komunikasi dalam lintasan 3 perspektif

23
KOMUNIKASI DI ANTARA LINTASAN ILMU (Kajian Lintas Disiplin Ilmu Komunikasi, Matematika dan Filsafat) AG.Eka Wenats Wuryanta BAGIAN I Pendahuluan Ketika ilmu komunikasi berangkat dari sekian banyak disiplin ilmu pengetahuan maka tidak mengherankan bahwa ilmu komunikasi dipahami sebagai ilmu yang multiperspektif. Bidang multiperspektif dalam ilmu komunikasi disebabkan bahwa gejala komunikasi merupakan fenomena pokok dalam kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Ketika manusia niscaya berkomunikasi, sementara kehidupan manusia berada dalam konteks-konteks yang beragam maka komunikasi itu sendiri bersifat kontekstual dan unik (Bradac-Bowers, 1982). Sejarah komunikasi sendiri sudah berkembang jauh sebelum ilmu tentang komunikasi itu sendiri berkembang. Sejarah retorika Aristoteles memperlihatkan bahwa tindakan komunikasi sudah berkembang pada era Yunani-Romawi. Ketika komunikasi berada di dalam khasanah ilmu pengetahuan, maka ilmu komunikasi yang dikenal sampai sekarang adalah disiplin ilmu yang berumur relatif lebih muda jika dibandingkan dengan sosiologi, biologi, astronomi, fisika bahkan filsafat. Dalam sejarah perkembangan ilmu komunikasi, kajian ilmu komunikasi berakar dari ilmu politik (Dahlan, 1990:6). Schramm sendiri mengindikasikan Harold Lasswell sebagai salah satu Perintis Komunikasi modern, adalah juga ahli ilmu politik. Komunikasi waktu itu lebih banyak menelaah masalah propaganda dan opini publik. Dalam perkembangan selanjutnya komunikasi mulai dilihat sebagai ilmu ketika sosiologi (dimulai oleh P. Lazarsfeld) dan psychologi social (yang dirintis oleh Carl Hovland) memberikan kontribusi terhadap telaah fenomena komunikasi massa waktu itu. Rintisan sosiologi dan psikologi sosial memberikan kontribusi soal perspektif masyarakat yang mendapatkan pengaruh media massa. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa dalam perkembangan ilmu komunikasi This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removed after purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Upload: ag-eka-wenats-wuryanta

Post on 19-Jun-2015

3.175 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

KOMUNIKASI DI ANTARA LINTASAN ILMU(Kajian Lintas Disiplin Ilmu Komunikasi, Matematika dan Filsafat)

AG.Eka Wenats Wuryanta

BAGIAN IPendahuluan

Ketika ilmu komunikasi berangkat dari sekian banyak disiplin ilmu pengetahuan

maka tidak mengherankan bahwa ilmu komunikasi dipahami sebagai ilmu yang

multiperspektif. Bidang multiperspektif dalam ilmu komunikasi disebabkan bahwa gejala

komunikasi merupakan fenomena pokok dalam kehidupan manusia. Dapat dikatakan

bahwa manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Ketika manusia niscaya berkomunikasi,

sementara kehidupan manusia berada dalam konteks-konteks yang beragam maka

komunikasi itu sendiri bersifat kontekstual dan unik (Bradac-Bowers, 1982).

Sejarah komunikasi sendiri sudah berkembang jauh sebelum ilmu tentang

komunikasi itu sendiri berkembang. Sejarah retorika Aristoteles memperlihatkan bahwa

tindakan komunikasi sudah berkembang pada era Yunani-Romawi. Ketika komunikasi

berada di dalam khasanah ilmu pengetahuan, maka ilmu komunikasi yang dikenal sampai

sekarang adalah disiplin ilmu yang berumur relatif lebih muda jika dibandingkan dengan

sosiologi, biologi, astronomi, fisika bahkan filsafat.

Dalam sejarah perkembangan ilmu komunikasi, kajian ilmu komunikasi berakar dari

ilmu politik (Dahlan, 1990:6). Schramm sendiri mengindikasikan Harold Lasswell sebagai

salah satu Perintis Komunikasi modern, adalah juga ahli ilmu politik. Komunikasi waktu itu

lebih banyak menelaah masalah propaganda dan opini publik. Dalam perkembangan

selanjutnya komunikasi mulai dilihat sebagai ilmu ketika sosiologi (dimulai oleh P.

Lazarsfeld) dan psychologi social (yang dirintis oleh Carl Hovland) memberikan kontribusi

terhadap telaah fenomena komunikasi massa waktu itu. Rintisan sosiologi dan psikologi

sosial memberikan kontribusi soal perspektif masyarakat yang mendapatkan pengaruh

media massa.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa dalam perkembangan ilmu komunikasi

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 2: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

maka terdapat tiga bidang ilmu yang memberikan kontribusi konkret terhadap

perkembangan ilmu komunikasi. Ilmu-ilmu tersebut adalah ilmu politik, ilmu sosial dalam hal

ini adalah sosiologi, dan psikologi. Ilmu politik memberikan ruang pertama pada

pembahasan propaganda politik berikut pengaruhnya kepada masyarakat. Sosiologi

memberikan tempat di mana komunikasi tidak bisa melepaskan diri dari masalah interaksi

antar manusia. Psikologi memberikan kajian pelengkap mengenai masalah komunikasi

yang berkaitan dengan perilaku psikologis seorang manusia (individu) maupun tindakan

masyarakat.

Meski demikian bantuan atau kontribusi ilmu selain yang di atas juga tidak bisa

dipungkiri seperti ilmu matematika (yang persis juga dipakai oleh Shannon dalam

menjelaskan persoalan mendasar komunikasi), linguistik (yang turut membantu komunikasi

dalam mempelajari karakteristik pesan dalam sebuah bahasa), biologi (yang turut

membantuk komunikasi yang dipahami sebagai sebuah sistem jaringan yang saling

terhubung satu sama lain). Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa memang tidak bisa

dipungkiri lagi bahwa komunikasi harus dipahami sebagai disiplin ilmu yang interdisipliner.

Jalinan erat antara komunikasi dengan bidang ilmu di luar komunikasi memperlihatkan

bahwa komunikasi merupakan disiplin ilmu yang masih berkembang, seturut dengan

manusia yang mempunyai kecenderungan berkembang pula.

Berkaitan dengan pernyataan-pernyataan di atas, penulis berfokus pada

penyelidikan kaitan atau visi perspektif dari 2 bidang ilmu di luar ilmu komunikasi, yaitu

filsafat dan matematika dengan ilmu komunikasi itu sendiri. Penulis membagi beberapa

bagian penting dari makalah ini. Bagian pertama adalah bagian pendahuluan yang ingin

memperlihatkan bahwa ilmu komunikasi merupakan ilmu yang multidisipliner dan dengan

situasi semacam itulah ilmu dan teori komunikasi masih berkembang sampai sekarang.

