arahan pengembangan kawasan permukiman.doc

29
ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS Oleh : SYAHRUL 45 07 042 008 1

Upload: fiqri

Post on 10-Jul-2016

33 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI

MENGGUNAKAN METODE GIS

Oleh :

SYAHRUL 45 07 042 008

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS “45” MAKASSAR

2013

1

Page 2: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

ABSTRAKNama Penyusun : SYAHRULStambuk : 45 07 042 008Judul Skripsi : “Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman

Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali Menggunakan Metode GIS”

Kawasan permukiman merupakan kawasan yang penting untuk direncanakan dalam pemanfaatan lahan. Hal ini dikarenakan kebutuhan lahan permukiman akan meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, pembangunan dan perkembangan wilayah serta dukungan sarana prasarana trasnportasi yang ada sebagai pemacu pertumbuhan guna lahan permukiman. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui kondisi kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan permukiman di Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali (2) Mengetahui potensi dan arahan pengembangan kawasan permukiman di Kecamatan Bungku Tengah berdasarkan aspek fisik alami dengan menggunakan GIS.Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan didukung oleh deskriptif kualitatif, penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bungku tengah Kabupaten Morowalli, pengumpulan data dilakukan melalui observasi di Kecamatan Bungku Tengah. Data dianalisis menggunakan analisis superimpose yang meliputi metode tumpang susun peta (overlay peta) dan pembobotan (skoring) menggunakan perangkat lunak ArcGIS.

Hasil penelitian menunjukkan Kondisi kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan permukiman di Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali sangat sesuai untuk dikembangkan yang terletak disepanjang pesisir Kecamatan Bungku Tengah dan Potensi dan arah pengembangan kawasan permukiman di Kecamatan Bungku Tengah berdasarkan aspek fisik alami yang di analisis menggunakan GIS menunjukan potensi yang besar berdasarkan kesesuaian lahannya dan arah pengembangan kawasan permukiman yang sangat sesuai berada di Desa Bente, Desa Bahomohoni, Desa Bahomoleo, Desa Lanona, Desa Bahomante, Desa Ipi, Desa Bahoruru, dan Desa Matansala.

Kata Kunci : Kesesuaian Lahan, Kawasan Permukiman, GIS

2

Page 3: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSulawesi Tengah merupakan salah satu propinsi yang ada di negara

kesatuan republik Indonesia mempunyai ruang wilayah yang cukup potensi

untuk di kembangkan baik bagi kepentingan nasional maupun kepentingan

daerah. Apabila pemanfaatan ruang itu tidak di atur dengan baik, maka

kemungkinan besar terdapat pemborosan manfaat ruang dan penurunan

kualitas ruang.oleh karna itu di perlukan penataan ruang sebagai proses

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruan yang merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisah

dengan yang lainnya.

Dalam pasal 14 ayat 2 undang-undang No 26 tahun 2007 tentang

penataan ruang di tetapkan bahwa rencana tata ruang di bedakan atas :

1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

2. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi

3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

Kabupaten Morowali adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi

Sulawesi Tengah yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Poso

pada 3 November 1999 berdasarkan UU RI. No. 51 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten

3

Page 4: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

Banggai Kepulauan. Ibu kota kabupaten terletak di Bungku (sebelumnya

pernah dipindahkan sementara hingga tahun 2005 ke Kolonedale).

Kota Bungku sebagai ibukota Kabupaten Morowali saat ini telah

memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan kawasan fungsional yang

sangat signifikan. Pertumbuhan ini sangat besar dipengaruhi oleh berbagai

aktivitas masyarakat (sosial-ekonomi) dan kegiatan pemerintahan, sehingga

membentuk kantong-kantong pertumbuhan baru. Dalam upaya pemenuhan

pelayanan kepada masyarakat, proses pembangunan yang sedang

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Morowali sementara ini memang lebih

banyak berorientasi pada kebutuhan fisik. Berbagai perkembangan kegiatan

perkotaan telah telah dialokasi secara khusus termasuk kawasan

permukiman.

