skripsi analisis perlakuan akuntansi terhadap …
Post on 02-Jan-2022
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
iii
SKRIPSI
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP
PERSEDIAAN SPARE PART PADA
PT. BOSOWA BERLIAN MOTOR
Supiandi
105730236211
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
iv
KATA PENGANTAR
Tiada kata dapat terucap selain ucapan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberi kasih sayang dan karunia-Nya
utamanya atas nikmat terbesar berupa iman dan kehidupan yang peneliti rasakan
hingga saat ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad Shallahu alaihi wa Sallam, suri teladan terbaik bagi umat manusia,
kepada para keluarga dan sahabat beliau, tabi in, tabi ut- tabi in, dan orang-orang
yang senantiasa istiqomah dalam dienul Islam hingga qadarullah berlaku atas diri-
diri mereka. Semoga kelak kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang
selamat.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana strata
satu Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dalam penyusunan Skripsi yang berjudul “ANALISIS
PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PERSEDIAAN SPARE PART PT.
BOSOWA BERLIAN MOTOR ” ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Olehnya itu, ungkapan terima kasih seiring doa Orang tua tercinta, terutama untuk
Mama tercinta orang yang sangat berjasa dan memiliki pengaruh besar dalam
kehidupan peneliti. Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui nasehat, doa,
daya, dan upaya senantiasa dicurahkan untuk peneliti. Hanya Allah yang mampu
membalas semua pengorbanan kalian, Ya Allah, semoga hamba dapat
v
membahagiakan mereka baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin. Ungkapan
terima kasih peneliti haturkan juga kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Ismail Badollahi, SE. M.Si,Ak sebagai Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak H.Andi Arman.SE,M,SI.AK.CA selaku Pembimbing I penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Muchrian Muchram, SEM.SI.AK.CA selaku Pembimbing II penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. H. Ansyarif Khalid, SE. M.Si, Ak, CA selaku Penasehat
Akademik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar
Khususnya Jurusan Akuntansi yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan
Kepada Penulis.
8. Seluruh Staff administrasi dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu.
9. Bapak/Ibu para staf PT. Bosowa Berlian Motor Kota Makassar yang telah
berkenan memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian dan
vi
sekaligus memberikan bantuan berupa informasi-informasi yang sangat
berharga yang berkenaan dengan pembahasan skripsi ini.
10. Teman dan Sahabat penulis yang senantiasa membimbing penulis dalam
pembuatan skripsi ini, dan kepada rekan-rekan kelas AK-1 yang telah
memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang sudah membagi ilmunya selama ini.
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah
Subhanahu wa Ta ala membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang
lebih dari semua yang telah mereka berikan, dan mudah - mudahan Allah senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti dan mereka semua. Teriring
ucapan Jazakumullah Khoiran Katsiran, Aamiiin Ya Rabbal Aalamiin.
Pada akhirnya peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai
kesempurnaan baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya. Sehingga, kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan demi kesempunaan skripsi ini. Namun peneliti
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khaerat
Makassar, september 2015
vii
ABSTRAK
Supiandi, 2015: “ Analis perlakuan Akuntansi Terhadap Persediaan Spare Part
Pada PT. Bosowa Berlian Motor” di bimbing oleh: H. Andi Arman dan
Muchriana Muchram
Permasalahan yang sering terjadi pada sebuah perusahaan yaitu persediaan.
Kebijakan pengendalian persediaan akan berpengaruh dengan performa kinerja
perusahaan dalam mencukupi permintaan pelanggan dan mengatur persediaan
perusahaan. PT. Bosowa Berlian Motor merupakan salah satu perusahaan distributor
penjualan spare part dan mobil merek Mitsubishi yang juga terikat dengan masalah
persediaan.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui cara perusahaan PT Bosowa
Berlian Motor Makassar menentukan dan melaporkan persediaan sparepartnya sesuai
perlakuan akuntansi atas sparepart yang rusak atau hilang.Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini berupa wawancara dan observasi,. Analisis data yang dalam penelitian
adalah analisis deskriftif dan analisis komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Bosowa Berlian Motor tidak
menetapkan harga perolehan sendiri karna harga perolehan tersebut telah di tetapkan
oleh PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motor sebagai pelaksanaan pembelian barang
atau harga perolehan persediaan ini di ukur sebesar harga faktur yang di terima dan
KTB tidak termaksut biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan.Dalam
penilaian persediaan spera partnya PT. Bosowa menggunakan metode FIFO, yaitu
harga pokok penjualan di dasarkan pada harga perolehan barang yang masuk
pertama, dengan demikian persediaan akhir di nilai berdasarkan harga perolehan
barang yang masuk terakhir PT. Bosowa pada setiap akhir tahun atau akhir suatu
periode melaporkan persediaan barang dagangnya dalam suatu neraca dan laporan
laba rugi, sehingga dapat di ketahui keadaan dan hasil usaha pada setiap periode.
Kata kunci : Persediaan,Perlakuan Akuntansi, Spare part.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan dan kegunaan penelitian ............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
A. pengertian persediaan .............................................................................. 6
B. pengertian pengendalian persediaan ........................................................ 8
C. Tujuan pengendalian persediaan ........................................................... 10
D. Penyebab persediaan ............................................................................. 11
E. System pengendalian persediaan ........................................................... 11
F. Fungsi-fungsi persediaan ....................................................................... 13
G. Jenis-jenis persedian .............................................................................. 14
H. Sitem pencatatan persediaan.................................................................. 15
I. Metode penilain persediaan ................................................................... 22
J. Pelaporan persediaan barang dagang ..................................................... 27
K. Kerangka fikir ........................................................................................ 29
L. Hipotesis ............................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 31
ix
A. Lokasi dan waktu penelitian .................................................................. 31
B. Metode pengumpulan data .................................................................... 31
C. Jenis-jenis sumber data .......................................................................... 32
D. Definisi operasional ............................................................................... 32
E. Metode analisis data .............................................................................. 34
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBYEK PENELITIAN ............ 35
A. Sejarah singkat perusahaan .................................................................... 35
B. Stuktur organisasi .................................................................................. 36
C. Sususnan personalia............................................................................... 37
D. Bosowa excellence ................................................................................ 43
E. Unit-unit bisnis perusahaan ................................................................... 45
F. Visi misi dan filosofi perusahaan .......................................................... 50
G. Corporate secretary dan majalah Bosowa excellence ........................... 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 54
A. Penilaian persediaan .............................................................................. 54
B. Pencatatan persediaan ............................................................................ 56
C. Pelaporan persediaan spare part ............................................................ 58
D. Perlakuan akuntansi spare part yang rusakatau hilang ......................... 61
BAB VI PENUTUP .................................................................................................. 67
A. Kesimpulan ............................................................................................ 67
B. Saran ...................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 69
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, perusahaan dagang dapat didefinisikan sebagai organisasi yang
melakukan kegiatan usaha dengan membeli barang dari pihak / perusahaan lain
kemudian menjualnya lagi kepada masyarakat. Setiap perusaaan pasti bertujuan
untuk menghasilkan laba optimal agar dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya, memajukan, serta mengembangkan usahanya ketingkat yang lebih
tinggi. Salah satu unsur yang paling aktif dalam perusahaan dagang adalah
persediaan. Tujuan akuntansi persediaan adalah untuk :
1. Menentukan laba-rugi periodic (income determination) yaitu melaui proses
mempertemukan antara harga pokok barang dijual dengan hasil penjualan
dalam suatu periode akuntansi.
2. Menentukan jumlah persediaan yang akan disajikan di dalam neraca.
Persediaan memilki arti yang sangat strategis bagi perusahaan baik
perusahaan dagang maupun perusahaan industri.Modal yang tertanam dalam
persediaan sering kali merupakan harta lancar yang paling besar dalam
perusahaan, dan juga merupakan bagian yang paling besar dari harta perusahaaan,
Penjualan akan turun jika barang tidak tersedia dalam bentuk, jenis, mutu dan
jumlah yang diinginkan pelanggan. Prosedur pembelian yang tidak efisien atau
upaya penjualan yang tidak memadai dapat membebani suatu perusahaan dengan
2
persediaan yang berlebihan dan tidak terjual. Jadi, penting bagi perusahaan untuk
mengandalkan persediaan secara cermat untuk membatasi biaya penyimpanan
yang terlalu besar.
Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan maupun pencurian. Pengendali
intern juga bertujuan melindungi harta perusahaan dan juga agar informasi
mengenai persediaan lebih dapat dipercaya. Pengendalian intern persediaan dapat
dilakukan dengan melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya
kerusakan, pencurian, maupun tindakan penyimpangan lainnya.
Kerusakan, pemasukan yang tidak benar,lalai untuk mencatat permintaan,
barang yang dikeluarkan tidak sesuai dengan pesanan, dan semua kemungkinan
lainnya dapat menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan persediaan yang
sebenarnya ada di gudang. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan persediaan secara
periodic atas catatan persediaan dengan perhitungan yang sebenarnya.
Kebanyakan perusahaan melakukan perhitungan fisik setahun sekali, namun ada
juga yang melakukannya sebulan sekali dan sehari sekali.
Bagi setiap perusahaan dagang, persediaan mempunyai fungsi yang sangat
penting, oleh karena itu persediaan dilihat dari sudut akuntansi mempunyai .
fungsi ganda.Fungsi itu adalah nilai yang dilaporkan dalam neraca yang
merupakan bagian dari kekayaan perusahaan dan yang dilaporkan dalam rugi laba
sebagai unsur dari Harga Pokok Penjualan (HPP).
Semakin banyaknya perusahaan yang ada maka semakin ketat pula
persaingan dunia usaha. Untuk dapat mempertahankan dan merebut konsumen,
maka setiap perusahaan memerlukan strategi untuk dapat menciptakan peluang
3
usaha dan mendapat konsumen yang lebih banyak. Salah satunya melalui
persediaan, tanpa adanya persediaan perusahaan tidak dapat menjalankan aktivitas
terutama pada perusahaan dagang, dimana persediaan merupakan salah satu aset
perusahaan untuk mendapatkan laba. Pada umumnya, persediaan barang dagang
meliputi jenis barang yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup
berarti dari seluruh aktiva perusahaan. Mengingat harga barang yang dibeli terus
menerus berubah dalam satu periode, maka diperlukan metode pencatatan untuk
mengetahui harga pokok persediaan pada akhir periode. Disamping itu,
pencatatan persediaan juga harus diperhatikan dan dilakukan oleh perusahaan
guna mempelancar proses administrasi gudang. Untuk mengetahui harga pokok
persediaan suatu barang, persediaan juga memilki 3 metode, dimana setiap
pencatatan akan memiliki resiko dan harga pokok persediaan yang berbeda.
Perbedaan pencatatan tersebut akan mempengaruhi laba bersih,total aktiva
maupun total modal. Untuk menghindari hal-hal tersebut, maka perusahaan perlu
melakukan Metode pencatatan pada persediaan yang sesuai dengan kondisi
perusahaan.
