bab 5 eksplorasi hidrogeologi dan pemetaan hidrogeologi (1)
DESCRIPTION
dfdfdsfdfTRANSCRIPT
BAB 5
EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
DAN PEMETAAN
HIDROGEOLOGI
5.1. TEKNOLOGI EKSPLORASI AIR TANAH
(PERMUKAAN DAN BAWAH PERMUKAAN)
Teknologi eksplorasi airtanah bertujuan untuk mengetahui dan
merekokstruksikan kondisi akifer dan sistemnya melalui survey
permukaan dan bawah permukaan. Hasil kombinasi kedua survey
tersebut selanjutnya harus digambarkan dalam bentuk peta
hidrogeologi (dan peta turunannya) dan diagram blok yang
menggambarkan akifer, sistem akifer dalam bentuk tiga dimensi.
Survey hidrogeologi permukaan lainnya dengan menggunakan
metoda geologi. Sementara itu survey hidrogeologi bawah
permukaan menggunakan metoda geolistrik, georadar, seismik dan
pemboran. Khusus untuk pemboran akan dibahas secara lebih rinci
pada bab VI.
V-1
SASARAN : 1. Menentukan metoda eksplorasi yang tepat untuk
berbagai
kondisi geologi
2. Menyusun proposal eksplorasi airtanah
3. Membuat peta hidrogeologi sebagai media
penyajian
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
5.1.1. Metoda Geologi
Pemetaan geologi yang dilakukan untuk pemetaan airtanah
mencakup:
Remote Sensing
Penggunaan foto udara dan citra landsat sangat membantu
dalam menafsirkan dan mengidentifikasi daerah-daerah
recharge dan discharge airtanah. penafsiran dari foto udara
dilakukan melalui kunci-kunci penafsiran, misalnya dari jenis
rona/tona sedangkan pada citra landsat didasarkan pada
kunci-kunci interpretasi warna citra.
Geomorfologi dan analisa daerah aliran sungai (DAS)
Bertujuan untuk penentuan awal daerah isian (recharge area),
daerah luahan (discharge area), dan perkiraan tipologi akifer .
Pemetaan penyebaran satuan batuan
Pemetaan bertujuan untuk mengidentifikasi tipologi sistem
akifer, penyebaran baik secara lateral maupun vertikal yang
nantinya berguna untuk mengidentifikasi karakteristik sistem
akifer di daerah penelitian.
Pemetaan struktur dan akifer boundary daerah tersebut.
Penentuan zonasi struktur untuk mengetahui apakah struktur
tersebut merupakan zona impermeabel (boundary condition)
atau merupakan zona hancuran yang justru meningkatkan
nilai permeabilitas lapisan batuan.
Pembuatan peta isofreatik dan isopach
Bertujuan untuk mengetahui hidrodinamika airtanah
Pembuatan diagram blok dan penampang
Sebagai tahapan pemvisualisasian kondisi hidrogeologi
dalam bentuk 3 dimensi.
V-2
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
5.1.2. Metoda Geofisika
Pemetaan geofisika adalah pemetaan yang didasarkan anomali
fisika dari material di bawah permukaan. Pemetaan geofisika
merupakan data pendukung terhadap pemetaan geologi permukaan,
sehingga sebelum diadakan penelitian geofisika, sebaiknya didahului
oleh pengamatan kondisi geologi daerah penelitian.
Pemetaan geofisika dilakukan berdasarkan beberapa metode
pengukuran. Metode yang populer digunakan dalam eksplorasi
geofisika untuk airtanah adalah :
1). Pengukuran geofisika dari permukaan (non-destructive test)
Metode ini bersifat tidak langsung (indirect method). Jenis dari
metode ini adalah Geolistrik. Yang umum digunakan adalah
metode geolistrik (resistivity). Metode ini digunakan untuk
memperkirakan letak serta ketebalan akifer.
a. Teori Dasar Metode Geolistrik
Eksplorasi dengan metode geolistrik dilakukan di atas permukaan
tanah dengan menginjeksi searah (DC) frekuensi rendah ke dalam
tanah melalui dua elektroda arus. Besar beda potensial yang terjadi
diukur di permukaan dengan dua elektroda potensial. Hasil
pengukuran besar yang diinjeksikan dan beda potensial yang terjadi
untuk setiap jarak elektroda yang berbeda akan memberikan variasi
harga tahanan jenis. Variasi nilai tersebut menunjukkan adanya
variasi lapisan batuan di bawah permukaan.
Aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
V-3
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
1. Konduksi elektrolitik yang terjadi jika batuan/mineral mempunyai
banyak elektron bebas sehingga arus listrik yang dialirkan dalam
batuan oleh elektron-elektron bebas tersebut.
2. Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porous
dan pori-porinya terisi oleh cairan elektrolitik.
3. Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik
terhadap aliran arus listrik dimana pada kasus ini terjadi polarisasi
saat batuan dialiri arus listrik.
Pengukuran sifat kelistrikan batuan dilakukan dengan
menerapkan Hukum Ohm’s dengan asumsi bahwa batuan tersebut
homogen, isotropis dan semi tidak terbatas. Jika arus diinjeksi ke
bawah permukaan sebesar 1 mA dan besar beda potensial yang
terjadi adalah V mV, maka nilai resistensi atau hambatan listrik
(R) :
dimana : R = Resistensi (ohm)
V = Potensial (V)
I = Kuat arus (A)
L = Panjang medium (m)
A = Luas penampang (m2)
p = Resistivitas (Ohm-m)
V-4
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.1. Prinsip kerja metoda geolistrik
(Sumber : M. Erdelyi & Galfi, 1988)
Dalam pengukuran geolistrik digunakan empat buah
elektroda yang diberi simbol sebagai berikut :
- A = elektroda arus positif
- B = elektroda arus negatif
- M dan N = elektroda potensial.
Jika MN merupakan jarak antara elektroda M dan elektroda
N, maka persamaan diatas dapat diekspresikan sebagai berikut
(Zohdy, dkk, 1974) :
V-5
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
K adalah faktor geometri yang tergantung pada jarak dan susunan
elektroda.
Susunan elektroda yang telah dikenal ada beberapa metoda
antara lain :
1. Aturan Schlumberger; yaitu keempat elektroda ditempatkan
sejajar dengan jarak elektroda potensial (MN) maksimum
seperlima (1/5) jarak elektroda arus (AB). Faktor geometri
diekspresikan :
2. Aturan Wenner; yaitu empat buah elektroda ditempatkan sejajar
dengan jarak yang sama, AM = MN = NB = a. Faktor geometri
(K) = 2. .a.
3. Aturan Dipole-Dipole; yaitu sepasang elektroda arus yang
terpisah dari sepasang elektroda potensial dengan jarak elektroda
dalam satu pasang dinyatakan dengan variabel a dan jarak antara
kedua pasangan dinyatakan dengan na. Faktor geometri
dinyatakan K = n(n+1)(n+2) a.
V-6
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.2. Susunan Elektroda
(Sumber : M. Erdelyi & Galfi, 1988)
Pelaksanaan survey geolistrik pada umumnya digunakan
aturan elektroda Wenner di Amerika, sedangkan di Eropa umumnya
digunakan aturan Schlumberger. Di dalam tulisan ini akan dibahas
tentang aturan elektroda Schlumberger.
V-7
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
b. Metoda Pengukuran Geolistrik di Lapangan
Pekerjaan lapangan dimulai dengan menancapkan elektroda
yang biasanya berupa stainless steel ke dalam tanah dengan
menggunakan hammer. Masing-masing elektroda selanjutnya
dihubungkan ke alat geolistrik (measuring instrument) dengan kabel.
Arus dimasukkan ke dalam tanah melalui alat geolistrik dari suatu
sumber arus listrik yang biasanya berupa accu atau baterai.
Pada metoda Schlumberger, kedalaman lapisan yang
teridentifikasi ditentukan oleh jarak elektroda arus, sehingga untuk
mendapatkan nilai tahanan jenis pada kedalaman yang bervariasi
maka pengukuran dilakukan pada jarak AB yang bervariasi dengan
memperbesar interval elektroda arus. Bilamana beda potensial yang
terukur sangat kecil sehubungan dengan jarak elektroda arus yang
sangat besar, maka jarak elektroda potensial dapat diperbesar.
Pengukuran lapangan dengan alat geolistrik dimaksudkan
untuk mengukur nilai hambatan listrik (resistensi) batuan, dimana
pada jenis alat tertentu nilai tersebut langsung terbaca, tetapi pada
jenis alat lain terbaca nilai kat arus dan beda potensial. Perkalian nilai
hambatan listrik dengan faktor geometri menghasilkan nilai tahanan
jenis semu (apparent resistivity / pa).
Pengukuran geolistrik yang dilakukan di lapangan pada
kegiatan eksplorasi meliputi dua cara, yaitu “Electrical Sounding”
dan “Electrical Profilin/Electrical Mapping”. “Electrical sounding”
merupakan metoda yang dilakukan untuk mendapatkan variasi nilai
tahanan jenis semu pada kedalaman yang berbeda pada satu letak titik
pengamatan/titik pendugaan, sedangkan “electrical mapping”
dimaksudkan untuk mendapatkan variasi nilai tahanan jenis semu
V-8
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
lapisan batuan pada kedalaman tertentu dalam suatu wilayah
penelitian. Metode sounding baik untuk kondisi geologi dengan yang
relatif seragam, sedangkan metoda sounding baik untuk kondisi yang
sangat heterogen.
Prosedur kerja masing-masing cara tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
1. “Electrical Sounding”
a. Pemasangan elektroda dalam bentuk garis lurus, dimana jarak
MN maksimum seperlima jarak AB.
b. Pengukuran nilai resistensi batuan (R) pada susunan elektroda
pada bagian a.
c. Perhitungan nilai tahanan jenis semu pada susunan elektroda
pada bagian a, dengan cara mengalikan nilai resistensi batuan
dengan faktor geometri susunan elektroda.
d. Pengeplotan nilai tahanan jenis semu terhadap AB/2, ke
kertas grafik bi-logaritma
e. Pengubahan jarak elektroda arus (AB) untuk memperoleh
nilai tahanan jenis semu pada kedalaman yang diinginkan.
f. Prosedur selanjutnya kembali ke point b-e, sampai kedalaman
maksimum yang diinginkan. Bilamana pada pembacaan nilai
beda potensial sangat kecil, maka jarak elektroda potensial
(MN) dapat diperbesar dengan ketentuan tidak lebih besar
dari seperlima jarak elektroda AB.
V-9
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah
jarak elektroda arus (AB) minimum empat kali kedalaman yang
diinginkan.
2. “Electrical Mapping” (“Electrical profiling”)
a. Pembuatan grid pada peta wilayah penelitian / survey, untuk
pengukuran letak titik duga.
b. Pengukuran nilai resistensi lapisan batuan pada jarak
elektroda yang ditentukan sesuai dengan kedalaman yang
diinginkan. Untuk kedalaman yang lebih besar digunakan
jarak elektroda arus (AB) yang besar, sedangkan jika
diinginkan kedalaman yang dangkal digunakan jarak
elektroda arus kecil.
c. Perhitungan nilai tahanan jenis batuan dengan mengalikan
nilai resistensi terukur dengan faktor geometri jarak elektroda.
d. Pemindahan titik pengukuran yang lain dengan tetap
menggunakan aturan dan jarak elektroda yang sama pada titik
sebelumnya.
C. Faktor Pembatas Pada Pengukuran Geolistrik
Pengukuran geolistrik di lapangan bertujuan untuk mengetahui
sifat daya hantar listrik batuan di bawah permukaan. Kehadiran
material yang mempunyai sifat daya hantar listrik sangat berbeda
dengan material batuan akan memberikan nilai daya hantar listrik
yang dapat memberikan hasil interpretasi yang tidak akurat.
V-10
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat keakuratan hasil
pengukuran geolistrik adalah sebagai berikut :
1. Jaringan perpipaan di bawah tanah, baik air minum,
telekomunikasi ataupun kelistrikan.
