bab 2 landasan teori 2.1 tinjauan umumlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2014-2-01240-ar...

33
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Arsitektur dan Perilaku Arsitektur Arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan . Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota , perancangan perkotaan , arsitektur lansekap , hingga ke level mikro yaitu desain bangunan , desain perabot dan desain produk . Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Dalam proses perancangan, seorang Arsitek harus memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan pengguna ruangnya. Setiap orang (pengguna ruang) memiliki aktivitas dan perilaku yang berbeda, sehingga untuk memaksimalkan fungsi ruang yang akan dirancang perlu diperhatikan perilaku orang yang akan menggunakan ruang tersebut. Pengertian Perilaku (behavior) Menurut John Locke(1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai ”warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan kepemilikan pengetahuan. Ide dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran danperasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu. Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianisme perilaku manusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitarianisme, maka itulah yang disebut dengan behaviorisme. Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh

Upload: vandang

Post on 10-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Arsitektur dan Perilaku

Arsitektur

Arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk

berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian

yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan

lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan

perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain

perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses

perancangan tersebut.

Dalam proses perancangan, seorang Arsitek harus memperhatikan hal-hal

yang berhubungan dengan pengguna ruangnya. Setiap orang (pengguna ruang)

memiliki aktivitas dan perilaku yang berbeda, sehingga untuk memaksimalkan fungsi

ruang yang akan dirancang perlu diperhatikan perilaku orang yang akan

menggunakan ruang tersebut.

Pengertian Perilaku (behavior)

Menurut John Locke(1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir

manusia tidak mempunyai ”warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman.

Pengalaman adalah satu-satunya jalan kepemilikan pengetahuan. Ide dan

pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku

manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory

experience). Pikiran danperasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu. Kesulitan

empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan

apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu.

Hedonisme, memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk

memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan.

Dalam utilitarianisme perilaku manusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman.

Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitarianisme, maka itulah yang

disebut dengan behaviorisme. Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

10

dalam pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah

dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Aliran

behavioristik yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai

organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di

lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat

dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya.

Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki beberapa

teori, antara lain: teori Connectionism, Classical Conditioning,Contiguous

Conditioning, serta Descriptive Behaviorism atau yang lebih dikenal dengan

namaOperant Conditioning.

Manusia tinggal atau hidup dalam suatu lingkungan sehingga manusia dan

lingkungan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Lingkungan sungguh

dapat mempengaruhi manusia secara psikologi, adapun hubungan antara lingkungan

dan perilaku adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku dan lingkungan fisik dapat membatasi

apa yang dilakukan manusia.

2. Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku dan lingkungan fisik dapat

menentukan bagaimana kita harus bertindak.

3. Lingkungan membentuk kepribadian.

4. Lingkungan akan mempengaruhi citra diri.

Perilaku Dalam Arsitektur

Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari lingkungan yang

membentuk diri mereka. Di antara sosial dan arsitektur dimana bangunan yang

didesain oleh manusia, secara sadar atau tidak sadar, mempengaruhi pola perilaku

manusia yang hidup di dalam arsitektur dan lingkungannya tersebut. Sebuah

arsitektur dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan sebaliknya, dari

arsitektur itu lah muncul kebutuhan manusia yang baru kembali.

1. Arsitektur membentuk perilaku manusia

Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhan pengguna, yang

kemudian bangunan itu membentuk perilaku pengguna yang hidup dalam

bangunan tersebut. Bangunan yang didesain oleh manusia yang pada awalnya

dibangun untuk pemenuhan kebutuhan manusia tersebut mempengaruhi cara kita

dalam menjalani kehidupan sosial dan nilai-nilai yang ada dalam hidup. Hal ini

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

11

menyangkut kestabilan antara arsitektur dan sosial dimana keduanya hidup

berdampingan dalam keselarasan lingkungan. Untuk membentuk perilaku

manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa perancangan fisik ruang, seperti ukuran

dengan bentuk ruang, perabot dan penataannya, warna, suara, temperatur, dan

pencahayaan.

2. Perilaku manusia membentuk Arsitektur

Manusia membangun bangunan, yang kemudian membentuk perilaku manusia

itu sendiri. Setelah perilaku manusia terbentuk akibat arsitektur yang telah dibuat,

manusia kembali membentuk arsitektur yang telah dibangun sebelumnya atas

dasar perilaku yang telah terbentuk, dan seterusnya.Setiap arsitektur yang dibuat

atas dasar kebutuhan manusia menghasilkan efek perilaku yang berbeda terhadap

arsitektur itu sendiri. Mengenai pembangunan kembali arsitektur yang diadaptasi

dari kebutuhan dan perilaku manusia yang berdampak terhadap psikologi

seseorang.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (obyek) terlebih dahulu

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal

ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti

ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku

tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting).

2.2 Tinjauan Khusus

2.2.1 Anak dan Perilaku Anak

Pengertian Anak

Beberapa pengertian anak, antara lain:

a. Pengertian anak dibatasi secara biologis, usia dan psikisnya menurutAnderson:

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

12

• Anak adalah organisasi yang tumbuh terus menerus.

• Anak adalah unit terpisah dan mempunyai kekuasaan.

• Anak berada dalam suatu konteks, baik yang sederhana maupun kompleks.

b. Anak adalah kelompok orang yang berusia 0-12 tahun yang terdiri darianak kecil

atau usia pra sekolah.

Pengelompokan Anak

Anak dapat dikelompokkan berdasarkan usia sekolah, sebagai berikut :

1. Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan anak usia 0 hingga 6 tahun. Anak usia dini dapat

dibedakan menjadi 3 (tiga) tahap usia.

1) Usia 0-1 tahun (infancy)

2) Usia 1-3 tahun (toddlerhood)

3) Usia 3-6 tahun (Preschool)

Ketiga kategori usia anak ini sangat penting karena pada masa-masa ini dapat

terlihat perubahan dan perkembangan signifikan anak.

2. Anak Usia Lanjut

Anak usia lanjut sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun.

Psikologi Anak

Psikologi anak dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan continue

(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian lain

psikologi perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau

organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan anak yang berlangsung

secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik

(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Perkembangan jasmani dan psikologis yang

terdapat dalam anak - anak adalah dengan memakai panca indera dengan pergerakan

anggota tubuh. Anak melihat dan berpikir tentang fungsi dan kegunaan benda yang

dilihatnya.

Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan jasmani dan psikologis anak

dapat mempengaruhi kehidupan anak sehari-hari dengan 2 cara, yaitu :

1. Pengaruh Langsung

Perkembangan dalam pengaruh langsung yang terjadi pada anak menentukan

keterampilan anak dalam gerak. Keterampilannya dalam gerak ditunjukkan saat

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

13

seseorang melakukan beberapa hal, si anak dapat mengikuti dan menirunya. Hal

tersebut dapat mempengaruhi anak untuk berpikir bahwa hal yang dilihatnya

adalah sesuatu yang benar dan dapat ditirukan.

2. Pengaruh Tidak Langsung

Perkembangan tidak langsung mempengaruhi bagaimana anak tersebut

memandang dirinya sendiri dan memandang orang lain. Saat seorang anak

merasa tidak nyaman terhadap dirinya sendiri, anak akan cenderung diam dan

merasa berkekurangan. Perkembangan fisik pada seorang anak dapat dilihat dari

perkembangan motoriknya, yaitu :

1) Proses tumbuh kembang ditandai dengan berkembang atau berubahnya fisik

seorang anak seiring bertambahnya umur si anak

2) Kemampuan gerak seorang anak saat bayi, mata dan gerak yang dilakukan

sangat lambat, bahkan mata bayi tidak dapat berkedip dengan reflek. Namun

dengan tumbuh berkembang, bayi dapat berkedip dan memberi isyarat jika

bayi haus atau lapar.

