penglab laporan
Post on 08-Jul-2016
251 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
MANAJEMEN UMUM LABORATORIUM
1.1. PENDAHULUAN
Ilmu Kimia berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga Kimia bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pembelajaran kimia diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang
dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep dan kompetensi bekerja
ilmiah misalnya dengan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi,
sehingga pelaksanaan pembelajaran Kimia sangat memerlukan laboratorium.
Laboatorium kimia adalah suatu bangunan yang di dalamnya
diperlengkapi dengan peralatan dan bahan-bahan kimia untuk kepentingan
pelaksanaan eksperimen. Hodson mengemukakan bahwa laboratorium memiliki
fungsi utama yaitu untuk melaksanakan eksperimen (experiments), kerja
lababoratorium (laboratory work), praktikum (practicals), dan pelaksanaan
didaktik pendidikan sains (didactics of science education) dengan hierarki.
Praktikum di sekolah dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh
manajemen laboratorium yang baik juga. Manajemen yang dimaksud seperti (1)
tata ruang, (2) peralatan yang baik dan terkalibrasi, (3) infrastruktur, (4)
administrasi laboratorium, (5)organisasi laboratorium, (6) fasilitas pendanaan,(7)
inventarisasi dan keamanan, (8) pengamanan laboratorium, (9)disiplin yang
tinggi, (10) Ketrampilan SDM, (11) Peraturan dasar, (12) Penanganan masalah
umum, (13) jenis – jenis pekerjaan.
Sekolah di Kota Medan pada umumnya sudah memiliki laboratorium
dengan manajemen yang berbeda – beda. Salah satu sekolah yang ada di kota
medan adalah SMA Swasta Parulian 2 yang sudah mempunyai laboratotium
tersendiri dengan manajemen yang tersendiri juga. Dengan alasan tersebut, para
observan ingin melakukan observasi mengenai manajemen laboratorium di
sekolah tersebut.
Manajemen laboratorium (laboratory management) ádalah usaha untuk
mengelola laboratorium berdasarkan konsep managemen baku. Pengelolaan
laboratorium yang baik tergantung beberapa factor yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya. Beberapa peralatan laboraorium yang canggih dengan staf
yang professional dan terampil tidak serta merta dapat beroperasi dengan baik.
Oleh karena itu managemen laboratorium hádala statu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas laboratorium seharí-hari.
1.2 Manajemen Laboratorium
Agar pengelolaan laboratorium berjalan dengan baik maka kita harus
mengenal perangkat-perangkat laboratorium. Perangkat-perangkat laboratorium
yang dimaksud hádala :
1. tata ruang
2. peralatan yang baik dan terkalibrasi
3. infrasttruktur
4. administrasi laboratorium
5. organisasi laboratorium
6. fasilitas pendanaan
7. inventarisasi dan keamanan
8. pengamanan laborotorium
9. disiplin yang tinggi
10. keterampilan SDM
11. peraturan dasar
12. penanganan masalah umum
13. jenis-jenis pekerjaan
Semua perangkat-perangkat di atas jira dikelola secara optimal akan
mendukung implementasi manajemen laboratorium yang baik. Dengan demikian
manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan yang
kompleks dan terarah Sejak dari perencanaan tata ruang sampai dengan
perencanaan semua perangkat penunjang lanilla dengan pusat aktivitasnya hádala
tata ruang.
1.3 Perangkat Laboratorium
1. Tata Ruang
Tata ruang (lay-out) sebaiknya di tata sedemikian rupa (baik) sehingga
laboratorium dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang yang bak dimulai Sejas
perencanaan pembangunan gedung yang harus mengikutsertakan pengguna (user).
Tata ruang yang baik dalam laboratorium harus mempunyai :
1. Pintu masuk (in) dan pintu keluar (out)
2. Pintu darurat (emergency-exit)
3. Ruang persiapan (preparation-room)
4. Ruang peralatan (equipment-room)
5. Ruang penangas (fume-hood)
6. Gudang/ruang penyimpanan (storage-room)
7. Ruang staff (staff-room)
8. Ruang teknisi
9. Ruang seminar (seminar-room)
10. Ruang bekerja (activity-room)
11. Ruang istirahat (ibadah)
12. Ruang prasarana kebersihan
13. Ruang perslstsn keselamatan kerja
14. Lemari praktikan (locked)
15. Lemari gelas (glass-rom)
16. Lemari alat optic (opticals-room)
17. Pintu dan jendela diberi kawat kasa agar serangga dan burung tidak
dapat masuk
18. Fan
19. Ruang ver-AC untuk peralatan tertentu seperti IR, GC, AAS dan lain-
lain.
2. Alat yang baik dan Terkalibrasi
Pengenalan dan pengetahuan terhadap peralatan laboratorium merupakan
kewajiban bagi setiap pengelola dan petugas di laboratorium, khususnya pada
petugas operasional peralatan bersangkutan. Alat yang akan dioperasikan mutlak
dalam kondisi :
1. Siap pakai (ready for used)
2. Bersih
3. Terkalibrasi
4. Tidak rusak
5. Beroperasi dengan baik
Peralatan yang tersedia juga harus disertai dengan buku petunjuk
operasional
(manual operation). Buku petunjuk operasional dapat dimanfaatkan
teknisi/laboran untuk memperbaiki alat seperlunya bila terjadi masalah
(kerusakan) pada waktu digunakan. Letak peralatan yang dimiliki sebaiknya
disusun secara teratur pada suatu tempat tertentu, baik berupa rak atau meja yang
tersendiri dan harus stabil.
Peralatan dikelompokkan berdasarkan penggunaannya dan setelah selesai
digunakan harus dibersihkan dan kemudian disusun seperti sediakala. Sebaiknya
peralatabn diberi penutup (covel). Misalnya plastik transparan. Peralatan yang
tidak ditutp akan cepat berdebu yang dapat merusak peralatan tersebut. Peralatan
dan bahan laboratorium sebaiknya disimpan dengan pengelompokkan sebagai
berikut:
a. Peralatan gelas (glassware)
Peralatan dalam keadaan bersih, khususnya peralatan gelas yang sering
digunakan.Beberapa alat ada yang perlu disterililsasi sebelum digunakan.