Untuk mengantisipasi perkembangan pemanfaatan ruang yang semakin

pesat di Kecamatan Bungku Tengah, maka diperlukan arahan dan

penyediaan lahan yang baik untuk pengembangan pembangunan kawasan

permukiman di masa yang akan datang. Kesesuaian lahan bagi

pengembangan permukiman perlu untuk memperhatikan kondisi fisik lahan

secara menyeluruh, dalam berbagai pertimbangan guna terciptanya suatu

lingkungan perkotaan yang tertata, serasi, dan berkesinambungan dan tidak

terlepas dari kebijaksanaan tata ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

dan pola tata guna lahan yang ada.

4

Page 5: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

Salah satu upaya mengidentifikasi kesesuaian lahan yang efisien dan

terkendali diperlukan instrumen yang mampu mempercepat analisis untuk

mendapatkan hasil yang tepat dan akurat. Untuk menjembatani hal tersebut

maka dipelukan sebuah alat bantu baik sebagai tools maupun bahan tutorial

utama yakni menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Teknologi SIG

mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa

digunakan saat ini, seperti pengambilan data kebutuhan serta analisis

statistik sehingga memudahkan penggunanya dalam menganalisa

kesesuaian lahan untuk pengembangan sebuah kawasan.

Kemampuan tersebut membuat sistem informasi dalam SIG berbeda

dengan sistem informasi pada umumnya dan membuatnya berharga dalam

penentuan kebijakan untuk memberikan penjelasan tentang suatu peristiwa,

membuat peramalan kejadian, dan perencanaan strategis lainnya.

B. Tujuan Dan ManfaatDari permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui kondisi kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan

permukiman di Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali.

b. Mengetahui potensi dan arahan pengembangan kawasan

permukiman di Kecamatan Bungku Tengah berdasarkan aspek fisik

alami dengan menggunakan GIS.

5

Page 6: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah Kabupaten Morowali

sebagai bahan masukan dalam pengembangan kawasan permukiman

di Kecamatan Bungku Tengah yang merupakan Ibukota Kabupaten

Morowali

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

mengenai pembangunan sarana dan prasarana Kawasan permukiman

di Ibu Kota Kabupaten Morowali

C. Ruang LingkupBatasan masalah dari makalah ini, mengenai arahan pengembangan

kawasan permukiman di Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali

menggunakan metode GIS, mencakup pada kajian identifikasi masalah,

potensi, dan menganalisis arahan pengembangan kawasan permukiman

yang mencakup kesesuaian lahan serta penentuan pengembangan kawasan

permukiman di Ibu Kota Kabupaten, dalam memaksimalkan fungsinya

sebagai Kawasan Strategis Kabupaten yang di amanatkan dalam Undang-

Undang Penatan Ruang No. 26 Tahun 2007.

6

Page 7: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

BAHAN DAN METODE

A. Obyek PenelitianPada bagian ini menjelaskan tentang lokasi obyek penelitian,

karakteristik penelitian serta waktu penelitian yang akan dilaksanakan.

Adapun lokasi penelitian yakni di Kabupaten Morowali, Kecamatan

Bungku Tengah yang mana di dalam wilayah tersebut terdapat 19

Desa/kelurahan yaitu Desa Puungkoilu, Desa Bahontobungku, Desa

Tofuti, Desa Sakita, Kelurahan Mendui, Kelurahan Tofoiso, Kelurahan

Marsaoleh, Kelurahan Lamberea, Kelurahan Bungi, Kelurahan Matano,

Desa Matansala, Dea Bahoruru, desa Ipi, Desa Bente, Desa

Bahomohoni, Desa Bahomoleo, Desa Bahomante, Desa Lanona, dan

Desa Tudua, Karakterisitik wilayah sangat mendukung untuk peneliti

melakukan penelitian tentang Arahan Pengembangan Kawasan

Permukiman Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali

Menggunakan Metode GIS. Untuk waktu penelitian diadakan selama 1

(satu) Bulan, yakni terhitung dari Bulan Mei sampai Bulan Juni tahun

2013.

