analisis framing tajuk rencana tentang konflik … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil...

110
ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK INDONESIA-MALAYSIA DI HARIAN REPUBLIKA EDISI AGUSTUS 2010 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: Zahrotusti’anah NIM 107051102338 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

Upload: others

Post on 08-Feb-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK

INDONESIA-MALAYSIA DI HARIAN REPUBLIKA EDISI AGUSTUS

2010

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Zahrotusti’anah

NIM 107051102338

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Analisis Framing Tajuk Rencana tentang Konflik Indonesia-Malaysia dalam

Harian Republika Edisi Agustus 2010

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Zahrotusti’anah

NIM 107051102338

Di Bawah Bimbingan

Gun Gun Heryanto, S.Ag, M.Si

NIP 19760812 200501 1 005

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 3: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (SI) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat

atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 7 Juni 2011

Zahrotusti’anah

Page 4: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Analisis Framing Tajuk Rencana tentang Konflik

Indonesia-Malaysia di Harian Republika Edisi Agustus 2010” telah diujikan

dalam sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 7 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S.1)

pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 7 Juni 2011

Sidang Munaqosah

Ketua, Sekretaris,

Drs. H. Mahmud Jalal, MA Ade Rina Farida, M.Si

NIP. 19520422 198103 1 002 NIP. 197700513 200701 2 018

Penguji I, Penguji II,

Rulli Nasrullah, M. Si Drs. Wahidin Saputra, MA

NIP. 19750318200801 1 008 NIP. 19700903 199603 1 001

Pembimbing,

Gun Gun Heryanto, S.Ag, M.Si

NIP 19760812 200501 1 005

Page 5: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

ABSTRAK Zahrotusti’anah Analisis Framing Tajuk Rencana tentang Konflik Indonesia-Malaysia dalam Harian Republika Edisi Agustus 2010 Media massa Indonesia kembali sibuk dengan pemberitaan hubungan Indonesia-Malaysia. Pemicunya adalah penangkapan petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh polisi Malaysia 13 Agustus 2010. Headline, berita, bahkan tajuk rencana membahas kembali hubungan kedua negara. Hal ini menarik, apalagi, tajuk rencana merupakan opini suatu redaksi media massa yang mudah membentuk suatu opini publik. Isu ini menjadi isu utama, termasuk oleh Republika. Sebagai surat kabar komunitas muslim, sikap Republika atas kasus ini di dalam tajuknya sedikit berbeda dengan sikap media lain. Republika cenderung lebih soft dalam penulisan tajuknya dibanding media massa lainnya. Dengan latar belakang di atas, maka timbul sebuah pertanyaan dari penulis, bagaimana Harian Republika mengemas konflik Indonesia-Malaysia dalam tajuk rencananya selama Bulan Agustus 2010? Penelitian ini berlandaskan pada paradigma konstruktivis dengan menggunakan riset kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisa data, penelitian ini menggunakan analisis framing Robert Entman yang membagi bingkai sebuah wacana ke dalam empat elemen; identifikasi masalah, penyebab masalah, evaluasi moral, dan penawaran solusi atas masalah.

Teori Konstruksi Sosial atas Realitas milik Peter L. Berger dan Thomas Luckmann menjadi teori dalam penelitian ini. Berger dan Luckman mengatakan bahwa realitas dibentuk oleh realitas objektif dan realitas subjektif. Realitas objektif terbentuk dari pengalaman di luar individu dan dianggap kenyataan. Proses penyerapan kembali realitas objektif tersebut menghasilkan realitas yang disebut dengan realitas subjektif. Dalam realitas subjektif, realitas tersebut menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek.

Berdasarkan teori tersebut, maka teks yang ada di media massa merupakan hasil konstruksi dari si pembuat teks tersebut. Harian ini menggunakan tajuk rencana untuk mengidentifikasi kasus ini ke dalam ranah tertentu, menuding aktor penyebab masalah, mengevaluasi moral atas kasus ini, dan juga menawarkan solusi atas kasus tersebut. Dengan begitu, penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Republika mengemas kasus ini sebagai masalah komunikasi internasional yang melibatkan dua negara tetangga serumpun. Aktor penyebab masalah ada di Malaysia yang kerap kali tidak menghormati kedaulatan Indonesia. Sikap saling menghormati dan menjaga hubungan baik keduanya merupakan solusi utama yang ditawarkan Republika atas kasus ini.

Page 6: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur atas seluruh kehendak Allah

S.W.T, Sang Pemilik Kehendak. Atas izin-Nya lah, akhirnya skripsi ini selesai

dalam proses pengerjaan selama kurang lebih 6 bulan. Skripsi ini merupakan

anugerah dan nikmat yang besar yang Allah berikan kepada saya.

Atas terselesaikannya skripsi ini, tak lupa saya haturkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief

Subhan, M.A, Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin

Saputra, M.A, Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak

Drs. Mahmud Jalal, M.A, serta Pembantu Dekan III Bidang

Kemahasiswaan, Bapak Drs Study Rizal, L.K, MA.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Rubiyanah, M.A beserta Sekretaris

Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Ade Rina Farida, M.Si yang selalu berkenan

membantu saya dalam banyak hal.

3. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Gun Gun Heryanto, S.Ag, M.Si yang

telah meyediakan waktu dan tenaganya, serta membagi ilmunya untuk

membimbing saya.

4. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi atas ilmu dan bantuannya selama ini.

5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

6. Seluruh dewan dan staf redaksi Harian Republika atas kerjasamanya.

Page 7: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

7. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Dian Syahrudin dan Bunda Uyuni

yang senantiasa sabar membesarkan, mendidik, dan mendoakan saya tanpa

keluh kesah.

8. Kakak dan kedua adik saya yang selalu menghibur dan menemani hari-

hari pengerjaan skripsi ini, Kak Lia, Ina, dan juga Ficky.

9. Keluarga besar Bani Abdillah dan Haji Hasyim sekalian atas doanya.

10. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2007, mereka yang menemani,

membantu, dan menginspirasikan saya, Ririn, Ika, Cahya, Dita, Zabrina,

Mawa, Zahra, Yanti, Silvi, Nana, Nunu, Nia, Lola, Sintya, Rezza, Ipunk,

Dodo, Era, Ajat, Helmi, Alan, Anay, Beben, Fajar, Wahyu, Miral, Ibenk,

Kiki, Iman, Murni, Nadia, Zenal, Nujum. Terimakasih atas semangat moril

dan kebersamaan selama 4 tahun ini.

11. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung, mendoakan, dan

membantu saya dan tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Page 8: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... iii ABSTRAK ................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................. v DAFTAR ISI ............................................................................................... vii DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B.Batasan Masalah ...................................................................... 6 C.Rumusan Masalah .................................................................... 6 D.Tujuan Penelitian ..................................................................... 7 E.Manfaat Penelitian. .................................................................. 7 F.Metodologi Penelitian............................................................... 7 G.Sistematika Penulisan .............................................................. 14

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A.Kajian Teoritis .......................................................................... 16 1.Konstruksi Sosial atas Realitas .............................................. 16

a.Latar Belakang Teori Konstruksi ......................................... 16 b.Teori Kostruksi Sosial atas Realitas Peter Berger dan Thomas Luckmann .............................................................................. 17 c.Konstruksi Realitas di Media Massa .................................... 22

B.Kerangka Konseptual ................................................................ 27

1.Analisis Framing ................................................................... 27 a.Definisi Framing ............................................................... 27 b.Framing Robert Entman .................................................... 32

2.Tajuk Rencana ....................................................................... 36 a.Definisi dan Fungsi ........................................................... 36 b.Jenis dan Penetapan Isu Tajuk Rencana ............................. 39 c.Model ANSVA dan SEES ................................................. 41

BAB III GAMBARAN UMUM HARIAN REPUBLIKA

A.Sejarah Harian Republika ........................................................ 43 B.Visi dan Misi Harian Republika .............................................. 47 C.Karakter Harian Republika ...................................................... 49 D.Struktur Redaksi Harian Republika ......................................... 51

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A.Analisis Framing Tajuk Rencana Kamis, 19 Agustus 2010 ...... 58 B.Analisis Framing Tajuk Rencana Sabtu, 28 Agustus 2010 ....... 69

Page 9: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

C.Analisis Framing Tajuk Rencana Senin, 30 Agustus 2010 ....... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ............................................................................. 89 B.Saran ....................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 92 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

DAFTAR TABEL

1. Tabel I.1 Model Analisis Framing Robert N. Entman

2. Tabel IV.1 Daftar Judul Tajuk Rencana dengan Pembahasan Indonesia-

Malaysia

3. Tabel IV.2 Framing Tajuk Rencana “Hubungan RI-Malaysia”

4. Tabel IV.3 Framing Tajuk Rencana “Hubungan Panas Serumpun”

5. Tabel IV.4 Framing Tajuk Rencana “Malaysia yang Berbudi”

Page 11: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanggal 13 Agustus 2010 lalu, media massa Indonesia ramai

membincangkan kembali hubungan panas antara Indonesia dan Malaysia. Konflik

ini kembali mencuat dengan tertangkapnya tiga petugas Kementrian Kelautan dan

Perikanan (KKP) oleh polisi Diraja Malaysia. Penangkapan ketiga petugas KKP

RI itu dilakukan di perairan Bintan, Kepulauan Riau.

Kejadian ini bermula dari tujuh nelayan Malaysia yang kedapatan

mengambil ikan-ikan di perairan Bintan. Petugas KKP yang sedang berpatroli pun

menggiring tiga nelayan tersebut ke Batam dengan memindahkan mereka ke

dalam kapal KKP. Tiga dari petugas KKP mengawal lima kapal nelayan

Malaysia. Polisi Diraja Malaysia pun kemudian menggiring lima kapal nelayan

beserta tiga petugas KKP ke Johor setelah melepaskan tembakan peringatan.

Hubungan yang sering tidak harmonis ini sudah terjadi sejak tahun 1963.

Bermula dari keinginan Inggris menyatukan wilayah Sabah dan Serawak sebagai

bagian dari wilayah koloninya, Soekarno geram dengan aksi Anti-Indonesia.1

Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang garuda oleh Perdana Menteri

Malaysia saat itu, Tuanku Abdul Rahman. Tidak hanya itu, para demonstran pun

merobek-robek foto Soekarno dan mengobrak-abrik kedubes RI di Malaysia.

1 Usman, Syafaruddin dan Isnawita Din. Ancaman Negeri Jiran : Dari ”Ganyang

Malaysia” Sampai Konflik Ambalat (Yoyakarta: Media Pressindo, 2009), h. 28.

Page 12: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Pada dasarnya, kondisi demografi Malaysia tidak jauh berbeda dengan

Indonesia. Malaysia dan Indonesia memiliki rumpun yang sama sehingga tak

jarang, banyak kesamaan yang muncul dari kedua negara ini. Dari segi budaya,

tak sedikit budaya kedua negara ini yang hampir serupa, seperti tarian, adat, atau

bahkan ragam makanan. Maka tidak heran, hubungan kedua negara tetangga ini

sering memanas.

Pengklaiman ragam budaya Indonesia cukup membuat bangsa ini geram.

Sebut saja kasus pengklaiman Reog Ponorogo, tari Tari Pendet dari Bali, batik

khas Jawa, dan lagu daerah Maluku “Rasa Sayange” yang dipakai Malaysia

sebagai isi iklan pariwisatanya. Belum lagi masalah perbatasan teritorial yang

sensitif, seperti perbatasan di perairan Ambalat. Menjadi catatan buruk juga sikap

kekerasan Malaysia terhadap TKI di negeri johor itu yang akhirnya menyebut

bangsa kita sebagai bangsa babu. Malaysia dan Indonesia menjadi tetangga yang

tidak harmonis.

Peranan media massa dalam membingkai kasus pada 13 Agustus lalu

menjadi semakin kuat. Berbagai media, baik televisi, radio, dan surat kabar gencar

memberitakan kasus ini ke hadapan publik. Kasus ini pun kerap menjadi headline

di berbagai media massa.

Harian Republika sebagai harian nasional yang berbasis komunitas muslim

menulis paling sedikit tiga headline yang secara implisit membahas hubungan

kedua negara sejak konflik ini kembali mencuat 13 Agustus 2010. Headline

tersebut antara lain berjudul, “Konfrontasi!” pada tanggal 16 Agustus 2010,

“Malaysia Meradang: Pemerintah tak tanggapi pernyataan Menlu Malaysia” pada

Page 13: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

tanggal 27 Agustus 2010, dan “Menlu Anifah Tolak Minta Maaf” pada 28

Agustus 2010.

Headilne-headline tersebut diperkuat dengan ilustrasi seputar batas

wilayah atau juga dengan ilustrasi wajah Menlu Malaysia dan Indonesia yang

dimaknai sebagai proses diplomasi yang lembek. Kasus ini pun terlihat menjadi

lebih penting manakala dibahas pula dalam berita-berita yang diletakkan pada

rubrik berita utama dan rubrik berita lainnya baik secara implisit maupun

eksplisit.

Secara eksplisit, ada beberapa berita dan tajuk rencana yang menyelipkan

kasus ini dalam teksnya. Seperti pada headline “Pidato Tak Beri Harapan” yang

berisi tentang daftar pidato presiden bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI ke-

55. Dalam list pidato presiden tersebut, kasus Indonesia-Malaysia termasuk ke

dalam kasus yang tidak dibahas dalam pidato presiden kala itu.

Lainnya, secara eksplisit dikemukakan dalam tajuk rencana pada tanggal

20 Agustus 2010 yang berjudul “Jangan Buang Energi”. Taju ini mengatakan

bahwa, usul kontroversial anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Ruhut

Sitompul, tentang perpanjangan masa jabatan Presiden SBY merupakan

pengalihan isu atas kelemahan SBY menyikapi kasus Indonesia-Malaysia.

Fungsi dan peran media massa menurut Lasswell dibagi menjadi tiga,

yakni: pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam masyarakat untuk

merespon lingkungan, dan penyampaian warisan masyarakat dari generasi ke

generasi.2

2Werner J.Severin dan James W. Tankard Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan

Terapan di dalam Media Massa (Jakarta: Prenada Media, 2008), h. 386.

Page 14: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Adapun fungsi yang kedua, korelasi, adalah fungsi dimana media

memeberikan interpretasinya tentang informasi kepada masyarakat. Melalui

fungsi ini, media kerap kali memasukkan kritik atau pandangannya terhadap isu-

isu yang dinilai menyimpang. Media menjadi sebuah kontrol sosial atas

lingkungannya. Media memberikan pandangan kepada khalayak untuk menyikapi

suatu kejadian melalui tajuk atau editorialnya. Untuk itu, dengan fungsi ini tajuk

rencana mampu membuat sebuah opini publik tentang suatu kasus.

Tajuk rencana adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media

sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, dan atau

kontroversial yang berkembang dalam masyarakat.3 Tajuk rencana atau yang juga

disebut sebagai editorial memiliki peran sendiri bagi media massa, dalam hal ini,

surat kabar. Tajuk menjadi begitu bernilai manakala publik merasa bahwa

pandangan dari redaksi media adalah pandangan yang patut untuk diketahui.

Untuk itu, penulis merasa bahwa kasus ini menarik, bukan hanya masalah

kedua negara merupakan negara tetangga yang tidak harmonis, melainkan juga

ingin mengetahui bagaimana sikap Republika sebagai koran komunitas muslim

terbesar di Indonesia menanggapi kasus ini.

Republika bukan berada pada karakter media provokatif dalam penulisan

beritanya. Untuk itu, penulis tertarik untuk melihat solusi apa yang ditawarkan

Republika sementara koran lain banyak yang menyetujui aksi provokatif, seperti

perang misalnya.

Dari tiga tajuk rencana yang ditulis Republika pun terkesan berbeda.

Ketiganya memang menggunakan penulisan halus namun tetap tegas. Penulis pun

3AS Haris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Penulis dan

Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 2.

Page 15: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

tertarik mengambil tajuk rencana Republika karena sudut pandang dalam tajuk

tersebut berbeda dari koran lain. Republika lebih mengedepankan hubungan

kedua negara yang seharusnya bisa lebih baik tanpa diganggu masalah-masalah

seperti ini terus menerus. Republika mendorong tak hanya pemerintah Indonesia-

Malaysia yang bertanggungjawab atas hal ini, tapi juga semua lapisan masyarakat,

baik Indonesia maupun Malaysia.

Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Analisis Framing Tajuk

Rencana tentang Konflik Indonesia-Malaysia di Harian Republika Edisi

Agustus 2010”.

B. Pembatasan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

penulis membatasi penelitian ini pada tajuk rencana yang mengangkat konflik

antara Indonesia-Malaysia pada Harian Republika edisi Agustus 2010.

C. Perumusan Masalah

Dari batasan penelitian di atas, maka rumusan masalah yang akan penulis

kaji adalah “bagaimana pengemasan kasus konflik Indonesia-Malaysia dalam

tajuk Harian Republika?”

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Harian

Republika mengemas kasus konflik Indonesia-Malaysa pada edisi Agustus sampai

September 2010.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Page 16: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

pengembangan keilmuan komunikasi terutama komunikasi massa yang terkait

dengan model analisis framing atas media massa, khususnya model Robert N.

Entman.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan memberi masukan sebagai referensi

tambahan terkait data analisis kepada penelitian sejenis di masa mendatang. Selain

itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para praktisi di bidang

jurnalistik, seperti wartawan dalam membingkai peristiwa.

F. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan metode riset

kualitatif. Pada dasarnya, paradigma atau pendekatan riset komunikasi dapat

dilihat menjadi tiga paradigma; positivis, konstruktivis, dan juga kritis. Ketiga

paradigma ini biasanya dapat dibedakan dengan melihat dari aspek ontologi,

epistemologi, aksiologi, dan juga metodologi.

Aspek ontologi melihat apa yang disebut sebagai suatu realitas. Paradigma

konstruktivis ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang

natural, tetapi hasil dari konstruksi.4 Dilihat dari aspek epistemologinya, atau

sesuatu yang menyangkut bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, paradigma

konstruktivis menempatkan peneliti dan objek yang diteliti sebagai bagian yang

tidak dapat dipisahkan.

4 Eriyanto, Analisis Framing : konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:

LKis, 2008) Cet. Ke-5 h. 5

Page 17: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Aspek yang ketiga adalah aspek aksiologi di mana menyangkut tentang

tujuan untuk mempelajari sesuatu. Penelitian dengan paradigma konstruktivis

bertujuan untuk rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan

pelaku sosial yang diteliti.5 Terakhir adalah aspek metodologi di mana teknik-

teknik dipelajari dalam menemukan pengetahuan. Pada paradigma ini peneliti dan

responden (yang diteliti) menekankan pada hubungan empati dan interaksi melalui

metode-metode kualitatif, seperti observasi partisipan.

2. Metode Penelitian

Paradigma konstruktivis yang bernilai subjektif ini menggunakan metode

riset kualitatif di mana menekankan pada kualitas data dan bukan kuantitasnya.

Metode kualitatif sebenarnya merupakan metode penelitian yang dipakai untuk

menjelaskan suatu fenomena sedalam-dalamnya dengan menggunakan

pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula.

Secara sederhana, metode kualitatif tidak melakukan pengumpulan data

dengan metode statistik. Metode ini digunakan justru untuk menjelaskan apa yang

tidak bisa dijelaskan pada metode kuantitatif. Untuk itu, metode kualitatif

membutuhkan analisa di lapangan yang mendalam. Salah satu asumsi desain

kualitatif adalah peneliti kualitatif merupakan instrumen pokok untuk

pengumpulan dan analisa data. Data didekati melalui instrumen manusia,

bukannya melalui inventaris, daftar pertanyaan, atau mesin.6

Karakteristik masalah pada penelitian kualitatif adalah adanya kebutuhan

dari si peneliti untuk menggali lebih dalam lagi suatu fenomena dan

5 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset

Media, (Jakarta: Kencana 2007) Cet ke-2, h. 110 6 John W. Creswell, Desain Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta:

KIK Press, 2003), h. 140

Page 18: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

mengembangkan teori yang sudah ada. Oleh karenanya, desain penelitian

kualitatif bersifat induktif, sehingga teori tidak menjadi sesuatu untuk diuji tetapi

untuk dikembangkan dan dibentuk melalui proses penelitian.7

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang

digunakan periset untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data

dibedakan dengan metodologi dari riset yang digunakan para periset, yakni riset

kualitatif dan kuantitafif. Pada riset kualitatif yang penulis pakai pada riset ini

ialah observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Ide penelitian kualitatif adalah

dengan sengaja memilih informan (atau dokumen atau bahan-bahan visual lain)

yang dapat memberikan jawaban terbaik pertanyaan penelitian.8

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati apa yang ada di sekeliling kita.

Pada dasarnya, observasi memang hal yang sering dilakukan kita sehari-hari.

