analisis dana kebajikan bersama (daksa) di …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5895/1/ta...
TRANSCRIPT
ANALISIS DANA KEBAJIKAN BERSAMA (DAKSA)
DI BMT BERINGHARJO CABANG NGAWI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md. E. Sy)
Disusun Oleh
DWI NURUL HIDAYATI
NIM 64010160059
PROGAM STUDI DIII PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
i
ANALISIS DANA KEBAJIKAN BERSAMA (DAKSA)
DI BMT BERINGHARJO CABANG NGAWI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md. E. Sy)
Disusun Oleh
DWI NURUL HIDAYATI
NIM 64010160059
PROGAM STUDI DIII PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JalanTentaraPelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706
Website: www.febi.iainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka
Tugas Akhir Saudara :
Nama : Dwi Nurul Hidayati
NIM : 64010160059
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi : D III Perbankan Syariah
Judul : ANALISIS DANA KEBAJIKAN BERSAMA (DAKSA)
DI BMT BERINGHARJO CABANG NGAWI
Dapat diajukan dalam sidang munaqosah Tugas Akhir. Demikian surat ini dibuat
untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 30 Mei 2019
Pembimbing
Dr. Ahmad Mifdlol M, Lc., M.Si.
NIP. 198004092008011015
iii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JalanTentaraPelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706
Website: www.febi.iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN
ANALISIS DANA KEBAJIKAN BERSAMA (DAKSA) DI BMT
BERINGHARJO CABANG NGAWI
DISUSUN OLEH
DWI NURUL HIDAYATI
NIM: 64010160059
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (IAIN) Salatiga, pada
Tanggal 3 Juli 2019 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna
Memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
Susunan Panitia Penguji:
Ketua Sidang : Dr. Mochlasin Sofyan, M.Ag.
Sekretaris Sidang : Dr. Ahmad Mifdlol M., M.Si.
Penguji I : Imanda Firmantyas, M.Si
Penguji II : Agung Guritno, M.Pd.
Salatiga, 17 Juli 2019
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Dr. Anton Bawono,M.Si.
NIP 19740320 200312 1 001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dwi Nurul Hidayati
NIM : 64010160059
Program Studi : DIII Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul Tugas Akhir : Analisis Dana Kebajikan Bersama (DAKSA) Di BMT
Beringharjo Cabang Ngawi
Dengan ini saya yang menyatakan bahwa Tugas Akhir ini benar-benar karya saya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan
mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan.
Salatiga, 30 Mei 2019
Penulis,
Dwi Nurul Hidayati
NIM. 64010160059
Materai
Rp.6000
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dwi Nurul Hidayati
NIM : 64010160059
Program Studi : DIII Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Menyatakan bahwa naskah Tugas akhir ini secara keseluruhan bebas dari
plagiasi. Jika dikemudian hari terbukti melakukan plagiasi maka saya siap
ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Salatiga, 30 Mei 2019
Penulis,
Dwi Nurul Hidayati
NIM. 64010160059
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Aku Sanggup, Aku Bisa”
PERSEMBAHAN
Terimakasih kepada Orang tuaku,Dosen-dosenku, teman-teman seperjuangan,
tak lupa Pembimbingku, pengelola BMT Beringharjo Kantor Cabang Ngawi, dan
omnivora yang senantiasa menyemangatiku.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan karunia
nikmat dan kesehatan sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan
tepat waktu. Tidak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, berserta keluarganya, para sahabatnya dan
semua umatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zamannya.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih
gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah pada Program Studi Dimploma III (D-III)
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga dengan judul “ANALISIS DANA KEBAJIKAN
BERSAMA (DAKSA) DI BMT BERINGHARJO CABANG NGAWI”. Dalam
penulisan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung membantu penyelesaikan penulisan
Tugas Akhir ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag.selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Ari Setiawan, M.M. selaku ketua Program Studi D-III Perbankan
Syariah yang telah senantiasa membimbing kami dalam kegiatan magang.
viii
4. Bapak Dr. Ahmad Mifdlol M, Lc., M.SI. selaku Dosen Pembimbing yang
membantu penulis mendapatkan data, mengkritik dan memberikan masukan
untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Nur Huri Mustofa, M.SI. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Agung Guritno, M.Pd. yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis
dan selalu memberikan solusi terbaik.
7. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
tentunya sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Kedua orang tuaku tercinta ibu Wagiyem dan bapak Wito terima kasih atas
perjuangannya selama ini dan doa yang tak henti-henti dipanjatkan untuk
anakmu ini agar mendapatkan masa depan yang cerah.
9. Bapak Faiz selaku Manager Cabang Ngawi BMT Beringharjo yang membantu
saya dalam penelitian memberikan kepercayaan kepada penulis untuk
menjalankan kegiatan magang dan penelitian dengan terbuka dan selalu
memberikan pengarahan serta motivasi.
10. Mbak Lusi, Mas Riyan, Mas Budi, Mas Barkah, Mas Ari, Mas Iwan, staf BMT
Beringharjo Cabang Ngawi yang berkenan memberikan ilmu, pengalaman dan
membantu penelitian bagi penulis
11. Keluarga kecil kampusku “Omnivora” sebagai pemacu semangat jiwa dalam
hidup ini.
12. Teman-teman Mahasiswa D-III Perbankan Syariah seangkatan 2016.
ix
13. Tak lupa penulis mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran dalam penyusunan Tugas Akhir yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
dibutuhkan bagi penulis sehingga menjadi lebih baik. Terakhir, penulis berharap
agar hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
para membaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Salatiga, 30 Mei 2019
Penulis,
Dwi Nurul Hidayati
NIM. 64010160059
x
ABSTRAK
Hidayati, Dwi Nurul. 2019. Analisis Dana Kebajikan Bersama (DAKSA) di BMT
Beringharjo Cabang Ngawi. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Ahmad Mifdlol M, Lc., M.SI.
Penelitian yang berjudul “Analisis Dana Kebajikan Bersama (DAKSA)
di BMT Beringharjo Cabang Ngawi”ini merupakan hasil penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana prosedur, pengelolaan, dan implementasi
DAKSA yang diterapkan BMT Beringharjo Cabang Ngawi dalam
menanggulangi risiko pembiyaan yaitu kebakaran dan kematian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif
kualitatif yang menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dari hasil observasi dan wawancara, sedangkan pengambilan data sekunder
dilakukan dengan pengumpulan dokumen-dokumen BMT Beringharjo Cabang
Ngawi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa DAKSA dibagi
menjadi dua untuk anggota yang mengalami kebakaran dan untuk anggota yang
meninggal dunia, secara prosedur penerapannya tidak ada unsur paksaan.
Pengelolaan DAKSA yang menggunakan akad tabarru’ sudah sesuai, jika dilihat
dari (Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/200) tentang pedoman umum asuransi
syari’ah dimana dijelaskan bahwa DAKSA tidak digunakan untuk investasi dalam
bentuk apapun sehingga tidak mendapatkan keuntungan secara langsung.BMT
Beringharjo Cabang Ngawi dalam mengimplementasikan DAKSA untuk
menanggulangi risiko kebakaran dan kematian sudah sesuai juga, jika mengacu
pada prinsip-prinsip asuransisyariah.
Kata Kunci: DAKSA, Akad Tabarru’,Prinsip Asuransi Syariah
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... iv
PERNYARAAN BEBAS PLAGIASI ............................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
E. Metode Penelitian................................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka ..................................................................................... 11
B. Kerangka Teori..................................................................................... 18
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 28
B. Program DAKSA ................................................................................. 45
BAB IVANALISIS DATA
A. Konsep dan Prosedur DAKSA ............................................................. 46
B. Pengelolaan DAKSA dengan Akad Tabarru’ ..................................... 50
xii
C. Implementasi DAKSA berdasarkan Prinsip Aturan Syariah ............... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 61
B. Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabelr 2.1 Perbedaan Penelitian ....................................................................... 15
Tabel 4.1 Perhitungan DAKSA....................................................................... 48
Tabel 4.2 Jumlah anggota dan nominal DAKSA ............................................. 51
Tabel 4.3 Perbedaan DAKSA dan Asuransi .................................................... 52
Tabel 4.4 Klaim Anggota Meninggal............................................................... 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi ....................................................................... 36
Gambar 4.1 Pengelolaan DAKSA ................................................................... 50
Gambar 4.2 Grafik DAKSA ............................................................................. 52
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkrip wawancara kepada Manajer BMT Beringharjo Ngawi
Lampiran 2 Transkrip wawancara kepada anggota BMT Beringharjo Ngawi
Lampiran 3 Setoran Anggota DAKSA bulan Maret
Lampiran 3 Brosur Pembiayaan BMT Beringharjo Cabang Ngawi
Lampiran 4 Akad perjanjian Pembiyaan
Lampiran 5 Akad perjanjian DAKSA
Lampiran 6 Surat Berita Acara Klaim
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah suatu sistem yang universal. Hidup secara islami
bukan hanya dalam hal aqidah akhlak dan ibadah saja tetapi dalam hal
muamalah. Islam mewajibkan setiap individu untuk bekerja dan berusaha
semaksimal mungkin agar kebutuhan dalam hidupnya terpenuhi. Akan
tetapi manusia kapanpun dan di mana pun harus senantiasa mengikuti aturan
yang ditetapkan oleh Allah, sekalipun dalam perkara yang bersifat duniawi
sebab segala aktivitas manusia akan dimintai pertanggungjawaban kelak di
akhirat (Syafei, 2004: 15) . Dalam hal ini, manusia tidak pernah mengetahui
apa yang akan terjadi nanti ataupun keesokan harinya. Bukan bermaksud
berpikir negatif terhadap apa yang akan terjadi nanti, namun hanya sebatas
mengantisipasi kejadian yang akan terjadi dalam kehidupan.
Perkembangan ekonomi Islam yang semakin pesat di Indonesia,
memberikan banyak peluang bagi aktivitas bisnis berbasis syariah. Dilihat
saat ini telah menjamur Lembaga Keuangan Syariah Non Bank. Dengan
adanya permasalahan tersebut BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) merupakan
salah satu solusi dalam bentuk Lembaga Keuangan Non Bank yang
operasionalnya sesuai dengan prinsip syariah Islam yang bebas dari riba dan
gharar (ketidakjelasan). BMT adalah lembaga usaha ekonomi rakyat kecil,
yang beranggotakan orang atau badan hukum
2
berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi adapun tujuan BMT yaitu
untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota
khususnya dan masyarakat umumnya. Sifat BMT sendiri adalah usaha
bisnis, mandiri, ditumbuh kembangkan dengan swadaya dan dikelola secara
profesional (Azra, 2003: 238).
Dalam BMT terkumpul berbagai macam dana, mulai dari modal
yang disiapkan oleh para pendirinya hingga dana yang berasal dari zakat,
infaq, sedekah. Sebagai lembaga keuangan yang kecil, BMT memfokuskan
target pasarnya pada bisnis yang berskala kecil yang kurang diminati oleh
bank. Secara kelembagaan BMT didampingi Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil (PINBUK), dimana PINBUK adalah lembaga primer yang
mengembangkan misi yang luas, yakni mengentaskan usaha kecil.
Keberadaan BMT merupakan representasi dari kehidupan masyarakat
dimana BMT mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat
(Sudarsono, 2003: 84).
Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin
tinggi, seiring dengan perkembangan teknologi berkembang pula kebutuhan
hidup yang semakin meningkat mengikuti arus perkembangan zaman
(Kasmir, 2010: 33). BMT Beringharjo Cabang Ngawi merupakan Lembaga
Keuangan Non Bank yang bergerak untuk mensejahterakan masyarakat
dalam bentuk pembiayaan dan simpanan. Pembiayaan yang ditawarkan oleh
BMT Beringharjo Cabang Ngawi diantaranya Musyarokah (MSA),
3
Murabahah (MBA), Ijarah manfaat, Ijarah Jasa, Ijarah Muntahiya Bittamlik
(IMBT), Qardul Hasan.
Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan kegiatan
BMT Beringharjo Cabang Ngawi sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang
keuangan sama seperti halnya perusahan lainnya, kegiatan pihak koperasi
syariah secara sederhana dapat di katakan sebagai tempat melayani segala
kebutuhan para anggotanya. Para anggota datang silih berganti baik sebagai
pembeli jasa maupun penjual jasa yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan
kegiatan utama suatu koperasi syariah yaitu menghimpun dana dari
masyarakat melalui simpanan dan kemudian menyalurkan kembali kepada
masyarakat umum dalam bentuk kredit atau pinjaman.
Dalam praktik penyaluran baik simpanan maupun pembiayaan
tentunya akan muncul banyak risiko baik dari pihak anggota ataupun dari
pihak BMT itu sendiri. Risiko merupakan unsur penting dalam dunia
keuangan syariah. Untuk itu, ulama telah menyumbangkan beberapa
pemikiran tetang risiko. Dalam keuangan syariah, terdapat dua aksioma atau
kaidah fiqh yang terkait dengan risiko, yakni al kharaj bi al dhaman dan al
ghunmu bi al ghurm. Kedua kaidah ini menekankan adanya risiko dalam
realitas keuangan. Kedua kaidah fiqh ini memiliki arti bahwa setiap return
yang di dapat dari aset, secara intrinsik terkait dengan tanggung jawab atas
kerugian yang muncul dari aset tersebut. Artinya, return yang didapatkan
sebanding dengan risiko kerugian yang melekat dalam aset tersebut. Kaidah
ini sangat berbeda dengan konsep keuangan berbasis bunga, dimana konsep
4
bunga memisahkan antara return dengan tanggung jawab untuk
menanggung kerugian. Pemilik modal akan tetap mendapatkan return tanpa
harus menanggung risiko. Hal ini dilakukan dengan menentukan return
yang tetap atas nominal dana yang dipinjamkan (Khan dan Ahmed, 2008:
12).
Asuransi jika dilihat secara syariah pada hakikatnya adalah suatu
bentuk kegiatan saling memikul risiko diantara sesama manusia sehingga
antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lain. Saling
pikul risiko itu dilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam
kebaikan, dengan cara masing-masing mengeluarkan dana ibadah
(tabbarru) yang ditunjukkan untuk menanggung risiko tersebut, dengan kata
lain asuransi syariah adalah sistem dimana para peserta menghibahkan
sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar
klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta (Amrin,
2011: 36).
Di BMT Beringharjo Cabang Ngawi terdapat Dana Kebajikan
Bersama (DAKSA) yang berfungsi sama seperti asuransi. DAKSA adalah
suatu dana yang dipungut dari setiap anggota yang ingin melakukan
pembiayaan di BMT Beringharjo Cabang Ngawi. Pungutan dilakukan
dengan ketentuan pembiayaan yang diambil dikalikan dengan 0,03%
dikalikan dengan tenor. Dana Kebajikan Bersama ini bukan merupakan
produk dalam BMT tersebut melainkan merupakan bentuk antisipasi risiko
pembiyaan dimana jika terjadi musibah kepada anggotanya meliputi
5
kebakaran dan kematian, yang bersifat hibah dan tidak dapat diambil.
DAKSA inipun tidak bekerja sama dengan mitra asuransi atau pihak
asuransi tetapi dikelola oleh PBMT (Perkumpulan BMT Seluruh
Indonesia).
Dari paparan di atas penulis tertarik untuk mengambil judul
“ANALISIS DANA KEBAJIKAN BERSAMA (DAKSA) DI BMT
BERINGHARJO CABANG NGAWI”. Hal ini untuk mengetahui
bagaimana prosedur, pengelolaan, dan implementasi Dana Kebajikan
Bersama yang diterapkan di BMT Beringharjo Cabang Ngawi dalam
menanggulangi risiko pembiyaan yaitu kebakaran dan kematian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan prosedur DAKSA dalam pembiayaan di BMT
Beringharjo Cabang Ngawi ?
2. Bagaimana pengelolaan dana DAKSA dengan akad tabarru’ di BMT
Beringharjo Cabang Ngawi?
3. Bagaimana implementasi DAKSA dalam menanggulangi risiko
kebakaran dan kematian di BMT Beringharjo Berdasarkan Prinsip
Asuransi syariah?
6
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dan prosedur DAKSA dalam pembiayaan
di BMT Beringharjo Cabang Ngawi.
b. Untuk mengetahui pengelolaan dana dengan akad tabarru’ DAKSA
di BMT Beringharjo Cabang Ngawi.
c. Untuk mengetahui implementasi DAKSA dalam menanggulangi
risiko kematian dan kebakaran di BMT Beringharjo berdasarkan
prinsip asuransi syariah.
2. Manfaat
a. Bagi Penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan penulis tentang mekanisme,
prosedur, dan sumber dana asuransi syariah dalam BMT
Beringharjo Cabang Ngawi, menerapkan teori yang diperoleh dari
IAIN Salatiga, serta memperoleh pengalaman kerja dan merasakan
dunia kerja.
b. Bagi IAIN Salatiga
Menjadi salah satu referensi bagi mahasiswa, khususnya untuk
mahasiswa IAIN Salatiga program studi D3 Perbankan Syariah dan
sebagai sarana bagi IAIN Salatiga untuk bekerja sama dengan BMT
Beringharjo Cabang Ngawi.
7
c. Bagi BMT
Sebagai salah satu masukan dan evaluasi untuk BMT Beringharjo
Cabang Ngawi untuk mempertahankan dan mengembangkan
kinerjanya di masa yang akan datang.
d. Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan bisa dijadikan sebagai referensi.
D. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BMT Beringharjo Cabang Ngawi
dengan alamat Jl. Mangkubumi No.24, Sidomulyo, Ketanggi, Kec.
Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur 63211. Telp (0351) 744477
2. Pendekatan dan jenis penelitian
Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian misalnya,
perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dll. Secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
khususnya yang alamiah memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2009: 6 ).
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian lapangan
yang artinya penelitian yang dilakukan dalam kehidupan yang
sebenarnya. Hasil penelitian ini diperoleh dengan cara mengamati,
mencatat, mengumpulkan data dan informasi yang ada di lapangan.
8
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis membagi sumber data menjadi dua
bagian yaitu :
a. Sumber data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
penulis secara langsung dari sumber datanya. Data ini bersumber
dari hasil observasi dan wawancara kepada karyawan BMT
Beringharjo Cabang Ngawi.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, buku-
buku dan arsip-arsip data yang akan diteliti dengan metode penulisan
kualitatif ini. Sumber data sekunder penulis peroleh dari buku-buku
yang berkaitan dengan judul, penelitian-penelitian yang berkaitan
dengan tugas akhir yang penulis lakukan, mengambil Tugas Akhir
yang sudah ada sebelumnya dan memiliki tema yang berkaitan, serta
dokumen-dokumen yang relevan (Daymon, 2008: 8).
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam tahap ini pengumpulan data penulis menggunakan metode
sebagai berikut :
a. Observasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan Dana Kebajikan Bersama (asuransi). Observasi adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan,
9
dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau
perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut
pengobservasi (observer) dan pihak yang terobservasi (observee)
(Fathoni, 201: 104).
b. Wawancara
Wawancara adalah cara-cara memperoleh data dengan
berhadapan langsung bercakap-cakap, baik antara individu dengan
individu, maupun individu dengan kelompok
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan urutan penyajian dari masing-
masing bab secara terperinci, singkat dan jelas serta diharapkan dapat
mempermudah dalam memahami laporan penelitian. Adapun sistematika
penulisan dalam penelitian ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan laporan tugas akhir.
BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini menguraikan tentang telaah
penelitian sebelumnya dan teori tentang konsep asuransi, pengertian
asuransi dan pembiayaan bermasalah.
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIHAN. Bab ini
menguraikan gambaran umum BMT, yaitu sejarah berdirinya BMT
Beringharjo Cabang Ngawi, visi dan misi, budaya kerja, struktur organisasi
10
dan job description, produk di BMT Beringharjo Cabang Ngawi dan
gambaran program DAKSA.
BAB IV ANALISIS. Bab ini menguraikan hasil penelitian analisis
Dana kebajikan Bersama (DAKSA) di BMT Beringharjo Cabang Ngawi.
Mulai dari sistem dan prosedur, implementasi, sampai dengan manajemen
risiko pembiyaan BMT Beringharjo Cabang Ngawi.
BAB V PENUTUP. Bab ini merupakan bab terkhir dalam penulisan
tugas akhir ini yang berisikan kesimpulan dan saran dari pembahasan yang
telah diuraikan.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian yang dilakukan Zahara (2018) dengan judul “Sistem
Pertanggungan Bancassurance oleh Asuransi Askrida Syari’ah Menurut
Konsep Kafalah (Suatu Penelitian di Bank Aceh Syariah Cabang Beurawe
Dan Asuransi Askrida Syari’ah)”. Hasil penelitiannya menguraikan perjanjian
antara pihak bank dengan perusahaan Asuransi dalam bentuk sistem
bancassurance pihak bank mengalihkan sebagian risiko yang akan muncul
kepada pihak asuransi. Jika debitur mengalami kemacetan dalam angsuran
pembiyaaan karena meninggal maka risiko yang ditanggung oleh bank ini
dialihkan kepada perusahaan asuransi Askrida Syariah dengan pertanggungan
asuransi jiwa. Asuransi Askrida Syariah menerapakan sistem berdasarkan
konsep kafalah. Namun konsep kafalah yang diterapkan masih belum efektif
dan masih banyak terdapat ketidaksesuaian antara konsep kafalah dengan
penerapannya.
Skripsi karya Saputra (2013) dengan judul “Tinjauan Yuridis Mengenai
Peranan Lembaga Penjamin Simpanan dalam Perlindungannya Terhadap
Dana Simpanan Nasabah Bank”. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: 1) Hubungan hukum antara LPS dengan Bank
telah dinyatakan dalam Undang-Undang tentang Perbankan dan juga Undang-
undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Hubungan hukum
12
antara LPS dengan Bank juga dapat diasumsikan sebagai hubungan hukum
antara penanggung dengan tertanggung. Sebagaimana diatur dalam pasal 246
KUHD dimana Bank sebagai tertanggung dan LPS sebagai penanggung, hal
ini disebabkan adanya kewajiban Bank untuk membayar premi kepada LPS.
Perbedaanya bahwa asuransi menjamin evenemen ( peristiwa yang tidak tentu
kapan terjadinya) sedangkan yang dijamin LPS bila Bank tersebut tidak
sanggup membayar uang nasabahnya. 2) Peran LPS dalam hal Bank tak
sanggup bayar adalah: a) LPS melakukan penyelesaian Bank Gagal yang tidak
berdampak sistemik setelah LPP atau Komite Koordinasi menyerahkan
penyelesaiannya kepada LPS. Penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak
sistemik dilakukan dengan melakukan penyelamatan atau tidak melakukan. 3)
Pembayaran klaim penjaminan kepada Nasabah Penyimpan dilakukan
berdasarkan Simpanan yang layak dibayar sesuai hasil rekonsiliasi dan
verifikasi kemudian Lembaga Penjamin Simpanan menunjuk Bank pembayar
dan pembayaran mulai dilakukan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
tanggal rekonsiliasi dan verifikasi dimulai.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2012) yang berjudul
“Analisis Aplikasi Akad Tabbaru’ dalam Asuransi Syariah : Studi Kasus pada
AJB Bumiputera 1912 Syariah Cabang Kudus” disimpulkan bahwa produk-
produk pada AJB Bumiputera 1912 syariah cabang Kudus adalah termasuk
produk yang ada unsur saving (tabungan), yaitu asuransi perorangan (Mitra
Sakinah, Mitra Mabrur dan Mitra Iqra’) maupun asuransi kumpulan, dalam
melaksanakan kegiatan harian AJB Bumiputera 1912 syariah cabang Kudus,
13
premi yang masuk ke perusahaan dikelompokkan menjadi premi tabarru’
(dana kebajikan), premi tabungan dan premi biaya. Aplikasi akad tabarru’
pada AJB Bumiputera 1912 Syariah Cabang Kudus sesuai dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 21/DSN-MUI/ X/2001 tentang
pedoman umum asuransi syariah dinyatakan bahwa akad tabarru’ adalah
semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-
menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.