B. Teknik Pengumpulan DataUntuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka

dilakukan suatu teknik pengumpulan data yaitu berdasarkan sumber, jenis

dan metode pengumpulan data. Untuk penelitian ini teknik pengumpulan

data yang dilakukan adalah :

1. Sumber Data

Menurut sumbernya data terbagi atas dua yaitu :

7

Page 8: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

a. Data Primer adalah data yang bersumber dari survey atau

pengamatan di lapangan atau diperoleh langsung dari responden

objek penelitian. Adapun data yang dimaksud seperti: Kondisi

eksisting pola penggunaan lahan Kecamatan Bungku Tengah serta

data pendukung lainnya.

b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari instansi atau

lembaga-lembaga terkait serta hasil penelitian sebelumnya yang

merupakan data baku. Dalam penelitian ini yang merupakan

sumber data sekunder yaitu batas administrasi dan geografis lokasi

penelitian, data kependudukan, serta kondisi fisik dasar lokasi

penelitian.

2. Jenis Data

Menurut jenisnya data terbagi atas dua yaitu :

a. Data Kualitatif adalah jenis data yang tidak berupa angka tetapi

berupa kondisi kualitatif objek dalam ruang lingkup penelitian atau

data yang tidak bisa langsung diolah dengan menggunakan

perhitungan yang matematis. Yang termasuk dalam jenis data

kualitatif ini yaitu :

1. Data kondisi fisik dasar wilayah Kabupaten Morowali, seperti:

- Letak Geografis Kawasan

- Kondisi Topografi dan Kelerengan

- Kondisi Geologi dan Jenis Tanah

8

Page 9: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

- Kondisi Hidrologi dan Curah Hujan

- Kondisi Penggunaan Lahan

b. Data Kuantitatif adalah jenis data yang berupa angka atau

numerikyang bisa langsung diolah dengan menggunakan metode

perhitungan matematis. Dalam studi ini, jenis data kuantitatif yang

dimaksud yaitu :

- Data jumlah dan kepadatan penduduk

- Data Luas Wilayah

3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode observasi dan wawancara di lapangan, yaitu cara

pengumpulan data secara langsung ke lapangan (kawasan

Penelitian) dengan melakukan proses pengamatan lokasi dan

pengambilan data dan wawancara secara langsung kepada

masyarakat untuk mendapatkan informasi terhadap aspek-aspek

yang relevan dengan penelitian.

b. Pendataan Instansional / lembaga, yaitu teknik pengambilan data

melalui instansi terkait guna mengetahui data kuantitatif dan

kualitatif objek penelitian. Pengumpulan data berupa data dalam

bentuk data statistik maupun data dalam bentuk peta. Data tersebut

dikumpulkan dari berbagai Dinas yang terkait seperti seperti Dinas

Perumahan dan Penataan Ruang, Biro Pusat Statistik, Badan

Pertanahan Nasional dan Kantor Kecamatan.

9

Page 10: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

C. Metode Analisis DataMetode analisis data dalam penelitian kali ini juga diklasifikasikan

atas 2 (dua) dengan tetap berdasar pada 2 (dua) metode analisis data

yaitu ; Kualitatif dan Kuantitatif. Namun karena penelitian kali ini lebih

mengarah segi kualitatif, maka metode Kualitatif yang lebih dominan

akan digunakan dalam upaya menjawab atau menyelesaikan

pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian kali ini.

Untuk menjawab rumusan masalah penulisan ini maka akan

digunakan analisis superimpouse (analisis overlay). Prinsip dalam

model analisis ini adalah untuk memperoleh lahan yang sesuai dengan

kebutuhan perencanaan. Metode analisa spatial superimpouse banyak

digunakan untuk menentukan beberapa hal mengenai pengembangan

dan perencanaan lahan pada suatu area. Analisis yang digunakan

adalah indeks overlay model pembobotan pada setiap factor pembatas

ditentukan berdasarkan dominannya parameter tersebut terhadap

suatu peruntukan dengan menggunakan pendekatan SIG. Besarnya

pembobotan ditujukan pada suatu parameter untuk seluruh analisis

lahan. Dari hasil analisis kesesuaian lahan akan diperoleh peta yang

mendeskriptifkan arahan pengembanagan kawasan permukiman.

