tinjauan pustaka sawit
Post on 10-Jul-2016
6 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
5
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
2.1.1 Sistematika
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan
dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah ini dikembangkan
oleh Carolus Linaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut (Pahan,
2008)
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq
Nama Elaeis guneensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan
pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia
Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata
Guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari
Guinea. (Pahan, 2008).
6
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
2.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Bagian dari tanaman yang sangat penting diketahui dalam kegiatan
pemanenan adalah bunga dan buah. Menurut Fauzi dkk (2008) morfologi tanaman
kelapa sawit adalah sebagai berikut:
a. Bunga
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious) artinya
bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing
terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga
betina. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun . Sebelum bunga
mekar dan masih diselubungi seludang, dapat dibedakan bunga jantan dan bunga
betina yaitu dengan melihat bentuknya. Bunga jantan bentuknya lonjong
memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih
kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak
rata dan garis tengah lebih besar. Adapun bentuk dari tandan bunga jantan dan
tandan betina dapat dilihat pada gambar 1.
A B
Gambar 1. Tandan bunga betina (A) dan tandan bunga jantan (B) tanaman kelapa sawit.
7
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Rangkaian bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang bergantian
dengan rangkaian bunga betina, sehingga pembungaan secara bersamaan sangat
jarang terjadi. Pada umumnya, di alam hanya berlangsung penyerbukan silang
sedangkan penyerbukan sendiri secara buatan dapat dilakukan dengan
menggunakan serbuk sari yang diambil dari bunga jantan dan ditaburkan pada
bunga betina.
Rangkaian bunga terdiri dari batang poros dan cabang-cabang
meruncing yang disebut spikelet. Jumlah spikelet dalam rangkaian dapat mencapai
200 buah. Batang poros bunga jantan lebih panjang dibandingkan bunga betina
tetapi jumlah spikeletnya hampir sama. Jumlah bunga tiap spikelet pada bunga
jantan lebih banyak yaitu 700-1.200 buah. Kadang-kadang pada tanaman kelapa
sawit terbentuk rangkaian bunga yang hermaprodit terutama pada tanaman yang
masih muda. Hal ini dapat terjadi pada masa transisi antara siklus bunga jantan dan
betina. Rangkaian bunga terbentuk secara bervariasi mulai dari bunga betina
dengan beberapa cabang bunga jantan atau sebaliknya.
Masa reseptif (masa subur) bunga betina adalah 36-48 jam, tetapi tidak
semua bunga terbuka pada waktu yang sama. Terdapat tenggang waktu sampai dua
minggu antara terbukanya bunga betina pertama dengan bunga terakhir dalam satu
rangkaian bunga. Pada satu rangkaian bunga betina yang normal, pembukaan pada
hari kedua merupakan saat yang tepat untuk melakukan penyerbukan sebab pada
waktu itu rata-rata 82% bunga betina sudah terbuka.
Bunga jantanpun mengalami tingkat perkembangan mulai dari
terbentuknya kelopak bunga sampai siap melakukan perkawinan. Pada hari pertama
8
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
setelah kelopak terbuka serbuk sari keluar dari bagian ujung tandan bunga pada hari
kedua di bagian tengah sedangkan pada hari ketiga di bagian tandan bawah. Pada
hari ketiga keluarnya serbuk sari, bunga jantan juga akan mengeluarkan bau yang
khas. Hal itu menandakan bunga jantan sedang aktif dan tepung sari dapat diambil
untuk penyerbukan buatan. Dari sebuah rangkaian bunga jantan dapat diperoleh 50
gram serbuk sari.
b. Buah
Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur
sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5
tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun, jika
dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada
umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan.
Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen
kurang lebih 5-6 bulan. Warna buah tergantung varietas dan umurnya.
Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu
bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokarpium,
sedangkan yang kedua adalah biji yang terdiri dari endokaprium, endosperm dan
lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin, sedangkan
mesokaprium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan
rendemen paling tinggi. Endokaprium merupakan tempurung berwarna hitam dan
keras. Endosperm atau disebut juga kernel merupakan penghasil minyak inti sawit,
sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.
9
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Gambar 2. Buah kelapa sawit.
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun.