Safi’i (2018) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Akad
Tabarru’ Dalam Asuransi Syariah Menurut Fatwa DSN-MUI Nomor 21/DSN-
MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah (Studi Di Kantor
Pemasaran PT. Sun Life Financial Syariah Surakarta Cabang Kartasura)”.
Dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa penarapan akad Tabarru’ di
kantor pemasaran PT. Sun Life Financial Syariah Surakarta Cabang Kartasura
sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah. Namun sangat disayangkan dalam
perubahan akad tijarah kedalam akad tabarru’ kantor pemasaran PT. Sun Life
Financial Syariah Cabang Kartasura memperbolehkannya sedangkan di dalan
fatwa Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah jelas tidak memperbolehkan. Dalam penerapan akad tabarru’ di
Kantor Pemasaran PT. Sun Life Financial Syariah Surakarta Cabang Kartasura
dikenakan kepada seluruh peserta asuransi syariah. Penandatanganan akad
perjanjian dilakukan setelah selesai mengisi Surat Permohonan Asuransi Jiwa.
Dana tabarru’ didapatkan deri pembagian premi sebesar 20%. Dana yang
14
terkumpul nantinya akan diinvestasikan ke dalam saham syariah dan
keuntungannya akan digunakan untuk membantu sesama yang mendapatkan
musibah, hal tersebut dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.
Hariadi (2017) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengelolaan Asuransi Takaful Pembiayaan (Bancassurance) PT. Asuransi
Takaful Keluarga Pada Bank BNI Syariah Boulevard Bukit Dharmo
Surabaya”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pelaksanaan Asuransi
takaful Pembiayaan pada Bank BNI Syariah merupakan praktik pemasaran
produk bancassurance takaful yang dilakukan oleh pihak Bank BNI Syariah,
proses pengelolaan Asuransi takaful Pembiayaan tetap dilakukan oleh pihak
Asuransi takaful keluarga untuk menjamin pembiayaan nasabah Bank BNI
Syariah Boulevard. Pengelolaan Asuransi takaful Pembiayaan dilakukan
sesuai dengan akad wakalah bil ujrah dan tabarru’. Sehingga, dengan adanya
Asuransi takaful Pembiayaan ini, apabila nasabah mengalami musibah
kematian atau sakit kritis pembiayaan akan tetap terbayarkan.
Agustin (2013) dalam Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum dengan judul
“Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank
Likuidasi”. dalam jurnal tersebut membahas tentang Peran LPS adalah
sebagai badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas
simpanan nasabah penyimpan, melalui skim asuransi, dana penyangga, atau
skim lainnya. Besarnya nilai simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin
Simpanan sampai Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) per nasabah.
15
Tabel 2.1
Perbedaan penelitian
Nama Penulis,
Tahun dan Judul Persamaan
Perbedaan
Penelitian
Terlebih dahulu
Penelitian
Sekarang
Zahara, 2018,
“Sistem
Pertanggungan
Bancassurance
oleh Asuransi
Askrida Syari’ah
Menurut Konsep
Kafalah (Suatu
Penelitian di
Bank Aceh
Syariah Cabang
Beurawe Dan
Asuransi Askrida
Syari’ah)”.
Penjamin
risiko
Objek penelitian
pada bank dan
perusahaan
asuransi dimana
Perusahaan
asuransi
menggunakan
konsep kafalah,
dan terdapat unsur
kerja sama antara
dua belah pihak
Objek penelitian
adalah BMT yang
memiliki program
DAKSA dengan
menggunakan
konsep tabarru’, dan
tidak ada unsur kerja
sama antara dua
belah pihak
Saputra, 2013,
“Tinjauan
Yuridis Mengenai
Peranan
Lembaga
Penjamin
Simpanan dalam
Perlindungannya
Terhadap Dana
Penjamin
risiko
LPS sebagai
penjamin risiko,
bank adalah objek
yang dijamin
DAKSA sebagai
penjamin risiko,
nasabah adalah objek
yang dijamin
16
Simpanan
Nasabah Bank”
Hakim, 2017,
“Analisis
Aplikasi Akad
Tabbaru’ dalam
Asuransi Syariah
: Studi Kasus
pada AJB
Bumiputera 1912
Syariah Cabang
Kudus”
Menggunakan
konsep
tabbaru’
Menganalisis akad
tabbaru’ pada
produk asuransi
syariah di
perusahaan
asuransi
Menganalisis akad
tabbaru’ pada
program DAKSA di
BMT
Safi’i, 2018,
“Penerapan
Akad Tabarru’
Dalam Asuransi
Syariah Menurut
Fatwa DSN-MUI
Nomor 21/DSN-
MUI/X/2001
Tentang
Pedoman Umum
Asuransi Syariah
(Studi Di Kantor
Pemasaran PT.
Sun Life
Financial
Syariah
Surakarta
Menggunakan
konsep
tabarru’
Objek penelitian
pada perusahaan,
Konsep tabarru’
pada produk
Asuransi syariah
Objek penelitian
pada BMT
Konsep tabarru’
pada program
DAKSA
17
Cabang
Kartasura)”.
Hariadi, 2017,
“Analisis
Pengelolaan
Asuransi Takaful
Pembiayaan
(Bancassurance)
PT. Asuransi
Takaful Keluarga
Pada Bank BNI
Syariah
Boulevard Bukit
Dharmo
Surabaya”.
Penjamin
risiko
pembiyaan
nasabah
Asuransi takaful
keluarga untuk
menjamin
pembiayaan
nasabah Bank BNI
Pengelolaan
Asuransi takaful
Pembiayaan
dilakukan sesuai
dengan akad
wakalah bil ujrah
dan tabarru’
DAKSA penjamin
risiko pembiyaaan
BMT Beringharjo
Cabang Ngawi,
menggunkan akad
tabarru’
Agustin, 2013, “
Peran Lembaga
Penjamin
Simpanan
Terhadap Klaim
Dana Nasabah
Bank Likuidasi”.
Penjamin
risiko
LPS sebagai
penjamin nasabah
bank yang
menggunakan
simpanan
DAKSA sebagai
penjamin anggota
BMT yang
menggunakan
pembiyaan
18
B. Kerangka Teori
1. Asuransi Syariah
a. Pengertian Asuransi
Dalam bahasa Belanda, kata asuransi disebut asurantie yang
terdiri dari asal kata “assarandeur” yang berarti penanggung dan
“geassureede” yang berarti tertanggung, kemudian dalam bahasa
Perancis disebut “assurance”yang berarti menanggung sesuatu yang
pasti terjadi. Adapun dalam bahasa latin disebut “assecurare” yang
berarti menyakinkan orang. Selanjutnya dalam bahasa inggris kata
asuransi berarti “insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang
mungkin atau tidak mungkin terjadi dan assurance yang berarti
menanggung sesuatu yang pasti terjadi (Amrin, 2006: 2).
b. Pengertian Asuransi Syariah
Asuransi Syariah adalah suatu cara atau metode untuk
memelihara manusia dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya
yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan
kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya. Sistem asuransi
adalah sistem ta’awun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi
kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah-musibah oleh sekelompok
tertanggung kepada orang yang tertimpa musibah tersebut (Sharifuddin
dalam Suhardih, 2018: 307).
19
c. Dalil-Dalil Asuransi Syariah
1) Alquran Firman Allah tentang perintah mempersiapkan hari depan:
“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk
hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS. Al-Hasyr 59 : 18).
2) Firman Allah tentang prinsip-prinsip bermu’amalah, baik yang
harus dilaksanakan maupun dihindarkan, antara lain :
“Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya
Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
(QS. Al-Maidah 5 : 1)
3) Firman Allah tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam
perbuatan positif, antara lain :
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. Al-Maidah 5 : 2) (Abdullah,
2018: 15).
d. Akad Dalam Asuransi Syariah
1) Tijarah
Akad tijarah adalah akad yang dilakukan untuk tujuan
komersial. Bentuk akadnya menggunakan mudharabah. Akad
tijarah ini untuk mengelola uang premi yang telah diberikan
kepada perusahaan asuransi syariah yang berkedudukan sebagai
pengelola (Mudharib), sedangkan nasabahnya berkedudukan
sebagai pemilik uang (shohibul mal). Ketika masa perjanjian habis,
20
maka uang premi yang diakadkan dengan akad tijarah akan
dikembalikan beserta bagi hasilnya (Abdullah, 2018: 18).
2) Tabarru’
Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan
dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata
untuk tujuan komersial. Kemudian akad dalam akad tabarru’
adalah akad hibah dan akad tabarru’ tidak bisa berubah menjadi
akad tijarah. Dalam akad tabarru’, peserta memberikan hibah yang
akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah
(Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syari'ah dalam Abdullah, 2018: 19).
3) Wakalah Bil Ujrah
Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad tijarah yang
memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk
mengelola dana tabarru' atau dana investasi peserta, sesuai kuasa
atau wewenang yang diberikan dengan imbalan berupa ujrah (fee)
(Abdullah, 2018: 20).
4) Mudharabah
Akad Mudharabah adalah Akad tijarah yang memberikan
kuasa kepada perusahaan sebagai mudharib untuk mengelola
investasi dana tabarru' atau dana investasi peserta, sesuai kuasa
atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa bagi hasil
21
(nisbah) yang besarnya telah disepakati sebelumnya (Abdullah,
2018: 21).
5) Mudharabah Musyarakah
Akad Mudharabah Musyarakah adalah akad tijarah yang
memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai mudharib untuk
mengelola investasi dana tabarru' atau dana Investasi peserta, yang
digabungkan dengan kekayaan perusahaan, sesuai kuasa atau
wewenang yang diberikan dengan imbalan berupa bagi hasil
(nisbah) yang besarnya ditentukan berdasarkan komposisi
kekayaan yang digabungkan dan telah disepakati sebelumnya
(Abdullah, 2018: 22).
e. Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Syariah
1) Tauhid (Ke-Esaan)
Prinsip ke-Esaan (tauhid) adalah dasar utama dari setiap
bentuk bangunan yang ada dalam berasuransi yang harus
diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menciptakan suasana
dan kondisi bermuamalah yang terbangun oleh nilai-nilai ke-
Tuhanan. Kalau pemahaman semacam ini terbentuk dalam setiap
“pemain” yang terlibat dalam perusahaan asuransi, maka pada
tahap awal masalah yang sangat urgensi telah terlalui dan dapat
melangsungkan perjalanan bermuamalah seterusnya (Ali dalam
Ilyas, 2014: 41).
22
2) Al-Adl (Keadilan)
Prinsip kedua dalam bermuamalah adalah keadilan, begitu
juga dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan
(justice), dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam
menempatkan hal dan kewajiban antara nasabah (anggota) dan
perusahaan asuransi (Ali dalam Ilyas, 2014: 41).
3) Adz Dzulm (Menghindari Kedzaliman)
Pelanggaran terhadap kedzaliman merupakan salah satu
dasar dalam bermuamalah. Karena itu Islam sangat ketat dalam
memberikan perhatian terhadap pelanggaran kedzaliman. Misal
adanya hak nasabah yang dikebiri, keterlambatan memberikan
upah kepada karyawan, dan lain-lain (Sula dalam Ilyas, 2014: 42).