Observasi pada riset ini diartikan sebagai kegiatan mengamati subjek (tajuk

rencana Harian Republika) dan objek (tajuk pada tanggal 19, 28, dan 30 Agustus

2010) penelitian secara langsung.

Pada metode observasi, periset biasanya menggunakan instrumen

observasi. Instrumen observasi tersebut antara lain: sistem kategori, sistem skala,

sistem tanda, diary keeping, analisis dokumen, lembar pengamatan, dan panduan

7 John W. Creswell, h. 98. 8 John W. Creswell, h. 143.

Page 19: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

pengamatan.9 Pada riset ini hanya analisis dokumen yang digunakan sebagai

instrumen observasi. Analisis dokumen hanya mengamati dokumen sebagai

sumber informasi dan menginterpretasikannya ke dalam hasil penelitian.

Dokumen yang digunakan, pada dasarnya, terdiri atas dokumen publik dan

dokumen privat. Namun, seperti yang telah disebutkan di atas, riset ini hanya

membutuhkan dokumen publik berupa teks tajuk Harian Republika edisi 19, 28,

dan 30 Agustus 2010.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang juga digunakan periset adalah wawancara.

Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara mendalam

(depth interview) atau wawancara intensif (intensive-interview) dan kebanyakan

tak berstruktur.10 Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam.

Wawancara ini akan dilakukan bersama narasumber yang merupakan redaksi

Harian Republika.

c. Dokumentasi

Terakhir, teknik pengumpulan data yang periset gunakan adalah metode

dokumentasi. Peneliti menambah data-data yang digunakan melalui

penghimpunan data-data, literatur, dan kajian pustaka terkait masalah yang akan

diangkat. Pengumpulan dokumentasi tersebut digunakan untuk mendapatkan

informasi yang mendukung dalam menginterpretasi data dan menganalisis

masalah.

9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana 2007) Cet ke-2, h. 111.

10 Rachmat Kriyantono, h. 96.

Page 20: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

1. Teknik Analisis Data

Membaca bingkai yang dilakukan Harian Republika pada tajuknya atas

kasus konflik Indonesia-Malaysia pada edisi Agustus 2010, peneliti menggunakan

teknik analisa framing milik Robert N. Entman. Entman membagi modelnya ke

dalam empat bagian, identifikasi masalah, penyebab masalah, evaluasi moral, dan

penawaran solusi atas masalah tersebut.

Gagasan mengenai framing sendiri pertama kali diperkenalkan oleh

Beterson pada tahun 1955. Framing dikenal sebagai struktur konseptual atau

perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan

wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi

realitas.11 Tahun 1974, Goffman mengembangkan konsep framing menjadi

kepingan-kepingan perilaku individu dalam membaca realitas. Framing pada

dasarnya merupakan pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi

dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap

peristiwa yang diwacanakan (Entman dalam Dennis McQuail, 2002).12

Framing secara sederhana dapat digunakan untuk menyusun dan membaca

realitas yang dikonstruksi oleh media massa. Suatu isu, pada penyajiannya,

melalui beberapa proses yang akhirnya menjadi satu sajian utuh yang dikonsumsi

oleh publik. Proses inilah yang membedakan antara satu berita oleh media A dan

media B dengan isu yang sama.

Perbedaan sajian atau bingkai yang dipakai media massa merupakan

realitas yang sengaja dibentuk untuk menyampaikan pesan tersendiri bagi media

11 Alex Sobur, Analaisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana, Analisis

semiotic, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 162. 12 M. Antonius Birowo (ed.), Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi,

(Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h. 181.

Page 21: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

tersebut. Pada dasarnya, framing merupakan metode untuk melihat cara bercerita

media atas peritiwa.13 Metode ini digunakan untuk melihat bsagaimana peristiwa

dikonstruksi oleh media.

Entman mendefinisikan framing sebagai seleksi dari berbagai aspek

realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks

komunikasi. Framing menjauhkan khalayak untuk mendapatkan obyektivitas

pemberitaan. Framing dapat terjadi melalui cara pengambilan gambar atau sudut

pandang peristiwa, penyuntingan, dan penyajian peristiwa pada teks yang

disajikan.

Dalam proses framing terdapat berbagai kepentingan yang menempel

dengannya, bisa berasal dari pemilik/pemegang saham terbesar media, pengiklan,

atau dari institusi penekan lain seperti pemerintah, agama, dan lain-lain. Entman

juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas

sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.14

Menurut Entman, framing dalam berita dilakukan dengan empat cara,

yakni:15 Pertama, indetifikasi masalah (problem indentication), yaitu peristiwa

dilihat sebagai sesuatu yang mana positif dan yang mana negatif. Kedua,

identifikasi penyebab masalah (causal interpretation), yaitu siapa yang dianggap

penyebab masalah. Ketiga, evaluasi moral (moral evaluation), yaitu penilaian atas

penyebab masalah; dan keempat, saran penanggulangan masalah (treatment

recommendation), yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadang

kala memprediksikan hasilnya.

13 Eriyanto, Analisis Framing : konstruksi Ideologis, dan Politik Media, (Yogyakarta:

LKiS, 2008), h. 10. 14 Alex Sobur, Analaisis Teks Media, h.67. 15Alex Sobur, Analaisis Teks Media, h. 172.

Page 22: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Framing Robert Entman

Problem indentication Peristiwa dilihat sebagai sesuatu yang

mana positif dan yang mana negatif

Causal interpretation Siapa/apa yang dianggap penyebab

masalah

Moral evaluation Penilaian atas penyebab masalah

Treatment recommendation Menawarkan suatu cara penanganan

masalah dan kadang kala

memprediksikan hasilnya

Tabel I.1 Model Analisis Framing Robert N. Entman

Pengidentifikasian masalah atau tahap problem identification merupakan

tonggak dari bingkai suatu teks media. Pada tahap ini, peneliti harus mengambil

pokok dari suatu masalah yang sedang diangkat. Masalah tersebut adalah

penginterpretasian dari redaksi dalam menyikapi perstiwa tersebut.

Diagnose Causes, mencari penyebab masalah. Diagnosa penyebab

masalah dilihat ketika suatu peristiwa yang dipahami redaksi ditulis sedemikian

rupa dan menonjolkan sesuatu yang dianggap menjadi penyebab masalah. Dalam

suatu teks media, penyebab tidak hanya diartikan sebagai who atau siapa,

melainkan juga what atau apa.

Tahap ketiga adalah moral evaluation atau evaluasi moral. Di sini,

masalah yang sudah diidentifikasikan dan diketahui penyebabnya kemudian

dipertegas oleh gagasan lain. Gagasan ini sifatnya akan membenarkan pokok

Page 23: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

masalah yang diangkat pihak redaksi. Gagasan akan berupa argumen dan kutipan

dari seseorang yang kompetibel dengan masalah dan dikenal khalayak.

Terakhir merupakan solusi yang ditawarkan pihak redaksi atas masalah

tersebut, atau treatment recommendation. Tahap ini mengambil sikap yang

diambil pihak redaksi untuk dijadikan bahan masukan, solusi atas masalah. Solusi

yang diberikan pihak redaksi tentunya bergantung pada masalah yang ditonjolkan,

penyebab masalahnya, dan juga penguatan masalah oleh gagasan lain.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

Bab ini akan membahas tentang teori konstruksi sosial atas realitas Peter

L. Berger dan Luckmann. Selain itu, Bab ini akan membahas konsep framing dan

tajuk rencana.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini berisi profil dari Harian Republika. Profil itu sendiri terdiri atas

sejarah singkat berdirinya Harian Republika, visi dan misi Harian Republika, serta

struktur redaksional dari Harian Republika.

Page 24: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

Bab ini berisi temuan data dan analisis framing terhadap tajuk Harian

Republika pada edisi 19, 28, dan 30 Agustus 2010 yang membincang konflik

Indonesia-Malaysia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran penulis.

Page 25: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kajian Teoritis

1. Konstruksi Sosial Atas Realitas

a. Latar Belakang Teori Konstruksi

Konstruksionisme sendiri merupakan cikal bakal yang berasal dari

aliran filsafat. Ide konstruksionis dimulai oleh Giambatista Vico, seorang

epistemolog dari Italia.16 Aristoteles dalam Bertens mengatakan bahwa,

manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan

kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah logika dan dasar pengetahuan

adalah fakta.17

Konstruksionisme menjelaskan bahwa konstruksionis merupakan

proses kerja kognitif individu di mana terjadi relasi sosial antara individu

dengan orang atau lingkungannya. Proses inilah yang menafsirkan realitas yang

ada. Realitas tersebut dibentuk sendiri oleh pengetahuan yang sudah dimiliki

sebelumnya oleh masing-masing individu. Piaget menyebut kemampuan ini

sebagai skema atau skemata dalam yang berarti suatu struktur mental atau

kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan

mengkoordinasi lingkungan sekitarnya.18

16Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa,

Iklak Televisi, dan Keputusan Konsimen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann (Jakarta: Kencana, 2008), h. 13

17 Ibid, h. 13. 18 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan (Pustaka Filsafat, 2007), h.

30.

Page 26: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Berbeda dengan kaum positivis yang cenderung mengabaikan

individu dan hanya terpaku pada struktur sosial, kaum konstruksionis memilih

ke arah teori-teori beraliran interpretatif atau humanistis. Teori-teori humanistis

ini cenderung berada di tengah, antara positivis dan kritis. Oleh karenanya,

konstuksionisme sebagai bagian dari teori humanistis menganggap individu

yang berinteraksi sebagai alat analisa yang tepat.

Baginya, realitas sosial memang sudah ada dengan sendirinya namun

juga tergantung pada manusia sebagai subjeknya. Pembahasan tersebut yang

menjadi bahasan Berger pada teori konstruksi realitas atas realitanya. Berger

berpendapat bahwa realitas sosial secara objektif memang ada tetapi maknanya

berasal dari dan oleh hubungan subjektif (individu) dengan dunia objektif.19

b. Teori Konstruksi Sosial atas Realitas Peter L. Berger dan Thomas

Luckmann

Peter Ledwig Berger merupakan sosiolog asal Amerika yang

mengambil benang merah antara aliran Emil Durkheim (1858-1917), Max

Weber (1864-1920), dan Karl Marx (1818-1883). Berger memiliki pandangan

sendiri dalam menyikapi pertarungan aliran positivis Durkheim, humanis

Weber, dan juga teori kritik Marx. Berger mengambil sikap tegas bahwa

sosiologi merupakan suatu disiplin yang humanitik.20 Namun, dalam

perspektifnya, Berger menekuni makna yang menghasilkan watak ganda

masyarakat, yakni; masyarakat sebagai kenyataan subyektif seperti pandangan

19 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003) , h. 299. 20 Ibid, h. 298.

Page 27: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Weber dan masyarakat sebagai kenyataan obyektif menurut Durkheim yang

terus berdialektika (Marx).

Perspektif Berger mendapat sumbangan besar dari Alfred Schutz

(1899-1959) tentang makna dan pembentukan makna atau bagaimana makna

membentuk struktur sosial.21 Schutz mengatakan tindakan manusia menjadi

suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu

terhadap tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.22

Gagasan Berger dan Luckmann bertumpu pada makna realitas dan

pengetahuan. Kenyataan adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-

fenomena yang memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada

kehendak individu manusia (yang kita tidak dapat meniadakannya dengan

angan-angan). Pengetahuan adalah kepastian bahwa fenomena-fenomena itu

nyata (real) dan memiliki karakteristik-karakteristik yang spesifik.23

Keterkaitan hubungan individu dan dunia sosiokulturalnya disusun

dalam gagasan eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Ketiganya ini

merupakan proses dialektika antara indidu dengan masyarakatnya atau

masyarakat dengan individu. Eksternalisasi dan objektivasi merupakan proses

di mana masyarakat merupakan realiats objektif, sedangkan proses internalisasi

menempatkan masyarakat sebagai realitas subjektif.

21 Ibid, h. 299. 22 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.

59. 23 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, h.1.

Page 28: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

a.1. Manusia Sebagai Realitas Objektif

1. Eksternalisasi

Berger mendefinisikan eksternalisasi sebagai proses penyesuaian diri

individu terhadap dunia sosiokulturalnya.24 Eksternalisasi dipengaruhi secara

aktif maupun pasif oleh akumulasi common sense yang merupakan

pengetahuan yang dimiliki individu bersama individu-individu lainnya dalam

kegiatan rutin yang normal, dan sudah jelas dengan sendirinya, dalam

kehidupan sehari-hari.25 Pengetahuan bersama ini pada dasarnya bersifat

subyektif yang kemudian terjadi berulang-ulang lalu mengendap sehingga

menjadi akumulasi common sense yang terhabitualisasi. Habitualisasi ini

selanjutnya membentuk produk sosial yang nantinya akan diwariskan. Dengan

kata lain, manusia merupakan instrumen dalam menciptakan realitas sosial

yang objektif melalui proses eksternalisasi.26

2. Objektivasi

Objektivasi tahap pertama disebut sebagai institusionalisasi dan kedua

merupakan legitimasi.27 Institusi adalah jawaban manusia terhadap

kehidupannya yang terus mengalir dengan tidak pasti. 28 Ketidakpastian ini

yang dimaksud Berger sebagai kekacauan yang diliputi kehampaan makna.

Institusi, dengan segala ketentuan yang mengatur peran anggotanya, berfungsi

24 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 15. 25 Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial atas Kenyataan; Risalah tentang

Sosiologi Pengetahuan (Jakarta: LP3ES, 1990), h. 34. 26 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, h. 302. 27 Geger Riyanto, Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran (Jakarta: Pustaka

LP3ES Indonesia, 2009), h. 117. 28 Ibid, h. 109-110.

Page 29: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

untuk memberikan rasa keteraturan dan kenyamanan kepada anggotanya

tersebut.29

Institusi yang diwariskan ini tidak bersifat statis atau tanpa perubahan.

Karena dari zaman ke zaman, anggota baru dari institusi tersebut akan terus

bisa mempertanyakan institusi tersebut. Untuk mempertahankannya

dibutuhkan legitimasi yang merupakan tahap objektivasi tahap kedua.

Legitimasi meletakkan justifikasi kognitif atau penjelasan berdasarkan

pembuktian logis mengenai relevansi dari sebuah institusi untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang menyoal institusi tersebut, saat institusi itu mulai

dirasa kurang atau tidak relevan dalam menjawab persoalan-persoalan yang

timbul.30

Dengan demikian masyarakat sebagai realitas subjektif dari kedua

proses di atas (eksternalisasi dan objektivasi) dapat diterangkan sebagai

berikut;

“Dalam proses eksternalisasi, mula-mula sekelompok manusia menjalankan sejumlah tindakan. Bila tindakan-tindakan tersebut dirasa tepat dan berhasil menyelesaikan persoalan merea bersama pada saat itu, maka tindakan tersebut akan diulang-ulang. Setelah tindakan itu mengalami pengulangan yang konsisten, kesadaran logis manusia akan merumuskan bahwa fakta tersebut terjadi karena ada kaidah yang mengaturnya. Inilah tahapan objektivasi di mana sebuah institusi menjadi realitas yang objektif setelah melalui proses ini.”31

29 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, h. 303. 30 Geger Riyanto, Peter L. Berger, h. 116. 31 Ibid, h. 110-111.

Page 30: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

a.2. Manusia Sebagai Realitas Subjektif

1. Internalisasi

Masyarakat sebagai kenyataan subyektif menyiratkan bahwa realitas

obyektif ditafsiri secara subyektif oleh individu. Dalam proses menafsiri itulah

berlangsung internalisasi. Internalisasi yang berlangsung melibatkan

sosialisasi, baik primer maupun sekunder.

“Internalisasi itu di antaranya berwujud dalam sosialisasi –bagaimana satu generasi menyampaikan nilai-nilai budaya yang ada pada generasi berikut. Generasi berikut diajar untuk hidup sesuai dengan nilai budaya yang mewarnai struktur masyarakatnya. Generasi baru dibentuk oleh makna-makna yang sudah diobjektivasikan, mengidentifikasi diri dengannya. Tetapi tidak memilikinya dengan sekadar mengenalnya, ia juga mengungkapkannya.”32 Sosialisasi primer berlangsung pada masa anak-anak dengan

hubungan emosional yang tinggi yang pada akhirnya tidak hanya menimbulkan

proses belajar mengenal lingkungan secara kognitif saja. Sedangkan sosialisasi

sekunder memurut Berger dan Luckmann dikatakan bahwa, tanpa

mempertimbangkan dimensi lainnya, bisa dikatakan bahwa sosialisasi sekunder

adalah proses memperoleh pengetahuan khusus sesuai dengan perannya (role-

spesific knowledge), di mana peran-peran secara langsung atau tidak langsung

berakar dalam pembagian kerja.33

Ketiga proses atau tahapan di atas merupakan realitas yang dimaksud

Berger dan Luckmann. Realitas objektif yang merupakan realitas yang

terbentuk dari pengalaman di luar individu dan dianggap kenyataan ini adalah

eksternalisasi. Ekspresi dari realitas objektif dalam berbagai bentuk simbolis

tersebut dinamakan objektivasi. Sedangkan proses penyerapan kembali realitas

32 Eriyanto, h. 15 33 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 21.

Page 31: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

objektif dan simbolik melalui proses internalisasi menghasilkan realitas yang

disebut dengan realitas subjektif.

Dalam realitas subjektif, realitas tersebut menyangkut makna,

interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. Setiap individu

mempunyai latar belakang sejarah, pengetahuan, dan lingkungan yang berbeda-

beda, yang bisa jadi menghasilkan penafsiran yang berbeda pula ketika melihat

dan berhadapan dengan objek. Sebaliknya, realitas itu juga mempunyai

dimensi objektif –sesuatu yang dialami, bersifat eksternal, berada di luar- atau

dalam istilah Berger, tidak dapat kita tiadakan dengan angan-angan yang ada,

dan sebagainya.34

c. Konstruksi Realitas di Media Massa

Berger dan Luckmann memang tidak menyebutkan aktivitas media

massa dalam gagasan konstruksi sosial atas realitas, namun gagasan Berger dan

Luckmann tersebut memberi banyak substansi pada konstruksi sosial media

massa.35

Tiga proses dialektika Berger dan Luckmann; eksternalisasi,

objektivasi, dan internalisasi ini juga digunakan dalam proses konstruksi

realitas media massa. Hanya saja, ketiga proses tersebut berjalan lamban

karena terjadi antarindividu saja dan juga menggunakan pola vertikal yang

kemudian bersifat spasial, di mana konstruksi sosial berlangsung seperti dari

atasan ke bawahannya atau orangtua kepada anaknya.

34 Eriyanto, Analisis Framing, h. 16. 35 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 194.

Page 32: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Konstruksi realitas media massa pada dasarnya memang melibatkan

individu sebagai subjeknya, akan tetapi, individu tersebut tidak akan memberi

kontribusi besar terhadap proses konstruksi jika tanpa melaui media massa.

Misalnya, aktor atau subjek individu dalam proses pengkonstruksian sebuah

peristiwa di media massa adalah wartawan dan pihak redaksi media tersebut.

Wartawan tersebut tidak memiliki kekuatan konstruksi besar dalam mata

khalayak, kecuali gagasan-gagasannya tersebar di media massa. Burhan

Bungin mengatakan dalam konteks konstruksi iklannya, bahwa konstruksi

iklan atas realitas sosial itu terjadi karena iklan televisi adalah bagian dari

media televisi dan menjadi salah satu sumber otoritas individu.36

Kelambanan yang terjadi pada proses eksternalisasi, objektivasi, dan

internalisasi Berger dan Luckmann ditutupi oleh proses sirkulasi informasi

media yang cepat dan tersebarluas. Namun, proses sirkulasi tersebut pun butuh

tahapan-tahapan yang pada akhirnya akan membentuk realitas media massa.