Untuk tanaman yang semakin tua produktivitasnya akan menurun menjadi 12-14
tandan/tahun. Pada tahun-tahun pertama tanaman berbuah sekitar 3-6 kg, tetapi
semakin tua berat tandan bertambah yaitu 25-35 kg/tandan . Banyaknya buah yang
terdapat pada satu tandan tergantung pada faktor genetis, umur, lingkungan dan
teknik budidayanya.
Menurut Putranto (2015) buah dan tandan kelapa sawit diklasifikasikan
berdasarkan bentuk, warna dan tebal cangkang sebagai berikut:
1. Berdasarkan bentuk:
Kelapa sawit biasa, berbentuk bulat telur atau agak lonjong.
Poissoni, mantel atau diwakkawakka, berbentuk bulat telur, tapi
terdapat carpel seperti mantel atau sayap.
2. Berdasarkan kandungan karoten atau warna buah:
Nigresecens, buahnya berwarna violet sampai hitam pada waktu
muda dan berubah menjadi orange pada saat telah matang.
10
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Virescens, buah berwarna hijau pada waktu muda dan berwarana
orange setelah matang.
Albescens, waktu muda buah berwarna kuning pucat dan tembus
cahaya karena mengandung sedikit karoten, waktu matang berwarna
merah.
3. Berdasarkan tebal cangkang:
Dura : Tebal cangkang 2 mm-8mm, daging buah 35%-50% atau ada
yang mencapai 65%, berserabut (serat) ± 13% dari daging buah
(hampir tidak memiliki serabut disekelilingnya), inti relative besar,
rendemen relative rendah (17%-18%). Dura sangat baik digunakan
sebagai induk betina. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
3.
Gambar 3. Bentuk penampang buah varietas Dura.
Pisifera : Tidak memilki cangkang atau sangat tipis kurang dari 0,5
mm. Sisa cangkang digantikan oleh lingkar serabut sekeliling inti.
Karena tidak ada cangkang, persentase mesocarp terhadap buah
sangat besar dan rendemen juga sangat tinggi. Pisifera disebut juga
11
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
sebagai pohon betina yang steril karena sebagian besar tandan aborsi
pada awal perkembangannya. Karena itu Pisifera tidak ditanam
secara komersial. Pisifera digunakan sebagai induk jantan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Bentuk penampang buah varietas Pisifera.
Tenera : Tipe ini adalah yang banyak ditanam secara komersial di
perkebunan. Merupakan hasil persilangan antara Dura dan Pesifera
sehingga mempunyai karakteristik gabungan dari kedua induknya,
tebal cangkang 0,5 mm-4 mm, di sekelilingnya ada lingkaran serabut.
Ratio mesocarp terhadap buah sangat tinggi (60%-96%).
Menghasilkan tandan relatif lebih banyak dibandingkan Dura,
walaupun ukuran tandan lebih kecil dari Dura. Rendemen 22 %-24%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.
12
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Gambar 5. Bentuk penampang buah varietas Tenera.
2.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit.
Untuk pertumbuhan yang optimal tanaman kelapa sawit memerlukan
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Adapun faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
2.3.1 Iklim
Faktor-faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur),
intensitas penyinaran dang angina. Faktor-faktor ini tampak berbeda jelas satu sama
lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempenngaruhi.
1. Curah hujan.
Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500-4.000 mm per tahun.
Namun, curah hujan optimal yang paling cocok untuk kelapa sawit adalah 2.000-
3.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun.
Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik
karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif,
sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit (Putranto, 2015).
13
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
2. Temperatur
Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24-280 C, terendah 180
C dan tertinggi 320 C. Panjang penyinaran matahari sekitar 5-12 jam/hari. Jika
penyinaran matahari kurang dari 5 jam /hari dapat menyebabkan berkembangnya
penyakit. Karena kelembaban yang tinggi akan merangsang berkembangnya
penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimum adalah 0-400 m. Pada
ketinggian yang lebih dari 400 m akan terhambat dan produksi akan rendah (Fauzi
Yan dkk, 2008).
3. Kelembaban udara dan angin.
Kelembaban udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menunjang
pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit
adalah 80%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses
penyerbukan. Angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi
kelembapan dan dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelembaban adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran,
curah hujan dan evapotranspirasi (Fauzi Yan dkk, 2008)
2.3.2 Tanah dan topografi
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah seperti Podsolik
Coklat, Podsolik Kuning, Podsolik Coklat Kekuningan, Podsolik Merah Kuning,
Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial, Regosol, Gley Humik, Organosol (Tanah
Gambut) (Putranto, 2015).