Tabel 1 Aspek Fisik dan Psikologi Anak

Development

Task

Infancy – Early Chilhood

Phisical Learning to walk

Learning to take solid foods

Learning to talk

Learning to control

Cognitive Learning to talk

Learning concept

Preparing to reading

Learning to distinguish night from wrong

Learning sex differences

Social Learning to distinguish night from wrong

Learning sex differences

Personal emotion Learning to distinguish night from wrong

Learning sex differences

Sumber : Fowler, William: 1980; Infant and Child Care, A Guide to Education in Group Setting;

Allyn and Bacon Inc,Massachusetts, USA, h; 20

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

14

Perkembangan Anak

Beberapa ahli di dunia mengemukakan pendapat tentang teori perkembangan

anak sebagai berikut :

Tabel 2 Teori Perkembangan Anak

TEORI PENGERTIAN

PERKEMBANGAN

ANAK TAHAP PERKEMBANGAN ANAK

AUTHOR

Erik Erikson (

1902-1993 )

Teori Erik Erikson juga

mengusulkan teori tahap perkembangan, namun

teori meliputi

pertumbuhan manusia di

seluruh umur. Erikson

percaya bahwa setiap

tahap perkembangan

difokuskan pada

mengatasi konflik.

Misalnya, konflik utama

selama periode remaja melibatkan pembangunan

rasa identitas pribadi.

Keberhasilan atau

kegagalan dalam

menangani konflik pada

setiap tahap dapat

mempengaruhi fungsi

keseluruhan. Selama tahap

remaja, misalnya, kegagalan untuk

mengembangkan hasil

identitas dalam peran yang membingunkan.

1. Trust vs Mistrust ( 0-12bulan ) : bahwa

mereka dapat mempercayai lingkungannya.

Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya

pengalaman yang terus-menerus,

berkesinambungan, adanya pengalaman yang

ada kesamaannya dengan ‘trust’ dalam

pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang

tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan

dasarnya dan apabila orang tuanya memberikan

kasih sayang dengan tulus, anak akan

berpendapat bahwa dunianya (lingkungannya)

dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya

apabila pengasuhan yang diberikan orang tua

kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi

kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak

konsisten atau sifatnya negatif, anak akan

cemas dan mencurigai lingkungannya.

2. Autonomy vs Shame & Doubt ( 2-3 tahun ) :

Anak akan mencapai suatu derajat kemandirian

tertentu. Apabila ‘toddler’ (1,6-3 tahun)

mendapat kesempatan dan memperoleh

dorongan untuk melakukan yang diinginkan

anak dan sesuai dengan tempo dan caranya

sendiri, tetapi dengan supervisi orang tua dan

guru yang bijaksana, maka anak akan

mengembangkan kesadaran autonomy. Tetapi

apabila orang tua dan guru tidak sabar dan

terlalu banyak melarang anak yang berusia 2-3

tahun, maka akan menimbulkan sikap ragu-ragu

terhadap lingkungannya.

3. Inisiative vs Guilt ( 4-5 tahun ) : Apabila

anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk

menjelajahi dan bereksperimen dalam

lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru

memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan

anak, maka anak cenderung akan lebih banyak

mempunyai inisiatif dalam menghadapi

masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya

apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan

menganggap pertanyaan atau apa saja yang

dilakukan tidak memiliki arti, maka anak akan

selalu merasa bersalah.

4. Industry vs Inferiority ( 6-12 tahun )

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

15

TEORI PENGERTIAN

PERKEMBANGAN ANAK

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK AUTHOR

Jean Piaget (

1896-1981 )

Teori Jean Piaget

menyarankan bahwa anak-

anak berpikir secara

berbeda daripada orang dewasa dan mengusulkan

teori tahap perkembangan

kognitif. Dia adalah yang pertama untuk dicatat

bahwa anak-anak berperan

aktif dalam memperoleh pengetahuan tentang

dunia. Menurut teorinya,

anak-anak dapat dianggap

sebagai "ilmuwan kecil"

yang aktif membangun

pengetahuan dan pemahaman tentang dunia

mereka.

1. Sonsori-motor( 0-1 tahun ) : pada tahap

ini, bayi dan balita memperoleh

pengetahuan melalui pengalaman sensorik

dan memanipulasi obyek. Bayi dan Balita mulai mengaktifkan ke 5 indera nya seperti

: merasakan, menyentuh, mencium,

melihat, dan mendengar. Anak-anak akan dapat mulai melampirkan nama dan kata-

kata untuk benda-benda disektarnya.

2. Pre-operational( 1-6 tahun ) : pada tahap ini anak-anak belajar melalui

permainan, tapi masih berusaha dengan

logika dan mengambil sudut pandang orang

lain. Anak-anak lebih menggunakan fantasi

dibandingkan realitas, dan cenderung

egosentrik.

3. Concrete Operations ( 6-12 tahun )

4. Formal Operations (12 tahun-dewasa)

Lawrence

Kohlberg (

1927-1987)

Teori ini menyatakan bahwa penalaran moral,

dasar untuk perilaku etis

memiliki 6 tahap

perkembangan yang telah

diidentifikasi, masing-

masing memadai dalam

menanggapi dilema moral.

Kohlberg menentukan

bahwa proses perkembangan moral pada

prinsipnya berhubungan

dengan keadilan, dan itu terus sepanjang hidup

individu, sebuah gagasan

yang melahirkan dialog tentang implikasi filosofis

dari penelitian tersebut.

1. Early pre-moral Stage: individu fokus pada

konsekensi langsung dari tindakan mereka pada

diri sendiri. Hal ini menimbulkan kesimpulan

bahwa anak mendahulukan egosentriknya, yang

kurang mengakui titik pandang orang lain yang

berbeda dengan dirinya sendiri.

2. Pre-moral stage: Penalaran tahap ini kurang

menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang

lain, tetapi hanya ke titik di mana mungkin

memajukan kepentingan individu itu sendiri.

Akibatnya, kepedulian terhadap orang lain tidak

didasarkan pada loyalitas atau hormat intrinsik.

3. Early conventional morality: Individu mau

menerima persetujuan dan ketidaksetujuan dari

orang lain karena hal tersebut merefleksikan

pandangan masyarakat. Mereka mencoba untuk

menjadi 'anak baik' untuk memenuhi harapan

dan menyenangkan orang lain (orang tua, guru,

dsb).

4. Conventional Morality: penting untuk

mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi

sosial karena berguna dalam memelihara fungsi

dari masyarakat.

5. Post-conventional morality: dunia dipandang

memiliki pendapat-pendapat yang berbeda, hak

dan nilai-nilai.

6. Individual Conscience: penalaran moral

didasarkan pada penalaran abstrak

menggunakan prinsip-prinsip etis universal.

Hukum hanya berlaku sejauh mereka

didasarkan pada keadilan, dan komitmen

terhadap keadilan juga menyertakan keharusan

untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil.

Sumber :Child Development Theories, www.psychology.about.com

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

16

Dari ketiga teori diatas, penulis menerapkan teori yang dikemukakan oleh

Jean Piaget karena dianggap paling mewakili tahap perkembangan anak pada

umumnya. Selanjutnya akan dijabarkan lagi tentang teori tahap kedua sebagai

batasan kajian.

Preoperational Stage - toddlerhood and Preschool (usia 1-6 tahun)

Pada tahap perkembangan ini, toddlers mulai mengkonfirmasi jenis

kelaminnya. Anak laki-laki mulai bermain dengan mobil-mobilan dan anak

perempuan mulai bermain dengan boneka dan toy tea set. Sebagai desainer, kita

harus dapat mengakomodasi mereka namun tetap harus berkonsultasi dengan orang

tua mereka perihal dekorasi ruangannya karena ada kemungkinan para orang tua

menginginkan lingkungan yang tidak mendominasi ke salah satu jenis kelamin,

misalnya penggunaan penutup dinding menggunakan warna netral, window

treatment, dan sebagainya atau menggunakan tema tertentu untuk suasana ruang

anaknya.

Cermin merupakan salah satu elemen penting dalam tahap ini. Dari tahap

bayi hingga balita, anak akan mulai menyadari dirinya sebagai individu. Cermin

dapat membantu memfasilitasi kemampuan analitis karena balita melihat refleksi

mereka namun tidak dapat menyentuh refleksinya sendiri.

Sekitar usia 2 (dua) tahun, balita memasuki masa keegoisannya dimana

mereka berpikir untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka menganggap orang lain

dapat melihat dan memperhatikan apa yang mereka lakukan. Sebagai contoh, karena

mereka tidak merasakan sakit ketika mencubit temannya, mereka berasumsi bahwa

temannya tersebut juga tidak merasakan sakit. Namun ketika mereka merasakan sakit

dan berlari keorang tuanya, mereka berasumsi orang tuanya tahu apa yang terjadi

karena hal tersebut juga terjadi kepada mereka.