Berikut bagan yang menggambarkan proses konstruksi sosial media massa:37

GAMBAR II.1 Proses Konstruksi Sosial Media Massa

36 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 213. 37 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 195

Page 33: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Sebagai sumber, ketiga proses Berger dan Luckmann berjalan pada

dapur redaksi. Tahapan ini dinamakan penyiapan materi. Di sini, terjadi

penentuan isu yang akan disampaikan pada khalayak. Seorang wartawan atau

pun pihak redaksi sudah memiliki gambaran tersendiri tentang suatu peristiwa

yang terjadi. Gambaran pengetahuan itu sudah ada sebelum proses pencarian

fakta dilakukan. Tahap eksternalisasi ini kemudian berada pada realitas objektif

tentang peristiwa tersebut. Ketika wartawan tersebut turun ke lapangan,

mencari fakta demi fakta, realitas objektif tersebut akan tercampur dengan apa

yang dilihat dan dialami langsung oleh si wartawan yang menjadikan fakta

tersebut sebagai realitas subjektif. Ada pemaknaan yang dilakukan wartawan

tentang realitas objektif atau pengetahuan tentang peristiwa yang sudah ada

sebelum ia turun langsung dan realitas yang ia lihat ketika proses peliputan

terjadi. Berita bersifat subjektif, karena opini tidak dapat dihilangkan ketika

peliputan. Wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. 38

Menurut Mark Fishman, Berita dihasilkan dari pengetahuan dan

pikiran, bukan karena ada realitas objektif yang berada di luar, melainkan

karena orang akan mengorganisasikan dunia yang abstrak ini menjadi dunia

yang koheren dan beraturan serta mempunyai makna.39

Bagaimana peristiwa itu dikemas dan mengapa peristiwa itu dimaknai

tertentu bukan hanya semata-mata subjektivitas individu dari wartwan itu

sendiri, tapi juga institusi yang menaunginya. Tidak dapat dipungkiri bahwa

wartawan hidup dalam institusi media dengan seperangkat aturan, pola kerja,

38 Eriyanto, Analisis Framing, h. 27. 39 Ibid, h. 101.

Page 34: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

dan aktivitasnya sehingga tidak menutup kemungkinan ada control dari pihak

institusi dalam pengemasan suatu peristiwa.

Pada tahapan ini, konstruksi realitas akan diawali dengan adanya

keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Keberpihakan tersebut tidak

bisa dipungkiri mengingat ideologi media massa saat ini memang sudah pada

tataran industri di mana membutuhkan modal dan juga menjadikan produk

medianya laku di masyarakat.40

Selain itu, pada tahapan ini pun media akan memberikan keberpihakan

semu kepada masyarakat dan juga kepentingan umum lainnya. Keberpihakan

semu ini akan dibentuk melalui sikap empati dan simpati media dalam produk

ber-genre kemanusiaan yang sifatnya menyentuh sensitivitas khalayak.

Proses konstruksi ini melibatkan bagaimana peristiwa bisa dikemas

agar memiliki nilai berita. Jutaan peristiwa terjadi setiap harinya, namun

wartawanlah yang kemudian memilih peristiwa itu, menuliskannya sedemikian

rupa dan memberikan makna serta penonjolan-penonjolan lain yang bisa

menjadi nilai berita, karena nilai berita merupakan produk dari konstruksi

wartawan. Elemen ini berhubungan dengan orientasi media dengan

khalayaknya. Menurut Shoemaker dan Reese, nilai berita adalah elemen yang

ditujukan kepada khalayak.41

Tahapan kedua adalah penyebaran konstruksi. Dua poin penting

dalam tahapan ini adalah mengenai waktu dan segmentasi khalayak. Media

massa harus bisa menyebarkan informasi dalam waktu yang secepat mungkin

dan dengan target khalayak yang jelas serta tepat sasaran. Keduanya akan

40 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 197. 41 Ibid, h. 105.

Page 35: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

mempermudah pembentukan konstruksi media, sebab media massa memang

bekerja dengan keaktualitasannya terhadap suatu peristiwa. Hal tersebut

menjadi bahan khalayak dalam pemilihan media yang akan mereka konsumsi.

Media pun harus jeli dalam melihat segmentasi audiens agar pesan yang

dibawa media menjadi lebih cepat dan tepat diterima khalayak.

Selanjutnya, tahapan ketiga, di mana konstruksi realitas terbentuk

harus dilalui dengan tahapan lain yang lebih melibatkan kesadaran masing-

masing dari khalayak tersebut. Pertama-tama, khalayak akan berada pada

tahapan di mana membenarkan apa saja yang disajikan media massa. Setelah

itu, khalayak secara sadar akan memiliki kesediaan untuk dikonstruksi media

massa dengan kesediaannya menjadi pembaca atau pemirsa dari media

tersebut. Ketika dua tahap ini sudah ada pada masing-masing individu, sikap

konsumerisme terhadap media akan meningkat dan menjadi suatu kebutuhan

hidup dan habitualisasi khalayak.

Tahapan terakhir dalam pembentukan realitas adalah tahap

konfirmasi. Di sini, muncul alasan-alasan dari setiap individu tentang

kesediaan dirinya terlibat dalam pembentukan konstruksi. Misalnya,

munculnya alasan bahwa media massa merupakan sumber pengetahuan yang

dapat diakses kapan saja dan di mana pun. Oleh karenya, masyarakat modern

harus selalu mengkonsumsi media yang sudah menjadi kebutuhan hidup

tersebut.

Efek dari konstruksi realitas media massa di atas menjelaskan bahwa

pemberitaan (dan atau produk media massa) itu lebih cepat diterima

masyarakat luas, lebih luas jangkauan pemberitaannya, sebaran merata, karena

Page 36: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

media massa dapat ditangkap masyarakat luas secara merata dan di mana-

mana, membentuk opini massa, karena merangsang masyarakat untuk beropini

atas kejadian tersebut, massa cenderung terkonstruksi, karena masyarakat

mudah terkonstruksi dengan pemberitaan-pemberitaan yang sensitif, bahkan

opini massa cenderung apriori sehingga mudah menyalahkan berbagai pihak

yang bertanggungjawab atas kasus terkait, serta opini massa cenderung sinis,

karena peristiwa terkait sering kali terjadi di Indonesia.42

B. Kerangka Konseptual

1. Analisis Framing

a. Definisi Framing

Framing atau bingkai berfungsi untuk menjaga pandangan kita

terhadap suatu gambar yang ada. Tuchman dalam salah satu bukunya “Making

News” menganalogikan framing sebagai jendela.43 Apa yang ada di luar

jendela terlihat dari bagaimana jendela yang kita pakai untuk melihatnya.

Jendela yang luas, misalnya, akan memungkinkan kita melihat tidak hanya

halaman rumah kita saja, tapi juga rumah-rumah lain atau pemandangan lain

yang bisa lebih luas jangkauannya. Berbeda dengan apabila kita menggunakan

jendela berukuran kecil yang pada akhirnya sangat membatasi apa yang bisa

kita lihat.

Konsep framing dalam studi media banyak berasal dari lapangan

psikologi dan sosiologi.44 Dalam dimensi psikologi, framing dilihat dari

pengaruh kognisi seseorang yang membentuk skema tentang diri. Skema lahir

42 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 202. 43 Eriyanto, Analisis Framing, h. 4. 44 Ibid, h. 71.

Page 37: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

dari proses pengetahuan dan pengalaman seseorang. Selain itu, lingkungan

sosial juga ikut memengaruhi kehadiran skema. Skema merupakan aktivitas

kognitif seseorang dalam melihat dunia sosialnya dengan perspektif tertentu.

Secara psikologis, individu akan cenderung melihat realitas yang

kompleks dengan perspektif pribadi.45 Kecenderungan ini yang membuat

perspektif tentang suatu realitas antarindividu berbeda. Setiap individu

mempunyai perspektif masing-masing yang tidak sama sesuai dengan aktivitas

kognisinya.

Untuk itu, skema digunakan untuk menyederhanakan realitas-realitas

kompleks yang ditangkap individu tersebut. Penyederhanaan tersebut

dilakukan agar pikiran kita mudah mengerti dan memahami suatu realitas.46

Skema ini pula bergantung pada pengetahuan dan pengalaman yang dialami

individu. Pembentukan makna akan sesuatu bagi anak-anak pastinya berbeda

dengan yang sudah dewasa. Oleh karenanya, framing dilihat sebagai perspektif

yang membatasi pandangan individu terhadap suatu realitas tersebut.

Dengan skema, maka sesorang akan mampu untuk membedakan satu

hal dan yang lainnya berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi ini merupakan

perspektif yang dibuat seseorang untuk memberikan ciri-ciri khusus agar

mudah diingat dan membedakannya dengan hal serupa namun tak sama

maknanya.47

Selain itu, skema juga membuat kita menjeneralisir suatu hal. Kalau

klasifikasi berhubungan dengan bagaimana satu peristiwa atau orang dibedakan

dengan cirri-cirinya, generalisasi berhubungan dengan bagaimana satu orang

45 Ibid, h. 72. 46 Ibid, h. 86. 47 Ibid, h. 87.

Page 38: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

yang mempunyai ciri dan sifat yang berdeketan digeneralisasikan dengan

melekatkan pada ciri-ciri yang sama.48 Tidak hanya menyederhanakan realitas,

mengklasifikasikan, dan mengeneralisir saja, namun skema juga bisa

mengasosiasikan peristiwa satu dan yang lainnya. Hal ini yang menyebabkan

sesuatu yang sering dihubung-hubungkan dengan hal lain sehingga

memunculkan perspektif yang kadang bias.

Sedangkan dalam dimensi sosiologis, konsep framing banyak berasal

dari Alfred Schutz, Erwin Goffman, dan juga Peter Berger.49 Gagasan Schutz

tentang manusia sebagai aktor kreatif dalam pemberian makna diartikan bahwa

teks berita di media massa awalnya hanya berupa teks biasa tanpa makna,

namun, kita sendiri sebagai pembaca yang memberikan makna tersebut.50 Hal

itu pula yang terjadi pada proses peliputan dan penulisan berita oleh wartawan

dan pihak redaksi. Peristiwa yang mereka lihat adalah mereka sendiri yang

memaknainya.

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson

tahun 1955 dalam Sudibyo, yang menjelaskan bahwa mulanya, frame dimaknai

sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir

pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-

kategori standar untuk mengapresiasi realitas.51 Konsep ini kemudian

dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame

sebagai kepentingan-kepentingan perilaku (strips of behavior) yang

membimbing individu dalam membaca realitas oleh media.

48 Ibid, h. 88. 49 Ibid, h. 79-80. 50 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, h. 299. 51 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 161.

Page 39: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Goffman menjelaskan bahwa strips adalah urutan aktivitas sesorang

dengan framing sebagai pola dasar yang mendefinisikan strips.52 Mengambil

alat makan, mengambil makanan, kemudian memakannya merupakan strips

yang diorganisasikan menjadi satu pola bernama aktifitas makan yang

merupakan frame. Begitu pula dalam konteks berita. Peristiwa yang ada

diruntun dengan bahasa dan simol yang sedemikian rupa oleh wartawan yang

disebut strips lalu menjadi satu berita utuh yang merupakan frame.

Setiap wacana memiliki struktur internal sendiri di dalamnya. Struktur

internal tersebut memiliki sebuah gagasan inti yang kita bahas sekarang, yaitu

framing. Sebagai suatu metode analisis wacana, framing bertugas menemukan

perspektif media dalam wacananya. Perspektif media inilah yang digunakan

untuk mengkonstruksi suatu peristiwa. Perspektif itu pada akhirnya

menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan

dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut. 53

Dengan framing, maka wacana itu bisa dilihat lebih dalam tentang

bagaimana pesan diorganisir, digunakan, dan dipahami. Proses framing

(pembingkaian pesan), menurut George J. Aditjondro dalam merupakan

metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak

diingkari secara total, tetapi dibelokkan secara halus.54

“Framing dipandang sebagai sebuah strategi penyusunan realitas sedemikian rupa, sehingga dihasilkan sebuah wacana (discourse) yang di dalam media massa wacana ini paling banyak mengambil bentuk dalam wujud berita. Seperti halnya teori semiotika yang bisa dipakai sebagai wacana teori semiotika, teori framing juga bisa dipakai

52 Eriyanto, Analisis Framing, h. 82. 53 Bimo Nugroho, Eriyanto, Franz Sudiarsis, Politik Media Mengemas Berita (Jakarta:

Institut Studi Arus Informasi, 1999), h. 21. 54 Hotman Siahaan, Pers yang Gamang: Studi Pemberitaan Jajak Pendapat Timor Timur

(Lembaga Studi Perubahan Sosial, 2001), h. 9.

Page 40: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

sebagai salah satu metode untuk memahami “information strategy” dari strategi penyusunan realitas, maka analaisis framing berfungsi untuk membongkar muatan wacana.”55 Proses framing juga dapat menjadi implikasi politik yang sangat

signifikan. Framing dapat membentuk rekayasa opini publik tentang suatu

kasus. Dengan mempertajam frame tertentu tentang sebuah isu politik, mereka

dapat mengklaim bahwa opini publik yang berkembang mendukung

kepentingan mereka, atau konvergen dengan “klaim kebenaran” mereka.56

Realitas dan peristiwa itu begitu kompleks dan acak, ia harus

diidentifikasi (diberi nama, diidentifikasi, dan dihubungkan dengan peristiwa

lain yang diketahui oleh khalayak) dan ditempatkan dalam konteks sosial

tertentu di mana khalayak tersebut berada (sering kali itu dilakukan dengan

menempatkan peristiwa dalam kerangka acuan yang familiar dari khalayak).57

Maka dari itu, efek framing yang paling mendasar adalah realitas sosial yang

kompleks dan tidak beraturan dibuat sederhana dan beraturan. Framing

menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori

yang dikenal khalayak. Khalayak bukan disediakan informasi yang rumit,

melainkan informasi yang tinggal ambil, kontekstual, berarti bagi dirinya, dan

diingat dalam benak mereka.

55 Ibnu Hamad. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical

Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik (Jakarta: Granit, 2004), h. 21-22. 56 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana (LKiS Pelangi Aksara, 2001),

h. 188. 57 Eriyanto, Analisis Framing, h, 119.

Page 41: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

b. Framing Robert Entman

Framing Robert Entman menjadi model framing paling terdepan dengan

definisi framing yang diberikan Entman dalam Journal of Communcation

vol.43 yang ditulisnya, yaitu:

“To frame is to select some aspects of a perceived reality and make them more salient in a communicating text, in such a way as to promote a particular problem definition, causal interpretation, moral evaluation, and/or treatment recommendation.”58

Entman dalam Dennis McQuail juga menyebutkan bahwa aspek utama

dari sebuah framing adalah pendefinisian masalah, penyebab masalah, evaluasi

moral, dan solusi penyelesaian masalah.

“According to Entman (1993), ‘Framing involves selection and salience.’ He summarizes the main aspects of framing by saying that frames define problems, diagnose causes, make moral judgements, and suggest remedies. It is clear that a very large number of textual devices can be used to perform these activities. They include using certain words or phrases, making certain contextual references, choosing certain pictures or film, giving examples as typical, reffering to certain sources and so on.”59

Pembahasan utama framing dari Entman adalah soal penyeleksian dan

penonjolan isu. Aspek penyeleksian isu terjadi oleh pihak redaksi di mana ada

pemilihan isu yang nantinya akan disebarkan lewat pemberitaannya atau

tulisan di media massanya. Penyeleksian ini meliputi soal pemilihan isu mana

yang akan diambil dan mana yang tidak. Tidak semua bisa ditampilkan oleh

pihak media, oleh karenanya, isu yang sudah diterima khalayak adalah hasil

penyeleksian dari wartawan dan redaksi media tersebut.

58 Thomas Konig, “Frame Analysis,” artikel diakses pada 23 Maret 2011 dari

http://www.ccsr.ac.uk/methods/publications/frameanalysis/ 59 Dennis Mc. Quail, McQuail’s Mass Communication Theory (T.tp: SAGE Publications

Ltd, 2010) , h. 380.

Page 42: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Framing pada dasarnya adalah penonjolan isu di mana suatu peristiwa

ditonjolkan dengan menggunakan aksen-aksen tambahan serta bahasa yang

menjadikannya mudah diingat pembaca. Dengan bentuk seperti iti, sebuah ide/

gagasan/ informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan

ditafsirkan, karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak.60

Proses framing adalah kegiatan yang tak terpisahkan dari pihak media

dalam mengkonstruksikan fakta. Bagaimana si wartawan memilih peristiwa

yang akan diangkatnya menjadi sebuah berita yang memiliki nilai berita, siapa

saja yang ia pilih untuk menjadi narasumbernya, serta bagaimana ia

menuliskannya. Tentunya menjadikan berita yang ia tulis menjadi subjektif

secara tidak langsung. Tidak hanya wartawan, karena pemilihan angle atau

tema atas berita yang ditulis juga menjadi keputusan rapat redaksi media

bersangkutan. Berita yang ditulis wartawan pun nantinya akan kembali

disunting oleh editor yang juga sesuai dengan perspektif si editor atas berita

tersebut. Redaktur pun memiliki kewenangan dalam memutuskan apakah erita

tersebut layak muat atau tidak. Begitu pula dengan para layouter atau tata letak,

mereka akan menambahkan gambar, karikatur, dan aksen lainnya untuk

memperkuat gagasan dalam tulisan tersebut baik tanpa maupun melalui

kebijakan dari redakturnya.

Entman menerangkan bahwa framing bahkan bisa menjadi sebuah

paradigma sendiri. Ini dikarenakan proses dari praktik jurnalistik yang

demikian. Ada pemilihan dan penonjolan isu sendiri yang akan diangkat oleh

pihak redaksi dari media bersangkutan.

60 Eriyanto, Analisis Framing, h. 186

Page 43: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Model framing Entman, sebagaimana yang ia selalu tekankan dalam

definisinya tentang framing adalah dilakukannya pengidentifikasian masalah

(problem identifikation), mencari penyebab masalah (causal interpretation),

membuat keputusan moral (moral judgement), dan solusi atas masalah

(treatment recommendation).

Pada pendefinisian masalah akan dilihat bagaimana suatu masalah atau

persitiwa dilihat. Satu masalah atau peristiwa akan dimaknai berbeda oleh

wartawan yang berbeda. Itu dikarenakan skema individu yang berbeda, karena

setiap individu memiliki perspektifnya masing-masing atas suatu masalah.

Secara luas, pendefinisian masalah ini menyertakan, di dalamnya, konsepsi dan

skema interpretasi wartawan.61 Menurut Entman dalam Journal of

Communication , identifikasi masalah adalah mengidentifikasi apa yang

dilakukan agen penyebab masalah dengan menggunakan istilah-istilah umum

yang sesuai dengan nilai budaya setempat.

Memperikarakan penyebab masalah (causal interpretation) merupakan

tahapan di mana peristiwa dilihat dari siapa atau apa yang menyebabkannya. Di

sini, Entman menyebutkan bahwa causal interpretation adalah

pengidentifikasian kekuatan yang menyebabkan masalah. Penyebab masalah

tidak harus terpaku oleh apa, namun juga siapa aktor, yang dalam wacana

tersebut dituding sebagai peenyebab masalah. Dalam tahap ini, dapat terlihat

bahwa ada yang dianggap sebagai pelaku dan juga ada yang dianggap sebagai

korban.

61 Ibid, h. 189.

Page 44: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Membuat pilihan moral (make moral judgement), tahapan ini adalah

tahapan di mana terjadi evaluasi terhadap si penyebab masalah dan efek yang

ditimbulkan oleh masalah tersebut. Ada penguatan argument dalam

pendefinisian masalah. Artinya, ada argument lain yang menegaskan gagasan

yang ingin disampaikan wartawan dan pihak redaksi. Gagasan yang dikutip

berdasarkan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.62

Yang terakhir adalah solusi atas masalah atau treatment

recommendation. Dengan tahapan ini, kita bisa mencari apa sebenarnya yang

ditawarkan penulis sebagai solusi atas masalah yang diangkat sebagaimana

yang ada di pengidentifikasian masalah. Apa yang menjadi jalan keluar yang

menunjukkan sikap wartawan atau redaksi yang ditawarkan untuk

menyelesaikan masalah tersbut.

Keempat tahapan atau elemen di atas merupakan alat untuk memilah

dan mengetahui framing yang dipakai media untuk mengemas suatu perstiwa

atau berita. Eriyanto mengatakan tentang dua level frame berita yang timbul,

selengkapnya adalah;

“Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membengun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita.”63

Model framing Entman memang banyak berbicara tentang aksen-aksen

yang menjadikan suatu wacana menonjol dan mendapat perhatian lebih. Seperti

misalnya, penempatan berita menjadi headline yang bearada di halaman muka

62 Ibid, h. 191. 63 Ibid, h. 189.

Page 45: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

suarat kabar. Jenis font yang dicetak tebal dan besar. Belum lagi, penambhan

foto, gambar, diagram, karikatur, dan lain-lain yang membuatnya menjadi

menonjol sehingga menarik khalayak untuk membacanya.

Aksen-aksen tersebut merupakan penguatan yang dilakukan terhadap

teks berita atau wacana. Kata menjadi senjata utama bagi para penulis dalam

mengemas isu mereka. Oleh karenanya, dengan model framing Entman,

pembedahan kata-kata tersebut akan lebih mudah teridentifikasi.

