analisis permintaan deposito berjangka

217
ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK UMUM DI DIY TAHUN 1986 - 2005 SKRIPSI Disusun Oleh : Nama : Yunita Fitri Wahyuningtyas No. Mahasiswa : 04 313 014 Jurusan : Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2008

Upload: yogieardhensa

Post on 22-Jun-2015

3.257 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis permintaan deposito berjangka

ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH

PADA BANK UMUM DI DIY TAHUN 1986 - 2005

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Nama : Yunita Fitri Wahyuningtyas

No. Mahasiswa : 04 313 014

Jurusan : Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2008

Page 2: Analisis permintaan deposito berjangka

ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH

PADA BANK UMUM DI DIY TAHUN 1986 - 2005

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir

guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1

Program Studi Ilmi Ekonomi,

pada Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Oleh

Nama : Yunita Fitri Wahyuningtyas

Nomor Mahasiswa : 04 313 014

Program Studi : Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2008

i

Page 3: Analisis permintaan deposito berjangka

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari

terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman

/ sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”

Yogyakarta, Desember 2007

Penulis,

Yunita Fitri Wahyuningtyas

ii

Page 4: Analisis permintaan deposito berjangka

PENGESAHAN

ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH

PADA BANK UMUM DI DIY TAHUN 1986 – 2005

Nama : Yunita Fitri Wahyuningtyas

Nomor Mahasiswa : 04 313 014

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Yogyakarta, 26 Desember 2007

Telah disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing,

Dr. Jaka Sriyana SE., M.Si

iii

Page 5: Analisis permintaan deposito berjangka

iv

Page 6: Analisis permintaan deposito berjangka

MOTTO

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kemampuannya.

(QS. Al Mu’minun:62)

Sesungguhnya sesudah Kesulitan itu ada kemudahan.

(Al Hadist)

Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan

menjadi indah, dan dengan agama kehidupan menjadi terarah dan

bermakna.

(H. A. Mukti Ali)

Kemalasan tidak lebih dari kebiasaan beristirahat saat belum letih.

(Jules Renard)

Wong Pinter Kalah Karo Wong Bejo

(Falsafah Jawa)

v

Page 7: Analisis permintaan deposito berjangka

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini Kupersembahkan untuk :

♦ Allah SWT, arti hadirmu dalam setiap langkah-

langkahku sangat berarti.

♦ Alm. Ayahanda dan Ibunda, pengukir jiwa

ragaku yang selalu mendo’akanku.

♦ Kakak-kakakku tersayang

♦ My Sweet Heart yang kusayangi yang selalu

mendampingiku dan memberikan kasih sayang

yang tak ternilai harganya.

vi

Page 8: Analisis permintaan deposito berjangka

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas kekuatan yang diberikan Allah

padaku untuk bisa berjuang menyelesaikan amanah dan segala kewajibanku

sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS

PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK UMUM

DI DIY (1986 – 2005). Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas

Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan yang penulis miliki. Terima kasih atas segala kritik dan saran yang

bersifat membangun yang telah dan akan penulis terima. Penulis menghaturkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Jaka Sriyana SE.,M.Si. selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, waktu, tenaga,

arahan, dan motivasi dengan segala ketelitian dan kesabarannya sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan

berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

vii

Page 9: Analisis permintaan deposito berjangka

2. Dr. Jaka Sriyana, SE., M.Si. selaku Kaprodi Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

3. Ibu Diana Wijayanti, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik,

terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya selama ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia khususnya

jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan Ilmu yamg sangat berharga.

5. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia,

khususnya kepada pak Anjar yang telah banyak membantuku.

6. Alm. Bapak & Ibu tercinta yang selalu menguatkan diriku dengan do’a,

yang selalu memberiku kasih sayang, dukungan moril maupun materiil

yang tak ternilai harganya, serta menasehatiku dan membimbingku untuk

keberhasilan dalam segala hal.

7. Kakak-kakakku tersayang Mas Vembri & Mba Mia, makasih atas

perhatian dan kasih sayangnya selama ini.

8. Mas Huda tersayang yang selalu memberiku semangat dan dukungan,

serta kesabarannya memdampingiku dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Eyang-eyangku (eyang pujo & eyang birin) dan keluarga besarku. Atas

do’a dan kasih sayangnya selama ini.

10. Keluarga “Mas Huda”, makasih atas do’anya.

11. Sahabat- sahabatku,, eca, mega, tice, te2h, reka, maya, meta, dini, dita,

indah, tari”centil” yang t’lah memberi warna dalam hidupku. Thanks

girl’s...!!!

viii

Page 10: Analisis permintaan deposito berjangka

12. Temen-temen IE ’04 Hendra, Andre, Helmy “ciplux”, Mu2n, Rendy,

Bagus, Ucup, A2n, Riesza, Asty”onenk”, Uci, Tari, semua anak-anak IE

2004 kalian semua selalu menjadi salah satu cerita terindah dihati.

13. Kakak-kakak IE ’02 dan ’03 Donny, Yayak, Agung, C’Thol, m’Duro,

Tile, Asep, Mz Gondrong, Mb Nelly, Mb Ria, Mb Dewi, Mb Hana.

Makasih atas bantuannya selama ini.

14. Teman-teman KKN unit 106 angkatan 34, Indri, Mb Ody, Mz n’Cep,

Dody, Mz Alfin, Imam, Ari, Udenk, Yuni. Sebuah kegilaan yang nggak

mungkin tergantikan.

15. My Vega, yang selalu setia mengantarku kemanapun hehehe...!!!

16. Semua pihak yang penyusun tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah

memberi masukan-masukan dan bantuan guna penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan

rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan

keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak

menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi yang berkepentingan.

Yogyakarta, Desember 2007

Penulis

Yunita Fitri W

ix

Page 11: Analisis permintaan deposito berjangka

DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i

Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme............................................................... ii

Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ iii

Halaman Berita Acara Ujian Skripsi..................................................................... iv

Halaman Motto ..................................................................................................... v

Halaman Persembahan.......................................................................................... vi

Halaman Kata Pengantar....................................................................................... vii

Daftar Isi ............................................................................................................... x

Daftar Tabel .......................................................................................................... xiv

Daftar Gambar....................................................................................................... xv

Daftar Lampiran.................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 10

1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................... 12

2.1. Kajian Pustaka................................................................................................ 12

2.2 Landasan Teori ............................................................................................... 17

2.2.1. Pengertian Permintaan. ......................................................................... 17

2.2.1.1. Hukum permintaan .................................................................. 18

2.2.1.2. Fungsi Permintaan ................................................................... 19

2.2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ....................... 20

2.2.2. Deposito Berjangka............................................................................... 22

2.2.3. Produk Domestik Bruto ........................................................................ 26

2.2.4. Teori Tingkat Suku Bunga.................................................................... 27

x

Page 12: Analisis permintaan deposito berjangka

2.2.4.1. Teori Klasik ............................................................................. 28

2.2.4.2. Teori Irving Fisher ................................................................... 30

2.2.4.3. Teori Keynesian....................................................................... 32

2.2.5. Inflasi. ................................................................................................... 32

2.2.5.1. Jenis-jesis Inflasi...................................................................... 33

2.2.5.2. Teori Inflasi.............................................................................. 35

2.2.5.3. Indikator Inflasi........................................................................ 37

2.3. Hubungan variabel Dependen dengan Variabel Independen ........................ 38

2.3.1. Hubungan PDRB dengan Simpanan..................................................... 38

2.3.2. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Simpanan .............................. 39

2.3.3. Hubungan Laju Inflasi dengan Simpanan............................................. 40

2.4. Hipotesis Penelitian........................................................................................ 40

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 42

3.1. Jenis Dan Sumber Data .................................................................................. 42

3.2. Definisi Variabel ............................................................................................ 42

3.2.1. Variabel Dependen ............................................................................... 42

3.2.2. Variabel Independen ............................................................................. 43

3.3. Metode Analisis Data..................................................................................... 44

3.3.1. Pendekatan Error Correction Model (ECM) ........................................ 44

3.3.2. Analisa Ddeskriptif ............................................................................... 45

3.3.2.1. Uji Akar Unit Dan Uji Derajat Integrasi.................................. 45

3.3.2.2. Uji Kointegrasi......................................................................... 48

3.3.3. Analisa Statistik .................................................................................... 53

3.3.3.1. Uji t (uji signifikansi secara individu)...................................... 53

3.3.3.2. Uji F (uji secara bersama-sama)............................................... 54

3.3.3.3. Koefisien determinasi (R2)....................................................... 55

3.3.4. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................................... 55

3.3.4.1. Uji Korelasi Parsial Antar Variabel Independen...................... 56

3.3.4.2. Uji Heteroskedastisitas (Metode White) .................................. 56

3.3.4.3. Autokorelasi ............................................................................. 57

BAB IV HASIL DAN ANALISIS ...................................................................... 59

xi

Page 13: Analisis permintaan deposito berjangka

4.1. Deskripsi Data Penelitian............................................................................... 59

4.2. Hasil dan Analisis .......................................................................................... 61

4.2.1. Uji Akar Unit dan Uji Integrasi............................................................. 61

4.2.2. Uji Kointegrasi ...................................................................................... 64

4.2.3. Pendekatan Error Correction Model (ECM) ........................................ 65

4.2.4. Analisis Statistik Jangka Pendek........................................................... 68

4.2.4.1. Uji Secara Individual (Uji t)...................................................... 68

4.2.4.1.1. Uji t terhadap parameter β1 (DX1)............................. 70

4.2.4.1.2. Uji t terhadap parameter β2 (DX2)............................. 70

4.2.4.1.3. Uji t terhadap parameter β3 (DX3)............................. 71

4.2.4.2. Uji Secara serempak (Uji F) .................................................... 72

4.2.4.3. Koefisien Determinasi (R2) ..................................................... 72

4.2.4.4. Pengujian Asumsi Klasik ........................................................ 73

4.2.4.4.1. Uji Multikolinieritas Jangka Pendek ........................ 73

4.2.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek..................... 74

4.2.4.4.3. Uji Autokorelasi Jangka Pendek .............................. 76

4.2.5. Anallisis Statistik Jangka Panjang.........................................................77

4.2.5.1. Uji Secara Individual (Uji t)...................................................... 78

4.2.5.1.1. Uji t terhadap parameter β1 (X1) ................................ 79

4.2.5.1.2. Uji t terhadap parameter β2 (X2)................................ 80

4.2.5.1.3. Uji t terhadap parameter β3 (X3) ................................ 80

4.2.5.2. Uji Secara Serempak (Uji F) ..................................................... 81

4.2.5.3. Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 82

4.2.6. Analisis Ekonomi.................................................................................. 82

4.2.6.1. Pengaruh PDRB Terhadap Deposito Berjangka Rupiah........... 83

4.2.6.2. Pengaruh Suku bunga Deposito Terhadap Deposito Berjangka

Rupiah ...................................................................................... 84

4.2.6.3. Pengaruh Laju Inflasi Terhadap Deposito Berjangka Rupiah... 85

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................................ 87

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 87

5.2 Implikasi ...................................................................................................... 89

xii

Page 14: Analisis permintaan deposito berjangka

Daftar Pustaka

Lampiran

xiii

Page 15: Analisis permintaan deposito berjangka

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Posisi Dana Simpanan Rupiah dan Valuta Asing Pada Bank Umum

Menurut Kelompok Bank di DIY .............................................................. 4

1.2 Posisi Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum Menurut

Kelompok Bank di DIY ............................................................................. 7

3.1. Nilai CRDW/DW Stat Untuk Uji Kointergrasi...........................................50

3.2 Nilai DF Untuk Uji Kointegrasi................................................................. 51

3.3. Nilai ADF Untuk Uji Kointegrasi .............................................................. 51

3.4. Uji Statistik Durbin-Watson....................................................................... 57

4.1. Data Observasi ........................................................................................... 59

4.2. Hasil Estimasi Akar-Akar Unit Pada Ordo Nol ......................................... 62

4.3. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Pertama Dengan Nilai Kritis

MacKinnon 10% ........................................................................................ 63

4.4. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Kedua Dengan Nilai Kritis

MacKinnon 10% ........................................................................................ 64

4.5. Nilai Regresi Uji Kointegrasi..................................................................... 65

4.6. Hasil Estimasi Model Dinamis ECM......................................................... 67

4.7. Hasil Uji t Jangka Pendeek ........................................................................ 69

4.8. Hasil Uji Multikolinieritas Jangka pendek................................................. 74

4.9. Hasil Heteroskedastisitas Jangka Pendek................................................... 75

4.10. Hasil Autokorelasi...................................................................................... 76

4.11. Hasil Analisis Regresi ................................................................................ 77

4.12. Hasil Uji t Jangka Panjang ......................................................................... 79

xiv

Page 16: Analisis permintaan deposito berjangka

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Hukum Permintaan ....................................................................................... 19

1.2. Grafik Keseimbangan Tingkat Bunga............................................................ 29

3.1. Statistik Durbin-Watson d.............................................................................. 57

xv

Page 17: Analisis permintaan deposito berjangka

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran

I. Data Observasi

II. Hasil Estimasi Akar-akar Unit Pada Ordo Nol

III. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Pertama Dengan Nilai Kritis

MacKinnon 10%

IV. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Kedua Dengan Nilai Kritis

MacKinnon 10%

V. Hasil Estimasi Regresi Linier

VI. Hasil Estimasi Model Dinamis ECM

VII. Uji Multikolinieritas Jangka Pendek

VIII. Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek

IX. Uji Autokorelasi Jangka Pendek

xvi

Page 18: Analisis permintaan deposito berjangka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang membangun,

memiliki banyak permasalahan yang dihadapi dalam melekukan

pembangunan. Salah satu masalah tersebut adalah kecilnya modal yang

dimiliki. Modal sebagai sumber pembiayaan pembangunan bisa berasal dari

dalam negeri maupun luar negeri.

Modal pembangunan yang berasal dari luar negeri mempunyai fungsi

sebagai pelengkap dana domestik yang belum memadai untuk membiayai

seluruh proses pembangunan di Indonesia. Namun demikian, modal

pembangunan yang berasal dari luar negeri sangatlah besar resikonya. Tidak

hanya membebani anggaran penerimaan dan belanja negara tiap tahunnya,

tetapi biasanya juga disertai campur tangan urusan dalam negeri oleh negara

donor. Menciptakan ketergantungan terhadap negara-negara/ lembaga donor,

menimbulkan beban hutanh yang semakin berat, dan juga turut andil dalam

terjadinya krisis nilai tukar dan krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan

1997. Hal ini memuat bayak pihak tidak menyukai sumber modal dari luar

negeri. Dengan kata lain sumber modal luar negeri merupakan alternatif

terakhir.

Page 19: Analisis permintaan deposito berjangka

Modal pembangunan yang berasal dari dalam negeri biasanya

dihimpun dari dana masyarakat. Lembaga perbankan merupakan salah satu

lembaga yang mempunyai potensi untuk menghimpun dana masyarakat.

Masyarakat akan menyisihkan sebagian dari pendapatannya yang tidak

dikonsumsi untuk menabung. Tabungan inilah yang akan dihimpun oleh

pihak bank sebagai dana pihak ketiga (DPK). Dimana tabungan ini hanya

akan terjadi jika perkembangan ekonomi Indonesia bisa berjalan dengan

lancar dan memungkinkan rakyat Indonesia buat menabung. Dana yang

dihimpun bank biasanya dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan.

Indonesia barangkali termasuk salah satu negara yang swampai saat

ini belum mempunyai sisitem pengamanan atas dana masyarakat yang

disimpan di bank. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila pada saat

pemerintah melikuidasi 16 bank swasta, terjadi rush dalam bentuk penarikan

uang oleh masyarakat dalam jumlah yang besar di berbagai bank. Hal

tersebut dilakukan karena masyarakat merasa tidak aman kalau terus

menyimpan uangnya di bank.

Masalah keamanan dana yang disimpan di bank baru disadari oleh

masyarakat pada saat pemerintah melikuidasi sejumlah bank yang

bermasalah. Para nasabah bank yang dilikuidasi ternyata mengalami kesulitan

untuk menarik dananya. Atas sara IMF pemerintah diwajibkan untuk

memberikan apa yang disebut blanket guarantee, yaitu berupa program

penjaminan atas dana masyarakat yang disimpan di bank.Lembaga yang

bertugas untuk menjamin dana masyarakat yang di simpan di bank adalah

Page 20: Analisis permintaan deposito berjangka

insurance deposit scheme (IDS). IDS adalah suatu skema penjaminan yang

disediakan oleh perusahaan asuransi untuk menjamin dana masyarakat yang

disimpan di suatu bank. Jadi bentuk penjaminan atas resiko dana masyarakat

yang disimpan di bank dilaksanakan dengan menggunakan prinsip asuransi.

Mekanisme penjaminan tersebut tentunya dilakukan oleh bank

terhadap perusahaan asuransi deposito dengan membayar sejumlah premi.

Besar kecilnya premi tergantung kepada cakupan pertanggungan yang akan

dipikul oleh perusahaan asuransi deposito. Keikutsertaan bank terhadap

program penjaminan deposito sudah seharusnya bersikap wajib. Wajib dalam

arti semua bank yang beroperasi di Indonesia harus mengasuransikan

deposito dari masyarakat. Dengan adanya IDS tersebut maka masyarakat

tidak perlu mengkwatirkan dana yang sudah disimpan di bank, karena sudah

ada penjaminan asurnsu deposito dari bank yang bersangkutan.

Perkembangan dana simpanan perbankan menunjukkan peningkatan

yang tinggi selama tahun 1986-1987, yaitu Rp 171.353 juta ditahun 1986 dan

Rp 215.861 juta ditahun 1987. Posisi dana simpanan dari tahun ke tahun

mengalami kenaikan secara bertahap. Dana simpanan mengalami kenaikan

yang cukup tinggi pada tahun1996-1998, dari posisi Rp 2.157.057 juta pada

tahun 1996 menjadi Rp 2.598.171 juta pada tahun 1997 dan Rp 4.529.470

juta pda tahun 1998. Posisi dana simpanan dari tahun 1999-2005 terus

meningkat, yaitu Rp 5.420.702 juta pada tahun 1999 dan Rp 11.450.510 juta

pada tahun 2005.

Page 21: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 1.1

Posisi Dana Simpanan Rupiah dan Valuta Asing Pada Bank Umum

Menurut Kelompok Bank di DIY

1986-2005 (Juta Rupiah)

Akhir

Periode

Bank

Pemerintah

Bank

Swasta

Nasional

Bank

Umum

1986 131.348 40.005 171.353

1987 146.088 69.773 215.861

1988 194.127 87.941 282.068

1989 266.728 183.977 450.705

1990 363.252 277.347 640.599

1991 456.814 348.291 805.105

1992 593.156 365.316 958.472

1993 757.258 436.772 1.194.030

1994 884.243 551.544 1.435.787

1995 994.018 715.270 1.709.288

1996 1.182.478 974.579 2.157.057

1997 1.582.965 1.015.206 2.598.171

1998 2.949.807 1.579.663 4.529.470

1999 3.372.500 2.048.202 5.420.702

2000 3.799.205 2.313.403 6.113.211

2001 4.824.049 2.728.932 7.552.981

Page 22: Analisis permintaan deposito berjangka

2002 5.226.429 3.002.162 8.228.591

2003 6.036.798 3.120.492 9.157.290

2004 6.626.738 3.586.363 10.213.101

2005 7.356.775 4.103.735 11.450.510

Sumber: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Berbagai Tahun Terbitan.

Guna mendukung peningkatan kinerja perbankan, pemerinyah telah

banyak mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan. Paket 1 Juni 1983

(PAKJUN ’83) dapat dikatakan sebagai kebijakan liberalisasi perbankan.

Bank dapat menentukan tingkat bunga yang dianggap memadai dengan

mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain perbedaan tingkat inflasi

antar negra, disparitas mata uang domestik dengan mata uang negara lain,

perbedaan suku bunga domestik dengan suku bunga internasional, dan

perbedaan pendapatan nasional antar negara. Dengan berhasilnya liberalisasi

perbankan, maka arus pengalihan Rupiah ke mata uang asing dapat

dibendung. Dalam lingkup yang lebih luas, keberhasilan liberalisasi

perbankan dipengaruhi oleh sistem dana masyarakat untuk tujuan investsi

jangka panjang dan peningkatan ekspor.

Pada tahun 1988, disusul dengan dikeluarkannya paket Oktober 1988

(PAKTO ’88). Dalam paket ini pada intinya pemerintah menjamin dana

masyarakat yang ada di bank secara preventif dan memberi kesempatan yang

sama antar bank swasta dan bank pemerintah untuk dapat bersaing dalam

Page 23: Analisis permintaan deposito berjangka

menghimpun dana masyarakat. Hasil kebijakan tersebut cukup memuaskan

dengan meningkatnya dana deposito, giro, tabungan.

Sesuai dengan Undang-Undang perbankan no 10 tahun 1998,

penghimpunan dana yang berupa simpanan masyarakat yang salah satunya

adalah dilakukan oleh Bank Umum. Bentuk simpanan masyarakat tersebut

dapat berupa: Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan

bentuk lain yang dapat dipersamakan

Dari berbagai jenis simpanan masyarakat baik dalam rupiah maupun

valuta asing yang palin besar porsinya adalah komponen deposito berjangka.

Posisi simpanan berjangka atau deposito berjangka pada bank umum di

Yogyakarta mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 1986-1990

yaitu Rp 78.678 juta dan Rp 349.700 juta pada tahun 1990. Akan tetapi posisi

deposito berjangka menunjukkan perkembangan yang tidak stabil pada tahun

1997-1999, yaitu Rp 1.477.973 juta pada tahun 1997, mengalami kenaikan

yang tinggi Rp 3.140.804 pada tahun 1998, dan mengalami penurunan

simpanan pada tahun 1999 yaitu sebesar Rp 2.649.307 juta. Posisi simpanan

berjangka kembali megalami kenaikan pada tahun 2004-2005, yaitu Rp

2.656.517 juta pada tahun 2004, menjadi Rp 3.907.451 pada tahun 2005.

Page 24: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 1.2

Posisi Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum

Menurut Kelompok Bank di DIY

1986-2005 (Juta Rupiah)

Akhir

Periode

Bank

Pemerintah

Bank

Swasta

Nasional

Bank

Umum

1986 51.981 26.697 78.678

1987 62.734 54.274 117.008

1988 83.436 66.616 150.052

1989 106.113 103.761 209.874

1990 176.996 172.704 349.700

1991 191.765 190.776 382.541

1992 216.475 157.614 374.089

1993 208.072 194.937 403.009

1994 221.361 286.661 508.022

1995 250.072 347.376 597.448

1996 306.619 492.418 799.037

1997 856.362 621.611 1.477.973

1998 1.909.773 1.231.031 3.140.804

1999 1.546.550 1.147.757 2.694.307

2000 1.391.601 1.007.316 2.398.917

Page 25: Analisis permintaan deposito berjangka

2001 1.793.232 1.118.084 2.911.316

2002 1.809.623 1.168.978 2.978.601

2003 1.750.162 1.014.937 2.765.099

2004 1.630.062 1.026.455 2.656.517

2005 2.239.192 1.668.259 3.907.451

Sumber: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Berbagai Tahun Terbitan

Menurut kepemilikan sahamnya, bank umum di Indonesia dibagi

menjadi empat, yaitu Bank Persero, Bank Swasta Nasional, Bank Pemerintah

Daerah, Bank Asing dan Campuran. Akan tetapi di Daerah Istimewa

Yogyakarta dari keempat bank tersebut hanya Bank Pemerintah Daerah dan

Bank Swasta Nasional yang memiliki peranan dominan dalam penghimpunan

deposito berjagaka rupiah.

Berdasarkan uraian diatas, penghimpunan deposito berjangka

terutama deposito dalam rupiah oleh bank umum, pada awalnya sangat

bergantung pada kemampuan masyarakat dalam menyimpan dananya,

dimana kemampuan ini tercermin dari Pendapatan Nasional. Sebelum

masyarakat memutuskan untuk menyimpan dananya pada lembaga

perbankan, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu tingkat

bunga nasional, nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS. Menurut teori klasik,

Tingkat bunga merupakan fungsi dari tabungan. Dimana pada tingkat bunga

yang lebih tinggi, masyarakat akan lebih terdorong untuk menyimpan

dananya pada lembaga perbankan.

Page 26: Analisis permintaan deposito berjangka

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuaraikan

tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Analisis

Permintaan Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum di DIY

Tahun 1986-2005”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang akan

diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah produk domestik regional bruto (PDRB) mempunyai

pengaruh terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank

umum di DIY?

2. Apakah tingkat suku bunga deposito mempunyai pengaruh terhadap

permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY?

3. Apakah laju inflasi mempunyai pengaruh terhadap permintaan

deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto

(PDRB) terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank

umum di DIY.

2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito terhadap

permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY.

Page 27: Analisis permintaan deposito berjangka

3. Untuk menganalisis pengaruh laju inflasi terhadap permintaan

deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pembanding bagi pembaca yang tertarik untuk

meneliti hal yang sama dimasa mendatang.

2. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas

Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan, terkait

dengan deposito berjangka bagi pihak yang berkepentingan.

Page 28: Analisis permintaan deposito berjangka

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Kajian Pustaka berisi pendokumentasian dan pengkajian hasil dari

penelitian-penelitian yang pernah dilakukan pada area yang sama.

Landasan Teori merupakan bagaimana cara peneliti menteorikan

hubungan variabel yang terlibat dalam permasalahan yang

diangkat pada penelitian tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode analisis yang digunakan

dalam penelitian dan data-data yang digunakan beserta sumber

data.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Bab ini berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam

penelitian. Menguraikan tentang deskripsi data dan analisis hasil

regresi.

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Page 29: Analisis permintaan deposito berjangka

Berisi uraian mengenai kesimpulan dan implikasi yang dapat

penulis ajukan sehubungan dengan penelitian yang telah

dilakukan.

Page 30: Analisis permintaan deposito berjangka

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 KAJIAN PUSTAKA

U Tun Wai (1972) melakukan penelitian tentang variabel-variabel

yang mempengaruhi simpanan nasional. Salah satu tujuan penting dari

penelitian yang dilakukan oleh U Tun Wai adalah untuk menambah

determinasi baru dari simpanan nasional, yaitu lembaga perantara keuangan.

Penelitian ini menggunakan sampel 15 negara maju dan 35 negara

berkembang. Variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui variasi

variabel terikat (national saving) yaitu : pendapatan masyarakat, tingkat

bunga riil, capital inflows, lembaga perantara keuangan dan variabel dummy

(time dummy dan regional dummy).

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pendapatan masyarakat

mempunyai pengaruh positif terhadap simpanan nasional. Tingkat keyakinan

lebih besar apabila diterapkan di negara berkembang daripada di negara maju.

Lembaga perantara keuangan juga mempunyai pengaruh positif terhadap

simpanan nasional. Capital inflows mempunyai pengaruh negative terhadap

simpanan nasional apabila diterapkan di negara berkembang, tetapi apabila

diterapkan di negara maju akan mempunyai pengaruh positif. Tingkat bunga

riil mempunyai pengaruh yang positif terhadap simpanan nasional.

Page 31: Analisis permintaan deposito berjangka

Peneliti lain, Danoesapoetro,et.al. (1990) melekukan penelitian

mengenai “peranan dan prospek bank perkreditan rakyat dalam rangka

kebijakan pakto 1998”. Dengan meneliti jumlah bank perkreditan rakyat,

perkembangan dana yang dihimpun dan perkembangan pinjaman yang

diberikan oleh bank perkreditan rakyat di Indonesia, disimpulkan bahwa

bahwa kebijakan pakto 1988 mempermudah prosedur pembentukan bank-

bank sampai pada tingkat kecamatan. Dampak dari kondisi tersebut adalah

bertambahnya jumlah kantor bank perkreditan rakyat yang selanjutnya

menyebabkan peningkatan jumlah dana yang dihimpun dan kredit yang

disalurkan.

Penelitian Sumaryati (1992) mengenai “analisis efisiensi pengelolaan

dana perbankan di Indonesia”. Tujuan penelitiannya adalah untuk

menganalisis pengaruh kebijaksanaan pemerintah di bidang keuangan,

moneter dan perbankan pada tanggal 27 oktober 1988 (PAKTO 88) terhadap

efisiensi pengelolaan dana perbankan khususnya bank swasta devisa. Analisis

dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan secara

makro dan mikro. Secara makro dengan melakukan estimasi fungsi deposito,

fungsi kredit, dan fungsi pendapatan. Sedangkan pendekatan secara mikro

dengan menganalisis beberapa rasio efisiensi usaha pada masing-masing bank

yang bersangkutan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terhadap pengaruh

positif yang bermakna dari tingkat suku bunga deposito, jumlah tenaga kerja,

pengeluaran lain-lain, serta jumlah aktiva terhadap jumlah deposito yang

berhasil dihimpun oleh bank.

Page 32: Analisis permintaan deposito berjangka

Peneliti lain Kusdianto (1994) melakukan penelitian tentang pengaruh

beberapa factor terhadap dana deposito dan kredit bank-bank umum devisa di

Indonesia, sebelum dan sesudah pakto 1988. Dalam penelitian ini digunakan

variabel bebas suku bunga deposito, biaya promosi, dan total aktiva

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah deposito bank,

baik sebelum maupun sesudah pakto 1988.

Shigeyuki Abe (1997) melekukan penelitian tentang simpanan

domestic (domestic saving). Penelitian ini dilakukan terhadap enam negara

Asia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto,

suku bunga deposito, pengharapan tingkat laju inflasi, dan pertumbuhan

simpanan valuta asing. Kesimpulan dari penelitian Abe adalah bahwa suku

bunga deposito dan produk domestic bruto mempunyai pengaruh positif

terhadap simpanan domestic.

Deby Retno Damayanti (1999), Penelitian berjudul “Hubungan

kausalitas antara inflasi dan tingkat bunga deposito”. Penelitian ini

menggunakan uji Kausalitas Granger (1969), kemudian pengujian hipotesa

menggunakan Uji F dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan nilai

F tabel. Variabel yang digunakan yaitu suku bunga deposito 3 bulan dan

inflasi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah dari hasil regresi

fungsi suku bunga deposito terlihat bahwa hasil regresinya tersebut tidak

memberikan hasil yang signifikan, baik pada lag 3, lag 4 maupun lag 5,

Fhitung < Ftabel. Bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap suku bunga

deposito.

Page 33: Analisis permintaan deposito berjangka

Edy Suandi Hamid (1999) dalam penelitiannya ”Analisis PAM dalam

permintaan deposito di Indonesia”. Data yang digunakan dalam bentuk data

kuartalan tahun 1984-1995. Variabel yang digunakan adalah tingkat bunga

nasional, reserve Requirement (Giro Wajib Minimum), nilai tukar tukar

Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan tingakat deposito tahun lalu.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah variabel tingkat suku

bunga nasional, reserve Requirement (Giro Wajib Minimum), nilai tukar

Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan tingkat deposito tahun lalu berpengaruh

positif dan signifikan terhadap permintaan deposito di Indonesia (Edy Suandi

Hamid, 1999: 19)

Peneliti lain Budiono (2001) dengan judul “Faktor-faktor yang

mempengaruhi penghimpunan deposito berjangka pada bank umum

pemerintah dan bank swasta nasional di Indonesia”. Dalam penelitian ini

menggunakan metode regresi berganda double log atau natural log, dengan

menggunakan α = 0.05. berdasarkan hasil analisis dapat dilihat ada dua

variabel bebas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penghimpunan

deposito berjangka pada bank umum pemerintah dan bank umum swasta

nasional yaitu pendapatan nasional dan total aktiva bank. Sedangkan variabel

lain tingkat bunga, tingkat inflasi, dan jumlah kantor bank tidak mempunyai

pengaruh yang bermakna terhadap penghimpunan deposito berjangka pada

bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional.

