pengaruh tingkat bagi hasil deposito berjangka 1...
TRANSCRIPT
PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BERJANGKA 1
BULAN, NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON
ASSET (ROA) TERHADAP JUMLAH DEPOSITO MUDHARABAH PADA
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
(Periode Januari 2012 – Juni 2015)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Sri Masitoh NIM. 1112085000005
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Masitoh NIM : 1112085000005 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Perbankan Syariah Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 01 Juni 2016
Sri Masitoh NIM. 1112085000005
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Sri Masitoh
Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 18 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Raya Siliwangi No. 2 RT 001/ RW 04 Pondok Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, 15416.
No. Telepon : 0857 7772 3828
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2000 – 2006 : SDN Pondok Benda 1
2006 – 2009 : Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Pamulang
2009 – 2012 : SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
2012 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Keahlian
1. Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point, Publisher), Internet dan Corel Draw
2. Bahasa : Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
iii
ABSTRACT
This research aim to analyze the effect of the level 1 month time deposit profit sharing, Non Performing Financing (NPF) and Return on Asset (ROA) against the total of mudharabah deposits at Syariah Banking in Indonesian. The data for assessing this research are acquired monthly data from January 2012 to Juni 2015. Technical sampling used in this research is purposive sampling and
used multiple linier regression method. Data processing in this research uses SPSS software 20.0 and Microsoft Excel 2010. The results of the analysis indicated that partially, Return on Asset(ROA) has no significant affect to total of mudharabah deposits. The level 1 month time deposit profit sharing and Non Performing Financing(NPF) are significant to total of midharabah deposits.The amount of the adjust R-square is 70,6%. Simultaneously the level 1 month time deposit profit sharing, Non Performing Financing (NPF) and Return on Asset (ROA) have significant affect. While the remaining amount of 29,4% influenced by other factors that are not included in the study variables. Keywords: The Total of Mudharabah Deposits, The Level 1 Month Time Deposit Profit Sharing, Non Performing Financing (NPF), Return on Asset (ROA)
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito Bejangka 1 Bulan , Non Performing Financing (NPF) dan Return on Asset (ROA) Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2012 sampai Juni 2015. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda menggunakan program SPSS versi 20 dan Microsoft Excel 2010. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial bahwa Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Deposito Mudharabah. Sedangkan Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan dan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Deposito Mudharabah. Hasil lainnya menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 70.6% yang berarti secara simultan menunjukkan bahwa Jumlah Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah dipengaruhi oleh Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan, Non Performing Financing (NPF) dan Return on Asset (ROA). Sedangkan sisanya sebesar 29,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Kata kunci: Jumlah Deposito Mudharabah, Tingkat Bagi Hasil Deposito
Berjangka 1 Bulan, Non Performing Financing (NPF), Return on Asset (ROA)
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, tidak ada kata yang lebih tepat selain ucapan puji syukur
atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ruang, waktu, kesehatan dan
kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya
dengan judul “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan,
Non Performing Financing (NPF) dan Return on Asset (ROA) Terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah di Indonesia
(Periode Januari 2012 – Juni 2015)”. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah
memberikan teladan bagi umat manusia.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Sarkih dan Ibunda Hj. Mulyati.
Terima kasih atas segala pengorbanan dalam bentuk moril maupun materi
yang tak terhitung jumlahnya. Kasih sayang, cinta dan doa yang terus
dipanjatkan demi kelancaran putrinya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak dan kakak iparku tersayang, Sari, Santi, Sahrul, Indah, Anam dan
Salim yang telah memberikan arahan, bantuan materi, motivasi dan doanya.
3. Adikku, Syifa terima kasih atas kesabarannya dalam membantu. Malaikat-
malaikat kecilku, keponakan tersayang Irsyad, Keisha, Azka dan Fadil terima
kasih karena senantiasa menghibur dan menganggu dalam proses penulisan.
4. Special thanks to Alm. Mujahidin, Thank you for everything you have done
for me, This is for you.
vi
5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku dosen pembimbing I dan
Ibu Aini Masruroh SE.I., MM selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran dalam membimbing penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP
selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid,
S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid. Administrasi Umum dan Bapak Dr
Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan
yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah
dan Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Perbankan
Syariah yang senantiasa membantu dan memberikan arahan.
8. Bapak Ade Suherlan, SE., MM., MBA selaku Pembimbing Akademik.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terima kasih atas curahan ilmu yang telah diberikan kepada kami.
10. Seluruh jajaran karyawan, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan
baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
11. Sahabat kecilku, Septiwi Nurul Handayani thanks for tolerating my crazy
habits. You helped me find happiness in being the person that I really am.
Thanks for always being my best supporter and giving me reasons to cheer.
12. Sahabat-sahabat terbaikku, Rookie, Maulydia Qurratuain, Rifka Luhur,
Fatmawati, Sarah, Fauziyyah Sitanova, Sarah Nasution, Anizza Fahrienza,
Aulia Munawaroh, Andi Sofia dan Saniyyah Ramadhoni terima kasih karena
senantiasa setia mendengarkan keluh kesahku dan memberikan bantuan serta
semangatnya selama ini.
vii
13. Leni Tantri Ana, My best partner in crime, teman seperjuangan. Terima kasih
atas kebersamaannya selama ini. Thank you for being my alarm clock.
14. Kak Windi Prabowo, Wahyu Pratomo dan Erwin Padeka yang sudah
memotivasi, membantu dan menyalurkan ilmunya selama proses penulisan.
15. Terima kasih teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2012 (Asma
Karimah, Shella Muthya, Rahmi Fitriyah, Hafizah Oktavia, Yanida Siti
Hanifah, Bama Pradika, Abyan Perdana, Harjuno Wahyu dkk), adik-adik
Perbankan Syariah angkatan 2013-2016 dan keluarga besar KKN Al-Malika
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas bantuan, doa dan dukungannya.
16. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut membantu
dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis dengan senang hati menerima segala saran dan kritik. Semoga
Allah SWT memberikan berkah atas kebaikan dan jasa-jasa mereka semua dengan
rahmat dan kebaikan dari-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca dan mempelajarinya.
Jakarta, 01 Juni 2016
Penulis
(Sri Masitoh)
8
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................ i Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................... iii Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................... iv Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. v Abstract .......................................................................................................... vi Abstrak .......................................................................................................... vii Kata Pengantar ............................................................................................. viii Daftar Isi ...................................................................................................... xi Daftar Tabel .................................................................................................. xiii Daftar Gambar ............................................................................................. xiv Daftar Lampiran ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 11
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 12
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................................... 15
1. Perbankan Syariah ........................................................................ 15
2. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ......................... 22
3. Teori Mudharabah ........................................................................ 24
4. Jumlah Deposito Mudharabah ....................................................... 28
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah
Deposito Mudharabah ................................................................... 40
6. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ............ 50
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 53
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 60
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 61
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 63
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 63
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 66
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 67
E. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 76
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 81
B. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................ 97
C. Interpretasi .......................................................................................... 112
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 120
B. Saran ................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 122
LAMPIRAN .................................................................................................. 128
xiii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Jumlah Jaringan Kantor Bank Syariah ....................... 2
1.2 Ekuivalen Tingkat Imbalan/Bagi Hasil/Fee/Bonus
Deposito Berjangka ........................................................................... 5
2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ........................ 23
2.2 Perbedaan Bunga dengan Bagi Hasil ................................................. 41
2.3 Kriteria Penilaian Rasio NPF (Non Performing Financing) ............... 47
2.4 Klasifikasi Tingkat Penilaian Rasio ROA (Return on Asset) .............. 49
2.5 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 54
3.1 Daftar BUS dan UUS ........................................................................ 63
4.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ................................. 80
4.2 Ekuivalen Tingkat Imbalan/Bagi Hasil/Fee/Bonus
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.................................... 86
4.3 Data Non Performing Financing (NPF) Tahun 2012-2015................. 90
4.4 Data Return on Asset (ROA) Tahun 2012-2015 ................................. 93
4.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ...................................... 96
4.6 Hasil Uji Multikolonieritas dengan Tolerance dan VIF ...................... 97
4.7 Hasil Uji Durbin Watson ................................................................... 100
4.8 Hasil Uji t (Uji Parsial) ...................................................................... 101
4.9 Hasil Uji F (Uji Simultan) ................................................................. 103
4.10 Hasil Uji Adjusted R Square (R2 Adj) ............................................... 105
4.11 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................................. 106
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Komposisi Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah .............. 6
1.2 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ......... 8
2.1 Prinsip-Prinsip Bank Syariah ............................................................. 19
2.2 Skema Mudharabah ........................................................................... 25
2.3 Sumber Dana Bank ........................................................................... 28
2.4 Macam-Macam Deposito .................................................................. 33
2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................. 58
4.1 Komposisi Jumlah Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah di Indonesia periode 2012-2015 ................... 83
4.2 Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia periode 2012-2015 ...... 88
4.3 Perkembangan Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah di Indonesia periode 2012 – 2015 ............... 92
4.4 Hasil Grafik Histogram ..................................................................... 95
4.5 Hasil Grafik P-p Plot ......................................................................... 95
4.6 Hasil Scatterplot ................................................................................ 99
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ........................................ 123
2 Data Mentah Variabel Independen dan Dependen ............................. 125
3 Hasil Uji Regresi Linier, Parsial dan Simultan ................................... 127
4 Hasil Uji Normalitas.......................................................................... 128
5 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................. 129
6 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 129
7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 130
8 Tabel Distribusi t ............................................................................... 130
9 Tabel Distribusi F .............................................................................. 131
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam
memajukan perokonomian suatu negara sangat besar. Hampir semua sektor
yang berhubungan dengan kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank
karena konsep dasar dalam perbankan adalah memberikan keamanan,
kenyamanan dan kemudahan bagi masyarakat dalam menjaga dan
memelihara serta memanajemen keuangannya (Hayat, 2014:294).
Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa
bank merupakan “nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu
negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai
lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang,
mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha,
tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan
lainnya (Kasmir, 2012:3).
Ketertarikan masyarakat terhadap ekonomi Islam semakin berkembang.
Hal ini ditandai dengan mulai munculnya lembaga-lembaga syariah. Salah
satunya Bank Syariah, lembaga keuangan yang kegiatan usahanya tidak
menerapkan sistem bunga seperti pada bank konvensional, melainkan
menggunakan sistem bagi hasil.
2
Menurut Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio menenggarai
ada dua pengertian yang bisa diletakkan pada bank syariah, yakni: sebagai
bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam, dan bank
yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an
dan Al-Hadis (Aziz, 2010:165).
Menurut Warde (2009:116) sekalipun menggunakan istilah bank, tetapi
dalam praktiknya sangat berbeda dengan bank konvensional. Hampir
sebagian besar deifinisi-definisi menyederhanakan perbankan Islam pada
pengertian bank ‘Bebas Bunga’ karena perintah memerangi riba merupakan
landasan fundamental dari keuangan Islam. Bank syariah di Indonesia secara
konsisten telah menunjukkan perkembangannya dari waktu ke waktu.
Terbukti dengan berkembangnya jumlah jaringan kantor bank syariah sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Jaringan Kantor Bank Syariah
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BUS - - Jumlah Bank - - Jumlah Kantor
11 1.215
11 1.401
11 1.745
11 1.998
12 2.151
12 2.121
Unit Usaha Syariah - - Bank Konvensional
Yang memiliki UUS - - Jumlah Kantor
23 262
24 336
24 517
23 590
22 320
22 327
BPR Syariah - - Jumlah Bank - - Jumlah Kantor
150 286
155 364
158 401
163 420
163 439
162 471
Total 1.763 2.101 2.663 2.990 2.910 3.115 Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Bank Indonesia, www.bi.go.id)
3
Tabel 1.1 adalah laporan publikasi jaringan kantor bank syariah yang
secara kuantitas menunjukkan pencapaian perbankan syariah yang cukup
membanggakan, dimana setiap tahunnya mulai dari tahun 2010 hingga tahun
2015 jumlah jaringan kantor bank syariah mengalami peningkatan.
Menurut Boesono (2007) dalam jurnal yang ditulis oleh Rismawati dan
Rosita (2014:86) ada tiga prinsip dalam operasional bank syariah yang
berbeda dengan bank konvensional, terutama dalam pelayanan terhadap
nasabah, yang harus dijaga oleh para banker, diantaranya:
1. Prinsip keadilan, yakni imbalan atas dasar bagi hasil dan margin
keuntungan ditetapkan atas kesepakatan bersama antara bank dan nasabah.
2. Prinsip kesetaraan, yakni nasabah penyimpan dan pengguna dana dan bank
memiliki hak, kewajiban, beban risiko dan keuntungan yang berimbang.
3. Prinsip ketenteraman, bahwa produk bank syariah mengikuti prinsip dan
kaidah muamalah Islam (bebas riba dan menerapkan zakat harta).
Oleh karena ketiga prinsip itu banyak masyarakat yang tertarik untuk
berinvestasi pada bank syariah. Investasi syariah lebih logis dan cenderung
tidak memberatkan kedua belah pihak karena dalam investasi syariah tidak
mengenal adanya bunga. Keuntungan yang didapat dalam investasi syariah
adalah murni hasil dari perputaran uang. Salah satu contoh produk investasi
yang sedang diminati yaitu Deposito dengan akad Mudharabah.
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau
4
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad.
Sejalan dengan buku yang ditulis oleh Mardani (2011:40) hadis yang
berkaitan dengan mudharabah adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu
Majah dan Syuhaib bahwa Nabi SAW bersabda:
ل، أج أن النبي صلى هللا عليه وآله وسلم قال: ثالث فيهن البركة: البيع إلى
والمقارضة وخلط البر بالشعير للبيت ال للبيع “Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang ditangguhkan,
melakukan qiradh (memberi modal kepada orang lain) dan yang mencampurkan gandum dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk diperjual belikan” (HR. Ibnu Majah dan Shuhaib).
Sedangkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 3/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Deposito Mudharabah dan PSAK 105 tentang
Akuntansi Mudharabah menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam
syariah adalah deposito berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam transaksi
deposito mudharabah, nasabah bertindak sebagai pemilik dana (Shahibul
Maal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana (Mudharib). Dalam
kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya,
termasuk bermudharabah dengan pihak lain (Yaya et. al., 2014:98).
Berdasarkan landasan hukum Islam dan hukum positif di atas, bank
syariah diperbolehkan untuk memberikan fasilitas investasi kepada
nasabahnya dalam bentuk deposito layaknya yang diberikan bank
5
konvensional kepada nasabahnya, hanya saja deposito di bank syariah
haruslah menggunakan mudharabah sebagai landasan akadnya.
Bank syariah tidak membayar bunga deposito kepada deposan tetapi
membayar bagi hasil keuntungan yang ditetapkan dengan nisbah. Menurut
Isna dan Sunaryo (2012:30) nasabah penyimpan dana akan selalu
mempertimbangkan tingkat imbalan yang diperoleh dalam melakukan
investasi pada bank syariah. Jika tingkat bagi hasil bank syariah terlalu
rendah maka tingkat kepuasan nasabah akan menurun dan kemungkinan besar
akan memindahkan dananya ke bank lain.
Tabel 1.2 Ekuivalen tingkat imbalan/bagi hasil/fee/bonus Deposito Berjangka
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Deposito iB 2012 2013 2014 2015
1 Bulan 6,06% 6,60% 7,80% 7,39 3 Bulan 6.17% 5,06% 8,10% 7,86 6 Bulan 6,76% 5,25% 7,34% 6,86 12 Bulan 6,27% 4,79% 7,18% 6,97 >12 Bulan 6,49% 7,08% 14,02% 12,96
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Bank Indonesia, www.bi.go.id)
Tabel 1.2 menunjukkan terjadinya ketidakstabilan tingkat bagi hasil
yang disebabkan karena meningkatnya NPF (Non Performing Financing)
ketika suku bunga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sedang stabil. Secara
umum, jika presentase bagi hasil yang dijanjikan besar maka akan menarik
minat calon nasabah. Karakteristik nasabah yang demikian membuat tingkat
bagi hasil menjadi penentu kesuksesan bank syariah dalam menghimpun dana
6
pihak ketiga. Besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dimiliki oleh
bank syariah mencerminkan atas kinerjanya yang baik dalam mendapatkan
kepercayaan dari nasabah.
Miliar Rupiah (in Billion IDR)
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Bank Indonesia, www.bi.go.id)
Gambar 1.1 Komposisi Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Gambar 1.1 menunjukkan perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
perbankan syariah yang mengesankan dari tahun ke tahun. Bila dilihat,
Jumlah deposito dengan akad mudharabah unggul di atas Giro dan Tabungan.
Pada tahun 2012 total DPK berjumlah 147.512 Miliar dan 183.534 Miliar di
tahun 2013 lalu bertambah kembali menjadi 271.858 Miliar di tahun 2014.
Namun, data di atas menunjukkan pula terjadinya penurunan jumlah DPK di
tahun 2015. Bila dilihat dengan seksama, penurunan di sisi jumlah deposito
tepat disaat rasio ROA menurun, rasio NPF meningkat dan tingkat bagi hasil
17.708
45,072
84,732
18,523
57,200
107,812
18,649
63,581
135,629
21,943
61,029
130,506
10000
35000
60000
85000
110000
135000
160000
Giro (Akad Wadiah) Tabungan (Akad Wadiah& Mudharabah)
Deposito (AkadMudharabah)
2012 2013 2014 2015
7
yang diberikan juga menurun. Alhasil, mengakibatkan berkurangnya
keyakinan calon nasabah apakah perbankan Islam adalah bidang penanaman
modal yang prospektif dan cukup menjanjikan atau tidak.
Besar kecilnya jumlah deposito bersangkutan dengan tingkat bagi hasil
yang diperoleh oleh deposan yang bergantung pada pendapatan bank itu
sendiri. Dalam hal ini suatu bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat
beroperasi secara optimal. Kondisi kesehatan perbankan dapat diukur melalui
analisis laporan keuangan bank yang dipublikasikan secara berkala oleh Bank
Indonesia maupun OJK (Otoritas Jasa keuangan).
Laporan keuangan menjadi sangat penting bagi banyak pihak karena
memberikan informasi yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan.
Untuk mengetahui faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi jumlah deposito
mudharabah, penulis menggunakan rasio Non Performing Financing (NPF)
dan Return on Assets (ROA) sebagai tolak ukur selain menggunakan Tingkat
Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan.
Non Performing Financing (NPF) merupakan indikator pembiayaan
bermasalah yang perlu diperhatikan karena sifatnya yang fluktuatif dan tidak
pasti sehingga penting untuk diamati dengan perhatian khusus. Non
Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrument penilaian
kinerja sebuah bank syariah yang menjadi interpretasi penilaian pada aktiva
produktif, khususnya dalam penilaian pembiayaan bermasalah (Popita,
2013:405).
8
Return On Asset (ROA) merupakan pengukuran rentabilitas bank
dengan maksud untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan
laba dengan menggunakan sejumlah aktiva yang dimiliki. Menurut Candra
dan Yulianto (2015:4), apabila bank sudah menjalankan praktek akuntansi
dengan baik maka manajemen akan menggunakan teknik analisa rentabilitas
ROA dalam mengukur efisiensi penggunaan modal kerja, efisiensi produk
dan efisiensi bagian penjualan. Sedangkan menurut Sudiyatno dan Suroso
(2010:2) semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja yang
semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar sehingga
profitabilitas bank meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas
yang dinikmati oleh deposan.
Di bawah ini adalah laporan perkembangan periodik dari data Statistik
Perbankan Syariah menganai perkembangan Non Performing Financing
(NPF) dan Return On Asset (ROA) 4 tahun terakhir:
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Bank Indonesia, www.bi.go.id)
Gambar 1.2 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2,22%
2,62%4,33%
4,73%
NPF
2012 2013 2014 2015
2.14%
2.00%
0.80%
0,89%
ROA
2012 2013 2014 2015
9
Gambar 1.2 menunjukkan penurunan pada ROA (Return on Asset)
setiap tahunnya dan semakin menurun drastis di tahun 2015. Penurunan ini
disebabkan karena meningkatnya rasio NPF (Non Performing Financing) di
tahun tersebut. Oleh karena itu, bank harus menanggung kerugian dalam
kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba
(ROA) yang diperoleh bank.