Kata memiliki kekuatan yang besar untuk memengaruhi cara memaknai

teks oleh pembaca. Kata hanya mempunyai makna setelah ia diasosiasikan

dengan referen. Artinya, ketika kita berbicara tentang denotasi, kita merujuk

pada asosiasi primer yang dimiliki sebuah kata bagi kebanyakan anggota suatu

masyarakat linguistik tertentu, sedangkan konotasi merujuk pada asosiasi

sekunder yang dimiliki sebuah kata bagi seorang atau lebih anggota masyarakat

itu.64

Oleh karenaya, Entman memandang bahwa wacana merupakan arena

pertarungan simbolik antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan pokok

persoalan wacana. Masing-masing pihak saling menonjolkan perspektif dan

argumennya agar diterima khalayak. Setiap pihak juga menggunakan simbol,

retorika, dan bahasa-bahasa tertentu dengan konotasi tertentu. Dengan kata

lain, proses framing menjadikan media massa sebagai suatu arena di mana

informasi tentang masalah-masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang

simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya

didukung pembaca.65 Inilah yangdisebut Eriyanto dengan efek framing.

64Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, h. 71. 65 Eriyanto, Analisis Framig, h. 196.

Page 46: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Akan tetapi, Entman pun mengatakan bahwa sebuah kalimat bisa saja

menunjukkan lebih dari satu dari empat elemen framingnya, walaupun banyak

kalimat dalam teks yang sama yang tidak menunjukkan satu pun dari keempat

framing tersebut.

Dalam proses komunikasi, setidaknya ada empat lokasi yang

menunjukkan suatu framing; komunikator, teks, si penerima, dan juga budaya.

Komunikator berperan membuat suatu bingkai yang secara disadari maupun

tidak menentukan apa yang ingin dikatakan dan menggiring dengan

menggunakan schemata yang telah diorganisasikan. Teks yang terdiri atas

potongan bingkat tersebut kemudian dikonstruksi dan ditonjolkan dengan

menggunakan kata-kata kunci tertentu, frase, gambar, sumber informasi, atau

apa pun yang bisa menggiring si pembaca ke arah bingkai yang dimaksud si

komunikator. Framing pun kemudian diterima si pembaca yang sesuai dan

diperkuat dengan nilai-nilai budaya dari suatu kelompok tersebut.

Cara framing bekerja adalah menonjolkan beberapa informasi dari teks.

Kata penonjolan itu sendiri pun perlu diberi makna. Artinya, membuat

potongan sebuah informasi itu lebih ditandai pembaca, lebih bermakna, dan

juga lebih diingat pembaca. Sebuah teks bisa saja menjadi menonjol dengan

penempatan-penempatan di kolom yang lebih besar, lebih mudah ditemukan,

dan sebagainya. Atau teks tersebut selalu diulang untuk meninggalkan kesan

yang kuat untuk diingat.

2. Tajuk Rencana

a. Definisi dan Fungsi

Page 47: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Tajuk rencana atau editorial merupakan pikiran sebuah institusi opini

publik, yang menyajikan fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita

penting dan memengaruhi pendapat umum.66 Tajuk rencana merupakan sebuah

tulisan di surat kabar atau koran yang berisi pendapat atau opini redaksi surat

kabar tersebut terhadap sebuah permasalahan aktual. Dalam sebuah tajuk,

biasanya disajikan terlebih dahulu fakta-fakta tentang sebuah permasalahan

aktual, seperti peristiwa, kejadian, atau fenomena. Lalu disisipkan opini,

pandangan, pendapat dari redaksi koran tersebut untuk mengomentari atau

mengkritisi permasalahan tersebut.

Secara teknis jurnalistik, tajuk rencana diartikan sebagai opini redaksi

berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi media pers terhadap persoalan

potensial, fenomenal, aktual, dan atau kontroversial yang terdapat dalam

masyarakat.67

Produk jurnalistik itu ada dua, yaitu news dan views. News adalah berita

dan views ialah segala apa yang bersifat opini.68 Tajuk rencana atau yang biasa

disebut editorial bukanlah berita, namun tajuk rencana tetap bagian dari produk

jurnalistik. Tajuk rencana merupakan sikap atau opini yang ditulis redaksi, oleh

karenanya ia tetap menjadi produk jurnalistik. Dikatakan bukan berita, karena

pertama, tajuk rencana, kita tahu tidak ditempatkan pada kolom-kolom berita,

melainkan kolom sendiri, bahkan di beberapa media, ia berada pada kolom

opini, pendapat, dan sebagainya. Selain itu, karena jelas, tajuk rencana bukan

memberitakan suatu peristiwa yang terjadi, tapi mengomentari, memberi

66 Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Kontemporer ((Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2005), h. 64. 67 AS. Haris Sumardiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Penulis

dan Jurnalis Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 82. 68 Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Kontemporer, h. 49.

Page 48: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

pendapat, dan merupakan bentuk sikap redaksi media terhadap peristiwa

tersebut.

Menurut William Pinkerton dari Harvard University, fungsi tajuk

rencana mencakup empat hal; menjelaskan berita (explaining the news),

menjelaskan latar belakang (filling in background), meramalkan masa depan

(forecasting the future), dan menyampaikan pertimbangan moral (passing

moral judgement).69

Tajuk rencana sebagai explaining the news berfungsi menerangkan apa

yang terjadi kepada khalayak. Sebagai filling in background, tajuk rencana

menggambarkan pula latar belakang peristiwa yang diangkat dengan

memaparkan latar belakang sejarah kemudian menghubungkannya dengan

peristiwa sekarang. Selain itu, sebagai forecasting the future, tajuk rencana

memberikan prediksi bagaimana peristiwa tersebut di masa yang akan datang.

70 Passing moral judgement adalah tugas para penulis tajuk rencana untuk

mempertahankan kata hati mereka. Mereka diharapkan mempertahankan isu-

isu moral dan mempertahankan posisi mereka.71

Tajuk rencana juga berfungsi sebagai kritik atas ketimpangan yang

terjadi dalam masyarakat dan pemberian wawasan kepada masyarakat atas

permasalahan yang sedang hangat terjadi. Sikap media pada tajuk rencana

dapat dilihat dengan memahami permasalahan yang dikemukakan dalam tajuk

rencana, tujuan pembahasan masalah tersebut, serta menemukan pandangan,

kritik atau tanggapan redaksi atas permasalahan tersebut. Dengan begitu,

69 Ibid, h. 83. 70 Suhaemi dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009), h. 53. 71 AS. Haris Sumardiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, h. 84.

Page 49: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

sebagai pembaca, kita akan mampu menemukan opini redaksi atas

permasalahan tersebut dan beropini kembali atas opini redaksi tersebut.

b. Jenis dan Penetapan Isu Tajuk Rencana

Rolnicki, Tate, dan Taylor menjelaskan tentang jenis-jenis dari

tajuk rencana atau editorial:72

a. Editorial Advokasi, yaitu editorial yang menginterpretasikan,

menjelaskan, dan membujuk adanya perubahan yang dikaitkan dengan

peristiwa atau fenomena yang menjadi sorotan pihak media.

b. Editorial Pemecahan Masalah, tipe editorial ini digunakan baiasanya

untuk menarik perhatian pada suatu problem atau ingin mengkritik

tindakan seseorang, kelompok, atau institusi baik swasta maupun

pemerintah.

c. Editorial Penghargaan, yaitu editorial yang mengulas tentang seseorang,

organisasi, perusahaan, yang telah meraih kesuksesan atau prestasi di

bidang tertentu.

d. Editorial Singkat, yaitu editorial yang memuat satu atau dua paragraph

yang efektif dan membahas hanya satu dua poin atau sedikit bukti latar

belakang informasi yang perlu diberikan.

e. Editorial Pendek, yaitu yang hanya memuat satu komentar pujian atau

kritik dan tidak selalu berkaitan dengan berita lainnya di media.

72 Suhaemi dan Rully Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h. 54.

Page 50: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

f. Editorial Kartun, yaitu jenis editorial yang berupa gambar kartun

dengan satu dua kalimat dialog yang berisi komentar, kritik,

menginterpretasikan, membujuk, dan menghibur.

Pihak redaksi harus pandai-pandai memilih topik yang akan diangkat

pada tajuk redaksinya. Karena ini merupakan sikap dari media, maka semakin

topik itu menarik di kalangan masyarakat, maka wibawa media pun akan

semakin dipertimbangkan.

Topik-topik yang diangkat di tajuk rencana biasanya adalah topik-topik

kontroversial yang memiliki daya tarik bagi para pembaca. Hanya saja

adakalanya suatu lembaga media massa menulis tajuk rencana tidak semata-

mata karena ingin menyikapi peristiwa itu, tetapi karena peristiwa itu termasuk

masalah besar yang tidak sempat dimuat atau disiarkan oleh media massa yang

bersangkutan.73

Topik tajuk rencana juga mencerminkan visi, misi, dan kebijakan

umum media penerbitan pers. Ada pesan yang ingin disampaikan media lewat

tajuk rencananya. Maka dari itu, topik juga disesuaikan degan kualifikasi dan

fokus wilayah sirkulasi penerbitan untuk mendapat target yang tepat sasaran.

Fokus tajuk rencana akan sangat ditentukan oleh filosofi, visi, misi, dan

kebijakan umum media penerbitan; kualifikasi dan wilayah sirkulasi media

penerbitan; pertimbangan politis dari ideologis tertentu, baik yang bersifat

situasional maupun permanen.74

Topik tajuk rencana, idealnya ditulis dengan mengedepankan nilai

standar jurnalistik yang mengedepankan aktualitas, objektivitas, akurasinya,

73 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 157. 74 AS. Haris Sumardiria. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, h. 91.

Page 51: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

serta prinsip liputan berimbang (cover both sides). Topik pun tidak

bertentangan dengan aspek ideologis, yuridis, sosiologis, dan aspek etis yang

terdapat dalam masyarakat kita. Topik dari tajuk rencana juga berorientasi pada

nilai-nilai luhur yang menegakkan kebenaran.

Tajuk rencana yang baik seharusnya melakukan analisis terhadap

masalah yang terjadi. Pihak redaksi menjelaskan terlebih dahuluan masalah dan

latar belakang munculnya masalah tersebut. Selanjutnya, redaksi menganalisis

dengan teknik perbandingan, menerangkan sebab-akibat, serta melakukan

analogi masalah. Kesimpulan yang ditarik pihak redaksi harus pula

memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2.3. Model ANSVA dan Model SEES

Menurut Monroe dalam Raymond S. Ross, dalam Persuassion:

Communication and Interpersonal Relations, terdapat lima tahap urutan motif

yang sesuai dengan cara berpikir manusia dalam formula ANSVA: perhatian

(attention), kebutuhan (need), pemuasan (satisfaction), visualisasi

(visualization), dan tindakan (action).75

Dengan menggunakan attention, tajuk rencana harus membuat pembaca

tertarik untuk membaca lebih lanjut. Pandangan pertama para pembeca akan

tertuju pada judul, untuk itu membuat tajuk rencana menarik adalah dengan

menggunakan judul yang bombastis dan kalimat pembuka semenarik mungkin.

Tajuk rencana harus memenuhi kebutuhan (need) dan memuaskan kebutuhan

75 Ibid, h. 101.

Page 52: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

para pembaca (satisfaction). Keduanya adalah berkaitan dengan proses atau

gaya penulisan dari pihak redaksi beserta pemilihan isu yang diangkat.

Untuk visualization, yang dimaksud adalah penggambaran atas

peristiwa yang diangkat. Biasanya, penggambaran diperkuat dengan contoh-

contoh riil yang terjadi sehingga pembaca mudah menangkap pesan tajuk

rencana dan mudah untuk mengingatnya. Sedangkan untuk action, tahap ini

berada pada kesimpulan yang ditarik redaksi. Kesimpulan ini merupakan sikap

redaksi atas kasus sehingga pembaca secara sederhana dan singkat dapat

menangkap maksud dari tajuk rencana tersebut.

Selain teori ANSVA, dikenal juga teori SEES yang merupakan

singkatan dari statement, explanation, example, dan juga summary. Pada model

SEES, akan terlihat gaya penulisan yang lebih tegas dan ringkas. Statement,

menunjukkan pernyataan yang lugas dan tembak langsung terhadap

permasalahan. Tidak bertele-tele dalam memaparkan persoalan yang sedang

dibahas. Pernyataan yang lugas tersebut kemudian harus didukung dengan

bukti-bukti logis dan analisis yang meyakinkan pada explanation.

Sebagaimana, pada model ANSVA, SEES juga membutuhkan penambahan-

penembahan aksen yang memperkuat explanation yaitu berupa contoh-contoh

(example). Terakhir, dengan masih mengedepankan gaya bahasa yang padat

dan lugas, kesimpulan pun harus ditulis dengan mencantumkan tindakan

konkret sebagai solusi masalahnya. Bagian ini adalah summary.

Jika dilihat dari polanya, pers popular biasanya menggunakan teori

SEES, sedangkan pers serius papan papan atas lebih banyak memilih teori

ANSVA. Pers serius melihat teori SEES terlalu sederhana sehingga agak

Page 53: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

menyulitkan mereka untuk melakukan analisis lebih dalam dan tajam dalam

tajuk rencana yang ditulisnya.76

76 Ibid, h. 104.

Page 54: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

BAB III

GAMBARAN UMUM HARIAN REPUBLIKA

A. Sejarah Harian Republika

Harian Republika terbit pertama kali pada tanggal 4 Januari 1993.

Ia dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim dan dirintis oleh para

wartawan profesional muda yang dipimpin oleh Zaim Ukhrowi. Nama

Republika berasal dari ide Presiden Soeharto yang disampaikan saat

beberapa pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)

pusat menghadap untuk melaporkan rencana peluncuran harian umum

tersebut.77

ICMI sendiri berdiri pada bulan Desember 1990. ICMI sebagai

komunitas cendekiawan muslim melihat bahwa hingga tahun 1990-an

belum ada media atau pers Islam yang cukup berpengaruh di Indonesia.

Padahal, 80% penduduk Indonesia merupakan kaum muslim.

Media Islam dianggap kurang menjaga kredibilitas di hadapan

pembacanya, sambil mengkompromikan sebuah akomodasi dengan

kepentingan negara. Ilustrasi tersebut terlihat pada Harian Pelita.

“Pada pemilu 1977 dan 1982, Pelita dikenal dengan suara kekuatan politik Islam, terutama Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat itu seikulasinya telah mencapai hampir 100.000 eksemplar. Usai pemilu 1982, Pelita dibredel. Namun empat bulan kemudian harian ini terbit kembali dengan garis editorial yang lebih moderat dan lebih pragmatis-komersial. Semenjak itu Pelita ditinggalknan pembacannya.”78

77 Data resmi berupa Company Profile dari Harian Republika 78 Agus Sudibyo, Hamad, Qarari, Kabar-kabar Kebencian: Prasangka Agama di Media

Massa (Jakarta: ISAI, 2001), h.10.

Page 55: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Sebagai upaya menjawab persoalan seputar pers yang berorientasi

Islam ini, pada tanggal 18 November 1991, ICMI mengadakan seminar

tentang pers Islam. Seminar ini melahirkan harapan perlunya media Islam

yang cukup kuat, baik dari segi pengaruh sosial politik maupun aspek

lainnya. Melalui program 5K-nya, yaitu Kualitas Iman, Kualitas Hidup,

Kualitas Kerja, Kualitas Karya, dan Kualitas Pikir, ICMI membantu

Republika menembus izin penerbitan yang saat itu sangat ketat.79

Sebagai organisasi yang menghimpun cendekiawan dari mayoritas

pemeluk agama, ICMI memang mempunyai political power yang lebih

dibanding organisasi-organisasi lainnya. Kekuatan ini kemudian didukung

oleh banyaknya para birokrat, bahkan tingkat menteri, yang mendukung

ICMI.

Hairus Salim H.S di tulisannya yang berjudul “ICMI, Pluralisme

Agama dan Demokrasi” dalam ICMI, Negara dan Demokratisasi : Catatan

Kritis Kaum Muda mengatakan:

“Jika ICMI lupa diri dan terjerat dalam semangat serta merta, dua hal ini akan sangat mungkin menggiringnya untuk terus mengakumulasi kekuasaan dan selalu berupaya untuk menggapai target-target politiknya, yang selama ini dikalkulasi dalam hitungan-hitungan statisktik jabatan-jabatan strategis dan kritik-kritiknya terhadap kelompok-kelompok lain. Kemungkinan itu didukung oleh –melebihi partai pula-, ICMI mempunyai “mesin-mesin” politik seperti Harian Republika, CIDES, dan belakangan ini Ummat.”80

Bertekad memiliki media massa yang berkualitas dan memegang

nilai-nilai spiritualitas, ICMI dan beberapa tokoh pemerintah, serta

79 Data resmi Harian Republika 80 Zuli Qodir, ed, ICMI, Negara dan Demokratisasi : Catatan Kritis Kaum Muda,

(Yogyakarta: Kelompok Studi Lingkaran, 1995), h. 22.

Page 56: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

masyarakat yang berdedikasi pada pembangunan masyarakat yang

beragama Islam, membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus

1992. Yayasan ini kemudian memiliki tiga program, salah satunya adalah

penerbitan Harian Umum Republika. Yayasan Abdi Bangsa ini

mendirikan PT. Abdi Bangsa dan lahirlah Harian Republika.81

Republika lahir di atas upaya refleksi kegagalan pers Islam

sebelumnya. Manajemen awal Republika mencoba meretas persoalan

klasik: bagaimana mengedepankan misi Islam. Dalam konteks jurnalisme,

bagaimana menerapkan kaidah pemberitaan yang profesional tanpa

meninggalkan misi keIslamannya.

Parni Hadi selaku pemimpin redaksi pertama Harian Republika

mengatakan bahwa pada awalnya Republika digagas berdasarkan

kesadaran untuk menyajikan yang terbaik sebagai pengabdian kepada

Sang Khaliq. Kemudian timbul niat, lalu tekad, dan, akhirnya berbuat

untuk mewujudkannya.82

Founding Fathers harian ini telah menetapkan Republika sebagai

sebuah harian umum yang berwawasan kebangsaan (keindonesiaan) dan

bernafaskan Islam. Mottonya adalah mencerdaskan “kehidupan bangsa”,

seluruh Bangsa Indonesia yang sebagian besar terdiri dari umat Islam.

Dan, landasan untuk pencerdasan itu harus Islami. Artinya, berdasarkan

Al-Quran dan Sunnah Rasul.83 Sebagai media massa –seperti yang lain-

81 Data resmi Harian Republika 82 Hernowo, ed, Lautan Hikmah: Kumpulan Renungan Keagamaan di Harian Republika,

(Bandung: Mizan, 1994), h. 5 83 Ibid, h.5.

Page 57: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Republika mengemban fungsi sebagai alat penyampai informasi, pendidik,

penghibur dan sarana kontrol sosial sekaligus.

Berdasarkan data yang diperoleh dari situs jejaring sosial Facebook

resmi milik Republika, Tahun 1995, Republika membuka situs web di

internet. Republika menjadi yang pertama mengoperasikan Sistem Cetak

Jarak Jauh ( SCJJ ) pada tahun 1997.84 Pendekatan juga dilakukan kepada

komunitas pembaca lokal. Republika menjadi salah satu koran pertama

yang menerbitkan halaman khusus daerah. Selalu dekat dengan publik

pembaca adalah komitmen Republika untuk maju.

Republika tidak hanya ditujukan untuk mendukung partai politik

atau untuk orang saleh belaka, tetapi ditujukan untuk orang-orang yang

belum mantap imannya dan ogah dengan seruan moralistik. Dengan

demikian, Republika memuat secara teratur artikel-artikel mengenai seni,

televisi, sastra, dan tren mode yang menarik bagi muslim kelas menengah

dan atas yang menjadi pembacanya.85 Kosmopolitanisme Republika

adalah suatu upaya menunjukkan bahwa Islam bukan hanya sekedar

persoalan untuk orang desa dan ulama, tetapi sebuah agama yang bisa

mengilhami suatu kesadaran sosial yang sesuai dengan aspirasi rakyat

sebagai keterbukaan dan pluralisme.86

Rubrik khas Republika adalah Hikmah.87 Rubrik ini lahir setelah

Republika merasakan masih ada yang kurang dalam sajian koran ini

84 http://www.facebook.com/pages/REPUBLIKA-Online diakses pada tanggal 09-05-

2011 pukul 20:40 WIB 85 Data resmi Harian Republika 86 Agus Sudibyo, Hamad, Qadari, Kabar-kabar Kebencian, h. 11 87 Hernowo, ed, Lautan Hikmah: Kumpulan Renungan Keagamaan di Harian Republika,

h. 6.

Page 58: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

setelah kurang lebih satu tahun terbit. Republika merasa perlunya hadir

sebuah sajian tentang bimbingan ruhani yang Islami. Bahan-bahan untuk

rubrik ini terdiri atas kandungan Al-Quran, Hadis, kisah-kisah sahabat

Nabi sampai kisah-kisah masa kini.