Penelitian Wahyu Setianingsih (2001) melakukan penelitian tentang

factor-faktor yang mempengaruhi deposito berjangka rupiah pada bank

Page 34: Analisis permintaan deposito berjangka

pemerintah. Variabel yang digunakan adalah PDB riil per kapita, tingkat suku

bunga deposito, dan nilai rupiah terhadap dollar. Alat analisis yang digunakan

adalah PAM. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa PDB riil per kapita,

tingkat suku bunga deposito, dan tingkat deposito periode sebelumnya

berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito berjangka rupiah.

Penelitian Titik Sulastri (2002) dengan judul penelitian “Analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi dana perbankan tahun 1978-1999” dalam

penelitian ini menggunakan metode kuadarat terkecil biasa disebut OLS.

Variabel yang digunakan adalah PDB, JUB, tingkat suku bunga dan IHK.

Dari penelitian ini disimpulkan ada dua variabel yang berpengaruh signifikan

terhadap dana perbankan yaitu PDB dan suku bunga.

Siti Fatimah N dan Kurniawati Niladewi (2003) dalam penelitiannya

“Analisis permintaan deposito dalam valuta asing pada bank swasta di

Indonesia”. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis PAM dengan

variabel yang digunakan adalah PDB perkapita, suku bunga deposito, nilai

tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, LIBOR. Hasil dari penelitian ini

menyebutkan bahwa variabel suku bunga deposito, LIBOR dan deposito

valuta asing periode sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap

permintaan Deposito dalam valuta asing.

Peneliti Ikha Novianti (2004) meneliti tentang “Analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi deposito berjangka bank umum di Indonesia. Variabel

yang digunakan adalah Pendapatan Nasional, tingkat suku bunga deposito,

total aktiva bank umum, jumlah kantor bank umum. Alat analisis yang

Page 35: Analisis permintaan deposito berjangka

digunakan adalah PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada tiga

variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka

bank umum di Indonesia, yaitu tingkat suku bunga deposito, total aktiva bank

umum dan tingkat deposito sebelumnya.

Peneliti Tuti (2006) meneliti tentang “Analisis permintaan deposito

berjangka dalam negeri pada bank umum di Indonesia”. Variabel yang

digunakan adalah tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika,

suku bunga deposito dalam negeri. Alat analisis yang digunakan adalah

PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada dua variabel yang

berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka dalam negeri bank

umum di Indonesia, yaitu tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar Amerika.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Permintaan

Permintaan dalam ilmu ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah

suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga

untuk suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi

oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik

sedangkan pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan

turun. Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak berubah

maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau bertambah.

Page 36: Analisis permintaan deposito berjangka

Konsep permintaan juga dibedakan antara permintaan individu dan

permintaan pasar. Permintaan pasar adalah permintaan-permintaan individu

setiap konsumen. Dalam analisis permintaan hanya satu faktor yang

berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta yaitu harga produk,

sedangkan faktor-faktor lain seperti selera, pendapatan dan faktor diluar itu

dianggap sebagai cateris paribus (tidak berubah). Dengan demikian dapat

diketahui hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harga

tersebut. Berdasarkan uraian tersebut pengertian permintaan adalah suatu

fungsi yang digambarkan sebagai garis, kurva, suatu daftar atau skedul.

Para ahli ekonomi membedakan pemakainan istilah fungsi permintaan

dan kurva permintaan. Fungsi permintaan menghubungkan kuantitas yang

diminta dengan harga barang tersebut juga dengan faktor-faktor lainnya yang

besar pengaruhnya terhadap permintaan, seperti: pendapatan konsumen yang

bersangkutan, harga barang pengganti, harga barng komplementer dan

citarasa. Kurva atau skedul permintaan hanya menghubungkan kuantitas yang

diminta dengan harga satuan barang tersebut.

2.2.1.1 Hukum Permintaan

Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana ada

dalam hukum permintaan yang menyatakan bahwa, bila harga suatu barang

naik (cateris paribus) maka, jumlah yang diminta konsumen akan barang

tersebut turun dan sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka jumlah

barang tersebut yang diminta konsumen akan naik. Cateris paribus berarti

Page 37: Analisis permintaan deposito berjangka

bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah barang yang

diminta dianggap tidak berubah (Boediono, 1998).

P0

P1

0 Q0 Q1

A

B

P

Q

Gambar 1.1 Kurva Permintaan

2.2.1.2 Fungsi Permintaan

Fungsi permintaan sesungguhnya menunjukan hubungan antara

variabel tidak bebas dengan semua variabel yang dapat mempengaruhi

besarnya variabel tidak bebas. Fungsi permintaan dapat ditulis sebagai

berikut (Suparmoko, 1990):

Qa = f (PA, PB-Z, I, T, A, N)

Keterangan:

Qa = Jumlah barang yang diminta

PA = Harga barang A

PB-Z = Harga barang lain

I = tingkat pendapatan konsumen

Page 38: Analisis permintaan deposito berjangka

T = Selera konsumen

A = Pengeluaran perusahaan untuk advertensi

2.2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

sendiri, faktor-

faktor l

onsumen yang lebih menyenangi barang tersebut

b.

asing-masing konsumen adalah sama,

N = Jumlah penduduk

Menurut Faried Wijaya (1991) selain harga barang itu

ain yang menentukan permintaan individu maupun pasar adalah:

a. Selera Konsumen

Perubahan selera k

misalnya, akan berarti lebih banyak barang yang akan diminta pada

setiap tingkat harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan

akan bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen

akan barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti

kurva permintaan bergeser ke kiri.

Banyaknya konsumen pembeli

Bila volume pembelian oleh m

maka kenaikan jumlah konsumen dipasar akan menyebabkan

kenaikan permintaan, sehingga kurva bergeser ke kanan. Penurunan

jumlah atau banyaknya konsumen akan menyebabkan penurunan

permintaan.

Page 39: Analisis permintaan deposito berjangka

c. endapatan konsumen

d patan rhadap permintaan mempunyai dua

d. -barang lain yang bersangkutan

nya merupakan barang

e.

depan mungkin menyebabkan mereka membeli barang tersebut

P

Pengaruh perubahan pen a te

kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap

pendapatan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan akan

menaikkan permintaan. Hal ini terjadi bila barang tersebut merupakan

barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan efek

banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus barang

inferior, maka kenaikan pendapatan justru akan menurunkan

permintaan.

Harga barang

Barang-barang lain yang bersangkutan biasa

subtitusi (pengganti) atau barang komplementer (pelengkap).

Kenaikan barang subtitusi berarti penurunan harga barang tersebut

secara relatif meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga

barang tersebut bisa lebih murah secara relatif. Permintaan suatu

barang akan naik bila harga barang penggantinya turun, maka

permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang

tersebut harganya lebih mahal dibandingkan harga penggantinya.

Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang tertentu akan

menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun, dan sebaliknya.

Ekspektasi (perkiraan harga-harga barang dan pendapatan di mdepan)

Ekspektasi para konsumen bahwa harga-harga akan naik di masa

Page 40: Analisis permintaan deposito berjangka

sekarang untuk menghindari kemungkinan kerugian akibat adanya

kenaikan harga tersebut. Demikian juga halnya bila konsumen

memperkirakan pendapatannya akan naik di masa depan. Sebaliknya,

terjadi penurunan permintaan bila para konsumen memperkirakan

bahwa di masa depan harga-harga akan naik atau pendapatannya akan

turun.

2.2.2 Deposito Berjangka

ber dana dari masyarakat (dana pihak ketiga) merupakan sumber

gi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran

keberha

Sum

dana yang terpenting ba

silan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.

Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan lebih mudah jika

dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Penghimpunan dana dari

masyarakat dapat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang

relatif lebih tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya

seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana

yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya yang tidak terbatas baik

berasal dari perorangan (rumah tangga), perusahaan, maupun lembaga

masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya yang relatif

lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri, misalnya

untuk biaya bunga atau biaya promosi. Ada tiga jenis simpanan sebagi sarana

untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu: simpanan Giro, tabungan,

dan deposito (Martono, 2003:39)

Page 41: Analisis permintaan deposito berjangka

Simpanan deposito dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

dinyatakan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu

sito

mengan

tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

Berbeda dengan giro dan tabungan, simpanan deposito mengandung unsur

jangka waktu (jatuh tempo) yang lebih panjang dan dapat ditarik atau

dicairkan hanya setelah jatuh tempo. Begitu pula dengan suku bunga relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan giro dan tabungan (Martono, 2003:40)

Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito

sangat bergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis depo

dung beberapa perbedaan sehingga diperlukan sarana yang berbeda

pula. Sebagai contoh untuk deposito berjangka menggunakan Bilyet deposito,

sedangkan untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito. Dalam

prakteknya ada jenis deposito, yaitu deposito berjangka, sertifikat deposito,

deposit on call. Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan

menurut jngka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi

mulai dari 1,3,6,12, hingga 24 bulan. Deposito berjangka ini hanya dapat

ditarik atau diuangkan pada saat jatuh temponya, oleh pihak yang namanya

tercantum dalam bilyet deposito tersebut. Oleh karena itu, deposito berjangka

merupakan simpanan atas nama. Apabila jangka waktu yang telah ditentukan

habis maka deposan dapat menarik deposito berjangka atau memperpanjang

dengan suatu periode yang diinginkan. Deposito berjangka dapat diterbitkan

atas nama perorangan maupun lembaga.

Page 42: Analisis permintaan deposito berjangka

Penetapan suku bunga untuk setiap jangka waktu ditetapkan masing-

masing bank sesuai dengan perhitungan kondisi bunga di pasar. Bunga

deposit

atau atas tunjuk, yang dengan ijin

Bank I

bentuk

sertifika

Perkreditan Rakyat, dapat menyelenggarakan

deposit

o berjangka dibayarkan setiap tanggal jatuh tempo (tanggal yang sama

dengan tanggal pembukuan) atau tanggal jatuh tempo pokok (tanggal

berakhirnya jangka waktu penyimpanan).

Jenis deposito kedua yaitu sertifikat deposito. Sertifikat deposito

adalah simpanan berjangka atas pembawa

ndonesia dikeluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat

diperjualbelikan kepada pihak ketiga (Thomas Suyatno dkk, 1993:38)

Pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka, perbedaannya

hanyalah bawa sertifikat deposito diterbitkan atas tunjuk dalam

t, sedangkan deposito berjangka dikeluarkan atas nama. Jadi,

sertifikat deposito yang ditunjukan harus dibayar oleh bank yang

menerbitkannya. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka

dalam ari dipotong dari harga nominalnya pada waktu sertifikat deposito itu

dibeli, baik tunai maupun nontunai. Selain itu bunga juga dapat dicairkan

setiap bulan atau jatuh tempo.

Sebagi catatan tambahan, perlu diperhatikan bahwa bank umum, bnk

pembangunan, ataupun Bank

o berjangka, artinya dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan berjangka. Tetapi untuk menerbitkan sertifikat deposito,

hanya bank umum dan bank pembangunan yang diperbolehkan. Itupun harus

memperoleh ijin Bank Indonesiasetelah memenuhi syarat tertentu, antara lain

Page 43: Analisis permintaan deposito berjangka

dari segi kesehatan dan kemampuan bank dari segi kebutuhan permodalanya

(Thomas Suyatno, 1993:39).

Deposit on call yang merupakan jenis deposto ketiga hanya

digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang dalam jumlah besar,

misalny

utan tersebut jatuh tempo. Bila hal ini

terpaks

a Rp 25 juta dan sementara waktu belum digunakan. Penerbitan

Deposit on call memiliki jangka waktu minimal 7 (tujuh) hari dan paling

lama kurang dari satu bulan. Deposit on call diterbitkan atas nama. Pencairan

bunga dilakukan pada saat pencairan Deposit on call. Apabila deposan ingin

mencairkan depositonya sebelum Deposit on call tersebut dicairkan sesuai

jangka waktunya, tiga hari sebelumnya deposan terlebih dahulu harus sudah

memberitahukan kepada pihak bank penerbit bahwa yang bersangkutan akan

mencairkan Deposit on call-nya.

Pada dasarnya deposito tidak dapat ditarik atau dicairkan deposan

sebelum deposito yang bersangk

a dilakukan, maka penabung dikenakan denda atau biasa disebut

dengan penalty. Denda atau penalty yang dikenakan yaitu sebesar selisih

antara bunga yang diperoleh selama deposito belum jatuh tempo dengan

bunga yang berlaku sesuai dengan lamanya deposito mengendap. Disamping

dikenakan penalty, nasabah juga dikenai biaya administrasi, tergantung dari

besarnya nilai nominal deposito yang bersangkutan.

Page 44: Analisis permintaan deposito berjangka

2.2.3 Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (GDP- Gross Domestic Products) adalah nilai

yang dihasilkan oleh suatu perekonomian baik

yang d

jumlah Output total yang dihasilkan dalam

batas w

dalah nilai barang-barang dan

jasa-jas

i dalam

nilai ua

total atas segenap output akhir

ilakukan oleh penduduk domestik maupun penduduk asing maupun

orang-orang dari negara lain yang bermukim di negara yang bersangkutan.

Jadi GNP sama dengan GDP ditambah pendapatan milik penduduk domestik

yang dikirim dari negara lain berkat kepemilikan mereka atas faktor produksi

di luar negeri dikurangi pendapatan milik orang asing atas faktor produksi

yang ada di negara domestik..

Pendapatan nasional dalam hal ini tercermin dalam PDB. Produk

Domestik Bruto (PDB) adalah

ilayah suatu negara selama satu tahun.

PDB terbagi atas PDB harga berlaku atau nominal dan PDB harga

konstan atau riil. PDB pada harga berlaku a

a yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut

harga yang berlaku pada tahun tersebut. PDB pada harga konstan, yaitu harga

yang berlaku pada satu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk

menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain.

Produk domestik bruto merupakan ukuran terbaik dari kinerja

perekonomian karena tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonom

ng tunggal dalam periode waktu tertentu (Mankiw; 1999). Terdapat

beberapa cara untuk menilai PDB sebagai kinerja sebuah perekonomian, (1)

dengan melihat PDB sebagai perekonomian total (pendekatan pendapatan)

Page 45: Analisis permintaan deposito berjangka

dari setiap orang yang berada di dalam perekonomian,(2) dengan melihat

PDB sebagai pengeluaran total (pendekatan pengeluaran) pada output barang

dan jasa perekonomian. Dari sudut pandang lain, jelaslah mengapa PDB

merupakan cerminan dari kinerja ekonomi karena mengukur sesuatu yang

dipedulikan banyak orang (pendapatan) demikian pula dengan output barang

dan jasa yang memuaskan permintaan rumah tangga, perusahaan dan

pemerintah. PDB mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian pada

outputnya dengan alasan bahwa jumlah keduanya adalah sama dan fakta yang

mendasar : karena setiap transaksi memiliki penjual dan pembeli, setiap uang

yang dikeluarkan seorang pembeli menjadi pendapatan seorang penjual yang

lain.

2.2.4 Teori Tingkat Suku Bunga

Pengertian dasar dari tingkat bunga yaitu sebagai harga dari

waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga

sebagai

penggunaaan uang untuk jangka

“ harga” ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar

apabila terjadi “pertukaran” antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah

nanti (misalnya setahun lagi. Hutang piutang timbul karena terjadi

“pertukaran” semacam ini. “pembeli” dari satu rupiah sekarang dan

sekaligus “penjual” dari satu rupiah nanti dalah peminjam (debitur),

sedangkan “penjual” dari satu rupiah sekarang yang sekaligus juga

“pembeli” satu rupiah nanti, adalah orang yang meminjamkan (kreditur).

Debitur harus membayar kepada kreditur “harga” dari pertukaran tersebut,

Page 46: Analisis permintaan deposito berjangka

dan harga ini adalah bunga yang dibayar debitur dan yang diterima kreditur

(Boediyono, 1998:75-76)

Tingkat bunga tidak pernah stabil; hari ini naik besok turun dan

demikian seterusnya. Sejak awal Februari 1984, Bank Indonesia mulai

mempe

2.2.4.1 . Teori Klasik

unga adalah “harga” dari (penggunaan) loanable funds. secara bebas

ahkan sebaagai dana investasi atau dana yang tersedia

untuk

rkenalkan fasilitas diskonto dan melalui operasi pasar terbukanya

mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk mengendalikan jumlah

uang beredar. Dampak dari kebijakan tersebut, bank-bank umum pemerintah

bebas menaikkan suku bunga deposito. Hal ini dimaksudkan agar dana

masyarakat dapat digunakan untuk investasi sehingga terjadi kenaikan output.

Langkah kebijakan ini mulai mengarah tercipta dan berfungsinya pasar uang

lebih bebas. Perkembangan selanjutnya yaitu mulai dikenalkan pula Surat

Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai salah satu alat pengendali jumlah uang

beredar.

B

loanable funds diterjem

dipinjamkan. Menurut teori klasik merupakan fungsi dari tingkat

bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan seseorang

atau masyarakat untuk menabung uangnya dibank. Artinya, pada tingkat

bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi

atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah tabungnnya.

Page 47: Analisis permintaan deposito berjangka

Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga.

Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin

kecil.

r

(dalam

Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran

investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar

dari tingkat bunga yang harus ia bayar untuk dana investasi tersebut yang

merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Sebaliknya

makin rendah tingkat suku bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong

untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

Tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan

untuk melakukan investasi. Hal ini tercapai pada saat penabung dan investo

hal ini pengusaha) untuk melakukan tawar menawar yang pada

akhirnya akan menghasilkan tingkat bunga kesepakatan (keseimbangan).

Scara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan seperti dalam

gambar 1.2.

i1

i0

Investasi 0

Tabungan

Investasi

F

1

Tingkat Bunga

Dana Investasi

Gambar 1. 2 Teori Tingkat Bunga

Page 48: Analisis permintaan deposito berjangka

Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0, dimana jumlah

tabungan sama dengan investasinya. Apabila tingkat bunga diatas i0 maka

jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk investasi. Para

penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan

ini akan menekan tingkat bunga turun kembali ke posisi i0. sebaliknya,

apabila tingkat bunga dibawah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk

memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil. Persaingan ini akan

mendorong tingkat bunga naik lagi ke i0.

keuntun

1.

Kenaikan efisiensi produksi misalnya, akan mengakibatkan

gan yang diharapkan naik. Sehingga, pada tingkat bunga yang sama

pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk meminjam dana lebih

besar untuk membiayai investasinya. Atau untuk dana investasi yang sama

jumlahnya, perusahaan bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi.

Keadaan ini ditunjukan dengan pergeseran kurva permintaan investasi ke

kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada i

2.2.4.2. Teori Irving Fisher

Menurut Irving Fisher, bunga adalah premi yang harus dibayarkan

kepada pemilik dana agar ia mau meminjamkan uangnya. Fisher menyatakan

bahwa ada kaitan positif antara suku bunga nominal dengan inflasi. Dengan

suku bunga riil yang diperkirakan konstan dalam jangka panjang dan

ekspektasi inflasi yang menyesuaikan diri terhadap laju inflasi yang berlaku.

Page 49: Analisis permintaan deposito berjangka

Suku bunga yang terjadi merupakan selisih antara suku bunga nominal

dengan laju inflasi aktual atau dinyatakan dalam simbol sebagai berikut :

i = r + π e atau r = i – π e

= suku bunga riil

i = suku bunga nominal

her,

1989, hal. 592 ).

Irving telah gakat bunga dalam ekonomi

dengan mengkaji m ngapa orang-orang engapa mereka tidak

mengkonsumsi semua sumber daya mereka) dan mengapa orang lain yang

meminjam.

ngkat, sehingga uang membeli lebih sedikit, maka daya beli

orang t

dimana r

πe = Laju inflasi yang diharapkan

Dengan r konstan, dalam jangka panjang apabila keseluruhan proses

penyesuaian telah terjadi, kenaikan laju inflasi akan sepenuhnya tercermin

pada suku bunga nominal. Dengan kata lain suku bunga nominal dalam

jangka panjang akan meningkat sebesar kenaikan inflasi. (Dornbusch, Fis

menganalisis penentuan tin

e menabung (m

Dalam perekonomian dikenal konsep tingkat suku bunga nominal dan

tingkat suku bunga riil. Anggaplah seseorang mendepositokan uangnya dalam

rekening bank dengan bunga 8 persen pertahun. Pada tahun berikutnya, orang

tersebut memiliki uang 8 persen lebih banyak dari tahun sebelumnya. Tetapi

ketika harga meni

ersebut tidak meningkat sebesar 8 persen. Jika tingkat inflasi adalah 5

persen, maka jumlah barang yang dapat dibeli hanya meningkat 3 persen.

Page 50: Analisis permintaan deposito berjangka

Apabila inflasi adalah 10 persen, maka daya beli orang tersebut secara nyata

turun sampai 2 persen.

umnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk

memenuhi tiga motif tersebut.

2.2.5 Infl

ikan sebagian besar dari harga barang-barang

lain. (Boediono, 1985:161). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus

sentase yang sama. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan

2.2.4.3. Teori Keynesian

Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh penawaran

dan permintaan uang. Ada tiga motif (transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi)

mengapa orang menghendaki memegang uang tunai. Tiga motif inilah yang

menyebabkan timbulnya “ permintaan akan uang”, yang diberi nama

Liquidity Preference. Nama ini mempunyai makna tertentu, yaitu bahw

permintaan akan uang menurut teori keynes berlandaskan pada konsepsi

bahwa orang pada um

asi

Merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang

hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan

berjalannya waktu mengalami erosi.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara

umum dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu

atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut

meluas atau menyebabkan kena

dengan per

Page 51: Analisis permintaan deposito berjangka

tersebu

dalam persentase yang cukup besar,

bukanla

2.2.5.1 Jenis-jenis Inflasi

ma (di bawah 10% per tahun).

2. Inflasi Menengah

Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam

waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi

3. Infla

nginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam

ar dengan barang. Perputaran uang makin cepat, sehingga

harga naik secara akselerasi.

t tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara

terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang

terjadi hanya sekali saja, meskipun

h merupakan inflasi. (Nopirin, 1987: 25). Atau dapat dikatakan,

kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat

dikatakan akan menyebabkan inflasi.

Inflasi dapat digolongkan berdasarkan: sifat, sebab dan asal

terjadinya (Nopirin, 1987). Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga

kategori, yaitu:

1. Inflasi Merayap

Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil

dan dalam jangka waktu yang relatif la

si Tinggi

Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat

tidak lagi berkei

sehingga ingin dituk

Page 52: Analisis permintaan deposito berjangka

Berdasarkan sebab terjadinya inflasi dibedakan menjadi:

1. Demand – pull Inflation

P berada di atas

P pada kesempatan kerja penuh (full employment). Inflasi

bermula

roses kenaikan harga yang sering diikuti turunnya produksi disebut

tut kenaikan upah,

olistis yang dapat menentukan harga (yang lebih

tinggi),

Demand pull inflation ditandai dengan adanya inflationary gap.

Inflationary gap itu sendiri terjadi apabila keseimbangan GN

atau melebihi GN

dengan adanya kenaikan permintaan total (agregat demand),

sedangkan produksi telah berada pada kondisi full employment. Sehingga

kenaikan permintaan ini hanya akan menaikkan harga saja.

2. Cost – Push Inflation

P

dengan Cost Push Inflation. Serikat buruh yang menun

manajer dalam pasar monop

atau kenaikan harga bahan baku, misalnya krisis minyak adalah

faktor yang dapat menaikkan biaya produksi. Kenaikan biaya ini pada

akhirnya akan menaikkan harga dan turunnya produksi, atau terjadi

penurunan penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya

produksi. Jika proses ini berlangsung terus maka timbul cost push inflation.

Menurut asalnya inflasi terdiri dari:

1. Domestic Inflation

Inflasi yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti kenaikan

konsumsi masyarakat, ekspansi moneter dan lain sebagainya.

Page 53: Analisis permintaan deposito berjangka

2. Imported Inflation

Inflasi yang berasal dari luar negeri, seperti kenaikan harga-harga

barang di negara-negara langganan dagang kita, mekanismenya baik melalui

impor ataupun ekspor.

2.2.5.2. Teori Inflasi

Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yang

masing-

eori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena

uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat

mengen

edua, laju inflasi oleh harapan masyarakat mengenai

kenaikan harga di masa yang akan datang (Boediono, 1985).

jumlah barang-barang yang

ng disebut dengan inflationary gap. Inflationary gap

terjadi

masing menyoroti aspek-aspek tertentu.

1. Teori Kuantitas

T

2 hal, yaitu jumlah

ai kenaikan harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari teori

Kuantitas ini, adalah bahwa, pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan

volume uang beredar. K

2. Teori Keynes

Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan

masyarakat akan barang-barang selalu melebihi

tersedia. Hal ini ya

apabila jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua

golongan tersebut, pada tingkat harga yang berlaku melebihi jumlah

maksimum dari barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat. Harga-harga

akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia.

Page 54: Analisis permintaan deposito berjangka

Adanya kenaikan harga-harga tersebut berarti bahwa kegiatan rencana

pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak terpenuhi,

a akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar

lagi, ba

ari

perekon

stisan dari penawaran

nya berkaitan

dan me

dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang

selanjutnya merek

ik golongan pemerintah melalui pencetakan uang baru, atau para

pengusaha swasta melalui kredit dari bank, atau pekerja kenaikan tingkat

upah yang lebih besar. Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah

permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output

yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku.

3. Teori Strukturalis

Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural d

omian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga

teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor

struktural di sini adalah faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual

dan dalam jangka panjang.

Teori struktural memberi tekanan pada ketegaran dari struktur

perekonomian negara-negara sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang

menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran berupa ketidakelastisan dari

penerimaan ekspor dan ketegaran berupa ketidakela

bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada umum

mperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi.

Ketegaran yang merupakan “ketidakelastisan” dari penerimaan

ekspor ini adalah ketegaran di mana nilai ekspor tumbuh secara lamban

Page 55: Analisis permintaan deposito berjangka

makin memburuk dan supply barang-barang ekspor yang tidak elastis ini

akan menyebabkan terjadinya kelambanan tersebut. Kelambanan

pertumb

arga yang naik.

besar, biasanya menggunakan IHPB. GDP Deflator yang mempunyai

ndingkan kedua indeks terdahulu, sebenarnya

mencer

uhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan pertumbuhan

kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan. Sedang bagi

suatu negara untuk mencapai target pertumbuhannya mengambil

kebijaksanaan pembangunan “import substitution strategy”. Inflasi terjadi

jika proses substitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya

produksi ke berbagai barang, sehingga makin banyak harga-h

2.2.5.3. Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator yang digunakan oleh para ekonom untuk

menggambarkan inflasi yaitu Indeks Biaya Hidup (IBH), Indeks Harga

Konsumen (IHK), Indeks Implisit Produk Domestik Bruto (GDP Deflator)

atau Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Dari berbagai indikator

tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, serta sangat

tergantung pada tujuan pemakaiannya. IBH dan IHK dimaksudkan untuk

penetapan upah buruh riil, karena dengan indeks ini bisa melihat sejauh

mana penurunan daya beli yang terjadi pada kaum buruh akibat inflasi. Untuk

pembuatan kontrak kerja dan penyesuaian harga yang dilakukan kontraktor

cakupan lebih luas diba

minkan perkembangan tingkat harga umum.

Page 56: Analisis permintaan deposito berjangka

Pengendalian laju inflasi tentu saja tidak lepas dari pengendalian yang

dilakukan oleh otoritas moneter dari sisi intern dalam rangka mencari

stabilitas ekonomi sebagai salah satu tujuan pembangunan. Laju inflasi

sebelum tahun 1984 mendekati bahkan melebihi 10%, hal ini tentu saja tidak

lepas dari berbagai pengaruh faktor ekstern terhadap perekonomian

Indonesia.

Deregulasi dan debirokratisasi 1 Juni 1983, merupakan langkah yang

diambil pemerintah untuk mengadakan perubahan kebijaksanaan ekonomi.

Perkembangan moneter tahun 1984 yang relatif stabil tercermin dari

pertambahan uang beredar yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan

tingkat

(1) Perubahan tingkat bunga fasilitas diskonto

(2) Perubahan rasio cadangan minimum

(3) Perkreditan selektif

(4) Ope

2.3

cara mengurangkan biaya antara dari

laju inflasi yang dapat dikendalikan. Piranti-piranti kebijakan moneter

untuk pengendalian jumlah uang beredar yang bisa dilakukan oleh

pemerintah adalah sebagai berikut:

rasi Pasar Terbuka

(5) Pendekatan persuasif

. Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel Independen

2.3.1. Hubungan PDRB dengan Deposito Berjangka Rupiah.

Produk Domestik Regioanl Bruto merupakan jumlah nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu

wilayah atau kabupaten, dengan

Page 57: Analisis permintaan deposito berjangka

masing-masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau

sanya satu tahun). Produk domestik

ngan pendekatan pendapatan perkapita masyarakat.

tan yang tidak dikonsumsi. Menurut Keynes,

akan fungsi dari pendapatan. Simpanan atau saving

idak semua

k konsumsi,

sektor dalam jangka waktu tertentu (bia

regional bruto disini de

Simpanan adalah pendapa

simpanan (saving) merup

terutama ditentukan oleh pendapatan nasional ataupun regional. T

pendapatan yang diterima oleh seseorang akan digunakan untu

melainkan sebagian akan disisihkan sebagai simpanan (saving). Bila tingkat

pendapatan rendah, rumah tangga tidak dapat menabung atau hanya sedikit

menabung, karena harus membelanjakan semua atau sebagian besar

pedapatannya untuk memelihara tingkat kehidupan tertentu atau lebih untuk

konsumsi. Pada tingkat pendapatan lebih tinggi, konsumsi dan tabungan akan

lebih besar. Semakin besar pendapatan, semakin besar pula simpanan yang

dilakukan masyarakat. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian PDRB

berpengaruh terhadap deposito berjangka rupiah.

2.3.2. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Deposito Berjangka

Rupiah.

Hubungan antara tingkat bunga dengan simpanan bersifat positif. Menurut

Teori Klasik, semakin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan

seseorang atau masyarakat untuk menabung uangnya dibank. Artinya, pada

tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk

mengurangi atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah

Page 58: Analisis permintaan deposito berjangka

tabungannya. Semakin besar tingkat bunga akan meningkatkan kesediaan

masyarakat untuk menyimpan dana pada bank, sehingga jumlah simpanan

masyarakat pada bank akan naik.