Berdasarkan teori dari Jean Piaget diatas, maka selanjutnya teori tersebut

dapat dihubungkan dengan teori dari John Hopkins Medicine tentang karakteristik

pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dapat terjadi karena kedua teori ini

memiliki kesesuaian yang saling melengkapi sehingga keduanya dapat menjadi

acuan dalam perancangan.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

17

Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Tabel 3 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

USIA Tahap

Pemahaman

Anak

Sarana untuk Mengoptimalkan

Pengembangan Emosional Anak

Tahap Interaksi

dengan Orang

lain

2

tahun

A. menghitung

hingga 3 benda

a) menghitung obyek untuk mengajarkan

anak berhitung ketika beraktifitas

b) bermain dengan gelembung

B. mengerti posesi a) bacakan buku cerita bergambar

b) berikan boneka atau boneka beruang c) bacakan buku bersajak

a. tidak mengerti

berbagi

b. sering berkata

"tidak"

c. sering menggunakan

amarah

d. terus bermain di

sekitar orang lain tanpa

interaksi e. bertindak seolah

anak lain adalah

obyek atau mainan

C. mulai

memecahkan

masalah

a) menggunakan obyek yang berbentuk dasar, seperti lingkaran, persegi, atau segitiga

b) biarkan anak bermain dengan balok, bola,

crayon, dan tanah liat. Tetap mengawasi anak agar tidak menempatkan obyek ke

dalam mulut, telinga, c) biarkan anak menempelkan stiker di kertas

untuk membuat desain d) biarkan anak mencoba menanggalkan

pakaian sendiri dan memakai pakaiannya

e) membuat mainan dari kotak kardus

f) biarkan anak membantu melakukan

pekerjaan rumah g) Biarkan anak berinteraksi di telepon

mainan, atau mengatakan beberapa kata

saat berbicara di telepon nyata h) berikan mainan untuk dinaiki

i) menyediakan waktu untuk pengalaman

diluar rumah j) menyanyikan lagu-lagu, bermain musik

dan menari dengan anak

k) membantu anak belajar mencuci tangan

a. menunjukkan

kemandirian

b. mulai dapat

berpakaian

sendiri

D. mengetahui jenis kelaminnya

E. dapat mengucapkan

nama dan

usianya

a) melihat foto keluarga dengan anak dan

bercerita

b) ajarkan bagian-bagian tubuh sambil

berpakaian dan mandi

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

18

USIA Tahap

Pemahaman

Anak

Sarana untuk Mengoptimalkan

Pengembangan Emosional Anak

Tahap Interaksi

dengan Orang

lain

3 tahun

A. mengerti posisi

B. menggunakan

kata ganti dengan benar

(aku, kamu,dia)

a) biasakan anak bermain dengan anak lain

b) berpura-pura menjadi karakter lain dan

bermain dengan anak c) mendengarkan musik anak-anak bersama

anak dan menari bersama

a. mulai berbagi

dan bermain

dengan anak lain b. dapat mengambil

bagian

c. mulai

memperlihatkan

perasaannya

pada lingkungan

C. mengerti

perbedaan

ukuran (besar

dan kecil)

a) biarkan anak membuat tumpukan dengan

balok atau kardus

b) mainkan bola dengan anak, mainkan

berbagai permainan dengan bola c) selesaikan puzzle bersama

a. mulai

mengurangi

amarahnya

D. bertanya "mengapa" terus

menerus

E. mulai memiliki

kekhawatiran

hal-hal tertentu

a) bawa anak ke tempat aman untuk bermain

sepeda roda 3 b) mendengarkan anak dan tnjukkan

ketertarikan ketika anak berbicara

F. dapat

menunjukkan

gambaran yang benar ketika

ditanya

a) baca cerita dengan anak dan tanyakan

nama gambar dalam cerita atau bagian-bagian kecil dari cerita

b) ajarkan anak tentang warna

G. mengerti hal-hal

yang sudah

terjadi (kemarin)

H. mengingat peristiwa tertentu

a) perlihatkan kebanggan terhadap apapun

yang telah dikerjakannya

b) bernyanyi dan ajarkan anak mengikutinya

I. menghitung

hingga 4 obyek

pada usia 4 tahun

a) latihan berhitung

J. berupaya memecahkan

masalah

a) berikan kesempatan anak bemain dengan anak

lain di lingkungan belajar

b) biarkan anak bermain dengan boneka, mobil-

mobilan atau mainan masak-masakan

c) biarkan anak bermain dengan clay

menggunakan imajinasinya

d) bantu anak bermain dengan crayon dan kertas

atau kapur dan papan tulis dengan

menunjukkan bagaimana menggambar obyek

atau hal tertentu

e) ajarkan anak bagaimana suatu benda bekerja

f) ajarkan anak untuk membantu melakukan hal

kecil, seperti merapikan mainannya

K. mengerti kalimat panjang

a) biasakan anak bercerita b) sempatkan waktu untuk berkomunikasi

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

19

USIA Tahap

Pemahaman

Anak

Sarana untuk Mengoptimalkan

Pengembangan Emosional Anak

Tahap Interaksi

dengan Orang

lain

4

tahun

A. mulai menyadari

orang

disekitarnya

a) aturkan waktu untuk anak bermain

bersama anak-anak lain

a. akan sering bermain

dalam kelompok

b. suka menjelajahi

tubuh dan bermain

dokter dan perawat c. mungkin memiliki

teman bermain

khayalan

d. bisa bergaul dengan

baik

B. mulai mematuhi

aturan orang tua, namun masih

belum mengerti

benar dan salah

a) gunakan time-out untuk perilaku yang tidak

dapat diterima

b) mengeluarkan pujian untuk perilaku baik dan

prestasi anak

c) batasi menonton televisi untuk 1-2 jam sehari.

Gunakan waktu luang untuk hal lain yang

lebih produktif.

d) dorong anak untuk mengekspresikan

kemarahannya dengan cara yang tepat

C. percaya pada

pikirannya sendiri

a) berikan anak kesempatan untuk membuat

pilihan, jika diperlukan

a. sangat mandiri,

ingin melakukan

hal-hal sendiri

b. menjadi agresif

c. berkelahi dengan

saudara d. egois, tidak suka

berbagi

e. perubahan suasana

hati

f. umumnya lebih

kooperatif dari usia 4 tahun

g. berpakaian sendiri

tanpa bantuan

D. mulai mengerti

waktu

a) menghabiskan waktu berkualitas dengan

anak dan menunjukkan kepadanya

pengalaman barunya b) bacakan cerita, menyanyi, dan

berkomunikasi dengannya

a. suka memasak

dan berolahraga

5 tahun

A. lebih memahami

tentang waktu

B. dapat membandingkan

aturan orang tua

dengan teman-

teman

a) batasi menonton televisi untuk 1-2 jam sehari. Gunakan waktu luang untuk hal

lain yang lebih produktif.

a. sebagai anak memasuki sekolah,

anak menjadi lebih

dekat pada orang tua

b. bersemangat untuk

menyenangkan

orang lain dan membuat mereka

bahagia

c. memiliki sikap yang

baik

C. khawatir

terhadap fakta-fakta

a) dorong anak untuk bertanya dan

mengeksplorasi b) mendorong aktivitas fisik dengan

pengawasan c) dorong anak untuk berbicara dan terbuka

dengan perasaannya

a. mulai merasa

takut

Sumber : Johns Hopkins Medicine, www.hopkindmedicine.org

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

20

Dengan melihat teori di atas, maka selanjutnya dapat dihubungkan dengan

tingkat pencapaian perkembangan anak berdasarkan standarisasi dari Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Tingkat pencapaian ini kemudian

akan menjadi standar sasaran pencapaian bagi Desainer dalam penyediaan fasilitas

dalam sebuah lingkup Pendidikan Anak Usia Dini.

Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan

perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu.

Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa

tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik

secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Agar anak mencapai

tingkat perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang

dewasa untuk memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang

meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang diberikan

secara konsisten melalui pembiasaan. Selain itu, diperlukan pula sebuah sarana dan

fasilitas yang dapat membantu memberikan pembelajaran bagi anak sehingga

karakter seorang anak dapat berkembang dengan baik.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 58 Tahun 2009 tentang “Standar Pendidikan Anak Usia Dini”, dapat

dijabarkan tingkat pencapaian perkembangan anak usia 2-6 tahun sebagai berikut:

Tabel 4 Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Lingkup

Perkembang

-an

Tingkat Pencapaian Perkembangan

Usia 2-3 tahun Usia 3-4 tahun Usia 4-5 tahun Usia 5-6 tahun

Motorik

Kasar

1. Berjalan sambal

berjinjit

2. Melompat dengan

2 kaki

3. Melempar dan

menangkap bola

4. Menari mengikuti

irama

5. Naik-turun tangga

dengan

berpegangan

1. Berlari sambal

membawa

barang

2. Naik-turun

tangga dengan

kaki bergantian

3. Melompat dari

ketinggian 20 cm

4. Meniru gerakan

senam sederhana

1. Bisa

bergantungan

2. Melompat, dan

berlari secara

terkoordinasi

3. Melempar,

menendang dan

menangkap

dengan terarah

4. Melakukan

gerakan

antisipasi

1. Melakukan

gerakan senam

terkoordinasi

2. Melakukan

permainan fisik

dengan aturan

3. Terampil dengan

tangan kanan dan

kiri

4. Membersihkan

diri sendiri

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

21

Lingkup

Perkembang

-an

Tingkat Pencapaian Perkembangan

Usia 2-3 tahun Usia 3-4 tahun Usia 4-5 tahun Usia 5-6 tahun

Motorik

Halus

1. Meremas

dengan 5 jari

2. Melipat kertas

3. Menggunting kertas tanpa

pola

4. Koordinasi jari cukup

baik

1. Menuang

air,pasir, atau

biji-bijian ke

dalam tempat penampung

2. Menggunting

dengan pola garis lurus

1. Membuat garis

lurus dan

lengkung

2. Menjiplak bentuk 3. Mengkoordinasi

mata dan tangan

4. Melakukan gerakan

manipulatif

5. Berkarya seni

1. Meniru bentuk

2. Bereksplorasi

3. Menggunakan

alat tulis dengan benar

4. Menggunting

sesuai pola 5. Menempel

gambar dengan

tepat

Kognitif 1. Menyebut

bagian

gambar

2. Mengenal

bagian tubuh

3. Memahami

ukuran

4. Mengenal

bentuk 5. Mengenal

pola

1. Menemukan

bagian yang

hilang dari sautu

gambar

2. Menyebutkan

nama makanan

3. Memahami

perbedaan antar

benda 4. Menempatkan

benda dalam

urutan ukuran

5. Mulai mengikuti

pola tepuk

tangan

1. Mengenal fungsi

benda

2. Mengenal sebab-

akibat

3. Mengenal konsep

sederhada

(misal:gerimis,

hujan, gelap,dsb)

4. Berkreasi sendiri 5. Mengklasifikasi

benda berdasarkan

bentuk, warna atau

ukuran

6. Mengenal pola

AB-AB atau ABC-

ABC

1. Klasifikasi

benda

berdasarkan

fungsi

2. Eksploratif

3. Menyusun

perencanaan

kegiatan

4. Mengenal sebab-akibat tentang

lingkungannya

5. Inisiatif

6. Bisa

memecahkan

masalah

7. Mengetahui

bentuk,warna,

ukuran 8. Mengenal pola

ABCD-ABCD

Sosial-

Emosional

1. Bisa

mengungkapk

an jika ingin BAK dan

BAB

2. Memahami hak orang

lain’

3. Bisa berbagi,

membantu,

bekerja

bersama

4. Menyatakan

perasaan

5. Berbagi peran

dalam

permainan

1. Bisa BAK

sendiri

2. Bersabar menunggu

giliran

3. Menunjukkan sikap toleran

4. Menghargai

orang lain

5. Bereaksi

terhadap hal-hal

tidak benar

6. Menunjukkan

ekspresi

menyesal ketika

melakukan

kesalahan

1. Menunjukkan

sikap mandiri

2. Mau berbagi, menolong, dan

membantu

3. Menunjukkan antusiasme

4. Mengendalikan

perasaan

5. Menaati aturan

dalam permainan

6. Percaya diri

7. Menjaga diri

sendiri

8. Menghargai orang

lain

1. Bersikap

kooperatif

2. Menunjukkan sikap toleran

3. Mengekspresi-

kan emosi yang sesuai dengan

kondisi

4. Mengenal tata

krama dan sopan

santun

5. Memahami

peraturan

6. Menunjukkan

sikap empati

7. Memiliki sikap

gigih Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

22

2.2.2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan

informal.

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 5

perkembangan, yaitu : perkembangan moral dan agama, perkembangan

fisik , kecerdasan/kognitif (daya pikir dan daya cipta), sosio emosional (sikap dan

emosi) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap

perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini seperti yang

tercantum dalam Permendiknas no 58 tahun 2009.

Ada dua tujuan diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini yaitu:

• Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak

yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga

memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta

mengarungi kehidupan pada masa dewasa.

• Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar

(akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu

bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.

Satuan PenyelenggaraPendidikan Anak Usia Dini

1. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan jalur pendidikan formal yang

menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 (empat) tahun hingga

6 (enam) tahun dengan prioritas usia 5 (lima) tahun dan 6 (enam) tahun.

2. Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB) merupakan jalur pendidikan formal

yang menyelenggarakan program pendidikan khusus bagi anak berusia 4(empat)

tahun hingga 6 (enam) tahun dengan prioritas usia 5 (lima) tahun dan 6 (enam)

tahun.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

23

3. Kelompok Bermain (KB) merupakan jalur pendidikan non-formal yang

menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 2 (dua) sampai 6 (enam)

tahun dengan prioritas usia 3 (tiga) dan 4 (empat) tahun.

4. Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan jalur pendidikan non-formal yang

menyelenggarakan program pendidikan bagi anak sejak lahir sampai dengan 6

(enam) tahun dengan prioritas sejak lahir hingga usia 4 (empat) tahun.

5. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Sejenis (SPS) merupakan jalur pendidikan

non-formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak sejak lahir

sampai dengan 6 (enam) tahun secara mandiri atau terintegrasi dengan berbagai

layanan kesehatan, gizi, keagamaan, dan kesejahteraan sosial.

2.2.3 Kelompok Bermain / Preschool

Definisi

Depdikbud (2002 : 2) menegaskan bahwa: “Kelompok Bermain adalah salah

satu bentuk layanan pendidikan bagi anak usia 3-6 tahun yang berfungsi untuk

membantu meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan diri dalam

lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya, termasuk

siap memasuki pendidikan dasar.”

Senada dengan pendapat di atas, maka Sudono (2003:1) mendefnisikan

Kelompok Bermain yaitu: “Kelompok anak yang melakukan suatu kegiatan dengan

menggunakan alat atau tanpa alat sehingga menghasilkan suatu informasi,

memberikan kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi anak.” Dari kedua

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kelompok Bermain adalah salah satu

wadah berkumpulnya sekelompok anak yang berumur tertentu dengan tujuan untuk

memperoleh informasi dan memberikan kesenangan kepada mereka sehingga dapat

bertumbuh dan berkembang sesuai potensinya dan siap memasuki tingkat pendidikan

selanjutnya.

Menurut Depdikbud (2002: 6) program kegiatan belajar Kelompok Bermain

bertujuan untuk:

1. Meningkatkan keyakinan dalam beragama;

2. Mengembangkan budi pekerti dalam kehidupan anak;

3. Mengembangkan sosialisasi dan kepekaan emosional;

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

24

4. Meningkatkan disiplin melalui kebiasaan hidup teratur;

5. Mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa;

6. Meningkatkan pengetahuan atau pengalaman melalui kemampuan daya pikir;

7. Mengembangkan koordinasi motorik halus dan kreatifitas dalam keterampilan

dan seni;

8. Meningkatkan kemampuan motorik kasar dalam rangka kesehatan jasmani.

Persyaratan Khusus Pendirian Kelompok Bermain

Persyaratan khusus pendirian Kelompok Bermain (KB) harus memiliki:

1. Kepala KB yang memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

2. Prospek peserta didik usia 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) tahun paling sedikit

15 (lima belas) peserta didik.

