analisis kemampuan membaca al- mahasiswa …

90
ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN (STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN PAI IAIN BATUSANGKAR ANGKATAN 2017) SKRIPSI Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Oleh SESMILAWATI 14 101 116 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR 2019

Upload: others

Post on 16-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN (STUDI PADA

MAHASISWA JURUSAN PAI IAIN BATUSANGKAR ANGKATAN 2017)

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

S-1

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh

SESMILAWATI

14 101 116

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN

ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) BATUSANGKAR

2019

Page 2: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …
Page 3: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …
Page 4: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …
Page 5: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

i

ABSTRAK

SESMILAWATI, NIM: 14 101 116 judul SKRIPSI “Analisis Kemampuan

Membaca Al-Qur’an (Studi pada Mahasiswa Jurusan PAI IAIN Batusangkar

Angkatan 2017)”, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Batusangkar 2019.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih adanya mahasiswa PAI

angkatan 2017 IAIN Batusangkar yang belum bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan

kaidah-kaidah tajwid. Adapuan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa jurusan PAI angkatan 2017

IAIN Batusangkar dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research).

Sumber data dalam penelitian ini adalah dosen placement test dan dosen tahsin

mahasiswa PAI angkatan 2017 dan sumber data lainnya. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Teknik pengolahan data yaitu

secara daskriptif kualitatif. Analisa data yang digunakan yaitu reduksi data ,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan teknik keabsahan data dengan

triangulasi yaitu menggunakan berbagai sumber, seperti wawancara peneliti dengan

lebih dari satu orang informan dan dokumentasi.

Hasil penelitian yang didapatkan dilapangan terdiri atas temuan umum dan

temuan khusus. Temuan umum berkaitan dengan profil Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Batusangkar. Sedangkan temuan khusus berkaitan dengan kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar bahwa

sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-

kaidah tajwid, namun masih ada yang belum bisa membaca AlQur’an berdasarkan

kaidah-kaidah tajwid. Sebagian besar kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa

PAI angkatan 2017 berada pada tingkatan tartil. Dan faktor yang mempengaruhi

kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 adalah faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kemampuan

membaca Al-Qur’an meliputi minat dan motivasi dari diri mahasiswa. Sedangkan

faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an adalah orang

tua atau keluarga, lingkungan dan latar belakang sekolah mahasiswa tersebut.

Page 6: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

BIODATA

HALAMAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK………………...…...……………………………………………….....i

KATA PENGANTAR…….…………………………………………………...…ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...viii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….............ix

BAB I PENDAHULUAN ································································ 1

A. Latar Belakang ····································································· 1

B. Fokus Penelitian ···································································· 8

C. Rumusan Masalah ·································································· 9

D. Tujuan Penelitian ··································································· 9

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ··················································· 9

F. Definisi Operasional ······························································ 10

BAB II KAJIAN TEORI······························································· 11

A. Landasan Teori ··································································· 11

1. Kemampuan Membaca Al-Qur’an········································· 11

2. Tingkat Kemampuan Membaca Al-Qur’an ······························ 27

3. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ·········································· 28

B. Penelitian Relevan ································································ 29

BAB III METODE PENELITIAN ·················································· 31

A. Jenis Penelitian ··································································· 31

B. Metode Penelitian ································································ 31

C.Latar dan Waktu Penelitian ······················································ 32

D. Subjek Penelitian ································································· 32

E. Sumber Data ······································································· 32

Page 7: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

iii

F. Instrument Penelitian ····························································· 33

G. Teknik Pengumpulan Data ······················································ 33

H. Teknik Penjamin Keabsahan Data ············································· 34

I. Teknik Analisis Data ····························································· 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ························· 38

A. Hasil Penelitan ···································································· 38

1. Temuan Umum ······························································· 38

2. Temuan Khusus ······························································ 40

a. Deskripsi Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa…...…...41

b. Analisis Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa...……….64

B. Pembahasan……………………………………………………...……….70

BAB V PENUTUP ······································································ 78

A. Kesimpulan········································································ 78

B. Saran ··············································································· 79

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……….80

LAMPIRAN……………………………………………………………………..82

Page 8: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.KlasifikasiNilaiPlacement Test………………………………………….6

Tabel 2.NilaiPlacement Test Mahasiswa PAI……………………………………8

Page 9: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

v

DAFTAR LAMPIRAN

1. SuratIzin Penelitian……………………………………………………....82

2. Kisi-kisi Wawancara…………………………………………...…...……83

3. Pedoman Wawancara………………………………………………….....85

4. Transkip Wawancara………………………………………………...…...87

5. Daftar Asal Sekolah Mahasiswa Tahsin………………..………………101

6. Klasifikasi Nilai Placement Test…………………………………..…...102

7. Daftar Nilai Placement Test Mahasiswa PAI…………………..….……103

8. Daftar Nilai Tahsin Mahasiswa PAI Angkatan 2017………….…..……107

9. Dokumentasi….………………………………………………….……..109

Page 10: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam

kehidupanmanusia, dimana pendidikan selalu mendampingi manusia dari

semenjak manusia dilahirkan sampai meninggal dunia. Manusia dan

pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena dengan

pendidikanlah seseorang mendapatkan berbagai pengetahuan untuk

kehidupan masa sekarang maupun untuk kehidupan dimasa yang akan

datang. Dengan pendidikan manusia juga dapat mengembangkan potensi

yang telah dimilikinya dan mendapatkan kemampuan baru yang dapat

berguna bagi kehidupan.

Salah satu bentuk pendidikan dalam dunia Islam adalah Pendidikan

Al-Qur’an. Pendidikan Al-Qur’an menjadi sangat penting dalam

kehidupan ini karena Al-Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman hidup

bagi manusia. Ketika manusia bisa berpegang teguh kepada Al-Qur’an

maka selamat dan bahagialah kehidupannya, baik itu didunia maupun di

akhirat.

Pendidikan Al-Qur’an merupakan dasar penting yang harus

diajarkan kepada anak sejak dini. Hal ini merupakan salah satu pondasi

Islam untuk mengembangkan Al-Qur’an sesuai dengan fitrahnya. Dengan

mempelajari Al-Qur’an seorang anak akan mendapatkan cahaya-cahaya

hikmah di dalam hatinya untuk menuntunnya menjalani kehidupan yang

baik.

Menurut Ramli Abdul Wahid Al-Qur’an adalah kitab suci umat

Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk menjadi pedoman

bagi hidup manusia. Sedangkan menurut Hasan Zaini dan Radhiatul

Hasnah Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang lafaznya memiliki kemukjizatan, membacanya

Page 11: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

2

termasuk ibadah, dirurunkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf

dimulai dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas. (Hasan Zaini: 2011, 3)

Al-Qur’an merupakan anugrah yang diberikan kepada umat Islam

sebagai petunjuk untuk kehidupan dunia dan akhirat. Allah memberikan

banyak kemudahan bagi yang mau mempelajarinya. Baik dalam segi

membaca, menghafal, tafsir dan berbagai bidang keilmuan lainnya.

Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah Swt dalam surah Al-

Qamar (54) ayat 17 yang berbunyi:

Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka

adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qur’an dan Terjemahan,

2013: 529)

Ayat di atas menjelaskan bahwa “Demi Allah, sungguh telah kami

mudahkan Al-Qur’an ini untuk dihafal, direnungkan dan dijadikan

pedoman mengingat isi kandungannya yang memuat aneka ragam

petunjuk dan pelajaran. Ayat ini pada intinya menjadi dorongan, pemicu

dan pemacu bagi siapa pun untuk mempelajari Al-Qur’an. Allah Swt

benar-benar memudahkan dan meringankan bagi siapapun yang akan

mempelajari Al-Qur’an baik itu dibaca, dihafal, ditafsirkan dan dipahami

isi Al-Qur’an tersebut. (Muhammad Amin Suma, 2013: 29-30)

Begitu pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan manusia, maka

setiap muslim wajib untuk membaca, menghafal, mempelajari, memahami

dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Satu hal yang tak kalah

penting adalah mengajarkan kembali Al-Qur’an tersebut kepada orang

lain, karena sebaik-baik muslim adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an

dan mengajarkannya. Sebagaimana sabda Nabi Saw:

يلةحد عوؼبنأبج أخبػرنا بنحراف ثػناعبدالل و الص و اؼحد إبػراىيم بن إسحق ثػناقاؿقاؿرسوؿالل وصل ىالل و عنأبموسىالشعري كنانة بنمراؽعنأب عنزياد

فيوعلي الغال غي القرآف كحامل المسلم يبة الش ذي ـ إكرا الل و إجلؿ من إف كسل م وـذيالسلطافالمقسط كالافعنوكإكرا

Page 12: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

3

“Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Ash

Shawwaf berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Humran

berkata, telah mengabarkan kepada kami Auf bin Abu Jamilah dari Ziyad

bin Mikhraq dari Abu Kinanah dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Termasuk dari

keagungan Allah adalah dimuliakannya seorang muslim yang telah

beruban, para pembaca Al-Qur'an yang tidak bersikap belebihan di

dalamnya (dalam membacanya memahaminya dengan mengikuti ayat-ayat

mutsyabihat) dan tidak pula bersikap jauh darinya (dari membacanya,

memahami maknanya dan mengamalkannya) dan penguasa yang adil.”

(Lidwa E Software, Kitab Abu Daud, no.4203)

Perlu diketahui dalam belajar Al-Qur’an itu dapatlah

dikelompokkan kedalam beberapa tingkatan. Yaitu: pertama, belajar

membaca sampai lancar dan baik, menuruti kaidah yang berlaku maupun

tajwidnya. Kedua, mempelajari arti dan maknanya hingga mengetahui

maksud dan maknanya. Dan ketiga adalah menghafal diluar kepala

sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah. (Yunus Hanis

Syam, 2008: 74-75)

Jadi dapat dipahami untuk mempelajari Al-Qur’an maka seseorang

harus terlebih dahulu membaca Al-Qur’an, sebagaimana surat yang

pertama kali diturunkan mendorong manusia untuk membaca yaitu surah

Al-Alaq ayat 1-5:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

Menciptakan,Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia)

dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.(Al-Qur’an dan Terjemahan, 2013: 591)

Di dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan manusia untuk

membaca karena dengan membacalah seseorang dapat memperoleh ilmu

pengetahuan. Kehidupan manusia akan maju apabila manusia mau

membaca dan mempelajari apa yang ada di jagat raya ini. Membaca disini

menurut penulis tidak hanya membaca ayat-ayat kauliah (Al-Qur’an)

namun juga membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta). Dengan

Page 13: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

4

demikian dengan membaca seseorang akan menjadi maju dan dapat

mengembangkan potensi dirinya.

Membaca Al-Qur’an adalah melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an

dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid yang telah ada. Membaca Al-

Qur’an disini tidak hanya melihat dan menyuarakan namun juga

memahami makna dari Al-Qur’an tersebut.

Oleh karena itu dalam membaca Al-Qur’an seseorang tidak boleh

asal baca saja, harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah tajwid yang telah

ada. Jadi sudah kewajiban bagi seorang muslim membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar, karena apabila salah dalam membaca Al-Qur’an

akan merubah makna dari bacaan Al-Qur’an tersebut. Sebagaimana kita

ketahui bahwa sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur’an dan apabila kita

membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar akan mendapatkan pahala dari

Allah Swt.

Saat ini yang menjadi permasalahan adalah begitu banyak orang

yang bisa membaca Al-Qur’an namun tidak memperhatikan kaidah-kaidah

tajwid yang ada. Banyak diantara mereka yang membaca dengan terbata-

bata disebabkan karena jarang membaca Al-Qur’an.

Institut Agama Islam Negeri Batusangkar memiliki empat fakultas

yang masing-masing fakultas memiliki jurusan tersendiri. Salah satunya

adalah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang memiliki jurusan

Pendidikan Agama Islam yang merupakan jurusan yang menitikberatkan

kepada pendidikan dan keguruan agama Islam yang nantinya mahasiswa

pada jurusan ini akan lebih diharapkan untuk mengajarkan tentang

keagamaan. Sebagaimana mahasiswa yang akan menjadi guru agama

tentunya harus didukung dengan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan

baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid yang telah ada.

Pada dasarnya guru Pendidikan Agama Islam harus pandai

membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Karena pelajaran dalam

Pendidikan Agama Islam sebagian besar bersumber Al-Qur’an. Tidak

Page 14: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

5

hanya membaca Al-Qur’an guru PAI juga harus mampu mengajarkan Al-

Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid.

Sebagaimana yang diketahui dalam proses pembelajaran tentunya

guru harus pandai dari siswanya. Apabila guru PAI tidak pandai membaca

Al-Qur’an akan menjadi masalah bagi dirinya sendiri serta akan berakibat

kepada siswa yang diajarkannya. Jika guru tidak pandai membaca dan

mengajarkan Al-Qur’an maka pelajaran tidak akan tersampaikan dengan

baik dan proses pembelajaran akan terganggu sehingga akan berakibat

kepada pengetahuan siswa dan hasil belajar siswa.

Ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran

dengan baik sesuai dengan yang telah disusun sebelumnya. Sehingga dapat

dipahami untuk mencapai tujuan pembelajaran dan menjadikan manusia

yang cerdas dan berakhlak mulia maka seorang guru harus menguasai

pelajaran yang akan diajarkannya. Maka seorang guru PAI harus benar-

benar mampu membaca Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada siswa.

Namun yang terjadi di lapangan adalah masih ada mahasiswa PAI

yangmemiliki kemampuan membaca Al-Qur’an yang kurang baik. Ada di

antara mereka yang masih terbata-bata dalam melafazkan bacaan Al-

Qur’an dan ada pula yang membaca Al-Qur’an tanpa memperhatikan

kaidah-kaidah tajwid.

Seperti fenomena yang terjadi di IAIN Batusangkar dalam test

membaca Al-Qur’an pada jurusan PAI angkatan 2017, masih ada

mahasiswa yang tidak lulus dalam test tersebut. Test membaca Al-Qur’an

ini berguna untuk mempersiapkan mahasiswa untuk mengikuti mata kuliah

PPI. Apabila ada mahasiswa yang tidak lulus dalam hasil test ini maka

mahasiswa tersebut harus mengikuti kuliah Tahsin selama satu semester.

Setelah lulus dalam mata kuliah tahsin ini mahasiswa baru bisa

melaksanakan PPI pada semester berikutnya. Dalam test ini yang dinilai

adalah kelancaran membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid

yang ada.