Inflasi berpengaruh terhadap simpanan. Dengan adanya inflasi maka

yang menyebabkan kenaikan suku bunga

karena

2.4

2.3.3. Hubungan Laju inflasi dengan Deposito Berjangka Rupiah.

diasumsikan suku bunga akan mengalami kenaikan. Teori Irving Fisher,

Fisher mengatakann bahwa ada kaitan positif antara suku bunga dengan

inflasi. Dengan suku bunga riil yang diperkirakan konstan dalam jangka

panjang dan ekspektasi inflasi yang menyesuaikan diri terhadap laju inflasi

yang berlaku. Dengan r konstan dalam jangka panjang apabila keseluruhan

proses penyesuaian telah terjadi, kenaikan laju inflasi akan tercermin pada

suku bunga nominal. Dengan kata lain suku bunga akan meningkat sebesar

kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi

deposito, akan menyebabkan kenaikan permintaan akan simpanan

seseorang berasumsi akan memperoleh uang yang lebih banyak dengan

adanya kenaikan tingkat bunga. Dengan demikian maka inflasi mempunyai

pengaruh yang positif terhadap simpanan.

. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan

deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta.

Page 59: Analisis permintaan deposito berjangka

2. Diduga tingkat suku bunga deposito berpengaruh positif dan signifikan

terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di

Yogyakarta.

3. Diduga laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta.

Page 60: Analisis permintaan deposito berjangka

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank

Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Adapun data yang digunakan adalah :

a. Data deposito berjangka rupiah 3 bulanan pada bank umum di

Yogyakarta tahun 1986-2005.

b. Data Produk Domestik Regional Bruto di Yogyakarta tahun 1986-

2005.

c. Data tingkat suku bunga deposito di Yogykarta tahun 1986-2005.

d. Data laju inflasi di Yogyakarta tahun 1986-2005.

3.2. Devinisi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

3.2.1 Variabel Dependen

Deposito berjangka rupiah (Y)

Deposito berjangka adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank

yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu

menurut perjanjian antar pihak ketiga dn bank yang bersangkutan. Jangka

Page 61: Analisis permintaan deposito berjangka

waktu jatuh tempo dapat dipilih sesuai kebutuhan, yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6

bulan, 12 bulan, dan 24 bulan.

Deposito berjangka rupiah pada penelitian ini disajikan dalan jutaan

rupiah pertahun.

3.2.2 Variabel Independen, terdiri dari :

a. Produk Domestik Regional Bruto (X1)

Data Produk Domestik Regional Bruto untuk Daerah Istimewa

Yogyakarta atas dasar harga konstan 2000. Data operasional yang digunakan

dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat

Statistik berdasarkan perhitungan tahunan kemudian diolah dan dinyatakan

dalam bentuk satuan juta rupiah.

b. Suku Bunga Deposito berjangka rupiah (X2)

Merupakan tingkat keuntungan minimum yang disyaratkan pemodal

atau tingkat keuntungan yang diharapkan pemodal dari investasi dalam

bentuk simpanan. Tingkat suku bunga yang dimaksud disini adalah rata-rata

tertimbang tingkat bunga deposito dari seluruh simpanan deposito pada

berbagai waktu jatuh tempo yang berlaku di bank umum dalam persen 3

bulan.

c. Laju Inflasi (X3)

Data inflasi yang dipergunakan adalah data laju inflasi tahunan yang

dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) berbagai edisi dengan olahan

dengan satuan persen (%).

Page 62: Analisis permintaan deposito berjangka

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1. Pendekatan Error Correction Model (ECM)

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara

variabel dalam penelitian ini berupa pendekatan teori ekonomi, teori statistik

dan teori ekonometrika dengan lebih menekankan pada pendekatan model

analisis seri waktu (time series analysis). Model umum yang dipakai dalam

penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Salah satu prasyarat penting untuk mengaplikasikan model seri waktu

yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil (stasioner) dari

variabel-variabel pembentuk persamaan regresi. Karena penggunaan data

dalam penelitian ini dimungkinkan adanya data yang tidak stasioner, maka

penelitian ini digunakan teknik kointegrasi ( Cointegration Tecnique ) dan

model koreksi kesalahan atau Error Correction Model ( ECM ).

Digunakan ECM karena mekanisme ECM memiliki keunggulan baik

dari segi nilainya dalam menghasilkan persamaan yang diestimasi dengan

property statistik yang diinginkan maupun dari kemudahan persamaan

tersebut untuk diinterprestasi (Insukindro 1993: 65). Disamping itu ECM

dapat pula dijadikan variabel proksi nalar asa dari model stok penyangga

masa depan dengan cara membentuk estimasi jangka panjang dari ECM,

ECM juga bias menghindari regresi lancung atau regresi semu yang

menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan. Proses analisis yang akan

dilakukan terdiri dari analisis deskriptif , uji akar unit (testing for unit root)

dan uji derajat integrasi (testing for degree of integration), uji kointegrasi

Page 63: Analisis permintaan deposito berjangka

(Cointegration test), pendekatan ECM (Error Correction Model), analisis

statistik, uji asumsi klasik, serta analisis ekonomi.

3.3.2. Analisa Deskriptif

Analisis Deskriptif merupakan suatu analisis yang memaparkan hasil

secara kualitatif terhadap perkembangan data-data yang ada untuk

memperkuat analisis empiris. Penelitian ini akan membahas perkembangan

variabel dependen permintaan deposito berjangka rupiah, serta variabel

independen yaitu PDRB, suku bunga deposito, inflasi.

3.3.2.1 Uji Akar Unit Dan Uji Derajat Integrasi

Uji akar unit dapat dipandang sebagai uji stasioneritas, karena pada

intinya uji tersebut bentuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model

otoregresi yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak.

Langkah awal yang harus dilakukan pengujian ini adalah menaksir

model otoregresi dari masing-masing variabel yang akan digunakan dalam

penelitian dengan OLS. Ada beberapa prosedur untuk melakukan uji akar-

akar unit namun yang banyak digunakan adalah uji Dickey- Fuller ( DF ) dan

uji Philips Peron.

Uji ADF adalah uji yang dikembangkan oleh Dickey Fuller untuk

menyempurnakan uji DF yang sudah ada sebelumnya. Dalam prakteknya uji

ADF inilah yang seringkali digunakan untuk mendeteksi apakah data

stasioner atau tidak. Adapun formulasi uji ADF adalah sebagai berikut :

Page 64: Analisis permintaan deposito berjangka

DYt= ao + a1 + b∑=

k

I 11 B1DYt (3.1)

DYt= co + c1T + C2 BYt + d∑=

k

I 11B1DYt (3.2)

Notasi :

DYt = Yt – Yt-1

BYt = Yt-1

T = trend waktu

Yt = Variabel yang diamati pada waktu t

K = Besarnya waktu kelambanan yang dihitung dengan rumus

K = N1/3 dengan N adalah jumlah sampel.

Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai ADF tabel dengan

nilai ADF statistik. Nilai ADF ditunjukkan oleh nilai t pada koefisien regresi

BYt pada persamaan (1) dan (2).

Bila data yang diamati pada uji akar unit ternyata tidak stationer,

maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapa derajat data yang

diamati stationer. Uji derajat integrasi ini mirip dengan uji akar unit. Untuk

melakukan uji tersebut juga dilakukan penaksiran model otoregresi dengan

OLS.

D2Yt =b0 + b1 BDYt + f∑=

k

I 11B1D2Yt. (3.3)

Page 65: Analisis permintaan deposito berjangka

D2Yt = d0 + d1T + d2BDYt + h∑=

k

I 11B1D2Yt (3.4)

Dimana D2Yt = DYt – DYt-1, BDYt = DYt-1

Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan

cara membandingkan antara nilai ADF dengan nilai kritis distribusi statistik

Mackinon. Jika nilai absolute statistic ADF lebih besar dari nilai kritisnya,

maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai

absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.

Hal yang krusial dalam uji ADF adalah menentukan panjangnya

kelambanan.

Selain uji ADF dalam penelitian ini juga menggunakan uji Philips

Peron untuk menentukan akar unit dan derajat integrasi. Uji PP memasukkan

unsur autokorelasi di dalam residual dengan memasukkan variabel

independen berupa kelambanan diferensi. Philips Peron membuat uji akar

unit dengan menggunakan metode statistik non parametik dalam menjelaskan

kelambanan diferensi sebagaimana uji ADF. Adapun uji akar unit dari Philips

Peron sebagai berikut :

DYt = γ Yt-1 + et (3.5)

DYt = ao + γYt-1 + et (3.6)

DYt = ao + a2T + γ Yt-1 + et (3.7)

Page 66: Analisis permintaan deposito berjangka

Keterangan :

T adalah trend waktu

Statistik distributif t tidak mengikuti statistic distribusi normal tetapi

mengikuti distribusi PP sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis yang

dikemukakan oleh Mackinon. Sebagaimana uji ADF, kita juga harus

menentukan apakah tanpa konstanta dan trend. Berbeda dengan uji ADF,

dalam menentukan panjangnya lag uji PP menggunakan truncation lag q dari

Newey-West. (Widarjono, 2005, 361-362)

3.3.2.2. Uji Kointegrasi

Untuk dapat melakukan uji kointegrasi harus diyakini terlebih dahulu

bahwa variabel-variabel terkait dalam pendekatan ini memiliki derajat

integrasi yang sama atau tidak (Insukindro, 1993:132). Berkaitan dengan itu,

uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi perlu dilakukan terlebih dahulu.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai pendekatan kointegrasi,

anggaplah memiliki satu himpunan variabel runtun waktu X. Komponen X

dikatakan berkointegrasi pada derajat d, h atau ditulis ~ (d,h) bila (Sriyana

Jaka, 2003) :

1. Setiap komponen dari X berkointegrasi pada derajat d atau I (d)

2. Terdapat suatu vector α yang tidak sama dengan nol (α ≠ 0),

sehingga Zt = α1 X~1(d,b), dimana b:0 dan α adalah vektor

kointegrasi.

Page 67: Analisis permintaan deposito berjangka

Implikasi penting dari ilustrasi dan definisi diatas adalah bahwa jika

dua variabel atau lebih mempunyai derajat integrasi yang berbeda, katakanlah

X = I (1) dan Y = I (2), maka kedua variabel tersebut tidak dapat

berkointegrasi. (Insukindro, 1993:132)

Uji ini dilakukan setelah uji stationeritas melalui uji akar-akar unit

dan derajat integrasi terpenuhi. Digunakan untuk mengetahui kemungkinan

terjadinya keseimbangan atau kestabilan jangka panjang diantara variabel-

variabel yang diamati. Setelah prasarat dari uji kointegrasi dilakukan, maka

dapat diketahui data yang diamati tersebut stasioner pada derajat keberapa.

Hal ini perlu diketengahkan mengingat adanya syarat dari uji kointegrasi

yaitu bahwa dalam melakukan uji kointegrasi data yang digunakan harus

berintegrasi pada derajat yang sama.

Selanjutnya bersamaan dengan uji kointegrasi, Engle dan Granger

(1987:265-270) berpendapat bahwa dari tujuh uji statistik yang

diketengahkan untuk menguji hipotesa nol tidak adanya kointegrasi, ternyata

uji CRDW (Cointegration-Regression Durbin-Watson), DF (Dickey-Fuller),

dan ADF (Augmented Dickey-Fuller) merupakan uji statistik yang paling

disukai. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan uji CRDW.

Untuk menghitung statistic CRDW, DF, dan ADF ditaksir dengan

regresi kointegrasi berikut ini dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least

squares =OLS). (Insukindro,1993:132)

Yt = mo + m1X1t+m2X2t+Et (3.8)

Page 68: Analisis permintaan deposito berjangka

Dimana :

Y = Variabel tak bebas

X1, X2 = Variabel bebas

E = Nilai residual

Kemudian regresi berikut ini ditaksir dengan OLS :

DEt = p1 Et-1 (3.9)

DEt = q1 Et-1 + w1 DE∑−

=

1

1

p

it-1 (3.10)

Dimana :

DEt = Et – Et-1

Nilai statistic CRDW ditunjukan oleh nilai statistic DW (Durbin-

Watson) pada regresi persamaan (3.8) dan nilai statistic DF dan ADF

ditunjukan oleh nisbah pada koefisien Et-1 pada persamaan (3.9) dan (3.10).

Nilai kritis untuk ketiga uji tersebut dapat dilihat pada Engle dan yoo (1987).

Tabel 3.1 Nilai CRDW / DW Stat Untuk Uji Kointegrasi

Jumlah Tingkat Signifikansi

Sampel 1% 5% 10%

50

100

200

1.00

0.51

0.29

0.78

0.39

0.20

0.69

0.32

0.16

Sumber : Engle dan Yoo (1987,158)

Page 69: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 3.2 Nilai DF Untuk Uji Kointegrasi

Jumlah Jumlah Tingkat Signifikansi

Variabel Data (N) 1% 5% 10%

2 50

100

200

4.32

4.07

4.00

3.67

3.37

3.37

3.28

3.03

3.02

3 50

100

200

4.84

4.45

4.35

4.11

3.93

3.78

3.73

3.59

3.47

4 50

100

200

4.49

4.75

4.70

4.38

4.22

4.18

4.02

3.89

3.89

5 50

100

200

5.41

5.18

5.02

4.76

4.58

4.48

4.42

4.26

4.18

Sumber : Engle dan Yoo (1987,157)

Tabel 3.3 Nilai ADF Untuk Uji Kointegrasi

Jumlah Jumlah Tingkat Signifikansi

Variabel Data (N) 1% 5% 10%

2 50

100

200

4.12

3.73

3.78

3.29

3.17

3.25

2.90

2.91

2.98

3 50

100

200

4.45

4.22

4.34

3.75

3.62

3.78

3.36

3.32

3.51

Page 70: Analisis permintaan deposito berjangka

4 50

100

200

4.61

4.61

4.72

3.98

4.02

4.13

3.67

3.71

3.83

5 50

100

200

4.80

4.98

4.97

4.15

4.36

4.43

3.85

4.06

4.14

Sebagaimana telah disinggung diatas, tujuan utama dari uji

kointegrasi adalah untuk mengkaji apakah residual regresi kointegrasi

stasioner atau tidak. Pengujian ini sangat penting bila ingin dikembangkan

suatu model dinamis, khususnya model koreksi kesalahan (error correction

model = ECM), yang mencangkup variabel-variabel kunci pada regresi

kointegrasi terkait.

Pada prinsipnya, model koreksi kesalahan terdapat keseimbangan

yang tetap dalam jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi. Bila

dalam jangka pendek terdapat ketidakseimbangan dalam satu periode, maka

model koreksi kesalahan akan mengoreksinya pada periode berikutnya (Engle

dan Granger, 1987:254). Mekanisme koreksi kesalahan ini dapat diartikan

sebagai penyelaras perilaku jangka pendek dan jangka panjang. Dengan

mekanisme ini pula, masalah regresi semrawut dapat dihindarkan melalui

penggunaan variabel perbedaan yang tetap di dalam model, namun tanpa

menghilangkan informasi jangka panjang yang diakibatkan oleh penggunaan

data perbedaan semata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model

Page 71: Analisis permintaan deposito berjangka

koreksi kesalahan konsisten dengan konsep kointegrasi atau dikenal dengan

Granger Representation Theorem. (Sriyana, Jaka, 2003)

3.3.3 Analisa Statistik

Hubungan permintaan deposito berjangka rupiah dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi dapat diformulasikan sebagai berikut :

Y = f(X1, X2, X3, X4)

Dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut :

DYt = β0 + β1 DX1t - β2 X2t + β3 DX3t + β4 + β5 ECT

Dimana :

DYt = Deposito berjangka rupiah pada periode t

β4 = Konstanta

DX1 = Produk Domestik regional Bruto periode t

DX2 = Suku bunga deposito periode t

DX3 = Laju inflasi pada periode t

ECT = RESID (-1)

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel

β5 = Koefisien ECT (error correction term)

3.3.3.1 Uji t (uji signifikansi secara individu)

Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen.

Page 72: Analisis permintaan deposito berjangka

1. Hipotesis yang digunakan :

a. Jika Hipotesis positif

Ho : βi ≤ 0

Ha : βi > 0

b. Jika Hipotesis negatif

Ho : βi ≥ 0

Ha : βi < 0

2. Pengujian satu sisi

Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya

variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara

sigifikan.

Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya

variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara

signifikan.

3.3.3.2 Uji F (uji secara bersama-sama)

Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu

dengan cara sebagai berikut :

Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak

mempengaruhi variabel dependen.

Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi

variabel dependen.

Page 73: Analisis permintaan deposito berjangka

Hasil pengujian adalah :

Ho diterima ( tidak signifikan ) jika F hitung < F tabel (df = n – k)

Ho ditolak ( signifikan ) jika F hitung > F tabel (df = n – k)

Dimana :

K : Jumlah variabel

N : Jumlah pengamatan

3.3.3.3 Koefisien determinasi (R2)

R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel

dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar

pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen.

Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 , suatu R2 sebesar 1 berarti ada

kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan

antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan.

3.3.4 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

klasik untuk melihat apakah data terbebas dari maslah multikolinieritas,

heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan

untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang

minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model

regresi tidak mengandung masalah.

Page 74: Analisis permintaan deposito berjangka

3.3.4.1 Uji Korelasi Parsial Antar Variabel Independen

Salah satu untuk mendeteksi multikolinieritas adalah dengan menguji

koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Sebagai aturan main yang

kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas

0,85 maka diduga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika

koefisien korelasi relative rendah (0,85) maka diduga model tidak

mengandung unsur multikolinieritas. (Widarjono, 2005, 135)

Tanpa adanya perbaikan multikolinieritas tetap menghasilkan

estimator yang BLUE karena masalah estimator yang BLUE tidak

memerlukan asumsi tidak adanya korelasi antar variabel independen.

Multikolinieritas hanya menyebabkan kita kesulitan memperoleh estimator

dengan standard error yang kecil. (Widarjono, 2005, 139)

3.3.4.2 Uji Heterosledastisitas (Metode White)

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak

memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi

residual kuadrat ( Ui2 ) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan

perkalian variabel bebas.

Pedoman dalam penggunaan model white test adalah jika nilai Chi-

Square hitung (n. R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan derajat

kepercayaan tertentu (α) maka ada heterokedasitisitas dan sebaliknya jika

Page 75: Analisis permintaan deposito berjangka

Chi-Square hitung lebih kecil dari nilai X2 menunjukan tidak adanya

heterokedasitisitas.

3.3.4.3. Autokorelasi (metode Lagrange Multipier)

Ho : tidak ada autokorelasi

Ha : ada autokorelasi

Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% dan menggunakan distribusi

χ2, maka :

Jika χ2 hitung < χ2 kritis, berarti Ho diterima

Jika χ2 hitung > χ2 kritis, berarti Ho ditolak

Atau dengan cara lain untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam

model bisa dilakukan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), yaitu dengan

cara membandingkan antara DW statistik ( d ) dengan dL dan dU, jika DW

statistik berada diantara dU dan 4- dU maka tidak ada autokorelasi.

Autokorelasi ragu-ragu tidak ada autokorelasi ragu-ragu autokorelasi Positif negatif

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

Gambar 3.1. Statistik Durbin-Watson d

Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam

Tabel 3.4. berikut ini :

Page 76: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 3.4. Uji Statistik Durbin-Watson

Nilai Statistik Hasil

0<d<dl Menolak hipotesa nul; ada autokorelasi positif

dl≤d≤du Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

du≤d≤4-du

Menerima hipotesa nul; tidak ada autokorelasi

positif / negatif

4-du≤d≤4-dl Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

4-dl≤d≤4

Menolak hipotesa nul; ada autokorelasi

negative

Page 77: Analisis permintaan deposito berjangka

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1. Deskripsi Data Penelitian

Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data

sekunder deret waktu (time series) yang berbentuk annual mulai tahun 1986-

2005. Penelitian mengenai permintaan deposito berjangka rupiah disini

menggunakan data deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta

sebagai variabel dependen (variabel tidak bebas). Sedangkan variabel

independen terdiri dari Produk Domestik Regional Bruto, Suku Bunga

Deposito, Laju Inflasi.

Tabel 4.1 Data Observasi

obs Y X1 X2 X3

1986 78678 7470269 11.44 4.31

1987 117008 7774144 8.61 8.83

1988 150052 8238398 8.85 8.9

1989 209874 8758936 16.49 4.43

1990 349700 9159241 18.54 5.21

1991 382541 9634857 9.65 10.73

1992 374089 10303121 7.37 8.38

1993 403009 10901831 7.62 4.78

1994 508022 11699390 4.12 10.01

1995 597448 12955802 7.45 8.55

Page 78: Analisis permintaan deposito berjangka

1996 799037 13958968 5.22 10.91

1997 1477973 14449327 17.1 12.72

1998 3140804 12833873 25.29 7.46

1999 2694307 12960802 9.24 2.51

2000 2398917 13480000 3.88 7.32

2001 2911316 14056000 11.48 12.56

2002 2978601 14689000 12.35 12.01

2003 2765099 15360000 8.5 5.36

2004 2656517 16149000 6.52 6.95

2005 3907451 16898000 9.9 14.98

Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, berbagai tahun penerbit.

Keterangan :

Y = Deposito Berjangka Rupiah 3 bulanan pada bank umum (Juta Rp)

X1 = Produk Domestik Regional Bruto Perkapita (Juta Rp)

X2 = Suku Bunga Deposito Rupiah 3 bulanan (%)

X3 = Laju Inflasi (%)

Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian

diperoleh dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI).

Data mengenai Deposito Berjangka Rupiah, Suku Bunga Deposito, Laju

Inflasi, diperoleh dari statistik ekonomi keuangan Daerah dan laporan

tahunan BI dari baerbagai tahun terbitan. Sedangkan untuk data PDRB

diperoleh dari Statistik Indonesia dari berbagai edisi terbitan.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu bahwa

model yang digunakan sebagai alat analisis adalah model Error Correction

Page 79: Analisis permintaan deposito berjangka

Model (ECM). Model ECM digunakan untuk menguji spesifikasi model dan

kesesuaian teori dengan kenyataan. Pengujian ini dilakukan dengan program

komputer Econometric E-Views (eviews). Pembahasan dilakukan dengan

analisis secara ekonometrik.

4.2 Hasil dan Analisis

4.2.1. Uji Akar-akar Unit dan Uji Integrasi

Tahap pertama dilakukan uji akar-akar unit untuk mengetahui pada

derajat ke berapa data yang digunakan stasioner. Uji akar-akar unit dilakukan

untuk mengetahui apakah koefisien tertentu adalah satu (mempunyai akar

unit). Penelitian ini menggunakan uji akar-akar unit yang dikembangkan oleh

Philips Perron. Uji akar unit dilakukan dengan memasukkan konstanta dan

trend untuk metode Philips Perron.

Untuk uji akar-akar unit dan derajat integrasi, apabila nilai hitung PP

lebih kecil daripada nilai kritis mutlak (pada α = 10% ), maka variabel

tersebut tidak stasioner, sebaliknya jika nilai hitung mutlak PP lebih besar

daripada nilai kritis mutlak (pada α = 10% ), maka variabel tersebut stasioner.

Hasil dari pengujian akar-akar unit ini dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut ini :

Page 80: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 4.2

Hasil Estimasi Akar-akar Unit pada Ordo Nol

Nilai kritis

Mackinon Nilai hitung t-

statistik α = 10%

Variabel PP PP

Y -2.128931 -3.277364

X1 -1.935402 -3.277364

X2 -2.951388 -3.277364

X3 -4.961697 -3.277364

Sumber : Hasil Eviews

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai hitung mutlak PP masing-

masing variabel dengan derajat keyakinan 10% hanya ada satu variabel yang

stasioner, yaitu variabel laju inflasi (X3) pada ordonol. Karena itu perlu

dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.

Hasil dari pengujian akar-akar unit pada derajat integrasi pertama

dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Page 81: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 4.3

Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Pertama

dengan Nilai Kritis MacKinnon 10%

Nilai kritis

Mackinon Nilai hitung t-

statistik α = 10%

Variabel PP PP

Y -3.707698 -3.286909

X1 -2.889363 -3.286909

X2 -6.775830 -3.286909

X3 -4.452218 -3.286909

Sumber : Hasil Eviews

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai hitung mutlak PP masing-

masing variabel dengan derajat keyakinan 10% sudah stasioner pada integrasi

pertama, namun masih ada satu variable, yaitu variable PDRB yang masih

belum stasioner pada derajat integrasi pertama, karena itu perlu dilanjutkan

dengan uji derajat integrasi kedua.

Hasil dari pengujian derajat integrasi kedua dapat dilihat pada tabel

4.4 berikut ini :

Page 82: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 4.4

Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Kedua

dengan Nilai Kritis MacKinnon 10%

Nilai kritis

Mackinon Nilai hitung t-

statistik α = 10%

Variabel PP PP

Y -7.210287 -3.297799

X1 -6.254901 -3.297799

X2 -8.176770 -3.297799

X3 -6.364384 -3.297799

Sumber : Hasil Eviews

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai uji Philips Perron nilai PP

statistiknya lebih besar daripada nilai PP kritisnya pada masing-masing

variable, yang berarti data ini telah stasioner pada differensi kedua dan bisa

untuk dilanjutkan ke uji kointegrasi.

4.2.2. Uji Kointegrasi

Uji Kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit dan uji

derajat integrasi. Uji kointegrasi dapat dipandang sebagai uji keberadaan

hubungan jangka panjang, seperti yang dikehendaki oleh teori ekonomi.

Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui apakah residual

regresi terkointegrasi stasioner atau tidak. Apabila variabel terkointegrasi

Page 83: Analisis permintaan deposito berjangka

maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Dan sebaliknya

jika tidak terdapat kointegrasi antar variabel maka implikasi tidak adanya

keterkaitan hubungan dalam jangka panjang. Berikut ini hasil uji kointegrasi

CRDW :

Tabel 4.5

Nilai Regresi Uji Kointegrasi

Persamaan Kointegrasi CRDW Hitung CRDW Tabel

α : 10%

Y=f(X1, X2, X3,X4) 0,771083 0,69

Sumber : hasil Eviews

Dari hasil estimasi diatas dapat dilihat bahwa nilai CRDW hitung

sebesar 0,771083 sedangkan nilai kritis CRDW pada derajat kepercayaan

sebesar 10% yaitu 0,69 Karena nilai CRDW hitung lebih besar dari CRDW

table maka hal ini mengindikasikan bahwa adanya kointegrasi data.

4.2.3. Pendekatan Error Correction Model (ECM)

Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) merupakan

metode pengujian yang dapat digunakan untuk mencari model keseimbangan

dalam jangka panjang. Untuk menyatakan apakah model ECM yang

digunakan sahih atau tidak maka koefisien Error Corection Term (ECT)

harus signifikan. Jika koefisien ini tidak signifikan maka model tersebut tidak

cocok dan perlu dilakukan perubahan spesifikasi lebih lanjut. (Insukindro,

Page 84: Analisis permintaan deposito berjangka

1993, 12-16) Berikut merupakan model ECM yang digunakan pada penelitian

ini :

DYt = β0 + β1 DX1t - β2 X2t + β3 DX3t + β4 + β5 ECT

Notasi :

DY = Y-Yt-1

DX1 = X1-X1t-1

DX2 = X2-X2t-1

DX3 = X3-X3t-1

ECT =RESID(-1)

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi ECM jangka pendek

β5 = Koefisien ECT (error correction term)

Hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program

komputer EViews, dengan model regresi linier ECM ditampilkan sebagai

berikut :

Page 85: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 4.6

Hasil Estimasi Model Dinamis ECM

Dependent Variable: D(Y) Method: Least Squares Date: 01/28/08 Time: 20:08 Sample(adjusted): 1987 2005 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 385188.5 81342.93 4.735366 0.0003

D(X1) -0.439661 0.115763 -3.797930 0.0020 D(X2) 35589.60 9986.634 3.563723 0.0031 D(X3) 30578.06 14977.20 2.041640 0.0605 ECT -0.691576 0.295668 -2.339027 0.0347

R-squared 0.813505 Mean dependent var 201514.4 Adjusted R-squared 0.760221 S.D. dependent var 511949.0 S.E. of regression 250687.2 Akaike info criterion 27.92273 Sum squared resid 8.80E+11 Schwarz criterion 28.17127 Log likelihood -260.2660 F-statistic 15.26729 Durbin-Watson stat 1.090860 Prob(F-statistic) 0.000053

Sumber : Hasil Eviews

Dari estimasi model dinamis ECM dapat diperoleh fungsi regresi OLS

sebagai berikut :

D(Y) = 385188.5 + -0.439661 DX1 + 35589.60 DX2 + 30578.06 DX3 -

0.691576 ECT

Berdasarkan hasil estimasi model dinamis ECM diatas, maka dapat

dilihat pada variabel Error Correction Term (ECT) nya signifikan pada

tingkat signifikansi 5% dan mempunyai tanda negatif. Maka spesifikasi

model sudah sahih dan dapat menjelaskan variasi pada variabel tak bebas.

(Insukindro, 1993, 2)

Untuk mengetahui apakah hasil estimasi dapat dipercaya maka

dilakukan pengujian lebih lanjut yaitu berupa uji ekonometri. Uji tersebut

Page 86: Analisis permintaan deposito berjangka

dimaksudkan untuk mengetahui apakah penafsiran-penafsiran terhadap

parameter sudah bermakna secara teoritis dan nyata secara statistic.

4.2.4. Analisis Statistik Jangka Pendek

Untuk mengetahui lebih lanjut tingkat signifikansi model ECM

tersebut, maka akan dilakukan pengujian lebih lanjut yaitu pengujian

variabel-variabel tersebut secara individual (uji t), dan pengujian keoefisien

determinasi (R2) dari hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya.

4.2.4.1. Uji Secara Individual (Uji t)

Pengujian secara individual ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel independen. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya t

hitung atau dengan melihat tingkat probabilitasnya, (Abdul Hakim, 2000,

101)

Jika t hitung > t tabel, maka variabel bebas tersebut berpengaruh

terhadap variabel tak bebas secara individu. Dengan menggunakan derajat

kepercayaan 5% maka jika nilai probabilitasnya < 0,05 , berarti variabel

tersebut signifikan pada taraf signifikan 5%.

Kriteria Pengujian :

Uji hipotesis positif satu sisi :

Ho : βi ≤ 0, artinya independen variabel secara individu tidak berpengaruh

positif terhadap variabel dependen.

Page 87: Analisis permintaan deposito berjangka

Ha: βi > 0, artinya independen variabel secara individu berpengaruh

positif terhadap variabel dependen.

Uji hipotesis negatif satu sisi :

Ho : βi ≥ 0, artinya independen variabel secara individu tidak berpengaruh

negatif terhadap variabel dependen.

Ha: βi<0, artinya independen variabel secara individu berpengaruh negatif

terhadap variabel dependen.

Dari hasil pengujian data dengan Eviews diperoleh nilai t hitung

masing-masing variabel dan probabilitasnya sebagai berikut :

Tabel 4.7

Hasil Uji t Jangka Pendek

Variabel t-hitung t-tabel* Probabilitas

DX1 -3.797930 1,746 0.0020

DX2 3.563723 1,746 0.0031

DX3 2.339027 1,746 0.0605

ECT -2.339027 1,746 0.0347

Sumber : Hasil Eviews

Signifikan pada α = 5%

t-tabel = t α df (n-k)

= t (α = 5% ; 16)

= 1,746

Page 88: Analisis permintaan deposito berjangka

Dari hasil perhitungan dengan program EViews, dapat disimpulkan

hasil pengujian secara individu adalah sebagai berikut :

4.2.4.1.1. Uji t terhadap Parameter β1 (DX1)

Ho : β1 ≤ 0, artinya variabel PDRB tidak berpengaruh positif terhadap

variabel deposito berjangka rupiah

Ha : β1 > 0, artinya variabel PDRB berpengaruh positif terhadap variabel

deposito berjangka rupiah

t hitung = -3.797930

t tabel = 5%, 16

= 1,746

Hasil perhitungan t hitung > t tabel

Kesimpulannya : Tolak Ho dan Terima Ha artinya variabel PDRB

berpengaruh dan berhubungan negatif terhadap variabel deposito berjangka

rupiah.