Rubrik ini muncul pertama kali untuk menyambut Bulan

Ramadhan 1413 H. Namanya, “Marhaban Ya Ramadhan” kemudian

berubah menjadi “Hikmah Ramadhan”. Kemudian, untuk menyambut

bulan haji, muncul kembali dengan nama “Labbaika Ya Allah”. Terakhir,

ia menyandang nama tetap “Hikmah” sampai sekarang.88

Sebagai tanggungjawab sosial kepada masyarakat luas, khususnya

kaum dhuafa, juga sekaligus ikut serta mensukseskan program pemerintah

dalam mengentaskan kemiskinan, pada Juli 1993, Republika membuka

program Dompet Dhuafa. Program ini bertujuan menghimpun, mengelola,

dan menyalurkan zakat para pembacanya.89

Eri Sadewo, salah satu pendiri program Dompet Dhuafa ini

menerangkan bahwa secara bisnis, Republika sudah maju dan perlu terus

menggali karakter untuk membuat peran Republika semakin penting di

masyarakat.90

B. Visi dan Misi Harian Republika

Filosofi Harian Republika adalah menjadikan harian ini sebagai

koran umat yang terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang

88 Hernowo, ed, Lautan Hikmah: Kumpulan Renungan Keagamaan di Harian Republika,

h. 7. 89 Data resmi Harian Republika 90 Berita dari Republika Online, Kamis, 31 Maret 2011

Page 59: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

sejuk, toleran, damai, cerdas dan profesional.91 Sebagai surat kabar yang

didirikan berdasarkan asas keislamannya, Republika memegang nilai-nilai

spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila yang merupakan filsafat

bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945. Oleh

karenanya, Republika memiliki visi menegakkan amar ma’ruf nahi

munkar yang membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat.92

Sebagai wujud kebangkitan pers Islam, Republika mengedepankan

sikap kritis yang elegan. Tidak menyakiti namun mencerdaskan, mendidik,

dan mencerahkan bagi para pembacanya. Menurut Irwan Ariefyanto,

Redaktur Pelaksana II Harian Republika, Republika bukan koran sumber

yang mencari informasi berdasarkan “katanya-katanya”. Republika

merupakan koran fakta yang tidak mau terjebak dalam provokasi untuk

bertindak keras.93 Republika juga memiliki visi berwawasan kebangsaan.

Adapun misi yang diemban Harian Republika bergerak di wilayah

politik, ekonomi, budaya, agama, dan hukum. Republika mendorong

terwujudnya demokratisasi dan partisipasi politik semua lapisan

masyarakat. Selain itu, Republika juga menekankan perlunya pemerataan

sumber-sumber daya ekonomi dan mempromosikan prinsip etika dan

moralitas dalam berbisnis.94

Dalam ranah budaya, Republika mendukung sikap terbuka dan

apresiatif terhadap bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

91 Data resmi Harian Republika 92 Data resmi Harian Republika 93 Hasil wawancara dengan Redaktur Pelaksana II Harian Republika, Irwan Ariefyanto,

pada Kamis, 5 Mei 2011 94 Data resmi Harian Republika

Page 60: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

kemanusiaan namun juga bersikap kritis terhadap bentuk kebudayaan yang

merusak moralitas.95

Sebagai media massa Islam, Republika mendorong sikap beragama

yang terbuka. Mengedepankan semangat toleransi yang tulus serta

mendorong pencarian titik temu di antara agama-agama. Selain itu,

Republika berusaha mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin dalam

segala bidang kehidupan.

C. Karakter Harian Republika

Dalam penyajian informasinya, Harian Republika mengedepankan

bahasa jurnalistik yang lugas, mudah dibaca, jelas, dan tuntas. Republika

amenggunakan bahasa-bahasa popular untuk memudahkan pembaca

namun tidak mengabaikan kaidah-kaidah bahasa.96 Hal ini pun

diungkapkan Parni Hadi dalam Lautan Hikmah bahwa agar pas dengan

sasarannya, penampilan Republika harus lugas, ringkas, padat, memikat,

dan tepat (dengan perkembangan zaman). Gaya penyajiannya diusahakan

popular dan kontemporer.97

90% pembaca Republika merupakan kaum muslim dan sisanya

merupakan kaum non muslim. Pembaca Republika yang merupakan

komunitas muslim ini juga berasal dari kalangan berpendidikan dan juga

profesional. Toleran dan inklusif, peduli keluarga dan loyal, merupakan

95 Data resmi Harian Republika 96 Data resmi Harian Republika 97 Hernowo, ed, Lautan Hikmah: Kumpulan Renungan Keagamaan di Harian Republika,

h. 6.

Page 61: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

masyarakat kota, dan biasanya menengah ke atas merupakan profil

pembaca Harian Republika.98

Adapun profesi dan usia pembaca Harian Republika dapat dilihat

pada diagram di bawah ini yang bersumber pada data resmi Harian

Republika:99

Diagram III.1. Profesi Pembaca Harian Republika

98 Data resmi Harian Republika 99 Data resmi Harian Republika

Page 62: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Diagram II Usia Pembaca Republika

Kekuatan harian yang bermarkas di Warung Buncit Raya, Jakarta

Selatan, ini juga terletak dari tata letak dan visualisasi yang menjadi

penonjolan-penonjolan informasi berupa gambar, table, grafik, dan lain

sebagainya. Ini terbukti dengan penghargaan sebagai tata wajah terbaik

pada awal tahun penerbitannya juga penghargaan The Best Newspaper

2005 pada tahun 2006 dan The Best National Newspaper pada tahun 2007

masing-masing oleh Dewan Press dan ajang Cakram Award.100

D. Struktur Redaksi Harian Republika

100 Data resmi Harian Republika

Page 63: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Data resmi Harian Republika memperlihatkan bahwa sebagaimana

struktur redaksi media massa lain, Harian Republika dikepalai oleh

pemimpin redaksi dan wakil redaksinya. Di bawah keduanya terdapat

sekretaris redaksi yang bertanggungjawab kepada pemimpin atau wakil

redaksi. Selain sekretaris redaksi, pemimpin redaksi beserta wakilnya juga

membawahi langsung redaktur pelaksana dan redaktur senior. Redaktur

senior tersebut bertugas mengepalai redaktur daerah dan redaktur

Republika Online.

Sedangkan redaktur pelaksana membawahi dua wakil, yaitu wakil

redaktur pelaksana I yang bertanggungjawab atas berita dan wakil redaktur

pelaksana II yang bertanggungjawab atas nonberita, desain, dan foto.

Untuk berita pada halaman I, halaman internasional, halaman ekonomi

yang mencakup ekbis, bisnis investasi, syariah, global, dan pareto busana,

serta halaman olahraga yang mencakup arena dan sepak bola dikepalai

asisten redaktur pelaksana I yang harus bertanggungjawab atas wakil

redaktur pelaksana I. Asisten redaktur pelaksana II yang juga berada di

bawah wakil redaktur pelaksana I bertanggungjawab terhadap Dialog

Jumat, halaman City News, Iptek, berita Edisi Ahad, dan halaman nasional

yang meliputi politik 3 berita harian, hokum, kesra, dan berita di halaman

12.

Sejajar dengan wakil redaktur pelaksana I, wakil redaktur

pelaksana II yang memegang nonberita, desain, dan foto membawahi 3

bagian sekaligus. Mereka adalah asisten redaktur pelaksana III, asisten

redaktur pelaksana IV, dan juga redaktur foto. Asisten redaktur pelaksana

Page 64: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

III bertanggungjawab terhadap nonberita, seperti berita halaman I Ahad,

cerpen, puisi, wacana, horizon, cerber, pustaka, dan senggang. Selain itu

juga ficer halaman I, analisis, resonansi, refleksi, opini, dan tajuk suara.

Ada lagi warna, hwal, TV Guide, laporan utama Minggu, perilaku di balik

layar, hobi dan habit, layar perak dan DV, serta rubrik Gaya.

Ia juga bertanggungjawab terhadap sosok, wawancara, Dari Kami,

Korcil, Belia, Remaja, Griya, Jalan-jalan, Wanita, Kesehatan, Boga, dan

Ayah Bunda. Sedangkan Asisten redaktur pelaksana IV brrtanggungjawab

atas desain halaman dan redaktur foto atas dokumentasi foto dan

laboratorium scanner.

Berdasasarkan data resmi Harian Republika per tanggal 9

Desember 2010, berikut adalah susunan redaksi harian tersebut:101

Pemimpin Redaksi : Nasihin Masha

Wakil Pemimpin Redaksi : Arys Hilman

Redaktur Pelaksana : Elba Damhuri

Wakil Redaktur Pelaksana : Syahruddin, El-Fikri, Irfan Junaidi, S.

Kumara Dewatasari

Asredpel Halaman 1, Ekbis, Olahraga, Luar Negeri, Iptek : Nur

Hasan Murtiaji

Halaman 1 : Rahmad Budi Harto, Budi Rahardjo

Ekonomi Bisnis : Wulan Tunjung Palupi, Firkah Fansuri, Zaky Al

Hamzah

101 Data resmi Harian Republika

Page 65: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Olahraga : Israr, Endro Yuwanto

Luar Negeri/Iptek : Yeyen Rostiyani

Asredpel Nasional, Didaktika, Kabar Kota, Gen I : Joko Sadewo

Politik : Andri Saubani

Nasional/Hukum : Dewi Mardiani

Didaktika : Burhanuddin Bella

Kabar Kota : Maghfiroh Yenny

Gen I : Priyantono Oemar, Natalia Endah Hapsari

Asredpel Agama, Siesta : Subroto

Dialog Jumat : Ferry Kisihandi

Islam Digest : Heri Ruslan

Hlm 12/Khazanah : Wachidah Handasah

Siesta : Nina Chairani Ibrahim

Asredpel Special Product : Bidramnanta

Irwan Kelana

Khoirul Azwar Siregar

Christine Purwatiningsih

Redaktur Senior : Anif Punto Utomo

Reporter Senior : Muhammad Subarkah

Harun Hussein

Nurul S. Hamami

Teguh Setiawan

Page 66: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Selamat Ginting

Andi Nur Aminah

Budi Utomo

Investigasi : Darmawan Sepriyossa

Kepala Quality Control dan Bahasa : Rakhmat Hadi Sucipto

Kepala Biro Foto : Fachrul Ratzi

Kepala Desain : Sarjono

Sekretaris Redaksi : Fachrul Ratzi

Kepala Newsroom : Irwan Ariefyanto

Rachmat Santosa Basarah

EH Ismail

Palupi Annisa Auliani

Kepala ROL : Agung Pragitya Vazza

Kepala Redaksi : Johar Arief

Stevy Maradona

Siwi Tri Puji Budiwiyati

Krisman Purwoko

Ajeng Pitakasari

Didi Purwadi

Muhammad Djibriel

Kepala Perwakilan Jabar : Maman Sudiaman

Kepala Perwakilan DIY-Jateng : Indra Wisnu Wardhana

Kepala Perwakilan Jatim : Asep Nurzaman

Page 67: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA DATA

Hubungan Indonesia-Malaysia kembali memanas. Isu inilah yang sering

ditemukan di berbagai headline media massa pada pertengahan Agustus 2010. Hal

tersebut dimulai saat petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI

ditangkap polisi Malaysia.

Konflik ini menjadi pusat perhatian banyak pihak. Menjalankan fungsinya

sebagai penyampai informasi, media massa pun terus mengangkat kasus ini

sebagai topik utama di tengah masyarakat. Masyarakat pun setuju, konflik ini

bukan lagi sebatas masalah pelanggaran batas wilayah, namun menjadi pelecehan

atas kedaulatan RI. Akibatnya, demonstrasi mengecam Malaysia marak terjadi di

mana-mana, bukan hanya itu, pemerintah Malaysia pun akhirnya gerah

menanggapi berbagai kecaman dari Indonesia sehingga melancarkan kritik balik

terhadap rakyat Indonesia.

Sebagai surat kabar nasional yang berasaskan Islam dan terkenal berada

pada garis tegas namun tidak keras dalam pemberitaannya, pada tanggal 15

Agustus 2010 Republika menulis headline dengan judul “Konfrontasi!” Headline

ini menunjukkan bahwa Republika ikut mewakili suara geram masyarakat

Indonesia atas kasus penangkapan petugas KKP di perairan Riau 13 Agustus

2010.

Tidak hanya itu, Republika pun menulis tajuk rencana menyikapi kasus ini

sebanyak 3 kali dalam kurun waktu Agustus 2010. Berikut judul dan pembahasan

ketiga tajuk rencana Republika tersebut:

Page 68: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Hari/ Tanggal Judul Tajuk Rencana

Isi Tajuk Rencana

Kamis, 19 Agustus

2010

Hubungan RI-

Malaysia

Ketidaktegasan pemerintah RI

dalam menyelesaikan masalah

illegal fishing dan pelanggaran

kedaulatan hanya dengan diplomasi

barter antara kedua negara.

Sabtu, 28 Agustus

2010

Hubungan Panas

Serumpun

Kasus kesewenang-wenangan

Malaysia terhadap Indonesia yang

dilakukan berkali-kali, tidak adanya

itikad baik dari Malaysia untuk

meminta maaf, dan penyelesaian

yang hanya pada tataran elit

menyebabkan hubungan keduanya

makin memanas.

Senin, 30 Agustus

2010

Malaysia yang

Berbudi

Keangkuhan Malaysia yang

memandang remeh Indonesia

dengan menunjukkan perilaku

bertetangga yang tidak baik.

Tabel IV. 1 Daftar Judul Tajuk Rencana dengan Pembahasan Indonesia-Malaysia

Ketiga tajuk rencana di atas membahas tentang hubungan kedua negara

yang makin hari makin memanas. Persoalan yang timbul biasanya seputar

pengklaiman budaya, pelanggaran perbatasan, atau juga masalah Tenaga Kerja

Indonesia yang kerap kali mendapat penyiksaan dari Malaysia. Namun, pada

Page 69: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

pertengahan Agustus lalu, penangkapan petugas KKP Indonesia kembali

memunculkan konflik antar keduannya. Lebih dari itu, alasan sebagai negeri

serumpun membuat penyelesaian yang semu, hanya sebatas tataran elite dengan

diplomasi barter.

Ketidakpuasan rakyat Indonesia terhadap Malaysia inilah yang diangkat

Republika lewat tajuknya. Ketidakpuasan terhadap penyelesaian konflik ini lebih

terlihat pada bagaimana Malaysia tidak menganggap Indonesia sebagai negeri

yang besar sehingga sering kali meremehkan Indonesia. Dengan model Robert

Entman, maka penulis akan membahas ketiga tajuk rencana ini satu per satu.

A. Analisis Framing Tajuk Rencana Kamis, 19 Agustus 2010

Tajuk rencana yang ditulis pada hari Kamis, 19 Agustus 2010 merupakan

tajuk pertama menyoal hubungan Indonesia dan Malaysia. Adapun tajuk tersebut

selengkapnya adalah:

Hubungan RI-Malaysia

Kita selalu menyebutnya sebagai negara serumpun. Itulah hubungan Indonesia dan Malaysia. Namun, akhir-akhir ini hubungan keduanya berkali-kali menegang. Kisarannya selalu soal perlakuan terhadap tenaga kerja Indonesia di Malaysia, sengketa perbatasan, dan klaim-klaim Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia.

Hal terbaru adalah soal kejadian pada 13 Agustus lalu. Sejumlah tujuh nelayan Malaysia memasuki perairan Bintan, Kepulauan Riau. Kapal Patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan menangkap mereka. Para nelayan pindah ke kapal patroli, sedangkan tiga petugas berpindah ke kapal nelayan yang merangkai lima kapal itu dengan digandengkan. Namun, setelah 45 menit berlayar, datang kapal patroli dari polisi air Malaysia. Mereka menghadang rangkaian kapal nelayan. Selain itu, mereka juga melakukan penembakan ke udara terhadap kapal patroli Indonesia yang melaju di depan. Akhirnya, tujuh nelayan Malaysia ditahan petugas Indonesia, sedangkan tiga petugas Indonesia ditahan Malaysia. Adapun lima kapal nelayan Malaysia juga bisa dibawa kembali ke Malaysia.

Kejadian ini membuat geger. Bahkan, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menambahi bahwa Malaysia sudah 10 kali menangkap kapal

Page 70: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Indonesia. Pihak Malaysia segera mengakui bahwa para nelayan itu memang memasuki perairan Indonesia. Namun, bagi Malaysia ini hanya peristiwa kecil karena nelayan tradisional sering melakukan itu. Bahkan, ia menyebut nelayan Indonesia pun sering memasuki perairan Malaysia. Karena itu, solusinya pun sederhana. Pihak Indonesia mendeportasi nelayan Malaysia, demikian pula sebaliknya. Inilah yang kemudian ditafsirkan sebagai diplomasi barter.

Sebagian pihak tak puas dengan penyelesaian seperti ini. Mereka menuntut penyelesaian secara hukum terhadap nelayan dan membebaskan petugas Indonesia dengan disertai permohonan maaf. Apalagi, Malaysia sudah mengakui nelayannya menerobos wilayah Indonesia. Namun, penyelesaian sebagai bangsa serumpun dan menjaga keharmonisan ASEAN rupanya menjadi pilihan satu-satunya.

Walaupun begitu, setidaknya ada empat pelanggaran yang dilakukan Malaysia: illegal fishing, pelanggaran kedaulatan oleh aparat Malaysia, penyanderaan terhadap petugas resmi Indonesia, dan provokasi penembakan oleh aparat Malaysia. Namun dengan diplomasi barter, seolah tak ada kesalahan. “Hanya masalah kecil” seperti disampaikan Malaysia.

Penyelesaian cara ini bisa menimbulkan trauma bagi aparat di bawah. Mereka tak akan berani menindak illegal fishing yang banyak terjadi di perairan Indonesia. Pencurian ikan di perairan Indonesia mmerupakan persoalan serius. Mereka berburu tuna yang banyak berbiak di perairan Indonesia. Kita kehilangan pendapatan dan nelayan Indonesia hanya bisa melongo. Ini terutama dilakukan oleh nelayan Thailand, Cina, dan Filipina. Mereka memiliki kapal yang lebih canggih dari kapal nelayan ataupun kapal patroli. Karena itu, tawaran dari TNI AL untuk membantu patroli merupakan lelucon yang tak lucu. Semua itu sudah menjadi tugas TNI dan polisi untuk mengamankan wilayah Indonesia. Bandingkan dengan nasib nelayan Indonesia yang ditangkap Australia. Mereka ditahan dan kapalnya dibakar. Lalu pemerintah tak melakukan pembelaan apa pun. Kita iri pada sikap polisi Malaysia yang sigap mengejar kapal patroli Indonesia yang menangkap nelayan mereka. Betapa heroiknya tindakan mereka, tak peduli menerobos kedaulatan lain.

Jika pemerintah ingin disebut heroik, pemerintah harus bisa menekan Malaysia untuk segera meyelesaikan perjanjian perbatasannya dengan Indonesia. Sikap mereka yang terus mengulur waktu semata ini bukan prioritas. Hal ini dikarenakan mereka memiliki agenda nasionalnya sendiri.

Berikut adalah tabulasi pembingkaian yang dilakukan Harian Republika

untuk tajuk pertama seputar hubungan kedua negara.

Page 71: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Judul : Hubungan RI-Malaysia

Variabel Indikator Keterangan Pr

oble

m Id

entif

icat

ion

Masalah komunikasi

internasional dan

keamanan NKRI

1. Pihak Indonesia mendeportasi

nelayan Malaysia, demikian pula

sebaliknya. Inilah yang kemudian

ditafsirkan sebagai diplomasi

barter.

2. Namun, penyelesaian sebagai

bangsa serumpun dan menjaga

keharmonisan ASEAN rupanya

menjadi pilihan satu-satunya.

3. Namun dengan diplomasi barter,

seolah tak ada kesalahan. “Hanya

masalah kecil” seperti disampaikan

Malaysia.

Page 72: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Caus

al In

terp

reta

tion

Pemerintah Indonesia

1. Kejadian ini membuat geger.

Bahkan, Menteri Kelautan dan

Perikanan Fadel Muhammad

menambahi bahwa Malaysia sudah

10 kali menangkap kapal Indonesia.

2. Karena itu, solusinya pun

sederhana. Pihak Indonesia

mendeportasi nelayan Malaysia,

demikian pula sebaliknya. Inilah

yang kemudian ditafsirkan sebagai

diplomasi barter.”

3. Namun penyelesaian sebagai

bangsa serumpun dan menjaga

keharmonisan ASEAN rupanya

menjadi pilihan satu-satunya.

4. Namun, dengan diplomasi barter,

seolah tak ada kesalahan.”

5. Sebagian pihak tak puas dengan

penyelesaian seperti ini ...

6. Penyelesaian cara ini bisa

menimbulakn trauma bagi aparat

bawah.

Page 73: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Mor

al E

valu

atio

n

Mental Pemerintah RI

kecil di hadapan negara

tetangga akibatnya

timbul trauma di

aparatur bawah dan

rakyat pun merugi

1. Karena itu, tawaran dari TNI AL

untuk membantu patroli merupakan

lelucon yang tak lucu. Semua itu

sudah menjadi tugas TNI dan polisi

untuk mengamankan wilayah

Indonesia.