Begitu pentingnya persediaan itu, sehingga ia merupakan suatu faktor yang
menentukan dalam menghitung besarnya laba rugi suatu perusahaan melalui cara
penilaian yang digunakan untuk menentukan besar nilai persediaan barang dan
perhitungan harga pokok penjualan. Besarnya nilai persediaan dan harga pokok
penjualan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan suatu perusahaan
tergantung kepada metode penelitian yang dianut dan konsistensi nya dari tahun
ke tahun.
4
PT. Bosowa Berlian Motor Makassar yang membeli dan menjual suku
cadang senantiasa menghadapi berbagai persoalan seperti kerusakan-kerusakan,
kesalahan-kesalahan, dan kerugian-kerugian. Salah satu cara perusahaan untuk
menghindari kerugian-kerugian dan kesalahan-kesalahan ialah dengan adanya
sistem dan prosedur tertentu yang secara otomatis dapat menciptakan sistem
pengendalian intern yang memadai sehingga harta perusahaan dapat dilindungi,
dapat dipercayainya data akuntansi dan meningkatkan efisiensi perusahaan,serta
mendorong ditaatinya kebijaksanaan pimpinan perusahaan yang telah ditetapkan
semula.
B. Rumusan masalah
Dalam penyusunan laporan ini penulis akan mencoba untuk mengangkat
parmasalahan yang timbul yaitu ; “Apakah Persediaan Spare Part yang rusak atau
hilang telah ditentukan secara tepat oleh perusahaan berdasarkan perlakuan
akuntansi?’
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan menyusun laporan ini, antara lain :Untuk mengetahui Apakah
Persediaan Spare Part yang rusak atau hilang telah ditentukan secara tepat oleh
perusahaan berdasarkan perlakuan akuntansi.
5
2. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pengambilan kebijakan pada PT Bosowa
Berlian Motor Makassar dalam hal persediaan sparepart sehingga dapat
mencapai hasil penjualan yang optimal.
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang bermaksud
mengadakan penelitian dan penulisan yang serupa.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persediaan
Istilah "persediaan" digunakan untuk menunjukkan barang-barang yang
dibeli untuk dijual kembali dalam rangka usaha normal, demikian pula atas
barang-barang yang digunakan dalam proses produksi, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Smith berikut ini:
"The term inventories designates goods held for sale in the normal course of
business and, in the case of a manufacturer, goods in production or to be placed
in production".
Jadi praktis semua barang pernah diklasifikasikan sebagai persediaan.
Sebagai contoh, mobil/kendaraan dan peralatan-peralatan nya bagi pabrik yang
menghasilkannya merupakan persediaan barang jadi (Finished goods inventories),
sedangkan bagi dealer, mobil tersebut merupakan persediaan barang dagangan
(Merchandise inventory), dan bagi kontraktor akan diklasifikasikan sebagai harta
tetap (Fixed asset).
Persediaan adalah salah satu jenis aktiva yang relative aktif perubahannya
dan pada umumnya perusahaan merupakan bagian terbesar dari aktiva lancar atau
bahkan dari jumlah aktiva. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya perencanaan dan
pengawasan yang baik Terhadap persediaan.Adanya persediaan yang cukup untuk
melayani permintaan langganan atau untuk keperluan produksi merupakan factor
7
dominan untuk mempertahankan kontinuitas atas perusahaan. Dalam pihak
penumpukan persediaan dalam jumlah yang berlebihan mempunyai resiko
didalam penyediaan dana(modal kerja), resiko kerusakan persediaan, biaya
penyimpanan dan lain sebagainya.
Didalam akuntansi penggolongan persediaan bagi perusahaan, sangat
dipengaruhi oleh sifat dan jenis usaha perusahaan yang bersangkutan. Bagi
perusahaan dagang yang didalam usahanya adalah membeli dan menjual kembali
barang-barang, pada umumnya persediaan yang dimiliki diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Persediaan barang dagangan, untuk menyatakan barang-barang yang dimiliki
dengan tujuan akan dijual kembali dimasa yang akan datang. Barang-barang
ini secara fisik tidak akan berubah sampai barang tersebut dijual kembali.
b. Lain-lain persediaan, seperti sipplies kantor atau toko, alat-alat pembungkus
dan lain sebagainya. Barang-barang ini biasanya akan dibebankan biaya
administrasi dan umum atau biaya yang dibayar dimuka atau persediaan
supplies.
Ikatan Akuntansi Indonesia mengemukakan bahwa Persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
8
Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa ” persediaan
inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis
normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi
barang yang akan dijual”.
Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mengatakan persediaan adalah
”barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan
bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”.
Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami
proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.
Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dijual
dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan
Keiso maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam
sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagan-pedagang besar seperti retail
yang perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi
penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan.
B. Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan (Inventory Control) adalah penentuan suatu kebijakan
pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa banyak yang
dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan, atau dengan kata lain,
pengendalian persediaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menentukan
9
tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan
dapat berjalan lancar.
Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting
bagi perusahaan.Karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap
keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar
dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya
penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta kemungkinan penyusutan
dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga akan mengurangi
keuntungan perusahaan.
Sebaliknya persediaan bahan yang terlalu kecil akan mengakibatkan
kemacetan dalam produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga.
Apabila persediaan bahan terlalu besar atau penentuan tingkat persediaan yang
salah dapat berakibat buruk bagi perusahaan antara lain disebabkan oleh:
1. Penimbunan persediaan mengakibatkan modal tertanam terlalu besar,
2. Keputusan memesan atau membeli barang berulang-ulang dalam jumlah kecil
mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar,
3. Kekurangan persediaan yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan produksi,
ongkos persediaan,
4. Resiko kerusakan bahan.
Sebaliknya, apabila persediaan bahan yang terlalu kecil maka akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan antara lain disebabkan oleh:
1. Kemacetan dalam produksi,
2. Ongkos pemesanan,
10
3. Ongkos kekurangan persediaan.
Dan faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah:
1. Perkiraan pemakaian,
2. Harga bahan baku,
3. Biaya-biaya dari persediaan, yang meliputi biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan,
4. Pemakaian senyatanya, artinya pemakaian yang real yang sesuai dengan data
perusahaan
5. Waktu tunggu (lead time), yaitu waktu yang diperlukan untuk memesan
barang sampai barang tersebut tiba.Waktu tunggu ini tidak selamanya
konstan, cenderung bervariasi karena tergantung dari jumlah barang yang
dipesan dan waktu pemesanan.
C. Tujuan Pengendalian Persediaan
Divisi yang berbeda dalam industri manufaktur akan memiliki tujuan
pengendalian persediaan yang berbeda tujuan dari pengendalian persediaan
adalah:
a) pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga
menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak,
b) produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order
produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk
mengurangi setup mesin). Di samping itu juga produk menginginkan
persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga
11
proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan
c) personalia (personelandindustrial relationship) menginginkan adanya
persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK
tidak perlu dilakukan.
D. Penyebab persediaan
Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Adapun penyebab
timbulnya persediaan adalah sebagai berikut:
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan
Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang
tersebut tidak tersedia sebelummya.Untuk menyiapkan barang ini diperlukan
waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan
hal yang sulit dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam ketidak pastian
Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti
dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung
tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang
(lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat
dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan
persediaan.
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan
besar dari kenaikan harga di masa mendatang.
12
E. Sistem Pengendalian Persediaan
Sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola
masukan-masukan yang berhubungan dengan persediaan menjadi output, dimana
untuk ini diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu.
Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor
tingkat persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan
harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan untuk
menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses,
komponen dan bahan baku secara optimal, dan pada waktu yang optimal. Kriteria
optimal adalah minimasi biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu biaya
penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya kekurangan persediaan.
Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat
diklasifikasikan ke dalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara
kuantitatif, variabel keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah
sebagai berikut:
1. berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat,
2. kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan,
3. berapa jumlah persediaan pengaman,
4. bagaimana mengendalikan persediaan.
Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian
persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah sebagai
berikut:
13
1. jenis barang apa yang dimiliki,
2. dimana barang tersebut berada,
3. berapa jumlah barang yang harus dipesan,
4. siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item.
Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal
terhadap seluruh masalah yang berkaitan dengan persediaan. Dikaitkan dengan
tujuan umum perusahaan, maka optimalitas pengendalian persediaan sering kali
diukur dengan keuntungan maksimum yang dicapai.
F. Fungsi-Fungsi Persediaan
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya
operasi perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau
konsumen.
adapun fungsi-fungsi persediaan oleh suatu perusahaan/pabrik adalah sebagai
berikut.
1. Fungsi Decoupling
Fungsi Decoupling Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan
bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada
pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang
dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual
14
perusahaan terjaga “kebebasannya”. Persediaan barang jadi diperlukan untuk
memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan
yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak
dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan
pembeliaan, biaya pengangkutan perunit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal
ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar
dibandingkan biaya- biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa
gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan
dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan
musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman
(seasional inventories).
G. Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya.
Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Persediaan barang dagang
Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang
untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh
15
secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang
telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam bebrapa hal dapat
terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang
jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda gir dan sebagainya serta
dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contoh.
b) Persediaan manufaktur
1. Persediaan bahan baku
Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain
(misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung
dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian dari suku cadang
yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang diklasifikasikan
sebagai persediaan komponen suku cadang.
2. Persediaan barang dalam proses
Barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum
penyelesaian
3. Barang jadi
Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.
4. Persediaan rupa-rupa
Barang seperti perlengkapan kantor kebersihan dan pengiriman,
persediaan ini biasanya dicatat
H. Sistem Pencatatan Persediaan
Tujuan utama dari akuntansi atas penyediaan adalah untuk menetapkan secara
layak besarnya hasil usaha dengan membandingkan biaya yang bersangkutan
16
dengan pendapatannya, Jika semua barang yang dibeli atau diproduksi habis
terjual, maka penentuan harga pokok penjualan atas barang tersebut sangat
sederhana. Harga pokok penjualan ini akan menjadi rumit manakala pada akhir
periode masih ada persediaan akhir yang dimiliki, dalam keadaan seperti ini
persediaan mempunyai posisi ganda yaitu :
1. Sebagai jumlah yang dimaksudkan dalam perhitungan laba-rugi, yaitu harga
pokok penjualan barang yang terjual yang merupakan potongan atas
pendapatan tahun berjalan.
2. Sebagai jumlah yang dinyatakan dalam neraca, yaitu nilai persediaan akhir
yang akan diperhitungkan dari pendapatan tahun yang akan datang.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas maka setiap perusahaan harus
mengadakan pemisahan (cut of) yang semestinya atas pendapatan (hasil) tahun
berjalan dengan pendapatan tahun yang akan datang, sebagaimana yang dijelaskan
dalam Prinsip Akuntansi Indonesia bahwa :
"Penjualan (pendapatan) dan laba tidak boleh diantisipasikan atau secara
material dinyatakan terlampau besar atau terlampau kecil.Mengingat adanya
perbedaan antara saat dilakukannya persetujuan untuk menjual dengan saat
penyerahan barang, maka perlu diadakan pisah batas secara layak dan konsisten
pada awal dan akhir periode, agar perhitungan rugi laba menggambarkan hasil
usaha yang sewajarnya untuk periode tersebut".