Bagian kedua adalah terdiri dari 2 sub bagian besar. Sub bagian pertama adalah bagian

yang memperlihatkan pengaruh timbal balik antara filsafat, matematika dan komunikasi

sebagai disiplin ilmu pengetahuan. Sub bagian kedua adalah bagian yang memperlihatkan

pengaruh timbal balik tersebut terhadap dua kajian komunikasi, yaitu pemaknaan dan

interaksi dalam komunikasi. Sub bagian ketiga adalah eksposisi sejauh mana implikasi

teoretis hubungan multiperspektif tersebut dalam perkembangan teori komunikasi.

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 3: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

BAGIAN II

FILSAFAT, MATEMATIKA – ILMU KOMUNIKASI: Lintasan Hubungan

a. Definisi dan Perspektif DasarBagian ini mau membahas hubungan antara filsafat, matematika dengan

komunikasi. Yang perlu dipahami dalam bagian ini adalah salah satu atau bagian kecil dari

sekian banyak perspektif dari ilmu pengetahuan dalam pembahasan tentang komunikasi.

Tapi sebelum masuk pada hubungan timbal balik antara ketiga cabang ilmu pengetahuan

tersebut maka penulis ingin meletakkan beberapa hal pokok dari ketiga ilmu tersebut dalam

beberapa hal diskusi, yaitu definisi, perspektif dasar, dan konsep pokok.

Pertama, filsafat sebagai disiplin ilmu yang mempunyai sistematika dan logika telah

dikembangkan oleh peradaban Yunani sejak abad VI sebelum masehi (Bertens, 1989:

13-26). Kata falsafah atau filsafat merupakan kata serapan bahasa Arab , yang juga

diambil dari philosophy (Inggris), philosophia (Latin), Philosophie (Jerman, Perancis).

Kata-kata tersebut diambil dari bahasa Yunani philo dan sophia. Kata ini merupakan

gabungan dua kata philein berarti mencintai atau philos berarti persahabatan, cinta dan

sophos berarti bijaksana atau Sophia berarti kebijaksanaan. Filsafat adalah usaha untuk

memahami dan mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Ia juga termasuk ilmu

pengetahuan yang paling luas cakupannya dan bertujuan untuk memahami (understanding)

dan kebijaksanaan (Wisdom). Dengan kata lain, filsafat adalah kajian atau ilmu yang

mempelajari, merefleksikan secara kritis, rasional dan radikal realitas untuk mendapatkan

kebenaran realitas yang bersifat asali dan mendasar. Perspektif dasar dari ilmu filsafat

adalah pemahaman dan refleksi terhadap seluruh realitas sedemikian rupa sehingga

realitas dapat dilihat secara kritis dan mendasar untuk mendapatkan penjelasan tentang

asal usul, tujuan, manfaat dan alasan keberadaan realitas tersebut (Kattsof, 2004: 3-16).

Konsep pokok, dengan demikian, dalam filsafat adalah pemahaman, refleksi dan

kritis-mendasar.

Kedua, matematika adalah disiplin ilmu tertua yang telah dikembangkan oleh

manusia (Borchert, 2006: 20-21). Matematika adalah ilmu yang mempelajari bilangan,

hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan

atau mendapatkan akurasi pemahaman masalah atau realitas. Matematika bisa dilihat

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 4: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

sebagai proses dan menyediakan perangkat untuk mengukur presisi gejala. Perspektif

utama matematika adalah bahwa pengukuran yang tepat – seakurat mungkin atas seluruh

gejala atau untuk keperluan yang beragam. Dalam perspektif ini, tujuan matematika adalah

untuk mendapatkan definisi yang persis dan akurat. Konsep pokok, dengan demikian, dalam

matematika adalah pengukuran, akurasi-presisi, randomness.

Ketiga, komunikasi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mulai tumbuh

sehabis perang dunia I sampai perang dunia II. Penelitian ilmu komunikasi semakin

meningkat pada perang dunia II melalui antara lain Office of War Information Amerika

Serikat (Dahlan, 2003). Definisi komunikasi sendiri sangat banyak bahkan Dance dan

Larson (dalam Miller, 2005:3) pernah menyatakan terdapat 126 definisi komunikasi. Penulis

ingin mengangkat beberapa definisi. Komunikasi adalah keseluruhan prosedur yang mana

prosedur tersebut membuat pesan tertentu mempengaruhi yang lain �g�c.one which would

inclue the procedures by means of which one mechanism affects another mechanism

(Weaver, 1949:3). Carl Hovland menyatakan bahwa komunikasi adalah proses di mana

seorang individu (komunikator) mentransmisikan stimuli untuk memodifikasi atau mengubah

perilaku individu lainnya (Hovland, 1953). Grebner (dalam Miller, 2005: 4) menyatakan

bahwa komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan sistem pesan. Maka, penulis

menyatakan bahwa komunikasi tidak mempunyai definisi tunggal. Komunikasi lebih

merupakan proses penyampaian pesan melalui simbol-tanda yang dilakukan secara

transaksional antara penyampai pesan dengan para penerima pesan dengan tujuan tertentu

(disesuaikan dengan kepentingan komunikator atau komunikasi, vis a vis). Karena definisi

yang begitu banyak maka tidak mengherankan apabila dalam konseptualisasi komunikasi

terdapat point of convergence dan point of divergence.(Miller, 2005: 5-11).

Definisi umum (point of convergence) dari komunikasi terdiri dari definisi komunikasi

sebagai proses, komunikasi sebagai sesuatu yang transaksional dan komunikasi sebagai

sesuatu yang simbolik. Komunikasi sebagai proses adalah pemahaman bahwa titik utama

yang menjadi perhatian sekian banyak definisi komunikasi terletak pada proses. Komunikasi

sebagai proses menyiratkan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang berkelanjutan,

kompleks dan tidak arbitrer (mana suka). Komunikasi sebagai sesuatu yang transaksional

berarti bahwa komunikasi tidak hanya sekedar prosesual dan interaksional melainkan

terjadinya intensifikasi hubungan timbal balik antara komunikator, komunikan, pesan, efek

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 5: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

dan sebagainya. Komunikasi merupakan sesuatu yang simbolik menyiratkan bahwa ketika

komunikasi berproses melalui sesuatu yang transaksional maka hal esensial yang

dibutuhkan adalah pemaknaan yang berangkat dari simbol-simbol yang dipakai dalam

tindakan komunikasi tersebut. Definisi umum memperlihatkan betapa pun definisi

komunikasi tersebar dengan berbagai macam sudut pandang maka setidaknya ada yang

menyatukan definisi-definisi tersebut.

Berbeda dengan sudut pandang dalam konteks definisi umum, point of divergence

lebih melihat pusaran definisi tersebar dalam beberapa karakteristik. Point pertama adalah

poin komunikasi sebagai aktivitas sosial. Point ini merujuk konseptualisasi yang tidak sama

tapi berada dalam konteks relasi sosial yang beragam dan mempunyai impak terhadap

kehidupan sosial. Konseptualisasi relasi sosial dan komunikasi mengakibatkan bahwa

komunikasi mempunyai level sosial dari antar pribadi sampai komunikasi massa, termasuk

di dalamnya proses kognitif dalam proses interaksi komunikatif. Point kedua adalah

komunikasi berhubungan dengan tindakan komunikatif dan intensionalitas. Poin ini

berangkat dari adagium Watzlawick yang menyatakan bahwa manusia tidak bisa tidak

berkomunikasi. Dalam poin ini terdapat pula bahwa perspektif komunikasi tidak hanya

berhenti pada masalah perspektif sumber komunikasi melainkan juga sampai pada masalah

perpektif penerima, dan perspektif pesan.

