri anak, memerlukan

obyek eksternal yang berupa peristiwa ataupun sistem lingkungan, yaitu serangkaian

kondisioning yang dapat merangsang terjadinya belajar pada diri anak. Aktivitas guru

yang berupa kegiatan penciptaan peristiwa atau sistem lingkungan, yang dimaksudkan

agar mental-intelektual anak terdorong dan terangsang untuk melakukan aktivitas

belajar disebut pembelajaran. Dalam kaitan ini Gagne (1975) mendefinisikan

pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang diciptakan dan dirancang untuk

mendorong, menggiatkan dan mendukung belajar siswa (Hanafi dan Manan, 1988:14).

Sedangkan Raka Joni (1980:1) menyebutkan, pembelajaran adalah penciptaan sistem

lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Penciptaan sistem lingkungan

berarti menyediakan seperangkat peristiwa-kondisi lingkungan yang dapat merangsang

anak untuk melakukan aktivitas belajar.

1. Faktor-Faktor Penentu Aktualisasi Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah kompleks mengingat aktualisasinya melibatkan dan

ditentukan oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor aktualisasi pembelajaran tersebut dapat

di lihat pada diagram berikut ini.

12

Page 3: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

Secara makro, faktor-faktor penentu pembelajaran tersebut aktualisasinya

didukung oleh sejumlah komponen yang meliputi komponen siswa sebagai raw input,

komponen tujuan pembelajaran sebagai out put, komponen guru, materi, media dan

manajemen pembelajaran sebagai instrumental input. Selain faktor instrumental,

terdapat pula faktor environmental dan structural. Faktor environmental yakni factor

yang tidak secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran, tetapi cukup mewarnai

perwujudan proses pembelajaran. Faktor environmental yang dimaksud misalnya

kondisi social ekonomi, kultural, filsafat masyarakat dan sejenisnya. Demikian pula

terdapat faktor struktural adalah setting formal kelembagaan, misalnya tujuan sekolah,

tujuan pendidikan, visi dan misi sekolah. Sehubungan dengan hal itu, berdasarkan

keseluruhan faktor penentunya, proses pembelajaran itu dapat didiagramkan

sebagaimana berikut ini.

13

Page 4: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

Sumber: Syamsudin, A, (1983:18), yang telah dimodifikasi oleh Suprihadi Saputro,

2004

2. Deskripsi Tindak Pembelajaran

Johnson dalam Raka Joni (1980) meninjau kompleksitas dengan

menyebutnya keanekaragaman tindakan pembelajaran seperti uraian berikut.

a. Dari segi jenis kegiatan guru:

pemberian penjelasan verbal.

demonstrasi.

pemeliharaan tata tertib kelas.

pengadaan dan pemeliharaan catatan-catatan.

penjagaan dan pembinaan kesehatan mental siswa.

penilaian hasil belajar.

b. Dari segi tujuan belajar yang ingin di capai:

tujuan kognitif.

tujuan afektif.

tujuan psikomotor.

c. Dari segi prinsip realitas dalam pembelajaran

dalam situasi nyata, seperti magang.

stimulasi dalam arti aspek-aspek tertentu pada situasi nyata yang diciptakan

sebagai setting belajar.

abstraksi, yaitu pengenalan realitas melalui simbol-simbol.

d. Dari segi komponen tingkah laku guru

(belajar) (mengajar)

drive......................pembangkitan motivasi

14

Page 5: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

cue........................pengarahan persepsi

response...................pemancingan response

reward.....................manipulasi reward

d. Dari segi kubu-kubu teori belajar, mengajar sebagai:

behavior modification (conditioning, stimulus response, dan operant conditioning)

cognitif restructuring (cognitive assimilation, discovery learning, inquiry approach,

dan problem solving)

identification/modeling.

3. Dimensi Pembelajaran Sebagai Sistem

Proses pembelajaran (proses belajar-mengajar) dapat dilihat sebagai sistem.