Page 15: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

6

Tabel 1.Klasifikasi Nilai Placement Test

No Indikator Nilai Kategori Ket

1 Mampu membaca Al-Qur’an

sesuaiilmu tajwid dan dengan

irama/ lagu yang benar

85-100 Baik

Sekali

Lulus

2 Mampu membaca Al-Qur’an sesuai

ilmu tajwid dan dengan bacaan

tartil

65-84 Baik Lulus

3 Tidak mampu membaca Al-Qur’an

sesuai ilmu tajwid dan tartil

Kurangdari

65

Kurang Tidak

lulus

Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang dosen yang

memberikan test membaca Al-Qur’an kepada mahasiswa PAI angkatan

2017, bahwa masih ada mahasiswa yang tidak lulus setelah mengikuti test

membaca Al-Qur’an (Placement Test). Banyak diantara mereka yang

sudah lancar membaca Al-Qur’an dan juga masih ada yang belum lancer

membaca Al-Qur’an. Masih ada mereka yang membaca Al-Qur’an tidak

sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid yang ada. Kaidah tajwid tersebut

terbagi atas makhrijul huruf, shifathul huruf, , ahkamul huruf, mad wal

qasar dan waqaf wal ibtida‟.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,

IAIN Batusangkar: 10 September 2018)

Menurut dosen pengampu yang penulis wawancarai dalam

membaca Al-Qur’an terlebih dahulu harus memperhatikan kaidah-kaidah

tajwid. Karena kalau salah dalam membaca Al-Qur’an akan merubah

makna dari ayat Al-Qur’an tersebut. Namun setelah melaksanakan test

tersebut masih ada mahasiswa yang membaca Al-Qur’an tidak

memperhatikan kaidah-kaidah tajwid diantaranya yaitu makhrijul huruf ,

hukum mad dan waqaf wal ibtida‟ yang ada dalam ayat Al-Qur’an.

(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 10

September 2018)

Banyak mahasiswa menyamaratakan panjang pendek dalam bacaan

Al-Qur’an, yang seharusnya dibaca panjang mereka membacanya pendek

dan sebaliknya. Begitu juga dalam bacaan Al-Qur’an yang seharusnya

Page 16: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

7

dengung namun mereka tidak mendengungkannya. Dan dalam melafazkan

huruf mahasiswa juga tidak sesuai dengan makhraj yang benar. (Dr.Devy

Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 10 September

2018)

Bukan hanya itu,dari wawancara yang penulis lakukan dengan

dosen pengampu bahwa penyebab dari kurangnya kemampuan mahasiswa

PAI dalam membaca Al-Qur’an adalah dasar membaca Al-Qur’an yang

kurang memadai. Karena pada masa sekolah tidak ada mata pelajaran

khusus mengenai membaca Al-Qur’an, walaupun ada disekolah yang

mempelajari PAQ namun jam pelajaran untuk mata pelajaran tersebut

sangat sedikit. Sebagian sekolah ada yang mengadakan tahsin tapi

diperuntukkan kepada siswa yang minat saja,sehingga banyak siswa-siswa

lain yang tidak mengikuti. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,

IAIN Batusangkar: 10 September 2018)

Berdasarkan keterangan dari dosen pengampu bahwa sekolah asal

dari mahasiswa akan mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’annya.

Mahasiswa yang berasal dari madrasah atau pesantren akan lebih baik

kemampuan membaca Al-Qur’annya dibandingkan dengan mahasiswa

yang berasal dari sekolah umum. Jadi dapat dipahami kemampuan

membaca Al-Qur’an seseorang akan baik apabila ia mengikuti pendidikan

Al-Qur’an yang baik juga, seperti diawali dengan belajar Al-Qur’an di

TPA dan berlanjut ketika menempuh pendidikan disekolah. (Dr.Devy

Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 10 September

2018)

Hal ini juga terlihat dari hasil placement test mahasisiwa PAI

angkatan 2017 masih ada mahasiswa yang tidak lulus setelah mengikuti

test tersebut.

Page 17: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

8

Tabel 2. Nilai Placement Test Mahasiswa PAI Institut Agama

Islam Negeri Batusangkar angkatan 2017/ 2018

No Nilai

Mutu

Nilai

Angka

Jumlah

Mahasiswa

Keterangan

1 A 85-100 25 orang Lulus

2 A- 80-84 21 orang Lulus

3 B+ 75-79 25 orang Lulus

4 B 70-74 28 orang Lulus

5 B- 65-69 - -

6 C+ 60-64 19 orang Lulus

7 C 55-59 9 orang Tahsin

8 D 45-54 3 orang Tahsin

9 E <45 21 orang Tahsin

Berdasarkan data di atas jelas mahasiswa yang mengikuti

placement test sebanyak 151 orang dan mahasiswa yang dinyatakan lulus

sebanyak: 118 orang dan mahasiswa tidak lulus sebanyak: 33 orang.

Berdasarkan wawancara penulis dengan mahasiswa yang tidak

lulusplacement test, salah satu penyebab tidak lulusnya mereka disebabkan

karena sebagian besar mereka berasal dari sekolah umum. Ketika sekolah,

mereka kurang mendapatkan mata pelajaran yang dapat meningkatkan

kemamuan membaca Al-Qur’an.Adapun mata pelajaran yang mengajarkan

Al-Qur’an yaitu PAQ, namun jam pelajarannya hanya 2 jam dalam satu

minggu.Dn ini tidak memadai dalam meningkatkan kemampun membaca

Al-Qur’an dari mereka.Jadi dapat dipahami masih ada mahasiswa PAI

yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik meneliti

tentang: “ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN

(STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN PAI IAIN

BATUSANGKAR ANGKATAN 2017)”.

Page 18: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

9

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat

dikemukakan fokus masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017

IAIN Batusangkar.

2. Analisis kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan

2017 IAIN Batusangkar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan

2017 IAIN Batusangkar?

2. Bagaimana analisis kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI

angkatan 2017 IAIN Batusangkar?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mendeskripsikankemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa

PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar.

2. Untuk menganalisis kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI

angkatan 2017 IAIN Batusangkar.

E. Manfaat dan Luaran Penelitian

1. Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI IAIN Batusangkar.

b. Sebagai bahan bacaan di Perpustakaan Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Batusangkar

Page 19: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

10

c. Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat tentang kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI IAIN Batusangkar.

d. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa yang meneliti

permasalahan yang berkaitan dengan judul ini.

2. Luaran Penelitian ini adalah:

Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Batusangkar dan dapat di proyeksikan untuk

memperoleh Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)

F. Definisi Operasional

Dalam penulisan ini terdapat beberapa istilah yang digunakan,

yaitu:

1. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha

dengan diri sendiri (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 623).

Yang penulis maksud adalah kemampuan mahasiswa dalam menghafal

dan menuliskan Al-Qur’an dengan baik dan benar.

2. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril a.s, membacanya

dianggap ibadah, yangdimulai dari awal surah Al-Fatihah sampai akhir

surah An-Nas yang disampaikan dari generasi kegenerasi secara

mutawatir.

3. Membaca Al-Qur’an

Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis

(dengan melisankan atau hanya dalam hati). (Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan: 72). Membaca Al-Qur’an adalah melafazkan ayat-

ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid yang telah

ada.Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan seseorang

dalam melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai

dengan kaidah tajwid.

Page 20: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

a. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kemampuan adalah

kesanggupan, kecakapan dan kekuatan. Sedangkan membaca

adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan

melisankan atau hanya dalam hati). (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan: 72 & 623)

Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna”

merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena

tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu

tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-Karim

bacaan yang sempurna lagi mulia itu. (Muhammad Quraish Shihab,

1998: 3)

Secara terminologi, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril,

sampai kepada kita secara mutawatir. Ia dimulai dengan surah Al-

Fatiha dan diakhiri dengan surah An-Nas, dan dinilai ibadah

(berpahala) bagi setiap orang yang membacanya. (Kadar M. Yusuf,

2014: 1)

Jadi kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan

seseorang dalam melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan

benar sesuai kaidah tajwid yang telah ada. Dalam hal ini membaca

Al-Qur’an tidak hanya melafazkan atau menyuarakan ayat yang

ada dalam Al-Qur’an namun juga termasuk dalam memahami

makna Al-Qur’an dengan baik.

Page 21: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

12

b. Adab-adab Membaca Al-Qur’an

Ketika membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim perlu

memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan

kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur’an:

1) Tidak membaca dan menyentuh Al-Qur’an, kecuali sedang suci

dari hadas dan najis.

2) Dianjurkan untuk bersiwak dan membersihkan sisa-sisa

makanan disela-sela gigi sebelum membaca Al-Qur’an

3) Membaca sambil duduk-duduk dengan tenang dan tegak,

kecuali dalam sholat.

4) Memakai pakaian yang bersih dan indah karena sedang

bermunajat (mengobrol) dengan Allah Swt.

5) Menyimpan Al-Qur’an diatas labunan atau sesuatu yang tinggi

saat membaca. (Deden M. Makhyaruddin, 2013: 189)

6) Memilih tempat yang bersih

Dianjurkan tempat yang bersih untuk membaca Al-Qur’an.

Oleh karenanya, sebagian ulma mensunnahkan membaca Al-

Qur’an didalam mesjid, karena terkumpul didalammnya

kebersihan dan merupakan yang terbaik.

7) Disunatkan membaca Al-Qur’an sambil menghadap kiblat

8) Membaca ta‟awudz

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang

terkutuk”

9) Membaca basmallah

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi

Maha Penyayang”

10) Khusyu’

Apabila telah memulai membaca Al-Qur’an, maka

pusatkanlah pikiran dan perhatian kepada bacaannya. Seperti

Page 22: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

13

firman Allah SWT dalam surah Ash-Shad ayat 29: (Abu

Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syaraf, 2007: 82-84)

“Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh

dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai

fikiran”.

11) Membaca Al-Qur’an secara tartil

Makna membaca dengan tartil adalah dengan perlahan-

lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya. As-

Suyuthi mengatakan bahwa disunnahkan membaca Al-Qur’an

dengan tartil. (Yusuf Al-Qaradhawi, 2000: 231). Sebagaimana

firman Allah dalam surah Al-Muzammil ayat 4:

“Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu

dengan perlahan-lahan”.

12) Disunnahkan membaca Al-Qur’an dengan irama dan suara

yang indah

13) Membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid

14) Dan tutuplah dengan membaca shadaqalah

Shodaqollah Hul‟azhiim

15) Berdoalah setelah membaca Al-Qur’an kepada Allah Swt

(Firdaus Mansur RS, 2005: 9)

c. Tajwid

Tajwid menurut bahas berasal dari kata د د–يجو جو -تجويدا

yang berarti bagus atau membaguskan. Sedangkan menurut istilah

ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara

membaca Al-Qur’an dengan baik. Dalam ilmu qiraah, tajwid

Page 23: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

14

berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan

sifat-sifat yang yang dimilikinya. Jadi, ilmu tajwid adalah suatu

ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau

mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-

Qur’an.

Tujuan ilmu tajwid sendiri adalah untuk memelihara bacaan

Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan dan untuk memelihara

lisan (mulut) dari kesalahan membaca. Jadi untuk membaca Al-

Qur’an dengan baik dan benar, maka diharuskan untuk belajar

tajwid.(Arif Hidayat, 2011: 43)

Hukum tajwid dalam membaca Al-Qur’an:

1) Makhrijul Huruf

Makhrijul huruf berasal dari kata makhoj dan huruf.

Makhroj adalah daerah artikulasi (dalam pengucapan/sistem

ajaran), sistem pengucapan yang tepat, ketepatan ucapan dalam

melafalkan rangkaianhuruf-huruf. Jadi makhorijul huruf adalah

tempat-tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah.

Makhraj (tempat keluarnya) huruf secara umum ada 5

tempat, yaitu :

a) Rongga Mulut )الخوؼ(

Huruf: ايك

b) Tenggorokan)الحلق(

(1) Pangkal tenggorokan:ءق

(2) Tengah tenggorokan:عح

(3) Puncak tenggorokan:غخ

Page 24: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

15

c) Lidah ()الساف

(1) Pangkal lidah mengenai langit:ؽ

(2) Pangkal lidah yang akan kedepan mengenai langit-

langit: ك

(3) Tengah lidah mngenai tengah langit-langit: ج ش ح ي

(4) Sisi (kanan kiri ) lidah mengenai gigi geraham atas

sebelah dalam lidah memanjang: ض

(5) Sisi bagian depan lidah mengenai seri pertama: ل

(6) Ujung lidah mengenai seri pertama yang atas: ن

(7) Ujung lidah agak kedalam mengenai gusi seri pertama ل

ر :

(8) Ujung lidah mengenai pangkal seri pertama atas sampai

mengenai gusinya:طدت

(9) Ujung lidah menghadap dan mendekat diantara gigi seri

atas dan bawah:صسر

(10) Ujung lidah mengenai dua gigi seri pertama atas:ظد

ث

d) Dua Bibir )الشفتاف(

(1) Bibir bawah bagian dalam mengenai 2 gigi seri atas: ف

(2) Kedua bibir atas bawah:كبـ

e) Rongga Hidung ((الخنشوـ

Rongga pangkal hidung:حرؼتق

2) Shifatul Huruf

Tujuan mempelajari sifat huruf adalah agar huruf yang

keluar dari mulut kita semakin sesuai dengan keaslian

huruf-huruf Al-Qur’an. Huruf yang sudah tepat makhrajnya

Page 25: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

16

belum tentu benar sifatnya. Sifat huruf dalam Al-Qur’an secara

umum dibagi 2, yaitu :

a) Sifat huruf yang memiliki lawan

(1) Dari Segi Nafas (Hams >< Jahr)

(2) Dari Segi Suara (Syiddah >< Rakhawah)

(3) Dari Posisi Pangkal Lidah (Isti‟la‟ >< Istifaal)

(4) Dari Menutup-tidaknya Lidah ke Langit-langit (Ithbaq

>< Infitah)

(5) Dari Susah-mudahnya Huruf Dikeluarkan (Idzlaq ><

Ishmaat)

b) Sifat huruf yang tidak memiliki lawan

(1) Shafiir

(2) Qalqalah

(3) Lain

(4) Inhiraf

(5) Takrir

(6) Tafasyi

(7) Istithalah

3) Ahkamul Huruf

a) Hukum Nun sukun dan tanwin

(1) Idhar (terang atau jelas)

(a) Idhar Halqi

Hukum bacaan ini adalah ketika terdapat nun

sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf

halqi yang enam, yaitu ,ء,ق,ح,ع,غ,خ maka

hukum bacaannya idhar halqi. Disebut dengan

huruf halqi karena makhrajnya atau tempat keluar

suara dari mulut, ada pada kerongkongan atau

tenggorokan. Contoh: منو,غفورحليم

Page 26: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

17

(b) Idhar wajib

Hukum bacaan ini adalah ketika terdapat nun

sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf

yang empat, yaitu: ك , ـ ف, , dalam satu kalimatي

maka harus dibaca dengan jelas dan terang. Contoh:

دنػيا

(2) Idhgham(memasukkan atau mentasdidkan)

Jadi saat ada tulisan jenis ini maka hukum

bacaannya adalah harus masukkan atau ditasdidkan

kedalam huruf yang mengikutinya.

(a) Idhgham bi ghunnah

Hukum bacaan ini manakala berlaku dalam

kata atau kalimat ada nun mati dan tanwin bertemu

dengan salah satu huruf yang empat, yaitu ,ف , ـ ,

منم نع :Contoh .كي

(b) Idgham bila ghunnah

Hukum bacaan ini berlaku manakala ada nun

sukun dan tanwin bertemu dengan huruf: ؿ dan . ر

Jika hal itu dijumpai maka hukum bacaannya adalah

dengan jalan memasukkan ke huruf berikutnya

tanpa dengan mendengung. Contoh: منل

(3) Iqlab(membalik atau menukar)

Jika ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan

huruf بmaka cara membacanya adalah dibaca dengan

dibalik atau ditukar dengan ـ. Contoh: بػررة كراـ

Page 27: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

18

(4) Ikhfa(menyamar atau sembunyikan)

Hukum bacaan ini berlaku apabila nun mati dan

tanwin bertemu dengan salah satu huruf yang 15,

diantaranya:,ت,ث,ج,د,ذ,ز,س,ش,ص,ض,ط,ظ

ؾ Apabila terdapat tulisan yang mengandung unsur .ؽ,

diatas, maka cara membacanya adalah samar-samar.