Tiga point di atas sebenarnya mau memperlihatkan beberapa hal penting dalam

terminologi filsafat, matematika dan ilmu komunikasi itu sendiri. Tentunya tiga point di atas

lebih mau dielaborasikan lebih jauh pada bagian selanjutnya.

B. HUBUNGAN FILSAFAT, MATEMATIKA DAN ILMU KOMUNIKASI

Perspektif dasar filsafat adalah pemahaman menyeluruh dan refleksi kritis atas

seluruh realitas sedemikian rupa sehingga realitas tersebut dapat dilihat secara mendasar

untuk mendapatkan makna kebenaran yang lebih mendasar. Sementara itu, matematika

mempunyai perspektif dasar sebagai proses atau setidaknya penalaran melalui pengukuran

sedemikian rupa mendapatkan hasil yang benar, akurat dan presisi dalam melihat realitas.

Dua perspektif di atas mempunyai kesamaan dalam memandang titik tolak realitas dan

tujuan akhir masing-masing perspektif, yaitu untuk mendapatkan pemahaman atas

kebenaran realitas dalam usaha dalam mengurangi ketidakpastian-ketidakpastian yang

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 6: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

melingkupi realitas itu sendiri. Hanya perbedaannya adalah pada soal cara memandang, di

mana filsafat mau mencoba memahami realitas sebagai sesuatu yang reflektif dan

mendasar dengan segala asumsi dan derajad kepastiannya (ewing, 2003:14-20).

Matematika memahami realitas sebagai sesuatu yang harus bisa dipastikan presisi dan

akurasinya (sekaligus menyederhanakan konsep yang mendasari sejumlah besar

kompleksitas) karena realitas mempunyai asumsi ketidakpastian.

Berangkat dari persamaan dan perbedaan antara filsafat dan matematika maka

filsafat memberikan dasar-dasar penalaran yang benar (logika) yang diperlukan untuk

menyusun argumen-argumen yang mempunyai tingkat kejelasan dan akurasi yang bisa

dipertanggungjawabkan (Ewing, 2003: 18-19). Matematika sendiri memberikan kepada

filsafat rangkaian perangkat atau instrumen yang dipergunakan untuk melakukan

sistematisasi rasional atas sebuah realitas, sebut saja dengan perhitungan, ukuran,

simbolisasi dan sebagainya.

Dalam kaitannya dengan ilmu komunikasi maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

perspektif filsafat yang memposisikan sebagai proses tidak kunjung selesai dalam

pemahaman yang mendasar atas realitas memberikan warna kepada komunikasi yaitu

sejauh mana proses pemahaman mendasar atas realitas (secara ontologis, epistemologis,

aksiologis) menentukan bagaimana proses komunikasi dilakukan (mulai dari makna

mendalam komunikator sampai makna terdalam dari efek komunikasi). Komunikasi sendiri

memberikan peran bagi filsafat dengan sejauh mana serta bagaimana pengolahan dan

proses komunikasi atas informasi-informasi yang lengkap, jelas dan argumentatif bisa

dimanfaatkan untuk mendapatkan pemahaman yang mendasar – benar – rasional

sedemikian rupa mampu masuk pada inti masalah yang paling dasar atau fundamental.

Hubungan perspektif matematika dengan komunikasi dapat dinyatakan sebagai

berikut: bahwa perspektif matematika memberikan pengukuran yang akurat pada proses

komunikasi yang dilakukan sehingga tindakan komunikasi bisa dilakukan dengan maksimal.

sebaliknya, komunikasi memberikan pendasaran simbolik dan pemaknaan yang bisa

digunakan untuk menyederhanakan, mengkomunikasikan sejumlah besar konsep abstrak

yang digunakan dalam matematika. ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan

oleh seorang kepada yang lain untuk mendapatkan bacaan, maka saat itu sedang terjadi

transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan. respon yang

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 7: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

diberikan komunikan merupakan interpretasi komunikan tentang informasi tadi.

Dalam matematika, kualitas interpretasi dan respon itu seringkali menjadi masalah

istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik matematika itu sendiri yang

sarat dengan istilah dan simbol. Karena itu, kemampuan berkomunikasi dalam matematika

menjadi tuntutan khusus. Kemampuan berkomunikasi dalam matematika merupakan

kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk

berkomunikasi dalam bentuk: mereflesikan benda-benda nyata, gambar, atau ide-ide

matematika; membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode oral, tertulis,

konkrit, grafik, dan aljabar; menggunakan keahlian membaca, menulis, dan menelaah, untuk

menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta informasi matematika;

merespon suatu pernyataan/persoalan dalam bentuk argument yang meyakinkan. Secara

umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencakup keterampilan atau

kemampuan menulis, membaca, discussing and assessing, dan wacana (discourse).

C. IMPLIKASI RELASI PERSPEKTIF FILSAFAT – MATEMATIKA DENGAN ILMU KOMUNIKASI

Dengan konteks di atas maka terdapat relasi langsung dan tidak langsung antara

perspektif filsafat, matematika dengan komunikasi sebagai disiplin ilmu. Di satu sisi,

perspektif filsafat dan matematika sangat berfokus pada soal proses pemahaman terhadap

realitas secara keseluruhan meskipun dengan cara dan metode yang berbeda. Tapi yang

jelas adalah bahwa kedua perspektif tersebut menekankan pada proses (yang terlihat

secara jelas). Dalam konteks ini, ketika komunikasi dilihat sebagai sebuah proses maka

perspektif yang lain pun mengafirmasikannya. Konseptualisasi definisi umum yang

menyatakan komunikasi sebagai sebuah proses merupakan kepastian. Penekanan definisi

proses sebagai sesuatu yang kompleks, berkelanjutan dan tidak bersifat manasuka juga

merupakan karakteristik perspektif filsafat dan matematika. Ini menandakan juga bahwa

interaksi pun juga tidak sederhana. Sifat holistik juga terlihat dalam perspektif komunikasi.

Tindak komunikasi tidak hanya dipahami sebagai pecahan-pecahan dari

pengalaman tapi pengalaman secara menyeluruh. Komunikasi sederhana yang berangkat

dari interaksi yang sederhana juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang kompleks.

Dengan demikian, model matematika Shannon atau model Berlo (model SMCR) tidak bisa

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 8: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

dipahami hanya sebagai sesuatu yang bersifat linear, dan simplistik melainkan harus dilihat

secara utuh. Persamaan matematika Shannon dan model Berlo SMCR memuat persamaan

yang memperlihatkan proses komunikasi yang utuh.