Prinsip diatas menghendaki agar diadakan penetapan sebagaimana mestinya
atas harga perolehan barang-barang yang sudah terjual sebagai persediaan akhir,
agar maksud ekstern dari laporan keuangan yang dibuat yang terdiri atas
17
perhitungan laba rugi dan neraca dapat memberikan informasi keuangan yang
layak, guna memenuhi keperluan para pemakainya dalam mengambil keputusan-
keputusan ekonomi.Juga dengan laporan keuangan tersebut perusahaan dapat
menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan
perubahan kekayaan pemilik perusahaan, serta informasi keuangan yang dapat
membantu para pemakai dalam menaksir kemampuan memperoleh laba dari
perusahaan yang bersangkutan.
Persediaan mempunyai arti finansial yang sangat penting, oleh karna sumber
pendapatan utama diperoleh dari pendapatan penjualan persediaan ini. Lazimnya
pendapatan itu timbul dalam proses yang berulang-ulang secara terus-menerus
atau dari pendapatan kegiatan jual beli secara kontinyu. Sebagaimana telah
dijelaskan bahwa tujuan pokok dari akuntansi adalah membandingkan biaya-biaya
yang bersangkutan dengan pendapatan agar dapat ditentukan secara tepat berapa
laba yang diperoleh selama periode tertentu.
Penentuan harga perolehan (cost) dari persediaan tidaklah sederhana, hal
tersebut disebabkan oleh karna pertama, didalamnya termasuk penentu
pengeluaran-pengeluaran yang benar-benar harus dimasukkan sebagai unsur harga
perolehan dari persediaan yang bersangkutan. Kedua, didalamnya termasuk
penerapan metode berhubungan dengan pencatatan dengan harga perolehan
persediaan yang berbeda-beda selama satu periode tertentu.
Potongan niaga (trade discount) umumnya tidak dicatat, dalam arti harga beli
sudah dipotong dengan potongan niaga ini.Sedang potongan tunai (cash discount)
18
dicatat sebagai pengurangan nilai persediaan, maka pembelian dapat dicatat
dengan nilai netto (setelah dikurangi dengan potongan tunai) dapat juga dengan
nilai bruto (sebelum dipotong dengan potongan tunai).
Harga perolehan persediaan meliputi semua pengeluaran baik langsung
maupun tidak langsung berhubungan dengan perolehannya, perawatan nya,
penempatannya untuk dijual.Harga perolehan adalah harga beli ditambah semua
biaya pembelian, biaya menerima, biaya penyimpanan, biaya pengangkutan, biaya
asuransi dan sebagainya.
Dalam menentukan persediaan, maka dapat dipilih salah satu dari dua sistem
persediaan berikut:
1. Sistem periodik/phisik (periodic or physical system), yaitu system yang
memerlukan pengukuran phisik barang dalam akhir suatu periode untuk
menentukan kualitasnya.
2. Sitem perpetual/Buku (perpectual or book inventories system), yaitu system
yang memerlukan pengukuran phisik barang dalam akhir suatu periode untuk
menentukan kualitasnya.
Pada sistem periode penentuan besarnya harga pokok penjualan yang
merupakan harga pokok dari barang terjual dan nilai persediaan akhir diperoleh
dengan mengadakan pengukuran fisik barang pada akhir setiap periode. Dengan
mengetahui fisik dari persediaan akhir, maka dapatlah ditentukan jumlah harga
pokok persediaan dengan rumus :
19
Persediaan Awal + Pembelian Bersih - Persediaan Akhir = Harga Pokok
Penjualan. Setiap kali terjadi pembelian dalam sistem ini dicatat:
Tabel 1.
D K
Pembelian XXX -
Hutang Dagang/Kas - XXX
Sedang Penjualan dicatat:
Tabel 2.
D K
Piutang/Kas XXX -
Penjualan - XXX
Untuk mengetahui harga pokok penjualan pada akhir periode, maka saldo
perkiraan pembelian dan persediaan awal dipindahkan ke perkiraan laba rugi
sebagai b(erikut:
Tabel 3.
D K
Ikhtisar Rugi Laba XXX -
Pembelian - XXX
Persediaan Awal - XXX
20
Demikian halnya dengan persediaan akhir akan di jurnal:
Tabel 4.
D K
Persediaan Akhir XXX -
Ikhtisar Laba Rugi - XXX
Selisih atau saldo ikhtisar laba rugi (income summary) adalah harga pokok
penjualan selama periode tersebut. Jumlah penjualan selama satu periode
diperhadapkan dengan harga pokok penjualan untuk menentukan laba kotor.
Sedang dalam sistem perpetual untuk mengikuti arus masuk keluarnya barang
disediakan kartu persediaan (Stock Card Ledger) seperti pada gambar 1.
Setiap kali terjadi pembelian ataupun penjualan akan dicatat dalam kartu
persediaan ini, pembelian dicatat dengan :
Tabel 5.
D K
Persediaan XXX -
Hutang Dagang/Kas - XXX
Sedang penjualan dicatat:
Tabel 6.
D K
Harga Pokok Penjualan XXX -
21
Persediaan XXX
D
K
Piutang Dagang/Kas
XXX
-
Penjualan
-
XXX
Dengan demikian setiap kali terjadi penjualan segera dapat ditentukan laba
kotor yaitu dengan membandingkan harga jual dengan harga pokok
penjualan.Kelihatan bahwa dalam sistem perpetual ini kita tak perlu lagi
mengadakan pengukuran phisik pada akhir periode.Namun demikian untuk
menghasilkan pencatatan yang tepat, sebaiknya juga diadakan pengukuran phisik
yang intesitasnya tergantung pada sifat persediaan tingkat perputaran persediaan
dan ketat tidaknya sistem pengendalian intern perusahaan yang
bersangkutan.Tidak mustahil bahwa terdapat penyimpangan antara catatan per
kartu persediaan dan phisik persediaan yang ada, yang dapat disebabkan oleh
kesalahan pencatatan, kehilangan, penguapan dan lain sebagainya. Jika terdapat
penyimpangan sebaiknya dibuaat jurnal penyesuaian atas penyimpangan tersebut,
misalnya hasil pengukuran phisik persediaan menunjukkan kekurangan sebesar
RP xxx,- dari saldo menurut kartu persediaan, maka dicatat dengan jurnal:
22
Tabel 7.
D K
Koreksi Persediaan XXX
Persediaan - XXX
Koreksi persediaan disebabkan oleh kerusakan atau penguapan yang normal
akan dibebankan pada harga pokok penjualan, sedang yang disebabkan oleh
kerusakan atau penguapan yang normal akan dilaporkan sebagai bagian dari
biaya operasi.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa perusahaan kecil.menggunakan
metode periodik karena sederhana dan murah sedang bagi perusahaan besar
umumnya menggunakan sistem perpetual, sebab walaupun mahal tetapi perlu bagi
alat kontrol.
I. Metode Penilaian Persediaan
Dalam penilaian persediaan ada 4 metode yang digunakan untuk
mengalokasikan harga perolehan persediaan seperti dikemukakan oleh Smith
sebagai berikut :
Metode 1, biaya spesifik (spesifik identification), dengan metode ini harga
pokok barang yang dijual ditentukan berdasarkan harga perolehan barang yang
dijual itu.
23
Metode 2,Masuk Pertama Keluar Pertama ( First in - First out = FIFO )
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling tinggi
karenametode ini mengasumsikan persedian akhir bersal dari persediaan yang
paling akhir diperoleh, akan menghasilkan harga pokok penjualan yang paling
rendah, dan laba kotor yang paling tinggi dibandngkan metode LIFO dan rata-
rata.
Metode ini kurang baik untuk mengatasi pengaruh inflasi karena
peningkatan harga perolehan tidak diimbangi dengan pembebanan pada penjualan
persediaan, tetapi meode ini dapat memberikan informasi persediaan yang dapat
dipercaya.
Metode 3, Masuk Terakhir Keluar Pertama ( Last in - First out = LIFO),
dalam hal ini harga pokok penjualan didasarkan pada harga perolehan barang
yang terakhir masuk. Dengan demikian persediaan dinilai menurut perolehan dari
barang yang masuk pertama.
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling rendah
dibandingkan metode lainnya (FIFO dan rata-rata). Nilai yang paling rendah
tersebut karena pada metode LIFO, persediaan akhir adalah persediaan yang
paling awal diperoleh. Dengan demikian, dengan metode LIFO akan diperoleh
harga pokok penjualan yang paling tinggi dan juga laba kotor yang paling rendah.
Metode ini dalm kondisi infalsi lebih cepat mengatasi pengaruh harga karena
kenaikan harga perolehan langsung diimbangi dengan pembebanan nilai tersebut
pada setiap penjualan persediaan.
24
Metode 4,Rata-rata (Average Cost Method), dengan metode ini baik harga
pokok penjualan maupun niiai persediaan akhir ditetapkankan sebesar harga
perolehan rata-rata (Average Cost) dari semua barang yang siap dijual. Pada
sistem persediaan periodik, metode ini dinamakan metode rata-rata tertimbang
(weighted average method), dimana metode ini didasarkan pada asumsi bahwa
harga pokok rata-rata adalah jumlah seluruh harga perolehan yang dibagi pada
jumlah unit yang tersedia pada periode yang bersangkutan.Sedang metode rata-
rata dengan sistem perpetual dinamakan metode rata-rata bergerak (Moving
average Method), dimana rata-rata barang yang ada, berubah sesuai dengan
pertambahan oleh adanya pembelian.Harga Pokok adalah jumlah seluruh harga
perolehan yang dibagi pada jumlah unit yang tersedia pada periode yang
bersangkutan.
Untuk menjelaskan penerapan metode-metode tersebut, maka berikut ini
adalah contoh dengan data dari sebuah perusahaan X yang menyangkut
persediaan, pembelian dan penjualan atas persediaan barang dagangan,
khususnya sparepart.