Sistem artinya kesatuan komponen yang saling berinteraksi (saling berhubungan) dan

berinterdependensi (saling bergantung satu dengan yang lain) dalam suatu proses

menuju tercapainya tujuan tertentu. Sistem mempunyai ciri-ciri: (1) terdiri atas

komponen-komponen (unsur-unsur), (2) antar komponen terjadi interaksi dan

interdepensi sebagai satu kesatuan, (3) tiap-tiap komponen memiliki fungsi masing-

masing, (4) setiap fungsi menjalankan tugasnya masing-masing, (5) Kesatuan

komponen yang menimbulkan nilai tambah, (6) terdapat proses (pemrosesan masukan

menjadi hasil). Oleh karena pembelajaran merupakan sistem, yang selanjutnya

disebut sistem pembelajaran maka sistem pembelajaran memiliki ciri-ciri

sebagaimana ciri-ciri sistem.

Komponen-komponen pembentuk proses pembelajaran menurut Moedjiono,

dkk. (1996:19--20), meliputi berikut ini.

Siswa, yakni seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi

pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

15

Page 6: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

Guru, yakni seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar,

katalisator kegiatan belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Tujuan, yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi

pada siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Perubahan perilaku

tersebut mencakup peruba-han koginitif, psikomotorik, dan afektid. Isi pelajaran,

yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk

mencapai tujuan.

Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mendapat informasi dari orang lain, dimana informasi tersebut dibutuhkan

mereka untuk mencapai tujuan.

Media, yakni bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan

untuk menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.

Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan

hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar

dan sekaligus mememberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan belajar

mengajar.

4. Dimensi Tujuan dan Hasil Pembelajaran

Dimensi tujuan dan hasil pembelajaran memiliki dua dimensi. Kedua dimensi

tujuan dan hasil tersebut, adalah berikut ini.

a. Instructional effects, yakni tujuan pengajaran yang secara eksplisit hendak

dicapai dalam proses pembelajaran. Tujuan ini berupa Tujuan Khusus

Pembelajaran. Dimensi instructional effect menurut taksonomi Benyamin S.

Bloom dalam Kibler (1974:90), mencakup tiga aspek, (1) aspek kognitif, (2) aspek

afektif, dan (3) aspek psikomotor. Sementara taksonomi tujuan pembelajaran

menurut Gagne meliputi lima kategori, yakni: (1) informasi verbal, (2)

16

Page 7: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) psikomotorik

(Saputro, Suprihadi,1993:26).

b. Nurturant effects, yakni tujuan pengiring sebagai tujuan sampingan yang

tercapainya akibat perilaku belajar yang dila-kukan anak. Tujuan ini aktualisasinya

pada pola peri-laku anak umpamanya: sikap kritis, terbuka, gemar membaca,

kemampuan mengemukakan pendapat dan sebagainya.

4. Dimensi Manajerial dalam Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran memiliki dua aspek manajemen.

a. Instructional Management, yakni manajemen yang berhubungan dengan

pengelolaan komponen-komponen pembelajaran. Dilihat dari fungsi perencanaan

pembelajaran, hasil kegiatan manajemen berupa rancangan pembelajaran atau

perencanaan pembelajaran, yang dituangkan dalam satuan pembelajaran.

Sedangkan fungsi-fungsi manajemen yang lain seperti fungsi pengorganisasian,

fungsi kordinasi, fungsi kontrol, dan lain-lain, terwujud secara integral dalam

tindak pembelajaran yang dilakukan guru.

b. Classroom Management, yakni tindakan guru yang mengacu pada penciptaan

iklim kelas agar kondusif bagi kegiatan belajar anak. Ruang lingkup kegiatan

manajemen kelas meliputi (1) penciptaan iklim sosial kelas, (2) penciptaan iklim

sosio-emosional kelas, dan (3) pengelolaan fisikal kelas.

5. Dimensi Proses dalam Pembelajaran

Pembelajaran mengimplisitkan adanya dimensi proses. Dari sisi proses,

pembelajaran terdiri atas beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi: tahap-tahap

pembelajaran, pendekatan, strategi, taktik, metode, teknik, dan prosedur pembelajaran.

a. Tahapan Proses Pembelajaran

Pembelajaran sebagai suatu proses kegiatan, terdiri atas tiga fase atau

tahapan. Fase-fase proses pembelajaran yang dimaksud meliputi, yaitu tahap

17

Page 8: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Jacobsen, Egen dan Kauchak,

1989:9--12).