Menurut Fauzi Yan dkk (2008), sifat fisik dan sifat kimia setiap jenis tanah
memang berbeda-beda. Oleh karena itu tingkat produksi setiap jenis tanah juga
14
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
berbeda. Bagi tanaman Kelapa Sawit sifat fisik tanah lebih penting dari sifat
kesuburan kimianya karena kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan
pemupukan.
1. Sifat fisik tanah
Sifat fisik tanah yang baik akan memberikan kesempatan pada akar tanaman
untuk berkembang secara luas. Zona perkembangan akar kelapa sawit yang paling
banyak adalah sekitar 1 meter di lapisan tanah paling atas. Sifat fisik tanah
ditentukan oleh tekstur, struktur, kemiringan tanah dan tebalnya lapisan tanah,
kedalaman air permukaan tanah, konsistensi kegemburan dan permeabilitas sedang.
Dengan kata lain, kelapa sawit menghendaki tanah yang subur, gembur, memiliki
solum yang tebal, tanpa lapisan padas, datar dan drainasenya baik.
Kemiringan tanah yang dianggap masih baik bagi tanaman kelapa sawit
adalah antara 0-150.. Sedangkan diatas kemiringan 150 harus dibuat teras kontur.
Pada topografi datar di daerah Sumatra Timur biasanya ditemui tanah gley humik
atau hidromorfik. Sedangkan tanah organosol (tanah gambut) vegetasinya terdiri
dari hutan lebat dan teremdam air.
Masalah utama dari tanah gambut tersebut adalah drainase yang jelek,
karena tanah-tanah tersebut merupakan tempat pengumpulan air hujan dan sulit
mengelurkan air. Pada daerah dataran pantai di Sumatra bagian Timur terdapat
tanah alluvial dan regosol yang merupakan endapan sungai atau laut.
2. Sifat kimia tanah
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi
kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam
15
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
menetukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit
tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu
unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan.
Walaupun demikian, tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah
besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sedangkan
kemasaman tanah menentukan ketersedian dan keseimbangan unusur hara dalam
tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0-6,5, sedangkan pH
optimum adalah 5-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan
pengapuran, tetapi membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah
biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut. Reaksi tanah
yang sangat asam menunjukkan aktifitas aluminium (Al) yang tinggi dalam mengikat
posfor dan merupakan faktor penghambat pertumbuhan tanaman.
2.4. Panen Kelapa Sawit
Panen tandan buah segar (TBS) adalah serangkaian kegaiatan pengutipan
hasil tandan buah segar kelapa sawit yang dimulai dari pengamatan tandan buah
masak, memotong tandan matang panen yang sesuai dengan kriteria matang
panen. Pemotongan dan penyusunan pelepah, mengumpulkan dan mengutip
brondolan serta menyusun TBS dan brondolan ditempat pemungutan hasil
(Suwanto, Nainggolan, Darmadi, Karyadi, Gea, Nababan, Harmen, 2005)
Tanaman kelapa sawit mulai dipanen apabila sudah memiliki buah yang
masak dan layak olah, sehingga sejak panen dimulai tanaman mulai memasuki masa
produksi. Apabila suatu blok telah memiliki tanaman yang buahnya berkembang
minimal 60% dan berat rata-rata buah matang telah mencapai 3 kg/tandan, maka
16
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
blok tersebut dipromosikan menjadi areal tanaman menghasilkan (TM). Penilaian ini
dilakukan pada saat umur tanaman ratarata mencapai 30 bulan (Suwanto,
Nainggolan, Darmadi, Karyadi, Gea, Nababan, Harmen, 2005).
2.4.1 Persiapan panen
Persiapan panen berkaitan dengan penyedian tenaga kerja dan alat-alat
panen yang dibutuhkan. Kegiatan awal lainnya dalam persiapan panen adalah
pembuatan atau peningkatan mutu jalan, karena jalan merupakan faktor penunjang
yang penting dalam pengangkutan hasil dari kebun ke pabrik. Akses jalan yang perlu
disiapkan untuk proses panen diantaranya jalan penghubung (jalan utama), jalan
produksi, jalan control dan jalan pikul (pasar) (Sunarko, 2009)
Sebelum tanaman memasuki masa panen, perlu dilakukan persiapan panen
yang berguna untuk mendapatkan hasil dari produksi tanaman yang maksimal.