Deposan akan selalu mempertimbangkan kondisi kesehatan bank dan
tingkat imbalan yang diperoleh dalam melakukan investasi pada bank syariah.
Jika kualitas kinerja keuangan tidak baik akan berpengaruh pada jumlah
deposito yang dimiliki oleh bank dan menjadi cukup penting bagi bank
syariah untuk tetap menjaga kualitas kinerja keuangannya. Apabila tingkat
bagi hasil menurun disaat BI Rate sedang stabil, akan mengakibatkan tingkat
kepercayaan nasabah untuk berinvestasi di bank syariah akan menurun.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi Natalia, dkk (2014)
hubungan antara tingkat bagi hasil deposito berjangka 1 bulan dengan jumlah
deposito bersifat negatif. Sedangkan menurut Supitasari (2014) tingkat bagi
hasil deposito berjangka 1 bulan tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito.
Selanjutnya pada hasil penelitian dari Abdullah Syafi’ie (2015) mengatakan
bahwa NPF (Non Performing Financing) memiliki pengaruh negatif
sedangkan menurut hasil penelitian dari Nana Novianti (2015) mengatakan
NPF (Non Performing Financing) tidak berpengaruh terhadap jumlah
deposito mudharabah. Lain halnya dengan hasil penelitian dari Khasanah
10
Ulfah (2012) mengatakan bahwa ROA (Return on Asset) tidak berpengaruh
terhadap jumlah deposito sedangkan menurut Isna dan Sunaryo (2012) ROA
(Return on Asset) memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah deposito
mudharabah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis memandang
layak untuk melakukan penelitian untuk mengembangkan hasil terbaru
mengenai apakah Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan, Non
Performing Financing (NPF) dan Return on Asset (ROA) berpengaruh secara
parsial maupun simultan terhadap Jumlah Deposito Mudharabah dan variabel
manakah yang paling kuat berpengaruh terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah dengan judul “PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL
DEPOSITO BERJANGKA 1 BULAN, NON PERFORMING
FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP
JUMLAH DEPOSITO MUDHARABAH PADA PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA (Periode Januari 2012 -Juni 2015)”.
B. Perumusan Masalah
Dalam rangka memfokuskan pembahasan berdasarkan latar belakang,
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah secara parsial variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1
Bulan, Non Performing Financing (NPF) dan Return On Asset (ROA)
berpengaruh terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada Perbankan
Syariah periode Januari 2012 – Juni 2015?
11
2. Apakah secara simultan variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka
1 Bulan, Non Performing Financing (NPF) dan Return On Asset (ROA)
berpengaruh terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada Perbankan
Syariah periode Januari 2012 – Juni 2015?
3. Variabel manakah yang paling kuat dan dominan mempengaruhi Jumlah
Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah periode Januari 2012 –
Juni 2015?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1
Bulan, Non Performing Financing (NPF) dan Return On Asset (ROA)
terhadap Jumlah Deposito Mudharabah berpengaruh pada Perbankan
Syariah periode Januari 2012 – Juni 2015 secara parsial.
2. Untuk mengetahui apakah Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1
Bulan, Non Performing Financing (NPF) dan Return On Asset (ROA)
berpengaruh terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada Perbankan
Syariah periode Januari 2012 – Juni 2015 secara simultan.
3. Untuk mengetahui variabel yang paling kuat dan dominan mempengaruhi
Jumlah Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah periode Januari
2012 – Juni 2015.
12
D. Manfaat Penelitian
Penelitian dengan topik perbankan syariah memang semakin banyak
dilakukan, hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya peran bank syariah
dalam kegiatan perekonomian. Manfaat penelitian ini dapat dikategorikan
sebagai manfaat teoritis dan manfaat praktis, yang diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai sarana pengembangan teori dan ilmu pengetahuan yang secara
teoritis berhubungan dengan objek penelitian ini sendiri, diantaranya:
a. Bagi Akademisi, diharapkan penelitian ini akan menambah
kepustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang mampu
menambah wawasan dan memberikan sumbangan pemikiran tentang
perbankan syariah, serta bisa dijadikan rujukan lebih lanjut bagi
peneliti berikutnya.
b. Bagi Penulis, merupakan tambahan khasanah pengetahuan dan
wawasan lebih luas khususnya mengenai faktor-faktor apa saja yang
sudah mempengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah pada Perbankan
Syariah periode Januari 2012 – Juni 2015.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Nasabah dan Investor, penelitian ini diharapkan berguna untuk
mengetahui bagaimana membaca equivalent rate atau tingkat bagi
hasil deposito dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi Deposito
13
Mudharabah sebelum mengambil keputusan untuk menginvestasikan
dananya.
b. Bagi Perbankan Syariah, pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito
Berjangka 1 Bulan, Non Performing Financing (NPF) dan Return On
Asset (ROA) terhadap Jumlah Deposito Mudharabah menjadi topik
yang dapat dibahas lebih lanjut. Kajian penelitian ini dapat bermanfaat
untuk mengevaluasi perkembangan sistem perbankan syariah
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Jumlah Deposito
Mudharabah. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi
perbankan syariah untuk mengambil kebijakan dan keputusan dalam
meningkatkan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) khususnya pada
Deposito Mudharabah.
E. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab. Pada
tiap-tiap bab terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini
penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan terkait alasan pemilihan
judul atau latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan menguraikan terkait landasan teori
14
yang dilengkapi definisi Deposito Mudharabah, Tingkat Bagi
Hasil Deposito, Non Performing Financing (NPF) dan Return on
Asset (ROA), bank syariah, penelitian terdahulu, keterkaitan antar
variabel independen dengan variabel dependen, kerangka
pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan
mengenai ruang lingkup penelitian, metode penentuan sampel,
metode pengumpulan data, metode analisis data dan operasional
variabel penelitian.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai hasil penelitian
berupa gambaran umum objek penelitian, deskripsi data, analisis
dan pembahasan terdiri dari hasil uji asumsi klasik (uji normalitas,
uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi),
hasil uji hipotesis (Uji-t, Uji-F dan Koefisien Determinasi), hasil
analisis regresi linier berganda dan interpretasi.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan berisi penutupan yang didalamnya mencakup
kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya serta saran yang dapat penulis
sampaikan dalam penulisan skripsi ini.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perbankan Syariah
a. Pengertian Umum
Kasmir (2008:8) di dalam bukunya, mengartikan bank sebagai
lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling
lengkap dan secara sederhana bank dianggap sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian
bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998
dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip
syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran (Choliq, 2016:133).
Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank
Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan-
16
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa
dibidang syariah (Yaya et. al., 2014:48).
Sekalipun menggunakan istilah bank, tetapi dalam praktiknya
sangat berbeda dengan bank konvensional. Karnaen A.
Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio menenggarai ada dua
pengertian yang bisa diletakkan pada bank syariah, yakni : sebagai
bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariat islam,
dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-
ketentuan Al-Quran dan Al-Hadis (Aziz, 2010:165).
با ال يقومون إال كما يقوم الذي يتخبطه الشيطان من المس لل الذين يأكلون الر
با فمن جاءه موعظة م الر البيع وحر با وأحل الل ن ر بأنهم قالوا إنما البيع مثل الر ب ه فانته م
ومن عاد فأولـئ أصحاب النار هم فيها خال دون فله ما سلف وأمره إل الل
[2:275] Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Dari ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 di atas dapat
disimpulkan bahwa setiap transaksi harus didasari dengan keadilan
dan bebas dari unsur riba. Karena hal mendasar yang membedakan
antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terletak pada
17
pengambilan dan pembagian keuntungan yang diberikan. Oleh
karena itu, munculah istilah bunga dan bagi hasil.
Pada operasional bank syariah tidak mengenal adanya konsep
bunga. Operasional produk bank syariah di Indonesia dijadikan
berdasarkan undang-undang Peraturan Bank Indonesia dan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia, yaitu Undang-undang No. 10
tahun 1998 dan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun
1999. Dengan begitu produk bank syariah mendapatkan persetujuan
dari Dewan Pengawas Syariah terlebih dahulu sebelum
diperkenalkan kepada masyarakat.
b. Fungsi Bank Syariah
Kata bank dari kata banque dalam bahasa Perancis dan banco
dalam bahasa Italia, yang berarti peti atau lemari. Kata peti atau
lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda
berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang, dan sebagainya.
Pada abad ke-12 kata banco merajuk pada meja, counter, atau
tempat penukaran uang. Dengan demikian fungsi dasar bank adalah
menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman dan
menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (Al-
Arif, 2011:293).
Dalam bank syariah, masyarakat yang kelebihan dana dapat
menyimpan dananya dalam bentuk giro, tabungan dan deposito atau
18
bentuk simpanan lainnya melalui prinsip wadiah maupun
mudharabah. Begitupula masyarakat yang kekurangan dana dapat
meminjam dana di bank dalam bentuk pembiayaan.
Dalam bukunya, Aziz (2010:173) menjelaskan bahwa fungsi
perbankan syariah terbagi menjadi 4 fungsi utama, di antaranya:
1) Manajer Investasi (Mudharib)
Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik
dana yang dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan (bagi
hasil) yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun sangat
bergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan keprofesionalisme
dari bank syariah. Atau, dapat juga dimaksudkan bahwa bank
syariah mengelola investasi atas dana nasabah dengan
menggunakan akan mudharabah atau sebagai agen investasi.
2) Investor (Shahibul Al Maal)
Dalam fungsi ini bank syariah bertindak sebagai investor.
Maksdunya adalah bank menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan
kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai
prinsip syariah dan membagi hasil yang diperoleh sesuai nisbah
yang disepakati antara bank dan pemilik dana.
3) Jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran
Dalam melaksanakan fungsi ini, bank syariah tidak terlalu
19
berbeda jauh dengan bank konvensional. Sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Jasa-jasa tersebut misalnya
memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji
dan sebagainya.
4) Fungsi sosial
Salah satu fungsi lainnya yang membedakan dengan bank
konvensional adalah bank syariah memiliki fungsi sosial. Yaitu
memberikan pelayanan sosisal kepada masyarakat melalui dana
Qardh (pinjaman kebajikan) atau Zakat dan dana sumbangan
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
c. Prinsip – Prinsip Bank Syariah
Gambar 2.1 Prinsip-Prinsip Bank Syariah
Sejalan dengan gambar di atas, menurut Kasmir (2012:26) bagi
bank yang berprinsip syariah dalam penentuan harga produk sangat
Surplus Spending Unit
Prinsip Wadiah- Giro- Tabungan
Prinsip Mudharabah- Tabungan- Deposito
BANK SYARIAH
Prinsip Jual Beli- Murabahah- Istishna- Salam
Prinsip Bagi Hasil- Mudharabah- Musyarakah
Deficit Spending Unit
- Kafalah- Wakalah- Sharf- Qardh- Rahn- Hiwalah
20
sangat berbeda dengan bank konvensional. Dalam menentukan harga
atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah
adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
b. Pembiayaan dengan prinsip penyertaan modal (musyarakah)
c. Jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa
pilihan (ijarah)
e. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina).
d. Usaha-usaha Bank Syariah
Menurut Rivai, dkk (2007:325) menjelaskan bahwa bank
syariah memiliki usaha-usaha kegiatan dalam 18 bagian,
diantaranya:
a. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan investasi, antara lain:
1) Giro berdasarkan prinsip wadi’ah.
2) Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah dan mudharabah;
3) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
b. Menyalurkan dana melalui:
1) Jual-beli berdasarkan akad murabahah, istishna dan salam.
21
2) Bagi hasil berdasarkan akad mudharabah dan musyarakah.
3) Sewa-menyewa berdasarkan akad ijarah dan ijarah
muntahiya bittamlik.
4) Pinjam-meminjam berdasarkan akad qardh.
5) Pemberian jasa pelayanan perbankan akad wakalah,
hawalah, kafalah dan rahn.
c. Membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri surat-
surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi
nyata (underlying transaction) berdasarkan prinsip syariah.
d. Membeli surat bergharga berdasarkan prinsip syariah yang
diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia.
e. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah
f. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri atau nasabah
berdasarkan prinsip syariah.
g. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang
diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan antar pihak
ketiga berdasarkan prinsip syariah.
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat
berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah.
i. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penata usahaannya
berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.
j. Fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip syariah.
22
k. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berdasarkan
prinsip syariah.
l. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah.
m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan dibank sepanjang
disetujui oleh BI dan mendapatkan Fatwa DSN.
n. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf
o. Melakukan penyertaan modal berdasarkan prinsip syariah
seperti sewa guna usaha, kliring, asuransi, perusahaan efek.
p. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan
prinsip syariah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan
ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia.
q. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun berdasarkan prinsip syariah.
r. Bank syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak
sebagai penerima dana berupa zakat, infak, shadakah, wakaf,
hibah dan menyaurkannya sesuai syariah atas nama bank atau
lembaga amil zakat yang ditunjuk pemerintah.
2. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Sesuai dengan prinsip Islam yang melarang sistem bunga atau riba
yang memberatkan, maka bank syariah beroperasi berdasarkan kemitraan
pada semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan.
23
Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank
konvensional, antara lain:
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
No. Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
1. Bunga Berbasis revenue/ profit loss sharing (bagi hasil)
Berbasis Bunga
2. Risiko Risk Sharing Anti Risk 3. Operasional Beroperasi dengan
menggunakan sektor riil
Beroperasi dengan pendekatan sektor-sektor keuangan, tidak terkait langsung dengan sektor riil
4. Produk Multi produk (jual beli, bagi hasil, jasa)
Produk tunggal (kredit)
5. Pendapatan Pendapatan yang diterima deposan terkait langsung dengan pendapatan yang diperoleh bank dari pembiayaan
Pendapatan yang diterima deposan tidak terkait dengan pendapatan yang diperoleh bank dari kredit.
6. Negative spread
Tidak mengenal negative spread
Mengenal negative spread
7. Dasar hukum Al-Qur’an, Sunnah, Fatwa ulama, Bank Indonesia dan Pemerintah
Bank Indonesia dan Pemerintah
8. Falsafah Tidak berdasarkan bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidak jelasan (gharar)
Berdasarkan atas bunga (riba)
9. Aspek sosial Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi misi
Tidak diketahui secara tegas
11. Organisasi Memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Tidak memiliki Dewan Pengawasan Syariah (DPS)
24
12. Uang .
Uang bukan komoditi, tetapi hanya alat pembayaran
Uang adalah komoditi selain sebagai alat pembayaran
13. Operasional a. Dana masyarakat (DPK) berupa titipan (wadiah) dan investasi (mudharabah) yang baru akan mendapatkan hasil jika “diusahakan’\” terlebih dahulu. b. penyaluran dana (financing) pada usaha yang halal dan menguntungkan.
a. dana masyarakat (DPK) berupa titipan simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo b. penyaluran dana pada sektor yang menguntungkan dan aspek halal bukan prioritas utama.
Sumber : (Rodoni dan Hamid, 2008:15)
3. Teori Mudharabah
a. Pengertian Akad Mudharabah
PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah mendefinisikan
mudharabah sebagai akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (pemilik dana/shahibul maal) menyediakan seluruh
dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib) bertindak
selaku pengelola dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai
kesepkatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh
pemilik dana (Nurhayati dan Wasilah, 2015:128).
Menurut Giannini (2013:97) akad mudharabah pada dasarnya
membutuhkan rasa saling percaya yang tinggi antara pemilik dana
dan pengelola dana. Selain itu, pembagian keuntungan harus dalam
bentuk nisbah/persentase yang telah disepakati.
25
Gambar 2.2 Skema Mudharabah
Sesuai dengan skema di atas, dalam akad mudharabah,
pemilik dana tidak boleh mensyaratkan tertentu untuk bagiannya
karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan
atau imbalan tanpa ada faktor penyeimbang yang diperbolehkan
syariah. Misalnya, ia memberi modal sebesar Rp 100 Juta dan ia
menyatakan setiap bulan mendapat Rp 5 Juta. Dalam mudharabah,
pembagian keuntungan harus dalam bentuk persentase/nisbah,
misalnya 70:30, 70% untuk pengelola dana dan 30% untuk pemilik
dana. Sehingga besarnya keuntungan yang diterima tergantung pada
laba yang dihasilkan. Keuntungan yang dibagikan harus
menggunakan nilai realisasi keuntungan, yang mengacu pada
laporan hasil usaha yang secara periodik disusun oleh pengelola dana
Pemilik Dana
Akad Mudharabah Pengelola Dana
Porsi Laba
Porsi Rugi dan Laba
Hasil Usaha: Apabila untung akan dibagi sesuai nisbah, Apabila rugi ditanggung oleh pemilik dana
Proyek Usaha
26
dan diserahkan pada pemilik dana (Nurhayati dan Wasilah,
2015:129).
b. Jenis-jenis Mudharabah
Dalam transaksi dengan prinsip mudharabah harus dipenuhi
rukun mudharabah meliputi, yaitu :
1) Shahibul Maal/ Rabulmal (pemilik dana/nasabah).
2) Mudharib (pengelola dana/pengusaha/bank),
3) Amal (usaha/pekerjaan), dan
4) Ijab Qabul
Dilihat dari segi kuasa yang diberikan kepada pengusaha,
mudharabah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut (Wiroso,
2005:37):
1) Mudharabah Mutlaqah (investasi tidak terikat) yaitu pihak
pengusaha diberi kuasa penuh untuk menjalankan proyek tanpa
larangan/gangguan apapun urusan yang berkaitan dengan
proyek itu dan tidak terikat dengan waktu, tempat, jenis,
perusahaan, dan pelanggan. Investasi tidak terikat ini pada usaha
perbankan syariah diaplikasikan pada tabungan dan deposito.
2) Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat) yaitu pemilik dana
membatasi memberi syarat kepada pengelola dana seperti
misalnya hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu,
cara, waktu, dan tempat tertentu saja. Jadi, dalam investasi
27
terikat ini pada prinsipnya kedudukan bank sebagai agen saja
dan kegiatannya tersebut bank menerima imbalan berupa fee.
c. Landasan Hukum Akad Mudharabah
Landasan hukum syariah dari Mudharabah ini lebih
mencerminkan agar setiap umat dianjurkan untuk melakukan usaha,
seperti tertera dalam Al-Quran dan Al-Hadis berikut:
1) Firman Allah SWT, antara lain:
a. QS. Al-Jumu’ah [2] :10:
وٱلكرو لوة فٱنتشروا ف ٱلرض وٱبتغوا من فضل ٱلل كثيرا فإلا قضيت ٱلص ا ٱلل
لعلكم تفلحون
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaran engkau dimuka bumi dan carilah karunia Allah Swt dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”
b. QS. Al-Maidah [5] : 1:
بالعقود أوفوا آمنوا الذين أيها يآ
"Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu...”.
2) Hadis riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib:
ل، أن النبي صل هللا عليه وآله وسلم قال: ثالث فيهن البركة: البيع إل أج
البر بالشعير للبيت ال للبيع والمقارضة وخلط
"Nabi bersabda, 'Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual." (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
Ayat di atas menjelaskan bahwa seseorang di muka bumi
diharuskan untuk mencari dan melakukan usaha. ayat di atas sejalan
28
dengan tujuan akad mudharabah yang dikatakan oleh Wiroso
(2005:34) bahwa tujuan akad mudharabah sendiri adalah kerjasama
kemitraan antara pemilik harta (modal) yang tidak ada pengalaman
dalam perniagaan/tidak ada peluang untuk berusaha sendiri dalam
lapangan perniagaan, perindustrian dan sebagainya dengan orang
berpengalaman dibidang tersebut tapi tidak punya modal.