Persyaratan Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia tentang “Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Kelompok Bermain”, maka persyaratan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Luas lahan/tanah minimal yang diperlukan 300 m²

b. Lokasi pendirian hendaknya memperhatikan persyaratan lingkungan, yaitu

• Keamanan Lokasi pendirian Kelompok Bermain

Hendaknya tidak terlalu dekat dengan jalan raya utama, di tebing, pemakaman,

sungai atau tempat-tempat yang dapat membahayakan bagi anak peserta didik

• Kebersihan Dalam mendirikan Kelompok Bermain

Hendaknya tidak berdekatan dengan tempat pembuangan/penumpukan sampah,

pabrik yang mengeluarkan polusi udara, limbah yang berakibat buruk bagi

kesehatan.

• Ketenangan/Kenyamanan

Kelompok Bermain yang didirikan lokasi tidak berdekatan dengan pabrik, bengkel,

pasar dan pusat keramaian yang aktifitasnya dapat mengeluarkan suara yang dapat

mengganggu kegiatan Kelompok Bermain.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

25

• Lokasi pendirian Kelompok Bermain dipilih dekat dengan pemukiman

penduduk yang relatif banyak anak usia Kelompok Bermain.

• Transportasi mudah dijangkau, baik darat atau air sesuai dengan kondisi

daerah.

c. Memiliki ruang kelas, ruang kantor/kepala Kelompok Bermain, ruang dapur,

gudang, kamar mandi/WC guru dan kamar mandi/WC anak.

d. Bangunan Gedung, minimal memiliki:

Tabel 5 Kebutuhan Ruang Minimal Untuk Kelompok Bermain

No Jenis Ruang Jumlah

Ruang Minimal

Luas Kapasitas

1 Ruang kelas 1 64 m² 20 anak

2 Ruang kantor/kepala

Kelompok Bermain 1 12 m² 1 orang

3 Ruang dapur 1 9 m² 2 orang

4 Gudang 1 9 m²

5 Kamar mandi/WC

guru 1 4 m² 1 orang

6 Kamar mandi/WC

anak 1 4 m² 1 orang

7 Ruang guru 1 16 m² 3 orang

8 UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)

1 9 m²

Sumber :Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok

Bermain

e. Kelompok Bermain tersebut sedapat mungkin mempunyai halaman/tempat

bermain dan mempunyai ruang bermain terbuka.

f. Memiliki perabot, alat peraga dan alat permainan di luar dan di dalam ruangan.

Komponen Penyelenggaraan Kelompok Bermain

a. Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan,

melaksanakan proses pembelajaran, melaporkan perkembangan anak,

melaporkan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran Pendidik pada Kelompok

Bermain terdiri atas guru dan guru pendamping. Tenaga kependidikan bertugas

melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan

pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada lembaga Kelompok

Bermain. Tenaga kependidikan terdiri atas Pemilik, Kepala Sekolah,

Penyelenggara Pengelola, Petugas Administrasi, dan Petugas Kebersihan.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

26

b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan dalam mendukung pelayanan Kelompok Bermain.

Standar sarana dan prasarana meliputi jenis, kelengkapan, dan kualitas fasilitas

yang digunakan dalam menyelenggarakan proses penyelenggaraan Kelompok

Bermain. Standar pengelolaan merupakan kegiatan manajemen satuan lembaga

Kelompok Bermain yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Kelompok Bermain.

a. Standar Sarana dan Prasarana

Pengadaan sarana dan prasarana perlu disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi

sosial, budaya, dan jenis layanan Kelompok Bermain.

1. Prinsip

Aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak.

Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Memanfaatkan potensi dan

sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk barang

limbah/bekas layak pakai.

2. Persyaratan

a. Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis

layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani, dengan luas

minimal 3 m² per peserta didik.

b. Minimal memiliki ruangan/tempat kegiatan yang dapat digunakan

untuk melakukan aktivitas anak yang terdiri dari ruang dalam dan

ruang luar, dan kamar mandi yang dapat digunakan untuk kebersihan

diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup.

c. Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak,

dan kelompok usia yang dilayani.

d. Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang

dapat mengembangkan berbagai konsep.

b. Sarana Pendukung Pembelajaran

Sarana untuk pembelajaran Kelompok Bermain dapat dibedakan menjadi sarana

di dalam ruangan (indoor) dan sarana di luar ruangan (outdoor).

1. Sarana di dalam ruangan

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

27

a. Buku-buku cerita atau dongeng dari berbagai versi dan cerita rakyat

setempat;

b. Alat-alat peraga atau bahan main sebagai bahan belajar;

c. Lemari atau rak untuk tempat alat main;

d. Tape recorder dan/atau VCD Player, beserta kaset dan/atau VCD

cerita/lagu;

e. Papan tulis (white atau black board) serta alat tulisnya;

f. Papan flanel dan perlengkapannya;

g. Panggung boneka dan perangkatnya;

h. Papan geometris, puzzle, dan balok;

i. Alat untuk bermain peran makro dan mikro;

j. Alat permainan edukatif sederhana;

k. Alat permainan untuk mendukung mengenal budaya lokal;

l. Alat-alat untuk memasak, dan lainnya.

2. Sarana di luar ruangan

Alat permainan di luar ruangan seperti bak air, bak pasir, papan luncur, papan titian,

ayunan, panjatan, kuda-kudaan, dll. Adapun persyaratan alat permainan tersebut

sebagai berikut:

a. Alat permainan edukatif, buatan guru, anak, dan pabrik

b. Gampang dibongkar pasang

c. Jika terdiri dari bagian-bagian kecil

d. Ukurannya aman dan diperbolehkan untuk mainan anak

e. Alat-alat mainan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh anak

f. Secara rutin dirawat, dibersihkan dan diganti bila sudah rusak

g. Aman, sisi-sisinya tidak ada yang tajam sehingga membahayakan kulit,

atau tangan anak

h. Peralatan pendukung keaksaraan

i. Kuat, kokoh, tidak mudah patah dan pecah.

j. Alat permainan harus disesuaikan dengan usia anak dan dapat

mendukung kegiatan belajar anak yang berbeda-beda dan tahap

perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik, intelektual,

emosi

k. Aspek sosial dan keagamaan

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

28

2.2.4 Taman Kanak-Kanak / Kindergarten

Definisi

Taman Kanak – Kanak adalah tahap perkenalan pertama anak kepada sekolah

atau transisi dari program Kelompok Bermain. Taman Kanak – Kanak umumnya

didefinisikan sebagai bentuk dari pendidikan prasekolah yang mengajar melalui

permainan kreatif, kontak sosial, dan ekspresi natural. Konsep ini berawal di Jerman

pada tahun 1837 oleh 23 Fredrich Froebel; Taman Kanak – Kanak, ‘taman anak’

merupakan ide awal yang menjelaskan pentingnya anak – anak untuk bermain.

Froebel mengerjakan berbagai permainan, lagu, dan cerita untuk membahas

kebutuhan anak (pada masa itu umumnya usia 3 – 7 tahun).

Persyaratan Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia tentang “Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak” dan jurnal yang berjudul “Kajian

Pengembangan Standar Bangunan Taman Kanak-Kanak Sebagai Upaya Peningkatan

Mutu Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia”, maka persyaratan sarana dan

prasarana yang dibutuhkan dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Luas lahan sekurang-kurangnya 300 m²

b. Memiliki ruang bermain/ruang belajar dengan rasio sekurang-kurangnya 3 m² per

anak, baik di dalam ataupun di luar ruangan

c. Memiliki ruang kepala sekolah, guru, layanan kesehatan/UKS, toilet dengan air

bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak

d. Memiliki perabot, alat peraga dan alat permainan dii luar dan di dalam ruangan

e. Memiliki tempat untuk memajang hasil karya anak yang ditata sejajar dengan

pandangan anak, leluasa, tidak terlalu penuh dengan alat permainan (masih ada

ruang kosong untuk gerak anak)

f. Penataan ruangan sesuai fungsinya, berikut perabot yang bersih dan terawat

g. Bangunan gedung, sekurang-kurangnya memiliki:

Tabel 6 Kebutuhan Ruang Minimum Untuk Taman Kanak-Kanak

No Jenis Ruang Jumlah

Ruang

Minimal

Luas Kapasitas

1 Ruang kelas 1 64 m² 25 anak

2

Ruang kantor/kepala

Kelompok Bermain 1

20 m²

1 orang

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

29

No Jenis Ruang Jumlah

Ruang Minimal

Luas Kapasitas

3 Ruang dapur 1 16 m² 2 orang 4 Ruang Tata Usaha 1 20 m² 2 orang

5 Gudang 1 16 m²

6 Kamar mandi/WC

guru 1 4 m² 1 orang

7 Kamar mandi/WC

anak 1 4 m² 1 orang

8 Kamar Penjaga 1 16 m² 1 orang 9 Ruang guru 1 16 m² 5 orang

10 UKS (Usaha

Kesehatan Sekolah) 1 16 m²

11 Ruang Terbuka 1 120 m²

12 Ruang Tunggu

terbuka 1 16 m²

Sumber :Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-

Kanak

Data tentang ruang-ruang utama TK diperlukan untuk menentukan massa utama

bangunan TK, luasan, fungsi, dan ketentuan teknis lainnya. Beberapa ruang utama

yang ditemukan pada beberapa bangunan TK adalah sebagai berikut.