Persediaan dan Pembelian Awal:
Jan, 1-2004 : Persediaan – Awal = 200 unit @Rp 1000,- = Rp 200.000,-
12 Pembelian = 400 unit @Rp 1200,- = Rp 480.000,-
26 Pembelian = 300 unit @Rp 300,- = Rp 330.000,-
30 Pembelian = 100 unit @Rp 1200,- = Rp 120.000,-
1.000 unit Rp 1.130.000,-
25
Penjualan:
Jan, 16-2004 : Dijual = 500 unit
29 Dijual = 200 unit
= 700 unit
Dengan menggunakan metode - metode FIFO, Average dan LIFO, dapat
dihitung nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan sebagai berikut:
1. Phisik-FIFO:
a. Nilai persediaan akhir- 300 unit adalah :
Pembelian tgl. 30/1 -100 unit @ Rp 1.000,- Rp 120.000, -Rp 220.000,-
Pembelian tgl 26/1 - 200 unit @ Rp 1.100,- Rp 120.000, -Rp 220.000,-
Rp 340.000,-
b. Harga Pokok Penjualan - 700 unit adalah:
Rp 1.130.000,- - Rp 340.000,- = Rp 790.000,-
2. Perpetual- FIFO
Ternyata metode FIFO untuk kedua system pencatatan memberikan hasil
yang sama baik atas nilai persediaan akhir maupun harga pokok penjualan, yakni
masing - masing Rp 340.000,- dan Rp 790.000,-
3. Phisik - Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average)
Harga Pokok Rata-Rata = Rp. 1.130.000-a = Rp. 1.130
Rp. 1.000,-
a. Nilai Persediaan Akhir :
300 unit x Rp 1 . 1 30,- = Rp 339.000,-
26
b. Harga Pokok Penjualan :
700 unit x Rp 1.130,- = Rp 791.000,-
4. Perpetual - Rata-rata Bergerak Moving Average
Metode rata-rata ini yang diterapkan pada kedua system pencatatan ternyata
menghasilkan nilai yang berbeda dimana pada metode perpetual persediaan akhir
sebesar Rp 341.667,- dan harga pokok penjualan sebesar Rp 788.333,- sedang
untuk system phisik persediaan akhir sebesar Rp 339.000,- dan harga pokok
penjualan sebesar Rp 791.000,-
5. LIFO-Phisik:
a. Persediaan Akhir - 300 unit :
Pembelian awal tgl. 1/1/04
200 unit @Rp 1.000 Rp 200.000,-
Pembelian tgl 12/1/04
100 unit @Rp 1.200,- Rp 120.000,-
Rp 320.000,-
b. Harga Pokok Penjualan 700 unit :
Rp 1.130.000,- - Rp 320.000,- = Rp 810.000,-
6. LIFO – Perpetual
Juga dalam metode LIFO ternyata nilai persediaan akhir dan harga pokok
penjualan berbeda antara kedua sistem persediaan dimana dengan sistem phisik
nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan masing - masing adalah Rp
330.000,- dan Rp 800.000,-
27
Perbedaan-perbedaan tersebut diatas selain disebabkan oleh sistem
pencatatan persediaan, juga disebabkan oleh adanya fluktuasi harga pembelian
dan terjadinya transaksi harga yang susut menyusul.Jika harga perolehan tidak
berfluktuasi secara besar, maka penggunaan ketiga alternatif metode penilaian
menunjukkan perbedaan yang kecil terhadap laporan keuangan. Akan tetapi jika
terjadi fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan harga perolehan
persediaan, maka ketiga metode akan menunjukkan perbedaan dalam laporan
keuangan yang dibuat dalam setiap periode.
Penerapan metode-metode dapat dipilih sesuai dengan kondisi dan
kebijaksanaan pimpinan perusahaan yang bersangkutan.Begitu pentingnya
persediaan sehingga kesalahan yang terlanjur dibuat atas posisi persediaan akan
berpengaruh langsung terhadap laporan keuangan, baik terhadap perkiraan-
perkiraan neraca maupun perkiraan-perkiraan laba rugi.
J. Pelaporan Persediaan Barang Dagangan
Dalam laporan keuangan terlihat bahwa persediaan barang dagangan
disajikan baik di neraca maupun perhitungan rugi laba.Persediaan barang dagang
yang tercantum di neraca mencerminkan nilai mendapatkan harga perolehan atau
laba yang ditargetkan seoptimal mungkin.Dan dengan adanya persediaan yang ada
untuk melayani permintaan langganan atau untuk keperluan produksi merupakan
faktor dominan untuk mempertahankan kontinuitas atas perusahaan tersebut.
Peranan Akuntansi dalam persediaan barang dagang (sparepart) yaitu
menggunakan metode pencatatan persediaan, metode penilaian persediaan dan
28
pelaporan persediaan barang dagang untuk menentukan Harga Pokok Perolehan
barang dagang tersebut.
a. Laporan persediaan barang dagang adalah laporan yang menyajikan sisa atau
saldo persediaan akhir barang dagang dari kartu persediaan untuk masing-
masing barang pada suatu periode tertentu.
b. Laporan persediaan barang dagang dibuat secara periodik untuk memberikan
informasi yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas persediaan
barang dagang.
c. .Laporan persediaan barang dagang dapat dibuat dengan menginformasikan
saldo persediaan pada awal periode, mutasi selama periode, dan saldo pada
akhir periode. Selain itu dapat juga dibuat dengan hanya menginformasikan
saldo setiap jenis persediaan pada akhir periode.
d. Fungsi laporan persediaan barang: Melakukan pengecekan barang pada
bagian gudang Mengetahui informasi jumlah dan kondisi barang akhir
periode tertentu Mempermudah pemimpin dalam mengambil keputusan
berkaitan dengan penjualan barang Mempermudah pengawasan barang di
gudang
e. Laporan Persediaan Barang Dagang dengan sistem pencatatan perpetual
Dalam sistem pencatatan perpetual, mutasi tiap jenis barang tampak dalam
kartu persediaan, sehingga laporan persediaan barang dapat dibuat
berdasarkan data kartu persediaan
29
K. Kerangka fikir
Adapun factor yang berpengaruh terhadap peningkatan laba PT. bosowa
berlian motor adalah persediaan barang dagang, maka kerangka fikir serta
variable dalam penelitian ini adalah secara sistematis dapat gambarkan secara
berikut :
Gambar 2
BAGAN KERANGKA PIKIR
Persediaan Spare Part awal
PT. Bosowa Berlian Motor
Makassar
Pembelian spare part Penjualan Spare Part
Hilang Rusak
Analisis Persediaan
Persediaan Spare Part siap
pakai
30
Metode yang digunakan dalam mencatat dan menilai persediaan membantu
pihak manajemen dam membuat keputusan agar tidak terjadi kekurangan dan
kelebihan barang sehingga selalu dapat memneuhi kebutuhan pelanggan,
demikian juga dalam hal sistem pencatan dan penilaian menentukan jumlah
persediaan serta harga pokok penjualan yang nantinya akan dilaporkan dan
disajikan dalam laporan kuangan rugi laba perusahaan.
L. Hipotesis
Setelah diamati berdasarkan Rumusan masalah, maka diduga bahwa
persediaan Spare part telah ditentukan secara tepat oleh perusahaan berdasarkan
perlakuan akuntansi.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Makassar, yaitu dimana PT.
Bosowa Berlian Motor Makassar (BOSOWA) dijadikan sebagai objek penelitian.
Waktu penelitian dan penyusunan skripsi ini dilaksanakan sesuai dengan
target penulis, dengan perencanaan dan waktu penyelesaiannya selama 2 (dua)
bulan.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data untuk melengkapi penyusunan skripsi ini penulis
menggunakan metode penelitian adalah sebagai berikut :
1. Field Research / Penelitian Lapangan, dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Pengamatan (Observasi), yaitu pengamatan secara langsung cara perusahaan
mengukur, mencatat, dan melaporkan persediaan sparepartnya di lokasi
penelitian.
2. Wawancara (Interview), yaitu
Dengan mengadakan wawancara dengan para karyawan responden
terkaityang ada dibagian sparepartnya dan beberapa staf.
Penelitian Study pustaka, yaitu pengumpulan data teoritis dari
berbagai literatur dengan cara membaca buku - buku yang penulis butuhkan yang
dianggap relevan dengan masalah yang penulis bahas dalam laporan ini.
32
C. Jenis dan Sumber Data
Untuk melengkapi data dalam penulisan ini, maka diperlukan jenis dan
sumber data seperti dibawah ini:
1. Data Primer, yaitu data yang bersumber dari dalam perusahaan berupa hasil
pengamatan dan wawancara terhadap pimpinan dan beberapa karyawan serta
data lainnya sehubungan dengan penelitian.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan, dokumen laporan-
laporan yang ada hubungannya dengan masalah penelitian.
D. Definisi Operasional
Definisi Operasional yang di kemukakan dalam pembahasan proposal ini
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Perlakuan akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan
melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi
tersebut.
Definisi tersebut mengandung dua pengertian yakni:
a. Kegiatan Akuntansi
Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi,
pengukuran dan pelaoran informasi ekonomi.
b. Kegunaan Akuntansi.
33
Bahwa informasi ekonomi dihasilkan oleh akuntansi diharapkanberguna
bagi penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang
bersangkutan kesatuan usaha yang bersangkutan.
Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi (economic
information) dari suatu kesatuan ekonomi (economic entity) kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan
suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis, dan pengendalian transaksi serta
kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan akuntansi
meliputi:
a. Pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk
suatupengambilan keputusan.
b. Pemrosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporaninformasi
yang dihasilkan.
c. Mengkomunikasikan informasi kepada pemakai laporan.
2. Persediaan adalah barang-barang yang disediakan untuk di jual kepada para
konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan.
3. Persediaan barang dagangan, yaitu barang yang dibeli untuk langsung dijual
kembali tanpa melalui proses produksi.
4. Persediaan barang jadi, yaitu persediaan atau barang-barang yang merupakan
hasil olahan bahan baku. Persediaan ini dimaksudkan untuk dijual kembali
setelah melalui proses produksi.
34
E. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
1. Analisis Deskriptif yaitu menjelaskan tentang Perlakuan Akuntansi terhadap
Persediaan Sparepartnya.,
2. Analisis Komparatif yaitu menguraikan Perbandingan Antara Sistem
Pengukuran / Penilaian, Pencatatan, dan Pelaporannya dalam Persediaan
Sparepartnya serta pencapaian laba yang seoptimal mungkin.
35
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Bermula dari didirikannya CV Moneter, sebuah usaha perdagangan umum
pada tanggal 22 februari 1973 oleh HM.Aksa Mahmud di Makassar, Sulawesi
Selatan. Pada tahun 1978, perusahaan ini mendapat hak eksklusif untuk kawasan
Indonesia Timur sebagai dealer resmi mobil Datsun, sebuah merek mobil Jepang
terkemuka ketika itu. Pada tahun ini pula perusahaan kemudian berubah menjadi
Perseroan Terbatas dengan nama PT Moneter Motor.
Bulan Oktober 1980, PT Moneter mendapat kepercayaan dari Mitsubisi Motors
sebagai sales & distributor merek mobil Mitsubisi untuk kawasan Indonesia Timur.
Pada tahun yang sama, PT Moneter Motor mengubah nama menjadi PT Bosowa
Berlian Motor, yang merupakan tonggak penting awal perkembangan Bosowa.
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan sejak 1980, Bosowa secara pasti
merambah ke bidang usaha lain selain otomotif seperti semen, mining, properti,
infrastruktur, jasa keuangan, energi, dan media. Saat ini Bosowa telah menjadi
perusahaan terbesar di kawasan Indonesia Timur dengan pencapaiaan aset sebesar
US$ 550 juta pada tahun 2007.