2. Penyelesaian cara ini bisa

menimbulkan trauma bagi aparat di

bawah. Mereka tak akan berani

menindak illegal fishing yang

banyak terjadi di perairan

Indonesia.

3. Kita kehilangan pendapatan dan

nelayan Indonesia hanya bisa

melongo.

Page 74: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Trea

tmen

t Rec

omm

enda

tion

Pemerintah diminta

lebih tegas dalam

menyelesaikan konflik

ini

1. Mereka (rakyatt Indonesia)

menuntut penyelesaian secara

hukum terhadap nelayan dan

membebaskan petugas Indonesia

dengan disertai permohonan maaf.

2. Jika pemerintah ingin disebut

heroik, pemerintah harus bisa

menekan Malaysia untuk segera

meyelesaikan perjanjian

perbatasannya dengan Indonesia.

Tabel VI. 2 Framing Tajuk Rencana “Hubungan RI-Malaysia”

Tajuk pertama menyikapi konflik antara Indonesia-Malaysia di

pertengahan Agustus ini mengangkat judul “Hubungan RI-Malaysia”. Di sini,

Republika menggambarkan bahwa hubungan kedua negara ini sering kali terjadi

ketegangan. Bukan hanya masalah penangkapan petugas KKP RI oleh Polisi

Diraja Malaysia saja, namun juga masalah-masalah lain seperti sengketa

perbatasan, perlakuan kasar terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI), atau klaim-

klaim Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia.

Masalah penangkapan petugas KKP yang menjadi salah satu penyulut

konflik ini pun diakui oleh pemerintah Malaysia. Pemerintah Malaysia jelas

mengakui bahwa memang benar nelayan mereka memasuki perairan Indonesia.

Dalam tajuk ini disebutkan bahwa walaupun pemerintah Indonesia merasa ini

memang benar kesalahan Malaysia dan bahkan Malaysia sudah mengakuinya,

Page 75: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

pemerintah kita hanya menurut saja saat Malaysia meminta membarter petugas

KKP RI dengan nelayan Malaysia.

Karenanya, Problem Identification atau identifikasi masalah dalam tajuk

ini dilihat sebagai masalah komunikasi internasional dan kedaulatan wilayah

NKRI itu sendiri. Hal ini dilihat dari bagaimana Republika meyebutkan diplomasi

dalam tajuk ini. Sebagai negara tetangga, diplomasi menjadi solusi paling utama

untuk menyikapi masalah keduanya. Hanya saja, diplomasi yang menurut

Republika hanya sekadar basa-basi ini menarik konflik tersebut ke dalam wilayah

kedaulatan NKRI.

Kedaulatan RI kita sering kali terusik karena masalah-masalah perbatasan

dengan negara tetangga. Selain konflik pokok, penangkapan petugas KKP oleh

polisi Malaysia, dalam tajuk ini juga disebutkan nasib nelayan Indonesia yang

ditangkap Australia.

“Bandingkan dengan nasib nelayan Indonesia yang ditangkap Australia. Mereka ditahan dan kapalnya dibakar. Lalu pemerintah tak melakukan pembelaan apa pun. Kita iri pada sikap polisi Malaysia yang sigap mengejar kapal patroli Indonesia yang menangkap nelayan mereka. Betapa heroiknya tindakan mereka, tak peduli menerobos kedaulatan lain.”

Causal Interpretation. Pada bagian ini, Republika jelas menuding

pemerintah Indonesia sebagai penyebab masalahnya. Ini terlihat pada

penggambaran-penggambaran Republika atas sikap pemerintah yang terlihat takut

dan menerima apa saja keputusan Malaysia.

Pemerintah, menurut tajuk Republika ini, tidak serius, lembek, bahkan

terkesan takut. Ini bisa terlihat dari mulai paragraf pertama yang menggambarkan

masalah-masalah antara Indonesia dan Malaysia.

Page 76: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Dalam paragraf tersebut ditulis;

“Namun, akhir-akhir ini hubungan keduanya berkali-kali menegang. Kisarannya selalu soal perlakuan terhadap tenaga kerja Indonesia di Malaysia, sengketa perbatasan, dan klaim-klaim Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia.”

Tidak cukup sampai di situ, visualisasi peristiwa 13 Agustus 2010 pun

ditulis pada paragraf kedua untuk memperkuat kembali gambaran konflik yang

terjadi antara keduanya.

“Hal terbaru adalah soal kejadian pada 13 Agustus lalu. Sejumlah tujuh nelayan Malaysia memasuki perairan Bintan, Kepulauan Riau. Kapal Patroli Kementrian Kelautan dan Perikanan menangkap mereka. Para nelayan pindah ke kapal patroli, sedangkan tiga petugas berpindah ke kapal nelayan yang merangkai lima kapal itu dengan digandengkan. Namun, setelah 45 menit berlayar, datang kapal patroli dari polisi air Malaysia. Mereka menghadang rangkaian kapal nelayan. Selain itu, mereka juga melakukan penembakan ke udara terhadap kapal patroli Indonesia yang melaju di depan. Akhirnya, tujuh nelayan Malaysia ditahan petugas Indonesia, sedangkan tiga petugas Indonesia ditahan Malaysia. Adapun lima kapal nelayan Malaysia juga bisa dibawa kembali ke Malaysia.”

Dengan dipaparkannya masalah-masalah yang timbul antara Indonesia-

Malaysia, Republika melihat ada ketakutan dari pemerintah Indonesia itu sendiri

terhadap Malaysia. Ini diperlihatkan pada paragraf ketiga sebagai berikut;

“Kejadian ini membuat geger. Bahkan, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menambahi bahwa Malaysia sudah 10 kali menangkap kapal Indonesia. Pihak Malaysia segera mengakui bahwa para nelayan itu memang memasuki perairan Indonesia.”

Untuk memperkuat bahwa ada ketakutan dari pemerintah RI akan

Malaysia, Republika memaparkan setidaknya ada empat pelanggaran yang

dilakukan Malaysia dalam kasus ini pada paragraf kelima;

“Walaupun begitu, setidaknya ada empat pelanggaran yang dilakukan Malaysia: illegal fishing, pelanggaran kedaulatan oleh aparat Malaysia,

Page 77: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

penyanderaan terhadap petugas resmi Indonesia, dan provokasi penembakan oleh aparat Malaysia.”

Pencantuman fakta-fakta pada penjelasan di atas tentunya menggiring

pembaca untuk mengetahui seberapa banyak masalah yang terjadi antara

Indonesia dan Malaysia. Selanjutnya, pembaca akan melihat bahwa Republika

menilai masalah hubungan kedua negara terletak pada ketidakseriusan pemerintah

dalam menyikapi kasus ini sebagaimana ditunjukkan Republika pada akhir

paragraf ketiga;

“Karena itu, solusinya pun sederhana. Pihak Indonesia mendeportasi nelayan Malaysia, demikian pula sebaliknya. Inilah yang kemudian ditafsirkan sebagai diplomasi barter.”

Atau pada akhir paragraf keempat;

“Namun penyelesaian sebagai bangsa serumpun dan menjaga keharmonisan ASEAN rupanya menjadi pilihan satu-satunya.”

Diplomasi barter kembali dipertegas Republika pada akhir paragraf

kelima; “Namun, dengan diplomasi barter, seolah tak ada kesalahan.”

Dengan begitu, istilah diplomasi barter yang disebutkan hingga dua kali

sebagai cara penyelesaian konflik saat itu menjadi kata kunci ketidaktegasan sikap

Pemerintah RI dalam tajuk rencana ini.

Pada bagian lain (paragraf keempat) disebutkan pula,

“Sebagian pihak tak puas dengan penyelesaian seperti ini ...”

Atau paragraf keenam;

“Penyelesaian cara ini bisa menimbulkan trauma bagi aparat bawah.”

Page 78: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Penggunaan kalimat penyelesaian cara ini menggiring pembaca pada si

penyelesai masalah yang tidak lain adalah pemerintah Indonesia.

Moral Evaluation. Penilaian terhadap Pemerintah RI sebagai aktor

penyebab datang dari sikap pemerintah yang terlihat sangat lamban dan tidak

tegas, bahkan terkesan takut. Pemerintah, seharusnya memberi perlindungan bagi

setiap warga negaranya. Dalam kasus ini saja, pemerintah terlihat menurut saja

apa yang diinginkan Malaysia sebagai solusi konflik. Tidak ada ketegasan, seperti

teguran keras bagi Malaysia terkait pelanggaran-pelanggaran perbatasan. Atau

misalnya tuntutan agar pihak Malaysia meminta maaf dan penyelesaian lewat

jalur hukum sebagaimana yang menjadi tuntutan rakyat Indonesia.

Lebih anehnya lagi, menurut Republika, adalah tawaran dari TNI AL

tentang bantuan patroli di wilayah perairan Indonesia. Karena seharusnya, itu

semua memang sudah menjadi tugas dan tanggungjawab TNI dan polisi untuk

mengamankan wilayah Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa mental pemerintah

kita di hadapan negara tetangga sangat kecil dan tak bernyali. Republika

menuliskannya pada akhir paragraf keenam bahwa;

“Bandingkan dengan nasib nelayan Indonesia yang ditangkap Australia. Mereka ditahan dan kapalnya dibakar. Lalu pemerintah tak melakukan pembelaan apa pun.”

Akibatnya, aparatur bawah menjadi trauma dan ikut-ikutan takut menindak

berbagai pelanggaran yang dilakukan negera tetangga. Aparat takut rakyat pun

merugi, setidaknya inilah yang diasumsikan Republika pada paragraf keenamnya.

“Mereka tak berani menindak illlegal fishing yang banyak terjadi di perairan Indonesia. Pencurian ikan di perairan Indonesia merupakan persoalan serius. Mereka berburu tuna yang banyak berbiak di perairan

Page 79: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Indonesia. Kita kehilangan pendapatan dan nelayan Indonesia hanya bisa melongo.”

Treatment Recommendation. Solusi atas masalah ini menurut Republika

hanya ketegasan dan keberanian pemerintah Indonesia untuk menindak segala

bentuk pelanggaran oleh negara tetangga. Ini mejadi solusi utama karena

bagaimana pun, menurut Republika, wibawa Indonesia di mata negera tetangga

harus dikembalikan. Pemerintah harus bisa menekan Malaysia, dalam kasus ini,

untuk segera menyelesaikan perjanjian perbatasan dengan Indonesia. Bukan

sekedar janji dan sebatas agenda yang tak terselesaikan selama ini. Perbatasan

harus jelas dan harus menjadi prioritas utama.

Dalam hal ini, Republika menyertakan suara masyarakat sebagai bagian

dari solusi yang ditawarkan terhadap kasus ini. Masyarakat mengharapkan adanya

penyelesaian secara hukum dan permohonan maaf. Terlihat pada paragraf

keempat baris kedua sebagai berikut:

“Mereka menuntut penyelesaian secara hukum terhadap nelayan dan membebaskan petugas Indonesia dengan disertai permohonan maaf.”

Solusi agar pemerintah bertindak tegas ada di paragraf terakhir tajuk ini;

“Jika pemerintah ingin disebut heroik, pemerintah harus bisa menekan Malaysia untuk segera meyelesaikan perjanjian perbatasannya dengan Indonesia.”

Tajuk pertama ini secara tegas menggambarkan masalah penangkapan

petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan di perairan Riau 13 Agustus lalu.

Tajuk ini menggiring pembaca bahwa kasus ini merupakan kasus penting yang

bukan hanya menyinggung perbatasan wilayah saja, tapi juga sudah memasuki

wilayah hubungan kedua negara yang tak kunjung harmonis.

Page 80: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Tudingan bahwa aktor penyebab masalah merupakan pemerintah

Indonesia bukan sekadar tudingan. Penulis mendapatkan banyak penonjolan yang

dilakukan Republika untuk menjadikan pemerintah Indonesialah yang sangat

bertanggungjawab atas kasus ini. Penonjolan-penonjolan tersebut telah dibahas

pada causal interpretation di atas.

Sebagai penekanan lebih bahwa pemerintah kita terlalu lemah dalam

menghadapi negara tetangga, Republika pun memberikan visualisasi tentang sikap

pemerintah negara lain saat warganya ditangkap atau pun saat perbatasan

wilayahnya dilanggar.

Tajuk ini berdasarkan pola Monroe tentang pola penulisan tajuk rencana,

menurut penulis, termasuk menggunakan pola ANSVA, yakni attention, need,

satisfaction, visualisasi, dan action. Gaya penulisan Republika yang lebih

menggambarkan masalah di awal untuk menarik perhatian pembaca menjadi ciri

khas tersendiri dalam tajuk rencana ini. Solusi sebagai action yang diberikan

Republika tegas mengatakan bahwa pemerintah harus segera menyelesaikan

masalah perbatasan jika memang pemerintah kita ini mau disebut sebagai heroik.

B. Analisis Framing Tajuk Rencana Sabtu, 28 Agustus 2010

Setelah dalam senggang waktu kurang lebih satu minggu, Harian

Republika hanya membahas kasus Indonesia-Malaysia dalam kolom beritanya

saja. Tajuk menyoal hubungan kedua negara ini muncul kembali pada 28 Agustus

2010 pasca keberatan Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Seri Anifah Aman

atas pemberitaan mengenai konflik ini oleh media massa Indonesia. Berikut isi

tajuk rencana selengkapnya.

Page 81: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Hubungan Panas Serumpun Dalam tiga hari terakhir ini, hubungan Indonesia-Malaysia makin

memanas. Apalagi, setelah Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman mengatakan bahwa negaranya mulai hilang kesabaran terhadap warga Indonesia yang dinilainya melecehkan. Mereka juga siap menerbitkan imbauan tidak bepergian ke Indonesia (travel advisory).

Mulanya adalah penangkapan tujuh pencuri ikan Malaysia di perairan Indonesia pada 13 Agustus 2010 silam. Ketika pencuri itu dibawa ke pelabuhan, polisi Malaysia justru menangkap petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan. Entah bagaimana ceritanya, Pemerintah Indonesia membarter pencuri itu dengan petugas. Perilaku polisi Malaysia yang asal tangkap tersebut meluapkan kekesalan masyarakat Indonesia. Apalagi, sikap pemerintahan kita yang lemah menghadapi kesewenangan itu. Akibatnya, masyarakat seperti digerakkan untuk melakukan demonstrasi terhadap Malaysia. Termasuk melakukan pelemparan kotoran ke Kedubes Malaysia.

Banyak kalangan, termasuk para wakil rakyat yang menuntut agar Malaysia minta maaf atas kejadian penangkapan itu. Tapi, jangankan minta maaf, Malaysia sebagaimana diungkapkan menteri luar negeri, justru seolah menantang dan tidak menunjukkan iktikad untuk menjaga hubungan baik.

Malaysia juga mengkritik pers Indonesia yang cenderung memanas-manasi suasana. Pers Indonesia dinilai banyak menulis buruk tentang berbagai kasus yang terkait Malaysia. Di sini, mereka juga lupa bahwa pers Malaysia pun lebih sering menulis hal buruk di Indonesia ataupun tentang perilaku tenaga kerja kita di sana, dibandingkan menulis baiknya.

Sebetulnya yang membuat masyarakat marah adalah karena kasus kesewenang-wenangan Malaysia ini bukan pertama kali. Ada beberapa kasus yang melecehkan kita, misalnya, penyiksaan tenaga kerja Indonesia, penganiayaan pelatih karate nasional, provokasi perebutan Ambalat, klaim budaya, dan sebagainya.

Selama ini, dengan alasan bahwa bangsa Indonesia dan Malaysia serumpun setiap ada masalah selalu diselesaikan dengan jabat tangan antarpejabat. Tapi sebetulnya, penyelesaian itu penyelesaian semu, tidak tuntas. Sehingga hubungan baik antara Indonesia-Malaysia itu hanya di tataran elite.

Tapi bagaimanapun, karena kedua negara ini adalah negara serumpun yang bertetangga, sudah semestinya dijalin suatu hubungan yang baik. Hubungan yang baik adalah hubungan yang setara dan saling menghormati. Jangan sampai negara yang satu merasa kedudukannya lebih tinggi karena secara rata-rata kondisi ekonominya lebih baik. Saling ketergantungan Indonesia dan Malaysia cukup tinggi, termasuk dalam hal ekonomi. Benar bahwa ada 2,5 juta tenaga kerja kita yang bekerja di Malaysia, tapi tanpa mereka, perekonomian Malaysia juga akan terganggu. Sebaliknya, tak sedikit tenaga kerja level atas dari Indonesia, termasuk yang dibajak dari PT Dirgantara Indonesia. Mereka ini memiliki kemampuan yang tinggi di atas rata-rata orang Malaysia.

Cukup banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di Malaysia. Wisatawan Indonesia juga banyak berlibur dan berkunjung ke Malaysia. Devisa yang dikeruk

Page 82: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

dari mahasiswa dan wisatawan Indonesia cukup besar. Dari sisi perdagangan, sisi ekspor dan impor kedua negara juga relatif seimbang.

Jadi, sebetulnya menjaga hubungan baik antarnegara itu penting. Karena itu, hubungan yang makin terasa memanas ini harus segera didinginkan dengan saling menjaga kedaulatan, kehormatan, dan keintegritasan masing-masing negara.

Adapun pembingkaian yang dilakukan Republika untuk tajuk ini dapat

dilihat pada tabulasi sebagai berikut:

Judul : Hubungan Panas Serumpun

Variabel Indikator Keterangan

Prob

lem

Iden

tific

atio

n

Masalah

komunikasi

internasional

1. Apalagi, setelah Menteri Luar Negeri

Malaysia Datuk Seri Anifah Aman

mengatakan bahwa negaranya mulai hilang

kesabaran terhadap warga Indonesia yang

dinilainya melecehkan. Mereka juga siap

menerbitkan imbauan tidak bepergian ke

Indonesia (travel advisory).

2. ... pers Indonesia yang cenderung

memanas-manasi suasana. Pers Indonesia

dinilai banyak menulis buruk tentang

berbagai kasus yang terkait Malaysia.

Page 83: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Caus

al In

terp

reta

tion

Malaysia

1. Banyak kalangan, termasuk para wakil

rakyat yang menuntut agar Malaysia minta

maaf atas kejadian penangkapan ini.

2. Tapi, jangankan minta maaf, Malaysia

sebagaimana diungkapkan menteri luar

negeri, justru seolah menantang dan tidak

menunjukkan iktikad untuk menjaga

hubungan baik.

3. Perilaku polisi Malaysia yang asal tangkap

...

4. Di sini, mereka (Malaysia) juga lupa bahwa

pers Malaysia pun lebih sering menulis hal

buruk di Indonesia ataupun tentang

perilaku tenaga kerja kita di sana,

dibandingkan menulis baiknya.

5. Sebetulnya yang membuat masyarakat

marah adalah karena kasus kesewenang-

wenangan Malaysia ini bukan pertama kali.

Ada beberapa kasus yang melecehkan kita,

misalnya, penyiksaan tenaga kerja

Indonesia, penganiayaan pelatih karate

nasional, provokasi perebutan Ambalat,

klaim budaya, dan sebagainya.

Page 84: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Mor

al E

valu

atio

n

Indonesia dan

Malaysia pada

dasarnya

saling

membutuhkan

1. Saling ketergantungan Indonesia dan

Malaysia cukup tinggi, termasuk dalam hal

ekonomi. Benar bahwa ada 2,5 juta tenaga

kerja kita yang bekerja di Malaysia, tapi

tanpa mereka, perekonomian Malaysia juga

akan terganggu. Sebaliknya, tak sedikit

tenaga kerja level atas dari Indonesia,

termasuk yang dibajak dari PT. Dirgantara

Indonesia. Mereka ini memiliki kemampuan

yang tinggi di atas rata-rata orang

Malaysia.

2. Cukup banyak mahasiswa Indonesia yang

kuliah di Malaysia. Wisatawan Indonesia

juga banyak berlibur dan berkunjung ke

Malaysia. Devisa yang dikeruk dari

mahasiswa dan wisatawan Indonesia cukup

besar. Dari sisi perdagangan, sisi ekspor

dan impor kedua negara juga realtif

seimbang.

Page 85: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Trea

tmen

t Rec

omm

enda

tion

Menjaga

hubungan baik

antara kedua

negara

1. Jadi, sebetulnya menjaga hubungan baik

antarnegara itu penting. Karena itu,

hubungan yang makin terasa memanas ini

harus segera didinginkan dengan saling

menjaga kedaulatan, kehormatan, dan

keintegritasan masing-masing negara.