Ruang Kelas

Fungsi ruang kelas TK adalah tempat belajar seraya bermain dengan suasana yang

aman, nyaman, dan menyenangkan. Ruang kelas harus mempunyai akses langsung

terhadap ruang-ruang pendukung belajar lainnya dengan kriteria penempatan ruang

kelas yang tenang dan terhindar dari semua bentuk aktivitas aktif yang dapat

menimbulkan gangguan suara. Kriteria perencanaannya adalah sebagai berikut:

a. Ruang kelas untuk daya tampung maksimum 25 anak.

b. Ketinggian langit-langit ruangan maksimum 3,50 m.

c. Jendela minimum 20% luas lantai ruangan untuk mendapatkan pencahayaan

alami yang baik.

d. Luas ventilasi udara minimum 7% dari luas lantai ruang.

e. Pintu, jendela, dan kusen dibuat dari bahan berkualitas baik.

f. Pintu terdiri dari 2 daun membuka keluar dengan lebar minimum 150 cm dan

tersedia pintu penghubung antar ruang (connecting door) dengan lebar minimum

90 cm.

g. Dilengkapi tata letak (layout) perabot yang terdiri dari: meja dan kursi anak

didik, meja dan kursi guru, papan tulis, papan penempelan hasil karya anak didik,

lemari, book shelves/ office cabinet, dan loker.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

30

h. Di depan ruang kelas terdapat tempat cuci tangan dan kaki.

i. Dihindari penggunaan jenis bahan lantai yang licin.

j. Dilengkapi dengan lampu penerangan yang cukup dan minimal terdapat 2 stop

kontak.

Ruang Kepala TK

Ruang kepala TK dipergunakan sebagai ruang kerja. Kriteria perancangannya adalah

sebagai berikut:

a. Tata letak ruang dekat dengan ruang tata usaha, ruang guru, dan area pintu masuk

utama.

b. Mudah dicapai dari pintu masuk utama sekolah.

c. Ruang dilengkapi dengan penerangan lampu dan stop kontak yang cukup.

d. Terdapat jaringan telepon.

Ruang Guru

Ruang guru berfungsi sebagai ruang kerja guru untuk mempersiapkan bahan

mengajar. Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut:

a. Tata letak ruang dekat dengan ruang kepala TK dan ruang tata usaha.

b. Mudah dicapai dari area pintu masuk utama sekolah.

c. Ruangan dilengkapi dengan penerangan lampu dan stop kontak yang cukup.

d. Terdapat jaringan telepon.

Ruang Tata Usaha

Ruang tata usaha berfungsi sebagai ruang kerja tenaga tata usaha untuk

melaksanakan tugas administratif yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan dan

anak didik. Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut:

a. Tata letak ruang dekat dengan ruang kepala TK dan ruang guru.

b. Terdapat kursi dan meja kerja, filling cabinet, komputer dan/atau mesin ketik.

c. Ruangan dilengkapi dengan penerangan lampu dan stop kontak yang cukup.

Ruang Kesehatan Sekolah

Ruang kesehatan sekolah berfungsi sebagai ruang pelayanan kesehatan bagi anak

didik, baik yang dilakukan sekolah maupun instansi kesehatan lainnya. Kriteria

perancangannya adalah sebagai berikut:

a. Tata letak ruang mudah dijangkau dari pintu masuk utama dan dari ruang

lainnya.

b. Terdapat kursi dan meja tenaga medis, dua tempat tidur, washtafel, filling

cabinet, dan lemari obat yang dapat dikunci.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

31

Dapur

Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut:

a. Ketinggian langit-langit minimal 4,00 m dengan pencahayaan alami dan sirkulasi

udara yang baik.

b. Luas jendela 20% luas lantai untuk mendapatkan pencahayaan alami yang baik.

c. Luas ventilasi udara antara 6%−10% luas lantai ruang.

d. Kelengkapan pengendalian kualitas udara di dalam ruang dengan menggunakan

exhaust fan dan kipas angin.

e. Terdapat pintu masuk yang terdiri dari dua daun pintu dengan lebar minimal 150

cm dengan arah membuka keluar.

f. Dilengkapi lampu penerangan ruang dan stop kontak yang disesuaikan dengan

kebutuhan.

g. Dilengkapi dengan tempat cuci peralatan makan (sink) dengan jumlah

disesuaikan dengan kebutuhan.

Gudang

Gudang TK berfungsi sebagai ruang penyimpanan barang sekolah. Jumlah gudang

untuk TK sebanyak 1 ruang dengan ukuran 4 × 4 m = 16 m² .

Kamar Penjaga

Kamar penjaga berfungsi sebagai tempat istirahat bagi penjaga, baik siang maupun

malam, untuk menjaga keamanan TK. Kriteria perancangannya adalah:

a. Tata letak ruang dekat dengan gudang atau terletak di belakang/samping gedung

TK.

b. Ruangan dilengkapi dengan penerangan lampu dan stop kontak yang cukup.

KM/WC Guru

KM/WC sebanyak 1 ruang untuk kepala TK, 1 ruang untuk guru dan staf. Setiap

KM/WC dilengkapi dengan kloset, bak air, 1 washtafel, dan cermin.

KM/WC Anak

Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut:

a. Jumlah KM/WC 6 buah yang masing-masing dilengkapi dengan closet dan bak

air.

b. Ukuran ketinggian dari kelengkapan KM/WC disesuaikan dengan ukuran fisik

anak.

c. Tata letak mudah dijangkau dari ruang kelas dengan tujuan untuk memudahkan

dalam pengawasan dan pemeliharaan.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

32

d. Ruang dilengkapi dengan lampu penerangan yang cukup.

e. Jenis keramik lantai tidak licin.

f. Luas ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara.

g. Pintu kamar mandi dari bahan kedap air.

Ruang Terbuka/Speelood

Speelood merupakan ruang semi terbuka yang berfungsi untuk kegiatan olah raga

ringan, senam atau permainan, pertemuan ceramah umum, pameran, dan

pertunjukan. Speelood merupakan bangunan tersendiri yang terpisah dari bangunan

lainnya dalam gedung TK. Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut:

a. Bentuk ruang sebaiknya mendekati bujur sangkar, segi enam, atau bulat.

b. Tinggi langit-langit minimal 4,00 m.

c. Bahan penutup lantai dipilih yang tidak licin.

d. Terdapat dinding pembatas ruang setinggi +120 cm.

e. Terdapat lampu penerangan yang cukup dan terdapat stop kontak.

Ruang Tunggu Terbuka

Ruang tunggu terbuka berfungsi sebagai tempat orang tua menjemput anak. Tata

ruang pada area pintu masuk gedung dan tidak terlihat langsung oleh anak dari ruang

kelas. Kriteria perancangannya adalah:

a. Tinggi langit-langit minimal 4,00 m.

b. Bahan penutup lantai dipilih yang tidak licin.

c. Terdapat dinding pembatas ruang setinggi 120 cm.

2.2.5 Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No 20

tentang SPN).

Kurikulum kelompok bermain dan taman kanak-kanak dikembangkan oleh

pendidik di lembaga itu sendiri dengan mengacu pada Permendiknas No 58 Tahun

2009 atau kurikulum berstandar internasional dan mengembangkan sesuai dengan

potensi dan kebutuhan yang dimiliki lembaga. Setiap kurikulum ini memiliki

kelebihan dan kelemahan. Namun untuk menyamaratakan standar pembelajaran di

dunia, penulis mempertimbangkan untuk menerapkan standar kurikulum bertaraf

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

33

international. Standar kurikulum yang digunakan berdasar pada International

Preschool Curriculum.