Contoh:منكم

b) Hukum Mim sukun

(1) Ikhfa syafawi

Yang dimaksud disini adalah cara membaca huruf

mim sukun ketika bertemu huruf baa maka hukum

bacaannya adalah ikhfa syafawi . saat membacanya

haruslah samar-samar di bibir dan didengungkan.

Contoh:دخلتمبن

(2) Idhgham mimi

Hukum bacaan ini berlaku apabila ada mim sukun

kemudian disusuloleh huruf mim kembali, cara

membacanya adalah dengan jalan memasukkan

kedalam huruf selanjutnya. Contoh:اذذ ىن

(3) Idhar syafawi

Hukum ini berlaku disaat ada mim sukun bertemu

dengan salah satu huruf dari semua huruf hijaiyah

kecuali mim dan baa, cara membacanya adalah dibaca

dengan terang dibibir dengan mulut tertutup. Contoh:لم

فػيو

Page 28: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

19

c) Idhgam

(1) Idhgham Mutamatsilain

Hukum bacaan ini berlaku dengan situasi dimana

ada dua huruf yang benar-benar sama, sedangkan huruf

yang pertama dalam keadaan sukun dan huruf yang

kedua dalam keadaan hidup. Contoh: اضرببػعصاؾ

(2) Idhgham Mutaqoribain (dua berdekatan)

Jika ada huruf kembar yang bertemu, juga ada

huruf yang berdekatan. Maksudnya walaupun hurufnya

berlainan tetapi tetapi cara pelafalnya sangat mendekati.

Hukum ini berlaku apabila:

(a) تbertemuذ

(b) بbertemuـ

(c) فbertemuك Untuk situasi yang demikian cara membacanya

adalah dengan memasukkan kedalam huruf yang kedua.

Contoh: يػلهثذ لك

(3) Idhgham mutajanisain

Cara membaca ketika menemui huruf mati dalam

kalimat yang mengandung beberapa huruf sebagai

berikut:

(a) تbertemu ط

(b) تbertemuد

(c) ط bertemuت

(d) د bertemuت

(e) ؿ bertemuر

Page 29: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

20

(f) ذ bertemuظ

Maka cara membacanya adalah memasukkan

kedalam huruf yang kedua. Contoh: لقدت اب

d) Ghunnah

Dalam kalimat biasa ditemui huruf mim bertasdid

atau huruf nun bertasdid. Dalam hal ini cara membacanya

adalah dengan memunculkan bunyi dengungan. Contoh:

الن اس

e) Lam Ta‟rief

(1) Lam ta‟rief sebagai idhar qomariah

Idhar qomariah adalah alif lam tersebut dibaca

terang. Hal ini apabila alif lam tersebut bertemu dengan

salah satu huruf 14: خ ؼ ؽ ي ـ ق ء ب غ ع ح ج ؾ .ك

Contoh:النة

(2) Lam ta‟rief sebagai idhgham syamsiyah

Ini terjadi apabila alif lam bertemu dengan huruf

yang 14 yakni selain huruf qomariyah, yang dikenal

dengan huruf syamsiyah. Contoh:ـ الس ل

f) Lam tebal dan tipis

(1) Apabila lam dalam perkataan Allah didahului oleh

harkat fathah atau dhomah maka harus dibaca tebal atau

“woh”. Contoh:رسوؿاللو

(2) Apabila lam dalam perkataan Allah itu didahului oleh

harkat kasroh, dan semua lam yang tidak dalam

perkataan Allah heruslah dibaca dengan tipis

(muraqqoqoh). Contoh: بسمللو

Page 30: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

21

g) Qolqolah

Qolqolah dalam bahasa Arabberarti getaran suara.

Maksudnya adanya getaran suara seperti harus membaik

atau berkumandang ketika huruf-huruf qolqalah itu sukun

dan matinya berasal matinya berasal dari kata-kata bahasa

Arab atau berhenti karena waqaf. Huruf qolqolah yang

dimaksud adalah: ؽطبجد. Contoh: ابػرأىيم,نعل

h) Bacaanraa

(1) Membaca huruf raa yang ditebalkan (mufakhamah)

(a) Raa fathah, contoh:ربػ نا

(b) Raa dhomah, contoh:رزقب

(c) Raa sukun sedangkan huruf sebelumnya berbaris

fathah atau dhomah, contoh:مرضية

(2) Raa sukunyang dibaca tipis (muraqqaqah) adalah:

(a) Apabila huruf raa berharkat kasrah baik dalam

permulaan kata maupun dalam pertengahan kata

atau penghabisan kata. Contoh:رزقا

(b) Apabila sebelum raa itu ada yaa sukun, contoh:قديػر

4) Mad wal Qashar

a) Mad (bacaan panjang)

(1) Mad Ashali

Yaitu Mad thabi‟i. Dari perkataannya dapat

diartikan, mad (panjang) dan thabi‟i (biasa). Jadi cara

membacanya adalah sepanjang 2 harakat (satu alif).

Page 31: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

22

Dalam hal ini dapat ditunjukkan dengan:

(a) Ada alif sesudahfathah, contoh: ماؿ

(b) Ada yaa sukun sesudah kasrah, contoh:فيو

(c) Ada waw sukun sesudah dhamah, contoh:قػولوا

(2) Mad Far‟i

Adalah panjang bacaan yang bertambah dari

ukuran mad ashli, dengan sebab disambut oleh hamzah

atau sukun. (Ismail Tekan, 2006: 102)

Macam-macam Mad Far‟i:

(a) Mad wajib muttashil

Mad ini terbentuk sebagai akibat dari pertemuan

antara mad thabi‟i dengan hamzah didalam satu

kata (kalimat). Cara membacanya adalah wajib

membaca sepanjang 5 harakat.Contoh:سواء

(b) Mad jaiz munfashil

Ketika ada mad thabi‟i bertemu dengan hamzah

tetapi hamzah itu berada pada lain kalimat (kata).

Cara membacanya adalah boleh dipanjangkan

sebanyak lima harakat dan boleh juga seperti mad

thabi‟i, namun yang terbaik adalah dibaca lima

harakat. Contoh:كلاأنػتم

(c) Mad lazim mutsaqqal kilmi

Dalam hal ini berlakunya dikarenakan adanya

pertemuan antara mad thabi‟i dengan tasydid dalam

satu perkataan (kalimah). Cara membacanya adalah

herus panjang yaitu enam harakat. Contoh:كلاالض آلي

Page 32: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

23

(d) Mad lazim mukhafaf kilmi

Mad ini timbul sebagai akibat dari pertemuan

antara mad thabi‟i bertemu dengan huruf mati. Cara

membacanya adalah sepanjang 6 harakat. Didalan

Al-Qur’an kata yang mengandung hukum ini

hanyalah ada satu perkataan saja yaitu: الاف, yang

terdapat dalam QS Yunus.

(e) Mad layin

Apabila ada huruf waw atau yaa‟ sukun

sedangkan harakat pada huruf sebelumnya adalah

fathah maka berlaku hukum bacaan ini. Cara

membacanya adalah sekedar lunak atau lemas.

Contohnya:زيد

(f) Mad aridh lissukun

Hukum bacaan ini berlaku apabila terdapat

waqaf atau pemberhentian saat membaca,

sedangkan sebelum waqaf tersebut adalah mad

thabi‟i atau mad layin. Untuk cara membacanya ada

tiga macam yaitu:

(a) Lebih utama supaya dibaca panjang (enam

harakat)

(b) Yang pertengahan dibaca 4 harakat

(c) Yang pendek, yakni dibaca dua harakat.

Contoh: المحسني

(g) Mad shilah qashirah

Hukum bacaan ini hanya berlaku apablia ada

haa‟ dhomir (لو) sedangkan sebelumnya adalah

Page 33: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

24

huruf hidup (berharakat), cara membacanya adalah

panjang seperti mad thabi‟i (dua harakat). Contoh:

انػ هكاف

(h) Mad shilah thowilah

Hukum bacaan mad ini berlaku apabila dalam

satu kalimat ada mad shilah qoshirah yang bertemu

dengan hamzah. Cara membacanya adalah

dipanjangkan seperti mad jaiz munfasil (lima

harakat). Contoh: وأخلدهمال

(i) Mad iwad

Hukum mad iwal ini berlaku apabila terdapat

fathatain yang jatuh pada waqaf (pemberhentian)

pada akhir kalimat. Cara membacanya adalah

seperti mad thobi‟i. Contoh: اعليماحكيم

(j) Mad lazim harfi musyabba‟

Bacaan ini dapat diberlakukan ketika kita

menjumpai pada permulaan surat Al-Qur’an,

dimana terdapat satu atau lebih huruf-huruf yang

delapan: مفؽصعسؿؾ . Contoh:ال

(k) Mad lazim harfi mukhaffaf

Bacaan ini dapat diberlakukan ketika kita

menjumpai pada permulaan surat Al-Qur’an,

dimana terdapat satu atau lebih huruf-huruf yang

lima: ر ق ط ي Untuk aturan membacanya .ح

adalah sepanjang mad tabi’i atau 2 harakat.

Contoh:الر

Page 34: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

25

b) Qashar

Qashr menurut bahasa artinya “menahan”.

Sedangkan menurut istilah qashr adalah membaca huruf

panjang tidak lebih dari satu alif. (Ahmad Munir, 1994: 48)

5) Waqafwal Ibtida‟

a) Waqaf

Yang dimaksud dengan waqaf adalah cara

menyembunyikan kalimat ketika berhenti. Waqaf adalah

menghentikan pembacaan, baik untuk tidak diteruskan atau

untuk mengambil nafas, agar dapat diteruskan pembacaan

itu. (Yaldi Sandra, 2014: 37)

Secara umum waqaf dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

(1) Waqaf Idhtiraari

Waqaf ini artinya terpaksa. Biasanya dilakukan

oleh qari‟ bila kehabisan nafas, batuk, lupa dan

sebagainya.

(2) Waqaf intidzhaari

Artinya waqaf yang dipilih karena menunggu.

Maksudnya, pembaca berhenti pada sebuah kata yang

perlu, untuk menghubungkan dengan kalimat wajah lain

pada bacaannya, ketika ia menghimpun beberapa

bacaan karena adanya perbedaan riwayat.

(3) Waqaf Ikhtibaari

Artinya berhenti karena diuji. Maksudnya adalah

ketika pembaca menerangkan kata yang terpotong.

(4) Waqaf Ikhtiyaari

Artinya berhenti yang dipilih, tidak seperti waqaf-

waqaf sebelumnya.

Page 35: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

26

Tanda-tanda waqaf:

(1) Huruf ـ (waqaf lazim) artinya lebih utama diwaqafkan.

(2) Hurufلا(laa waqfa fiihi) artinya lebih utama washol

(3) Hurufط (muthlaq) artinya lebih utama waqaf

(4) Hurufج (waqaf jaiz) artinya lebih utama waqaf

(5) Hurufقف (waqaf aula) artinya lebih utama waqaf

(6) Hurufقل (alwaqfu aula) artinya lebih utama waqaf

(7) Hurufصل(alwashlu aula) artinya lebih utama washol

(8) Hurufز (waqaf mujawwaz) artinya lebih utama washol

(9) Hurufص (waqaf murakhash) artinya lebih utama washol

(10) Huruf artinya lebih utama (qiila „alaihi waqfu) ؽ

washol

(11) Titik tiga (waqaf mu‟anaqah) artinya berhenti pada

salah satu tanda

artinya berhenti sejenak tanpa nafas (saktah)سكتو (12)

(Arif Hidayat, 2011: 62-68)

b) Ibtida‟

Adalah memulai pembacaan kembali sesudah

menghentikannya seketika untuk mengambil nafas. (Ismail

Tekan, 2006: 127)

d. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

1) At-Tahqiq

Yaitu membaca seperti halnya tartil tetapi lebih tenang

dan perlahan-lahan. Tempo ini hanya boleh dipakai untuk

Page 36: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

27

belajar (latihan) dan mengajar. Dan tidak boleh dipakai pada

waktu sholat atau menjadi imam.

2) At Tartil

Yaitu Membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan

setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan sifat-sifat

yang dimilikinya, bak asli maupun baru datang (hukum-

hukumnya) serta memperhatikan makna (ayat). Dalam

pandangan Abdullah bin Ahmad an-Nasafi “tartil” adalah

memperjelas bacaan semua huruf hijaiyah, memelihara tempat-

tempat menghentikan bacaan (waqaf), dan memyempurnakan

harokat dalam bacaan. Sementara Sayyidina Ali bin Abi Thalib

menyamakan “tartil” dengan tajwid, yaitu membaguskan

bacaan-bacaan huruf-huruf dan mengenal tempat-tempat

berhenti (waqaf). Berbeda dengan Ibnu Katsir yang

mengartikan “tartil” sebagai bacaan perlahan-lahan yang dapat

membantu menuju tingkat pemahaman dan perenungan Al-

Qur’an. Sejalan dengan Ibnu Katsir, Fakhrur Rozy dalam

tafsirnya mengatakan “tartil” adalah memperjelas dan

menyempurnakan bacaan semua huruf dengan memberikan

semua hak-haknya dengan cara tidak tegesa-gesa dalam

membaca Al-Qur’an.

3) Al-Hadr

Yaitu membaca dengan cepat tetapi masih menjaga

hukum-hukumnya. Perlu diingat yang dimaksud dengan cepat

disini adalah dengan meggunakan ukuran terpendek dalam

batas peraturan tajwid.

4) At-Tadwir

Yaitu tingkat pertengahan antara tartil dan hard. Bacaan

ini lebih dikenal dengan bacaan sedang tidak terlalu cepat juga

Page 37: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

28

tidak terlalu pelan, tetapi pertengahan antara keduanya.

(Muhammad Rizki: 2015, 25)

e. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Bagi umat Islam membaca Al-Qur’an merupakan satu

perbuatan yang sangat mulia. Bahkan melalui sabda Rasulullah

Saw dinyatakan bahwa dengan membaca Al-Qur’an maka akan

memdapatkan pahala yang berlipat. Bukan dinilai dari banyaknya

atau kata yang dibaca, tetapi akan mendapatkan pahala dari setiap

hurufnya.