2. Jaringan listrik di atas permukaan tanah. Pada sistem jaringan
tunggal (satu arah), arah bentangan dibuat melintang jaringan.
3. Tingkat kerapatan bangunan akan memberikan pengaruh terhadap
nilai daya hantar listrik, terutama pada pengukuran dangkal.
4. Arah bentangan geolistrik yang tidak seragam terhadap
kedudukan perlapisan batuan (strike/dip) ataupun aliran air
sungai. Arah bentangan pengukuran disarankan searah jurus
lapisan dan arah aliran sungai.
5. Kemiringan topografi. Toleransi kemiringan topografi yang
disarankan maksimum 15o.
6. Peletakan elektroda yang tidak sejajar atau pada jarak yang tidak
seimbang dari titik pusat pengukuran.
5.1.2.1. INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK METODE SCHLUMBERGER
A. Prosedur Interpretasi
Hasil pengukuran yang diperoleh di lapangan selanjutnya
dilakukan interpretasi parameter kelistrikan batuan. Pada cara
pengukuran “electrical mapping” diperoleh nilai tahanan jenis semu
lapisan batuan pada kedalaman tertentu. Nilai ini digunakan langsung
pada penafsiran kondisi geologi/hidrogeologi. Pada cara pengukuran
“electrical sounding” diperoleh nilai tahanan jenis semu lapisan
V-11
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
batuan pada kedalaman yang bervariasi pada suatu titik. Nilai-nilai
tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan nilai tahanan jenis
sebenarnya (true resistivity / p) dan ketebalan suatu lapisan batuan.
Interpretasi data geolistrik sounding dapat dilakukan dengan
“Curve Matching” dan program komputer. Dalam tulisan ini yang
dibahas hanya dengan metode Curve Matching karena hal ini juga
merupakan dasar untuk pemakaian software.
Curve Matching adalah penyesuaian bentuk kurva yang
diperoleh dari pengukuran lapangan dengan kurva standar yang
dibuat dari model yang telah diplot di kertas bi-logaritma. Hal ini
dimaksudkan agar bentuk dasarnya tidak bergantung pada satuan
yang digunakan dalam pengukuran. Kurva-kurva standar yang
digunakan dibuat oleh Ernesto Orellana dan Harold M Mooney
(1966) dalam bukunya “Master tables and curves for vertical
electrical sounding over layered structure”. Pemilihan kurva standart
bergantung pada jumlah lapisan yang terukur dari lapangan, dimana
untuk kasus dua lapis tersedia 25 macam kurva dan tabel, kasus tiga
lapis sebanyak 480 macam dan 912 macam untuk kasus empat lapis.
Prosedur kurva matching terdiri dari metoda kurva standar
dan metoda titik/kurva bantu. Pada metode kurva standar, langkah
awal adalah menafsirkan berapa jumlah lapisan yang akan
diinterpretasi (matching). Selanjutnya dipilih kurva standar yang
mendekati kurva lapangan kemudian dihimpitkan dengan cara
menggeser ke kiri atau ke kanan, namun tetap menjaga agar absis dan
ordinat kedua kurva selalu sejajar. Bila telah diperoleh kurva yang
dianggap paling tepat, maka dilakukan pembacaan nilai resistivitas
dan ketebalannya. Dalam metode kurva standar, apabila diperoleh
V-12
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
banyak lapisan, maka diperlukan kurva menjadi sulit dan
memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu, untuk memudahkan
proses interpretasi digunakan kurva standard dua lapisan. Guna
menghubungkan segmen kurva yang satu terhadap segmen kurva lain
digunakan kurva bantu. Interpretasi metode ini menggunakan dua
kurva utama standar, yaitu kurva utama naik (kurva untuk p1 < p2).
Tipe-tipe kurva bantu adalah sebagai berikut :
1. Tipe H (Bowl type)
Digunakan bila kurva lapangan menunjukkan adanya suatu harga
minimum dari tiga perlapisan dengan variasi tahanan jenis
p1 > p2 < p3.
2. Tipe A (Ascending type)
Digunakan bila kurva lapangan menunjukkan kenaikan harga
tahanan jenis monoton dari tiga perlapisan dengan variasi tahanan
jenis p1 < p2 < p3.
3. Tipe K (Bell type)
Digunakan bila kurva lapangan menunjukkan adanya harga
maksimum dari tiga perlapisan dengan variasi tahanan jenis p1 <
p2 > p3.
4. Tipe Q (Descending type)
Digunakan bila kurva lapangan menunjukkan adanya penurunan
tahanan jenis secara monoton dengan variasi tahanan jenis p1 > p2
> p3..
Apabila terdapat lebih dari tiga lapisan tahanan jenis yang berbeda
pada suatu kurva lapangan, maka dipergunakan gabungan kurva-
V-13
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
kurva bantu di atas, misalnya untuk tipe H-K yang menunjukkan
kurva untuk model empat lapis dengan variasi tahanan jenis p1 > p2
< p3 > p4.
Dalam tulisan ini hanya diuraikan metode interpretasi
dengan sistem dua lapis beserta kurva bantunya, karena metode ini
yang umum digunakan dalam interpretasi data geolistrik (lampiran
1). Prosedur interpretasi sebagai berikut :
1. Pembuatan kurva lapangan pada kertas bi-logaritma yang
berskala sama dengan kurva standar.
2. Pemilihan jenis kurva standar yang sesuai dengan bentuk kurva
lapangan untuk dua lapis pertama apakah p1 < p2 atau p1 > p2.
3. Matching dilakukan dengan menggunakan kurva standar yang
dihimpitkan sedemikian rupa sehingga diperoleh titik cross
pertama P1 dan nlai p2/p1. Nilai tahanan jenis lapisan pertama (p1)
adalah ordinat titik P1 dan kedalamannya adalah absis titik P1.
Nilai tahanan jenis lapisan kedua (p2) = p1 . p2/p1.
4. Penghubungan segmen pertama dan segmen berikutnya dilakukan
dengan menghimpitkan titik cross P1 dengan titik pusat kurva
bantu terpilih (sesuai ketentuan sifat kurva bantu), kemudian garis
yang bernilai sama dengan p2/p1 pada kurva bantu diplot di kurva
lapangan. Bertitik tolak dari titik cross P1 dapat dicari titik cross
berikutnya dengan menggunakan kurva standar yang digeser
sepanjang garis kurva bantu yang telah dibuat sebelumnya sampai
kurva standar berhimpit dengan kurva lapangan segmen kedua,
dengan catatan pergeseran harus selalu sejajar baik absis maupun
ordinatnya. Kurva yang berhimpit diperoleh nilai p3/p2. Titik
V-14
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
cross kedua (P2) merupakan batas kontras resistivitas lapisan
kedua dengan terhadap lapisan ketiga.
5. Penentuan nilai tahanan jenis lapisan ketiga ditentukan oleh nilai
ordinat titik P2 dikalikan nilai p3/p2. Perhitungan ketebalan lapisan
kedua dilakukan dengan menghimpitkan kembali kurva bantu
pertama pada titik cross P1 kemudian membaca nilai garis absis
kurva bantu yang sesuai dengan titik cross P2. Besar ketebalan
lapisan tersebut adalah nilai absis kurva bantu dikalikan dengan
nilai absis P1 pada kurva lapangan.
6. Hal serupa dilakukan dari point 4 dan 5 untuk kasus lapisan
selanjutnya.
II.1. Keakuratan Hasil Interpretasi
Hasil interpretasi yang diperoleh dari data geolistrik akan
diperoleh hasil yang berbeda bagi setiap interpreter. Oleh karena itu
keakuratan hasil interpretasi sangat ditentukan oleh pengalaman
interpreternya.
Kemampuan hasil interpretasi data geolistrik untuk
menjelaskan tentang kondisi geologi dan hidrogeologi di bawah
permukaan tanah ditentukan oleh interval jarak elektroda yang
digunakan dalam pengukuran. Pada pengukuran geolistrik penentuan
jarak elektroda cenderung mengikuti perubahan skala logaritma, yang
merupakan jarak elektroda yang dapat diplot ke kertas bi-logaritma,
yang selanjutnya digunakan dalam proses interpretasi parameter
kelistrikan batuan.
V-15
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Pada awal pengukuran interval pengukuran (AB/2) sekitar
satu meter, kemudian 5 meter dan selanjutnya puluhan meter. Pada
interval 1 meter lapisan yang terdeteksi semakin detail, sedangkan
pada interval pengukuran puluhan meter, keadaan lapisan 1 meter
tidak dapat terdeteksi dengan tepat, karena dalam setiap pengukuran
selalu diasumsikan interval jarak elektroda merupakan suatu kondisi
lapisan yang homogen dan isotropik.
5.1.2.2. APLIKASI PARAMETER GEOLISTRIK PADA EKSPLORASI AIRTANAH
A. Dasar Penafsiran
Kemampuan suatu batuan untuk menghantarkan listrik tergantung
pada tiga faktor utama, yaitu : porositas batuan, tingkat hubungan
antara pori (porositas efektif) dan volume dan konduktivitas air
dalam pori (Minning, 1973). Kehadiran air dan sifat kimianya
merupakan pengontrol utama pada aliran arus listrik, sehubungan
banyaknya partikel batuan yang mempunyai sifat resistensi sangat
tinggi terhadap aliran arus listrik. Nilai tahanan jenis berbanding
terbalik dengan porositas, konduktivitas hidrolika, kandungan air
dan peningkatan kadar salinitas air. Beberapa konsep yang umum
dalam perbandingan nilai resistivitas batuan adalah :
1. Batuan sedimen mempunyai nilai resistivitas lebih kecil daripada
batuan beku.
2. Batuan basa mempunyai nilai resistivitas lebih kecil daripada
batuan asam.
3. Batulempung mempunyai nilai resistivias lebih kecil daripada
batupasir.
V-16
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
4. Batuan berlapis menunjukkan nilai resisitivitas lebih besar pada
arah tegak lurus bidang perlapisan daripada searah bidang
perlapisan.
5. Batuan yang mengandung air asin mempunyai nilai resistivitas
lebih rendah daripada batuan yang mengandung air tawar.
Tabel 5.1. Range nilai resistivitas beberapa batuan
(Culley, at.al., 1975).
Jenis Litologi Resistivitas (Ohm-m)
Clay and Loam 1 – 100
Loam 80 – 180
Top Soils 180-400
Clayey Soils 100 – 750
Sandy Soils 750 – 7000
Loose Sands 1000 – 200000
River Sand and Gravel 100 – 7000
Glacial Till 10 – 7000
Chalk 80 – 100
Limestones 100 – 5000
Sandstones 25 – 10000
Basalt 200 – 1000
Crystalline Rocks 1000 – 1000000
V-17
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Pengukuran geolistrik dilakukan untuk menentukan dua
parameter yaitu nilai tahanan jenis dan ketebalannya. Beberapa
parameter geolistrik yang lain yang dapat dihitung dari kedua nilai
tersebut adalah :
1. Longitudional unit condictance S1 = h1/p1
2. Transverse unit resistance T1 = h1 . p1
3. Longitudinal resistivity p1 = h1 / S1
4. Transverse resistivity pT = T1 / h1
5. Anistropy factor = pT / p1
Mengenai eksplorasi airtanah, hal yang penting adalah nilai
transverse resistivity dianggap analog dengan transmissivitas T* = K1
. h1. dimana K adalah konduktivitas hidrolika dan h1 adalah ketebalan
lapisan. Analog ini umumnya digunakan dalam interpolasi data
transmissivitas bagi daerah yang belum mempunyai data
transmissivitas.
B. Tipe Penampang dan Peta Geolistrik
Bentuk penampang geologi berbeda dengan penampang
geolistrik karena batas lapisan geologi tidak sesuai dengan batas nilai
resistivitas. Oleh karena itu, korelasi antara paramter litologi dengan
parameter geolistrik perlu dipelajari. Pembuatan penampang
geolistrik hanya didasarkan oleh dua parameter utama, yaitu nilai
tahanan jenis dan ketebalannya.