Program pembelajaran adalah salah satu komponen untuk mengaplikasikan

kurikulum dalam program pembelajaran diperlukan perangkat perencanaan yang

akan dilakukan oleh lembaga. International Preschool Curriculum (IPC)

menerapkan proses pembelajaran dengan 6 (enam) inti proses pembelajaran.

Gambar 1 Konten Pembelajaran Pada International Preschool Curriculum

Sumber : https://ipc.education/corecontentareas/, Diakses Pada Tanggal 02 Juli 2015 Pukul 20.20

Keenam proses pembelajaran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Languange Art

Dua pembenaran utama untuk masuknya seni bahasa sebagai kawasan inti

eksplorasi dan studi pada anak usia dini adalah kemampuan untuk

mengembangkan dan mendukung pemikiran kognitif, penalaran, dan

kemampuan memecahkan masalah pada anak-anak. Setiap keterampilan kognitif

tersebut sangat penting jauh melampaui kurikulum prasekolah dan memiliki

relevansi yang berlaku selama kehidupan.

IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi

pelajaran bahasa yang terkandung dalam kurikulum. Kerangka untuk presentasi

guru pelajaran bahasa menunjukkan bahwa pelajaran ini harus ditawarkan secara

teratur dengan cara sesuai dengan tahapan perkembangan dan lingkungan yang

mendukung anak-anak di semua tingkat pemahaman. Peran guru disorot dan

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

34

diperkuat di seluruh kurikulum dan oleh karena itulah guru yang menyertainya

diberi pelatihan tentang pelaksanaan kurikulum IPC.

Sebagai bagian dari proses aplikasi IPC sebagai meneliti berikut untuk

meningkatkan seni bahasa melalui Kurikulum Unit Tematik:

� Pengetahuan tentang Alphabet

� Kesadaran fonologis

� Pengetahuan tentang Print dan penggunaan nya

� Pemahaman Buku Teks dan lainnya

� Keterampilan menulis

� Mendengarkan dan memahami Bahasa yang kompleks

� Menggunakan Bahasa untuk mengekspresikan pikiran dan kebutuhan

� Menggunakan keterampilan komunikasi percakapan

IPC telah melakukan penelitian kurikulum untuk masing-masing daerah belajar

yang menerapkan kurikulum IPC dengan lebih dari 16 tema pembelajaran

seperti perkembangan kognitif dan mekanik. Penelitian ini dilakukan untuk

mengembangkan pendidikan prasekolah yang baik.

Daerah belajar inti diperkuat dengan kegiatan yang menyenangkan dan hasilnya

berdasarkan pada struktur pembelajaran. Siswa harus mampu mengidentifikasi

setiap huruf dari alphabet dan siap untuk membaca tiga kata surat pada akhir

unit tematik. Siswa harus dapat mengenali dan mengetahui anggota keluarga,

rekan-rekan sekolah dan guru dengan nama mereka dan memahami suara yang

terkait dengan huruf abjad. Siswa harus mampu memperluas kosakatanya dalam

Bahasa Inggris setiap hari dan harus dibaca setiap hari untuk memastikan hal ini

dapat dicapai. Siswa akan memahami dan mampu menyampaikan makna dari

kata-katanya dalam kosakata.

Kurikulum IPC akan memungkinkan siswa untuk mengekspresikan dirinya

sendiri secara lisan dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan

kata-kata.

2. Socio-Emotional

Siswa dapat memahami pentingnya self-respect, kepercayaan diri dan

keterampilan interpersonal. Siswa menghormati orang lain dan mengakui figur

otoritas seperti orang dewasa, guru dan orang tua. Akan ada pemahaman

keanekaragaman budaya dan agama dan bukti bahwa siswa mampu menjadi

anggota tim atau perilaku mandiri dalam tugas individu ketika diminta. Siswa

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

35

akan menyadari tanggung jawab di sekolah, rumah, masyarakat setempat dan

dunia. Pemahaman tentang dasar perdagangan, uang dan pekerjaan akan dicapai.

Siswa akan membantu di sekolah dan rumah dalam membersihkan mainan, buku

dan barang serupa setelah digunakan. Akan ada pemahaman liburan, tradisi dan

adat budaya asli siswa dan budaya lainnya. Dua pembenaran utama untuk

masuknya emosi sosial sebagai inti dari eksplorasi dan studi pada anak usia dini

adalah kemampuan untuk mengembangkan dan mendukung pemikiran kognitif,

penalaran, dan kemampuan memecahkan masalah pada anak-anak. Setiap

keterampilan tersebut penting dalam bermain jauh melampaui kurikulum

prasekolah dan memiliki relevansi yang berlaku selama kehidupan.

IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi

pelajaran emosi sosial yang terkandung dalam kurikulum. Kerangka untuk guru

pelajaran emosi sosial menunjukkan bahwa pelajaran ini harus ditawarkan secara

teratur dengan cara yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan lingkungan

yang mendukung anak-anak di semua tingkat pemahaman. Kurikulum harus

mencapai hasil yang menjamin keselamatan siswa dan kesejahteraan sosial.

Agar siswa dapat mengembangkan sosialnya, ia harus bisa merasa nyaman jika

terpisah dari orang tuanya atau wali utama selama beberapa jam setiap hari. Hal

ini bertujuan agar siswa dapat berkomunikasi dengan orang lain dan memahami

pentingnya membahas isu-isu yang secara langsung mempengaruhi dia dengan

guru atau orang dewasa di sekolah.

3. Numericy

IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi

pelajaran berhitung yang terkandung dalam kurikulum. Kerangka untuk guru

pelajaran berhitung menunjukkan bahwa pelajaran ini harus ditawarkan secara

teratur dengan cara sesuai dengan tahapan perkembangan dan lingkungan yang

mendukung anak-anak di semua tingkat pemahaman. IPC menghargai bahwa

orang tua memiliki berbagai pilihan dalam pra-sekolah, namun IPC dibedakan

sebagai kurikulum yang menyediakan kerangka kerja yang jelas untuk semua

bidang pembelajaran sebagai bagian dari kurikulum:

• Kurikulum sepenuhnya diteliti dan dikaji meliputi pendekatan pengajaran

tradisional sementara merangkul metode pendidikan terbaru.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

36

• Pendekatan bilingual belajar dengan memastikan bahwa sekolah

menawarkan setidaknya satu bahasa kedua untuk mempromosikan

pembelajaran bilingual dan mengintegrasikan bahasa kedua di sekolah;

• IPC adalah kurikulum pertama yang mendorong tradisi budaya lokal dan

mempromosikan internasionalisme sebagai tema seluruh ajarannya.

Kurikulum juga mencakup tema saat ini urusan seperti ekologi dan

konservasi;

• IPC melibatkan guru dalam program pengembangan profesional, workshop

dan forum diskusi. Guru IPC dilatih untuk tingkat tertinggi dalam mengajar

dan profesionalisme;

Siswa akan dapat menghitung sampai 20 dengan mudah; mahasiswa tingkat

lanjut akan diajarkan bagaimana untuk menghitung sampai 100. Akan ada

pemahaman puluhan dan unit dan bagaimana cara menghitung puluhan. Konsep

kurang lebih akan dibahas secara rinci dan siswa akan dapat membedakan mana

dua digit nomor kurang lebih atau sama. Siswa akan dapat membuat estimasi

dasar. Akan ada pemahaman tentang denominasi uang. Siswa akan mampu

memecahkan sejumlah dasar penambahan dan pengurangan. Pola dan urutan

akan mudah diidentifikasi.

4. Creative Arts

Seni untuk pelajar awal memberikan perkembangan otot, koordinasi mata-

tangan, dan gerakan ketangkasan. Dengan kesempatan untuk praktek

kepercayaan mereka meningkat, dan aktivitas menyebabkan efek positif pada

keterampilan menulis di kelas. IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan

kerangka kerja untuk instruksi kreatif pelajaran seni yang terkandung dalam

kurikulum. Kerangka untuk guru pelajaran seni kreatif menunjukkan bahwa

pelajaran ini harus ditawarkan secara teratur dengan cara sesuai dengan tahapan

perkembangan dan lingkungan yang mendukung anak-anak di semua tingkat

pemahaman.