Peralatan gelas ditempatkan pada lemari khusus.
b. Bahan-bahan Kimia
Bahan kimia yang bersifat asam, alkalis dan bahan yang mudah menguap
(volatil) sebaiknya ditempatkan pada ruang lemari asam (fumehood) untuk
menghindari gas-gas yang timbul. Lemari/ruang asam dilengkapi dengan
fan agar gas tersedot keluar. Bhana kimia yang ditempatkan dalam botol
gelap dan coklat tidak boleh kontak langsung dengan cahaya sebaiknya
ditempatkan pada lemari khusus.
c. Mikroskop
Peralatan mikroskop dan optik disimpan ditempat kering(tidak lembab)
agar kaca/ optiknya tidak rusak (berjamur). Pada waktu penyimpanan
mikroskop dimasukkan dalam kotaknya yang biasanya berisi silika gel
untuk menyerap uap air. Penyimpanan mikroskop sebaiknya disimpan
pada tempat yang kelembabannya dikendalikan yang dilengkapi dengan
lampu 15-20 watt untuk mengurangi kelembaban (dehumidifier – air).
Beberapa perlatan optik yang ukurannya kecil seperti kaca pembesar
(loop) dapat disimpan dalam desikator.
1. 4. Infrastruktur, Administrasi Dan Organisasi Laboratorium
1. Infrastruktur
Infrastrktur Laborstorium meliputi.
a. Laboratory assessment
Mencakup kesepakatan tentang lokasi,kkonstruksi,dan fasilitas lain
termasuk pintu utama, pintu darurat, jenis meja,jenis atap, hjenis dinding,
jenis lantai, pintu, lampu, ruangan penangas, pengaturan pembuangan
limbah, ventilasi, AC, lemari bahan kimia dan sebagainya.
b. Fasilitas umum (General service)
Meliputi tentang kebutuhan listrik, instalasi, panel listrik, sokets, sumber
air dan pendistribusian, jenisw kran, toilet, ruangan preparasi, ruang
perbaikan/workshop, penyediaan teknisi, laboran, dana dan sebagainya.
2. Administrasi Laboratorium
Administrasi laboratorium meliputi semua kegiatan administrasi, di
laboretorium antara lain:
a.Inventarisasi peralatan yang ada. Daftar kebutuhan peralatan baru, alat
tambahan, alat rusak dan alat-alat yang dipinjam/dikembalikan.
b. Surat- menyurat (keluar – masuk)
c. Jadwal pemakaian Laboratorium (praktikum dan penelitian)
d. Daftar Bahan kimia
e. Sistem evaluasi dan lap-oran
Inventarisasi juga harus memuat sumber alat dan bahan diperoleh (tahun
bebebrapa diperoleh). Inventaris bertujuan untuk:
a. Mencegah kehilangan danm penyalahgunaan
b. Mengurangi biaya operasional
c. Meningakatkan proses pekerjaan dan hasilnya
d. Meningkatkan kualitas kerja
e. Mencegah pemakaian berlebihan
f. Meningkatkan kerjasama,.
(Contoh lembar inventaris pada lampiran 2)
3. Organisasi Laboratorium
Organisasi Laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan
dan susunan personalia yang mengelola Laboratorium tersebut. Penanggungjawab
tertinggi adalah Kepala Laboratorium. Kepala Laboratorium bertanggung jawab
terhadap semua kegiatan di laboratorium, seluruh peralatan dan bahan Personalia
laboratorium bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan kepada yang
bersangkutan
BAB II
PENANGANAN BAHAN KIMIA DAN PERALATAN GELAS
2.1 Penanganan Bahan Kimia
Aktivitas di laboratorium khususnya laboratorium kimia berupa praktek,
penelitian, pelayanan masyarakat(komersial) selalu menggunakan bahan-bahan
kimia. Dengan demikian hal-hal yang tidak dikehendaki (kecelakaan) dapat saja
terjadi bila kita tidak mengenal secara baik tentang bahan kimia yang kita
gunakan. Banyak kecelakaan yang terjadi karena unsur manusianya (human error)
Dalam bekerja dilabioratorium sebaikknya diasumsikan bahawa semua
bahan kimia yang ada di laboratorium adalah berbahaya. Jenis bahaya yang dapat
diakibatkan oleh bahan kimia adalah: sifat racun, korosif, karsinogenik, mudah
terbakar, eksplosip (mudah meledak) dan bersifat radioaktif. Agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan pada aktivitas laboratorium, pengetahuan tentang
bahan kimia yang akan digunakan serta penanganannya adalah sesuatu yang
mutlak disamping bekerja dengan penuh tanggung jawab, disiplin dan mengikuti
aturan yang ada (normatif).
2.1.1 Tipe Bahaya Bahan Kimia
Bahan kimia dikemas dalam berbagai wadah: berupa botol kaca, polimer,
dan kemasan logam atau kaleng. Bahan berupa cairan biasanya dikemas dalam
botol kaca (gelap dan transparan), kristal pada umumnya dalam botol polimer, dan
powder biasanya dalam kemasan plastik. Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi
dengan kemasan plastik. Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi dengan etiket
(label) serta rambu-rambu tentang bahaya yang dpat terjadi (Label dan beberapa
contoh tipe bahaya bahan kimia pada lampiran 3).
Berikut ini adalah beberapa tipe bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai bahan kimia.
1. Bahan yang mudah meledak (eksplosip)
Ledakan dapat terjadi karena adanya gesekan, loncatan api, pemanasan
dan bantingan terhadap bahan kimia bersangkutan seperti amonium karbonat.
Ledakan adalah salah satu kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium yang
banyak menimbulkan korban jiwa. Bahan yang mudah meledak disimpan dalam
ruangan kering dan bersih. Hal-hal yang dapat memberikan pemanasan, loncatan
api harus dihindari dan jangan disimpan bersamaan dengan zat lain yang dapat
bereaksi dengan zat yang mudah meledak tersebut.