4) Ta’awun (Tolong Menolong)
Saling tolong-menolong atau saling membantu berarti
diantara peserta syari’ah yang satu dengan yang lainnya saling
bekerja sama dan memperingan penderitaan memenuhi berbagai
kebutuhan dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena musibah
yang diderita (Dzazuli dan Yadi dalam Ilyas, 2014: 43).
5) Musyarakah (Kerjasama)
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan dapat hidup
sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Kerjasama dalam
bisnis asuransi dapat berwujud dalam akad yang dijadikan acuan
23
antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu anggota (nasabah) dan
perusahaan asuransi (Ali dalam Ilyas, 2014: 43).
6) Al Amanah (Amanah)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat
terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas (pertanggungjawaban)
perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode.
Prinsip amanah juga harus berlaku pada seorang nasabah,
seseorang yang menjadi nasabah asuransi berkewajiban
menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan
pembayaran dana iuran (premi) dan tidak memanipulasi kerugian
yang menimpa dirinya (Ali dalam Ilyas, 2014: 43).
7) Ridha (Kerelaan)
Pentingnya prinsip ridha dalam muamalah karena tanpa
dilandasi dengan keridhaan, maka seluruh akad dalam muamalah
menjadi batal. Dengan demikian, kedudukan prinsip keridhaan
sangat fatal dalam akad-akad yang dibuat dalam mumalah yang
dilandasi hukum syariah (Sula dalam Ilyas, 2014: 43).
8) Larangan Gharar (Ketidakpastian), Maisir (Judi) dan Riba
Dalam setiap transaksi, seseorang muslim dilarang
memperkaya diri dengan cara yang tidak dibenarkan (Dewi dalam
Ilyas, 2014: 43).
24
2. Sistem Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
Di dalam sistem operasional asuransi syariah, yang sebenarnya
terjadi adalah saling bertanggung jawab, bantu-membantu dan melindungi
diantara para peserta sendiri. Perusahaan asuransi diberi kepercayaan
(amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan
dengan jalan yang halal, memberikan santunan kepada yang mengalami
musibah sesuai isi akta perjanjian tersebut. Mekanisme pengelolaan dana
peserta (premi) terbagi menjadi dua sistem yaitu:
a. Sistem yang mengandung unsur tabungan
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara
teratur kepada perusahaan. Besar premi yang akan dibayarkan
tergantung kepada kemampuan peserta. Akan tetapi perusahaan
menetapkan jumlah minimum premi yang dapat dibayarkan. Setiap
peserta dapat membayar premi tersebut, melalui rekening koran, giro
atau membayar langsung. Peserta dapat memilih cara pembayaran,
baik tiap bulan, kuartal, semester maupun tahunan. Setiap premi yang
dibayar oleh peserta akan dipisah oleh perusahaan asuransi dalam dua
rekening yang berbeda, yaitu:
1) Rekening tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan milik
peserta, yang dibayarkan bila:
a) Perjanjian berakhir
b) Peserta mengundurkan diri
c) Peserta meninggal dunia
25
2) Rekening tabarru’, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh
peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong-
menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila:
a) Peserta meninggal dunia
b) Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai
dengan syariah Islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah
dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi re-asuransi),
akan dibagi menurut prinsip mudharabah. Prosentase pembagian
mudharabah (bagi hasil) dibuat dalam suatu perbandingan tetap
berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan
peserta.
b. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan
Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam
rekening tabarru’, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta
sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong dan
saling membantu, dan dibayarkan bila:
a) Peserta meninggal dunia
b) Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan
syariah Islam. Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi
dengan beban asuransi (klaim dan premi re-asuransi), akan dibagi
antara peserta dan perusahaan menurut prinsip Al-Mudharabah dalam
26
suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara
perusahaan dengan peserta (Tim analisis dan Evaluasi tentang
perasuransian syariah (Asuransi Syariah): 49-51).
3. Risiko Pembiayaan
a. Pengertian
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Kegiatan pembiayaan ini
sangat erat dengan yang namanya risiko, tetapi tanpa kegiatan berisiko
tesebut, bank tidak akan memperoleh return sebagai imbal hasilnya
Seperti halnya bank konvensional, bank Islam juga menghadapi
risiko pembiayaan dalam menyalurkan dananya ke masyarakat. Risiko
pembiayaan atau sering disebut pula default risk merupakan suatu
risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah (pengusaha)
mengembalikan pinjaman/pembiayaan yang diterima dari bank sesuai
dengan jangka waku yang ditentukan atau dijadwalkan.
Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian yang telah disepakati
kedua belah pihak secara teknis keadaan tersebut merupakan default.
(Veithzal dan Ismail, 2013: 239).
Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena
kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Penyebab
kesulitan keuangan perusahaan nasabah dapat kita bagi dalam faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada
27
dalam perusahaan sendiri, dan faktor manajerial dapat dilihat dari
beberapa hal seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian
pengawasan. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar
kekuasaan manajemen perusahaan seperti bencana alam, kematian dll.
Dalam memahami konsep risiko pembiayaan pada bank, maka
perlu dipahami proses bisnis dari skema pembiayaan bank itu sendiri.
Dengan memahami proses bisnis, selain mendefinisikan secara lebih
komprehensif, kita akan mampu mengidentifikasi titik-titik risiko pada
setiap tahapan proses dan sekaligus faktor pemicu terjadinya risiko
tersebut. Akhirnya diharapkan pembangunan sistem mitigasi risiko
menjadi lebih terarah, sistematis dan bersifat holistik.
b. Sikap Terhadap Risiko (Risk Response)
Risk response dari organisasi dapat berupa avoidance
(menghindari), reduction (mengurangi), sharing atau menanggung
bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain, dan
acceptance (yaitu menerima risiko yang terjadi dan tidak ada upaya
khusus yang dilakukan) (Nadeem dan Khalil dalam Rahman dan
Wondabio, 2018: 383).
28
BAB III
OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Koperasi BMT Beringharjo
Berdirinya koperasi Baitul Maal wat Tamwil ( BMT ) Beringharjo bermula
dari digelarnya Pendidikan dan Latihan (Diklat) Manajemen Zakat, Infaq dan
Sedekah (ZIS) dan Ekonomi Syariah di BPRS Amanah Ummah di
Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 1-5 September 1994. Dari diklat
tersebut pada tanggal 2-6 November 1994 di Semarang digelar pula diklat
yang sama sekaligus sebagai tonggak awal terbentuknya Forum Ekonomi
Syariah (FES) dimana kedua diklat tersebut diprakarsai oleh Dompet Dhuafa
(DD) Republika dan Asosiasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) se-
Indonesia (ASBISINDO). Diklat ketiga diadakan di Yogyakarta pada tanggal
5-11 Januari 1995. Dari ketiga diklat tersebut beberapa peserta kemudian ikut
magang dan diberi kesempatan untuk mendirikan BMT yang dimodali oleh
Dompet Dhuafa Republika.
Dra. Mursida Rambe dan Ninawati, SH adalah dua orang peserta yang
mengikuti ketiga diklat tersebut. Seusai keduanya mengikuti diklat mereka
kemudian mengikuti magang di BPR Syariah Margi Rizki Bahagia di
Bilangan Bantul, Yogyakarta. Selepas magang kedua orang aktivis ini mulai
melakukan survey pasar, lokasi, lobby-lobby dan persiapan lainnya untuk
mendirikan BMT yang pada waktu itu baru pertama kali ada di Yogyakarta.
29
BMT Beringharjo secara informal berdiri pada 31 Desember 1994 dan
secara resmi didirikan bersamaan dengan 17 BMT lainnya di Indonesia pada
tanggal 21 April 1995 di Yogyakarta oleh Menristek kala itu yaitu Bapak
Prof. DR. Ing. BJ. Habibie. Kantor pertama BMT Beringharjo berada di
pelataran Masjid Muttaqien Pasar Beringharjo Yogyakarta. Akhirnya pada
tahun 1997 BMT Bina Dhuafa Beringharjo memiliki badan hukum Koperasi
dengan nomor 157/BH/KWK-12/V/1997. Sejak saat itu hubungan kerja sama
dengan Dompet Dhuafa Republika terus terjalin dengan erat, terlebih setelah
adanya Memorandum of Understanding (MoU) kedua pada tanggal 10 Maret
2001. Pada saat itu Dompet Dhuafa Republika menyertakan modalnya pada
BMT Bina Dhuafa Beringharjo
Koperasi BMT Beringharjo Cabang Ngawi diresmikan pada tanggal 14
Desember 2009 dengan lokasi kantor di Jalan Mangkubumi Nomor 24,
Ketanggi,sebelumnya di area Pasar Besar Ngawi lantai 2. Koperasi ini
dikelola oleh 6 orang karyawan sebagai Manajer Cabang, Akunting, Teller,
dan Account Officer. Sampai saat ini BMT Beringharjo Cabang Ngawi sudah
melayani lebih dari 3.500 anggota dan mengelola asset 6,2 miliar.
B. Visi BMT Beringharjo
BMT Terkemuka Mitra Bisnis Terpercaya Berbasis Syariah
C. Misi BMT Beringharjo
1. Community Services : pelayanan terbaik untuk anggota
2. Community Development : pemberdayaan berkelanjutan untuk anggota
3. Community Relation : hubungan kerja sama yang baik sesama anggota
30
D. Budaya Kerja BMT Beringharjo
BERING CARE: Bina Edukasi Reportase Inovasi Jejaring Cepat Amanah
Resik Empati
1. Bina Edukasi
Yang dimaksud Bina Edukasi adalah mengembangkan budaya
kerja yang berorientasi pada upaya untuk membangun kapasitas jiwa,
pengetahuan dan keterampilan baik yang terkait pekerjaan atau kehidupan
sehari-hari dalam rangka syariah.
a. Anggota
1) Membiasakan untuk mempelajari AL Qur’an setiap hari minimal 1
halaman.
2) Membaca 10 halaman buku berwawasan setiap minggu.
3) Bersemangat mengikuti training internal dan eksternal.
4) Memiliki standar sertifikasi BNSP.
b. Pengelola
1) Memiliki program pembinaan Anggota berdasarkan level
keanggotaan.
2) Mengedukasi anggota untuk berpartisipasi aktif dalam program
pembinaan anggota.
3) Mampu mencetak ToT dikalangan Anggota.
4) Memiliki entisitas yang berkonsentrasi pada pengembangan jiwa,
pengetahuan dan keterampilan para Anggota dengan berlandaskan
syariah.
31
2. Reportase
Yang dimaksud reportase adalah pengembangan budaya kerja yang
mampu menyajikan semua aktifitas dalam bentuk laporan tertulis yang
baik dan terus menerus.
a. Pengelola
1) Memiliki kemampuan mendokumentasikan semua aktifitas untuk
dilaporkan.
2) Memiliki keterampilan mengetik dengan word.
3) Mampu membuat laporan evaluasi secara tertulis untuk
kepentingan monitoring dan evaluasi.
b. Anggota
Yang dimaksud dengan anggota adalah yang sedang mendapatkan
pendampingan
1) Memberikan laporan keuangan minimal 3 bulan, baik tamwil
maupun Maal kepada anggota.
2) Memberikan informasi terkait perkembangan BMT kepada
Anggota yang membutuhkan.
3) Memiliki perangkat yang menarik kepada Anggota.
3. Inovatif
Yang dimaksud inovatif adalah usaha mendayagunakan pemikiran,
kemampuan imajinasi, dan berbagai stimulan, dalam menghasilkan
produk baru, baik bagi dirinya sendiri ataupun lingkungannya.
32
a. Pengelola
1) Mampu berkreasi menemukan strategi maupun metode baru pada
rutinitas pekerjaan.