Apakah memang perspektif matematika dan filsafat hanya berhenti pada masalah

prosesual komunikatif? Dari 2 perspektif terdahulu juga memperlihatkan tingkat intensitas

hubungan antara refleksi, eksplanasi dan estimasi dengan realitas yang diamati atau

dieksplanasi atau diestimasi. Perspektif matematika yang menekankan kejernihan dan

akurasi mengandaikan unsur transaksionalitas. Matematika dan filsafat menekankan

hubungan dan intensifikasi timbal balik antara subjek dengan objek. Demikian juga halnya

ilmu komunikasi. Komunikasi sebagai transaksi. Pandangan ini menyatakan bahwa

komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah

pihak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang

berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan

menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal.

Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep transaksi:

1. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna

di antara dua orang atau lebih.

2. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami

danberbagi makna.

3. William I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan

gagasan dan perasaan.

4. Donald Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi antara

dua orang atau lebih.

Dalam konteks selanjutnya, komunikasi dalam definisi transaksional merujuk pada

masalah kontekstualitas dalam proses komunikasi. Perspektif filsafat ketika menekankan

masalah refleksi dan pemahaman menyeluruh mengandaikan juga masalah kontekstualitas.

Proses kebenaran tidak bisa dilihat secara terpisah dan tidak terhubung pada konteks yang

menyertainya. Matematika dalam mencari dan berproses melakukan estimasi,

penyederhanaan kompleksitas realitas tetap memperhitungkan kontekstualitas supaya

persamaan yang dibuat juga tetap bisa disesuaikan dengan faktor atau variabel yang

mempengaruhinya.

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 9: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

Perspektif matematika dan filsafat juga berpengaruh pada masalah definisi umum

komunikasi sebagai sesuatu yang bersifat simbolik. Perspektif filsafat dan matematika

menyiratkan adanya simbol atau tanda yang berhubungan dengan proses pemaknaan

dalam sebuah proses komunikasi. Dalam konteks perspektif matematika, penggunaan

simbol dalam proses pengkomunikasian realitas dengan tujuan mencari penyederhanaan

konsep yang mempunyai tingkat abstraksi yang tinggi serta mencari pemahaman yang lebih

presisi merupakan pengandaian yang tidak bisa dihindarkan. Simbol adalah sesuatu yang

secara sengaja digunakan untuk menunjukkan sebuah realitas lainnya. Benda yang ditunjuk

oleh seimbol itu adalah apa yang dimaksudkan oleh kelompok sosial tertentu. Ciri utama

simbol, menurut Hoebel (1966: 299) adalah kepadatannya. Hoebel menyatakan bahwa

dalam satu bentuk atau lainnya, simbol itu selalu bersifat terbuka, ia harus terlihat,

terdengar, dirasakan atau dibaui. Simbol-simbol itu memadatkan abstraksi ke dalam objek

yang terbatas. Simbol-simbol inilah yang dimaknai oleh para pelaku proses komunikasi,

menjadi media pesan dan sebagainya. Ketika simbol berhubungan dengan proses

pemaknaan maka simbol selalu bersifat kontekstual.

Dalam perspektif matematika dan komunikasi, simbol digunakan dalam

menyampaikan pesan sedemikian perlu diukur untuk mendapatkan proses komunikasi yang

maksimal. Dalam perspektif filsafat dan komunikasi, simbol digunakan untuk melakukan

pemaknaan mendalam melalui refleksi simbolik.

Definisi khusus tentang komunikasi berdasarkan perspektif matematis dan filosofis

lebih dititikberatkan pada masalah sejauh mana pemahaman mendalam – reflektif dan

ukuran akurasi informasi membentuk komunikasi sebagai aktivitas sosial dan berdimensi

intensional. Relasi sosial tentunya akan dipengaruhi sejauh mana seseorang mampu

mereduksi ketidakpastian kepada yang lain sehingga membentuk relasi yang pada akhirnya

berpengaruh pada masalah bagaimana cara berkomunikasi dengan yang lain. Tentunya

relasi sosial yang mengandaikan tindakan komunikasi yang tepat merujuk bahwa

komunikasi selalu bersifat intensional (sadar dan terarah). Sebaliknya, ketika proses

komunikasi dilakukan secara tepat, akurat dan jelas maka akan mempengaruhi sejauh

mana seseorang secara tepat, akurat dan jelas menentukan sikap sosial (Miller, 2005: 7).

Demikian juga halnya, pemahaman yang mendalam atas sebuah realitas akan menentukan

bagaimana proses produksi pesan dan pemaknaan pesan bisa dilakukan secara optimal

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 10: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

(Miller, 2005:7). Sebaliknya pesan optimal yang jelas akan menentukan pemahaman

mendalam atas realitas (perspektif filsafat)

D. IMPLIKASI TELAAH KOMPARASI PADA DOMAIN KONSEPTUAL ILMU KOMUNIKASI

Pada bagian-bagian sebelumnya, kita bisa melihat pemaparan komparasi antara

filsafat, matematika dan komunikasi. Telah dipahami bersama bahwa perspektif matematika

dan perspektif filsafat mempunyai kesamaan dalam melihat proses pemahaman atas

realitas (dalam hal ini proses komunikasi berikut gejala-gejalannya), yaitu bahwa kedua

perspektif tersebut berusaha melihat proses pemahaman secara menyeluruh sehingga

sebuah realitas dapat diambil maknanya.

Dalam kajian ilmu komunikasi pun ketika dihadapkan pada perspektif matematika

dan filsafat maka domain konseptual yang terjadi berkembang dalam konteks yang lebih

terinci. Terdapat 2 domain utama yang berkembang dalam teori komunikasi terutama yang

berkait dengan perspektif matematika dan filsafat. Dua domain utama tersebut adalah

domain konsep komunikasi sebagai model transmisi komunikasi dan model konstitutif

komunikasi. Craig menyatakan bahwa model transmisi komunikasi menyatakan bahwa

komunikasi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan atau proses transfer

informasi dari satu ke yang lain. Model konstitutif komunikasi menyatakan bahwa

komunikasi merupakan unsur konstitutif atau mendasar dari sebuah proses sosial itu sendiri.

Dalam tataran tertentu perspektif matematika akan banyak berbicara pada domain model

transmisi komunikasi. Tuntutan ketepatan informasi, akurasi dan kapabilitas media

komunikasi merupakan karakter utama dari proses transmisi komunikasi. Sementara itu

perspektif komunikasi banyak lebih berbicara dalam domain komunikasi: model konstitutif

komunikasi. Ketika filsafat ingin membawa pada refleksi mendalam dan realitas itu adalah

tindakan manusia di mana salah satunya adalah komunikasi maka komunikasi merupakan

unsur konstitutif dari manusia itu sendiri. Tapi dengan melihat kompleksitas dan

perkembangan ilmu komunikasi maka pembatasan yang jelas antar perspektif baik itu

matematis maupun filosofis menjadi tidak ketat.

Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau realitas komunikasi

telah berkembang sejak lama sehingga dalam ilmu komunikasi dikenal tradisi-tradisi yang

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 11: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

unik. Robert Craig, telah memetakan tujuh (7) bidang tradisi dalam teori komunikasi yang

disebut sebagai 7 tradisi (dalam Griffin 2000:22-35 dan Miller, 2005:13), yakni :

1. Tradisi Retorika (komunikasi sebagai ilmu bicara yang sarat seni)

Perspektif teoretis komunikasi dalam tradisi ini menyatakan seni praktikal

dari wacana yang berkembang. Problem tradisi ini terletak pada eksigensi sosial

mengandaikan pertimbangan dan penilaian kolektif. Keistimewaan yang mencirikan

tradisi ini adalah bahwa keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari

binatang. Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum

demokrasi adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.

Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba

mempengaruhi seorang audiens dari sekian banyak audiens melalui pidato yang

jelas-jelas bersifat persuasif. Public speaking pada dasarnya merupakan

komunikasi satu arah. Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara

daripada ilmu berbicara.

2. Tradisi semiotic (komunikasi sebagai proses membagi makna melalui tanda)

Perspektif utama teoritis tradisi ini terletak adanya mediasi intersubjektif

melalui tanda-tanda yang dibuat. Permasalahan teoritisnya terletak pada

kemungkinan adanya misunderstanding atau gap di antara cara pandang subjektif

para pelaku komunikasi. Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda

itu bekerja. Sebuah tanda adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang lain.

Contohnya asap menandai adanya api. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tradisi ini

lebih memusatkan pada perhatian lambang-lambang dan simbol-simbol, dan

memandang komunikasi sebagai suatu jembatan antara dunia pribadi

individu-individu dengan ruang di mana lambang-lambang digunakan oleh

individu-individu untuk membawa makna-makna tertentu kepada khalayak.

Sehingga dalam tradisi ini memungkinkan bahwa individu-individu akan memaknai

tanda-tanda secara beragam.

3. Tradisi Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui

dialog)

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 12: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

Perspektif teoritis tradisi ini adalah dialog atau kebersamaan dengan yang

lain. Problematika teoritisnya terletak pada ketidakhadiran dan masalah otentisitas

relasi antar manusia. Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang

mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan

sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu

mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya. Bagi

seorang fenomenologis, cerita kehidupan seseorang lebih penting daripada

axioma-axioma komunikasi. Seorang psikologis, Carl Rogers percaya

bahwa kesehatan kliennya akan pulih ketika komunikasinya

menciptakanlingkungan yang nyaman baginya untuk berbincang. Dia

menggambarkan tiga kondisi yang penting dan kondusif bagi perubahan suatu

hubungan dan kepribadian, yakni: kecocokan/kesesuaian, hal positif yang tidak

bersyarat, pemahaman empatik.

4. Tradisi Cybernetic (komunikasi sebagai pemrosesan informasi)

Perspektif dasar tradisi ini adalah proses informasi. Hanya memang ada

beberapa masalah teoritis yang muncul dalam tradisi ini, yaitu noise, overload

information, kerusakan dalam sistem komunikasi. Ide komunikasi sebagai

pemrosesan informasi pertama kali dikemukakan oleh ahli matematika,

Claude Shannon. Karyanya, The Mathematical Theory Communication yang

diterima secara luas sebagai salah satu benih studi komunikasi. Teori ini

memandang komunikasi sebagai transmisi pesan. Karyanya berkembang selama

Perang Dunia kedua di Bell Telephone Laboratories di AS. Eksperimennya

dilakukan pada saluran kabel telepon dan gelombang radio bekerja dalam

menyampaikan pesan. Meski eksperimennya sangat berkaitan dengan masalah

eksakta, tapi Warren Weaver mengklaim bahwa teori tersebut bisa diterapkan

secara luas terhadap semua pertanyaan tentang komunikasi insani (human

communication). Jadi dalam tradisi ini konsep-konsep penting yang dikaji antara lain

pengirim, penerima, informasi, umpan balik, redundancy, dan sistem.

5. Tradisi Sosio-Psikologi (komunikasi merupakan pengaruh antarpribadi)

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 13: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

Konsep pokok dalam tradisi ini adalah ekspresi, interaksi dan pengaruh. Sementara itu,

permasalahan yang timbul di dalam tradisi ini adalah situasi yang menuntuk manipulasi

hubungan sebab akibat dari perilaku untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penganut tradisi

ini percaya bahwa kebenaran komunikasi bisa ditemukan melalui pengamatan yang teliti

dan sistematis. Tradisi ini mencari hubungan sebab-akibat yang dapat memprediksi kapan

sebuah perilaku komunikasi akan berhasil dan kapan akan gagal. Adapun indikator

keberhasilan dan kegagalan komunikasi terletak pada ada tidaknya perubahan yang terjadi

pada pelaku komunikasi. Semua itu dapat diketahui melalui serangkaian eksperimen. Jadi

perhatian penting dalam tradisi ini antara lain perihal pernyataan, pendapat(opini), sikap,

persepsi, kognisi, interaksi dan efek (pengaruh).

6. Tradisi Socio Kultural (Komunikasi sebagai penciptaan dan pembuatan

realitas sosial)

Premis tradisi ini adalah ketika orang berbicara, mereka sesungguhnya

sedang memproduksi dan memproduksi kembali budaya. Sebagian besar dari kita

beranggapan bahwa kata-kata mencerminkan apa yang sebenarnya

terjadi. Pandangan kita tentang realitas dibentuk oleh bahasa yang telah kita

gunakan sejak lahir. Ahli bahasa Universitas Chicago, Edwar Sapir dan Benyamin

Lee Whorf adalah pelopor tradisi sosio kultural. Hipotesis yang diusungnya adalah

struktur bahasa suatu budaya menentukan apa yang orang pikirkan dan lakukan.

Dapat dibayangkan bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya dengan realitas

tanpa menggunakan bahasa, dan bahwa bahasa hanya semata-mata digunakan

untuk mengatasi persoalan komunikasi atau refleksi tertentu.

Hipotesis ini menunjukkan bahwa proses berpikir kita dan cara kita

memandang dunia dibentuk oleh struktur gramatika dari bahasa yang kita gunakan. Secara

fungsional, bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan

(socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara

anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan

kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya). Contoh; terhadap

buah pisang, orang sunda menyebutnya cau dan orang jawa menyebutnya gedang. Secara

formal, bahasa adalah semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 14: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

peraturan bahasa. Setiap bahasa dapat dikatakan mempunyai tata bahasa/ grammarnya

tersendiri.

7. Tradisi Kritis (komunikasi adalah refleksi penolakan terhadap wacana yang tidak adil).

Tiga asumsi dasar tradisi kritis: Menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu

sosial interpretif. Ilmuwan kritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman

orang dalam konteks. Mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya

mengungkap struktur-struktur yang seringkali tersembunyi. Istilah teori kritis berasal

dari kelompok ilmuwan Jerman yang dikenal dengan sebutan Frankfurt School.

Para teoritisinya mengadopsi pemikiran Marxis. Kelompok ini telah

mengembangkan suatu kritik sosial umum, di mana komunikasi menjadi titik sentral

dalam prinsip-prinsipnya. Sistem komunikasi massa merupakan focus yang sangat

penting di dalamnya. Tokoh-tokoh pelopornya adalah Max Horkheimer, Theodore

Adorno serta Herbert Marcuse. Pemikirannya disebut dengan teori kritis. Ketika

bangkitnya Nazi di Jerman, mereka berimigrasi ke Amerika. Di sana

mereka menaruh perhatian besar pada komunikasi massa dan media sebagai

struktur penindas dalam masyarakat kapitalistik, khususnya struktur di Amerika.