Peristiwa ledakan biasanya diikuti kebakaran, maka jika melakukan
aktivitas dengan bahan yang mudah meledak harus dilakukan di lemari asam,
menggunakan alat pelindung dari plastik yang transparan dan tebal serta siap
dengan alat pemadam kebakaran.
2. Bahan yang beracun (Toksis).
Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya namun ada yang aksinya
lambat dan ada yang cepat. Bahan kimia di laboratorium pada umumnya aksinya
lebih cepat dibanding dengan yang digunakan dalam industri. Bila memungkinkan
penggunaan bahan kimia beracun diusahakan diganti dengan zat lain yang setara
yang tidak beracun atau sifat toksisnya lebih rendah. Contoh benzena diganti
dengan toulenen,CCl4 atau CHCl3 diganti dengan CH2Cl2.
Bila bekerja dengan bahan kimia beracun maka penanganannya dilakukan
di lemari asam dengan menggunakan masker yang spesifik (tidak universal).
Spesifikasi masker dapat dilihat dari pita yang melekat pada filternya seperti pada
tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Spesifikasi masker bahan – bahan beracun
Warna pita Bahan beracun yang dicegah
Putih Asam pekat
Hitam Asam sianida
Hijau Amoniak
Biru CO
Putih / kuning Gas klor
Kuning Asam dan uap organic
Coklat Asam uap organic dan amoniak
Mekanik (perban) Debu
Untuk pelindung tangan digunakan sarung tangan tipios dari karet dan untuk
penahan panas digunakan sarung tangan dari kapas atau asbes tergantung tingkat
kepanasannya.
Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan), lewat kulit dan
pernapasan. Keracunan dapat terjadi secara akut dan kronis. Akut adalah
keracunan yang terjadi oleh pengaruh doses tertentu dalam waktu relatif pendek,
sedangkan kronis akibatnya baru disarankan pada waktu yang relatif lama.
Untuk keracunan yang disebabkan bahan kimia dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
a. Bersifat akut.
ED (effective dosage) 50 : Dosis yang memberikan respon terhadap 50%
hewan percobaan.
LD (lethal Dosage) 50 : Dosis yang memberikan kematian 50% terhadap
percobaan.
LC ( Lethal Concentration) 50 : Konsentrasigas yang dapat memberikan
kematian 50% terhadap binatang percobaan.
b. Bersifat Kronis
TLV (threshold limite value) atau NAB (Nilai ambang batas) adalah
konsntrasi zat di udarab yang dapat dihirup 8jam/hari selama 5 minggu
tanpa gangguan berarti.
Tingkat keracunan dapat dilihat pada nilai ambang batas pada tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Tingkat keracunan dan nilai ambang batas (NAB)
Tingkat Keracunan NAB pada LD 50
1. Tidak beracun 15 gr/kg badan
2. Sedikit beracun 5-15 gr/kg badan
3. Keracunan sedang 0,5 – 5 gr/kg badan
4. Beracun 50-500 mg/kg badan
5. Sangat beracun 5- 50 mg/kg badan
6. Super beracun 50 mg/kg badan
3. Bahan yang mudah terbakar
Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya bahan
senyawa organik makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Sumber-sumber api
dapat dari peralatan yang digunakan untuk pemanasan termasuk dari instalasi
listrik. Sebagai contoh eter dapat terbakar dengan jarak 4 meter dari sumber api.
Beberapa bahan kimia bila kontak dengan air akan menimbulkan api (kebakaran)
seperti logam Natrium (Na) dan butil-Litium. Terjadinya kebakaran dpata
dimengerti bila kita memahami segitiga-api seperti gambar 2.1
A
B C
Gambar 2.1 Segitiga Api
A : Oksigen
B : bahan bakar
C : Sumber Api
Kebakaran akan terjadi bila tiga unsur atas terpenuhi sehingga untuk
mencegah kebakaran adalah dengan hanya men gisolasi salah satu unsur di atas
Bila kebakaran terjadi maka perlu diketahui jenis kebakarannya agar dapat
diambilm langkah yang tepat, karena tidak semua kebakaran dapat dipadamkan
dengan air. Secara umum klasifikasi kebakaran didasarkan pada jenis bahan
bakarnya adalah seperti ditunjukkan tabel 2.3
Tabel 2.3 : Klasifikasi Kebakaran
Kelas Kebakaran
(fire – class)
Bahan mudah terbakar (Burning material)
A Kertas, kayu, tekstil, plastik, dan sejenisnya
B Pelarutv yang mudah terbakar seperti benzene, toulene
dan eter
C Instalasi listrik seperti travo dan peralatan listrik
D Logam alkali seperti logam Na dan Li
Memadamkan kebakaran dilakukan dengan cara disesuaikan dengan kelas
kebakarannya sebagai tindakan pertama sebelum memeanggil pemadam
kebakaran sebagai berikut :
a. Air : Untuk A, B, dan C dengan warna tabung merah
b. Busa (foam) : A dan B dengan warna tabung krem
c. Tepung (powder) : A,B,C dan D dengan warna tabung biru
d. Halon (Halogen) : A,B,C dan D dengan warna tabung hijau
e. Karbon dioksida: A,B,C dan D dengan warna tabungb hitam
f. Pasir : A dan B
Selain menyediakan alat pemadam kebakaran (racun api) maka di laboratorium
sudah harus tersedia selimut api, pasir, dan manual cara pemadam kebakaran.
Sebaiknya ada latihan berupa simulasi memadamkan kebakaran. Pada waktu
kebakaran harus tenang atau tidak panik.
4. Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil.
Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil (nocives), adalah bahan
yang bila masuk ke dalam organ tubuh akan menyebabkan gangguan kesehatan
seperti piridin bagi laki-laki dan piperidin untuk perempuan. Untuk
pencegahannya maka perlakuan dilakukan di lemari asam.