Kegiatan yang di lakukan pada persiapan panen yaitu:
1. Kastrasi
Kastrasi merupakan kegiatan pembuangan bunga pertama baik jantan
maupun betina serta buah-buah pasir pada tanaman Kelapa Sawit yang belum siap
untuk memasuki masa panen normal. Masa panen normal yaitu memasuki usia 12
bulan sejak mulai tanam. Tujuan dari kastrasi adalah:
Memaksimalkan fase vegetatif pada tanaman sehingga tanaman menjadi
kokoh pada fase generatif.
Mencegah terserangnya Hama dan Penyakit pada tanaman
(http://yogiplantation.blogspot.com, 2011)
17
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
2. Prunning
Prunning atau pemangkasan adalah pembuangan pelepah-pelepah yang
sudah tidak produktif/pelepah kering pada tanaman kelapa sawit.
Prunning/pemangkasan termasuk kedalam kegiatan persiapan panen. Prunning atau
pemangkasan bertujuan untuk :
Memangkas pelepah yang sudah tidak produktif.
Mempermudah dalam kegiatan pemanenan dan pengutipan brondolan.
Mempertahankan jumlah pelepah setiap pokoknya.
Sanitasi (menjaga kebersihan) tanaman agar tidak diserang oleh Hama
dan Penyakit.
Prunning perlu dilkukan untuk menjaga jumlah pelepah yang optimal yang
berguna untuk tempat munculnya bunga dan pemangkasan buah. Prunning
dilakukan setelah dilakukan kastrasi dan tanaman mulai memasuki tahap awal
panen. Adapun teknis pruning dilakukan dengan cara:
Memangkas pelepah searah dengan arah spiral/letak alur pelepah. Agar
hasil dari pangkasan terlihat rapi.
Memangkas pelepah yang tidak produktif yaitu pelepah yang sudah
kering.
Memangkas pelepah secara mepet dan tepat pada bagian bawah
pangkal pelepah. Pelepah harus dipangkas mepet dengan tujuan untuk
mencegah tersangkutnya brondolan pada pelepah.
18
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Menyusun pelepah hasil sisa pangkasan di gawangan mati atau disusun
diantara pokok tanaman dan dipotong menjadi 3 bagian
(http://www.mentari-dunia.com, 2013).
3. Pembuatan piringan
Piringan merupakan daerah yang berada di sekitar pokok kelapa sawit
yang berbentuk lingkaran dengan diameter ± 2 m. Pembuatan piringan dibawah
pokok tanaman kelapa sawit bertujuan untuk :
Memudahkan proses pemanenan.
Memudahkan dalam pengutipan brondolan dan perawatan tanaman.
Mencegah terserang hama dan penyakit pada tanaman. Khusunya hama
yang menyerang buah.
Dalam pembuatan piringan biasanya dilakukan secara manual terlebih dahulu
setelah itu dilakukan secara chemis. Dengan cara manual biasanya dilakukan untuk
membentuk piringan pada pokok sesuai dengan diameter yang ditentukan , dengan
membabat gulma yang tumbuh disekitar piringan. Setelah piringan pada setiap
pokok sudah mulai terbentuk kemudian dilakukan secara chemis dengan
menyemprot gulma yang tumbuh dengan larutan herbisida. Apabila pada setiap
pokok sawit sudah diberi piringan dapat memudahkan pemanenan dan sekitar pokok
sawit tidak terlihat gulma yang tumbuh sehingga pokok sawit dapat menyerap unsur
hara yang berada disekitar piringan (http://www.academia.edu, 2014)
4. Pembuatan pasar pikul
Pasar pikul adalah jalan atau akses panen yang dibuat diantara dua jalur
tanaman. Pembuatan pasar pikul dilakukan pada persiapan panen, sehingga dapat
19
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
memudahkan proses pemanenan terutama pada proses pengangkutan TBS dari blok
ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil). Pada setiap pasar pikul biasanya memiliki
lebar ± 1,2 m. Pada setiap blok tanaman kelapa sawit perlu diberi pasar pikul
dengan tujuan :
Sebagai jalan panen yang digunakan untuk mengangkut dan
mengeluarkan buah yang telah dipanen untuk dikumpulkan di TPH.