Tahap Perencanaan. Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa bertolak dari

rencana yang matang. Perencanaan pembelajaran yang matang, berisi tentang

tujuan yang akan dicapai, materi atau isi pembelajaran yang relevan dengan tujuan,

interaksi belajar-mengajar yang cocok dengan tujuan, media dan sumber belajar

yang mendukung, materi - bentuk dan teknik evaluasi yang tepat untuk mengukur

pencapaian tujuan, serta alokasi waktu yang diperlukan.

Tahap Pelaksanaan. Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap

penerapan atas disain perencanaan yang telah dibuat guru. Hakekat dari tahap

pelaksanaan adalah kegiatan opera-sional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap

ini, secara operasional guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui

penerapan berbagai strategi, metode dan teknik pembelajaran, serta pemanfaatan

seperangkat media dan sumber-sumber pembelajaran yang telah direncanakan.

Tahap Evaluasi. Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian. Ada

dua aspek yang dijadikan sasaran penilaian, yakni: (1) proses pembelajaran yang

dilakukan guru, dan hasil-hasil instruksional. Penilaian atas proses pembelajaran

bertu-juan untuk mengkaji : (1) kesesuaian kegiatan operasional pembelajaran

dengan disain perencanaannya, dan (2) efektivitas dan efisiensi proses

pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil bertujuan untuk mengkaji tingkat

pencapaian tujuan pembelajaran oleh anak.

b. Aspek Pendekatan dalam Pembelajaran

Aktualisasi proses pembelajaran merupakan manifestasi dari penerapan aspek

pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi,

wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai guru tentang hakekat

pembelajaran. Pada tataran selanjutnya, konsepsi, wawasan dan asumsi tersebut gilir-

18

Page 9: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

annya akan mempengaruhi cara pandang, dan pola pikir guru dalam memahami hakekat

pembelajaran. Sebagai implikasi dari pemahaman guru tentang hakekat pembelajaran

tersebut, gilirannya akan menentukan tindak guru dalam perancangan maupun dalam

pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan perkataan lain pendekatan pembelajaran

gilirannya akan bermuara pada tindak pembelajaran yang dilaksanakan guru baik pada

tahap perencanaan maupun dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang aktual.

Seperti telah disebutkan bahwa proses pembelajaran terdiri atas komponen-

komponen. Masing-masing komponen memiliki aspek-aspek pembelajaran yang luas

barangkali seluas cara guru memandangnya. Karena itulah, maka cara pandang dan

wawasan teoritik yang digunakan oleh masing-masing guru mengenai aspek-aspek dari

tiap-tiap komponen pembelajaran menjadi sangat beragam. Keragaman wawasan teoritik

dan cara pandang guru mengenai aspek-aspek dari masing-masing komponen

pembelajaran tersebut, gilirannya akan mempengaruhi keragaman pendekatan

pembelajaran yang digunakan, baik pada tataran perencanaan maupun pada tataran

pelaksanaan pembelajaran.

Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari masing-

masing komponen pembelajaran, maka dalam setiap pembelajaran, akan tercakup

penggunaan sejumlah pendekatan secara serempak. Oleh karena itu, pendekatan-

pendekatan dalam setiap satuan pembelajaran akan bersifat multi pendekatan.

Penggunaan multi pendekatan dalam pembelajaran tersebut dapat dikaji, misalnya

dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, terdapat macam-macam pendekatan.

Untuk mengorganisasikan komponen-komponen perencanaan, misalnya guru dapat

menggunakan pendekatan sistem. Sementara dalam perumusan tujuan pembelajaran,

terdapat pendekatan behavioristik, yang mengharuskan rumusan tujuan pembelajaran

bersifat observable dan measurable. Dari target pencapaian tujuan pembelajaran,

terdapat berbagai pendeka-tan yakni pendekatan kognitif, pendekatan afektif,

pendekatan psikomotorik atau ketiga-tiganya. Demikian pula pendekatan-pendekatan

dalam kegiatan pembelajaran aktual, dikenal pula multi pendekatan. Dari sudut

aktivitas belajar siswa, dikenal beberapa pendekatan, yaknipendekatan belajar aktif,

19

Page 10: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

pendekatan belajar reseptif, pendekatan proses, pendekatan konsep. Dari sudut hubun-

gan guru-murid, dikenal pendekatan humanistik. Dengan demikian, dalam setiap proses

pembelajaran, akan berisi sejumlah pendekatan yang diterapkan secara serempak dari

masing-masing aspek dan komponen pembelajaran.

c. Aspek Strategi dan Taktik

Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi.

