bab 7 lintasan kompas.doc

14
7 Lintasan Kompas 7.1. Lintasan geologi Lintasan geologi merupakan rangkaian pengamatan, yang didapatkan dengan cara melintasi suatu wilayah, yang hasilnya akan disajikan kedalam penampang geologi atau peta lintasan geologi. Cara ini ditempuh apabila peta dasar yang diperlukan tidak tersedia, atau apabila diinginkan suatu detail dari singkapan yang penting yang tidak dapat disajikan dalam peta dasar dengan skala yang ada. Cara ini umumnya juga dipakai untuk menyelidiki atau pemetaan geologi yang bersifat pendahuluan (Reconnaissance mapping). Salah satu cara yang digunakan ialah melakukan lintasan pengukuran kompas, dengan menggunakan tali ukur atau dengan perhitungan langkah (pace & compass). Arah lintasan umumnya tidak mengikuti aturan tertentu, tergantung keadaan medan dan geologinya. Lintasan dapat dilakukan secara tertutup, artinya titik pengamatan terakhir akan kembali ke titik pengamatan pertama, atau lintasan terbuka, dimana titik pengamatan berakhir pada lokasi lain, umumnya

Upload: ciwa-putra

Post on 28-Sep-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

7

Lintasan Kompas

7.1. Lintasan geologi

Lintasan geologi merupakan rangkaian pengamatan, yang didapatkan dengan cara melintasi suatu wilayah, yang hasilnya akan disajikan kedalam penampang geologi atau peta lintasan geologi. Cara ini ditempuh apabila peta dasar yang diperlukan tidak tersedia, atau apabila diinginkan suatu detail dari singkapan yang penting yang tidak dapat disajikan dalam peta dasar dengan skala yang ada. Cara ini umumnya juga dipakai untuk menyelidiki atau pemetaan geologi yang bersifat pendahuluan (Reconnaissance mapping).

Salah satu cara yang digunakan ialah melakukan lintasan pengukuran kompas, dengan menggunakan tali ukur atau dengan perhitungan langkah (pace & compass). Arah lintasan umumnya tidak mengikuti aturan tertentu, tergantung keadaan medan dan geologinya. Lintasan dapat dilakukan secara tertutup, artinya titik pengamatan terakhir akan kembali ke titik pengamatan pertama, atau lintasan terbuka, dimana titik pengamatan berakhir pada lokasi lain, umumnya sudah ditentukan koordinat dan ketinggian atau dapat dikenal pada peta topografi.

7.2. Cara pengukuran

Pengukuran yang dilakukan pada setiap titik pengamatan adalah:

1. Arah dari satu titik ke titik selanjutnya (Azimuth)

2. Jarak terukur di permukaan

3. Besar sudut lereng.

Gambar 7.1. Contoh suatu lintasan geologi yang tertutup dan lintasan terbuka.

7.2.1. Perencanaan lintasan.

Perencanaan lintasan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan medan dimana lintasan tersebut akan dilakukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Lintasan sebaiknya memotong arah umum penyebaran batuan.

2. Lintasan diusahakan melalui tempat yang diduga banyak singkapan, misalnya sungai, potongan jalan (road cut), dan lain sebagainya.

3. Lintasan diusahakan tidak melalui daerah-daerah yang sulit ditempuh.

7.2.2. Penentuan panjang langkah

Apabila dilakukan pengukuran dengan langkah, sebelum pelaksanaan dimulai, ditentukan lebih dahulu banyaknya langkah dalam suatu jarak tertentu, misalnya dalam 5 meter, 10 meter, dan seterusnya. Dengan cara menjalani suatu jarak yang telah ditentukan dengan menggunakan pita pengukuran pada permukaan datar.

Contohnya : Untuk menempuh jarak 50 meter, berapa langkah yang diperlukan. Jadi tiap langkah dapat dinyatakan jaraknya dalam satuan cm atau meter. Koreksi pada langkah, apabila medannya naik atau turun dapat diperhitungkan dengan faktor koreksi pada table koreksi langkah (>> lihat lampiran 11). Pada dasarnya, langkah akan berbeda jaraknya apabila harus melalui lereng yang curam dibandingkan dengan lintasan datar.