Dengan membaca Al-Qur’an akan mendapatkan satu

manfaat, bukan saja sebagai amal kebajikan namun juga bisa

menjadi obat bagi mereka yang sedang dirundung sakit baik

jasmani atau rohani. (Yunus Hanis Syam, 2008: 38-39)

Banyaknya ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Saw yang

mendorong kita untuk membaca Al-Qur’an dengan menjanjikan

pahala dan balasab besardengan membacanya itu:

Allah berfirman dalam surah Faathir ayat 29-30:

29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah

dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki

yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan

terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang

tidak akan merugi,

30.Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka

dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri

Aisyah ra mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda:

Page 38: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

29

عل كىو فيو كيػتتػعتع القرآف يػقرأ كال ذي البػررة الكراـ الس فرة مع بالقرآف لويوالماىر شاؽ أجراف

"Orang mukmin yang mahir membaca Al Qur`an, maka

kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia.

Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan gagap, ia sulit dalam

membacanya, maka ia mendapat dua pahala."(HR Muslim)

Hadits diatas menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami

kesulitan dalam membaca Al-Quran ia akan mendapatkan dua

pahala. Karena ia diberikan pahala dengan membacanya dan

mendapatkan pahala dengan kesulitan yang ia rasakan dalam

membaca yang menunjukkan kesungguhan membaca Al-Qur’an

dan kekuatan semangatnya, meskipun sulit ia rasakan. (Yusuf Al-

Qaradhawi, 2000: 225-226)

Dari penjelasan diatas dapat dipahami seseorang yang

membaca Al-Qur’an akan banya mendapatkan manfaat dan

mendapatkan pahala dari setiap huruf yang dibacanya.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang akan penulis lakukan, terdapat

penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian

saudariAs’AdiyahJurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2008) dengan judul

“Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Siswi SMP IT Ihsanul Fikri

Pabelan Kabupaten Magelang yang Berasal dari MI dan SD”.

Dalam penelitian ini, ada relevansi antara kemampuan membaca

AlQur’an yang dibahas oleh saudari As’Adiyah dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan, akan tetapi ada perbedaan yang mendasar dari dua

penelitian ini. Penelitian yang akan penulis lakukan ini lebih terfokus

kepada kemampuan membaca Al-Qur’an Al-Qur’an mahasiswa PAI.

Penelitian yang relevan selanjutnya adalah terdapat pada penelitian

saudara Muhammad Ubaidillah Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut

Agama Islam Negri Antasari Banjarmasin (2015) dengan judul

Page 39: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

30

“Kamampuan Membaca Al-Qur’an Dikalangan Mahasiswa Jurusan

Pendidikan Agama Islam Angkatan 2014 Institut Agama Islam Negri

Antasari Banjarmasin”.

Page 40: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan

adalah penelitian yang dilakukan di suatu lokasi, ruang yang luas atau

ditengah-tengah masyarakat. Penelitian ini akan dilakukan di IAIN

Batusangkar pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan

2017.

B. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif

kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,

pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau

efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

(Lexy J. Moleong, 2009: 6)

Sedangkan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural)

dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah. Konsep ini

lebih menekankan pentingnya sifat data yang diperoleh oleh penelitian

kualitatif, yakni data alamiah. Data alamiah ini utamanya diperoleh dari

hasil ungkapan langsung dari subjek peneliti. (Rulam Ahmadi, 2014: 15)

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bertujuan untuk menemukan dan memahami gejala dan

fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar serta menjelaskan gambaran

yang terjadi dalam bentuk kata-kata. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui dan

menggambarkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an (Studi pada

Mahasiswa Jurusan PAI Angkatan 2017 IAIN Batusangkar).

Page 41: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

32

C. Latar dan Waktu Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini maka peneliti akan melakukan

penelitian di IAIN Batusangkar. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober

2018 sampai bulan November 2018.

D. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah orang-orang

yang mengetahui, berkaitan dan menjadi pelaku dari sesuatu kegiatan yang

diharapkan dapat memberikan informasi atau lebih ringkasnya ialah

sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh.

Subjek dalam penelitian ini adalah dosen yang memberikan test membaca

Al-Qur’an (placement test) dan dosen tahsin mahasiswa PAI angkatan

2017.

E. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(Sugiyono, 2013: 225)

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi

sumber data primer adalah dosen sebanyak 3 orang, yaitu dosen

placement test dan dosen tahsin mahasiswa PAI angkatan 2017.

2. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data seperti melalui orang lain

atau dokumen. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

sekunder adalah nilai placement test mahasiswa PAI angkatan 2017.

Page 42: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

33

F. Instrument Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai

instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif itu siap

melakukan penelitian dan selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi

terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman

metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang

diteliti, kesiapan peneliti untuk masuk pada objek penelitian, baik secara

akademik maupun logistik. Yang melakukan validasi adalah peneliti itu

sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode,

penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta

kesiapan dan bekal dalam memasuki lapangan.

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti

sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka

kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang

diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dngan data yang

telah ditemukan melalui wawancara. Dan instrument yang peneliti

gunakan adalah kisi-kisi wawancara dan pedoman wawancara.Peneliti

akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap

focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan

membuat instrumen. (Sugiyono, 2013: 222-224)

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan

adalah: (Riduwan, 2005: 74-77)

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini

digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih

mendalam serta jumlah responden sedikit.

Page 43: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

34

Dalam penelitian ini yang menjadi informannya adalah dosen yang

memberikan tes membaca Al-Qur’an (placement test) kepada

mahasiswa PAI angkatan 2017 dan dosen tahsin mahasiswa PAI, untuk

mengetahui tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa dan

mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-

Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung

dari tempat penelitian , meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-

peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film documenter, dan data yang

relevan dengan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti akan mempelajari dokumen yang

berkaitan dengan data nilai hasil placement test baca Al-Qur’an

mahasiswa dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017, untuk mengetahui

tingkat kemampauan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan

2017.

H. Teknik Penjaminan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat

kepercayaan keabsahan data dapat diadakan pengecekan dengan teknik

pengamatan yang tekun dan triangulasi. Teknik pengamatan yang tekun

merupakan peningkatan pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan

peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal

peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca

berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-

dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca

buku maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat

digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar atau tidak.

Page 44: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

35

Dalam menvalidasi dan reliabilitas data, peneliti juga mengunakan

teknik triangulasi, yaitu teknik pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan

triangulasi waktu. Triangulasi sumber adalah mengecek data yang telah

diperoleh mealui beberapa sumber. Kemudian triangulasi waktu, yaitu data

yang dikumpulkan degan teknik wawancara di pagi hari pada saat

narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data

yang lebih validsehingga lebih kredibel. (Sugiyono, 2013: 272-274)

I. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan, analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

observasi dan lain-lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. (Sugiyono, 2016: 88)

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah

pengelolahan dan analisis data. Yang dimaksud dengan analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami diri sendiri dan juga

orang lain.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data

kualitatif, maka dalam analisis data peneliti menggunakan model Miles

dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman ada tiga tahap dalam

menganalisis data, yaitu:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah melakukan melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

Page 45: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

36

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang akan terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut.

Oleh karena itu data yang telah didapat melalui wawancara,

observasi dan dokumentasi akan dianalisis sehingga dapat

memuculkan deskripsi kemampuan membaca Al-Qur’an mahasisiwa

PAI angkatan 2017.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan

verivikasi. Dimana kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal , didukung

oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data. maka kesimpulan yang dikemukakan

adalah kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang

atau masih gelap sehingga menjadi jelas. (Sugiyono, 2013: 247-253)

Dari keterangan yang dijabarkan diatas, maka langkah-langkah

yang akan ditempuh setelah melakukan wawancara dan observasi ialah

melakukan teknik analisis data. Dimana data yang diperoleh melalui

wawancara dan observasi akan penulis analisis berdasarkan langkah-

langkah diatas, yakni dengan memilih data yang dibutuhkan dan kemudian

dikelompokkan berdasarkan tema-tema yang sesuai dengan permasalahan

yang sedang diteliti. Setelah itu penulis akan menyajikan dalam kata-kata

yang bersifat narasi sehingga lebih memudahkan dalam penarikan

Page 46: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

37

kesimpulan. Hasil kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap

permasalahan yang diteliti yaitu tentang analisis kemampuan membaca Al-

Qur’an (studi pada mahasiswa jurusan PAI IAIN Batusangkar angkatan

2017).

Page 47: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Temuan Umum (Profil Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Batusangkar)

a. Visi-Misi dan Tujuan IAIN Batusangkar

1) Visi IAIN Batusangkar

“ INTEGRATIF DAN INTERKONEKTIF DALAM

KEILMUAN, BERKEARIFAN LOKAL, BEREPUTASI

GLOBAL ”

2) Misi IAIN Batusangkar

a) Menghasilkan lulusan yang cerdas secara intelektual,

spritual, emosional, sosial, dan berdaya saing dalam dunia

kerja.

b) Mewujudkan pendidikan tinggi Islam yang berdaya saing

internasional untuk kepentingan umat, bangsa, dan

kemanusiaan.

c) Mewujudkan pendidikan/pengajaran secara integratif dan

interkonektif yang relevan dengan perkembangan keilmuan

internasional dan tuntutan pengguna serta kearifan lokal.

d) Menghasilkan penelitian yang berbasis integratif,

interkonektif, dan berbasis kearifan lokal.

e) Mempelopori kegiatan pengabdian pada masyarakat yang

berbasis riset dan kearifan lokal.

3) Tujuan

a) Terwujudnya program studi yang unggul dalam

pengembangan keilmuan yang interaktif dan inter-konektif.

b) Terbangunnya iklim akademik yang mendukung terhadap

pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi berbasis riset

dan kearifan lokal.

Page 48: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

39

c) Terwujudnya hasil riset yang kompetitif dan berdaya guna

untuk umat, bangsa dan kemanuasiaan.

d) Penguatan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan

yang cerdas dan professional.

e) Terwujudnya lulusan yang cerdas secara intelektual,

spiritual, emosional, sosial dan berdaya saing dalam dunia

kerja.

f) Terbangunnya tata kelola yang akuntabel, bersih dan

modern berbasis ICT (Information, Communication and

Technology).

g) Bertambahnya kerjasama dengan berbagai pihak dalam

pencapaian visi dan misi institusi.

b. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

1) Visi Jurusan PAI

Menjadi Program Studi yang unggul dalam bidang

Pendidikan Agama Islam yang Integratif, interkonektif, dan

berkearifan lokal, pada tahun 2020.

2) Misi Jurusan PAI

a) Menyelanggarakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

yang integratif dan interkonektif.

b) Menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan

penelitian dalam bidang Pendidikan Agama Islam yang

integratif, interkonektif, dan berkearifan lokal.

c) Menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan

pengabdian masyarakat dalam bidang Pendidikan Agama

Islam yang integratif dan interkonektif.

d) Melaksanakan kerjasama dengan user atau stakeholders

dalam rangka mengembangkan pendidikan, penelitian, dan

pengabdian masyarakat di bidang Pendidikan Agama Islam.

Page 49: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

40

3) Tujuan Jurusan PAI

a) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang beriman,

bertaqwa, berakhlak mulia, mandiri, serta

bertanggung jawab.

b) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang menguasai materi

PAI di madrasah/sekolah.

c) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang mampu

merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

madrasah/sekolah.

d) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang mampu

melakukan penelitian dalam bidang agama Islam di

sekolah/madrasah.

e) Menghasilkan penelitian dengan melibatkan mahasiswa

agar menghasilkan tenaga pendidik PAI yang dapat

mengembangkan kemampuannya dalam bidang Pendidikan

Agama Islam di sekolah/madrasah.

f) Terimplementasinya hasil penelitian melalui pengabdian

masyarakat dalam bidang Pendidikan Agama Islam melalui

kolaborasi dengan Program Studi PAI pada perguruan

tinggi lain dengan melibatkan mahasiswa agar mampu

berkiprah dalam masyarakat.

2. Temuan Khusus

Seperti yang telah dikatakan pada pembahasan sebelumnya, dalam

penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.Dimana

peneliti secara langsung terjun kelapangan melihat fenomena-

fenomena yang terjadi dilapangan.Penelitian ini dilakukan di IAIN

Batusangkar.

Data-data yang peneliti peroleh melalui dua metode, yaitu: metode

wawancara dan dokumentasi. Dari beberapa sumber data yang terdiri

Page 50: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

41

dari informan I selaku dosen placement test mahasisiwa PAI angkatan

2017, informan II selaku dosen placement test mahasisiwa PAI

angkatan 2017 dan informan III selaku dosen tahsin mahasisiwa PAI

angkatan 2017.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai kemampuan mahasiswa

PAI membaca Al-Qur’an, maka hasil penelitian dapat dipaparkan

sebagai berikut:

a. Deskripsi Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa

1) Membaca Al-Qur’an dengan Kaidah-Kaidah Tajwid

Terkait dengan kemampuan membaca Al-Qur’an ada

beberapa hal yang harus ditanyakan, yaitu:

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an berdasarkan

makhrijul huruf, informan I mengatakan:

Bahwa kemampuan mahasiswa membaca Al-Qur’an

berdasarkan makhrijul huruf itu bervariasi, ada yang

bagus dan ada yang kurang, tapi yang bagus bacaanya

lebih banyak dari pada yang kurang. Karena

mahasisiwa PAI ini adalah calon guru atau orang yang

berkeinginan menjadi guru Pendidikan Agama Islam,

sehingga pada umumnya mereka sudah bisa membaca

Al-Qur’an. Dan adapun mereka yang susah

mengucapkan huruf-huruf berdasarkan macam-macam

makhrijul huruf yaitu al-halaq dan huruf-huruf yang

berdekatan, seperti: شص س ث ت, ط د, M. Yusuf) .ض

Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

27 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, beliau mengatakan:

Karena beragam latar belakang sekolah, ada yang dari

SMA, SMK, MAN dan pesantren, sehingga

kemampuan mahasiswa PAI dalam membaca Al-

Qur’an berdasarkan makhrijiul huruf juga beragam.