2) Mampu mengamati dan mengkreasikan hasil pengamatan tersebut
menjadi program atau produk baru.
b. Anggota
1) Mampu menganalisa dan membuat produk yang menjadi
kebutuhan anggota.
2) Mampu berkreasi membuat metode – metode baru dalam upaya
melakukan pendekatan kepada anggota.
4. Jejaring
Yang dimaksud jejaring adalah mengembangkan budaya kerja
yang mampu membangun hubungan personal dan organisasi yang baik
dan berkesinambungan.
a. Karyawan
1) Melakukan cara komunikasi yang sopan.
2) Mengenal 40 orang tetangga ditempat tinggal karyawan.
3) Membangun kedekatan dengan semua kemitra kerja, dan mampu
menyebutkan minimal nama lengkap mitra tersebut.
4) Berinisiatif untuk memulai salam dan berkenalan pada setiap
kesempatan.
33
b. Anggota
1) Menjaga hubungan baik dengan bersilaturahmi minimal 1 anggota
perhari.
2) Berusaha mendamaikan perselisihan diantara anggota dalam upaya
menjaga ukhuwah.
3) Mampu mendengar dengan seksama dan memberikan jawaban
secara sopan solutif.
5. Cepat
Yang dimaksud cepat adalah mengembangkan budaya kerja yang
tidak hanya berorientasi rapih dan lengkap tetapi juga cepat.
a. Karyawan
1) Cepat dalam realisasi anggota baru.
2) Cepat dalam realisasi anggota lama.
3) Cepat dalam pembuatan akad.
4) Cepat dalam pembuatan buku tabungan dan kartu anggota.
5) Cepat dalam melayani anggota mudhorobah berjangka.
6) Cepat melayani kedatangan anggota.
7) Poin 1 s/d 5 dapat terealisasi jika formulir dan syarat kelengkapan
terpenuhi.
b. Anggota
Cepat dalam memberikan data – data yang diperlukan oleh BMT,
sesuai persyaratan pembiayaan.
34
6. Amanah
Yang dimaksud dengan amanah adalah mengembangkan budaya
kerja yang sesuai dengan aturan dan tata tertib lembaga. Amanah dalam
budaya kerja berkaitan dengan waktu,janji dan deskripsi kerja, baik
kepada anggota maupun karyawan.
a. Karyawan
1) Amanah terhadap organisasi sebagai bentuk loyalitas.
2) Amanah terhadap jam kerja kantor.
3) Amanah terhadap deskripsi kerja yang menjadi tugas dan
tanggungjawab.
4) Setiap karyawan harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan
laporan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
5) Amanah terhadap janji yang telah dibuat, baik terhadap anggota
maupun rekan kerja.
6) Amanah terhadap pengembangan potensi diri yang telah
difasilitasi oleh perusahaan.
7) Amanah terhadap aturan identitas perusahaan, seperti seragam dan
ID card.
b. Anggota
1) Amanah dalam menjaga kewajiban anggota.
2) Amanah terhadap janji, baik berkaitan dengan waktu maupun
tempat.
3) Amanah dalam mengalokasikan dana realisasi sesuai dengan akad.
35
7. Resik
Resik adalah mengembangkan budaya kerja yang bersih pada
karyawan maupun anggota, baik secara fisik maupun mental.
a. Resik Diri
1) Resik hatinya dari penyakit: iri, sombong, riya’, pendendam,
hasud, su’udzon dan ghibah.
2) Resik diri dari
a) Kolusi, korupsi dan nepotisme.
b) tidak menerima fee dari anggota karena hubungan kerja.
c) tidak menerima apapun, dan dalam bentuk apapun dari
anggota.
3) Busana yang bersih, rapi, serasi dan syar’i.
b. Resik Lingkungan
c. Resik Anggota
8. Empati
Yang dimaksud empati adalah mengembangkan budaya kerja yang
mampu memahami jiwa dan perasaan anggota sesama rekan kerja,
kemudian ikut berupaya semaksimal mungkin untuk membantunya.
E. Tagline BMT Beringharjo
Trust Together: Kepercayaan untuk bersama
36
F. Susunan Organisasi dan Deskripsi Tugas
1. Susunan Organisasi Koperasi BMT Beringharjo Cabang Ngawi
Gambar 3.1 Susunan Organisasi BMT Beringharjo Cabang Ngawi
MANAJER
CABANG
AKUNTING
ADMINISTRASI
PEMBIAYAAN
SENIOR
ACCOUNT
OFFICER
TELLER
JASA MITRA ACCOUNT
OFFICER
RAT
PENGURUS
DIREK DAN WALREK
Financing dan Treasury
MANAJEMEN
KONSULTAN
Manajer umum CRD HRD
KCP KCP
AUDIT
KCP NGAWI KCP KCP KCP
37
Keterangan :
Manajer Cabang : Faiz Rozin Widyastian, Lc
Akunting : Lusi Setyaningsih, S.Pd
Teller : Hariyanto Andy Pamungkas, S.E
Account Offcer : Bambang Setiawan, S.E
Eko Budi Setiyawan, S.Pd.I
Barkah Sufendy, S.Pd.I
2. Deskripsi Tugas :
a. RAT
Tugas dan Tanggung Jawab
1) Merumuskan dan mengusulkan kebijakan umum untuk
mendapatkan persetujuan rapat anggota.
2) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan BMT agar tercipta kinerja
yang sesuai dengan AD/ART.
3) Ikut serta dalam mensosialisasikan BMT.
4) Menyelenggarakan rapat pengurus pengelola untuk
Menyelenggarakan rapat anggota tahunan.
b. Pengurus
Bertanggung jawab rapat anggota tahunan dan Membawahi pengelolah
BMT.
c. Direk dan Wakil Direk
Tugas dan wewenang:
1) Direktur
38
a) Membawahi masing-masing manajer cabang.
b) Bertanggungjawab terhadap RAT.
c) Berkerja sama dengan Wadir dalam mengembangkan BMT
kedepan.
d) Mengadakan evaluasi terhadap kerja BMT dalam tingkat
manajer.
2) Wakil Direk
a) Menggantikan peran Direktur jika berhalangan.
b) Membawahi koordinasi manajer yang ada dibawahnya.
c) Melakukan evaluasi terhadap kinerja manajer.
d. Manajemen Konsultan
1) Melakukan kontrol terhadap kinerja syariah yang diberlakukan di
BMT Beringharjo.
2) Memberikan pertimbangan manajemen terhadap rencana strategis
yang hendak dilakukan oleh BMT Beringharjo.
3) Memutuskan masalah yang berkaitan dengan bidang syariah di
lingkup BMT Beringharjo.
e. Financing dan Treasury
1) Melakukan kerja sama eksternal dengan lembaga-lembaga
keuangan baik bank dan non bank syariah.
2) Memberikan pertimbangan-pertimbangan atau keputusan persoalan
yang berkaitan dengan neraca atau pun anggaran.
39
3) Melakukan kontrol terhadap perkembangan kondisi keuangan
kantor cabang.
f. CRD
1) Melakukan pemantauan terhadap kantor cabang berkaitan dengan
pembiayaan bermasalah.
2) Melakukan kerjasama dengan KP2LN dalam penyelesaian
pembiayaan bermasalah.
3) Menerapkan prinsip 5C dalam setiap pembiayaan yang dilakukan
oleh kantor area.
g. HRD
1) Melakukan rekruitmen jika perusahaan membutuhkan karyawan
baru.
2) Melakukan kontrol terhadap kinerja karyawan.
3) Memberikan surat reward and pusnishment terhadap karyawan.
h. Manajer Umum
1) Melakukan survey terhadap kebutuhan kantor berupa tempat,
sarana dan prasarana kantor.
2) Melakukan update data terhadap inventaris kantor.
3) Melakukan survey kelayakan bisnis jika BMT Beringharjo hendak
melakukan ekspansi pasar.
i. AUDIT
1) Melakukan monitoring terhadap kepatuhan karyawan pada SOP
2) Melakukan audit terhadap seluruh kantor cabang.
40
3) Memberikan rekomendasi untuk perbaikan pelaporan keuangan
dari kantor pusat maupun cabang.
j. KCP
1) Manajer Cabang yaitu
a) mengatur dan mengawasi kinerja kantor cabang secara
keseluruhan
b) Mengkoordinasi kelangsungan kantor cabang.
c) Bertanggungjawab terhadap progress pencapaian kantor
cabang.
d) Melakukan inovasi dan kreasi untuk meningkatkan dan
mencapai target.
2) Akunting yaitu melakukan jurnal keuangna dan membuat laporan
keuangan kantor cabang.
3) Administrasi Pembiayaan yaitu mengelola berkas pembiayaan yang
masuk dan melakukan proses pencairan pembiayaan.
4) Teller yaitu melayani mitra dan transaksi tunai di kantor.
5) Jasa Mitra yaitu melayani mitra dan melakukan proses pendaftaran
mitra/anggota.
6) Account Officer yaitu melakukan promosi produk dan mencari
anggota baru.
41
G. Produk-Produk BMT Beringharjo
1. Produk Simpanan
BMT Beringharjo memiliki beberapa produk simpanan dengan prinsip
syariah diantaranya yaitu:
a. Simpanan Mudharabah Biasa
Simpanan ini berdasarkan prinsip mudharabah al muthalaqah,
dengan prinsip ini simpanan diperlakukan sebagai investasi yang
selanjutnya akan dimanfaatkan secara produktif dalam bentuk
pembiayaan kepada masyarakat baik perorangan maupun lembaga
secara profesional dengan memenuhi kaidah-kaidah syariah. Simpanan
ini dapat diambil sewaktu-waktu. Nisbah bagi hasil sebesar 25% (dua
puluh lima persen) dari pendapatan BMT Beringharjo.
b. Simpanan Mudharabah Berjangka
Simpanan ini layaknya deposito yang tidak dapat diambil sewatu-
waktu sesuai dengan akad yang telah ditentukan di awal, yakni periode
3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Dengan proporsi bagi hasil sebagai
berikut:
MDA Jangka 3 bulan : nisbah 30%
MDA Jangka 6 bulan : nisbah 35%
MDA Jangka 12 bulan : nisbah 40%
42
c. Simpanan Qurban
Simpanan yang penarikannya diaqadkan untuk qurban. Nisbah bagi
hasil sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pendapatan BMT
Beringharjo.
d. Simpanan Haji
Simpanan yang penarikannya diaqadkan untuk menunaikan ibadah
haji. Nisbah bagi hasil sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari
pendapatan BMT Beringharjo.
e. Simpanan Pendidikan
Simpanan yang penarikannya diaqadkan untuk pendidikan. Nisbah
bagi hasil sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pendapatan BMT
Beringharjo.
f. Simpanan Walimahan
Simpanan yang penarikannya diaqadkan untuk walimah
(pernikahan). Nisbah bagi hasil sebesar 25% (dua puluh lima persen)
dari pendapatan BMT Beringharjo.
g. Simpanan Tamasya Mitra
Simpanan yang penarikannya diaqadkan untuk liburan atau
berekreasi. Nisbah bagi hasil sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari
pendapatan BMT Beringharjo.