7.2.3. Pengamatan

Pengamatan singkapan pada setiap titik pengamatan atau disekitarnya dilakukan tahapan seperti yang telah diterangkan dalam bab 3, seperti jenis batuan, struktur dan hubungan batas satuan dan sebagainya. Selain itu perlu diamati situasi di sekitar lintasan, misalnya sungai, jalan dan sebagainya, untuk membantu orientasi lokasi dan juga pembuatan kerangka peta lintasan kompas.

7.3. Penggambaran peta lintasan.

Pada peta lintasan yang akan dicantumkan adalah:

Nomor titik pengamatan dan lintasannya

Jurus dan kemiringan unsure struktur (perlapis, kekar, sesar, foliasi dan sebagainya)

Batuan dan batas satuan batuan

Situasi (apabila diperlukan)

Jarak yang digambarkan dalam peta adalah jarak datar, setelah diperhitungkan dengan besarnya lereng.

Jarak peta = jarak terukur x cos. Sudut lereng.

Jarak terukur adalah jarak yang sudah dikalikan dengan factor koreksi langkah.

7.4. Koreksi

Bila pada lintasan tertutup titik amat terakhir tidak bertemu dengan titik pengamatan pertama atau pada lintasan terbuka tidak berimpit secara tepat dengan titik yang telah ditentukan, maka perlu diadakan koreksi pada lintasan tersebut.

7.4.1. Koreksi lintasan tertutup

Koreksi pembagian jarak

Misalnya kita mempunyai 4 titik amat dari suatu lintasan tertutup A, B, C, D (gambar 7.2). Lintasan yang akan ditempuh adalah mulai dari A, B, C, D, dan kembali ke titik A, tetapi dalam pelaksanaannya hal tersebut sulit dicapai dan biasanya terjadi penyimpangan-penyimpangan.

Penyimpangan dapat terjadi karena kurang teliti membaca kompas, menghitung langkah dan menentukan besarnya lereng. Kesalahan-kesalahan seperti ini memang tidak mungkin dapat dihindari, tetapi dapat dikurangi seminimal mungkin dengan cara seteliti mungkin.

Dalam contoh di atas (Gambar 7.2q), misalnya titik terakhir tidak berakhir di titik A, melainkan di titik E, yang seharusnya berimpit dengan A. Untuk melakukan koreksi jarak, ditempuh tahapan sebagai berikut:

1. Hubungkanlah titik E dan A.

2. Bagilah garis ini menjadi n bagian yang sama dimana n = jumlah segmen lintasan yang hendak dikoreksi. Dalam contoh ini n = 4, yaitu segmen AB, BC, CD, DA.

3. Buatlah dari titik-titik B, C, dan D garis-garis yang sejajar dengan garis EA.

4. Dalam contoh ini, untuk titik E harus digeser agar berimpit dengan A. Demikian pula dengan titik B, C, dan D. Titik B digeser 1/4 EA, titik C digeser 2/4EA, dan titik D digeser 3/4EA.

5. Dengan demikian, lintasan A-M-N-O-A adalah lintasan yang telah dikoreksi. (Gambar 7.2).

Gambar 7.2. Cara koreksi pembagian jarak pada lintasan tertutup

Koreksi sudut

Lintasan yang salah (A-B-C-D-A) dapat juga dikoreksi dengan koreksi sudut. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Hubungkanlah titik D dan A. Ternyata garis DE membuat penyimpangan sebesar ao dari DA searah dengan jarum jam (Gambar 7.3).

2. Bila ternyata bahwa DE lebih pendek dari pada DA. Hitunglah persentase kependekan tersebut. Ini berarti bahwa segmen lintasan harus diperpanjang sebesar kependekan tadi.

3. Buatlah sudut sebesar ao di titik A, B dan C, juga searah dengan jarum jam dan tariklah garis AA, BB dan CC dengan panjang sembarang.