4.2.4.1.2. Uji t terhadap parameter β2 (DX2)

Ho : β2 ≤ 0 , artinya variabel suku bunga deposito tidak berpengaruh

positif terhdap variabel deposito berjangka rupiah.

Ha : β2 < 0 , artinya variabel suku bunga deposito berpengaruh positif

terhadap variabel deposito berjangka rupiah.

Page 89: Analisis permintaan deposito berjangka

t hitung = 3.563723

t tabel = 5%, 16

= 1,746

Hasil perhitungan t hitung > t tabel

Kesimpulannya : Tolak Ho dan Terima Ha artinya variabel suku bunga

deposito berpengaruh dan berhubungan positif terhadap variabel deposito

berjangka rupiah.

4.2.4.1.3. Uji t terhadap parameter β3 (DX3)

Ho : β3 ≤ 0, artinya variabel laju inflasi tidak berpengaruh positif terhadap

variabel deposito berjangka rupiah.

Ha : β3 > 0, artinya variable laju inflasi berpengaruh positif terhadap

variabel deposito berjangka rupiah

t hitung = 2.339027

t tabel = 5%, 16

= 1,746

Hasil perhitungan t hitung < t tabel

Kesimpulannya : Tolak Ho dan terima Ha artinya variabel laju inflasi

berpengaruh dan berhubungan positif terhadap variabel deposito berjangka

rupiah.

Page 90: Analisis permintaan deposito berjangka

4.2.4.2. Uji Secara Serempak (Uji F)

Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X)

secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Pengujian

ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel

pada derajat kebebasan (k-1, n-k-1) dan tingkat signifikansi (α) 5%. Jika nilai

F-hitung lebih besar dari nilai F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel tidak bebas dan jika F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.

Nilai F-tabel dengan derajat kebebasan (3,16) dan α 5% adalah 3.24.

Dari hasil regresi diketahui bahwa nilai F-hitung adalah 15.26729. Dengan

demikian F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel, artinya secara bersama-sama

variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1), Suku Bunga Deposito

(X2),dan Laju Inflasi (X3), berpengaruh signifikan terhadap Deposito

Berjangka Rupiah.

4.2.4.3. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 (koefisien determinasi) dilakukan untuk melihat seberapa

besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai R2

berkisar antara 0 - 1. Nilai R2 makin mendekati 0 maka pengaruh semua

variabel independen terhadap variabel dependen makin kecil Dan sebaliknya

Page 91: Analisis permintaan deposito berjangka

nilai R2 makin mendekati 1 maka pengaruh semua variabel independen

terhadap variabel dependen makin besar.

Dari hasil regresi diketahui bahwa nilai R2 adalah 0.813505, yang

berarti variasi variabel produk domestik regional bruto (X1), suku bunga

deposito (X2), laju inflasi (X3), mempengaruhi variabel deposito berjangka

rupiah sebesar 81.3505%. Sedangkan sisanya (18.6495%) dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dianalisis dalam model regresi ini.

4.2.4.4. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi dalam hasil estimasi,

karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut. Uji t

dan uji F yang dilakukan menjadi tidak falid dan secara statistik dapat

mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.

Dengan kata lain, apakah hasil-hasil regresi telah memenuhi kaidah

Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) sehingga tidak ada gangguan serius

terhadap asumsi klasik dalam metode kuadrat terkecil tunggal (OLS) yaitu

masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

4.2.4.4.1. Uji Multikolinieritas Jangka Pendek

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan yang signifikan diantara variabel bebas. Deteksi adanya

multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar

Page 92: Analisis permintaan deposito berjangka

variabel independent. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar

variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas

atau tidak menguji koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Hasil

pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat

sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Uji Multikolinieritas Jangka Pendek

D(X1) D(X2) D(X3) D(X1) 1 -0.15795 0.326186 D(X2) -0.15795 1 0.006939 D(X3) 0.326186 0.006939 1

Dari tabel hasil analisis uji multikolinieritas di atas terlihat bahwa

koefisiensi korelasi di bawah 0.85, sehinnga dapat disimpulkan bahwa tidak

ada masalah multikolinieritas dalam model analisis regresi.

4.2.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut

heteroskedasitas.

Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas

pada penelitian ini adalah pengujian White. Pengujian heteroskedastisitas

Page 93: Analisis permintaan deposito berjangka

dilakukan dengan bantuan program komputer Eviews 4.1, dan diperoleh hasil

regresi seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Hasil Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 2.010583 Probability 0.148997 Obs*R-squared 11.71603 Probability 0.164331

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 01/31/08 Time: 04:12 Sample: 1987 2005 Included observations: 19

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.15E+09 7.35E+10 -0.056512 0.9560

D(X1) 7398.465 56704.59 0.130474 0.8988 (D(X1))^2 -0.005330 0.061735 -0.086330 0.9329

D(X2) 5.69E+09 4.08E+09 1.396135 0.1929 (D(X2))^2 73357501 4.66E+08 0.157293 0.8781

D(X3) 7.06E+09 6.72E+09 1.050472 0.3182 (D(X3))^2 4.08E+09 1.51E+09 2.710911 0.0219

ECM -30546.37 48271.02 -0.632810 0.5411 ECM^2 -0.080276 0.086849 -0.924318 0.3771

R-squared 0.616633 Mean dependent var 4.82E+10 Adjusted R-squared 0.309939 S.D. dependent var 1.15E+11 S.E. of regression 9.57E+10 Akaike info criterion 53.71287 Sum squared resid 9.16E+22 Schwarz criterion 54.16023 Log likelihood -501.2723 F-statistic 2.010583 Durbin-Watson stat 2.174266 Prob(F-statistic) 0.148997

Sumber : Hasil Eviews

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar

0.616633. Nilai Chi-squares hitung sebesar 11.71603 yang diperoleh dari

informasi Obs*R-squared, sedangkan nilai kritis Chi-squares (χ2) pada α =

5% dengan df sebesar 8 adalah 15.5073. Karena nilai Chi-squares hitung (χ2)

lebih kecil dari nilai kritis Chi-squares (χ2) maka dapat disimpulkan tidak ada

masalah heteroskedastisitas.

Page 94: Analisis permintaan deposito berjangka

Model mengandung heteroskedastisitas juga bisa dilihat dari nilai

probabilitas Chi-Squares sebesar 0.164331 yang lebih besar dari nilai α

(alpha) sebesar 0,05. Berarti Ho diterima dan kesimpulannya tidak ada

heteroskedastisitas.

4.2.4.4.3 Uji Autikorelasi Jangka Pendek

Untuk mendeteksi masalah autokorelasi digunakan Uji LM Test. Uji

ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya

pada derajat pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat.

Jika hasil uji LM berada pada hipotesa nol (Ho) yaitu nilai chi squares hitung

(χ2) < dari pada nilai kritis chi squares (χ2), maka model estimasi tidak

terdapat autokorelasi, begitu pula sebaliknya jika berada pada hipotesa

alternatif (Ha) yaitu nilai chi squares hitung (χ2) > dari pada nilai kritis chi

squares (χ2), maka terdapat auto korelasi.

Tabel 4.9

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.239888 Probability 0.790123 Obs*R-squared 0.676252 Probability 0.713105

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 02/01/08 Time: 10:11 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 773.6924 101765.1 0.007603 0.9940

D(X1) 0.024708 0.162191 0.152338 0.8813 D(X2) -827.0130 12919.57 -0.064012 0.9499 D(X3) -3356.745 21753.12 -0.154311 0.8797

RESID(-1) 0.101963 0.488420 0.208762 0.8379

Page 95: Analisis permintaan deposito berjangka

RESID(-2) 0.226392 0.555413 0.407611 0.6902 R-squared 0.035592 Mean dependent var 7.35E-11 Adjusted R-squared -0.335334 S.D. dependent var 260729.8 S.E. of regression 301290.6 Akaike info criterion 28.32163 Sum squared resid 1.18E+12 Schwarz criterion 28.61987 Log likelihood -263.0555 F-statistic 0.095955 Durbin-Watson stat 1.477618 Prob(F-statistic) 0.991252 Sumber : Hasil Eviews

Dari hasil regresi diatas dapat dilihat Nilai koefisiensi determinasinya

(R2) sebesar 0.0335334. Nilai Chi Squared (χ2),sebesar 0.676252. Sedangkan

nilai kritis (χ2), pada α=10% dengan df sebesar 3 adalah 6.25139 . Karena

nilai chi squares hitung (χ2) < dari pada nilai kritis chi squares (χ2), maka

dapat disimpulkan model tidak mengandung masalah autokorelasi.

4.2.5. Analisis Statistik Jangka Panjang

Tabel 4.11

Hasil Analisis Regresi Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 01/31/08 Time: 09:04 Sample: 1986 2005 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3842648. 795472.2 -4.830650 0.0002 X1 0.407135 0.060410 6.739488 0.0000 X2 60713.71 29949.25 2.027220 0.0596 X3 -32296.19 52238.53 -0.618245 0.5451

R-squared 0.766682 Mean dependent var 1445022. Adjusted R-squared 0.722935 S.D. dependent var 1308497. S.E. of regression 688753.8 Akaike info criterion 29.90001 Sum squared resid 7.59E+12 Schwarz criterion 30.09916 Log likelihood -295.0001 F-statistic 17.52529 Durbin-Watson stat 0.771083 Prob(F-statistic) 0.000026

Sumber : Hasil Eviews

Page 96: Analisis permintaan deposito berjangka

4.2.5.1. Uji Secara Individual (Uji t)

Pengujian secara individual ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel independen. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya t

hitung atau dengan melihat tingkat probabilitasnya. (Abdul Hakim, 2000,

101)

Jika t hitung > t tabel, maka variabel bebas tersebut berpengaruh

terhadap variabel tak bebas secara individu. Dengan menggunakan derajat

kepercayaan 5% maka jika nilai probabilitasnya < 0,05 , berarti variabel

tersebut signifikan pada taraf signifikan 5%.

Kriteria Pengujian :

Uji hipotesis positif satu sisi :

Ho : βi ≤ 0, artinya independen variabel secara individu tidak

berpengaruh positif terhadap variabel dependen.

Ha: βi>0, artinya independen variabel secara individu berpengaruh positif

terhadap variabel dependen.

Uji hipotesis negatif satu sisi :

Ho : βi ≥ 0, artinya independen variabel secara individu tidak

berpengaruh negatif terhadap variabel dependen.

Ha: βi<0, artinya independen variabel secara individu berpengaruh

negatif terhadap variabel dependen.

Dari pengujian data dengan Eviews diperoleh nilai t hitung masing-

masing variabel dan probabilitasnya sebagai berikut :

Page 97: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 4.12

Hasil Uji t Jangka Panjang

Variabel t-hitung t-tabel* Probabilitas

X1 6.739488 1,746 0.0000

X2 2.027220 1,746 0.0596

X3 -0.618245 1,746 0.5451

Sumber: Hasil Eviews

* Signifikan pada α = 5%

t-tabel = t α df (n-k)

= t (α = 5% ; 16)

= 1,746

Dari hasil perhitungan dengan program EViews, dapat disimpulkan

hasil pengujian secara individu adalah sebagai berikut :

4.2.5.1.1. Uji t terhadap parameter β1 (X1)

Ho : β1 ≤ 0, artinya variabel produk domestik regional bruro tidak

berpengaruh positif terhadap variabel deposito berjangka rupiah.

Ha : β1 > 0, artinya variabel produk domestik regional bruto berpengaruh

positif terhadap variabel deposito berjangka rupiah.

t hitung = 6.739488

t tabel = 5%, 16

= 1,746

Hasil perhitungan t hitung > t tabel

Page 98: Analisis permintaan deposito berjangka

Kesimpulannya : tolak Ho dan terima Ha artinya variabel produk domestik

regional bruto berpengaruh dan berhubungan positif terhadap variabel

deposito berjangka rupiah.

4.2.5.1.2. Uji t terhadap parameter β2 (X2)

Ho : β1 ≤ 0, artinya variabel suku bunga deposito tidak berpengaruh positif

terhadap variabel deposito berjangka rupiah.

Ha : β1 > 0, artinya variabel suku bunga deposito berpengaruh positif

terhadap variabel deposito berjangka rupiah.

t hitung = 2.027220

t tabel = 5%, 16

= 1,746

Hasil perhitungan t hitung > t tabel

Kesimpulannya : tolak Ho dan terima Ha artinya variabel suku bunga

deposito berpengaruh dan berhubungan positif terhadap variabel deposito

berjangka rupiah.

4.2.5.1.3. Uji t terhadap parameter β3 (X3)

Ho : β3≥0,artinya variabel laju inflasi tidak berpengaruh negatif terhadap

variabel deposito berjangka rupiah.

Ha : β3<0, artinya variable ULN berpengaruh negatif terhadap variabel

deposito berjangka rupiah.

t hitung = -0.618245

Page 99: Analisis permintaan deposito berjangka

t tabel = 5%, 16

= 1,746

Hasil perhitungan t hitung < t tabel

Kesimpulannya : tolak Ha dan terima Ho artinya variabel laju inflasi tidak

berpengaruh dan berhubungan negatif terhadap deposito berjangka rupiah.

4.2.5.2. Uji Secara Serempak (Uji F)

Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X)

secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Pengujian

ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel

pada derajat kebebasan (k-1, n-k-1) dan tingkat signifikansi (α) 5%. Jika nilai

F-hitung lebih besar dari nilai F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel tidak bebas dan jika F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.

Nilai F-tabel dengan derajat kebebasan (4,16) dan α 5% adalah 3.24.

Dari hasil regresi diketahui bahwa nilai F-hitung adalah 17.52529. Dengan

demikian F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel, artinya secara bersama-sama

variabel Produk Domestik Regional bruto (X1), Suku Bunga Deposito (X2),

Laju Inflasi (X3), berpengaruh signifikan terhadap deposito berjangka rupiah.

Page 100: Analisis permintaan deposito berjangka

4.2.5.3. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 (koefisien determinasi) dilakukan untuk melihat seberapa

besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai R2

berkisar antara 0 - 1. Nilai R2 makin mendekati 0 maka pengaruh semua

variabel independen terhadap variabel dependen makin kecil Dan sebaliknya

nilai R2 makin mendekati 1 maka pengaruh semua variabel independen

terhadap variabel dependen makin besar.

Dari hasil regresi diketahui bahwa nilai R2 adalah 0.766682, yang

berarti variasi variabel produk domestik regional bruto (X1), suku bunga

deposito (X2), laju inflasi (X3), mempengaruhi variabel deposito berjangka

rupiah sebesar 76.6682%. Sedangkan sisanya (23.3318%) dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dianalisis dalam model regresi.

4.2.6. Analisis Ekonomi

Dari hasil regresi model dinamis ECM terhadap variabel produk

domestik bruto seperti terlihat pada tabel 4.6, dapat diketahui bahwa nilai R2

sebesar 0.813505 ini menunjukkan bahwa 81.35% variasi variabel dependen

(deposito berjangka rupiah) dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel

independen (produk domestik regional bruto, suku bunga deposito, laju

inflasi) dalam jangka pendek, sedangkan sisanya 18.65% dijelaskan oleh

variasi diluar model yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Dalam

jangka panjang variasi variabel-variabel independen (produk domestik

regional bruto, suku bunga deposito, laju inflasi) dapat menjelaskan variabel

Page 101: Analisis permintaan deposito berjangka

dependen (deposito berjangka rupiah) sebesar 0.766682, ini berarti variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 76.66% dan

sisanya, yaitu sebesar 23.34% dijelaskan oleh variabel diluar model yang

tidak diikutsertakan dalam penelitian.

Dari regresi variabel Error Correction Term (ECT) dapat diketahui

besarnya koefisien ECT sebesar -0.691576 dengan taraf signifikansi sebesar

0.0347 artinya bahwa variabel tersebut signifikan pada taraf signifikansi 5%,

dan perbedaan antara nilai aktual deposito berjangka rupiah dengan nilai

keseimbangannya sebesar -0.691576 akan disesuaikan dalam waktu satu

tahun. Dengan demikian, spesifikasi model yang dipakai dalam penelitian ini

adalah tepat dan mampu menjelaskan hubunagan jangka pendek maupun

jangka panjang. Oleh karena itu persamaan tersebut sudah sahih dan tidak ada

alasan untuk ditolak.

Berikut analisis interpretasi koefisien regresi variabel-variabel dalam

model ECM maupun model regresi linier yaitu sebagai berikut:

4.2.6.1 Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Deposito

Berjangka Rupiah.

Hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi variabel produk

domestik regional bruto dalam jangka pendek (DX1) mempunyai hubungan

yang signifikan dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0020 dengan koefisien

sebesar -0.439661 yang berarti bahwa dalam jangka pendek, jika produk

Page 102: Analisis permintaan deposito berjangka

domestik regional bruto naik sebesar 1 Juta, maka permintaan deposito

berjangka rupiah akan mengalami peningkatan sebesar Rp 0.439661 juta.

Dalam jangka panjang produk domestik regional bruto mempunyai

hubungan yang signifikan dengan tingkat probabilitas sebesar 0,0000.

Dengan koefisien jangka panjang yaitu 0.407135 yang berarti jika produk

domestik regional bruto naik sebesar 1 Juta, maka permintaan deposito

berjangka rupiah akan mengalami peningkatan sebesar Rp 0.407135 juta.

4.2.6.2. Pengaruh Suku Bunga Deposito Terhadap Deposito Berjangka

Rupiah

Dari hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi variabel suku

bunga deposito dalam jangka pendek (DX2) memiliki hubungan positif

terhadap variabel deposito berjangka rupiah yaitu sebesar 35589.60. Hal ini

sesuai dengan hipotesis yaitu mempunyai hubungan positif dengan tingkat

signifikansi variabel inflasi sebesar 0,0031 signifikan pada tingkat signifikan

5%.Yang berarti jika suku bunga deposito naik sebesar 1%, akan

meningkatkan deposito berjangka rupiah sebesar Rp 35589.6 Juta. Artinya

variabel suku bunga deposito dalam jangka pendek berpengaruh terhadap

deposito berjangka rupiah.

Dalam jangka panjang suku bunga deposito mempunyai hubungan

yang signifikan dengan tingkat probabilitas sebesar 0,0596. Dengan koefisien

jangka panjang yaitu 60713.71 yang berarti bahwa jika suku bunga deposito

Page 103: Analisis permintaan deposito berjangka

naik sebesar 1%, maka akan meningkatkan deposito berjangka rupiah sebesar

Rp 60713.71 Juta.

Hasil analisis tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan Ikha

Novianti (2004) meneliti tentang “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

deposito berjangka bank umum di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah

Pendapatan Nasional, tingkat suku bunga deposito, total aktiva bank umum,

jumlah kantor bank umum. Alat analisis yang digunakan adalah PAM. Dari

penelitian ini disimpulkan bahwa ada tiga variabel yang berpengaruh secara

signifikan terhadap deposito berjangka bank umum di Indonesia, yaitu tingkat

suku bunga deposito, total aktiva bank umum dan tingkat deposito

sebelumnya.

4.2.6.3. Pengaruh Laju Inflasi Terhadap Deposito Berjangka Rupiah

Dari hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi variabel inflasi

dalam jangka pendek (DX3) memiliki hubungan positif terhadap variabel

deposito berjangka rupiah yaitu sebesar 30578.06 . Hal ini sesuai dengan

hipotesis yaitu mempunyai hubungan positif dengan tingkat signifikansi

variabel inflasi sebesar 0,0605 signifikan pada tingkat signifikan 5%. Jika

inflasi naik sebesar 1%, maka akan meningkatkan deposito berjangka rupiah

sebesar Rp 30578.06. Artinya variabel inflasi dalam jangka pendek

berpengaruh terhadap permintaan deposito berjangka rupiah.

Hasil analisis tersebut senada dengan penelitian Tuti (2006) meneliti

tentang “Analisis permintaan deposito berjangka dalam negeri pada bank

Page 104: Analisis permintaan deposito berjangka

umum di Indonesia”. Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi, nilai

tukar rupiah terhadap dollar Amerika, suku bunga deposito dalam negeri.

Alat analisis yang digunakan adalah PAM. Dari penelitian ini disimpulkan

bahwa ada dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap deposito

berjangka dalam negeri bank umum di Indonesia, yaitu tingkat inflasi dan

nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Page 105: Analisis permintaan deposito berjangka

BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

5.1. Simpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh variabel produk

domestik regional bruto, suku bunga deposito, laju inflasi dan terhadap

permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY pada kurun

waktu tahun 1986 sampai 2005 dengan menggunakan Pendekatan ECM

(Error Correction Model), dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa variabel

Produk Domestik Regional Bruto, Suku Bunga Deposito, Laju Inflasi,

mengindikasikan bahwa variabel- variabel tersebut berpengaruh

signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Untuk uji kebaikan (uji F dan R2) menunjukkan bahwa model cukup

bagus karena secara bersama-sama variabel independent yaitu Produk

Domestik Regional Bruto, Tingkat Suku Bunga Deposito, Inflasi,

berpengaruh terhadap Permintaan Deposito Berjangka Rupiah pada

Bank Umum di DIY. Dengan besarnya nilai R2 sebesar 0.813505

berarti 81.35% variasi variabel independen (Produk Domestik

Regional Bruto, Suku Bunga Deposito, Laju Inflasi,) mampu

Page 106: Analisis permintaan deposito berjangka

menjelaskan variasi variabel dependen (Permintaan Deposito

Berjangka Rupiah pada Bank Umum di DIY).

3. Variabel Suku Bunga Deposito secara statistik positif dan signifikan

dan sesuai dengan hipotesis, berarti suku bunga deposito berpengaruh

terhadap pertmintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di

DIY periode 1986-2005. Kenaikan suku bunga deposito dapat

meningkatkan permintaan deposito berjangka rupiah, karena dengan

suku bunga deposito yang tinggi maka simpanan yang akan diterima

masyarakat akan bertambah

4. Tanda koefisien koreksi kesalahan sebesar -0,691576 menunjukkan

bahwa 69.15% ketidakseimbangan dalam jangka pendek akan

disesuaikan dalam setiap tahun.

5. Hasil analisis regresi metode ECM yang dihasilkan bebas dari

masalah asumsi klasik, yaitu autokorelasi, heteroskedastisitas dan

multikolinearitas.

Page 107: Analisis permintaan deposito berjangka

5.2. Implikasi

1. Dengan semakin meningkatnya deposito berjangka rupiah, bank-bank

hendaknya lebih efisien dalam mengelola dana yang dihimpun.

Selanjutnya harus ada usaha pemerintah untuk tetap menjaga

kestabilan tingak suku bunga dan nilai tukar rupiah, supaya

masyarakat dapat mendepositokan uangnya dengan kepastian dan

lebih banyak lagi.

2. Upaya yang dilakukan oleh perbankan dalam menghimpun dana dari

masyarakat yang berupa DPK (dana pihak ketiga), hendaknya

perbankan lebih meningkatkan produk-produk dan pelayanan jasa

perbankan sehingga dapat menaarik minat masyarakat untuk

mendepositokan uangnya.

3. Menejemen dana perbankan terkait dua aktivitas, penghimpunan dana

dan alokasi dana. Sasaran utama dari menejemen dan perbankan

adalah tercapainya tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat

likuiditas yang tetap terjaga. Penghimpunan dana berupa Deposito

berjangka baik Rupiah maupun Valuta asing merupakaan salah satu

sisi dari menejemen dana perbankan, yaitu penghimpunan dana dari

masyarakat kepada perbankan. Setiap bank perlu berupaya

meningkatkan kemampuan dalam penghimpunan dana masyarakat,

antara lain dalm bentuk deposito berjangka. Keberhsilan dalam

penghimpunan deposito berjngka akan bermuara pada terjaganya

likuiditas bank.

Page 108: Analisis permintaan deposito berjangka

4. Dengan adanya program insurance deposit scheme (IDS), atau

program asuransi penjaminan terhadap dana masyarakat yang

disimpan di bank. Hendaknya di wajibkan kepada semua bank yang

beroperasi di Indonesia memiliki program IDS, sehingga masyarakat

tidak perlu mengkhawatirkan dana yang sudah disimpan di bank, dan

masyarakat dapat mendepositokan uangnya lebih banyak lagi.

Page 109: Analisis permintaan deposito berjangka

DAFTAR PUSTAKA

Abe, Shiguyuki, et al (1977), Finance Liberalization and Domestic Saving in Economical

Development : An Empirical Test six Countries, Pakistan development Review, Islamabad, volume XVI

________, Statistik Indonesia berbagai edisi. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

________, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Berbagai Edisi. Yogyakarta: Bank Indonesia.

Boediono (1998). Ekonomi Mikro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1.

BPFE , Yogyakarta. Boediono (2001), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Deposito

Berjangka pada Bank Umum Pemerintah dn Bank Umum Swasta Nasional Indonesia, Jurnal Riset Ekonomi dan Menejemen, Vol.1 September, hal 15-27

Danoesapoetro, Marjanto, et al, Peranan dan prospek Bank Perkreditan Rakyat dalam

Rangka Kebijakan Pakto 1988, Pengembangan Perbankan, Jakarta, No 25 /X-Oktober /1990.

Gujarati, Damodar (1997), Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zain,

Erlangga, Jakarta. Hakim, Abdul (2000) , Statistik Induktif, Ekonisia, Yogyakarta.

Hamid, Edy Suandi (1999), analisis PAM dalam permintaan Deposito di Indonesia, Utilitas, No. 9 th ke-7 Yogyakarta, hal 19.

Insukindro, (1993), Ekonomi Uang dan Bank, BPFE, UGM, Yogyakarta.

Kusdiyanto (1994), Analisis Beberapa Faktor terhadap Deposito dan Kredit Bank-bank Umum Devisa di Indonesia, Tesis, Program Pascasarjana Universits Airlangga, Surabaya.

Mankiw, N. Gregory (2000), Teori Makro Ekonomi, Alih Bahasa Imam Nurmawan,

Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.

Page 110: Analisis permintaan deposito berjangka

Martono (2003), Bank dan Lembaga keuangan Lain, Edisi kedua, ekonisia, Yogyakarta.

Nopirin (1985), Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta.

Noviati, Ikha (2004), Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deposito Berjangka Bank Umum Di Indonesia (1986-2002), Sekripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Nurhayati, S.F. dan Niladewi, K (2003), Analisa permintaan deposito dalam Valuta

Asing Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia, jurnal Ekonomi Pembangunan, vol. 4, Desember, 110-123

Retno Damayanti, D. (1999), Hubungan Kausalitas antara Inflasi dan Tingkat Bunga

Deposito, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Salvatore, Dominick (1995), Ekonomi Internasional, Erlangga, Jakarta.

Setianingsih, W. (2001), Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Deposito Berjangka Rupiah di Indonesia (1984-1999). Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Sriyana, Jaka (2003), Modul Teori Pelatihan Ekonometrika, Yogyakarta

Sumaryati, Maria Margaretha (1992), Analisis Manajemen Bank menghadapi Tahun 2000, tesis, UGM, Yogyakarta.

Suparmoko (1990), Pengantar Ekonomika Mikro, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Suyatno, Thomas dkk (1996), Kelembagaan Perbankan, Gramedia, Jakarta.

Tuti. (2006), Analisis Permintaan Deposito Berjangka Dalam Negeri Pada Bank Umum Di Indonesia, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan) Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

U Tun Wai, Financial Intermediaries and National Saving in Developing Countries,

Praeger Publisher, New York, 1972. Widarjono, Agus (2005), Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Edisi pertama,

EKONISIA, Yogyakarta. Wijaya, Faried (1991), Ekonomika Mikro, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Page 111: Analisis permintaan deposito berjangka
Page 112: Analisis permintaan deposito berjangka

Data Observasi

obs Y X1 X2 X3 1986 78678 7470269 11.44 4.31 1987 117008 7774144 8.61 8.83 1988 150052 8238398 8.85 8.9 1989 209874 8758936 16.49 4.43 1990 349700 9159241 18.54 5.21 1991 382541 9634857 9.65 10.73 1992 374089 10303121 7.37 8.38 1993 403009 10901831 7.62 4.78 1994 508022 11699390 4.12 10.01 1995 597448 12955802 7.45 8.55 1996 799037 13958968 5.22 10.91 1997 1477973 14449327 17.1 12.72 1998 3140804 12833873 25.29 7.46 1999 2694307 12960802 9.24 2.51 2000 2398917 13480000 3.88 7.32 2001 2911316 14056000 11.48 12.56 2002 2978601 14689000 12.35 12.01 2003 2765099 15360000 8.5 5.36 2004 2656517 16149000 6.52 6.95 2005 3907451 16898000 9.9 14.98

Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, berbagai tahun penerbit.