36
B. STRUKTUR ORGANISASI
PT BOSOWA BERLIAN MOTOR MAKASSAR
Gambar 2. Struktur organisasi Bosowa Berlian Motor
Sumber : PT Bosowa Berlian Motor Makassar
KOMISARIS DIREKTUR UTAMA
ACCOUNTING GUDANG PURNA JUAL KASIR
MANAGER
SERVICE
MANAGE
R S.PART
MANAGER
SALES
DIREKTUR PEMASARAN
MANAGER
KEUANGAN
UMUM
DIREKTUR KEUANGAN
SEKRETARIS INTERNAL
AUDITOR PERENCANAAN
37
C. Susunan Personalia
Adapun susunan personalia PT Bosowa Berlian motor Makassar adalah sebagai
berikut :
a. Dewan komisaris
b. Dewan Direksi yang terdiri :
Direktur Utama
Direktur Keuangan/Administrasi
Direktur Pemasaran
c. Sekretaris
d. Internal Auditor
e. Bagian Perencanan
f. Midle manager terdiri dari 6 (enam) orang, yaitu :
Manager Keuangan
Manager Penjualan
Menager Service
Manager Sparepart
Manager Personalia
Bagaian Umum
g. Employees terdiri dari 4 (empat) orang, yaitu :
Accounting
38
Kasir
Purna jual
Gudang
Discription
Untuk memperjelas tugas dan tanggung jawab dari masing-masing karyawan,
maka disusunlah job description pada PT Bosowa Berlian Motor sebagai berikut :
1. Komisaris, merupakan dewan komisaris bertugas teruma sebagai pengawas
terhadap pengendalian perusahan secara keseluruhan.
Dewan komisariat bertugas terutama untuk memnarikan nasehat kepada
direksi perusahaan apabila dalam menjalangkan tugasnya terjadi sesuatu yang
tidak diharapan, serta memberikan usul-usul yang di anggap berguna bagi
perusahaa pada masa yang akan datang.
2. Direksi
Terdiri atas 3 (tiga) orang, masing-masing :
- Direktur utama, berfungsi sebagai penanggung jawab penuh terhadap
jalannya operasi perusahaan, mengendalikan perusahaan, dan sebaik-
baiknya agar tujuan yang telh ditetapkan dapat tercapai dengan hasil yang
maksimal.
39
- Direktur Keuangan / Administrasi, berfungsi mengkoordinir bagian
terutama bagian keuangan administrasi serta mengendalikan keuangan
perusahaan agar digunakan sesuai dengan aturan yang ada.
- Direktur Pemasaran, berfungsi mengawasi atau mengkoordinir semua
bagian perusahan dalam perusahan utama bagian penjual agar melakukan
kegiatan-kegiatan yang dapat meningkat pangsa pasar (market share) yang
lebih besar.
- Sekretaris, berfungsi sebagai penata usaha administrasi perusahan. Dalam
tugas sehari-hari sekretaris menjalankan tugas umum berdasarkan
instruksi yang diberikan oleh direksi dan general manager.
- Internal Auditor, berfungsi dan bertanggu jawab untuk semua
pengawasan dalam lingkung perusahan menempatkan personil untuk
mengawasi aktivitas keuangan ditiap anak perusahan/ cabang/perwakilan,
serta melakukan pembinaan tenaga pengawasan.
- Bagaian perencanan, berfungsi dan bertanggu jawab atas semua
perencanan perusahaan, dan juga bertanggu jawab atas pengembangan
perusahan dalam lingkung PT Bosowa
- Bagian keuangan, dipimpn oleh seorang menager, berfungsi mengola
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Pada bagaian ini terdapat
seorang kasir utama, penagihanpiutang, adminstrasi piutang, dan
pembukuan.
40
- Bagian Penjualan, bagian ini dipimpin oleh seorang manager yang
bertugas :
1. Melaksanankan tugas penjualan mobil
2. Setiap saat melaksanan studi perbandingan harga mobil dipasar, sekaligus
mempelajari tingkat persaingan yang ada dipasar
3. Mengadakan perencananan stock mobil
4. Melakukan beberpa bentuk promosi dan salah satu sarana promosi yang
dapat di perusahaan ini adalah dibangunnya ruangan (show room) yang
memamerkan produk-produk mobil mitsubishi
- Bagian spare part, di pimpin oleh seorang manager yang bertugas
melaksanakan penjualan suku cadang, menelitinpasar, merencanakan
pengadaan stock (persediaan), melakukan promisi dan berusaha
sedemikian rupa untuk meyakinkan pembeli agar senantiasa menggunakan
mobil genuine sparepart mitsubishi.
- Bagian servis station, bagian ini di pimpin oleh seorang manajer dengan
jumlah tenaga kerja bagian mekanik yang terlatih khususnya untuk mobil
merek Mitsubishi, bertugas memberikan pelayanan pada purna jual (after
sales service) baik dalam hal pemeliharaan maupun perbaikan mobil
Mitsubishi baik dari hasil penjualan PT. Bosowa Berlian Motor maupun
dari penjualan perusahaan lain.
41
- Bagian personalia, dipimpin oleh seorang manager, yang bertugas untuk
mengontrol semua kegiatan umum di dalam perusahaan utamanya yang
mengangkut masalah personil (karyawan) yang ada dalam perusahaan jg
membuat laporan-laporan secara berkala untuk perusahaan dan berbagai
lembaga pemerintah
- Bagian umum, di pimpin oleh seorang manager berfungsi untuk
mrngkoordinir atau mengawasi semua kegiatan-kegiatan yang ada dalam
perusahaan, dan apabila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan maka
bagian ini dapat melaporkannya.
- bagian accountung, berfungsi untuk mengcover pembukuan sehari-hari
menyusun/menyelesaikan masalah-masalah keuangan perusahaan dan
bekerja di bawah koordinasi manager keuangan.
- Bagian gudang, di pimpin oleh seorang kepala gudang, berfungsi dan
bertugas menyerahkan mobil-mobil yang terjual kepada pembeli serta
kepada karyawan perusahaan yang di beri tugas oleh pimpinan perusahaan
untuk mengambil mobil dari gudang, serta mengawasi dan melindungi
mobil dari ancaman dan gangguan dari pihak lain.
- Bagian purna jual, bertugas untuk mengawasi semua mobil-mobil yang
purna pakai (bekas) ataupun mobil yang di tarik dari pemakai yang tidak
sanggup membayar cicilannya, kemudian di masukkan ke gudang.
42
- Perwakilan atau cabang masing-masing, yang di pimpin oleh seorang
kepala perwakilan atau cabang yang bertanggung jawab penuh kepada
direksi atas segala masalah yang terjadi dan yang di capai perwakilan atau
cabang yang di pimpinnya. Kepala perwakilan atau cabang membawahi
beberapa fungsi yang sama banyaknya fungsi yang ada di kantor pusat
makassar, kecuali perwakilan jakarta berfungsi khusus sebagai
perwakilan pembelian, sekaligus mengurus segala hal yang menyangkut
dengan mobil dan suku cadang sampai pada masalah pengiriman barang-
barang tersebut ke makassar, palu dan kendari melalui tanjung perak
surabaya. Palu yang status penyalurannya atau kedealerannya setaraf
dengan kantor pusat makassar, di samping berfungsi sebagai penjual , juga
harus berusaha sedemikian rupa untuk mempelajari rencana pengadaan
stock (persediaan). Dalam hal ini segala kegiatannya tetap berada
koordinasi penuh kantor pusat makassar.
Apabila di pelajari struktur organisasi dan job description di atas, maka
nampak bahwa personil yang ada di perusahaan ini cukup memadai untuk melayani
kegiatan penjualan untuk wilayah pemasaran makasar dan sekitaranya.
43
D. Bosowa Excellence
Pada tahun 2006, tampuk pimpinan Bosowa beralih dari generasi pendiri HM
Aksa Mahmud ke generasi penerus H. Erwin Aksa sebagai Chief Executive Officer,
sekaligus pencanangan transformasi perusahaan menuju Bosowa Excellence.
Bosowa Excellence adalah sebuah proyek jangka panjang internal Bosowa yang
mengarah pada tiga poin penting yaitu operasional strategi dan sumber daya manusia
yang semuanya harus memiliki kualitas terbaik. Untuk menunjang ketiga poin
penting tersebut, disusunlah visi dan misi yang sejalan dan dianggap mampu
mengarahkan Bosowa mencapai titik yang disebut ‘Excellence’. Program ini
dideglarasikan pada 11 Januari 2006, di Hotel Sahid Jaya Makassar .Sesuai dengan
arti kata Excellence yaitu terbaik, pemimpin puncak Bosowa menuju Bosowa
Corporation berusaha mengantarkan kerajaan bisnis menuju Bosowa Excellence
yang ditargetkan akan dicapai ditahun 2015.
Adapun budaya kerja yang dikembangkan kemudian menitik beratkan pada
empat aspek yaitu :
1. Efisiensi : lakukan terus efisiensi diseluruh sendi organisasi dengan tetap
menjaga kualitas hasil melalui inovasi-inovasi baru. Dengan efisiensi, kita
turut berkontribusi secara internal dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Inisiatif dan Proaktif : Tanamkan dan tingkatkan terus budaya inisiatif dan
proaktif. Tingkatkan koordinasi antar unit organisasi. Lakukan perbaikan terus
44
menerus dan tidak mudah puas atas prestasi yang sudah dicapai. Hilangkan
budaya menunggu (mengharapkan pihak lain menjadi inisiator).
3. Integritas : Seluruh insane Bosowa harus senantiasa menjunjung tinggi prinsip
kebenaran dan kejujuran serta berperilaku konsisten antar ucapan dan
tindakan. Jadilah teladan bagi orang lain terutama dalam mengemban tugas
dan tanggung jawab.
4. Disiplin dalam administratif : Seluruh program dan kegiatan bisnis yang harus
didukung oleh administrasi yang rapi dan akuntabel. Disiplin juga harus
diterapkan dalam pengelolaan aset dan dokumentasi perusahaan.
Diawal tahun perjalanan Bosowa Excellence, perusahaan mengalami
pembedahan di berbagai titik apalagi yang dianggap potensial termasuk adanya
penyesuaian struktur organisasi dalam Bosowa Corporation. Perbaikan itu pula yang
membuat struktur organisasi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu Corporate
Business dan Corporate function.
Corporate Business bertanggung jawab kepada pencapaian profit atau
keuntungan serta terjadinya pertumbuhan , sedangkan corporate function
berkonsentrasi terhadap tingkat efisiensi yang terjadi dalam tubuh perusahaan.
45
E. Unit-Unit Bisnis Perusahaan
1. Cement Group
Grup ini melaksanakan aktivitas usaha secara sangat terpadu. Sejak dari
bahan baku sampai pengiriman ready mix kepada para pelanggan, Bosowa
melakukan dengan standar mutu yang sudah sesuai dengan ISO 9001 dan
4001. Bahkan pasokan listrik tambahan diperoleh dari pembangkit listrik
internal yang menunjang kekuatan fondasi dalam proses produksi.Grup semen
terdiri dari:
a. PT Semen Bosowa Maros (PT SBM) yang memproduksi OPC (Ordinary
Portland Cement) dan PCC (Portland Composite Cement).
b. PT Semen Bosowa Indonesia, berlokasi di Pulau Batam dan memproduksi
jenis-jenis semen yang sama dengan PT SBM. SBI juga melayani
konsumen yang ada di bagian barat.
c. PT Bosowa Lloyd , suatu perusahaan yang bergerak di bidang trasnportasi
laut. Perusahaan ini mengelola armada yang terdiri dari 11 kapal termasuk
kapal tunda, kapal motor, dan Harch Barge.
d. PT Pasir Bara, suatu perusahaan yang memproduksi Ready Mix.