Sebagai tempat sementara untuk meletakkan buah yang telah dipanen
dari setiap pokok agar buah yang telah dipanen tidak tertinggal
(http://www.mentari-dunia.com, 2013)
5. Pemasangan titi panen
Titi panen merupakan titian yang dibuat sebagai jalan untuk menyeberangi
parit dari jalan Collection menuju ke dalam blok. Titi panen ini hanya digunakan
pada kondisi lahan yang antara TPH dan pasar pikul terpisahkan oleh parit. Titi
panen ini biasanya digunakan pada kondisi lahan Low land, titi panen ini biasanya
diletakkan pada setiap pasar pikul yang terpisahkan oleh parit
(http://yogiplantation.blogspot.com, 2011)
6. Pembuata tempat pengumpulan hasil (TPH)
Tempat pengumpulan hasil (TPH) adalah tempat yang digunakan untuk
meletakkan dan menyusun buah hasil dari pemanenan. Biasanya dalam 3 pasar pikul
terdapt 1 TPH yang letaknya didepan jalur pokok yang berada dipinggir jalan koleksi.
Adapun tujuan dari pembuatan TPH adalah:
Memudahkan dalam perhitungan jumlah janjang yang telah dipanen.
Mempermudahkan dalam proses pengangkutan buah.
20
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Dalam pembuatan TPH dalam satu blok dilakukan ketika tanaman akan
memasuki masa produksi. Pembuatan TPH dilakukan dengan cara meratakan tanah
yang akan dijadikan TPH, bentuk dari TPH yaitu persegi panjang dengan ukuran
panjang 4 m dengan lebar 2 m (http://yogiplantation.blogspot.com, 2011).
2.4.2. Alat panen kelapa sawit
Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda berdasarkan
tinggi tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi 3 bagian yaitu alat
untuk memotong tandan buah segar (TBS), alat untuk bongkar muat tandan buah
segar (TBS) dan alat untuk membawa TBS ke TPH (Pahan I, 2008).
Menurut Pahan I (2008), alat untuk memotong buah/TBS yaitu dodos kecil,
dodos besar, pisau egrek, bambu egrek dan batu asah.
Dodos kecil berbentuk seperti tembiling dengan lebar mata 8 cm dan
panjang mata 8 cm. Alat ini dipasang pada sepotong gagang kayu dengan
panjang sekitar 1,5 m. Dodos kecil digunakan sejak tanaman berumur 3
tahun.
Dodos besar berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 14 cm dan
panjang mata 12 cm. Alat ini dipasang pada sepotong gagang kayu dengan
panjang sekitar 3 meter (umur ± 8 tahun).
Pisau egrek berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm,
panjang pisau 45 cm dan sudut lengkung dihitung pada sumbu sebesar 1350.
Bambu egrek merupakan gagang pisau egrek dengan panjang sekitar 10 m,
tebal 1-1,5 cm, diameter ujung 4-5 cm dan diameter pangkal 5-7 cm.
21
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Batu asah digunakan untuk mengasah dodos dan pisau egrek supaya tetap
terjamin ketajamannya.
Alat untuk bongkar muat TBS yaitu gancu dan tojok atau tombak. Gancu
terbuat dari besi beton dengan diameter 3/8 inci dan panjangnya disesuaikan
dengan kebiasaan setempat. Sementara tojok atau tombak terbuat dari pipa besi
dengan ujung besi beton lancip dan panjangnya sekitar 1-1,5 m. Alat ini digunakan
khusus untuk pemuatan TBS kedalam truk angkut buah (Pahan I, 2008).
Alat untuk membawa atau mengangkut buah atau TBS ke TPH yaitu
angkong, goni bekas pupuk, keranjang buah, pikulan dan tali nilon. Angkong adalah
kereta sorong satu roda yang digunakan sebagai tempat atau wadah buah atau TBS
yang akan dibawa ketempat pengumpulan hasil (TPH). Goni bekas pupuk digunakan
sebagai tempat atau wadah brondolan yang telah dikumpulkan. Keranjang
digunakan sebagai tempat atau wadah buah atau TBS (sebagai alternatif) yang akan
dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Pikulan terbuat dari kayu, bambu atau
cabang kelapa sawit yang panjangnya berkisar 1,5-2 meter sebagai alat untuk
memikul keranjang buah atau goni bekas pupuk. Tali nilon digunakan unutk
mengikat goni bekas pupuk atau keranjang buah ke pikulan dan mengikat pisau
egrek ke bamboo egrek (Pahan I, 2008).