Secara umum data resistivitas diambil dalam bentuk vertical
electrical sounding (VES). Hasil pengukuran dibuat dalam bentuk
V-18
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
grafik sounding dengan anggapan data tersebut mewakili kondisi
vertikal pada titik pusat pengukuran. Secara formasi bentuk grafik
yang diperoleh sesuai dengan litologi yang ditentukan dari pemboran,
sehingga metode penyajian penampang dan peta geologi dapat
diaplikasi untuk pembuatan peta dan penampang geolistrik. Bentuk
penyajian yang umum dilakukan adalah :
1. Studi tipe grafik sounding pada daerah survey dalam bentuk
penampang dan dalam bentuk peta. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran global tentang lapisan batuan di bawah
permukaan.
2. Pembuatan penampang apparent resistivity (tahanan jenis semu)
sesuai arah penampang yang diinginkan. Nilai tahanan jenis semu
diplot terhadap setengah jarak elektroda arus (AB/2).
3. Pembuatan penampang geologi dari nilai true resistivity (tahanan
jenis sebenarnya) yang diperoleh dari hasil interpretasi data
geolistrik. Data ini dihubungkan dengan data geologi daerah
survey .
4. Pembuatan peta resistivitas berdasarkan nilai apparent resistivity
sesuai jarak elektroda arus (AB) yang diinginkan. Jarak AB yang
kecil menggambarkan lapisan yang dangkal dan jarak AB besar
untuk lapisan yang dalam.
5. Pembuatan peta distribusi transverse resistance, yang bertujuan
untuk menggambarkan kondisi kuantitatif transmissivitas lapisan.
6. Pembuatan peta kontur bawah permukaan kontak lapisan batuan,
misalnya top clay atau bedrock.
V-19
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
7. Pembuatan blok diagram atau diagram pagar untuk
menggambarkan sifat resistivitas dan litologi daerah studi.
a. Analisis Hidrogeologi dari Nilai Resistivitas
Tahanan jenis batuan merupakan hal yang sangat relatif,
karena nilai tahanan jenis tidak dapat mendefinisikan parameter
batuan secara pasti, akan tetapi harga anomali dapat digunakan untuk
interpretasi hidrogeologi. Interpretasi hidrogeologi dari nilai tahanan
jenis kemungkinan akan berbeda bagi setiap interpreter, sehingga
keakuratannya ditentukan oleh pengalaman interpreter.
Contoh kasus diambil dari daerah yang telah dilakukan
pengukuran geolistrik yang merupakan daerah dataran pantai yang
dibatasi oleh patahan normal. Cekungan tersebut kemudian terisi oleh
endapan sedimen laut dan terrestrial. Dasar cekungan diinterpolasi
dari singkapan di pegunungan sekitarnya, yaitu berupa granit dan
basal. Tujuan ekeplorasi ini adalah untuk eksploitasi airtanah pada
kedalaman lebih kecil dari 200 meter. Salah satu metode pendekatan
nilai tahanan jenis untuk interpretasi jenis litologi adalah korelasi
dengan sumur bor yang telah ada dan pengukuran nilai resistivitas
pada singkapan batuan.
Kasus pertama : Nilai tahanan jenis pada Wadi Zabid Valley adalah :
1. Akifer jenuh = 20 – 80 m.
2. ‘Dry loss’ di permukaan = 15 – 35 m.
3. ‘Dry loss’ + pasir = 10 – 400 m.
4. Kerikil kering di permukaan = > 360 m.
5. Clay = 5 – 20 m.
6. Granit = > 500 m.
V-20
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Kasus kedua : Nilai tahanan jenis di Wadi Jizan Valley adalah :
1. Intrusi air laut = < 1 m.
2. Akuifer jenuh = 10 – 50 m.
3. Clay = 2 – 5 m.
4. ‘Dry loss’ + pasir = 160 –400 m.
5. Granit = > 500 m.
Konversi data transverse resistivity ke dalam transmisivitas
pada akuifer multilayer, dimana transmissivitas merupakan
penjumlahan nilai transmissivitas semua layer, maka dalam
transverse resistivity juga merupakan penjumlahan transverse
resistivity semua lapisan yang diperkirakan sebagai akufer.
5.1.2.3. Perunutan Aliran Sungai Bawah Tanah Dengan
Pendekatan Multi Metode Geofisika
1. Prinsip Kerja Metode Mise a-la Masse
Alur sungai bawah tanah dalam satu formasi batugamping merupakan
anomali konduktif dan resisten, hal ini diakibatkan perbedaan yang
cukup besar antara konduktitivas air dan konduktifitas dari formasi
batugamping serta resistivitas batugamping.
Sistem pengukuran dari pemetaan potensialnya adalah memotong
alur sungai bawah tanah, sehingga dapat diasumsikan bahwa sumber
arusnya adalah monopol. Dalam hal ini dapat didekati dengan
persamaan Laplace :
Δ2V = 0
V adalah suatu fungsi potensial sebagai fungsi spasial
Δ2V = (d2V/dr2) + (2/r)(dV/dr) = 0
V-21
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Jika diintegrasikan maka akan didapat :
V = -A/r + B
A dan B adalah tetapan. Karena V = 0 pada saat r mendekati tak
terhingga, maka dipilih B = 0, sehingga arus dalam permukaan bola
adalah sebagai berikut (Tellford, 1987)
V = (Iρ/4π)/r
Gambar 5.3. Pola distribusi arus dan medan potensial
Disain Pengukuran Metode Mise a-la Masse
Metode Mise a-la Masse merupakan metode pemetaan potensial.
Konfigurasi pengukuran yang diterapkan dengan membuat arus
injeksi I konstan (DC teregulasi dan konstan) dan melakukan
pengukuran potensial pada line pengukuran yang memotong jalur
anomali (Gambar 5.4)
V-22
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Kutub injeksi arus didisain saling berjauhan dengan jarak antar titik
injeksi arus yaitu sekitar 800 m. Pola injeksi arus seperti ini
dilakukan supaya arus yang berjalan pada medium konduktif berjarak
lebih jauh, sehingga titik belok arus tidak dominan pada jarak yang
dekat (sekitar elektrode arus injektor yang disentuhkan ke benda
anomali).
Pemetaan potensial dilakukan pada daerah penelitian diusahakan
membuat suatu loop supaya memotong anomali konduktif (sungai
bawah tanah), bentang jarak antar probe/ elektrode potensial yang
dibuat adalah 20 meter dan dilakukan perunutan sepanjang alur/line
deteksi (8 line).
Perangkat injektor arus didisain dengan arus tetap dengan range
maximum 1000 volt, dengan range arus 200 mA hingga 400 mA.
Perangkat Pengukur potensial didisain dengan tegangan backoff dan
menggunakan probe/elektrode yang dilengkapi dengan tabung porus
pot berisi CuSO4 cair tapi jenuh.
V-23
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.4. Disain pengukuran Metode Mise a-la Masse
Kendala yang paling menyulitkan di lapangan adalah posisi titik
injeksi dan posisi titik ukur potensial sangat jauh, untuk itu
digunakan dua perangkat ukur yang terpisah, yaitu satu perangkat
injektor arus DC konstan dan satu perangkat pengukur potensial. Dua
perangkat tersebut terpisah karena jarak antara perangkat injektor
arus dan perangkat pengukur potensial cukup jauh sekitar 500 meter.
Munculnya tegangan potensial diri (SP) yang tidak stabil juga amat
mengganggu dalam pengukuran, oleh karenanya disain pengukuran
potensial menggunakan elektrode CuSO4 cair yang jenuh dengan
porus pot dan menggunakan tegangan backoff untuk mengeliminir
tegangan potensial diri. Arus injektor didisain konstan dalam satu line
pengukuran. Arus yang diinjeksi berkisar 250 mA.
V-24
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
2. Prinsip Kerja Metode Bristow
Metode Pole-Dipole adalah salah satu dari metode geolistrik.
Konfigurasi pengukuran metode Pole-Dipole juga disebut sebagai
metode Bristow. Metode ini pertama kali diterapkan oleh C.M
Bristow pada tahun 1966, kemudian teknik pengukuran geolistrik
dengan metode ini dikenal sebagai metode Bristow.
Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan arus yang diinjeksikan ke
dalam bumi melalui dua buah elektrode arus, kemudian akan
membentuk medan equipotensial dalam bumi. Respons bumi dapat
diukur sebagai beda potensial antara dua buah elektrode potensial
melalui informasi besar arus yang terinjeksi ke dalam bumi, maka
dapat diperoleh informasi mengenai resistivitas semu di bawah
permukaan bumi. Konfigurasi dalam metode ini digambarkan sebagai
berikut (Gambar 5.5):
Gambar 5.5. Susunan barisan elektrode pada metode Pole-Dipole
Resistivitas semu (ρa) pada titik tengah antara dua buah elektroda
potensial dihitung dengan beda potensial (V) dua buah elektrode
potensial dan besarnya arus yang terinjeksi, serta memasukkan faktor
konfigurasi yang bergantung jarak antar tiap-tiap elektrode.
Metode Pole-Dipole mempergunakan konfigurasi array elektrode
pole-dipole, sehingga titik arus dianggap sebagai titik monopole,
V-25
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
keadaan ini diperoleh jika jarak antar elektrode arus cukup besar
yaitu 5 hingga 10 kali jarak antar elektrode arus dan potensial (rl ≥
5r5). Efek dari konfigurasi dengan jarak antar elektrode seperti di
atas mengakibatkan persamaan resistivitas semu sederhana sebagai
berikut:
ρa = 2 π (V/I) (r2. r1)/(r2. r1) (5)
Perumusan sederhana di atas akan sangat membantu dalam
memprediksikan harga resistivitas semu secara cepat di lapangan.
Medium dalam kasus ini dianggap homogen, radius kedalaman yang
dapat dideteksi sebanding dengan jarak elektroda arus dengan
elektrode potensial. Rongga yang dapat dideteksi adalah rongga-
rongga yang besarnya lebih besar dari lebar spasi elektrode potensial,
akan tetapi efek noise geologi akan membesar jika spasi elektrode
potensial semakin kecil.
Disain Pengukuran Metode Bristow
Prosedur pengukuran resitivitas dengan metode Pole-Dipole
didasarkan atas pemetaan resistivitas secara radial. Prosedur
pengukuran dalam metode ini ada 2 macam yaitu prosedur
pengukuran medan potensial di dalam (inside) dan prosedur
pengukuran medan potensial di luar (outside) dalam kasus ini untuk
menyingkat waktu hanya didasarkan pada pengukuran medan
potensial di luar (outside). Prosedur ini dapat dilakukan dengan
asumsi lokasi rongga yang akan diduga telah diketahui memotong
lintasan yang diukur.
V-26
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1) Meletakkan bagian elektrode arus secara tetap, dengan jarak antar
elektrode arus adalah lima hingga sepuluh kali dari jarak
maksimal antar elektrode arus dan elektrode potensial. Lintasan
ini diharapkan telah memotong jalur rongga yang ada.
2) Spasi potensial digeser terhadap titik arus dengan spasi tetap
(Spasi elektrode potensial dipilih berdasarkan karakteristik besar
rongga yang akan dideteksi), hingga pasangan elektrode potensial
ini berjarak maksimal terhadap elektrode arus (batasan dari
prosedur nomor 1). Ukur potensial untuk setiap letak spasi
elektrode potensial (Gambar 5.6).
Gambar 5.6. Pengukuran beda potensial pada lintasan
3) Titik arus digeser kearah berlawanan dan prosedur no. 2
dilakukan lagi tetapi dengan arah yang berlawanan (Gambar
5.7).
Gambar 5.7. Pengukuran beda potensial dengan arah berlawanan
terhadap lintasan Gambar 5.6.
V-27
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Pemakaian prosedur pengukuran 1, diharapkan memenuhi
pendekatan yang diturunkan menjadi persamaan (2). Prosedur
pengukuran 2 dan 3 digunakan untuk identifikasi lokasi rongga
secara lebih baik.