Perusahaan ini mengoperasikan 2 batching plant di daerah kabupaten
Jeneponto dan Makassar, tepatnya di daerah Industri Makassar. Setiap
fasilitas batching plant mempunyai kapasitas produksi sebesar 60 m3/jam.
46
2. Automotive Group
Grup ini merupakan bagian dari Bosowa yang bergerak di bidang bisnis
otomotif. Grup ini merupakan cikal bakal usaha dan ekspansi bisnis Bosowa.
Saai ini grup ini sudah merupakan market leader untuk Indonesia Timur di
bidang dealership, khususnya untuk Mitsubisi. Usaha otomotif ini terdiri dua
bagian besar yaitu:
a. Dealer resmi kendaraaan (dealership) yang mencakup : PT Bosowa
berlian Motor, PT Gowa Dinasti Motor, PT Timur Permai, dan PT Proton
Edar Makassar.
b. Transportasi dan Logistik yang mencakup : PT Mallomo Transporindo,
PT Bosowa Utama (Taksi Makassar), PT Merpati Wahana Taksi (Taksi di
Surabaya), dan PT Oto Rental.
3. Mining Grup
Fokus Utama grup ini adalah pengembangan infrasrtruktur melalui jasa
penambangan dan penyewaan alat berat. Grup mining juga berupaya untuk
menjadi salah satu dari 3 besar perusahaan tambang di Indonesia Timur pada
2011.
Grup Mining terdiri dari dua perusahaan yaitu:
a. PT Bosowa Resources
47
b. PT Bosowa Mining
4. Property Group
Merupakan salah satu kelompok usaha Bosowa yang berpusat di Kota
Makassar. Grup property dibagi menjadi tiga al:
a. Residential & Commercial, dikelola oleh PT Indah Bumi Bosowa
b. Construction, dikelola oleh PT Tuju Wali, dan
c. Hospitality yang dikelola oleh PT Makassar Hotel Network.
5. Infrastruktur Group
Bosowa merupakan satu-satunya kelompok usaha di Kawasan Timur
Indonesia yang menabangun dan megoperasikan jalan tol. Saat ini grup
infrastruktur memiliki holding perusahaan yang bernama PT Nusantara
Infrastucture Tbk. Dan merupakan investment company.
6. Financial Group
Meruapkan grup yang bergerak dalam bidang keuangan dengan
portofolio terintegrasi yang terdiri dari asuransi, multi finance (leasing) dan
perbangkan. Perusahaan-perusahaan ini adalah:
a. PT Asuransi Bosowa Periskop, yang bergerak dalam bidang asuransi
umum
b. PT Bosowa Multi Finace, bergerak dalam bidang pembiayaan kendaraan
roda empat (vehicle leasing)
48
c. PT Bank Kesawan Tbk, merupakan banh yang berdiri sejak 1913 dan
sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 2002, dan
d. PT Sadira Finance, memfokuskan bisnis untuk pembiayaan alat-alat berat
dan kendaraan roda empat.
7. Energy Group
Merupakan grup bisnis baru di Bosowa,sebagai langkah strategis untuk
memperkuat positioning Bosowa sebagai salah satu perusahaan swasta
nasional maka Grup Energi mulai melakukan pengembangan bisnis dengan
merambah ke bisnis terminal LPG melalui PT Bosowa Energisindo dan
pembnagkit listrik tenaga uap (PLTU) di Jeneponto melalui PT Bosowa
Energy.
8. Media Group
Melihat semakin prospeknya media di Indonesia Timur maka Bosowa
mendirikan PT Sunu Network Broadcast Televisi dengan nama broadcasting
Celebes TV yang bergerak di media televisi dan PT Bosowa Media Grafika
yang bergerak dalam bidang media cetak atau surat kabar yang merupakan
perusahaan joint venture antara Bosowa dengan kelompok Kompas-
Gramedia.
49
Gambar 1. Bagan Unit Bisnis Bosowa Corporation 1
9. Bosowa Management Development Institute (BMDI)
Dibentuk untuk mendukung tercapainya Visi Bosowa melalui strategi
yang telah dirumuskan yaitu membangun keunggulan bersaing yang berbasis
kompetensi melalui managemen pengembangan SDM terpadu. BMDI
merupakan bagian dari HR Corporate Bosowa dan intensif manjalankan
program-program pelatihan pada pertengan tahun 2008 dengan program
pertama yaitu Fresh Graduate Development Program (FGDP)
BOSOWA CORPORATION
Cement Group
Automotive Group
Mining Group
Property Group
Infrastruktur Group
Finansial Service Group
Energy Group
Media Group
50
10. Bosowa Foundation
Merupakan bagian dari management Bosowa yang bertugas
menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR), khususnya pada
masyarakat kurang mampu, masyarakat petani,, dan pesisir dengan berbagai
program kegiatan yang terdiri dari : Bidang Pendidikan, Kesehatan &
Lingkungan, Sosial Ekonomi & Keagamaan, dan Bidang Tanggap darurat.
F. Visi, Misi, dan Filosofi Perusahaan
1. Visi
Menajdi pemain utama ekomuni nasioanal yang didukung oleh tenaga kerja
yang prima, produk berkualitas, palayanan terbaik dan sistem yang
terintegrasi
2. Misi Perusahaan
Memberikan berkah bagi masyarakat dengan membangun kepeloporan
Ekomomi nasional
3. Filosofi
a. Bekerja keras, artinya berfikir secara efisien dan efektif dengan bekerja
dengan penuh tanggung jawab, inovatif, kreatif, mandiri serta berorientasi
pada kualitas kerja yang prima.
b. Belajar terus, artinya selalu meningkatkan pengetahuan , keterampilan,
dan wawasannya. Sadar akan tuntutan profesionalisme, tanggap akan
perubahan serta mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan
51
c. Berdoa, artinya selalu memohon perlindungan dan berkah dari Allah,
Tuha YME, selalu mensyukuri nikmat-Nya, bekerja diyakini sebagai
ibadah, selalu optimis melihat persaingan hidup karena yakin rahmat
Allah ada di mana-mana.
G. Corporate Secretary dan Majalah Bosowa Excellence
Corporate secretary berada di bawah managemen Bosowa corporation. Untuk
melaksanakan fungsinya, Corporate Secretary dikepalai oleh seorang Chief
Corporate Secretary dan seorang Chief Executive Communication, Corporate Social
Responsibility and Public Affairs. Dan dibagi menjadi 3 bagian, yakni : 1) Legal
Division, 2) Corporate Governance Division, dan 3) Communication, CSR, and
Public Relations division.
Sasaran corporate secretary dan legal adalah untuk memfasilitasi dan
melindugi strategi bisnis Bosowa Corporation dan Corporate Goals dengan cara
penyebaran informasi dan penyuluhan hukum, melalui managemen komunikasi dan
perjanjian hukum.
Perubahan Visi dan Misi perusahaan dibarengi usaha perbaikan budaya
perusahaan menuntut sebuah upaya penyebaran infromasi yang meluas kepada semua
stakeholder perusahaan utamanya para karyawan perusahaan.
Upaya menuju cita-cita Bosowa yang excellence menuntut akselaerasi yang
cepat serta respon yang cepat pula.
52
Salah satu upaya mengenai penyebar luasan informasi mengenai visi Bosowa
Excellence adalah dengan menerbitkan majalah internal perusahaan dengan nama
Bosowa Excellence Magazine yang kemudian dikenal dengan singkatan BEM.
Majalah Bosowa Excellence memiliki lima belas rubrik yaitu Dari Redaksi,
President Letter, The Excellence, Responsibility, Story, Development, Portrait, Opini,
Event, Profile, Company, Hallo, Refresh, Tips dan Shoot.
Adapun susunan redaksi majalah Bosowa Excellence adalah sebagai berikut:
Penasehat : HM Aksa Mahmud
Pelindung : Erwin Aksa
Penanggungjawab : Cahyo Winarto
Pemimpin Umum/Redaksi : Suparno
Redaktur Pelaksana : Rizal Calvari
Anggota Redaksi : Ahmad Komaedi, Dewi Artati, Naskah Iriani
Reporter, Fotografer, Layouter : Darmawati, Erma Musrianti, Rahma Were Uleng,
Mulyanur Bilkis, Wulan Zati Sari, Juniarti Canseria, Edy Junaidi
Kontributor : COSM Corporate
Sekertaris Redaksi : Widya Arianty
53
Administrasi dan keuangan: Naskah Iriany
Iklan/sirkulasi : Mukmin
54
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penilaian Persediaan
PT Bosowa Berlian Motor dalam penilaian persediaan spare partnya
menggunakan metode FIFO yaitu harga pokok penjualan didasarkan pada harga
perolehan barang yang masuk pertama, dengan demikian persediaan akhir dinilai
berdasarkan harga perolehan harga yang masuk terakhir. Karena perusahaan ini
memiliki jenis persediaan yang cukup banyak,
persediaan yang awal masuk yaitu barang yang pertama kali dijual atau
digunakan.Agar model pembuatan produk lamanya tetap laku terjual dan bahan-
bahan yang digunakan juga dapat meminimalisir pengeluaran sehingga bahan dapat
terpakai semua. Dalam hal ini perusahaan telah sesuai dengan PSAK NO 14 dimana
FIFO (First in first out )/MPKP barang yang pertama kali masuk adalah barang yang
pertama kali keluar atau dijual. Sehingga barang yang masih ada dalam gudang
adalah termasuk persediaan barang yang terakhir masuk.
Selanjutnya kita dapat melihat bagaimana penerapan dalam penggunaan
metode ini untuk satu macam barang
Persediaan awal dan pembelian :
55
Jan 1 2013 persediaan awal = 200 unit @ Rp 12.000 = Rp 2.400.000
2 pembelian = 500 unit @ Rp 13.500 = Rp 6.750.000
9 pembelian = 250 unit @ RP 12.500 = Rp 3.125.000
18 pembelian = 300 unit @ Rp 13.500 = Rp 4.050.000
30 pembelian = 200 unit @ Rp 12.500 = Rp 2.500.000
1.450 unit = Rp 18.825.000
Penjualan :
Jan 4 2015 Dijual = 400 unit
11 Dijual = 450 unit
25 Dijual =300 unit
1.150 unit
Dari tabel penyelesaian dari data diatas, maka dapat dilihat harga pokok
penjualan dari barang tersebut, yaitu :
Persediaan awal + pembeliaan = Rp 18.825.000,-
Persedian akhir = Rp 3.850.000,-
Rp 14.975.000,-
56
B. Pencatatan Persediaan
PT. Bosowa Berlian motor mencatat persediaannya dengan sistem perpetual
yaitu dengan menggunakan kartu persediaan. Dalam kartu persediaan tersebut di
cantumkan harga satuan barang, jumlah barang yang masuk serta jumlah barang yang
masuk serta jumlah barang yang keluar atau terjual.