Tabel IV. 3 Framing Tajuk Rencana “Hubungan Panas Serumpun”

Tajuk ini menggambarkan tentang hubungan Indonesia dan Malaysia yang

kerap kali bersitegang. Hal ini disayangkan mengingat secara demografis, kita

merupakan bangsa yang satu rumpun, yaitu Melayu.

Problem Identification. Republika memandang kasus ini merupakan

bahasan komunikasi internasional. Hubungan panas serumpun yang merupakan

judul dari tajuk ini sekaligus menggambarkan bahwa persoalan dalam tajuk ini

adalah persoalan hubungan kedua negara yang nyaris tak pernah harmonis.

Malaysia menganggap Indonesia berlebihan dalam menanggapi konflik

yang terjadi antara keduanya. Kesabaran Malaysia hilang, seperti yang ditulis di

paragraf pembuka tajuk ini. Warga Indonesia dinilai melecehkan Malaysia hingga

Malaysia siap menerbitkan ancaman travel advisory atau larangan bepergian ke

Indenesia. Sebaliknya, Indonesia pun merasa ini bukan kasus biasa. Kesewenang-

wenangan Malaysia, menurut Republika, bukan untuk pertama kalinya. Malaysia

terlalu sering mengganggu kedaulatan Indonesia.

Dalam tajuk ini, Republika menyebut pelaku komunikasi internasional,

seperti Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman yang menegaskan

Page 86: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

bahwa permasalahan ini termasuk ke dalam masalah komunikasi internasional.

Selain itu, tajuk ini pun menuliskan kritik Malaysia terhadap pers Indonesia

sebagai saluran komunikasi internasional yang bertindak sebagai provokator.

“Pers Indonesia cenderung memanas-manasi suasana,” tulis Republika pada

kalimat awal paragraf kelima.

Causal Interpretation. Malaysia menjadi dalang masalah hubungan panas

keduanya dalam tajuk ini menurut Republika. Pertama, pada paragraf keempat

kalimat pertama ditulis,

”Banyak kalangan, termasuk para wakil rakyat yang menuntut agar Malaysia minta maaf atas kejadian penangkapan ini.”

Kalimat ini jelas menuding Malaysia sebagai aktor penyebab masalah,

karena penyebab masalah, etikanya adalah yang harus meminta maaf. Kalimat

pokok ini dipertegas dengan kalimat penjelas sesudahnya dengan kalimat yang

terkesan menyayangkan sikap Malaysia terhadap tuntutan kewajiban meminta

maaf kepada Indonesia. Selengkapnya adalah;

“Tapi, jangankan minta maaf, Malaysia sebagaimana diungkapkan menteri luar negeri, justru seolah menantang dan tidak menunjukkan iktikad untuk menjaga hubungan baik.”

Walaupun tajuk ini jmenuliskan pandangan Malaysia terhadap kesalahan

yang dilakukan Indonesia, porsi yang diberikan jelas tidak berimbang. Kesalahan

Indonesia dari kacamata Malaysia pada tajuk ini ditulis sebanyak dua kali, yaitu

pada paragraf pertama;

“... negaranya mulai hilang kesabaran terhadap warga Indonesia yang dinilainya melecehkan.”

Page 87: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Dan pada paragraf kelima;

“Pers Indonesia dinilai banyak menulis buruk tentang berbagai kasus yang terkait Malaysia.”

Namun, kesalahan Malaysia jauh lebih banyak ditulis dalam tajuk ini.

Seperti penggambaran kasus 13 Agustus 2010 lalu pada paragraf kedua yang

mengatakan bahwa Malaysia justru menangkap petugas KKP Indonesia padahal

nelayan Malaysia yang memasuki perairan Indonesia. Lalu penegasan di paragraf

ketiga yang berbunyi, “Perilaku polisi Malaysia yang asal tangkap ...”

Paragraf kelima pun menunjukkan bahwa Malaysialah yang dianggap

aktor penyebab masalah oleh Republika.

“Di sini, mereka (Malaysia) juga lupa bahwa pers Malaysia pun lebih sering menulis hal buruk di Indonesia ataupun tentang perilaku tenaga kerja kita di sana, dibandingkan menulis baiknya.”

Ditambahkan lagi pada paragraf keenam yang mencantumkan kasus

kesewenang-wenangan Malaysia atas Indonesia, seperti penyikasaan tenaga kerja

Indonesia, penganiayaan pelatih karate nasioanl, provokasi perebutan Ambalat,

klaim budaya, dan sebagainya.

Moral Evaluation. Sikap Malaysia terhadap Indonesia, menurut

Republika sangat disayangkan. Pada tahapan framing Entman ini, seharusnya

hubungan kedua negara bisa dijaga keharmonisannya, karena pada dasarnya,

Indonesia dan Malaysia saling membutuhkan.

Saling ketergantungannya Indonesia dan Malaysia ditulis Republika pada

paragraf kesembilan dan kesepuluh. Lengkapnya adalah;

Page 88: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

“Saling ketergantungan Indonesia dan Malaysia cukup tinggi, termasuk dalam hal ekonomi. Benar bahwa ada 2,5 juta tenaga kerja kita yang bekerja di Malaysia, tapi tanpa mereka, perekonomian Malaysia juga akan terganggu. Sebaliknya, tak sedikit tenaga kerja level atas dari Indonesia, termasuk yang dibajak dari PT. Dirgantara Indonesia. Mereka ini memiliki kemampuan yang tinggi di atas rata-rata orang Malaysia.”

Untuk paragraf kesepuluh,

“Cukup banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di Malaysia. Wisatawan Indonesia juga banyak berlibur dan berkunjung ke Malaysia. Devisa yang dikeruk dari mahasiswa dan wisatawan Indonesia cukup besar. Dari sisi perdagangan, sisi ekspor dan impor kedua negara juga realtif seimbang.”

Treatment Recommendation. Sebagai solusi penyelesaian masalah yang

ditawarkan Republika dalam kasus ini adalah hanya dengan menjaga hubungan

baik antarkeduanya. Kedua negara, baik Indonesia maupun Malaysia harus bisa

mendinginkan suasana. Sebagaimana etika bertetanggga pada tataran kehidupan

sosial, Indonesia dan Malaysia harus bisa menjaga kedaulatan, kehormatan, dan

keintegritasan masing-masing negara.

“Jadi, sebetulnya menjaga hubungan baik antarnegara itu penting. Karena itu, hubungan yang makin terasa memanas ini harus segera didinginkan dengan saling menjaga kedaulatan, kehormatan, dan keintegritasan masing-masing negara.”

Tajuk rencana dengan judul “Hubungan Panas Serumpun” merupakan

tajuk kedua yang ditulis Republika pascatragedi 13 Agustus yang membuat kedua

negara kembali bersiteru. Tajuk ini tidak secara khusus lagi mempermasalahkan

bagaimana sikap Malaysia pada petugas Kementerian Kelautan Perikanan

Indonesia saat mereka ditangkap. Atau masalah perbatasan dan kronologis

peristiwa tersebut sebagaimana yang digambarkan Republika pada headline-nya

tanggal 16 Agustus 2010. Tajuk ini terlihat lebih lugas, karena diawali dengan

Page 89: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

statement yang dilontarkan Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Seri Anifah

Aman. Tajuk ini menjadi suara Republika atas headline “Malaysia Meradang:

Pemerintah tak tanggapi pernyataan Menlu Malaysia” tanggal 27 Agustus 2010.

Headline tersebut menambahkan ilustrasi Menlu Malaysia yang

digambarkan dengan muka berkerut, sedangkan ilustrasi Menlu Indonesia, Marty

Natalegawa yang tertunduk lesu. Sebagai keterangan, Republika menambah

kutipan keduanya dan tabulasi perbandingan luas, penduduk, pendapatan per

kapita, PDB dengan sumber CIA World Fact Book dan IMF. Selain itu, tajuk ini

pun menyikapi headline “Menlu Anifah tolak Minta Maaf” pada tanggal 28

Agustus 2010, hari yang sama saat tajuk ini ditulis.

Tajuk ini secara luas menggambarkan kasus kesewenang-wenangan

Malaysia terhadap Indonesia yang terlalu sering terjadi. Kasus-kasus yang

mengganggu kedaulatan Indonesia itulah yang kemudian selalu menyulut konflik

di antara keduanya.

Penulis berasumsi, penggambaran masalah-masalah yang dilakukan

Malaysia oleh Republika ini merupakan sebuah prolog yang ditujukan kepada

pemerintah Indonesia untuk mendesak ketegasan mereka atas kasus ini.

Sebagaimana telah dipaparkan di atas, Republika mengurutkan kejadian demi

kejadian, masalah demi masalah dari paragraf pembuka hingga paragraf keenam.

Lalu dilanjutkan dengan sikap pemerintah yang terkesan menyepelekan kasus ini

dengan penyelesaian “jabat tangan”-nya.

Berkenaan solusi yang ditawarkan, Republika pun lebih menekankan pada

perlunya saling menghormati dan menghargai antarkeduanya. Republika

menghindari solusi yang bersifat provokatif, seperti perang sebagaimana yang

Page 90: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

beberapa ditulis koran lain. Solusi sederhana tersebut, menurut Republika,

merupakan solusi paling penting untuk masalah ini.

Tajuk yang ditulis Republika berdasarkan pola Monroe soal penulisan

tajuk rencana cenderung mengikuti pola ANSVA, yakni attention, need,

satisfaction, visualization, dan action. Tajuk ini pertama menjelaskan tentang

masalah-masalah kedua negara untuk menarik perhatian pembaca menemukan apa

yang sebenarnya menjadi pokok permasalahan. Dengan menemukan pokok

masalah tersebut, tajuk ini kemudian kembali memberikan gambaran-gambaran

untuk lebih mempermudah pembaca menangkap pesan yang ingin disampaikan

Republika. Tajuk ini pun ditutup oleh solusi yang merupakan action yang ingin

ditawarkan redaksi Republika terhadap masalah dalam tajuk ini.

C. Analisis Framing Tajuk Rencana Senin, 30 Agustus 2010

Tajuk rencana yang ditulis Republika pada penghujung Bulan Agustus

2010 lalu mengupas tentang keberhasilan yang sudah dicapai Malaysia selama ini.

Berikut merupakan tajuk rencana tersebut:

Malaysia yang Berbudi Tiga puluh lima tahun lalu, Malaysia bukan apa-apa. Berhadapan dengan

Shell dan Esso—dua perusahaan minyak multinasional paling senior dalam geng Seven Sister—pun mereka gentar. Saat itu, Malaysia ingin mengubah kontrak kerja sama dari pola konsesi yang merugikan negara pemilik minyak.

Dua hal yang membuat negeri itu selamat dalam negosiasi dan kemudian Petronas tumbuh jadi perusahaan minyak multinasional. Pertama, ketegaran tim negosiasi yang mencerminkan kekuatan nasionalisme. Kedua, ilmu production sharing yang mereka pelajari dari Pertamina, perusahaan minyak Indonesia.

Itulah titik balik Malaysia. Dari negeri yang terintimidasi, tumbuh menjadi macan ekonomi yang krisis 1996 pun enggan menyentuhnya. Macan-macan Asia lain, seperti Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia, terguncang. Tapi, di Malaysia, krisis saat itu tak lebih dari sebuah tragedi yang tak pernah terjadi.

Malaysia amat bangga dengan prestasi itu dan sang pemimpin, Mahathir Mohamad, kian yakin dengan visinya: Malaysia menjadi negara maju sepenuhnya

Page 91: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

pada 2020. Ketika Menara Petronas akhirnya menjadi bangunan tertinggi di dunia pada 1999, Malaysia berpikir sebuah visi sudah terealisasi dan hanya langitlah batas negeri itu.

Pikiran itulah yang menguasai Malaysia saat menangkap tiga pegawai negara Indonesia. Malaysia lupa perlunya budi pekerti dalam bertetangga. Perselisihan soal perbatasan adalah hal lazim di antara ratusan negara di dunia. Tapi, penangkapan pegawai resmi yang disertai pemborgolan dan perlakuan bak terhadap kriminal jelas sebuah provokasi—bahkan konfrontasi. Cara bertetangga seperti ini tidak elok.

Indonesia dan Malaysia bukan sekadar dua negeri serumpun. Lebih dari itu, kedua negara adalah kekuatan ekonomi dunia di masa depan. Tak sampai dua dekade lagi, episentrum ekonomi dunia akan bergeser ke Asia dan kedua negara adalah aktor-aktor pokok di dalamnya. Malaysia akan menjadi negara dengan angka pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) terbesar. Tapi, jangan lupa, Indonesia pun demikian.

Walaupun tak mencerminkan kemakmuran per kapita karena jumlah penduduk Indonesia 10 kali lipat penghuni Malaysia, PDB menunjukkan kekuatan bangsa ini dalam memengaruhi ekonomi dunia. Saat ini saja, Indonesia sudah masuk dalam kelompok 20 negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia, sedangkan Malaysia pada posisi 36. Pada 2020, katakanlah ketika Malaysia benar-benar sudah jadi negara yang sepenuhnya maju, Indonesia diperkirakan pula sudah menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor 7 di dunia.

Malaysia juga perlu menyadari kehidupan demokrasi dan politik di Indonesia lebih baik. Mereka tak dapat menyalahkan orang-orang yang berunjuk rasa di depan Kedubes Malaysia di Jakarta karena itu adalah bagian dari kemajuan Indonesia. Negeri ini mengizinkan warganya berbeda pendapat bahkan dengan pemerintahnya sendiri. Ancaman travel advisory mungkin menggentarkan kabinet Yudhoyono, tetapi tak lebih dari pepesan kosong bagi warganya.

Menteri Luar Negeri Malaysia pun tak boleh mengukur baju orang lain pada tubuhnya sendiri. Di Indonesia, pers bebas mengutarakan sikap, bahkan mengkritik pemerintahnya. Percuma saja mempersoalkan pers Indonesia karena pers di negeri ini adalah cermin perasaan masyarakat. Ibarat Rastam Hadi dan Ismail Hashim saat bernegosiasi dengan Shell dan Esso, masyarakat Indonesia saat ini mungkin secara teknis lemah, tetapi secara moral tinggi.

Page 92: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Judul : Malaysia yang Berbudi

Variabel Indikator Keterangan Pr

oble

m Id

entif

icat

ion Komunikasi

internasiona

l dan

ekonomi

1. Dua hal yang membuat negeri itu selamat dalam

negosiasi dan kemudian Petronas tumbuh jadi

perusahaan minyak multinasional.

2. Dari negeri yang terintimidasi, tumbuh menjadi

macan ekonomi yang krisis 1996 pun enggan

menyentuhnya. Tapi, di Malaysia, krisis saat itu

tak lebih dari sebuah tragedi yang tak pernah

terjadi.

3. Tak sampai dua dekade lagi, episentrum

ekonomi dunia akan bergeser ke Asia...

Malaysia akan menjadi negara dengan angka

pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB)

terbesar.

4. Walaupun tak mencerminkan kemakmuran per

kapita karena jumlah penduduk Indonesia 10

kali lipat penghuni Malaysia, PDB menunjukkan

kekuatan bangsa ini dalam memengaruhi

ekonomi dunia. Saat ini saja, Indonesia sudah

masuk dalam kelompok 20 negara dengan skala

ekonomi terbesar di dunia, sedangkan Malaysia

pada posisi 36.

Page 93: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Caus

al In

terp

reta

tion

Malaysia

1. Pikiran itulah yang menguasai Malaysia saat

menangkap tiga pegawai negara Indonesia.

Malaysia lupa perlunya budi pekerti dalam

bertetangga. Perselisihan soal perbatasan

adalah hal lazim di antara ratusan negara di

dunia. Tapi, penangkapan pegawai resmi yang

disertai pemborgolan dan perlakuan bak

terhadap kriminal jelas sebuah provokasi—

bahkan konfrontasi. Cara bertetangga seperti

ini tidak elok.

Mor

al E

valu

atio

n

Sebagai

negara

tetangga

yang sama-

sama

penting di

kancah

internasiona

l, Malaysia

terlalu

mengangga

p remeh

Indonesia

1. Indonesia dan Malaysia bukan sekadar dua

negeri serumpun. Lebih dari itu, kedua negara

adalah kekuatan ekonomi dunia di masa depan.

Tak sampai dua dekade lagi, episentrum

ekonomi dunia akan bergeser ke Asia dan kedua

negara adalah aktor-aktor pokok di dalamnya.

Malaysia akan menjadi negara dengan angka

pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB)

terbesar. Tapi, jangan lupa, Indonesia pun

demikian.

Page 94: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Trea

tmen

t Rec

omm

enda

tion

Malaysia

harus

menghorma

ti

kedaulatan

Indonesia

1. Menteri Luar Negeri Malaysia pun tak boleh

mengukur baju orang lain pada tubuhnya

sendiri. Di Indonesia, pers bebas

mengutarakan sikap, bahkan mengkritik

pemerintahnya. Percuma saja mempersoalkan

pers Indonesia karena pers di negeri ini

adalah cermin perasaan masyarakat. Ibarat

Rastam Hadi dan Ismail Hashim saat

bernegosiasi dengan Shell dan Esso,

masyarakat Indonesia saat ini mungkin secara

teknis lemah, tetapi secara moral tinggi

Tabel IV. 4 Framing Tajuk Rencana “Malaysia yang Berbudi”

Problem Identification. Masalah yang diangkat pada tajuk rencana ini

ditarik Republika masih ke dalam komunikasi internasional kedua negara. Selain

itu, Republika pun meyeret kasus ini ke dalam kasus ekonomi dan kehidupan

demokrasi. Untuk pembuktian kasus ini merupakan kasus komunikasi

internasional, masih bisa dilihat dari bagaimana Republika menyebut para pelaku

komunikasi internasional, seperti Menteri Luar Negeri dan pers.

“Menteri Luar Negeri Malaysia pun tak boleh mengukur baju orang lain pada tubuhnya sendiri. Di Indonesia, pers bebas mengutarakan sikap, bahkan mengkritik pemerintahnya. Percuma saja mempersoalkan pers Indonesia karena pers di negeri ini adalah cermin perasaan masyarakat. Ibarat Rastam Hadi dan Ismail Hashim saat bernegosiasi dengan Shell dan Esso, masyarakat Indonesia saat ini mungkin secara teknis lemah, tetapi secara moral tinggi.”

Page 95: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Paragraf terakhir ini juga menyebut negosiasi sebagai istilah dalam

komunikasi internasional. Selain negosiasi pada paragraf ini, Republika menyebut

pula bagaimana keberhasilan Malaysia dalam negosiasi di paragraf kedua.

”Pertama, ketegaran tim negosiasi yang mencerminkan kekuatan nasionalisme.”

Kasus ini memang kasus komunikasi internasional karena mempersoalkan

hubungan kedua negara yang sering kali tidak harmonis. Pada tajuk ini, Republika

masih mengingatkan pembaca soal tragedi 13 Agustus tersebut yang menjadi

pemicu konflik kembali. Hal tersebut terlihat pada paragraf kelima.

“Pikiran itulah yang menguasai Malaysia saat menangkap tiga pegawai negara Indonesia. Malaysia lupa perlunya budi pekerti dalam bertetangga. Perselisihan soal perbatasan adalah hal lazim di antara ratusan negara di dunia. Tapi, penangkapan pegawai resmi yang disertai pemborgolan dan perlakuan bak terhadap kriminal jelas sebuah provokasi—bahkan konfrontasi. Cara bertetangga seperti ini tidak elok.”

Masalah dalam tajuk rencana ini kemudian ditarik lebih luas dalam

wilayah ekonomi. Di sini, Republika, dengan judul “Malaysia yang Berbudi,”

secara jelas menggambarkan bagaimana keberhasilan Malaysia dalam urusan

perekonomiannya. Pada paragraf pembuka, misalnya:

“Tiga puluh lima tahun lalu, Malaysia bukan apa-apa. Berhadapan dengan Shell dan Esso—dua perusahaan minyak multinasional paling senior dalam geng Seven Sister—pun mereka gentar. Saat itu, Malaysia ingin mengubah kontrak kerja sama dari pola konsesi yang merugikan negara pemilik minyak.”

Pada awal paragraf kedua dan paragraf ketiga;

“Dua hal yang membuat negeri itu selamat dalam negosiasi dan kemudian Petronas tumbuh jadi perusahaan minyak multinasional.”

“Itulah titik balik Malaysia. Dari negeri yang terintimidasi, tumbuh menjadi macan ekonomi yang krisis 1996 pun enggan menyentuhnya.

Page 96: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Macan-macan Asia lain, seperti Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia, terguncang. Tapi, di Malaysia, krisis saat itu tak lebih dari sebuah tragedi yang tak pernah terjadi.”

Paragraf keenam dan ketujuh menarik lebih dalam masalah ini ke dalam

kasus ekonomi.