5. Bahan yang bersifat korosif (corrosive).
Bahan yang bila kontak dengan tubuh dapat merusak jaringan tubuh
seperti brom. Efek yang terjadi dapat bersifat lokal (primer) maupun sistematik
(sekunder). Contoh : asam sulfat akan mengakibatkan efek lokal (primer)
sedangkan asam sulfide akan menimbulkan efek sistematik (sekunder). Untuk
sifat korosif adalah dalam bentuk gas > cair > padat. Untuk pencegahannya
digunakan sarung tangan dari plastic dan masker. Bila terjadi kontak dengan
bahan korosif tindakan pertama adalah menyiramnya dengan air sebanyak-
banyakny sebelum di bawa ke dokter.
6. Bahan yang dapat menimbulkan iritasi.
Bahan ini bila kontak dengan tubuh dapat menyababkan lecetnya kulit ,
mata dan mengganggu pernapasan seperti fenol. Untuk pencegahannya
digunakan sarung tangan dari plastic.
7. Bahan yang menghasilkan radiasi.
Bahan ini adalah yang bersifat radioaktif yang dapat memancarkan sinar
alfa, beta, dan gamma yang dapat merusak jaringan tubuh (mutasi gen) khususnya
di laboratorium nuklir seperti BATAN. Untuk pencegannya digunakan baju
timbal.
2.1.2 Penyimpanan bahan kimia.
Untuk penyimpanan bahan kimia di gudang bahan (storage) mak perlu
pengetahuan dasar tentang:
1. Sifat bahaya yang ditimbulkan
2. Kemungkinan interaksi antara bahan
3. Kondisi yang mempengaruhi (udara, suhu, dan kelembapan udara)
4. Interaksi bahan dengan wadah penyimpanan (bahan hasil preparasi)
Penyimpanan bahn kimia diberikan label terhadap masing-masing jenisnya
sehingga sifat-sifat bahayanya dapat dikenal dengan cepat dan mudah.
Berikut ini adala penyimpanan bahan sesuai dengan jenis bahaya yang
ditimbulkan.
1. Bahan yang mudah meledak (Explosive).
Contoh : Amonium nitrat, nitrosellulosa, nitrogliserin, dan trinitrotoluene
(TNT).
Disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari benturan ,
gesekan dan loncatan api dan panas.
2. Bahan yang mudah terbakar (Flammable).
Contoh : - aluminium alkil fosfor ( zat terbakar langsung)
- Butane, propane (gas mudah terbakar)
- Aseton, benzene ( cairan mudah trbakar )
Disimpan diruangan yang dingin dan berventilasi serta tersedia alat
pemadm kebakaran. Hindari kontak langsung dengan udara dan sumber
api.
3. Bahan yang mudah teroksidasi (oxidizer).
Contoh : Hidrogen Peroksida, kalium perklorat dan kalium permanganate.
Disimpan di rungan yang dingin dan berventilasi. Hindari panas, bahan
mudah terbakar dan reduktor.
4. Bahan Korosif (corrosive).
Contoh : belerang dioksida, asam-asam, anhidrida asam dan alkali.
Disimpan diruangan dingin dan berventilasi.
Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan serta kontak dengan kulit
dana mata, wadah tertutup rapat, berlebel dan dipisahkan dari bahan
beracun (toxid).
5. Bahan beracun (toxid).
Contoh : Arsen triklorida, merkuri klorida dan sianida.
Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan serta kontak dengan kulit
dan mata, terpisah dari bahna yang dapat berinteraksi, sediakan alat
pelindung diri, pakaian kerja, masker dan sarung tangan (gloves), segera
ke dokter bila terjadi keracunan.
6. Bahan yang iritan (harmful or irritant)
Contoh : ammonium dan benzyl klorida.
Disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari kontaminasi
dengan udara, pernapasan, kulit dan mata.
7. Bahan radioaktif ( radioactive).
Contoh: Uranium, Radium dan Torium
Ruangan penyimpanan perlu didisain khusus.
8. Bahn teaktif terhadap air.
Contoh : natrium, hidrida, karbit, dan nitride.
Disimpan di ruangan dingin, kering dan berventilasi. Hidari air (ruangan
kedap air), api, panas, dan disdiakan tabung kebakaran dengan bahan
karbondioksida.
9. Bahan reaktif terhadap asam.
Contoh : natrium, sianida, dan hidrida.
Disimpan diruangan dingin, kering dan berventilasi. Hidarai asam,
sumber api dan panas. Ruangan penyimpanan peru didisain khusus, agar
tidak terjadi kantong-kantong hydrogen.
10. Gas bertekanan
Disimpan di ruangan dingin tidak terkena langsung dengan sinar matahari.
Hindari api, panas, bahan korosif yang dapat merusak keran dan katub.
Bila tidak digunakan disimpan dalam eadaan tidur. Bila digunakan
disimpan dalam keadaan berdiri dan terikat ke dinding khususnya untuk
tabung yang tinggi.
11. Bahan-bahan “ incompatible”
Bahan- bahan yang bila berdekatan akan menimbulkan racun, reaksi hebat,
kebakaran atau ledakan.
Contoh : sianida dengan asam, hidrokarbon dengan klor
2.2 Penanganan Peralatan Gelas dan Prasarana laboratorium.
Keselamatan di laboratorium akan terjamin bila pengananan bahan kimia
dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang ada pada atiket kemasan
bahan kimia. Aktivitas di laboratorium yang menggunakan bahan-bahan kimia
tentu juga tidak lepas dari peralatan yang digunakan sehingg bahaya tidak hanya
disebabkan oleh penanganan bahan yang salah, namun juga dapat terjadi bahaya
fisik dari peralatan yang kita gunakan bila kita tidak berpedoman pada aturan
tentang penanganan alat.
Hal lain tidak kalah pentingnya adalah disiplin yang tinggi, kerapian,
kebersihan dan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) bila terjadi
kecelakaan, mutlak dipahami paling tidak secara umum. Berikut ini beberapa tip
dalam penganan peralatan khususnya peralatan gelas (glassware).
a. Alat – alat gelas/kaca.
