analisis framing berita lumpur panas ii

Upload: muhammad-mikail-rizko

Post on 16-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB II sebelum Revisi

TRANSCRIPT

30

BAB IIKERANGKA DASAR TEORI2.1 Teori Dan Konsep2.1.1 Teori Agenda SettingAgenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media berkaitan dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu - isu apa sajakah yang penting. Respon terhadap kenyataan tersebut adalah terjadinya perubahan orientasi dalam studi agenda setting bahwa agenda setting bukan hanya suatu gejala melainkan sebuah proses yang berlangsung terus menerus (on going process). Berdasarkan perspektif ini, pemenuhan (coverage) variabel dalam studi agenda setting menjadi sangat luas, karena melibatkan faktor-faktor yang merupakan bagian dari proses terbentuknya agenda media dan agenda publik dan sekaligus bisa digunakan untuk menjelaskan mengapa efek media sangat besar, kecil, atau tidak ada sama sekali. Agenda Setting bisa dijelaskan sebagai teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi agenda media kepada agenda publik. Asumsi tersebutlah yang mendasari teori agenda setting. Agenda setting merupakan gagasan bahwa media, melalui berita yang disampaikan, akan menentukan isu apa yang dianggap penting oleh publik. Konsep yang berhubungan erat dengan agenda setting adalah agenda publik dan agenda kebijakan. Agenda media (urutan topik berdasar yang dianggap penting dalam media) mempengaruhi baik agenda publik (urutan topik yang dianggap penting dalam survei terhadap opini khalayak) maupun agenda kebijakan (urutan topik yang dianggap penting dalam pikiran lembaga yang menentukan kebijakan publik).Agenda setting model untuk pertamakali ditampilkan oleh M.E.Mc.Combs dan D.L. Shaw dalam Public Opinion Quarterly terbitan tahun 1972, bejudul The Agenda-Setting Function of Mass Media. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa jika media memeberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting (Onong Uchjana Effendy,2003:287). Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi ada tidaknya pengaruh agenda setting disebut faktor kondisional, yang dapat dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) sebagai berikut:1. Dari perspektif agenda media adalah sebagai berikut: framing; priming; frekuensi dan intensitas pemberitaan/penayangan; dan kredibilitas media di kalangan audiens.2. Dari perspektif agenda publik adalah sebagai berikut: faktor perbedaan individual; faktor perbedaan media; faktor perbedaan isu; faktor perbedaan salience; faktor perbedaan kultural.Dilihat dari dua perspektif berikut ini bagaimana faktor-faktor eksternal mempengaruhi pemberitaan media, dan bagaimana faktor-faktor sosio-kultural mempengaruhi individu dalam memperhatikan, merespon, dan memahami isi pesan media massa. Konsep tentang hubungan antar variabel dalam studi agenda setting digambarkan Haryanto (2003) sebagai berikut :Tebel 2.1Variabel Model Tentatif Agenda SettingAgenda Media1. MempengaruhiFraming2. Priming3. Durasi Agenda Publik1. Karakteristik Sosial Budaya2. Karakteristik Demograpik

Selektif IsuSalience

Sumber : Haryanto, 2003, Metode Penelitian Komunikasi: Agenda Setting, Senin, 27 Oktober 2013).

2.1.2 Konsep Analisis FramingGagasan framing pertama kali dilontarkan oleh Baterson tahun 1955 (Sobur, 2002: 161). Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep tersebut kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974 yang mengandaikan frame sebagai sepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas. (Sobur, 2002: 162)Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perpektifnya (Sobur, 2001:162).Melalui analisis framing akan dapat diketahui siapa menendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron dan mana klien, siapa diuntungkan dan siapa dirugikan, siapa menindas dan siapa tertindas, dst. Kesimpulan-kesimpulan seperti ini sangat mungkin diperoleh karena analisis framing merupakan suatu seni-kreativitas yang memiliki kebebasan dalam menafsirkan realitas dengan menggunakan teori dan metodologi tertentu. Ada dua esensi utama dari analisis framing yaitu :1. Bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput.2. Bagaimana fakta ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan.2.1.2.1 Teori Framing Model Robert N EntmanEntman melihat Framing dalam dua dimensi besar yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya. Di balik semua itu, pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita. Framing memiliki impilkasi penting bagi komunikasi politik. Sebab framing memainkan peran utama dalam mendesakkan kekuasaan politik, dan frame dalam teks berita sungguh merupakan kekuasaan yang tercetakia menunjukkan identitas para aktor atau interest yang berkompetisi untuk mendominasi teks. Konsep framing menurut Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication text. Framing analysis dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer informasi dari sebuah lokasi, seperti pidato, ucapan/ungkapan, news report, atau novel. Framing, scara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehinggamempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dana atau merekomendasikan penanganannya. Pendekatan itu dapat digambarkan ke dalam bentuk table sebagai berikut:Tabel 2.2Skema Perangkat Framing Model Robert N EntmanSeleksi isuAspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan?