22
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan panen.
Umur (Th)
TM Tinggi Batang (M) Alat Panen
3-4 1-2 < 0,9 Dodos kecil (8 cm)
5-7 3-5 0,9-2,5 Dodos besar (12 cm)
>8 >5 > 2,5 Egrek
Alat-alat lain adalah : Kapak, batu asah, goni, kereta sorong/pikulan
(Suwanto, Nainggolan, Darmadi, Karyadi, Gea, Nababan, Harmen, 2005)
2.4.3 Kriteria matang panen
Menurut Sunarko (2009), kelapa sawit dianggap mulai dapat berproduksi
dengan baik pada tahun ketiga atau keempat setelah ditanam di kebun. Sementara
itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar 6 bulan setelah
penyerbukan. Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan
warna. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwrna violet atau hitam karena
pengaruh pigmen klorofil. Selanjutnya, buah akan berubah menjadi merrah atau
oranye akibat pengaruh pigmen beta karoten. Kondisi tersebut menandakan minyak
sawit yang terkandung dalam daging buah telah maksimal dan buah sawit akan
lepas dari tangkai tandannya (membrondol).
Untuk lebih jelasnya, standar kematangan buah disajikan pada Tabel 2.
23
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Tabel 2. Standar kematangan buah.
Fase Buah
Fraksi Buah
Jumlah Brondolan yang Telah Jatuh Tingkat
Kematangan
Mentah
00 Tidak ada buah yang berwarna hijau atau hitam
Sangat mentah
0 1-12,5% buah luar atau 0-1 brondolan/kgtandan Mentah
Matang
1 12,5-25% buah luar atau 2 brondolan/kg tandan
Kurang mentah
2 25-50% buah luar membrondol Matang 3 50-74% buah luar membrondol Matang
Lewat Matang
4 75-100% buah luar membrondol Lewat matang (Ranum)
5 100% buah luar membrondol dan sebagian berbau busuk
Lewat matang (Busuk)
Sumber : PT. Internasional Contact Business System (1998)
2.4.4 Kerapatan panen
Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat
kerapatan pohon matang didalam satu areal, menggunakan sistem blok. Untuk
menghitung kerapatan panen dalam satu areal dapat mengambil beberapa pohon
yang akan digunakan sebagai contoh secara sistematis. Di dalam 1 blok diambil
sebanyak 10 barisan tanaman sebagai barisan pohon contoh, kemudian didalam
setiap barisan tersebut ditentukan pula sebanyak 10 batang pohon contoh untuk
perhitungan.
Dengan demikian, dalam 1 blok akan digunakan sebanyak 100 batang pohon
contoh. Selanjutnya, pada setiap pohon tersebut dilakukan perhitungan dan
pencatatan jumlah tandan yang matang panen. Jika dalam 1 blok ditemukan
sebanyak 25 tandan yang matang panen maka kerapatan panennya adalah 100:25
atau 4:1. Hal ini berarti rata-rata setiap 4 pohon akan dijumpai 1 tandan yang
matang panen.
24
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Adapun tujuan dari penentuan kerapatan panen yaitu:
Untuk mendapatkan estimasi jumlah janjang yang akan dipanen. Cara
mencari estimasi jumlah janjang dengan rumus sebagai berikut:
Estimasi janjang = AKP (Angka Kerapatan Panen) x Jumlah pokok panen
Untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Untuk menentukan angkutan yang di butuhkan.
AKP (Angka Kerapatan Panen) dapat diperoleh dengan cara sensus buah.
Sensus buah dilakukan 1 hari sebelum dilaksanakan pemanenan pada satu blok.
Sensus buah dilakukan dengan cara menetukan pokok yang akan dijadikan sebagai
sampel. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentasi kerapatan buah
adalah sebagai berikut:
AKP =
x 100%
2.4.5. Sistem ancak (Kapveld) panen
Dalam pengelolaan areal yang cukup luas, pelaksanaan panen harus di atur
dengan pembagian areal pada suatu blok. Ancak panen adalah suatu areal dengan
luas tertentu yang di kelompokkan dalam satu hari panen, yang di beri urutan
nomor pada suatu blok. Pembagian ancak panen dengan tujuan :
Untuk mempermudah pengawasan para pemanen.