Bekerja dengan peralatan gelas harus hati-hati. Alat gelas seperti beaker,
labu takar, tabung reaksi, erlemeyer dan sebagainya bila memerlukan
pemanasan harus diteliti terlebih dahulu apakah mulus, retak, rusak, atau
sumbing. Bila ada gejala tidak baik sebaiknya tidak dipergunakan.
b. Mematahkan pipa kaca/ batangan kaca bila diperlukan harus dengan
menggunakan sarung tangan. Bekas pecahan dilicinkan dengan
pelumas/silicon, baru kemudian dimasukkan sesuia peruntukannya ke
sumbat gabus, kaca, atau pipet.
c. Mencabut pipa kaca dari gabus dan sumbat harus dilakukan dengan hati-
hati. Bial kesulitan untuk mencabutnya, gabus dapat dipotong atau di
belah. Untuk melonggarkan maka gabus dilubangi dengan pelubang gabus
yang lebih besar dari pipa kemudian waktu memasukkannya diolesi
dengan pelumas.
d. Alat- alat yang sudah cacat perlu disortir apakah ada yang dapat diperbaiki
di bengkel gelas.
e. Botol yang diisi bahan kimia diberi label yang jelas dengan identitas nama
bahan, konsentrasi, tanggal pembuatan dan siapa yang membuatnya.
Label ditulis dengan tinta yang tudak luntur bila kena air.
f. Tabung yang berisi gas disimpan di tempat yang sejuk dan tidak panas.
Kran harus dalam keadaan tertutup bila tidak digunakan. Gas yang
dihubungkan dengan alat seperti GC dan AAS harus dilengkapi dengan
kan regulasi.
g. Penggunaan pipet dengan mengisap sebaiknya dihindari meskipun bahan
tidak berbahaya. Selalu digunakan pompa pengisap (pipet pump) dan
waktu digunakan jangan sampai bahan masuk dalam karet penghisap.
Pelaksanaan aktivitas di laboratorium dilengkapi prasarana listrik, air, gas, alat
penangas, pendingin, dan ventilasi. Prasarana inipun harus ditangani dengan baik
tidak tejadi haln- hal tidak yang diinginkan.
1. Listrik
Listrik merupakan jantung dari aktivitas di laboratorium, karena listrik
merupakan sumber energy. Bahaya utama yang dapat ditimbulkan oleh
listrik adalah kebakaran karena hubungan arus pendek (korseleting) dan
pemakaian arus terlalu banyak (tidak terkendali). Untuk mencegah hal
terbebut di atas maka :
a. Hindari pemakaian kabel yang terlalu panjang dan berelit – belit .
b. Sebelum arus di ON kan untuk suatu alat verifikasi voltase
110/220/240. Jika alat 110 V dan Voltase 220 maka digunakan step
down.
c. Wajib mengetahui letak sekring pemutus arus pada alat diputus.
d. Untuk memudahkan memutus arus kealat sebaiknya menggunakan
stop kontak.
e. Intalasi listrik harus menggunakan grown sedangkan peralatan
sebaiknya menggunakan arde.
2. Air.
Air guna tidak dapat dilepaskan dari aktivitas di Laboratorium termasuk
untuk mencuci peralatan sebelum peralatan digunakan. Air juga perlu
penanganan yang baik agar tidak terjadi hal – hal yang tidak dikehendaki.
Kontak air dengan alat elektornik akan merusak alat. Ledakan disertai
kebakaran dapat terjadi bila air kontak dengan bahn kimia tertentu seperti
logam Na, K, fosfor klorida dan lain-lain.
3. Gas.
Suplai gas biasanya hanya dibutuhkan oleh sebagian laboatorium untuk
sumner bahan bakar dan juga untuk keperluan percobaan/ penelitiaan.
Bagi laboratorium yang memiliki penyaluran pipa gas alam dari Perum
Gas Negara, semua “Bunsen” yang dipasang pada meja laboratorium dapat
langsung dioperasikan. Sedangkan bagi laboratorium yang menggunakan
gas LPG, hendaknya tabung ditempatkan pada suatu ruangan khusus
dengan kelengkapan selang anti bocor dan alat pengaman lainnya.
4. Alat Penangas
Penangas juga merupakan prasarana yang banyak digunkan di
Laboratorium. Beberapa bahan kimia dapat menggunakan penangas
langsung dengan api seperti lampu spiritus. Untuk pengabuan digunakan
furnace, sedangkan untuk bahan – bahan organic penangas yang
digunakan tergantung sifat bahan tersebut sebagai berikut.
- s/d 100 oC : Penangas Air
- s/d 200 oC : Penangas minyak/vaselin.
- s/d 300 oC : Penangas silicon.
- > 300 o C : Penangas timah.
5. Pendingin
Pendingin berupa kulkas/freezer digunakan untuk penyimpanan bahan –
bahan yang mudah menguap atau untuk system pendinginan. Pendingin
yang dibutuhkan tergantung suhu bahan/material yang akan didinginkan
seperti table berikut.
Tabel Jenis Pendingin yang Dapat Digunakan.
Suhu yang diperlukan (oC) Pendingin
15 – 20 Air kran
0 Es
-15 s/d -20 Es : garam (3:1)
-40 s/d –50 Es : CaCl2 (4 : 5)
-72 s/d – 77 CO2 dengan glikol, etanol,
kloroform dan etanol
s/d -196 Nitrogen cair
6. Ventilasi
Ventiasi wajib diperhatikan untuk kelancaran sirkulasi udara di
Laboratorium. Untuk bahan kimia yang menghasilkan gas yang korosif
atau beracun penanganannya dilakukan di lemari asam. Untuk
laboratorium yang bertingkat maka semua sistemm pembuangan gas dari
lemari asam semuanya harus disalurkan ke tingkat paling atas.
2.3 Keselamatan di Laboratorium
Keselamatan kerja dalam melakukan aktivitas di laboratorium adalah
sesuatu hal yang mutlak untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan
baik yang disebabkan peralatan (kecelakaan fisik) maupun bahaya yang
ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia. Disamping pengetahuan yang baik tentang
sifat bahaya bahan kimia, maka pengetahuan tentang alat-alat keselamatan
laboratorium adalah sesuatu hal yang mutlak.