4. Jumlah Deposito Mudharabah
a. Pengertian Sumber Dana
Menurut Kasmir (2012:68) salah satu kendala bagi setiap
perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah masalah
kebutuhan dana. Hampir seratus persen perusahaan memerlukan
dana untuk membiayai kegiatan usahanya, baik biaya rutin maupun
untuk keperluan perluasan usaha.
Sumber: Kasmir (2002:40) Gambar 2.3 Sumber Dana Bank
Sumber Dana
Dana Sendiri - Modal
disetor - Cadangan - Sisa laba
Dana Pinjaman
- Pinjaman dari bank dalam negeri - Pinjaman dari bank luar negeri - Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank - Obligasi
Dana Pihak Ketiga - Simpanan Giro - Tabungan - Deposito
1. Deposito Berjangka
2. Sertifikat Deposito
3. Deposito On Call
29
Dari gambar 2.3 di atas, dana bank dapat bersumber dari
simpanan masyarakat (dana pihak ketiga), dana dari lembaga lainnya
(dana pihak kedua), dana dari modal sendiri (dana pihak pertama).
Bagi bank, yang terpenting adalah bagaimana memilih dan
mengelola sumber dana yang tersedia, terutama dana yang
bersumber dari masyarakat, yang terkumpul dalam bentuk simpanan
giro, tabungan, dan deposito.
Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan secara
efektif dengan memberikan nisbah yang relatif lebih tinggi dan
memberikan fasilitas yang menarik lainnya seperti hadiah dan
pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lainnya adalah jumlahnya
yang tidak terbatas baik berasal dari perseorangan (rumah tangga),
perusahaan, maupun lembaga. Sedangkan kerugiannya adalah
biayanya yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana
dari modal sendiri, misalnya untuk biaya bunga atau biaya promosi.
b. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)
Bank perlu memperoleh sumber dana yang cukup untuk
mendukung aktivitas operasional bank dalam penyaluran dana.
Sumber dana bank merupakan dana yang dimiliki oleh bank, baik
yang berasal dari dana sendiri, pinjaman, dan pihak ketiga (Ismail,
2010:39).
30
Menurut Rivai, dkk (2007:413) Dana Pihak Ketiga adalah dana
yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai
individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan,
dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta
asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini
umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai
dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat
Sumber dana dari masyarakat (dana pihak ketiga) merupakan
sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi sebuah bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai
operasinya dari sumber dana ini.
c. Jenis-jenis Simpanan Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga biasanya lebih dikenal dengan dana
masyarakat, merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal
dari masyarakat dalam arti luas, meliputi masyarakat individu
maupun badan usaha. Bank menawarkan produk simpanan kepada
masyarakat dalam menghimpun dananya. Sumber dana yang berasal
dari pihak ketiga ini antara lain (Ismail, 2010:43):
1. Simpanan giro (Demand Deposit)
2. Tabungan (Saving)
3. Deposito (Time deposit).
31
Di dalam bukunya, Martono (2009:38) menjelaskan terdapat
tiga jenis simpanan sebagai sarana untuk memperoleh dana dari
masyarakat, diantaranya sebagai berikut:
1) Simpanan Giro
Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun
1998, Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah
bukuan. Dapat ditarik setiap saat, maksudnya bahwa uang yang
sudah disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-
kali dalam sehari, dengan catatan dana yang tersedia masih
mencukupi.
2) Tabungan
Tabungan menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10
tahun 1998 merupakan simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang
telah dibuat antara pihak bank dengan si penabung. Misalnya
dalam hal penarikan, apakah dua kali seminggu atau setiap hari
maupun setiap saat. Berbeda dengan simpanan giro yang dapat
digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk
melakukan tranksaksi (jual-beli), tabungan lebih ditujukan untuk
maksud berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas.
32
3) Simpanan Deposito
Simpanan deposito dalam Undang-undang nomor 10 Tahun
1998 dinyatakan sebagai simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian
nasabah penyimpanan dengan bank. Berbeda dengan dua jenis
simpanan sebelumnya, simpanan deposito mengandung unsur
jangka waktu yang lebih panjang dan dapat ditarik/dicairkan
hanya setelah jatuh tempo. Begitupula dengan suku bunga yang
relatif lebih tinggi dibandingkan dua jenis simpanan diatas.
Untuk mencairkan deposito maka pemilik deposito (deposan)
dapat menggunakan bilyet deposito atau sertifikat deposito.
d. Pengertian Deposito (Time Deposit)
Menurut Kasmir (2012:102) deposito (time deposit) merupakan
salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam
bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut deposan.
Kepada setiap deposan akan diberikan imbalan bunga atas
depositonya. Bagi bank, bunga yang diberikan kepada para deposan
merupakan bunga yang tertinggi, jika dibandingkan dengan
simpanan giro atau tabungan, sehingga deposito oleh sebagian bank
dianggap sebagai dana mahal.
Keuntungan bagibank menghimpun dana lewat deposito adalah
uang yang tersimpan relatif lebih lama, mengingat deposito memiliki
33
jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan juga
jarang. Dengan demikian, bank dapat dengan leluasa untuk
menggunakan kembali dana tersebut untuk keperluan penyaluran
pembiayaan.
Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito
sangat tergantung dari jenis depositonya. Sebagai contoh deposito
berjangka, penarikannya menggunakan bilyet deposito, sedangkan
untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito.
Gambar 2.4 Macam-Macam Deposito
Berdasarkan gambar di atas, berikut ini adalah penjelasan
macam-macam deposito (Kasmir, 2002:118):
1) Depsito berjangka
Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan
menurut jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya
bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai dengan 24 bulan.
Deposito
Deposito Berjangka
Diterbitkan atas nama, tidak dapat diperjual-belikan dan bunga dibayar setiap jatuh tempo.
Sertifikat Deposito
Atas unjuk, dapat diperjual belikan dan bunga dibayar dimuka.
Depostio On Call
Atas nama, tidak dapat diperjual belikan dan bunga dibayar disaat pencairan.
34
Deposito berjangka diterbitkan dalam bilyet deposito yang
tercantum nama seseorang atau lembaga.
Kepada deposan diberikan bunga yang besarnya sesuai
berlakunya bunga pada saat deposito berjangka dibuka.
Pencairan bunga deposito dapat dilakukan setiap bulan atau
setiap jatuh tempo. Kepada setiap deposan dikenakan pajak
terhadap bunga yang diterimanya. Penarikan deposito sebelum
jatuh tempo untuk bank tertentu dikenakan penalty rate (denda).
2) Sertifikat deposito
Sertifikat deposito merupakan deposito yang diterbitkan
dengan jangka waktu 2, 3, 6, dan 12 bulan. Sertifikat deposito
diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat. Artinya didalam
sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan
hukum tertentu. Disamping itu, sertifikat deposito dapat
diperjual belikan pada pihak lain. Pencairan bunga sertifikat
deposito dapat dilakukan dimuka tiap bulan atau jatuh tempo.
3) Deposit on call
Deposit on call merupakan deposito berjangka waktu
minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan
atas nama dan biasanya dalam jumlah nominal yang besar.
Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposit on call
dan sebelum deposit on call itu dicairkan 3 hari terlebih dahulu
35
nasabah sudah memberitahukan bank penerbit. Besarnya bunga
biasanya dihitung perbulan dan untuk menentukan bunga
dilakukan negosisasi antara nasabah dengan pihak bank.
Di bawah ini merupakan ketentuan-ketentuan umum megenai
deposito berjangka menurut (Rivai, 2007:417):
1) Waktu penyimpanan tergantung dari jangka waktu yang dipilih
nasabah (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 18 bulan atau 24
bulan) dan dapat diperpanjang secara otomatis (ARO).
2) Nasabah memperoleh bukti simpanan berupa bilyet deposito.
3) Tingkat bunga yang diberikan juga berbeda menurut jumlah dan
jangka waktunya (bahkan untuk prime customer mungkin saja
akan mendapatkan prime rate).
4) Deposito berjangka dapat berupa deposito berjangka biasa atau
deposito berjangka otomatis (Automatic Roll Over = ARO) yaitu
perpanjangan otomatis dan tingkat bunga yng berlaku sesuai
saat perpanjangan.
5) Bunga dibayar setiap bulan sesuai dengan tanggal jatuh tempo.
6) Khusus untuk deposito yang telah jatuh tempo dan tidak segera
dicairkan oleh nasabah, umumnya bank tidak memberikan
bunga kepada nasabah atas keterlambatan penarikan tersebut
(melewati dari batas penempatan), meskipun bank mendapat
keuntungan dari keterlambatan pencairan oleh nasabah.
36
7) Bagi deposan yang meninggal dunia, deposito dapat dibayarkan
kepada ahli waris yang tertera dalam aplikasi permohonan
8) Pencairan deposito sebelum jatuh tempo umumnya dibebankan
biaya denda pinalti (kebijakan setiap bank tidak sama).
e. Pengertian Deposito Mudharabah.
Menurut UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
yang dimaksud dengan Deposito Syariah adalah Investasi dana
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah
penyimpan dengan bank syariah.
Deposito mudharabah merupakan dana investasi yang
ditempatkan oleh nasabah yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu, sesuai dengan akad perjanjian yang dilakukan antara bank
dan nasabah investor (Natalia et. al., 2014:3).
Menurut Purnamasari dan Suswinaryo (2011:33), terdapat
syarat-syarat minimum pada deposito di bank syariah dengan akad
mudharabah, diantaranya:
1. Bank bertindak selaku pengelola dana (Mudharib), sementara
nasabah bertindak sebagai pemilik dana (Shahibul Maal). Jadi,
dana yang disetorkan oleh nasabah akan dikelola oleh bank,
37
yang kemudian hasilnya akan dibagikan kepada nasabah sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati di awal.
2. Dana nasabah harus disetor penuh. Jadi, tidak boleh dana dalam
bentuk cicilan atau bertahap.
3. Pembagian keuntungan dalam nisbah. Pembagian keuntungan
dibuatkan dalam presentase yang besarnya ditentukan di awal.
4. Nasabah tidak boleh menarik dana di luar kesepakatan. Biasanya
jangka waktu yang diberikan oleh bank berjangka mulai dari 1,
3, 6, 12, 18 hingga 24 bulan. Dan jangka waktu ini ini
ditetapkan dan disepakati di awal akad.
5. Biaya operasional dari nisbah bank. Dalam pembagian nisbah
anatara bank dan nasabah, sudah ditentukan bahwa pembagian
keuntungan yang diterima oleh bank, sudah termasuk niaya
operasional bank dalam memelihara rekening deposito tersebut.
6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi hak nasabah.
f. Landasan Hukum Deposito Mudharabah
Secara Teknis mengenai deposito mudharabah telah diatur
dalam Fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000
yang menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan
kesejahteraan dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa
perbankan. Salah satu produk dibidang penghimpunan dana dari
masyarakat adalah deposito yaitu investasi/ simpanan dana berjangka
38
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Deposito
yang dibenarkan secara syariah adalah yang berdasarkan prinsip
mudhrabah, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
4) Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah
dandituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan.
PBI No. 10/16/PBI/2008 menyebutkan antara lain bahwa
pemenuhan prinsip syariah dilakukan melalui kegiatan
penghimpunan dana dengan mempergunakan antara lain Akad
Wadiah dan Mudharabah. Selain hukum positif, deposito
mudharabah juga berlandaskan pada hukum syariah yang
diantaranya sebagai berikut:
39
1) Firman Allah SWT, antara lain:
a. QS. al-Baqarah [2]: 283:
ن م نإ ..} فاضبإم كضعب ن ا ا ضن ن ع اض أ او، ن ن نب فان {..أه
“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”
b. QS. al-Baqarah [2]: 198: نناو، ...} ضا فب تب أا ان {... ضعك بعو،
"…Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu…"
2) Hadist Nabi riwayat Thabrani dari Ibnu Abbas:
حبه أن سي دنا العباس بن عبد المطل ب إلا دفع المال مضاربة اشترط عل صاكان
إن فعل ال يسل به بحرا وال ينزل به واديا وال يشتري به دابة لات كبد، رطبة، ف
بلغ شرطه رسول هللا صل هللا عليه وآله وسلم فأجازه لل ضمن ف
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin
Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullahpun membolehkannya” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
Dari ayat Al-Qur’an di atas pada intinya adalah berisi dorongan
bagi setiap manusia untuk melakukan perjalanan usaha. Dalam dunia
modern seperti sekarang ini siapa saja, akan menjadi lebih mudah
untuk melakukan investasi yang benar-benar sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah, antara lain melalui mekanisme tabungan
mudharabah ini.
40
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah
a. Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan
Bagi hasil adalah sistem pembagian hasil usaha dimana pemilik
modal bekerjasama dengan pemilik modal untuk melakukan kegiatan
usaha. Apabila kegiatan usaha menghasilkan keuntungan maka
dibagi berdua dan ketika mengalami kerugian ditanggung bersama
pula. Sistem bagi hasil menjamin adanya keadilan dan tidak ada
pihak yang tereksploitasi (Natalia, et al., 2014:3).
Dalam bank syariah imbalan yang diberikan kepada para
deposan (penghimpunan dana) sangat tergantung pada pendapatan
yang diperoleh atas pengelolaan atau penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank syariah, khususya pendapatan yang telah diikuti
dengan aliran kas masuk (cash basis) sehingga dari bulan ke bulan
berikutnya penghasilannya tidak selalu sama (Wiroso, 2005:9).
Berbeda dengan bank syariah, bank konvensional
menggunakan sistem bunga pada pemberian imbalan terhadap para
deposannya. Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang
diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada
nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank
juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
nasabah atau bunga simpanan (yang memiliki simpanan) dan harga
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah uang
memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2012:154).
41
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai perbankan
syariah, hanya produk simpanan iB dengan skema investasi
(mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil. Sementara
produk simpanan dengan skema titipan (wadiah), return yang
diberikan berupa bonus.
Pertama-tama dihitung besarnya tingkat pendapatan
investasi yang dapat dibagikan kepada nasabah. Ekspektasi
pendapatan investasi ini dihitung oleh bank syariah dengan melihat
performa kegiatan tujuan investasi yang memiliki karakteristik dan
performa yang berbeda-beda, sehingga akan memberikan return
investasi yang berbeda-beda juga. Sebagaimana layaknya seorang
investment manager, bank syariah akan menggunakan berbagai
indikator ekonomi dan keuangan yang dapat mencerminkan kinerja
dari sektoral tersebut untuk menghitung ekspektasi/proyeksi return
investasi. Termasuk juga indikator historis (track record) dari
aktivitas investasi bank syariah yang telah dilakukan tercermin dari
nilai rata-rata seluruh jenis pembiayaan iB yang selama ini telah
diberikan ke sektor riil. Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapat
diperoleh besarnya pendapatan investasi dalam bentuk equivalent
rate yang akan dibagikan kepada nasabah misalnya sebesar 11%.
Selanjutnya dihitung besarnya pendapatan investasi yang
merupakan bagian untuk bank syariah sendiri, guna menutup biaya-
42
biaya operasional sekaligus memberikan pendapatan yang wajar.
Besarnya biaya operasional tergantung dari tingkat efisiensi bank
masing-masing. Sementara besarnya pendapatan mengacu pada
indikator-indikator keuangan bank syariah yang bersangkutan
seperti ROA (Return on Asset) dan indikator lain yang relevan. Dari
perhitungan diperoleh bahwa bank syariah memerlukan pendapatan
investasi yang juga dihitung dalam equivalent rate misalnya sebesar
6 %. Dari kedua angka tersebut maka kemudian nisbah bagi hasil
dapat dihitung. Porsi bagi hasil untuk nasabah adalah sebesar [11%
dibagi (11%+6%)] = 0.65 atau sebesar 65%. Dan bagi hasil untuk
bank syariah sebesar [6% dibagi (11%+6%)] = 0.35 atau sebesar
35%. Maka nisbah bagi hasilnya dapat dituliskan sebagai 65:35.
Rate indikatif adalah nilai equivalent rate dari pendapatan
investasi yang akan dibagikan kepada nasabah yang dinyatakan
dalam persentase misalnya 11% atau 8% atau 12%. Jadi masyarakat
dengan cepat dan mudah dapat menghitung berapa besar keuntungan
yang akan diperolehnya dalam berinvestasi di bank syariah
(www.ojk.go.id).
Menurut Susanti (2015:115) nisbah merupakan aspek yang
disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan
transaksi. Bagi hasil merupakan sistem yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha antara penyedia dana (shahibul maal) dan
43
pengelola dana (mudharib) yang terjadi antara bank dan nasabah
penyimpan dana maupun bank dengan nasabah penerima dana.
Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dengan Bagi Hasil
Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil
1. Penentuan bunga dibuat diawal
dengan asumsi usaha akan
selalu menghasilkan
keuntungan.
2. Besarnya presentase didasarkan
pada jumlah dana/modal yang
dipinjamkan
3. Bunga dapat mengambang/
variabel, dan besarnya naik
turun sesuai dengan naik
turunnya bunga patokan atau
kondisi ekonomi.
4. Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa
pertimbangan apakah usaha
yang dijalankan peminjam
untung atau rugi
5. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun
keuntungan naik berlipat ganda
6. Eksistensi bunga diragukan
(kalau tidak kecam) oleh semua
agama
1. Penenetuan besarnya rasio/
nisbah bagi hasil disepakatai
paada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan
untung rugi
2. Besarnya rasio bagi hasil di
dasarkan pada keuntungan yang
diperoleh
3. Rasio bagi hasil tetap tidak
berubah selama akad masih
berlaku, kecuali diubah atas
kesepakatan bersama
4. Bagi hasil bergantung pada
keuntungan usaha yang di
jalankan. Bila usaha merugi,
kerugian ditanggung bersama
5. Jumlah pembagian laba yang
meningkat akan sesuai dengan
peningkatan keuntungan
6. Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil
Sumber: Veithzal Rival, dkk “Perbedaan antara bunga dan bagi hasil”
44
Terdapat 3 faktor yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga secara garis besar sebagai berikut (Kasmir, 2012:155):
1. Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana, sementara
permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh
bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan
suku bunga simpanan. Dengan meningkatnya suku bunga
simpanan akan menarik nasabah untuk menyimpan uang di bank.
Dengan demikian, kebutuhan dana dapat dipenuhi.
2. Persaingan dalam memperebutkan dana simpanan, maka
disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan
harus memperhatikan pesaing.
3. Kebijaksanaan pemerintah, dalam kondisi tertentu pemerintah
dapat menentukan batas maksimal atau minimum suku bunga,
baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman.
b. Non Performing Financing (NPF)
Salah satu risiko yang tidak dapat dihindari oleh setiap bank
adalah tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau
sering disebut dengan risiko pembiayaan. NPF (Non Performing
Financing) merupakan indikator pembiayaan bermasalah yang perlu
diperhatikan karena sifatnya yang fluktuatif dan tidak pasti sehingga
penting untuk diamati dengan perhatian khusus.
Kegiatan bank sebagai penghimpun dana dan menyalurkannya
dalam bentuk pembiayaan menghadapi risiko besar yang perlu
45
diperhatikan supaya dapat diambil keputusan. Salah satu produk
perbankan syariah yang memiliki risiko tinggi adalah produk dengan
akad mudharabah. Produk ini menghadapi risiko pembiayaan
bermasalah, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika
tidak dideteksi serta dikelola secara tepat (Popita, 2013:405).
NPF (Non Performing Asset) masalah pembiayaan yang
pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang
diinginkan pihak bank seperti (Rivai et. al., 2007:256):
a. Pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah.
b. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko
dikemudian hari bagi bank.
c. Pembiayaan dalam golongan khusus, diragukan dan macet.
d. Golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian.