Untuk identifikasi rongga bawah permukaan minimal harus
dilakukan dengan satu Pasang pengukuran yang berba1ikan arah
(prosedur 2 dan 3), pengukuran akan lebih baik jika titik arus yang
digeser lebih rapat lagi (terutama pada daerah lokasi rongga).
3. Prinsip Kerja Metode VLF (Very Low Frequency)
Metode VLF adalah metode Elektromagnetik dengan frekuensi
sangat rendah, metode ini menggunakan gelombang navigasi dan
komunikasi kapal selam Range frekuensi gelombang VLF ini adalah
berkisar antara 15 KHz hingga 30 KHz.
Gambar 5.8. Pancaran gelombang pada metode VLF
V-28
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Pemancar gelombang elektromagnetik VLF berada pada jarak yang
amat jauh sehingga dapat diasumsikan bahwa gelombang yang
tertangkap di daerah Gunung Kidul, Jawa Tengah berupa gelombang
plane waves (gelombang bidang). Medan yang terukur dalam
perangkat VLF (antena) adalah perbandingan antara medan magnet
Hx dan medan magnet Hy yang berupa bilangan real dan imajiner. Hal
tersebut terukur karena ada beda fase antara medan magnetik arah x
dan medan magnet arah y. Dari hasil yang diperoleh di lapangan, data
ditapis dengan filter Karous H. Jelt untuk diubah ke domain rapat
arus terhadap kedalaman dan arah lateral.
2). Pengukuran geofisika pada lubang pemboran (destructive
test)
Metode pengukuran bersifat langsung. Metode yang umum
digunakan adalah : electrical resistivity log, self potensial (SP),
dan Gamma Ray Log.
5.1.3. Metoda Hidrokimia
Penelitian hidrogeologi dengan metoda geokimia, umumnya
ditujukan untuk mengetahui kualitas dan fasies air tanah, sebagai
dasar untuk memprediksi proses sirkulasi airtanah, jenis akifer secara
umum, dan untuk melacak sistem aliran airtanah pada akifer media
rekahan.
V-29
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
5.2. PEMETAAN HIDROGEOLOGI
Hidrogeologi didefiniskan sebagai studi berbagai ilmu dengan
interaksi ekstensif antara air dan kerangka kerja geologi (Maxey,
1964).
Kegunaan dari pemetaan hidrogeologi adalah untuk menunjukkan
geometri bawah permukaan (struktur) dan properti hidrolik dari
material bumi yang berguna untuk menginvestigasi properti
hidrodinamik dari air bawah tanah pada bagian alamiah (cekungan)
atau bagian pengisinya.
Pemetaan hidrogeologi harus dilakukan bersama-sama oleh ahli
geologi, geofisika dan teknik hidrolik. Pemetaan hidrogeologi terbagi
menjadi dua proses :
a. Evaluasi dan survey (di lapangan dan luar lapangan) dari
semua informasi geologi, hidrologi, kualitas air, geomorfologi,
pedologi, dll dari area yang bersangkutan.
b. Pemetaan yang sebenarnya adalah koleksi dari data terbaru
dan pengecekan data di lapangan : penerapan geologi, geofisika,
kimia, geologi foto-kartografi dan metoda lainnya.
Hakekatnya sebuah peta hidrogeologi merupakan suatu peta yang
menggambarkan dua informasi utama yaitu:
a) informasi geologi, dan
b) informasi air
pembuatan peta hidrogeologi dilakukan diatas dasar peta topografi,
sama hanya seperti membuat peta geologi dan peta hidrogeologi. Peta
hidrogeologi dalam sistem peta ilmu kebumian diperlihatkan pada
gambar 5.9.
V-30
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
GAMBAR 5.9. Peta Hidrogeologi dalam ilmu kebumian
( Sumber : IAAH,1997)
Penjelasan sebuah peta hidrogeologi hendaknya memberikan
gambaran yang jelas mengenai informasi akifer, akiklud, batas-batas
sistim akifer, batas – batas cekungan airtanah, pola dinamika aliran
airtanah, informasi hidrologi, informasi geologi, sistim masukan dan
keluaran air. Gambaran tersebut disajikan dalam bentuk dua dimensi
(peta) dan dalam bentuk tiga dimensi (diagram Blok).
Sebuah peta hidrogeologi sudah seharusnya mencerminkan
kompleksitas sistim airtanah terutama hubungan antara air dan batuan
serta menggambarkan suatu sistim aliran air dari dan ke dalam akifer
seperti pada gambar 5.10.
V-31
Geologi hidrologi
Peta Hidrogeologi
Peta Geologi
Peta Hidrologi
+Informasi geologi + Informasi air
Peta Topografi
ILMU KEBUMIAN
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.10. Sistim kompleksitas masukan dan keluaran airtanah
(Sumber : IAAH 1997)
Secara khusus untuk perencanaan dan pengembangan airtanah perlu
memperhatikan :
a) Pemahaman sistim akifer dan sistim aliran airtanah
b) Evaluasi sumber airtanah potensial
Pemahaman sistim akifer dan sistim aliran airtanah meliputi aspek
geologi, iklim, dan hidrologi. Sedangkan aspek evaluasi sumber
airtanah potensial meliputi kemudahan pencapaian dari akifer,
parameter eksploitasi, ketersediaan airtanah, parameter kimia dan
polusi airtanah, dan konservasi yang secara skematik dapat dilihat
pada gambar 5.11.
V-32
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.11. Pemahaman sistim akifer dalam untuk evaluasi
sumber airtanah potensial (Sumber : IAAH 1997)
5.2.1 Studi Pendahuluan
Untuk membuat suatu peta hidrogeologi, sangatlah penting
untuk mempelajari informasi yang telah ada mengenai daerah studi
tersebut. Tahapan ini disebut juga studi pendahuluan. Tahapan ini
adalah pengumpulan seluruh data yang diperlukan dengan
menggunakan semua informasi yang terkumpul sedikit demi sedikit
dari beberapa sumber seperti yang telah dibahas pada bab
V-33
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
sebelumnya dan biasanya tanpa informasi tambahan yang diperoleh
dari lapangan. Tahapan ini biasanya dilakukan di kantor atau studio.
Bagaimanapun juga, studi pendahuluan ini akan sangat berguna
untuk program perencanaan pekerjaan pemetaan hidrogeologi.
Studi pendahuluan juga dapat digunakan untuk
memperkirakan model awal dari sistem airtanah pada daerah studi,
yang dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap hasil lapangan.
Perbandingan tersebut menambahkan rasa percaya pada pelaksanaan
kegiatan lapangan dan menyediakan kesempatan untuk memodifikasi
program lapangan untuk memastikan bahwa informasi yang didapat
telah cukup dengan cara yang efisien.
5.2.2 Interpretasi Peta/Foto Rupa Bumi
Foto udara merupakan data yang sangat potensial dalam
berbagai aspek geologi lapangan dan hidrogeologi termasuk salah
satu di antaranya. Pada wilayah yang tidak memiliki peta, mozaik
dari foto udara dapat dibuat dan dapat langsung digunakan. Masalah
yang ada hanyalah skala peta yang hanya benar pada pusat dari foto
dan akan terdistorsi hingga ke ujung.
Foto udara umumnya berguna pada studi kasus karena sangat
detail dan juga menampilkan kenampakan yang tidak dapat dilihat
dengan mudah di daratan. Foto udara ini juga dapat digunakan untuk
menemukan daerah rembesan atau keluaran airtanah, tetapi teknik
dari interpretasi yang tersedia untuk hidrogeologi tidak menyajikan
informasi langsung tentang kondisi airtanah. Interpretasi secara
umum menggunakan peta fotografi ini, yaitu untuk menyiapkan peta
yang menunjukkan variasi dari tipe vegetasi, bentuk lahan, guna
lahan, tanah, dan saluran. Peta ini nantinya dapat digunakan untuk
V-34
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
menginterpretasikan kemungkinan kondisi airtanah yang nantinya
digunakan untuk menentukan daerah yang terbaik untuk sumur baru.
Foto udara dengan infra merah saat ini cukup umum dan
khususnya berguna untuk data hidrogeologi karena sensitif untuk
variasi temperatur. Jika temperatur airtanah konstan selama setahun,
semusim, atau kontras dengan air permukaan atau batuan sekitarnya
maka metode ini sangat baik untuk menentukan lokasi mataair dan
juga daerah keluaran airtanah.
Fotografi satelit juga sangatlah berguna dalam penyelidikan
hidrogeologi. Kelemahannya adalah skala dari fotografi yang
digunakan secara komersial dan terbatas nilainya dalam studi yang
detail. Foto satelit ini dapat digunakan pada beberapa pekerjaan yang
bersifat regional. Foto satelit dihasilkan dengan metode yang
mengurangi gambar untuk data digital dalam format komputer, ini
berarti bahwa data dapat diproses untuk memberikan keterangan pada
bentuk tertentu seperti faktor temperatur dan lebih sensitif dari foto
infra merah yang lama. Teknik yang sama sekarang sedang
digunakan oleh pesawat, menggunakan metode “line scanning”.
Pemetaan ini sangat mahal tetapi dapat digunakan dalam investigasi
hidrogeologi secara luas.
5.2.3 Observasi Lapangan dan Pencatatan
1. Survey Hidrokimia.
Kecuali untuk perencanaan sumber air baku (Tabel 5.2),
adalah jarang bisa didapatkan informasi mengenai kimia airtanah
dalam data sekunder yang ada, walaupun seringkali terdapat cukup
informasi untuk mengetahui nilai kelayakan air. Kadang-kadang
informasi diambil dari laporan pembuatan sumur bor atau catatan
V-35
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
pada daerah dimana airtanah digunakan. Satu-satunya cara yang baik
adalah merencanakan melakukan pengukuran ulang pada daerah
penelitian. Analisis modern memberikan hasil dalam mg/l, yang
dahulu sama dengan ppm. Rekaman yang sangat tua sering
menyatakan nilai dalam butir per galon sehingga harus dikonversikan
menjadi mg/l dengan mengalikan dengan 14,25.
Tabel 5.2. Parameter kimia untuk menentukan baku mutu air yang
layak minum
Parameter Unit Nilai yang umum Konsentrasi
maksimum yang dapat
diterima
Konduktivitas s/cm @ 20oC 400 1500
Klorida mg/l Cl 25 400
Sulfat mg/l SO4 25 250
Nitrat mg/l NO3 25 50
Magnesium mg/l Mg 30 50
Natrium mg/l Na 20 175
Kalium mg/l K 10
12
Kalsium mg/l Ca 100 250
Besi g/l Fe 50 200
Data kimia ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
permasalahan pencemaran potensial seperti intrusi air laut, nitrat
V-36
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
tinggi dari pupuk, limbah dari tempat pembuangan sampah, bocornya
pembuangan khusus seperti septik tank dan tangki minyak, serta
aliran air dari pembuangan limbah tambang (tailing). Semua ini dapat
menyebabkan masalah serius untuk pengembangan airtanah baru dan
suplai yang ada. Konsentrasi total dari mineral terlarut menghasilkan
data mengenai berapa lama konsentrasi pencemar ini ada pada
lapisan akifer, singkatnya, makin lama waktunya, makin besar
konsentrasi kimia keseluruhan.
Data kimia ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi
daerah resapan. Hitung nilai distribusi dari sejumlah mineral terlarut
atau konduktivitas pada peta. Konsentrasi rendah kemungkinan
merupakan daerah resapan dengan airtanah mengalir dengan arah dari
nilai besar. Airtanah yang termineralisasi tinggi sering
mengindikasikan bahwa kecepatan aliran airtanah sangat pelan,
sehingga permeabilitasnya rendah atau tidak ada titik keluaran alami.
Dengan mempelajari struktur geologi akan sangat membantu
penentuan bagaimana airtanah terperangkap.
2. Pengendalian Pekerjaan Survey Hidrogeologi
Seperti yang telah ditekankan, perencanaan program kerja
lapangan adalah salah satu hal yang sangat penting dari studi kasus.