Keterangan :

Y = Deposito Berjangka Rupiah 3 bulanan (Juta Rupiah)

X1 = Produk Domestik Regional Bruto perkapita (Juta Rupiah)

X2 = Suku Bunga Deposito Rupiah 3 bulanan (%)

X3 = Laju Inflasi (%)

Page 113: Analisis permintaan deposito berjangka

Hasil Estimasi Akar-akar Unit pada Ordo Nol

Variabel Deposito Berjangka Rupiah

Null Hypothesis: Y has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.128931 0.4985 Test critical values: 1% level -4.532598

5% level -3.673616 10% level -3.277364

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 19

Residual variance (no correction)

1.79E+11 HAC corrected variance (Bartlett kernel)

1.41E+11

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(Y) Method: Least Squares Date: 12/10/07 Time: 21:11 Sample(adjusted): 1987 2005 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Y(-1) -0.486902 0.213086 -2.285000 0.0363

C -295300.2 257288.1 -1.147741 0.2679 @TREND(1986) 113729.5 45639.49 2.491911 0.0241

R-squared 0.279723 Mean dependent var 201514.4 Adjusted R-squared 0.189688 S.D. dependent var 511949.0 S.E. of regression 460842.8 Akaike info criterion 29.06344 Sum squared resid 3.40E+12 Schwarz criterion 29.21256 Log likelihood -273.1027 F-statistic 3.106838 Durbin-Watson stat 1.684194 Prob(F-statistic) 0.072443

Page 114: Analisis permintaan deposito berjangka

Variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Null Hypothesis: X1 has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.935402 0.5973 Test critical values: 1% level -4.532598

5% level -3.673616 10% level -3.277364

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 19

Residual variance (no correction)

2.59E+11 HAC corrected variance (Bartlett kernel)

3.50E+11

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(X1) Method: Least Squares Date: 12/10/07 Time: 21:12 Sample(adjusted): 1987 2005 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1(-1) -0.308883 0.182505 -1.692464 0.1099

C 2667011. 1329545. 2.005958 0.0621 @TREND(1986) 148429.0 88773.42 1.671998 0.1140

R-squared 0.152818 Mean dependent var 496196.4 Adjusted R-squared 0.046920 S.D. dependent var 568398.0 S.E. of regression 554903.2 Akaike info criterion 29.43491 Sum squared resid 4.93E+12 Schwarz criterion 29.58404 Log likelihood -276.6317 F-statistic 1.443069 Durbin-Watson stat 1.280423 Prob(F-statistic) 0.265347

Page 115: Analisis permintaan deposito berjangka

Variabel Suku Bunga Deposito Rupiah

Null Hypothesis: X2 has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 9 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.951388 0.1699 Test critical values: 1% level -4.532598

5% level -3.673616 10% level -3.277364

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 19

Residual variance (no correction) 25.79988 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 5.333797

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(X2) Method: Least Squares Date: 12/10/07 Time: 21:19 Sample(adjusted): 1987 2005 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X2(-1) -0.720692 0.240063 -3.002102 0.0084

C 8.083697 3.808511 2.122535 0.0497 @TREND(1986) -0.058913 0.232866 -0.252993 0.8035

R-squared 0.360344 Mean dependent var -0.081053 Adjusted R-squared 0.280387 S.D. dependent var 6.524932 S.E. of regression 5.535102 Akaike info criterion 6.404036 Sum squared resid 490.1976 Schwarz criterion 6.553158 Log likelihood -57.83834 F-statistic 4.506717 Durbin-Watson stat 1.682800 Prob(F-statistic) 0.028027

Page 116: Analisis permintaan deposito berjangka

Variabel Laju Inflasi

Null Hypothesis: X3 has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 14 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.961697 0.0044 Test critical values: 1% level -4.532598

5% level -3.673616 10% level -3.277364

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 19

Residual variance (no correction) 9.539547 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.994624

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(X3) Method: Least Squares Date: 12/10/07 Time: 21:22 Sample(adjusted): 1987 2005 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X3(-1) -0.985996 0.267267 -3.689174 0.0020

C 6.982501 2.461380 2.836823 0.0119 @TREND(1986) 0.146341 0.143596 1.019117 0.3233

R-squared 0.461544 Mean dependent var 0.561579 Adjusted R-squared 0.394237 S.D. dependent var 4.324436 S.E. of regression 3.365741 Akaike info criterion 5.409112 Sum squared resid 181.2514 Schwarz criterion 5.558234 Log likelihood -48.38657 F-statistic 6.857308 Durbin-Watson stat 1.771366 Prob(F-statistic) 0.007066

Page 117: Analisis permintaan deposito berjangka

Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Pertama

dengan Nilai Kritis MacKannon 10%

Variabel Deposito Berjangka Rupiah

Null Hypothesis: D(Y) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 9 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -3.707698 0.0485 Test critical values: 1% level -4.571559

5% level -3.690814 10% level -3.286909

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18

Residual variance (no correction)

2.50E+11 HAC corrected variance (Bartlett kernel)

4.63E+10

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(Y,2) Method: Least Squares Date: 12/11/07 Time: 10:01 Sample(adjusted): 1988 2005 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(Y(-1)) -1.029437 0.290690 -3.541350 0.0030

C 10218.66 293691.2 0.034794 0.9727 @TREND(1986) 19483.55 24900.91 0.782443 0.4461

R-squared 0.464829 Mean dependent var 67366.89 Adjusted R-squared 0.393473 S.D. dependent var 703579.4 S.E. of regression 547946.5 Akaike info criterion 29.41675 Sum squared resid 4.50E+12 Schwarz criterion 29.56515 Log likelihood -261.7508 F-statistic 6.514219 Durbin-Watson stat 1.854409 Prob(F-statistic) 0.009198

Page 118: Analisis permintaan deposito berjangka

Variabel Produk Domestik Regional Bruto

Null Hypothesis: D(X1) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.889363 0.1880 Test critical values: 1% level -4.571559

5% level -3.690814 10% level -3.286909

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18

Residual variance (no correction)

2.96E+11 HAC corrected variance (Bartlett kernel)

2.92E+11

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(X1,2) Method: Least Squares Date: 12/11/07 Time: 10:02 Sample(adjusted): 1988 2005 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(X1(-1)) -0.719908 0.248537 -2.896581 0.0111

C 366400.9 339791.1 1.078312 0.2979 @TREND(1986) 517.4252 27070.69 0.019114 0.9850

R-squared 0.358758 Mean dependent var 24729.17 Adjusted R-squared 0.273259 S.D. dependent var 698941.1 S.E. of regression 595841.0 Akaike info criterion 29.58435 Sum squared resid 5.33E+12 Schwarz criterion 29.73274 Log likelihood -263.2591 F-statistic 4.196051 Durbin-Watson stat 1.867765 Prob(F-statistic) 0.035700

Page 119: Analisis permintaan deposito berjangka

Variabel Suku Bunga Deposito Rupiah

Null Hypothesis: D(X2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 16 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -6.775830 0.0002 Test critical values: 1% level -4.571559

5% level -3.690814 10% level -3.286909

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18

Residual variance (no correction) 42.06030 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 3.609081

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(X2,2) Method: Least Squares Date: 12/11/07 Time: 10:04 Sample(adjusted): 1988 2005 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(X2(-1)) -1.018370 0.259079 -3.930738 0.0013

C 0.562271 3.781242 0.148700 0.8838 @TREND(1986) -0.047202 0.323135 -0.146076 0.8858

R-squared 0.507431 Mean dependent var 0.345000 Adjusted R-squared 0.441755 S.D. dependent var 9.508552 S.E. of regression 7.104391 Akaike info criterion 6.910315 Sum squared resid 757.0855 Schwarz criterion 7.058710 Log likelihood -59.19283 F-statistic 7.726287 Durbin-Watson stat 2.007010 Prob(F-statistic) 0.004937

Page 120: Analisis permintaan deposito berjangka

Variabel Laju Inflasi

Null Hypothesis: D(X3) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 11 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.452218 0.0125 Test critical values: 1% level -4.571559

5% level -3.690814 10% level -3.286909

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18

Residual variance (no correction) 17.31572 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 2.724999

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(X3,2) Method: Least Squares Date: 12/11/07 Time: 10:05 Sample(adjusted): 1988 2005 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(X3(-1)) -1.012600 0.275601 -3.674155 0.0023

C -1.022428 2.445026 -0.418167 0.6818 @TREND(1986) 0.130090 0.208666 0.623437 0.5424

R-squared 0.494438 Mean dependent var 0.195000 Adjusted R-squared 0.427030 S.D. dependent var 6.022057 S.E. of regression 4.558384 Akaike info criterion 6.022825 Sum squared resid 311.6830 Schwarz criterion 6.171221 Log likelihood -51.20543 F-statistic 7.334973 Durbin-Watson stat 1.906456 Prob(F-statistic) 0.006002

Page 121: Analisis permintaan deposito berjangka

Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Kedua

dengan Nilai Kritis MacKinnon 10%

Variabel Deposito Berjangka Rupiah

Null Hypothesis: D(Y,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 15 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.210287 0.0001 Test critical values: 1% level -4.616209 5% level -3.710482 10% level -3.297799 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 17 Residual variance (no correction) 4.57E+11 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 5.11E+10 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(Y,3) Method: Least Squares Date: 12/11/07 Time: 10:19 Sample(adjusted): 1989 2005 Included observations: 17 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(Y(-1),2) -1.272168 0.289523 -4.394009 0.0006 C -116516.3 444734.5 -0.261991 0.7971 @TREND(1986) 16891.35 36955.93 0.457067 0.6546 R-squared 0.586279 Mean dependent var 80282.47 Adjusted R-squared 0.527175 S.D. dependent var 1083522. S.E. of regression 745053.8 Akaike info criterion 30.03909 Sum squared resid 7.77E+12 Schwarz criterion 30.18612 Log likelihood -252.3322 F-statistic 9.919596 Durbin-Watson stat 2.075862 Prob(F-statistic) 0.002075

Page 122: Analisis permintaan deposito berjangka

Variabel Produk Domestik Regional Bruto

Null Hypothesis: D(X1,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 6 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -6.254901 0.0006 Test critical values: 1% level -4.616209

5% level -3.710482 10% level -3.297799

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 17

Residual variance (no correction)

4.64E+11 HAC corrected variance (Bartlett kernel)

1.20E+11

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(X1,3) Method: Least Squares Date: 12/11/07 Time: 10:21 Sample(adjusted): 1989 2005 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(X1(-1),2) -1.217685 0.260527 -4.673924 0.0004

C -32235.64 447374.2 -0.072055 0.9436 @TREND(1986) 5017.948 37159.71 0.135037 0.8945

R-squared 0.609455 Mean dependent var -11787.00 Adjusted R-squared 0.553663 S.D. dependent var 1123272. S.E. of regression 750440.9 Akaike info criterion 30.05349 Sum squared resid 7.88E+12 Schwarz criterion 30.20053 Log likelihood -252.4547 F-statistic 10.92367 Durbin-Watson stat 2.101110 Prob(F-statistic) 0.001386

Page 123: Analisis permintaan deposito berjangka

Variabel Suku Bunga Deposito Rupiah

Null Hypothesis: D(X2,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 8 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -8.176770 0.0000 Test critical values: 1% level -4.616209

5% level -3.710482 10% level -3.297799

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 17

Residual variance (no correction) 86.31206 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 9.682036

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(X2,3) Method: Least Squares Date: 12/11/07 Time: 10:22 Sample(adjusted): 1989 2005 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(X2(-1),2) -1.198627 0.263738 -4.544772 0.0005

C -0.443489 6.109793 -0.072587 0.9432 @TREND(1986) 0.058011 0.507441 0.114322 0.9106

R-squared 0.597336 Mean dependent var 0.134706 Adjusted R-squared 0.539812 S.D. dependent var 15.09137 S.E. of regression 10.23755 Akaike info criterion 7.648788 Sum squared resid 1467.305 Schwarz criterion 7.795825 Log likelihood -62.01469 F-statistic 10.38422 Durbin-Watson stat 2.233393 Prob(F-statistic) 0.001716

Page 124: Analisis permintaan deposito berjangka

Variabel Laju Inflasi

Null Hypothesis: D(X3,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 10 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -6.364384 0.0005 Test critical values: 1% level -4.616209

5% level -3.710482 10% level -3.297799

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 17

Residual variance (no correction) 33.81968 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 4.694891

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(X3,3) Method: Least Squares Date: 12/11/07 Time: 10:23 Sample(adjusted): 1989 2005 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(X3(-1),2) -1.117191 0.268770 -4.156678 0.0010

C -1.516999 3.843955 -0.394645 0.6991 @TREND(1986) 0.178640 0.319129 0.559773 0.5845

R-squared 0.552578 Mean dependent var 0.640588 Adjusted R-squared 0.488660 S.D. dependent var 8.961699 S.E. of regression 6.408335 Akaike info criterion 6.711861 Sum squared resid 574.9345 Schwarz criterion 6.858899 Log likelihood -54.05082 F-statistic 8.645173 Durbin-Watson stat 2.112068 Prob(F-statistic) 0.003589

Page 125: Analisis permintaan deposito berjangka

Hasil Estimasi Regresi Linier Dependent Variable: Y

Method: Least Squares Date: 01/31/08 Time: 09:04 Sample: 1986 2005 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3842648. 795472.2 -4.830650 0.0002 X1 0.407135 0.060410 6.739488 0.0000 X2 60713.71 29949.25 2.027220 0.0596 X3 -32296.19 52238.53 -0.618245 0.5451

R-squared 0.766682 Mean dependent var 1445022. Adjusted R-squared 0.722935 S.D. dependent var 1308497. S.E. of regression 688753.8 Akaike info criterion 29.90001 Sum squared resid 7.59E+12 Schwarz criterion 30.09916 Log likelihood -295.0001 F-statistic 17.52529 Durbin-Watson stat 0.771083 Prob(F-statistic) 0.000026

Hasil Estimasi Model Dinamis ECM

Dependent Variable: D(Y)

Method: Least Squares Date: 01/28/08 Time: 20:08 Sample(adjusted): 1987 2005 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 385188.5 81342.93 4.735366 0.0003

D(X1) -0.439661 0.115763 -3.797930 0.0020 D(X2) 35589.60 9986.634 3.563723 0.0031 D(X3) 30578.06 14977.20 2.041640 0.0605 ECT -0.691576 0.295668 -2.339027 0.0347

R-squared 0.813505 Mean dependent var 201514.4 Adjusted R-squared 0.760221 S.D. dependent var 511949.0 S.E. of regression 250687.2 Akaike info criterion 27.92273 Sum squared resid 8.80E+11 Schwarz criterion 28.17127 Log likelihood -260.2660 F-statistic 15.26729 Durbin-Watson stat 1.090860 Prob(F-statistic) 0.000053

Page 126: Analisis permintaan deposito berjangka

Uji Multikoliniaritas Jangka Pendek

D(X1) D(X2) D(X3) D(X1) 1 -0.15795 0.326186 D(X2) -0.15795 1 0.006939 D(X3) 0.326186 0.006939 1

Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 2.010583 Probability 0.148997 Obs*R-squared 11.71603 Probability 0.164331

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 01/31/08 Time: 04:12 Sample: 1987 2005 Included observations: 19

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.15E+09 7.35E+10 -0.056512 0.9560

D(X1) 7398.465 56704.59 0.130474 0.8988 (D(X1))^2 -0.005330 0.061735 -0.086330 0.9329

D(X2) 5.69E+09 4.08E+09 1.396135 0.1929 (D(X2))^2 73357501 4.66E+08 0.157293 0.8781

D(X3) 7.06E+09 6.72E+09 1.050472 0.3182 (D(X3))^2 4.08E+09 1.51E+09 2.710911 0.0219

ECM -30546.37 48271.02 -0.632810 0.5411 ECM^2 -0.080276 0.086849 -0.924318 0.3771

R-squared 0.616633 Mean dependent var 4.82E+10 Adjusted R-squared 0.309939 S.D. dependent var 1.15E+11 S.E. of regression 9.57E+10 Akaike info criterion 53.71287 Sum squared resid 9.16E+22 Schwarz criterion 54.16023 Log likelihood -501.2723 F-statistic 2.010583 Durbin-Watson stat 2.174266 Prob(F-statistic) 0.148997

Page 127: Analisis permintaan deposito berjangka

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.239888 Probability 0.790123Obs*R-squared 0.676252 Probability 0.713105

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 02/01/08 Time: 10:11 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 773.6924 101765.1 0.007603 0.9940

D(X1) 0.024708 0.162191 0.152338 0.8813D(X2) -827.0130 12919.57 -0.064012 0.9499D(X3) -3356.745 21753.12 -0.154311 0.8797

RESID(-1) 0.101963 0.488420 0.208762 0.8379RESID(-2) 0.226392 0.555413 0.407611 0.6902

R-squared 0.035592 Mean dependent var 7.35E-11Adjusted R-squared -0.335334 S.D. dependent var 260729.8S.E. of regression 301290.6 Akaike info criterion 28.32163Sum squared resid 1.18E+12 Schwarz criterion 28.61987Log likelihood -263.0555 F-statistic 0.095955Durbin-Watson stat 1.477618 Prob(F-statistic) 0.991252

Page 128: Analisis permintaan deposito berjangka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang membangun,

memiliki banyak permasalahan yang dihadapi dalam melekukan

pembangunan. Salah satu masalah tersebut adalah kecilnya modal yang

dimiliki. Modal sebagai sumber pembiayaan pembangunan bisa berasal dari

dalam negeri maupun luar negeri.

Modal pembangunan yang berasal dari luar negeri mempunyai fungsi

sebagai pelengkap dana domestik yang belum memadai untuk membiayai

seluruh proses pembangunan di Indonesia. Namun demikian, modal

pembangunan yang berasal dari luar negeri sangatlah besar resikonya. Tidak

hanya membebani anggaran penerimaan dan belanja negara tiap tahunnya,

tetapi biasanya juga disertai campur tangan urusan dalam negeri oleh negara

donor. Menciptakan ketergantungan terhadap negara-negara/ lembaga donor,

menimbulkan beban hutanh yang semakin berat, dan juga turut andil dalam

terjadinya krisis nilai tukar dan krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan

1997. Hal ini memuat bayak pihak tidak menyukai sumber modal dari luar

negeri. Dengan kata lain sumber modal luar negeri merupakan alternatif

terakhir.

1

Page 129: Analisis permintaan deposito berjangka

Modal pembangunan yang berasal dari dalam negeri biasanya

dihimpun dari dana masyarakat. Lembaga perbankan merupakan salah satu

lembaga yang mempunyai potensi untuk menghimpun dana masyarakat.

Masyarakat akan menyisihkan sebagian dari pendapatannya yang tidak

dikonsumsi untuk menabung. Tabungan inilah yang akan dihimpun oleh

pihak bank sebagai dana pihak ketiga (DPK). Dimana tabungan ini hanya

akan terjadi jika perkembangan ekonomi Indonesia bisa berjalan dengan

lancar dan memungkinkan rakyat Indonesia buat menabung. Dana yang

dihimpun bank biasanya dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan.

Indonesia barangkali termasuk salah satu negara yang swampai saat

ini belum mempunyai sisitem pengamanan atas dana masyarakat yang

disimpan di bank. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila pada saat

pemerintah melikuidasi 16 bank swasta, terjadi rush dalam bentuk penarikan

uang oleh masyarakat dalam jumlah yang besar di berbagai bank. Hal

tersebut dilakukan karena masyarakat merasa tidak aman kalau terus

menyimpan uangnya di bank.

Masalah keamanan dana yang disimpan di bank baru disadari oleh

masyarakat pada saat pemerintah melikuidasi sejumlah bank yang

bermasalah. Para nasabah bank yang dilikuidasi ternyata mengalami kesulitan

untuk menarik dananya. Atas sara IMF pemerintah diwajibkan untuk

memberikan apa yang disebut blanket guarantee, yaitu berupa program

penjaminan atas dana masyarakat yang disimpan di bank.Lembaga yang

bertugas untuk menjamin dana masyarakat yang di simpan di bank adalah

2

Page 130: Analisis permintaan deposito berjangka

insurance deposit scheme (IDS). IDS adalah suatu skema penjaminan yang

disediakan oleh perusahaan asuransi untuk menjamin dana masyarakat yang

disimpan di suatu bank. Jadi bentuk penjaminan atas resiko dana masyarakat

yang disimpan di bank dilaksanakan dengan menggunakan prinsip asuransi.

Mekanisme penjaminan tersebut tentunya dilakukan oleh bank

terhadap perusahaan asuransi deposito dengan membayar sejumlah premi.

Besar kecilnya premi tergantung kepada cakupan pertanggungan yang akan

dipikul oleh perusahaan asuransi deposito. Keikutsertaan bank terhadap

program penjaminan deposito sudah seharusnya bersikap wajib. Wajib dalam

arti semua bank yang beroperasi di Indonesia harus mengasuransikan

deposito dari masyarakat. Dengan adanya IDS tersebut maka masyarakat

tidak perlu mengkwatirkan dana yang sudah disimpan di bank, karena sudah

ada penjaminan asurnsu deposito dari bank yang bersangkutan.

Perkembangan dana simpanan perbankan menunjukkan peningkatan

yang tinggi selama tahun 1986-1987, yaitu Rp 171.353 juta ditahun 1986 dan

Rp 215.861 juta ditahun 1987. Posisi dana simpanan dari tahun ke tahun

mengalami kenaikan secara bertahap. Dana simpanan mengalami kenaikan

yang cukup tinggi pada tahun1996-1998, dari posisi Rp 2.157.057 juta pada

tahun 1996 menjadi Rp 2.598.171 juta pada tahun 1997 dan Rp 4.529.470

juta pda tahun 1998. Posisi dana simpanan dari tahun 1999-2005 terus

meningkat, yaitu Rp 5.420.702 juta pada tahun 1999 dan Rp 11.450.510 juta

pada tahun 2005.

3

Page 131: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 1.1

Posisi Dana Simpanan Rupiah dan Valuta Asing Pada Bank Umum

Menurut Kelompok Bank di DIY

1986-2005 (Juta Rupiah)

Akhir

Periode

Bank

Pemerintah

Bank

Swasta

Nasional

Bank

Umum

1986 131.348 40.005 171.353

1987 146.088 69.773 215.861

1988 194.127 87.941 282.068

1989 266.728 183.977 450.705

1990 363.252 277.347 640.599

1991 456.814 348.291 805.105

1992 593.156 365.316 958.472

1993 757.258 436.772 1.194.030

1994 884.243 551.544 1.435.787

1995 994.018 715.270 1.709.288

1996 1.182.478 974.579 2.157.057

1997 1.582.965 1.015.206 2.598.171

1998 2.949.807 1.579.663 4.529.470

1999 3.372.500 2.048.202 5.420.702

2000 3.799.205 2.313.403 6.113.211

2001 4.824.049 2.728.932 7.552.981

4

Page 132: Analisis permintaan deposito berjangka

2002 5.226.429 3.002.162 8.228.591

2003 6.036.798 3.120.492 9.157.290

2004 6.626.738 3.586.363 10.213.101

2005 7.356.775 4.103.735 11.450.510

Sumber: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Berbagai Tahun Terbitan.

Guna mendukung peningkatan kinerja perbankan, pemerinyah telah

banyak mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan. Paket 1 Juni 1983

(PAKJUN ’83) dapat dikatakan sebagai kebijakan liberalisasi perbankan.

Bank dapat menentukan tingkat bunga yang dianggap memadai dengan

mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain perbedaan tingkat inflasi

antar negra, disparitas mata uang domestik dengan mata uang negara lain,

perbedaan suku bunga domestik dengan suku bunga internasional, dan

perbedaan pendapatan nasional antar negara. Dengan berhasilnya liberalisasi

perbankan, maka arus pengalihan Rupiah ke mata uang asing dapat

dibendung. Dalam lingkup yang lebih luas, keberhasilan liberalisasi

perbankan dipengaruhi oleh sistem dana masyarakat untuk tujuan investsi

jangka panjang dan peningkatan ekspor.

Pada tahun 1988, disusul dengan dikeluarkannya paket Oktober 1988

(PAKTO ’88). Dalam paket ini pada intinya pemerintah menjamin dana

masyarakat yang ada di bank secara preventif dan memberi kesempatan yang

sama antar bank swasta dan bank pemerintah untuk dapat bersaing dalam

5

Page 133: Analisis permintaan deposito berjangka

menghimpun dana masyarakat. Hasil kebijakan tersebut cukup memuaskan

dengan meningkatnya dana deposito, giro, tabungan.

Sesuai dengan Undang-Undang perbankan no 10 tahun 1998,

penghimpunan dana yang berupa simpanan masyarakat yang salah satunya

adalah dilakukan oleh Bank Umum. Bentuk simpanan masyarakat tersebut

dapat berupa: Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan

bentuk lain yang dapat dipersamakan

Dari berbagai jenis simpanan masyarakat baik dalam rupiah maupun

valuta asing yang palin besar porsinya adalah komponen deposito berjangka.

Posisi simpanan berjangka atau deposito berjangka pada bank umum di

Yogyakarta mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 1986-1990

yaitu Rp 78.678 juta dan Rp 349.700 juta pada tahun 1990. Akan tetapi posisi

deposito berjangka menunjukkan perkembangan yang tidak stabil pada tahun

1997-1999, yaitu Rp 1.477.973 juta pada tahun 1997, mengalami kenaikan

yang tinggi Rp 3.140.804 pada tahun 1998, dan mengalami penurunan

simpanan pada tahun 1999 yaitu sebesar Rp 2.649.307 juta. Posisi simpanan

berjangka kembali megalami kenaikan pada tahun 2004-2005, yaitu Rp

2.656.517 juta pada tahun 2004, menjadi Rp 3.907.451 pada tahun 2005.

6

Page 134: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 1.2

Posisi Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum

Menurut Kelompok Bank di DIY

1986-2005 (Juta Rupiah)

Akhir

Periode

Bank

Pemerintah

Bank

Swasta

Nasional

Bank

Umum

1986 51.981 26.697 78.678

1987 62.734 54.274 117.008

1988 83.436 66.616 150.052

1989 106.113 103.761 209.874

1990 176.996 172.704 349.700

1991 191.765 190.776 382.541

1992 216.475 157.614 374.089

1993 208.072 194.937 403.009

1994 221.361 286.661 508.022

1995 250.072 347.376 597.448

1996 306.619 492.418 799.037

1997 856.362 621.611 1.477.973

1998 1.909.773 1.231.031 3.140.804

1999 1.546.550 1.147.757 2.694.307

2000 1.391.601 1.007.316 2.398.917

7

Page 135: Analisis permintaan deposito berjangka

2001 1.793.232 1.118.084 2.911.316

2002 1.809.623 1.168.978 2.978.601

2003 1.750.162 1.014.937 2.765.099

2004 1.630.062 1.026.455 2.656.517

2005 2.239.192 1.668.259 3.907.451

Sumber: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Berbagai Tahun Terbitan

Menurut kepemilikan sahamnya, bank umum di Indonesia dibagi

menjadi empat, yaitu Bank Persero, Bank Swasta Nasional, Bank Pemerintah

Daerah, Bank Asing dan Campuran. Akan tetapi di Daerah Istimewa

Yogyakarta dari keempat bank tersebut hanya Bank Pemerintah Daerah dan

Bank Swasta Nasional yang memiliki peranan dominan dalam penghimpunan

deposito berjagaka rupiah.

Berdasarkan uraian diatas, penghimpunan deposito berjangka

terutama deposito dalam rupiah oleh bank umum, pada awalnya sangat

bergantung pada kemampuan masyarakat dalam menyimpan dananya,

dimana kemampuan ini tercermin dari Pendapatan Nasional. Sebelum

masyarakat memutuskan untuk menyimpan dananya pada lembaga

perbankan, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu tingkat

bunga nasional, nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS. Menurut teori klasik,

Tingkat bunga merupakan fungsi dari tabungan. Dimana pada tingkat bunga

yang lebih tinggi, masyarakat akan lebih terdorong untuk menyimpan

dananya pada lembaga perbankan.

8

Page 136: Analisis permintaan deposito berjangka

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuaraikan

tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Analisis

Permintaan Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum di DIY

Tahun 1986-2005”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang akan

diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah produk domestik regional bruto (PDRB) mempunyai

pengaruh terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank

umum di DIY?

2. Apakah tingkat suku bunga deposito mempunyai pengaruh terhadap

permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY?

3. Apakah laju inflasi mempunyai pengaruh terhadap permintaan

deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto

(PDRB) terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank

umum di DIY.

2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito terhadap

permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY.

9

Page 137: Analisis permintaan deposito berjangka

3. Untuk menganalisis pengaruh laju inflasi terhadap permintaan

deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pembanding bagi pembaca yang tertarik untuk

meneliti hal yang sama dimasa mendatang.

2. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas

Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan, terkait

dengan deposito berjangka bagi pihak yang berkepentingan.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Kajian Pustaka berisi pendokumentasian dan pengkajian hasil dari

penelitian-penelitian yang pernah dilakukan pada area yang sama.

Landasan Teori merupakan bagaimana cara peneliti menteorikan

10

Page 138: Analisis permintaan deposito berjangka

hubungan variabel yang terlibat dalam permasalahan yang

diangkat pada penelitian tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode analisis yang digunakan

dalam penelitian dan data-data yang digunakan beserta sumber

data.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Bab ini berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam

penelitian. Menguraikan tentang deskripsi data dan analisis hasil

regresi.

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berisi uraian mengenai kesimpulan dan implikasi yang dapat

penulis ajukan sehubungan dengan penelitian yang telah

dilakukan.

11

Page 139: Analisis permintaan deposito berjangka

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 KAJIAN PUSTAKA

U Tun Wai (1972) melakukan penelitian tentang variabel-variabel

yang mempengaruhi simpanan nasional. Salah satu tujuan penting dari

penelitian yang dilakukan oleh U Tun Wai adalah untuk menambah

determinasi baru dari simpanan nasional, yaitu lembaga perantara keuangan.

Penelitian ini menggunakan sampel 15 negara maju dan 35 negara

berkembang. Variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui variasi

variabel terikat (national saving) yaitu : pendapatan masyarakat, tingkat

bunga riil, capital inflows, lembaga perantara keuangan dan variabel dummy

(time dummy dan regional dummy).

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pendapatan masyarakat

mempunyai pengaruh positif terhadap simpanan nasional. Tingkat keyakinan

lebih besar apabila diterapkan di negara berkembang daripada di negara maju.

Lembaga perantara keuangan juga mempunyai pengaruh positif terhadap

simpanan nasional. Capital inflows mempunyai pengaruh negative terhadap

simpanan nasional apabila diterapkan di negara berkembang, tetapi apabila

diterapkan di negara maju akan mempunyai pengaruh positif. Tingkat bunga

riil mempunyai pengaruh yang positif terhadap simpanan nasional.

12

Page 140: Analisis permintaan deposito berjangka

Peneliti lain, Danoesapoetro,et.al. (1990) melekukan penelitian

mengenai “peranan dan prospek bank perkreditan rakyat dalam rangka

kebijakan pakto 1998”. Dengan meneliti jumlah bank perkreditan rakyat,

perkembangan dana yang dihimpun dan perkembangan pinjaman yang

diberikan oleh bank perkreditan rakyat di Indonesia, disimpulkan bahwa

bahwa kebijakan pakto 1988 mempermudah prosedur pembentukan bank-

bank sampai pada tingkat kecamatan. Dampak dari kondisi tersebut adalah

bertambahnya jumlah kantor bank perkreditan rakyat yang selanjutnya

menyebabkan peningkatan jumlah dana yang dihimpun dan kredit yang

disalurkan.

Penelitian Sumaryati (1992) mengenai “analisis efisiensi pengelolaan

dana perbankan di Indonesia”. Tujuan penelitiannya adalah untuk

menganalisis pengaruh kebijaksanaan pemerintah di bidang keuangan,

moneter dan perbankan pada tanggal 27 oktober 1988 (PAKTO 88) terhadap

efisiensi pengelolaan dana perbankan khususnya bank swasta devisa. Analisis

dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan secara

makro dan mikro. Secara makro dengan melakukan estimasi fungsi deposito,

fungsi kredit, dan fungsi pendapatan. Sedangkan pendekatan secara mikro

dengan menganalisis beberapa rasio efisiensi usaha pada masing-masing bank

yang bersangkutan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terhadap pengaruh

positif yang bermakna dari tingkat suku bunga deposito, jumlah tenaga kerja,

pengeluaran lain-lain, serta jumlah aktiva terhadap jumlah deposito yang

berhasil dihimpun oleh bank.

13

Page 141: Analisis permintaan deposito berjangka

Peneliti lain Kusdianto (1994) melakukan penelitian tentang pengaruh

beberapa factor terhadap dana deposito dan kredit bank-bank umum devisa di

Indonesia, sebelum dan sesudah pakto 1988. Dalam penelitian ini digunakan

variabel bebas suku bunga deposito, biaya promosi, dan total aktiva

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah deposito bank,

baik sebelum maupun sesudah pakto 1988.

Shigeyuki Abe (1997) melekukan penelitian tentang simpanan

domestic (domestic saving). Penelitian ini dilakukan terhadap enam negara

Asia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto,

suku bunga deposito, pengharapan tingkat laju inflasi, dan pertumbuhan

simpanan valuta asing. Kesimpulan dari penelitian Abe adalah bahwa suku

bunga deposito dan produk domestic bruto mempunyai pengaruh positif

terhadap simpanan domestic.