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.9/1/PBI/2007
tentang sistem penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah,
NPF (Non Performing Financing) dirumuskan sebagai berikut:
NPF = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 x 100%
Menurut Ismail (2010:122) Bank melakukan penggolongan
kredit menjadi dua golongan yaitu kredit performing dan non-
performing. Kredit performing disebut juga kredit yang tidak
bermasalah dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
46
a. Kredit dengan kualitas lancar,
Kredit lancar merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah
dan tidak terjadi tunggakan., baik tunggakan pokok dan bunga.
b. Kredit dengan kualitas dalam perhatian khusus
Kredit dalam perhatian khusus merupakan kredit yang masih
digolongkan lancar, akan tetapi mulai terdapat tunggakan
angsuran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari.
Sedangkan kredit non-performing merupakan kredit yang
sudah dikategorikan kredit bermasalah, karena sudah terdapat
tunggakan yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Kredit kurang lancar
Pengambilan pokok pinjaman mengalami penundaan pembayaran
melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari. Pada
kondisi ini hubungan debitur dengan bank memburuk dan
informasi keuangan debitur tidak dapat diyakini oleh bank.
b. Kredit diragukan
Penundaan pembayaran pokok dan/atau bunga antara 180 hingga
270 hari. Pada kondisi ini hubungan debitur dengan bank semakin
memburuk dan informasi keuangan sudah tidak dapat dipercaya.
c. Kredit macet
Kredit macet merupakan kredit yang menunggak melampaui 270
hari atau lebih. Bank akan mengalami kerugian atas kredit macet
tersebut.
47
Adapun kriteria kesehatan bank yang berhubungan dengan
rasio NPF ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran BI
No. 9/24/Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007 sebagai berikut:
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Rasio NPF (Non Performing Financing)
Sumber: www.bi.go.id
Penilaian di atas dimaksudkan untuk menilai kondisi aset
bank syariah. Semakin tinggi nilai NPF (Non Performing Financing)
pada suatu bank syariah, maka akan menunjukkan telah banyak
terjadi pembiayaan bermasalah seperti risiko gagalnya pembayaran
dari suatu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah.
c. Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) dipergunakan untuk melihat tingkat
efesiensi operasi bank secara keseluruhan karena rasio ini
membandingkan antara laba/surplus operasi dengan nilai aset. Rasio
ini melihat sejauh mana aset telah dipergunakan untuk menghasilkan
laba/rugi operasi masing-masing bank (Marsuki, 2010:229).
Nilai NPF Predikat
NPF < 2% Sangat Baik
2% < NPF <5% Baik
5% ≤ NPF ≤ 8% Cukup Baik
8% ≤ NPF 12% Kurang Baik
NPF ≥ 12 Tidak Baik
48
Sedangkan menurut Isna dan Suyarno (2012:33) ROA (Return
on Asset) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. ROA (Return on
Asset) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata
total aset bank. Semakin besar nilai rasio ROA (Return on Asset)
maka semakin baik pula kinerja perusahaan, karena return yang
diperoleh perusahaan semakin besar.
ROA (Return on Asset) dihitung dengan menggunakan rumus
yang sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No 12/11/DPNP,
31 Maret 2010, yaitu:
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 x 100%
Menurut Nurleni, dkk (2015:251) di dalam prosiding
akuntansi 2014-2015 menjelaskan bahwa Return on Asset (ROA)
bisa dipecah lagi ke dalam dua komponen yaitu:
1. Profit Margin
Profit margin melaporkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari tingkat penjualan tertentu. Diinterprestasikan sebagai
tingkat efisiensi perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan
perusahaan menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan.
49
2. Perputaran total aktiva (asset)
Perputaran total aktiva (asset) mencerminkan kemampuan
perusahaan menghasilkan penjualan dari total investasi tertentu.
Diartikan pula sebagai kemampuan perusahaan mengelola aktiva
berdasarkan tingkat penjualan yang tertentu. Rasio ini mengukur
aktivitas penggunaan aktiva (asset) perusahaan.
Di bawah ini merupakan klasifikasi tingkat ROA (Return On
Asset) menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/18/PBI/2012:
Tabel 2.4 Klasifikasi Tingkat Penilaian Rasio ROA (Return on Asset)
Sumber: www.bi.go.id
Berdasarkan tabel 2.4 di atas, dijelaskan bahwa semakin besar
nilai ROA maka semakin baik pula keadaan ataupun kesehatan bank
tersebut. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa semakin besar
nilai ROA (Return On Asset) dapat menunjukkan seberapa besar
tingkat keuntungan laba yang dicapai oleh bank tersebut, sehingga
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Sebaliknya semakin kecil rasio ini, mengidentifikasikan kurangnya
kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk
meningkatkan keuntungan dan atau menekan biaya.
Tingkat ROA Predikat
Diatas 1,22% Sehat
0,99% s/d 1,22% Cukup sehat
0,77% s/d 0,99% Kurang sehat
Dibawah 0,77% Tidak sehat
50
7. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
a. Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan Terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah
Menurut hasil penelitian dari Anisah, dkk (2013:181)
diketahui bahwa bagi hasil deposito berjangka 1 bulan berpengaruh
positif signifikan terhadap pertumbuhan deposito mudharabah. Hal
ini berarti ketika tingkat bagi hasil deposito mudharabah 1 bulan
bank syariah naik akan menaikkan pertumbuhan deposito
mudharabah 1 bulan bank syariah. Begitu pula sebaliknya jika terjadi
penurunan tingkat bagi hasil maka jumlah deposito akan berkurang.
Pengaruh positif variabel tingkat bagi hasil deposito berjangka 1
bulan terhadap pertumbuhan deposito Mudharabah dikarenakan para
nasabah dalam menempatkan dananya di bank syariah masih
dipengaruhi untuk mencari profit sehingga jika tingkat bagi hasil
bank semakin besar maka akan semakin besar pula dana pihak ketiga
yang disimpan di bank syariah.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian dari Susanti
(2015:128) apabila Equivalent Rate menaik maka jumlah Dana
Pihak Ketiga perbankan syariah juga akan ikut naik. Peningkatan
Equivalent Rate sangat tergantung dari besarnya tingkat keuntungan
yang diperoleh oleh perbankan syariah di Indonesia. Oleh karena itu
perbankan syariah harus meningkatkan tingkat keuntungan dengan
51
cara melakukan ekspansi pembiayaan, peningkatan pelayanan jasa
keuangan. Dengan demikian diharapkan tingkat keuntungan
perbankan syariah akan meningkat dan akhirnya akan mampu
meningkatkan Equivalent Rate perbankan syariah.
Pada dasarnya, deposito mudharabah merupakan tempat
investasi untuk nasabah di dalam bank syariah. Para nasabah
menempatkan dananya di bank syariah tentunya dipengaruhi oleh
motif untuk mendapatkan keuntungan sehingga jika tingkat bagi
hasil yang diberikan bank syariah semakin tinggi maka alokasi dana
investasi yang disimpan di bank syariah juga akan semakin besar.
b. Non Performing Financing (NPF) Terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah
Non Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah karena pembiayaan yang bermasalah
tentu akan mempengaruhi profitabilitas usaha bank termasuk
penurunan pada Return on Asset (ROA) suatu bank syariah.
Hal di atas sejalan dengan hasil penelitian dari Prabowo
(2012:147) yang dapat disimpukan bahwa bila pembiayaan non
lancar terjadi dalam skala normal dan terkendali dalam jangka
pendek, tidak akan memengaruhi nasabah dalam memilih investasi,
akan tetapi jika pembiayaan non lancar terus terjadi dengan skala
yang sama atau bahkan persentase meningkat, yang menggambarkan
52
tidak adanya kemajuan perkembangan, skala rasio NPF (Non
Performing Financing) inilah bisa dijadikan sebagai pengukuran
kesehatan perbankan syariah.
Sedangkan menurut Supitasari (2014:58) nasabah sebagai
investor akan mempercayakan dananya untuk diinvestasikan pada
perbankan syariah tentunya memperhatikan nilai pembiayaan
bermasalah karena merupakan hal yang logis jika nasabah
mengharapkan dana yang diinvestasikan pada perbankan syariah
akan memberikan margin yang besar baginya. Ditambah lagi, sistem
yang dianut oleh bank syariah adalah profit and loss sharing. Maka
dari itu nilai NPF (Non Performing Financing) yang kecil akan
mampu untuk meiningkatkan jumlah dana yang dihimpun oleh
perbankan syariah.
c. Return on Asset (ROA) Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Menurut Siti Nugraha (2014:38) dalam penelitiannya, Return
on Asset (ROA) yang positif menunjukkan bahwa total aktiva yang
dipergunakan untuk beroperasi mampu memberikan laba bagi
perusahaan. Sebaliknya apabila Return on Asset (ROA) yang negatif
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan
mendapatkan kerugian.
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas, Return
on Asset (ROA) mempunyai hubungan yang positif terhadap Jumlah
53
Simpanan Deposito Mudharabah, karena semakin tinggi rasio ROA
(return on asset) maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank. Sehingga dengan begitu bank syariah sanggup
memberikan tingkat bagi hasil atau nisbah yang mampu bersaing
dengan bunga bank konvensional karena tingginya nilai bagi hasil
masih menjadi prioritas utama bagi sebagian deposan.
Menurut Khasanah (2012:62) rasio ROA merupakan acuan
bank syariah ketika akan memberikan tingkatan bagi hasil kepada
deposan. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ROA bisa dijadikan
sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi total deposito
mudharabah yang dimiliki bank syariah karena kebanyakan nasabah
bank syariah melihat tingkat dari nisbah yang diberikan.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya yang akan
diuraikan secara ringkas, meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi terdapat
banyak hal yang tidak sama seperti pada objek, periode, waktu dan alat
analisis yang digunakan sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk
saling melengkapi. Berikut beberapa ringkasan penelitian terdahulu:
54
Tabel 2.5
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti (Tahun Terbit)
Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
1. Supitasari (2014) Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, BI Rate, Inflasi dan Non Performing Financing Terhadap Simpanan Mudharabah Pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2006-2013
Menggunakan variabel nisbah bagi hasil dan Non Performing Financing, dan simpanan mudharabah
Tidak menggunakan variabel inflasi, BI Rate dan metode Ordinary Least Square (OLS)
Hasil peneliatan ini menunjukkan nisbah bagi hasil tidak berpengaruh terhadap deposito mudharabah dan BI Rate, inflasi, Non Performing Financing berpengaruh terhadap simpanan mudharabah
2 Vera Susanti (I-Finance Vol. 1, No. 1 Juli 2015)
Pengaruh Equivalent Rate dan Tingkat Keuntungan Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia
Menggunakan variabel Equivalent Rate (proporsi Bagi Hasil Deposito Mudharabah 1 Bulan), Dana Pihak Ketiga (DPK), dan metode regresi linier berganda
Tidak menggunakan variabel tingkat keuntungan, spesifikasi Dana Pihak Ketiga (DPK)
Hasil penelitian ini menunjukkan Equivalent Rate 1 Bulan dan tingkat keuntungan berpengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
(Berlanjut ke halaman berikutnya)
55
Tabel 2.5 (Lanjutan)
No. Peneliti (Tahun Terbit)
Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
3. Sri Rahayu Nurleni, Nurhayati, Edi Sukar manto (Prosiding Akuntansi ISSN: 2460-6561 Tahun 2015)
Pengaruh Return on Asset (ROA) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Simpanan Deposito Mudharabah (Pada Bank Umum Syariah Pertriwulan Periode 2010-2013)
Menggunakan variabel Retun on Asset (ROA), simpanan deposito mudharabah, dan metode regresi linier berganda
Tidak menggunakan variabel biaya operasional pendapatan operasional (BOPO)
Hasil penelitian ini menunjukkan Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap simpanan deposito mudharabah sedangkan variabel BOPO memiliki pengaruh yang signifikan
4. Rismawati dan Siti Ita Rosita (Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol.2 No.1 Tahun 2014)
Pengaruh Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah Terhadap Minat Nasabah Beriventasi Pada Bank Syariah
Menggunakan variabel bagi hasil dan deposito mudharabah
Tidak menggunakan variabel minat nasabah dan metode analisia data deskriptif kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pada deposito mudharabah pada bank BNI Syariah meningkat karena sistem bagi hasilnya.
(Berlanjut ke halaman berikutnya)
56
Tabel 2.5 (Lanjutan)
No. Peneliti (Tahun Terbit)
Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
6. Nur Anisah, Akhmad Riduwan, lailatul Amanah (Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 1 No. 2, Maret 2013)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Deposito Mudharabah Bank Syariah
Menggunakan variabel bagi hasil deposito mudharabah berjangka 1 bulan, jumlah deposito mudharabah dan metode regresi linier berganda
Tidak menggunakan variabel suku bunga, tingkat likuiditas, inflasi dan ukuran perusahaan
Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat bagi hasil berjangka 1 bulan, ukuran bank, tingkat suku bunga berpengaruh terhadap pertumbuhan deposito mudharabah sedangkan tingkat likuiditas dan inflasi tidak memiliki pengaruh.
7. Ulfah Khasanah (2012)
Analisis Pengaruh Pendapatan Bank, DPK, dan ROA Terhadap Deposito Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011
Menggunakan variabel bagi hasil deposito, ROA, Deposito Mudharabah
Sampel ruang lingkup, pendapatan bank, DPK
Hasil penelitian ini menunjukkan hanya variabel ROA yang tidak memiliki pengaruh terhadap deposito mudharabah.
(Berlanjut ke halaman berikutnya)
57
Tabel 2.5 (Lanjutan)
No. Peneliti (Tahun Terbit)
Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
8. Adi Prabowo (2012)
Analisis Pengaruh NPF, Pembiayaan, Aset dan Inflasi Terhadap DPK Bank Syariah di Indonesia Periode Januari 2006- September 2011
Menggunakan variabel NPF (Non Performing Financing) dan DPK
Tidak menggunakan varibel pembiayaan, aset dan inflasi, tidak spesifik tentang DPK dan metode Error Correction Model
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel aset yang berpengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
9. Evi Natalia, Moch. Dzulkirom AR, Sri Mangesti Rahayu (Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 9 No.1 April 2014)
Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah
Menggunakan variabel tingkat bagi hasil deposito bank syariah, jumlah deposito mudharabah dan metode regresi linier berganda
Tidak menggunakan variabel tingkat suku bunga deposito bank umum
Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat bagi hasil deposito bank syariah berpengaruh terhadap jumlah simpanan deposito mudharabah sedangkan suku bunga bank konvensional tidak memiliki pengaruh
(Berlanjut ke halaman berikutnya)
58
Tabel 2.5 (Lanjutan)
No. Peneliti (Tahun Terbit)
Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
10. Caseria Yomi Eedy Nelwani (2013)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah (BUS) Periode 2009-2012
Menggunakan variabel bagi hasil deposito berjangka 1 bulan dan jumlah deposito mudharabah
Tidak menggunakan varibel nilai tukar, inflasi, bi rate
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel nilai tukar, inflasi, bi rate yang berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah.
11. Siti Nurul Hidayat (2014)
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri.
Menggunakan variabel tingkat bagi hasil deposito bank syariah berjangka 1 bulan, jumlah deposito mudharabah dan metode regresi linier berganda
Tidak menggunakan variabel inflasi, FDR
Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat bagi hasil deposito bank syariah berjangka 1 bulan, inflasi dan FDR berpengaruh terhadap jumlah simpanan deposito mudharabah.
(Berlanjut ke halaman berikutnya)
59
Tabel 2.5 (Lanjutan)
No. Peneliti (Tahun Terbit)
Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
12. Sartin Yahya (2013)
Pengaruh Sistem Bagi Hasil Terhadap Simpanan Deposito Mudharabah pada PT. Bank Muamalat, Tbk Umum Syariah Periode 2010-2014
Menggunakan variabel bagi hasil dan deposito mudharabah
Tidak menggunakan metode analisis regresi sederhana
Hasil penelitian ini menunjukkan bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap simpanan deposito mudharabah
13. Isna Lailin Nikmah (2015)
Pengaruh Pembiayaan dan Non Performing Financing Terhadap Deposito Mudharabah Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2005-2014
Menggunakan Variabel Non Performing Financing
Tidak menggunakan variabel pembiayaan dan sampel ruang lingkup yang berbeda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki pengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah.
58
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat
disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan
keduanya (Hamid, 2010:15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Kerangka Berpikir
(Berlanjut ke halaman berikutnya)
Statistik Perbankan Syariah
Variabel Bebas atau Independen (X) 1. Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1
Bulan (x1) 2. Non Performing Financing (NPF) (x2) 3. Return on Asset (ROA) (x3)
Variabel Terikat atau Dependen (Y) Jumlah Deposito Mudharabah
Uji Regresi Linier Berganda
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
59
2.5 Gambar Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Hamid (2010:16) Hipotesis merupakan dugaan sementara atas
suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan
kebenarannya. Hipotesis dapat debedakan dalam hipotesis deskriptif,
hipotesis argumentatif, hipotesis kerja, dan hipotesis statistik atau hipotesis
nol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik
atau hipotesis nol yang bertujuan untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah
dalil atau teori yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah.
Adapun alasan dalam menggunakan hipotesis ini karena penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat-alat statistik.
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis di bawah
1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas b. Uji Multikolinieritas c. Uji Heteroskedastisitas d. Uji Autokorelasi
2. Uji Hipotesis a. Uji F (Simultan) b. Uji t (Parsial) c. Uji Adjusted R Square
Interpretasi dan Kesimpulan
Hasil Pengujian dan Pembahasan
60
ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu
masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang
dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. H01 : Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan, Non Performing
Financing (NPF) dan Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh
terhadap Jumlah Deposito Mudharabah.
Ha1 : Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan, Non Performing
Financing (NPF) dan Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah.
2. H02 : Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan tidak berpengaruh
terhadap Jumlah Deposito Mudharabah.
Ha2 : Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan berpengaruh
terhadap Jumlah Deposito Mudharabah.
3. H03 : Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah.
Ha3 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah.
4. H04 : Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah.
Ha4 : Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah.
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Metode penelitian ini bersifat Kausalitas-Distributif, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hasil analisa suatu kejadian lampau yang
menunjukkan hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini terfokus pada pengujian pengaruh variabel independen seperti
Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan, Non Performing Financing
(NPF) dan Return on Asset (ROA) terhadap variabel dependen Jumlah
Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah. Periode yang diteliti adalah
mulai dari Januari tahun 2012 sampai dengan Juni tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif (data berupa angka)
dengan menggunakan sumber data dari laporan bulanan Statistik Perbankan
Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia serta Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Sedangkan jenis data yang digunakan oleh penulis pada
penelitian ini adalah data sekunder berbentuk runtun waktu (time series).
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi berupa subjek atau objek yang
diteliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan (Supriyadi, 2014:17).
Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia.
62
Sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari
populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat
digeneralisasikan pada populasi (Supriyadi, 2014:17). Dalam penelitian ini,
teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis adalah metode
Jugdement Sampling atau Purposive Sampling, pengumpulan data atas
dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Hamid,
2007:29). Sampel penelitian yang dipilih oleh penulis adalah Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit usaha Syariah (UUS) yang terdaftar di Statistik
Perbankan Syariah Periode Januari 2012 sampai Juni 2015 (42 Bulan).
Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah:
1. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang diteliti terdaftar di
Bank Indonesia periode Januari 2012 – Juni 2015.
2. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mempublikasikan laporan
keuangan secara konsisten sejak periode Januari 2012 – Juni 2015.
3. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah menyajikan secara lengkap
laporan keuangan dan rasio-rasio yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara itu, bank
konvensional yang hendak melaksanakan usaha syariah harus membentuk
Unit Usaha Syariah (UUS) yang beroperasi dengan prinsip syariah (Yaya,
dkk, 2014:20). Di bawah ini merupakan tabel yang menampilkan daftar Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia:
63
Tabel 3.1 Sampel Data Penelitian
No. Bank Umum Syariah 1 PT. Bank Muamalat Indonesia 2 PT. Bank Victoria Syariah 3 Bank BRIsyariah 4 B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah 5 Bank BNI Syariah 6 Bank Syariah Mandiri 7 Bank Syariah Mega Indonesia 8 Bank Panin Syariah 9 PT. Bank Bukopin Syariah
10 PT. BCA Syariah 11 PT. Maybank Syariah Indonesia 12 PT. Bank Tabungan PensiunanNasional Syariah No. Unit Usaha Syariah 13 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 14 PT Bank Permata Tbk 15 PT Bank International Indonesia Tbk 16 PT Bank Cimb Niaga, Tbk 17 PT Bank OCBC Nisp, Tbk 18 PT BPD DKI 19 PT BPD Yogyakarta 20 PT BPD Jawa Tengah 21 PT BPD Jawa Timur 22 PT BPD Jambi 23 PT BPD Aceh 24 PT BPD Sumatera Utara 25 PT BPD Sumatera Barat 26 PT BPD Riau 27 PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung 28 PT BPD Kalimantan Selatan 29 PT BPD Kalimantan Barat 30 PT BPD Kalimantan Timur 31 PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat 32 PT BPD Nusa Tenggara Barat 33 PT Bank Sinarmas 34 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Sumber: Data BI yang diolah.
64
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder, yaitu
merupakan sumber data yang diperoleh penulis secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) yang sudah
diolah secara berkala (time series) untuk melihat perkembangan objek
penelitian selama periode yang diinginkan. Data tersebut diperoleh dari
laporan keuangan resmi yang sudah dipublikasikan oleh instansi
pemerintah terkait, seperti laporan bulanan Statistik Perbankan Syariah
dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Periode data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari Januari tahun 2012
sampai dengan Juni tahun 2015 sebagai berikut:
a. Jumlah Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah.
b. Equivalent Rate/ Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan.
c. Rasio Keuangan pada Perbankan Syariah (NPF dan ROA).
2. Penelitian Pustaka (Library Research)
Studi kepustakaan yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur,
buku-buku, jurnal ilmiah, prosiding, penelitian terdahulu dan dari berbagai
sumber pustaka lainnya yang sudah terakreditasi dan berhubungan dengan
objek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang relevan
dengan bahan kajian penulisan skripsi.
65
3. Penelitian Teknologi (Internet Research)
Pengumpulan data dengan menggunakan media internet dijadikan
alternatif akhir bagi penulis apabila informasi dari buku referensi atau
literatur yang didapatkan dari perpustakaan sudah tertinggal selama
beberapa waktu atau kadaluarsa karena perkembangan ilmu yang terus
meningkat seiring berjalannya waktu. Sehingga data yang diperoleh
merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam media
internet penulis menggunakan www.google.com dan www.scholar.co.id
untuk mengakses jurnal-jurnal ilmiah maupun prosiding terbaru.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif (data berbentuk angka)
serta pengujian hipotesis dengan metode statistik berupa regresi linier
berganda yang menggunakan program komputer (software) berupa SPSS
versi 20 dan Miscrosoft Excel 2010. Analisis regresi adalah analisis statistik
yang berguna untuk mempelajari besar dan arah pengaruh dari satu atau lebih
variabel (disebut variabel independen) terhadap satu atau lebih variabel lain
(disebut variabel dependen) (Utomo, 2007:39). Berikut adalah penjelasan
metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
1. Uji Asumsi Klasik
Menurut Nachrowi dan Usman (2006:7) model regresi linear adalah
teknik analisis kuantitatif yang dapat digunakan untuk memberikan
informasi besarnya hubungan sebab - akibat (kausatif) antara suatu faktor
66
dengan faktor lainnya. Setelah dilakukan analisis regresi, maka dilakukan
pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah model tersebut
bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dengan uji normalitas,
uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas mampu memberi jawaban “ya” dan “tidak” atas
pertanyaan mengenai normalitas distribusi data. Namun, mempelajari
seberapa jauh distribusi data bergeser dari normal akan sangat
bermanfaat dalam identifikasi secara lebih akurat derajat kenormalan
atau ketidaknormalan distribusi data (Utomo, 2007:135). Uji
normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang telah
distandarisasi berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah model regresi yang memiliki distribusi normal sehingga layak
dilakukan pengujian secara statistik. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik. Adapun dasar
pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut:
1) Histogram
Apabila data yang sudah diolah menghasilkan Histogram
Regression Standardized Residual berbentuk kurva seperti lonceng
maka nilai residual tersebut dinyatakan normal.
2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Apabila data-data yang digunakan menyebar maka mengikuti
67
distribusi normal. Cara mendeteksinya salah satunya dengan
metode grafik. Lakukan plotting data antara Expected Cumm
dengan Observed Cumm. Jika hasil plotting menyebar sekitar garis
lurus maka dikatakan data residual menyebar normal (Supriyadi,
2014:84). Distribusi normal digambarkan dengan sebuah garis
lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Jika data normal maka garisnya
akan menggambarkan data yang mengikuti atau merapat ke garis
diagonalnya.
3) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Uji Kolmogorov Smirnov adalah pengujian normalitas yang
banyak dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik
yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak
menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan
pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan
menggunakan grafik. Jika Asymp. Sig. (2-tailed) memiliki
signifikansi di atas 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara data yang akan diuji oleh sebelumnya dan
distribusi tersebut dinyatakan normal. Kriteria yang digunakan
yaitu H0 diterima apabila nilai Asymp. Sg (2-tailed) > dari tingkat
alpha yang telah ditetapkan (5%), dengan begitu data tersebut
memenuhi persayaratan untuk melakukan pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji-t dan uji-F.
68
b. Uji Multikolinieritas
Masalah multikolinieritas muncul jika terdapat hubungan yang
sempurna atau pasti diantara satu atau lebih variabel independen
dalam model. Dalam kasus terdapat multikolinieritas yang serius,
koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variabel
independen dalam model. Dengan demikian, bila tujuan dari
penelitian adalah mengukur arah dan besarnya pengaruh variabel
independen secara akurat, masalah multikolinieritas penting untuk
diperhitungkan (Utomo, 2007:161).
Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas atas variabel
independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi karena (VIF = 1/tolerance). Maka untuk mengetahui
suatu model regresi bebas dari multikolinieritas, yaitu mempunyai
nilai VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 10 dan mempunyai
angka Tolerance lebih dari 0,10. Menurut Imam Ghozali (2012:105)
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF
< 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini, Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heterokedastisitas, yaitu melihat grafik plot antara lain
69
nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID.
Peneliti menggunakan uji heteroskedastisitas dengan mengamati
analisis grafik scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu,
hal itu menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model
regresi yang dibentuk. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi Heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011:97).
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi apabila nilai variabel masa lalu memiliki
pengaruh terhadap nilai variabel masa kini, atau masa depan. Dengan
demikian, autokorelasi merupakan masalah khusus dari data time
series (Utomo, 2007:189).
Salah satu ukuran dalam menentukan masalah autokorelasi
adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Untuk menentukan ada
tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan dengan cara mendeteksi
besaran Durbin Watson menggunakan SPSS dimana (Ghozali:2005):
1. Jika angka DW di bawah -2, berarti terdapat autokorelasi positif
2. Jika angka DW di bawah -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi
3. Jika angaka DW di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
70
2. Uji Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik
mengenai karakteristik populasi dan merupakan proposisi yang akan diuji
keberlakuannya atau merupakan suatu jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian (Bambang dan Lina, 2005:76).
Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada
tidaknya pengaruh antara variabel independen (X) = Tingkat Bagi Hasil
Deposito Berjangka 1 Bulan (X1), NPF (X2), ROA (X4) dan Jumlah
Simpanan Deposito (Y), yang mana alat ukur yang digunakan untuk
menguji pengaruh variabel X terhadap variabel Y adalah SPSS versi 20
dan Miscrosoft Excel 2010.
a. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F Digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
(independen) terhadap variabel terikat (dependen). Uji F pada
dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Untuk membuktikan hal tersebut, maka dilakukan uji F.
Uji F ini juga sering disebut uji simultan, untuk menguji
apakah variabel bebas yang digunkan dalam model mampu
menjelaskan perubahan nilai variabel terikat atau tidak. Adapun cara
pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu variabel
yang disebut tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat
71
nilai signifikan (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikan > 0,05
maka Ha ditolak, sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha
diterima. Pengambilan keputusan dalam uji signifikansi dilakukan
dengan kriteria (Ghozali, 2005:58):
1. Jika (P value / Sig ) < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima
2. Jika (P value / Sig ) > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak
b. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen)
secara individual atau parsial serta untuk mengetahui variabel bebas
yang mempunyai pengaruh dominan terhadap variabel terikat dengan
mengukur derajat hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat dengan menganggap variabel bebas lainnya bersifat konstan.
Uji t ini dilakukan dengan membandingkan thitung dan ttabel.
Level of significance yang digunakan adalah 5% (0,05) dan dasar
pengambilan keputusan apakah Ha diterima atau ditolak adalah
dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel dengan ketentuan
sebagai berikut (Ghozali, 2005) :
1. thitung > ttabel maka H diterima karena terdapat pengaruh yang besar.
2. thitung < ttabel maka H ditolak karena tidak terdapat pengaruh yang
besar.
72
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikat. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi pula kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikat (Suliyanto,
2011:55). Uji Determinasi digunakan untuk mampu mengukur
secara bersama-sama seberapa baik model regresi yang telah dibuat
tersebut cocok dengan data.
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di
mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan
dalam model akan meningkatkan nilai R Square meskipun variabel
yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan
tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah
disesuaikan, Adjusted R Square (R2 adj). Koefisien determinasi
yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah
dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel
yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang
disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu
dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam
model (Suliyanto, 2011:59).
73
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dimana X
terdiri dari X1= Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan, X2=
Non Performing Financing (NPF), X3= Return on Asset (ROA) yang
memengaruhi variabel Y yaitu Jumlah Deposito Mudharabah. Setelah
semua data terkumpul maka selanjutnya data-data tersebut dianalisis
dengan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Regresi berganda variabel
tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas
sehingga terdapat hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dengan
variabel bebas (X1, X2, Xn) (Suliyanto, 2011:53).
Dalam model di atas terlihat bahwa variabel terikat dipengaruhi
dua atau lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat pengaruh
regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut
Y = a + b1X1 + b2X2 + ……… + bnXn + e
Keterangan:
Y = Variabel tergantung atau terikat (niali yang diproyeksikan)
a = Intercept (konstanta)
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X2
bn = Koefisien regresi untuk Xn
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
74
Xn = Variabel bebas ke n
e = Nilai residual.
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis
regresi inier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Jumlah Deposito = a + b1 Basil Deposito 1 Bulan + b2 NPF+ b3 ROA + e
Keterangan:
Y = Jumlah Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah
a = Intercept (Konstanta)
b = Koefisien regresi dari variabel independen
X1 = Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan
X2 = Non Performing Financing (NPF)
X3 = Return on Asset (ROA)
e = Nilai residual.
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek yang berbentuk apa saja yang
ditentukan oleh peneliti untuk dicari informasinya dengan tujuan ditarik suatu
kesimpulan. (Supriyadi, 2014:55). Menggunakan variabel independen (X)
dan dependen (Y). Dimana variabel ini merupakan variabel terikat yang
besarannya tergantung dari besaran variabel independen (bebas). Besarnya
perubahan yang disebabkan oleh variabel independen ini, akan memberi
peluang terhadap perubahan variabel dependen (terikat) sebesar koefisien
75
(besaran) perubahan dalam variabel independen (Supriyadi, 2014:56). Berikut
ini adalah objek data yang dipilih untuk menjadi variabel penelitian :
1. Variabel Independen
a. Tingkat Bagi Hasil Deposito 1 Bulan (X1)
Pada dasarnya, deposito mudharabah merupakan tempat
berinvestasi nasabah dalam bank syariah. Para nasabah dalam
menempatkan dananya di bank syariah tentunya dipengaruhi oleh
motif untuk mendapatkan keuntungan sehingga jika tingkat bagi hasil
yang diberikan bank syariah semakin tinggi maka alokasi dana
investasi yang disimpan di bank syariah akan semakin besar (Anisah
et. al., 2013:174).
Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa inggris) dikenal
dengan profit sharing yang diartikan sebagai pembagian laba. Bagi
hasil juga diartikan sebagai sistem pengolahan dana dalam
perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik
modal (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) (Antonio, 2011).
Equivalent Rate ini sendiri dinyatakan sebagai Rate indikatif
dari pendapatan investasi yang dibagikan kepada nasabah deposito,
yang dinyatakan dalam persentase misalnya 11% atau 8%.
b. Non Performing Financing (NPF) (X2)
Menurut Ikatan Bankir Indonesia di dalam bukunya yang
berjudul Mengelola Bank Syariah (2014:94) pembiayaan bermasalah
76
(NPF) adalah suatu kondisi pembiayaan, dimana ada suatu
penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang
menyebabkan kelambatan dalam pengembalian atau diperlukan
tindakan yuridis pengembalian atau kemungkinan potensial loss.
Rasio NPF merupakan salah satu risiko yang ditanggung oleh
bank karena ada nasabah yang tidak sanggup membayarkan kredit
yang diberikan kepada bank yang dikategorikan dalam kredit kurang
lancar, diragukan dan macet (Lutfiyana dan Yulianto, 2015:3).
NPF (Non Performing Financing) atau pembiayaan
bermasalah mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi rasio
ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah yang buruk.
Dengan semakin tingginya NPF akan mengakibatkan hilangnya
kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang
diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba. Non Performing
Financing (NPF) dapat dihitung dengan rumus:
NPF = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 x 100%
c. Return on Asset (ROA) (X3)
Rasio Return on Asset (ROA) adalah rasio yang dipergunakan
untuk melihat tingkat efesiensi operasi bank sentral secara
keseluruhan karena rasio ini membandingkan antara laba/surplus
operasi dengan nilai aset. Rasio ini melihat sejauh mana aset telah
77
dipergunakan untuk menghasilkan laba/rugi operasi masing-masing
bank sentral (Marsuki, 2010:229).
Sedangkan menurut Pandia (2012:71) Return On Asset (ROA)
adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum
pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efesiensi
pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan.
Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil adalah sifatnya
yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek
akuntansi dengan baik maka manajemen akan menggunakan teknik
analisa rentabilitas ROA dalam mengukur efisiensi penggunaan modal
kerja, efisiensi produk dan efisiensi bagian penjualan (Candra dan
Yulianto, 2015:4). Return On Asset (ROA) dapat dihitung dengan
rumus, yaitu:
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 x 100%
2. Variabel Dependen
Jumlah Deposito Mudharabah merupakan variabel terikat atau
dependen (Y). Mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik modal
dengan pengelola di mana keuntungan di bagi berdasarkan akad. Deposito
mudharabah merupakan dana investasi yang ditempatkan oleh nasabah
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu, sesuai dengan akad perjanjian yang
dilakukan antara bank dan nasabah investor (Natalia et. al., 2014:3).
78
Dalam penelitian ini penulis menggunakan keseluruhan Jumlah
Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah di Indonesia periode
Januari 2012 sampai dengan Juni 2015 yang diperoleh dari data bulanan
Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
81
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Dunia
Gagasan mengenai bank syariah telah muncul sejak lama, ditandai
dengan banyaknya pemikir muslim yang menulis tentang keberadaan
bank Islam, misalnya Anwar Qureshi (1946), Naeim Siddiqi (1948), dan
Mahmud Ahmad (1952). Awal abad ke-20 merupakan masa kebangkitan
dunia Islam dari “ketertidurannya” ditengah pergolakan dunia. Kondisi
ini membawa kesadaran baru untuk menerapkan prinsip dan nilai-nilai
syariah dalam kehidupan. Salah satu upaya adalah dalam penerapan
lembaga keuangan syariah yang didasarkan atas prinsip-prinsip Islam.
Perintisan penerapan sistem profit and loss sharing sebagai inti
bisnis lembaga keuangan syariah tercatat telah ada sejak tahun 1940-an,
yaitu upaya mengelola jamaah haji secara non-konvensional di Pakistan
dan Malaysia. Rintisan berikutnya yang merupakan tonggak sejarah
perkembangan perbankan syariah adalah Islamic Rulal Bank di daerah
Mit Ghamr yang didirikan oleh Dr. Ahmed el-Najar yang permodalannya
dibantu oleh Raja Faisal pada tahun 1963 hingga 1967 di Kairo, Mesir,
walaupun pada akhirnya operasionalnya diambil alih oleh National Bank
of Egypt dan Central Bank of Egypt (Dewi, 2007:53).
82
Kesuksesan Mit Ghamr mengelola bank dengan sistem bagi hasil,
menginspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia untuk membentuk bank
Islam dengan sistem bagi hasil. Beberapa negara Islam seperti Pakistan,
Sudan dan Iran mengubah seluruh sistem keuangan yang ada di negara
tersebut menjadi bebas bunga. Adapun di negara Malaysia dan Indonesia,
bank tanpa bunga beroperasi berdampingan dengan bank-bank
konvensional (Manan, 2012:205).
2. Sejarah Bank Syariah di Indonesia
Bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip-
prinsip syariah Islam. Di dalam operasinya bank syariah mengikuti
aturan Al-Qur’an-Hadis dan regulasi dari pemerintah (Martono,
2010:94).
ض منكم ينكم بالباطل إل أن تكون تجارة عن ترايا أيها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب
كان بكم رحيما ول تقتلوا أنفسكم إن الل
[5:29] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Dari ayat di atas, Al-Quran secara tegas sudah mengatur tentang
ekonomi Islam yang menekankan pada aspek ribawi dan hal-hal yang
mengarah kepada sebuah kebatilan dan kemudharatan. Praktek ekonomi
Islam harus dilakukan secara benar sesuai dengan ketentuan dasar Al-
Quran dan Al-Hadis sebagai sumber dalam implementasinya.
83
Bank syariah di Indonesia secara konsisten telah menunjukkan
perkembangannya dari waktu ke waktu, berikut ini adalah Tabel
perkembangan bank syariah dari awal terbentuknya di Indonesia:
Tabel 4.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun Keterangan
1980 Muncul ide dan gagasan konsep lembaga keuangan syariah, uji coba BMT Salman di bandung dan koperasi Ridho Gusti.
1990 Loka karya MUI dimana para peserta sepakat mendirikan bank syariah di Indonesia.
1992 Pada tanggal 1 mei 1992 bank syariah pertama bernana bank muamalat indonesia mulai beroperasi
1992 Kemunculan BMI ini kemudian diikuti dengan lahirnya UU No. 7 Thn 1992 tentang perbankan yang mengakomodasi perbankan dengan prinsip bagi hasil baik bank umum maupun BPRS
1999 Keluar UU No. 23 Thn 1999 tentang Bank Indonesia yang mengakomodasi kebijakan moneter berdasarkan prinsip syariah dimana BI bertanggung jawab terhadap pengaturan dan pengawasan bank komersial termasuk bank syariah. BI dapat menetapkan kebijakan moneter dengan menggunakan prinsip syariah. Pada tahun ini dibuka kantor cabang bank syariah untuk pertama kali.
2000 BI mengeluarkan regulasi operasional dan kelembagaan bank syariah dimana BI menetapkan peraturan kelembagaan perbankan syariah. Pengembangan pasar uang antar bank syariah (PUAS) dan sertifikat wadiah Indonesia (SWBI) sebagai instrumen pasar uang syariah.
2001 Pendirian unit biro perbankan syariah di bank indonesia untuk menangani perbankan syariah.
2002 Peraturan BI No.4/1/2002 mengenai pengenalan pembuktian bersih cabang syariah yang merupakan penyempurnaan jaringan kantor cabang syariah.