Artinya ada yang mampu, cukup, kurang mampu

bahkan tidak mampu sama sekali dalam melafazkan

huruf berdasarkan makhrijul huruf. Untuk makhrijul

Page 51: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

42

huruf kalau dalam bentuk tunggal sebagian besar sudah

bisa, tetapi kalau sudah berbentuk lafaz ada mereka

yang bisa dan ada yang tidak bisa.(Dr.Devy Aisyah,

M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28

November 2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan III, bahwa:

Kalau mahasiswa yang mengikuti tahsin ini memang

rata-rata tidak bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan

makhrijul huruf, seperti membaca huruf-huruf ini: ,ق,حظ Untuk pelajaran tahsin ini benar-benar dimulai ط,

dari huruf hijaiyah, karena mereka memang belum bisa

membaca Al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid.(Rifqa

Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

27 November 2018)

Dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa sebagian

besar dari mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an

berdasarkan makhrijul huruf.Namun juga ada yang masih

kurang bisa dan ada yang tidak bisa membaca Al-Qur’an

berdasarkan makhrijul huruf. Contoh makhrijul huruf yang

susah diucapkan oleh mahasiswa PAI yaitu huruf yang keluar

dari tenggorokan (al-halq). Adapun huruf-huruf yang keluar

dari tenggorokan adalah tenggorokan bagian bawah: ء ,ق

tenggorokan bagian tengah: ع dan tenggorokan bagian ,ح

atas:خغ

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai

dengan hukum nun mati, informan I mengatakan:

Secara umum mereka bisa, namun sebagian ada yang

tidak bisa.Sebagian besar mereka sudah bisa

membedakan antara idzhar, idgham, ikhfa dan iqlab

serta mereka sudah mengetahui huru-huruf dari masing-

masing hukum nun mati tersebut. Namun juga ada yang

Page 52: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

43

grogi ketika membaca Al-Qur’an, ini disebabkan

mereka sudah lama tidak membaca Al-Qur’an. Sebab

Al-Qur’an itu unik, dia pada dasarnya bisa membaca,

namun karena tidak diulang-ulang mereka bisa terbata-

bata membacanya. Jangankan satu minggu, dua hari

atau tiga hari tidak dibaca sudah berpengaruh kepada

kemampuan membaca mahasiswa tersebut.(M. Yusuf

Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

27 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Untuk teori mendasar ada nun mati dan tanwin, kalau

basic mereka madrasah atau pesantren mereka akan

lebih bisa. Tapi jika mereka dari SMA atau SMK

banyak yang belum bisa. Namun pada umumnya

mahasiswa PAI sudah bisa dibagian ini (hukum nun

mati).(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,

IAIN Batusangkar: 28 November 2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan III, bahwa:

Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa

membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah

tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan

hukum nun mati.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa

sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an

berdasaan hukum nun mati. Tapi masih ada yang kurang atau

belum bisa sama sekali. Jika mereka berasal dari Madrasah atau

Pesantren mereka akan lebih bisa dibandingkan dengan

mahasiswa yang berasal dari sekolah umum. Dan sebagian

besar sudah bisa membedakan antara idzhar, idgham, ikhfa dan

iqlab serta mereka sudah mengetahui huruf-huruf dari masing-

masing hukum nun mati tersebut. Contoh dari hukum-hukum

Page 53: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

44

tersebut adalah idzhar halqi: غفورحليم idhgham biggunnah:من

بػررة :dan iqlabمنكم:ikhfa م نع كراـ

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai

dengan hukum mim mati, informan I mengatakan:

Sama halnya dengan hukum nun mati tadi, sebagian

besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an

dengan menggunakan hukum mim mati. Mereka sudah

bisa membedakan anatara idhar syafawi dan ikhfa

syafawi serta mereka juga mengetahui huru-huruf dari

setiap hukum nun mati.(M. Yusuf Salam, M.A,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Sama seperti mim mati dan tanwin tadi, sebagian besar

mereka sudah bisa. Namun masih ada yang kurang bisa

dan belum bisa sama sekali. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November

2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan III, bahwa:

Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa

membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah

tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan

hukum mim mati.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sebagian

besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an

berdasarkan hukum mim mati.Mereka juga sudah membedakan

antara idhar syafawi dan ikhfa syafawi serta mengetahui huruf-

huruf dari setiap hukum nun mati tersebut.Contoh dari hukum

Page 54: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

45

mim mati tersebut adalah ikhfa syafawi: بن idhgham ,دخلتم

mimi: اذذ ىن , idzhar syafawi:كىمفيػها

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai

dengan hukum idhgam, informan I mengatakan:

Karena idhgam ini sudah mulai susah, seperti:

mutamatsilain, mutaqoribain, dan mutajanisain.

Nantinya aka ada simbol-simbol dari setiap hukum

tersebut, apabila mereka tidak memahami, mereka akan

kesulitan untuk melafazkan huruf yang menggunakan

hukum tajwid idhgam ini. Namun bagi mahasiswa yang

jeli dan bisa memahami mereka akan mudah

melafazkannya. (M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan II, bahwa:

Ada yang bisa dan ada yang tidak bisa. Tapi yang jelas

yang bisa membaca banyak dari pada yang tidak bisa

membaca sama sekali. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November

2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan III, bahwa:

Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa

membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah

tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan

hukum idgham.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Dari penjelasan diatas dapat dipahami, bahwa

mahasiswa PAI ada yang bisa dan ada yang tidak bisa

membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum idgham.Bagi mereka

yang jeli dan memahaminya maka mereka akan bisa

melafazkan Al-Qur’an berdasarkan hukum idhgam ini. Contoh

Page 55: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

46

dari hukum idhgham ini adalah idhgham mutamatsilain :اضرب

ذ لك:idhgham mutaqaribain , بػعصاؾ idhgham , يػلهث

mutajanisain:لقدت اب

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai

dengan hukum ghunnah, informan I mengatakan:

Sebagian besar mahasiswa sudah bisa, namun masih

ada yang beum bisa.(M. Yusuf Salam, M.A,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa

Ada yang sudah bisa dan ada yang belum bisa.

Contohnya ketika mereka membaca hukum

wajibulghunnah: ان ا, ada yang membaca inna saja tanpa

mendengungkan. Jadi wajibulghunnah ada dua

hurufnya yaitu ,Dr.Devy Aisyah, M.Ag)ـ dan ف

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November

2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan III, bahwa:

Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa

membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah

tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan

hukum ghunnah.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Dapat dipahami bahwa sebagian besar mahasiswa PAI

sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum ghunnah.

Namun masih ada yang tidak mendengungkan ketika bertemu

hukum ghunnah.Contoh hukum ghunnah ini adalah الن اس

Page 56: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

47

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai

dengan hukum qolqalah, informan I mengatakan:

Sebagian besar mahasiswa sudah bisa. Pada umumnya

mahasiswa yang bisa qalqolah diakhir, tapi qalqolah

ditengah ada mahasiswa yang bisa dan juga mahasiswa

yang tidak bisa.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Secara umum mahasiswa PAI sudah bisa, namun ada

yang belum bisa. Huruf qalqolah ada lima, yaitu: ,ب,جؽ ط, Secara teori mereka paham, namun didalam . د,

praktek ada yang belum bisa.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November

2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan III, bahwa:

Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa

membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah

tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan

hukum qalqolah.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa

sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an

berdasarkan hukum qalqolah.Namun ada mahasiswa PAI yang

belum bisa mempraktekkan hukum qalqolah ini. Contoh

hukum qolqolah ini adalahابػرأىيم,نعل

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai

dengan hukum huruflam, informan I mengatakan:

Mahasiswa PAI sudah bisa melafazkan lam jalalah ini.

Ada tafkhim (tebal) dan ada yang tarqiq (tipis). Kalau

Page 57: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

48

yang tafkhim apabila huruf lam berbaris fathah dan

dhommah, dan yang tarqiq apabila huruf lam berbaris

kasrah. Rata-rata mahasiswa PAI sudah bisa

membedakan dan melafazkannya.(M. Yusuf Salam,

M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27

November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Hukum lam ini ada yang tafkhim (tebal) da ada tarqiq

(tipis). Hampir seluruhnya mahasiswa yang sudah

belajar tajwid, mereka paham teori namun dalam

praktek masih ada yang tidak bisa. Ini dikarenakan

banyak diantara mahasiswa yang tidak mengulang

membaca Al-Qur’an setiap hari.(Dr.Devy Aisyah,

M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28

November 2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan III, bahwa:

Sebagian mahasiswa tahsin sudah bisa membaca Al-

Qur’an berdasarkan hukum lam ini, namun masih ada

yang tidak bisa. (Rifqa Dewi, M.Pd. I,Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Dari penjelasan diatas, dapat dipahamibahwa sebagian

besar mahasiswa sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan

huruf lam, namun sebagian kecil ada yang belum bisa. Ini

dikarenakan mereka tidak mengulang membaca Al-Qur’an

setiap hari. Hukum bacaan lam ini ada dua yaitu tafkhim:رسوؿ

بسمللو:dan tarqiqاللو

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai

dengan hukum bacaan raa, informan I mengatakan:

Rata-rata mahasiswa sudah bisa membaca A-Qur’an

berdasarkan hukum bacaan raa.Mereka sudah bisa

membedakan hukum bacaan raa yang mana harus

dibaca tebal dan mana yang harus dibaca tipis.Diantara

Page 58: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

49

hukum bacaa raa yang harus dibaca tebal apabila huru

raa berbaris didepan dan berbaris dhommah, sedangkan

huruf raa yang harus dibaca tipis diantaranya apabila

huruf raa berbaris dibawah.(M. Yusuf Salam, M.A,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan II, bahwa:

Sama dengan lam tadi, ada yang tafkhim (tebal)dan ada

yang tarqiq (tipis), ada yang muraqqaqah dan ada yang

mufakhamah. Mereka hafal tajwidnya, namun kadang-

kadang terpeleset dalam melafazkannya. Cuma ketika

mereka membaca karena gugup atau tidak serius, jadi

ketika membaca Al-Qur’an mereka tidak

mempraktekkan hukum-hukum tajwid tersebut. Secara

umum mereka bisa atau banyak yang bisa dari pada

yang tidak bisa. Tapi yang sama sekali tidak bisa

membaca berdasarkan hukum tajwid juga ada, namun

sedikit.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,

IAIN Batusangkar: 28 November 2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan III, bahwa:

Sama halnya dengan hukum lam tadi, sebagian

mahasiswa sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan

hukum raa ini. (Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami, bahwa

sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an

berdasarkan hukum raa. Mereka sudah bisa membedakan mana

hukum raa yang dibaca tafhkim seperti: ربػ نا dan mana hukum

raa yang harus dibaca tarqiq sperti: رزقا

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai

dengan hukummad, informan I mengatakan:

Page 59: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

50

Yang namaya mad itu banyak, ada mad yang panjang

satu alif dan ada juga mad yang panjangnya tiga alif.

Sekitar 60% mahasiswa PAI sudah bisa menguasainya

dan mempraktekkannya didalam membaca Al-

Qur’an.Namun masih ada mahasiswa yang seharusnya

dibaca panjang tiga alif, mereka membacanya panjang

satu alif. Seperti mad wajib muttasil dan mad jaiz

munfasil panjangnya tiga ali, ada yang membacanya

hanya satu alif. dan sebagian besar mereka sudah bisa

menguasai mad tabi’i dan membacanya panjang satu

alif. (M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN

Batusangkar: 27 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Pada umumnya mahasiswa sudah bisa, tapi masih ada

yang patut dipanjangkan mereka membacanya pendek

dan yang patut dipendekkan mereka membacanya

panjang. Mad ini juga ada bagiannya, kadang mad

wajib muttasil dikatakan mad jaiz munfasil, berapa

panjang masing-masing mad itu pun mereka ada yang

tidak tau.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,

IAIN Batusangkar: 28 November 2018)

Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh

informan III, beliau mengatakan:

Sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa

menguasainya, namun ada mereka yang membaca

panjang yang seharusnya tidak dipanjangkan dan

membaca pendek yang seharusnya dipanjangkan. (Rifqa

Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

27 November 2018)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami, bahwa

sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an

berdasarkan hukum mad.Namun masih ada mereka yang

memanjangkan bacaan yang seharusnya dibaca pendek dan

memendekkan bacaan yang seharusnya dibaca panjang.Juga

ada mahasiswa yang membaca panjang tiga alif padahal hukum

bacaannya hanya satu alif dan juga ada begitupun sebaliknya

mereka memanjangkan satu alif padahal harus dibaca panjang 3

Page 60: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

51

alif. Contoh hukum mad yang dibaca panjang satu alif adalah

ولواقػ (mad tabi‟i) dan mad yang dibaca panjang tiga alif

seperti:كلاأنػتم (mad jaiz munfashil)

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai

dengan hukum qasar, informan I mengatakan:

Hukumqasar ini sebagian besar sudah bisa dikuasai

oleh mahasiswa PAI, karena ini merupakan paling dasar

sekali dalam membaca Al-Qur’an.Namun masih ada

yang bisa menguasainya, tapi jarang sekali.(M. Yusuf

Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

27 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Sebagian besar mahasiswa sudah bisa, namun masih

ada yang tidak bisa.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November

2018)

Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh

informan III, beliau mengatakan:

Sebagian mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin

sudah bisa, namun masih ada yang tidak bisa.(Rifqa

Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

27 November 2018)

Dapat dipahami bahwa sebagian besar mahasiswa PAI

sudah bisa menguasai hukum qasar ini.Yaitu mahasiswa sudah

bisa menahan atau membaca huruf panjang tidak lebih dari satu

alif.

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai

dengan hukum waqaf, informan I mengatakan:

Hukum waqaf berat sekali bagi mahasiswa, karena ada

yang wajib dan ada yang washol. Mahasiswa kurang

Page 61: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

52

bisa karena tidak menguasai simbol, seperti: قل (lebih

baik berhenti), صل (lebih baik lanjut), لا (lebih baik

lanjut). Sebagian besar mahasiswa tidak memahami

simbol-simbol seperti ini. Dan ini sangat erat

hubungannya dengan bahasa Arab, karena banyak

mahasiswa PAI tidak menguasai arti dari kata-kata dan

tujuan dari kalimat didalamnya sehingga mereka tidak

bisa menggunakan hukum waqaf ini dengan baik. Jadi

seorang mahasiwa PAI harus memahami bahasa Arab

agar bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan

benar.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi,

IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Karena hukum waqaf ini banyak yang tidak memahami,

maka banyak yang tidak mempraktekkan dalam

membaca Al-Qur’an. Karena memang hukum wakaf ini

agak rumit, sehingga mereka kurang memahami hukum

tajwid ini.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,

IAIN Batusangkar: 28 November 2018)

Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh

informan III, beliau mengatakan:

Mahasiswa sangat kesulitan dalam hukum waqaf ini,

karena mereka tidak mengetahui dari hukum tersebut.

(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN

Batusangkar: 27 November 2018)

Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa

mahasiswa PAI tidak mengetahui atau tidak memahami hukum

waqaf ini, sehingga mereka tidak mempraktekkannya dalam

membaca Al-Qur’an. Mereka tidak mengetahui simbol-simbol

dari waqaf tersebut, seperti: قل (lebih baik berhenti), صل (lebih

baik lanjut), لا (lebih baik lanjut). Selain tidak mengetahui

simbol-simbol tersebut, banyak mahasiswa PAI tidak

menguasai bahasa Arab sehingga mereka tidak mengetahui arti

kata dari simbol tersebut dan tidak mengetahui tujuan dari

Page 62: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

53

kalimat dalam ayat Al-Qur’an. Contoh simbol dari waqaf ini

adalah apabila dalam membaca Al-

Qur’an simbol waqaf sepertiجmaka lebih utama berhenti.

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan

kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai ibtida‟

yang benar, informan I mengatakan:

Berhubungan dengan waqaf tadi, ibtida‟ yang diawal

rata-rata mahasiswa PAI bisa. Namun apabila sudah

membaca, dimana lagi dimulai kembali mereka banyak

yang tidak bisa. Ini dikembalikan lagi kepada

pemahaman mereka terhadap hukum waqaf tadi.