Deby Retno Damayanti (1999), Penelitian berjudul “Hubungan

kausalitas antara inflasi dan tingkat bunga deposito”. Penelitian ini

menggunakan uji Kausalitas Granger (1969), kemudian pengujian hipotesa

menggunakan Uji F dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan nilai

F tabel. Variabel yang digunakan yaitu suku bunga deposito 3 bulan dan

inflasi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah dari hasil regresi

fungsi suku bunga deposito terlihat bahwa hasil regresinya tersebut tidak

memberikan hasil yang signifikan, baik pada lag 3, lag 4 maupun lag 5,

Fhitung < Ftabel. Bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap suku bunga

deposito.

14

Page 142: Analisis permintaan deposito berjangka

Edy Suandi Hamid (1999) dalam penelitiannya ”Analisis PAM dalam

permintaan deposito di Indonesia”. Data yang digunakan dalam bentuk data

kuartalan tahun 1984-1995. Variabel yang digunakan adalah tingkat bunga

nasional, reserve Requirement (Giro Wajib Minimum), nilai tukar tukar

Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan tingakat deposito tahun lalu.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah variabel tingkat suku

bunga nasional, reserve Requirement (Giro Wajib Minimum), nilai tukar

Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan tingkat deposito tahun lalu berpengaruh

positif dan signifikan terhadap permintaan deposito di Indonesia (Edy Suandi

Hamid, 1999: 19)

Peneliti lain Budiono (2001) dengan judul “Faktor-faktor yang

mempengaruhi penghimpunan deposito berjangka pada bank umum

pemerintah dan bank swasta nasional di Indonesia”. Dalam penelitian ini

menggunakan metode regresi berganda double log atau natural log, dengan

menggunakan α = 0.05. berdasarkan hasil analisis dapat dilihat ada dua

variabel bebas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penghimpunan

deposito berjangka pada bank umum pemerintah dan bank umum swasta

nasional yaitu pendapatan nasional dan total aktiva bank. Sedangkan variabel

lain tingkat bunga, tingkat inflasi, dan jumlah kantor bank tidak mempunyai

pengaruh yang bermakna terhadap penghimpunan deposito berjangka pada

bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional.

Penelitian Wahyu Setianingsih (2001) melakukan penelitian tentang

factor-faktor yang mempengaruhi deposito berjangka rupiah pada bank

15

Page 143: Analisis permintaan deposito berjangka

pemerintah. Variabel yang digunakan adalah PDB riil per kapita, tingkat suku

bunga deposito, dan nilai rupiah terhadap dollar. Alat analisis yang digunakan

adalah PAM. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa PDB riil per kapita,

tingkat suku bunga deposito, dan tingkat deposito periode sebelumnya

berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito berjangka rupiah.

Penelitian Titik Sulastri (2002) dengan judul penelitian “Analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi dana perbankan tahun 1978-1999” dalam

penelitian ini menggunakan metode kuadarat terkecil biasa disebut OLS.

Variabel yang digunakan adalah PDB, JUB, tingkat suku bunga dan IHK.

Dari penelitian ini disimpulkan ada dua variabel yang berpengaruh signifikan

terhadap dana perbankan yaitu PDB dan suku bunga.

Siti Fatimah N dan Kurniawati Niladewi (2003) dalam penelitiannya

“Analisis permintaan deposito dalam valuta asing pada bank swasta di

Indonesia”. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis PAM dengan

variabel yang digunakan adalah PDB perkapita, suku bunga deposito, nilai

tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, LIBOR. Hasil dari penelitian ini

menyebutkan bahwa variabel suku bunga deposito, LIBOR dan deposito

valuta asing periode sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap

permintaan Deposito dalam valuta asing.

Peneliti Ikha Novianti (2004) meneliti tentang “Analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi deposito berjangka bank umum di Indonesia. Variabel

yang digunakan adalah Pendapatan Nasional, tingkat suku bunga deposito,

total aktiva bank umum, jumlah kantor bank umum. Alat analisis yang

16

Page 144: Analisis permintaan deposito berjangka

digunakan adalah PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada tiga

variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka

bank umum di Indonesia, yaitu tingkat suku bunga deposito, total aktiva bank

umum dan tingkat deposito sebelumnya.

Peneliti Tuti (2006) meneliti tentang “Analisis permintaan deposito

berjangka dalam negeri pada bank umum di Indonesia”. Variabel yang

digunakan adalah tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika,

suku bunga deposito dalam negeri. Alat analisis yang digunakan adalah

PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada dua variabel yang

berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka dalam negeri bank

umum di Indonesia, yaitu tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar Amerika.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Permintaan

Permintaan dalam ilmu ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah

suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga

untuk suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi

oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik

sedangkan pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan

turun. Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak berubah

maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau bertambah.

17

Page 145: Analisis permintaan deposito berjangka

Konsep permintaan juga dibedakan antara permintaan individu dan

permintaan pasar. Permintaan pasar adalah permintaan-permintaan individu

setiap konsumen. Dalam analisis permintaan hanya satu faktor yang

berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta yaitu harga produk,

sedangkan faktor-faktor lain seperti selera, pendapatan dan faktor diluar itu

dianggap sebagai cateris paribus (tidak berubah). Dengan demikian dapat

diketahui hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harga

tersebut. Berdasarkan uraian tersebut pengertian permintaan adalah suatu

fungsi yang digambarkan sebagai garis, kurva, suatu daftar atau skedul.

Para ahli ekonomi membedakan pemakainan istilah fungsi permintaan

dan kurva permintaan. Fungsi permintaan menghubungkan kuantitas yang

diminta dengan harga barang tersebut juga dengan faktor-faktor lainnya yang

besar pengaruhnya terhadap permintaan, seperti: pendapatan konsumen yang

bersangkutan, harga barang pengganti, harga barng komplementer dan

citarasa. Kurva atau skedul permintaan hanya menghubungkan kuantitas yang

diminta dengan harga satuan barang tersebut.

2.2.1.1 Hukum Permintaan

Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana ada

dalam hukum permintaan yang menyatakan bahwa, bila harga suatu barang

naik (cateris paribus) maka, jumlah yang diminta konsumen akan barang

tersebut turun dan sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka jumlah

barang tersebut yang diminta konsumen akan naik. Cateris paribus berarti

18

Page 146: Analisis permintaan deposito berjangka

bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah barang yang

diminta dianggap tidak berubah (Boediono, 1998).

P0

P1

0 Q0 Q1

A

B

P

Q

Gambar 1.1 Kurva Permintaan

2.2.1.2 Fungsi Permintaan

Fungsi permintaan sesungguhnya menunjukan hubungan antara

variabel tidak bebas dengan semua variabel yang dapat mempengaruhi

besarnya variabel tidak bebas. Fungsi permintaan dapat ditulis sebagai

berikut (Suparmoko, 1990):

Qa = f (PA, PB-Z, I, T, A, N)

Keterangan:

Qa = Jumlah barang yang diminta

PA = Harga barang A

PB-Z = Harga barang lain

I = tingkat pendapatan konsumen

19

Page 147: Analisis permintaan deposito berjangka

T = Selera konsumen

A = Pengeluaran perusahaan untuk advertensi

2.2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

sendiri, faktor-

faktor l

onsumen yang lebih menyenangi barang tersebut

b.

asing-masing konsumen adalah sama,

N = Jumlah penduduk

Menurut Faried Wijaya (1991) selain harga barang itu

ain yang menentukan permintaan individu maupun pasar adalah:

a. Selera Konsumen

Perubahan selera k

misalnya, akan berarti lebih banyak barang yang akan diminta pada

setiap tingkat harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan

akan bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen

akan barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti

kurva permintaan bergeser ke kiri.

Banyaknya konsumen pembeli

Bila volume pembelian oleh m

maka kenaikan jumlah konsumen dipasar akan menyebabkan

kenaikan permintaan, sehingga kurva bergeser ke kanan. Penurunan

jumlah atau banyaknya konsumen akan menyebabkan penurunan

permintaan.

20

Page 148: Analisis permintaan deposito berjangka

c. endapatan konsumen

d patan rhadap permintaan mempunyai dua

d. -barang lain yang bersangkutan

nya merupakan barang

e.

depan mungkin menyebabkan mereka membeli barang tersebut

P

Pengaruh perubahan pen a te

kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap

pendapatan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan akan

menaikkan permintaan. Hal ini terjadi bila barang tersebut merupakan

barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan efek

banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus barang

inferior, maka kenaikan pendapatan justru akan menurunkan

permintaan.

Harga barang

Barang-barang lain yang bersangkutan biasa

subtitusi (pengganti) atau barang komplementer (pelengkap).

Kenaikan barang subtitusi berarti penurunan harga barang tersebut

secara relatif meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga

barang tersebut bisa lebih murah secara relatif. Permintaan suatu

barang akan naik bila harga barang penggantinya turun, maka

permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang

tersebut harganya lebih mahal dibandingkan harga penggantinya.

Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang tertentu akan

menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun, dan sebaliknya.

Ekspektasi (perkiraan harga-harga barang dan pendapatan di mdepan)

Ekspektasi para konsumen bahwa harga-harga akan naik di masa

21

Page 149: Analisis permintaan deposito berjangka

sekarang untuk menghindari kemungkinan kerugian akibat adanya

kenaikan harga tersebut. Demikian juga halnya bila konsumen

memperkirakan pendapatannya akan naik di masa depan. Sebaliknya,

terjadi penurunan permintaan bila para konsumen memperkirakan

bahwa di masa depan harga-harga akan naik atau pendapatannya akan

turun.

2.2.2 Deposito Berjangka

ber dana dari masyarakat (dana pihak ketiga) merupakan sumber

gi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran

keberha

Sum

dana yang terpenting ba

silan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.

Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan lebih mudah jika

dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Penghimpunan dana dari

masyarakat dapat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang

relatif lebih tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya

seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana

yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya yang tidak terbatas baik

berasal dari perorangan (rumah tangga), perusahaan, maupun lembaga

masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya yang relatif

lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri, misalnya

untuk biaya bunga atau biaya promosi. Ada tiga jenis simpanan sebagi sarana

untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu: simpanan Giro, tabungan,

dan deposito (Martono, 2003:39)

22

Page 150: Analisis permintaan deposito berjangka

Simpanan deposito dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

dinyatakan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu

sito

mengan

tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

Berbeda dengan giro dan tabungan, simpanan deposito mengandung unsur

jangka waktu (jatuh tempo) yang lebih panjang dan dapat ditarik atau

dicairkan hanya setelah jatuh tempo. Begitu pula dengan suku bunga relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan giro dan tabungan (Martono, 2003:40)

Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito

sangat bergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis depo

dung beberapa perbedaan sehingga diperlukan sarana yang berbeda

pula. Sebagai contoh untuk deposito berjangka menggunakan Bilyet deposito,

sedangkan untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito. Dalam

prakteknya ada jenis deposito, yaitu deposito berjangka, sertifikat deposito,

deposit on call. Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan

menurut jngka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi

mulai dari 1,3,6,12, hingga 24 bulan. Deposito berjangka ini hanya dapat

ditarik atau diuangkan pada saat jatuh temponya, oleh pihak yang namanya

tercantum dalam bilyet deposito tersebut. Oleh karena itu, deposito berjangka

merupakan simpanan atas nama. Apabila jangka waktu yang telah ditentukan

habis maka deposan dapat menarik deposito berjangka atau memperpanjang

dengan suatu periode yang diinginkan. Deposito berjangka dapat diterbitkan

atas nama perorangan maupun lembaga.

23

Page 151: Analisis permintaan deposito berjangka

Penetapan suku bunga untuk setiap jangka waktu ditetapkan masing-

masing bank sesuai dengan perhitungan kondisi bunga di pasar. Bunga

deposit

atau atas tunjuk, yang dengan ijin

Bank I

bentuk

sertifika

Perkreditan Rakyat, dapat menyelenggarakan

deposit

o berjangka dibayarkan setiap tanggal jatuh tempo (tanggal yang sama

dengan tanggal pembukuan) atau tanggal jatuh tempo pokok (tanggal

berakhirnya jangka waktu penyimpanan).

Jenis deposito kedua yaitu sertifikat deposito. Sertifikat deposito

adalah simpanan berjangka atas pembawa

ndonesia dikeluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat

diperjualbelikan kepada pihak ketiga (Thomas Suyatno dkk, 1993:38)

Pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka, perbedaannya

hanyalah bawa sertifikat deposito diterbitkan atas tunjuk dalam

t, sedangkan deposito berjangka dikeluarkan atas nama. Jadi,

sertifikat deposito yang ditunjukan harus dibayar oleh bank yang

menerbitkannya. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka

dalam ari dipotong dari harga nominalnya pada waktu sertifikat deposito itu

dibeli, baik tunai maupun nontunai. Selain itu bunga juga dapat dicairkan

setiap bulan atau jatuh tempo.

Sebagi catatan tambahan, perlu diperhatikan bahwa bank umum, bnk

pembangunan, ataupun Bank

o berjangka, artinya dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan berjangka. Tetapi untuk menerbitkan sertifikat deposito,

hanya bank umum dan bank pembangunan yang diperbolehkan. Itupun harus

memperoleh ijin Bank Indonesiasetelah memenuhi syarat tertentu, antara lain

24

Page 152: Analisis permintaan deposito berjangka

dari segi kesehatan dan kemampuan bank dari segi kebutuhan permodalanya

(Thomas Suyatno, 1993:39).

Deposit on call yang merupakan jenis deposto ketiga hanya

digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang dalam jumlah besar,

misalny

utan tersebut jatuh tempo. Bila hal ini

terpaks

a Rp 25 juta dan sementara waktu belum digunakan. Penerbitan

Deposit on call memiliki jangka waktu minimal 7 (tujuh) hari dan paling

lama kurang dari satu bulan. Deposit on call diterbitkan atas nama. Pencairan

bunga dilakukan pada saat pencairan Deposit on call. Apabila deposan ingin

mencairkan depositonya sebelum Deposit on call tersebut dicairkan sesuai

jangka waktunya, tiga hari sebelumnya deposan terlebih dahulu harus sudah

memberitahukan kepada pihak bank penerbit bahwa yang bersangkutan akan

mencairkan Deposit on call-nya.

Pada dasarnya deposito tidak dapat ditarik atau dicairkan deposan

sebelum deposito yang bersangk

a dilakukan, maka penabung dikenakan denda atau biasa disebut

dengan penalty. Denda atau penalty yang dikenakan yaitu sebesar selisih

antara bunga yang diperoleh selama deposito belum jatuh tempo dengan

bunga yang berlaku sesuai dengan lamanya deposito mengendap. Disamping

dikenakan penalty, nasabah juga dikenai biaya administrasi, tergantung dari

besarnya nilai nominal deposito yang bersangkutan.

25

Page 153: Analisis permintaan deposito berjangka

2.2.3 Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (GDP- Gross Domestic Products) adalah nilai

yang dihasilkan oleh suatu perekonomian baik

yang d

jumlah Output total yang dihasilkan dalam

batas w

dalah nilai barang-barang dan

jasa-jas

i dalam

nilai ua

total atas segenap output akhir

ilakukan oleh penduduk domestik maupun penduduk asing maupun

orang-orang dari negara lain yang bermukim di negara yang bersangkutan.

Jadi GNP sama dengan GDP ditambah pendapatan milik penduduk domestik

yang dikirim dari negara lain berkat kepemilikan mereka atas faktor produksi

di luar negeri dikurangi pendapatan milik orang asing atas faktor produksi

yang ada di negara domestik..

Pendapatan nasional dalam hal ini tercermin dalam PDB. Produk

Domestik Bruto (PDB) adalah

ilayah suatu negara selama satu tahun.

PDB terbagi atas PDB harga berlaku atau nominal dan PDB harga

konstan atau riil. PDB pada harga berlaku a

a yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut

harga yang berlaku pada tahun tersebut. PDB pada harga konstan, yaitu harga

yang berlaku pada satu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk

menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain.

Produk domestik bruto merupakan ukuran terbaik dari kinerja

perekonomian karena tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonom

ng tunggal dalam periode waktu tertentu (Mankiw; 1999). Terdapat

beberapa cara untuk menilai PDB sebagai kinerja sebuah perekonomian, (1)

dengan melihat PDB sebagai perekonomian total (pendekatan pendapatan)

26

Page 154: Analisis permintaan deposito berjangka

dari setiap orang yang berada di dalam perekonomian,(2) dengan melihat

PDB sebagai pengeluaran total (pendekatan pengeluaran) pada output barang

dan jasa perekonomian. Dari sudut pandang lain, jelaslah mengapa PDB

merupakan cerminan dari kinerja ekonomi karena mengukur sesuatu yang

dipedulikan banyak orang (pendapatan) demikian pula dengan output barang

dan jasa yang memuaskan permintaan rumah tangga, perusahaan dan

pemerintah. PDB mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian pada

outputnya dengan alasan bahwa jumlah keduanya adalah sama dan fakta yang

mendasar : karena setiap transaksi memiliki penjual dan pembeli, setiap uang

yang dikeluarkan seorang pembeli menjadi pendapatan seorang penjual yang

lain.

2.2.4 Teori Tingkat Suku Bunga

Pengertian dasar dari tingkat bunga yaitu sebagai harga dari

waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga

sebagai

penggunaaan uang untuk jangka

“ harga” ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar

apabila terjadi “pertukaran” antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah

nanti (misalnya setahun lagi. Hutang piutang timbul karena terjadi

“pertukaran” semacam ini. “pembeli” dari satu rupiah sekarang dan

sekaligus “penjual” dari satu rupiah nanti dalah peminjam (debitur),

sedangkan “penjual” dari satu rupiah sekarang yang sekaligus juga

“pembeli” satu rupiah nanti, adalah orang yang meminjamkan (kreditur).

Debitur harus membayar kepada kreditur “harga” dari pertukaran tersebut,

27

Page 155: Analisis permintaan deposito berjangka

dan harga ini adalah bunga yang dibayar debitur dan yang diterima kreditur

(Boediyono, 1998:75-76)

Tingkat bunga tidak pernah stabil; hari ini naik besok turun dan

demikian seterusnya. Sejak awal Februari 1984, Bank Indonesia mulai

mempe

2.2.4.1 . Teori Klasik

unga adalah “harga” dari (penggunaan) loanable funds. secara bebas

ahkan sebaagai dana investasi atau dana yang tersedia

untuk

rkenalkan fasilitas diskonto dan melalui operasi pasar terbukanya

mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk mengendalikan jumlah

uang beredar. Dampak dari kebijakan tersebut, bank-bank umum pemerintah

bebas menaikkan suku bunga deposito. Hal ini dimaksudkan agar dana

masyarakat dapat digunakan untuk investasi sehingga terjadi kenaikan output.

Langkah kebijakan ini mulai mengarah tercipta dan berfungsinya pasar uang

lebih bebas. Perkembangan selanjutnya yaitu mulai dikenalkan pula Surat

Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai salah satu alat pengendali jumlah uang

beredar.

B

loanable funds diterjem

dipinjamkan. Menurut teori klasik merupakan fungsi dari tingkat

bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan seseorang

atau masyarakat untuk menabung uangnya dibank. Artinya, pada tingkat

bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi

atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah tabungnnya.

28

Page 156: Analisis permintaan deposito berjangka

Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga.

Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin

kecil.

r

(dalam

Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran

investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar

dari tingkat bunga yang harus ia bayar untuk dana investasi tersebut yang

merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Sebaliknya

makin rendah tingkat suku bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong

untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

Tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan

untuk melakukan investasi. Hal ini tercapai pada saat penabung dan investo

hal ini pengusaha) untuk melakukan tawar menawar yang pada

akhirnya akan menghasilkan tingkat bunga kesepakatan (keseimbangan).

Scara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan seperti dalam

gambar 1.2.

i1

i0

Investasi 0

Tabungan

Investasi

F

1

Tingkat Bunga

Dana Investasi

Gambar 1. 2 Teori Tingkat Bunga

29

Page 157: Analisis permintaan deposito berjangka

Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0, dimana jumlah

tabungan sama dengan investasinya. Apabila tingkat bunga diatas i0 maka

jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk investasi. Para

penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan

ini akan menekan tingkat bunga turun kembali ke posisi i0. sebaliknya,

apabila tingkat bunga dibawah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk

memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil. Persaingan ini akan

mendorong tingkat bunga naik lagi ke i0.

keuntun

1.

Kenaikan efisiensi produksi misalnya, akan mengakibatkan

gan yang diharapkan naik. Sehingga, pada tingkat bunga yang sama

pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk meminjam dana lebih

besar untuk membiayai investasinya. Atau untuk dana investasi yang sama

jumlahnya, perusahaan bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi.

Keadaan ini ditunjukan dengan pergeseran kurva permintaan investasi ke

kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada i

2.2.4.2. Teori Irving Fisher

Menurut Irving Fisher, bunga adalah premi yang harus dibayarkan

kepada pemilik dana agar ia mau meminjamkan uangnya. Fisher menyatakan

bahwa ada kaitan positif antara suku bunga nominal dengan inflasi. Dengan

suku bunga riil yang diperkirakan konstan dalam jangka panjang dan

ekspektasi inflasi yang menyesuaikan diri terhadap laju inflasi yang berlaku.

30

Page 158: Analisis permintaan deposito berjangka

Suku bunga yang terjadi merupakan selisih antara suku bunga nominal

dengan laju inflasi aktual atau dinyatakan dalam simbol sebagai berikut :

i = r + π e atau r = i – π e

= suku bunga riil

i = suku bunga nominal

her,

1989, hal. 592 ).

Irving telah gakat bunga dalam ekonomi

dengan mengkaji m ngapa orang-orang engapa mereka tidak

mengkonsumsi semua sumber daya mereka) dan mengapa orang lain yang

meminjam.

ngkat, sehingga uang membeli lebih sedikit, maka daya beli

orang t

dimana r

πe = Laju inflasi yang diharapkan

Dengan r konstan, dalam jangka panjang apabila keseluruhan proses

penyesuaian telah terjadi, kenaikan laju inflasi akan sepenuhnya tercermin

pada suku bunga nominal. Dengan kata lain suku bunga nominal dalam

jangka panjang akan meningkat sebesar kenaikan inflasi. (Dornbusch, Fis

menganalisis penentuan tin

e menabung (m

Dalam perekonomian dikenal konsep tingkat suku bunga nominal dan

tingkat suku bunga riil. Anggaplah seseorang mendepositokan uangnya dalam

rekening bank dengan bunga 8 persen pertahun. Pada tahun berikutnya, orang

tersebut memiliki uang 8 persen lebih banyak dari tahun sebelumnya. Tetapi

ketika harga meni

ersebut tidak meningkat sebesar 8 persen. Jika tingkat inflasi adalah 5

persen, maka jumlah barang yang dapat dibeli hanya meningkat 3 persen.

31

Page 159: Analisis permintaan deposito berjangka

Apabila inflasi adalah 10 persen, maka daya beli orang tersebut secara nyata

turun sampai 2 persen.

umnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk

memenuhi tiga motif tersebut.

2.2.5 Infl

ikan sebagian besar dari harga barang-barang

lain. (Boediono, 1985:161). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus

sentase yang sama. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan

2.2.4.3. Teori Keynesian

Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh penawaran

dan permintaan uang. Ada tiga motif (transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi)

mengapa orang menghendaki memegang uang tunai. Tiga motif inilah yang

menyebabkan timbulnya “ permintaan akan uang”, yang diberi nama

Liquidity Preference. Nama ini mempunyai makna tertentu, yaitu bahw

permintaan akan uang menurut teori keynes berlandaskan pada konsepsi

bahwa orang pada um

asi

Merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang

hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan

berjalannya waktu mengalami erosi.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara

umum dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu

atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut

meluas atau menyebabkan kena

dengan per

32

Page 160: Analisis permintaan deposito berjangka

tersebu

dalam persentase yang cukup besar,

bukanla

2.2.5.1 Jenis-jenis Inflasi

ma (di bawah 10% per tahun).

2. Inflasi Menengah

Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam

waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi

3. Infla

nginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam

ar dengan barang. Perputaran uang makin cepat, sehingga

harga naik secara akselerasi.

t tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara

terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang

terjadi hanya sekali saja, meskipun

h merupakan inflasi. (Nopirin, 1987: 25). Atau dapat dikatakan,

kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat

dikatakan akan menyebabkan inflasi.

Inflasi dapat digolongkan berdasarkan: sifat, sebab dan asal

terjadinya (Nopirin, 1987). Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga

kategori, yaitu:

1. Inflasi Merayap

Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil

dan dalam jangka waktu yang relatif la

si Tinggi

Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat

tidak lagi berkei

sehingga ingin dituk

33

Page 161: Analisis permintaan deposito berjangka

Berdasarkan sebab terjadinya inflasi dibedakan menjadi:

1. Demand – pull Inflation

P berada di atas

P pada kesempatan kerja penuh (full employment). Inflasi

bermula

roses kenaikan harga yang sering diikuti turunnya produksi disebut

tut kenaikan upah,

olistis yang dapat menentukan harga (yang lebih

tinggi),

Demand pull inflation ditandai dengan adanya inflationary gap.

Inflationary gap itu sendiri terjadi apabila keseimbangan GN

atau melebihi GN

dengan adanya kenaikan permintaan total (agregat demand),

sedangkan produksi telah berada pada kondisi full employment. Sehingga

kenaikan permintaan ini hanya akan menaikkan harga saja.

2. Cost – Push Inflation

P

dengan Cost Push Inflation. Serikat buruh yang menun

manajer dalam pasar monop

atau kenaikan harga bahan baku, misalnya krisis minyak adalah

faktor yang dapat menaikkan biaya produksi. Kenaikan biaya ini pada

akhirnya akan menaikkan harga dan turunnya produksi, atau terjadi

penurunan penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya

produksi. Jika proses ini berlangsung terus maka timbul cost push inflation.

Menurut asalnya inflasi terdiri dari:

1. Domestic Inflation

Inflasi yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti kenaikan

konsumsi masyarakat, ekspansi moneter dan lain sebagainya.

34

Page 162: Analisis permintaan deposito berjangka

2. Imported Inflation

Inflasi yang berasal dari luar negeri, seperti kenaikan harga-harga

barang di negara-negara langganan dagang kita, mekanismenya baik melalui

impor ataupun ekspor.

2.2.5.2. Teori Inflasi

Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yang

masing-

eori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena

uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat

mengen

edua, laju inflasi oleh harapan masyarakat mengenai

kenaikan harga di masa yang akan datang (Boediono, 1985).

jumlah barang-barang yang

ng disebut dengan inflationary gap. Inflationary gap

terjadi

masing menyoroti aspek-aspek tertentu.

1. Teori Kuantitas

T

2 hal, yaitu jumlah

ai kenaikan harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari teori

Kuantitas ini, adalah bahwa, pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan

volume uang beredar. K

2. Teori Keynes

Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan

masyarakat akan barang-barang selalu melebihi

tersedia. Hal ini ya

apabila jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua

golongan tersebut, pada tingkat harga yang berlaku melebihi jumlah

maksimum dari barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat. Harga-harga

akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia.

35

Page 163: Analisis permintaan deposito berjangka

Adanya kenaikan harga-harga tersebut berarti bahwa kegiatan rencana

pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak terpenuhi,

a akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar

lagi, ba

ari

perekon

stisan dari penawaran

nya berkaitan

dan me

dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang

selanjutnya merek

ik golongan pemerintah melalui pencetakan uang baru, atau para

pengusaha swasta melalui kredit dari bank, atau pekerja kenaikan tingkat

upah yang lebih besar. Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah

permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output

yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku.

3. Teori Strukturalis

Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural d

omian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga

teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor

struktural di sini adalah faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual

dan dalam jangka panjang.

Teori struktural memberi tekanan pada ketegaran dari struktur

perekonomian negara-negara sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang

menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran berupa ketidakelastisan dari

penerimaan ekspor dan ketegaran berupa ketidakela

bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada umum

mperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi.

Ketegaran yang merupakan “ketidakelastisan” dari penerimaan

ekspor ini adalah ketegaran di mana nilai ekspor tumbuh secara lamban

36

Page 164: Analisis permintaan deposito berjangka

makin memburuk dan supply barang-barang ekspor yang tidak elastis ini

akan menyebabkan terjadinya kelambanan tersebut. Kelambanan

pertumb

arga yang naik.

besar, biasanya menggunakan IHPB. GDP Deflator yang mempunyai

ndingkan kedua indeks terdahulu, sebenarnya

mencer

uhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan pertumbuhan

kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan. Sedang bagi

suatu negara untuk mencapai target pertumbuhannya mengambil

kebijaksanaan pembangunan “import substitution strategy”. Inflasi terjadi

jika proses substitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya

produksi ke berbagai barang, sehingga makin banyak harga-h

2.2.5.3. Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator yang digunakan oleh para ekonom untuk

menggambarkan inflasi yaitu Indeks Biaya Hidup (IBH), Indeks Harga

Konsumen (IHK), Indeks Implisit Produk Domestik Bruto (GDP Deflator)

atau Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Dari berbagai indikator

tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, serta sangat

tergantung pada tujuan pemakaiannya. IBH dan IHK dimaksudkan untuk

penetapan upah buruh riil, karena dengan indeks ini bisa melihat sejauh

mana penurunan daya beli yang terjadi pada kaum buruh akibat inflasi. Untuk

pembuatan kontrak kerja dan penyesuaian harga yang dilakukan kontraktor

cakupan lebih luas diba

minkan perkembangan tingkat harga umum.

37

Page 165: Analisis permintaan deposito berjangka

Pengendalian laju inflasi tentu saja tidak lepas dari pengendalian yang

dilakukan oleh otoritas moneter dari sisi intern dalam rangka mencari

stabilitas ekonomi sebagai salah satu tujuan pembangunan. Laju inflasi

sebelum tahun 1984 mendekati bahkan melebihi 10%, hal ini tentu saja tidak

lepas dari berbagai pengaruh faktor ekstern terhadap perekonomian

Indonesia.

Deregulasi dan debirokratisasi 1 Juni 1983, merupakan langkah yang

diambil pemerintah untuk mengadakan perubahan kebijaksanaan ekonomi.