Strategi berkaitan dengan perwujudan proses pembelajaran itu sendiri. Strategi

pembelajaran berwujud sejumlah tindakan strategis guru. Keseluruhan tindakan guru

tersebut membentuk suatu pola dalam satu keutuhan yang integral. Nilai strategis suatu

tindakan guru dapat diuji dan dikaji berdasarkan rasionalitas dan keefektifan serta

efisiensi tindakan tersebut dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Bertolak dari

gambaran yang diuraikan tersebut di atas, maka strategi pembelajaran dapat diartikan

sebagai keseluruhan pola atau bentuk tindakan strategis guru dalam merealisasi

kegiatan pembelajaran untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

Terkait dengan pelaksanaan strategi adalah taktik pembelajaran. Taktik

pembelajaran berhubungan dengan tindakan teknis untuk menjalankan strategi.

Pelaksanaan strategi operasionalisasinya memerlukan kiat-kiat teknis, agar nilai

strategis setiap aktivitas yang dilakukan guru-murid di kelas dapat diwujudkan. Kiat-

kiat teknis tertentu terwujud dalam bentuk tindakan prosedural. Kiat teknis-prosedural

dari setiap aktivitas guru-murid di kelas tersebut dinamakan taktik pembelajaran.

Dengan perkataan lain, taktik pembelajaran adalah kiat-kiat teknis-prosedural dari

suatu tindakan guru dan siswa dalam pembelajaran aktual di kelas.

Kiat untuk melaksanakan prosedur aktivitas di kelas, di samping bersifat

terencana, juga bersifat kondisional dan transaksional. Artinya sejumlah aktivitas guru

maupun siswa dalam pembelajaran tidak semata-mata terpagu oleh perencanaan yang

ada. Berdasarkan realita bahwa guru secara seketika di kelas dapat melakukan

perubahan-perubahan unsur tertentu tindakan pembelajarannya. Tindakan ini dilakukan

20

Page 11: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

guru dengan maksud untuk membuat penyesuaian-penyesuaian tindakan dengan

realitas kondisi seketika yang terjadi di kelas. Kiat untuk menjalankan aktivitas kelas

yang sifatnya kondisional dan transaksional tersebut dinamakan siasat. Dengan

demikian, siasat pembelajaran adalah trik-trik atau tindakan khusus yang diputuskan

seketika oleh guru berdasarkan penyesuaian-penyesuaiannya terhadap realitas kondisi

yang ada di kelas.

d. Aspek Metode dan Teknik Pembelajaran

Aktualisasi pembelajaran berbentuk serangakaian interaksi dinamis antara

guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya. Interaksi guru-murid atau murid

dengan lingkungan belajarnya tersebut dapat mengambil berbagai cara. Cara-cara

interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajar tersebut lazimnya

dinamakan metode.

Metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis yang menyangkut

tentang cara bagaimana interaksi pembelajaran dilakukan. Metode dilihat dari

fungsinya merupakan seperangkat cara untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Ada

beberapa cara dalam melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan

berceramah, berdiskusi, bekerja kelompok, bersimulasi, berdemontrasi dan lain-lain.

Setiap metode memiliki aspek teknis dalam penggunaannya. Aspek teknis

yang dimaksud adalah gaya dan variasi dari setiap pelaksanaan metode pembelajaran

(Raka Joni, 1980). Gaya dan variasi dalam penggunaan metode seringkali bersifat

individual, sesuai kemampuan dan kemamuan masing-masing guru. Di samping itu,

karena penggunaan taktik dan siasat tertentu oleh guru dalam menghadapi situasi

tertentu, maka teknik pembelajaran yang dila-kukan guru akan berpola tertentu pula.

e. Prosedur Pembelajaran

Pembelajaran dari sisi proses, berlangsung dalam bentuk serangkaian

kegiatan yang berjalan secara bertahap. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari satu

tahap ketahap selanjutnya, sehingga membentuk alur yang konsisten. Tahapan proses

21

Page 12: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

pembelajaran menurut Herbart bergerak dari tahap apersepsi, interaksi, inferensi,

generalisasi, aplikasi, dan evaluasi. Tahap-tahap pembelajaran yang secara konsisten

berbentuk alur peristiwa pembelajaran tersebut merupakan prosedur pembelajaran.