Penonjolan aspek tertentu dari isuAspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa atau isu tersebut telah dipilih, bagaiman aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan pada khalayak.

Sumber: Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Eriyanto, 2002: 222)2.1.3 Konstruksi Realitas SosialRealitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality, a Teatise in the Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif (Bungin, 2006: 202).Dalam aliran filsasat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan id. Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah fakta. Aristoteles pulalah yang telah memperkenalkan ucapannya Cogito ergo sum yang berarti saya berfikir karena itu saya ada. Kata-kata Aristoteles yang terkenal itu menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme sampai saat ini. Pada tahun 1710, Vico dalam De Antiquissima Italorum Sapientia, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Dia menjelaskan bahwa mengetahui berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu ini berarti seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurut Vico bahwa hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa ia membuatnya, sementara itu orang hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikontruksikannya. Sejauh ini ada tiga macam Konstruktivisme yakni konstruktivisme radikal; realisme hipotesis; dan konstruktivisme biasa. 1. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individdu yang mengetahui dan tdak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran terjadinya konstruksi itu.2. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki. 3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri. Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di dekitarnya. Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial. Peter L.Berger berpendapat bahwa realitas tidak terjadi begitu saja tetapi dibentuk dan dikonstruksikan. Hasil akhir yang diperoleh adalah realitas yang sama dapat dipahami secara berbeda oleh setiap orang tergantung dari konstruksi yang dilakukan dalam realitas tersebut (Eriyanto, 2009:15).

2.1.3.1 Pembentukan Konstruksi Realitas Sosial1. Tahap Konstruksi Sosial Media MassaMelalui Konstruksi Sosial Media Massa, Realitas Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Lukcmann telah direvisi dengan melihat variabel atau fenomena media massa menjadi sangat substansi dalam proses eksternalisasi, subjectivasi, dan internalisasi. Dengan demikian sifat-sifat dan kelebihan media massa telah memperbaiki kelemahan proses konstruksi sosial atas realitas yang berjalan lambat itu. Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.Posisi konstruksi sosial media massa adalah mengkoreksi kelemahan dan melengkapi konstruksi sosial atas realitas, dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan konstruksi sosial media massa atas konstruksi sosial relitas. Dari konten konstruksi sosisal media massa, proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Tahap Menyiapkan Materi konstruksi Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Isu-isu penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama yang berhubungan dengan tiga hal yaitu harta, tahta, dan wanita.b. Tahap Sebaran Konstruksi Pilihan-pilihan wilayah sebaran adalah strategi lain dalam sebaran konstruksi media berdasarkan pada segmentasi. Pilihan-pilihan sumber informasi juga dapat dipilih berdasarkan pemetaan kekuasaan sosial informasi itu di masyarakat.c. Pembentukan Konstruksi Realitas. Tahap ini terbagi atas dua yaitu tahap pembentukan konstruksi realitas dan pembentukan konstruksi citra.d. Tahap Konfirmasi Tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi.

2. Realitas Media Yang Terbentuk Oleh Konstruksi Media MassaRealitas media adalah realitas yang dikonstruksi oleh media dalam dua model antara lain : 1. Model Peta Analog yaitu model dimana realitas sosial dikonstruksi oleh media berdasarkan sebuah model analogi sebagaimana suatu realitas itu terjadi secara rasional.2. Model Refleksi Realitas yaitu model yang merefleksikan suatu kehidupan yang terjadi dengan merefleksikan suatu kehidupan yang pernah terjadi di dalam masyarakat.Nilai-nilai lain yang menjadi acuan konstruksi sosial media massa adalah perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Sebagaimana disadari, bahwa perubahan sosial di masyarakat identik dengan gagasan kemodernan. Media massa tidak lagi menjadi realita pada dirinya sendiri, media massa selalu menjadi bagian dari pergulatan yang terjadi pada arus ekonomi, politik, sisoal bahkan ideologi dalam suatu masyarakat. (Agus Sudibyo, 2009:X)2.1.4 Media MassaDalam ilmu komunikasi, Medium (tunggal) atau media (jamak) diartikan sebagai alat meyalurkan gagasan isi jiwa dan kesadaran manusia, dengan kata lain kehadiran media dalam berkomunikasi, tidak lain dari upaya untuk melakukan perpanjangan dari telinga dan mata. (Anwar Arifin, 2010:115-116). Menurut Fauziahardiyani (2009) media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama. Media massa merupakan jenis sumber informasi yang disenangi pada tahap kesadaran dan minat dalam proses adopsi inovasi. Hal ini dikatakan juga oleh R. Eep Saefulloh Fatah bahwa Pers merupakan pilar keempat bagi demokrasi (the fourth estate of democracy) dan mempunyai peranan yang penting dalam membangun kepercayaan, kredibilitas, bahkan legitimasi pemerintah. Menurut Liliweri (2001) Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada aspek aspek :a. penglihatan (verbal visual) misalnya media cetakb. pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vocalc. pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat verbal visual vocal