Para pemanen telah mempunyai lokasi masing- masing untuk di panen.
Mempermudah pemberian sanksi untuk para pemanen.
Mudah dilakukan pemeriksaan panen (http://yogiplantation.blogspot.com,
2011)
25
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Menurut Fauzi dkk (2012) dikenal 2 sistem ancak panen yaitu sistem ancak
giring dan sistem ancak tetap.
1. Sistem ancak giring
Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah
ke ancak berikutnya yang telah ditetapkan oleh mandor begitu seterusnya. Sistem
ini memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat
sampai ke TPH dan pabrik. Namun, ada kecendrungan pemanen akan memilih buah
yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertinggal
karena pemanenannya menggunakan sitem borongan.
2. Sistem ancak tetap
Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit,
topografi berbukit atau curam dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem
ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah-pindah. Hal
tersebut menjamin terperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal. Rendemen
minyak yang dihasilkan pun tinggi. Namun, kelemahan sistem ini adalah buah lebih
lambat sampai ke pabrik.
2.4.6. Kebutuhan tenaga panen
Menurut Fauzi dkk (2012) untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja
pemanenan buah dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Kebutuhan tenaga panen :
Keterangan :
A = Luas ancak yang akan dipanen (ha)
26
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
B = Kerapatan panen (dalam bentuk %)
C = Rata-rata berat buah (kg)
D = Populasi tanaman/ha
E = Kapasitas panen/HK
Bagi perkebunan yang tidak melakukan survey kerapatan panen, jumlah
tenaga kerja ditentukan berdasarkan perhitungan estimasi produksi dan hari kerja
dalam satu tahun yaitu dengan menggunakan rumus:
Kebutuhan tenaga panen :
Keterangan :
A = Total estimasi produksi/tahun (kg)
B = Panen pada hari libur/tahun (hari)
C = Kapasitas panen maksimal/HK
D = Jumlah hari kerja/tahun
2.4.7. Pelaksanaan panen
Menurut Sunarko (2009), pelaksanaan panen dilakukan dengan memotong
pelepah yang berada di bawah tandan. Pelepah dipotong menjadi 2-3 bagian, lalu
ditumpuk teratur dan terlungkup dengan jarak satu meter dari piringan. Ujung
pelepah dibuang dan tidak menutupi jalan atau parit.
Buah yang telah selesai dipotong harus diletakkan dipiringan dan
penempatan tandan buah dipisahkan dari brondolan. Gagang tandan buah harus
dipotong sependek mungkin. Khusus untuk tandan yang berbentuk jantung , gagang
dipotong berbentuk huruf V. Buah disusun di TPH secara berbaris 5-10 buah dengan
27
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
gagang buah menghadap keatas dan brondolan dikumpulkan dan ditumpuk menjadi
satu di tempat yang terpisah (Sunarko, 2009).
2.4.8. Rotasi panen
Rotasi panen adalah putaran panen antara panen terakhir dengan panen
selanjutnya di tempat yang sama. Jumlah rotasi panen per tahun normal yang
dikendaki adalah berkisar 36-48 rotasi/tahun dengan interval panen normal 7-9 hari.
Faktor yang mempengaruhi rotasi panen antara lain cuaca, hari libur nasional, dan
tenaga kerja yang banyak tidak masuk. Berdasarkan ketentuan rotasi panen
tersebut seluruh areal tanaman menghasilkan dibagi menjadi enam seksi panen.
Menurut Sunarko (2007), pada panen permulaan biasanya rotasi panen 15 hari,
selanjutnya 10 hari, dan terakhir 7 hari. Rotasi panen menggunakan simbol 6/7,
yakni 6 hari memanen dengan interval 7 hari. Akan tetapi ada juga yang
menggunakan simbol 5/7 dalam memanen tergantung kebijakan perusahaan
(http://minyak-sawit.blogspot.com, 2013).