Karena itu, prosedur pembelajaran adalah serangkaian tahap-tahap aktivitas

pembelajaran sehingga terbentuk suatu alur peristiwa pembelajaran.

6. Dimensi Isi-Pesan Pembelajaran

Isi pembelajaran dapat dilihat dari dua segi, (1) substansi isi pembelajaran, (2)

aspek nilai-nilai didaktis isi pembelajarannya.

a. Substansi isi pembelajaran.

Berdasarkan struktur pengetahuan yang dipelajari, isi pembelajaran meliputi,

(1) fakta, (2) konsep, (3) generalisasi/ dalil/ hukum/ rumus/aksioma, (4) keterampilan,

dan (5) sikap. Merill dalam Gafur (1979) menyebutkan isi pembelajaran meliputi, fakta,

konsep, prosedur, dan prinsip. Sedangkan Jerold E. Kemp dalam Gafur (1979),

menyebutkan isi pembelajaran merupakan gabungan dari (1) pengeta-huan yang

berupa fakta, informasi, (2) keterampilan yang berupa prosedur, keadaan, syarat-

syarat, dan (3) sikap. Dari sudut jenis-jenis belajar, isi pembelajaran meliputi, (1)

informasi, (2) konsep, (3) prinsip, (4) keterampilan, dan (5) sikap (Saputro, Suprihadi,

1993:60-66).

b. Aspek nilai-nilai formal isi pembelajaran.

Aspek nilai-nilai didaktis-formal isi pembelajaran meliputi aspek, (1) aspek

intelektual (keterampilan intelektual, kreativitas, strategi kognitif, keterampilan

analisis-sintesis, keterampi-an pemecahan masalah, dan sejenis nya, (2) aspek sosial,

(3) aspek moral etis, dan pertimbangan moral (4) aspek estetis, (5) aspek sikap, (6)

aspek emosional, dan kecerdasan emosional, (7) aspek individual ( motivasi,

konsep diri, kesadaran diri), dan (8) keterampilan (keterampilan manual dan motorik).

22

Page 13: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

7. Dimensi Interaksi-Komunikasi dalam Pembelajaran

Pembelajaran terwujud dalam bentuk interaksi timbal balik secara dinamis

antara guru dan siswa. Guru pada saat tertentu berposisi sebagai perangsang atau

stimulasi yang memancing anak untuk bereaksi sebagai wujud aktivitasnya yang

disebut belajar. Pada saat yang lain guru bereaksi atas aksi-aksi yang diperbuat anak.

Interaksi diantara kedua belah pihak berjalan secara dinamis berangkat dari kondisi

awal melalui titik-titik sepanjang garis kontinum hingga akhir kegiatan pembelajaran.

Interaksi dinamis guru-siswa dalam pembelajaran dapat terwujud dalam

berbagai bentuk hubungan. Interaksi guru-murid dapat mengambil bentuk hubungan

langsung, yakni interaksi secara tatap muka. Dalam bentuknya yang lain hubungan

guru-siswa bersifat tidak langsung, yakni melalui perantaraan material pembelajaran

seperti paket belajar, modul pembelajaran, penyelesaian tugas-tugas terstruktur, dan

sejenis-nya. Di samping itu interaksi guru-siswa terealisasi melalui hubungan yang

bersifat campuran. Meskipun guru telah memanfaatkan material pembelajaran, tetapi

guru tetap hadir dalam pembelajaran.

Pola arus interaksi guru-murid di kelas memiliki berbagai kemungkinan arus

komunikasi. Sedikitnya menurut H.C Lindgren dalam Raka Joni (1980), ada empat

pola arus komunikasi: (1) komunikasi guru-siswa searah, (2) komunikasi dua arah --

arus bolak-balik--, (3) komunikasi dua arah antara guru-siswa dan siswa-siswa, (4)

komunikasi optimal total arah. Arus komunikasi dalam pembelajaran ada pula yang

membedakan kedalam dua jenis, yakni one way traffic comunication dan two way

traffic comunication.