Penyelidikan lapangan sebaiknya dilakukan setelah mempelajari
semua informasi yang tersedia dan mengidentifikasikan apa saja
informasi tambahan yang dibutuhkan. Awal tujuan dari program
kerja lapangan harus menghasilkan data utama yang diperlukan dari
daerah tersebut. Jika luasan daerahnya cukup kecil, kenali daerah
tersebut untuk mempelajari geologinya atau pencarian untuk sumur
dan mataair. Jika luasan daerah cukup besar sehingga untuk
V-37
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
investigasi dibutuhkan kendaraan atau bahkan helikopter,
usahakanlah untuk berjalan kaki semaksimal mungkin. Tidak ada
yang dapat menggantikan observasi langsung untuk menghasilkan
pengetahuan yang detail mengenai kondisi suatu daerah atau
pemahaman bagaimana sistem airtanah bekerja. Dengan pengamatan
langsung ini, pengetahuan hidrogeologi yang dibangun akan
membuat tahapan interpretasi informasi geologi dalam terminologi
airtanah menjadi lebih baik. Ini adalah cara yang paling baik untuk
menjadi seorang ahli hidrogeologi yang handal. Check-list untuk
perencanaan program kerja lapangan (studi pendahuluan) terdapat
dalam Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Check-list untuk perencanaan program kerja lapangan.
1. Informasi topografi
Apakah data yang tersedia memungkinkan? Jika tidak,
gunakan foto udara untuk menghasilkan mosaik yang ada dan
dapat digunakan sebagai pengganti peta dasar. Tambahan
dengan nilai ketinggian yang dibutuhkan.
2. Informasi Geologi
Apakah informasi yang tersedia cukup untuk menentukan
batas akifer? Apakah pemetaan geologi tambahan diperlukan?
Apakah sumur bor diperlukan untuk menghasilkan informasi
geologi?
3. Ketinggian dan pola aliran airtanah
Gunakan peta yang ada untuk menentukan lokasi dan
merekam posisi dari semua mataair, sumur, dan sumur bor.
Apakah foto udara menunjukkan daerah rembesan? Dapatkah
V-38
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
anda menggambar kontur airtanah dengan data yang tersedia,
atau apakah sumur bor tambahan diperlukan? Tentukan
kebutuhan untuk memonitor program dan detail dari frekuensi
observasi, peralatan yang dibutuhkan, dan lain-lain.
4. Pengukuran air permukaan
Apakah pengukuran besaran aliran air permukaan tambahan
dibutuhkan? Jika ya, tentukan tempat alat ukur yang cocok
dan metodenya, frekuensi dari pengukuran, dan peralatan
yang dibutuhkan.
5. Curah hujan dan evaporasi
Apakah terdapat alat ukur curah hujan pada daerah tersebut?
Dimana stasiun meteorologi terdekat yang menghasilkan data
evaporasi? Apakah anda perlu untuk mengukur sendiri? Jika
ya, tentukan tempat yang cocok untuk instrumen anda.
6. Penggunaan airtanah
Ingatlah untuk memasukkan informasi volume dan kecepatan
dari abstraksi air sebagai bagian dari survey pencarian lokasi
sumur.
7. Kimia airtanah
Apakah sampel tambahan dibutuhkan? Jika ya, sesuaikan
sampel dengan program kerja lapangan lainnya.
V-39
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
5.3. PENENTUAN SISTEM AKIFER DENGAN PEMETAAN
HIDRODINAMIK AIRTANAH DAN HIDROKARBON
PENDAHULUAN
Pemetaan hidrodinamik dilakukan untuk mengetahui
hubungan hidrodinamik airtanah dengan perangkap hidrokarbon
(minyak dan gas) di suatu zona pemboran. Dalam pemetaan
hidrodinamik diperlukan data-data pendukung seperti data geologi
dan hidrogeologi. Data geologi akan memberikan informasi tentang
kondisi geologi yang tersingkap di permukaan, sementara data
hidrogeologi memberikan informasi tentang curah hujan dan kualitas
airtanah yang ada di daerah penelitian.
Pemetaan hidrodinamik diharapkan dapat memberikan
gambaran kontak hidrokarbon dengan airtanahnya dan menunjukkan
luas perangkap minyak baik pada kondisi hidrodinamik maupun
kondisi hidrostatis.
Adanya hidrodinamik airtanah di suatu zona pemboran
hidrokarbon dapat diketahui melalui :
1. Kondisi tekanan airtanah yang berada di bawah tekanan
hidrostatik (underpressure) atau di atas tekanan hidrostatik
(overpressure).
Toth (1963) menyatakan bahwa pada suatu sistem aliran airtanah
regional, pada daerah recharge akan terjadi kondisi
underpressure sementara pada discharge akan terjadi kondisi
overpressure. Kedua kondisi inilah yang digunakan sebagai
V-40
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
indikator untuk mengetahui ada atau tidaknya perangkap
hidrodinamik.
2. Adanya airtanah dengan salinitas rendah (airtanah tawar)
Indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan salinitas
airtanah adalah TDS (Total Dissolved Solids). Freeze dan
Chery (1979) menyatakan bahwa airtanah tawar adalah
airtanah yang mempunyai nilai TDS antara 0 – 1000 ppm. Ada
atau tidaknya airtanah tawar ini mengindikasikan adanya
recharge dari air hujan, artinya airtanah pada kondisi bergerak.
METODA
Terdapat beberapa tahap pengerjaan dalam melakukan pemetaan
hidrodinamik, yaitu :
1. Pemrosesan data geologi
Pada tahap ini kita merekonstruksikan data struktur dan
stratigrafi daerah penelitian dalam bentuk peta dan
penampang.
2. Pemrosesan data hidrogeologi (densitas dan tekanan fluida)
Dalam tahap ini dilakukan analisa laboratorium besarnya
densitas fluida dan penentuan data tekanan awal reservoir.
Data tekanan diambil dari hasil uji tekanan (repeat formation
tester (RFT), drill stem test (DST) atau formation interval test
(FIT).
3. Pemetaan hidrodinamik (U, V, Z mapping)
Dalam tahap ini dibuat plotting tekanan vs kedalaman untuk
mengetahui kondisi tekanan airtanah dan konektivitas
hidrolik dari reservoir pada zona yang diteliti. Pemetaan
hidrodinamik (U, V, Z mapping) dilakukan untuk memetakan
V-41
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
potensial hidrokarbon (minyak dan gas) dengan input kedua
tahapan sebelumnya diatas dan kemudian melakukan analisa
terhadap peta hidrodinamik yang akan memberikan gambaran
hubungan perangkap hidrokarbon dengan hidrodinamik
airtanah. Melalui analisis yang dilakukan akan dapat
dijelaskan mengenai keberadaan dry hole dan kemungkinan-
kemungkinan daerah potensial perangkap lainnya yang
tergambar pada pemetaan hidrodinamik.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pemetaan
hidrodinamik adalah :
1. Mengkonversikan nilai tekanan (P) pada setiap elevasi (Z)
kedalam milai hw (nilai potensiometrik airtanah/tinggi
muka airtanah). Nilai P yang digunakan adalah yang
mencerminkan keadaan awal reservoir.
2. Menghitung nilai U dan V
3. Melakukan pemetaan hidrodinamik dari hasil perhitungan
diatas.
4. Melakukan analisa daerah-daerah yang potensial
terdapatnya perangkap hidrokarbon dari peta
hidrodinamik yang telah kita buat.
Perangkap Hidrokarbon Pada Kondisi Hidrodinamik
Perangkap hidrokarbon terdiri dari perangkap hidrostatis dan
perangkap hidrodinamik. Perangkap hidrostatis adalah suatu kondisi
airtanah dalam keadaan statis sehingga kontak hidrokarbon dan
airtanahnya merupakan bidang datar, sementara perangkap
hidrodinamis adalah suatu kondisi airtanah dalam keadaan bergerak
V-42
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
sehingga kontak hidrokarbon dan airtanahnya miring (tilted)
(Gambar 5.13).
Gambar 5.12. Perangkap hidrokarbon, yang paling atas adalah
perangkap hidrostatis dan 2 (dua) yang bawah adalah perangkap
hidrodinamik (Sumber : Dahlberg, 1982)
V-43
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Hubbert (1953) menurunkan persamaan matematika untuk
menentukan besarnya sudut kemiringan bidang kontak antara
hidrokarbon dan airtanah, yang berdasarkan konsep energi potansial.
Berdasarkan konsep tersebut, tekanan (p) dan elevasi (z) pada suatu
titik dinyatakan dalam bentuk potensial hidrokarbon maupun
potensial airtanah. Nilai potensial hidrokarbon, di suatu titik pada p
dan z tertentu adalah :
.........................................(1)
Sedangkan nilai potensial airtanah adalah :
............................................(2)
Dengan :
= potensial hidrokarbon dan airtanah (ML2T-2)
g = percepatan gravitasi (LT-2)
z = elevasi dari suatu datum (L)
p = tekanan (ML-1T-2)
= massa jenis hidrokarbon dan airtanah (ML-3)
= hydraulic head hidrokarbon dan airtanah (L)
Jika parameter p pada kedua persamaan tersebut dihilangkan, maka
akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
...............................................(3)
Bentuk differensial, persamaan (3) dapat dituliskan sebagai berikut :
V-44
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
..........................(4)
Gambar 5.13. Sudut Kontak antara hidrokarbon dan airtanah (Davis
& Deweist, 1966)
Pada bidang kontak nilai potensial merupakan variabel yang tidak
diketahui. Untuk mengetahuinya, nilai potensial harus dinyatakan
dalam bentuk lain, dalam hal ini adalah hukum Darcy yang
dinyatakan dalam :
Hidrokarbon :
..................................(5)
Airtanah :
.....................................(6)
Dengan :
V-45
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
= Konduktivitas hidrolik hidrokarbon dan
airtanah (LT-1)
= kecepatan hidrokarbon dan airtanah (LT-1)
Penggabungan persamaan (4) dan persamaan (5 & 6) menghasilkan
persamaan :
......................(7)
Pada kondisi hidrokarbon terperangkap dimana tidak ada pergerakan
maka nilai = 0. Maka pada kondisi ini, persamaan (7) dapat
dituliskan sebagai berikut :
............................(8)
Dengan :
adalah sensitive amplification factor (SAF), dan
adalah gradien hidrolik airtanah
V-46
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Visualisasi dari persamaan di atas ditunjukkan pada gambar 5.14
berikut ini :
Gambar 5.14. Visualisasi kontak antara hidrokarbon dan airtanah (Sumber : Dahlberg, 1982)
Persamaan (8) memberikan hasil berupa :
1. Besarnya sudut kontak hidrokarbon dan airtanah berdasarkan
nilai SAF (menurut besarnya densitas hidrokarbon dan
airtanah) pada gradien hidrolik airtanah.
2. Sudut kontak datar dicapai pada tan = 0, sehingga = 0,
artinya tidak ada pergerakan air/hidrostatik. Hal ini
V-47
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
menunjukkan bahwa kondisi hidrostatik merupakan kasus
khusus dari kondisi hidrodinamik.
3. Pada kasus gradien hidrolik airtanah yang sama, gas
memberikan nilai SAF yang lebih kecil dibandingkan dengan
minyak. Artinya sudut kontak antara gas dan airtanah adalah
lebih kecil dibandingkan sudut kontak antara minyak dan
airtanah.
4. Hidrokarbon akan terperangkap jika lebih kecil dari
kemiringan lapisan. Karena gas dan minyak memberikan
yang lebih kecil dari gas, ada kemungkinan reservoir hanya
mampu mengakumulasi gas saja dan tidak keduanya (minyak
dan gas).
Pemetaan Hidrodinamik (U, V, Z Mapping)
Tempat hidrokarbon terperangkap adalah daerah dengan nilai
potensial minimum dibanding sekitarnya (Hubert, 1953). Pemetaan
hidrodinamik pada dasarnya adalah pemetaan potensial hidrokarbon.