Di dalam kartu persediaan yang di lampirkan terdapat, terdapat beberapa
kolom yaitu YEAR, berisikan tanggal dan bulan. Kolom DEMAND yang berisi ORD,
REC, AD dan BAL biasanya di kosongkan. Kolom DESCRIPTION berisikan nomor
atau kode barang. Kolom STOCK AVALLABLE di isikan pada kolom IN apabila
terjadi pembelian, kolom OUT apabila terjadi penjualan, kolom BAL berisi barang
yang tertinggal sedang kolom LOS SALES dan SALES RECORD bisanya dibiarkan
kosong. kolom PARTS NO, berisi nomor yang di tetapkan KTB. Kolom PARTS
NAME adalah nama barang, sedang RACK NOW adalah kode dari rak tempat
penyimpanan barang.
Di dalam sistem perpitual pembelian barang dagang langsung di catat ke
perkiraan persediaan. Harga pokok penjualan di hitung dan dicatat setiap terjadi
transaksi. Yaitu, harga pokok penjualan dihitung dan dicatat setiap terjadi transaksi.
Seperti telah di kemukakan di atas bahwa perkiraan persediaan barang dengan dalam
sistem ini dipergunakan untuk mencatat persediaan yang ada di awal periode,
pembelian yang dilakukan selama periode dan persediaan yang ada di akhir periode.
57
Pada tanggal 3 januari terjadi transaksi pembelian barang secara tunai
sebanyak 500 unit dengan harga @ Rp 13.500,- maka akan dibuat ayat jurnal sebagai
berikut :
Persedian barang dagang Rp 6.750.000,-
Kas - Rp 6.750.000,-
Terjadi pembelian secara kredit, maka :
Persediaan barang dagang Rp 6.750.000,-
Hutang dagang - Rp 6.750.000,-
Sebaliknya, apabila terjadi penjualan, maka pengurangan persediaan yang di
akibatkannya juga langsung di catat. Pada tanggal 4 januari terjadi penjualan barang
sebanyak 400 unit dengan harga jual @ Rp 14.000,- maka ayat jurnal yang dibuat
adalah :
Kas Rp 5.600.000,-
Penjualan Rp 5.600.000,-
Harga pokok penjualan Rp 5.400.000,-
Persediaan barang dagang Rp 5.400.000,-
Apabila didalam penjualan secara tunai terjadi potongan dan retur penjualan
misalnya sebesar Rp 250.000,- maka dicatat dalam ayat jurnal sebagai berikut.
58
Penjualan return dan Pengurangan harga Rp 250.000,-
Piutang Dagang Rp 250.000
C. Pelaporan persediaan spare part
Metode penilaian persedian pada PT. Bosowa Berlian Motor menggunakan
metode penilaian FIFO (first in first out) MPKP (masuk pertama keluar pertama).
Karena perusahaan ini memiliki jenis persediaan yang cukup banyak, persediaan
yang awal masuk yaitu barang yang pertamakali di jual atau digunakan. Agar model
pembuatan produk lamanya tetap laku terjual dan bahan-bahan yang dapat di gunakan
juga dapat meminimalisir pengeluaran sehingga bahan dapat terpakai semua. Laporan
persediaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam rangka sistem
akuntansi yang baik.
Laporan persediaan yang dibuat oleh PT. Bosowa Berlian Motor adalah tak
lain dari pada data mengenai hasil pencatatan transaksi persediaan yang dari
penerimaan dan pengeluaran barang sehingga memperoleh persediaan akhir bulan.
Seperti pada contoh laporan bulanan spare part (terlampir).
jumlah persediaan dan waktu yang dibutuhkan untuk menjual barang adalah
dua indikator yang sangat terkait. Selama ekonomi cenderung mengalami
penurunan,terdapat penambahan pertama kali pada persediaan.karena dibutuhkan
waktu yang lebih lama untuk menjual jumlah barang yang tersedia. Persediaan pada
59
umumnya cenderung mengalami penurunan seiring dengan peningkatan kegiatan
bisnis.pemadanan harus dijaga berada pada tingkat persediaan di antara terlalu sedikit
atau terlalu banyak.sebuah perusahaan dengan tingkat persediaan yang terlalu sedikit
tidak akan mampu memenuhi kepuasaan pelanggan.akan,tetapi dengan menyimpan
persediaan terlalu banyak,maka akan menambah beban perusahaan untuk biaya
penyimpanan.
Persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi, Dalam
neraca perusahaan dagang, persediaan pada umumnya merupakan nilai yang paling
signifikan dalam aset lancar. Tentunya, jumlah dan kepentingan relatif
bervariasi.bahkan untuk perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri yang
sama.
PT. Bosowa Berlian Motor menggunakan sistem persediaan periodik membuat
suatu perhitungan untuk menentukan persediaan yang dimiliki pada tanggal neraca
dan menghitung harga pokok penjualan. Penentuan jumlah persediaan menghitung
fisik persediaan.
Menghitung fisik persediaan meliputi perhitungan, penimbangan atau
pengukuran masing-masing jenis persediaan yang dimiliki. Saat ini berkembang
penggunaan barcodesn dan scanning. Untuk memiminimalkan kesalahan pada
perhitungan harus mengikuti prinsip dan kebijakan pengendalian internal untuk
mengamankan persediaan yang meliputi :
60
1) Perhitungan dilakukan oleh pegawai yang tidak bertanggung jawab atas
pemeliharaan persediaan
2) Masing-masing perhitungan harus dijaga kebenarannya dalam setiap
perhitungan persediaan
3) Adanya perhitungan ulang oleh pegawai lain.
4) Penggunaan label persediaan yang sudah diberi nomer sebelumnya. Diberi
keterangan yang jelas
5) Pada akhir perhitungan, supervisor memasukan kembali bahwa semua jenis
persediaan diberi label dan tidak terhitung 2 kali
Setelah itu jenis persediaan didaftar pada lembar rangkuman persediaan untuk
memastikan keakuratan perhitungan. Terakhir biaya perunit dikali jumlah persediaan
untuk menentukan total biaya persediaan.
Pada setiap akhir periode akan dibuat laporan keuangan dimana terlihat neraca
maupun di perhitungan rugi laba yang biasanya juga merupakan akhir dari suatu
periode akuntansi. Sedangkan pada perhitungan rugi laba, persediaan barang dagang
akan muncul dalam harga pokok penjualan yang merupakan nilai persediaan barang
dagang ada pada awal periode di tambah pembelian bersih yang dilakukan selama
periode tersebut dikurangi dengan nilai persedian barang dagang yang ada pada akhir
periode.
61
D. Perlakuan Akuntansi Sparepart Yang Rusak atau hilang
Sparepart yang rusak adalah sparepart yang tidak memenuhi ukuran mutu
persediaan yang akan di jual.
Sparepart yang rusak pada umumnya harga jualnya relatif rendah dibanding
yang tidak mengalami kerusakan. Jadi akan timbul rugi penjualan sebesar harga
pokok sparepart yang rusak di kurangi hasil penjualan sparepart yang rusak. Dengan
adanya sparepart yang rusak, maka pada penjualannya di kenakan potongan harga
yang telah disepakati.
Spare part yang telah terjual mungkin saja di kembalikan oleh pelanggan
(return penjualan) karna barangnya cacat atau karna alasan lain sehingga pembeli
tidak puas. Kepada pelanggan diberikan potongan dari harga semula barang yang
dijual tersebut (potongan penjualan). Retur penjualan pada hakikatnya merupakan
pembatalan atas penjualan yang telah dilakukan perusahaan (baik sebagian ataupun
seluruhnya).
Pengaruh Retur ataupun potongan penjualan adalah berkurangnya pendapatan
penjualan dan berkurangnya kas atau piutang dagang. Bila perkiraan penjualan
didebet, maka saldo perkiraan penjualan ini pada akhir periode akan menunjukkan
penjualan bersih (net Sales), dan jumlah retur dan potongan penjualan tidak akan
diungkapkan lagi. Karena berkurangnya pendapatan disebabkan oleh potongan
penjualan, dan berbagai beban yang berkaitan dengan pengembalikan barang
62
(angkutan, pengepakan, perbaikan, penjualan kembali dan sebagainya), jumlah
transaksi seperti ini akan di laporkan kepada manajemen. Kebijakan semacam ini
akan memungkinkan manajemen menentukan sebab-sebab retur dan potongan
tersebut, seandainya jumlahnya sangat besar, dan untuk mengambil tindakan
perbaikan. Kerena alasan inilah PT. Bosowa Berlian Motor cendrung mendebet
perkiraan yang disebut Retur dan potongan penjualan (Sales Return and
Allowances). Bila penjualan semula dilakukan secara kredit, maka sisa transaksi
tersebut dicatat sebagai kredit ke piutang dagang.
Misalnya diterima pengembalian barang karena rusak dari salah seorang
pelanggan senilai Rp 250.000 yang berasal dari transaksi penjualan kredit. maka
pencatatn yang dilakukan untuk pengembalian barang tersebut adalah :
Retur dan Potongan Penjualan Rp 250.000
Piutang Dagang Rp 250.000
Jika uang tunai yang dikembalikan karena barang yang dikembalikan ataupun
karena potongan harga, maka Retur dan potongan penjualan didebet dan kas dikredit.
Jika penjualan dilakukan secara kredit, maka syarat pembayaran dimasa akan
datang harus ditetapkan dengan jelas, sehingga kedua pihak mengetahui berapa
jumlah yang harus dibayar dan kapan pembayaran dilakukan. Syarat penjualan
biasanya dicantumkan dalam faktur penjualan dan merupakan bagian dari perjanjian
63
penjualan. Syarat perjanjian disebut juga dengan termin yang biasa ditulis 2/10, n/30,
artinya adalah akan diberikan potongan 2% jika pembayaran dilakukan 10 hari
sesudah tanggal faktur, tapi tidak melewati 30 hari sejak tanggal faktur.
Syarat penjualan kadang kala juga ditulis dengan symbol n/30 (n adalah singkatan
dari netto) yang artinya harga faktur neto atau keseluruhan harga faktur harus dibayar
dalam waktu 30 hari sesudah tanggal faktur, cara lain menyatakan syarat penjualan
adalah misal n,10/EOM (End of Month) atau akhir bulan. Ini berarti faktur harus
dibayar dalam waktu 10 hari sesudah akhir bulan, dihitung dari bulan yang tertulis
pada faktur.