Pendekatan SIG merupakan alat analisis berupa sebuah tools yang

dapat di isi atau di buat model builder mengenai suatu perencanaan,

pengembangan, studi maupun analisa mengenai kesesuain lahan dan

pengembangan lahan sesuai dengan standar yang kita gunakan pada

studi yang kita lakukan.

Penggunaan analisa ini telah banyak dilakukan dalam beberapa

penelitian di Indonesia utamanya dalam bidang perencanaan wilayah

baik sifatnya proyek yang dilakukan pemerintah maupun studi yang

dilakukan oleh para peneliti, mahasiswa maupun pihak lain.

10

Page 11: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

D. Variabel PenelitianVariabel penelitian merupakan parameter untuk mengetahui arahan

pengembangan kawasan permukiman pada wilayah obyek penelitian.

Penetapan variabel dilakukan dengan cara memahami elemen-elemen

yang memiliki keterkaitan atau hubungan terhadap obyek penelitian.

Adapun variabel yang dimaksud adalah :

- Kemiringan Lereng

- Jenis Tanah

- Curah Hujan

- Topografi

- Penggunaan Lahan

- Rawan Bencana

- Geologi

- Hidrologi

- Aksesibilitas

11

Page 12: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

HASIL PENELITIAN

A. Potensi Wilayah Berdasarkan Analisis Overlay dan Skoring Menggunakan Metode GISMetode ini merupakan sistem penanganan data dalam evaluasi

kesesuaian lahan dengan cara digital yaitu dengan menggabungkan

beberapa peta yang memuat informasi yang diisyaratkan untuk suatu

program dengan karakteristik lahannya. Dalam penelitian ini peta yang

dibutuhkan adalah peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta curah

hujan, peta penggunaan lahan, peta topografi, peta geologi, peta

hidrologi,peta rawan bencana dan peta kawasan hutan. Pembobotan dan

skoring pada analisis kesesuaian lahan dengan berbagai peruntukan

didasarkan pada matrik kriteria penentuan kesesuaian lahan

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang

Pengelolaan Kawasan Lindung dan SK Menteri Pertanian Nomor

837/KPTS/ Um/11/1980 dan 683/KPTS/Um/8/1981 Besarnya bobot dan

skoring tidak memiliki nilai mutlak, karena hanya digunakan untuk

memudahkan analisis terhadap pembagian fungsi kawasan.

Skoring Kelas LerengNo Kelas Lereng (%) Deskripsi Keterangan Nilai skor1 0 – 8 Datar Sangat Sesuai 402 9 – 15 Landai Sangat Sesuai 403 16 – 25 Agak curam Cukup Sesuai 304 26 – 45 Curam Sesuai Bersyarat 205 >45 Sangat curam Tidak Sesuai 10Sumber : SK Menteri Pertanian dengan modifikasi

12

Page 13: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

Skoring Kelas Tanah Menurut Kepekaan Erosi

NO Jenis Tanah Deskripsi Keterangan Nilai Skor

1Alluvial, Tanah Gley, Planosol, Hidromorf Kelabu, laterit, Air

TanahTidak Peka Sangat Sesuai 40

2 Latosol Agak Peka Cukup Sesuai 30

3 Brown Forest Soil, Non Celtic Brown, Mediteran

Kurang Peka

Sesuai Bersyarat 20

4 Andesol, Lateric, Grumosol, Podsol, Podsotic Peka Tidak Sesuai 10

5 Regosol, Litosol, Organosol, Renzina

Sangat Peka Tidak Sesuai 10

Sumber : SK Menteri Pertanian dengan modifikasi

Skoring Intensitas Curah Hujan

No Intensitas (mm/thn) Deskripsi Keterangan Nilai Skor

1 0 – 1.500 Sangat Rendah Sangat Sesuai 402 1.500 – 2.000 Rendah Sangat Sesuai 403 2.000 – 2.500 Sedang Cukup Sesuai 304 2.500 – 3.000 Tinggi Sesuai Bersyarat 205 > 3.000 Sangat Tinggi Tidak Sesuai 10