Dengan mengetahui nilai potensial minimum dari distribusi potensial
yang ada, maka dapat diketahui pula perangkap hidrokarbonnya.
Hubbert (1953) membuat suatu prosedur pemetaan
hidrodinamik yang dinamakan U, V, Z mapping, yang diturunkan
dari persamaan (3) diatas. Dari persamaan (3), potensial hidrokarbon
dapat dinyatakan dalam persamaan :
......................(9)
Pengaturan kembali persamaan (9) menghasilkan :
V-48
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
................................(10)
Agar lebih sederhana, masing-masing bentuk persamaan (10)
diwakilkan oleh satu huruf, yaitu :
Dengan demikian persamaan (10) mempunyai bentuk dasar :
U = V – Z.............................................(11)
Dengan :
U = Bidang isopotensial hidrokarbon
V = Bidang isopotensial airtanah
Z = Elevasi dari suatu datum
Persamaan (11) diatas memperlihatkan bahwa potensial hidrokarbon
dapat dihitung jika potensial airtanah dan elevasinya diketahui.
Hidrokarbon terperangkap pada daerah kontur yang dicerminkan oleh
adanya suatu tutupan potensial dengan nilai minimum (minimum
potential closure). Contoh peta U, V, Z ini dapat dilihat pada gambar
5.15 dan 5.16 berikut :
V-49
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
V-50
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.15. Contoh peta U, V, Z minyak (Sumber: Dahlberg, 1982)
Gambar 5.16. Contoh peta U, V, Z gas (Sumber : Dahlberg, 1982)
V-51
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Sumber Data Analisis Hidrodinamik
Untuk dapat melakukan analisis hidrodinamik, hal yang harus
dilakukan pemetaan hidrodinamik (U, V, Z mapping). Konstanta-
konstanta yang diperlukan untuk dapat membuat U, V, Z mapping
adalah kedalaman struktur (kontur struktur), densitas dan tekanan
fluida.
a. Kedalaman struktur (kontur struktur)
Dalam U, V, Z mapping, persamaan struktur digunakan untuk
menentukan nilai Z yang merupakan kedalaman top reservoir.
b. Densitas Fluida
Densitas fluida (hidrokarbon dan airtanah) didapatkan dari
hasil uji laboratorium. Dalam U, V, Z mapping, densitas
digunakan untuk menghitung besarnya V (bidang
isopotensial airtanah).
c. Tekanan Fluida
Dalam U, V, Z mapping, untuk menghitung besarnya V,
selain memerlukan data densitas fluida, dibutuhkan pula
nilai hw yang dihitung dari data tekanan dengan
persamaan sebagai berikut :
.........................(12)
V-52
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Sementara dalam well testing, yang diukur adalah tekanannya
bukan nilai hw.
Analisis Pemetaan Hidrodinamik
Analisis Kurva Tekanan vs Kedalaman
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tekanan
airtanah (underpressure, hydrostatic dan overpressure) dan
kemenerusan hidrolik.
Pada sistem aliran airtanah dimana gravitasi merupakan faktor
utama, kondisi underpressure, hydrostatic dan overpressure masing-
masing mencirikan daerah recharge, aliran dan discharge. Maka
kondisi tekanan ini dapat dijadikan indikator untuk keberadaan
hidrodinamik airtanah. Pergerakan airtanah akan terjadi jika terdapat
perbedaan potensial pada suatu media yang secara hidrolik
berhubungan, maka kemenerusan hidrolik juga dapat dijadikan
indikator untuk mengetahui keberadaan hidrodinamik airtanah.
Suatu sistem tekanan airtanah berada pada kondisi
underpressure, hydrostatic atau overpressure jika tekanan
airtanahnya berada masing-masing di bawah, tepat atau diatas garis
hidrostatik densitas airtanah pada densitasnya. Sementar data tekanan
yang berada pada satu garis lurus menandakan reservoir/akifernya
yang secara hidrolik berhubungan atau sebaliknya.
Contoh hasil plot antara tekanan vs kedalaman ditunjukkan
oleh gambar 5.17. Garis hidrostatik dengan gradien sebesar 0,437
psi/ft (specific gravity = 1,01).
V-53
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.17. Grafik tekanan vs kedalaman
(Sumber : Hubbert, 1953)
Data-data yang berada pada dan diatas garis hidrostatis (Sumur No. 3,
13, 19, 26, 32, 33, 35 dan 37) menunjukkan aliran airtanah dengan
gravitasi merupakan faktor penyebab yang dominan, hal ini
menandakan bahwa daerah tersebut adalah daerah discharge, secara
regional aliran airtanah menuju kearah zona tersebut dan merupakan
V-54
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
suatu sistem hidrolik yang berhubungan. Khusus untuk Sumur No.
44, kemungkinan sumur ini tidak terpengaruh oleh produksi pada
Sumur No. 19 karena tekanan pada sumur tersebut masih tinggi.
Artinya Sumur No. 44 berada pada sistem yang terpisah dengan
sistem minyak-airtanah Sumur No. 19. Sementara yang berada di
bawah garis hidrostatik menunjukkan adanya pengaruh dari sumur
produksi.
Untuk mengetahui konektivitas hidrolik antara sumur-sumur
airtanah dan minyak, perlu dilakukan konversi data ke dalam
parameter yang sama, dalam hal ini adalah tinggi ekivalen muka
airtanah. Setelah itu dibuat kontur muka airtanahnya kemudian
dianalisa.
5.4. STUDI PERHITUNGAN POTENSI AIRTANAH UNTUK
PENGOLAHAN RESERVOAR PANASBUMI
Kegiatan eksploitasi panasbumi dapat dikatakan sukses bila produksi
optimal dapat dipertahankan dalam waktu yang lama dan tentunya
tidak terlepas dari faktor-faktor karakteristik reservoar seperti:
tersedianya panas, air dan sirkulasi air serta permeabilitas batuan
reservoar. Eksploitasi fluida dalam jumlah yang sangat besar
diperlukan dalam pemanfaatan potensi energi panasbumi. Kegiatan
tersebut dapat mengakibatkan terganggunya reservoar, yang
berdampak pada penurunan produksi energi listrik yang
dihasilkannya dari pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP).
Kestabilan produksi fluida yang diberikan sangat ditentukan oleh
V-55
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
kesetimbangan antara air recharge dan discharge (output sumur
produksi).
Salah satu metode untuk mengamati adanya perubahan atau
hilangnya massa fluida di dalam reservoar adalah dengan pengamatan
perubahan gravitasi di permukaan (monitoring mikrogravitasi).
Terjadinya pengurangan massa fluida di dalam reservoar dapat
diakibatkan dari lambatnya aliran air reservoar tersebut. Kondisi ini
menunjukkan bahwa air recharge tindak lanjut untuk menstabilkan
produksi sumur perlu dilakukan pencarian potensi air baik yang
berasal dari airtanah maupun yang berasal dari air permukaan. Untuk
mengembalikan reservoar pada kondisi fluida yang lebih baik juga
diperlukan penambahan sumur reinjeksi dan pengamatan isotop
secara periodik.
Pendahuluan
Definisi tentang energi panasbumi (geothermal energy) adalah energi
yang tersimpan dalam bentuk airpanas atau uap pada kondisi geologi
tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di dalam kerak bumi
(Santoso D., ____). Energi panasbumi dapat dimanfaatkan sebagai
energi alternatif, mengingat besarnya keterdapatan potensi panasbumi
di Indonesia disamping alasan bahwa energi panasbumi relatif bersih
(ramah lingkungan), terbarukan tetapi tidak dapat ditransport ataupun
diekspor.
Fluida diperlukan dalam jumlah yang sangat besar dalam kegiatan
pengelolaan dan pemanfaatan energi panasbumi untuk
membangkitkan energi listrik. Kegiatan eksploitasi dapat
mengakibatkan suatu reservoar akan kehilangan massa fluidanya, dan
V-56
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan kondisi di dalam
reservoar, seperti perubahan hidrogeologi, menurunnya kemampuan
produksi uap atau airpanas, dan parameter lainnya seperti penurunan
suhu, tekanan dan kerapatan fluida.
Pengeksploitasian yang besar tersebut akan mengakibatkan
terganggunya reservoar sehingga produksi energi listrik yang
dihasilkan menjadi berkurang. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
perlu dilakukan pemantauan (monitoring) terhadap lapangan
produksi panas bumi. Pada umumnya pemantauan reservoar
didasarkan atas data-data uji sumur produksi, yaitu antara lain berupa
data suhu, tekanan, dan jumlah produksi. Manfaat lain dari kegiatan
pemantauan diantaranya adalah pelestarian terhadap lingkungan,
seperti mengantisipasi terhadap ancaman bahaya amblesan
(subsidence), polusi lingkungan dari air limbah panasbumi serta
upaya pelestarian air permukaan.
1.1. Sistem Panasbumi
Daerah panasbumi (geothermal area) atau medan panasbumi
(geothermal field) ialah suatu daerah dipermukaan bumi dalam batas
tertentu dimana terdapat energi panasbumi dalam kondisi hidrologi-
batuan tertentu atau disebut sistem panasbumi (Santoso D., ___).
Sedangkan energi panasbumi secara umum diartikan sebagai panas
yang terdapat di dalam bumi secara alamiah dan dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi. Energi panas tersebut berkaitan dengan jalur
vulkanik atau magma dangkal.
Sistem panasbumi merupakan suatu sistem perpindahan panas dari
mantel bagian atas ke kerak bumi. Panas berasal dari batuan pemanas
V-57
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
yang memanasi airtanah dan membentuk fluida panas (Hochstein,
1982). Sumber panasbumi di daerah jalur gunungapi adalah magma
atau batuan yang telah mengalami radiasi panas dari magma. Batuan
penutup (cap rock) dan batuan sarang (reservoir rock) yang
umumnya terbentuk dari batuan hasil letusan gunungapi seperti lava
dan bahan piroklastik.
Sistem panasbumi adalah terminologi yang digunakan untuk berbagai
hal tentang sistem air-batuan dalam temperatur tinggi di laboratorium
atau lapangan.
Secara umum sistem panasbumi dibagi dalam 3 kelompok :
Sistem airpanas (water dominated system)
Sistem uap (vapour dominated system)
Sistem 2 fase (two-phase dominated system).
Untuk pemanfaatan sumberdaya panasbumi, kondisi reservoar
haruslah memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
Suhu relatif tinggi
Tekanan uap yang besar
Volume reservoar besar
Letaknya tidak terlalu dalam
Fluida tidak bersifat korosif
Permeabilitas memadai.
Suhu minimum reservoar secara teoritis untuk pemanfaatan sumber
daya panasbumi sebagai energi listrik adalah + 180o C. Namun pada
kenyataannya suhu minimum yang ekonomis dan umum
dimanfaatkan lebih dari 200o C, dengan pertimbangan adanya panas
yang hilang selama pergerakan di dalam pipa menuju turbin.
V-58
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Geometri reservoar sangat mempengaruhi pengembangan sumber
daya ini, volume reservoar yang besar akan mampu memberikan
cadangan dan kemampuan energi listrik yang besar untuk jangka
waktu yang lebih lama, demikian pula jika letak reservoar yang
relatif dangkal memberikan kemudahan dalam biaya dan teknologi
ekstraksi.
Sedangkan fluida panasbumi diharapkan tidak bersifat korosif,
karena hal ini sangat mengganggu dalam kegiatan produksi, terutama
akan merusak pipa-pipa produksi.
Demikian pula dengan pengendapan silika dan karbonat yang akan
mengakibatkan penyumbatan pada pipa-pipa produksi tersebut
(scalling).
Permeabilitas reservoar dan permeabilitas sekunder harus cukup
memadai, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pengeksploitasian
(discharge) dan pengisian kembali reservoar (recharge), serta
berpengaruh terhadap lama waktu (life-time) beroperasinya suatu
lapangan panasbumi.