Jurnal penjualan : Pada tanggal 20 Januari perusahaan PT. Bosowa Berlian
Motor menjual barang kepada seorang pembeli seharga Rp 10.000.000 secara kredit,
dengan syarat 2/10,n/30. Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan ini adalah :
20 Januari Piutang dagang Rp 10.000.000
Penjualan Rp 10.000.000
(Pencatatan penjualan barang dagangan dengan syarat 2/10,n/30)
Syarat penjualan diatas mempunyai arti bahwa perusahaan Amazon akan
memberikan potongan 2% ( 2% x 10.000.000 = 200.000) jika pembeli melakukan
pembayaran tidak melewati tanggal 30 Januari atau jika melewati tanggal 30 Januari
tapi tidak lebih dari tanggal 19 Februari pembeli harus membayar penuh yaitu
10.000.000. Jurnal pencatatan transaksi tanggal 30 Januari adalah :
64
30 Januari Kas Rp 9.800.000
Potongan penjualan Rp 200.000
Piutang Dagang Rp 10.000.000
( Pencatatan penerimaan piutang dikurangi potongan 2%)
Laporan laba rugi jika barang rusak , di akui sebagai return penjualan atau di
masukkan kea kun return penjualan
Penjualan Rp 10.000.000
Return penjualan Rp 250.000
Total penjualan Rp 9.750.000
Persediaan awal Rp 3.000.000
Pembelian Rp 16.000.000
Barang siap jual Rp 19.000.000
Persediaan akhir Rp 14.000.000
Hpp Rp 5.000.000
Laba kotor Rp 4.750.000
Dengan adanya sistem informasi akuntansi persediaan dan pengendalian
persediaan barang dagang yang diterapkan oleh perusahaan terutama dalam
65
pengambilan sebuah keputusan dan dalam menentukan langkah-langkah yang akan
ditempuh oleh perusahaan terutama dalam persediaan barang dagang agar berjalan
dengan lancar. PT Bosowa Berlian Motor menerapkan sistem informasi akuntansi
berbasis manual dan terkomputerisasi dalam melakukan pengendalian terhadap
persediaan barang dagang.
Namun terkadang sering terjadi kesalahan saat melakukan pembelian barang
kepada supplier dengan sistem manual seperti kesalahan pencatatan pembelian
barang dagang yang terkadang terlalu banyak dibeli tetapi belum tentu dapat terjual
semua sehingga barang dagang yang akan dipasarkan menjadi tidak terorganisir
dengan baik dan sering terjadi kehilangan , biasanya barang-barang yang mudah
hilang adalah barang yang kecil atau mudah untuk disembunyikan. Dan barang-
barang itu biasanya adalah barang-barang yang jauh dari pengawasan mata penjaga
gudang atau cctv.
Mengontrol stok barang yang laku dilakukan setiap harinya, karena itu adalah
cara perusahaan menjadikan pembeda jika ada barang yang hilang atau tidak tercatat.
Perusahaan melakukan stock opname setiap harinya yaitu menyamakan perhitungan
dari catatan barang terjual dengan barang yang ada di gudang. Ini adalah cara yang
paling sering dilakukan agar kepala gudang bisa tahu apakah ada barang yang hilang
atau tidak, Biasanya barang stock opname dilakukan sebulan sekali. Yaitu pada saat
barang baru masuk ke dalam gudang.
66
Berikut laporan laba rugi atas barang yang hilang, di akui sebagai beban :
Penjualan Rp 10.000.000
Persediaan awal Rp 3.000.000
Pembelian Rp 16.000.000
Barang siap jual Rp 19.000.000
Persediaan akhir Rp 14.000.000
Hpp Rp 5.000.000
Laba kotor Rp 5.000.000
67
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. PT. Bosowa Berlian Motor tidak menetapkan harga perolehan sendiri karena
harga perolehan tersebut telah di tetapkan oleh KTB ( PT. Krama Yudha Tiga
Berlian Motor) sebagai pelaksanaan pembelian barang atau harga perolehan
persediaan di ukur sebesar harga faktur yang di terima dan KTB tidak termaksud
biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan.
2. Dalam penilaian persediaan spare partnya PT. Bosowa menggunakan metode
FIFO, yaitu harga pokok penjualan di dasarkan pada harga perolehan barang yang
masuk pertama, dengan demikian persediaan akhir di nilai berdasarkan harga
perolehan barang yang masuk terakhir
3. PT. Bosowa pada setiap akhir tahun atau akhir suatu periode melaporkan
persediaan barang dagangnya dalam suatu neraca dan laporan laba rugi, sehingga
dapat di ketahui keadaan dan hasil usaha pada setiap periode
4. Spare part yang rusak akan mempengaruhi perhitungan laba rugi.
68
B. Saran
1. Walaupun persediaan dapat segera di lakukan tanpa menghitung barang, setidak-
tidaknya setahun duakali di adakan perhitungan phisik atas barang apakah jumlah
barang di gudang sesuai dengan jumlah persediaan yang ada di buku persediaan .
2. Sistem penilain persediaan yang telah di terapkan oleh PT. Bosowa Berlian Motor
Makassar sudah cukup memadai dan sebaiknya keadaan seperti itu dapat di
pertahankan dan dapat lebih di tingkatkan sehingga perusahaan dapat lebih maju.
3. Menambahkan cabang unit penjualan spare part agar tidak terjadi antrian
penjualan barang pada PT. Bosowa Berlian Motor di Kota Makassar .
69
DAFTAR PUSTAKA
Amin widjaya tunggal, 1995. Struktur pengendalia intern. Penerbit rineka cipta,
Jakarta
Amin widjaya tunggal. 1995. Struktur pengendalian intern. Penerbit Rineka cipta,
Jakarta
Aria Farah mita. Amanugrahani dan Taufik hendrawanan. Jakarta: salemba empat
Anonim, 2002, standar akuntansi keuangan, per 1 April 2002. Penerbit salemba
empat, Jakarta.
E. kieso. Donald, jerry j, weygandt and teery D. warfield, 2007, intermediate
Accuounting, Edisi 12 : by Erlangga
Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 1998. Anggaran perusahaan, edisi revisi,
cetakan keenam, Yogyakarta : badan penerbit fakultas Ekonomi.
Hongren, Harrison, Robinson dan Suco Kusumo, 1997. Akuntansi di Indonesia.
Buku satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan akuntansi Indonesia. 2008, pernyataan standar akuntansi keuangan,
Jakarta : salemba empat
Kieso, W. W. 2008. Akuntansi Intermediate Edisi I. Jakarta: Erlangga.
Kell, Walter. G, and William C. Boyton, 1996. Modern auditing, Sixth Editon,
New York. Penerbit John Willey and Sons, Inc.
Mulyadi, 1997. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Bagian Penerbit
STIE YKPN, Yogyakarta.
Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Munawir S. 2007. Akuntansi Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
Sadeli L. 2008. Dasar Dasar Akuntansi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan analisis deskriptif,
dan analisis komperatif. Bandung : Alfabeta.
Suharli, Michell. 2006. Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Dagang, Edisi Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
70
Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta : Andi.
Warren, Carl S, James M, Reeve, Philip E. Fess, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi
ke-21, Buku 1, Cetakan Pertama, Terjemahan Aria Farahmita, Amanugrahani,
Taufik Hendrawan , Jakarta : Salemba Empat.
Wasif, Said Khaerul, dan Muhammad Gade. 2010. Akuntansi Keuangan 1. Edisi 2.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
PT. Bosowa Berlian Motor
Makassar
Persediaan Spere part awal
Jual Beli
Rusak Pembelian spare part
siap pakai
Hilang
Persediaan spare
part siap pakai
Analisis persediaan
PT. BOSOWA BERLIAN MOTOR MAKASSAR
LAPORAN LABA RUGI
PER 31 DESEMBER 2012
NO
AKUN
KETERANGAN JUMLAH
Debet Kredit
400 penjualan Rp 17.500.000
509 harga pokok penjualan Rp (2.607.500)
Rp 14.892.500
Biaya-Biaya
501 biaya iklan Rp 350.000
502 biaya gaji Rp 5.900.000
503 biaya listrik Rp 1.950.000
504 biaya telpon dan air Rp 750.000
505 biaya penyusutan
gedung
Rp 500.000
506 biaya penyusutan
peralatan
Rp 200.000
507 biaya perlengkapan Rp 1.061.450
508 biaya asuransi Rp 125.000
TOTAL BIAYA Rp 10.836.450
LABA BERSIH Rp 4.056.050
PT.BOSOWA BERLIAN MOTOR MAKASSAR
NERACA
PERIODE 31 DESEMBER 2012
NO
AKUN KETERANGAN
JUMLAH NO
AKUN KETERANGAN JUMLAH
DEBET KREDIT
100 Kas Rp 15.322.500 200 Hutang Dagang Rp 11.584.500
101 Piutang Dagang Rp 6.300.000 201 Hutang Gaji Rp 9.720.000
102 Perlengkapan Rp 4.557.800 300 Modal Rp 77.421.050
103 Asuransi Dibayar Dimuka Rp 75.000
104 Persediaan Bahan Baku Rp 4.997.750
105
Persediaan Barang Dlm
Proses Rp 5.247.500
106 Persediaan Barang Jadi Rp 21.405.000
107 Gedung Rp 25.000.000
108 Akm.Penyusutan Gedung Rp (1.000.000)
Rp 24.000.000
109 Peralatan Rp 6.000.000
110 Akm.Penyusutan Peralatan Rp (400.000)
Rp 5.600.000
111 Mesin Rp 12.000.000
112 Akm.Penyusutan Mesin Rp (800.000)
Rp 11.200.000
JUMLAH AKTIVA Rp 98.725.550 JUMLAH PASIVA Rp 98.725.550
PT.BOSOWA BERLIAN MOTOR
LAPORAN BULANAN
PER 31 DESEMBER 2012
NO URAIAN
BIAYA OPERASI
MAKASSAR PARE-
PARE
BONE MAMUJU TOTAL
1 Alat-alat tulis 3.579.300 285,050 13,750 3.878.300
2 barang cetakan
3 bahan bakar,bensin
solar dll
1.170.000 1.170.000
4 bahan penolong
amplas,lap, sabun
926,300 80,000 1.006.300
5 listrik 1`.616.916 1,325,878 90.434 265,960 3.299.188
6 air 565.421 565.421
7 telekomunikasi, surat
dan telfn
1.082.937 586.217 75.155 114.078 1.858.387
8 transportasi ekspedisi
9 pajak 4600 4600
10 asuransi
11 promosi/iklan 61,000 61,000
12 lain-lain 243,000 12,000 255,000
SUB
TOTAL
9.183.874 2.274.745 165.589 473.788 12.097.996
RIWAYAT HIDUP
Supiandi, Lahir disebuah perkampungan yaitu Desa ARA
Kab. Bulukkumba pada tanggal 21 juni 1993, sebagai anak
kedua dari 2 bersaudara, buah hati dari pasangan Ayah
Apiso dan Ibu Halmi.
Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan formal
di SD Negeri Sikeli 1 Kab. Bombana Sulawesi Tenggara
pada tahun 1999 dan tamat pada tahun 2005. Pada tahun
yang sama penulis menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 kabaena Kab.
Bombana Sulawesi Tenggara dan tamat pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 kabaena Sulawesi Tenggara dan tamat pada tahun
2011.
Pada Tahun 2011, penulis diterima sebagai Mahasiswa pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Muhammadiyah Makassar,
Program Strata Satu (S1).
top related