Bekerja di laboratorium mempunyai resiko yang berbahaya bagi yang
bekerja. Untuk meminimalisir (zero accident) kecelakaan di laboratorium maka
para pekerja laboratorium haruslah mengetahui sumber-sumber bahaya; simbol-
simbol tanda bahaya dan teknik penggunaan peralatan keselamatan kerja yang
harus mempunyai peralatan kerja yang harus disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing sesuai jenis laboratoriumnya (kimia, fisika, biologi, laboratorium
terapan dan lain-lain).
Laboratorium kimia agak spesifik karena banyak menggunakan bahan
kimia dengan bermacam sifat bahaya, maka sebaiknya laboratorium kimia
mempunyai peralatan keselamatan standar berikut.
1. Jas Laboratorium
Setiap orang yang bekerja di laboratorium harus menggunakan
alat ini untuk mencegah bahaya kontaminasi atau menghindari bahaya
yang terjadi akibat percikan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu diperlukan pakaian berupa ‘disposable
protective garment’, yaitu pakaian peindung yang dibuang atau
dimusnahkan sesudah digunakan. Misalkan untuk perlindungan dari
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur) pada pekerjaan “Bioassay” untuk
anti bakteri, anti virus dan anti jamur serta alelopati (herbisida). Untuk
laboratorium nuklir maka harus tahan terhadap radiasi yang terbuat dari
timbal namun bahan merupakan “disposible protective garment”. Untuk
jas laboratorium yang umum maka digunakan kain yang cukup tebal yang
sebaiknya dari bahan polyester dengan kancing yang baik.
2. Sarung Tangan
Sarung tangan (gloves) sangat penting karena daya tahan tangan
terhadap bahan kimia dan suhu yang tinggi terbatas. Bahan sarung tangan
dapat berupa karet alam, karet neopren, karet nitril, asbes, dan lain-lain
dengan mutu dan ketebalan yang beragam. Untuk menjamin keselamatan
pekerja maka sarung tangan hasus selalu dipakai dengan jenis sarung
tangan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Untuk melindungi tangan
dari bahan yang sangat panas misalny dari api bunsen dan tanur digunakan
inslated gloves yang terbuat dari bahan asbes.
3. Pelindung Mata Dan Muka
Disamping mencegah muka dan mata dari percikan bahan kimia
maka penguunaan pelindung mata dan muka juga untuk mencegah muka
dari kontak dengan cahaya ultra violet (UV), sinar laser dan api
pengelasan. Untuk mencegah muka dari sinar dan pengelasan ini maka
digunakanan kaca mata khusus. Jangan menggunakan kontak lensa bila
bekerja di laboratorium karena asap/ uap dapat menumpuk di bawah
kontak lensa yang dapat menimbulkan keruakan mata.
4. Alat / Kran Pencuci Mata
Mata yang terkena cairan kimia, debu, dan butiran-butiran yang
terbang sebagai pertolongan pertama harus dicuci segera dengan alat
pencuci mata. Bila tubuh memerlukan air yang banyak (jika tubuh terkena
bahan kimia sehingga perlu disiram), maka di laboratorium harus tersedia
kran pencuci mata (eyewash fountain) dan shower.
5. Alat Pernapasan
Alat pernapasan (respirator masker) adalah melindungi saluran
pernapasan dari debu, serat kecil dan uap atau gas dari bahan kimia.
6. Alat Pemadam Kebakaran
Beberapa alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) tergantung
jenis bahan bakar yang menyebabkan kebakaran. Bahan pemadam
kebakaran ada berupa air, tepung, karbondioksida, halon, busa, pasir dan
lain-lain.
7. Selimut Api
Selimut api (fire blankets) digunakan saat waktu terjadi
kebakaran khususnya untuk menerobos api kebakaran.
8. Tangga
Tangga (safety ladders) digunakan untuk mengambil alat atau
bahan kimia yang terdapat di tempat yang tinggi, untuk menghindari
bahaya terjadinya bahaya akibat jatuhnya atau tumpahnya bahan kimia.
Tangga ini harus kokoh dan stabil waktu digunakan.
9. Karet Pengisap
Karet pengisap (pipet bulp) digunakan untuk memipet bahan-
bahan kimia dan sebaiknya semua pengambilan bahan kimia dilakukan
dengan karet pengisap. Kita harus beranggapan bahwa semua bahan kimia
yang digunakan di laboratorium adalah berbahaya apalagi bila masuk
dalam tubuh dan mulut. Untuk bahan kimia yang sangat berbahaya
bisanya disertai dengan etiket berupa larangan dihisap dengan mulut.
10. Tanda Peringatan Keselamatan
Tanda ini perlu untuk menghindari kecelakaan dan wajib dipatuhi
setiap orang yang melakukan aktivitas di laboratorium.
BAB III
PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM
Berdasarkan defenisi BAPPEDAL, limbah atau bahan beracun dan
berbahaya (B3) didefenisikan sebagai berikut: Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
adalah setiap sisa bahan suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun karena sifat (toxicity, flammability dan corosivity), konsentrasi atau
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak,
mencemerkan lingkungan atau membahayakan kesehatan mahluk hidup
khususnya manusia. Jika limbah B3 tidak ditangani secara benar, maka komponen-
komponen yang terdapat pada limbah tersebut yang berpotensi mencemari
lingkungan akan terlepas ke udara, badan air atau laha tertentu (tanah).
Efek pencemaran lahan atau tanah terutama akan terjadi remediasi senyawa-
senyawa organic dan anork=ganik (logam-logam berat) yang dapat meresap jauh
dari sumber pencemar. Penanganan tidak benar tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pelepasan lombah tanpah pengolahan terlebih dahulu
2. Penimbunan limbah melewati waktu yang ditentukan (direkomendasi)
3. Kolam lumpur tanpa pengendalian
4. Pembakaran limbah untuk bahan bakar maupun untuk tujuan
memusnahkan tanpa adanya pengendalian polusi udara
5. Penimbunan pad drum-drum yang berkarat dan selanjutnya akan bocor.
Penanganan (pengelolaan limbah) khususnya industry dikelola oleh
Kementerian Negara Lingkungan Hidup lewat BAPPEDAL dengan aturan
tertentu yang ketat dan bila dilanggar akan diberi sanksi sesuai dengan aturan
yang berlaku.