4. Ukurlah garis AM dari titik A sepanjang garis AA (AB x koreksi panjang). Buatlah dari M garis yang sejajar BB dan ukurkan MN (sepanjang BC x koreksi). Buatlah dari N garis sejajar CC dan ukurkan NO (sepanjang CD + koreksi) Terakhir, hubungkanlah o dengan A.

A-M-N-O-A adalah lintasan yang telah dikoreksi.

Gambar 7.3. Cara koreksi sudut pada lintasan tertutup.

7.4.2. Koreksi lintasan terbuka

Misalnya kita akan melakukan lintasan kompas dari titik A ke titik F yang dua-duanya dapat dikenal dalam peta. Ternyata setelah pengukuran kita tidak sampai di titik F melainkan di titik E.

Koreksi jarak

Untuk koreksi jarak, lakukanlah prosedur sebagai berikut (gambar 7.4a):

1. hubungkanlah titik E dan F

2. Bagilah garis-garis EF menjadi n bagian yang sama panjang; n= jumlah segmen jarak yang akan dikoreksi,dalam contoh ini n = 4, yaitu AB, BC, CD, dan DE.

3. Buatlah garis-garis dari titik B,C,dan D yang sejajar dengan EF. Oleh karena itu titik E berada di utara titik F, maka titik harus digeser ke selatan.

4. Ukurkanlah BM sebesar 1/4EF, CN = 2/4EF dan DO = 3/4EF. Dengan demkikian A-M-N-O-F adalah lintasan yang telah dikoreksi.

Koreksi sudut

Untuk koreksi sudut, lakukanlah prosedur sebagai berikut (gambar 7.4b) :

1. Hunungkanlah titik A dan E. Ternyata garis AE ini membuat penyimpangan sudut sebesar ao pada arah yang berlawanan jarum jam terhadap AF. Oleh karena itu semua segmen lintasan harus dikoreksi ke arah yang searah jarum jam.

2. Bila ternyata bahwa AE lebih panjang dari pada AF. Oleh , maka semua segmen harus dikurangi sebesar persentase kepanjangan AE terhadap AF.

3. Buatlah dari A, B, C, dan D garis-garis AA, CC, dan DD yang menyimpang dari garis-garis AB, BC, CD dan DE sebesar ao searah jarum jam.

4. Ukurlah AM digaris AAsepanjang AB x koreksi.

5. Buatlah dari M garis MN yang sejajar dengan BB dan panjang MN = BC x koreksi

6. Buatlah dari N garis No yang sejajar dengan CC, di mana panjang NO = CD x koreksi.

7. Demikian juga untuk garis OF sejajar DD dimana OF = DE x koreksi.

8. Hubungkanlah O dan f. dengan demikian a-M-N-O-F adalah lintasan yang telah dikoreksi.

Dengan sendirinya hasil koreksi jarak dan sudut akan memberikan perbedaan bentuk lintasan (Gambar 7.4c) karena koreksi-koreksi tersebut dilakukan dengan mengacu terutama terhadap koordinat titik akhir pengamatan.

Gambar 7.4. Cara koreksi pada lintasan kompas

7.5. Pelaksanaan lapangan

Dalam pelaksanaan di lapangan, patok-patok/titik-titik pengamatan ditentukan sesuai dengan keadaan medan dan singkapan. Untuk membantu memperoleh gambaran kerangka/pola lintasan, pada saat melintas perlu dibuat sketsa lintasan, sehingga pada saat pembuatan peta di pangkalan tidak mengalami kesulitan.

Pada dasarnya, melakukan lintasan adalah cara yang paling penting di dalam melakukan pengamatan geologi, terutama di dalam melakukan pemetaan. Cara yang ditempuh dapat berbeda, akan tetapi intinya adalah mengamati singkapan sepanjang lintasan yang ditempuh. Hal ini perlu ditekankan bahwa dengan melakukan lintasan, secara langsung dapat diketahui gambaran penampang geologinya.

Gambar 7.5. Contoh hasil peta lintasan dan penampang geologi.