2. Produk Pembiayaan
BMT Beringharjo memiliki beberapa produk pembiayaan dengan prinsip
syariah diantaranya sebagai berikut:
43
a. Musyarokah (MSA)
Musyarokah atau syirkah ini berarti kerjasama antara pihak
pertama (BMT Beringharjo) sebagai pemodal dengan pihak kedua
(Nasabah) sebagai pengelola, dimana pihak pertama menyertakan
modalnya pada usaha milik pihak kedua. Antara pihak pertama dengan
pihak kedua sama-sama mempunyai modal. Pembagian hasilnya
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama.
b. Murobahah (MBA)
Murobahah yaitu akad jual beli antara pihak pertama (BMT
Beringharjo) dengan pihak kedua (Nasabah). Pihak pertama
menyediakan barang-barang kebutuhan anggota atau nasabah yaitu
berupa barang-barang investasi usaha seperti gerobak, kios, dan
kebutuhan elektronik seperti kulkas, TV, maupun barang kebutuhan
lain.
c. Ijaroh Manfaat
Ijaroh Manfaat adalah akad sewa yaitu pihak pertama (BMT
Beringharjo) menyewakan barang tertentu kepada pihak kedua
(nasabah) tanpa diikuti perpindahan barang kepemilikan. Contoh yaitu
membiayai kontrak atau sewa rumah.
d. Ijaroh Jasa
Ijaroh Jasa adalah akad sewa yakni pihak pertama (BMT
Beringharjo) menyewakan jasa kepada pihak kedua (nasabah) untuk
memenuhi kebutuhan nasabah dalam bentuk jasa pendidikan, jasa
44
kesehatan, jasa event organizer atau jasa lainnya yang berbentuk
layanan non material.
e. Ijaroh Muntahia Bittamlik (IMBT)
Ijaroh Muntahia Bittamlik adalah akad sewa dimana pihak pertama
(BMT Beringharjo) menyewakan kepada pihak kedua (nasabah) suatu
obyek yang setelah akhir masa sewa atau saat pelunasan secara
otomatis menjadi milik nasabah. Contoh antara lain IMBT motor,
IMBT mobil, IMBT rumah
f. Qordul Hasan
Qordhul Hasan yaitu akad pembayaran yang bersifat sosial, artinya
jika realisasi pembiayaan Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah), maka
pengembaliannya juga Rp 100.00,- (seratus ribu rupiah) dengan jumlah
angsuran sesuai kemampuan. Apabila yang bersangkutan tidak sanggup
untuk membayar angsuran karena tidak mampu maka dana tersebut
menjadi hak mereka. Pembiayaan ini diberikan kepada masyarakat
yang masuk dalam kriteria asnaf yaitu fakir, miskin, ghorim, dan
fisabilillah.
Jangka waktu seluruh akad pembiayaan produktif maupun
konsumtif yaitu fleksibel antara satu tahun sampai tiga tahun tergantung
besarnya pembiayaan dan hasil survey pembiayaan. Syarat pembiayaan
bilamana nasabah sudah mempunyai usaha minimal tiga bulan atau
memiliki pekerjaan tetap serta menyerahkan berkas pembiayaan seperti
KTP, surat nikah, kartu keluarga, dan jaminan.
45
H. Program DAKSA (Dana Kebajikan Bersama)
Program DAKSA Pembiayaan merupakan program ta’awun yang
diperuntukkan bagi Anggota Pembiayaan BMT Beringharjo. Program ini
dibuat sesuai kebutuhan LKMS dan anggota/mitra pembiayaannya. Tujuan
program ini adalah untuk melunasi seluruh (sisa) kewajiban anggota/mitra
pembiayaan (pada LKMS) yang mengalami kebakaran atau telah ditakdirkan
meninggal dunia pada saat masa pembiyaaan masih berlangsung tanpa
membebani ahli waris dan LKMS. Program ini juga merupakan usaha saling
menolong (ta’awuni) dan melindungi (takafuli) diantara BMT/Anggota BMT
lainnya.
Program DAKSA ini menggunakan prinsip tolong menolong
memberikan 4 pilihan, pertama hanya memilih program antisipasi kematian
dengan potongan 0,03%, kedua hanya memilih program antisipasi kebakaran
dengan potongan 0,03%, yang ketiga memilih dua antisipasi sekaligus yaitu
kematian dan kebakaran dengan potongan sebesar 0,06%, dan yang terakhir
adalah anggota tidak mengikuti antisipasi kematian ataupun kebakaran. BMT
beringharjo tidak memaksakan untuk mengikuti program DAKSA ini kepada
anggotanya meskipun dengan tujuan untuk menghadapi risiko pembiyaan
yang terjadi nantinya.
46
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Konsep dan Prosedur DAKSA
Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal Wa Tamwil (BMT
Beringharjo) merupakan lembaga keuangan mikro yang memiliki banyak
produk salah satunya adalah pembiayaan. Dalam melakukan pembiayaan pasti
banyak risiko yang akan dihadapi bencana alam misalnya entah itu kebakaran
ataupun kematian, maka dari itu perencanaan dimasa yang akan datang untuk
mengatasi masalah darurat yang akan muncul sangat dibutuhkan baik dari
pihak BMT maupun anggota untuk menjamin rasa aman dan tentram. BMT
Beringharjo memiliki sebuah program yaitu DAKSA program yang sangat
bermanfaat bagi masyarakat yang melakukan pembiayaan.
DAKSA (Dana Kebajikan Bersama) adalah penghimpunan
dana sesama anggota BMT Beringharjo dengan menumbuhkan rasa
saling tolong menolong dalam kebaikan sehingga rasa empati terhadap
sesama anggota BMT Beringharjo tumbuh dikarenakan ikut serta
menangung kesulitan yang ada dari sesama anggota BMT Beringharjo.
Program ini tidak sepeserpun mengambil keuntungan dari nasabah
melainkan membantu dalam menyelesaikan masalah pembayaran
pembiayaan
47
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Faiz selaku Manajer BMT
Beringharjo Cabang Ngawi (6 April 2019) menjelaskan bahwa :
1. Program DAKSA dibagi menjadi 2 :
a. DAKSA untuk anggota BMT Beringharjo korban kebakaran dengan
syarat mempunyai kios, toko atau tempat usaha, dimana hal tersebut
menyebabkan kesulitan bagi anggota untuk membayar angsuran
pembiayaan.
b. DAKSA untuk anggota BMT Beringharjo yang meninggal selama
belum memasuki jatuh tempo angsuran pembayaran, maka masih
dapat dilunasi dan tidak di limpahkan kepada ahli warisnya. Tetapi jika
sudah memasuki jatuh tempo, maka kekurangan setelah jatuh tempo
itulah yang akan dilunasi sedangkan penunggakan yang dilakukan
sebelum jatuh tempo akan diberikan kepada ahli warisnya.
2. Prosedur Program DAKSA
Adapun prosedur yang dilakukan untuk mengikuti program
DAKSA adalah :
a. Nasabah harus melakukan pembiyaan terlebih dahulu dengan
membawa persyaratan foto kopi KK, KTP, buku nikah (jika sudah
menikah) dan jaminan.
b. BMT akan menjelaskan apa itu program DAKSA kepada anggota
pembiayaan dan memberikan 4 pilihan, pertama hanya memilih
program antisipasi kematian dengan potongan 0,03%, kedua hanya
memilih program antisipasi kebakaran dengan potongan 0,03%, yang
48
ketiga memilih dua antisipasi sekaligus yaitu kematian dan kebakaran
dengan potongan sebesar 0,06%, dan yang terakhir adalah anggota
tidak mengikuti antisipasi kematian ataupun kebakaran. BMT
Beringharjo tidak memaksakan untuk mengikuti program DAKSA ini
kepada anggotanya meskipun dengan tujuan untuk menghadapi risiko
pembiyaan yang terjadi nantinya.
Ilustrasi perhitungan DAKSA untuk pilihan antisipasi kematian :
Tabel 4.1
Perhitungan DAKSA
Pokok Rp. 10.000.000
Produksi
Tahu
Jangka Waktu/
Tenor
6 bulan atau ½ tahun
Hibah dana
kematian
Perhitungan
Rp.10.000.000 x 0,03% x ½ tahun
= Rp.15.000
Sehingga dana yang akan dihibahkan hanya sebesar 15.000 selama
melakukan pembiyaan yaitu 6 bulan lamanya.
c. Setelah anggota memilih maka selanjutnya BMT Beringharjo akan
membuat akad perjanjian DAKSA. Dalam akad tersebut tercantum
ketentuan DAKSA antara anggota dengan BMT Beringharjo.
d. Jika anggota setuju, maka kedua belah pihak yaitu anggota dan bapak
Faiz selaku manajer BMT Beringharjo menandatanginya.
49
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa BMT
Beringharjo cabang Ngawi secara prosedur tidak ada unsur paksaan
artinya membebaskan anggotanya untuk mengikuti ataupun tidak
mengikuti dimana dalam prosedur disebutkan” BMT akan menjelaskan
apa itu program DAKSA kepada anggota pembiyaan dan memberikan 4
pilihan, pertama hanya memilih program antisipasi kematian dengan
potongan 0,03%, kedua hanya memilih program antisipasi kebakaran
dengan potongan 0,03%, yang ketiga memilih dua antisipasi sekaligus
yaitu kematian dan kebakaran dengan potongan sebesar 0,06%, dan yang
terakhir adalah anggota tidak mengikuti antisipasi kematian ataupun
kebakaran”. sehingga tidak membebani anggota, jika memang tidak ingin
mengikuti program DAKSA tidak ada sanksi atau hukum bahkan denda
yang diberlakukan BMT Beringharjo Cabang Ngawi.
Jika mengacu pada teori Nadeem dan Khalil yang menyatakan bahwa
“Risk response dari organisasi dapat berupa avoidance (menghindari),
reduction (mengurangi), sharing atau menaggung bersama risiko atau
sebagian dari risiko dengan pihak lain, dan acceptance (yaitu menerima
risiko yang terjadi dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan)” maka
program DAKSA ini merupakan bentuk risk response BMT Beringharjo
Cabang Ngawi berupa sharing dimana dijelaskan dari pengertian DAKSA
itu sendiri yaitu “penghimpunan dana sesama anggota BMT Beringharjo
dengan menumbuhkan rasa saling tolong menolong dalam kebaikan
sehingga rasa empati terhadap sesama anggota BMT Beringharjo tumbuh
50
dikarenakan ikut serta menangung kesulitan yang ada dari sesama anggota
BMT Beringharjo”. Dimana tertera usaha saling tolong menolong untuk
menanggung kesulitan sesama anggota.
B. Pengelolaan DAKSA Dengan Akad Tabbaru’
Uraian dibawah ini adalah hasil wawancara dengan bapak Faiz selaku
manager BMT Beringharjo Cabang Ngawi (6 April 2019) yang menjelaskan
tentang pengelolaaan DAKSA sebagai berikut :
Gambar 4.1 Pengelolaan DAKSA
1. Dana yang diambil dari anggota sebesar kesepaktan awal diakad akan
dikumpulkan menjadi satu oleh BMT Beringharjo Cabang Ngawi selama
satu bulan, kemudian dana yang terkumpul tersebut disetorkan kepada
pusat BMT Beringharjo Yogyakarta, dari pusat akan dilanjutkan ke PBMT
2. Setelah Dana terkumpul ke PBMT, dana tidak digunakan untuk investasi
apapun karena dana tersebut termasuk hibah dan tidak boleh mengambil
keuntungan dari dana tersebut.
DANA
ANGGOTA
BMT
BERINGHARJO
CABANG
NGAWI
BMT
BERINGHARAJO
PUSAT
PBMT
51
3. Dana tersebut dapat dicairkan apabila ada anggota yang mengklaim karena
kematian ataupun kebakaran.
4. Tabel dan Grafik DAKSA dari tahun 2016 sampai 2018
Tabel 4.2
Jumlah anggota dan Jumlah Nominal DAKSA BMT Beringharjo Cabang
Ngawi
TAHUN JUMLAH ANGGOTA JUMLAH NOMINAL
2016 453 Rp. 22.200.500
2017 542 Rp. 23.500.000
2018 628 Rp. 25.226.500
52
Gambar 4.2 grafik perkembangan DAKSA
Ket :
Tabel dan Grafik di atas menunjukkan bahwa perkembangan DAKSA
setiap tahunnya mengalami kenaikan begitupun dengan jumlah anggotanya.