Teori kritis menganggap tugasnya adalah mengungkap

kekuatan-kekuatan penindas dalam masyarakat melalui analisis dialektika. Teori

kritis juga memberikan perhatian yang sangat besar pada alat-alat komunikasi

dalam masyarakat. Komunikasi merupakan suatu hasil dari tekanan antara

kreativitas individu dalam memberi kerangka pesan dan kendala-kendala sosial

terhadap kreativitas tersebut. Salah satu kendala utama pada ekspresi individu

adalah bahasa itu sendiri. Kelas-kelas dominan dalam masyarakat menciptakan

suatu bahasaa penindasan dan pengekangan, yang membuat kelas pekerja

menjadi sangat sulit untuk memahami situasi mereka dan untuk keluar dari situasi

tersebut. Kewajiban dari teori kritis adalah menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru

yang memungkinkan diruntuhkannya paradigma dominan. Hal itulah yang

diungkapkan oleh Jurgen Habermas, tokoh terkemuka kelompok Franfurt School di

era berikutnya.

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 15: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

Beberapa tradisi di atas dinyatakan untuk melihat sejauh mana tradisi tersebut memuat

beberapa karakteristik utama dalam proses komunikasi. Permasalahannya adalah bahwa

komunikasi tidak hanya difragmentasikan dalam beberapa disiplin ilmu dan perspektif tapi

juga dikarakterisasikan dengan level yang tinggi dari studi multidisipliner apalagi ketika studi

multidisipliner tersebut ditinjau dalam beberapa asosiasi profesional. Pada bagian atau isu

ini lebih didasarkan pada masalah bagaimana konteks-konteks perkembangan teknologi

komunikasi, fokus penelitian dalam ilmu komunikasi tambah berkembang pesat (Miller,

2005: 14-16).

e. Implikasi Perspektif Filsafat dan Matematika dalam Kajian Pemaknaan dan Interaksi dalam Komunikasi

Bagian pertama, penulis ingin menguraikan sejauh mana pengaruh perspektif

matematika dalam proses interaksi dan pemaknaan komunikasi. Perspektif matematika

adalah perspektif presisi dan ukuran. Dalam konteks pemaknaan dan interaksi komunikasi

maka dapat dikatakan bahwa matematika membantu proses komunikasi secara optimal.

Hal pertama yang perlu dibicarakan adalah bahwa pemaknaan dalam konteks

komunikasi merupakan konsep yang abstrak. Kata makna dalam komunikasi berhubungan

dengan konsep komunikasi itu sendiri. Karakteristik utama makna dalam proses pemaknaan

adalah kebersamaan.Makna dalam konsep komunikasi mencakup lebih daripada penafsiran

atau pemahaman individu. Makna mencakup banyak pemahaman. Aspek kebersamaan dan

pemahaman inilah yang menyatakan bhwa makna berhubungan dengan masalah

communality of meaning. Dalam proses kebersamaan atau in common, penting untuk

mendapatkan informasi yang jelas agar pesan yang ditangkap ditafsirkan sama. Berarti,

pesan harus sampai tanpa harus dihalangi oleh beberapa hambatan. Entropi dalam

informasi harus minimal. Kita perlu berasumsi bahwa semua tujuan komunikasi adalah

mengatasi ketidakpastian (uncertainty). Teori yang dikembangkan Shannon dan Weaver

menyederhanakan persoalan komunikasi ini dengan memakai pemikiran-pemikiran

probabilitas (kemungkinan).

Jika kita melakukan undian dengan melempar sebuah uang logam, hasil undian itu

dianggap bernilai satu bit informasi karena mengandung dua kemungkinan dan setiap

kemungkinan mengandung nilai 0,5 alias sama besar dari segi kesempatan undian. Dari

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 16: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

pemikiran dasar yang sederhana ini, Shannon dan Weaver menyatakan bahwa semua

sumber informasi bersifat stochastic alias probabilistik (bersifat kemungkinan). Jika

kemungkinan tersebut bersifat tidak mudah diduga, maka derajat ketidakmudahan ini disebut sebagai entropy.

Melalui pernyataan-pernyataan matematis, Shannon (dan lalu juga Weaver)

menunjukkan hubungan antara elemen sistem teknologi komunikasi, yaitu sumber, saluran,

dan sasaran. Setiap sumber dalam gambaran Shannon memiliki tenaga atau daya untuk

menghasilkan sinyal. Dengan kata lain, pesan apa pun yang ingin disampaikan melalui

komunikasi, perlu diubah menjadi sinyal, dalam sebuah proses kerja yang

disebut encoding atau pengkodean. Sinyal yang sudah berupa kode ini kemudian

dipancarkan melalui saluran yang memiliki kapasistas tertentu. Saluran ini dianggap selalu

mengalami gangguan (noise) yang mempengaruhi kualitas sinyal. Memakai

hitung-hitungan probabilitas, teori informasi mengembangkan cara menghitung kapasitas

saluran dan kemungkinan pengurangan kualitas sinyal. Sesampainya di sasaran, sinyal ini

mengalami proses pengubahan dari kode menjadi pesan, atau disebut juga sebagai

proses decoding.

Teori informasi Shannon juga menganggap bahwa informasi dapat dihitung jumlahnya, dan

bahwa informasi bersumber atau bermula dari suatu kejadian. Jumlah informasi yang dapat

dikaitkan, atau dihasilkan oleh, sebuah keadaan atau kejadian merupakan tingkat

pengurangan (reduksi) ketidakpastian, atau pilihan kemungkinan, yang dapat muncul dari

keadaan atau kejadian tersebut. Dengan kata yang lebih sederhana, teori ini berasumsi

bahwa kita memperoleh informasi jika kita memperoleh kepastian tentang suatu kejadian

atau suatu hal tertentu.

Keunggulan teori Shannon-Weaver terletak pada kemampuannya membuat

persoalan komunikasi informasi menjadi persoalan kuantitas, sehingga sangat cocok untuk

mengembangkan teknologi informasi. Kritik terhadap teori mereka datang dari kaum yang

mencoba mengaitkan informasi dengan makna dan kandungan nilai sosial-budaya di dalam

informasi. Sampai sekarang, perdebatan tentang apakah informasi adalah sesuatu yang

kuantitatif atau kualitatif masih terus berlangsung. Ada yang mencoba mengambil kebaikan

dari kedua pihak dengan mengatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang berwujud dan

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 17: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

sekaligus bersifat abstrak.

Hal kedua yang perlu didiskusikan adalah masalah interaksi dalam perspektif

matematika adalah komunikasi yang terukur dan pasti melibatkan rangkaian interaksi antar

subjek yang terkandung dalam proses tersebut. Perspektif matematika merujuk bahwa

proses interaksi sosial berangkat dari kejelasan dan akurasi informasi sosial di mana setiap

individu saling berinteraksi satu sama lain.