2004 Keluar UU No.3 Thn 2004 tentang perubahan UU No. 23 Thn 1999 tentang Bank Indonesia yang makin mempertegas penetapan kebijakan moneter dengan yang dilakukan oleh BI dapat dilakukan dengan prinsip syariah. Belakangan UU No.23 Thn 1999 diubah dengan peraturan pemerintah pengganti UU No.2 Thn 2008. Disamping itu, BI juga menyiapkan peraturan standarisasi akad, tingkat kesehatan, dan lembaga penjamin simpanan. Ditahun ini juga terjadi perubahan biro perbankan syariah menjadi direktorat perbankan syariah di bank syariah.
84
2005 Di era UU No.10 Thn 1998 secara teknis mengenai produk mengacu pada PBI No.7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yang kemudian sudah diganti dengan PBI No.9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah.
2006 Pemberian layanan syariah juga semakin dipermudah dengan diperkenalkannnya konsep office chaneling, yakni semacam konter layanan syariah yang terdapat di kantor cabang/kantor cabang pembantu bank konvensional yang sudah memiliki UUS. Hal demikian ditemukan dalam PBI No.8/3/PBI/2006 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Produk bank syariah terdiri dari produk penghimpunan dana (funding)¸ penyaluran dana (landing), jasa (services), dan produk dibidang sosial
2008 16 Juli 2008 UU No. 21 Thn 2008 tentang perbankan syariah disahkan yang memberikan landasan hukum industri perbankan syariah nasional yang diharapkan mendorong perkembangan bank syariah yang selama 5 tahun terakhir assetnya tumbuh lebih dari 65% pertahun namun pasarnya secara nasional masih dibawah 5%. Beberapa lembaga hukum baru diperkenalkan dalam UU No.21 Thn 2008 tentang perbankan syariah antara lain yakni menyangkut pemisahan (spin off) UUS dan komite perbankan syariah. Terdapat beberpa PBI yang diamanahkan oleh UU No.21 Thn 2008 tentang perbankan syariah. Adapun PBI yang secara khusus merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No.21 Thn 2008 tentang perbankan syariah dan telah di Undangkan hingga saat ini antara lain: 1. PBI No.10/16/PBI/2008 (Perubahan atas PBI
No.9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayan jasa bank syariah)
2. PBI No.10 /17/PBI/2008 (Produk bank syariah dan UUS) 3. PBI No.10/18/PBI/2008 (Restrukturisasi pembiayaan bagi
bank syariah). 4. PBI No.10/23/PBI/2008 (Perubahan kedua atas PBI
No.6/21/PBI/2004 tentang giro wajib minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
5. PBI No.10/24/PBI/2008 (Perubahan PBI No.8/21/PBI/2006 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
6. PBI No.10/32/PBI/2008 (Komite perbankan syariah) 7. PBI No.11/3/PBI/2009 (Tentang Bank Umum Syariah)
Sumber: Sadi (2015:34)
85
Pada Tabel 4.1 di atas, peran perbankan syariah dalam konteks
modernisasi saat ini tidak hanya berfokus kepada nasabah muslim.
Masyarakat Indonesia yang multikultural dengan berbagai macam ragam
budaya, bahasa dan agama menjadi market yang sangat penting dalam
pengembangan perbankan syariah. Nasabah, dalam hal perbankan
sejatinya melihat kepada aspek pelayanan, program, maupun jaminan
keamanan. Sehingga peningkatan perkembangan bank syariah terus
berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Perkembangan Deposito Mudharabah
Salah satu contoh produk investasi yang sedang diminati yaitu
deposito. Deposito di bank syariah dikelola dengan cara investasi atau
mudharabah, sehingga biasa dikenal dengan Deposito Mudharabah. Yaitu
bentuk perniagaan dimana pemilik modal (nasabah) menyetorkan
modalnya kepada pengelola (bank) untuk diusahakan dengan keuntungan
akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak.
Sedangkan kerugian, jika ada akan ditanggung oleh si pemilik. Bank
syariah tidak membayar bunga deposito kepada deposan tetapi membayar
bagi hasil keuntungan yang ditetapkan dengan nisbah. Pertumbuhan
nasabah yang berminat pada deposito mudharabah ini dapat dilihat
melalui laporan tahunan (Annual Report) bank syariah dan jumlah
perkembangan setiap tahunnya (Rismawati dan Rosita, 2014:86).
86
Sedangkan menurut Kurniati, dkk (2015:10) dari tahun ke tahun
perkembangan perbankan syariah semakin meningkat, hal ini terlihat dari
meningkatnya jumlah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah
(UUS) maupun Bank Pembiayaan Syariah (BPRS). Sejalan dengan
berkembangnya BUS dan UUS, aset perbankan syariah pun mengalami
lonjakan yang cukup signifikan, akan tetapi hal ini juga terjadi pada total
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun, salah satunya deposito
mudharabah.
Berikut adalah perkembangan Jumlah Deposito Mudharabah yang
terhimpun di bank syariah periode Januari 2012 – Juni 2015:
Sumber: Bank Indonesia (data yang diolah)
Gambar 4.1
Komposisi Jumlah Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia periode Januari 2012 – Juni
2015
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas menunjukkan perkembangan
jumlah deposito mudharabah yang mengesankan dari tahun 2012 sampai
50,000
70,000
90,000
110,000
130,000
150,000
2012 2013 2014 2015
Komposisi Deposito Mudharabah
Deposito Mudharabah (Miliar Rupiah)
84.732
107.812
135.629 130.506
87
tahun 2014 karena menunjukkan adanya peningkatan jumlah di tahun-
tahun tersebut. Tetapi bila dilihat dengan seksama, di tahun 2015 terjadi
penurunan jumlah deposito sebesar 5.123 Miliar. Keadaan kurang baik
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah
meningkatnya rasio NPF dan menurun drastisnya rasio ROA bank
syariah di tahun 2015 sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah
minat dan kepercayaan nasabah untuk menginvestasikan dananyadi bank
syariah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
4. Perkembangan Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan
Menurut Ismail (2010:131) bunga dapat diartikan sebagai harga
yang harus dibayar oleh bank dan/atau nasabah sebagai balas jasa atas
transaksi antara bank dan nasabah. Harga menurut Reidenbach (1986)
“the amount of money the seler receives for goods or services at the
factory or place of business. Price is not what the seller ask for the
product, but what is actually receive” (harga merupakan sejumlah uang
yang diterima oleh penjual untuk barang atau jasa ditempat produksi atau
didalam aktivitas usaha. Harga bukanlah apa yang diminta oleh penjual
akan tetapi merupakan apa yang benar-benar diterimanya).
Jika bunga adalah balas jasa yang diberikan bank konvensional
kepada nasabahnya, berbeda dengan bank syariah yang menggunakan
prinsip bagi hasil. Perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting
untuk ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak.
88
Menurut Yaya, dkk (2014:49) dalam bagi hasil kepada nasabah
bank syariah menggunakan prinsip nisbah bagi hasil atas persentase
pendapatan yang diperoleh. Hal ini menyebabkan besar kecilnya imbalan
bagi pemilik dana tidak semata ditentukan oleh makin besarnya porsi
bagi hasil oleh nasabah, melainkan juga oleh kualitas penyaluran dana
oleh bank. Salah satu implikasi dari mekanisme ini adalah bank syariah
tidak disarankan untuk menerima dana apabila tidak mampu
menyalurkan dana tersebut pada hal yang produktif.
Begitupula menurut Wiroso (2005:6) yang mengatakan besarnya
penyaluran dana atau invesatasi yang dilakukan oleh bank syariah
bukanlah suatu indikasi pendapatan bagi hasil yang diterima oleh pemilik
dana yang dihimpun (deposan atau penabung) tetapi kualitas dari
penyaluran dana atau investasi yang dilakukan oleh bank syariah itulah
yang mempunyai pengaruh langsung hasil yang diterima oleh pemilik
dana yang dihimpun.
Untuk menarik minat deposan biasanya bank menyediakan
berbagai insentif atau bonus. Insentif diberikan untuk jumlah nominal
tertentu biasanya dalam jumlah yang besar. Insentif dapat berupa special
rate (bunga lebih tinggi dari bunga yang berlaku umum) maupun insentif
lainnya, seperti hadiah atau cenderamata lainnya. Insentif juga dapat
diberikan kepada nasabah yang loyal terhadap bank tersebut (Kasmir,
2002:103).
89
Teori klasik tentang tingkat bunga dapat mewakili teori yang
menjelaskan pengaruh tingkat bagi hasil yang ada di bank syariah. Hal
ini disebabkan karena konsumen melihat bahwa tingkat suku bunga
simpanan yang diberikan bank konvensional ataupun tingkat bagi hasil
yang diberikan bank syariah adalah sama-sama merupakan imbal jasa
yang diberikan pihak bank kepada nasabah/deposan atas dana yang
disimpankan di bank. Berikut adalah perkembangan nisbah bagi hasil
yang diberikan bank kepada nasabah penyimpan dalam bentuk
Equivalent Rate dari Januari tahun 2012 hingga Juni 2015:
Tabel 4.2 Ekuivalen Tingkat Imbalan/Bagi Hasil/Fee/Bonus
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode Januari 2012 – Juni 2015
Bulan 2012 2013 2014 2015
Januari 7.04 5.94 5.36 7.31 Februari 6.84 5.49 5.31 7.45 Maret 6.65 4.70 5.65 7.68 April 6.82 3.34 6.10 7.01 Mei 6.77 4.74 7.21 7.39 Juni 6.63 4.77 7.41 7.39 Juli 5.88 4.96 6.95 - Agustus 6.08 5.00 7.98 - September 6.03 4.82 8.20 - Oktober 6.13 4.90 8.31 - November 5.89 4.62 7.54 - Desember 6.06 6.60 7.80 -
Sumber: Bank Indonesia (data yang diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menunjukkan perkembangan nisbah
bagi hasil dalam 4 tahun terakhir di bank syariah. Dari data tersebut
terlihat terjadi penurunan nisbah bagi hasil yang diberikan bank syariah
90
syariah kepada nasabah penyimpannya, ini disebabkan meningkatnya BI
Rate dan NPF bank syariah. Namun, bila dilihat kembali mulai dari
pertengahan tahun 2014 bank syariah mulai bangkit menunjukkan
peningkatan nisbah bagi hasilnya kembali sehingga rate tersebut mampu
berkompetitif dengan bunga deposito bank konvensional.
Menurut Karim (2004:197) dalam praktiknya di perbankan
modern, tawar-menawar nisbah antara pemilik modal (yakni investor
atau deposan) dengan bank syariah hanya terjadi bagi deposan/investor
dengan jumlah besar, karena mereka ini memiliki daya tawar yang relatif
tinggi. Kondisi ini disebut sebagai special nisbah. Sedangkan untuk
nasabah deposan kecil, biasanya tawar menawar tidak terjadi. Bank
syariah hanya akan mencantumkan nisbah yang ditawarkan, setelah itu
deposan boleh setuju boleh tidak.
5. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio yang
menghitung banyaknya nilai kewajiban atas nilai pembiayaan yang
belum dibayar oleh nasabah kepada bank. Secara singkat, NPF
sederhananya adalah persentase pembiayaan bermasalah. Semakin tinggi
rasio NPF sebuah bank, maka kondisi ini bisa membahayakan bank.
Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan NPF sebesar 5%, apabila
bank mampu menekan rasio NPF dibawah 5% maka potensi keuntungan
yang akan diperoleh akan semakin besar (Candra dan Yulianto, 2015:5).
91
Sedangkan menurut Lutfiana dan Yulianto (2015:3) rasio Non
Performing Financing (NPF) merupakan salah satu risiko yang
ditanggung oleh bank karena ada nasabah yang tidak sanggup
membayarkan kredit yang diberikan kepada bank yang dikategorikan
dalam kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Semakin besar rasio
pembiayaan macet pada suatu bank, maka secara otomatis akan
mengganggu kegiatan operasional bank, terutama dari segi likuiditas
bank tersebut. Berikut adalah perkembangan Non Performing Financing
(NPF) bank syariah periode Januari 2012 – Juni 2015:
Sumber: Bank Indonesia (data yang diolah)
Gambar 4.2 Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia periode Januari 2012 – Juni 2015
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas menunjukkan telah terjadi
peningkatan terus-menerus pada sisi pembiayaan bermasalah (NPF) di
bank syariah. Sejak tahun 2012 hingga tahun 2014 belum pernah terjadi
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
2012 2013 2014 2015
Non Performing Financing (NPF)
NPF
2,22% 2,62%
4,33%
4,73%
92
penurunan dan hampir terus meningkat hingga 4,37% di tahun 2015.
Pada laporan statistik perbankan syariah yang di terbitkan oleh Bank
Indonesia pada bulan februari tahun 2015 NPF perbankan syariah
menyentuh angka 5,10%. Ini merupakan hasil kinerja yang kurang
memuaskan bagi bank syariah dalam mengelola dan mengatasi
pembiayaan non lancarnya karena menurut PBI No. 6/9/PBI/2004 standar
Non Performing Financing (NPF) yang baik adalah dibawah 5%.
Bagi bank, semakin dini menganggap kredit yang diberikan
menjadi bermasalah semakin baik karena akan berdampak semakin dini
pula dalam upaya penyelamatannya sehingga tidak terlanjur parah yang
berakibat semakin sulit penyelesaiannya (Rivai, 2007:477). Sama halnya
dengan bank konvensional, pembiayaan/kredit yang bermasalah akan
sangat merugikan bank, diantaranya sebagai berikut (Ismail, 2010:125):
a. Laba/rugi bank menurun. Penurunan laba tersebut diakibatkan
adanya penurunan pendapatan bunga kredit.
b. Bad Debt Ratio menjadi lebih besar. Rasio aktiva prouktif menjadi
lebih rendah.
c. Biaya pencadangan penghapusan kredit meningkat. Bank perlu
membentuk pencadangan atas kredit bermasalah yang lebuh besar.
Biaya pencadangan penghapusan kredit akan berpengaruh pada
penurunan keuntungan bank.
93
d. ROA maupun ROE menurun. Penurunan laba akan memiliki dampak
pada penurunan ROA karena return turun, maka ROA dan ROE
akan menurun.
Berikut ini adalah tabel yang mampu menunjukkan secara lengkap
perubahan peningkatan serta penurunan rasio Non Performing Financing
(NPF) di bank syariah terhitung sejak Januari 2012 hingga Juni 2015:
Tabel 4.3 Data Nilai Non PerformingFinancing (NPF) Periode Januari 2012 –
Juni 2015 (Dalam Persentase (%))
Bulan Tahun 2012 2013 2014 2015
Januari 2.68 2.49 3.01 4.87 Februari 2.82 2.72 3.53 5.10 Maret 2.76 2.75 3.22 4.81 April 2.85 2.85 3.48 4.62 Mei 2.93 2.92 4.02 4.76 Juni 2.88 2.64 3.90 4.73 Juli 2.92 2.75 4.31 - Agustus 2.78 3.01 4.58 - September 2.74 2.80 4.67 - Oktober 2.58 2.96 4.58 - November 2.50 3.08 4.86 - Desember 2.22 2.62 4.33 -
Sumber: Bank Indonesia (data yang diolah)
Menurut Ismail (2010:148) menjelaskan kalau pemberian suatu
fasilitas kredit pasti mengandung suatu risiko kemacetan. Akibatnya
kredit tidak dapat ditagih sehingga menimbulkan kerugian yang harus
ditanggung oleh bank. Sepandai apapun analis kredit dalam menganalisis
setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit terserbut macet pasti ada.
Hanya saja dalam hal ini, bagaimana meminimalkan risiko tersebut
94
seminimal mungkin. Dalam praktiknya kemacetan suatu kredit
disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut:
a. Dari pihak perbankan, artinya dalam melakukan analisisnya, pihak
analis kurang teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak
diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan
perhitungan. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit
dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara
subjektif dan akal-akalan.
b. Dari pihak nasabah, adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini
nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya
kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Lalu yang kedua
adanya unsur ketidaksengajaan, artinya seorag debitur mau
membayar, akan tetapi tidak mampu.
6. Perkembangan Return on Asset (ROA)
Menurut Rivai (2007:720) rasio Return on Asset (ROA)
menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar Return on
Asset (ROA), berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
dan semakin baik posisi bank dari segi penggunaan aset.
Salah satu kegunaan Return on Asset (ROA) yang prinsipil adalah
sifatnya menyeluruh dan apabila perusahaan sudah menjalankan praktek
95
akuntansi dengan baik maka manajemen akan menggunakan teknik
analisa rentabilitas Return on Asset (ROA) dalam mengukur efisiensi
penggunaan modal kerja, efisiensi produk dan efisiensi bagian penjualan
(Candra dan Yulianto, 2015:4).
Menurut Rustam (2013:346) penilaian rentabilitas dimaksudkan
untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian
kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan penilaian terhadap salah
satu kompenen yaitu rasio ROA (return on asset) yang merupakan rasio
penunjang. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya
kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aset untuk
meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya. Berikut adalah
gambar grafik perkembangan Return on Asset (ROA) pada bank syariah
periode Januari 2012 – Juni 2015:
Sumber: Bank Indonesia (data yang diolah)
Gambar 4.3
Perkembangan Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia periode Januari 2012 – Juni 2015
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
2012 2013 2014 2015
Return on Asset (ROA)
ROA
2.14% 2.00%
0.80%
0.84%
96
Berdasarkan gambar 4.3 di atas, laba yang dimiliki bank syariah
terlihat cukup stabil diangka kurang lebih 2% pada tahun 2012 dan 2013,
ini menunjukkan kesehatan bank yang baik karena sesuai dengan Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP 25 Oktober 2011
mengatakan bahwa semakin besar ROA suatu bank, menunjukkan
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dalam penggunaan asset.
Namun, telah terjadi penurunan yang drastis hingga menyentuh
angka 0,80% di tahun 2014. Penurunan ini diiringi oleh naiknya rasio
Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah yang
dimiliki oleh bank syariah. Gambar diatas mampu memperlihatkan
bahwa kondisi kesehatan bank syariah dua tahun terkahir ini sedang tidak
baik karena sesuai dengan PBI No. 6/9/PBI/2004 standar Return on Asset
(ROA) yang baik adalah sebesar 1,5%.
Berikut ini adalah tabel yang dapat menunjukkan secara lengkap
seberapa besar laba bersih yang diperoleh perbankan syariah bila diukur
dengan nilai aktiva terhitung sejak Januari tahun 2012 hingga Juni tahun
2015:
97
Tabel 4.4 Data Nilai Return On Asset (ROA) Periode Januari 2012 – Juni 2015
Dalam Persentase (%)
Bulan Tahun 2012 2013 2014 2015
Januari 1.36 2.52 0.08 1.15 Februari 1.79 2.29 0.13 1.07 Maret 1.83 2.39 1.16 1.13 April 1.79 2.29 1.09 1.08 Mei 1.99 2.07 1.13 1.09 Juni 2.05 2.10 1.12 0.89 Juli 2.05 2.02 1.05 - Agustus 2.04 2.01 0.93 - September 2.07 2.04 0.97 - Oktober 2.11 1.94 0.92 - November 2.09 1.96 0.87 - Desember 2.14 2.00 0.80 - Sumber : Bank Indonesia (data yang diolah)
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
Data variabel yang digunakan dalam penelitian ini telah diolah
atau ditransformasikan ke dalam bentuk Ln (Logaritma Natural).
Menurut Nachrowi dan Usman (2008:82), pada prinsipnya model ini
merupakan hasil transformasi dari suatu model yang tidak linier menjadi
model linier, dengan jalan membuat model dalam bentuk logaritma.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Jumlah Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) di Indonesia dalam bentuk miliar rupiah.
Sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu Tingkat Bagi Hasil
Deposito Berjangka 1 Bulan, Non Performing Financing (NPF) dan
98
Return on Asset (ROA) dalam bentuk persentase. Seluruh data tersebut
telah ditransformasikan sehingga parameternya berbentuk linier.
a. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas
dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas
untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi
berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal jika data
dapat mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis
diagonal. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai
residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-
ratanya. Berikut adalah hasil dari uji normalitas:
1) Analisis Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah
Gambar 4.4 Grafik Histogram
99
Berdasarkan Gambar 4.4 di atas, histogram Regression
Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual
tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
2) Analisis Grafik Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Sumber: Data sekunder yang diolah
Gambar 4.5 Grafik P-p Plot
Berdasarkan Gambar 4.5 di atas, grafik normal probability
plot menunjukkan titkk-titik menyebar disekitar garis diagonal
dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat
disimpulkan bahwa data berdistriusi normal atau model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
3) Uji Kolmogorov-Smirnov
100
Tabel 4.5 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N 42
Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation .12051309
Most Extreme Differences Absolute .147 Positive .089 Negative -.147
Kolmogorov-Smirnov Z .955 Asymp. Sig. (2-tailed) .321
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa Sig. (2-tailed)
sebesar 0,321 > 0,05 (Sig > α) . Hal ini menunjukkan nilai
residual terstandarisasi dikatakan menyebar secara normal.
b. Uji Multikolonieritas
Untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat
korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel bebas
(Independen) maka diperlukan suatu pengujian, yaitu uji
multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah
nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka model
dinyatakan tidak terdapat gejala multikolonieritas.
101
Dari uji multikolonieritas yang dilakukan penulis, tidak
ditemukannya data dengan gejala multikolonieritas, terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.6 Uji Multikolonieritas dengan Tolerance dan VIF
B
Berdasarkan output pada Coefficients dalam Tabel 4.6 di atas
terlihat bahwa dari nilai Tolerance Tingkat Bagi Hasil Deposito
Berjangka 1 Bulan sebesar 0,599 (0,599 > 0,10), nilai Tolerance Non
Performing Financing (NPF) sebesar 0,507 (0,507 > 0,10) dan nilai
Tolerance Return on Asset (ROA) sebesar 0,799 (0,799 > 0,10).
Sedangkan berdasarkan tabel di atas untuk nilai Variance Inflation
Factor (VIF) Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan
sebesar 1,671 (1,671 < 10,00), nila VIF Non Performing Financing
(NPF) sebesar 1,974 (1,974 < 10,00) dan nilai VIF Return on Asset
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 9,016 ,730
12,349 ,000
LN_BASIL -,438 ,128 -,376 -3,433 ,001 ,599 1,671
LN_NPF ,938 ,112 ,999 8,389 ,000 ,507 1,974
LN_ROA -,026 ,032 -,078 -,821 ,417 ,799 1,252
a. Dependent Variable: LN_DEPOSITO Sumber: data sekunder yang diolah
102
(ROA) sebesar 1,252 (1.252 < 10,00). Kesimpulan dari hasil nilai
Tolerance sebesar > 0,10 dan nilai VIF sebesar < 10,00 berarti
menunjukkan bahwa variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito
Berjangka 1 Bulan, Non Performing Financing (NPF), Return on
Asset (ROA) tidak terdapat Multikolonieritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Peneliti menggunakan uji heteroskedastisitas dengan analisis
grafik. Metode analisis grafik dilakukan dengan mengamati
scatterplot dimana sumbu horizontal menggambarkan Predicted
Standardized sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai
Residual Studentized. Jika scatterplot membentuk pola tertentu,
maka hal itu menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas.
Heterokedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi
yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada
model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut
dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi
adalah yang homokedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji
heterokedastisitas menggunakan Analisis Grafik dengan Scatterplot:
103
Sumber: Data sekunder yang diolah
Gambar 4.6 Grafik Scatterplot
Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.6 di
atas terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di
bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh
karena itu maka berdasarkan analisis grafik scatterplot, model
regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala
heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Beberapa
penyebab munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data time-
series dalam analisis regresi adalah adanya kelembaman (inertia)
artinya data observasi pada periode sebelumnya dan periode
104
sekarang kemungkinan besar akan mengandung saling
ketergantungan (interdependence).
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat
populer untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model
empiris yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi:
Tabel 4.7 Uji Durbin Watson
Bedasarkan Tabel 4.7 di atas, nilai Durbin-Watson sebesar
0,883. Oleh karena itu, sesuai dengan teori Ghozali (2005) nilai
DW = 0,883 berada diantara -2 sampai dengan +2 dapat dikatakan
bahwa sudah tidak ada lagi gejala autokorelasi pada persamaan
model penelitian.
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan
maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi
secara individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 ,853a ,727 ,706 ,12518 .883
a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_BASIL, LN_ NPF
b. Dependent Variable: LN_DEPOSITO
Sumber: Data sekunder yang diolah
105
tidaknya pengaruh masiing-masing variabel independen secara
individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikan 0,05, maka variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji t (Uji Parsial)
S
u
m
b
e
r
:
1) Uji t terhadap variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1
Bulan
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.8 di atas, variabel Tingkat
Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan secara statistik
menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α
(0,001 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = 3,433 dan pada
tabel t sebesar 1.685 (df (n-k) 42 - 4 = 38 , α = 0,05), sehingga t
hitung > t tabel (3,433 > 1,685) Maka H02 ditolak dan Ha2
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Tingkat
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 9,016 ,730
12,349 ,000
LN_BASIL -,438 ,128 -,376 -3,433 ,001
LN_NPF ,938 ,112 ,999 8,389 ,000
LN_ROA -,026 ,032 -,078 -,821 ,417
a. Dependent Variable: LN_DEPOSITO Sumber: data sekunder yang diolah
106
Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Deposito Mudharabah.
2) Uji t terhadap variabel Non Performing Financing (NPF)
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.8 di atas, variabel Non
Performing Financing (NPF) secara statistik menunjukan hasil
yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05).
Sedangkan nilai t hitung X2 = 8,389 dan pada tabel t sebesar
1.685 (df (n-k) 42 - 4 = 38 , α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel
(8,389 > 1,685) Maka H03 ditolak dan Ha3 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Non Performing Financing
(NPF) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah.
3) Uji t terhadap Return on Asset (ROA)
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.8 di atas, variabel Return
on Asset (ROA) secara statistik menunjukan hasil yang tidak
signifikan pada nilai lebih besar dari α (0,417 > 0,05).
Sedangkan nilai t hitung X3 = 0,821 dan tabel t sebesar 1.685
(df (n-k) 42 - 4 = 38 , α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel
(0,821 < 1,685) Maka H04 diterima dan Ha4 ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Return on Asset (ROA)
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah.
107
b. Uji F (Simultan)
Nilai F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara
simultan variabel bebas terhadap variabel berikutnya atau untuk
menguji ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas
memiliki pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap
variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria
cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara
simultan maka masuk dalam kategori tidak cocok atau non fit.
Adapun pengujian dalam uji F ini yaitu dengan menggunakan
suatu tabel yang disebut dengan tabel ANNOVA (Analysis of
Variance) dengan melihat nilai signifikan (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika
nilai signifikan > 0,05 maka Ha diterima. Berikut adalah hasil uji F:
Tabel 4.9 Uji F (Uji Simultan)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 1,587 3 ,529 33,749 ,000b
Residual ,595 38 ,016
Total 2,182 41
a. Dependent Variable: LN_DEPOSITO
b. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_BASIL, LN_NPF Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas nilai F hitung sebesar 33,749
dengan nilai tingkat signifikan 0,000. Karena nilai signifikan < 0,05,
maka H01 ditolak atau Ha1 diterima dengan nilai hitung F hitung > F
108
tabel (33,749 > 2,85) dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau
0,05, (4-1), (42-4) = 2,85. Maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat
Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan, Non Performing Financing
(NPF) dan Return on Asset (ROA) berpengaruh secara simultan
terhadap Jumlah Deposito Mudharabah.
c. Uji Adjusted R Square
Koefisien determinasi atau R Square (R2) merupakan besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin
tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel
bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya.
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di
mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan
dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang
dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut
maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan,
Adjusted R Square (R2 adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan menandakan
bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan
jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan
menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai
109
koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh
adanya penambahan variabel baru dalam model. Berikut adalah hasil
uji Adjusted R Square:
Tabel 4.10 Uji Adjusted R Square (R2 Adj)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,853a ,727 ,706 ,12518
a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_BASIL, LN_NPF
b. Dependent Variable: LN_DEPOSITO Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan Tabel 4.10 besarnya Adjusted R Square dalam
penelitian ini adalah 0,706 atau sebesar 70,6%. Dapat disimpulkan
bahwa pengaruh nilai Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1
Bulan, Non Performing Financing (NPF) dan Return on Asset
(ROA) terhadap Jumlah Deposito Mudharabah adalah sebesar
70,6%. Sedangkan sisanya 29,4% (100% - 70,6%) dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam
penelitian ini. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan
nilai sebesar 0,853 yang menandakan bahwa hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat adalah karena memiliki nilai
lebih dari 0,5 ( R > 0,5) atau 0,853 > 0,5.
110
3. Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas,
selanjutnya akan dianalisis lanjutan dengan bantuan aplikasi SPSS versi
20 untuk mengetahui besarnya pengaruh nilai Tingkat Bagi Hasil
Deposito Berjangka 1 Bulan, Non Performing Financing (NPF) dan
Return on Asset (ROA) terhadap Jumlah Deposito Mudharabah. Hasil
pengelolaan data dengan SPSS dapat dilihat tabel 4.10 dibawah ini:
Tabel 4.11 Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Logaritma Jumlah Deposito Mudharabah
X1 = Logaritma Nilai Tingkat Bagi hasil Deposito Berjangka 1 Bulan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 9,016 ,730
12,349 ,000
LN_BASIL -,438 ,128 -,376 -3,433 ,001
LN_NPF ,938 ,112 ,999 8,389 ,000
LN_ROA -,026 ,032 -,078 -,821 ,417
a. Dependent Variable: LN_DEPOSITO Sumber: data sekunder yang diolah
LnY = 9,016 – 0,001 LnX1 + 0,003 LnX2
111
X2 = Logaritma Nilai Non Performing Financing (NPF)
Adapun interpretasi satistik penulis pada model persamaan regresi di
atas adalah sebagai berikut:
1) Apabila Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan, Non
Performing Financing (NPF) dan Return on Asset (ROA) bernilai 0,
maka nilai Jumlah Deposito Mudharabah adalah sebesar 11,291 %.
Maksudnya adalah jika Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1
Bulan, Non Performing Financing (NPF) dan Return on Asset
(ROA) tidak melakukan kegiatan operasional dapat dikatakan bahwa
dalam periode 2012-2015 Jumlah Deposito Mudharabah adalah
sebesar 11,291%.
2) Jika variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan sebesar
-0,001 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% pada Tingkat
Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan akan menyebabkan
menurunnya Jumlah Deposito Mudharabah sebesar 1%, dengan
catatan variabel lain dianggap konstan.
3) Jika variabel Non Performing Financing (NPF) sebesar 0,003
maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% pada Non Performing
Financing (NPF) akan menyebabkan meningkatknya Jumlah
Deposito Mudharabah sebesar 1%, dengan catatan variabel lain
dianggap konstan.
112
C. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, variabel Tingkat Bagi Hasil
Deposito Berjangka 1 Bulan mempunyai nilai signifikan sebesar 0,001
< 0,05. Hal ini berarti H02 ditolak dan Ha2 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1
Bulan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah. Secara teori, apabila Nisbah Bagi Hasil atau Equivalent
Rate yang diberikan bank kepada nasabah berpersentase tinggi akan
meningkatkan Jumlah Deposito Mudharabah.
Menurut hasil penelitian dari Anisah, dkk (2013:181) yang
berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Deposito
Mudharabah Bank Syariah mengatakan bahwa bagi hasil deposito
berjangka 1 bulan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
deposito mudharabah yang dikarenakan para nasabah dalam
menempatkan dananya di bank syariah masih dipengaruhi untuk
mencari profit atau keuntungan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Rismawati dan Siti
Ita Rosita (2014) di dalam Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan yang
113
menunjukkan bahwa pertumbuhan pada jumlah deposito mudharabah
pada bank syariah meningkat karena sistem bagi hasilnya.
Namun, pada hasil penelitian penulis menemukan bahwa jika
setiap kenaikan 1% pada Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1
Bulan akan menyebabkan menurunnya Jumlah Deposito Mudharabah
sebesar 1% pada periode 2012-2015, hal ini dikarenakan tingkat bagi
hasil 1 bulan yang diberikan oleh bank syariah stabil dengan angka
yang terhitung lebih sedikit peningkatannya dibandingkan dengan
nisbah lainnya seperti berjangka 3 bulan, 6 bulan dan >12 bulan setiap
tahunnya. Dengan begitu, biasanya nasabah deposan tidak akan
memperpanjang dana depositonya dan langsung mencairkannya ketika
jatuh tempo.
Hal ini sejalan pula dengan hasil penelitian dari Evi Natalia,
dkk, (2014) yang mengatakan apabila dilihat dari data penelitian
penyebab mengapa hubungan antara tingkat bagi hasil deposito
berjangka 1 bulan dan jumlah simpanan deposito bersifat negatif
karena masyarakat dalam menginvestasikan dananya di bank tentunya
akan memperhatikan tingkat keuntungan yang akan diperolehnya. Jika
tingkat bagi hasilnya tidak stabil bahkan cenderung menurun, maka
keinginan masyarakat untuk menempakan dananya dalam bentuk
deposito di bank syariah akan menurun.
114
Apabila Equivalent Rate Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan
yang diberikan oleh bank syariah sudah berpersentase besar tetapi
terkadang masih saja lebih tinggi besaran bunga yang diberikan oleh
bank konvensional kepada deposan ditambah kurangnya minat dan
pemahaman masyarakat tentang perbedaan antara bunga dan bagi
hasil yang menganggap keduanya adalah sama menjadikan tingkat
bagi hasil memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah deposito
mudharabah.
Faktor lain yang memungkinkan terjadinya pengaruh negatif
karena Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan
bermasalah yang masih terus mengalami peningkatan disetiap
bulannya sehingga membuat beberapa nasabah ragu untuk
menginvestasikan dananya pada deposito mudharabah karena takut
apabila dananya akan ikut bermasalah saat dipakai bank syariah untuk
pembiayaan yang nantinya akan mengurangi nisbah bagi hasil yang
diterima oleh nasabah tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang sudah
dilakukan oleh Sartin Yahya (2013), Ro’iyatul Husna (2013), Teguh
Dwi Muktiyo (2014), Desy Intan Wulansari dan M. Umar Burhan
(2015) dan Vera Susanti (2015) yang menunjukkan bahwa Bagi
Hasil/Equivalent Rate berpengaruh terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah.
115
2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, variabel Non Performing
Financing (NPF) mempunyai nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
Hal ini berarti H03 ditolak dan Ha3 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah. Secara teori, Jika Non Performing Financing (NPF)
meningkat maka Jumlah Deposito Mudharabah akan menurun karena
karakteristik nasabah yang kebanyakan akan mencari keuntungan dan
keamanan untuk dana yang diinvestasikan.
Sejalan dengan hasil penelitian dari Adi Prabowo (2012) yang
menunjukkan apabila Non Performing Financing (NPF) terjadi dalam
skala normal dan terkendali dalam jangka pendek, tidak akan
memengaruhi nasabah dalam memilih invenstasi berupa tabungan,
akan tetapi jika Non Performing Financing (NPF) terjadi dengan skala
yang sama terus menerus atau bahkan persentase meningkat, akan
memengaruhi nasabah dalam memilih investasi jangka panjang di
bank syariah.
Namun, berdasarkan pada hasil penelitian dan interpretasi
statistik peneliti mendapatkan hasil bahwa setiap kenaikan 1% pada
Non Performing Financing (NPF) akan menyebabkan meningkatknya
116
Jumlah Deposito Mudharabah. Hal ini sesuai dengan laporan
keuangan bank syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia,
bahwasanya sejak tahun 2012 hingga tahun 2015 setiap Non
Performing Financing (NPF) bank syariah meningkat akan diikuti
oleh peningkatan Jumlah Deposito Mudharabah. Hal ini dikarenakan
nisbah bagi hasil yang diberikan bank syariah kepada nasabah tetap
kompetitif persentasenya pada tahun-tahun tersebut.
Menurut hasil penelitian dari Isna Lailin Nikmah (2015) dalam
skripsinya menjelaskan bahwa NPF (Non Performing Financing) yang
positif dan signifikan berpengaruh terhadap deposito mudharabah
karena apabila bank tidak menambah jumlah penghimpun dana dari
masyarakat maka jumlah NPF (Non Performing Financing) akan tetap
dengan persentase yang tinggi dan pembiayaan yang disalurkan
semakin rendah. Maka dari itu, bank syariah akan meningkatkan
equivalent rate nisbah bagi hasinya agar kompetitif disaat BI Rate
meningkat dan suku bunga bank konvensional yang terus stabil di
angka 8% bahkan terjadi penurunan di tahun 2015.
Hasil berbanding terbalik ini sesuai dengan hasil penelitian dari
Fitri Suci Lestari (2013) mengatakan bahwa jumlah NPF (Non
Performing Financing) bank syariah sempat tidak kunjung menurun
akan tetapi masih dalam batas maksimum yang disyaratkan oleh Bank
Indonesia. Oleh karena itu kenaikan NPF (Non Performing Financing)
117
tidak mengakibatkan menurunnya jumlah deposito mudharabah.
Karena nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) masih
dapat menampung kerugian yang mungkin timbul pada pembiayaan
bermasalah. Kebanyakan sebagian nasabah tidak memperhatikan
besaran NPF (Non Performing Financing) yang dimiliki oleh suatu
bank dan sebagian nasabah hanya menginginkan untuk dapat
berinvestasi atau bermuamalah sesuai prinsip syariah yang bebas dari
bunga.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
Supitasari (2014) dan Siti Nugraha (2014) yang menunjukkan bahwa
Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap simpanan
mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia.
3. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah
Berdasarkan pada Tabel 4.10 di atas, variabel Return on Asset
(ROA) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,417 > 0,05. Hal ini
menunjukkan berarti H04 diterima dan Ha4 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Return on Asset (ROA) secara parsial
tidak berpengaruh terhadap Jumlah Deposito Mudharabah.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, Return on Asset (ROA) pada
bank syariah menunjukkan penurunan dimulai pada tahun 2012, ROA
118
(Return on Asset) berkisar 2,14% menurun drastis menjadi 0,89% di
tahun 2015. Return on Asset (ROA) sendiri digunakan untuk melihat
tingkat efesiensi operasi bank secara keseluruhan karena rasio ini
membandingkan antara laba dengan nilai aset.
Penelitian ini menunjukkan variabel Return on Asset (ROA)
secara parsial tidak berpengaruh terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah. Bahkan ketika Non Performing Financing (NPF)
meningkat menyebabkan Return on Asset (ROA) menurun pun tidak
mempengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah pada bank syariah
karena sebenarnya tingkat Non Performing Financing (NPF) telah
ditutupi dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang pada
kesimpulannya, Return on Asset (ROA) dikatakan tidak berpengaruh
terhadap Jumlah Deposito Mudharabah karena pada dasarnya besar
kecilnya nilai Return on Asset (ROA) pada bank syariah nantinya,
nisbah deposito bank syariah yang diberikan kepada nasabah harus
tetap bisa setara atau setidaknya kompetitif dengan bunga deposito
pada bank konvensional.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Ulfah
Khasanah (2012) yang menunjukkan bahkan Return on Asset (ROA)
pun tidak berpengaruh terhadap Deposito Mudharabah. Justifikasinya,
karena bank cenderung lebih menggunakan dana yang bersumber dari
119
masyarakat dan dari pendapatan bank sebagai mudharib untuk
memberikan imbal hasil kepada nasabah daripada menggunakan
Return on Asset (ROA).