Jika mengacu pada pembahasan (Tim analisis dan Evaluasi tentang
perasuransian syariah (Asuransi Syariah) dalam pengelolaan dana DAKSA
ini dibandingkan dengan asuransi syariah memiliki beberapa perbedaan :
Tabel 4.3
Perbedaan DAKSA dan Asuransi Syariah
Asuransi Syariah DAKSA
Adanya bagi hasil antara
perusahaan dan nasabah
Tidak ada bagi hasil
Cara pembayaran dapat memilih
melakukannya baik tiap bulan,
Hanya membayar satu kali selama
melakukan pembiyaan dalam jangka
453 542 628
22.200.500 23.500.000
25.226.500
2016 2017 2018
Grafik Dana DAKSA
Jumlah Anggota Jumlah Nominal
53
kuartal, semester maupun tahunan. waktu tertentu.
Dana tabarru’ akan dikembalikan
jika perjanjian berakhir (jika ada
surplus dana)
Tidak dapat diambil kembali
Dilihat dari akadnya berdasarkan (Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001
tentang Pedoman Umum Asuransi Syari'ah).” Akad tabarru’ adalah semua
bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong,
bukan semata untuk tujuan komersial”. Jika dilihat dari tabel 4.3 perbedaan
antara asuransi syariah dengan DAKSA, BMT Beringharjo tidak
menggunakan DAKSA tersebut untuk investasi atau untuk transaksi lain
sehingga tidak mendapatkan keuntungan secara langsung di mana hal
tersebut sesuai dengan fatwa DSN MUI diatas.
Melihat dalam pengelolaan DAKSA tidak terlepas dari keuntungan dan
kerugian antara lain :
1. Keuntungan dana DAKSA
a. Pengumpulan dana DAKSA yang sangat mudah
Setiap nasabah yang melakukan pembiayaan akan disarankan
untuk mengikuti DAKSA akan tetapi tidak ada unsur paksaan dalam
keikutsertaannya karena dana DAKSA hanya bersifat sosial. Dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan
selama melakukan pembayaran angsuran.
54
b. Mengurangi terjadinya kerugian yang besar dari pihak BMT
Dengan adanya DAKSA dapat meminimalisir terjadinya
kerugian yang besar bagi BMT akibat dari sisa kewajiban angsuran
anggota baik yang meninggal dunia maupun yang mengalami
kebakaran.
c. Tidak membebankan sisa kewajiban kepada ahli waris
Ahli waris tidak memiliki kewajiban melunasi sisa hutang dari
anggota yang meninggal. Berdasarkan hasil wawancara ibu Wiwik
istri dari bapak Suprianto (6 April 2019) yaitu anggota yang
meninggal dunia menyatakan bahwa, “ Dana DAKSA ini sangat
membantu bagi keluarga kami dan mudahnya proses klaimnya
memudahkan saya yang tidak tahu teknologi tidak ada satu bulan
sudah cair, terlebih sisa hutang saya masih banyak sebesar Rp.
2.000.000.”.
2. Kerugian dana DAKSA
a. Tidak ada pengembangan dari dana DAKSA
Hanya digunakan ketika ada klaim anggota yang meninggal
dilihat dari klaim yang tidak terlalu banyak setiap tahunnya pada
dasarnya dana tersebut dapat digunakan untuk melakukan
pembiayaan qardhul hasan yang berasaskan wujud bantuan tanpa
bagi hasil kepada anggota yang membutuhkan. Pembiayaan qordhul
hasan selain sesuai dengan prinsip DAKSA (Dana Kebajikan
55
Bersama) dana tersebut juga menjadi produktif tanpa adanya profit
bagi pihak BMT.
b. Tidak ada pengembalian dana jika terjadi surplus
Meskipun dana tersebut lebih banyak dari pada jumlah klaim
tidak akan dikembalikan karena akad awal sudah dihibahkan.
c. Sulitnya proses klaim bagi korban kebakaran
Bagi anggota yang mengalami kebakaran dalam proses
klaimnya, kejadian kebakaran tersebut harus masuk dalam berita
acara di koran. Akan tetapi kecil kemungkinan peliputan kejadian
kebakaran tersebut dalam koran sehingga kemungkinan klaimnya
akan semakin sulit.
C. Implementasi DAKSA dalam Menanggulangi Risiko Kebakaran dan
Kematian di BMT Beringharjo Berdasarkan Prinsip Asuransi Syariah
Dari wawancara dengan Bapak Faiz selaku manager BMT Beringharjo
Cabang Ngawi pada tanggal 6 April 2019 menjelaskan bahwa :
1. Proses Pengajuan Klaim
a. Klaim harus dilaporkan selambat-lambatnya 60 hari sejak terjadinya
musibah, jika lewat dari waktu tersebut maka klaim dianggap
kadaluarsa.
b. Dokumen klaim yang dilaporkan adalah
1) Surat Pengajuan klaim dari Ahli waris beserta copy KTP Peserta
dan Ahli Waris.
2) Surat Pengajuan klaim dari LKMS.
56
3) Surat keterangan kematian dari Kelurahan/Kecamatan dan atau
Rumah Sakit.
4) Surat keterangan Kepolisian apabila meninggal karena kecelakaan.
2. Cara mengklaim untuk anggota yang meninggal dunia
a. Syarat bagi pihak keluarga
1) untuk ahli warisnya atau keluarganya wajib menyetorkan surat
kematian ke BMT Beringharjo Cabang Ngawi.
2) Surat keterangan ahli waris dari desa.
3) Foto kopi KK, KTP suami istri (yang sudah menikah) dan surat
menikah.
4) Bukti Sisa Pembayaran Angsuran.
b. Pihak BMT Beringharjo Cabang Ngawi
Setelah syarat dari pihak anggota terpenuhi maka tindakan
selanjutnya adalah BMT melengkapi syarat tersebut yaitu berkas akad
anggota untuk dikirim ke pusat Yogyakarta. Perlu digaris bawahi
bahwa yang dapat dicarikan nominalnya hanya berkisar mulai dari Rp.
1.000.000 sampai dengan Rp. 50.000.000. Kemudian dari pusat akan
disampaikan ke PBMT. PBMT memproses dan akan mengirimkan
dana sebesar yang dibutuhkan ke pusat. Baru dari pusat akan dikirim
ke BMT Beringharjo Cabang Ngawi. Tugas selanjutnya dari BMT
Berigharjo Cabang Ngawi adalah mengeluarkan surat berita acara
serah terima klaim dan foto Penyerahan jaminan sebagai bukti bahwa
57
dana sudah digunakan untuk membantu pelunasan angsuran anggota
yang meninggal.
c. Pengecualian
Manfaat DAKSA tidak diberikan apabila Anggota/Peserta
meninggal dikarenakan hal-hal sebagai berikut :
1) Pada saat akad pembiayaan dalam keadaan sakit atau sedang dalam
perawatan atas suatu penyakit.
2) Sebagai bentuk perbuatan atau percobaan bunuh diri, atau eksekusi
hukuman mati oleh pengadilan.
3) Perbuatan yang disengaja yang dilakukan oleh tertanggung atau
orang yang berkepentingan dalam asuransi atau oleh orang yang
ditunjuk.
4) Sengaja memasuki daerah berbahaya, kecuali dalam meyelamatkan
diri.
5) Perbuatan kriminal atau melanggar hukum.
3. Cara mengklaim untuk anggota yang mengalami kebakaran
a. syarat dari anggota yang terkena musibah kebakaran
1) Kejadian kebakaran harus diterbitkan dikoran.
2) Membawa surat ijin usaha atau kios.
3) Sisa Pembiayaan angsuran.
4) Foto kopi KK,KTP suami istri (yang sudah menikah) dan surat
menikah.
58
b. Pihak BMT Beringharjo Cabang Ngawi
Setelah syarat dari pihak keluarga terpenuhi selanjutnya pihak
BMT Beringharjo Cabang Ngawi melakukan survey ke lokasi
kemudian melakukan pengajuan ke pusat dari pusat akan memproses
dan konfirmasi ke PBMT, baru dana akan dicairkan. Untuk waktu
pencairan dana maksimal 1 bulan.
4. Data Klaim dari tahun 2017 sampai 2019
Tabel 4.4
Klaim Anggota yang Meninggal
No
Nama
Anggota
Tgl
Realisasi
Jatuh
Tempo
Sisa
Pembiayaan
Tgl Klaim
Daksa
1
Mulud
Riawan 4-Jun-16 4-Jun-18
8.740.988 24-Jan-17
2 Yasmi 8-Apr-16 8-Apr-17
6.250.200 9-Mar-17
3 Kasman 19-May-16 19-May-18
12.480.556 27-May-17
4 Sukoco 16-Aug-17 16-Feb-19
10.667.200 6-Dec-17
5 Suratman 11-Jul-17 11-Jan-18
4.000.000 6-Dec-17
6 Sumiran 28-Aug-17 28-Feb-18
6.000.000 13-Mar-18
7 Syamsudin 18-Nov-16 18-Nov-18
4.167.000 13-Mar-18
8
Asis
Sugiharto 23-Aug-17 23-Feb-20
11.958.200 10-Oct-18
9
Tin
Suharni 9-Jul-18 9-Jul-19
3.500.000 27-Nov-18
10 Supriyanto 29-Aug-18 28-Feb-19
2.000.000 4-Mar-19
Tabel di atas menjelaskan bahwa selama tiga tahun terakhir ada 10
yang melakukan pengklaiman dan semua disebabkan karena penangung
59
meninggal dunia serta pencairan dana dilakukan degan jangka waktu yang
kurang dari satu bulan.
Dalam firman Allah surah (QS. al-Hasyr 59 : 18)
“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa
depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Jika dilihat dari ayat tersebut secara tindakan BMT sudah
memperhatikan masa depan bagi anggota maupun BMT itu sendiri.
Dimana risiko pembiayaan dalam sebuah lembaga keuangan pasti ada
salah satunya adalah bencana alam yang terjadi diluar perkiraan seperti
kebakaran dan kematian. Implementasi Program DAKSA ini adalah
bentuk jaminan yang dilakukan pihak BMT Beringharjo untuk masa
depan dan meminimalisir kerugian sekaligus membantu anggotanya yang
terkena bencana tersebut.
Prinsip-prinsip asuransi syari’ah yang menyebutkan bahwa “ asuransi
syari’ah harus memilik prinsip prinsip seperti Tauhid (keesaan), Al-adl
(keadilan), Adz dzulm (menghindari kedzaliman), Ta’awun (tolong
menolong), Musyarakah (kerjasama), Al amanah (amanah), Ridha
(kerelaan), Larangan gharar (ketidakpastian), maisir (judi) dan riba”.
Secara implementasi BMT Beringharjo sudah menerapkan sesuai dengan
prinsip-prinsip asuransi syari’ah tersebut. Berikut penjelasannya :
a. Tauhid (keesaan) ; pihak BMT Beringharjo Cabang Ngawi membuat
program DAKSA dengan tujuan untuk membantu sesama anggota
yang membutuhkan bantuan ketika terjadi kesulitan dimana amal
60
tersebut tidak hanya bermanfaat didunia namun juga akhirat dijelaskan
dalam firman Allah surah al-Maidah 5 : 2
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya”.
b. Al-adl (keadilan); penerapan BMT Beringharjo Cabang Ngawi tidak
menunda klaim selama nasabah memenuhi persyaratan yang berlaku.
c. Adz dzulm (menghindari kedzaliman); BMT Beringharjo Cabang
Ngawi mempercepat proses klaim, di mana dana tersebut akan cair
dengan batas waktu maksimal 1 bulan.
d. Ta’awun (tolong menolong); digambarkan dengan hibah uang sebesar
0,03% dari setiap risiko yang diberikan anggota program DAKSA
e. Musyarakah (kerjasama); BMT Beringharjo Cabang Ngawi terbuka
dalam proses kerja sama dengan anggotanya dan memberi kebebasan
dalam memilih program DAKSA.
f. Al amanah (amanah); BMT Beringharjo Cabang Ngawi hanya
menggunakan dana yang terkumpul untuk anggota yang mengalami
kebakaran atau kematian saja.
g. Ridha (kerelaan); prosedur DAKSA di BMT Beringharjo tidak ada
unsur paksaan sama sekali anggota bebas memilih mau mengikuti
program atau tidak.
h. Larangan gharar (ketidakpastian), maisir (judi) dan riba;
DAKSA ini tidak digunakan untuk investasi apapun sehingga
tidak mendapatkan keuntungan secara langsung.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Konsep DAKSA dibagi menjadi dua untuk kebakaran dan kematian jika
secara prosedur yang diterapkan oleh BMT Beringharjo Cabang Ngawi
murni kerelaan anggota tanpa ada paksaan dari Pihak BMT itu sendiri.