2.1.4.1 Jenis-jenis Media MassaMedia massa dapat diklasifikasikan kepada dua jenis yaitu media cetak dan media elektronik. Adapun pengertian dari media cetak dan media elektronik adalah sebagai berikut :1. Media CetakMedia cetak merupakan salah satu jenis media massa yang dicetak dalam lembaran kertas. Media cetak juga dapat di didefinisikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi teks menggunakan tinta, huruf dan kertas, atau bahan cetak lainnya. Media cetak ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis yakni surat kabar, majalah berita, majalah khusus, newsletter, dll. Masing-masing jenis itu berbeda satu sama lain dalam penyajian tulisan dan rubriknya. Selain itu dalam hal penyampaian kritik sosial melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif karena diulas secara lebih mendalam dan bisa menampung sebanyak mungkin opini pengamat serta aspirasi masyarakat pada umumnya.

2. Media ElektronikMedia elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Isi dari jenis media massa ini umumnya disebarluaskan melalui suara (audio) atau gambar dan suara (audio-visual) dengan menggunakan teknologi elektro. Yang menjadi kekuatan dari media elektronik tidak hanya pada tata tulis berita, tapi juga pada tata suara penyiar yang harus enak didengar. Media elektronik memiliki beberapa karakteristik, yaitu cepat dalam menyampaikan informasi, dapat menjangkau khalayak yang lebih luas, dapat menampilkan proses terjadinya suatu peristiwa yang disertai pelaporan langsung dari tempat kejadian dan lebih menarik karena dikemas dengan memadukan audio dan visual. Walau dalam penyajian informasi media elektronik tidak melakukan pengulasan masalah secara mendalam karena terkendala proses produksi.

2.1.4.2 Fungsi Media MassaBeberapa fungsi komunikasi massa, yaitu :1. Fungsi pengawasan (surveillance) Fungsi ini terdiri dari 2 bentuk utama, yaitu pengawasan peringatan dan pengawasan instrumental. Media massa menjalankan fungsi pengawasan peringatan, jika menginformasikan tentang ancaman yang disebabkan oleh beberapa hal, misalnya bencana alam, serangan militer, inflasi dan krisis ekonomi. Fungsi pengawasan instrumental dari media massa jika informasi yang disampaikan memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.2. Fungsi penafsiran (interpretation)Fungsi ini dijalankan jika media selain menyampaikan fakta dan data kepada khalayak, juga memberi penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa mana yang layak dan yang tidak layak disajikan. 3. Fungsi keterkaitan (linkage)Media massa dapat menjadi alat pemersatu anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Fungsi penyebaran nilai (transmission of values)Fungsi ini disebut juga sosialisasi. Media massa memperlihatkan kepada khalayak tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. 5. Fungsi hiburan (entertainment)Fungsi hiburan selalu dijalankan oleh setiap media massa. Media yang sangat jelas menjalankan fungsi ini adalah televisi, radio dan tabloid.Selain fungsi-fungsi di atas, menurut Karlina, dkk (2002) ada beberapa fungsi yang bersifat umum lain dari media massa, yaitu fungsi informasi, pendidikan, memengaruhi, fungsi proses pengembangan mental, adaptasi lingkungan dan fungsi memanipulasi lingkungan. Secara lebih khusus media massa mempunyai fungsi, yaitu fungsi meyakinkan, menganugerahkan status, membius, menciptakan rasa kebersatuan, privitasi dan hubungan parasosial.