Pendekatan matematis dan mekanistis tentang komunikasi menyandang nama teori

informasi., yang secara filosofis berasal daru Norbert Wiener dan secara sibernetis dan

statis dari teori kounikasi yang matematis dari Shannon dan Weaver (1949). Meskipun

filsafat mekanistis teori informasi tidak begitu penting atau bahkan relevan dengan perspektif

pragmatis, funsionalisasi informasi merupakan hal yang sentral. Informasilah yang

menggerakkan sistem sosial itu dan melestarikannya. Informasilah yang dipertukarkan di

antara subsistem, sistem, dan suprasistem, sesuai dengan prinsip keterbukaan. “ Bahan

adukan beton” yang mengikat sistem fisik menjadi kesatuan adalah energi; bagi sistem

sosial maka informasi merupakan energi. Hubungan-hubungan struktural dan fungsional di

antara komponen-komponen menyatakan adanya informasi. Apabila komunikasi terjadi

dalam sistem sosial, maka individu terlibat dalam pengolahan informasi. Prasyarat bagi

pembahasan komunikasi secara pragmatis adalah adanya pemahaman menyeluruh tentang

hakikat informasi itu. Teori informasi memberikan salah satu cara untuk memperoleh

pemahaman itu.

Informasi ini dengan segala sifat dan bentuknya memungkinkan manusia

berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Lebih dari itu, melalui informasi juga

memungkinkan terjalinnya hubungan antara berbagai sistem dengan sistem lainnya, atau

antara sistem dan subsistem dalam konteks sosial.

Bagian kedua bagian ini akan lebih membahas bagaimana perspektif filsafat berpengaruh

pada kajian pemaknaan dan interaksi komunikatif. mempunyai hubungan yang erat dengan

komunikasi baik secara praktek maupun komunikasi sebagai disiplin ilmu. Sumbangan

filsafat untuk komunikasi adalah dalam logika. Aristoteles menyatakan bahwa roh utama dari

retorika adalah logika. Logika adalah prinsip penalaran manusia. Logika diekspresikan

melalui retorika (Craig, 1999).

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 18: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

Pada sisi lain, filsafat memberikan pendasaran filosofis kepada komunikasi sebagai

sebuah ilmu. Pendasaran ilmiah dan rasional melalui ontologi, epistemologi dan aksiologi

memberikan arah dalam perkembangan komunikasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan.

Dalam sejarah filsafat, beberapa aliran pokok filsafat analitik (filsafat yang lebih

berhubungan dengan logika bahasa) memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu

komunikasi. Filsafat analitik sendiri berangkat dari asumsi-asumsi fenomenologi,

hermeneutika, filsafat eksistensialisme. Analisis bahasa dan beberapa tradisi pokok dalam

ilmu komunikasi berangkat dari tradisi filsafat idealisme, fenomenologi, hermeneutika. Kalau

melihat model tradisi komunikasi yang ditawarkan oleh Robert Craig maka setidaknya ada

empat tradisi yang mempunyai akar dari filsafat, yaitu retorika, fenomenologi, semiotika dan

kritis (Griffin, 2000; Littlejohn, 2008).

Kajian pemaknaan dalam perspektif filsafat tidak bisa dipisahkan dengan tradisi

filsafat yang bersumber dari semiotika dan hermeneutika. Pemaknaan tidak bisa dipisahkan

dengan masalah penafsiran. Hermeneutika berarti suatu ilmu yang mencoba

menggambarkan bagaimana sebuah kata atau suatu kejadian pada waktu dan budaya yang

lalu dapat dimengerti dan menjadi bermakna secara eksistensial dalam situasi sekarang.

Dengan kata lain, hermeneutika merupakan teori pengoperasian pemahaman dalam

hubungannya dengan interpretasi terhadap sebuah Teks. Karena obyek kajian utamanya

adalah pemahaman makna pesan yang terkandung dalam teks dengan variabelnya, maka

tugas utama hermeneutika adalah mencari dinamika internal yang mengatur struktur kerja

suatu teks untuk memproyeksikan diri ke luar dan memungkinkan makna itu muncul.

Problem utama hermeneutika ini bukanlah bagaimana memahami teks dengan

benar dan obyektif sebagaimana hermeneutika teoritis. Problem utamannya adalah

bagaimana "tindakan memahami" itu sendiri. Hermeneutika kritis di sisi lain menawarkan

pengungkapan kepentingan di balik teks, dengan tokohnya Habermas.

Kajian interaksi yang mempunyai akar filsafat lebih banyak disandarkan pada kajian

fenomenologi yang dikembangkan dalam tradisi interaksionisme simbolik dan menyatakan

adanya kebersamaan yang diandaikan dalam praktik komunikasi (Griffin, 2000).

F. EKSPLORASI TEORI KOMUNIKASI TENTANG INTERAKSI DAN PEMAKNAAN (KETERKAITAN DENGAN PERSPEKTIF MATEMATIKA DAN FILSAFAT)

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 19: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan beberapa teori besar yang merujuk

pada kajian interaksi dan pemaknaan (berikut keterkaitannya dengan matematika dan

filsafat)

Teori Informasi

Pendekatan matematis dan mekanistis tentang komunikasi menyandang nama teori

informasi., yang secara filosofis berasal daru Norbert Wiener dan secara sibernetis dan

statis dari teori kounikasi yang matematis dari Shannon dan Weaver (1949). Meskipun

filsafat mekanistis teori informasi tidak begitu penting atau bahkan relevan dengan perspektif

pragmatis, funsionalisasi informasi merupakan hal yang sentral. Informasilah yang

menggerakkan sistem sosial itu dan melestarikannya. Informasilah yang dipertukarkan di

antara subsistem, sistem, dan suprasistem, sesuai dengan prinsip keterbukaan.

”Bahan adukan beton” yang mengikat sistem fisik menjadi kesatuan adalah

energi; bagi sistem sosial maka informasi merupakan energi. Hubungan-hubungan

struktural dan fungsional di antara komponen-komponen menyatakan adanya informasi.

Apabila komunikasi terjadi dalam sistem sosial, maka individu terlibat dalam pengolahan

informasi. Prasyarat bagi pembahasan komunikasi secara pragmatis adalah adanya

pemahaman menyeluruh tentang hakikat informasi itu. Teori informasi memberikan salah

satu cara untuk memperoleh pemahaman itu. Informasi ini dengan segala sifat dan

bentuknya memungkinkan manusia berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Lebih dari

itu, melalui informasi juga memungkinkan terjalinnya hubungan antara berbagai sistem

dengan sistem lainnya, atau antara sistem dan subsistem dalam konteks sosial. Beberapa

pandangan (persepsi) pokok mengenai teori informasi:

Pilihan dan Ketidakpastian

Informasi menurut teori informasi eksis dalam bentuk jumlah. Manusia dalam

teori ini dipandang aktif dalam sistem sosial. Aktif dalam arti bahwa manusia

sebagai unsur dalam sistem sosial berperan secara aktif melakukan pilihan-pilihan

dari populasi selama interaksi sosial berlangsung. Memilih adalah salah satu

karakteristik yang memisahkan manusia sebagai suatu spesies yang unik di antara

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 20: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

dunia hewan. Manusia melakukan pemilihan terhadap populasi informasi yang

eksis secara kuantitatif itu. Tujuan pilihan ini adalah mengurangi jumlah

ketidakpastian. Proses mencari dan menggunakan informasi untuk mengurangi

ketidakpastian merupakan karakteristik komunikasi manusia yang alamiah, tidak

terelakkan meskipun tidak dijalankan secara sadar.