Perkembangan moneter tahun 1984 yang relatif stabil tercermin dari

pertambahan uang beredar yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan

tingkat

(1) Perubahan tingkat bunga fasilitas diskonto

(2) Perubahan rasio cadangan minimum

(3) Perkreditan selektif

(4) Ope

2.3

cara mengurangkan biaya antara dari

laju inflasi yang dapat dikendalikan. Piranti-piranti kebijakan moneter

untuk pengendalian jumlah uang beredar yang bisa dilakukan oleh

pemerintah adalah sebagai berikut:

rasi Pasar Terbuka

(5) Pendekatan persuasif

. Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel Independen

2.3.1. Hubungan PDRB dengan Deposito Berjangka Rupiah.

Produk Domestik Regioanl Bruto merupakan jumlah nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu

wilayah atau kabupaten, dengan

38

Page 166: Analisis permintaan deposito berjangka

masing-masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau

sanya satu tahun). Produk domestik

ngan pendekatan pendapatan perkapita masyarakat.

tan yang tidak dikonsumsi. Menurut Keynes,

akan fungsi dari pendapatan. Simpanan atau saving

idak semua

k konsumsi,

sektor dalam jangka waktu tertentu (bia

regional bruto disini de

Simpanan adalah pendapa

simpanan (saving) merup

terutama ditentukan oleh pendapatan nasional ataupun regional. T

pendapatan yang diterima oleh seseorang akan digunakan untu

melainkan sebagian akan disisihkan sebagai simpanan (saving). Bila tingkat

pendapatan rendah, rumah tangga tidak dapat menabung atau hanya sedikit

menabung, karena harus membelanjakan semua atau sebagian besar

pedapatannya untuk memelihara tingkat kehidupan tertentu atau lebih untuk

konsumsi. Pada tingkat pendapatan lebih tinggi, konsumsi dan tabungan akan

lebih besar. Semakin besar pendapatan, semakin besar pula simpanan yang

dilakukan masyarakat. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian PDRB

berpengaruh terhadap deposito berjangka rupiah.

2.3.2. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Deposito Berjangka

Rupiah.

Hubungan antara tingkat bunga dengan simpanan bersifat positif. Menurut

Teori Klasik, semakin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan

seseorang atau masyarakat untuk menabung uangnya dibank. Artinya, pada

tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk

mengurangi atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah

39

Page 167: Analisis permintaan deposito berjangka

tabungannya. Semakin besar tingkat bunga akan meningkatkan kesediaan

masyarakat untuk menyimpan dana pada bank, sehingga jumlah simpanan

masyarakat pada bank akan naik.

Inflasi berpengaruh terhadap simpanan. Dengan adanya inflasi maka

yang menyebabkan kenaikan suku bunga

karena

2.4

2.3.3. Hubungan Laju inflasi dengan Deposito Berjangka Rupiah.

diasumsikan suku bunga akan mengalami kenaikan. Teori Irving Fisher,

Fisher mengatakann bahwa ada kaitan positif antara suku bunga dengan

inflasi. Dengan suku bunga riil yang diperkirakan konstan dalam jangka

panjang dan ekspektasi inflasi yang menyesuaikan diri terhadap laju inflasi

yang berlaku. Dengan r konstan dalam jangka panjang apabila keseluruhan

proses penyesuaian telah terjadi, kenaikan laju inflasi akan tercermin pada

suku bunga nominal. Dengan kata lain suku bunga akan meningkat sebesar

kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi

deposito, akan menyebabkan kenaikan permintaan akan simpanan

seseorang berasumsi akan memperoleh uang yang lebih banyak dengan

adanya kenaikan tingkat bunga. Dengan demikian maka inflasi mempunyai

pengaruh yang positif terhadap simpanan.

. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan

deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta.

40

Page 168: Analisis permintaan deposito berjangka

2. Diduga tingkat suku bunga deposito berpengaruh positif dan signifikan

terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di

Yogyakarta.

3. Diduga laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta.

41

Page 169: Analisis permintaan deposito berjangka

BAB III

METODE PENELITIAN

.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank

Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Adapun data yang digunakan adalah :

a. Data deposito berjangka rupiah 3 bulanan pada bank umum di

Yogyakarta ta

b. Data Produk Domestik Regional Bruto di Yogyakarta tahun 1986-

2005.

bunga deposito di Yogykarta tahun 1986-2005.

d.

3.2

litian ini :

3.2.1 V i

D

yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu

menurut perjanjian antar pihak ketiga dn bank yang bersangkutan. Jangka

3

hun 1986-2005.

c. Data tingkat suku

Data laju inflasi di Yogyakarta tahun 1986-2005.

. Devinisi Variabel

Variabel yang digunakan dalam pene

ar abel Dependen

eposito berjangka rupiah (Y)

Deposito berjangka adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank

42

Page 170: Analisis permintaan deposito berjangka

wakt bulan, 3 bulan, 6

bulan, 12 bulan, dan 24 bulan.

rjangka rupiah pada penelitian ini disajikan dalan jutaan

rupiah p

, terdiri dari :

. P ( 1)

.

b. S

n tingkat keuntungan minimum yang disyaratkan pemodal

n pemodal dari investasi dalam

ben ud disini adalah rata-rata

tertimb

nakan adalah data laju inflasi tahunan yang

dik agai edisi dengan olahan

dengan

u jatuh tempo dapat dipilih sesuai kebutuhan, yaitu 1

Deposito be

ertahun.

3.2.2 Variabel Independen

a roduk Domestik Regional Bruto X

Data Produk Domestik Regional Bruto untuk Daerah Istimewa

Yogyakarta atas dasar harga konstan 2000. Data operasional yang digunakan

dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat

Statistik berdasarkan perhitungan tahunan kemudian diolah dan dinyatakan

dalam bentuk satuan juta rupiah

uku Bunga Deposito berjangka rupiah (X2)

Merupaka

atau tingkat keuntungan yang diharapka

tuk simpanan. Tingkat suku bunga yang dimaks

ang tingkat bunga deposito dari seluruh simpanan deposito pada

berbagai waktu jatuh tempo yang berlaku di bank umum dalam persen 3

bulan.

c. Laju Inflasi (X3)

Data inflasi yang dipergu

eluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) berb

satuan persen (%).

43

Page 171: Analisis permintaan deposito berjangka

3.3

3

l dalam penelitian ini berupa pendekatan teori ekonomi, teori statistik

dan an lebih menekankan pada pendekatan model

analisis

penting untuk mengaplikasikan model seri waktu

yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil (stasioner) dari

aan regresi. Karena penggunaan data

ang tidak stasioner, maka

penelit

n dari kemudahan persamaan

tersebu

or unit root)

dan uji derajat integrasi (testing for degree of integration), uji kointegrasi

. Metode Analisis Data

.3.1. Pendekatan Error Correction Model (ECM)

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara

variabe

teori ekonometrika deng

seri waktu (time series analysis). Model umum yang dipakai dalam

penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Salah satu prasyarat

variabel-variabel pembentuk persam

dalam penelitian ini dimungkinkan adanya data y

ian ini digunakan teknik kointegrasi ( Cointegration Tecnique ) dan

model koreksi kesalahan atau Error Correction Model ( ECM ).

Digunakan ECM karena mekanisme ECM memiliki keunggulan baik

dari segi nilainya dalam menghasilkan persamaan yang diestimasi dengan

property statistik yang diinginkan maupu

t untuk diinterprestasi (Insukindro 1993: 65). Disamping itu ECM

dapat pula dijadikan variabel proksi nalar asa dari model stok penyangga

masa depan dengan cara membentuk estimasi jangka panjang dari ECM,

ECM juga bias menghindari regresi lancung atau regresi semu yang

menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan. Proses analisis yang akan

dilakukan terdiri dari analisis deskriptif , uji akar unit (testing f

44

Page 172: Analisis permintaan deposito berjangka

(Cointe

3

stasioneritas, karena pada

intinya uji tersebut bentuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model

empunyai nilai satu atau tidak.

ji ADF adalah uji yang dikembangkan oleh Dickey Fuller untuk

ya. Dalam prakteknya uji

ADF inilah yang seringkali digunakan untuk mendeteksi apakah data

stasioner atau tidak. Adapun formulasi uji ADF adalah sebagai berikut :

gration test), pendekatan ECM (Error Correction Model), analisis

statistik, uji asumsi klasik, serta analisis ekonomi.

.3.2. Analisa Deskriptif

Analisis Deskriptif merupakan suatu analisis yang memaparkan hasil

secara kualitatif terhadap perkembangan data-data yang ada untuk

memperkuat analisis empiris. Penelitian ini akan membahas perkembangan

variabel dependen permintaan deposito berjangka rupiah, serta variabel

independen yaitu PDRB, suku bunga deposito, inflasi.

3.3.2.1 Uji Akar Unit Dan Uji Derajat Integrasi

Uji akar unit dapat dipandang sebagai uji

otoregresi yang ditaksir m

Langkah awal yang harus dilakukan pengujian ini adalah menaksir

model otoregresi dari masing-masing variabel yang akan digunakan dalam

penelitian dengan OLS. Ada beberapa prosedur untuk melakukan uji akar-

akar unit namun yang banyak digunakan adalah uji Dickey- Fuller ( DF ) dan

uji Philips Peron.

U

menyempurnakan uji DF yang sudah ada sebelumn

45

Page 173: Analisis permintaan deposito berjangka

DYt= a + a + ∑o 1=

1 t

(3.2)

Notasi :

DYt = Yt – Yt-1

BYt = Yt-1

T = trend waktu

Yt = Variabel yang diamati pada waktu t

K = Besarnya waktu kelambanan yang dihitung dengan rumus

K = N dengan N adalah jumlah sampel.

Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai ADF tabel dengan

nilai AD DF leh nilai t pada koefisien re

BYt pada persamaan (1) dan (2).

Bila data yang diamati pada uji akar unit ternyata tidak stationer,

maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapa derajat data yang

diamati s at integrasi ini mirip dengan uji akar unit. Untuk

melakukan uji tersebut juga dilakukan penaksiran model otoregresi dengan

OLS.

0 1

k

I 1 b B1DY (3.1)

DYt= co + c1T + C2 BYt + ∑ d=

k

I 11B1DYt

1/3

F statistik. Nilai A ditunjukkan o gresi

tationer. Uji deraj

D2Yt =b + b BDYt + ∑k

f B1D2Yt. (3.3) =

1I 1

46

Page 174: Analisis permintaan deposito berjangka

D2Yt = d + d T + d BDYt + ∑0 1 2=

1

Yt-1, BDYt = DYt-1

t statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.

Hal yang krusial dalam uji ADF adalah menentukan panjangnya

kelambanan.

Selain uji ADF dalam penelitian ini juga m

Peron untuk menentukan akar unit dan derajat integrasi. Uji PP memasukkan

unsur a emasukkan variabel

independen berupa kelambanan diferensi. Philips Peron membuat uji akar

unit den

= ao + a2T + γ Yt-1 + et (3.7)

k

I 1 h B1D2Yt (3.4)

Dimana D2Yt = DYt – D

Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan

cara membandingkan antara nilai ADF dengan nilai kritis distribusi statistik

Mackinon. Jika nilai absolute statistic ADF lebih besar dari nilai kritisnya,

maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai

absolu

enggunakan uji Philips

utokorelasi di dalam residual dengan m

gan menggunakan metode statistik non parametik dalam menjelaskan

kelambanan diferensi sebagaimana uji ADF. Adapun uji akar unit dari Philips

Peron sebagai berikut :

DYt = γ Yt-1 + et (3.5)

DYt = ao + γYt-1 + et (3.6)

DYt

47

Page 175: Analisis permintaan deposito berjangka

Keterangan :

T adalah trend waktu

Statistik distributif t tidak mengikuti statistic distribusi normal tetapi

mengikuti distribusi PP sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis yang

dikemukakan oleh Mackinon. Sebagaimana uji ADF, kita juga harus

menentukan apakah tanpa konstanta dan trend. Berbeda dengan uji ADF,

dalam m g uji PP menggunakan truncation lag q

Newey-W 2)

3.3.2.2. Uji Kointegrasi

U uji kointegrasi harus diyakini terlebih dahulu

bahwa variabel-variabel terkait dalam pendekatan ini memiliki derajat

integras

1. Setiap komponen dari X berkointegrasi pada derajat d atau I (d)

vector α yang tidak sama dengan nol (α ≠ 0),

enentukan panjangnya la dari

est. (Widarjono, 2005, 361-36

ntuk dapat melakukan

i yang sama atau tidak (Insukindro, 1993:132). Berkaitan dengan itu,

uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi perlu dilakukan terlebih dahulu.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai pendekatan kointegrasi,

anggaplah memiliki satu himpunan variabel runtun waktu X. Komponen X

dikatakan berkointegrasi pada derajat d, h atau ditulis ~ (d,h) bila (Sriyana

Jaka, 2003) :

2. Terdapat suatu

sehingga Zt = α1 X~1(d,b), dimana b:0 dan α adalah vektor

kointegrasi.

48

Page 176: Analisis permintaan deposito berjangka

Implikasi penting dari ilustrasi dan definisi diatas adalah bahwa jika

dua variabel atau lebih mempunyai derajat integrasi yang berbeda, katakanlah

X = I

tegrasi terpenuhi. Digunakan untuk mengetahui kemungkinan

terj ya el-

var l ya

dapat dike

Hal ini perlu diketengahkan mengingat adanya syarat dari uji kointegrasi

yaitu b

dari tujuh uji statistik yang

diketen

)

Yt = mo + m1X1t+m2X2t+Et (3.8)

(1) dan Y = I (2), maka kedua variabel tersebut tidak dapat

berkointegrasi. (Insukindro, 1993:132)

Uji ini dilakukan setelah uji stationeritas melalui uji akar-akar unit

dan derajat in

adin keseimbangan atau kestabilan jangka panjang diantara variab

iabe ng diamati. Setelah prasarat dari uji kointegrasi dilakukan, maka

tahui data yang diamati tersebut stasioner pada derajat keberapa.

ahwa dalam melakukan uji kointegrasi data yang digunakan harus

berintegrasi pada derajat yang sama.

Selanjutnya bersamaan dengan uji kointegrasi, Engle dan Granger

(1987:265-270) berpendapat bahwa

gahkan untuk menguji hipotesa nol tidak adanya kointegrasi, ternyata

uji CRDW (Cointegration-Regression Durbin-Watson), DF (Dickey-Fuller),

dan ADF (Augmented Dickey-Fuller) merupakan uji statistik yang paling

disukai. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan uji CRDW.

Untuk menghitung statistic CRDW, DF, dan ADF ditaksir dengan

regresi kointegrasi berikut ini dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least

squares =OLS). (Insukindro,1993:132

49

Page 177: Analisis permintaan deposito berjangka

Dimana

3.9)

DEt 1 Et-1 +

:

Y = Variabel tak bebas

X1, X2 = Variabel bebas

E = Nilai residual

Kemudian regresi berikut ini ditaksir dengan OLS :

DEt = p1 Et-1 (

∑−1

= q=

p

w1 DEt-1 (3.10)

lai statistic CRDW ditunjukan oleh nilai statistic DW (Durbin-

on) p an (3.8) dan nilai statistic DF dan ADF

an koefisien Et-1 pada persamaan (3.9) dan (3.10).

ritis rsebut dapat dilihat pada Engle dan yoo (1987).

Jumlah Tingkat Signifikansi

1i

Dimana :

DEt = Et – Et-1

Ni

Wats ada regresi persama

ditunjuk oleh nisbah pada

Nilai k untuk ketiga uji te

Tabel 3.1 Nilai CRDW / DW Stat Untuk Uji Kointegrasi

Sampel 1% 5% 10%

50 1.00

0.51

0.29

0.78

0.39

0.20

0.69

0.32

0.16

100

200

Sumber : Engle dan Yoo (1987,158)

50

Page 178: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 3.2 Nilai DF Untuk Uji Kointegrasi

umlah Jumlah Tingkat Signifikansi J

Variabel Data (N) 1% 5% 10%

2 50

200

4.32

4.00

3.67

3.37

3.28

3.02

100 4.07 3.37 3.03

3

100

0

4.45

4.3

3.93

73

3.59

3.47

50 4.84 4.11 3.

20 5 3.78

4 50

100

200

4.49

4.75

4.70

4.38

4.22

4.18

4.02

3.89

3.89

5 50

200

5.41

5.02

4.76

4.58

4.48

4.42

4.26

4.18

100 5.18

Sumber : Engle dan Yoo (1987,157)

Tabel 3.3 Nilai ADF Untuk Uji Kointegrasi

Jumlah Ju Tingkat fikansi mlah Signi

Variabel Data ) (N 1% 5% 10%

2 50

100

200

4.12

3.73

3.78

3.29

3.17

3.25

2.90

2.91

2.98

3 50

100

200

4.45

4.22

4.34

3.75

3.62

3.78

3.36

3.32

3.51

51

Page 179: Analisis permintaan deposito berjangka

4

200 4.72 4.13 3.83

50

100

4.61

4.61

3.98

4.02

3.67

3.71

5 50 4.80

100

200

4.98

4.97

4.15

4.36

4.43

3.85

4.06

4.14

Seba telah disinggun ama dari uji

k tegrasi ad untuk kaji apakah residual regresi ko asi

stasioner atau tidak. Pengujian ini sangat penting bila ingin dikem an

suatu model dinamis, khususnya model koreksi kesalahan (error correction

model = ECM), yang me kup variabel-variabel kunci pada regresi

kointegrasi ter

Pada prinsipnya, m koreksi kesalahan terdapat keseimbangan

yang tetap dalam variabel-variabel ekonom

dalam jangka pendek terdapat ketidakseimbang am satu perio ka

model koreksi lahan aka nya pa riode berikutny gle

dan Granger, 1987:254). Mekanisme koreksi kesalahan ini dapat diartikan

sebagai penyelaras perilaku jangka pendek dan jangka panjang. Dengan

mekanis

gaimana g diatas, tujuan ut

oin alah meng integr

bangk

ncang

kait.

odel

jangka panjang antara i. Bila

an dal de, ma

kesa n mengoreksi da pe a (En

me ini pula, masalah regresi semrawut dapat dihindarkan melalui

penggunaan variabel perbedaan yang tetap di dalam model, namun tanpa

menghilangkan informasi jangka panjang yang diakibatkan oleh penggunaan

data perbedaan semata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model

52

Page 180: Analisis permintaan deposito berjangka

koreksi kesalahan konsisten dengan konsep kointegrasi atau dikenal dengan

Granger Representation Theorem. (Sriyana, Jaka, 2003)

3

uto periode t

DX2 = Suku bunga deposito periode t

= Laju inflasi pada periode t

sing variabel

= Koefisien ECT (error correction term)

Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel

n secara individual terhadap variabel dependen.

.3.3 Analisa Statistik

Hubungan permintaan deposito berjangka rupiah dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi dapat diformulasikan sebagai berikut :

Y = f(X1, X2, X3, X4)

Dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut :

DYt = β0 + β1 DX1t - β2 X2t + β3 DX3t + β4 + β5 ECT

Dimana :

DYt = Deposito berjangka rupiah pada periode t

β4 = Konstanta

DX1 = Produk Domestik regional Br

DX3

ECT = RESID (-1)

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi dari masing-ma

β5

3.3.3.1 Uji t (uji signifikansi secara individu)

independe

53

Page 181: Analisis permintaan deposito berjangka

1. Hipotesis yang digunakan :

a.

Ho : βi ≤

Ha : βi >

b

Ho : βi ≥

i <

2. P ujian tu sis

Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya

hi variabel dependen secara

a diterima artinya

pengaruhi variabel dependen secara

3.3.3.2 Uji F (uji secara bersama-sama)

erlihatkan hubungan atau pengaruh antara

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu

dengan cara sebagai berikut :

Ho : riabel independen secara bersama-sama tidak

Ha : βi

l dependen.

Jika Hipotesis positif

0

0

. Jika Hipotesis negatif

0

Ha : β 0

eng sa i

variabel independen tidak mempengaru

sigifikan.

Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan H

variabel independen mem

signifikan.

Pengujian ini akan memp

βi = 0, maka va

mempengaruhi variabel dependen.

≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi

variabe

54

Page 182: Analisis permintaan deposito berjangka

Hasil p

Ho dite

Ho ditolak ( signifikan ) jika F hitung > F tabel (df = n – k)

Dimana :

N : Jum

(R2)

dependen y 2 semakin besar

Nila 0 sampai 1 , suatu R2 sebesar 1 berarti ada

angkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan

3.3.4 Pengujian Asumsi Klasik

akukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

apakah data terbebas dari maslah multikolinieritas,

eteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan

g linier tidak bias dengan varian yang

minimu

engujian adalah :

rima ( tidak signifikan ) jika F hitung < F tabel (df = n – k)

K : Jumlah variabel

lah pengamatan

3.3.3.3 Koefisien determinasi

R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel

ang dijelaskan oleh model, semakin besar R

pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen.

i R2 berkisar antara

kecocokan sempurna, sed

antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan.

Sebelum dil

klasik untuk melihat

h

untuk menghasilkan estimator yan

m (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model

regresi tidak mengandung masalah.

55

Page 183: Analisis permintaan deposito berjangka

3.3.4.1

uran main yang

kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas

ikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika

koefisie

ltik

an kita kesulitan memperoleh estimator

dengan standard error yang kecil. (Widarjono, 2005, 139)

3.3.4.2

Uji Korelasi Parsial Antar Variabel Independen

Salah satu untuk mendeteksi multikolinieritas adalah dengan menguji

koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Sebagai at

0,85 maka diduga ada mult

n korelasi relative rendah (0,85) maka diduga model tidak

mengandung unsur mu olinieritas. (Widarjono, 2005, 135)

Tanpa adanya perbaikan multikolinieritas tetap menghasilkan

estimator yang BLUE karena masalah estimator yang BLUE tidak

memerlukan asumsi tidak adanya korelasi antar variabel independen.

Multikolinieritas hanya menyebabk

Uji Heterosledastisitas (Metode White)

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak

memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi

residual kuadrat ( Ui2 ) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan

perkalian variabel bebas.

Pedoman dalam penggunaan model white test adalah jika nilai Chi-

Square hitung (n. R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan derajat

kepercayaan tertentu (α) maka ada heterokedasitisitas dan sebaliknya jika

56

Page 184: Analisis permintaan deposito berjangka

Chi-Square hitung lebih kecil dari nilai X2 menunjukan tidak adanya

heterokedasitisitas.

er)

Ho

is, berarti Ho diterima

Jika

ara dU dan 4- dU maka tidak ada autokorelasi.

autokorelasi Positif negatif

l u u l

Gambar 3.1. Statistik Durbin-Watson d

at dengan jelas dalam

Tabel 3.4. berikut ini :

3.3.4.3. Autokorelasi (metode Lagrange Multipi

: tidak ada autokorelasi

Ha : ada autokorelasi

Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% dan menggunakan distribusi

χ2, maka :

Jika χ2 hitung < χ2 krit

χ2 hitung > χ2 kritis, berarti Ho ditolak

Atau dengan cara lain untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam

model bisa dilakukan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), yaitu dengan

cara membandingkan antara DW statistik ( d ) dengan dL dan dU, jika DW

statistik berada diant

Autokorelasi ragu-ragu tidak ada autokorelasi ragu-ragu

0 d d 2 4-d 4-d 4

Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilih

57

Page 185: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 3.4. Uji Statistik Durbin-Watson

Nilai Statistik Hasil

0<d<dl Menolak hipotesa nul; ada autokorelasi positif

dl≤d≤du Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

Menerima hipotesa nul; tidak ada autokorelasi

positif / negatif du≤d≤4-du

4-du≤d≤4-dl Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

4-dl≤d≤4

Menolak hipotesa nul; ada autokorelasi

negative

58

Page 186: Analisis permintaan deposito berjangka

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

.1. Deskripsi Data Penelitian

Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data

sekunder deret waktu (time series) yang berbentuk annual mulai tahun 1986-

2005. Penelitian mengenai permintaan deposito berjangka rupiah disini

menggunakan data deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta

sebagai variabel dependen (variabel tidak bebas). Sedangkan variabel

independen terdiri dari Produk Domestik Regional Bruto, Suku Bunga

Deposito, Laju Inflasi.

Data Observasi

obs Y X1 X2 X3

4

Tabel 4.1

1986 78678 7470269 11.44 4.31

1987 117008 7774144 8.61 8.83

1988 150052 8238398 8.85 8.9

1989 209874 8758936 16.49 4.43

1990 349700 9159241 18.54 5.21

1991 382541 9634857 9.65 10.73

1992 374089 10303121 7.37 8.38

1993 403009 10901831 7.62 4.78

1994 508022 11699390 4.12 10.01

1995 597448 12955802 7.45 8.55

59

Page 187: Analisis permintaan deposito berjangka

1996 799037 13958968 5.22 10.91

1997 1477973 14449327 17.1 12.72

1998 3140804 12833873 25.29 7.46

1999 2694307 12960802 9.24 2.51

2000 2398917 3.88 7.32 13480000

2001 2911316 11.48 12.56 14056000

2002 2978601 14689000 5 1 12.3 12.0

2003 27 165099 5360000 8.5 5.36

2004 2 1656517 6149000 6.52 6.95

2005 3 1 14.98 907451 6898000 9.9

Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, berbagai tahun erb

Keterangan

Y = Deposito Berjangka R um (Juta Rp)

X1 = Pr om g o Per a (J

X2 = Suku Bunga Deposito Rupiah 3 bulanan (%)

X3 = Laju Inflasi

Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian

diperoleh da or u (B an B ndonesia (BI).

Data mengenai Deposito Berjangka Rupiah, Suku Bunga Deposito, Laju

Inflasi, dipe d ik keuangan Daerah dan laporan

tahunan BI a h n. S kan data PDRB

diperoleh dari Statistik Indonesia dari berbagai edisi terbitan.

S b h dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu bahwa

agai alat analisis adalah model Error Correction

pen it.

:

upiah 3 bulanan pada bank um

oduk D estik Re ional Brut kapit uta Rp)

(%)

ri kant Badan P sat Statistik PS) d ank I

roleh ari statist ekonomi

dari b erbagai ta un terbita edang untuk

e agaimana tela

model yang digunakan seb

60

Page 188: Analisis permintaan deposito berjangka

Mo ECM). Model ECM digunakan untuk menguji spesifikasi model dandel (

gan program

pute n dilakukan dengan

.

4.2 Hasil d

4

mbangkan oleh

Philips

ada α = 10% ), maka variabel tersebut stasioner.

asil dari pengujian akar-akar unit ini dapat dilihat pada tabel 4.2

kesesuaian teori dengan kenyataan. Pengujian ini dilakukan den

kom r Econometric E-Views (eviews). Pembahasa

analisis secara ekonometrik

an Analisis

.2.1. Uji Akar-akar Unit dan Uji Integrasi

Tahap pertama dilakukan uji akar-akar unit untuk mengetahui pada

derajat ke berapa data yang digunakan stasioner. Uji akar-akar unit dilakukan

untuk mengetahui apakah koefisien tertentu adalah satu (mempunyai akar

unit). Penelitian ini menggunakan uji akar-akar unit yang dike

Perron. Uji akar unit dilakukan dengan memasukkan konstanta dan

trend untuk metode Philips Perron.

Untuk uji akar-akar unit dan derajat integrasi, apabila nilai hitung PP

lebih kecil daripada nilai kritis mutlak (pada α = 10% ), maka variabel

tersebut tidak stasioner, sebaliknya jika nilai hitung mutlak PP lebih besar

daripada nilai kritis mutlak (p

H

berikut ini :

61

Page 189: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 4.2

Hasil Estimasi Akar-akar Unit pada Ordo Nol

Nilai kritis

Mackinon Nilai hitung t-

statistik α = 10%

Variabel PP PP

Y -2.128931 -3.277364

X1 -1.935402 -3.277364

X2 -2.951388 -3.277364

X3 -4.961697 -3.277364

Sumber : Hasil Eviews

a nilai hitung mutlak PP masing-

masing variabel dengan derajat keyakina

stasioner, y rena itu perlu

dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.

Hasil dari pengujian akar-akar unit pada derajat integrasi pertama

dapat dilihat pada tabel 4.3 berik

Dari tabel diatas diketahui bahw

n 10% hanya ada satu variabel yang

aitu variabel laju inflasi (X3) pada ordonol. Ka

ut ini :

62

Page 190: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 4.3

dengan Nilai Kritis MacKinnon 10%

Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Pertama

Nilai kritis

Mackinon Nilai hitung t-

statistik α = 10%

Variabel PP PP

Y -3.707698 -3.286909

X1 -2.889363 -3.286909

X2 -6.775830 -3.286909

X3 -4.452218 -3.286909

Sumber : Hasil Eviews

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai hitung mutlak PP masing-

masing variabel dengan derajat keyakina

pertama, namun mas RB yang masih

belum stasioner pada derajat integrasi pertama, karena itu perlu dilanjutkan

dengan uji derajat integrasi

Hasil dari pengujian d rasi kedua dapat dilihat pada tabel

4.4 berikut

n 10% sudah stasioner pada integrasi

ih ada satu variable, yaitu variable PD

kedua.

erajat integ

ini :

63

Page 191: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 4.4

si Uji Derajat Integrasi Kedua

dengan Nilai Kritis MacKinnon 10%

Hasil Estima

Nilai kritis

Mackinon Nilai hitung t-

statistik α = 10%

Variabel PP PP

Y -7.210287 -3.297799

X1 -6.254901 -3.297799

X2 -8.176770 -3.297799

X3 -6.364384 -3.297799

umber : Hasil Eviews

ari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai uji Philips Perron nilai PP

statistiknya lebih besar daripada nilai PP kritisnya pada masing-masing

variable, yang berarti data ini telah ada differensi kedua dan bisa

untuk dilanjutkan

4.2.2. Uji Kointegrasi

Uji Kointegrasi me utan dar ar unit dan uji

derajat integrasi. Uji kointeg t dipandang uji keberadaan

hubungan jangka panjang, seperti yang dikehendaki oleh teori ekonomi.

Tujuan a uji kointegras untuk m pakah residual

regresi t integrasi stasion ak. Apab terkointegrasi

S

D

stasioner p

ke uji kointegrasi.

rupakan kelanj

rasi dapa

i uji akar-ak

sebagai

utam i ini adalah engetahui a

erko er atau tid ila variabel

64

Page 192: Analisis permintaan deposito berjangka

maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Dan sebaliknya

jika tida dapat kointegra riabel ma i tidak adanya

kete gka panjang. Berikut ini hasil uji kointegrasi

CRDW

si Uji Kointegrasi

Persamaan Kointegrasi CRDW Hitung CRDW Tabel

α : 10%

k ter si antar va ka implikas

rkaitan hubungan dalam jan

:

Tabel 4.5

Nilai Regre

Y=f(X1, X2, X3,X4) 0,771083 0,69

Sumber : hasil Eviews

Dari hasil estimasi diatas dapat dilihat bahwa nilai CRDW hitung

sebesar 0,771083 sedangkan nilai kritis CRDW pada derajat kepercayaan

sebesar 10% yaitu 0,69 Karena nilai CRDW hitung lebih besar dari CRDW

table maka hal ini mengindikasikan bahwa adanya kointegrasi data.

.2.3. Pendekatan Error Correction Model (ECM)

M

4

odel Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) merupakan

metode pengujian yang dapat digunakan untuk mencari model keseimbangan

dalam jangka panjang. Untuk menyatakan apakah model ECM yang

digunakan sahih atau ti ction Term (ECT)

harus n i n m ebut tidak

cocok dan perlu dilakukan perubahan spesifikasi leb (Insukindro,

dak maka koefisien Error Core

signifikan. Jika koefisie ni tidak signifika aka model ters

ih lanjut.