Sumber : SK Menteri Pertanian dengan modifikasi

Skoring Ketinggian

No Ketinggian (mdpl) Keterangan Nilai Skor1 0 – 25 Sangat Sesuai 402 26 – 500 Cukup Sesuai 303 501 – 1000 Sesuai Bersyarat 204 >1000 Tidak Sesuai 10

Sumber : Permen PU no.41/prt/m/2007 dengan modifikasi

Skoring Penggunaan LahanNo Penggunaan Lahan Keterangan Nilai Skor1 Semak/Lahan terbuka Sangat Sesuai 402 Permukiman Cukup Sesuai 303 Tegalan/ Perkebunan Sesuai Bersyarat 204 Hutan Tidak Sesuai 10

Sumber :Analisis, 2013

13

Page 14: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

Skoring Kondisi Rawan BencanaNo Status Kawasan Keterangan Nilai Skor1 Tidak Rawan Bencana Sangat Sesuai 402 Rawan Bencana Tidak Sesuai 10

Sumber : Analisis, 2013

Skoring Kondisi GeologiNo Jarak Lempeng (m) Deskripsi Keterangan Nilai Skor1 > 1000 Stabil Sangat Sesuai 402 100 – 1000 Kurang Stabil Sesuai Bersyarat 203 < 100 Tidak Stabil Tidak Sesuai 10 Sumber : MenPu, 2007 dengan modifikasi

Skoring Sempadan SungaiNo Sempadan Sungai (m) Keterangan Nilai Skor1 > 15 Sangat Sesuai 402 < 15 Tidak Sesuai 10

Sumber : MenPu, 1993 dengan modifikasi

Skoring Kondisi AksesibilitasNo Jarak Dari Jalan (m) Keterangan Skor

< 250 Sangat Sesuai 40250 – 500 Cukup Sesai 30500 – 750 Sesuai Bersyarat 20

>750 Tidak sesuai 10 Sumber : Analisis, 2013

Pada tahap akhir penilaian kriteria fisik yang diperoleh dari data

akan diolah dengan metode skoring dimana hasil skoring didapatkan

dengan metode sebagai berikut:

N : Tidak Sesuai -Skor 10 x 9 Variabel = 90 (interval 0-90)

S3 : Sesuai Bersyarat -Skor 20 x 9 Variabel = 180 (interval 91-180)

S2 : Cukup Sesuai -Skor 30 x 9 Variabel = 270 (Interval 181-270)

S1 : Sangat Sesuai -Skor 40 x 9 Variabel = 360 (interval 271-360)

14

Page 15: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

Hasil Pembobotan Kesesuaian Lahan Kawasan Permukiman

Kelas Keterangan Total Nilai Skor

S1 Sangat Sesuai 271 – 360

S2 Cukup Sesuai 181 – 270

S3 Sesuai Bersyarat 91 – 180

N Tidak Sesuai 0 – 90 Sumber : Analsis, 2013

Gambar : Hasil Analisis

15

Page 16: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

B.A

nalisis Arah Pengembangan Kawasan Permukiman Kecamatan Bungku Tengah

Bila dilihat dari segi tata guna lahan yang ada saat ini maka

perkembangan Kecamatan Bungku Tengah cenderung berkembang

membentuk pola merumpun dan linier dengan mengikuti jalur jalan

utama mengingat kondisi lereng Kecamatan Bungku Tengah yang

bervariasi. Berdasarkan hasil analisis Superimpose yang dilakukan

didapatkan hasil kesesuaian lahan kawasan permukiman yang sangat

sesuai sebagian besar berada di sekitar pesisir Kecamatan Bungku

Tengah dengan luas 8.386,15 Ha. Pengembangan Kawasan

permukiman dapat di arahkan disepanjang pesisir Desa Bente, Desa

Bahomohoni, dan Desa Bahomoleo. Desa Lanona, Desa Bahomante,

Desa Ipi, Desa Bahoruru dan Desa Matansala melihat dari lahan yang

sanagat sesuai untuk kawasan permukiman. Dan sisanya adalah lahan

yang cukup sesuai dimana sebagian dari lahan yang cukup sesuai itu

terdapat pada kawasan lindung menurut Rencana Tata Ruang

Kabupaten Morowali.