Pengaturan materi interaksi, dapat dibedakan dalam beberapa bentuk

pengaturan. Pengaturan materi dapat dibedakan menjadi tiga sifat, yakni implisit,

eksplisit, dan implikatif. Pengaturan materi secara implisit yakni pengaturan materi

yang bersifat terselubung. Makna (meaning) isi komunikasi tersirat dibalik yang

tersurat. Sedangkan pengaturan secara eksplisit, bila mana makna isi komunikasi,

tersurat secara lahiriah atau tekstual. Sementara pengaturan secara implikatif, yakni

23

Page 14: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

pengaturan materi komunikasi yang maknanya hanya dapat ditemukan dari apa yang

tersorot oleh proses komunikasi tersebut.

Komunikasi di kelas, Charles (1980:48), membedakan adanya tiga tipe

tuturan guru. Pertama, Informing Talk, tipe ini contonya adalah, guru menyampaikan

informasi faktual, menjelaskan prosedur, memberikan petunjuk dan tugas-tugas. Kedua,

Eliciting Talk, yakni tuturan guru yang diwujudkan dalam bentuk tanyajawab, memberi

perintah. Ketiga, Reacting Talk, yakni penuturan guru sebagai reaksi atas tuturan atau

perilaku anak. Reacting Talk, dapat dibedakan atas dua bentuk, yakni: (1) acceptance,

tuturan guru yang menyatakan menerima misalnya: ya, setuju, bagus, dan seterusnya,

(2) rejection, penuturan guru yang berisi pernyataan menolak: tidak, salah, tidak setuju,

dan seterusnya.

Komunikasi dalam pembelajaran bersifat kondisional-transaksional. Artinya

dalam komunikasi pembelajaran dimungkinkan adanya penyesuaian-penyesuaian

terhadap situasi dan kondisi yang berkembang selama proses pembelajaran berlangsung.

Penyesuaian-penyesuaian itu dimungkinkan karena proses pembelajaran selalu dina-

mis, sehingga perubahan-perubahan itu, sangat dimungkinkan terjadi pada setiap saat.

Perubahan-perubahan dalam pembelajaran dapat disebabkan oleh faktor-faktor diluar

perencanaan guru. Oleh karena itu, proses pembelajaran tidak harus sepenuhnya

bersesuaian dengan disain yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

8. Prinsip-prinsip Umum Pembelajaran

Ada beberapa prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan untuk membantu

kemudahan belajar anak. Prinsip pembelajaran tersebut bertolak dari asumsi dasar

(postulat) tentang hal-hal yang menjadi penentu kemudahan dan keberhasilan belajar

anak. Prinsip-prinsip pembelajaran yang dimaksud, diantaranya adalah berikut ini.

1. Prinsip Motivasi Belajar

Keberhasilan belajar siswa bergantung pula pada derajat motivasi belajar

yang dimilikinya. Siswa yang sukses dalam belajarnya, banyak didukung oleh derajat

24

Page 15: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

motivasi yang tinggi untuk berhasil. Sebaliknya, fasilitas belajar yang baik, cara guru

mengajar yang optimal, kurikulum sekolah yang modern, lingkungan belajar yang

kondusif dan seterusnya, tidak dengan sendirinya dapat menjamin kesuksesan belajar

anak bilamana tidak dilandasi oleh motivasi belajar yang tinggi dari siswa itu sendiri.

Oleh karena itu, motivasi belajar dari siswa memegang peranan penting bagi

keberhasilan belajarnya.

Pentingnya peranan motivasi untuk mencapai keberhasilan belajar

mengingatkan guru untuk mampu mendorong siswa agar memiliki motivasi yang tinggi

dalam belajarnya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran, mendorong timbulnya motivasi

merupakan tugas guru yang tidak dapat dielakan. Untuk itu, guru dituntut agar memiliki

kecermatan dalam memperhatikan kondisi motivasi belajar anak. Sehingga guru peka

terhadap kondisi motivasi belajar anak-anak. Kepekaan guru itu sangat diperlukan

mengingat dalam kurun waktu pembelajaran, motivasi belajar anak bersifat pasang

surut. Berhubung demikian, maka sepanjang pembelajaran, guru dituntut untuk

senantiasa mampu mempertahankan dan memperbaharui motivasi anak.