Seni adalah bentuk penting dari ekspresi anak-anak muda untuk

mengembangkan, dan penelitian menunjukkan bahwa seni adalah konsumsi otak

yang melibatkan kognitif, sosial emosional, harga diri, dan aktivitas multi-

indera. IPC telah mengevaluasi apa diharapkan dilakukan untuk belajar di pra-

TK dan merancang kurva belajar yang sejalan beberapa keahlian untuk standar

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

37

yang diharapkan pada tahun pra-sekolah. Oleh karena itu, IPC memiliki

pandangan yang realistis pada pendekatan yang tepat untuk mengajar, dan

mempromosikan seni awal dan musik yang akan mempersiapkan anak-anak dan

mendorong bakat mereka untuk digunakan di seluruh sekolah mereka dan

kehidupan dewasa.

5. Science

IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi

pelajaran teknologi yang terdapat dalam kurikulum. Kerangka untuk guru

pelajaran teknologi menunjukkan bahwa pelajaran ini harus ditawarkan secara

teratur dengan cara sesuai dengan tahapan perkembangan dan lingkungan yang

mendukung anak-anak di semua tingkat pemahaman.

Ketika digunakan secara tepat, teknologi dapat mendukung dan memperluas

belajar dengan cara yang berharga untuk meningkatkan kesempatan pendidikan

bagi anak-anak. Hal ini penting, namun untuk menemukan keseimbangan,

mengetahui bagaimana menyelaraskan elemen masa kanak-kanak yang sehat

dengan kemampuan unik yang ditawarkan oleh teknologi. Dengan

mengintegrasikan komputer ke dalam kurikulum IPC menemukan cara yang

efisien di mana untuk melaksanakan tujuan dan membantu guru di dalam kelas.

6. Motor Skills

Keterampilan motorik dibagi menjadi dua kategori, yaitu halus dan kasar,

sebagai daerah inti dari eksplorasi dan studi pada Pendidikan Anak Usia Dini

didasarkan pada kemampuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan

gerak dan kontrol tubuh keterampilan pada anak-anak. Setiap keterampilan

kognitif penting yang disebut dalam bermain jauh melampaui kurikulum

prasekolah dan memiliki relevansi yang berlaku selama kehidupan. IPC

menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi

keterampilan motorik pelajaran yang terkandung dalam kurikulum. Kerangka

untuk guru pelajaran keterampilan motorik menunjukkan bahwa pelajaran ini

harus ditawarkan secara teratur dengan cara sesuai dengan tahapan

perkembangan dan lingkungan yang mendukung anak-anak di semua tingkat

pemahaman.

Keenam poin tersebut melibatkan peran orang tua untuk mengawasi dan

membantu menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

38

2.3 State of The Art

Pedoman awal dalam meneliti menggunakan beberapa jurnal yang telah

diterbitkan yang berhubungan langsung dengan permasalahan yang dihadapi.

Tabel 7 Referensi Jurnal Penulis Judul Jurnal Isi jurnal

Anthonius N. Tandal, I

Pingkan P.Egam

(2011),

Arsitektur Berwawasan

Perilaku

(Behaviorisme).

Jurnal ini berisi tentang bagaimana

Perilaku dan Arsitektur saling

berhubungan satu sama lain. Hal ini

terlihat dari aspek-aspek pembentuk

perilaku manusia akibat lingkungan

atau bentuk arsitektur dan

sebaliknya.

Dian Ariestadi (2010), Kajian dan

Pengembangan Standar

Bangunan Taman

Kanak-Kanak Sebagai

Upaya Peningkatan

Mutu Pendidikan Anak

Usia Dini di Indonesia.

Jurnal ini berisikan tentang

bagaimana menerapkan standar

bangunan Taman Kanak-Kanak

untuk memaksimalkan peranan Pusat

Pendidikan Anak Usia Dini di

Indonesia. Penulis memberikan

penjabaran tentang standarisasi yang

digunakan dalam proses

perancangan.

Kate Bishop Designing learning

environments for all

children: Variety and

richness

Jurnal ini berisikan tentang pengaruh

dua karakteristik utama merancang

ruang untuk anak-anak, baik ruang

bermain anak hingga ruang belajar

anak. Dalam jurnal ini, akan

dijelaskan pembentukan atmosfir,

penyediaan informasi, tempat

hiburan, edukasi, dan penghargaan

pada tingkatan kenyamanan yg baik

terhadap anak-anak.

Virginia Understanding Child

Growth and

Development

Jurnal ini berisikan tentang tahap-

tahap perkembangan anak serta

karakteristik anak dalam proses

perkembangan dan pertumbuhannya.

Virginia menyampaikan bahwa ada

banyak hal yang dapat

mempengaruhi proses pertumbuhan

dan perkembangan anak, secara

positif dan negatif.

Nalina Moses Environmental

Psychology: Building

with Feeling

Jurnal ini berisikan tentang psikologi

lingkungan yang tidak terlepas dari

displin ilmu desain, termasuk

perencanaan ruang, ergonomic,

pencahayaan, akustik, branding, dan

desain interior.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

39

39

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat

disimpulkan dalam sebuah kerangka berpikir sebagai berikut :

LATAR BELAKANG Sarana Pendidikan Anak Usia Dini masih sangat dibutuhkan di Jakarta Barat karena jumlah PAUD dia Jakarta

Barat masih belum dapat memenuhi seluruh penduduk usia 0-6 tahun. Selain itu, untuk mengoptimalkan PAUD perlu diperhatikan perilaku penggunanya.

RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN 1. Bagaimana perancangan interior ruang yang sesuai dengan perilaku anak dalam masa perkembangannya?

2. Bagaimana merancang sebuah lingkup lingkungan pendidikan yang sesuai dengan standarisasi untuk Pusat Pendidikan Anak Usia Dini?

TUJUAN PENELITIAN :

1. Mengetahui cara untuk merancang interior ruang PAUD dengan memperhatikan perilaku anak.

2. Membuat suatu lingkup lingkungan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses

RUANG LINGKUP RUANG LINGKUP KAJIAN : menggunakan pendekatan aspek fungsional dengan memperhatikan beberapa pendekatan

lain, seperti pendekatan fisiologis, psikologis, pengguna ruang, organisasi pengguna dan kebutuhan ruang, dan

pendekatan kapasitas dan besaran ruang.

RUANG LINGKUP PENELITIAN : dibatasi pada jumlah penggunanya, aktivitas dan fasilitas yang dibutuhkan, foto

lapangan, pembagian ruang dan kebutuhan ruang, serta flow activity yang terjadi pada PAUD.

TEORI dan STUDI LITERATUR Teori berupa teori tentang Arsitektur dan Perilaku Manusia, Pengertian dan Jenis PAUD, serta penjelasan

tentang standarisasi Pusat Pendidikan Anak Usia Dini.

Studi Literarur berupa referensi dari beberapa PAUD yang telah ada di beberapa lokasi yang dapat dijadikan

acuan dalam mendesain (lokasi tidak dapat dijangkau langsung)

JUDUL PENERAPAN ARSITEKTUR BERWAWASAN PERILAKU PADA PUSAT PENDIDIKAN ANAK USIA

DINI DI JAKARTA

The Application of Architecture and Human Behavior Concept for Early Childhood Education Center in Jakarta

STUDI KASUS

Ladybird Preschool&Kindergarten

OBSERVASI Observasi dilakukan dengan metode pengambilan sampel yang

bertujuan untuk menguji dan membuktikan teori yang sudah ada.

Observasi dilakukan dengan memperhatikan perilaku anak dalam

proses kegiatannya.

ANALISA DATA • metode verifikasi dengan pengambilan sampel untuk menguji dan membuktikan teori yang telah diperoleh.

• Setelah di verifikasi penulis melakukan reduksi data, yaitu menyeleksi data dengan memilih data yang penting sehingga rangkuman inti dari penelitian tersebut tetap berada didalamnya dan hasil penelitian yang diteliti akan lebih fokus.

• Menganalisa data yang sudah diperoleh yaitu dengan pertimbangan apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian yang

SKEMATIK DESAIN 1. Analisa Manusia

2. Analisa Bangunan

3. Analisa Lingkungan

PROSES

PERANCANGAN

KESIMPULAN Berisikan kesimpulan dari proses analisa dan perancangan

Gambar 2 Kerangka Berpikir

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

40

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01240-AR Bab2001.… · Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki

41