Karena mahasiswa tidak memahami jumlah atau

kalimat dalam bahasa Arab, oleh sebab itu ibtida‟

mereka agak berantakan.(M. Yusuf Salam, M.A,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Ibtida‟ artinya memulai atau bagaimana memulai yang

baik. Secara umum sama dengan waqaf tadi, makna

ibtida‟ itupun mereka tidak tau. Jadi mereka memahami

tajwid tersebut hanya pada tataran makhrijul huruf,

idhgam, iqlab, izhar, mad. Hanya itu saja yang mereka

kuasai dan itu yang mudah mereka tau. Mereka tidak

familiar dengan kebiasaan membaca berdasarkan

ibtida‟, jadi hukum tajwidnya terbatas saja.(Dr.Devy

Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

28 November 2018)

Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh

informan III, beliau mengatakan:

Sama dengan hukum waqaf tadi mahasiswa tidak

mengenal hukum ibtida‟ ini.Sehingga mereka tidak bisa

mempraktekkannya dalam membaca Al-Qur’an.(Rifqa

Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

27 November 2018)

Page 63: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

54

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa

sebagian besar mahasiswa PAI belum bisa menggunakan

ibtida‟ dengan baik. Karena mereka tidak memahami waqaf

dan bahasa Arab dengan baik, sehingga ini berpengaruh kepada

kemampuan membaca berdasarkan ibtida‟ yang benar.

Contohnya seperti dalam surah Al-Baqarah ayat 6 yaitu

أف ال ذينكفرا

Dapat dipahami bahwa, sebagian besar mahasiswa PAI

sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah

tajwid. Ini juga terlihat pada nilai hasil placement test

mahasiswa PAI sebagaimana yang terlampir dilampiran, telah

banyak mahasiswa yang lulus dalam melaksanakan placement

test. Sebanyak 151 orang mahasiswa PAI angkatan 2017,

terdapat mahasiswa yang lulus sebanyak 118 orang dan

mahasiswa yang tidak lulus sebanyak 33 orang.

2) Kemampuan Mahasiswa PAI Angkatan 2017 dalam Membaca

Al-Qur’an

Setiap mahasiswa PAI akan memiliki kemampuan

berbeda dalam membaca Al-Qur’an. Ada beberapa tingkatan

dalam membaca Al-Qur’an, diantaranya yaitu at tahqiq

(perlahan-lahan), at-tartil, al-hadr (cepat) dan at-tadwir

(pertengahan). Untuk mengetahui tingkat kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI, maka peneliti akan

menanyakan pertanyaan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan apakah ada

mahasiswa membaca Al-Qur’an dengan sangat tenang dan

perlahan-lahan, informan I mengatakan:

Ada. Mereka membaca perlahan karena kurang lancar

dalam membaca Al-Qur’an.(M. Yusuf Salam, M.A,

Page 64: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

55

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Mahasiswa PAI banyak membaca Al-Qur’an dengan

perlahan-lahan. Sebagian mereka perempuan membaca

Al-Qur’an sangat tenang. Juga ada mereka yang

membaca perlahan-lahan karena gugup atau

malu.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,

IAIN Batusangkar: 28 November 2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan III, bahwa:

Perlahan-lahan ada. Karena memang mereka tidak bisa

membaca sama sekali atau ada yang membaca Al-

Qur’an yang masih terbata-bata. Seperti yang telah Ibu

sampaikan sebelumnya mahasiswa yang ikut tahsin ini

benar-benar mahasiswa yang kurang pandai membaca

Al-Qur’an.(Rifka Dewi, M.Pd. I, M.Ag, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Dapat dipahami bahwa ada mahasiswa PAI yang

membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan. Ada yang

membacanya sudah sesuai dengan hukum tajwid dan juga ada

membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan karena gugup dan

tidak lancar membaca Al-Qur’an. Contohnya ada mahasiswa

yang membaca sangat lambat atau ada mahasiswa yang

membaca Al-Qur’an dengan mengeja huruf demi huruf.

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan Apakah

ada mahasiswa membaca Al-Qur’an dengan tartil dan sesuai

hukum tajwid, informan I mengatakan:

Pada umumnya mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an

dengan tartil. Kebanyakan nilai yang 85 keatas itu

menggunakan tartil.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh Ibu

informan II, bahwa:

Page 65: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

56

Alhamdulillah ada, PAI ini mahasiswanya banyak.

Kebanyakan mereka memiliki keunggulan tahfidzul

qur‟an dan membaca Al-Qur’an dengan tartil. Karena

pada dasarnya jurusan PAI ini terkait dengan

penguasaan materi keagamaan, tentunya mereka banyak

yang bagus-bagus dalam membaca Al-Qur’an.(Dr.Devy

Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

28 November 2018)

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh

informan III, bahwa:

Belum ada mahasiswa tahsin yang membaca Al-Qur’an

secara tartil, karena mereka masih banyak membaca Al-

Qur’an dengan terbata-bata.(Rifqa Dewi, M.Pd. I,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Dapat dipahami bahwa banyak mahasiswa PAI yang

membaca Al-Qur’an dengan tartil. Dan mereka sudah

menggunakan hukum tajwid dengan baik. Mahasiswa PAI ini

banyak yang mempunyai keunggulan dalam membaca Al-

Qur’an. Contohnya mahasiswa yang membaca Al-Qur’an

dengan tenang dan membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-

kaidah tajwid yang benar.

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan apakah ada

mahasiswa membaca Al-Qur’an dengan cepat namun tetap

menjaga hukum tajwid, informan I mengatakan:

Mahasiswa PAI yang membaca cepat tidak ada.

Mungkin ini dikarenakan ketidaktahuan mereka dalam

membaca cepat.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Page 66: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

57

Tidak ada mahasiswa PAI yang membaca Al-Qur’an

dengan cepat. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

III, bahwa:

Tidak ada mahasiswa PAI yang membaca Al-Qur’an

dengan cepat, sedangkan lambat saja masih terbata-

bata.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN

Batusangkar: 27 November 2018)

Dapat dipahami bahwa belum ada mahasiswa PAI yang

membaca Al-Qur’an dengan cepat. Ini dikarenakan

ketidaktahuan mereka cara membaca cepat dan karena kurang

pandainya membaca Al-Qur’an.orang yang membaca Al-

Qur’an dengan cepat adalah orang yang menggunakan ukuran

terpendek dalam batas peraturan tajwid namun tetap menjaga

hukum-hukum tajwid.

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan Apakah

ada mahasiswa membaca Al-Qur’an antara tartil dan hard

(pertengahan), informanI mengatakan:

Ada, namun mahasiswa PAI lebih banyak membaca Al-

Qur’an dengan tartil.(M. Yusuf Salam, M.A,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Ada, pada umumnya mahasiswa membaca sudah

banyak yang bagus dan tidak terburu-buru.(Dr.Devy

Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

28 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

III, bahwa:

Tidak ada mahasiswa tahsin yang membaca Al-Qur’an

sepertiini, banyak yang masih terbata-bata.(Rifqa Dewi,

Page 67: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

58

M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27

November 2018)

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa mahasiswa PAI

ada yang membaca Al-Qur’an antara tartil dan hard

(pertengahan). Banyak mahasiswa PAI yang membaca Al-

Qur’an dengan bagus dan tidak terburu-buru. Orang yang

membaca Al-qur’an dengan at tadwir ini adalah orang yang

membaca Al-Qur’an tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan,

tetapi pertengahan antara keduanya.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui

bahwa sebagian besar mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an

dengan tartil.Mereka yang membaca Al-Qur’an dengan tartil

ini sudah sesuai dengan hukum tajwid. Dan tidak ada

mahasiswa PAI yang membaca Al-Qur’an dengan cepat, ini

dikarenakan ketidaktahuan mereka dalam membaca cepat dan

juga karena ketidaklancaran mereka dalam membaca Al-

Qur’an.

3) Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an

Demi meningkatkan kemampun membaca Al-Qur’an

seseorang diperlukan faktor-faktor yang mendorong dirinya

untuk membaca Al-Qur’an. Seperti faktor internal (faktor yang

berasal dari diri seseorang tersebut) yang meliputi: inteligensi,

perhatian, bakat dan motivasi. Selain faktor internal, faktor

eksternal (faktor yang berasal dari luar diri seseorang) juga

berperan penting dalam meningkatkan kemampuan membaca

Al-Qur’an seseorang.Faktor eksternal ini, meliputi: keluarga,

teman sebaya dan lingkungan sekitar. Untuk mengetahui

seberapa pentingnya faktor-faktor tersebut maka peneliti

melakukan wawancara sebagai berikut:

Page 68: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

59

Berdasarkan wawancara dengan informan I mengenai

pengaruh faktor internal dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an yaitu:

Faktor internal sangat berpengaruh kepada kemampuan

membaca Al-Qur’an bagi mahasisiwa. Sebagaimana

yang bapak sampaikan tadi mahasiswa yang tidak

berminat membaca Al-Qur’an akan berpengaruh

terhadap kemampuan membacanya. Seperti ada yang

tidak mengulang-ulang membaca Al-Qur’an, ini sangat

berpengaruh kepada kelancaran membaca Al-Qur’an

mahasiswa itu sendiri.Jangankan tidak membaca Al-

Qur’an selama satu minggu, dua hari atau tiga hari saja

itu sudah berpengaruh kepada kemampuan membaca

Al-Qur’an mahasiswa.(M. Yusuf Salam, M.A,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Faktor internal tentu mempengaruhi seseorang dalam

membaca Al-Qur’an.Seperti bakat yang ada dalam diri

seseorang, bakat itu adalah sesuatu yang telah melekat

di dalam diri seseorang. Jadi apabila sudah ada bakat

mereka akan mudah dalam melafazkan dan

mengekspresikan lidahnya sesuai dengan makhrijul

huruf. Dan bakat ini juga akan bisa memotivasi

seseorang untuk membaca Al-Qur’an. (Dr.Devy

Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:

28 November 2018)

Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh

informan III, beliau mengatakan:

Faktor internal sangat berpengaruh terhadap

kemampuan membaca Al-Qur’an. Contohnya motivasi

dan keinginan yang ada dalam diri seseorang untuk

membaca Al-Qur’an, dengan adanya motivasi dan

keinginan ini maka seseorang akan tergerak hatinya

untuk membaca Al-Qur’an. (Rifqa Dewi, M.Pd. I,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Page 69: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

60

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa faktor

internal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca

Al-Qur’an mahasiswa. Seperti minat yang dimiliki oleh

mahasiswa untuk membaca Al-Qur’an, maka ia akan terdorong

untuk membaca Al-Qur’an tanpa harus dipaksa. Selain minat,

faktor internal lainnya yang juga mendorong mahasiswa untuk

membaca Al-Qur’an adalah bakat dan motivasi yang

dimilikinya. Jika seseorang telah memiliki bakat, minat, dan

juga motivasi untuk membaca Al-Qur’an, maka ia akan terus-

menerus untuk membaca Al-Qur’an. Dengan membaca Al-

Qur’an dengan rutin maka kemampuan seseorang dalam

membaca Al-Qur’an akan bertambah baik.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai pengaruh orang

tua dan keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca

Al-Qur’an mahasiswa yang dikemukakan oleh informan I,

beliau mengatakan:

Kalau bagi kalangan mahasisiwa, untuk membaca Al-

Qur’an dikembalikan kepada pribadi masing-masing.

Karena mahasiswa banyak yang tinggal jauh dari orang

tua, sebagian besar mahasiswa tinggal dikontrakan atau

kos. Namun ketika masih kecil atau masih anak-anak

orang tua sangat berpengaruh besar untuk mendorong

anak membaca Al-Qur’an, jika orang tua membaca atau

menyuruh anak membaca Al-Qur’an, maka anak akan

mengikuti orang tuanya. (M. Yusuf Salam, M.A,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada

informan II, bahwa:

Tentunya iya, faktor eksternal sangat berpengaruh

apalagi lingkungan keluarga.Ini yang sangat

mendominasi.Banyak diantara mahasiswa berasal dari

keluarga yang tidak terlampau mendukung untuk

membaca Al-Qur’an dengan baik, mereka tidak ikut

mengaji di TPA itu dibiarkan saja dan juga banyak yang

tidak mengaji malam.Ini adalah faktor orag tua karena

Page 70: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

61

tidak mengawasi dan mengontrol anak dirumah untuk

membaca Al-Qur’an.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November

2018)

Pendapat tersebut juga didukung oleh informan III,

beliau mengatakan:

Sangat berpengaruh, kenapa?Bisa terbiasa membaca Al-

Qur’an dengan baik dan benar sesuai hukum tajwid itu

kebiasaan tersebut harus dari kecil. Kalau tida ada

dukungan dari orangtua untuk anak dirumah, maka

tidak akan membantu anak untuk meningkatkan

motivasi dalam membaca Al-Qur’an. Tapi kalau

seandainya orang tua gigih memotivasi anak, insyaallah

itu bisa membuat anak pandai membaca Al-Qur’an.Dan

juga orang tua yang menyuruh anaknya mengaji di TPA

pada waktu kecil maka ini juga berpengaruh terhadap

kemampuan baca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan

kaidah tajwid.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Dari penjelasan diatas mengenai pengaruh orang tua

dalam kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa, dapat

dipahami bahwa: orangtua dan keluarga juga berpengaruh

tehadap kemampuan membaca Al-Qur’an seseorang. Jika

orang tuanya rajin membaca Al-Qur’an atau selalu mendorong

anak untuk membaca Al-Qur’an, maka seorang anak akan ikut

membaca Al-Qur’an. Dan juga orang tua yang menyuruh

anaknya mengaji di TPA pada waktu kecil maka ini juga

berpengaruh terhadap kemampuan seorang anak dalam

membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah

tajwid.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai pengaruh

lingkungan dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur’an mahasiswa yang dikemukakan oleh informan I, beliau

mengatakan:

Iya.Lingkungan sangat berpengaruh kepada minat

baca.Kalau orang disekitarnya rajin membaca Al-

Page 71: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

62

Qur’an sehingga mereka termotivasi untuk membaca

Al-Qur’an.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi,

IAIN Batusangkar: 27 November 2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, beliau mengatakan:

Sama dengan keluarga, lingkungan juga menjadi faktor

terpenting untuk mendorong seseorang untuk membaca

Al-Qur’an, seperti teman atau karib kerabat. Kalau

temannya tidak membaca Al-Qur’an itu akan

berpengaruh kepada seseorang untuk tidak membaca

Al-Qur’an juga. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara

Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)

Pendapat tersebut juga didukung oleh informan III,

beliau mengatakan:

Iya. Sangat berpengaruh, sama dengan peran orangtua

tadi. Seperti mahasiswa yang tinggal di kos, kalau

biasanya temannya baca Al-Qur’an, pasti mereka juga

akan termotivasi membaca Al-Qur’an/ melihat

temannya yang qori atau qori’ah seseorang juga akan

tertarik membaca Al-Qur’an. Tapi jika temannya dalam

satu kamar tidak membaca Al-Qur’an, mereka juga

akan terbawa-bawa untuk tidak membaca Al-Qur’an.