“Tak sampai dua dekade lagi, episentrum ekonomi dunia akan bergeser ke Asia dan kedua negara adalah aktor-aktor pokok di dalamnya. Malaysia akan menjadi negara dengan angka pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) terbesar.” “Walaupun tak mencerminkan kemakmuran per kapita karena jumlah penduduk Indonesia 10 kali lipat penghuni Malaysia, PDB menunjukkan kekuatan bangsa ini dalam memengaruhi ekonomi dunia. Saat ini saja, Indonesia sudah masuk dalam kelompok 20 negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia, sedangkan Malaysia pada posisi 36. Pada 2020, katakanlah ketika Malaysia benar-benar sudah jadi negara yang sepenuhnya maju, Indonesia diperkirakan pula sudah menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor 7 di dunia.” Selain masalah komunikasi internasional dan ekonomi, Republika juga

menambahkan soal kehidupan demokrasi di Indonesia yang lebih baik dari

Malaysia.

Paragraf kedelapan,

“Malaysia juga perlu menyadari kehidupan demokrasi dan politik di Indonesia lebih baik.”

Paragraf terakhir,

“Di Indonesia, pers bebas mengutarakan sikap, bahkan mengkritik pemerintahnya. Percuma saja mempersoalkan pers Indonesia karena pers di negeri ini adalah cermin perasaan masyarakat.”

Causal Interpretation. Sebagaimana pada tajuk sebelumnya, Republika

masih menjadikan Malaysia sebagai aktor penyebab masalah. Tajuk ini lebih

banyak menggambarkan keberhasilan dan kesuksesan Malaysia dalam bidang

Page 97: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

ekonomi. Keberhasilan-keberhasilan tersebut yang dituding Republika sebagai

alasan Malaysia bersikap semena-mena dalam tragedi 13 Agusutus lalu.

Paragraf kelima,

“Pikiran itulah yang menguasai Malaysia saat menangkap tiga pegawai negara Indonesia. Malaysia lupa perlunya budi pekerti dalam bertetangga. Perselisihan soal perbatasan adalah hal lazim di antara ratusan negara di dunia. Tapi, penangkapan pegawai resmi yang disertai pemborgolan dan perlakuan bak terhadap kriminal jelas sebuah provokasi—bahkan konfrontasi. Cara bertetangga seperti ini tidak elok.”

Moral Evaluation. Malaysia, menurut Irwan Ariefyanto, sebenarnya

banyak belajar dari Indonesia, walaupun faktanya, Indonesia kini tertinggal dari

Malaysia.102 Sebagaimana pada akhir paragraf kedua;

“...ilmu production sharing yang mereka pelajari dari Pertamina, perusahaan minyak Indonesia.”

Selain itu, Indonesia, menurut tajuk ini, juga memiliki kekuatan yang sama

besarnya di mata internasional. Seperti misalnya, bagaimana Indonesia

berdasarkan angka PDB (Pendapatan Domestik Bruto) juga ikut memengaruhi

kekuatan ekonomi dunia dengan menduduki posisi ke-20 dalam skala ekonomi

terbesar di dunia. Paragraf ketujuh tersebut yang digunakan Republika untuk

mendelegitimasi masalah hubungan kedua negara dalam kasus ini.

Karena bagi Republika, keduanya sama-sama penting, sama-sama

mempunyai kedudukan tinggi di mata dunia. Seperti pada paragraf keenam;

“Indonesia dan Malaysia bukan sekadar dua negeri serumpun. Lebih dari itu, kedua negara adalah kekuatan ekonomi dunia di masa depan. Tak sampai dua dekade lagi, episentrum ekonomi dunia akan bergeser ke Asia dan kedua negara adalah aktor-aktor pokok di dalamnya. Malaysia akan menjadi negara dengan angka pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) terbesar. Tapi, jangan lupa, Indonesia pun demikian.”

102 Hasil wawancara dengan Redaktur Pelaksana II, Irwan Ariefyanto

Page 98: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Treatment Recommendation. Sebagai negara tetangga yang sama-sama

penting di mata internasional, keduanya harus saling menghormati, terlebih

Malaysia. Sebagaimana yang dikatakan Irwan selaku Redaktur Pelaksana II

Harian Republika,

“Malaysia banyak belajar tentang pertambangan, pendidikan, atau masalah-masalah yang berhubungan ekonomi dengan Indonesia. Tetapi dalam perkembangannya ternyata Malaysia lebih maju dari Indonesia. Nah, di sini kita menggambarkan bagaimana Indonesia sangat tertinggal jauh dari Malaysia dan seharusnya Malaysia melakukan sikap balas budi terhadap Indonesia. Balas budi dalam artian bahwa seharusnya Malaysia tidak lagi melakukan konfrontasi-konfrontasi seperti yang dilakukan di perairan Riau.”103

Malaysia harus lebih menghormati kedaulatan Malaysia. Tidak mengukur

baju orang lain pada tubuhnya sendiri. Indonesia, menurut Republika, memiliki

kebebasan berpendapat yang tidak dimiliki Malaysia. Oleh karenanya, protes yang

disampaikan Menteri Luar Negeri, Datuk Seri Anifah Aman terkait pers Indonesia

yang cenderung berlebihan tidak berarti apa-apa bagi Indonesia.

Paragraf terakhir tajuk ini merangkum solusi yang ditawarkan Republika.

“Menteri Luar Negeri Malaysia pun tak boleh mengukur baju orang lain pada tubuhnya sendiri. Di Indonesia, pers bebas mengutarakan sikap, bahkan mengkritik pemerintahnya. Percuma saja mempersoalkan pers Indonesia karena pers di negeri ini adalah cermin perasaan masyarakat. Ibarat Rastam Hadi dan Ismail Hashim saat bernegosiasi dengan Shell dan Esso, masyarakat Indonesia saat ini mungkin secara teknis lemah, tetapi secara moral tinggi.”

Tiga tajuk rencana di atas merupakan suara Republika yang geram

terhadap kelambanan pemerintah Indonesia menyikapi konflik kedua negara yang

tak pernah selesai. Menurut Irwan Ariefyanto, Redaktur Pelaksana 2 Harian

Republika, kasus ini memang dianggap penting, karena Indonesia dan Malaysia

103 Hasil wawancara dengan Redaktur Pelaksana II, Irwan Ariefyanto.

Page 99: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

merupakan negara serumpun yang seharusnya menjalin hubungan baik.

Menurutnya, kasus ini mencerminkan bagaimana diplomasi Indonesia di mata luar

negeri sangat lembek. Oleh karenya, Republika selalu mendorong agar pemerintah

bertindak tegas dan berani agar Indonesia kembali disegani seperti pada kisaran

tahun 80 sampai 90-an.

Tajuk rencana yang terakhir ini terlihat lebih geram dari dua tajuk

sebelumnya. Berbeda dengan dua tajuk sebelumnya yang lebih menuntut

ketegasan pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan kasus ini, tajuk “Malaysia

yang Berbudi” membahas keberhasilan-keberhasilan yang diraih Malaysia selama

ini. Kesuksesan Malaysia di berbagai bidang, khsusnya ekonomi, menurut

Republika sebenarnya juga tak lepas dari campur tangan Indonesia.

Malaysia yang pernah belajar dari Indonesia ditulis Republika seharusnya

tidak melakukan konfrontasi-konfrontasi yang memicu konflik. Seharusnya, ia

(Malaysia) membalas budi dengan menunjukkan etika bertetangga yang baik,

yang saling menghormati.

Tajuk terakhir Bulan Agustus ini masih menggunakan pola ANSVA

sebagaimana yang dipakai pada dua tajuk sebelumnya. Hal ini dikarenakan,

Republika, menurut data resminya, didominasi kalangan pembaca profesional

sebanyak 42%. Ini menunjukkan karakter pembaca Republika merupakan

masyarakat kota yang notabenenya kalangan menengah ke atas. Untuk itu, pola

penulisan tajuknya lebih cenderung menggunakan pola ANSVA agar bisa

memaparkan lebih banyak duduk permasalahan guna analisis yang lebih tajam

dan mendalam.

Page 100: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah menganalisa kasus ini dalam tiga tajuk rencana Harian

Republika dengan analisis framing Robert Entman, berikut kesimpulan

yang penulis peroleh:

1. Pembingkaian Republika atas “Hubungan RI-Malaysia” yang

ditulis pada 19 Agustus 2010 menempatkan kasus ini sebagai

masalah komunikasi internasional dan masalah pertahanan dan

keamanan NKRI. Aktor penyebab masalah kasus ini menurut

Republika adalah pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia

dianggap takut terhadap Malaysia, akibatnya banyak kerugian

baik moral maupun materil yang diterima rakyat Indonesia.

Republika meminta ketegasan pemerintah sebagai solusi

penyelesaian konflik ini.

2. Pembingkaian yang dilakukan Republika untuk “Hubungan

Panas Serumpun” yang ditulis pada tanggal 28 Agustus 2010

menempatkan kasus ini pada masalah komunikasi

internasional. Aktor penyebab masalahnya adalah Malaysia.

Republika mengemas kasus ini dengan meletakkan sikap saling

ketergantungan dan saling membutuhkan di antarakeduanya

menjadi evaluasi moral atas kasus ini. Untuk itu, Republika

merasa diperlukan adanya sikap saling menghormati dan saling

Page 101: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

menjaga hubungan baik sebagai solusi penyelesaian

masalahnya.

3. Pembingkaian yang dilakukan Republika untuk tajuk

terakhirnya di Bulan Agustus 2010, “Malaysia yang Berbudi”,

tetap menempatkan kasus ini sebagai masalah komunikasi

internasional di samping sebagai masalah ekonomi. Republika

pun masih menempatkan Malaysia sebagai penyebab

masalahnya. Evaluasi moral yang dibingkai Republika atas

kasus ini adalah adanya kekuatan yang sama kuat antara

Indonesia dan Malaysia di mata internasional, namun

sayangnya, Malaysia tidak menganggap hal tersebut sebagai

alasan untuk menghormati Indonesia. Oleh karenanya,

Republika mengatakan bahwa Malaysia harus menghormati

kedaulatan Indonesia yang merupakan solusi atas konflik

selama ini.

Ketiga tajuk rencana tersebut sama-sama ditempatkan Republika

sebagai masalah komunikasi internasional. Komunikasi internasional

menjadi masalah utama yang diidentifikasi dalam ketiga tajuknya

walaupun juga ditarik ke masalah keamanan dan ekonomi. Dua tajuk

rencana menjadikan Malaysia sebagai aktor penyebab masalah dan satu

tajuk lainnya menuding pemerintah Indonesia.

Evaluasi moral yang dibingkai dalam ketiga tajuk rencana ini pun

hampir senada, yakni ketidaktegasan pemerintah Indonesia dan adanya

Page 102: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

sikap tidak saling menghormati sebagai negara yang sama-sama

berpengaruh di mata dunia internasional. Lantas solusinya, Republika yang

mengidentifikasi diri sebagai surat kabar yang tidak provokatif

mengedepankan jalan damai, sikap saling menjaga hubungan baik

antarkeduanya yang juga diiringi ketegasan pemerintah Indonesia dalam

diplomasi yang elegan.

B. Saran

Berkenaan dengan penelitian atas kasus hubungan Indonesia-

Malaysia ini, beberapa poin yang dapat penulis sarankan adalah:

1. Saran yang ditujukan kepada media massa;

a. Sebagai kontrol sosial, media massa seyogyanya memiliki data-

data yang faktual untuk menjaga pemberitaan yang berimbang dan

dapat dipercaya.

b. Tajuk rencana sebagai suara resmi dari redaksi media massa dapat

lebih bijak dalam menyikapi suatu kasus karena memiliki kekuatan

besar sebagai pembentuk opini publik.

2. Saran yang ditujukan kepada mahasiswa adalah bahwa penelitian

ini dapat dikaji lagi dari sudut pandang yang berbeda bagi

mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

khususnya mahasiswa Konsenterasi Jurnalistik untuk menambah

khazanah dalam bidang ini.

Page 103: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

DAFTAR PUSTAKA

Berger, Peter L dan Luckmann, Thomas. Tafsir Sosial atas Kenyataan; Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES, 1990.

Birowo, M. Antonius, ed., Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklak Televisi, dan Keputusan Konsimen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana, 2008.

Creswell, John W. Desain Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: KIK Press, 2003

Eriyanto. Analisis Framing : konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: Lkis, 2008.

Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta: Granit, 2004.

Hernowo, ed. Lautan Hikmah: Kumpulan Renungan Keagamaan di Harian Republika. Bandung: Mizan, 1994.

Kriyantono, Rakhmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media. Jakarta: Kencana, 2007.

Kurnia, Septiawan Santana. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Mc. Quail, Dennis. McQuail’s Mass Communication Theory. t.tp: SAGE Publications Ltd, 2010.

Nimmo, Dan. Komunikasi Politik : Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Nugroho, Bimo, Eriyanto, Franz Sudiarsis, Politik Media Mengemas Berita. Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999

Poloma, Margaret.M. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Qodir, Zuli, ed. ICMI, Negara dan Demokratisasi : Catatan Kritis Kaum Muda. Yogyakarta: Kelompok Studi Lingkaran, 1995.

Page 104: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Riyanto, Geger. Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009.

Severin, Werner J. dan Jr, James W. Tankard. “Teori Komunikasi:Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media Massa”. Jakarta: Prenada Media, 2008.

Siahaan, Hotman. Pers yang Gamang: Studi Pemberitaan Jajak Pendapat Timor Timur. Lembaga Studi Perubahan Sosial, 2001.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Sudibyo, Agus, Hamad, Qarari, Kabar-kabar Kebencian: Prasangka Agama di Media Massa. Jakarta: ISAI, 2001.

Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. t.tp: LKiS Pelangi Aksara, 2001.

Suhaemi dan Ruli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Sumadiria, AS Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.

Suparno, Paul. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Pustaka Filsafat, 2007.

Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.

Tubbs, Stewart L. dan Moss, Sylvia. Human Comunication: Prinsip-Prinsip Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Usman, Syafaruddin dan Isnawita Din. Ancaman Negeri Jiran : Dari ”Ganyang Malaysia” Sampai Konflik Ambalat. Yoyakarta: Media Pressindo, 2009.

Internet: http://www.ccsr.ac.uk/methods/publications/frameanalysis, artikel diakses pada

23 Maret 2011 pukul 17:20 WIB

Page 105: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

http://www.facebook.com/pages/REPUBLIKA-Online diakses pada tanggal 09-05-2011 pukul 20:40 WIB

http://www.republika.co.id Lain-lain: Data resmi berupa Company Profile dari Harian Republika Hasil wawancara dengan Redaktur Pelaksana II Harian Republika, Irwan

Ariefyanto, pada Kamis, 5 Mei 2011

Page 106: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Lampiran

Page 107: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Hasil Wawancara

Hari/Tanggal : Kamis, 05 Mei 2011

Waktu : 17.00 – 18 WIB

Tempat : Kantor Harian Republika, Warung Buncit, Jakarta Selatan

Narasumber : Irwan Ariefyanto

Jabatan : Redaktur Pelaksana II Harian Republika (Kepala News Room)

1. Untuk tajuk rencana Republika, siapa yang biasa bertugas menulisnya?

Tajuk itu satu minggu ada 6 penulis. Ganti-ganti penulisnya tergantung

jadwal piket.

2. Dalam satu bulan ada 3 wacana tajuk tentang hubungan kedua Negara,

apakah kasus ini dianggap penting oleh Republika? Mengapa?

Sangat penting sekali. Dalam kasus Indonesia-Malaysia sangat penting

sekali. Biar bagaimana pun kita mempunyai kebijakan agar tidak terlalu

memprovokasi. Karena kita lihat saat itu, bagaimana ketika terjadi

penangkapan sejumlah petugas KKP oleh Malaysia. Banyak orang

berharap kita bersikap keras, tegas, dengan mungkin perang atau apa. Kita

tidak mau seperti itu. Kita hindari. Tapi kalau bersikap tegas kita harus.

Nah inilah selama ini diplomasi Indonesia sangat luar biasa jelek di luar

negeri, termasuk terhadap negara tetangga kita sendiri, Malaysia dan

Singapura, juga bagaimana kita harus kehilangan Ambalat.

Page 108: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

3. Sebenarnya, bagaimana Republika memandang kasus tersebut?

Kita sangat fokus, tapi kita juga tidak memprovokasi. Jadi intinya

Republika selalu menegaskan perlunya ketegasan diplomasi, perlunya

luwesnya diplomasi, tapi kita tidak akan masuk ke dalam provokasi

misalnya untuk menimbulkan permusuhan atau kebencian terhadap

Malasyia. Karena bagaimana pun kita tetangga, satu rumpun.

4. Mengapa ketiga tajuk lebih menonjolkan angle tentang Malaysia yang

sebenarnya berhutang budi dengan Indonesia?

Sebenernya di tajuk ini kita menggambarkan bahwa sebenarnya kita ini

satu rumpun dan faktanya memang 10 tahun terakhir ini Indonesia jauh

dibandingkan dari Malaysia. Padahal dalam sejarahnya Malaysia banyak

belajar dari Indonesia. Tajuk ini menggambarkan bagaimana beberapa

tahun lalu Malaysia banyak belajar tentang pertambangan, pendidikan,

atau masalah-masalah yang berhubungan ekonomi dengan Indonesia.

Tetapi dalam perkembangannya ternyata Malaysia lebih maju dari

Indonesia. Nah, di sini kita menggambarkan bagaimana Indonesia sangat

tertinggal jauh dari Malaysia dan seharusnya Malaysia melakukan sikap

balas budi terhadap Indonesia. Balas budi dalam artian bahwa seharusnya

Malaysia tidak lagi melakukan konfrontasi-konfrontasi seperti yang

dilakukan di perairan Riau. Apalagi kita tetangga, kedua kita satu rumpun.

Kita orang-orang Melayu. Kita (Republika) memang termasuk tidak terlalu

keras dalam kasus ini.

Page 109: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

5. Mengapa tidak mengambil angle lain seperti kasus-kasus yang biasa

terjadi antara keduanya atau sikap pemerintah yang dinilai lamban?

Kita menulis sebuah tajuk punya pandangan yg berbeda meskipun tujuan

akhirnya sama. Untuk kasus Indonesia-Malaysia pun kita sama. Kita tetap

menuding pemerintah yang cenderung tidak respon. Kita hanya menuding

bahwa pemerintah kita memang lamban. Tapi kita juga tidak mau

memprovokasi pemberitaan bahwa kita harus bermusuhan dengan

Malaysia. Karena bagaimana pun nanti yang rugi juga Indonesia. Tidak

ada untungnya kita berkelahi atau istilahnya bermusuhan dengan tetangga

kita. Karena bagaiman pun kita satu rumpun, satu wilayah. Yang harus

dilakukan oleh kita adalah diplomasi-diplomasi yang elegan. Bukan

diplomasi barter seperti yang disebutkan di beberapa Koran, termasuk

Republika.

6. Siapa yang menjadi penyebab utama masalah ini menurut Republika?

Walaupun kita cenderung realtif lebih soft dari koran lain tapi kita tetap

menghajar Malaysia.

7. Mengapa Republika menganggap ini kesalahan Malaysia?

Di “hubungan panas serumpun” kita menggambarkan bagiamana

hubungan Indonesia-Malaysia yang saling berkesinambungan.

Perekonomian Indonesia yang tergantung dengan Malayisa. Malaysia yang

tergantung dengan Indonesia. Kita tahu bahwa banyak jumlah tenaga kerja

Page 110: ANALISIS FRAMING TAJUK RENCANA TENTANG KONFLIK … · menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan objek. ... Aksi tersebut berujung pada penginjakan lambang

Indonesia di Malaysia. Tapi Malaysia juga tergantung dalam kebutuhan

pertaniannya dan mereka banyak mengimpor dari Indonesia. Lalu kenapa

harus diganggu dengan hal-hal seperti ini. Nah, kita mendorong

seharusnya Malasyia sebagai negara yang pernah kita bantu tidak

melakukan hal-hal seperti itu.

8. Bagaimana menurut Republika tindakan yang dipakai oleh pemerintah

Indonesia menanggapi hubungan kedua Negara saat itu?

Sikap yang ditunjukkan sekarang ini adalah bagaimana pemerintah kita

membiarkan sejumlah pegawai pemerintahannya ditangkap oleh aparatur

Malaysia. Yang dilihat selama ini kan presiden SBY sangat lembek dalam

hubungan dengan luar negeri. SBY itu sangat berhati-hati. Tidak sekeras

mungkin zamannya Pak Harto. Tahun 1985 atau 1990 kita merupakan

negara yang sangat disegani di Asia. Tidak hanya Malaysia, tapi juga

Singapura, negara kecil seperti itu. Tapi faktanya kita sekarang berbalik.

9. Solusi yang ditawarkan dari Republika tentang kasus yang melibatkan

hubungan kedua negara?

Sikap pemerintah yang seharusnya melakukan penegasan terhadap

Malaysia. Bagaimana pun tidak boleh tetangga saling mengusik.