65

Page 193: Analisis permintaan deposito berjangka

1993, pakan m yang digun pada penelitian

in

D

DX2 = X2-X2t-1

ECT

12-16) Berikut meru odel ECM akan

i :

Yt = β0 + β1 DX1t - β2 X2t + β3 DX3t + β4 + β5 ECT

Notasi :

DY = Y-Yt-1

DX1 = X1-X1t-1

DX3 = X3-X3t-1

=RESID(-1)

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi ECM jangka pendek

β5 = Koefisien ECT (error correction term)

Hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program

komputer EViews, dengan model regresi linier ECM ditampilkan sebagai

berikut :

66

Page 194: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel

asil Estimasi Model Dinamis ECM

4.6

H

Sumber : Hasil Eviews

Dari estimasi model dinamis ECM dapat diperoleh fungsi regresi OLS

sebagai berikut :

D(Y) = 385188.5 + -0.439661 DX1 + 35589.60 DX2 + 30578.06 DX3 -

0.691576 ECT

Berdasark diatas, maka dapat

dilihat pada variabel Error Correction Term (ECT) nya signifikan pada

tingkat signifikansi 5% dan mempunyai tanda negatif. Maka spesifikasi

model sudah sahih dan dapat menjelaskan variasi pada variabel tak bebas.

(Insukindro, 1993, 2)

Untuk mengetahui apakah hasil estimasi dapat dipercaya maka

dilakukan pengujian lebih lanjut yaitu berupa uji ekonometri. Uji tersebut

Dependent Variable: D(Y) Me : L quares thod east SDate: 01/28/08 Time: 20:08 Sample(adjusted): 1987 2005 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 385188.5 81342.93 4.735366 0.0003

D(X1) -0.439661 0.115763 -3.797930 0.0020 D(X2) 35589.60 9986.634 3.563723 0.0031 D(X3) 30578.06 14977.20 2.041640 0.0605 ECT -0.691576 0.295668 -2.339027 0.0347

R-squared 0.813505 Mean dependent var 201514.4 Adjusted R-squared 0.760221 S.D. dependent var 511949.0 S.E. of regression 250687.2 Akaike info criterion 27.92273 Sum squared resid 8.80E+11 Schwarz criterion 28.17127 Log likelihood -260.2660 F-statistic 15.26729 Durbin-Watson stat 1.090860 Prob(F-statistic) 0.000053

an hasil estimasi model dinamis ECM

67

Page 195: Analisis permintaan deposito berjangka

dimaksudkan untuk mengetahui apakah penafsiran-penafsiran terhadap

parameter sudah bermakna secara teoritis dan nyata secara statistic.

4.2.4. Analisis Statistik Jangka Pendek

U getah an t si ECM

tersebut, m kan dil en bih ya gujian

variabel-variabel tersebut div t) uj efisien

det sil an s a.

4.2.4.1. Uji Secara Individual (Uji t)

Pengujian secara individual ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel independen. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya t

hitung atau dengan melihat tingkat probabilitasnya, (Abdul Hakim, 2000,

101)

Jika t hitung > t tabel, maka variabel bebas tersebut berpengaruh

terhadap variabel tak bebas secara individu. Dengan menggunakan derajat

kepercayaan 5% maka jika nilai probabilitasnya < 0,05 , berarti variabel

tersebut signifikan pada taraf signifikan 5%.

Kriteria Pengujian :

Uji hipotesis positif satu sisi :

Ho : βi ≤ 0, artinya independen variabel secara individu tidak berpengaruh

positif terhadap variabel dependen.

ntuk men ui lebih l jut tingka signifikan model

aka a akukan p gujian le lanjut itu pen

secara in idual (uji , dan peng ian keo

erminasi (R ) dari2 ha perhitungan yang telah dilakuk ebelumny

68

Page 196: Analisis permintaan deposito berjangka

Ha: βi > 0, artinya independen variabel secara individu berpengaruh

positif terhadap variabel dependen.

Uji hipotesis negatif satu sisi :

bel secara individu tidak berpengaruh

masing- asing variabel dan probabilitasnya sebagai berikut :

Ho : βi ≥ 0, artinya independen varia

negatif terhadap variabel dependen.

Ha: βi<0, artinya independen variabel secara individu berpengaruh negatif

terhadap variabel dependen.

Dari hasil pengujian data dengan Eviews diperoleh nilai t hitung

m

Tabel 4.7

Hasil Uji t Jangka Pendek

Variabel t-hitung t-tabel* Probabilitas

DX1 -3.797930 1,746 0.0020

DX2 3.563723 1,746 0.0031

DX3 2.339027 1,746 0.0605

ECT -2.339027 1,746 0.0347

-k)

Sumber : Hasil Eviews

Signifikan pada α = 5%

t-tabel = t α df (n

= t (α = 5% ; 16)

= 1,746

69

Page 197: Analisis permintaan deposito berjangka

Dari hasil perhitungan dengan program EViews, dapat disimpulkan

ecara individu adalah sebagai berikuhasil pengujian s t :

4

Ho : β1 ≤ 0, ngaruh positif terhadap

Ha : β1 > 0, a

t tabel = 5%, 16

= 1,746

Hasil perhitungan

Kesimp Tolak T a iabel PDRB

berpengaruh rhubu f te vari osito berjangka

rupiah.

4.2.4.1.2. Uji t terhadap parameter β2

H ku bunga deposito tidak berpengaruh

terhdap variabel deposito berjangka rupiah.

el suku bunga deposito berpengaruh positif

ariabel deposito berjangka rupiah.

.2.4.1.1. Uji t terhadap Parameter β1 (DX1)

artinya variabel PDRB tidak berpe

variabel deposito berjangka rupiah

rtinya variabel PDRB berpengaruh positif terhadap variabel

deposito berjangka rupiah

t hitung = -3.797930

t hitung > t tabel

ulannya : Ho dan erima H artinya var

dan be ngan negati rhadap abel dep

(DX2)

o : β2 ≤ 0 , artinya variabel su

positif

Ha : β2 < 0 , artinya variab

terhadap v

70

Page 198: Analisis permintaan deposito berjangka

t hitu

= 1,746

hadap variabel deposito

ap parameter β3 (DX3)

a variabel laju inflasi tidak berpengaruh positif terhadap

deposito berjangka rupiah.

flasi berpengaruh positif terhadap

= 5%, 16

= 1,746

inflasi

rjangka

ng = 3.563723

t tabel = 5%, 16

Hasil perhitungan t hitung > t tabel

Kesimpulannya : Tolak Ho dan Terima Ha artinya variabel suku bunga

deposito berpengaruh dan berhubungan positif ter

berjangka rupiah.

4.2.4.1.3. Uji t terhad

Ho : β3 ≤ 0, artiny

variabel

Ha : β3 > 0, artinya variable laju in

variabel deposito berjangka rupiah

t hitung = 2.339027

t tabel

Hasil perhitungan t hitung < t tabel

Kesimpulannya : Tolak Ho dan terima Ha artinya variabel laju

berpengaruh dan berhubungan positif terhadap variabel deposito be

rupiah.

71

Page 199: Analisis permintaan deposito berjangka

4.2.4.2. Uji Secara Serempak (Uji F)

dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X)

secara be a berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Pengujian

in ilai F-hitung dengan nilai F-tabel

pa

F

A as secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel tidak bebas dan jika F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel maka Ho

di secara bersama-sama tidak

be

Nilai F-tabel dengan derajat kebebasan (3,16) dan α 5% adalah 3.24.

D

demikian F , artinya secara bersama-sama

va stik Regional Bruto (X1), Suku Bunga Deposito

(X si (X3), berpengaruh signifikan terhadap Deposito

Berjangk

4.

besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai R2

berkisar antara 0 - 1. Nilai R2 makin mendekati 0 maka pengaruh semua

variabel independen terhadap variabel dependen makin kecil Dan sebaliknya

Uji F-statistik

rsama-sam

i dilakukan dengan membandingkan n

da derajat kebebasan (k-1, n-k-1) dan tingkat signifikansi (α) 5%. Jika nilai

-hitung lebih besar dari nilai F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

rtinya variabel beb

terima dan Ha ditolak. Artinya variabel bebas

rpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.

ari hasil regresi diketahui bahwa nilai F-hitung adalah 15.26729. Dengan

-hitung lebih besar dari nilai F-tabel

riabel Produk Dome

2),dan Laju Infla

a Rupiah.

2.4.3. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 (koefisien determinasi) dilakukan untuk melihat seberapa

72

Page 200: Analisis permintaan deposito berjangka

nilai R2 makin mendekati 1 maka pengaruh semua variabel independen

terhada

eteksi ada tidaknya

multiko

d Estimator (BLUE) sehingga tidak ada gangguan serius

terhad umsi klasik dalam metode kuadrat terkecil tunggal (OLS) yaitu

stisitas, dan autokorelasi.

multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar

p variabel dependen makin besar.

Dari hasil regresi diketahui bahwa nilai R2 adalah 0.813505, yang

berarti variasi variabel produk domestik regional bruto (X1), suku bunga

deposito (X2), laju inflasi (X3), mempengaruhi variabel deposito berjangka

rupiah sebesar 81.3505%. Sedangkan sisanya (18.6495%) dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dianalisis dalam model regresi ini.

4.2.4.4. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian ini dimaksudkan untuk mend

linieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi dalam hasil estimasi,

karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut. Uji t

dan uji F yang dilakukan menjadi tidak falid dan secara statistik dapat

mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.

Dengan kata lain, apakah hasil-hasil regresi telah memenuhi kaidah

Best Linier Unbiase

ap as

masalah multikolinieritas, heteroskeda

4.2.4.4.1. Uji Multikolinieritas Jangka Pendek

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan yang signifikan diantara variabel bebas. Deteksi adanya

73

Page 201: Analisis permintaan deposito berjangka

variabel independent. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar

variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas

atau tid

Tabel 4.8

D(X1) D(X2) D(X3)

ak menguji koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Hasil

pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat

sebagai berikut:

Hasil Uji Multikolinieritas Jangka Pendek

D(X1) 1 -0.15795 0.326186 D(X2) -0.15795 1 0.006939 D(X3) 0.326186 0.006939 1

Dari tabel hasil analisis uji multikolinieritas di atas terlihat bahwa

koefisiensi korelasi di bawah 0.85, sehinnga dapat disimpulkan bahwa tidak

ada masalah multikolinieritas dalam model analisis regresi.

gamatan ke

pengam tan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan

dan jika berbeda disebut

heteros

4.2.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pen

a

yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas

kedasitas.

Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas

pada penelitian ini adalah pengujian White. Pengujian heteroskedastisitas

74

Page 202: Analisis permintaan deposito berjangka

dilakukan dengan bantuan program komputer Eviews 4.1, dan diperoleh hasil

regresi seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Hasil Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 2.0105 0.148997 83 Probability Obs*R-squared 11.71 bility 0.164331 603 Proba

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Lea s st SquareDate: 01/31/0 : 04:128 Time Sample: 1987 2005 Included obs : 1ervations 9

Variab t-Statistic Prob. le Coefficient Std. ErrorC -0.056512 0.9560 -4.15E+09 7.35E+10

D(X1) 7398.465 56704.59 0.130474 0.8988 (D(X1))^2 -0.005330 0.061735 -0.086330 0.9329

D(X2) 5.69E+09 4.08E+09 1.396135 0.1929 (D(X2))^2 73357501 4.66E+08 0.157293 0.8781

D(X3) 7.06E+09 6.72E+09 1.050472 0.3182 (D(X3))^2 4.08E+09 1.51E+09 2.710911 0.0219

ECM -30546.37 48271.02 -0.632810 0.5411 ECM^2 -0.080276 0.086849 -0.924318 0.3771

R-squared 0.616633 Mean dependent var 4.82E+10 Adjusted R-squared 0.309939 S.D. dependent var 1.15E+11 S.E. of regression 9.57E+10 Akaike info criterion 53.71287 Sum squared resid 9.16E+22 Schwarz criterion 54.16023 Log likelihood -501.2723 F-statistic 2.010583 Durbin-Watson stat 2.174266 Prob(F-statistic) 0.148997

Sum

χ2)

lebih ke

ber : Hasil Eviews

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar

0.616633. Nilai Chi-squares hitung sebesar 11.71603 yang diperoleh dari

informasi Obs*R-squared, sedangkan nilai kritis Chi-squares (χ2) pada α =

5% dengan df sebesar 8 adalah 15.5073. Karena nilai Chi-squares hitung (

cil dari nilai kritis Chi-squares (χ2) maka dapat disimpulkan tidak ada

masalah heteroskedastisitas.

75

Page 203: Analisis permintaan deposito berjangka

Model mengandung heteroskedastisitas juga bisa dilihat dari nilai

probabilitas Chi-Squares sebesar 0.164331 yang lebih besar dari nilai α

(alpha) sebesar 0,05. Berarti Ho diterima dan kesimpulannya tidak ada

heteroskedastisitas.

4.2 orelasi

h autokorelasi digunakan Uji LM Test. Uji

ini identifikasi masalah autokorelasi tidak hanya

pad rder) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat.

Jika hasil u berada sa ya i hitung

(χ2) < dari pada nilai kr qu m l tidak

terdapat autokorelasi, be s ji potesa

alternatif (Ha) yaitu nilai es ) > dari pada tis chi

squ pa

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

.4.4.3 Uji Autik Jangka Pendek

Untuk mendeteksi masala

sangat berguna untuk meng

a derajat pertama (first o

ji LM pada hipote nol (Ho) itu nilai ch squares

itis chi s ares (χ ), 2 aka mode estimasi

gitu pula ebaliknya ka berada pada hi

chi squar hitung (χ2 nilai kri

ares (χ ), maka terda2 t auto korelasi.

Tabel 4.9

Uji Autokorelasi

F-statistic 0.239888 Probability 0.790123 Obs*R-squared 0.676252 Probability 0.713105

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 02/01/08 Time: 10:11 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 773.6924 101765.1 0.007603 0.9940

D(X1) 0.024708 0.162191 0.152338 0.8813 D(X2) -827.0130 12919.57 -0.064012 0.9499 D(X3) -3356.745 21753.12 -0.154311 0.8797

RESID(-1) 0.101963 0.488420 0.208762 0.8379

76

Page 204: Analisis permintaan deposito berjangka

RESID(-2) 0.226392 0.555413 0.407611 0.6902 R-squared 0.035592 Mean dependent var 7.35E-11 Adjusted R-squared -0.335334 S.D. dependent var 260729.8 S.E. of regression 301290.6 Akaike info criterion 28.32163 Sum squared resid 1.18E+12 Schwarz criterion 28.61987 Log likelihood -263.0555 F-statistic 0.095955 Durbin-Watson stat 1.477618 Prob(F-statistic) 0.991252 Sumber : Hasil Eviews

Dari hasil regresi diatas dapat dilihat Nilai koefisiensi determinasinya

(R2) sebesar 0.0335334. Nilai Chi Squared (χ2),sebesar 0.676252. Sedangkan

nilai kritis (χ2), pada α=10% dengan df sebesar 3 adalah 6.25139 . Karena

nilai chi squares hitung (χ ) < dari pada nilai kritis chi squares (χ ), maka

dapat disimpulkan model tidak mengandung masalah autokorelasi.

4.2.5. Analisis Statistik Jangka Panjang

Tabel 4.11

2 2

Hasil Analisis Regresi Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 01/31/08 Time: 09:04 Sample: 1986 2005 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3842648. 795472.2 -4.830650 0.0002 X 0.4 6.739488 0.0000 1 07135 0.060410X2 60713.71 29949.25 2.027220 0.0596 X3 -32296.19 52238.53 -0.618245 0.5451

R-squared 0.766682 Mean dependent var 1445022. Adjusted R-squared 0.722935 S.D. dependent var 1308497. S.E. of regression 688753.8 Akaike info criterion 29.90001 Sum squared resid 7.59E+12 Schwarz criterion 30.09916 Log likelihood -295.0001 F-statistic 17.52529 Durbin-Watson stat 0.771083 Prob(F-statistic) 0.000026

Sumber : Hasil Eviews

77

Page 205: Analisis permintaan deposito berjangka

4.2.5. ra Ind ji

ec an engetahui

sin ngaru signifikan

nden. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya t

hitung

variabel

tersebut signifikan pada taraf signifikan 5%.

Uji hipotesis positif satu sis

Ho : βi ≤ 0, art el secara individu tidak

ngaruh positif terhadap variabel dependen.

a independen variabel secara individu berpengaruh positif

terhad de

Uji hipotesis negatif :

βi ≥ 0, a eca du tidak

erpe l de

nya ara ind pengaruh

negatif terhadap variabel dependen.

Dari pengujian data dengan Eviews diperoleh nilai t hitung masing-

masing variabel dan probabilitasnya sebagai berikut :

1. Uji Seca ividual (U t)

Pengujian s ara individual ini dimaksudk untuk m

apakah masing-ma g variabel independen berpe h secara

terhadap variabel indepe

atau dengan melihat tingkat probabilitasnya. (Abdul Hakim, 2000,

101)

Jika t hitung > t tabel, maka variabel bebas tersebut berpengaruh

terhadap variabel tak bebas secara individu. Dengan menggunakan derajat

kepercayaan 5% maka jika nilai probabilitasnya < 0,05 , berarti

Kriteria Pengujian :

i :

inya independen variab

berpe

Ha: βi>0, artiny

ap variabel penden.

satu sisi

Ho : rtinya independen variabel s ra indivi

b ngaruh negatif terhadap variabe penden.

Ha: βi<0, arti independen variabel sec ividu ber

78

Page 206: Analisis permintaan deposito berjangka

Tabel 4.12

Variabel t-hitung t-tabel* Probabilitas

Hasil Uji t Jangka Panjang

X1 6.739488 1,746 0.0000

X2 2.027220 1,746 0.0596

X3 -0.618245 1,746 0.5451

Sumber: Hasil Eviews

* Signifikan pada α = 5%

t-tabel = t α df (n-k)

= t (α = 5% ; 16)

= 1,746

Dari hasil perhitungan dengan program EViews, dapat disimpulkan

hasil pengujian secara individu adalah sebagai berikut :

4.2.5.1.1. Uji t terhadap parameter β (X1)

Ho : β1 ≤ 0, artinya variabel produk domestik regional bruro tidak

berpengaruh positif terhadap variabel deposito berjangka rupiah.

Ha : β > 0, artinya variabel produk domestik regional bruto berpengaruh

positif terhadap variabel deposito berjangka rupiah.

t hitung = 6.739488

t tabel = 5%, 16

= 1,746

Hasil perhitungan t hitung > t tabel

1

1

79

Page 207: Analisis permintaan deposito berjangka

Kesimpulannya : tolak Ho da artinya variabel produk domestik

regional bruto berp ositif terhadap variabel

deposito berja rupiah

4.2.5.1.2. Uji t terhadap parameter β2

Ho : β1 ≤ 0, artinya variabel suku bunga deposito tidak berpengaruh positif

terhadap variabel deposito berjangka rupiah.

Ha : β1 > 0, artinya variabel suku bunga deposito berpengaruh positif

terhadap variabel deposito berjangka rupiah.

t hitung = 2.027220

t tabel = 5%, 16

= 1,746

Hasil perhitungan t hitung > t tabel

Kesimpulannya : tolak Ho dan terima Ha artinya variabel suku bunga

deposito berpengaruh dan berhubungan positif terhadap variabel deposito

berjangka rupiah.

4.2.5.1.3. Uji t terhadap parameter β3 (X3)

Ho : β3≥0,artinya variabel laju inflasi tidak berpengaruh negatif terhadap

variabel deposito berjangka rupiah.

Ha : β3<0, artinya variable ULN berpengaruh negatif terhadap variabel

deposito berjangka rupiah.

t hitung = -0.618245

n terima Ha

engaruh dan berhubungan p

ngka .

(X2)

80

Page 208: Analisis permintaan deposito berjangka

t tabel = 5%, 16

= 1,746

Hasil perhitungan t hitung < t tabel

esimpulannya : tolak Ha dan terima Ho artinya variabel laju inflasi tidak

deposito berjangka rupiah.

4.2.5.2. Uji Se

secara bersam bebas. Pengujian

membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel

pada derajat kebebasan (k-1, n-k-1) dan tingkat signifikansi (α) 5%. Jika nilai

F-hitung lebih besar dari nilai F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

A a berpengaruh signifikan terhadap

va

di

berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.

Nilai F-tabel dengan derajat kebebasan (4,16) dan α 5% adalah 3.24.

D ng adalah 17.52529. Dengan

de

va iabel Pr , Suku Bunga Deposito (X2),

L

K

berpengaruh dan berhubungan negatif terhadap

cara Serempak (Uji F)

Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X)

a-sama berpengaruh terhadap variabel tidak

ini dilakukan dengan

rtinya variabel bebas secara bersama-sam

riabel tidak bebas dan jika F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel maka Ho

terima dan Ha ditolak. Artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak

ari hasil regresi diketahui bahwa nilai F-hitu

mikian F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel, artinya secara bersama-sama

r oduk Domestik Regional bruto (X1)

aju Inflasi (X3), berpengaruh signifikan terhadap deposito berjangka rupiah.

81

Page 209: Analisis permintaan deposito berjangka

4.2.5.3. Koefisien Determinasi (R2)

N efisien determinasi) dilakukan untuk melihat seberapa

be rhada variabel dependen. Nilai R2

be

va

nilai R2 makin mendekati 1 maka pengaruh semua variabel independen

r.

4

ketahui bahwa nilai R2

sebesar

jangka panjang variasi variabel-variabel independen (produk domestik

regional bruto, suku bunga deposito, laju inflasi) dapat menjelaskan variabel

ilai R2 (ko

sar variabel independen berpengaruh te p

rkisar antara 0 - 1. Nilai R2 makin mendekati 0 maka pengaruh semua

riabel independen terhadap variabel dependen makin kecil Dan sebaliknya

terhadap variabel dependen makin besa

Dari hasil regresi diketahui bahwa nilai R2 adalah 0.766682, yang

berarti variasi variabel produk domestik regional bruto (X1), suku bunga

deposito (X2), laju inflasi (X3), mempengaruhi variabel deposito berjangka

rupiah sebesar 76.6682%. Sedangkan sisanya (23.3318%) dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dianalisis dalam model regresi.

.2.6. Analisis Ekonomi

Dari hasil regresi model dinamis ECM terhadap variabel produk

domestik bruto seperti terlihat pada tabel 4.6, dapat di

0.813505 ini menunjukkan bahwa 81.35% variasi variabel dependen

(deposito berjangka rupiah) dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel

independen (produk domestik regional bruto, suku bunga deposito, laju

inflasi) dalam jangka pendek, sedangkan sisanya 18.65% dijelaskan oleh

variasi diluar model yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Dalam

82

Page 210: Analisis permintaan deposito berjangka

dependen (deposito berjangka rupiah) sebesar 0.766682, ini berarti variabel

indepen

f signifikansi 5%,

dan pe

h sahih dan tidak ada

alasan untuk ditolak.

interpretasi koefisien regresi variabel-variabel dalam

model E

den dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 76.66% dan

sisanya, yaitu sebesar 23.34% dijelaskan oleh variabel diluar model yang

tidak diikutsertakan dalam penelitian.

Dari regresi variabel Error Correction Term (ECT) dapat diketahui

besarnya koefisien ECT sebesar -0.691576 dengan taraf signifikansi sebesar

0.0347 artinya bahwa variabel tersebut signifikan pada tara

rbedaan antara nilai aktual deposito berjangka rupiah dengan nilai

keseimbangannya sebesar -0.691576 akan disesuaikan dalam waktu satu

tahun. Dengan demikian, spesifikasi model yang dipakai dalam penelitian ini

adalah tepat dan mampu menjelaskan hubunagan jangka pendek maupun

jangka panjang. Oleh karena itu persamaan tersebut suda

Berikut analisis

CM maupun model regresi linier yaitu sebagai berikut:

4.2.6.1 Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Deposito

Berjangka Rupiah.

Hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi variabel produk

domestik regional bruto dalam jangka pendek (DX1) mempunyai hubungan

yang signifikan dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0020 dengan koefisien

sebesar -0.439661 yang berarti bahwa dalam jangka pendek, jika produk

83

Page 211: Analisis permintaan deposito berjangka

domestik regional bruto naik sebesar 1 Juta, maka permintaan deposito

berjangka rupiah akan mengalami peningkatan sebesar Rp 0.439661 juta.

Dalam jangka panjang produk domestik regional bruto mempunyai

hubungan yang signifikan dengan tingkat probabilitas sebesar 0,0000.

Dengan

osito berjangka rupiah yaitu sebesar 35589.60. Hal ini

sesuai

kat signifikan

5%.Yang berarti jika suku bunga deposito naik sebesar 1%, akan

m jangka pendek berpengaruh terhadap

deposit

koefisien jangka panjang yaitu 0.407135 yang berarti jika produk

domestik regional bruto naik sebesar 1 Juta, maka permintaan deposito

berjangka rupiah akan mengalami peningkatan sebesar Rp 0.407135 juta.

4.2.6.2. Pengaruh Suku Bunga Deposito Terhadap Deposito Berjangka

Rupiah

Dari hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi variabel suku

bunga deposito dalam jangka pendek (DX2) memiliki hubungan positif

terhadap variabel dep

dengan hipotesis yaitu mempunyai hubungan positif dengan tingkat

signifikansi variabel inflasi sebesar 0,0031 signifikan pada ting

meningkatkan deposito berjangka rupiah sebesar Rp 35589.6 Juta. Artinya

variabel suku bunga deposito dala

o berjangka rupiah.

Dalam jangka panjang suku bunga deposito mempunyai hubungan

yang signifikan dengan tingkat probabilitas sebesar 0,0596. Dengan koefisien

jangka panjang yaitu 60713.71 yang berarti bahwa jika suku bunga deposito

84

Page 212: Analisis permintaan deposito berjangka

naik sebesar 1%, maka akan meningkatkan deposito berjangka rupiah sebesar

Rp 60713.71 Juta.

H

ari

penelitian ini disimpulkan bahwa ada tiga variabel yang berpengaruh secara

suku bunga deposito, total aktiva bank umum dan tingkat deposito

sebelum

ka akan meningkatkan deposito berjangka rupiah

sebesar

tentang “Analisis permintaan deposito berjangka dalam negeri pada bank

asil analisis tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan Ikha

Novianti (2004) meneliti tentang “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

deposito berjangka bank umum di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah

Pendapatan Nasional, tingkat suku bunga deposito, total aktiva bank umum,

jumlah kantor bank umum. Alat analisis yang digunakan adalah PAM. D

signifikan terhadap deposito berjangka bank umum di Indonesia, yaitu tingkat

nya.

4.2.6.3. Pengaruh Laju Inflasi Terhadap Deposito Berjangka Rupiah

Dari hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi variabel inflasi

dalam jangka pendek (DX3) memiliki hubungan positif terhadap variabel

deposito berjangka rupiah yaitu sebesar 30578.06 . Hal ini sesuai dengan

hipotesis yaitu mempunyai hubungan positif dengan tingkat signifikansi

variabel inflasi sebesar 0,0605 signifikan pada tingkat signifikan 5%. Jika

inflasi naik sebesar 1%, ma

Rp 30578.06. Artinya variabel inflasi dalam jangka pendek

berpengaruh terhadap permintaan deposito berjangka rupiah.

Hasil analisis tersebut senada dengan penelitian Tuti (2006) meneliti

85

Page 213: Analisis permintaan deposito berjangka

umum di Indonesia”. Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi, nilai

tukar rupiah terhadap dollar Amerika, suku bunga deposito dalam negeri.

Alat analisis yang digunakan adalah PAM. Dari penelitian ini disimpulkan

bahwa ada dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap deposito

berjangka dalam negeri bank umum di Indonesia, yaitu tingkat inflasi dan

nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

86

Page 214: Analisis permintaan deposito berjangka

BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

. Simpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk me

5.1

ngkaji pengaruh variabel produk

dom stik regional bruto, suku bunga deposito, laju inflasi dan terhadap

permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY pada kurun

waktu tahun 1986 sampai 2005 dengan menggunakan Pendekatan ECM

(Error Correction Model), dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. asil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa variabel

oduk Domestik Regional Bruto, Suku Bunga Deposito, Laju Inflasi,

engindikasikan bahwa variabel- variabel tersebut berpengaruh

gnifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2. ntuk uji kebaikan (uji F dan R2) menunjukkan bahwa model cukup

gus karena secara bersama-sama variabel independent yaitu Produk

omestik Regional Bruto, Tingkat Suku Bunga Deposito, Inflasi,

rpengaruh terhadap Permintaan Deposito Berjangka Rupiah pada

ank Umum di DIY. Dengan besarnya nilai R2 sebesar 0.813505

rarti 81.35% variasi variabel independen (Produk Domestik

egional Bruto, Suku Bunga Deposito, Laju Inflasi,) mampu

e

H

Pr

m

si

U

ba

D

be

B

be

R

87

Page 215: Analisis permintaan deposito berjangka

menjelaskan variasi variabel dependen (Permintaan Deposito

Berjangka R

3. Variabel Suku Bunga Deposito secara statistik positif dan signifikan

dan sesuai dengan hipotesis, berarti suku bunga deposito berpengaruh

dap pertmintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di

5.

upiah pada Bank Umum di DIY).

terha

DIY periode 1986-2005. Kenaikan suku bunga deposito dapat

meningkatkan permintaan deposito berjangka rupiah, karena dengan

suku bunga deposito yang tinggi maka simpanan yang akan diterima

masyarakat akan bertambah

4. Tanda koefisien koreksi kesalahan sebesar -0,691576 menunjukkan

bahwa 69.15% ketidakseimbangan dalam jangka pendek akan

disesuaikan dalam setiap tahun.

Hasil analisis regresi metode ECM yang dihasilkan bebas dari

masalah asumsi klasik, yaitu autokorelasi, heteroskedastisitas dan

multikolinearitas.

88

Page 216: Analisis permintaan deposito berjangka

5.2

1. gka rupiah, bank-bank

2.

PK (dana pihak ketiga), hendaknya

a tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat

likuiditas yang tetap terjaga. Penghimpunan dana berupa Deposito

berjangka baik Rupiah maupun Valuta asing merupakaan salah satu

sisi dari menejemen dana perbankan, yaitu penghimpunan dana dari

masyarakat kepada perbankan. Setiap bank perlu berupaya

meningkatkan kemampuan dalam penghimpunan dana masyarakat,

antara lain dalm bentuk deposito berjangka. Keberhsilan dalam

penghimpunan deposito berjngka akan bermuara pada terjaganya

likuiditas bank.

. Implikasi

Dengan semakin meningkatnya deposito berjan

hendaknya lebih efisien dalam mengelola dana yang dihimpun.

Selanjutnya harus ada usaha pemerintah untuk tetap menjaga

kestabilan tingak suku bunga dan nilai tukar rupiah, supaya

masyarakat dapat mendepositokan uangnya dengan kepastian dan

lebih banyak lagi.

Upaya yang dilakukan oleh perbankan dalam menghimpun dana dari

masyarakat yang berupa D

perbankan lebih meningkatkan produk-produk dan pelayanan jasa

perbankan sehingga dapat menaarik minat masyarakat untuk

mendepositokan uangnya.

3. Menejemen dana perbankan terkait dua aktivitas, penghimpunan dana

dan alokasi dana. Sasaran utama dari menejemen dan perbankan

adalah tercapainy

89

Page 217: Analisis permintaan deposito berjangka

4. Dengan adanya program insurance deposit scheme (IDS), atau

program asuransi penjaminan terhadap dana masyarakat yang

disimpan di bank. Hendaknya di wajibkan kepada semua bank yang

beroperasi di Indonesia memiliki program IDS, sehingga masyarakat

tidak perlu mengkhawatirkan dana yang sudah disimpan di bank, dan

masyarakat dapat mendepositokan uangnya lebih banyak lagi.

90