(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN

Batusangkar: 27 November 2018)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

lingkungan juga termasuk faktor yang mendorong seseorang

untuk membaca Al-Qur’an. Jika orang sekeliling mahasiswa

tersebut membaca Al-Qur’an setiap hari, maka akan muncul

keinginan dari mahasiswa tersebut untuk membaca Al-Qur’an

juga.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai pengaruh latar

belakang sekolah terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an

mahasiswa yang dikemukakan oleh informan I, beliau

mengatakan:

Iya.Latar belakang sekolah dalam artian sekolah yang

lebih banyak melakukan kegiatan/ program dalam

Page 72: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

63

membaca Al-Qur’an itu lebih bagus bacaan Al-Qur’an

siswanya.Sekolah yang tidak memiliki program untuk

membaca Al-Qur’an, tentunya kemampuan siswanya

dalam membaca Al-Qur’an agak kurang dibandingkan

dengan sekolah yang memiliki program membaca Al-

Qur’an. Mahasiswa yang dari madrasah akan berbeda

kemampuan membaca Al-Qur’annya dengan

mahasiswa yang dari sekolah umum, karena di

madrasah akan banyak program-program dalam

membaca Al-Qur’an.(M. Yusuf Salam, M.A,

Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November

2018)

Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan

II, bahwa:

Latar belakang sekolah juga berpengaruh terhadap

kemampuan membaca Al-Qur’an seseorang.Apalagi

pada saat sekolah dasar mereka tidak memasukkan

program mengaji atau PAQ, sehingga anak-anak tidak

membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwid. Kebanyakan

anak-anak tidak bisa membaca Al-Qur’an karena

kebanyakan gurunya sendiri tidak membiasakan

membaca Al-Qur’an sebelum memulai proses belajar

mengajar. Kadang guru tidak mengajarkan makhrijul

huruf atau ilmu tajwid lainnya, berbeda dengan sekolah

dasar Islam terpadu. Pada sekolah ini banyak program-

program dalam membaca Al-Qur’an, seperti: kegiatan

tahfidzul qur’an, kegiatan muroja’ah dan muatan-

muatan pelajaran agamanya lebih banyak dan

mempengaruhi kepada siswa untuk lancer membaca Al-

Qur’an. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, IAIN Batusangkar: 28

November 2018)

Pendapat tersebut juga didukung oleh informan III,

bahwa:

Iya, karena biasanya anak yang dari madrasah akan

lebih bisa membaca Al-Qur’an dari pada anak yang

berasal dari sekolah umum. Karena dimadrasah banyak

pelajaran yang berhubungan dengan Al-Qur’an, apalagi

yang jurusannya keagamaan ada pelajaran fiqih, Al-

Qur’an hadits, akidah akhlak dan semua pelajaran

tersebut berbahasa Arab, juga ada ayat-ayat yang harus

dihafal.Berbeda dengan sekolah umum yang jarang

Page 73: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

64

mata pelajarannya khusus untuk membaca Al-

Qur’an.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN

Batusangkar: 27 November 2018)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan, bahwa

latar belakang sekolah juga mempengaruhi kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa. Mahasiswa yang berasal dari

Madrasah atau Pesantren akan berbeda kemampuan membaca

Al-Qur’annya dengan mahasiswa yang berasal dari sekolah

umum. Mereka yang berasal dari Madrasah atau Pesantren

akan lebih baik kemampuan membaca Al-Qur’annya, ini

dikarenakan di Madrasah atau Pesantren banyak program-

progran khussus untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajari

Al-Qur’an. Sehingga mereka memiliki kemampuan yang baik

untuk membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui

bahwa, faktor internal dan faktor eksternal sangat

mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa.

Jika sudah ada faktor-faktor yang mendorong mahasiswa untuk

membaca Al-Qur’an, maka akan tumbuh semangat untuk

membaca Al-Qur’an.

b. Analisis terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan di IAIN

Batusangkar, diperoleh hasil penelitian mengenai kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI IAIN Batusangkar angkatan

2017, yaitu:

1) Membaca Al-Qur’an dengan Kaidah-Kaidah Tajwid

a) Mahasiswa yang Lulus Placement Test

Berdasarkan temuan diatas terkait kemampuan

mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-

kaidah tajwid, bahwa sebagian besar mahasiswa PAI sudah

Page 74: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

65

bisa membaca Al-Qur’an menggunakan kaidah-kaidah

tajwid dengan baik dan benar.

Namun masih ada mahasiswa PAI yang belum bisa

membaca Al-Qur’an dengan menggunakan kaidah-kaidah

tajwid. Ada diantara mereka yang mengerti teori mengenai

tajwid, namun belum bisa mempraktekkan dalam membaca

Al-Qur’an. Seperti mengucapkan huruf-huruf hijaiyah

belum sesuai dengan makhrijul huruf dan juga ada

membaca Al-Qur’an yang seharusnya panjang dibaca

pendek atau sebaliknya ada yang seharusnya pendek dibaca

panjang. Dan dalam hukum ghunnah masih ada mahasiswa

tidak mendengungkan bacaannya. Hal ini bisa disebabkan

karena gugup dalam membaca dan juga bisa disebabkan

karena mahasiswa itu sendiri tidak mengulang membaca

Al-Qur’an setiap hari.

Jadi dapat dipahami sebagian besar mahasiswa PAI

sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah

tajwid. Diantara hukum tajwid yang telah dikuasai

mahasiswa PAI adalah makhrijul huruf, ahkamul huruf,

mad wal qasar. Namun yang paling sulit mereka

praktekkan adalah hukum waqaf wal ibtida‟. Ini disebabkan

karena mereka tidak menguasai simbol-simbol waqaf dan

tidak menguasai Bahasa Arab. Apabila mereka menguasai

symbol-simbol wakaf dan Bahasa Arab maka mereka akan

mudah menggunakan waqaf wal ibtida‟ini dalam membaca

Al-Qur’an.

b) Mahasiswa yang Mengikuti Kuliah Tahsin

Berdasarkan wawancara dan nilai placement test

mahasiswa PAI, masih ada mahasiswa yang belum lulus

dalam tes baca Al-Qur’an. Mahasiswa yang tidak lulus ini

dikarenakan membaca Al-Qur’an terbata-bata dan tidak

Page 75: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

66

sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid. Mahasiswa yang tidak

lulus placement test terdapat sebanyak 33 orang. Namun

tidak semuanya yang mengikuti kuliah tahsin, karena

banyak diantara mereka yang tidak kuliah atau sudah

berhenti kuliah. Dan mahasiswa PAI yang mengikuti kuliah

tahsin hanya sebanyak 18 orang.

Kuliah tahsin adalah mata kuliah yang mengajarkan

membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan

kaidah-kaidah tajwid. Kuliah tahsin akan dilaksanakan

selama satu semester.Mahasiswa yang mengikuti mata

kuliah tahsin ini benar-benar mahasiswa yang tidak pandai

membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum tajwid. Banyak

diantara mereka yang tidak memahami kaidah-kaidah

tajwid sehingga mereka tidak bisa mempraktekkannya

dalam membaca Al-Qur’an. Sehingga mereka belajar

membaca Al-Qur’an dimulai dari huruf hijaiyah dan dosen

yang mengajarkan tahsin benar-benar kembali mengajarkan

hukum tajwid dari awal, seperti: makhrijul huruf, ahkamul

huruf, mad wal qasardan waqaf wal ibtida‟.

Dalam pembelajaran tahsin ini mahasiswa akan

membaca Al-Qur’an secara bergiliran untuk mengetahui

perkembangan kemampuan mahasiswa dalam membaca Al-

Qur’an. Tidak hanya mengajarkan membaca Al-Qur’an

sesuai hukum tajwid, dalam pembelajaran tahsin ini juga

diajarkan membaca Al-Qur’an dengan irama atau lagu yang

benar.

Setelah mengikuti kuliah tahsin, mahasiswa sebanyak

18 orang telah memiliki kemampuan yang baik dalam

membaca Al-Qur’an.Ini dibuktikan dengan sebagian besar

mahasiswa mendapatkan nilai antara 75-92.

Page 76: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

67

2) Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa

a) Mahasiswa yang Lulus Placement Test

Berdasarkan temuan di atas terkait tingkat

kemampuan membaca Al-Qur’an, dapat dipahami bahwa

kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI beragam.

Ada yang membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan, ada

juga yang tartil serta ada yang membaca Al-Qur’an antara

tartil dan hard (pertengahan). Namun berdasarkan

wawancara yang peneliti lakukan tidak adanya mahasiswa

PAI yang membaca Al-Qur’an dengan cepat, ini

disebabkan karena ketidaktahuan mereka cara membaca

cepat.

Diantara tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an

tersebut, mahasiswa PAI sebagian besar tingkat

kemampuan membaca Al-Qur’annya yaitu berada

ditingkatan tartil. Ini juga terlihat pada nilai placement test

bahwa banyak mahasiswa yang mendapatkan nilai antara

65-84. Mahasiswa yang mendapatkan nilai antara 65-84 ini

adalah mahasiswa yang membaca Al-Qur’annya dalam

kategori baik, yang mampu membaca Al-Qur’an sesuai

kaidah tajwid dan dengan bacaan tartil.

Bagi mahasiswa yang membaca pada tingkatan tartil

ini, mereka sudah membacanya sesuai dengan kaidah

tajwid. Mahasiswa PAI ini juga banyak yang unggul dalam

membaca Al-Qur’an.Diantara mereka ada yang qori dan

juga ada yang tahfidz, sehingga mereka sudah bisa

membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

b) Mahasiswa yang Mengikuti Kuliah Tahsin

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan,

bahwa mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin adalah

Page 77: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

68

mahasiswa yang tingkat kemampuan membaca Al-

Qur’annya berada di tingkat at tahqiq.

Mahasiswa yang mengikuti tahsin ini membaca Al-

Qur’an dengan perlahan-lahan bahkan ada yang mengeja

karena ketidak lancaran dalam membaca Al-Qur’an. Dan

mahasiswa yang mengikuti tahsin belum sesuai dengan

kaidah tajwid yang benar. Ini juga terlihat dari nilai

placement test mahasiswa PAI, bahwa yang mengikuti

kuliah tahsin ini mendapatkan nilai kurang dari 65.

Mahasiswa yang mendapatkan nilai kurang dari 65 ini

termasuk kategori kurang dalam membaca Al-Qur’an,

mereka membaca tidak sesuai dengan kaidah tajwid.

3) Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Berdasarkan temuan diatas terkait faktor yang

mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa

adalah:

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri

seseorang yang mendorongnya untuk membaca Al-Qur’an.

Faktor internal ini sangat berpengaruh untuk meningkatkan

kemampuan membaca mahasiswa dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an. Diantara faktor internal

yang mempengaruhi seseorang untuk membaca Al-Qur’an

adalah minat, bakat, motivasi dan perhatian.

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi

seseorang untuk membaca Al-Qur’an adalah minat. Minat

sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-

Qur’an, karena apabila mahasiswa minat dalam membaca

Al-Qur’an maka ia akan membacanya dengan sungguh-

sungguh dan berusaha membaca Al-Qur’an lebih baik lagi.

Page 78: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

69

Selain minat motivasi juga berpengaruh terhadap

kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa. Apabila

seseorang telah memiliki motivasi untuk membaca Al-

Qur’an maka ia akan bergerak atau akan segera membaca

Al-Qur’an.

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari

luar diri seseorang yang bisa mendorongnya untuk

membaca Al-Qur’an. Faktor eksternal ini juga sangat

berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an

seseorang. Diantara faktor eksternal tersebut adalah orang

tua atau keluarga, lingkungan dan latar belakang sekolah

mahasiswa tersebut.

Orang tua sangat berpengaruh terhadap kemampuan

membaca Al-Qur’an seseorang. Karena apabila orang

tuanya selalu membaca Al-Qur’an dan meyuruh anaknya

untuk membaca Al-Qur’an sejak kecil, maka seorang anak

akan mengikuti apa yang diperintahka orang tuanya. Dan

jika orang tua menyerahkan anaknya untuk belajar Al-

Qur’an di TPA pada waktu keci, anak akan pandai

membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah-

kaidah tajwid.

Selain orang tua lingkungan juga sangat

berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an

mahasiswa. Apabila orang sekitar atau teman-temannya

selalu membaca Al-Qur’an, maka ia juga akan termotivasi

untuk membaca Al-Qur’an. Dengan mengulang-ngulang

membaca Al-Qur’an ini maka kemampuan membaca

mahasiswa akan menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Dan yang juga berpengaruh terhadap kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa adalah latar belakang

Page 79: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

70

sekolah mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang berasal dari

madrasah atau pesantren akan berbeda kemampuan

membaca Al-Qur’annya dengan mahasiswa yang berasal

dari sekolah umum. Biasanya mahasiswa yang berasal dari

madrasah atau pesantren akan memiliki kemampuan

membaca lebih baik dibandingkan mahasiswa yang berasal

dari sekolah umum. Karena ketika belajar di madrasah atau

pesantren mereka lebih banyak belajar Al-Qur’an, dan juga

ada program-program khusus untuk belajar Al-Qur’an

seperti tahfizd dan tahsin.

Berbeda dengan sekolah umum, yang jarang

memiliki program khusus untuk belajar Al-Qur’an,

walaupun ada mata pelajaran yang mengajarkan Al-Qur’an

yaitu PAQ, itu hanya diajarkan selama 2 jam dalam

seminggu.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan

dengan mahasiswa PAI angkatan 2017, bahwa sebagian

besar mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin berasal dari

sekolah umum yaitu SMA dan SMK.Jadi dapat dipahami

mahasiswa yang berasal dari madrasah atau pesantern

mempunyai kemampuan lebih baik membaca Al-Qur’an

dibandingkan mahasiswa yang berasal dari sekolah umum.

B. Pembahasan

Setiap mahasiswa PAI seharusnya memiliki kemampuan membaca

Al-Qur’an yang baik. Karena mahasiswa PAI adalah orang yang

dipersiapkan untuk mengajarkan ilmu agama pada nantinya, yang sangat

berkaitan dengan Al-Qur’an. Sebelum mengajarkan Al-Qur’an tentu

terlebih dahulu seseorang harus bisa membaca Al-Qur’an dengan baik.

Seseorang bisa dikatakan bisa membaca Al-Qur’an dengan baik apabila ia

sudah membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid. Ilmu

Page 80: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

71

tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan

atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-

Qur’an.(Arif Hidayat, 2011: 43)

Tujuan ilmu tajwid sendiri adalah untuk memelihara bacaan Al-

Qur’an dari kesalahan dan perubahan dan untuk memelihara lisan (mulut)

dari kesalahan membaca. Jadi untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan

benar, maka diharuskan untuk belajar tajwid.

Dari penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti dapat

memberikan analisis mengenai kemampuan membaca Al-Qur’an

mahasiswa PAI angkatan 2017, yaitu:

1. Membaca Al-Qur’an dengan Kaidah-Kaidah Tajwid

Berdasarkan temuan diatas terkait kemampuan mahasiswa PAI

membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid, bahwa

sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an

menggunakan kaidah-kaidah tajwid dengan baik dan benar. Namun

masih ada mahasiswa PAI yang belum bisa membaca Al-Qur’an

dengan menggunakan kaidah-kaidah tajwid. Banyak diantara mereka

yang mengerti teori mengenai tajwid, namun belum bisa

mempraktekkan dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini bisa disebabkan

karena gugup dalam membaca dan juga bisa disebabkan karena

mahasiswa itu sendiri tidak mengulang membaca Al-Qur’an setiap

hari.