2.1.4.3 Karakteristik Media MassaMedia massa memiliki karakteristik tersendiri, selain menjadikan orang banyak atau massa sebagai sarana (khalayak) juga memiliki sifat pesan atau isi yang bersifat umum, terbuka dan aktual. Pesan yang disalurkan melalui media massa keluar dari ruangan privat dan langsung memsduk tuanan publik atau forum publicium. Justru itu efek atau dampak yang ditimbulkan oleh media massa pada khalayak atau pada masyarakat sangat kompleks dan tidak dapat diketahui seketika, melainkan melalui pengamatan dan pencermatan terhadap fenomena sosial dan politik dalam massa tertentu. Media massa sebagai lembaga sosial yang memiliki fungsi politik dan sosial mempunyai seuntai nilai-nilai (Siegel, 1973) dalam membangunan visi dan misinya dalam melayani masyarakat dan dalam menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga lainnya. Nilai-nilai dasar juga akan sekaligus berfungsi selaku kerangka rujukan yang hidup sehingga media massa yang bersangkutan memiliki kepribadian. Nilai dasar yang membentuk kepribadian media massa, sanatar ditentukan oleh pendiri atau pemilik dan pemimpin media massa itu.Justru itu kepribadian media massa akan merupakan refleksi dari kepribadian para pemilik dan komunikator yang ada di belakangnya. Dengan adanya kepribadian dan citra media yang dipunyai oleh media massa dalam melayani informasi bagi masyarakat, telah menjelmakan media massa sebagai personal atau pribadi. Sebagaimana setiap personal atau pribadi memiliki karakteristik atau kepribadian tersendiri, maka setiap institusi media massa, juga masing-masing memiliki karakteristik atau kepribadian masing-masing. Hal ini mendorong seriap institusi media massa melahiorkan kebijkasanaan redaksi yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Kebijaksanaan redaksi setiap institusi media massa itu, kemudian dikenal dengan nama, politik media massa yang di turunkan mendai politik redaksi (redacional policy). Hal ini akan menjadi pedoman dan kerangka acuan bagi wartawan setiap institusi media massa dalam mencari, menggali, meliput, mengolah, menyunting dan menyajikan peristiwa menjadi berita atau opini yang actual, menarik dan bermakna. (Anwar Arifin, 2010:136).

2.1.4.4 Undang-undang Media MassaDi dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomer 40 Tahun 1999 yang mengatur tentang pers atau media massa, ada 10 bab dan 20 butir pasal didalamnya yang sengaja dirancang untuk menetapkan ketentuan dan mengatur media massa dalam menempatkan informasi agar sesuai dengan ketentuan dan norma yang ada. UU tentang PERS dibuat agar tidak terjadi efek media massa yang negatif dan dapat menyebabkan ketimpangan serta pers dapat menjalankankan kewajiban dan fungsi sebagaimana mestinya. Beberapa bab dan butir pasal yang terdapat di UUD RI Nomer 40 yang dianggap penting, sebagai berikut :1. Bab I Ketentuan Umum( Pasal I )1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

2. Bab II Asas, Fungsi, Hak, Kewajiban Dan Peranan Pers ( Pasal II )Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip- prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.( Pasal III )1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.2. Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.( Pasal IV )1. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga Negara2. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran.3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi4. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak.

( Pasal V )1. Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.2. Pers wajib melayani Hak Jawab3. Pers wajib melayani Hak Tolak.( Pasal VI ) Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut :1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar4. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran

2.1.5 BeritaBanyak definisi-definisi tentang berita yang dapat diketahui dari berbagai sumber. Secara sederhana berita dapat diartikan sebagai sebuah pesan yang berupa fakta. Di kalangan para wartawan berita atau biasa disebut news adalah sebuah singkatan yang berarti North, East, West, South. Dari istilah tersebut mereka mengartikan laporan dari keempat penjuru mata angin. Berita dapat ditemukan dimana saja sesuai dengan mata angin. Analogi tersebut tidaklah salah dan dapat diterima secara logis. Namun sesungguhnya berita merupakan suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar maupun penonton. Masyarakat atau khalayak membutuhkan berita untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan ataupun mengetahui langkah yang harus dilakukan dalam menyikapi suatu berita. Salah satu konsep berita yang cukup menarik adalah berita sebagai fakta objektif. Sebuah berita haruslah bersifat faktual dan objektif. Faktual berarti mengandung fakta-fakta atau kebenaran bukan kejadian yang dibuat-buat. Sedangkan objektif adalah bebas tidak memihak atau menitik beratkan pada suatu aspek atau seimbang. Tetapi nilai objektif untuk sebuah fakta merupakan hal yang membingungkan, karena tidaklah mungkin ada objektivitas yang mutlak. Menurut Prof. Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk (Onong Uchjana Effendy,2003:131).

2.2 Definisi KonsepsionalBatasan tersebut hanyalah sebatas bagaimana tvOne sebagai salah satu stasiun televisi yang mencangangkan program pemberitaan secara cepat dan tepat di indonesia membingkai (frame) beberapa pilihan pemberitaan terkait bencana lumpur panas di porong sidoarjo pada tahun 2009 hingga 2013 kepada khalayak luas. Dengan menggunakan model pendekatan dari Robert N Entman yang menggunakan Pemilihan isu-isu dari sebuah berita yang telah dihadirkan oleh tvOne dengan melakukan penyeleksian dan melihat penonjolan aspek tertentu dari sebuah isu untuk kemudian dilihat dan ditemukan sebuah realitas ataukah tvOne melakukan sebuah agenda setting dalam pemberitaannya untuk dapat menimbulkan sebuah perspektif di masayarakat.