Redudansi dan Kendala

Teori informasi menentukan bahwa penyesuaian yang lampau suatu sistem

mempengaruhi masa kini sehingga prilaku pengolahan-informasi cenderung untuk

berulang sepanjang waktu dalam pola uji coba. Apabila urutan perilaku atau

peristiwa tertentu terjadi berulangkali, maka urutan itu dapat dikatakan

memerlihatkan keteraturan kejadian pada tingkat atau probabilitas tertentu. Apabila

tingkat urutan itu mencapai probabilitas yang cukup, kita dapat dapat membedakan

urutan itu sebagai suatu “ pola” yang dapat dikenal. Teori informasi memandang

bahwa makin redudan suatu urutan peristiwa, makin berkurang ketidakpastian yang

dikandung peristiwa itu.

Perspektif pragmatik tidak memandang perilaku manusia sebagai produk atau efek tindakan

komunikatif, melainkan sama. Pandang inilah juga yang menyebabkan adanya diskrepansi

(kesenjangan) antara perpspektif psikologis dan perspektif pragmatisme. Titik pandang

yang menimbulkan kesenjangan adalah kesenjangan antara sikap dan perilaku individu

dalam komunikasi manusia. Tetapi hal ini tidak ditemukan di dalam perspektif pragmatik

karena memang perspektif ini hanya berfokus pada sistem sosial. Fokus perspektif

pragmatik tidak terjun ke hirarki terbawah dan melakukan penelitian mikroskops; yakni,

fokusnya tidak pada individu sebagai perorangan akan tetapi pada sistem sosialnya―

minimal terdiri dari dua orang atau lebih. Dengan memusatkan perhatian pada tingkat sistem

sosial, maka sub-sistem yang terkecil adalah individu. Namun demikian bahwa sikap dan

perilaku merupakan subsistem individu itu sendiri, tetap saja perspektif pragmatik tidak

berfokus ke sana.

Berikut akan kita lihat bagaimana teori sistem umum dan teori informasi bekerja

secara konseptual dalam penelitian ilmu komunikasi. Karena perspektif pragmatis

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 21: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

memandang komunikasi manusia sebagai sistem yang memerlukan eksistensi sistem sosial

yang di dalamnya teradi komunikasi manusia, maka persepsi kita tentang komunikasi

betul-betul fokus hanya pada aktivitas komunikasi manusia. Konseptualisasinya adalah

komunikasi sebagai aktivitas manusia.

Dengan demikian menjadi jelas bahwa komunikasi berbeda dengan piranti keras

komunikasi seperti alat telekomunikasi atau media massa. Yang disebut terakhir ini hanya

instrumen komunikasi manusia dan bukan merupakan bagian integral studi komunikasi

manusia. Jadi, aktivitas manusialah yang memiliki peran aktif dalam sistem sosial, bukan

alat-alat komunikasi itu. Hal ini berarti bahwa dalam sistem sosial itu, konseptualisasi

komunikasi memusatkan perhatian pada pengolahan informasi pada tingkat sistem dan

tidak pada subsistem (individu).

Selain konseptualisasi komunikasi manusia secara sistem sosial, koseptualisasi itu

juga berlangsung secara perilaku (perilaku yang bukan subsistem individu). Fokusnya

adalah organisasi hirarki sistem memainkan peranan. Terdapat tiga tingkatan sistemik

dalam hal ini, yakni subsistem, sistem, dan suprasistem. Yang terakhir dari konseptualisasi

ini adalah pola-pola interaksi yang berurutan. Urutan aktivitas komunikasi manusia (antara

partisipan) menunjukkan pengelompokan unsur-unsur ke dalam pola yang telah dikenal

atau dapat dikenal. Tanpa adanya pola itu, struktur interaksi tidak dapat dikenal.

1. Teori Pemaknaan Gadamer

Teori hermeneutika ini dikembangkan oleh Hans Georg Gadamer (

Littlejohn, 2008: 135-136). Hermeneutika berarti suatu ilmu yang mencoba

menggambarkan bagaimana sebuah kata atau suatu kejadian pada waktu dan

budaya yang lalu dapat dimengerti dan menjadi bermakna secara eksistensial

dalam situasi sekarang. Dengan kata lain, hermeneutika merupakan teori

pengoperasian pemahaman dalam hubungannya dengan interpretasi terhadap

sebuah Teks. Karena obyek kajian utamanya adalah pemahaman makna pesan

yang terkandung dalam teks dengan variabelnya, maka tugas utama hermeneutika

adalah mencari dinamika internal yang mengatur struktur kerja suatu teks untuk

memproyeksikan diri ke luar dan memungkinkan makna itu muncul. Sifat otonomi

wacana tertulis atau teks di atas mempunyai konsekuensi logis bagi siapapun yang

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 22: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

bergulat dengan penafsiran teks. Otonomi teks membuat penafsiran setiap teks

terbuka dan menolak upaya menunggalkan tafsir. Setelah dituliskan, setiap teks

memiliki makna sendiri yang tidak selalu bisa disamakan dengan makna awal

maksud pengarang. Karena itu, di satu sisi teks dapat didekontekstualiasi dan di sisi

lain bisa direkontekstualisasi ke dalam situasi baru, menjumpai para pembaca baru

yang berada di luar kelompok sasaran awal. Itu berarti bahwa teks bisa

memproduksi makna-makna baru sesuai kelompok sasaran barunya. Kendati

demikian, pesan subyek yang mengatakan atau penggagas tetap tersimpan dalam

teks sehingga pesan itu bisa dilacak melalui pembacaan yang bersifat negosiasi

antara pembaca dengan teks. Persoalan utama hermeneutika terletak pada

pencarian makna teks, apakah makna obyektif atau makna subyektif. Perbedaan

penekanan pencarian makna pada ketiga unsur hermeneutika: penggagas, teks

dan pembaca, menjadi titik beda masing-masing hermeneutika.

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details

Page 23: Komunikasi dalam Lintasan 3 Perspektif

Daftar Pustaka

Bertens, Kees, 1990, Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta:Penerbit Kanisius

Ewing, AC, 2003. Persoalan-Persoalan Mendasar Filsafat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Miller, Katherine. 2005. Communication Theories: Perspectives, Processes And Contexts.

Chicago:McGraw Hill.

Griffin, EM. 2000. A First Look at Communication Theory. Chicago:McGraw Hill

Littlejohn. S,. 2008. Theories of Human Communication. New York:Thomson

Shannon and Weaver, 1949. The Mathematical Theory of Communication. Urbana:The

University of Illinois Press

Rogers, Everett, 1997. A History of Communication Study. New York:The Free Press

Fisher, Aubrey, 1978, Perspectives on Human Communication. Boston:McGraw Hill

Craig, Robert, 2007. Theorizing Communication. London:Sage Publication

Schramm, Wilbur, Ferment in The Field. Journal of Communication volume 33 Number 3.

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removedafter purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit www.visagesoft.com for more details