Adanya mahasiswa PAI yang belum bisa membaca Al-Qur’an

berdasarkan kaidah tajwid ditandai dengan masih ada mahasiswa PAI

yang mengikuti mata kuliah tahsin. Mata kuliah ini diperuntukkan

untuk mahasiswa yang tidak lulus tes baca Al-Qur’an atau placement

test. Mereka yang mengikuti mata kuliah tahsin ini benar-benar

mahasiswa yang tidak pandai membaca Al-Qur’an dengan hukum

tajwid. Sehingga mereka belajar membaca Al-Qur’an dimulai dari

huruf hijaiyah.

Page 81: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

72

Membaca Al-Qur’an berdasarkan makhrijul huruf pada

umumnya mahasiswa PAI sudah bisa. Makhraj adalah tempat

keluarnya huruf , dimana suara akan berhenti pada tempat tersebut,

sehingga dapat dibedakan antara satu huruf dengan hurum lainnya

(Abu Ya’la Kurnaedi, 2010: 18).Namun masih ada diantara mereka

yang kesulitan membaca huruf-huruf yang berdekatan, seperti: ضد,ط

.ت,ثسشص

Berdasarkan hukum nun mati dan mim mati sebagian besar

mahasiswa PAI sudah bisa. Mereka sudah bisa mengetahui huruf-huruf

dari tiap-tiaphukum tersebut.

Dalam membaca Al-Qur’an juga ada mahasiswa yang

memanjangkan bacaan yang seharusnya dibaca pendek. Begitupun

sebaliknya ada mahasiswa yang memendekkan bacaan yang

seharusnya dibaca panjang. Tidak hanya itu juga ada mahasiswa yang

membaca panjang hanya satu alif, padahal bacaan tersebut harus

dibaca panjang 3 alif.

Untuk hukum ghunnah juga ada mahasiswa yang tidak

mendengungkan bacaannya, padahal harus dibaca dengung. Seperti

ketika mereka membaca hukum wajibulghunnah: ان ا, ada yang

membaca inna saja tanpa mendengungkan. Namun sebagian besar

sudah banyak yang bisa.

Dalam membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum lam dan hukum

raa rata-rata mahasiswa sudah bisa menguasainya. Mereka sudah bisa

membedakan mana yang harus dibaca tafkim (tebal) dan mana yang

harus dibaca tarqiq (tipis). Mereka sudah memahaminya dengan baik

dan sudah bisa mempraktekkan dengan baik juga.

Untuk hukum waqaf dan ibtida‟ pada umumnya mahasiswa PAI

agak susah untuk mempraktekkannya. Waqaf merupakan

menghentikan bacaan sejenak untuk mengambil napas lalu

Page 82: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

73

melanjutkannya kembali. Sedangkan ibtida‟ adalah memulai bacaaan

dari awal atau setelah waqaf. (Abu Ya’la Kurnaedi, 2010: 80-81)

Mahasiswa kurang bisa menggunakan hukum waqaf wal ibtida‟

ini dikarenakan mereka tidak memahami smbol-simbol dari waqaf

tersebut, seperti: قل (lebih baik berhenti), صل (lebih baik lanjut) لا (lebih

baik lanjut). Selain tidak mengetahui simbol-simbol tersebut, banyak

mahasiswa PAI juga tidak menguasai bahasa Arab sehingga mereka

tidak mengetahui arti kata dari simbol tersebut dan tidak mengetahui

tujuan dari kalimat ayat Al-Qur’an.

Jadi dapat dipahami sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa

membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid. Diantara

hukum tajwid yang telah dikuasai mahasiswa PAI adalah makhrijul

huruf, ahkamul huruf, mad wal qasar. Namun yang paling sulit mereka

praktekkan adalah hukum waqaf wal ibtida‟. Ini disebabkan karena

mereka tidak menguasai simbol-simbol waqaf dan tidak menguasai

Bahasa Arab.

2. Tingkat Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa

Berdasarkan temuan di atas terkait tingkat kemampuan membaca

Al-Qur’an, dapat dipahami bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an

mahasiswa PAI beragam. Ada yang membaca Al-Qur’an dengan

perlahan-lahan, ada juga yang tartil serta ada yang membaca Al-

Qur’an antara tartil dan hard (pertengahan). Namun berdasarkan

wawancara yang peneliti lakukan tidak adanya mahasiswa PAI yang

membaca Al-Qur’an dengan cepat, ini disebabkan karena

ketidaktahuan mereka cara membaca cepat. Diantara tingkat

kemampuan membaca Al-Qur’an tersebut, mahasiswa PAI sebagian

besar tingkat kemampuan membaca Al-Qur’annya yaitu berada

ditingkatan tartil.

Tartil yaitu membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan

setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan sifat-sifat yang

Page 83: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

74

dimilikinya, bak asli maupun baru datang (hukum-hukumnya) serta

memperhatikan makna (ayat). Dalam pandangan Abdullah bin Ahmad

an-Nasafi “tartil” adalah memperjelas bacaan semua huruf hijaiyah,

memelihara tempat-tempat menghentikan bacaan (waqaf), dan

memyempurnakan harokat dalam bacaan.(Muhammad Rizki, 2015:

25)

Bagi mahasiswa yang membaca pada tingkatan tartil ini, mereka

sudah membacanya sesuai dengan kaidah tajwid. Mahasiswa PAI ini

juga banyak yang unggul dalam membaca Al-Qur’an. Diantara mereka

ada yang qori dan juga ada yang tahfidz, sehingga mereka sudah bisa

membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca

Al-Qur’an ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri

seseorang yang mendorongnya untuk membaca Al-Qur’an. Faktor

internal ini sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan

membaca mahasiswa. Diantara faktor internal yang mempengaruhi

seseorang untuk membaca Al-Qur’an adalah minat, bakat, motivasi

dan perhatian.

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi seseorang

untuk membaca Al-Qur’an adalah minati. Minat adalah perasaan

suka dan rasa keterlibatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada

yang menyuruh. (Iwandi, 2009: 13). Minat juga berpengaruh

terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an, karena apabila

mahasiswa minat dalam membaca Al-Qur’an maka ia akan

membacanya dengan sungguh-sungguh.

Selain minat motivasi juga berpengaruh terhadap

kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa. Motivasi merupakan

istilah yang lebih umum yang menunjukkan pada seluruh proses

Page 84: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

75

gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul

dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan

atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena itu, bisa juga

dikatakan bahwa motivasi membangkitkan motif, membangkitkan

daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk

berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau

tujuan. (Alex Sobur, 2003: 268)

Jadi apabila seseorang telah memiliki motivasi untuk

membaca Al-Qur’an maka ia akan bergerak atau akan segera

membaca Al-Qur’an. Dan dengan motivasi itu juga seseorang akan

rutin untuk membaca Al-Qur’an agar tercapai tujuan yang

diinginkannya, seperti: ia akan lebih lancar dalam membaca Al-

Qur’an karena rutin membacanya. Jika seseorang telah memiliki

motivasi yang baik dalam dirinya maka akan timbul dorongan dan

hasrat untuk belajar yang lebih baik, seseorang dapat mengetahui

apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dalam

pelajaran itu.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari uar diri

seseorang yang bisa mendorongnya untuk membaca Al-Qur’an.

Faktor eksternal ini juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan

membaca Al-Qur’an seseorang. Diantara faktor eksternal tersebut

adalah orang tua atau keluarga, lingkungan dan latar belakang

sekolah mahasiswa tersebut.

Seorang anak akan menghabiskan paling banyak waktunya

dalam keluarga dibandingkan, misalnya, dengan di tempat bekerja,

dan keluarga adalah wadah anak-anak sejak dini dikondisikan dan

dipersiapkan untuk kelak dapat melakukan peranannya dalam

dunia orang dewasa. Individu-individu yang baru berkembang,

yang dilahirkan dalam suatu keluarga, harus mengalami proses

belajar dalam keluarga. (Alex Sobur, 2003: 248)

Page 85: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

76

Bimbingan dari orang tua tidaklah mungkin ditiadakan

dalam kehidupan seseorang sejak kelahirannya. Orang tua

memberikan bantuan sebanyak-banyaknya kepada anak-anak

mereka untuk membawa mereka kearah pertumbuhan dan

perkembangan baik secara alamiyah maupun kulturil. (Iwandi,

2009: 18)

Jadi orang tua sangat berpengaruh terhadap kemampuan

membaca seseorang. Karena apabila orang tuanya selalu membaca

Al-Qur’an dan meyuruh anaknya untuk membaca Al-Qur’an sejak

kecil, maka seorang anak akan mengikuti apa yang diperintahka

orang tuanya. Dan jika orang tua menyerahkan anaknya untuk

belajar Al-Qur’an di TPA pada waktu keci, anak akan pandai

membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah

tajwid.

Selain orang tua lingkungan juga sangat berpengaruh

terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa. Lingkungan

merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Selama hidup anak

didik tidak bisa terhindar diri dari lingkungan alam dan lingkungan

sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini

selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. (Iwandi, 2009:

19)

Apabila orang sekitar atau teman-temannya selalu

membaca Al-Qur’an, maka ia juga akan termotivasi untuk

membaca Al-Qur’an. Dengan mengulang-ngulang membaca Al-

Qur’an ini maka kemampuan membaca mahasiswa akan menjadi

lebih baik dari hari ke hari.

Dan yang juga berpengaruh terhadap kemampuan membaca

Al-Qur’an mahasiswa adalah latar belakang sekolah mahasiswa

tersebut. Mahasiswa yang berasal dari madrasah atau pesantren

akan berbeda kemampuan membaca Al-Qur’annya dengan

mahasiswa yang berasal dari sekolah umum. Biasanya mahasiswa

Page 86: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

77

yang berasal dari madrasah atau pesantren akan memiliki

kemampuan membaca lebih baik dibandingkan mahasiswa yang

berasal dari sekolah umum. Karena ketika belajar di madrasah atau

pesantren mereka lebih banyak belajar Al-Qur’an, dan juga ada

program-program khusus untuk belajar Al-Qur’an seperti tahfizd

dan tahsin.

Berbeda dengan sekolah umum, yang jarang memiliki

program khusus untuk belajar Al-Qur’an, walaupun ada mata

pelajaran yang mengajarkan Al-Qur’an yaitu PAQ, itu hanya

diajarkan selama 2 jam dalam seminggu. Jadi dapat dipahami

mahasiswa yang berasal dari madrasah atau pesantern mempunyai

kemampuan lebih baik membaca Al-Qur’an dibandingkan

mahasiswa yang berasal dari sekolah umum.

Page 87: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di lapangan tentang kemampuan membaca Al-

Qur’an mahasiwa jurusan PAI angkatan 2017 dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Deskripsi Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa PAI angkatan

2017

Sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an

menggunakan kaidah-kaidah tajwid dengan baik dan benar.Dan

kemampuan membaca Al-Qur’an mahaiswa PAI angkatan 2017 berada

ditingkatan tartil. Dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur’an mahasiswa sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal dari mahasiswa tersebut

2. Analisis terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa

Mahasiswa yang tidak lulus dalam placement testakan mengikuti

kuliah tahsin. Sebagian besar mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin

berAsal dari sekolah umum yaitu SMA dan SMK.Dan setelah

mengikuti kuliah tahsin mereka sudah memiliki kemampuan yang baik

dalam membaca Al-Qur’an ini ditandai dengan sudah bagusnya nilai

yang mereka dapatkan.

B. Saran

Agar kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa Pendidikan

Agama Islam menjadi lebih baik, maka disarankan:

1. Mahasiswa

Kepada mahasiswa agar lebih meningkatkan lagi kemampuan

membaca Al-Qur’annya dengan cara mendalami lagi ilmu tajwid dan

mengulang-ngulang membaca Al-Qur’an setiap hari. Dan juga

Page 88: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

79

mahasiswa diharapkan untuk saling memberikan motivasi kepada

tema-temannya untuk membaca Al-Qur’an.

2. Orang Tua

Selalu memotivasi anak untuk membaca Al-Qur’an, agar anak

tergerak hatinya untuk membaca Al-Qur’an.Karena orang tua sangat

berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an

anak.

3. Institusi

Kepada institusi diharapkan lebih selektif lagi menerima

mahasiswa jurusan PAI.Setiap calon mahasiswa hendaknya diberikan

tes baca Al-Qur’an sebelum diterima menjadi mahasiswa jurusan PAI

di IAIN Batusangkar.

Page 89: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

78

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Pertama. Cetakan

Pertama. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Al-Qardhawi, Yusuf. 1999. Kaifa Nata‟amalu Ma‟a Al-Qur‟ani Al-Azhim. Edisi

Pertama. Daarusy Syuruq. Kairo. Terjemahan Abdul Hayyie Al-Kattani.

2000. Berinteraksi dengan Al-Qur‟an. Cetakan Kedua. Gema Insani Press.

Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi

Revisi. Cetakan kedua. Balai Pustaka.

Hidayat, Arif. 2011. Cara Kilat Pandai Membaca Al-Qur‟an. Edisi Pertama.

Cetakan Pertama. Basmallah. Cibubur.

Iwandi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Siswa dalam

Membaca Al-Qur’an di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru. Skripsi.

Pekanbaru.

Kurnaedi, Abu, Ya’la. 2010. Metode Asy-Syafi‟I Ilmu Tajwid Praktis. Edisi

Pertama. Cetakan Kesembilan. Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Jakarta.

Makhyaruddin, D, M. 2013. Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur‟an. Edisi

Pertama. Cetakan Pertama. PT Mizan Publika. Jakarta.

Moleong, L, J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Najati, M, U. 2005. Psikologi dalam Al-Qur‟an (Terapi Qur‟ani dalam

Penyembuhan Gangguan Kejiwaan). Edisi Pertama. Cetakan Pertama. CV

Pustaka Setia. Bandung.

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti

Pemula. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Alfabeta. Bandung.

Page 90: ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL- MAHASISWA …

79

Sandra, Yaldi. 2014. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Melalui Media

Komputer pada Mata Pelajaran Pendidikan Al-Qur’an di SDN 05

Pabalutan Kec. Rambatan Kab. Tanah Datar. Skripsi. Program Sarjana

Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Batusangkar. Batusangkar.

Shihab, M, Q. 1998. Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟I atas Pelbagai

Persoalan Umat. Edisi Refisi. Cetakan VII. Mizan. Bandung.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. CV

Pustaka Setia. Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Edisi

Revisi. Cetakan ke-18. Alfabeta. Bandung.

Syam, Y, H. 2008. Fasih Baca Al-Qur‟an Ilmu Tajwid Bagi Pemula. Edisi

Pertama. Cetakan Pertama. Tugu Publisher.

Yahya, A, Z, M. 2007. At-Tibyan Fii Adai Hamalatil Qur‟an. Muassasah Al-Iqra.

Terjemahan Abu Abdillah Ibnu Rasta. 2007. Adab Penuntut Ilmu dan

Penghafal Al-Qur‟an. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Pustaka An-Nur.

Jatimalang.

Yusuf, K, M. 2014. Studi Al-Qur‟an. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. Amzah.

Jakarta.

Zaini, Hasan. 2011.‟Ulum Al-Qur‟an. STAIN Betusangkar Press. Batusangkar.