Derajat motivasi belajar anak dapat diamati dari perilaku belajar anak

dikelas. Ada tiga aspek perilaku belajar siswa yang memperlihatkan adanya motivasi

positif dalam belajarnya (Worell dan Stilwell, 1981: 282) . Pertama,adanya inisiasi

aktivitas belajar anak, yang diperlihatkan oleh perilaku anak dengan indikator sebagai

berikut: (1) anak menunjukkan minat dan keingintahuan yang tinggi, (2) tingginya

perhatian anak terhadap pembelajaran yang disajikan, (3) mempunyai dorongan yang

kuat untuk menyelesaikan sejumlah tugas dari guru.

Kedua, kuantitas dan kualitas usaha anak dalam upaya mencapai kesuksesan

belajarnya. Hal ini tampak dari usaha anak untuk belajar keras, menggunakan waktu

untuk belajar secara optimal, memanfaatkan waktu untuk belajar di perpustakaan,

banyak membaca buku, melengkapi fasilitas belajarnya.

Ketiga, tingkat ketepatan dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Adanya

motivasi positif dalam belajar, diperlihatkan anak dengan sikap senang untuk

25

Page 16: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

memecahkan masalah-masalah yang ditugaskan kepadanya dan meningkatnya

partisipasi anak dalam penyelesaian tugas-tugas kelompok.

Motivasi menjadi sumber tenaga bagi perilaku belajar anak. Tanpa disertai

motivasi yang kuat, anak tidak akan memiliki usaha yang kuat untuk beraktivitas belajar.

Sebaliknya, dengan motivasi yang kuat, dapat mnjadi tenaga pendorong kuatnya usaha

belajar siswa. Kuatnya motivasi tersebut, gilirannya dapat berpengaruh terhadap

prestasi belajar yang dicapai anak ( Worell dan Stilwell, 1981:294).

Ada dua sumber motivasi yang dapat dijadikan landasan untuk memotivasi

anak. Pertama, motivasi yang bersumber dari dalam diri anak, dan kedua, motivasi

yang bersumber dari luar diri anak. Motivasi yang bersumber dari dalam menjadi

kontrol internal bagi anak dalam mengelola perilaku belajarnya sendiri (self

management of learning). Sedangkan motivasi yang bersumber dari luar (lingkungan

anak), dapat diciptakan guru dengan menciptakan kondisi yang dapat menarik minat

anak, misalnya dengan gaya mengajar yang antusias, memberikan balikan, dan

memberikan reward or incentives (Worell dan Stilwell, 1981: 299).

2. Prinsip Keaktifan

Keaktifan belajar berarti keterlibatan intelektual dan emosional anak,

disamping keterlibatan fisik dalam perilaku belajarnya. Pola keaktifan sebagaimana

yang dimaksud, mengimplisitkan perlunya penerapan Cara Belajar Siswa aktif dalam

pembelajaran. Konsep Cara Belajar Siswa Aktif merupakan pengertian yang secara

jelas telah menunjuk makna dan atau isi pengertiannya itu sendiri. Cara Belajar Siswa

Aktif yaitu konsep yang menjelaskan peranan aktif siswa dalam proses belajar.

Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa cara belajar siswa aktif merupakan

prinsip pembelajaran yang merangsang munculnya aktifitas siswa secara individual

maupun berkelompok. Mengapa aktifitas siswa merupakan sorotan dalam pembelajaran?

Kiranya dapat dipahami bahwa kebermaknaan hasil belajar (kualitas hasil belajar)

sangat bergantung pada tingkat keaktifan siswa. Peranan aktif siswa dalam kegiatan

pembelajaran memegang peranan yang amat penting. Dalam hal retensi hasil belajar (

26

Page 17: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

apakah hasil belajar tahan lama dalam ingatan siswa), dipengaruhi oleh tingkat

keaktifan belajarnya.

Di samping itu harus di sadari, bagaimanapun belajar dengan sendirinya

terwujud dalam bentuk keaktifan siswa, walaupun tentu saja dengan derajad yang

berbeda-beda. Keaktifan itu dapat berbentuk aneka ragam sepeti mendengarkan

ceramah, berdiskusi, membuat paper, dan menulis laporan mengadakan simulasi.