Teori Hidrogeologi
Pengertian Akifer
Akifer adalah formasi geologi yang mengandung air dan dapat
memindahkan air dari suatu tempat ke tempat lain dalam jumlah yang
cukup serta dapat dikembangkan secara ekonomis. Keberadaan air di
dalam suatu akifer sangat tergantung oleh adanya pori-pori pada
batuan yang sering disebut sebagai porositas batuan. Dengan kata lain
bahwa akuifer merupakan lapisan batuan atau formasi geologi yang
V-59
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
bersifat permeabel dan mempunyai kemampuan untuk menyimpan
serta mengalirkan air dalam jumlah yang berarti.
Pengertian Reservoar Panasbumi
Reservoar panasbumi merupakan wadah terakumlasinya sejumlah
fluida, berbentuk cebakan atau perangkap sehigga fluida yang telah
terakumulasi tidak dapat keluar lagi. Karakteristik reservoar
panasbumi banyak ditemukan oleh pergerakan fluida panas serta
keberadaan sumber panasnya. Reservoar panasbumi dalam
pembentukannya harus memiliki beberapa persyaratan, yaitu :
1) Tersedianya air, dalam hal ini dapat berupa air meteorik, air
magmatik, air juvenil di bawah permukaan.
2) Batuan pemanas (heat source), yang berfungsi sebagai pemanas,
dapat berupa tubuh intrusi (cooling magma).
3) Batuan sarang (reservoir rock), berfungsi sebagai cebakan
penampung fluida yang telah terpanasi.
4) Batuan penudung (cap rock), berupa batuan yang kedap air atau
uap, berfungsi sebagai penudung akumulasi fluida, sehingga
massa yang hilang secara alami tidak menembus ke permukaan.
5) Adanya gejala tektonik, berupa sesar atau kekar yang
memungkinkan masuknya air dingin ke daerah resapan.
Analisa geokimia fluida sangat berperan dalameksplorasi,
pengembangan dan produksi energi panasbumi. Hasil analisa conto
fluida yang keluar dari bawah permukaan (pada mataair panas atau
sumur pemboran) dapat dipergunakan untuk mengetahui komposisi,
distribusi dan asal mula, penentuan suhu bawah permukaan serta
kedalaman fluida tersebut. Komposisi air yang berbeda-beda akan
V-60
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
merefleksikan perbedaan lingkungan dan asal mulanya. Terdapat 4
tipe air yang dikelompokkan sebagai berikut :
1) Air Klorida
2) Air Asam sulfat
3) Air Bikarbonat
4) Air Payau (brine).
Sedangkan analisa komposisi uap dan gas diperlukan untuk
mengetahui keadaan sistem panasbumi suatu daerah
Ciri-ciri utama keberadaan suatu reservoar panasbumi di suatu
kedalaman bumi dapat berupa kemunculan beberapa manifestasi
panasbumi di permukaan, yaitu :
mata airpanas (warm spring dan hot spring)
kolam airpanas (hot water pool)
kolam lumpur panas (mud pool)
tanah beruap (steaming ground)
tanah panas (warm ground)
fumarol
solfatar
geyser
zona alterasi.
Siklus Hidrogeologi
V-61
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Pembentukan reservoar panasbumi merupakan suatu siklus
hidrogeologi, dimana air di permukaan masuk ke dalam reservoar
melalui pori-pori batuan dan dapat pula melalui rekahan-rekahan
pada reservoar sehingga membentuk suatu permeabilitas sekkunder.
Air tersebut kemudian berhubungan dengan batuan pemanas yang
bertemperatur tinggi sehingga terbentuk sistem airpanas atau sistem
uap yang akan terperangkap dalam suatu reservoar.
Fluida panas tersebut naik ke permukaan melalui rekahan-rekahan
batuan membentuk manifestasi panasbumi dan terkondensasi menjadi
air hujan. Sebagian air hujan yang jatuh akan mengalir sebagai air
permukaan dan sebagian akan meresap ke dalam tanah. Air yang
meresap tersebut akan kembali mengisi reservoar dan terpanasi.
Proses ini akan terus berlangsung selama masih terdapat aktifitas
vulkanik atau panas di dalam bumi masih ada, oleh karena itu energi
panasbumi seringkali disebut juga energi yang terbaharukan
(renewable).
Potensi Airtanah di Lapangan Panasbumi
A. Perhitungan Potensi Airtanah
Air di bumi mengalami sirkulasi secara terus menerus mulai dari
penguapan (presipitasi) dan pengaliran keluar dari dalam tanah.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke
dalam tanah (infiltrasi) dan keluar ke permukaan sebagai base-flow,
sedangkan yang tidak masuk akan mengalir di permukaan sebagai
limpasan (surface run-off), yang mengisi lekuk-lekuk permukaan.
Setelah mengalami evaporasi maupun evapotranspirasi, sisanya akan
mengalir ke laut lalu menguap dan mengembun pada titik
V-62
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
kondensasinya membentuk hujan sesuai dengan siklus hidrologi.
Siklus hidrologi tidak memiliki awal dan akhir, karena merupakan
rantai tertutup.
Airtanah merupakan siklus hidrologi. Potensi airtanah suatu daerah
tergantung pada siklus hidrologi dan kondisi geologi daerah tersebut.
Ketersediaan airtanah dalam suatu daerah aliran sungai (DAS) dapat
didekati dengan neraca air (water balance). Neraca air adalah
hubungan pada proses sirkulasi air antara aliran ke dalam (in-flow)
dan aliran air keluar (out-flow) yang terjadi di suatu daerah untuk
periode tertentu. Secara matematis hubungan tersebut dirumuskan
sebagai berikut:
S = CH – (BF + ET + RO)
dimana S = Penyimpanan (mm/thn)
CH = Curah hujan (mm/thn)
BF = Base flow (mm/thn atau lt/det)
ET = Evapotranspirasi (mm/thn)
RO = Run off (mm/thn)
B. Perhitungan Potensi Panasbumi
Untuk mengetahui seberapa besar air recharge yang masuk ke dalam
reservoar panasbumi, maka terlebih dahulu perlu untuk mengetahui
potensi reservoar panasbumi tersebut. Perhitungan potensi panasbumi
dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kandungan energi panas
yang dihasilkan. Energi panas yang dihasilkan berasal dari energi
panas yang tersimpan pada batuan dan energi yang diproduksi dari
fluida.
V-63
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Dengan mengetahui besarnya energi yang diproduksi dari fluida dan
setelah dikonversikan ke dalam volume air maka besarnya volume air
recharge dapat diketahui. Sebagai contoh di lapangan Kamojang.
Untuk menghasilkan listrik sebesar 1 Mwe diperlukan uap sebanyak
8 ton/jam (Jagranatha I. B., 1998).
a. Perhitungan Air Kondensat dari Turbin PLTP
Air dari PLTP merupakan potensi airtanah yang berasal dari uap
panas yang telah dikondensasikan setelah uap panas tersebut melalui
turbin dan dapat dijelaskan melalui siklus recharge air meteorik ke
reservoar.
b. Perhitungan Penurunan Produksi
Perhitungan produksi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besarnya massa fluida yang hilang atauperlu ditambahkan air injeksi
ke reservoar untuk menjaga kesetimbangan massa di reservoar
panasbumi.
c. Ketersediaan airtanah dan Air Permukaan
Ketersediaan airtanah dan air permukaan merupakan besarnya
potensi airtanah bebas di daerah penelitian, didapat dari besarnya
intrusi, serta besarnya run-off yang merupakan potensi air
permukaan.
d. Kebutuhan air Injeksi
Kebutuhan air injeksi pada suatu lapangan panasbumi sangat mutlak
diperlukan. Untuk menentukan berapa banyak kebutuhan air injeksi
tersebut dapat dipelajari dari perilaku sumur-sumur produksinya.
e. Perhitungan Resesi base-flow Daerah Penelitian
V-64
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Perhitungan resesi (defisit) base-flow daerah penelitian dimaksudkan
untuk mengetahui besarnya debit yang terhitung selama resesi yang
terjadi pada bulan kering. Besarnya base-flow sangat ditentukan oleh
besarnya curah hujan dan besarnya gradient airtanahnya.
Pengelolaan Reservoar Panasbumi
Pengelolaan lapangan panasbumi merupakan suatu rangkaian
kegiatan untuk mendapatkan keseimbangan antara potensi reservoar
dengan besarnya produksi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga
kelancaran pemasokan uap ke turbin PLTP, agar lapangan panasbumi
tersebut dapat beroperasi secara berkesinambungan selama jangka
waktu yang telah ditentukan.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa eksploitasi
mengakibatkan tersedotnya massa fluida hampir dari seluruh
lapangan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa suplai fluida ke dalam
reservoar belum mencukupi.
Kegiatan eksplorasi pada suatu PLTP yang telah beroperasi selama
bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya perubahan kondisi di
dalam reservoarnya. Hal tersebut tercermin dengan adanya perubahan
suhu, tekanan, kapasitas produksi dan kualitas uap.
Untuk mengantisipasi kondisi demikian, maka perlu diambil tindakan
agar pemasokan uap ke PLTP jangan sampai terganggu dan dapat
dipertahankan sesuai umur lapangan.
Untuk mengantisipasi dan memelihara reservoar panasbumi,
diperlukan beberapa tindakan, antara lain :
V-65
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
1. Pembuatan Sumur Reinjeksi
Dengan mengetahui jumlah massa fluida yang dieksploitasi,
fluida yang hilang secara alami, maka akan dapat pula dihitung
jumlah air meteorik yang masuk ke dalam reservoar sebagai
recharge.
Kehilangan massa fluida dapat menyebabkan terjadinya
penurunan produksi, sehingga jika kondisi ini terus berlangsung,
maka kemampuan reservoar untuk menopang kapasitas listrik
terpasang akan menurun.
Reinjeksi air pada eksploitas panasbumi disamping sebagai
pemasok fluida untuk menjaga kesetimbangan massa fluida di
dalam reservoar juga untuk mengatasi polutan air buangan
(berupa air kondensat).
2. Isotop
Penggunaan data isotop untuk menginterpretasikan asal air,
temperatur resevoar dan komposisi isotop reservoar.
Data isotop juga memberikan informasi yang sangat berarti tentang
pergerakan dan penyebran fluida yang masuk ke dalam reservoar,
baik sebagai reinjeksi maupun recharge.
5.5 METODE BRISTOW
Teknik resistivity adalah salah satu dari berbagai metode
pemodelan listrik untuk pemetaan struktur geolistrik dari bawah
permukaan. Arus listrik diinjeksikan ke bawah permukaan melalui
V-66
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
dua elektroda (elektroda arus), menginduksi potensial listrik dari
seluruh permukaan bumi. Respon dari bumi dapat dilihat sebagai
nilai potensial atau voltase. Ukuran ini dapat diekspresikan sebagai
nilai resistivity yang nyata, resistivitas diindikasikan oleh nilai
voltase dari posisi relatif elektroda dan asumsi bahwa bawah
permukaan memiliki properti listrik yang bervariasi. Resistivitas yang
nyata pada titik tengah antara elektroda potensial, disebut , dapat
diberikan pada :
...........................(1)
Dimana V merupakan voltase, I adalah arus dan r adalah jarak. Tentu
saja, resistivitas tidak akan homogen dan normal pada kondisi
geologi; maka jika satu atau lebih elektroda digerakkan, perbedaan
resistivitas yang nyata dapat terlihat, memperlihatkan nilai
konduktivitas elektrik yang bervariasi pada bumi.