2. Pengelolaan Dana Tabarru’
Dilihat dari akadnya berdasarkan (Fatwa DSN No. 21/DSN-
MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari'ah).” Akad
tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan
kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial”.
Dalam pengelolaannya BMT Beringharjo tidak menggunakan DAKSA
tersebut untuk investasi atau untuk transaksi lain sehingga tidak
mendapatkan keuntungan yang dimana hal tersebut sesuai dengan fatwa
DSN MUI.
3. Implementasi Dana DAKSA
BMT Beringharjo Cabang Ngawi dalam mengimplementasikan dana
DAKSA untuk mengatasi risiko kebakaran dan kematian sudah sesuai jika
mengacu pada prinsip-prinsip asuransi syariah, diantaranya :
a. Tauhid (keesaan) ; pihak BMT Beringharjo Cabang Ngawi membuat
program DAKSA dengan tujuan untuk membantu sesama anggota yang
62
membutuhkan bantuan ketika terjadi kesulitan dimana amal tersebut
tidak hanya bermanfaat didunia namun juga akhirat dijelaskan dalam
firman Allah surah al-Maidah 5 : 2
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya”.
b. Al-adl (keadilan); penerapan BMT Beringharjo Cabang Ngawi tidak
menunda klaim selama nasabah memenuhi persyaratan yang berlaku.
c. Adz dzulm (menghindari kedzaliman); BMT Beringharjo Cabang Ngawi
mempercepat proses klaim, di mana dana tersebut akan cair dengan
batas waktu maksimal 1 bulan.
d. Ta’awun (tolong menolong); digambarkan dengan hibah uang sebesar
0,3% dari setiap risiko yang diberikan anggota program DAKSA
e. Musyarakah (kerjasama); BMT Beringharjo Cabang Ngawi terbuka
dalam proses kerja sama dengan anggotanya dan memberi kebebasan
dalam memilih program DAKSA pilihan secara jelas.
f. Al amanah (amanah); BMT Beringharjo Cabang Ngawi hanya
menggunakan dana yang terkumpul untuk anggota yang mengalami
kebakaran atau kematian saja.
g. Ridha (kerelaan); prosedur DAKSA di BMT Beringharjo tidak ada
unsur paksaan sama sekali anggota bebas memilih mau mengikuti
program atau tidak.
63
h. Larangan gharar (ketidakpastian), maisir (judi) dan riba; DAKSA ini
tidak digunakan untuk investasi apapun sehingga tidak mendapatkan
keuntungan secara langsung.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian, maka penulis menyampaikan saran-
saran yang kiranya dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang terkait.
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi BMT Beringharjo Cabang Ngawi
a. Lebih memperkenalkan program DAKSA sebagai strategy marketing
pembiyaaan.
b. Tetap memepertahankan pengelolaan DAKSA secara amanah.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk meniliti lebih lanjut
mengenai DAKSA ini secara mendalam. Dalam penelitian ini tentu saja
mengalami kekurangan, sehingga peneliti berikutnya perlu menjelaskan
secara lebih rinci dan lengkap disertai dengan teori yang mendukung.
64
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Junaidi. 2018. Akad-Akad di dalam Asuransi Syariah. Tawazun:
Journal of Sharia Economic Law Volume 1 No1.
Agustin, Yennie. 2013. Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim
Dana Bank Likuidasi. Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 3.
Amrin, A. 2011. ”Meraih Berkah melaui Asuransi Syariah: Ditinjau Dari
Perbandingan Dengan Asuransi Konvensional”. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Amrin, A. 2006. Asuransi Syariah, Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah
Asuransi Konvensional. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Azra, A. 2003. Berderma Untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi Islam.
Jakarta: Teraju Mizan.
Daymon, C. 2008. Qualitative Riset in Public Relation and Marketing
Comunication. Terjemahan oleh Rhenald Kassali. Yogyakarta: PT
Bintang Pustaka.
Fathoni, A. 2012. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hakim, M Arif. 2012. Analisis Aplikasi Akad Tabarru’ dalam Asuransi Syariah:
Studi Kasus pada AJB Bumiputera 1912 Syariah Cabang Kudus. Jurnal
Muqtasid Volume 3 Nomor 2.
Kasmir. 2010. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hariadi, Sugeng. 2017. Analisis Pengelolaan Asuransi Takaful Pembiayaan
(Bancassurance) PT. Asuransi Takaful Keluarga Pada Bank BNI Syariah
Boulevard Bukit Dharmo Surabaya. Skripsi. Surabaya : Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Prodi Studi Syariah Islam Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel.
Ilyas. 2014. Studi Komperatif Prinsip Asuransi Jiwa Takaful dan Asuransi Jiwa
Konvensional. Kanun Jurnal Ilmu Hukum No 62. Th. XVI.
Khan, T. dan H. Ahmed. 2008. “Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah”.
Jakarta: Terjemahan. Bumi Aksara.
Moleong, L. J. 2009. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rahman, Riska N F dan Ludovincus Sensi Wondabio. 2018. Pengukuran Risiko
Pembiyaan Pada BMT X di kota Tasikmalaya. Jurnal Riset Akutansi dan
Keuangan, Vol 6 No 3.
Safi’i, Dodi. 2018. Penerapan Akad Tabarru’ Dalam Asuransi Syariah
Menurut Fatwa DSN-MUI Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah (Studi Di Kantor Pemasaran
65
PT. Sun Life Financial Syariah Surakarta Cabang Kartasura).
Skripsi. Surakarta: Fakultas Hukum Ekonomi Syariah IAIN
Surakarta.
Saputra, Sah Tobing. 2013. Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Lembaga
Penjamin Simpanan dalam Perlindungannya Terhadap Dana
Simpanan Nasabah Bank. Skripsi. Surakarta: Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suhardih, Dodih. 2018. Kontroversi Halal-Haram Asuransi Syariah. Jurnal
Tahkim Vol. XIV, No. 2.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan
Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonesia.
Syafe’i, Rachmat. 2004. “Fiqh Muamalah”. Bandung : Pustaka Setia.
Tim analisis dan Evaluasi. Tentang Perasuransian Syariah (Asuransi Syariah).
(online). https://www.bphn.go.id/data/documents/asuransi.pdf.
Veithzal, Rivai dan Rifki Ismail. 2013. Islamic risk management for islamic bank.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wawancara dengan Bapak Faiz selaku manager BMT Beringharjo Cabang Ngawi
pada tanggal 6 April 2019.
Wawancara dengan ibu wiwik selaku keluarga dari anggota DAKSA BMT
Beringharjo pada tanggal 6 april 2019.
Zahara, Nuraiza. 2018. Sistem Pertanggungan Pada Penjaminan Bancasurance
oleh Asuransi Askrida Syariah Menurut Konsep Kafalah (Suatu
Penelitian di Bank Aceh Syariah Cabang Beurawe dan Asuransi Askrida
Syariah. Skripsi. Banda Aceh: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri AR-RANIRY Darussalam.
67
TRANSKRIP WAWANCARA BAPAK FAIZ SELAKU MANAJER BMT
BERINGHARJO CABANG NGAWI
Ngawi 6 April 2019
Keterangan :
T = Tanya
J = Jawab
T : “pak faiz mohon maaf mengganggu waktunya, saya mau tanya tentang
DAKSA ?”
J : “oh gimana mbak?”
T : “DAKSA itu seperti apa pak? Bisa dijelaskan”
J : “intinya DAKSA itu dana sesama anggota BMT Beingharjo di dasarkan pada
tolong menolong untuk membantu kesulitan anggota BMT Beringharjo
Cabang Ngawi yang bersifat hibah“
T : “bedanya sama asuransi apa pak ?
J : “apa ya.. yang pasti ini bukan produk asuransi dan bayar cuma sekali selama
melakukan pembiyaan :
T : “prosedurnya gimana pak ?”
J : “DAKSA itu dibagi dua untuk kebakaran dan meninggal dunia, biasanya kalo
ada orang yang melakukan pembiayaan kita sarankan untuk ikut DAKSA ini
dengan potongan 0,03% per risiko yang dipilih gak ikut ya gapapa”
T : “syaratnya apa aja pak ?
J : “anggota yang meninggal ya harus mengajukan surat kematian, sisa pembiyaan
yang belum jatuh tempo, surat keterangan ahli waris, KTP, KK. Kalo
kebakaran kejadiannya harus terbit dikoran, ada surat ijin kios/usaha, nanti
kita survey ke lokasi setelah itu kita akan pengajuan ke pusat gak ada satu
bulan dana sudah cair. Baru kita buat berita acara sama foto penyerahan.
68
T: “ proses klaimnya gimana pak”
J : “ya tinggal bawa persyaratannya paling lambat 60 hari setelah kejadiannya
yang penting penyebabnya jelas kalo misal bunuh diri itu gak diganti karena
disengaja”
T : “ gak ada batasan pak dana yang diganti berapa ?”
J : ”1 juta sampai 50 juta lebih dari itu maka pihak keluarga yang akan
mengganti“
T : “pengelolaan Dananya gimana pak? “
J : “ dari anggota ke BMT ngawi kemudian ke pusat baru ke PBMT. Biasanya dari
kita itu satu bulan sekali setor ke pusat. Nanti saya kirim data-datanya lewat
WA.”
T : “iya pak terima kasih banyak atas waktunya”
J :”sama-sama itu garis besarnya nanti jabarkan sendiri”
69
TRANSKRIP WAWANCARA IBU WIWIK SELAKU KELUARGA YANG
MENINGGAL DUNIA DI BMT BERINGHARJO CABANG NGAWI
Ngawi 6 April 2019
Keterangan :
T = Tanya
J = Jawab
T : “mau wawancara boleh buk?”
J : “ enggeh pripun mbak?”
T : “ dengan ibu siapa keluarga dari siapa enggeh?”
J : “ saya ibu Wiwik istri bapak suprianto”
T : “ dulu ikut DAKSA ya ibu?”
J : “ iya mbak dana ini sangat membantu keluarga kami dan mudahnya proses
klaimnya memudahankan saya yang tidak tahu teknologi tidak ada satu
bulan sudah cair, terlebih sisa hutang saya masih banyak sebesar Rp.
2.000.000”.
T : “ oh gitu enggeh buk terima kasih atas waktunya”
J :” pokok e DAKSA iki membantu keluraga saya terima kasih BMT
Beringharjo
85
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Dwi Nurul Hidayati
Tempat, Tanggal Lahir : Ngawi, 30 Maret 1998
Alamat : Kawu, Kedunggalar, Ngawi
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum menikah
Email : [email protected]
Hobby : Membaca
PENDIDIKAN FORMAL
SDN 4 Kawu, Lulus Tahun 2010
SMPN 2 Kedunggalar, Lulus Tahun 2013
SMAN 1 Kedunggalar, Lulus Tahun 2016
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya
Salatiga, 30 Mei 2019
Dwi Nurul Hidayati