Khusus penanganan limbah Laboratorium memang tidak diatur secara
spesifik, meskipun banyak laboratorium, khususnya laboratorium kimia banyak
menggunakan bahan kimia B3, sehingga seyogianya juga harus mengikuti aturan
pemerintah sesuai dengan yang diberlakukan BAPPEDAL. Sejauh ini limbah
Laboratorium masih dibuang secara langsung ke lingkungan (disposal) melalui
kran penyucian di laboratorium. Seharusnya sebelum dilepas ke lingkungan juga
harus diolah (treatment) seperti berlaku pada industry.
Secara umum limbah laboratorium dapat berupa limbah (sampah) bahan
kimia, sampah biologi (bahan tanaman, binatang dan mikroorganisme), sampah
kertas, plastic, pecahan kaca, dan air buangan. Banyak dari bahan-bahan tersebut
yang merupakan ancaman bahaya bagi pekerja di laboratorium atau lingkunagan
sekitarnya. Oleh karena itu, seharusnya sampah (limbah) laboratorium
mempunyai unit pengolahan limbah sebelum limbah tersebut dilepas kea lam
bebas. Atau, bila tidak mempunyai unit pengolahan limbah maka dapat digunakan
suatu bak sentral pembuangan berupa septim tank yang semua aliran limbah
terpusat pada bak tersebut.
Penanganan limbah secara umum tergantung jenis sampahnya dengan
pedoman penanganan sebagai berikut.
A. Penanganan Sampah Kimia
Setelah menyelesaikan aktivitas dengan berbagai bahan kimia, maka akan
ditinggalkan sisa berupa residu (sisa), slurries (campuran encer dari bahan-bahan
tidak terlarut, endapan-endapan, zat warna dan lain-lain) dan larutan sisaa yang
harus dibuang. Sebelum membuang sampah kimia hendaknya memahami MSDS
(Material Safety Data Sheet) dan bila ragu-ragu berkonsultasilah dengan ahlinya
(pembimbing) sebelum membuang limbah tersebut.
Aturan Pembuangan Sampah Kimia
1. Jangan memuang sampah asam dan basa pekat ke sink, membuang sampah
tertentu ke system saluran air (sink) di laboratorium mungkin diijinka,
tetapi harus megikuti aturan-aturan yang ditetapkan. Sebaiknya bahan-
bahan yang larut dalam air seperti asam dan basa yang diijinkan dibuang
melalui sink itupun sebaiknya diencerkan terlebih dahulu dengan pH 3-11
dan kecepatan pembuangan yang juga harus dibatasi.
2. Ketika membuang sampah asam asam, basa, slurries ke sink maka air
harus dialirkan terus-menerus untuk mengencerkan bahan yang dibuang.
Bila proses pembuangan telah selesai maka bilas sink untuk membuang
bahan-bahan korosif.
3. Sampah-sampah dan bahan pelarut yang tidakbersifat korosif dan tidak
reaktif serta tidakmengandung benda padat biasanya dikumpulkan dalam
wadah gelas atau logam.
4. Sampah kimia berbahaya harus ditrmpatkan dalam wadah yang diberi
lebel. Sampah-sampah yang sangat berbahaya biasanya diubah terlebih
dahulu mejadi bahan yang tidak berbahaya sebelum ditempatkan dalam
wadah pembuangan.
5. Penanganan sampah organic danresidu yang tidak larut dalam air.
6. Tempatkan residu dalam wadah pembuangan aman.
7. Tempatkan semua pelarut yang mudah menguap dalam satu wadah
penampung pelarut yang berisi/ menghasilkan uap air dan tidak terdapat
bahaya api.
8. Sampah natrium dan kalium dihancurkan dengan cara memasukkannya
secara perlahan pada etanol absolute yang akan membentuk alkoksida
yang larut dalam air.
9. Sampah cairan yang mudah terbakar tidak boleh dibuang di sink. Sampah
tersebut harus dikemas dalam botol berlabel untuk dihancurkan di luar
laboratorium dengan cara membakar.
10. Hindari pembuangan sampah kimia yang sembaranagn untuk mencegah
kemungkinan terjadinya reaksi spontan, peledakan dan kebakaran.
11. Untuk pembuangan yang menggunakan wadah bekas maka harus
diperhatikan kemungkinan terjadinya reaksi bahan dengan wadah.
Bahan Kimia Yang Tertumpah
1. Tumpahan bahan kering padat.
Bahan padat dan kering jika tertumpah dapat disapu dan dimasukkan
dalam wadah pembuangan yang sesuai.
2. Tumpahan lartan asam.
Tumpahan disiram dengan air dan disapu dan ditarik ke drainase. Untuk
menetralisir residu dapat digunakan abu soda atau natrium bikarbonat
padatan yang diikuti penyiraman dengan air ke drainase. Tumpahan asam
pekat untuk menghindari percikan dan panas disiram dengan air yang
banyak atau dinetralkan dengan kapur atau basa sebelum dibersihkan.
3. Tumpahan larutan alkali.
Tumpahan disiram dengan air dan disapu dan ditarik ke drainase. Dapat
juga digunakan alat pengepel dan ember. Hindari percikan dan tukar air
pencuci pel beberapa kali. Larutan alkali mengakibatkan lantai menjadi
licin. Pasir bersih bias ditaburkan di atasnya kemudian disapu dan
dikumpulkan pada wadah pembuangan yang sesuai. Tumpahan alkali kuat
harus diencerkan dengan air atau dinetralkan dengan asam encer sebelum
dibersihkan. Perhatikan agar kain yang digunakan untuk melap tidak
mengandung sisa lagi sebelum membuangnya.