Nilai dari elektroda umumnya digunakan untuk survey
resistivity, lengkap dengan kelebihan dan kelemahannya. Metode
Bristow menggunakan elektroda pole-dipole, dimana merupakan
sumber arus monopolar. Pembacaan voltase akan diambil pada jarak
yang jauh dari stasiun sumber arus sepanjang traverse linier. Karena
pengaruh dari eletroda arus tersebut sangat kecil, perhitungan
resistivitas yang nyata dari konfigurasi ini akan menjadi :
.................................(2)
V-67
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Umumnya, konfigurasi resistivitas diharapkan untuk fungsi dari satu
atau dua kapasitas. Teknik profil menghasilkan variasi lateral pada
resistivitas dengan pengendalian ruang elektroda konstan sementara
penambahan kenaikan konfigurasi elektroda sepanjang area yang
diinginkan. Sounding merupakan suatu kenyataan dengan bagian
tengah konfigurasi pada lokasi tunggal dan penambahan jarak antara
elektroda yang berguna untuk mencerminkan perubahan resistivitas
dengan kedalaman. Konfigurasi pole-dipole seperti yang telah
dikenalkan oleh Bristow (1966) tidaklah cukup untuk beberapa
kategori.; Meskipun begitu, tekniknya sudah dibuat untuk mentrace
variasi pada resistivitas dengan penambahan jarak radial dari sumber
elektroda. Bristow (1966) menggambarkan konsep pengembangan
metodenya untuk interpretasi terhadap data resistivitas.
PROSEDUR PEMODELAN
Hasil yang ada merupakan pemodelan menggunakan integrasi 3D
numerikal perbedaan terbatas seperti yang pernah dilakukan oleh Dey
dan Morrison (1979) tetapi lebih akurat dengan pergerakan singular.
Pendistribusian dari properti geolistrik dapat diperkirakan sebagai
half-space terbatas yang dibuat dari blok paralel, dimana setiap blok
memiliki nilai resistivitas tersendiri. Persamaan differensial parsial
untuk memecahkan permasalahan resistivitas dapat diberikan oleh :
Dimana adalah konduktivitas (kebalikan dari resistivitas dan fungsi
dari posisi spatial), adalah potensial elektrik, I adalah arus injeksi,
V-68
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
adalah fungsi delta, dan xs adalah posisi spatial dari sumber arus.
Persamaan ini mempunyai ciri tersendiri dan integral permukaan
berupa titik nodal, setelah setiap aproksimasi perbedaan terbatas
terbagi untuk setiap partial derivative. Hasil dari persamaan linier
adalah pemecahan aljabar untuk potensial setiap titik nodal.
Permasalahan yang sering terjadi adalah simulasi dari rongga
spherical atau silindris pada suatu media, melibatkan dua sumber
tambahan yang error. Pertama, spherical atau silinder tidak dapat
dimodelkan secara tepat menggunakan blok kubik. Untuk keperluan
kita, akan digunakan grid mesh 1 – 10 dengan diameter dari objek.
Meskipun begitu, waktu komputasi diperlukan untuk melengkapi
pemecahan apabila nomor dari nodes bertambah. Sumber kedua dari
error diakibatkan blok menjadi ke tengah dan jatuh dengan radius
spherical atau silinder ditandai dengan ”sangat besar” tetapi nilai
resistivitas infinite tidak bertambah. Bagaimanapun juga, error pada
pemodelan umumnya kecil. Ketika membandingkan terhadap
pemecahan analitis, error rata-rata sepanjang lintasan resistivitas
umumnya lebih kurang dari 1 %.
V-69
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.18. Konfigurasi elektroda resistivitas
(Sumber : Myers, 1975)
V-70
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.19. Metode intersection untuk mencari lokasi rongga
(Sumber : Myers, 1975)
HASIL METODE BRISTOW
Hasil yang nyata dari metode Bristow adalah untuk membuat teknik
untuk pemodelan data dan membedakan posisi dari rongga yang
diinterpretasikan seperti diindikasikan untuk lokasi rongga yang
sebenarnya. Gambar 3 memperlihatkan seri dari konfigurasi pole-
dipole dengan rongga silindris dengan radius 1 meter dan kedalaman
bagian atas 1 meter. Untuk setiap sumber arus yang melintang telah
ditempatkan pada titik yang berbeda dari permukaan, memberikan
persamaan kelebihan yang dipergunakan untuk mencari rongga di
lapangan. Perlu dicatat bahwa sumber arus akan terbawa dekat
menuju rongga, hasil elektrik anomali akan mengecil pada amplitudo
sementara akan semakin membesar secara asimetris. Penurunan
anomali amplitudo sebagai elektroda arus akan bergerak mendekati
V-71
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
target akan membuktikan bahwa penampang voltase tercipta pada
lokasi lebih jauh dari sumber anomali.
Gambar 3 memperlihatkan hasil ketika teknik interpretasi
metode Bristow dapat dipergunakan untuk menggambarkan data.
Interpretasi rongga dapat dilihat dari adanya section dari tujuh
anomali dari tujuh penampang melintang pole-dipole. Apabila terlihat
dari interpretasi rongga dengan simulasi rongga dapat terlihat bahwa
untuk hal tersebut, metode Bristow tidak hanya dapat mendeteksi
lokasi rongga secara akurat tetapi dapat juga mengetahui ukuran dari
rongga dengan baik. Gambar 4 menggambarkan penampang
melintang pole-dipole yang sama dengan gambar 3, tetapi dapat
terlihat pada bagian rongga silinder kedalaman sampai permukaan
sebesar 2 m. Adanya penambahan kedalaman akan terlihat dari
anomali tentang adanya amplitudo yang mengecil. Akibatnya,
interpretasi rongga akan menjadi kurang akurat terutama ukurannya
ketika rongga semakin mendekati permukaan.
V-72
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.20. Hasil interpretasi metode Bristow
(Sumber : Myers, 1975)
Van Nostrand dan Cook (1966) mengatakan bahwa penurunan nilai
voltase (V) pada persamaan 1 menggambarkan garis integral dari
gradien potensial antara dua elektroda, membuat resistivitas nyata
sebagai ekspresi dari ”gradien rata-rata”. Pengurangan jarak antara
elektroda potensial dapat mengakibatkan penambahan resolusi dari
konfigurasi resistivity (Gambar 5).
Myers (1975) sangatlah akurat, bahwa dengan dipergunakannya jarak
elektroda yang sempit dapat menghasilkan ekspresi geolistrik
permukaan. Gambar 6 memperlihatkan penampang melintang dua
V-73
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
pole-dipole, dengan menggunakan perbedaan jarak elektroda
potensial, melewati rongga spherical yang dalam pada model bumi.
Gambar 7 merupakan plot dari nilai resistivitas nyata untuk
penampang melintang pole-dipole dengan model bumi sama dengan
resistivitas 10 m dan mengandung rongga spherical dengan radius
1 m pada kedalaman yang bervariasi.
Gambar 5.21. Penampang melintang pole-dipole
(Sumber : Myers, 1975)
V-74
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Gambar 5.22. Penambahan resolusi dari konfigurasi resistivity
(Sumber : Myers, 1975)
KESIMPULAN
Metode Bristow merupakan alat legitimasi tidak hanya untuk
mendeteksi, tetapi juga untuk mendelineasi rongga. Bahkan, metode
ini mungkin merupakan teknik resistivitas elektrik yang paling
sensitif dalam penggunaannya. Konfigurasi pole-dipole dapat
memberikan hasil yang lebih baik dari pada konfigurasi yang lainnya,
sebagai contoh postulat teknik tripotensial oleh Habberjam (1969).
Inovasi saat ini pada prosedur data, seperti pelaporan sistem switch
oleh Smith (1986) dan Owen (1983), dapat menghasilkan informasi
data yang lebih akurat dan menghasilkan cakupan hasil yang lebih
luas, serta menghasilkan sensitivitas yang tinggi untuk metode
deteksi lingkungan.
V-75
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
Berdasarkan pemodelan disini, peneliti berharap untuk menggunakan
metode Bristow sebagai suatu modifikasi minor. Di lapangan,
elektroda potensial harus diletakkan berdekatan seperti penampang
voltase sistem presisi untuk memaksimalkan sensitivitas tekniknya.
Pada suatu kasus, jaraknya harus lebih sedikit dari radius rongga
terkecil yang dicari. Terlebih lagi, interval pengambilan sampel harus
lebih kecil radius rongga terkecil untuk menghindari kemungkinan
hilangnya target anomali induksi.
Sangatlah sulit untuk menentukan kedalaman deteksi dari metode
Bristow karena tidak lengkapnya infromasi yang baik mengenai
variasi statistik dari properti batuan insitu. Dengan variasi porositas
kurang yang dari 5 % pada model yang dilakukan, menghasilkan
noise pada resistivitas semu yang dapat mengaburkan diameter
rongga, sedangkan pengamatan lapangan menyarankan metode ini
dapat digunakan untuk mengetahui rongga kecil pada kedalaman
yang sangat dalam. Bagaimanapun, aplikasi yang berhasil dari
metode tersebut telah dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
rongga pada batugamping. Kemungkinan, satu-satunya pengecualian
disampaikan oleh Owen (1983) , dimana ia menjelaskan hasil yang
didapat dari program interpretasi komputer yang ditereapkan untuk
data Bristow dalam terowongan batuan granit yang solid. Setelah
mengetahui bahwa metode Bristow dapat digunakan untuk
mendeteksi rongga, maka hal ini akan menjadi menarik untuk
digunakan dalam dekteksi dan delineasi fenomena bawah permukaan.
V-76
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
5.6. LATIHAN SOAL-SOAL
1. Jelaskan berbagai macam metoda eksplorasi hidrogeologi
permukaan dan bawah permukaan !
2. Jelaskan berbagai macam metoda geofisika untuk pengukuran
bawah permukaan !
3. Apa yang dimaksud dengan metoda pengukuran langsung dan
tidak langsung ? Serta sebutkan contoh dari masing-masing
metoda !
4. Bagaimana aplikasi metoda hidrokimia terhadap eksplorasi
hidrogeologi ?
5. Metode geologi apa saja yang diperlukan untuk pemetaan
airtanah ?
6. Deskripsikan alur kerja disertai dengan metoda-metoda yang
tepat dalam suatu kegiatan pemetaan hidrogeologi di kawasan
batugamping, meliputi metoda pemetaan langsung (direct
method) dan metoda pemetaan tak langsung (indirect
method).
7. Jelaskan secara lengkap, metoda geofisika yang dapat
digunakan untuk mendeteksi rekahan di bawah permukaan !
V-77
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
5.7. DAFTAR PUSTAKA
1. …………….., 1992, Kursus Geofisika Terapan, Laboratorium
Geofisika UGM, Yogyakarta.
2. Dahlberg, 1982, Applied Hydrodinamics in Petroleum
Exploration, Springer Verlag.
3. Davis, S.N. & Deweist, R.J.M., 1966, Hydrogeology, John
Wiley & Sons, Inc.
4. Driscoll, F.G., 1986, Groundwater and Wells, Johnson Filtration
Systems Inc. St. Paul, Minnesota.
5. Erdelyi, M & Galfi, J., 1988, Surface and Subsurface Mapping
in Hydrogeology, John Wiley and Sons, Chichester.
6. Fetter, CW., 1988, Applied Hydrogeology, Prentice Hall,
Englewood Cliffs.
7. Freeze RA & Cherry, JA., 1979, Groundwater, Prentice Hall
Inc., Englewood Cliffs.
8. Hubbert, M.K., 1953, Entrapment of Petroleum Under
Hydrodinamics Condition, Amer, Assoc. Petroleum Geol. Bull.
V.37, hal 1954 – 2026.
9. Puradimaja, DJ & Rahmat F Lubis, 1998, Pemilihan
Konfigurasi dan Jenis Pendugaan Geolistrik Berdasarkan
Pemahaman Tipologi Sistem Akifer Airtanah Daerah Survey
Eksplorasi Hidrogeologi, Proceeding Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (IAGI) XXVII, Yogyakarta.
10. Puradimaja, DJ, dkk. 1994. Studi Geometri Karst,
Hidrodinamika dan Hidrokimia Sistim Akifer Aliran Kali Bribin
– G. Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hibah Bersaing
DIKTI.
V-78
BAB 5. EKSPLORASI HIDROGEOLOGI
11. Toth, J., 1963, A Theoretical Analysis of Groundwater Flow in
Small Drainage Basins. J. Geophys. Res. 68, hal. 4795 – 4812.
V-79