16

Page 17: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya penulis

dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

B. Kondisi kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan

permukiman di Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali

sangat sesuai untuk dikembangkan yang terletak disepanjang pesisir

Kecamatan Bungku Tengah.

C. Potensi dan arah pengembangan kawasan permukiman di Kecamatan

Bungku Tengah berdasarkan aspek fisik alami yang di analisis

menggunakan GIS menunjukan potensi yang besar berdasarkan

kesesuaian lahannya dan arah pengembangan kawasan permukiman

yang sangat sesuai berada di Desa Bente, Desa Bahomohoni, Desa

Bahomoleo, Desa Lanona, Desa Bahomante, Desa Ipi, Desa

Bahoruru, dan Desa Matansala.

D. SaranUntuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan kawasan permukiman di

wilayah Kecamatan Bungku Tengah maka dikemukakan saran, di antaranya

sebagai berikut :

1. Pemanfaatan lahan dalam upaya pengembangan kawasan

permukiman di Kecamatan Bungku Tengah sudah seharusnya

17

Page 18: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

mengacu pada kesesuaian lahan dan pemerintah selaku pengambil

kebijakan semestinya dalam membuat kebijakan memperhatikan

potensi sumber daya lahan.

2. Penentuan arah pengembangan kawasan permukiman seharusnya

melihat kesesuaian lahan serta keterkaitannya dengan fungsi aktifitas

kawasan yang lain sehingga perkembangan wilayah dapat berjalan

sesuai dengan arah yang ditetapkan di Kecamatan Bungku Tengah.

3. Pemerintah Kabupaten Morowali harus tegas dalam mengarahkan

perkembangan fisik di Kecamatan Bungku Tengah yang merupakan

Ibu Kota Kabupaten dengan memperhatikan kesesuaian lahan yang

ada. Penetapan kawasan-kawasan yang sesuai dengan kondisi

lahannya akan tetapi tidak sejalan dengan kondisi dilapangan,

sebaiknya dikembalikan ke fungsi yang telah ditetapkan berdasarkan

rencana tata ruang yang ada sehingga dapat mengurangi dampak

negatif yang ditimbulkan penduduk dan lingkungan di kawasan

tersebut dan sekitarnya.

18

Page 19: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto, 1989. Interaksi Kota-Kota dan Permasalahannya, Penerbit Ghalia

Indonesia : Jakarta.

Hermit,Herman. 2008. Pembahasan Undang-Undang Penataan Ruang (U.U.

No. 26 Tahun 2007), Mandar Maju: Bandung.

http://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/definisi-dan-konsep-

perkembangan-kota.html (diakses tanggal 20 maret 2013 pukul 20:17

Wita)

Jayadinata, Johara T. (1986). Tata Guna Tanah dalam Perencanaan

Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah, ITB. Bandung.

Peraturan Menteri PU No.63. 1993. Garis Sempadan Sungai, Daerah

Manfaat Sungai,Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai,

Departemen PU : Jakarta.

Peraturan Menteri PU No. 41. 2007. Pedoman Kriteria Teknis Kawasan

Budidaya, Departemen PU : Jakarta.

Setyowati, Dewi Liesnoor, 2007. Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan

Permukiman Dengan Teknik SIG. Jurnal Geografi(Online). Volume 4. No.

1

Sutikno dan Su Rito, 1991, ESL UNTUK PEMUKIMAN, Makalah pada

Kursus Evaluasi Sumber-daya Lahan, angkatan I, Fakultas Geografi

UGM, Yogyakarta.

19

Page 20: Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman.doc

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wuilayah, Edisi

Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.

Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Sekretariat

Negara: Jakarta.

Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, Sekretariat Negara: Jakarta

Yayasan PelaGIS, 2011. Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis

Tingkat Lanjut : Aceh

Zainuddin. 2002. Pendekatan Geografi Terhadap Pengelolaan

Pengembangan Kecamatan Benawa Ibukota Kabupaten Donggala, PPS

UNHAS : Makassar.

20