Keaktifan yang lebih penting bahkan sulit diamati misalnya menggunakan khasanah

ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah dan menyusun percobaan. Dari

berbagai keaktifan seperti telah disebutkan di atas, dapat dirangkum bahwa keaktifan-

keaktifan kegiatan belajar tersebut, sebagaimana yang dikehendaki oleh prinsip CBSA

(Cara Belajar Siswa Aktif), adalah keaktifan mental-intelektual dan keaktifan

emosional siswa.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakekat Cara Belajar Aktif

menunjuk pada keterlibatan mental-intelektual siswa dan keterlibatan emosional siswa

didalam kegiatan pembelajaran. Tentu saja, keaktifan-keaktifan intelektual dan

emosional tersebut, aktualisasinya mempersyaratkan keterlibatan langsung dalam

berbagai bentuk keaktifan fisik.

Keaktifan mental intelektual dan keaktifan emosional di samping ini juga

keaktifan fisik dalam aktifitas pembelajaran, berkaitan dengan asimilasi dan

akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, serta penghayatan dan

internalisasi nilai-nilai dalam pembetukan sikap dan nilai.

Rosjidan, dkk (1996:62) menyebutkan, untuk menciptakan keaktifan anak,

kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan berikut ini.

a. Tercipta situasi kelas yang memungkinkan siswa belajar dengan bebas dan tidak

terancam, namun tetap terkendali.

b. Kecuali menunjukkan kerangka dasar, guru lebih bersifat tut wuri handayani dalam

proses pembelajaran.

27

Page 18: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

c. Siswa dihadapkan dengan topik-topik yang problematis.

d. Tersedia sumber dan media belajar yang diperlukan siswa.

e. Diupayakan adanya pemanfaatan metode, teknik, dan media pembelajaran yang

bervariasi namun tetap relevan dengan tujuan.

f. Proses belajar yang benar dipandang sama pentingnya dengan pemerolehan hasil

yang benar.

g. Terjadi interaksi dan komunikasi multiarah antara guru dengan para siswa atau

anak.

h. Ada sistem reward atau penghargaan yang dapat memuaskan dan meningkatkan

motivasi siswa.

i. Ada kesempatan bagi siswa untuk memperoleh bantuan dan memecahkan masalah-

masalahnya, baik akademik maupun pribadi.

3. Prinsip Pembelajaran Individual

Istilah pembelajaran individual mempunyai arti yang luas, bisa berarti setiap

siswa diberi kebebasan untuk maju berdasarkan kemampuannya . Berbagai bentuk

pembelajaran yang di individual itu semuanya menunjuk kepada perhatian, bantuan dan

perlakuan khusus ditujukan kepada anak yang tidak sama minat dan kemampuannya.

Perbedaan-perbedaan individual pada umumnya dapat dilihat antara lain

berikut ini.

a. Perbedaan kematangan intelektual. Perbedaan ini ditengarahi oleh adanya

perbedaan kemampuan intelektual anak. Beberapa anak lebih cepat untuk

memhami konsep-konsep abstrak, sementara beberapa anak yang lain masih

memerlukan kongkritisasi konsep.

b. Kemampuan berbahasa, beberapa siswa lebih mudah belajar bahan-bahan pelajaran

yang bersifat verbal dan disajikan secara verbal pula.

28

Page 19: BAB I Konsepsi Belajar Dan Pembelajaran

c. Latar belakang pengalaman, beberapa siswa lebih mudah belajar bahan-bahan

pelajaran yang ada hubungannya dengan pengalaman masa lalunya.

d. Cara/gaya belajar, beberapa siswa lebih mudah menyesuaikan diri dengan

kegiatan-kegiatan pembelajaran dan alat-alat pembelajaran yang dipergunakan

daripada siswa yang lain.

e. Bakat dan minat, beberapa siswa lebih bergairah dan tidak menemui kesulitan

mengikuti beberapa mata pelajaran dibandung dengan teman-teman yang lain.

f. Kepribadian, ini menyebabkan siswa bebeda-beda reaksi dan tanggapannya

terhadap tingkah laku/ sikap dan cara-cara guru mengajar. Perbedaan-perbedaan

individual tersebut di atas (dan masih banyak lagi jenis-jenis perbedaan individual)

menuntut perlunya pembelajaran yang diindividualisasikan.

29