4. Tumpahan bahan-bahan yang berminyak.
Tumpahan bahan-bahan yang berminyak harus dibersihkan dengan cara
melapnya secara langsung. Kain pel dibasahi dengan pelarut yang sesuai
tetapi jagan yang mudah terbakar. Kain pel dicuci dengan pelarutnya dan
dilap lagi dengan cara yang sama. Cairan pencuci kain lap ini juga ditukar
beberapa kali. Selanjutnya dibersihkan dengan air dan detergen untuk
menghilangkan minyak sisa.
Cara lain ialah dengan menaburi bahan berminyak denagn serbuk
gergajian/abu kayu, kemudian disapu dan dikumpulkan dalam wadah
logam. Hindarkan kertas, kain lap dan bahan yang terkontaminasi dari
sumber api untuk mencegah kebakaran.
5. Tumpahan pelarut yang mudah menguap.
Hal yang pertama dilakukan adalah menjauhkannya dari sumber api.
Selanjutnya bila tumpahannya tinggal sedikit dapat dilap dengan kain dan
kain lap ditempatkan di wadah pembuangan yang sesuai. Bila
tumpahannya banyak maka dapat dibersihkan dengan kain pel dan air.
6. Tumpahan merkuri
Sifat bahan dari tumpahan merkuri adalah uap merkuri yang sangat
berbahaya dan getaran dapat mempercepat penguapan merkuri. Cara
membersihkan tumpahan merkuri:
- Ditarik dengan lempengan tembaga bentuk lingkaran yang diberi
tangkai (gagang).
- Bila tumpahan masuk ke celah lantai yang etak sehingga tidak
mungkin disedot maka lantai ditutup dengan lilin lantai untuk
mencegah atau mengurangi penguapan merkuri.
- Tepung sulfur dapat juga digunakan untuk mengikat merkuri
- Bila laboratorium mempunyai alat pembersuh merkuri maka pekerjaan
akan lebih mudah. Alat pembersih merkuri tersedia secara komersil di
pasar yang terkenal dengan Mercury clean-up kits.
B. Penanganan Sampah Biologi
Membakar sampah biologi adalah jalan terbaik untuk meyakinkan bahan-
bahan busuk tersebut tidak menyebabkan resiko untuk kesehatan. Perencanaan
alat dan tempat pembakarannya perlu diperhitungkan agar tidak menimbulan
masalah pada lingkungan dan masyarakat. Sampah berupa preparat biologi
sperti stains, fixative dan clering agent yang kemungkinan menyebabkan
bahaya tidak dibuang ke sing. Sampah tersebutt harus dikumpulkan dalam
wadah gelas tertutup dan diberi label.
C. Penanganan Sampah Plastik, Kertas dan Tajam
Secara prinsip penenganan sampah ini relative lebih mudah karena secara
langsung tidak berefek bagi kesehatan.
1. Sampah plastic diusahakan jagan dibakar kecuali alat pembakar yang
dirancang khusus dan juga tidak boleh dikubur karena tidak aa bakteri
pembusuk untuk plastic. Sampah ini dapat dikumpulkan pada wadah
khusus dan dapat dijual ke perusahaan yang mendaur ulang sampah
plastic.
2. Sampah kertas dapat dibakar pada tempat pembakaran khusu dan juga
dapat didaur ulang.
3. Sampah-sampah tajam seperti mata pisau, jarum suntik dan lain-lain
harus ditempatkan pada wadah khusus dan juga dapat didaur ulang.
Untuk lebih menyakinkan kita bahwa limbah tidak bermasalah maka hal-
hal berikut perlu diperhatikan.
- Jangan membuang sampah sembarangan
- Untuk sampah kimia ingat selalu bahwa kemungkinan dapat terjadi
reaksi spontan, ledakan dan api.
- Wadah pembuangan harus spesifik dan diberi label untuk mencegah
terjadinya reaksi spontal, ledakan dan api.
- Sampah-sampah berupa pecahan kaca ditempatkan pada wadah
tertentu, sebaiknya dari logam dan tidak boleh dicampur dengan
sampah apapun.
- Sampah seperti petri dish, tabung, botol, jarum suntik dan lain-lain
yang digunakan untuk kegiatan biologi harus disterilkan dulu dengan
auroclave sebelum ditempatkan dalam wadah pembuangan khusus.
- Sebaiknya semua sampah yang dialirkan melalui sink dikumpulkan
pada suatu septic tank terpusat yang dapat dikosongkan sewaktu-waktu
bila telah penuh dengan menggunakan truk penyedot septic tank.
- Perhatikan bahwa tidak ada limbah B3 yang dibuang ke drainase
umum.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Laboratorium kimia SMA di sekolah SMA swasta Parulian 2 Medan
belum dapat disebutkan sebagai laboratorium kimia SMA standar. Karena,
organisasi laboratorium sekolah ini, manajemen, sarana-prasarana laboratorium di
sekolah ini belum lengkap. Cukup banyak yang harus diperbaiki pada
laboratorium di sekolah ini.
3.2 Saran
Laboratorium sekolah ini sebaiknya lebih dilengkapi dan diperhatikan baik
organisasi laboratorium maupun manajemen laboratoriumnya. Sehingga dengan
adanya organisasi laboratorium, sarana dan prasarana yang lengkap, pembuangan
limbah yang benar, penerangan maupun sirkulasi udara yang baik, bahkan jika
laboratorium tiap jurusan dipisahkan maka laboratorium ini sudah bisa dikatakan
sebagai laboratorium SMA yang standar.
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/D%20-%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20KIMIA/
198108192008012%20-%20TUSZIE%20WIDHIYANTI/
2%20%20pengantar%20Pengelolaan%20lab%2C%20.pdf
http://helarinchem.grobogan.net/wp-content/uploads/PENATAAN-
LABORATORIUM-KIMIA.doc
http://labkd.blog.ugm.ac.id/2008/11/24/tata-tertib-praktikum/
http://cutea06.blogspot.com/2010/02/laporan-penelitian-laboratorium-di-sma.html
http://ciahutapea.blogspot.com/p/makalah-pengelolaan-laboratorium.html
http://ajoychemistryunj08.blogspot.com/2009/02/pengelolaan-laboratorium.html
top related