Sehingga hasil penelitian ini dapat mendukung hasil penelitian
pada Prosiding Akuntansi yang dilakukan oleh Sri Rahayu Nurleni,
dkk (2015) dan Jurnal oleh Nur Indah Puspita Riskya (2016) yang
menyimpulkan bahwa Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh
terhadap Jumlah Deposito Mudharabah.
120
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan :
1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel Tingkat Bagi Hasil Deposito
Berjangka 1 Bulan dan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh
signifikan secara parsial. Sedangkan variabel Return on Asset (ROA)
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah pada Perbankan Syariah periode Januari 2012 – Juni 2015.
2. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara simultan variabel Tingkat
Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan , Non Performing Financing
(NPF) dan Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah pada Perbankan Syariah periode Januari
2012 – Juni 2015.
3. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel yang paling kuat dan
dominan terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada Perbankan
Syariah periode Januari 2012 – Juni 2015 adalah variabel Tingkat Bagi
Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan.
121
B. Saran
Berikut adalah saran dari peneliti yang dapat dipertimbangkan bagi
peneliti yang akan datang. Saran ini diharapkan dapat dikembangkan lagi
sehingga akan memberikan manfaat yang lebih baik.
1. Penelitian ini menggunakan proksi Tingkat Bagi Hasil Deposito
Berjangka 1 Bulan , Non Performing Financing (NPF) dan Return on
Asset (ROA) sebagai variabel independennya. Untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan proksi lain atau menambahkan variabel
independen baru untuk menyempurnakan penelitian ini.
2. Periode waktu pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini
terhitung dari Januari tahun 2012 hingga Juni tahun 2015. Untuk
penelitian selanjutnya dapat menambahkan periode tersebut agar
terlihat konsistensi dari variabel-variabel penelitian yang digunakan.
3. Penelitian ini menggunakan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) sebagai sampel. Untuk penelitian selanjutnya
dapat menggunakan sampel jenis lain seperti BPRS, sehingga dapat
mengetahui pengaruh apa saja yang memengaruhi Jumlah Deposito
Mudharabah di tempat lain.
122
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Al-Arif, M. Nur Rianto. 2011. “Dasar-Dasar Ekonomi Islam”. Solo: PT Era Adicitra Intermedia. Antonio, Muhammad Syafi’i. 2011. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”.
Jakarta: Gema Insani. Aziz, Abdul. 2010. Manajemen Investasi Syari’ah. Bandung: Alfabeta. Bambang, Prasetyo, Lina Miftahul Jannah. 2005. “Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dewi, Gemala. 2007. “Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia”. Jakarta: Prenada Media Group.
Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program
SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Is, Muhammad Sadi. 2015. Konsep Hukum Perbankan Syariah Pola Relasi Sebagai Institusi Intermediasi dan Agen Investasi. Malang: Setara Press.
Hamid, Abdul. 2007. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah.
--------, 2010. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah.
Hanafi, Mamduh M, Abdul Halim. 2009. “Analisa Laporan Keuangan”.
Edisi keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Ismail. 2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Kasmir. 2002. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
--------, 2008. “Pemasaran Bank”. Jakarta: Prenada Media Group.
123
--------, 2012. “Dasar-Dasar Perbankan Edisi Revisi”. Jakarta: Rajawali pers. Manan, Abdul. 2012. Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mardani. 2011. Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Marsuki. 2010. Analisa Kritis Laporan Keuangan Bank Sentral Asean, Asia, Eropa. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Martono. 2010. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia.
Nachrowi, Djalal N dan Usman, Hardius. 2006. “Pendekatam Populer dan
Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nurhayati, Sri, dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Pandia, Frianto. 2012. “Manajemen Dana dan Kesehatan Bank”. Jakarta: Rineka Cipta
Purnamasari, Irma Devita, dan Suswinarno. 2011. Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah. Bandung: Kaifa.
Rivai, Veithzal, Andria Permata Veithzal, dan Ferry N. Idroes. 2007. Bank and Financial Intitution Management Convenional & Syar’i system.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Rodoni, Ahmad, Abdul Hamid. 2008. “Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta: Zikrul Hakim.
Rustam, Bambang Rianto. 2013. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Supriyadi, Edy. 2014. SPSS + Amos. Jakarta: IN MEDIA.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, 2014. “Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah”. Jakarta: Djambatan.
Utomo, Yuni Prihadi. 2007. Eksplorasi Data dan Analisis Regresi dengan SPSS. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Warde, Ibrahim. 2009. Islamic Finance Keuangan Islam Dalam Perekonomian Global. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
124
Wiroso. 2005. Seri Perbankan Syariah Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: PT Grasindo.
Yaya, Rizal, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim. 2014. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
B. Penelitian/Jurnal
Anisah, Nur, Akhmad Riduwan, dan Lailatul Amanah. 2013 “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Deposito Mudharabah Bank Syariah”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Volume 1, Nomor 2, Hal. 174.
Candra, Sendyvia, dan Agung Yulianto. 2015. “Analisis Rasio Keuangan
Terhadap Tingkat Efesiensi Bank Umum Syariah (Two Stage SFA)”.
Accounting Analysis JournaL. Volume 4, Nomor 4, hal. 4.
Choliq, Abdul H., dan Irwan Misbach. 2016. “Perbandingan Kualitas Layanan Bank Syariah dan Bank Konvensional (Pendekatan Model PBZ)”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Volume 20, Nomor 1, hal. 133.
Giannini, Nur Gilang. 2013. “Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. Accounting Analysis Journal. Volume 2, Nomor 1, hal. 97.
Hayat. 2014. “Globalisasi Perbankan Syariah: Tinjauan Teoritis Praktis Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015”. Jurnal Studia Islamika, Volume 11, Nomor 2, hal. 294.
Hidayat, Siti Nurul. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri. Skripsi Universitas Lampung
Isna, Andryani, dan Kunti Sunaryo. 2012. “Analisis Pengaruh Return on Asset, BOPO, Suku Bunga Terhadap Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 11, Nomor 1, hal. 30.
Khasanah, Ulfah. 2012.”Analisis Pengaruh Pendapatan Bank, DPK, dan ROA Terhadap Deposito Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011”. Skripsi IAIN Walisongo.
Kurniati, Dini, Sri Fadilah, dan Helliana. 2015. “Pengaruh Inflasi dan
Tingkat Suku Bunga Terhadap Simpanan Deposito Mudharabah
125
(Pada Beberapa Bank Umum Syariah Periode 2009-2013”).
Prosiding Penelitian SPeSIA, hal. 10.
Lestari, Fitri Suci. 2013. “Peranan Kinerja Keuangan Terhadap Besarnya Pembiayaan Perbankan Syariah di indonesia”. Skripsi UIN Malang.
Lutfiana, Rosyiqoh Haida, dan Agung Yulianto. 2015. ‘Determinan Tingkat
Efesiensi Bank Umum Syaria di Indonesia”. Accounting Analysis Journal. Volume 4, Nomor 3, hal. 3.
Natalia, Evi, Moch. Dzulkirom AR, dan Sri Mangesti Rahayu. 2014 “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah dan Suku
Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah”. Jurnal Administrasi Bisnis. Volume 9, No 1, hal. 3.
Nikmah, Isna Lailin. 2015. “Pengaruh Deposito dan Non Performing
Financing Terhadap Pembiayaan Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2005-2014”. Skripsi IAIN Tulung Agung.
Nugraha, Siti. 2014. “Pengaruh ROA, NPF, FDR, BOPO dan Tingkat Bagi
Hasil Terhadap pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus pada BUS dan UUS di indonesia periode 2010-2013). Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nurleni, Sri Rahayu, Nurhayati, dan Edi Sukarmanto. 2015. “Pengaruh Return on Asset (ROA) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Simpanan Deposito Mudharabah”.
Prosiding Akuntansi Penelitian Sivitas Akademika Unisha. ISSN: 2460-6561.
Popita, Mares Suci Ana. 2013. “Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing Pada Bank Umum Syariah di Indonesia”.
Accounting Analysis Journal. Volume 2, Nomor 4, hal 405.
Prabowo, Adi. 2012. “Analisis Pengaruh NPF, Pembiayaan, Aset, dan Inflasi
Terhadap DPK Bank Syariah di Indonesia Periode Januari 2006- September 2011”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Riskya, Nur Indah Puspita. 2016. “Pengaruh Profitabilitas, Efesiensi Biaya,
dan Bagii Hasil Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Periode 2010-2014”. Jurnal Akuntansi UNESA. Volume 4, Nomor 3.
Rismawati, dan Siti Ita Rosita. 2014. “Pengaruh Sistem Bagi Hasil Deposito
Mudharabah Terhadap Minat Nasabah Berinvestasi Pada Bank
126
Syariah (Studi Kasus Pada PT Bank BNI Syariah)”. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, Volume 2 , Nomor 1, hal. 86
Sudiyatno, Bambang, dan Jati Suroso. 2010. “Analisis Pengaruh Dana Pihak
Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan Yang Go Public di Bursa Egek Indonesia”. Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan. Volume 2, Nomor 2, hal.2.
Suliyanto. 2011. “Ekonometrika Terapan : Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Yogyakarta: Andi
Supitasari. 2014. “Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, BI Rate, Inflasi dan Non Performing Financing Terhadap Simpanan Mudharabah Pada Bank Syariah di Indonesia”. Skripi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Susanti, Vera. 2015. “Pengaruh Equivalent Rate dan Tingkat Keuntungan
Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal I-Finance. Volume 1, Nomor 1, hal.115.
Wulansari, Desy Intan, dan M. Umar Burhan. 2015. “Pengaruh Bagi Hasil
dan Suku Bunga Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus Perbankan Syariah Tahun 2009-2013)”. Jurnal Ilmiah FEB Universitas Brawijaya. Volume 3, Nomor 2.
Yahya, Sartin. 2013. “Pengaruh Sistem Bagi Hasil Terhadap Simpanan Deposito Mudharabah Pada PT. Bank Muamalat, Tbk Periode 2007- 2012”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 1, No 1.
C. Laporan
1. Laporan Keuangan Bulanan Bank
Laporan Bank Indonesia Statistika Perbankan Syariah
Laporan Bank Indonesia Statistika Perbankan Indonesia
2. Laporan Peraturan/ Undang-Undang/ Fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000 dan PSAK 105 Tentang Deposito
PBI No.4/1/2002 Tentang Pembukaan Kantor Cabang Syariah
PBI No. 6/9/PBI/2004 Tentang Standar Return on Asset
PBI No.8/3/PBI/2006 Tentang Unit Usaha Syariah (UUS)
127
PBI No.9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Syariah
PBI No. 9/19/PBI/2007 Tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan, Penyaluran Dana dan Pelayanan Jasa Bank Syariah.
PBI No.10/16/PBI/2008 Perubahan atas PBI No.9/19/PBI/2007 Tentang Kegiatan Penghimpunan, Penyaluran Dana dan Pelayanan Jasa Bank Syariah
PBI No.10 /17/PBI/2008 Tentang Produk Bank Syariah dan UUS
PBI No.10/18/PBI/2008 Tentang Pembiayaan Bank Syariah
PBI No.10/32/PBI/2008 Tentang Komite Perbankan Syariah
PBI No.11/3/PBI/2009 Tentang Bank Umum Syariah
PBI No.10/23/PBI/2008 Perubahan Kedua atas PBI No.6/21/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
PBI No.10/24/PBI/2008 Perubahan Kedua atas PBI No.8/21/PBI/2006
BI No. 9/24/Dpbs Tahun 2007 Tentang Non Performing Financing
BI No. 12/11/DPNP, Tahun 2010 Tentang Penilaian Return on Asset
UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Simpanan Giro, Tabungan dan Deposito
UU No.3 Tahun 2004 Tentang Kebijakan Moneter Prinsip Syariah.
D. Website
www.bi.go.id diakses pada 20 Mei 2016
www.ojk.go.id diakses pada 20 Mei 2016
www.google.com diakses pada 18 April 2016
www.scholar.google.co.id diakses pada 28 Maret 2016
128
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Sampel Penelitian
No. Bank Umum Syariah 1 PT. Bank Muamalat Indonesia 2 PT. Bank Victoria Syariah 3 Bank BRIsyariah 4 B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah 5 Bank BNI Syariah 6 Bank Syariah Mandiri 7 Bank Syariah Mega Indonesia 8 Bank Panin Syariah 9 PT. Bank Bukopin Syariah
10 PT. BCA Syariah 11 PT. Maybank Syariah Indonesia 12 PT. Bank Tabungan PensiunanNasional Syariah No. Unit Usaha Syariah 13 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 14 PT Bank Permata Tbk 15 PT Bank International Indonesia Tbk 16 PT Bank Cimb Niaga, Tbk 17 PT Bank OCBC Nisp, Tbk 18 PT BPD DKI 19 PT BPD Yogyakarta 20 PT BPD Jawa Tengah 21 PT BPD Jawa Timur 22 PT BPD Jambi 23 PT BPD Aceh 24 PT BPD Sumatera Utara 25 PT BPD Sumatera Barat 26 PT BPD Riau 27 PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung 28 PT BPD Kalimantan Selatan 29 PT BPD Kalimantan Barat 30 PT BPD Kalimantan Timur 31 PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat 32 PT BPD Nusa Tenggara Barat 33 PT Bank Sinarmas 34 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Sumber: Bank Indonesia (data yang diolah)
129
Lampiran 2 Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka 1 Bulan (dalam persentase) 12 Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015 Januari 6.48 6.29 5.94 6.61 Februari 7.79 6.61 6.06 6.78 Maret 6.40 6.39 4.89 6.96 April 6.36 5.24 6.65 6.46 Mei 6.51 6.12 6.96 6.97 Juni 6.45 6.16 7.32 6.97 Juli 6.45 5.72 6.86 - Agustus 6.27 5.73 7.32 - September 6.28 5.67 7.47 - Oktober 6.15 5.70 7.45 - November 6.17 5.37 6.94 - Desember 6.27 4.79 7.18 -
Sumber: Bank Indonesia (data yang diolah)
b. Non Performing Financing (NPF) (dalam persentase) 6
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015 Januari 8.85 6.72 5.84 6.88 Februari 6.75 6.65 5.97 7.10 Maret 6.93 6.39 5.43 7.53 April 6.31 5.82 5.80 6.76 Mei 6.68 6.01 7.03 6.86 Juni 6.67 6.04 7.06 6.86 Juli 6.35 6.32 6.96 - Agustus 6.28 6.38 7.57 - September 6.27 6.08 8.03 - Oktober 6.65 6.06 7.97 - November 6.72 5.93 7.47 - Desember 6.76 5.25 7.34 -
Sumber: Bank Indonesia (data yang diolah)
130
c. Return on Asset (ROA) (dalam persentase)
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015 Januari 1.36 2.52 0.08 1.15 Februari 1.79 2.29 0.13 1.07 Maret 1.83 2.39 1.16 1.13 April 1.79 2.29 1.09 1.08 Mei 1.99 2.07 1.13 1.09 Juni 2.05 2.10 1.12 0.89 Juli 2.05 2.02 1.05 - Agustus 2.04 2.01 0.93 - September 2.07 2.04 0.97 - Oktober 2.11 1.94 0.92 - November 2.09 1.96 0.87 - Desember 2.14 2.00 0.80 - Sumber : Bank Indonesia (data yang diolah)
2. Variabel Dependen Komposisi DPK – Jumlah Deposito Mudharabah (dalam miliar rupiah)
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015 Januari 71.547 87.283 106.973 130.352 Februari 70.653 90.568 107.544 130.716 Maret 72.081 96.422 111.643 131.522 April 67.919 95.351 115.729 131.784 Mei 67.712 100.746 119.136 129.890 Juni 68.888 99.677 119.043 129.890 Juli 69.721 99.368 119.357 - Agustus 71.757 102.395 122.106 - September 73.505 103.799 122.105 - Oktober 78.504 105.100 132.043 - November 82.819 106.503 133.448 - Desember 84.732 107.812 135.629 -
Sumber : Bank Indonesia (data yang diolah)
131
Lampiran 3
Tabel Model Summary, Anova dan Coefficients
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1,587 3 ,529 33,749 ,000b
Residual ,595 38 ,016
Total 2,182 41
a. Dependent Variable: LN_DEPOSITO
b. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_BASIL, LN_NPF Sumber: Data sekunder yang diolah
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 ,853a ,727 ,706 ,12518 .883
a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_BASIL, LN_ NPF
b. Dependent Variable: LN_DEPOSITO
Sumber: Data sekunder yang diolah
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 9,016 ,730 12,349 ,000
LN_BASIL -,438 ,128 -,376 -3,433 ,001 ,599 1,671
LN_NPF ,938 ,112 ,999 8,389 ,000 ,507 1,974
LN_ROA -,026 ,032 -,078 -,821 ,417 ,799 1,252
a. Dependent Variable: LN_DEPOSITO Sumber: Data sekunder yang diolah
132
Lampiran 4
Uji Normalitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah
Grafik P-p Plot
133
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N 42
Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation .2051309
Most Extreme Differences Absolute .147 Positive .089 Negative -.147
Kolmogorov-Smirnov Z .955 Asymp. Sig. (2-tailed) .321
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data sekunder yang diolah
Lampiran 5 Uji Multikolinieritas
Lampiran 6 U L
Lampiran 6 Uji Autokorelasi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 9,016 ,730 12,349 ,000
LN_BASIL -,438 ,128 -,376 -3,433 ,001 ,599 1,671
LN_NPF ,938 ,112 ,999 8,389 ,000 ,507 1,974
LN_ROA -,026 ,032 -,078 -,821 ,417 ,799 1,252
a. Dependent Variable: LN_DEPOSITO Sumber: Data sekunder yang diolah
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 ,853a ,727 ,706 ,12518 .883
a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_BASIL, LN_ NPF
b. Dependent Variable: LN_DEPOSITO
Sumber: Data sekunder yang diolah
134
Lampiran 7 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Lampiran 8 Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)
Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001 df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884 2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712 3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453 4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318 5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343 6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763 7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529 8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079 9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370 11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470 12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963 13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198 14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739 15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283 16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615 17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577 18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
135
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940 20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181 21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715 22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499 23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496 24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678 25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019 26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500 27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103 28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816 29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624 30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518 31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490 32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531 33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634 34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793 35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005 36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262 37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563 38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903 39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279 40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688
Lampiran 9
Titik Persentase Distribusi F Probabilita = 0,05
df untuk pembilang
(N1) df untuk penyebut
(N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242 243 2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40 19.40 3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81 8.79 8.76 4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96 5.94 5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77 4.74 4.70 6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06 4.03 7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68 3.64 3.60 8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35 3.31 9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14 3.10
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02 2.98 2.94 11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90 2.85 2.82 12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75 2.72 13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67 2.63 14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65 2.60 2.57 15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54 2.51 16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54 2.49 2.46 17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45 2.41
136
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41 2.37 19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38 2.34 20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35 2.31 21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32 2.28 22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30 2.26 23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27 2.24 24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30 2.25 2.22 25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24 2.20 26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27 2.22 2.18 27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25 2.20 2.17 28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24 2.19 2.15 29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18 2.14 30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21 2.16 2.13 31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25 2.20 2.15 2.11 32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24 2.19 2.14 2.10 33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23 2.18 2.13 2.09 34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23 2.17 2.12 2.08 35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22 2.16 2.11 2.07 36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21 2.15 2.11 2.07 37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20 2.14 2.10 2.06 38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19 2.14 2.09 2.05 39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19 2.13 2.08 2.04 40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.12 2.08 2.04 41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 2.12 2.07 2.03 42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 2.11 2.06 2.03 43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 2.11 2.06 2.02 44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16 2.10 2.05 2.01 45 4.06 3.20 2.81 2.58 2.42 2.31 2.22 2.15 2.10 2.05 2.01