Waktu panen yang terlambat akan menyebabkan buah cenderung over ripe
(terlalu matang) bahkan bisa menjadi empty bunch (tandan kosong). Keadaan
tersebut bisa meningkatkan jumlah brondolan sehingga akan memperlambat
penyelesaian ancak dan bisa meningkatkan kadar FFA. Interval panen terlalu cepat
(< 7 hari) maka akan mengakibatkan pemanen cenderung mendapatkan buah under
ripe (kurang matang) bahkan buah mentah (unripe). Hal tersebut juga akan
memperkecil persentase kerapatan buah sehingga akan mengurangi jumlah tonase
buah yang diperoleh dan dapat mempengaruhi mutu buah yang didapatkan (Minyak
Sawit, 2013).
28
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
2.4.9. Taksasi produksi
Menurut Sunarko (2009), peramalan atau taksasi produksi adalah kegiatan
menghitung jumlah tandan buah segar yang akan diperoleh pada waktu panen
berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang kemungkinan menjadi
tandan buah. Berat rata-rata tandan buah sesuai dengan umur tanaman dan
jenisnya.
Tujuan peramalan produksi diantara nya untuk memudahkan pengaturan dan
pelaksanaan pekerjaan panen dikebun dan pengolahan di pabrik. Selain itu, tujuan
lainnya untuk memudahkan penyedian dan pengaturan transportasi. Perhitungan
dilaksanakan untuk membuat perkiraan produksi selama 6 bulan, 3 bulan, 1 bulan
hingga perkiraan esok harinya.
Penyusunan perkiraan produksi harus berdasarkan perkembangan bunga
betina dan tandan kelapa sawit. Hal ini dapat diprediksi melalui seludang pecah
terbuka hingga matang panen berdasarkan berat tandan rata-rata pada masing-
masing tahun tanam.
Peramalan produksi yang perlu diperhatikan antara lain penetapan jumlah
pohon untuk pengamatan serta perhitungan produksi. Semua data yang diperoleh
untuk setiap blok dicatat di lembar pengamatan bunga dan buah. Estimasi produksi
dihitung dengan rumus:
Estimasi produksi : (A x B x C) : D
Keterangan :
A = Jumlah pohon dalam blok tersebut
B =Jumlah bunga betina dan tandan
29
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
C = Rata-rata berat tandan
D = Jumlah pohon yang diamati
2.5 Pasca Panen
Pasca panen adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan
kelapa sawit selesai dilaksanakan, buah yang telah dipanen diangkut ke TPH dan
kemudian disusun rapi, tandan disusun menurut baris yakni 5-10 tandan perbaris
dengan tangkai menghadap ke atas arah jalan dan tangkai tandan dipotong
berbentuk huruf V. Agar tandan terhindar dari pelukaan pada saat pemotongan,
pengangkutan ke TPH dan ke truk. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah naiknya
asam lemak bebas (ALB). Brondolan yang ada dipiringan pohon dan diketiak pelepah
dikutip dan diangkut ke TPH dengan menggunakan karung bekas pupuk (Suwanto,
Nainggolan, Darmadi, Karyadi, Gea, Nababan, Harmen, 2005)
2.5.1. Pemeriksaan (Audit)
Pemeriksaan hasil panen dilakukan di lapangan dan di TPH. Pemeriksaan di
lapangan meliputi : tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen tapi tidak
dikumpulkan , brondolan tertinggal di piringan, buah tertinggal dipelepah dan
tumpukan pelepah. Sedangkan pemeriksaan di TPH meliputi : tandan afkir, tandan
mentah (HB), tangkai tandan berbentuk huruf V, susunan tandan, kebersihan
tandan dan brondolan. Pemeriksaan dilakukan oleh tim audit yang dibentuk khusus
untuk melakukan audit. Kemudian buah diangkut ke pabrik dan dilakukan
penyortiran kembali dan hasil penyortiran tersebut dilaporkan kembali ke afdeling
(Suwanto, Nainggolan, Darmadi, Karyadi, Gea, Nababan, Harmen, 2005).
30
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
2.5.2. Transportasi TBS
Tandan buah segar yang sudah dipanen harus segera diangkut ke pabrik
untuk diolah. Waktunya adalah maksimal 8 jam setelah panen harus diolah. Buah
yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan dan jika ini dibiarkan akan
menimbulkan kerugian. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat mengatasi
kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang digunakan dari kebun ke
pabrik diantaranya lori, traktor gandengan atau truk. Pengangkutan menggunakan
lori dianggap lebih baik dibandingkan dengan alat angkut lain (Putranto, 2015)
top related